Lampiran 1. Keadaan Harga Kubis di Kabupaten karo pada Januari 2014 Desember 2015
Bulan Harga (Rp/Kg)
Januari 2014 1295
Februari 1305
Maret 1352
April 965
Mei 1000
Juni 1038
Juli 1038
Agustus 1113
September 900
Oktober 780
November 1265
Desember 913
Januari 2015 823
Februari 725
Maret 701
April 775
Mei 1193
Juni 2008
Juli 2552
Agustus 1587
September 2278
Oktober 1988
November 3412
Desember 3303
Lampiran 2. Keadaan harga kubis di Pasar Induk Medan pada Januari 2014 – Desember 2015
Bulan Harga (Rp/Kg)
Januari 2014 1624
Februari 1750
Maret 1743
April 1380
Mei 1783
Juni 1653
Juli 1610
Agustus 1700
September 1450
Oktober 1440
November 2050
Desember 1088
Januari 2015 2708
Februari *) 2406
Maret 1797
April 1941
Mei 2288
Juni 2875
Juli 3678
Agustus 3150
September 3594
Oktober 3788
November 5000
Desember 6513
Lampiran 3. Perkembangan Harga Kubis di Kabupaten Karo Januari
Lampiran 4. Perkembangan Harga Kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan Januari 2014-Desember 2015
Bulan Harga
Lampiran 5. Data Analisis Regresi antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan
Pt Pt-1 P*t - P*t-1 P*t-1
Sumber: Analisis Data Sekunder
Dimana:
Lampiran 6. Analisis Regresi Integrasi Pasar antara Kabupaten Karo Dengan Pasar Induk Medan
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Harga kubis di Kabupaten
Karo pada bulan t 1435.3913 791.84891 23
Harrga kubis di Kabupaten
Kao pada bulan t-1 1132.5843 711.90121 23
Selisih harga kubis di Pasar
Induk Tuntungan Medan
pada bulan t-1 dan bulan t
223.47 487.982 23
Harga kubis di Pasar Induk
Tuntungan pada bulan t-1
Correlations
kubis di Pasar
Induk
Tuntungan
Medan pada
bulan t-1 dan
bulan t
Harga kubis di
Pasar Induk
Tuntungan
pada bulan t-1
Pearson Correlation Harga kubis di Kabupaten
Karo pada bulan t 1.000 .831 .491 .767
Harga kubis di Kabupaten
Karo pada bulan t-1 .831 1.000 .333 .854
Selisih harga kubis di Pasar
Induk Tuntungan Medan
pada bulan t-1 dan bulan t
.491 .333 1.000 .150
Harga kubis di Pasar Induk
Tuntungan pada bulan t-1 .767 .854 .150 1.000
Sig. (1-tailed) Harga kubis di Kabupaten
Karo pada bulan t . .000 .009 .000
Harga kubis di Kabupaten
Karo pada bulan t-1 .000 . .060 .000
Selisih harga kubis di Pasar
Induk Tuntungan Medan
pada bulan t-1 dan bulan t
.009 .060 . .247
Harga kubis di Pasar Induk
Tuntungan pada bulan t-1 .000 .000 .247 .
N Harga kubis di Kabupaten
Karo pada bulan t 23 23 23 23
Harga kubis di Kabupaten
Karo pada bulan t-1 23 23 23 23
Selisih harga kubis di Pasar
Induk Tuntungan Medan
pada bulan t-1 dan bulan t
23 23 23 23
Harga kubis di Pasar Induk
Variables Entered/Removeda
Model Variables Entered Variables Removed Method
1 Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan
pada bulan t-1, Selisih harga kubis di
Pasar Induk Tuntungan Medan pada
bulan t-1 dan bulan t, Harga kubis di
Kabupaten Karo pada bulan t-1b
. Enter
a. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .880a .774 .738 405.21795 1.797
a. Predictors: (Constant), Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t-1, Selisih
harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t, Harga kubis di
Kabupaten Karo pada bulan t-1
b. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 10674713.290 3 3558237.763 21.670 .000b
Residual 3119830.188 19 164201.589
Total 13794543.478 22
a. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t
b. Predictors: (Constant), Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t-1, Selisih harga
kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t, Harga kubis di Kabupaten
Residuals Statistics
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 835.5526 3720.1528 1435.3913 696.57321 23
Residual -612.81396 854.84650 .00000 376.57730 23
Std. Predicted Value -.861 3.280 .000 1.000 23
Std. Residual -1.512 2.110 .000 .929 23
a. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
(Constant) 164.987 216.856 .761 .456
Harga kubis di Kabupaten Karo
pada bulan t-1 .474 .254 .426 1.862 .078 .227 4.397
Selisih harga kubis di Pasar
Induk Tuntungan Medan pada
bulan t-1 dan bulan t
.480 .195 .296 2.456 .024 .822 1.217
Harga kubis di Pasar Induk
Tuntungan pada bulan t-1 .348 .212 .358 1.643 .117 .250 3.998
Collinearity Diagnostics
Model
Dimen
sion Eigenvalue
Condition
Index
Variance Proportions
(Constant)
Harga kubis di
Kabupaten
Karo pada
bulan t-1
Selisih harga kubis di
Pasar Induk
Tuntungan Medan
pada bulan t-1 dan
bulan t
Harga kubis di
Pasar Induk
Tuntungan
pada bulan t-1
1 1 3.121 1.000 .01 .01 .03 .00
2 .705 2.103 .01 .00 .83 .00
3 .149 4.572 .61 .15 .03 .01
4 .025 11.177 .36 .85 .12 .98
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008. Manfaat Kubis/kol Bagi T Diakses 15 April 2016.
Anwar, DrChairilRasahandkk. 1999. RefleksiPertanianTanamanPangandan HortiklturaNusantara. PT PusakaSinarHarapan, Anggota IKAPI. Jakarta.
Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta.
Azzaino, Z. 1982. PengantarTataniagaPertanian. BahanKuliahJurusanSosial EkonomiPertanian. InstitutPertanian Bogor.Bogor.BPS. 2015. Sumut DalamAngkaTahun 2015. BPS Sumatera Utara.
BPS. 2015. KabupatenKaroDalamAngkaTahun 2015. BPS Karo.
BPS. 2016. Kecamatan Medan Tuntungan dalam Angka Tahun 2015. BPS Sumatera Utara.
DinasPertanian dan Perkebunan Sumatera Utara. 2016. Data HargadanProduksi KubisTahun 2014- 2015 diMedan Sumatera Utara.DinasPertaniandan PerkebunanSumatera Utara.
DinasPertanian dan PerkebunanKabupatenKaro. 2016. DataHargadan
produksiKubisTahun 2014-2015 diKabupatenKaro.DinasPertaniandan Perkebunan KabupatenKaro.
Eko Bagus Prasetyo. 2010. Analisis Keterpaduan Pasar Cabai Rawit antara Pasar Legi dengan Pasar Nusukan di Kota Surakarta. Fakutas Pertanian SebelasMaret. Surakarta.
Gujarati. 1995.Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta.
Gujarati, D.N. 2012. Dasar-DasarEkonometrika.Salema Empat, Jakarta Selatan. Handayani, S. M danMinar, F. 2000. IntegrasiPasarAntar Wilayah dalam
PemasaranUbiKayu di Daerah Yogyakarta.PenelitianKelompokdalamBidangpertanian.UNS
Press.Surakarta.
Heytens, P. J. 1986. Testing Market Integration.Food Research Institute Studies. Vol. XX No.1.Humairoh, H. 2008. AnalisisKeterpaduanPasarSecara VertikalDalamSistemPemasaranGulaKelapa di
KecamatanKabatKabupatenBanyuwangi DiaksesTanggal 15 April 2016.
April 2016.
Kotler Philip dan Kevin lane Keller. 2009.ManajemenPemasaran. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Kumalawati, E. Analisis Pemasaran Komoditi White Melon di Kabupaten Sragen. Skripsi S1 Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.Lamb C., Charles, W., Hair J.F., dan Mc Daniel, C. 2001. Pemasaran, Edisi 1. Salemba empat. Jakarta.
Lamb, dkk. 2001.PemasaranBuku 2.SalembaEmpat. Jakarta.
Limbong dan Sitorus. 1987. PengantarTataniagaPertanian. Diktat.JurusanIlmu IlmuSosialEkonomiPertanian. FakultasPertanian. InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Listiyorini Dani. 2008. Analisis Keterpaduan Pasar Komoditas Cabai Merah di Kabupaten Brebes. Fakutas Pertanian Sebelas Maret. Surakarta.
Marta Fajar D. 2009. Analisis Keterpaduan Pasar Buncis antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi Kota Surakarta. Fakutas Pertanian
Sebelas Maret. Surakarta.
McDaniel Carl dan Roger Gates. 1999. RisetPemasaranKontemporer. Salemba Empat. Jakarta.
Rahayuningsih. 2009. Analisis Keterpaduan Pasar Tomat (Lycopersicumes culentum) Antara Pasar Tawangmangu Kabupaten Karanganyar dengan Pasar Legi KotaSurakarta. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Ravallion, M. 1986. Testing Market Intregation.Journal of Agricultural Economics.AmericanAgricultural Economic.
Sitorus, E. 2003.KeterpaduanPasar Tuna Segar Benoa/Bali Indonesia dan Sentral Pasar TunaTokyo Jepang tanggal 21 Maret 2016.
Soekartawi. 2001. Agribisnis: Teori dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Sudiyono, Armand. 2004. PemasaranPertanian. PenerbitanUniversitas MuhammadiyahMalang.
Sudiyono, A. 2002.PemasaranPertanian.UMM Press.Malang.
Supriana, Tavi. 2016. MetodePenelitianSosialEkonomi.USU press. Medan. Sutarya R dan G. Grubben.1995.PedomananBertanamaSayuranDataran
Malang.
Tukan, J. M., Yulianti., Roshetko J. M., dan Darusman D. 2004. Pemasaran Kayu dari Lahan Petani di Propinsi Lampung.
04.PDF. Diakses pada tanggal 10 April 2016.
WidayatiEtiNovary. 1999. PenanganandanPengelolaanSayuran Segar. PT PenebarSwadaya,Anggota IKAPI. Jakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian dilakukan secara sengaja(purposive) dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu , yaitu daerah Kabupaten Karo dimana Kabupaten Karo merupakan daerah penghasil kubis terbesar di Sumatera Utara dengan harga produsen sementara Pasar induk Tuntungan Medan dipilih karena merupakan tempat penyaluran kubis dari Kabupaten Karo dengan harga konsumen.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder diproleh dari beberapa instansi-instansi terkait seperti Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, Dinas Pertanian dan Perkebunan Sumutera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, dan literatur-literatur yang mendukung penelitian.
3.3Metode Analisis Data
lalu (bulan 1) serta harga kubis di Pasar Induk Medan pada bulan lalu (bulan t-1). Dengan menggunakan perumusan sebagai berikut:
T hit = ��
�� (��)
Keterangan:
bi = koefisien regresi
Se (bi) = standar error penduga koefisen regresi Dengan hipotesis:
H0 : b1 = 0 H1 :b1≠ 0
T tabel = t (α/2 ; n-k)
Dengan kriteria:
Jika t hitung ˂ t tabel: H 1ditolak maka, maka tidak ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Jika t hitung ˃ t tabel: H1 diterima, maka ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya.
Untuk mengetahui tingkat integrasi pasar kubis antara Kabupaten karo dengan Pasar Induk Medan maka dilakukan analisis secara statistik terhadap data sekunder dengan menggunakan model IMC (Index of Market Connection) dengan pendekatan model Autoregressive Distributed Lag Model.
digambarkan sebagai berikut: Pt = b1 (Pt-1) + b2(P*t-P*t-1) + b3(P*t-1) Keterangan:
Pt = harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t P*t = harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t Pt-1= harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t-1 P*t-1= harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t-1 b1 = koefisien regresi Pt-1
b2 = koefisien regresi P*t-P*t-1 b3 = koefisien regresi P*t-1
Atau bisa dilihat dalam persamaan berikut: Y = b1 (X1) + b2 (X2) + b3 (X3)
Dimana:
Y = harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t X1 = harga kubis di Kabupaten Karo pada waktu t-1
X2 = selisih harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t dengan harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t-1
X3 = harga kubis di Pasar Induk Medan pada waktu t-1 b1 = koefisien regresi Pt-1
b2 = koefisien regresi P*t-P*t-1 b3 = koefisien regresi P*t-1
IMC = �1
�3
Dimana:
b1= koefisien regresi Pt-1 b3 = koefisien regresi P*t-1 Kriteria:
a. Jika nilai IMC < 1, maka integrasi pasar semakin tinggi. Hal ini menunjukkan harga di Pasar Induk Medan adalah faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya harga di Kabupaten Karo dan mempengaruhi pembentukan harga di pasar tersebut.
b. Jika ≥ 1, maka integrasi pasar rendah. Hal ini menunjukkan harga di pasar Induk Medan tidak sepenuhnya ditransformasikan ke Kabupaten Karo. Faktor utama yang menyebabkan terbentuknya harga di Kabupaten Karo hanyalah kondisi di Pasar Kabupaten Karo itu sendiri.
3.4 Pengujian Model
Pengujian model dilakukan dengan menggunakan uji F, R2 dan uji t untuk melihat apakah perubahan yang terjadi di Kabupaten Karo mempengaruhi terhadap perubahan harga yang terjadi di Pasar Induk Tuntungan Medan.
1. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat pengaruh semua variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya, dengan rumus:
F = ��� (�−1)
��� �−�
�
Keterangan:
n = jumlah sampel k = jumlah variabel F tabel = F (α; k-1 ;n-k) Dengan hipotesis:
H0 : bi=0 (bi=b1=b2=b3=0)
H1 : minimal salah satu bi bernilai tidak nol bi≠0 (bi/b2/b3≠0)
Dengan kriteria:
Jika F hitung ˂ F tabel : H0 diterima, maka variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Jika F hitung ˃ F tabel: H1 diterima, maka variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (Gujarati, 1995)
2. Uji t
Uji t dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara individual, dengan menggunakan perumusan sebagai berikut:
T hit = ��
�� (��)
Keterangan:
bi = koefisien regresi
Se (bi) = standar error penduga koefisen regresi Dengan hipotesis:
H0 : b1 = 0 H1 :b1≠ 0
Jika t hitung ˂ t tabel: H 1ditolak maka, maka tidak ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
Jika t hitung ˃ t tabel: H1 diterima, maka ada pengaruh nyata dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebasnya (Gujarati, 1995).
3. Uji R2
Nilai R2 menyatakan presentase variabel-variabel tak bebas bisa dijelaskan oleh variabel bebas yang dimasukkan dalam variabel bebas yang dimasukkan delam model. Nilai R2 dihitung dengan rumus:
R2 =���
���
Dimana:
ESS = jumlah kuadrat regresi TSS = jumlah kuadrat total
Nilai R2 terletak antara 0 sampai 1.Semakin nilai R2 (mendekati 1) maka semakin erat hubungan antar variabel bebas dan variabel tak bebasnya.
3.5 Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Multikolonearitas
nilai Eigenvalue (Colinearity Diagnostik) mendekati nol maka model yang diestimasi tidak terjadi multikolonearitas (Gujarati, 2006).
b. Uji Autokolerasi
Autokolerasi merupakan korelasi antar anggota seri obsevasi yang disusun menurut urutan tempat atau autokorelasi pada dirinya sendiri.Ada atau tidaknya autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan analisis statistik Durbin Watson (DW).Uji DW dilakukan untuk melihat apakah pada persamaan terdapat autokorelasi (salah satu penyimpangan asumsi klasik). Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah sebagai berikut:
(1) d < dl
Tolak H0 (koefisien autokorelasi lebih besar dari nol) berarti ada autokorelasi positif.
(2) d > 4 - dL
Tolak H0 (koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol) berarti ada autokorelasi negatif
(3) dU < d < 4 - dU
Terima H0 (tidak ada autokorelasi) (4) dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL Tidak dapat disimpulkan (Gujarati, 2006).
3.6 Definisi dan Batasan Operasional
3.6.1 Definisi Operasional
1. Integrasi pasar merupakan analisis yang menunjukkan bahwa perubahan harga di suatu pasar (sebagai pasar acuan) mempengaruhi pembentukan harga di pasar lainnya (sebagai pasar lokal). Dua pasar dikatakan terpadu apabila perubahan harga dari salah satu pasar disalurkan ke pasar lainnya.
2. Produsen kubis adalah pemilik tanaman kubis.
3. Pasar merupakan lokasi secara fisik dimana terjadi kegiatan jual beli barang atau jasa antara pedagang dan pembeli serta terjadi pemindahan hak milik. 4. Pasar lokal (pasar tingkat produsen) adalah tempat dimana petani menjual
kubis.
5. Pasar acuan (pasar tingkat konsumen) adalah pasar acuan/tujuan perdagangan dimana pasar ini menerima kubis dari pasar lokal.
6. Harga kubis di tingkat produsen adalah harga yang diterima oleh produsen kubis yang menjual kubis ke pasar lokal.
7. Harga kubis di tingkat konsumen adalah harga beli kubis oleh konsumen . 8. Harga absolut adalah nilai yang diwujudkan dalam rupiah sebelum dilakukan
pendeflasian dengan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK)
9. Harga absolut kubis di pasar lokal adalah harga bulanan kubis yang berlaku di Kabupaten Karo yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg) sebelum dilakukan pendeflasian dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). 10. Harga absolut kubis di pasar acuan adalah harga bulanan kubis yang berlaku
11. Harga riil kubis di pasar lokal adalah harga bulanan kubis yang berlaku dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg) setelah dilakukan pendeflasian dengan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK).
12. Harga riil kubis di pasar acuan adalah harga bulanan kubis yang berlaku di
Pasar Induk Tuntungan Medan yang dinyatakan dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg) setelah dilakukan pendeflasian dengan nilai Indeks Harga Konsumen (IHK).
13. Harga kubis adalah harga riil kubis.
14. IMC ˂ 1 artinya adalah semakin tinggi tingkat integrasi pasar. 15. IMC ≥ 1 artinya tingkat integrasi pasar rendah.
16. Waktu yaitu saat berlakunya harga dihitung dalam satuan waktu.
17. Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen.
18. Integrasi secara horizontal adalah mekanisme harga pada tingkat pasar yang
sama, misalnya antar pasar desa berjalan secara serentak.
19. Integrasi pasar secara vertikal adalah keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten dan pasar provinsi, bahkan pasar nasional.
3.6.2 Batasan operasional
1. Daerah penelitian dilakukan di Kabupaten Karo dan Pasar Induk Medan. 2. Data yang diamati adalah data sekunder harga bulanan kubis di Kabupaten
BAB IV
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Kabupaten Karo
4.1.1 Keadaan Alam Letak Geografis
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Pegunungan Bukit Barisan dan merupakan Daerah Hulu Sungai. Luas wilayah Kabupaten Karo adalah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha atau 2,97 persen dari luas Propinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan 97055’-98038’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah Kabupaten Karo adalah:
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Toba Samosir
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara (Propinsi Nangroe Aceh Darusalam)
Kabupaten karo terletak pada ketinggian 280-1.420 Meter di atas permukaan laut dengan perbandingan luas sebagai berikut:
a. Daerah ketinggian 280-500 Meter dari permukaan laut seluas 46.462 Ha (21,84%)
b. Daerah ketinggian 500-1.000 Meter dari permukaan laut seluas 84,892 Ha (39,91%)
d. Daerah ketinggian ≥ 1.400 Meter dari permukaan laut seluas 10.597 Ha (4,98%)
4.1.2 Keadaan Iklim (Suhu, Musim, Angin, Curah Hujan)
a. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Karo berkisar antara 16,40C-23,90C, dengan kelembapan udara pada tahun 2010 rata-rata setinggi 84,66 persen, tersebar antara 61,8 persen sampai dengan 87,8 persen.
b. Di Kabupaten Karo seperti daerah lainnya terdapat dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai pada bulan Agustus sampai dengan bulan Januari dan musim hujan kedua mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei.
c. Pada tahun 2010 ada sebanyak 155 hari jumlah hari hujan dengan rata-rata kecepatan angina 18,76 knot.
d. Arah angina terbagi 2 (dua) arah/gerak angin yang berhembus: - Dari arah Barat kira-kira bulan Oktober sampai dengan bulan Maret
4.1.3 Keadaan Penduduk
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rumah Tangga Pertanian Menurut Kecamatan Tahun 2015
No Kecamatan Penduduk Rumah
Tangga
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2016
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Per Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2014
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Rasio
Mardinding 9 279 9 322 18 601 99,54
Sumber: Karo Dalam Angka, 2015
Jumlah penduduk dari tahun 2012-2014 mengalami peningkatan setiap tahunnya hal tersebut dapat diperhatikan dari jumlah penduduk laki-laki jumlah penduduk perempuan berapa jumlah total dan sex rasio setiap kecamatan di Kabupaten Karo, untuk lebih jelasnya dapat diperhatikan pada tabel di atas.
4.1.4 Pertanian
Sektor pertanian merupakan bagian terpenting dalam perekonomian Kabupaten Karo. Peranan sektor ini terhadap PDRB Karo pada tahun 2014 sekitar 56,61 persen untuk harga berlaku. Sektor pertanian dekelompokkan menurut sub sektor tanaman pengan, perkebunan, peternakan, perikanan dan sektor kehutanan.
Kabupaten Karo adalah usaha perkebunan rakyat. Jenis tanaman yang biasa ditanam ialah kemiri, kopi, kelapa, tembakau, coklat, kelapa sawit, cengkeh, dan aren. Sub sektor peternakan pada umumnya diusahakan oleh rakyat yang bertujuan untuk dikonsumsi dan juga menambah pendapatan rumah tangga. Ternak yang umum dipelihara masyarakat karo adalah sapi, kerbau, kambing, babi, kuda, ayam, kelinci dan itik. Sub sektor perikanan pada umumnya diusahakan di sawah sebagai kolam dan di danau bagi Kecamatan Merek. Sub sektor kehutanan, di Kabupaten Karo terdapat hutan lindung seluas 64.147 Ha yaitu daerah Kawasan Leuser. Sedangkan hutan suaka alam ada 22.684 Ha, hutan produksi terbatas ada 9.345 Ha, hutan produksi ada seluas 7.106 Ha.
a. Data luas panenan tanaman pangan dicatat dari seluruh kecamatan setiap bulan oleh aparat Dinas Pertanian Tanaman Pangan di kecamatan, kecuali luas panenan buah-buahan yang dilaporkan setiap triwulan.
b. Data luas panenan produksi sayuran yang dicatat adalah yang dipanen sekaligus.
c. Produksi per hektar padi, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dieroleh melalui sampel survey ubian laporan petugas lapangan.
d. Pelaksana ubinan disesuaikan dengan waktu panen.
f. Perhitungan produksi padi dan palawija ini merupakan kerjasama antara Ditjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian dan BPS sampai ke daerah yang dilakukan melalui estimasi.
g. Data statistik kehutanan, peternakan, perikanan dan perkebunan rakyat bersumber dari kanwil/dinas yang bersangkutan.
4.1.5 Pemerintahan
Sistem pemerintahan tertua yang dijumpai di wilayah Kabupaten Karo ialah penghulu, yang menjalankan pemerintahan di kampong (kuta) menurut adat. Terbentuknya suatu kuta harus memenuhi persyaratan adat antara lain: ada Merga pendiri (Merga taneh/simantek Kuta), ada Senina Simantek Kuta, ada Anak Beru simantek Kuta (Anak Beru Taneh)serta ada Kalimbubu Simantek Kuta (Kalimbubu Taneh).
Wilayah pemerintahan Kabupaten Karo sejak tanggal 29 Desember 2006 resmi berubah dari 13 kecamatan menjadi 17 kecamatan dan 269 desa/kelurahan yaitu: 1. Kecamatan Kabanjahe, sebanyak 8 desa dan 5 Kelurahan
2. Kecamatan Berastagi, sebanyak 6 Desa dan 4 Kelurahan 3. Kecamatan Tigapanah, sebanyak 26 Desa
11. Kecamatan Tiganderket sebanyak 17 Desa 12. Kecamatan Kutabuluh, sebanyak 16 Desa 13. Kecamatan Munte, sebanyak 22 Desa 14. Kecamatan Juhar, sebanyak 25 Desa
15. Kecamatan Tigabinanga, sebanyak 19 Desa dan 1 Kelurahan 16. Kecamatan Laubaleng, sebanyak 15 Desa
17. Kecamatan Mardingding, sebanyak 12 Desa
4.1.6 Keadaan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk dalam suatu daerah.Semakin tinggi dan semakin merata tingkat pendidikan suatu daerah, semakin maju daerah tersebut.Pada tahapan tertentu tingkat pendidikan dapat meningkatan status sosial dalam kehidupan penduduk.Pemerataan kesempatan pendidikan senantiasa diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulai dari tingkat pendidikan terendah sampai jenjang tertinggi.Ketersediaan fasilitas pendidikan di Kabupaten Karo masih jauh dari yang diharapkan baik dari jumlah gedung sekolah, jumlah tenaga pendidik (guru), dan fasilitas-fasilitas pendukung lainnya.
Tingginya tingkat pendidikan dalam suatu daerah sangat berpengaruh terhadap sumber daya manusia daerah tersebut.Salah satu indikator meningkatnya kualitas sumber daya manusia suatu daerah dapat dilihat dari tingginya tingkat pendidikan penduduknya. Untuk saat ini gambaran pendidikan di Kecamatan Kabanjahe dapat dilihat dari bertambahnya jumlah sekolah negeri maupun swasta, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama hingga Sekolah Menengah Umum Atas.
4.1.7 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana Kabupaten Karo pada saat ini sudah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Umum di Kabupaten Karo Tahun 2015
No Uraian Jumlah
1. Rumah Sakit Rumah Bersalin 21
2. Puskesmas Pembantu 230
3. Laboratorium 3
10. Sekolah Lanjut Tingkat Pertama 68
11. Sekolah Menengah Umum 24
12. Sekolah Menengah Kejuruan 14
13. Sekolah Madrasah Ibtidaiyah 9
14. Universitas 1
Sumber: Kabupaten Karo Dalam Angka, 2015
Tabel 4.4 Banyaknya Rumah Ibadah di Kabupaten Karo Tahun 2014
No. Uraian Jumlah
1. Mesjid 183
2. Gereja Kristen Protestan 615
3. Gereja Kapel/Katolik 162
4. Pura 6
5. Vihara 1
Sumber: Kabupaten Karo Dalam Angka, 2015
Kabupaten Karo memiliki sarana dan prasarana rumah ibadah yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Karo, hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.4 di atas.
4.2 Medan Tuntungan
4.2.1 Letak dan Geografis
Kecamatan Medan Tuntungan berbatasan langsung dengan Kecamatan Medan Selayang dan Kecamatan Medan Johor di sebelah Utara, Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur. Kecamatan Medan Tuntungan merupakan salah satu kecamatan di Kota Medan yang mempunyai luas sekitar 29,87 km2.
4.2.2 Pemerintahan
Kecamatan Medan Tuntungan yang dipimpin oleh seorang camat, saat ini terdiri dari 9 kelurahan yang terbagi atas 76 lingkungan dan 211 blok sensus.
4.2.3 Penduduk dan Tenaga Kerja
Tabel 4.5 Komposisi Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015
No. Uraian Jumlah
Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka, 2016
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa mata pencaharian mayoritas penduduk Kecamatan Medan Tuntungan pada tahun 2015 adalah pegawai swasta, diikuti dengan mata pencaharian sebagai petani.
Tabel 4.6 Sarana dan Prasarana Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015
No. Uraian Jumlah
Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka, 2016
Tabel 4.7 Banyaknya Sarana Ibadah Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015
No. Uraian Jumlah
1. Mesjid 52
2. Langgar 12
3. Gereja 65
4. Vihara 0
5. Kuil/Pura 0
Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka, 2016
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Tuntungan memiliki sarana dan prasarana rumah ibadah.Keberadaan sarana ibadah tersebut mendukung dan menunjang kegiatan masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Tuntungan.
Tabel.4.8 Jumlah Pasar, Kelompok Pertokoan, Swalayan, dan Mall Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2015
No. Uraian Jumlah
1. Pasar 5
2. Kelompok Pertokoan 5
3. Swalayan 26
4. Mall 0
Sumber: Kecamatan Medan Tuntungan Dalam Angka, 2016
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Kubis merupakan produk pertanian yang masuk dalam kategori sayuran.Kubis merupakan salah satu jenis sayuran pokok yang banyak dikomsumsi oleh
masyarakat.Kubis itu sendiri merupakansalahsatukomoditasandalandalamperdagangan di KabupatenKaro.Kubis hampirdibudidayakan di setiapkecamatan di
KabupatenKarokecualidi KecamatanMardinding, Lau Balang, TigaBinanga,
Juhar, danKutaBuluh.Kecamatan yang paling banyakmengahasilkankomoditaskubisadalahKecamatanSimpangEmpat.
Faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya harga kubis adalah sebagai berikut:
1. produsen dengan dasar biaya produksi yang dikeluarkan
2. konsumen dengan daya beli dan dasar-dasar kebutuhan atau selera
3. pemerintah dengan peraturan atas ketentuan harga sebagai pengendali tata harga pasar.
- Keadaan perekonomian - Permintaan dan penawaran - Elastisitas permintaan - persaingan
Perkebunan Sumatera Utara. Penduga dalam penelitian ini yaitu bahwa hargakubisdi Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) akan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan lalu (bulan t-1), selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t dengang bulan t-1 serta harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan lalu (bulan t-1).
Tabel 5.1 Keadaan Harga Kubis di Tingkat Produsen (KabupatenKaro) danKonsumen (Pasar Induk Tuntungan Medan)
No Bulan Harga di
Kabupaten Karo (Tingkat
Produsen Rp/Kg)
Harga di Pasar Induk Medan
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari lampiran 1 dan 2
Tabel 5.2 Perkembangan Harga Kubis di Kabupaten Karo pada Bulan Januari 2014 – Desember 2015
Bulan Harga
Sumber: Analisis Data Sekunder Keterangaan: *) adalah bulan dasar
Gambar 5.1 Grafik Perkembangan Harga Absolut dan Harga Riil Kubis di Kabupaten Karo pada Bulan Januari 2014- Desember 2015
Dari Gambar 5.1 dapat diperhatikan bagaimana perkembangan harga absolut dan harga riil kubis di Kabupaten Karo.Dalam periode tersebut harga kubis mengalami fluktuasi.Grafik tersebut menggambarkan bahwa harga kubis paling tinggi terjadi pada Bulan November 2015, sedangkan untuk harga terendah terjadi pada Bulan Maret 2015.
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Harga Riil Kubis
Tabel 5.3 Perkembangan Harga Kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada Bulan Januari 2014 – Desember 2015
Bulan Harga
Sumber: Analisis Data Sekunder Keterangan : *) adalah bulan dasar
Dari data Tabel 5.3 tersebut dapat digunakan untuk menggambarkan grafik perubahan harga riil kubis di Pasar Induk Tuntungan pada Bulan Januari 2014 – Desember 2015.Berikut grafik perubahan harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan.
Gambar 5.2. Grafik Perkembangan Harga Absolut dan Harga Riil Kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan Januari 2014- Desember 2015
Berdasarkan Gambar 5.2 dapat diketahui bahwa harga kubis pada periode Januari 2014 sampai dengan Desember 2015 mengalami fluktuasi. Selama periode tersebut harga tertinggi adalah pada Bulan Desember 2015 dan harga yang paling rendah terjadi pada Bulan Desember 2014.
5.2 Analisis Hasil Penelitian
Berdasarkan analisis regresi akan diperoleh nilai koefisien determinasi (R2), nilai adjusted R2 , nilai F hitung, nilai t hitung, dan nilai koefisien regresi masing-masing variabel bebas (b1, b2, b3). Berikut ini adalah hasil analisis dari harga riil kubis antara Kabupaten Karo dan Pasar Induk Medan.
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23
Harga Riil Kubis
Tabel 5.4 Hasil Analisis Regresi Integrasi Pasar Kubis antara Kabupaten Karo dan Pasar Induk Medan
Variabel
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 4 Keterangan: * = nyata pada tingkat kepercayaan 95% Dari Tabel 5.4 dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Koefisien Determinasi (R2)
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya pada tingkat signifikansi (α)
tertentu. Berdasarkan Tabel 5.4 analisis varian harga kubis di Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan didapatkan nilai F hitung sebesar 21,670 dengan tingkat signifikansi 0,000. F hitung lebih besar dari F tabel (3,10), maka model regresi secara keseluruhan tepa digunakan pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil ini mengidinkasikan bahwa variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas.
c. Uji t
Uji t merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel tak bebasnya pada tingkat
signifikansi (α) tertentu.Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa variabel
bebas yang berpengaruh terhadap harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) adalah selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan lalu (bulan t-1) dengan bulan sekarang (bulan t).sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata adalah harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sebelumnya (bulan t-1) dan harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan sebelumnya (bulan t-1)
sebelumnya (bulan t-1) dengan bulan sekarang (bulan t) dengan harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t).berarti apabila ada peningkatan perubahan selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan sekarang ( bulan t) dengan bulan sebelumnya (bulan t-1) sebesar satu satuan maka harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t akan naik sebesar 0.480 satuan.
d. Uji Autokolerasi
Uji autokolerasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson. Hasil analisis model ini memberikan nilai Durbin Watson sebesar 1.797, nilai tersebut kemudian
dibandingkan dengan nilai d pada tingkat α = 5% didapatkan nilai du =1,65
sehingga diperoleh nilai yaitu du < d < 4-du yaitu sebesar (1,65 < 1,797 < 2,35) maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif maupun autokorelasi negatif.
e. Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil analisis regresi antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan, antara variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas, hal ini terlihat dari Pearson Corelation kurang dari 0,8.
f. Uji Heteroskedastisitas
5.2.1 Pengaruh Perubahan Harga Kubis di Pasar Induk Medan terhadap Harga Kubis di Kabupaten Karo
Untuk membuktikan hipotesis satu maka digunakan uji t yaitu untuk melihat atau mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Dimana dalam penelitian ini variabel tidak bebas adalah harga yang terjadi di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) dengan variabel bebasnya adalah harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan lalu (bulan t-1), selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t dengang bulan t-1 serta harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan lalu (bulan t-1).
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t
Uji t merupakan uji yang digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara individu berpengaruh terhadap variabel tak bebasnya pada tingkat
signifikansi (α) tertentu.
Dari hasil analisis regresi diperoleh bahwa variabel bebas selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada pada bulan sekarang (bulan t) dengan Bulan sebelumnya (bulan t-1) diperoleh thitung > ttabel yaitu thitung = 2,456 dan ttabel = 2.085
Model Unstandardized
Coefficients B Std. Error Beta
Tolerance VIF 1 (Constant)
164.98 7
216.856 .761 .456
Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan t-1
.474 .254 .426 1.862 .078 .227 4.397
Selisih harga kubis di Pasar Induk
Tuntungan Medan pada bulan t-1 dan bulan t
.480 .195 .296 2.456 .024 .822 1.217
Harga kubis di Pasar Induk Tuntungan pada bulan t-1
dengan demikian H1 diterima dan H0 ditolak yang artinya ada pengaruh perubahan harga kubis yang terjadi di Pasar Induk Medan terhadap perubahan harga kubis di Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis pertama dapat diterima.
5.2.2 Tingkat Integrasi Pasar Kubis Secara Vertikal Dalam Jangka Pendek antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan
Untuk membuktikan hipotesis yang kedua maka digunakan Metode IMC (Index of Market Connection) dengan pendekatan model Autoregressive Distributed Lag
Model.
digambarkan sebagai berikut: Pt = b1 (Pt-1) + b2(P*t-P*t-1) + b3(P*t-1)
Dari hasil ananlisis diperoleh b1 = 0,474, b2 =0,480 dan b3=0,348 maka dapat dilihat dalam persamaan sebagai berikut:
Pt = 0,474 (Pt-1) +0,480 (P*t-P*t-1) + 0,348 (P*t-1)
Hasil regresi antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan tersebut dapat digunakan untuk tingkat integrasi pasar dengan melihat nilai IMC (Index of Market Connection) dengan perumusan sebagai berikut:
IMC = �1
�3
Dimana:
b1= koefisien regresi Pt-1 b3 = koefisien regresi P*t-1
IMC = 0,474
0,348 = 1,362
Nilai IMC yang diperoleh dalam penelitian ini diperoleh lebih besar daripada satu sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat integrasi pasar kubis antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan adalah rendah atau perubahan harga yang terjadi di Pasar Induk Medan hanya sedikit ditransmisikan ke Kabupaten Karo.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Harga kubis di Kabupaten Karo pada bulan sekarang (bulan t) dipengaruhi oleh selisih harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan pada bulan sekarang (bulan t) dengan bulan sebelumnya (bulan t-1).
2. Besarnya nilai IMC antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan adalah sebesar 1,362, artinya tingkat integrasi pasar kubis dalam jangka pendek rendah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya keterpaduan pasar antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan adalah harga kubis yang terjadi di Kabupaten Karo tidak sepenuhnya ditransmisikan ke Pasar Induk Tuntungan Medan. Berdasaran hasil analisis tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini bahwa diduga integrasi pasar kubis dalam jangka pendek antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan tinggi tidak dapat diterima.
6.2 Saran
Dengan melihat integrasi pasar yang rendah antar Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan maka saran peneliti adalah:
sistem informasi sehingga petani dapat segera mengetahui harga di pasar konsumen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kubis
Kubis atau kol sebenarnya merupakan tanaman semusim atau lebih yang berbentuk perdu.Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas-ruas.Sebagai bekas tepat duduk daun.Tanaman ini berakar tunggang dengan akar sampingnya sedikit tetapi dangkal.Daunnya lebar berbentuk bulat telur dan lunak.Daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang muncul kemudian, demikian seterusnya hingga membentuk krop daun bulat seperti telur dan padat berwarna putih.Bunganya tersusun dalam tandan dengan mahkota bunga berwarna kuning spesifik.Tanaman kubis sukar berbunga di Indonesia karena perlu suhu rendah antara 5-10o C selama satu bulan lebih.Buahnya padat seperti polong.Polong muda berwarna hijau setelah tua berwarna kecoklatan dan mudah pecah.Biji yang banyak tersebut menempel pada dinding bilik tengah polong (Sunarjono, 2004).
Menurut Widayati, 1999 Kubis merupakan tanaman yang daun-daunnya tumbuh membentuk roset sehingga berbentuk seperti kepala atau telur. Bentuk kepala dapat bulat, bulat pipih, atau bulat meruncing.Warnanya pun dapat putih, hjau atau merah.
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Capparales Famili: Genus:
Spesies: Brassica oleracea var. capitata L.
2.1.2 Syarat Tumbuh
Tanaman kubis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik hampir di semua jenis tanah. Baik tanah yang bertekstur ringan sampai berat, dengan keasaman tanah yang optimal berkisar 6-6,5. Sebagian besar dari jenis kubis telur menghendaki iklim yang lembab dan dingin.Suhu optimum untuk pertumbuhan kubis berkisar antara 15-25oC.Tanaman kubis tumbuh baik di daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 700-2000 meter, tetapi ada varietas-varietas yang dapat tumbuh dan memberikan hasil yang cukup baik di dataran rendah (Sutarya dan Gerard, 1995).
2.1.3 Benih dan Bibit
2.1.4 Hama dan Penyakit
Gejala, plutella: daun berwarna putih dan berlubang-lubang. Serangan sering terjadi apabila hujan turun rintik-rintik, terutama pada waktu malam hari.Crocidolomia dan Heliothis; daun kubis berlubang-lubang sampai kebagian dalam krop. Pengendalian Plutella: melakukan penyemprotan dengan insektisida selektif antara lain Dipel, Thuricide atau Bactopene apabila telah ditemukan rata-rata 5 ulat pada 10 tanaman. Ulat tanah Agrotis.Bercak ungu Alternaria. Gejala: pada daun tua terdapat bercak-bercak berwarna kelabu gelap. Pada cuaca lembab akan terdapat sebagai bulu-bulu halus kebiruan di pusat bercak. Pengendalian: menggunakan benih sehat, penyemprotan dengan fungisida Difolatan atau lainyang dianjurkan. Busuk hitam Xanthomonas, gejala bakteri ini menginfeksi daun mulai dari pinngiran daun hingga ke bagian pangkal daun sehingga daun berwarna kuning kecoklat-coklatan menyerupai huruf V. urat-urat daunnya berwarna kehitaman dan pertumbuhannya kerdil dan kadang-kadang membusuk. Penyakit ini dapat tersebar melalui biji kubis atau penanaman secara berturut-turut pada lahan yang sama. Pengendalian dengan mencabut tanaman yang terserang, merendam biji-biji kubis dalam air sebelum disemaikan pada suhu 50oC selama 30 menit (Sutarya dan Gerard, 1995).
2.1.5 Panen dan Pasca Panen
dengan hati-hati di tempat penumpulan hasil.Pemilihan kubis caranya bermacam-macam, ada yang berdasarkan kepadatan, besarnya krop, berat krop.Keragaman juga penting dalam pemasaran karena dapat menentukan harga.
Kubis yang telah dipanen disimpan sementara pada rak-rak sebelum, teras diberi tepung kapur untuk mencegah pembusukan oleh bakteri Erwinia.Kemasan biasanya terbuat dari bambu atau bahan-bahan lain seperti karton, Jala, karung goni, atau kotak kayu.Ukuran kemasan bermacam-macam dari 30 kg sampai 150 kg. Namun seringkali kubis yang baru dipanen langsung ditaruh/disusun dalam bak truk yang ditutup terpal, untuk kemudian diangkut ke kota-kota besar
(Sutarya dan Gerard, 1995).
2.1.6 Kandungan Gizi
Kubis menjadi salah satu jenis sayuran pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat. Gizi yang terdapat pada kubis dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1 Kandungan Gizi di Setiap 100 gram Kubis
Kubis sangat kaya vitamin A. selain itu, gizi lain yang dikandung kubis antara lain Kalsium (Ca), Kalium (K), fosfor (P), dan zat besi (Fe). Vitamin B1 dan B3 juga terdapat di dalam sayuran ini. Dalam 100 g bahan mentah kubis terdapat 24 kalori (Widayati, 1999).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pasar
Pasar merupakan tempat terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas kebutuhan yang berupa jasa atau barang, dimana terjadi pemindahan hak milik antar penjual dan pembeli (Sudiyono, 2002).
Pasar menjadi penting artinya bagi produk pertanian karena tujuan dibangunnya pasar yaitu untuk memberikan kesempatan kepada konsumen untuk membeli produk pertanian dengan harga yang terjangkau dan agar fluktuasi harga yang terjadi di pasar grosir merefleksikan harga di tingkat pasar eceran (Supari, 2001).
2.2.2 Pemasaran
Menurut Soekartawi (2001), beberapa sebab terjadinya mata rantai pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen (petani) sering dirugikan adalah sebagai berikut:
1. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna 2. Lemahnya informasi pasar
3. Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar 4. Lemahnya sisi produsen (petani) utuk melakukan penawaran
5. Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun temurun.
2.2.3 Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen (Sudiyono, 2004).
Saluran pemasaran berfungsi untuk menggerakkan barang dari produsen ke konsumen.Saluran pemasaran mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari mereka yang memerlukan atau menginginkannya.Anggota saluran pemasaran melaksanakan sejumlah fungsi kunci. Beberapa fungsi (fisik, hak milik, promosi) membentuk aliran aktivitas ke depan dari perusahaan kepada pelanggan; fungsi lain (pemesanan dan pembayaran) membentuk aliran ke belakang dari pelanggan perusahaan. Akan tetapi, fungsi lain (informasi, negosiasi, keuangan dan resiko) terjadi dalam dua arah (Kotler dan Kevin, 2009).
Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis yang dipasarkan. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran adapula yang melibatkan hanya sedikit lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran adalah sebagai berikut:
Tengkulak pedagang besar agen penjualan pengecer
Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam menyampaikan komoditi pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran (Sudiyono, 2004).
sebab pemasaran pertanian dapat mencapai spectrum yang lebih luas daripada pemikiran yang ada saat ini (Sudiyono,2004).
Fungsi-fungsi saluran pemasaran yang dilaksanakan oleh perantara:
Fungsi transaksi yaitu menghubungi dan mempromosikan, menghubungi calon pelanggan, mempromosikan produk, dan meminta pesanan. Bernegosiasi: menentukan seberapa banyak barang atau jasa yang dibeli dan dijual, jenis transportasi yang digunakan, kapan dikirim, dan metode serta waktu pembayaran. Fungsi Logistik, distribusi fisik: mengangkut dan menyortir barang untuk mengatasi perbedaan sementara dan tempat. Menyimpan, memelihara persediaan dan melindungi barang. Menyortir: mengatasi perbedaan kuantitas dan keragaman produk dengan sorting out yaitu memilah suatu pasokan heterogen ke dalam persediaan homogen yang terpisah. Akumulasi yaitu menggabungkan persediaan yang serupa ke dalam suatu pasokan homogen yang lebih besar.Alokasi yaitu memecah pasokanyang homogen ke dalam lot yang lebih kecil lagi.Keragaman yaitu mengkombinasi produk ke dalam kumpulan atau keragaman yang diinginkan pembeli tersedia di satu tempat.
2.2.4 Margin Pemasaran
P
Sr Sf Pr
M
Pf Dr
Df 0
Q* Q
Gambar 2.1 Kurva penawaran permintaan primer dan turunan serta margin pemasaran
Sumber: Sudiyono, 2004
Keterangan :
Pr = harga tingkat pengecer Pf = harga tingkat petani
Sr = penawaran tingkat pengecer Sf = Penawaran tingkat petani Dr = permintaan tingkat pengecer Df = permintaan tingkat petani
Q* = jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer
harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M = Pr-Pf). Perlu diperhatikan, penentuan margin pemasaran cara ini harus dipenuhi asumsi bahwa jumlah produk yang ditransaksi di tingkat petani sama dengan jumlah produk yang ditransaksikan di tingkat pengecer yaitu sebesar Q*.
Berdasarkan uraian dengan menggunakan gambar 1 dapat diukur nilai margin pemasaran (VM) yang dinikmati oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran komoditi pertanian ini. Nilai margin pemasaran merupakan hasil kali antara perbedaan harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Secara matematis nilai margin dapat ditulis:
VM = (Pr-Pf). Q* Dimana:
VM = nilai margin pemasaran
2.2.5 Integrasi Pasar
daerah konsumen, sedangkan keterpaduan pasar secara vertikal merupakan keterpaduan antara daerah produsen dan konsumen akhir.
Integrasi pasar merupakan penggabungan antara beberapa lembaga pemasaran yang secara fungsional dan ekonomi menjadi satu kesatuan dalam sistem pemasaran.Analisis perilaku pemasaran ini terdapat duan pendekatan integrasi yaitu integrasi secara vertikal dan integrasi secara horizontal.Intgrasi vertikal untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten, dan pasar provinsi bahkan pasar nasional.Analisis integrasi pasar vertikal ini mampu menjelaskan kekuatan tawar-menawar antara petani dengan lembaga pemasaran (Humairoh, 2008).
Keterpaduan pasar terjadi apabila terdapat informasi yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lain. Dengan demikian perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat dengan segera tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama (Sitorus, 2003).
Dalam integrasi jangka pendek berarti perubahan harga di pasar sangat ditransmisikan secara penuh ke pasar lokal dalam suatu periode waktu.Dalam integrasi jangka panjang secara tidak langsung mengimplementasikan bahwa ada keseimbangan jangka panjang dimana harga adalah konstan tanpa pengaruh stokastik (Handayani dan Minar, 2000).
pasar terdapat dua pendekatan integrasi yang dapat digunakan yaitu pendekatan integrasi vertikal dan integrasi horisontal.
1. integrasi vertikal digunakan untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten dan pasar provinsi, bahkan pasar nasional. Analisis integrasi vertikal ini mampu menjelaskan kekuatan tawar menawar antara petani dengan lembaga pemasaran.
2. Integrasi horizontal digunakan untuk melihat apakah mekanisme harga pada tingkat pasar yang sama, misalnya antar pasar desa, berjalan secara serentak. Alat yang digunakan adalah korelasi harga antara pasar satu dengan pasar yang lainnya.
Sedangkan untuk menganalisis keterpaduan pasar terdapat bebarapa cara. Metode yang digunakan untuk melakukan anailisis keterpaduan pasar ada empat metode yaitu: koefisien korelasi, kointegrasi, model yang dikembangkan Ravalion dan model IMC. Dari empat metode tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing dari model tersebut.Berikut ini merupakan kekurangan dan kelebihan dari metode yang digunakan untuk menganalisis keterpaduan pasar. Koefisien kotrelasi dan kointegrasi mempunyai kelebihan mudah dalam menganalisa dan biayanya lebih murah.Tetapi kelemahan dalam model ini adalah hanya bisa untuk mengukur keterpaduan jangka panjang.
tentang struktur pasar dan memerlukan dua kali perhitungan.Derajat keterpaduan pasar juga tidak dapat diukur dengan model ini.
IMC dari Timmer lebih sensitive daripada Model Ravallion karena IMC dapat menunjukkan derajat integrasi pasar. Selain itu hanya memerlukan satu kali perhitungan dan tidak perlu persyaratan lain.
2.2.6 Harga
Dipandang secara luas, dapat dikatakan bahwa harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan para konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan barang-barang dan jasa-jasa.Secara historical, harga-harga ditentukan oleh para pembeli dan para penjual yang saling melakukan tawar menawar. Para penjual biasanya meminta harga lebih tinggi, dibandingkan dengan harga yang menurut perkiraan mereka akan dicapai, dan para pembeli menawar dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang menurut perkiraan mereka akan dibayar mereka. Melalui proses tawar menawar mereka akhirnya akan tiba pada harga yang cocok (Winardi, 1992).
2.3Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Nama Judul Tomat Dalam Jangka Pendek Antara Pasar Tawangmangu Dengan Pasar Legi Rendah, Ditunjukkan Dengan Nilai IMC Yang Lebih Dari Satu Yaitu 1,19 Pasar Eceran di Kabupaten Menunjukkan Bahwa Besarnya Nilai IMC Dari Analisis Regresi Antara Pasar Sengon dan Pasar Brebes serta Pasar Sengon dengan Pasar ketanggungan yaitu sebesar 0,09 dan 0,23 yang Artinya
keterpaduan pasar dalam jangka pendek tinggi artinya
perubahan harga yang Terjadi Di Pasar sengon
Nama Judul dengan Pasar Legi Kota Surakarta Rendah, Hal ini ditunjukkan dengan Nilai IMC yaitu 2,06 yang berarti bahwa sedikit informasi tentang Perubahan Harga yang Terjadi di Pasar Legi yang Ditransmisikanke Rawit antara Pasar Legi dengan Pasar Gede Maupun antara Pasar Legi dengan Pasar dengan Pasar Nusukan di Kota Surakarta diperoleh Nilai IMC Sebesar 0, Berarti Tidak Terjadi
2.4Kerangka Pemikiran
Pemasaran kubis dinilai kurang fisien karena melibatkan banyak pedagang perantara, informasi yang tersedia untuk semua pihak masih relatif kurang, kemudian kelemahan dalam mencari dan menentukan peluang pasar serta belum kuatnya segmentasi pasar.Hal ini menyebabkan adanya margin atau perbedaan harga di tingkat produsen dan di tingkat konsumen yang cukup besar, serta tidak adanya keterpaduan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen.
Menurut Azzaino (1982), keterpaduan pasar menekankan pada keterkaitan harga antar berbagai tingkat lembaga tataniaga dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan karena adanya perubahan tempat, waktu maupun bentuk komoditas. Efisiensi harga dapat dicerminkan oleh besarnya koefisien korelasi harga.Kunci dari keadaan efisiensi tersebut adalah adanya sebaran dan ketersediaan informasi pasar yang lancar serta akurat.Hubungan harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dapat didekati dengan pendekatan korelasi harga dan model keterpaduan pasar yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan dilanjutkan Heytens (1986).
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
: Menyatakan Mekanisme Proses atau Tahapan : Tidak diamati
Produsen Kubis
Kabupaten Karo Pasar Induk Medan
Jangka pendek Jangka panjang
IMC
IMC ≥ 1 IMC ˂ 1
Keterpaduan jangka pendek rendah
Keterpaduan jangka pendek tinggi Integrasi Pasar
2.5 Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ada pengaruh perubahan harga kubis yang terjadi di Pasar induk Medan terhadap harga kubis yang terjadi di Kabupaten Karo.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang sejak dahulu terkenal sebagai Negara yang berbasis pada pertanian, dimana sebagian besar wilayah Indonesia digunakan untuk pertanian.Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya potensi alam yang subur dan iklim yang baik yang dapat membangun di sektor pertanian yang telah dilaksanakan, bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, yang diiringi dengan upaya peningkatan ekspor sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. Namun, dewasa ini sasaran pembangunan pertanian tidak hanya dititikberatkan pada peningkatan produksi tetapi juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan taraf hidup petani, perluasan lapangan kerja bahkan juga bertujuan untuk memperluas pasar produk pertanian baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu faktor penting dalam pengembangan hasil-hasil pertanian adalah pemasaran (Tukan, 2004)
Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian nasional. Sektor pertanian juga mampu memperoleh keuntungan yang menghasilkan devisa negara. Selain itu, pertanian juga merupakan salah satu sektor yang dipersiapkan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan nilai ekonomis sehingga dapat bersaing pada era pasar bebas.Salah satu produk pertanian adalah tanaman hortikultura karena menempati posisi yang penting sebagai produk pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan.
buah-buahan, sayuran, bunga, dan tanaman hias. Manfaat dari produk hortikultura bagi manusia yaitu: sebagai sumber pangan dan gizi, pendapatan keluarga dan negara. Sedangkan bagi lingkungan bermanfaat sebagai penyangga kelestarian alam (Ashari, 1995).
Salah satu tanaman hortikultura yang mempunyai peluang pasar cukup besar adalah komoditi sayur-sayuran.Sayur-sayuran merupakan komoditas tanaman hortikultura yang mempunyai peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan manusia sebagai pelengkap makanan pokok sumber vitamin, mineral, serta menjaga kekebalan tubuh.
Kubis merupakan salah satu tanaman hortikultura yang masuk dalam kategori sayuran.Tanaman kubis adalah salah satu jenis sayuran daun yang populer dan banyak diusahakan para petani di sentra produksi sayuran dataran tinggi.Penerapan usahatani intensif untuk memacu produktivitas tanaman yang tinggi dengan mutu yang baik tetap merupakan faktor penentu keberhasilan usahatani.Dalam usahatani kubis petani sering menghadapi resiko ekonomis diantaranya disebabkan oleh fluktuasi harga kubis di pasaran komoditas umumnya petani hanya sebagai “price taker”.
terkena penyakit katarak, membantu kesehatan pencernaan, dan mempercepat penyembuhan sakit bisul (Anonim, 2008).
Produk pertanian biasanya diproduksi di pedesaan sedangkan konsumennya berada di daerah perkotaan.Oleh karena itu diperlukan saluran pemasaran yang menyampaikan produk-produk tersebut dari produsen ke konsumen.Keterbatasan modal petani pedesaan menyebabkan mereka tidak melakukan sendiri pemasaran namun melalui tengkulak yang berperan sebagai lembaga pemasaran. Dalam proses pemasaran diperlukan suatu biaya yang sering disebut biaya pemasaran seperti biaya angkut, biaya retribusi, dan biaya resiko. Dengan adanya biaya ini, para pemasar menjual produknya kepada konsumen dengan harga jual yang lebih tinggi untuk memperoleh keuntungan atau yang biasa disebut margin pemasaran.Akibatnya terjadi perbedaan harga di tingkat produsen dan tingkat konsumen.
Sebuah pasar berfungsi sebagai tempat menampung produk pertanian yang ditawarkan oleh petani dan menyampaikannya kepada konsumen yang membutuhkan.Begitu juga dengan pemasaran kubis dari Kabupaten Karo ke Pasar Induk Medan sebagai daerah konsumen diperlukan adanya suatu pasar.
yang terjadi di pasar tingkat konsumen karena kurangnya infomasi. Hal ini akan menyebabkan fluktuasi harga yang lebih besar.
Pemasaran menjadi hal yang penting dalam menjalankan kegiatan usahatani, karena merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya pendapatan petani. Produksi yang tinggi tidak mutlak akan memberikan keuntungan yang besar bagi petani tanpa disertai pemasaran yang baik dan efisien. Pemasaran akan berjalan baik dan efisien apabila informasi tentang produk dapat diketahui oleh semua pihak, baik informasi jenis komoditi, mutu, harga, pasar, dan ketersediaan (Kumalawati, 1998).
Tabel 1.1 Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Sayur Sayuran di Kabupaten Karo, 2014
No. Jenis Sayuran Luas
Sumber: Badan Pusat Statistika Kabupaten Karo, 2015
Tabel 1.2. Produksi Tanaman Kubis di Kabupaten Karo pada Tahun 2015
No. Kecamatan Produksi (Ton)
1. Mardinding -
2. Lau Baleng -
3. Tiga Binanga -
4. Juhar -
5. Munte 202
6. Kuta Buluh -
7. Payung 400
8. Tiganderket 753
9. Simpang Empat 19.062
10. Naman Teran 9.804
11. Merdeka 7.120
12. Kabanjahe 9.979
13. Berastagi 6.054
14. Tiga Panah 4.355
15. Dolat Rakyat 1.367
16. Merek 8.773
17. Barus Jahe 2.862
Jumlah 70.730
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo, 2016
Tabel 1.3. Keadaan Harga Kubis di Kabupaten Karo padaTahun
Sumber: Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Karo
BerdasarkanTabel 1.3 di atas, hargakubis di KabupatenKaromengalamifluktuasi.Hargakubismengalamikenaikanpadabulandim
anapermintaancukupbanyaksementaraketersediaankubissedikit.Haliniterjadipadab
ulan-bulanketikatidakpanenrayaatauketikaharirayakeagamaanmisalnyapadabulanJuni, Juli, Sepember, November danDesember.Harga paling tinggiterjadipadatahun 2015 yaitupadabulan November halinidiakibatkanjumlahpermintaan yang
tinggisedangkanjumlahproduksi yang tersediarendah.
Fluktuasihargadisebabkanolehsifat-sifatproduksipertaniandicirikanyaitudiproduksimusiman, mudahrusak, jumlahnyabanyak tetapinilairelatif sedikit, lokaldanspesifik (tidakdapatdiproduksi
di semuatempat).
dalamKabupatenKaromaupunpasar di luarKabupatenKaro.Pemasaranproduk di dalamKabupatenKaroterkaitdenganproduksikubispadasetiapkecamatan yang
berbeda-beda.Sebagiankecamatanmenghasilkanproduksitinggidansebagiankecamatantidak menghasilkanproduksikubissama sekali.
Harga di tingkat produsen dan di tingkat konsumen cenderung meningkat dengan keseimbangan harga yang relatif kecil.Sementara itu, harga di tingkat produsen cenderung menurun lebih cepat dibandingkan dengan harga di tingkat konsumen.Fluktuasi harga tersebut dipengaruhi oleh jumlah komoditas yang masuk ke pasar acuan dari sentra produksi. Pasar akan memberikan fasilitas pengumpulan dan penyebaran informasi untuk pengambilan keputusan ekonomis dimasa datang.
Kabupaten Karo merupakan salah satu daerah penghasil tanaman hortikultura tertinggi di Sumatera Utara.Kubis merupakan salah satu komoditas utama tanaman hortilkultura yang diroduksi di Kabupaten Karo. Kabupaten Karo menjadi produsen kubis yang memasok kubis ke daerah lain yang tidak menghasilkan kubis seperti Kota Medan. Proses pengiriman kubis dari daerah produsen ke daerah konsumen membutuhkan sistem pemasaran yang baik agar kubis dapat dimanfaatkan dengan segera di daerah konsumtien.
perantara akan menyebabkan harga komoditas di satu pasar berbeda dengan harga komoditas tersebut di pasar lainnya. Hal ini mempengaruhi perubahan harga baik di pasar tingkat produsen maupun pasar di tingkat konsumen.Akan tetapi, seringkali harga yang terbentuk di pasar tingkat produsen tidak dapat mengikuti perubahan harga yang terjadi di tingkat konsumen sebagai pasar acuan karena para pelaku pasar tidak memanfaatkan informasi pasar secara opmal.
Keadaan harga kubis di Kabupaten Karo dan Pasar Induk Medan mengalami fluktuasi setiap bulannya sehingga diperlukan informasi pasar mengenai perubahan harga yang terjadi di Kabupaten Karo untuk disampaikan ke Pasar Induk Medan. Apabila informasi pasar tentang perubahan harga tersebut tidak disampaikan dengan baik, maka akan menyebabkan proses pemasaran kubis tidak efisien dan terhambat. Hal ini dikarenakan pemasaran dikatakan efisien apabila proses pemasaran tersebut dapat memberikan informasi perubahan harga secara tepat dan tepat. Melihat keadaan tersebut, maka perlu dikaji apakah perubahan harga di tingkat konsumen akan mempengaruhi perubahan harga di tingkat produsen atau petani dan apakah harga di waktu lampau akan mempengaruhi harga di waktu berikutnya sehingga terjadi pemasaran yang efisien.
1.2Identifikasi Masalah
Dengan demikian maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah perubahan harga kubis yang terjadi di Kabupaten Karo akan dipengaruhi oleh perubahan harga kubis di Pasar Induk Tuntungan Medan? 2. Bagaimana tingkat integrasi pasar kubis secara vertikal dalam jangka pendek
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah perubahan harga kubis yang terjadi di Pasar Induk Tuntungan Medan mempengaruhi perubahan harga kubis yang terjadi di Kabupaten Karo
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat keterpaduan harga kubis secara vertikal dalam jangka pendek antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Tuntungan Medan
1.4Kegunaan Penelitian
1. Bagi pelaku pasar, sebagai bahan masukan mengenai pengembangan tataniaga kubis, terutama bagi petani dan lembaga pemasaran kubis di daerah penelitian.
2. Bagi penulis adalah sebagai salah satu syarat utama untuk bisa lulus dari Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta menambah pengetahuan dan pengalaman serta sebagai salah satu cara dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh.