• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia di lingkungan x kelurahan teladan timur kecamatan medan kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia di lingkungan x kelurahan teladan timur kecamatan medan kota"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI LINGKUNGAN X KELURAHAN TELADAN TIMUR

KECAMATAN TELADAN TIMUR

Oleh :

RYAN SUNANDA UTAMA HARAHAP

Saya adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Program SI Ilmu

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia di lingkungan x kelurahan teladan timur kec.medan kota.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan keperawatan yang diberikan.

Saya mengharapkan tanggapan / jawaban yang Bapak/Ibu berikan sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu sendiri tanpa dipengaruhi orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Bapak/Ibu. Informasi yang saudara berikan murni digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud lain.

Partisipasi dalam penelitian ini bersifat bebas sukarela. Bapak/Ibu berhak untuk ikut atau tidak ikut dalam penelitian ini tanpa berpengaruh kepada

pelayanan yang akan diberikan nantinya.

Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom dibawah ini :

(2)

Kuesioner Penelitian

PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN JATUH PADA LANSIA DI LINGKUNGAN X KELURAHAN TELADAN TIMUR

KECAMATAN MEDAN KOTA Petunjuk Pengisian :

1. Semua pertanyaan harus dijawab

2. Berilah tanda checklist ( √ ) pada tempat yang disediakan dan isilah titik-titik jika ada pertanyaan yang harus dijawab.

3. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Data Demografi

Usia : 1.( ) 15-25 tahun 2.( ) 26-35 tahun 3.( ) 36-45 tahun

Pendidikan : 1. ( ) SD 2. ( ) SMP 5.( ) Sarjana 3. ( ) SMA 4. ( ) Diploma

Pekerjaan : 1. ( ) PNS 2. ( ) Wiraswasta 3. ( ) Karyawan

Penghasilan keluarga perbulan : 1. ( ) < Rp. 1.000.000,-

2. ( ) Rp. 1.000.000 – 2.000.000,- 3. ( ) > Rp. 2.000.000,-

Hubungan keluarga dengan lansia

(3)

2.Data Kuesioner Perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia. Berikut dibawah ini adalah hal-hal yang ibu/bapak lakukan dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia, berilah tanda checklist (√ ) pada kolom jawaban Keterangan:

Ya = 2 Tidak = 1

No Pernyataan Ya Tidak

1. Apakah bapak/ibu membantu lansia berjalan ketika ingin berjalan ke kamar mandi

2. Apakah bapak/ibu sering mengalami kekakuan pada anggota tubuh

3. Apakah bapak/ibu menganjurkan lansia untuk berolahraga yang rutin setiap hari atau seminggu sekali

4. Menurut bapak/ibu apakah olahraga yang ditekunin mempunyai resiko tinggi untuk jatuh 5. Apakah bapak/ibu mengalami pendengaran 6. Apakah saat ini bapak/ibu mengkonsumsi

obat-obatan

7. Apakah bapak/ibu mengingatkan lansia untuk tidak minum obat secara sembarangan

8. Apakah bapak/ibu membeli obat secara sembarangan

9. Apakah bapak/ibu membantu mengingatkan lansia untuk minum obat sesuai aturan/petunjuk 10. Apakah bapak/ibu mengkonsumsi obat bila

merasa pusing atau tidak enak badan 11. Apakah bapak/ibu mengalami gangguan

penglihatan

(4)

13. Apakah bapak/ibu membantu mengingatkan lansia untuk menjaga kebersihan matanya 14. Apakah bapak/ibu membantu lansia untuk

memeriksakan mata

15. Apakah kondisi pekerjaan lansia membutuhkan kacamata

16. Apakah bapak/ibu menyediakan kamar tidur lansia dengan pencahayaan yang terang

17. Jika berjalan, apakah lansia harus berpegangan dengan yang ada di lingkungan sepeti

dinding,tongkat dll

18. Apakah bapak/ibu menyediakan kamar mandi/WC jongkok dan rendah

19. Apakah bapak/ibu membantu lansia berjalan sendiri ketika lantai masih basah

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

DATA REABILITAS

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

(10)

SMP 6 7.1 7.5 10.0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(11)

Hub.Dg.Klg

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid CUCU 30 35.7 37.5 37.5

ANAK 31 36.9 38.8 76.3

MENANTU 19 22.6 23.8 100.0

Total 80 95.2 100.0

Missing System 4 4.8

(12)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ryan S Utama Harahap Tempat/Tanggallahir : Medan, 23 Maret 1990 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. H.M Joni Gg. Istimewa No. 12 Medan Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Medan (1996 - 2002)

2. SMP Budi Satya (2002 - 2005)

3. SMA Budi Satya (2005 - 2008)

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Boedhi, D. R. (2000) Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) (Edisi kedua). Jakarta: FK UI

Darmojo, (2004). Buku ajar Geriatri; Ilmu kesehatan lanjut usia, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Darmojo, et all. (2006). Buku Ajar Geriatri ( Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI.

Friedman, M.M. (1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktek, Edisi ke-3. Jakarta : EGC.

Gallo, (1998). Gerontologi. EGC. Jakarta.

Hurlock, E.B. (1999) Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta

Lueckenotte.(2000). Pengkajian Perawatan. Jakarta : ECG

Nugroho, W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

...(1992 ). Perawatan Lanjut Usia. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

...(1995). Perawatan Lanjut Usia. Cetakan Ketiga. Buku Kedokteran EGC. Jakarta

...(2008) Gerontik & Geriatri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Notoadmodjo, (2003). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka cipta.

...(2005). Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi Jakarta: Rineka Cipta.

(14)

Purwanto, H. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Probossuseno. (2006). Kenapa Lansia Sering Tiba-tiba Roboh? Dibuka pada: senin, 5 maret 2007. http://www.republika.co.id

Setiadi, (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan, Jakarta: Graha Ilmu.

Setawati, S., (2008) Penuntun praktis asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: Trans Info Media.

(15)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep ini bertujuan untuk mengetahui perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota.Skema 1.Kerangka konseptual penelitian digambarkan sebagai berikut :

Perilaku keluarga

Kejadian jatuh pada lansia 1. Faktor intrinsik

- Gangguan fisik - Pengaruh Obat-obatan - Gangguan penglihatan

(16)

2. Defenisi operasional

Tabel 1. Defenisi Operasional

No Variabel penelitian

Definisi

Operasional Alat ukur Hasil ukur

Skala ukur 1. Perilaku keluarga

(17)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif merupakan rancangan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota 2013.

2. Populasi, Sampel, dan Sampling

2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2005). Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan keluarga yang memiliki lansia atau tinggal bersama lansia dan yang berada di lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota. Berdasarkan data di dapatkan jumlah keseluruhan lansia sebanyak 103 orang.

2.2. Sampel

Pengambilan sampel menggunakan Teknik Simple Random Sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara acak. Sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Setiadi, 2007).

(18)

3. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota tahun 2013. Peneliti mengambil Kelurahan ini sebagai lokasi penelitian karena kondisi yang kondusif, efisiensi biaya. Pertimbangan lain adalah karena lokasi ini belum pernah dilakukan penelitian.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2012.

4. Pertimbangan etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi izin dari Kepala Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota. Dalam penelitian ini mengakui hak-hak responden dalam menyatakan kesediaan atau ketidaksediaan untuk dijadikan responden penelitian.

Dalam penelitian ini, responden diberi informasi tentang sifat dan tujuan penelitian yang dilakukan. Kemudian diberikan lembar persetujuan yang akan ditandatangani sebagai bukti kesediaannya sebagai responden, responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Peneliti akan merahasiakan identitas responden serta tidak akan mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari responden.

5. Instrumen Penelitian

(19)

pekerjaan dan penghasilan keluarga perbulan dan hubungan dengan lansia. Bagian kedua yaitu kuesioner yang terdiri dari pernyataan mengenai perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia terdiri dari 20 pernyataan. Kuesioner perilaku keluarga menggunakan skala guttman dengan dua kategori, pilihan jawaban yang diberikan adalah Ya=2 Tidak=1.

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid adalah instrumen yang mempunyai validitas yang tinggi (Arikunto, 2006). Kuesioner perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia, dilakukan uji validitas oleh dosen yang lebih ahli setelah sidang proposal.

(20)

7. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan menyebaran kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Kepala lingkungan X di Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota. Kemudian peneliti langsung mendatangi keluarga yang tinggal bersama lansia yang berada lingkungan X di Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota yang sebagai responden dan menjelaskan kepada responden tentang tujuan, manfaat, prosedur penelitian, dan cara pengisian kuesioner penelitian. Responden diminta untuk menandatangi informed concent, responden diminta menjawab pertanyaan dengan mengisi kuesioner yang diberikan , selanjutnya data yang terkumpul dianalisa

8. Analisa Data

(21)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan menggambarkan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan dari

bulan November 2012 sampai dengan Desember 2012 dengan jumlah responden 80

orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini akan menguraikan gambaran

data demografi responden dan perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada

lansia.

1.1 Data Demografi Responden

Berdasarkan hasil statistik distribusi dan frekuensi menunjukkan bahwa mayoritas

usia responden ada pada kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 36 orang (45,0%),

kemudian mayoritas pendidikan responden adalah SMA yaitu sebanyak 37 orang

(46.3%), dan pekerjaan responden mayoritas adalah wiraswasta yaitu sebanyak 38

orang (47.5%), dan mayoritas penghasilan per bulan responden berkisar <Rp.

1.000.000, yaitu sebanyak 53 orang (66.3%) dan mayoritas yang menjadi

(22)

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden

di Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota

Usia Frekuensi Persentase

15 - 25 Uang Saku per bulan

<Rp. 1.000.000,-

1.2 Perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia

1.2.1 Perilaku keluarga pada gangguan fisik

Keluarga dapat memainkan suatu peran vital dalam upaya peningkatan gangguan

(23)

misalnya keluarga melakukan perawatan, melakukan latihan secara teratur, dan lain

sebagainya. Agar dapat berjalan dengan baik, para anggota keluarga perlu

mempelajari status kesehatan mereka dan citra tubuh seperti, apakah tubuh mereka

lemah, sakit-sakitan atau sehat dan sembuh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas atau 90% keluarga berperilaku baik

dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat gangguan fisik.

Tabel 2. Distribusi frekuensi perilaku keluarga pada gangguan fisik lansia

Kategori F %

Buruk 2 10.0

Baik 18 90.0

Total 20 100.0

1.2.2 Perilaku keluarga pada pengaruh obat-obatan

Keluarga dapat memainkan suatu peran vital dalam upaya peningkatan pengaruh

obat-obatan pada lansia . Lansia tidak hanya rentan terhadap penyakit terapi rentan

juga terhadap gangguan obat-obatan, intoksikasi obat dan interaksi obat yang sering

terjadi pada lansia dengan umur diatas 65 tahun Lansia juga sering melakukan

(24)

Dari hasil penelitian didapat bahwa mayoritas keluarga mempunyai perilaku baik

dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat pengaruh obat-obatan sebesar

80%.

Tabel 3.Distribusi frekuensi perilaku keluarga pada pengaruh obat-obatan

Kategori F %

Buruk 4 20.0

Baik 16 80.0

Total 20 100.0

1.2.3 Perilaku keluarga pada gangguan penglihatan

Keluarga dapat memainkan suatu peran vital dalam upaya peningkatan gangguan

penglihatan Keluarga harus mengetahui bagian-bagian organ mata juga mengalami

perubahan seperti retina, perubahan retina terjadi karena usia yang semakin

meningkat, dan ini merupakan penyakit senilis yang dapat meningkatkan gangguan

lapangan pandang sehingga dapat meningkatkan jatuhPada gangguan penglihatan ini

(25)

makular, gangguan visus pasca stroke dan retinopati diabetika yang meningkat

sesuai dengan umur.

Hasil penelitian menunnjukkan mayoritas batau sebesar 90% keluarga

berperilaku baik dalam kejadian jatuh akibat gangguan penglihatan.

Tabel. 4 Distribusi Frekunsi Perilaku Keluarga Pada Gangguan Penglihatan

Kategori F %

Buruk 2 10.0

Baik 18 90.0

Total 20 100.0

1.2.4 Perilaku keluarga pada lingkungan

Keluarga dapat memainkan suatu peran vital dalam upaya peningkatan dalam

kejadian jatuh pada lansia akibat lingkungan . faktor-faktor lingkungan yang

sering dihubungkan dengan jatuh pada lansia antara lain alat-alat atau

perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat

tidur dan WC yang rendah/jongkok, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak

mudah di pegang, lantai yang tidak datar baik yang ada trapnya ataupun

menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang menebal menekuk

pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai

yang licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan),

(26)

Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden berperilaku baik dalam pencegahan

kejadian jatuh pada lansia akibat lingkungan sebesar 100%.

Tabel.5. Distribusi Perilaku Keluarga Pada Lingkungan

Kaegori F %

Buruk

Baik

-

20

-

100.0

2. Pembahasan

2.1 Perilaku keluarga pada gangguan fisik lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat gangguan fisik sebesar 90%.

Keluarga dapat memainkan suatu peran vital dalam upaya peningkatan gangguan fisik pada lansia. Kebanyakan perilaku berkisar pada masalah- masalah pola hidup, misalnya keluarga melakukan perawatan, melakukan latihan secara teratur, dan lain sebagainya. Agar dapat berjalan dengan baik, para anggota keluarga perlu mempelajari status kesehatan mereka dan citra tubuh seperti, apakah tubuh mereka lemah, sakit-sakitan atau sehat dan sembuh.

(27)

Darmojo & Martono, 2004) jatuh merupakan kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/ terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyak sekali faktor yang menyebabkan jatuh yaitu faktor intrinsik yang berasal dari dalam diri lansia itu sendiri seperti gangguan gaya berjalan. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata.

Sekitar 30-50% dari populasi lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang (Nugroho, 2008). Pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50% pernah mengalami jatuh. Walaupun tidak semua kejadian jatuh mengakibatkan luka atau memerlukan perawatan, tetapi kejadian luka akibat jatuh pun juga meningkat terutama pada usia diatas 85 tahun (Probosuseno, 2006).

2.2 Pengaruh obat-obatan

Hasil menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat pengruh obat-obatan sebesar 100%.

Obat-obatan juga meningkatkan risiko jatuh terutama obat-obatan yang

menyebabkan samnolen (obat hipnotik), postural hipertension (diuretik,

nitrat, obat anti hipertensi dan anti depresan trisiklik) dan kebingungan

(simetidine dan digitalis). Lansia juga sering melakukan kesalahan dalam

(28)

Lansia juga sering melakukan kesalahan dalam penggunaan obat terutama

terjadi pada lansia dengan mengkonsumsi obat tiga atau lebih obat-obatan

yang diberkan oleh dokter. Jatuh yang biasanya disebabkan oleh terapi

obat-obatan dinamakan roboh iatrogenik (suatu kondisi yang disebabkan oleh

pengobatan kondisi primer atau disebabkan tindakan dokter karena

pengobatan) (Probosuseno, 2006).

2.3 Perilaku keluarga pada gangguan penglihatan lansia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku baik

dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat gangguan penglihatan

sebesar 90%.

Dalam penelitian Boedhi-Darmojo (1991), menyebutkan bahwa gangguan

penglihatan lebih banyak dialami oleh wanita (81,1%) dari pada pria (74,1%).

Dengan bertambahnya usia akan menyebabkan kekendoran seluruh jaringan

kelopak mata disebut dengan perubahan involusi, terjadi pada M.

Orbikularis, refraktor palpebra inferior, tarsus, tendon kantus,

medial/lateral,aponeurosis muskular levator palpebra, dan kulit. Maka

bagian-bagian organ mata juga mengalami perubahan seperti retina,

perubahan retina terjadi karena usia yang semakin meningkat, dan ini

merupakan penyakit senilis yang dapat meningkatkan gangguan lapangan

pandang sehingga dapat meningkatkan jatuh ( Wilardjo, 2000 dalam Boedhi,

2000). Pada gangguan penglihatan ini penyakit-penyakit yang sering terjadi

(29)

Entropion, ektropion tau epifora yang menyebabkan gangguan penglihatan

juga meningkatkan insiden jatuh padan lansia. Walaupun gangguan

penglihatan meningkatkan insiden jatuh tetapi kebutaan tidak meningkatkan

insiden jatuh (Kane, 1994 dalam Boedhi,2000).

2.4 Perilaku keluarga pada lingkungan

Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden berperilaku baik dalam

pencegahan kejadian jatuh akibat linkungan sebesar 100%.

Faktor-faktor lingkungan yang menyebabkan jatuh adalah penerangan yang

tidak baik (kurang atau menyilaukan), lantai yang licin dan basah, tempat

berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah dipegang dan alat-alat atau

perlengkapan rumah tangga yang tidak stabil dan tergeletak di bawah.

(Darmojo, 2004). Menurut Friedman, 1998 adalah kondisi interior rumah

meliputi bagaimana ruangan-ruangan tersebut dilengkapi oleh perabot ,

kelayakan perabot, penerangan yang tidak memadai dan eksterior rumah

meliputi lantai, tangga, jeruji dalam keadaan buruk, tempat obat-obatan

tidak terjangkau dan pintu masuk dan pintu keluar ke rumah tidak terdapat

penerangan dan ruang gerak yang cukup untuk keluar dari rumah, kabel

listrik telanjang di lantai, kolam renang yang tidak di pagari secara

(30)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

1.1 Berdasarkan perilaku keluarga pada gangguan fisik lansia, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat gangguan fisik sebesar 90%.

1.2 Berdasarkan pengaruh obat-obatan, hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat pengaruh obat-obatan sebesar 80%. 1.3 Berdasarkan perilaku keluarga pada gangguan penglihatan, hasil

penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia akibat gangguan penglihatan sebesar 90%.

1.4 Berdasarkan perilaku keluarga pada lingkungan, hasil penelitian menunjukkan seluruh responden berperilaku baik dalam pencegahan kejadian jatuh akibat lingkungan sebesar 100%.

2. Saran

2.1 Dalam mencegahan kejadian jatuh pada lansia, keluarga lebih meningkatkan pengawasan kepada lansia, serta membantu lansia apabila membutuhkan pertolongan.

(31)

2.3 Dalam memelihara kesehatan lansia, keluarga perlu meningkatkan melakukan pemeriksaan kesehatan yang rutin di tempat pelayanan kesehatan.

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Perilaku

1.1 Definisi Perilaku

Skiner seorang ahli perilaku merumuskan bahwa prilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku rerjadi melalui peroses adanya stimulus terhadap adanya organisme. Dan kemudian tersebut merespon, maka teori Skiner ini disebut (stimulus- organisasi-respon). Skiner membedakan adanya dua respon responden respon atau reflexive, yaitu respon yang di timbulkan oleh karena rangsangan-rangsangan tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulus karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap dan operant respons atau instrumental, yaitu respon yang timbul berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce karena memperkuat respon. (Notoatdmojo, 2010).

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.

1.1.1 Perilaku Tertutup

(33)

sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas.

1.1.2 Perilaku Terbuka

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka, respon terhadap stimulus tersebut jelas dalam bentuk tindakan atau praktek yang mudah dapat diamati atau dengan mudah diamati.

Penelitian Roger (1974) mengungkap bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

a. Awereness (kesadaran) dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus

b. Interest (merasa terbaik) terhadap stimulus atau objek

tersebut. Disini sifat subjek sudah mulai timbul

c. Evaluation (menimbang-nimbang) baik tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya.

d. Trial, dimana subjek mulai mencobaa melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku sesuai dengan

pengetahuan, sesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

(34)

imunisasi yang diperintahkan oleh lurah atau ketua RT tanpa ibu-ibu mengetahui makna dan tujuan imunisasi tersebut, meraka tidak akan mengimunisasikan bayinya lagi setelah beberapa saat

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku 2.1 Keturunan

Keturunan diartikan sebagai pembawaan yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Pengaruh faktor keturunan bagi perilaku diperlukan pengembangan pada masa pertumbuhannya. Dalam beberapa keturunan terdapat beberapa azas yaitu : azas reproduksi yaitu kecakapan dari ayah dan ibu tidak dapat diturunkan kepada anaknya karena kecakapan merupakan hasil belajar dari tiap individu. Azas variasi yaitu penurunan sifat dari orangtua pada keturunannya terdapat variasi baik kualitas maupun kuantitas. Azas regresi fillial yaitu adanya penyususnan sifat-sifat orangtua yang diturunkan kepada anak-anaknya.

Azas jenis menyilang yaitu apa yang diturunkan kepada anak mempunyai sasaran menyilang. Ibu akan menurunkan sifat lebih banyak kepada anak laki-laki dan ayah lebih banyak menurunkan pada anak perempuan. Azas kompromitas yaitu setiap individu akan menyerupai ciri-ciri yangditurunkan oleh kelompok rasnya.

2.2 Lingkungan

(35)

berpengaruh pada diri individu dalam berperilaku. Lingkungan turut berpengaruh terhadap perkembangan pembawaan dan kehidupan manusia. Lingkungan dapat digolongkan atas lingkungan manusia, yang termasuk kedalam lingkungan ini adalah keluarga, sekolah dan masyarakat, termasuk didalamnya kebudayaan, agama, taraf kehidupan dan sebagainya, lingkungan benda yaitu benda yang terdapat disekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang berbeda disekitarnya dan lingkungan geografis. Latar geografais turut mempengaruhi corak kehidupan manusia. Masyarakat yang tinggal dipantai mempunyai keahlian, kegemaran dan kebudayaan yang berbeda dengan manusia yang tinggal di daerah gersang. (Notoatmodjo 2003).

Pengaruh lingkungan pada individu mempunyai dua sasaran yaitu lingkungan membuat individu sebagai mahluk sosial dan lingkungan membuat wajah budaya bagi individu. Dengan lingkungan dapat mempengaruhi prilaku manusia sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai mahluk sosial yang dalam keadaan bergaul satu dengan yang lainnya (Purwanto, 1998).

2.3 Macam-macam Perilaku Manusia

(36)

mengecilkan kelopak mata, secara umum perilaku refleks mempunyai tujuan menghindar ancaman yang merusak keberadaan individu, sehingga individu dapat berperilaku dan berkembang normal.

Perlilaku refleks bermasyarat adalah merupakan perilaku yang muncul karana adanya perangsangan tertentu. Reaksi ini wajar dan merupakan pembawan manusia dan bisa dipelajari atau didapat dari pengalaman

Perilaku yang mempunyai tujuan disebut perilaku naluri. Menurut Spencer perilaku naluri adalah gerakan refleks yang komplek atau merupakan rangkaian tahap-tahap yang banyak, nasing-masing tahap merupakan perilaku refleks yang sederhana. Ada tiga gejala yang menyertai perilaku bertujuan yaitu pengenalan, perasaan, atau emosi dorongan, keinginan atau motif (Purwanto 1998).

2.4 Aspek Sosial – Psikologi Kesehatan

Didalam proses pembentukan dan atau berubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain : susunan syaraf pusat, persepsi, motovasi, emosi dan belajar. Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena merupaakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk ke rangsangan yang dihasilkan. Perpindahan ini dihasilkan susunan saraf dengan unit-unit dasarnya yang di sebut neuron.

(37)

sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai tujuan tertentu, hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

Perilaku juga dapat timbul karena emosi, aspek sosial psikologi yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil dari keturunan. Dalam proses pencapaian kedewasaan pada manusia semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengann hukum perkembangan. Oleh kerana itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan. Belajar diartikan senagai suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu berubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu.

Faktor-faktor yang memegang peranan didalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan kecerdasan, perspsi, motivasi, minaat, emosi, dan sebagainya untuk mengelola pengaruh-pengaruh dari luar. Faktor eksternal meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam perwujutan perilaku, kedua faktor tersebut akan dapat terpadu menjadi perilaku yang selalas dengan lingkungan apabila perilaku yang terbentuk dapat diterima oleh lingkungannya, dan dapat diterima oleh individu yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003).

2.5 Determinasi Perilaku

(38)

masyarakat yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2003). Seseorang berperilaku tertentu disebabkan oleh pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek.

3. Konsep Keluarga 3.1 Definisi Keluarga

(39)

keluarga inti dan orang-orang yang berhubungan darah, sanak keluarga, kakek, nenek, tante dan sepupu.

Burgess dkk. (1963) dalam Friedman (1998), membuat definisi keluarga yang berorientasi pada tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas :

a. Keluarga terdiri atas orang-orang yang disatukan dalam ikatan darah dan ikatan adopsi.

b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.

d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

3.2 Bentuk-Bentuk Keluarga

Pembagian tipe keluarga menurut Sussman (1974) dalam Effendi (2009), adalah :

3.2.1 Keluarga tradisional

a. Keluarga inti, keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. b. Pasangan inti, keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja.

c. Keluarga dengan orang tua tunggal, satu orang sebagai kepala keluarga, biasanya bagian dari konsekuensi perceraian.

(40)

e. Keluarga besar yang mencakup tiga generasi

f. Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia g. Jaringan keluarga besar.

3.2.2 Keluarga non tradisional

a. Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah b. Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah c. Keluarga homoseksual (gay dan/atau lesbian)

d. Keluarga komuni, yaitu keluarga yang lebih dari satu pasang monogami dengan anak secara bersama-sama menggunakan fasilitas serta sumber-sumber yang ada.

3.3 Fungsi Dan Tugas Keluarga

Status sehat-sakit pada keluarga dan pengaruh status sehat-sakit keluarga saling mempengaruhi satu sama (Friedman, 1998). Keluarga cenderung menjadi seorang pengambil keputusan terhadap masalah-masalah kesehatan anggota keluarga, dalam mengambil keputusan pada setiap tahap sehat dan sakit para anggota keluarga, mulai dari keadaan sehat hingga diagnosa tindakan dan penyembuhan. yaitu ada enam tahap sehat atau sakit dari sebuah keluarga,

3.3.1 Tahap pencegahan sakit dan mengurangi resiko

(41)

sebagainya. Agar dapat berjalan dengan baik, para anggota keluarga perlu mempelajari status kesehatan mereka dan citra tubuh seperti, apakah tubuh mereka lemah, sakit-sakitan atau sehat dan sembuh. 3.3.2 Tahap gejala penyakit yang dialami keluarga dan penilaian tahap ini

mulai jika gejala-gejalanya, yaitu : diketahui, diinterpretasikan sejauh mana menyangkut keseriusan kemungkinan penyebab dan penting artinya, ditemukan dengan berbagai masalah

Tahap ini terdiri dari kepercayaan-kepercayaan menyangkut gejala-gejala atau penyakit dari anggota keluarga dan bagaimana menangani penyakit tersebut (Doherly dan Camphel, 1988 dikutip dari Friedman, 1998). Keluarga berfungsi sebagai titik tolak penilaian tingkah laku dan memberikan definisi-definisi dasar sehat dan sakit, maka keluarga mempengaruhi persepsi-persepsi individu.

3.3.3 Tahap Mencari Perawatan

(42)

sering disebutkan dalam kaitannya dengan perawatan di rumah dan pengobatan sendiri.

3.3.4 Kontak keluarga dengan tahap sistem kesehatan

Dimulai ketika melakukan kontak dengan lembaga kesehatan atau profesional dibidang atau dengan praktisi sosial lokal (dukun). Keluarga merupakan instrumen dalam membuat keputusan menyangkut dimana penanganan harus diberikan dan oleh siapa, dalam fungsinya keluarga juga membuat keputusan bagi seorang anggota keluarganya untuk mendapat pelayanan rujukan kesehatan yang lebih primer yaitu membuat keputusan-keputusan menyangkut pelayanan apa yang hendak digunakan, juga ditentukan oleh ketersedian dan kemampuan akses perawatan kesehatan bagi keluarga. Jenis perawatan kesehatan yang dicari juga sangat berbeda seperti tabib, akupuntur dan spesialis bedah (Pratt, 1976 dalam Friedman, 1998).

3.3.5 Respon keluarga

(43)

penting dalam menentukan perilaku peran pasien dari anggota keluarganya yang sakit, keluarga juga bersifat instrumental dalam memutuskan dimana penanganan harus diberikan di rumah sakit atau di rumah. Upaya-upaya yang dilakukan oleh medis sering menimbulkan konflik dengan nilai-nilai keluarga sehingga menimbulkan masalah pada medis. Tahap respons yang akut juga berkenaan dengan penyesuaian segera yang harus dilakukan oleh keluarga dengan anggota keluarga yang sakit, diagnosa dan penaganan. Untuk penyakit yang lebih serius atau penyakit yang mengancam jiwa, krisis keluarga bisa terjadi dimana keluarga mengalami kekacauan yaitu sebagai respon terhadap kekuatan stressor.

3.3.6 Tahap adaptasi penyakit dan pemulihan

Keluarga mempunyai suatu peran yang bersifat mendukung selama masa penyembuhan dan pemulihan pasien. Apabila dukungan semacam ini tidak ada, maka keberhasilan penyembuhan atau pemulihan (rehabilitasi) sangat berkurang.

4 Konsep Lanjut Usia 4.1 Pengertian Lansia

(44)

Batasan-batasan lansia menurut WHO, meliputi: (Kushariyadi, 2010). a. Usia pertengahan (middle age), antara 45 sampai 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun c. Lanjut usia tua (old), antara 75 dan 90 tahun d. Usia sangat tua (very old), di atas 90 tahun. 4.2 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia

Menurut Nugroho (1992), banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia yaitu:

a. Perubahan fisik

Perubahan fisik pada lansia meliputi banyak sistem yang ada pada tubuh, diantaranya:

1. Sel

Jumlah sel pada lansia, lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya serta berkurangnya cairan intraseluler.

2. Sistem persyarafan

Pada sistem persyarafan, lansia mengalami pengecilan syaraf panca indera, berkurangnya pengelihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

3. Sistem pendengaran

(45)

4 Sistem penglihatan

Terjadi kekeruhan pada lensa, penurunan lapangan pandang, dan daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat.

5. Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler pada lansia mengalami penurunan kemampuan 1% pertahun setiap memompa darah sesudah berumur 20 tahun, penebalan katup jantung, kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan terjadinya tekanan darah tinggi akibat resistensi pembuluh darah perifer.

6. Sistem respirasi

Paru-paru pada lansia kehilangan elastisitas yaitu meningkatnya kapasitas residu, menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan menurun dan kedalaman pernafasan menurun.

7. Sistem gastrointestinal

Pada lansia biasanya banyak kehilangan gigi (periodental disease), indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar menurun, dan fungsi absorbsi melemah.

8. Sistem genito urinaria

(46)

dikosongkan, Pembesaran prostat 75% dialami oleh pria usia diatas 65 tahun, sedangakan pada wanita terjadi menopause dan atrofi vulva. 9. Sistem endokrin

Pertumbuhan hormon semakin rendah daiantaranya penurunan hormon aldosteron serta sekresi hormon kelamin (progesteron, estrogen, dan testosteron).

10. Sistem integumen (kulit)

Kulit pada lansia keriput dan kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

11. Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan cairan, persendian membesar dan menjadi kaku. b. Perubahan-perubahan mental

Kenangan jangka panajang lansia berlangsung berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan sedangkan pada kenangan jangka pendek hanya berlangsung selama 10 menit terutama kenangan buruk yang baru saja dialami.

1. IQ (Interlegentia Quantion)

(47)

c. Perubahan-perubahan Psikososial

Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia terutama meliputi psikososial dipengaruhi oleh:

1. Pensiun adalah nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya, identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan.

2. Merasakan atau sadar dengan adanya kematian. 3. Perubahan dalam cara hidup

Cara hidup pada lansia biasa memasuki rumah perawatan sehingga lansia bergerak lebih sempit

4. Ekonomi lansia mengakibatkan perubahan pada psikososial lansia, terutama akibat pemberhentian dari jabatan. Sementara meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit dan bertambahnya biaya pengobatan bila terjadi suatu penyakit kepada lansia

5. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

6. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

7. Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dari ketulian. 8. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.

9. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman dan famili.

4.3 Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik:

(48)

psikososial terjadi masalah fisik sehari-hari dan sering ditemukan pada lanjut usia salah satunya yaitu:

a. Mudah jatuh

Penyebab mudah jatuh atau sering jatuh adalah bermacam-macam atau multi faktor:

1. Faktor intrinsik, misalnya:

a. Gangguan jantung atau sirkulasi darah. b. Gangguan sisitem susunan syaraf. c. Gangguan sisitem anggota gerak. d. Pengaruh obat-obatan yang dipakai. e. Gangguan penglihatan.

f. Gangguan psikologis.

2. Faktor Ekstrinsik (Penyebab dari lingkungan sekitarnya), misalnya: a. Cahaya ruangan yang kurnag terang.

b. Lingkungan yang tidak biasa lanjut usia sehingga dirasa asing pada sekitarnya.

c. Lantai yang licin dan lain-lain. 3. Faktor-faktor yang sukar diketahui

(49)

5. Kejadian Jatuh Pada Lansia

5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi jatuh pada lansia

Menurut Probosuseno (2006) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko jatuh pada lansia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :

5.1.1 Faktor fisik

Faktor-faktor yang menyebabkan jatuh sangat komplek dan tergantung kondisi lansia. Diantara adanya disability, penyakit yang sedang diderita; perubahan-perubahan kaibat proses penuan (penurunan pendengaran, penurunan visus, penurunan mental, penurunan fungsi indra yang lain, lambatnya pergerakan, dan lansia yang hidup sendiri) neuropati perifer. Nueropati perifer dapat di nilai dengan tes berdiri satu kaki selama 10 detik, bila gagal dalam tiga tes, sangat mungkin terdapat neuropati. Kondisi sakit, panas badan atau peningkatan angka leukosit dan limfosit serta hemoglobin yang rendah juga meningkatkan risiko terjadinya jatuh (Probosuseno, 2006).

(50)

pandang sehingga dapat meningkatkan jatuh ( Wilardjo, 2000 dalam Boedhi, 2000). Pada gangguan penglihatan ini penyakit-penyakit yang sering terjadi antara lain katarak, glaukoma, degenerasi makular, gangguan visus pasca stroke dan retinopati diabetika yang meningkat sesuai dengan umur. Entropion, ektropion tau epifora yang menyebabkan gangguan penglihatan juga meningkatkan insiden jatuh padan lansia. Walaupun gangguan penglihatan meningkatkan insiden jatuh tetapi kebutaan tidak meningkatkan insiden jatuh (Kane, 1994 dalam Boedhi,2000).

Pada gangguan pendengaran dapat meningkatkan risiko jatuh karena terjadinya gangguan keseimbangan tubuh lansia yang merupakan kaibat dari proses menua (Probosuseno, 2006). Berbagai masalah yang dapat menggangu keseimbangan itu antara lain dizziness (rasa keseimbangan yang tertanggu, goyah), rasa ingin pingsan, rasa melayang (light-headedness), dan vertigo (Brocle-hurst, 1987 dalam Boedhi, 2000).

5.1.2 Faktor Aktivitas

(51)

tempat atau mengambil sesuatu tanpa petolongan (Reuben, 1996; Campbel, 1987 dalam Boedhi, 2000).

Laki-laki dengan mobilitas, postur yang tidak stabil, mempunyai risiko jatuh sebesar 4,5 kali dibandingkan dengan yang tidak aktif atau aktif, tetapi dengan postur yang stabil. Penelitian selama setahun terhadap 4.862 penderita yang dirawat dirumah sakit atau panti jompo, didapatkan penderita dengan risiko jatuh paling tinggi adalah penderita aktif dengan stabil gangguan keseimbangan (Probosuseno, 2006).

5.1.3 Faktor Lingkungan

Menurut (Kane, 1994 dalam Boedhi, 2000) faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan jatuh pada lansia antara lain alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua atau tergeletak di bawah, tempat tidur dan WC yang rendah/jongkok, tempat berpegangan yang tidak kuat/tidak mudah di pegang, lantai yang tidak datar baik yang ada trapnya ataupun menurun, karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang menebal menekuk pinggirnya, dan benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser, lantai yang licin atau basah, penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan), alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaanya.

(52)

licin atau tidak rata dan penerangan ruang yang kurang (Kane, 1994 dalam Boedhi, 2000).

5.5 Faktor Obat-obatan dan makanan

Lansia tidak hanya rentan terhadap penyakit terapi rentan juga terhadap gangguan obat-obatan, intoksikasi obat dan interaksi obat yang sering terjadi pada lansia dengan umur diatas 65 tahun. Kadar obat dalam serum tidak stabil karena perubahan farmakokinetik akibat proses menua dan penyakit juga sering menyebabkan intoksikasi obat pada lansia. Obat-obatan juga meningkatkan risiko jatuh terutama obat-Obat-obatan yang menyebabkan samnolen (obat hipnotik), postural hipertension (diuretik, nitrat, obat anti hipertensi dan anti depresan trisiklik) dan kebingungan (simetidine dan digitalis). Lansia juga sering melakukan kesalahan dalam penggunaan obat (Kane, 1994 dalam Boedhi, 2000).

Lansia juga sering melakukan kesalahan dalam penggunaan obat terutama terjadi pada lansia dengan mengkonsumsi obat tiga atau lebih obat-obatan yang diberkan oleh dokter. Jatuh yang biasanya disebabkan oleh terapi obat-obatan dinamakan roboh iatrogenik (suatu kondisi yang disebabkan oleh pengobatan kondisi primer atau disebabkan tindakan dokter karena pengobatan) (Probosuseno, 2006).

5.2 Komplikasi Jatuh

(53)

otot, robeknya arteri atau vena, patah tulang (fraktur) pada pelvis, femur (terutama kollum), humerus, lengan bawah, tungkai bawah dan bisa juga menyebabkan hematom subdural. (2) perawatan rumah sakit yaitu komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilitas), risiko penyakit-penyakit iatrogenik. (3) Disabilitas yaitu penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik, penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan percaya diri, dan pembatasan gerak. (4) Risiko untuk dimasukan dalam rumah perawatan (nursing care). (5) Mati.

6. Pencegahan Jatuh

Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Menurut (Tinetti, 1992 dalam Boedhi, 2000) ada tiga usaha pokok untuk mencegah jatuh, antara lain:

6.1 Identifikasi faktor risiko

Pada stiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya faktor host (diri lansia) risiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik, neurologik, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari/menyebabkan jatuh.

6.2 Penilaian Keseimbangan dan gaya berjalan (gait)

(54)

lansia. Bila goyangan badan pada saat berjalan sangat risiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan medik. Penilaian gaya berjalan (gait) juga harus dilakukan dengan cermat, apakah penderita menapakkan kakinya dengan baik, tidak mudah goyah, apakah penderita mengangkat kakinya dengan benar pada saat berjalan, apakah kekuatan obat ekstrimitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan. Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan/penurunan.

7. Kesehatan Lansia

(55)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Lansia atau lanjut usia adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurlock, 1999).

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Sementara itu WHO menyatakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan yaitu kelompok usia 45-59 tahun. Selain itu lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologi dan fisik serta kejiwaan dan sosial. Menua (manjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2008).

(56)

teladan timur kecamatan medan kota jumlah keluarga yang mempunyai lansia sebanyak 50 lansia yang berumur 55-60 tahun.

Memang tidak dapat dibantah, bila seseorang yang bertambah tua, kemampuan fisik dan mental hidupnya akan perlahan-lahan pasti menurun. Semua perubahan tersebut khususnya pada perubahan fisik misalnya perubahan pada sistem penglihatan, persarafan, dan muskuloskeletal. Dampak dari perubahan tersebut, lansia akan mengakibatkan aktifitas lansia menjadi menurun. Perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan bergerak, langkah pendek-pendek, penurunan irama, kaki tidak dapat menapak dengan kuat dan cenderung gampang terpeleset atau tersandung sehingga lansia mudah terjatuh (Nugroho, 2000).

Jatuh pada lansia merupakan salah satu masalah penting didalam bidang Gerontologi Medis. Jatuh dapat mengakibatkan gangguan berjalan. Seperti yang kita ketahui komplikasi akbiat jatuh seperti fraktur kolumna femoris dapat mengakibatkan gangguan mobilitas pada lansia. Disamping itu akibat dari jatuh tidak hanya menimbulkan perlakuan fisik tetapi juga menimbulkan masalah psikis, seperti perasaan takut akan jatuh itu sendiri. Oleh karena itu jatuh berperan penting dalam kesehatan dan kualitas hidup lansia (Gallo, Reuchell & Andersen, 1998).

Jatuh secara singkat bisa diartikan sebagai a person coming to rest on the

ground or another lower level atau dengan kata lain suatu kejadian yang

(57)

yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Probosuseno, 2006).

Insiden jatuh di masyarakat Amerika Serikat pada umur lebih dari 65 tahun berkisar 1/3 populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh 0,6/orang (Reuben, 1996). Berdasarkan survei masyarakat Amerika Serikat, terdapat sekitar 30 % lansia berumur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang (Tinetti, 1992). Angka kejadian jatuh pada fasilitas perawatan di Amerika Serikat berkisar 40 % dari penghuninya pernah jatuh (Leueckenotte, 2000)

Kejadian jatuh pada lansia dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik (Darmojo, 2004). Adapun faktor intrinsik antara lain sistem syaraf pusat, demensia, gangguan sistem sensorik, gangguan sistem kardiovaskuler, gangguan metabolisme, dan gangguan gaya berjalan. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi lingkungan, aktifitas, dan obat-obatan.

Kematian akibat jatuh sangat sulit diidentifikasi karena sering tidak disadari oleh keluarga. Keluarga mempunyai peran penting dalam pencegahan terjadinya kejadian jatuh pada lansia, peran keluarga disini berupaya untuk meningkatkan pengurangan risiko jatuh pada lansia, upaya selanjutnya untuk meningkatkan status kesehatan lansia seperti menjaga kesehatan dengan baik, mengkonsumsi makanan bergizi, dan berolahraga teratur sesuai usia.

(58)

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota?

3. Tujuan penelitian

Untuk mengindentifikasi perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia di kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Kota.

4. Manfaat penelitian

4.1 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi serta dasar pengetahuan bagi para mahasiswa-mahasiswi keperawatan dan dapat dijadikan sebagai materi latihan dalam pemberian penyuluhan di keluarga pada keperawatan komunitas.

4.2 Bagi pelayanan kesehatan

Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan informasi agar dapat meningkatkan penalayan dalam mengatasi terjadinya jatuh terutama pada lansia.

4.3 Bagi penelitian selanjutnya

(59)

Judul : Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Baru

Nama : Ryan Sunanda Utama Harahap

NIM : 111121064

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2013

ABSTRAK

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambaran Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Baru. Desain penelitian ini yaitu deskriptif, dengan jumlah populasi sebanyak 100 orang, sampel didapat sebanyak 80 orang, dengan menggunakan rumus Isaac & Michael, dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian ini menunujukkan gambaran pencegahan penyakit dan faktor resiko, perilaku keluarga masih kurang baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia yaitu sebanyak 37 orang (46.3%), pencarian perawatan, perilaku keluarga masih kurang baik dalam pencehahan kejadian jatuh pada lansia yaitu sebanyak 45 orang (56.3%) dan berdasarkan respon keluarga dalam pencegahan jatuh pada lansia, perilaku keluarga sudah cukup baik dalam merespon lansia yaitu sebanyak 33 orang (41.3%). Peneliti merekomendasikan hasil penelitian ini kepada pihak pelayanan kesehatan di lingkungan X diharapkan adanya upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehataj dasar dan lebih mensosialisasikan pelayanan kesehatan terhadap lansia secara komprehensif.

(60)

PERILAKU KELUARGA DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN

JATUH PADA LANSIA DI LINGKUNGAN X KELURAHAN

TELADAN TIMUR KECAMATAN MEDAN KOTA

SKRIPSI OLEH

RYAN SUNANDA UTAMA HARAHAP 111121064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(61)
(62)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang dengan pertolongan-Nya selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyusun sikripsi penelitian ini dengan judul ”Perilaku keluarga dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia di lingkungan x kelurahan teladan timur kecamatan medan kota.“ Dan juga kepada Rasullah SAW sebagai uswatun hasanah, semoga kita memperoleh syafaatnya dikemudian kelak.

Pada kesempatan ini juga penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Ismayadi S,Kep.Ns selaku dosen pembimbing dalam penyusunan Skripsi pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang senantiasa memberi masukan dan dukungan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya;

3. Ibu Erniyati, SKp, MNS selaku pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Segenap dosen pengajar beserta staf pegawai dan administrasi di lingkungan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara;

(63)

6. Rekan-rekan mahasiswa/(i) Program Ekstensi S1 Keperawatan USU tahun 2012.

7. Rekan-rekan stambuk 2008 yang tidak dapat penulis ucapkan satu per satu. 8. Kepada sahabat-sahabatku Lukas, You wanda, Adi, Nanda, Ican, Syadam,

Dedi, Bang zenal, Bang ilham, dan semua yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah setia membantu dan mendukung saya.

Penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan. Akhirkata penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Medan, Februari 2013

(64)

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Persetujuan ... i

Prakata ... ii

Daftar Isi ... iv

Abstrak ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2. Perilaku ... 5

2.1. Definisi Perilaku ... 5

2.2. Perilaku Tertutup ... 5

2.3. Perilaku Terbuka ... 6

(65)

2.2.1. Keturunan ... 7

2.2.2. Lingkungan ... 7

2.2.3. Macam-macam Perilaku Manusia ... 8

2.2.4. Aspek Sosial – Psikologi Kesehatan ... 9

2.2.5. Determinasi Perilaku ... 10

2. Konsep Keluarga ... 11

2.1. Definisi Keluarga ... 11

2.2. Bentuk-bentuk Keluarga ... 12

2.3. Fungsi dan Tugas Keluarga ... 13

3. Konsep Lanjut Usia ... 16

3.1. Pengertian Lansia ... 16

3.2. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia ... 17

4. Kejadian Jatuh pada Lansia ... 22

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 28

1. Kerangka Konseptual ... 28

2. Defenisi Operasional ... 29

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 30

1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi, Sampel ... 30

(66)

5. Instrumen Penelitian ... 33

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 34

7. Pengumpulan Data ... 34

8. Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

1. Hasil Penelitian ... 36

2. Pembahasan ... 45

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

1. Kesimpulan ... 49

2. Saran ... 50

Daftar Pustaka Lampiran

1. Inform Consent

2. Jadwal Tentatif Penelitian 3. Taksasi Dana

(67)

Judul : Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Baru

Nama : Ryan Sunanda Utama Harahap

NIM : 111121064

Fakultas : Keperawatan

Tahun Akademik : 2013

ABSTRAK

Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambaran Perilaku Keluarga Dalam Pencegahan Kejadian Jatuh Pada Lansia di Lingkungan X Kelurahan Teladan Timur Kecamatan Medan Baru. Desain penelitian ini yaitu deskriptif, dengan jumlah populasi sebanyak 100 orang, sampel didapat sebanyak 80 orang, dengan menggunakan rumus Isaac & Michael, dengan teknik simple random sampling. Hasil penelitian ini menunujukkan gambaran pencegahan penyakit dan faktor resiko, perilaku keluarga masih kurang baik dalam pencegahan kejadian jatuh pada lansia yaitu sebanyak 37 orang (46.3%), pencarian perawatan, perilaku keluarga masih kurang baik dalam pencehahan kejadian jatuh pada lansia yaitu sebanyak 45 orang (56.3%) dan berdasarkan respon keluarga dalam pencegahan jatuh pada lansia, perilaku keluarga sudah cukup baik dalam merespon lansia yaitu sebanyak 33 orang (41.3%). Peneliti merekomendasikan hasil penelitian ini kepada pihak pelayanan kesehatan di lingkungan X diharapkan adanya upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehataj dasar dan lebih mensosialisasikan pelayanan kesehatan terhadap lansia secara komprehensif.

Gambar

Tabel 1. Defenisi Operasional
Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data demografi responden
Tabel 2. Distribusi frekuensi perilaku keluarga  pada gangguan fisik lansia
Tabel 3.Distribusi frekuensi perilaku keluarga pada pengaruh obat-obatan
+3

Referensi

Dokumen terkait

sekali, langkah-langkah pembelajaran menggunakan tipe Student Teams Achievement Division sudah dilaksanakan dengan baik namun masih ada beberapa siswa yang masih

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas IV SDN Buahdua I Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang pada pembelajaran bahasa Indonesia membaca pemahaman dalam

As Kalecki emphasized, the rise in prices and in money wages due to increases in employment and production, leads to a rise in the ‘money value of turnover’; this also causes a rise

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa item rasio profitabilitas yang diwakili oleh Gross Profit Margin (GPM), rasio aktivitas yang diwakili oleh Total

Skripsi yang berjudul “Mekanisme Diplomatik Penyelesaian Sengketa Laut Tiongkok Selatan Pasca The South China Sea Arbitration Award Of 12.. July 2016 (Studi Kasus Filipina –

Sampel yang diambil sebanyak 25 petani dari jumlah populasi sebanyak 204 orang dengan metode acak sederhana(simple random sampling), 20 petani responden, 1 pedagang

dan berada di bawah naungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menyediakan beberapa penyediaan layanan fisik dan non fisik bagi wisatawan difabel, pelayanan fisik yang

Ketika bergeraknya pasukan muslim pada saat itu yang berada di daratan Turki mampu merebut kawasan Spanyol dan Prancis, di sinilah awal mula masa keemasan umat Islam di kawasan