SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana (S1) Humaniora
Oleh:
Taufan Prasetyo NIM: 108022000008
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
▸ Baca selengkapnya: keturunan habib abdullah bin alwi al- haddad di indonesia
(2)(3)(4)ii Taufan Prasetyo
Peranan Syeikh Daud Bin Abdullah Al-Fatani Dalam Memajukan Intelektual Islam Di
Patani
Patani adalah sebuah provinsi di Thailand Selatan. Wilayahnya meliputi seperti provinsi Patani, Yala, Narathiwat, dan Songhkla yang mayoritas penduduknya beragama Islam dengan berkebudayaan Melayu. Namun secara keseluruhan kaum Muslim di Thailand Selatan, khususnya, Patani berkembang pesat setelah sebelumnya Thailand Selatan merupakan daerah berpenduduk minoritas.
Perkembangan Islam di Thailand Selatan khususnya Patani berkembang pesat setelah
tersyi’arnya agama Islam. Islam mulai menjadi agama yang mayoritas di wilayah tersebut. Adanya jalur perdagangan dunia membuka jalan bagi para pedagang dari luar masuk untuk berniaga. Dengan begitu pedagang Muslim seperti Ulama mensyi’arkan agam Islam ke penduduk lokal. Dampaknya agama Islam pun tersebar ke pelbagai wilayah di Patani dan juga dilingkungan kerajaan.
Pada saat itu banyak sekali Ulama-ulama yang bermunculan di wilayah Nusantara
untuk berda’wah tak terkecuali diPatani. Di Patani agama Islam mencapai puncaknya ketika kehadiran Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani. Beliau adalah ulama terkemuka dari Patani. Dari karya-karyanyalah beliau berda’wah memberikan nafas baru dalam intelektual Islam kepada masyarakat Patani. Karena pada saat itu tidak memungkinkan beliau untuk berda’wah secara langsung, karena Patani sedang dijajah oleh Siam.
iii
Alhamdulillah, dengan nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
segala puji dan syukur bagi Allah SWT. Shalawat serta salam semoga Allah limpahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing umat manusia melalui
risalah agung yang dibawanya, yakni agama Islam yang akan menyelamatkan serta
mengantarkan pemeluknya menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Skripsi yang berjudul “SYEIKH DAUD BIN ABDULLAH AL-FATANI DALAM
MEMAJUKAN INTELEKTUAL ISLAM DI PATANI, ditulis dalam rangka
menyelesaikan studi Strata satu (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan Sejarah
dan Kebudayaan Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, banyak mengandung
kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik
untuk perbaikan ke depannya.
Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini saya tidak semata berhasil dengan tenaga
dan upaya sendiri namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam terselesaikannya
penulisan skripsi ini baik yang bersifat moril maupun materil, maka dengan ini sepatutnya
penulis menyampaikan banyak terima kasih atas kerjasamanya dan dorongannya. Rasa
terimah kasih yang begitu tinggi saya sampaikan kepada :
1. Prof. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. H. Nurhasan MA, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam dan Shalikatus
Sa’diyah, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam UIN Syarif
iii
4. Kepada Dosen-dosen Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam yang memberikan
sumbangsih ilmu dan pengalamannya. Khususnya Bunda Tati Hartimah yang
memberikan sumbangsih buku tentang Pattani dan Thailand Selatan, serta Bapak Saidun
Derani yang juga memberikan pinjaman buku yang berkaitan tentang Syeikh Daud bin
Abdullah Al-Fatani.
5. Kepada Prof. Nik Rakib bin Nik Hasan dari Universitas Prince of Shongkhla yang telah
mengirimkan buku khusus tentang Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani.
6. Kepada kedua orang tua saya, mamah yang tak pernah lelah memberikan motivasi baik
moril maupun materiil, papah yang memberikan nasehat-nasehat. Untuk nenek dan
kakek, yang sudah membesarkan saya. Memberikan curahan kasih sayangnya selama 25
tahun saya tinggal bersama.
7. Kepada teman-teman SPI angkatan 2008, khususnya Konsentrasi Asia Tenggara. Asep
Dewantara, M. Hasan Sahru Ramadlan, Imam Mukorobin, Imam Agung Firdaus, Tri
Aprilianto Amir, Sofwan Hilmi, M. Syukri, Dede Maulana, Asrul, Ahmad Supandi.
Terima kasih atas segala pengalaman dan kenangan yang pernah dilakukan
bersama-sama. Kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini. Serta teman-teman SPI yang
tongkrongan besment Fakultas Adab yang penulis tidak bisa sebutkan hal-hal yang sudah
pernah kita lakukan bersama selama saya kuliah di SPI.
8. Terakhir untuk Gerombolan Sakron yang selalu memberikan dorongan semangat secara
spiritual kepada saya. Master Guret, Patih Didin, Jendral Salman, Cang guru Budi Prasidi
Jamil, dan anggota setia Syarifudin Srg dan Valentinus Lucky. Terima kasih banyak atas
iv
Abstrak ... ii
Kata Pengantar.……..……...………...iii
Daftar Isi ... iv
Daftar Lampiran ... v
BAB I: PENDAHULUAN……….………... 1
A. Latar Belakang Masalah………....………... 1
B. Permasalahan………...………... 7
1. Identifikasi Masalah………..…………... 7
2. Pembatasan Masalah………... 8
3. Perumusan Masalah………... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...………... 8
D. Tinjauan Pustaka………....………... 9
E. Kerangka Teori………... 11
F. Metode Penelitian………...………... 12
G. Sistematika Penulisan……...………... 18
BAB II: Biografi Singkat Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani... 20
A. Latar Belakang Kehidupan Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani... 20
iv
Al-Fatani... 29
B. Pondok Sebagai awal perkembangannya Islam di Patani... 33
BAB IV Kegiatan Intelektual Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani…... 45
A. Aktivitas Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani sebagai Ulama... 45
B. Penjelasan karya-karya Daud bin Abdullah Al-Fatani... 54
C. Pandangan Syeikh Daud Bin Abdullah Al-Fatani Terhadap Ilmu Pengetahuan... 58
D. Sebagai mursyid tarekat Syatariyah………....…………. 68
BAB V: PENUTUP………...………... 75
A. Kesimpulan ………... 75
B. Saran………... 76
Daftar Pustaka……...………....………... 78
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah tersyiarnya Islam di wilayah Patani maka dengan seketika Islam
mulai menjadi agama yang mayoritas di wilayah tersebut. Namun keadaan Islam
pada saat itu masih bisa dikatakan sebatas memeluk agama saja belum mengenal
secara lebih dalam lagi tentang keintelektualan Islam lainnya. Namun munculah
seorang ulama bernama Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani yang membawa
nafas baru dalam keintelektualan islam di wilayah Patani. Dalam skripsi ini saya
ingin membuktikan bahwa kehadiran Syeikh Daud bin Abullah al-Fatani
membawa dampak yang signifikan bagi perkembagan intelektual Islam di Patani.
Ada beberapa ulama Nusantara yang berasal dari berbagai wilayah dan
kelompok etnik di Nusantara pada masa akhir abad 18 M hingga awal 19 M.
sebagian mereka datang dari wilayah Palembang, Sumatera Selatan di antara
ulamanya adalah Syihab Al-Din bin Abdullah Muhammad, Kemas Fakhr Al-Din,
Abdul Al-Shamad Al-Palimbani, Kemas Muhammad bin Ahmad dan Muhammad
Muhyi Al-Din bin Syihab Al-Din. Kalimantan Selatan di antara ulamanya adalah
Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Muhammad Nafis Al-Banjari; dari Betawi'
antara lain ulamanya adalah Abdul Al-Rahman Al-Mashri Al-Batawi; dari
Sulawesi Abdul Wahhab Al-Bugisi, dan terkahir dari Patani seperti Syeikh Daud
bin Abdullah Al-Fatani, Tuan Guru Syeikh Wan Ahmad Al- Fatani, Syeikh
Zainal Abidin Al-Fatani, Syeikh Ali Ishak Al-Fatani, Syeikh Muhammad Salleh
terkemuka di Melayu-Nusantara saya akan mengambil dari salah satu ulama
tersebut yaitu Syeikh Daud bin Abdullah al-fatani dari wilayah Patani dia
bukanlah yang pertama ataupun satu-satunya yang terlibat dalam jaringan ulama.
Perkembangan ulama Patani dan kitab-kitab yang di karang oleh mereka
sejajar dengan peranan Patani sebagai pusat pembelajaran tentang Islam pada
akhir abad 18 M dan sepanjang abad 19 M. Jika dilihat dari perkembangan Ulama
di daerah Patani bisa saja di awali dengan berkembangnya pondok1 pesantren di
wilayah Patani itu sendiri. Daerah Mekkah menjadi tempat lanjutan pengajian
pondok dalam masyarakat Melayu-Nusantara bukan lagi hanya sebagai kiblat
shalat umat Islam namun menjadi pusat pendidikan tertinggi para ulama di
Nusantara termasuk Daud bin Abdullah Al-Fatani yang belajar di Mekkah selama
30 tahun. Mata pelajaran yang di ajar ialah ilmu fiqh, usuluddin, tasawuf, tafsir,
hadis, nahu, sharaf, mantik, balaghah, dan arud2. Dengan begitu maka banyaklah
lahir-lahir cendikiawan dan pujangga baru Patani yang menghasilkan pelbagai
tulisan dalam bahasa Melayu hingga kini, dan yang mempeloporinya adalah
Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani karena karya-karya yang dihasilkan oleh
beliau.. Sebelum ini masyarakat Islam Melayu-Patani khususnya hanya mengenal
dan mengamalkan Islam secara harfiah atau luaran saja. Namun dengan adanya
kitab-kitab terjemahan dan juga ide penulisan beliau sendiri telah memperjelas
keilmuan Islam itu secara keseluruhan. Pencapaian perkembanagan Islam di
Melayu-Patani dapat kita telusuri melalui karangan kitab-kitab beliau yang
1
Azyumardi Azra, The Rise and Decline of the Minangkabau Surau (Tesis MA Columbia
University, 1988), h. 19-21. (Tesis ini telah diterjemahkan ke Dalam Bahasa Indonesia, dengan
judul Surau: Pendidikan Islam Tradisional dalam Transisi dan Modernisasi (Ciputat: Logos
Wacana Ilmu, 2003).
2
Ismail Hamid, Masyarakat dan Budaya Melayu (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
berkisar pada perkara fiqh, usuluddin, kalam, sifat 20, dan i'tiqad. Beliau
menspesifikan sebagai berikut:
1) Fiqh: ilmu hukum yang merangkumi ibadat, peraturan, dan tata cara
agama serta mu'amalat, yaitu semua perundangan dalam kehidupan
bermasyarakat.
2) Kalam: teologi ulama atau perbincangan di tatanan intelek tentang
prinsip-prinsip yang berhubungan dengan akidah dan ketuhanan yang meliputi:
a) Usuludin : asal usul agama
b) Akidah : iman dan kemusykilan
c) I'tiqad : prinsip keimanan
d) Tauhid : kepercayaan terhadap Tuhan
e) Sifat : sifat 20, sifat mulai bagi Tuhan
f) Tassawuf : mistik
g) Tafsir : tafsir al-Quran
h) Tajwid : pembetulan nahun al-Quran
i) Nahu : tata bahasa Arab
j) Pelbagai : riwayat hidup Nabi Muhammad SAW
Nama sebenarnya Al-Alim Allamah Ar-Rabbani Syeikh Wan Daud bin
Syeikh Abdullah bin Syiekh Wan Idris al-Fatani. Ibunya bernama Wan Fatimah
anak dari Wan Salamah binti Tok Banda Wan Su bin Tok Kaya Rakna Diraja bin
Andi (Faqih). Ayahnya bernama Syeikh Abdullah bin Syeikh Wan Idris bin Tok
Wan Abubakar bin Tok kaya Pandak bin Andi (Faqih) Ali Datok Maharajalela3
3
Wan Shaghir Abdullah, Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani: Penulis Islam Produktif
Beliau mempunyai lima bersaudara; 1. Syeikh Wan Abdul Qadir, 2. Syeikh Wan
Abdul Rasyid, 3. Syeikh Wan Idris, dan 4. Haji Wan Nik bin Abdullah al-Fatani4,
5. Siti Khadijah binti Abdullah al-Fatani. Beliau dilahirkan di kampung Parit
Marhum, Kerisik, Patani pada tahun 1133 H atau 1721 M5. Keresik adalah sebuah
nama desa di Patani yang terletak di tepi pantai. Daerah tersebut berdekatan
dengan Kesultanan Patani waktu itu kira-kira jaraknya sekitar satu kilometer.
Dengan jarak yang dekat seperti itu keluarga beliau berperan penting dalam
kegiatan Islam pada Kesultanan Patani. Syeikh Abdullah bin Syeikh Wan Idris bin
Tok Wan 'Abubakar bin Tok kaya Pandak bin Andi (Faqih) Ali Datok
Maharajalela (ayahnya) dan Syeikh Wan Idris (kakeknya) adalah seorang ulama
terkenal di daerahnya. Melihat dari pertama kali beliau mendapat pelajaran sudah
bisa kita lihat bahwa beliau sejak kecil orang tuanya mendidik dan menanamkan
keilmuan agama yang cukup, mengingat ayah dan kakeknya aadalah ulama
terkenal di wilayah setempat. Karena tradisi keagamaan di wilayah Melayu-Patani
pada saat itu para orang tua sudah menanamkan ilmu pengetahuan Islam kepada
anak-anaknya. Tradisi ini tak lepas dari pengaruh para saudagar-ulama dari
wilayah Arab yang singgah di wilayah Patani. Letak antara pantai dan Patani
hanyalah satu kilometer jadi sudah pasti banyak para saudagar-ulama yang
bertempat tinggal di wilayah tersebut. Wilayah Patani pada saat itu adalah pusat
perdagangan di wilayah Asia tenggara sebelum akhirnya jatuh ketangan Siam
sebagai penjajah dan dibukanya pelabuhan baru yang berada di wilayah
Singapura-Indonesia (Banten). Kemudian beliau melanjutkan belajarnya di
4
Diperoleh dari Wan Ismail keturunanya di Jambu, Patani. silsilahnya: Wan Ismail bin Wan Abdullah bin Wan Ishaq bin Wan Umar bin Haji Wan Nik al-fatani.
5
pondok-pondok lokal yang berada di Patani. Bisa dikatakan Patani mulai
mengalami peningkatan jumlah masyarakat muslim dan jumlah ulama ketika
pondok-pondok mulai bermunculan. Salah satu faktor Islam mengalami
peningkatan adalah jika di suatu tempat telah terdapat pondok. Setelah itu
kemudian beliau melanjutkan belajarnya di Aceh selama dua tahun lamanya.
Antara Aceh dan Patani ini memiliki suatu hubungan dekat karen kedua wilayah
tersebut pada saat itu menjadi basis ilmu pengetahuan Islam di Nusantara. Setelah
itu beliau melanjutkan belajarnya di Mekkah selama tiga puluh tahun dan di
Madinah selama lima tahun. Penjajahan Siam dan sekutu terhadap Patani yang
mendesak beliau untuk pergi ke Mekkah dan Madinah guna menambah ilmu
pengetahuannya. Beliau yang pemikirannya cerdas berfikir kalau Patani tidak bisa
melawan hanya menggunakan kekuatan saja tapi harus juga dengan sisi ilmu
pengetahuannya.
Bagi beliau ilmu pengetahuan itu penting gunanya untuk mampu melawan
setiap kedzaliman yang tengah terjadi. Dalam pemikiran beliau “barang siapa
yang memiliki ilmu pengetahuan maka ia bisa menguasai sesuatu tanpa harus
menggunakan senjata” itulah yang menjadi tekad beliau dalam membebaskan
Patani terhadap penjajah. Dalam setiap ilmu pengetahuan yang beliau dapati
selalu ada sudut padang dari beliau sendiri terhadap ilmu yang didapatkannya.
Pernah suatu kali beliau kembali ke Melayu-Patani bersama dengan Syekh
Palimbani, beliau mencoba untuk berjuang secara fisik namun kenyatannya beliau
mengalami kekalahan dan akhirnya kembali ke Mekkah. Dari setiap keilmuan
yang beliau dapat selalu beliau tuangkan kedalam sebuah karya tulis yang berupa
hasilkan dan hampir semuanya menjadi karya yang banyak dipakai di wilayah
Patani khususnya dan Nusantara umumnya bahkan dunia Arabpun mengakui
karyanya beliau. Kehadiran beliau membawa nafas baru terhadap ilmu
pengetahuan dan pendidikan di wilayah Patani. Sebelumnya masyarakat setempat
hanya mengenal Islam secara harfiah atau luaran saja, dengan karya-karya beliau
maka bertambahlah ilmu pengetahuan dan pendidikan di Patani.
Dengan bangkitnya ulama pada akhir abad 18 M dan sepanjang abad 19 M
yang semakin jelas kedudukannya dalam peta pengetahuan dan keilmuan Islam di
Patani maka kita tidak sekedar mengamati perkembangan tradisi pengetahuan
Islam, tetapi penyebaran gerakan pembaharuan diwilayah Patani. Dengan
datangnya para ulama ke wilayah Patani khususnya dan Nusantara umumnya
dibuat sadar akan adanya perkembangan-perkembangan dalam gagasan Islam
serta lembaga-lembaga keagamaan di wilayah Melayu-Nusantara.
Hal-hal tersebut di atas, mendasari penulis untuk lebih jauh mengetahui:
PERANAN SYEIKH DAUD bin ABDULLAH AL-FATANI DALAM
MEMAJUKAN INTELEKTUAL ISLAM DI PATANI. Adapun alasan dari
pemilihan judul tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penulis ingin mengetahui silsilah keluarga dan nasab keguruan
serta keadaan Islam sebelum hadirnya Syeikh Daud bin Abdullah
al-Fatani di Patani
2. Penulis ingin mengetahui peranan Syeikh Daud bin Abdullah
al-Fatani dalam memajukan intelektual Islam di patani dan apakah
B. Permasalahan
a) Identifikasi Masalah
Dengan latar belakang masalah di atas penulis mengidentifikasi
permaslahannya ada dua hal yang perlu diungkapkan. Pertama, latar belakang
kehidupan dan silsilah keluarganya, latar belakang pendidikan dan guru-gurunya,
karya-karya yang telah beliau hasilkan dan keadaan Islam sebelum hadirnya
Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani.
Kedua peranan Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani sebagai ulama yang
memberikan nafas baru akan ilmu pengetahuan Islam. Karena sebelumnya
keadaan Islam di Patani masih bercampur dengan sinkretisme. Selain itu wilayah
Patani yang menjadi basis ilmu pengetahuan di wilayah Nusantara selain Aceh.
Hal ini karena banyak munculnya pondok-pondok pesantren sebagai sarana
pembelajaran Islam. Maka dari itu banyak pula ulama-ulama yang berasal dari
Patani salah satunya adalah beliau. Karena dari sekian banyak ulama yang berasal
dari Patani hanya Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani yang bisa menelurkan
banyak karya sebagai buah dari ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Beliau juga
yang meniupkan ruhul jihad kepada masyarakat Patani saat di jajah oleh Siam,
beliau menuipkan ruhul jihad di setiap karya-karya yang di hasilkan sehingga bagi
yang membaca dan mempelajarinya akan merasakan ruhul jihad yang ditanamkan
oleh beliau. Mungkin beliaulah yang pertama kali menuipkan ruhul jihad dalam
b) Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini akan di batasi pada, peranan Syeikh Daud bin
Abdullah al-Fatani dalam memajukan intelektual Islam di Patani dan karya-karya
yang telah dihasilkan serta dampak perkembangan ilmu pengetahuan Islam
setelah kehadiran Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani.
c) Perumusan Masalah
Persoalan inti dalam skripsi ini adalan peranan Syeikh Daud bin Abdullah
al-Fatani dalam memajukan intelektual Islam di Patani. adapun perumusannya
adalah sebagai berikut:
1. Siapa Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani?
2. Bagaimana keadaan intelektual islam sebelum Syeikh Daud bin
Abdullah al-Fatani?
3. Apa saja peranan beliau dalam memajukan intelektual islam di
Patani?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan latar belakang kehidupan
Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani dan latar belakang pendidikannya beserta
karya-karya yang di hasilkan, peranan beliau dalam memajukan Intelektual Islam
di Patani dan untuk membuktikan bahwa Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Agar dapat memberikan wawasan kepada mahasiswa ataupun masyarakat
umum tentang peranan Syekh Daud bin Abdullah al Fatani dalam
memajukan intelektual Islam di wialayah Patani.
2. Dapat dijadikan bahan kajian dan memperkaya khazanah tokoh-tokoh
yang berpengaruh dalam memajukan intelektual Islam di wilayah Patani
khususnya dan Nusantara umumnya.
D. Tinjauan Pustaka
Dengan penulisan skripsi ini merupakan bahasan yang masuk kedalam
sejarah Perkembangan Ulama Islam di Asia Tenggara khususnya di wilayah
Patani. Buku-buku yang dapat dijadikan sumber selain yang berasal dari
Indonesia atau tulisan-tulisan yang dibuat oleh penulis Indonesia dapat juga di
peroleh dari penulis asal Malaysia sebagai contoh Ibrahim Syukri H. Wan. Muh.
Shaghir Abdullah, ataupun asli dari orang Patani itu sendiri sebagai contoh,
Achmad Fathy Fatani. Kajian mengenai ulama-ulama Melayu-Nusantara memang
banyak namun untuk wilayah Melayu-Patani masih sedikit. Sebagai contoh yang
suka menulis tokoh ulama Nusantara adalah H. Wan. Shaghir Abdullah. Salah
satu buku beliau yang menulis tentang Syekh daud bin Abdullah al Fatani adalah
―SYEKH DAUD bin ABDULLAH al FATANI: PENULIS ISLAM PRODUKTIF
ASIA TENGGARA, buku ini terbitan dari C.V Ramadhani. Buku ini juga bisa
menjadi pengantar dalam menulis Syekh Daud bin Abdullah al-Fatani, buku ini
juga menjelaskan biografi beliau, pemikiran beliau tentang ilmu yang didapatnya
Setidaknya buku ini bisa memberikan gambaran tentang siapakah Syekh Daud bin
Al-Fatani itu, peranan beliau dalam memberikan ilmu pengetahuan dan
pendidikan Islam, serta karya-karya apa saja yang telah beliau hasilkan.
Buku ini menjelaskan tentang asal usul beliau dalam hubungan
kekerabatannya, ilmu pengetahuan yang beliau dapati serta dengan siapa beliau
mempelajari ilmu-ilmu tersebut, karya-karya yang beliau hasilkan, serta pandagan
beliau terhadap ilmu pengetahuannya. Buku ini juga menjelaskan sesuai dengan
tulisan yang saya tulis yaitu “Peranan Syeikh Daud Bin Abdullah Al-Fatani
Dalam Memajukan Intelektual Islam Di Patani”. Dalam buku ini menjelaskan
mengapa Syekh Daud bin Abdullah al-fatani mendapatkan sebuah gelar ulama
besar dari wilayah Patani. Selain itu juga memberikan penjelasan tentang
berita-berita yang menjadi perdebatan kapankah beliau itu wafat dan apakah beliau
mempunyai istri dan keturunannya, juga menjelaskan tentang kepada siapa-siapa
beliau belajar hingga dapat memberikan pengaruh dan pembaharuan dalam jarigan
ulama Melayu-Nusantara6. Dalam bukunya Azyumardi Azra yang berjudul
―Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII (edisirevisi). Menjelaskan proses perkembangan ulama-ulama di wilayah
Melayu-Nusantara yang di mulai dengan siapa, masa perkembangan dan puncak
kejayaan ulama Nusantara. Namun buku ini memberikan sedikit masukan tentang
pada abad keberapakah masa perkembangan dan puncak dari ulama Nusantara,
dan pada abad berapakah Syekh Daud bin Abdullah al-Fatani itu berada. Sangat
sedikit sumber yang menjelaskan pada masa siapakah Syekh Daud bin Abdullah
6
Menurut saya buku ini cukup mumpuni untuk menjelaskan tentang Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani dakam perjalanan hidup beliau. Namun kekurangan buku ini terletak pada tidak
al-Fatani itu berada. Penulis sudah mencoba mencari di buku Patani Dalam
Tamadun Melayu karya Moh. Zamberi A Malek7, namun tidak membahas tentang
masa-masa beliau berada begitu pula dengan karya Ahmad Fathy al Fatani yang
berjudul Pengantar Sejarah Patani penulis juga tidak menemukan pada masa
siapakah beliau berada. Tapi jika dilihat dari tahun hidup sampai wafat, beliau
berada pada masa Patani di pegang oleh ratu-ratu. Sedangkan buku yang berjudul
Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani: Satu Analisis Peranan dan Sumbangannya
Terhadap Khazanah Islam di Nusantara yang di tulis oleh Engku Ibrahim Ismali
berisi tentang hubungan yang terjalain antaran Patani dengan Timur Tengah dan
Patani dengan Kelantan, buku ini tak jauh berbeda dengan buku-buku yang pernah
membahas Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani yakni berisi tentang latar belakang
kehidupan, latar belakang pendidikan, karya-karya yang dihasilkan. Namun yang
menarik dalam buku ini adalah adanya pohon silsilah yang pertalian nasabnya
sampai kepada Rasulullah SAW dan penjelasan karya yang berisi tahun terbit dan
penerbit yang menerbitkan karya-karya beliau.
E. Kerangka Teori
Seperti permasalahan di atas peranan adalah kata kunci dalam penulisan
skripsi ini. Dengan demikian penulis menggunakan teori peran serta sebagai
landasan kerangka teori untuk menjawab permasalahan di atas. Menurut kozier
barbara8, peran adalah seperangkat tingkah laku yang di harapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam suatu system. Maka dapat
7
Karena buku ini lebih banyak menjelaskan asal usul Patani, raja-raja yang memerintah Patani dan hubungannya dengan kesultanan Kelantan
8
Kozier Barbara, Peran dan mobilitas kondisi masyarakat (Jakarta: Gunung Agung,
di simpulkan bahwa teori peran adalah sudut pandang dalam kehidupan
bermasyarakat sebagai bentuk dari perilaku yang di harapakan seseorang pada
situasi sosial tertentu (contoh ibu, dosen, anak murid).
Dalam teori ini, sebenarnya sudah ada skrip atau skenario yang di susun
oleh masyarakat, yang mengatur apa dan bagaimananya setiap peran di dalam
masyarakat tersebut. Dalam skrip atau skenario sudah ―tertulis‖ seorang ulama
harus bagaimana, seorang presiden harus bagaimana dan begitu seretrusnya sesuai
dengan peran yang kita terima dan kita jalankan. Maka dalam permasalahan di
atas peran dapat diartikan dengan keikutsertaan Syeikh Daud bin Abdullah
al-Fatani sebagai ulama dalam memajukan intelektual islam di Patani.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan
Adapun metode pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam
penyusunan skripsi ini adalah metode pendekatan sejarah – sosial - intelektual
dengan penjelasan yang bersifat deskriptif-analitis.
Sejarah sebagaimana ilmu sosial, mempunyai penceritaan (description) dan
penjelasan (explanation). Dalam penceritaannya, sejarah bersifat menuturkan
gejala tunggal, sedangkan ilmu sosial menarik hukum umum9. Di lain pihak, ilmu
sosial ilmu sosial memperhatikan secara mendasar kejadian-kejadian sosial
dengan mendasarkan pada data-data seperti sejarah untuk informasinya10. Hal ini
berarti dalam korelasi sejarah dengan ilmu sosial adalah bahwa ilmu sosial
9
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah (Historical Explanation) (Yogyakarta: Tiara Kencana,
2008), h. 7,117-118.
10
M. Hotman Siahaan, Pengantar Ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi (Jakarta: Penerbit
merupakan ilmu yang menjelaskan hukum-hukum atau teori-teori penceritaan
sejarah.
Selain itu, kajian penelitian ini lebih menekankan kepada sejarah biografi,
dimana fokus utama dari penulisan sejarah biografi adalah menangkap dan
menguraikan jalan hidup seseorang dalam hubungannya dengan lingkungan
sosial-historis yang mengitarinya. Bagaimana subyek yang diteliti mengatasi
berbagai hambatan, baik itu hambatan sosial, ekonomi, kultural ataupun
psikologis yang mengitari dirinya. Apa yang dicita-citakan, apa yang dilakukan
dan bagaimana dia melakukannya serta sampai dimana sukses yang bisa dicapai,
bagi dirinya dan perjuangannya11
Sedangkan pemahaman keintelektualan sebagai metode pendekatan
penelitian sejarah menyangkut kepada semua fakta yang berasal dari apa yang
dihasilkan oleh pemikiran manusia12. Semua fakta itu merupakan ekspresi dari
mental seseorang yang berupa ide, gagasan, kepercayaan, dan sebagainya yang
bisa menggerakkan fakta sejarah lainnya13.
2. Metodologi pengumpulan data
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode library research,
penulis mencari buku-buku yang berkaitan dengan judul. Sumber-sumber tertulis
tersebut ditemukan di Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora, Perpustakaaan Nasional RI,
Perpustakaan FIB UI, perpustakaan pribadi milik Drs. Tati Hartimah (Dosen SPI),
11
Taufik Abdullah, ―Manusia dalam Kemelut Sejarah, Sebuah Pengantar‖, Taufik
Abdullah dkk, ed., Manusia dalam Kemelut Sejarah, ( Jakarta, LP3ES, 1983), cet-4, h. 10.
12
Sartono Kartodirjo, Pendekatan Ilmu Sosial, h. 178.
13
perpustakaan pribadi milik Drs. Saidun Derani (Dosen SKI), buku pribadi milik
Dida Nuraida. S.Hum (Alumni SKI), Perpustakaan Iman Jama Lebak Bulus,
dosen dari Prince of Songkhla University Prof. Dr. Nik Abdul Rakib bin Nik
Hasan, buku-buku dari perpustakaan-perpustakaan, penulis juga mendownlod
artikel dari Internet. Adapun sumber-sumber sebagai berikut:
3. Jenis dan sumber
Sumber-sumber yang saya pakai dalam penulisan ini adalah berupa
buku,artikel, dan naskah yang ditulis oleh Syeikh Daud bin Abdullah al-Fatani
sebagai buah hasil dari keilmuannya, serta dari beberapa artikel yang saya cari di
internet. Penulis menemukan kesulitan dalam menemukan sumber primer yang
terkait tentang karya-karya beliau maka penulis hanya mampu menemukan
sumber sekunder yang menuliskan tentang beliau. Berkut sumber-sumber
sekunder yang menuliskan tentang beliau
Sumber Sekunder
1. Shaghir, Abdullah. Syeikh Daud bin Abduliah Al-Fatani: Penulis
Islam Produktif Asia Tenggara. Solo: Ramadhani, 1987.
2. Binci, Arifin dkk. Patani Darussalam. Yala: Center Of Southern Thai Islamic Culture. 2000.
3. Fatani, Ahmad Fathy. Pengantar Sejarah Patani. Kedah: Pustaka Darussalam. 1994.
4. Syukri, Ibrahim. Sejarah Kerajaan Melayu Patani. Malaysia: UKM. 2002.
6. Bashah, Abdul Salim. Raja Campa dan Dinasti Jembal dalam Patani Besar (Patani, kelantan dan Trengganu). Cet I. )Kelantan:
Pustaka Reka, 1994).
7. Shaghir, Abdullah. Penyebaran Islam dan Silsilah Ulama Sejagat Dunia Melayu. Kuala Lumpur: Pusat Penyelidikan dan
Penyebaran Kazanah Islam Kalsik dan Dunia Modern, 1999.
8. Al-Habib Alwi bin Thahir al-Hadad, Sejarah Masuknya Islam di Timur Jauh. (Jakarta: PT Lentera Basritama, 2001).
9. Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (edisirevisi). (Jakarta: Prenada Media,
2004).
10. Kettani, Ali M. Minoritas muslim di dunia dewasa ini. Terj, Zarkowi Soejoeti. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005).
11. Asia Tenggara Konsentrasi Baru kebangkitan Islam. Ed. Moeflich Hasbullah. Cet ke-I (Fokusmedia, 2003).
4. Langkah penelitian
Sedangkam proses penulisan proposal skripsi ini penulis membagi menjadi
empat tahapan:
Heruistik
Heruistik adalah kegiatan mencari dan menemukan sumber yang
diperlukan. Berhasil-tidaknya pencarian sumber, pada dasarnya tergantung dari
wawasan peneliti mengenai sumber yang diperlukan dan keterampilan teknis
penelusuran sumber. Bedasarkan bentuk penyajiannya sumber-sumber sejarah
terdiri atas arsip, dokumen, buku, majalah/jurnal, surat kabar, dan lain-lain.
sekunder. Sumber primer adalah sumber yang pembuatannya tidak jauh dari
waktu terjadinya peristiwa. Sumber sekunder adalah sumber yang waktu
pembuatannya jauh dari waktu terjadinya peristiwa. Peneliti harus mengetahui
benar, mana sumber primer dan mana sekunder. Dalam pencarian sumber sejarah,
sumber primer harus ditemukan, karena penulisan sejarah ilmiah tidak cukup
hanya menggunakan sumber sekunder.
Agar pencanrian sumber berlangsung secara efektif, dua unsur penunjang
heruistik harus diperhatikan.
a) Pencarian sumber harus berpedoman pada bibliografi kerja dan
kerangka tulisan. Dengan memperhatikan
permasalahan-permasalahan yeng tersirat dalam kerangka tulisan (bab dan
subbab), peneliti akan mengetahui sumber-sumber yang belum
ditemukan.
b) Dalam mencari sumber di perpustakaan, peneliti wajib memahami
sistem katalog perpustakaan.
Kritik Sumber
Sumber untuk penulisan sejarah ilmiah bukan sembarang sumber, tetapi
sumber-sumber itu terlebih dahulu harus dinilan melalui kritik ekstern dan kritik
intern. Kritik ekstern menilai, apakan sumber itu benar-benar sumber yang
diperlukan? Apakah sumber itu asli, turunan atau palsu? Dengan kata lain, kritik
ekstern menilai keakuratan sumber. Kritik intern menilai kredibilitas data dalam
Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi data, sehingga
diperoleh fakta. Setiap data sebaiknya dicatat dalam lembaran lepas, agar
memudahkan mengklasifikasikannya bedasarkan kerangka tulisan.
Intepretasi (analisa)
Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup
memadai, kemudian dilakukan intepretasi, yaitu penafsiran akan makna fakta dan
hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi
oleh sikap objektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subjektif, harus
subjektif rasional, tidak subjektif emosional. Rekontruksi peristiwa sejarah harus
menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.
Laporan
Kegiatan terakhir dari penelitian sejarah (metode sejarah) adalah
merangkaikan fakta berikut maknanya secara kronologis/diakronis dan sistematis,
menjadi tulisan sejarah sebagai kisah. Kedua sifat uraian itu harus benar-benar
tampak, karena kedua hal tersebut merupakan bagian dari ciri karya sejarah
ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.
Selain kedua hal tersebut, penulisan sejarah, khususnya sejarah yang bersifat
ilmiah, juga harus memperhatikan kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah
umumnya.
a) Bahasa yang digunakan harus bahasa yang baik dan benar
menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Karya ilmiah dituntut
untuk menggunakan kalimat efektif.
b) Memperhatikan konsistensi, antara lain dalam penempatan tanda
c) Istilah dan kata-kata tertentu harus digunakan sesuai dengan
konteks permasalahannya.
d) Format penulisan harus sesuai dengan kaidah atau pedoman yang
berlaku termasuk format penulisan bibliografi/daftar pustaka/
daftar sumber.
Kaidah-kaidah tersebut harus benar-benar dipahami dan diterapkan, karena
kualitas karya ilmiah bukan hanya terletak pada masalah yang dibahas tetapi
ditunujkan pula oleh format penyajiannya. Adapun teknik penulisan skripsi ini
disesuaikan dengan Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis dan
Disertasi14 yang diterbitkan oleh CeQDA Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
Penulis akan membagi penulisan skripsi dalam lima bab, adapun
bagian-bagian dari bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab I PENDAHULUAN
Adalah Latar belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan
Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Landasaan Teori, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
Bab II MENGENAL BIOGRAFI SINGKAT SYEIKH DAUD bin
ABDULLAH al-FATANI
14
Mengenal biografi singkat Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani
yang meliputi: latar belakang kehidupan, latar belakang
pendidikan.
Bab III KEADAAN ISLAM SEBELUM SYEIKH DAUD BIN
ABDULLAH al-FATANI
Berisi tentang kondisi atau keadaan Islam di Patani sebelum
Syeikh daud bin Abdullah Al-Fatani
Bab IV KEGIATAN INTELEKTUAL SYEIKH DAUD BIN ABDULLAH al-FATANI
adalah kegiatan intelektual atau peranan Daud bin Abdullah
Al-Fatani sebagai Ulama yang meliputi pemikiran terhadap ilmu
pengetahuan dan karya-karyanya.
Bab V KESIMPULAN DAN SARAN
berisi tentang masukan, kesimpulan penelitian serta saran-saran
BAB II
MENGENAL BIOGRAFI SINGKAT SYEIKH DAUD bin ABDULLAH
Al-FATANI
A.Latar Belakang Kehidupan
Nama lengkapnya adalah Al-alim Allamah Al-arif Ar-rabbani Syeikh Wan
Daud bin Syeikh Abdullah bin Syeikh Wan Idris Al-Fatani15. Ibunya bernama
Wan Fatimah, merupakan anak dari Wan Salamah binti Tok Banda Wan Su Bin
Tok Kaya Rakna Diraja bin Andi (Faqih) Ali Datok Maharajalela bin Mustafa
Datuk Jambu (Sultan abdul Hamid Syah) bin Sultan Muzzafar Waliullah bin
Sultan Abu abdullah Umadatuddin (Wan Abu atau Wan Bo Teri-teri atau
Maulana Israil Raja Champa 1471 M16. Ayahnya bernama Syeikh Abdullah bin
Syeikh Wan Idris bin Tok Wan Abubakar bin Tok kaya Pandak bin Andi (Faqih)
Ali Datok Maharajalela17.
Faqih Ali Datok Maharajalela bin Mustafa Datok Jambu (Sultan Abdul
hamid) bin Sultan Muzzafar Syah Waliullah, merupakan saudara kandung dari
Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Beliau juga bersaudara dengan Sultan
Babullah (Sultan Ternate) dimana ayah dari sultan Muzzafar Syah Waliulllah,
Sultan Babullah dan Syarif Hidayatullah adalah Sultan Abdullah Umadatuddin.
Kakek mereka bertiga ialah Sayyid Ali bin Sayyid NurAlam bin Maulana Syeikh
Jamaluddin Al-Akbari Al-Husayni (Sulawesi) bin Sayyid Ahmad Syah (India) bin
15
Gelar tersebut di dapat karena lamanya beliau menuntut ilmu agama
16
Engku Ibrahim Ismail, Syeikh Daud bin Abdullah al-fatani: Peranan dan
Sumbangannya terhadap Khazanah Islam di Nusantara. Cet 1 (Kuala Lumpur: Akademi Pengajian Melayu University Malaya, 1992), h. 21.
17
Shaghir Abdullah, Syeikh Daud bin Abduliah Al-Fatani: Penulis Islam Produktif Asia
Sayyid Abdull Malik Abdul Muluk (India) bin Sayyid Alwi (Hadramaut) bin
Sayyid Muhammad Sahib Mirbat bin Asyyid Al-Khali Qasam (Hadramaut) Imam
Isa Naqib (Basrah) bin Muhammad Naqib (Basrah) bin Imam Ali Uraidi
(Madinah) bin Ja’far Sadiq bin Imam Muhammad Baqir bin Imam Baqir bin
Imam Ali Zayn Al-Abidin bin Imam Husein bin Ali, dari Ibunda Sayidah Fatimah
Az-Zahrah binti Muhammad SAW18.
Dengan sebagian penjelasan nasabnya tersebut maka Syeikh Daud bin
Abdullah Al-Fatani memiliki pertalian darah dengan Rasulullah SAW baik dari
pihak Ayah maupun dari pihak Ibu. Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani lahir di
kampung Parit Marhum dekat Keresik di Patani pada Tahun 1133 H atau 1721
M19. Keresik adalah sebuah daerah yang terletak di pesisir pantai. Pada zaman
kebesaran patani Keresik menjadi bandar pelabuhan yang disinggahi para
saudagar-saudagar yang berasal dari tanah Arab. Keresik juga merupakan ibu
kota kerajaan Islam Patani. Ustadz Wan Shaghir Abdullah menuturkan, ketika
mendengar kata Keresik dan keturunan Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani,
beliau menyatakan.
Jamaluddin al-Akbari al-Husayni. Silsilah Maulana Malik Ibrahim ialah ayahnya bernama Barakat Zainul Alam bin Syeikh Jamaluddin Akbari al-Husayni. Tidaklah dapat dinafikan pertalian da‟wah Islam Syeikh Daud bin Abdulllah al-Fatani dengan, para Wali di Jawa lainnya, karena masih satu puncak kekeluargaan yang besar dan luas”.
Kemudian Ustadz Wan Shaghir Abdullah menyatakan kembali.
“Di Patani ada tempat bernama „Teluban‟ sedangkan di Jawa ada tempat
bernama „Tuban‟ (hanya dihilangkan huruf „E‟ dan „L‟ saja). Di malaysia ada tempat bernama „Kelantan‟, dekat Patani, di Jawa ada pula daerah „Klaten‟. Orang-orang Patani menyebut Kelantan adalah „Klate‟ hampir sama sebutan untuk kedua daerah tersebut”.
Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani adalah anak pertama dari lima
bersaudara adik-adiknya Syeikh Wan Abdul Qadir, Syeikh Wan Abdul Rasyid,
Syeikh Wan Idris dan seorang wanita bernama Siti Khadijah binti Abdullah
Al-Fatani. Beliau merupakan seorang putra yang cerdas dan pandai dibandingkan
dengan teman-teman sepermainannya pasa masa kecilnya. Memiliki akhlak yang
baik kepandaiannya bisa dikatakan luar biasa. Saat Syeikh Daud bin Abdullah
membaca dan hanya sekali mendengarkan langsung hafal, dan tak perlu susah
payah untuk mengahafal seperti kebanyakan orang-orang yang sedang belajar.
Dari ke lima bersaudara beliaulah yang paling alim, bahkan dalam keluarga besar
beliau belum ada yang sealim dirinya. Bahkan ada sebuah riwayat yang
disampaikan oleh seorang nenek yang mengatakan
mengapa Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani saja yang menarik perhatian Ulama tersebut. Lalu Ulama tersebut menjelaskan : „mudah -mudahan di Takdirkan Allah anak ini menjadi bintang berkilauan, bulan purnama, matahari bersinar dan Ulama teragung di tanah Jawi”.
Syeikh daud bin Abdullah Al-Fatani wafat di Thaif pada tahun1265 H atau
1850 M dan berumur +/- 80 tahun. Dari Nik Tikat Syeikh Daud bin Abdullah
Al-Fatani wafat pada tahun 1263 H atau 1847 M, namun tak bisa dipastikan dengan
pasti kapan Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani wafat. Dibutuhkan penelitian
lanjutan dari penelitan sebelumnya. jenazah Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani
dikebumikan bersebelahan dengan Abdullah Ibn Abbas (Thaif) kemudian oleh
Syeikh Muhammad bin Ismail Al-Fatani (Syeikh Nik Mat Kecik) dipindahkan
dari Thaif ke Mekkah karena Syeikh Nik Mat Kecik ini mengetahui bahwa
wahabi akan datang dan menghancurkan kuburan-kuburan keramat termasuk
makam Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani yang di anggap keramat oleh
penduduk setempat.
B.Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan awal tentang kelslaman di dapat dari ayah dan kakeknya yang
merupakan Ulama terkenal di daerahnya. Ayah dan kakeknya sangat displin
dalam menjaga dan mendidik beliau sejak kecil. Ditambah tradisi di Patani di
waktu itu senantiasa menanamkan dan memperkenalkan Islam sejak masik
kanak-kanak. Pada sekitar umur lima sampai tujuh tahun dipaksakan supaya mengenal
pengetahuan tentang Allah (Ilmu tauhid). Apabila telah hafal dan tidak lupa lagi
maka akan di tambah pelajaran lagi seperti nahwu dan sharaf. Semua system
pendidikan tradisional di Patani telah beliau lalui. Beliau termasuk anak yang
pondok di daerah Keresik selama lima tahun. Karena Keresik merupakan tempat
tumpuan pembelajaran Islam setempat dan luar daerah untuk memperdalam usaha
dakwah Islamiah, dan membincangkan tentang hukum-hukum Islam. Ketika itu
banyak Ulama. dari Timur Tengah, terutama dari Yaman yang mengajar di Patani.
Beranjak remaja kecintaanya pada ilmu pengetahuan serta rasa tanggung jawab
untuk belajar semakin tertanam dibenak beliau. Hampir semua orang alim yang
berada di wilayah Patani pernah beliau kunjungi. Guru beliau yang terkenal ketika
masih belajar di Patani adalah Syeikh Abdurrahman Pauh Bok Al-Fatani.
Setelah itu beliau menyambung keilmuannya di Aceh, Sumatra Utara
selama dua tahun karena pada waktu itu ada hubungan yang erat antara Patani
dengan Aceh sebagai pusat pembelajaran Islam Melayu-Nusantara sebelum
mereka melanjutkan pembelajaran di Mekkah. Di Aceh beliau belajar kepada
Muahammad Zayn bin Faqih Jalal Al-Din al-Asyi20. Muhammad Zayn Al-Asyi
adalah seorang Ualam terkemuka di Kesultanan Aceh pada masa pemerintahan
Sultan Alaudin Mahmud Syah (1174-95/1760-81)21. Penjahan Siam terhadap
Patani mendesak beliau melanjutkan pembelajarannya ke Mekkah selama tiga
puluh tahun dan di Madinah selama lima tahun22 lamanya. Sesampainya di
Mekkah beliau segera bergabung dengan kalangan murid Jawiyang telah ada di
sana. Di antaranya adalah Muhammad Shalih bin Abdul Ar-Rahman Al-Fatani,
Ali bin Ishaq Fatani, Palimbani, Muhammad Arsyad bin Abdullah
20
Shaghir Abdullah, Syeikh Daud bin Abduliah Al-Fatani: Penulis Islam Produktif Asia
Tenggara (Solo: Ramadhani, 1987), h. 32.
21
A. Hasjmi, pendidikan Islam di Aceh dalam Perjalanan Sejarah (Sinar Darussalam), h.
32.
22
H.W. Muhd. Shaghir Abdullah, Syeikh Abash Shamad al-Palimbani (Al-Fathanah,
1983), h. 5-6, Syeikh Muhd Arsyad al-Banjari ( Al-Fathanah , 1983), h. 13, Syeikh Ismail
Banjari, Abdul Al-Wahhab Al-Bugisi, Abdul Ar-Rahman Al-Batawi dan
Muhammad Al-Nafis. Di antara murid-murid itu, beliau yang paling muda
sehingga mereka-mereka di jadikan guru oleh beliau untuk membantunya belajar
ketika dengan guru non-Melayu. Beliau, Al-Palimbani, Muhammad Arsyad,
Abdul Rahman Al-Batawi, dan Abdul Al-Wahhab Al-Bugisi, mendapatkan
pelajaran langsung dengan Al-Sammani. Di antara ulama Patani yang telah
dii'itiraf dan diperbolehkan mengajar di Masjidii Haram antara lain ialah Syeikh
Muhammad Shaleh bin Abdur Rahman Al-Fatani. Syeikh Muhammad Shaleh
adalah seorang tokoh ahli Sya'riat dan Haqiqat yang lebih banyak terjun ke dunia
kesufiaan.
Beliau juga di riwayatkan belajar dengan Isa bin Ahmad Al-Barawi (w.
1182H/1768M)23, tujuh tahun sebelum beliau belajar kepada Al-Sammani (w.
1189H/1775M). Dengan demikian, ketika beliau belajar kepada Al-Barawi,
mungkin pada masa-masa akhir kehidupannya, sedangkan Al-Sammani berada
pada masa puncak dari karirnya. Karena banyak di antara murid
Melayu-Nusantara telah belajar dengan Al-Sammani, maka dengan mendapat berita
seperti itu beliau bergegas bergabung dengan mereka yang terlebih dahulu
berguru dengan Al-Sammani. Kepada Al-Barrawi beliau mendapatkan ilmu
tentang Ushuludin, al-Barrawi sendiri mempunyai keahlian khusus dalam
hadist-hadist hukum Islam dan dalam terhadap telaah komparatif atas mahzab-mahzab
hukum Islam. Al-Barrawi menerima hadist melalui isnad-isnad yang mencakup
seperti Abdullah Al-Bashri, Alaudin Al-Babili, Syams Al-Din Al-Ramli, dan
Zakarya Al-Anshari.
23
Shaghir Abdullah, Syeikh Daud bin Abduliah Al-Fatani: Penulis Islam Produktif Asia
Di samping belajar dengan Al-Barrawi dan Al-Sammani beliau
melanjutkan pembelajarannya dengan Al-Syarqawi, Syeikh Al-Azhar, dan
Muhammad Nafis. Al-Syarqawi adalah pakar dari ilmu-ilmu hadist, syariat,
kalam, dan tasawuf maka beliau mendapatkan pembelajaran seperti itu. Guru
beliau berikutnya setelah Al-Syarqawi adalah Al-Syanwani (W.12J3H/1818M)
Syarwani merupakan Rektor Universitas Azhar setelah meninggalnya
Al-Syarqawi. Dalam pembelajarannya Al-Syanwani belajar kepada beberapa ulama
Mesir yaitu Ahmad Damanhuri, Barrawi, Syarqawi, dan Murtadha
Al-Zabidi. Al-Syanwani adalah pakar dalam ilmu-ilmu hadist, fiqh, tafsir, dan kalam.
Dari Al-Syanwani beliau menambah pengetahuannya dalam bidang fiqh dan
kalam. Selain dari guru-guru yang telah tersebut di atas beliau juga berguru
kepada Muhammad As'ad, Alimad Al-Marzuqi, dan Ibrahim Al-Ra'is al-Zamzami
Al-Makki24. Mereka juga adalah guru dari Al-Palimbani. Dari Ibrahim Al-Ra'is
beliau mendapat pelbagai disiplin ilmu dan pembelajaran tentang tarekat
Syadziliyah. Ibrahim Al-Ra'is mendapatkan tarekat itu dari Shalih Al-Fullani,
yang mendapatkan dari gurunya Ibn Sina25.
Selanjutnya Muhammad As'ad dimungkinkan bernama Muhammad As'ad
Al-Hanafi Al-Makki, seroang muhaddis yang memiliki sebuah Isnad hadis yang
diketahui ke belakang hingga Abdullah Al-Bashri. Beliau tidak mengambil Isnad
dari Muhammad As'ad itu sendiri melainkan mengambil tarekat Syatariyah.
Kemudian beliau mempelajari tentang tarekat Samaniyah oleh Syeikh Ali bin
24
Shaghir Abdullah, Syeikh Daud bin Abduliah Al-Fatani: Penulis Islam Produktif Asia
Tenggara (Solo: Ramadhani, 1987), h. 34-35 dan39.
25
Ishaq Al-Fatani. Namun riwayat lain menyebutkan bahwa beliau belajar langsung
kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Karim Samman Al-Madani pelopor tarekat
Samaniyah. Berikut tentang silsilah guru beliau mengenai tarekat Syatariyah dan
Samaniyah yang di pelajarinya26. Sebagai Ulama yang memiliki banyak guru dan
pelbagai ilmu pengatahuan yang di dapati pasti ada karya-karya yang di ciptakan
sebagai aplikasi dari ilmu yang di dapat oleh beliau. Ada sekitar kurang lebih 66
karya27 yang pemah di tulis beliau baik dengan bahasa Arab ataupun Melayu.
Semua karya-karya yang beliau tulis jarak waktunya sangat berdekatan. Hal
tersebut membuktikan betapa besarnya dedikasi beliau terhadap penulisan tentang
Islami. Semua itu sebagai wujud rasa tanggung jawab beliau untuk menyebar
luaskan ilmu pengetahuan. Semua karyanya beliau merupakan intisari dari
hasil-hasil pemikiran beliau. Dalam penuliasan beliau tidak menulisnya dengan sendiri
namun di Bantu para murid-muridnya. Beliau hanya menceritakan semua apa
yang ingin di tulis lalu muridnya itu menyalin setiap perkataan beliau dengan
baik, setelah itu di koreksi jika ada sedikit kesalahan dalam penulisan.
Karya-karya beliau sangat popular di daerah Arab umumnya dan Melayu
khususnya. Setengahnya menjadi kitab-kitab rujukan sampai sekarang-sekarang
ini di wilayah Arab dan Melayu, diantaranya adalah kitab Ad-Durrus Stamiin,
Minhajul Abidin, Munyatul Mustalli, dan lain-lain. Dalam karya beliau mengenai
fiqh juga menjadi buku teks di beberapa pondok-pondok, dan setengahnya masih
di pakai sampai sekarang seperti furuu'ul Masa'il yang mendetail isinya, Fathul
Mannan, juga sebuah kitab hukum Islam yang popular yakni Bughyatul Thullab.
26
Lihat lampiran silsilah tarekat
27
Munyatul Mushalli yang membicarakan tentang shalat bukan hanya dari segi
hukum sah dan batalnya tetapi dari segi kekayaan rohanian yang banyak
diinspirasikan oleh tasawuf. Kemudian kemudian Sullamul Mubtadi, lidhaahul
BAB III
KEADAAN ISLAM SEBELUM SYEIKH DAUD BIN ABDULLAH
AL-FATANI
A. Perkembangan Islam di Patani Sebelum Daud bin Abdullah Bin Al-Fatani
Untuk bagaimana Islam masuk di Patani tidak perlu di jelaskan kembali
karena sudah ada sumber-sumber lain yang membahasnya. Syeikh Daud bin
Abdullah Al-Fatani juga bukan ulama pertama yang melakukan pengajaran Islam
didaerah Patani. Banyak ulama-ulama terdahulu yang telah memberikan
pengajaran Islam di daerah Patani salah satunya adalah keluarga dari Syeikh Daud
bin Abdullah al-Fatani itu sendiri. Kedatangan Islam sudah ada dan bersiar pada
masa pemerintahan kerajaan Sukothai di abad ke tiga belas, yang terjalin dari
hubungan dagang dengan saudagar muslim. Kemudian muncul kerajaan
Ayutthaya sebabagi pengganti kerajaan Sukothai yang runtuh pada abad ke empat
belas, yang pada saat itu Islam telah memiliki kekuatan politik. Kemudian banyak
para muslim tersebut di angkat oleh Raja untuk di jadikan perdana menteri dan
pejabat penting di kerajaannya. Peran orang-orang muslim sebagai menteri,
pejabat tinggi dan saudagar yang dekat dengan Raja menjadikan mereka
kelompok yang berpengaruh di istana28.
Islam mungkin saja sudah menyebar secara luas tak hanya di kalangan
istana saja namun sudah ke pelosok-pelosok daerah baik di pesisir pantai atau
dalam pedesaan. Dalam kegiatan keagamaannya bercampur dengan keagamaan
28
Ibnu Muhammad Ibrahim, The Ship of Sulaiman ter. John O’Kane (London: Routledge
and keagen Paul, 1972), h. 94-97. Ikhtisar tentang peran Muslim periode ini, lihat Omar Farouk
Shaeik Ahmad, Muslim in the Kingdom Ayutthaya (JEBAT: Journal of the History Departement
terdahulu yang sinkretisme. Praktek magis (permohonan) di antara rakyat desa
adalah hal yang berbeda dari agama, yang merupakan Islam ortodoks. Kata Magi
sendiri di definisikan sebagai ―agama rakyat Melayu‖ hidup di antara orang-orang
Melayu, baik yang berkuasa ataupun yang dikuasai. Sebagai contoh pentingnya
kegiatan magi sendiri bagi kalangan kerajaan adalah keyakinan kuat terhadap
upacara tabal pusaka (atau secara bahasa, pelantikan leluhur) yang dilakukan pada
sore hari hingga tengah malam. Kemudian harinya dilakukan tabal adat (yang
bisa disebut sebagai pengukuhan) yang di laksanakan pada hari upacara
pelantikan suatu penguasa. Tentu saja kedua acara tersebut dilaksanakan dengan
cara Islam, misalnya dengan pembacaan do’a dalam bahasa Arab. Magi sendiri
terbagi dalam pelbagai macam bentuk seperti kegiatan ekonomi ( menanam padi,
menangkap ikan-nelayan melakukan upacara tahunan yang disebut basemah, yang
merupakan bentuk sesajian untuk terhindar dari ruh-ruh jahat), kontruksi
bangunan (bangunan rumah atau sebagainya), siklus hidup manusia (kehamilan,
kelahiran, pernikahan, dan kematian), pengobatan tradisional, hiburan (permainan
bayang-bayang. Nyabung ayam, adu kerbau), ramal-ramalan (membaca
tanda-tanda dari dunia ruh), kehidupan pribadi (memikat lawan jenis), dan hubungan
antar pribadi lainnya ( magi cinta atau black magic).
Selain hal di atas tersebut masyarakat memiliki kepercayaan terhadap
sesuatu yang keramat. Kata ‗keramat’ sendiri bisa diartikan sebagai ‗hal yang
sakral’. Baik berbentuk benda mati atau benda hidup lainnya. Bebebrapa contoh
keramat adalah batuan karang yang berbentuk aneh, pohon-pohon besar yang tua
umurnya dan sudah tidak utuh lagi bentuknya, kuburan yang ditemukan di tengah
terutama sesepuh pendiri desa yang memiliki pengetahuan lebih soal agama29.
Aspek-aspek budaya dan keagamaan kehidupan daerah Patani sebelum
kemunculan Syeikh Daud bin Abdullah Al-Fatani adalah gabungan dari dua
tradisi pra-Islam dan Islam yang datang dari Timur Tengah, walaupun masyarakat
Patani sudah memeluk Islam sejak abad 15 yang lalu.
Selain di kalangan masyarakat Patani, kegiatan atau praktek magis masih
di jalankan oleh raja-raja di kerajaan Patani. Mungkin karena pengaruh
Buddha-Mahayana yang begitu kuat dan turun temurun di dalam istana sehingga ke dua
ajaran tersebut bercampur aduk menjadi sebuah agama sinkretisme. Ahli-ahli
sejarah terdahulu berpendapat bahwasannya raja Patani sebelum Sultan Ismail
Syah30 adalah raja-raja yang belum memeluk Islam walaupun agama Islam sudah
ada dan mulai berkembang. Seperti contohnya pada tahun 1412 (pada masa Phya
Tu Kurub Mahajana) ada seorang dari ulama Patani yang pergi ke Pulau Buton
dan menyebarkan Islam. Raja setempat yang bernama Mulaesi-Gola
menyambutnya dengan baik. Kemudian datang seorang Syeikh yang bernama
Syeikh Said Barsisa seorang bomoh atau tabib yang berasal dari Pasai pada tahun
1457 barulah raja di kerajaan Patani memeluk Islam. Raja pertama kali memeluk
Islam adalah Phya Tu Nakpa keturunan dari Sultan Sulaiman Syah yang
memerintah di negeri Langkasuka (Wurawari). Sebagai bentuk rasa syukurnya
karena telah memeluk Islam dan sebagi bentuk rasa tanggjung jawab untuk
mensyiarkan Islam maka Sultan Ismail Syah mendirikan sebuah masjid yang di
beri nama Masjid Kerisek yang berasiterktur masjid-masjid di Asia Barat.
29
, Saifull Mujani, ed., Pembagunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara terj, Saiful
Mujani dan Abduh Hisyam. Cet I. (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1993), h. 170.
30
Setelah kewafatan Sultan Ismail Syah kemudian takhta kerajaan di berikan
kepada cucu dari saudaranya yang bernaman Phya Tu Intira yang merupakan cucu
dari Sultan Muhammad Tohir, Raja Ligor yang menikah dengan Dewi Cahaya.
Dalam ‗Sejarah Kerajaan Melayu Patani’ disebutkan bahwa Syeikh Saifuddin
yang mengajarkan Islam dan mengIslamkan raja Phya Tu Intira (Raja Indra) yang
memerintah di Pada kurun waktu 1500 M-1532 M, kemudian setelah memeluk
agama Islam namanya berubah menjadi Sultan Muhammad Syah. Sebagai balas
jasa karena mengajarkan Islam kepada dirinya maka Sultan Muhammad Syah
mengangkat Syeikh Safiuddin sebagai pembesar istana (mengajarkan
hukum-hukum Islam di kalangan Istana) serta dianugrahi gelar Dato Seri Raja Pakeh.
Dikatakan bahwa para raja-raja Patani hanya meninggalkan makan babi
dan tidak menyembah berhala tetapi masih memakai tradisi terdahulu dalam
segala hal, seperti masih mempercayai ramalan dukun, jika ada yang meninggal
hendaknya jangan melakukan kegiatan yang menimbulkan kegaduhan
(menumbuk, bernyanyi, menari) karena akan menganggu yang sudah mati dan
penuh dengan amalan-amalan khufarat dan bid’ah. Dalam buku hikayat Patani
(hlm 74)31 menyebut, „adapun raja itu sungguh pun ia membawa agama Islam,
yang menyembah berhala dan makan babi itu juga yang di tinggalkan; lain
daripada itu segala pekerjaan kafir itu suatu pun tiada diubahnya‟. Pada masa
pemerintahan Sultan Muzzafar Syah (1532 M-1565 M) amalan-amalan tersebut
masih tetap berjalan. Sultan Mansur Syah membuat batu nisan yang terbuat dari
emas untuk putrinya yang meninggal dunia saat masih berumur 5 tahun dan
selama 40 hari orang-orang tidak diperbolehkan menumbuk, konon akan
31
Bashah Abdul Halim, Raja campa Dinasti Jembal dalam Patani Besar (Kelantan:
terganggu ruh anaknyan yang meninggal itu. Kemudian seorang ahli ramal nasib
yang bernama Along In menjadi seorang pengasuh anak dari Raja Bahadur dan
menjadi ahli ramal nasib di istana. Raja Mas cayam (keturunan raja Kelantan)
telah mengasingkan anak angkat dari Long Yunus (pendiri keluarga Kerajaan
Kelantan Modern) yang selama 15 tahun di asuh olehnya namun menurut ramalan
ahli rama akan membawa kesialan dalam pemerintahannya, maka dari itu di
asingkanlah anak angkatnya itu.
Islam pada masa sebelum Daud bin Abdullah Al-Fatani dikatakan masih
Islam secara agamanya saja tidak keseluruhan dalam menjalankan syariatnya.
B. Pondok Sebagai awal berkembangannya Islam di Patani
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran kehadiran unsur-unsur pra-Islam
tak bisa di lepaskan begitu saja. Dalam kebudayaan Hindu-Buddha di wilayah
Nusantara (termasuk Patani), peranan tokoh agama atau guru dalam masyarakat
sudah dikenal dengan luas. Dalam masyarakat Patani Buddha tokoh keagamaan di
sebut dengan Khu Ba (guru yang terhormat) dan Phrakhru (guru yang
dimuliakan). Para pengikutnya mengikuti pelajaran tersebut di daerah-daerah yang
terpencil dan jauh dari kota. Pada akhirnya murid-murid yang sedang menimba
ilmu tersebut mendirikan sebuah gubuk-gubuk kecil di sekitar tempat tinggal
gurunya dan mengikuti pelajaran keagamaannya untuk jangka waktu tertentu.
Tempat belajar tersebut (pondok yang kita sebut dalam agama Islam) disebut
ashram. Tempat tersebut menjadi sebuah lembaga keagamaan yang berfungsi
mereka yang masih awam soal keagamaan serta ingin mempelajari agama dengan
baik. Dengan demikian ashram secara bahasa berarti ―pondokan spiritual‖.
Saat kawasan Asia Tenggara berubah menjadi dunia Islam, sistem
kebudayaan dan lembaga tradisonal masih tetap utuh dan berjalan.
Lembaga-lembaga itu hanya perlu beralih dan diberi ciri-ciri Islam. Di wilayah Timur
Tengah lembaga pendidikan Islam tradisional di sebut (Dayah) yang berkaitan
dengan masjid-masjid sebagai lembaga pendidikan32 materi yang dipelajarinya
adalah Al-Quran dan kitab klasik yang membahas fiqih, tauhid, tasawuf dan
lain-lain. Pendidikan ini juga berlangsung bersamaan dengan proses Islamisasi di
wilayah Asia Tenggara melalui jaringan ulama yang memunculkan semangat
baru. Sebelumnya belum ada masjid yang berdiri sebagai pusat dakwah dan
sarana pendidikan, maka didalam lingkup kehidupan masyarakat Melayu
(termasuk Patani) tak ada lembaga yang memberikan pengajaran tentang agama
Islam hal ini di karenakan masyarakat muslim belumlah terbentuk dan terstruktur
dengan baik. Namun dalam perkembangannya masyarakat muslim ini sedikit
demi sedikit mulai terbentuk, sehingga memerlukan wadah untuk ibadah, belajar
dan berkumpulnya para pemuda yang telah baligh agar bisa melaksanakan ibadah
shalat sekaligus media pendidikan keagamaan bisa terselenggara maka bangunan
kecil yang bernama surau dipergunankan untuk itu. Bangunan surau ini
merupakan akulturasi budaya lokal yang telah ada sebelumnya. Dalam
kegunaannya terdahulu surau merupakan tempat pemujaan terhadap nenek
moyang mereka yang menganut Hindu-Buddha, animisme, dan dinamisme.
Dalam proses Islamisasi, surau tidak mengalammi perubahan makna dan fungsi
32
Haidar Putra Daulay, Sejarah Pertumbuhan dan Pembaruan Pendidikan Islam di
yakni tempat ibadah namun fungsi sebagai lembaga keagamaan lebih di tekankan.
Sebagai sarana untuk pendidikan maka surau memiliki peranan penting dalam
kemajuan intelektual Islam di wilayah Nusantara. Di dalam surau inilah para
murid yang belajar mendapatkan pendidikan dasar keagamaan. Pelajaran awal
yang diberikan adalah memebaca huruf hijaiyyah (iqra) dan setelah menguasai
baru membaca al-Quran. Setelah itu juga mempelajari tata cara beribadah dengan
baik dan benar (fiqih), serta masalah keimanan. Pendidikan tingkat al-Quran
dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1. Tingkat rendah, merupakan tingkat
pemula, yaitu mengenal huruf al-Quran, pengajian ini dilakukan setelah Shalat
maghrib hingga Isya dan setelah shalat subuh. 2. Tingkat atas, pengajian tersebut
di tambah dengan pelajaran tajwid, hukum baca, kitab barzanji. Lambat laun
pengajian dan rutinitas ibadah shalat yang di adakan disuaru tidak lagi cukup
untuk menampung para murid dan jamaah yang belajar dan menunaikan ibadah
shalat, maka seiring perkembangan waktu tempat tersebut diubah ke bangunan
yang lebih besar lagi daya tampungnya. Maka berdirilah bangunan yang lebih
bessar dari surau yaitu, masjid. Kata masjid berasal dari kosakata bahasa Arab
yakni Sajada yang artinya tempat sujud. Masjid ini didirikan guna menampung
jumlah jamaah dan murid yang bertambah seiring pesatnya pertumbuhan Islam di
suatu daerah. Fungsi utamanya tetap menjadi tempat untuk beribadah shalat lima
waktu dan shalat Jumat. Masjid juga merupakan lembaga pendidikan seperti surau
namun kapasitasnya lebih banyak dan luas, sehingga dalam pembelajarannya
dapat di bagi-bagi menjadi beberapa kelompok belajar. Sistem pengajaran di
masjid memakai sistem halaqah, yaitu seoarang guru atau kyai membaca dan
dikeluarkan oleh guru atau kyai. Sebelumnya para murid diminta untuk
mempelajari kitab tertentu untuk dibahas sehingga murid bisa memahami setiap
materi yang akan di sampaikan oleh guru. Dalam sistem pengajaran tersebut ada
metode yang digunakan yaitu bandongan, sorogan dan wetonan. Metode
bandongan adalah dimana seorang guru membaca dan menjelaskan isi sebuah
kitab kemudian para murid mengelilingi gurunya dan membawa kitab yang sama,
mendengarkan dan mencatat penjelasan yang diberikan gurunya berkenaan
dengan bahasan yang ada dalam kitab tersebut pada lembara kitab atau kertas
catatan. Kemudian metode sorogan merupakan metode dimana murid
menyodorksn kitab kepada gurunya, kemudian guru memberikan penjelasan
bagaimana cara membaca, menghafal dan bagaimana cara menterjemahkan kitab.
Sedangkan metode weton berasal dari bahas jawa yang memiliki arti berkala atau
waktu tertentu. Metode weton bukan merupakan pengajian rutin harian namun
pada saat tertentu misalnya pada waktu setiap selesai shalat jumat atau waktu
lainnya. Para murid yang belajar tersebut berasal dari pelbagai daerah sekitar, ada
yang singgah untuk sementara waktu di rumah kyai atau yang pergi pulang.
Karena jumlah murid yang berasal dari luar daerah semakin banyak maka tidak
mungkin tinggal di rumah sang kyai karena keterbatasan tempat. Maka untuk
mengatasi hal itu para murid membangun sebuah bagunan yang sedang untuk di
tinggali selama mereka menuntut ilmu. Bangunan tersebut didirikan tidak jauh
dari lingkungan masjid. Sebetulnya model bangunan tersebut merupakan asimilasi
kebudayaan terdahulu dengan kebudayaan yang baru yakni Islam. Bangunan
Funduq (motel, hotel, singgah)33. Huruf Fa dalam tulisan Arab diucapkan sebagai
‗P’ oleh orang-orang Melayu. Dengan adanya hal tersebut Islamisasi ashram yang
berasal dari kebudayaan Hindu-Buddha menghasilkan lembaga pendidikan agama
baru yang bernafaskan dan bercirikan Islam dalam masyarakat Melayu yang
kemudian di kenal dengan nama pondok (dari funduq atau fondoq).
Banyak pula sejarawan terdahulu telah menyebutkan lembaga pendidikan
seperti pondok, namun diantara para sejarawan itu belum ada yang bisa
memberikan penjelasan yang memuaskan mengenai asal usulnya pondok tersebut.
Guru dalam pondok atau pesantren (di Jawa) di kenal sebagai kiyai yang berasal
dari kata orang yang bijaksana dalam bahasa Jawa34. Sedikit penjelasan diatas
memungkinkan menjadi landasan dari lembaga pendidikan Islam tradisional yang
dikenal sebagai pondok. Orang-orang yang telah menunaikan ibadah haji tentunya
juga ingin menyerap lembaga-lembaga sosial yang sudah ada agar mudah diterima
dan tetap ada hubungannya dengan rakyat yang masih terikat kepada tradisi. Peran
orang bijaksana dan tempat mereka mengajar di ashram sangat dihargai dalam
kebudayaan India, dan para penyebar agama Islam tinggal memindahkannya saja
dan memberikan sentuhan Arab. Dengan demikian orang bijaksana itu menjadi
alim atau Kiyai dan ashram atau tempat pemondokan religius menjadi pondok
pesantren. Ini merupakan hal yang baik dalam penyesuaian kebudayaan atau
akulturasi yang terjadi apabila dua kebudayaan saling bertemu.
Khususnya di daerah Patani, lembaga pondok tumbuh menjadi sebuah
lambang kebangaan bagi orang-orang Melayu muslim untuk beraspirasi dalam
33
Surin Pitsuwan, Islam di Muangthai Nasionalisasi Melayu Masyarakat Patani (Jakarta:
LP3ES, 1989), h. 37.
34
Clifford Geertz, Agama Jawa: Abangan, Santri dan Priyayi. Cet 2 (Jakarta: Dunia