Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah(S.Sy)
Oleh : Ervin Nazarli NIM: 204044103024
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Xenotransplantasi Organ Babi Ke Manusia telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18
Maret 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Ahwal Syakhsiyyah
Jakarta, 18 Maret 2010 Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. HM. Amin Suma, SH., MA., MM NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Drs. Djawahir Hejazziey, SH. MA (…...……..……)
NIP. 195510151979031002
2. Sekretaris : Drs. H. Ahmad Yani, MA. (…...……..……)
NIP. 196404121994031004
3. Pembimbing : Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag (…...……..……)
NIP. 19711212 1995031001
4. Penguji I : Dr. H. Mukri Adji, MA (…...……..……)
NIP. 195703121985031003
5. Penguji II : Drs. H. Husni Thoyyar, M.Ag (…...……..……)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah Dan Hukum
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Syariah(S.Sy)
Oleh:
ERVIN NAZARLI NIM : 204044103024
Di Bawah Bimbingan
Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag NIP. 19711212199503 1 001
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
Syarif (UIN) Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini saya cantumkan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
manerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Desember 2009
ERVIN NAZARLI
rahmat-Nya-lah skripsi ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi persyaratan
mencapai gelar Sarjana Hukum Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Salawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan umat Islam Nabi
Muhammad SAW, beserta segenap keluarga, Sahabat, dan juga umatnya. Yang
InsyaAllah kita termasuk di dalamnya.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis sangat menyadari bahwa
dalam proses tersebut tidaklah terlepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi
dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA. MM, Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus juga sebagai Dosen
Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan
selama penyusunan skripsi.
2. Drs. H. A. Basiq Djalil, SH. MA, dan Kamarusdiana S.Ag. MH,
masing-masing sebagai ketua dan sekretaris Program Studi Akhwal Syakhsiyyah
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. H. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag, yang banyak meluangkan waktu dan pikiran
bagi penulis dalam membimbing penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA, dan Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag yang
keduanya adalah Koordinator Teknis Non Reguler Fakultas Syariah dan
Hukum UIN SYarif Hidayatullah Jakarta.
5. Kepada seluruh staff pengajar Fakultas Syariah, yang telah banyak
memberikan banyak ilmu, wawasan, serta kesabarannya dalam mendidik
penulis selama dibangku perkulihan. Semoga akan menjadi manfaat dan
berkah untuk penulis.
6. Segenap staff perpustakaan Syariah dan Hukum maupun perpustakaan utama
yang telah menfasilitasi penulis untuk melengkapi referensi dalam penulisan
skripsi ini.
7. Kedua orang tua tercinta yang terhormat Ayanda Abubakar Rumpet dan
Ibunda Wigayanti yang telah mendidik, membesarkan, memberikan kasih
sayang yang tidak ternilai harganya, semangat serta doanya kepada penulis.
8. Bundaku Widyaningsih serta om Aji yang banyak memberikan bantuan
kepada penulis, baik moril maupun materil selama penulis menempuh studi di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adik kecil penulis, Rajwa Gadiza Dwi Aji,
yang menjadi tempat penulis melepaskan kepenatan dalam pengerjaan skripsi.
Semoga jadi anak yang soleh ya dik….!
9. Saudara-saudaraku tercinta Erli Andri Ristiyana, Erdhit Anggri Prasetiya,
yang memberikan dorongan serta semangatnya ketika penulis mulai
mengalami kejenuhan dalam penyelesaian skripsi ini. Saudara penulis (alm)
v
Rizky, Ote, Hadi, Arpan, Imen, Melky, Aris Munandar, SH.I, yang telah
banyak mencurahkan waktu dan tenaganya untuk membantu dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
11.Serta rekan-rekan dan semua pihak yang mungkin tidak dapat penulis
sebutkan satu-persatu dalam skripsi ini.
Besar harapan skripsi ini dapat memberikan konstribusi yang positif bagi
pihak-pihak yang memberikan bantuan kepada penulis terutama bagi rekan-rekan
mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum Program Studi Ahwal Syakhsiyyah
konsentrasi Peradilan Agama.
Penulis sangat sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
karena manusia bukanlah makhluk yang sempurna. Demikian sedikit pengantar dan
ucapan terima kasih. Atas semua perhatian yang diberikan, penulis sampaikan ucapan
terima kasih.
Jakarta, 10 Desember 2009
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 7
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
E. Review Studi Terdahulu... 9
F. Metode Penelitian ... 11
G. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Transplantasi ... 15
B. Sejarah Transplantasi ... 17
C. Jenis-jenis Transplantasi ... 21
D. Tujuan dan Manfaat Xenotransplantasi ... 24
vii
B. Kajian Xenotransplantasi Organ Tubuh
Manusia Yang Dapat Diganti Dengan Babi ... 31
C. Xenotransplantasi Organ Tubuh Babi ke
Manusia dalam Perspektif Ilmu Kedokteran... 34
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK XENOTRANSPLANTASI ORGAN BABI KE MANUSIA
A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Babi ... 39
B. Perbedaan Pendapat Ulama Mengenai Xenotransplantasi ... 44
C. Analisis... 59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 65
B. Saran-saran ... 66
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perubahan dari perjalanan waktu bukan hanya membuktikan perkembangan zaman, hal yang lebih penting dari itu adalah munculnya berbagai macam bentuk penemuan yang secara revolusioner sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia salah satu bentuk dari penemuan tersebut ialah transplantasi
yang amat berpengaruh dalam dunia kedokteran. 1
Pada dasarnya dengan adanya penemuan mengenai transplantasi ini sangat menguntungkan manusia, karena manusia dapat berharap labih untuk perbaikan pada kondisi organ atau jaringan yang telah rusak dengan cara pencangkokan organ atau jaringan yang dari donor yang masih berfungsi. Sehingga dengan dilakukannya pencangkokan tersebut diharapkan kinerja organ atau jaringan yang digantikan akan lebih maksimal.
Dalam praktek transplantasi dikenal ada dua jenis transplantasi, yaitu
monotransplantasi penggantian organ atau jaringan yang dilakukan sesama spesies, yang dalam prakteknya yakni organ atau jaringan manusia digantikan
1
M. Sa’ad Ih., “Transplantasi dan Hukum Qiyas Delik Pelukaan Studi tentang Reformasi dan Perubahan Eksekusi” dalam Chuzaimah T. Yanggo (ed), “Problematika Hukum Islam Kontemporer”, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), Cet. III, h. 86
dengan organ atau jaringan manusia pula. Serta penggantian organ atau jaringan yang dilakukan antar spesies yang dikenal dengan sebutan xenotransplantasi. 2
Sejauh perjalanan monotransplantasi yang biasa dilakukan dengan pencangkokan sesama organ manusia dalam prakteknya terbukti bisa mengatasi berbagai gangguan kesehatan, hanya saja Sumber jaringan atau organ manusia untuk di transplantasikan sangat terbatas, sehingga hanya ada sedikit kemungkinan untuk mendapatkan jaringan atau organ donor.
Transplantasi dari manusia ke manusia telah banyak dilakukan, dan resiko utama pada penerima transplantasi adalah hanya penolakan karena adanya respons imun, namun penolakan ini sebagian besar dapat diatasi dengan penyesuaian donor dari penerima, yang kemudian disertai dengan pemberian obat yang menekan respons imun tadi. Hanya saja mengenai keterbatasan organ jaringan dari pendonor adalah suatu masalah yang tidak dapat dihindarkan, Sehingga kenyataan tersebut membuat para ahli dalam bidang kedokteran mencari solusinya dengan menggabungkan transplantasi antar spesies yakni pencangkokan organ atau jaringan yang dilakukan dengan obyek hewan sebagai sumber donor transplantasinya.
Sehingga keuntungan dari transplantasi ini adalah tidak terbatasnya sumber donor untuk jangka panjang kedepan. Xenotransplantasi adalah proses pencangkokan organ atau jaringan hewan kepada organ atau jaringan manusia yang sudah tidak berfungsi, dalam prakteknya organ atau jaringan diambil dari
2
3
obyek hewan seperti halnya sapi, kambing, kera. babon dan tidak terkecuali dengan babi.
Pada prinsipnya resiko penolakan pada Xenotransplantasi lebih berat karena perbedaan antara donor dan penerima jauh lebih besar, jika
Xenotransplantasi menjadi pilihan untuk terapi pada manusia, maka diperlukan penelitian yang meliputi preklinik dan klinik. Pada tahap preklinik dilakukan penelitian dari binatang ke binatang, jadi prosuder xenotransplantasi diuji pada binatang terlebih darhulu, kemudian pada penelitian klinik, diuji produk binatang pada manusia, namun prosedur ini memang harus dilakukan secara teliti dan hati-hati sesuai standar yang ditetapkan Nasional Health and Medical Research Council (NHMRC).3
Dari sekian banyak Negara yang meneliti Xenotransplantasi Australia adalah salah satu negara yang cukup berkembang dalam penelitiannya, hasil dari penelitiannya harus diakui bahwasannya binatang donor yang paling menguntungkan dan memungkinkan untuk Xenotransplantasi organ atau jaringan manusia adalah babi, 4 di samping hewan ini berproduksi secara cepat dan anaknya banyak, organ yang terdapat dalam tubuh babi kurang lebih berukuran sama dengan yang ada pada tubuh manusia. Kemudian organ tubuh babi lebih mudah untuk membuatnya dalam kondisi bebas patogen bahkan rendahnya resiko membawa patogen yang menginfeksi ketubuh manusia lebih kecil daripada donor
3
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0305/07/101301.htm 4
yang diperoleh dari kera dan spesiesnya, metabolisme babi yang mirip manusia serta babi yang secara genetik dapat dimanipulasi untuk mengurangi resiko penolakan pada tubuh manusia menjadikan babi sebagai hewan pilihan teratas sebagai obyek Xenotransplantasi.
Kenyataannya tersebut adalah sebuah titik terang pada dunia kesehatan hanya saja dalam hukum Islam hal tersebut merupakan sebuah permasalahan yang harus di analisa dan dikaji lagi mengenai kemaslahatan atau mudhorotnya, mubadzir atau manfaatnya serta halal atau halalnya pandangan Islam mengenai
Xenotransplantasi berdasarkan syariat Islam yang inti ajarannya adalah berpedoman al-Qur’an dan as-Sunnah. Mempunyai hukum dari telaah babi dalam Islam adalah merujuk pada firman Allah dan Hadits Nabi yang berbunyi :
☺
)
ةﺪﺋﺎﻤ ا
/
5
:
3
(
Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, dan daging babi (QS. Al-Maidah/ 5: 3).
هﻻ
ْوا
تاﺮ
ﻊْ
ْﻐ
ْنا
ْﻜ ا
ْﻴﻓ
ﻎ و
اذا
ْ آﺪﺣا
عﺎﻧا
رْﻮﻬﻃ
باﺮﺘ ﺎ
)
اور
(
5
Dari hadits di atas pada dasarnya tidak secara eksplisit menghukumi babi menjadi salah satu hewan yang najis, hanya saja hukum dari babi itu sendiri diqiyaskan pada anjing, karena keadaan babi yang lebih buruk dari pada anjing. 5
Hal tersebut diperkuat dengan hasil penelitian komisi sains WHO (World Health Organization) di Denmark yang menyatakan babi lebih berselera makan makanan yang kotor dan membawa bakteri. Dari fakta tersebut dapat dipersentasekan bahwa hanya terdapat 60% daging babi yang di Denmark yang seteril, sedang 40% lainnya mengandung berbagai bakteri yang berbahaya6. Kemudian bila dibandingkan jika daging kambing mengandung bakteri hanya 3% sedangkan kandungan bakteri pada babi adalah 14%, ini artinya ada sebanyak 4 kali lipat kandungan bakteri yang terdapat dalam tubuh babi.
Pertentangan penemuan transplantasi dengan konsep xenotransplantasi
dengan menggunakan organ atau jaringan babi sebagai obyek pendonornya dengan keadaan hukum Islam yang menyatakan bahwasannya babi adalah salah satu hewan najis dan bahkan diharamkan dalam syariatnya, tidak memberikan titik temu untuk pelaksanaan xenotransplantasi. Sehingga memerlukan kajian lebih luas dalam bidang hukum Islam yang nantinya akan meninjau baik
transplantasi maupun xenotransplantasi dari berbagai aspek, juga kajian lebih dalam mengenai hukum xenotransplantasi yang melibatkan organ atau jaringan
5
Sulaiman Rasjid, “Fiqih Islam”, (Bandung : PT Sinar baru Algesindo, 1994), Cet.ke-39, hal. 19
6
babi yang pada dasarnya dalam syariat Islam sendiri babi telah mempunyai hukum tegas sebagai pengecualian. Berdasarkan kenyataan tersebutlah sehingga penulis tertarik untuk mengangkat dan mengkaji mengenai Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Xenotransplantasi Organ Babi ke Manusia dengan analisa dari dunia medis maupun syara’ yang merupakan pedoman hukum Islam.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan mengenai transplantasi
adalah suatu hal yang sangat penting untuk dibahas, karena transplantasi yang bertujuan untuk memberikan solusi dalam ilmu kedokteran atau bidang kesehatan sampai saat ini masih digali serta dikasih hukum pelaksanaannya, terlebih setelah
Transplantasi dikembangkan menjadi Xenotransplantasi yang kemudian muncul fakta obyek yang lebih cenderung cocok untuk menggantikan organ atau jaringan tubuh manusia adalah organ atau jaringan babi yang jelas-jelas mempunyai hukum hewan najis dan berkedudukan haram dalam Islam.
7
Berdasarkan analisa diatas penulis ingin mengetahui kedudukan hukum
Transplantasi berikut Xenotransplantasi yang dilakukan dengan menggunakan organ atau jaringan babi, dengan mengkaji sumber hukum untuk Transplantasi
maupun Xenotransplantasi serta hukum dari obyek yang digunakan dalam pertukarannya yang menuju pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka pembatasan permasalah dalam skripsi ini dibatasi hanya pada lingkup sejauh mana Islam memandang Transplantasi yang digunakan dalam ilmu kedokteran serta bagaimana Islam menyikapi Xenotransplantasi organ atau jaringan babi terhadap tubuh manusia, sedangkan perumusan permasalahan dalam skripsi ini dirumuskan ke dalam :
1. Bagaimana pandangan ahli biologi tentang persamaan organ atau jaringan tubuh manusia dengan babi?
2. Bagaimana praktek Transplantasi serta Xenotransplantasi dalam dunia kedokteran?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketetapan serta pandangan hukum Islam terhadap transplantasi
berikut kedudukan hukum xenotransplantasi yang menggunakan organ atau jaringan babi sebagai obyek petukarannya, sedangkan tujuan khususnya adalah agar penulis mampu menjawab permasalahan yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah diatas
1. Mengetahui persamaan organ atau jaringan tubuh manusia dengan babi melalui analisa ilmuan medis.
2. Mengetahui secara jelas mengenai praktek transplantasi serta
xenotransplantasi dalam dunia kedokteran
3. untuk mengkaji pendapat para ulama mengenai khilafiyah hukum
transplantasi dan xenotransplantasi serta mencari ketetapan hukum Islam terhadap praktek xenotransplantasi organ babi terhadap organ manusia.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat memberikan informasi bagi masyarakat mengenai pendapat para ahli biologi mengenai transplantasi dan xenotransplantasi.
2. Memberikan gambaran bagi masyarakat tentang pelaksanaan transplantasi dan xenotransplantasi dalam dunia kedokteran.
9
E. Review Studi Terdahulu
Pembahasan mengenai transplantasi sudah pernah dibahas sebelumnya oleh beberapa orang. Yang pertama adalah Puji Winarsih, dengan judul Wasiat Transplantasi dan Donor Organ Tubuh Manusia dalam Perspektif Islam,
Perbandingan Mazhab Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2003.
Dalam skripsinya ini Puji berusaha untuk menjelaskan mengenai wasiat seseorang agar nantinya salah satu organ tubuh orang tersebut didonorkan bagi yang membutuhkan. Berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Islam membolehkan wasiat tersebut karena dapat membantu orang lain yang sangat membutuhkan.
Skripsi kedua adalah skripsi yang ditulis oleh Aris Dedy dengan judul
Transplantasi Organ Tubuh Manusia menurut Pandangan Hukum Islam dan
Hukum Positif, Jurusan Perbandingan dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2003.
koma, maupun dalam keadaan sudah meninggal. Sedangkan dalam hukum Islam membolehkan transplantasi organ tubuh manusia dari donor yang hidup sehat dan donor yang sudah dinyatakan meninggal secara klinis dan yuridis.
Berikutnya adalah Ahmad Fauzi, dengan judul skripsi Transplantasi Kornea dalam Agama Budha, Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2006.
Dalam skripsinya ini Fauzi menjelaskan bagaimana pandangan agama Budha dalam menyikapi transplantasi kornea. Berdasarkan hasil analisa, dapat disimpulkan bahwa agama Budha tidak melarang transplantasi organ tubuh, karena menolong penderita cacat/kelainan organ tubuh adalah perbuatan baik. Dengan adanya perkembangan teknologi transplantasi kini terbuka kesempatan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan umat manusia. Sang Budha mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berbuat baik yang membawa manfaat bagi kesejahteraan semua makhluk hidup.
Transplantasi organ dari orang hidup juga dapat dilakukan dengan tujuan yang baik. Jadi, transplantasi organ tubuh yang berasal dari jenazah dan orang hidup dapat dilakukan dengan tujuan yang baik. Baik berarti tidak bertentangan dengan etika Budhis.
11
Adapun perbedaan skripsi penulis dengan skripsi-skripsi terdahulu terletak pada spesifikasi transplantasi yang dilakukan, yaitu transplantasi dengan menggunakan organ tubuh hewan babi atau yang lebih dikenal dengan xenotransplantasi. Dalam pembahasan ini penulis menggunakan pandangan hukum Islam.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang lebih ditekankan pada bagaimana gejala tersebut muncul. Dengan kata lain peneliti bukan mencari jawab atas pertanyaan “apa” tetapi “mengapa”.7
Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai data untuk kemudian dianalisa sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan.
2. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data-data yang berasal dari berbagai literatur, teksbook, surat kabar, majalah, artikel internet, tulisan atau karya ilmiah dan sebagainya, yang menunjang keaktualan serta kefalidan
7
informasi yang akan diperoleh sebagai data primer dalam skripsi ini, yang kemudian dari data yang telah ada kaidah diolah dan dikaji serta dirujukan pada kaidah Islam untuk mengetahui sumber hukum dari pokok permasalahan dalam pembahasan skripsi ini.
Adapun data primer dalam penelitian ini adalah: Muladno dan Abidin, Zainal, Memanusiakan Babi, Transplantasi Organ Babi Pada Manusia, Bagaimana Umat Islam Menyikapi, Jakarta, Britz Publisher, 2004. Muladno,
Seputar Teknologi Rekayasa Genetik, Bogor: Pustaka Wirausaha Muda, 2002. Sedangkan data sekunder yang mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini di antaranya adalah: Djamaluddin (penerjemah), Ahkamul Fuqaha; Solusi Problematika Aktual Hukum Islam, Keputusan Mukhtamar,
Munas dan Konbes Nahdhatul Ulama 1926-1999, Surabaya: LTN NU Jawa Timur dan Diantama, 2004. Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Fikih Kesehatan Kloning, Eutanasia, Tranfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen
Pada Hewan, Jakarta: Serambi, 2001. Yanggo, Chuzaimah, T. dan Anshary, HA. Hafiz, (ed.) Problematika Hukum Islam Kontemporer Edisi keempat, Jakarta : PT. Pustaka Firdaus, 2002, Cet. Ke-3, serta berbagai artikel internet yang berkaitan dengan tema penelitian.
3. Teknik analisis data
13
dengan tema penelitian, penulis melakukan analisa terhadap data-data tersebut kemudian membuat kesimpulan dari data-data yang didapat.
Sedangkan dalam teknik penulisan laporan penelitian, penulis berpedoman kepada ketentuan yang telah diatur dalam buku “pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007/2008.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima Bab. Dengan uraian sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I : Merupakan bagian pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian serta sistematika penulisan.
Bab II : Membahas mengenai landasan teori, yaitu gambaran umum tentang transplantasi, dimulai dari pengertian
xenotransplantasi, sejarah xenotransplantasi, jenis-jenis
transplantasi, serta tujuan dan manfaat dari
Bab III : Bab ini menguraikan mengenai kajian xenotransplantasi
mulai dari Struktur organ tubuh manusia dan babi kemudian penulis mengurai juga mengenai Kajian xenotransplantasi
organ tubuh Manusia yang dapat diganti dengan babi, dan yang terakhir penulis mengurai tentang Xenotransplantasi
organ tubuh babi ke Manusia dalam perspektif ilmu kedokteran
Bab IV : Pada bab ini dibahas mengenai tinjauan hukum Islam terhadap praktek xenotransplantasi yakni Pandangan hukum Islam terhadap babi, Perbedaan pendapat mengenai
xenotransplantasi, dan yang terakhir penulis mengurai tentang Tinjauan ulama mengenai praktek Xenotransplantasi
terhadap babi
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi Transplantasi
Kata transplantasi berasal dari bahasa Inggris, transplant. Dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary diksebutkan bahwa kata transplant diartikan sebagai to take an organ, skin, etc. from one person, animal, part of the body, etc. and put it into or onto another (mengambil organ, kulit dan lain sebagainya dari seseorang, hewan, anggota tubuh dan lain sebagainya lalu meletakkannya ke tubuh orang lain).1 Dalam ilmu kedokteran, transplantasi diartikan sebagai pemindahan jaringan atau organ dari satu tempat ke tempat lain. Pada awalnya ‘tempat’ dalam pengertian ini adalah tubuh manusia, tapi dalam perkembangannya, tempat tersebut bisa berarti tubuh manusia dan atau tubuh binatang. Yang dipindahkan adalah bagian tubuh manusia atau binatang, seperti jaringan dan organ.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia2 transplantasi diartikan sebagai pemindahan jaringan tubuh dari satu tempat ke tempat lain (seperti menutup luka yang tidak berkulit dengan jaringan kulit dari bagian tubuh yang lain). Sedangkan dalam kamus kedokteran Dorlland, transplantasi didefinisikan dengan penanaman
1
A.S. Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, London: Osford University Press, 2000, Cet. Ke-6, h. 1438
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 960
jaringan yang diambil dari tubuh yang sama atau dari individu lain. Adapun menurut Etika kedokteran di Indonesia mendefinisikan Transplantasi sebagai pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.3
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa transplantasi adalah pemindahan organ atau jaringan tubuh baik dari suatu tempat ke tempat lain dalam tubuhnya sendiri maupun tubuh seseorang ke tubuh orang lain melalui prosedur medis dengan persyaratan dan kondisi tertentu. Perlu digaris bawahi disini bahwa hampir semua definisi menyebutkan transplantasi hanya terjadi antar manusia antara manusia sebagai donor dan manusia lain sebagai resepien. Seiring dengan kemajuan teknologi, transplantasi dilakukan tidak hanya terbatas antar manusia saja, melainkan juga manusia dapat menerima donor dari hewan untuk mengganti organ atau jaringan tubuhnya yang rusak sehingga diharapkan dapat berfungsi sebagaimana layaknya organ atau jaringan yang normal. Sedangkan cabang dari transplantasi yang menggunakan donor dari hewan dinamakan dengan xenotransplantasi yang masuk ke dalam jenis Heterotransplantasi dalam jenis transplantasinya.
3
17
B. Sejarah Transplantasi
Dalam abad modern ini, perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesatnya, sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang sangat pesat didalam kehidupan sosial dan budaya manusia, hal tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya penemuan-penemuan teknologi modern yang tentunya bertujuan untuk kemanfaatan kehidupan dan kepentingan umat manusia dengan segala konsekuensinya.
Di antara sekian banyak penemuan-penemuan teknologi tersebut, yang tidak kalah penting dan pesat dalam perkembangannya adalah di bidang kedokteran, melalui perkembangan teknologi kedokteran yang semakin maju diagnosa mengenai suatu penyakit dapat dilakukan lebih sempurna dan pengobatan penyakitpun dapat dilakukan secara efektif. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini sangat nyata terlihat dalam abad ke 20 kemajuan ini jauh melampaui 19 abad sebelumnya.
Transplantasi jaringan mulai dipikirkan oleh dunia sejak 4000 tahun silam menurut manuscrip yang ditemukan di Mesir yang memuat uraian mengenai eksperimen transplantasi jaringan yang pertama kali dilakukan di Mesir sekitar 2000 tahun sebelum diutusnya Nabi Isa as. Sedang di India beberapa puluh tahun sebelum lahirnya Nabi Isa as. seorang ahli bedah bangsa Hindu telah berhasil memperbaiki hidung seorang tahanan yang cacat akibat siksaan, dengan cara mentransplantasikan sebagian kulit dan jaringan lemak yang diambil dari lengannya. Pengalaman inilah yang merangsang Gaspare Tagliacosi, seorang ahli bedah Itali, pada tahun 1597M untuk mencoba memperbaiki cacat hidung seseorang dengan menggunakan kulit milik kawannya.
Pada ujung abad ke-19 M para ahli bedah, baru berhasil mentransplantasikan jaringan, namun sejak penemuan John Murphy pada tahun 1897 yang berhasil menyambung pembuluh darah pada binatang percobaan, barulah terbuka pintu percobaan mentransplantasikan organ dari manusia ke manusia lain. Percobaan yang telah dilakukan terhadap binatang akhirnya berhasil, meskipun ia menghabiskan waktu cukup lama yaitu satu setengah abad. Pada tahun 1954 M Dr. J.E. Murray berhasil mentransplantasikan ginjal kepada seorang anak yang berasal dari saudara kembarnya yang membawa perkembangan pesat dan lebih maju dalam bidang transplantasi.4
4
19
Pencangkokan organ tubuh manusia dalam kasus pendonoran mata, donor mata diartikan dengan pemberian kornea mata kepada orang yang membutuhkannya, kornea mata tersebut, berasal dari mayat yang telah diupayakan oleh dokter ahli, sehingga dapat digunakan oleh orang yang sangat membutuhkannya. Karena itu dokter Arab menerjemahkannya dengan perkataan pemindahan mata; sebagaimana terlihat pada definisi yang dirumuskan oleh Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluf yang mengatakan:
ْﻧ
نْﻮﻴ ا
ﻮه
ْﻧ
نْﻮﻴ
ﻰ ْﻮﻤ ا
ﻊْﻴ ْﺮﺘ
ْﺮ
ﻴﻧ
ﺔ
ﻻْا
ءﺎﻴْﺣ
5Artinya: Pemindahan mata adalah memindahkan kornea mata mayat (kepada orang) hidup (yang membutuhkannya)
Transplantasi untuk pertama kalinya mulai diujicobakan pada awal abad XX yakni percobaan transplantasi jaringan atau organ pada dua individu yang tidak membuat reaksi imunitas yang secara biologis dapat dianggap oleh satu individu, sehingga transplantasi jaringan atau organ tidak akan menimbulkan reaksi penolakan. Hal ini disebabkan karena dalam tubuh resepien terjadi proses imunitas akibat adanya transplantasi jaringan dari donor. Berdasarkan hal tersebut, pada tahun 1954 Prof. Joseph E. Murray melakukan transplantasi pada seorang anak yang menderita penyakit ginjal, sedangkan donor adalah saudara kembar penderita. Transplantasi ini berjalan dengan baik dan anak tersebut berhasil diselamatkan. Selain transplantasi kornea mata yang sudah biasa dilakukan, bidang kedokteran terus mengadakan eksperimen dalam transplantasi
5
organ-organ tubuh lainnya seperti hati, sum-sum, paru-paru dan jantung. Pada bulan Januari tahun 1968 di Afrika Selatan, Dr. Bernard melakukan transplantasi jantung yang pertama yang hasilnya sungguh menggembirakan.6
Sejak saat itu transplantasi dianggap sebagai alternatif pengobatan yang memberikan harapan kesembuhan bagi penderita penyakit yang membutuhkan penggantian organ tubuh, sekalipun untuk memperoleh kesempatan transplantasi harus masuk daftar tunggu yang begitu panjang tanpa ada kepastian waktu, bahkan kematian merenggut jiwa, dikarenakan calon penerima donor semakin panjang, dan untuk memperoleh donor tersebut sangat sulit sekali. Penantian panjang para penderita penyakit ini mendorong para ahli kedokteran untuk terus-menerus melakukan penelitian dan eksperimen pengobatan oleh karenanya sebagai alternatif para ahli kedokteran mencari organ tubuh dari hewan.
Pada dasarnya donor dari hewan ini bukanlah suatu gagasan yang baru tetapi sejak tahun 1960-an telah dilakukan proses transplantasi yang menggunakan organ tubuh hewan yang dipilih umumnya dari kerabat dekat dengan manusia yakni kera tanpa ekor seperti gorila, simpanse, dan orang utan bahkan babon. Penelitian dan eksperimen selanjutnya memungkinkan pula organ babi dipergunakan untuk ditransplantasikan ke manusia, keadaan ini merupakan rangkaian yang tidak terputus dari percobaan-percobaan yang telah lama dilakukan dibidang transplantasi organ tubuh.
6
21
C. Jenis-jenis Transplantasi
Di tinjau dari segi transplantasi yang dipakai, transplantasi dibedakan dua bagian :
1. Transplantasi jaringan, seperti pencangkokan cornea mata,
2. Transplantasi organ, seperti pencangkokan ginjal, jantung dan sebagainya.7 Dintinjau dari segi hubungan genetik antara donor dan resipien, tranplantasi dapat dibedakan menjadi :
1. Autotransplantasi, yaitu transplantasi di mana resipien dan donor adalah satu individu, tipe ini meliputi praktek-praktek transplantasi yang menggunakan bagian-bagian tubuh atau organ dari, dan pada, tubuh si pasien itu sendiri. Dalam hal ini transplantasi kulit, tulang rawan, otot dan tulang merupakan praktek-praktek yang sering dilakukan dalam bedah ortopedis, yang dalam prakteknya juga dapat disebut dengan transplantasi autologi.
2. Homotransplantasi (Allottransplantasi) yaitu transplantasi di mana resipien
dan donor adalah individu yang sama jenisnya, tipe ini meliputi transplantasi organ pada spesies yang sama seperti sesama manusia atau sesama binatang dari spesies yang sama
3. Heterotransplantasi (Xenotransplantasi) yaitu transplantasi di mana resipien
dan donor adalah dua individu yang berbeda jenis. Misalnya,
7
mentransplantasikan jaringan atau organ dari binatang ke manusia, tipe ini merupakan transplantasi dari hewan kepada manusia atau antara hewan satu dengan hewan lain dari spesies yang berbeda. Sejauh ini sebuah upaya transplantasi gagal dilakukan oleh California’s Lome Linda University Medical Center yang berusaha mengganti jantung babi dengan jantung seekor babon (kera genus papio yang terdapat di Asia dan Afrika). Searah dengan itu eksperimen telah dimulai di Inggris dengan target awal mentransplantasikan ginjal babi pada kambing dan akhirnya pada manusia.8
4. Isotransplantasi adalah Transplantasi antar dua individu dengan genetic yang sama, dalam prakteknya transplantasi ini juga disebut dengan transplantasi
isologi. Praktek transplantasi pada jenis ini dilakukan untuk setiap organ pada saudara kembar satu telur seperti praktek yang dilakukan untuk pertama kalinya dalam dunia kedokteran di bidang transplantasi.9
Largiarder (1970:14-15) mengemukakan macam-macam transplant yang dapat dijadikan landasan untuk pembedaan transplantasi, macam-macam transplantasi tersebut adalah :
1. Allotransplan (allogeneictransplant, allograft, homotransplant, homograft) :
transplant diperoleh dari donor yang sejenis;
8
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, “Fikih Kesehatan Kloning, Eutanasia, Tranfusi Darah, Transplantasi Organ, dan Eksperimen Pada Hewan”, terj. Mujiburohman, (Jakarta: Serambi, 2001), hal. 16-17
9
23
2. Autotransplant (autogeneictransplant, autologoustransplant, autograft):
transplant diperoleh dari individu yang sama;
3. Xenotransplant (xenogeneictransplant, heterologus transplant, heterograft xenograft) : transplant diperoleh dari donor yang tak sejenis.10
Sehingga dalam pembahasan skripsi ini penulis akan membahas transplantasi yang diperoleh dari donor yang tak sejenis, atau disebut dengan xenotransplantasi dengan obyek organ babi yang ditransplantkan kepada tubuh manusia menurut kajian hukum Islam. Sedangkan macam-macam organ yang dapat ditransplantasikan adalah:
a. Transplantasi ginjal; b. Transplantasi hati; c. Transplantasi paru; d. Transplantasi jantung; e. Transplantasi kulit; f. Transplantasi kornea; g. Transplantasi tulang;
h. Transplantasi pembuluh darah; i. Transplantasi pankreas.11
D. Tujuan dan Manfaat Xenotransplantasi
10
Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, (ed.), Problematika Hukum Islam Kontemporer (Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan, 2002), hal. 85
11
Xenotransplantasi sebagai satu upaya untuk melepaskan manusia dari penderitaan yang secara biologis mengalami ke abnormalan atau menderita satu penyakit yang mengakibatkan rusaknya fungsi satu organ, jaringan atau sel dengan menggunakan donor organ, jaringan atau sel dari hewan atau dengan kata lain transplantasi yang dilakukan antar spesies. Pada dasarnya bertujuan untuk : 1. Kesembuhan dari suatu penyakit, misalnya rusaknya jantung, ginjal, dan lain
sebagainya.
2. Pemulihan kembali suatu organ, jaringan atau sel yang telah rusak atau mengalami kelainan tetapi sama sekali tidak terjadi kesakitan biologis, seperti pencangkokan sel atau jaringan dari hewan untuk pemulihan bibir sumbing.12
Jika ditinjau dari segi tingkatan tujuannya, maka transplantasi bermaksud: 1. Semata-mata pengobatan dari sakit atau cacat yang kalau tidak dilakukan
dengan pencangkokan tidak akan menimbulkan kematian, seperti transplantasi kornea dan bibir sumbing.
2. Sebagai jalan terakhir, jika tidak dilakukan menimbulan kematian, seperti transplantasi ginjal, hati dan jantung.13
Dengan demikian, manfaat Xenotransplantasi adalah sebagai suatu alternatif besar sebagai antisipasi terbatasnya pendonor terhadap pasien sehingga dapat digantikan dengan pendonor antar spesies.
12
M. Sa’ad Ih., “Transplantasi dan Hukum Qiyas Delik Pelukaan Studi tentang Reformasi dan Perubahan Eksekusi” dalam Chuzaimah T. Yanggo Problematika Hukum Islam Kontemporer, hal. 86
13
25
A. Teknik Xenotransplantasi Organ
Secara teknik bedah, transplantasi organ dapat dilakukan dengan cara:
1. Ortopik yaitu memasang organ yang akan dicangkokan di tempat asli dari
organ yang akan diganti, dengan terlebih dahulu mengambil organ yang asli;
2. Heterotopik yaitu pencangkokan yang dipasang pada tempat organ yang lain
sedangkan organ yang rusak tidak dikeluarkan pada teknik ini.
Dalam melakukan pencangkokan suatu organ, terdapat beberapa teknik
dalam praktek pembedahannya, biasanya teknik ini dilakukan pada saat operasi,
baik terhadap donor maupun terhadap pasien. Setiap teknik pembedahan pada
macam-macam organ dilakukan dengan cara yang berbeda seperti contoh pada
praktek transplantasi organ ginjal teknik pembedahan yang digunakan adalah
nefrektomi dan jenisnya pembedahan dari nefrektomi:
1. Nefrektomi donor sukarelawan
Teknik ini dilakukan melalui lusisi flank. Iga bisa direseksi
(dikeluarkan) untuk mempercepat pengupasan setelah memotong kulit
jaringan subkutis dan otot flank kemudian ginjal didekati retropenitoneum
melalui fascia gerota setelah itu pembuluh darah revalis diberi rangka dan
dipotong pada sambungannya dengan aorta dan vena cava. Aorta di potong
[image:35.612.122.540.54.412.2]27
pada pinggir pelivis kemudian bila ginjal telah di mobilisasi sementara,
pembuluh darah dipotong dan ginjal dikeluarkan, setelah itu ginjal baru
ditransplantasi, pada praktek transplantasi ini memerlukan operasi besar
dimana banyak organ yang dilibatkan dalam prosesnya.1
2. Nefrektomi donor kadaver
Teknik ini dilakukan untuk mengeluarkan salah satu organ dari tubuh
seseorang, dalam praktek transplantasi ginjal yakni kedua ginjal dikeluarkan
secara bersamaan dengan segmen sorta dan vena cava untuk menghindari
cedera pada pembuluh darah revalis.
Secara teknik bedah dalam praktek transplantasi dan xenotransplantasi
tidak memiliki perbedaan yang sangat urgen yang mana dalam prakteknya
terdapat beberapa teknik untuk mencangkok organ dalam tubuh manusia akan
tetapi dalam praktek xenotransplantasi harus lebih diperhatikan, karena objek
dari pendonor yang berbeda spesies yang secara pasti pula akan terjadi penolakan
dari sistem imun recepiens sehingga perlu adanya strategi yang dilakukan untuk
memperkecil atau apabila mungkin meniadakan peran obat-obat penekan sistem
imun atau efek rejeksi yakni dengan:
1
1. Menyisipkan gen yang dapat menghentikan penolakan hiperakut, respons
imuns lapis pertama yang akan menyerang organ hewan pada beberapa saat
setelah implantasi.
2. Menghilangkan gen pada objek pendonor yang menandai organ sebagai
benda asing dan membuat sistem kekebalan menjadi melemah.
3. Indentifikasi faktor-faktor yang mengarah kepada penolakan vaskuler dan
sistem kekebalan lapis kedua yang dapat menghancurkan organ yang
ditransplantasikan dalam hitungan minggu atau bulan.2
Adapun pedoman pemanfaatan organ, sel, dan jaringan hewan dalam
praktek xenotransplantasi perlu dipersiapkan untuk mengurangi resiko terhadap
resepiens, pedoman tersebut berlaku untuk semua jenis xenotransplantasi yang
meliputi pencangkokan organ tubuh, serta transplantasi sel atau jaringan,
mengingat potensi rejeksi atau potensi infeksi dampak dari implantasi organ
dalam praktek xenotransplantasi misalnya bakteri yang dapat menginfeksi atau
virus yang dapat menimbulkan penyakit bagi resipiens organ hewan. Pedoman
xenotransplantasi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
2
29
[image:38.612.130.534.50.684.2]Tabel 1
Pedoman Pelaksanaan Xenotransplantasi3
Perencanaan klinis 1. Tim harus melibatkan ahli bedah, dokter ahli
penyakit menular, dokter hewan, imunologis,
spesialis pengendali infeksi, dan mikrobiolog.
2. Pusat atau rumah sakit pelaksana harus terkait
dengan laboratorium virologi dan mirobiologi.
3. Pedoman transplantasi harus ditelaah oleh komisi
keamanan hayati, komisi penggunaan dan perawatan
hewan, dan suatu badan penelaah. Pedoman harus
ditelaah dan disahkan oleh FDA
4. Pedoman harus menjelaskan metode screening
terhadap agen infeksi sebelum dilakukan
transplantasi.
5. Informasi kepada khalayak harus meliputi resiko
potensial bagi resipien, keluarga, atau jenis
hubungan dekat (misalnya hubungan seksual), dan
perlunya mendokumentasikan spesimen serum
sebelum dan sesudah transplantasi untuk suatu
tindak lanjut jangka panjang.
Sumber Hewan 1. Hewan sebaiknya berasal dari kelompok yang telah
tersaring, dari peternakan atau koloni yang tertutup,
dan bebas dari kemungkinan infeksi.
2. Hewan harus berasal dari galur yang tercatat dan
dikawinkan dan dibesarkan pada penangkaran.
Aspek klinis 1. Status kesehatan dari resipien xenotransplantasi
harus dimonitor secara klinis dan menjalani uji
laboratorium.
2. Metode pengujian laboratorium harus dipantau dan
didokumentasikan sebelum transplantasi dilakukan.
3. Resipien sebaiknya diberitahu terhadap
kemungkinan potensi terjadinya resiko penyakit
infeksi bagi dirinya maupun bagi orang-orang
dekatnya.
4. Prosedur pengendalian infeksi di rumah sakit harus
dijalankan dengan sebaik-baiknya.
5. Laboratorium yang ada harus mampu mengkultur
dan mengidentifikasi baik agen infeksi yang sudah
banyak diketahui maupun yang baru.
6. Tim kesehatan harus dididik terhadap kemungkinan
resiko penyakit infeksi.
31
investigasi lanjutan terhadap kemungkinan infeksi.
8. Catatan kesehatan sebaiknya dipelihara secara
sistematis sehingga tetap memperhatikan dan
melindungi kerahasiaan pasien.
Kesehatan
Masyarakat
1. Panitia pendaftar disarankan dapat menyediakan
informasi untuk keamanan jangka panjang dan
mampu membantu investigasi epidemiologis.
2. Pencatatan atau pendaftaran yang baik dapat
membantu mengidentifikasi xenotransplantasi
dihubungkan dengan masalah kesehatan yang
mempunyai cakupan kesehatan masyarakat.
B. Kajian Xenotransplantasi Organ Tubuh Yang Dapat Diganti dengan Babi
Sejarah aplikasi klinis transplantasi antar spesies pertama tercatat pada
awal abad 204, yakni ketika dilakukan cangkok ginjal dari kelinci, kambing,
domba, primata dan babi namun demikian semua rangkaian uji coba tersebut
menemui kegagalan. Sejak kegagalan tersebut para ilmuan sering melakukan uji
coba hingga pada tahun 1963 Reemtsma dan kawan-kawan berhasil
mencangkokan ginjal simpase ke sejumlah resipien manusia, dan pasien yang
sanggup bertahan hidup paling lama adalah 9 bulan.
4
Kemudian xenotransplantasi jantung untuk pertama kali dilakukan oleh
Hardy dan kawan-kawan dari University of Missisippi pada tahun 19645 dengan
mencangkokan jantung simpase ke manusia sejak itu delapan kali
xenotransplantasi telah dilakukan, lima menggunakan jantung donor primata, tiga
simpase dan dua baboon.
Pada tahun 1992, yang merupakan perkembangan terbaru dari uji coba
pencangkokan dengan organ babi, Zaplicki dan kawan-kawan mencangkokan
jantung babi kepada seorang penderita sindroma marfan kemudian tim ini
mengidintifikasi tidak terbentuknya respon penolakan hiperakut selama masa
bertahan hidup yang hanya mencapai 24 jam saja. Protokol tersebut melibatkan
juga teknik perfusi jantung babi yang akan digunakan dengan darah resipien
dalam rangka menghilangkan anti-bodi anti babi sebelum pencangkokan jantung
babi secara orthotopik tersebut.
Harian Japan Times yang terbit di Jepang pada tahun 1995 memberitakan
keberhasilan transplantasi katub jantung babi ke tubuh seorang anggota senat di
Amirika Serikat6. Dan sang Senator hingga tahun 2004 masih bertahan hidup,
penggunaan katup jantung babi sebagai pengganti katup jantung manusia menjadi
sering dilakukan dalam praktiknya di Amirika Serikat. Keberhasilan ini tentu
5
Ibid. (23/07/2009)
6
Muladno dan Zainal Abidin, Memanusiakan Babi, Transplantasi Organ Babi Pada
33
menyulut semangat para peneliti untuk melanjutkan penelitiannya dalam hal
transplantasi organ babi ke manusia.
Babi sebagai sumber organ donor bukanlah merupakan pilihan yang asal
jadi, banyak pertimbangan yang digunakan sebagai landasan yang cukup kuat
dalam menentukan pilihan pada binatang tersebut. Organ babi berdasarkan fakta
ilmiah yang ada memiliki kemiripan dengan organ manusia, beberapa organ
tubuhnya memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan organ manusia, seperti
halnya hati babi yang memiliki kemiripan dengan hati manusia kemudian ukuran
dan fungsi-fungsinya nyaris identik. Didasarkan pada tingkat ketersediaannya
organ dari babi jauh lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan organ yang
berasal dari manusia atau primata lainnya.
Harus diakui, binatang donor yang menguntungkan dan memungkinkan
adalah babi, karena babi bereproduksi dengan cepat dan anaknya banyak, dan
organ babi yang berukuran sama dengan organ manusia, namun juga mudah
membuat organ babi dalam kondisi bebas patogen7 rendahnya resiko membawa
patogen hewan babi yang dapat menginfeksi manusia lebih kecil dari pada
menggunakan kera atau monyet. Kemudian disamping metabolisme babi yang
mirip manusia, babi secara genetik juga dapat dimanipulasi untuk mengurangi
resiko penolakan.
7
Dari sekian banyak keuntungan yang akan didapat jika xenotransplantasi
dilakukan dengan obyek babi, tetap tim medis harus selalu berhati-hati dan terus
melakukan uji coba, karena dalam praktek xenotransplantasi dengan organ babi
virus yang paling perlu diperhatikan adalah Porcine Endogenorons Retrovirus
(PERU) karena PERU ada dalam hampir semua straik babi dan tidak dapat
dihilangkan dengan meningkatkan babi dalam kondisi steril. Meskipun PERU
inaktif, dan tidak berbahaya di dalam tubuh babi, namun dikhawatirkan
transplantasi kemanusia dapat mengaktifkan virus, dan bahkan mungkin dapat
menimbulkan penyakit baru dan dapat membahayakan jiwa resipien atau
penerima transplantasi.
C. Xenotransplantasi Organ Tubuh Babi Ke Manusia Dalam Perspektif Ilmu Kedokteran
Untuk meningkatkan keberhasilan xenotransplantasi dari organ babi ke
tubuh manusia, saat ini banyak dilakukan pengembangan babi transgenik yakni
melalui teknologi rekayasa dengan harapan organ babi dapat dikenali oleh sistem
imun (kekebalan) tubuh manusia, dengan demikian reaksi penolakan tubuh
manusia terhadap masuknya organ babi trasgenik tersebut menjadi tidak ada.
Data dari United Network For Organ Sharing (UNOS) menunjukkan
bahwa pada tahun 1999, jumlah operasi transplantasi berbagai organ yang
berhasil dilakukan pada manusia sebanyak 21.679. Pada tahun yang sama, jumlah
35
hanya 29,7% dari total pasien yang membutuhkan transplantasi (pencangkokan)
organ dapat terpenuhi. Jumlah pasien akan cenderung meningkat dengan
pertambahan jumlah penduduk dari waktu ke waktu maupun karena berbagai
faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang.8 Berikut ini tabel kebutuhan
[image:44.612.132.532.187.601.2]organ bagi kelangsungan hidup manusia, yang dikutip dari Muladno:
Tabel 2
Kebutuhan organ bagi kelangsungan hidup manusia
No. Jenis
Transplantasi
Jumlah transplantasi pada tahun 1999
Jumlah pasien menunggu transplantasi
1. Ginjal 12.483 45.758
2. Hati 4.698 15.681
3. Pankreas (utuh) 363 937
4. Pankreas (islet cell) 946 2.361
5. Usus 70 135
6. Jantung (keduanya) 21,185 4.115
7. Jantung paru-paru 49 207
8. Paru-paru 885 3.640
Jumlah Total 21.679 72.834
8
Muladno, Seputar Teknologi Rekayasa Genetik, (Bogor: Pustaka Wirausaha Muda:2002),
Kebutuhan akan organ sebagaimana yang tercantum dalam tabel di atas
menunjukkan bahwa hal tersebut menjadi masalah besar dalam dunia kedokteran
manusia. Hanya mengharapkan donor dari orang lain tidak akan pernah
mencukupi kebutuhan. Melalui cara komersial, apalagi ilegal, jelas bertentangan
dengan norma dan etika dilihat dari sudut pandangan agama apapun di dunia. Para
ilmuwan berusaha keras untuk mencari alternatif. Monyet dan babi menjadi
pilihan. Dari berbagai percobaan dan penelitian yang dilakukan secara terus
menerus, tampaknya babi lebih menjanjikan daripada monyet. Pada tahun 1995,
The Japan Times edisi 1 Juli 1995, sebagaimana yang dikutip oleh Muladno,
menulis cerita tentang seorang senator Amerika Serikat yang katup jantungnya
berasal dari babi. Ini merupakan salah satu contoh keberhasilan dari transplantasi
organ babi ke manusia.9
Namun pencangkokan organ babi ke manusia masih mengalami banyak
kendala sehingga belum dapat digunakan sebagai operasi rutin. Diketahui bahwa
salah satu di antara kendalanya adalah adanya alpha 1,3-galactose pada
permukaan sel babi. Adanya senyawa ini membuat kegagalan pencangkokan
jaringan atau organ babi ke tubuh manusia karena sel manusia mempunyai
antibodi yang mampu mengusir senyawa tersebut. Sistem penolakan ini dikenal
dengan nama Hyperacute Rejection atau disingkat HAR. Tidaklah mengherankan
9
37
apabila setiap perusahaan yang bergerak dalam bidang pencangkokan organ selalu
berupaya keras merancang strategi untuk dapat mengatasi HAR tersebut. 10
Perkembangan biologi molekuler yang spektakuler memberi harapan bagi
para ilmuan, pembuatan hewan transgenik bukan merupakan suatu hal yang sulit
lagi, berbagai jenis hewan telah disisipi gen asing termasuk gen manusia. Hal ini
berkaitan dengan Hyperacute Rejection atau biasa disingkat dengan HAR.
Kemudian jika kembali ke pembahasan awal mengenai babi hasil transgenik
bukanlah suatu isapan jempol hal ini nyata seperti halnya tim peneliti dari
nextram (perusahaan bioteknologi) yang membuat babi transgenik yang mampu
mengekpresikan protein manusia, karena protein ini sangat berperan penting
dalam sistem pertahanan tubuh (immune system). Dengan terekspresikannya
protein tersebut dalam organ babi, maka organ itu dapat di terima oleh sistem
pertahanan tubuh manusia sehingga pencangkokan organ babi ke tubuh manusia
dapat dilakukan dengan minimnya respect rejeksi dari tubuh manusia itu
sendiri.11
Kajian babi hasil transgenik serta telaah lebih dalam praktik
xenotransplantasi organ babi ketubuh manusia harus dipelajari lebih dalam lagi
karena tanpa babi transgenik dalam arti xenotransplantasi yang dilakukan dengan
babi biasa bukan hasil transgenik sudah akan pasti menimbulkan rejeksi atau
10
Ibid., h. 85
11
penolakan, penolakan utama yang mungkin terjadi ada penolakan hiperakut,
penolakan ini bisa terjadi karena hiperakut menolak gula galaktosa yang
diproduksi babi sehingga dampak dari penolakan tersebut mengakibatkan
rusaknya pembuluh darah manusia.12
Pada kasus xenotransplantasi, untuk memperkecil atau jika perlu
meniadakan peran obat-obatan penekan sistem kekebalan, strategi yang dilakukan
di antaranya adalah:
1. Menghilangkan gen yang menandai organ sebagai benda asing dan membuat
sistem kekebalan menjadi melemah.
2. Identifikasi berbagai faktor yang mengarah kepada penolakan vaskuler dan
sistem kekebalan lapis kedua yang dapat menghancurkan organ yang
ditransplantasikan dalam hitungan minggu atau bulan.13
12
Muladno dan Zainal Abidin, Memanusiakan Babi, Transplantasi Organ Babi Pada
Manusia, hal. 23
13
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK
XENOTRANSPLANTASI ORGAN BABI KE MANUSIA
A. Pandangan Hukum Islam Terhadap Babi
Seluruh pemeluk agama Islam percaya tentang kesempurnaan, kelengkapan, dan fungsi universal ajaran Islam yang termaktub dalam kitab al-Qur’an dan sunnah Rasul, Islam diyakini sebagai
ﻦﻳﺪﻟا
(agama) terakhir dan penyempurna dari seluruh agama yang pernah diturunkan di muka bumi yakni agama yang telah dibawa oleh para Nabi dan Rasul-Nya mulai Nabi pertama Adam AS hingga Nabi paling akhir yaitu Muhammad SAW.1Kesempurnaan agama Islam tercermin dalam segala hal terkait dalam bentuk apapun tidak terkecuali mengenai kesucian atau kebersihan firman Allah SWT:
...
☺
)
ةﺮ ا
/
2
:
222
(
Artinya: ……Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah/ 2: 222)
Berbicara pandangan Islam mengenai kesucian banyak hal yang menjadi sorotan mulai dari air, tempat, benda hal itu dimaksudkan untuk menjaga
1
M. Amin Suma, 5 Pilar Islam Membentuk Pribadi Tunggal, (Ciputat: Kholam Publishing, 2007), hal. 31
kebersihan guna tercepainya kesehatan, tidak luput pula salah satu yang dianggap benda najis dari jenis hewan adalah anjing dan babi Sabda Rasul:
ذا
ْ آﺪﺣا
ءﺎﻧا
رْﻮﻬﻃ
ا
تاﺮ
ﻊْ
ْﻐ
ْنا
ْﻜ ا
ْﻴﻓ
ﻎ و
هﻻْو
باﺮﺘ ﺎ
)
اور
(
2Artinya: “Cara mencuci bejana seseorang dari kamu apabila dijilat anjing, hendaklah dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur dengan tanah”. (HR. Muslim)
☺
☺
☺
☺
⌧
⌧
☺
⌧ ⌧
⌧
☺
☺
☺
☺
⌧
⌧
⌦
⌧
)
ةﺪﺋﺎﻤ ا
/
5
:
3
(
Artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib
2
41
dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir Telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa Karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS: Al-Maidah/ 5: 3)
Dalam hadits di atas diperintahkan untuk mencuci sesuatu yang telah dijilat anjing dengan cara yang istimewa, hal tersebut bukan dikarenakan mulut anjing yang berhadas melainkan karena najis pengecualian hewan dalam Islam, demikian halnya babi yang dikiaskan dengan anjing karena keadaannya lebih kotor dari pada anjing3, hadits tersebut tidak menerangkan secara eksplisit perlakuan istimewa juga terhadap babi namun surat al-Maidah dalam ayat 3 di atas sudah cukup jelas menyebutkan babi termasuk hewan yang diharapkan seperti halnya anjing.
Pemanfaatan babi hukumnya haram, baik atas daging, lemak maupun bagian-bagian lainnya, hal ini ditegaskan dalam beberapa ayat misalnya QS. 5:3, QS, 6:14 dan QS, 16:115,4 yang menyatakan pengharaman konsumsi bangkai,
3
H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Yogyakarta: Sinar Baru Algensindo, 1994), Cet. Ke- 27, hal. 19
4
Surat Al-‘An’am ayat 14 disebutkan:
⌧ ☺
☺
darah dan daging babi. Dalil-dalil pada beberapa ayat ini merupakan nash yang jelas, yang menegaskan tentang keharaman, antara lain mengkonsumsi babi. Al-Qur’an menggunakan kata “lahman” (daging) karena sebagian besar pengambilan manfaat dari babi adalah daging, selain itu dalam daging babi juga banyak mengandung lemak yang kurang baik untuk kesehatan manusia.
Dokter-dokter sekarang telah membuktikan bahwa memakan daging babi itu sangat membahayakan pada semua iklim, terutama yang beriklim panas. Sebagaimana juga telah dibuktikan melalui tes ilmiah bahwa memakan daging babi bisa menyebabkan timbulnya cacing pita yang sangat mematikan, juga cacing-cacing lainnya.5
Pada dasarnya Islam mempunyai rahasia besar mengenai penciptaan babi hingga kemudian mengapa babi diharamkan hal ini dapat diketahui dari kronologi dimana kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menyembelih hewan dengan menyebut asma Allah SWT dan membuat irisan memotong urat nadi leher hewan, dengan cara ini menyebabkan kematian hewan dengan sempurna karena kehabisan darah dari tubuh hewan tersebut, namun pada kenyataannya babi tidak (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik."(QS. Al-An’am/ 6: 14).
Kemudian dalam surat An-Nahl ayat 115 disebutkan
☺ ☺
☺ ⌧
⌦ ⌧
Artinya: Sesungguhnya Allah Hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nahl/ 16: 115). 5
43
memiliki leher yang kemudian menjadikan manusia memotong atau mematikan babi dengan cara berbeda dengan hewan lain yang mengakibatkan darah tidak keluar secara sempurna dan darah tersebut akan menyatu dengan daging. Hal inilah yang pada dasarnya akan menjadi racun pada tubuh manusia.
Hikmah lain yang diungkap oleh Syaikh Fauzi Muhammad Abu Zaid6, adalah babi dikenal sebagai hewan yang mempunyai kehidupan yang bebas disamping babi dikenal sebagai hewan yang kotor dan menjijikkan, jika dibandingkan dengan ayam, dua ekor ayam jantan dan satu ayam betina kita satukan dalam kandang dan dua ekor babi jantan dan satu ekor babi betina kita satukan dalam kandang maka yang akan terjadi adalah ayam jantan akan berkelahi untuk mendapatkan ayam betina. Sedangkan dalam kandang babi, babi jantan berkelahi untuk mendapatkan babi betina tetapi yang terjadi adalah dua babi jantan tersebut akan saling membantu untuk memenuhi hajat seksualnya dan bahkan lebih dari itu babi jantan mempunyai prilaku homoseksual hal inilah yang jelas-jelas bertentangan dengan fitrah umat manusia, dan dari itulah Islam mengharamkan babi untuk menjaga perangai sifat manusia yang merupakan makhluk mulia agar tidak seperti babi.
Ada lima faktor medis dan ilmiah yang mendorong diharamkannya daging babi, yaitu:
6
1. Daging babi mengandung berbagai jenis cacing yang sangat berbahaya (bagi tubuh), seperti: cacing pita (taenea) dan trichinea (cacing rambut; cacing bulat yang tergulung mengalir ke dalam otot, penyebab penyakit trichinosis).
2. Daging babi lebih banyak memungkinkan untuk memindahkan segala jenis bakteri penyakit daripada daging lainnya.
3. Minyak babi sulit dicerna dan kemungkinannya bertambah untuk terserang penyakit pada pencernaan, level atau saraf menjadi beku.
4. Influensa yang ganas.7
B. Perbedaan Pendapat Ulama Mengenai Xenotransplantasi
Sejak awal tahun 2000 di Amerika Serikat para ahli medis meneliti potensi keberhasilan transplantasi organ babi kepada manusia. Proses transplantasi organ babi ke manusia di ilhami dari tinjauan bentuk dan ukuran yang mendekati mirip dengan organ manusia. Dimana dalam hal ini organ babi juga dapat digunakan dalam kondisi bebas patogen dan organ babi dipercaya tidak menginfeksi manusia karena membawa patogen yang berbahaya bagi manusia dengan jumlah yang rendah sehingga aman bagi manusia.
Selain itu, organ babi dapat dimanipulasi untuk mengurangi resiko penolakan. Dalam proses transplantasi organ, acapkali tubuh recipient (penerima organ) menolak organ transplantasi. Dimana dalam hal ini dapat membahayakan
7
45
tubuh recipient. Dalam aspek geo-ekosistem, pemakaian hewan babi dipilih karena hewan babi merupakan hewan yang dapat bereproduksi secara cepat sehingga secara populasi, hewan ini mudah dibudidayakan.8
Berkenaan dengan masalah transplantasi, dalam buku Fiqih Kontemporer
membahas tentang pemindahan anggota tubuh yang najis ke tubuh manusia seperti bangkai binatang ternak dan hewan seperti babi. Para ahli medis telah menyebutkan bahwa tulang babi adalah salah satu tulang yang paling bagus untuk mengobati tulang manusia. Di mana tulang itu selain menyembuhkan dengan cepat, dia tidak mempunyai efek samping yang mengakibatkan tulang menjadi bengkok.
Apabila tulang babi dipindahkan ke manusia atau bangkai kambing diambil tulangnya dan dipindahkan untuk mengganti tulang manusia yang pecah/rusak, bagaimana hukumnya?
Menurut penulis buku tersebut, ia berpendapat bahwa hukum asalnya diharamkan dan tidak boleh dilakukan, sebab bangkai itu najis dan babi juga binatang yang diharamkan. Meskipun demikian Syaikhul Islam Ibn Taimiyah untuk tulang bangkai binatang beliau berpendapat suci. Akan tetapi, berdasarkan pendapat jumhur ulama mengatakan najis, mereka mengambil ketentuan tidak
8
boleh memindahkan anggota tubuh yang najis, seperti kulit, tulang, gigi, tulang babi.9
Menurut Khalid bin Ali Al-Musyaiqih, apabila seseorang terpaksa melakukan xenotransplantasi, maka boleh dengan dua syarat:
1. Dilakukan setelah mencari dan mendalami, dia sudah mencari obat yang cocok untuk penyakitnya. Dan dia telah bersungguh-sungguh dalam mencari dan mendalami penyakitnya, namun belum didapatkan obat yang suci, maka tidak boleh kemudian dia kembali kepada barang yang najis.
2. Kondisinya sangat mendesak, yaitu amat sangat membutuhkannya, jika tidak mendesak maka tidak diperkenankan.10
Berhubung transplantasi termasuk dalam permasalahan fiqih kontemporer, maka penulis berusaha mengemukakan pandangan-pandangan para fuqaha kontemporer tentang permsalahan tersebut. Berdasarkan hasil penelusuran penulis, ada 2 pandangan tentang transplantasi organ tubuh hewan ini, yaitu yang menentang dan yang mendukung.
1. Pandangan-pandangan yang menentang
Dua ulama terkemuka yang menulis penolakan terhadap transplantasi organ manusia adalah almarhum Muftî Muhammad Sayfî’ dari Pakistan dan Dr. ‘Abd al-Salâm al-Syukrî dari Mesir.
9
Khalid bin Ali Al-Musyaiqih, Fiqih Kontemporer, terj. Ibn Rasyid, (Klaten: Inas Media, 2008), Cet. I, h. 67
10
47
Muftî Syafî’ berpendapat bahwa transplantasi organ tidak diperbolehkan berdasarkan atas tiga konsep:
a. Kesucian hidup/tubuh manusia
Dari ajaran-ajaran yang teradapat dalam al-Qur’an, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia diperintahkan untuk melindungi dan melestarikan kehidupannya sendiri serta kehidupan orang lain. Sebagai contoh, manusia dilarang melakukan bunuh diri:11
⌧
☺
)
ءﺎ ا
/
3
:
29
(
Artinya: Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisâ’/ 3: 29)
b. Tubuh manusia sebagai amanah
Allah SWT telah melengkapi manusia dengan segala apa yang dibutuhkannya berkenaan dengan organ-organ tubuh. Seperti yang tercantum dalam al-Qur’an:
⌧ ⌧
)
ﺪ ا
/
90
:
8
-9
(
Artinya: Bukankah kami Telah memberikan kepadanya dua buah mata. Lidah dan dua buah bibir. (QS. Al-Balad/ 90: 8-9)
11
Pemahaman ini akan menuntun seseorang pada kesimpulan bahwa manusia tidak memiliki hak untuk mendonorkan satu bagian pun dari tubuhnya karena organ-organ tersebut pada dasarnya bukan miliknya, melainkan amanah yang dititpkan kepadanya.12
c. Memperlakukan tubuh manusia sebagai benda material
Ketidakbolehan memperlakukan tubuh manusia sebagai benda material semata dapat dideduksikan dari dua contoh berikut:
Pertama, jika seseorang berada di ambang maut akibat kelaparan, dan ia tidak dapat menemukan bahkan daging bangkai binatang sekalipun untuk dimakan, dan yang ada hakikatnya hanyalah daging manusia, maka ia tetap tidak boleh memakannya.
Kedua, Allah SWT mencela atau mengutuk orang yang menggabungkan rambut seorang wanita dengan rambut wanita lain untuk menjadikannya tampak panjang, dan Dia juga mengutuk wanita yang rambutnya dipotong untuk tujuan itu. Wanita diperbolehkan menambah gelungan rambutnya dengan bulu binatang (wol). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penggunaan rambut manusia untuk tujuan ini dianggap melanggar hukum, dan pemanfaatan organ tubuh manusia juga dianggap melanggar hukum.13 Al-Syukrî menguraikan penentangannya terhadap transplantasi organ berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan berikut:
12
Abul Fadl Mohsin Ebrahim, Fikih Kesehatan, hal. 84-85 13
49
a. Kesucian tubuh manusia
Ulama menetapkan kewajiban untuk menguburkan kembali tulang-tulang atau sisa-sisa tubuh mayat manusia jika, atas dasar alasan tertentu, mayat itu dikeluarkan dari kubur. Sama wajibnya pula dengan mengubur tangan atau kaki yang dipotong dari seorang terpidana, begitu pula dengan kuku-kuku manusia, rambut, dan lain-lain, dalam rangka memuliakan tubuh manusia. b. Larangan menggunakan benda terlarang sebagai obat
Pemanfaatan organ tubuh manusia dalam praktik penyembuhan menjadi sesuatu yang terlarang berdasarkan pada fatwa bahwa mazhab Hanafi memandang pemanfaatan tulang manusia dalam pengobatan sebagai perbuatan keji.
c. Menjaga kemuliaan hidup manusia
‘Abd al-Rahmân ibn ‘Utsmân r.a. meriwayatkan bahwa seorang tabib datang kepada Nabi SAW dan bertanya tentang kebolehan memanfaatkan katak sebagai obat. Nabi SAW lalu melarang tabib itu untuk melakukannya. Karena riwayat ini mengecam pembunuhan katak untuk digunakan dalam pengobatan, maka dalam upaya menjaga kemuliaan hidup manusia, bukanlah lebih patut bila penggunaan organ tubuh manusia dalam praktik pengobatan tidak diperbolehkan.
d. Menghindari keraguan
seseorang menghindari praktik transplantasi organ, ia akan memperoleh keuntungan dari dua sisi. Pertama, jika transplantasi organ ternyata tergolong sebagai sesuatu yang terlarang, berarti ia telah menjaga dirinya dari melampaui batas yang telah ditetapkan Allah SWT. Kedua, jika transplantasi organ termasuk dalam kategori yang diperbolehkan, maka ia akan mendapat pahala karena telah menghindari sesuatu yang dikhawatirkan termasuk yang terlarang.14
2. Pandangan yang mendukung
Para ulama yang mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat bahwa transplantasi organ harus dipahami sebagai salah satu bentuk layanan altruistik bagi sesama muslim. Pendirian mereka tentang transplantasi organ dapat diringkas sebagai berikut:
a. Kesejahteraan publik
Dalam Islam ada beberapa kaidah yang menyatakan:
1) 15
13
تارْﻮ ْ ﻤْا
ْﻴ
تارْوﺮ ا
Keterpaksaan membuat sesuatu yang terlarang menjadi boleh.
Maksudnya, apabila terjadi suatu keterpaksaan menggunakan sesuatu yang diharamkan dan tidak mungkin menghindar darinya, maka penggunaan yang diharamkan ini diperbolehkan. Namun, ini bukan
14
Ibid, hal. 86-88 15
51
berarti boleh secara mutlak, melainkan terbatas dengan kaidah kelima belas yaitu:
ﺎ
زﺎ
ْﺬ
ر
ﺰ
وا
16
Sesuatu yang dibolehkan karena udzur, maka kebolehan