• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Integrasi Pasar Kubis (Brassica Oleracea) Antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Integrasi Pasar Kubis (Brassica Oleracea) Antara Kabupaten Karo dengan Pasar Induk Medan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kubis

Kubis atau kol sebenarnya merupakan tanaman semusim atau lebih yang berbentuk perdu.Tanaman kubis berbatang pendek dan beruas-ruas.Sebagai bekas tepat duduk daun.Tanaman ini berakar tunggang dengan akar sampingnya sedikit tetapi dangkal.Daunnya lebar berbentuk bulat telur dan lunak.Daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang muncul kemudian, demikian seterusnya hingga membentuk krop daun bulat seperti telur dan padat berwarna putih.Bunganya tersusun dalam tandan dengan mahkota bunga berwarna kuning spesifik.Tanaman kubis sukar berbunga di Indonesia karena perlu suhu rendah antara 5-10o C selama satu bulan lebih.Buahnya padat seperti polong.Polong muda berwarna hijau setelah tua berwarna kecoklatan dan mudah pecah.Biji yang banyak tersebut menempel pada dinding bilik tengah polong (Sunarjono, 2004).

Menurut Widayati, 1999 Kubis merupakan tanaman yang daun-daunnya tumbuh membentuk roset sehingga berbentuk seperti kepala atau telur. Bentuk kepala dapat bulat, bulat pipih, atau bulat meruncing.Warnanya pun dapat putih, hjau atau merah.

Klasifikasi:

Kingdom : Plantae

(2)

Kelas : Magnoliopsida Sub Kelas: Dilleniidae Ordo: Capparales Famili: Genus:

Spesies: Brassica oleracea var. capitata L.

2.1.2 Syarat Tumbuh

Tanaman kubis dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik hampir di semua jenis tanah. Baik tanah yang bertekstur ringan sampai berat, dengan keasaman tanah yang optimal berkisar 6-6,5. Sebagian besar dari jenis kubis telur menghendaki iklim yang lembab dan dingin.Suhu optimum untuk pertumbuhan kubis berkisar antara 15-25oC.Tanaman kubis tumbuh baik di daerah yang memiliki ketinggian tempat antara 700-2000 meter, tetapi ada varietas-varietas yang dapat tumbuh dan memberikan hasil yang cukup baik di dataran rendah (Sutarya dan Gerard, 1995). 2.1.3 Benih dan Bibit

(3)

2.1.4 Hama dan Penyakit

Gejala, plutella: daun berwarna putih dan berlubang-lubang. Serangan sering terjadi apabila hujan turun rintik-rintik, terutama pada waktu malam hari.Crocidolomia dan Heliothis; daun kubis berlubang-lubang sampai kebagian dalam krop. Pengendalian Plutella: melakukan penyemprotan dengan insektisida selektif antara lain Dipel, Thuricide atau Bactopene apabila telah ditemukan rata-rata 5 ulat pada 10 tanaman. Ulat tanah Agrotis.Bercak ungu Alternaria. Gejala: pada daun tua terdapat bercak-bercak berwarna kelabu gelap. Pada cuaca lembab akan terdapat sebagai bulu-bulu halus kebiruan di pusat bercak. Pengendalian: menggunakan benih sehat, penyemprotan dengan fungisida Difolatan atau lainyang dianjurkan. Busuk hitam Xanthomonas, gejala bakteri ini menginfeksi daun mulai dari pinngiran daun hingga ke bagian pangkal daun sehingga daun berwarna kuning kecoklat-coklatan menyerupai huruf V. urat-urat daunnya berwarna kehitaman dan pertumbuhannya kerdil dan kadang-kadang membusuk. Penyakit ini dapat tersebar melalui biji kubis atau penanaman secara berturut-turut pada lahan yang sama. Pengendalian dengan mencabut tanaman yang terserang, merendam biji-biji kubis dalam air sebelum disemaikan pada suhu 50oC selama 30 menit (Sutarya dan Gerard, 1995).

2.1.5 Panen dan Pasca Panen

(4)

dengan hati-hati di tempat penumpulan hasil.Pemilihan kubis caranya bermacam-macam, ada yang berdasarkan kepadatan, besarnya krop, berat krop.Keragaman juga penting dalam pemasaran karena dapat menentukan harga.

Kubis yang telah dipanen disimpan sementara pada rak-rak sebelum, teras diberi tepung kapur untuk mencegah pembusukan oleh bakteri Erwinia.Kemasan biasanya terbuat dari bambu atau bahan-bahan lain seperti karton, Jala, karung goni, atau kotak kayu.Ukuran kemasan bermacam-macam dari 30 kg sampai 150 kg. Namun seringkali kubis yang baru dipanen langsung ditaruh/disusun dalam bak truk yang ditutup terpal, untuk kemudian diangkut ke kota-kota besar

(Sutarya dan Gerard, 1995).

2.1.6 Kandungan Gizi

Kubis menjadi salah satu jenis sayuran pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat. Gizi yang terdapat pada kubis dapat dilihat dalam Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Kandungan Gizi di Setiap 100 gram Kubis

No. Nutrisi Jumlah

1. Air (%) 92,1

2. Energi (Kal) 25,0

3. Protein (g) 1,7

4. Lemak (g) 0,2

5. Karbohidrat (g) 5,3

6. Serat (g) 0,9

7. Abu (g) 0,7

8. Kalsium (mg) 64,0

9. Fosfor (mg) 26,0

10. Besi (mg) 0,7

11. Natrium (mg) 8,0

12. Kalium (mg) 209,0

13. Vitamin A (mg) 75,0

14. Tiamin (mg) 0,05

15. Riboflavin (mg) 0,05

16. Niacin (mg) 0,30

17. Ascorbic acid (mg) 62,0

(5)

Kubis sangat kaya vitamin A. selain itu, gizi lain yang dikandung kubis antara lain Kalsium (Ca), Kalium (K), fosfor (P), dan zat besi (Fe). Vitamin B1 dan B3 juga terdapat di dalam sayuran ini. Dalam 100 g bahan mentah kubis terdapat 24 kalori (Widayati, 1999).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pasar

Pasar merupakan tempat terjadinya pemenuhan kebutuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas kebutuhan yang berupa jasa atau barang, dimana terjadi pemindahan hak milik antar penjual dan pembeli (Sudiyono, 2002).

Pasar menjadi penting artinya bagi produk pertanian karena tujuan dibangunnya pasar yaitu untuk memberikan kesempatan kepada konsumen untuk membeli produk pertanian dengan harga yang terjangkau dan agar fluktuasi harga yang terjadi di pasar grosir merefleksikan harga di tingkat pasar eceran (Supari, 2001).

2.2.2 Pemasaran

(6)

Menurut Soekartawi (2001), beberapa sebab terjadinya mata rantai pemasaran hasil pertanian yang panjang dan produsen (petani) sering dirugikan adalah sebagai berikut:

1. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna 2. Lemahnya informasi pasar

3. Lemahnya produsen (petani) memanfaatkan peluang pasar 4. Lemahnya sisi produsen (petani) utuk melakukan penawaran

5. Produsen (petani) melakukan usahatani tidak didasarkan pada permintaan melainkan karena usahatani yang diusahakan secara turun temurun.

2.2.3 Lembaga Pemasaran

Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya.Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan konsumen (Sudiyono, 2004).

(7)

Saluran pemasaran berfungsi untuk menggerakkan barang dari produsen ke konsumen.Saluran pemasaran mengatasi kesenjangan waktu, tempat, dan kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari mereka yang memerlukan atau menginginkannya.Anggota saluran pemasaran melaksanakan sejumlah fungsi kunci. Beberapa fungsi (fisik, hak milik, promosi) membentuk aliran aktivitas ke depan dari perusahaan kepada pelanggan; fungsi lain (pemesanan dan pembayaran) membentuk aliran ke belakang dari pelanggan perusahaan. Akan tetapi, fungsi lain (informasi, negosiasi, keuangan dan resiko) terjadi dalam dua arah (Kotler dan Kevin, 2009).

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk-produk pertanian sangat beragam sekali tergantung dari jenis yang dipasarkan. Ada komoditi yang melibatkan banyak lembaga pemasaran adapula yang melibatkan hanya sedikit lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran. Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran adalah sebagai berikut:

Tengkulak pedagang besar agen penjualan pengecer

Lembaga-lembaga pemasaran ini dalam menyampaikan komoditi pertanian dari produsen berhubungan satu sama lain yang membentuk jaringan pemasaran (Sudiyono, 2004).

(8)

sebab pemasaran pertanian dapat mencapai spectrum yang lebih luas daripada pemikiran yang ada saat ini (Sudiyono,2004).

Fungsi-fungsi saluran pemasaran yang dilaksanakan oleh perantara:

Fungsi transaksi yaitu menghubungi dan mempromosikan, menghubungi calon pelanggan, mempromosikan produk, dan meminta pesanan. Bernegosiasi: menentukan seberapa banyak barang atau jasa yang dibeli dan dijual, jenis transportasi yang digunakan, kapan dikirim, dan metode serta waktu pembayaran. Fungsi Logistik, distribusi fisik: mengangkut dan menyortir barang untuk mengatasi perbedaan sementara dan tempat. Menyimpan, memelihara persediaan dan melindungi barang. Menyortir: mengatasi perbedaan kuantitas dan keragaman produk dengan sorting out yaitu memilah suatu pasokan heterogen ke dalam persediaan homogen yang terpisah. Akumulasi yaitu menggabungkan persediaan yang serupa ke dalam suatu pasokan homogen yang lebih besar.Alokasi yaitu memecah pasokanyang homogen ke dalam lot yang lebih kecil lagi.Keragaman yaitu mengkombinasi produk ke dalam kumpulan atau keragaman yang diinginkan pembeli tersedia di satu tempat.

(9)

2.2.4 Margin Pemasaran

P

Sr Sf Pr

M

Pf Dr

Df 0

Q* Q

Gambar 2.1 Kurva penawaran permintaan primer dan turunan serta margin pemasaran

Sumber: Sudiyono, 2004

Keterangan :

Pr = harga tingkat pengecer Pf = harga tingkat petani

Sr = penawaran tingkat pengecer Sf = Penawaran tingkat petani Dr = permintaan tingkat pengecer Df = permintaan tingkat petani

Q* = jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengecer

(10)

harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M = Pr-Pf). Perlu diperhatikan, penentuan margin pemasaran cara ini harus dipenuhi asumsi bahwa jumlah produk yang ditransaksi di tingkat petani sama dengan jumlah produk yang ditransaksikan di tingkat pengecer yaitu sebesar Q*.

Berdasarkan uraian dengan menggunakan gambar 1 dapat diukur nilai margin pemasaran (VM) yang dinikmati oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran komoditi pertanian ini. Nilai margin pemasaran merupakan hasil kali antara perbedaan harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani dengan jumlah yang ditransaksikan. Secara matematis nilai margin dapat ditulis:

VM = (Pr-Pf). Q* Dimana:

VM = nilai margin pemasaran

2.2.5 Integrasi Pasar

(11)

daerah konsumen, sedangkan keterpaduan pasar secara vertikal merupakan keterpaduan antara daerah produsen dan konsumen akhir.

Integrasi pasar merupakan penggabungan antara beberapa lembaga pemasaran yang secara fungsional dan ekonomi menjadi satu kesatuan dalam sistem pemasaran.Analisis perilaku pemasaran ini terdapat duan pendekatan integrasi yaitu integrasi secara vertikal dan integrasi secara horizontal.Intgrasi vertikal untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten, dan pasar provinsi bahkan pasar nasional.Analisis integrasi pasar vertikal ini mampu menjelaskan kekuatan tawar-menawar antara petani dengan lembaga pemasaran (Humairoh, 2008).

Keterpaduan pasar terjadi apabila terdapat informasi yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar lain. Dengan demikian perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat dengan segera tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama (Sitorus, 2003).

Dalam integrasi jangka pendek berarti perubahan harga di pasar sangat ditransmisikan secara penuh ke pasar lokal dalam suatu periode waktu.Dalam integrasi jangka panjang secara tidak langsung mengimplementasikan bahwa ada keseimbangan jangka panjang dimana harga adalah konstan tanpa pengaruh stokastik (Handayani dan Minar, 2000).

(12)

pasar terdapat dua pendekatan integrasi yang dapat digunakan yaitu pendekatan integrasi vertikal dan integrasi horisontal.

1. integrasi vertikal digunakan untuk melihat keadaan pasar antara pasar lokal, kecamatan, kabupaten dan pasar provinsi, bahkan pasar nasional. Analisis integrasi vertikal ini mampu menjelaskan kekuatan tawar menawar antara petani dengan lembaga pemasaran.

2. Integrasi horizontal digunakan untuk melihat apakah mekanisme harga pada tingkat pasar yang sama, misalnya antar pasar desa, berjalan secara serentak. Alat yang digunakan adalah korelasi harga antara pasar satu dengan pasar yang lainnya.

Sedangkan untuk menganalisis keterpaduan pasar terdapat bebarapa cara. Metode yang digunakan untuk melakukan anailisis keterpaduan pasar ada empat metode yaitu: koefisien korelasi, kointegrasi, model yang dikembangkan Ravalion dan model IMC. Dari empat metode tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing dari model tersebut.Berikut ini merupakan kekurangan dan kelebihan dari metode yang digunakan untuk menganalisis keterpaduan pasar. Koefisien kotrelasi dan kointegrasi mempunyai kelebihan mudah dalam menganalisa dan biayanya lebih murah.Tetapi kelemahan dalam model ini adalah hanya bisa untuk mengukur keterpaduan jangka panjang.

(13)

tentang struktur pasar dan memerlukan dua kali perhitungan.Derajat keterpaduan pasar juga tidak dapat diukur dengan model ini.

IMC dari Timmer lebih sensitive daripada Model Ravallion karena IMC dapat menunjukkan derajat integrasi pasar. Selain itu hanya memerlukan satu kali perhitungan dan tidak perlu persyaratan lain.

2.2.6 Harga

Dipandang secara luas, dapat dikatakan bahwa harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan para konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan barang-barang dan jasa-jasa.Secara historical, harga-harga ditentukan oleh para pembeli dan para penjual yang saling melakukan tawar menawar. Para penjual biasanya meminta harga lebih tinggi, dibandingkan dengan harga yang menurut perkiraan mereka akan dicapai, dan para pembeli menawar dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang menurut perkiraan mereka akan dibayar mereka. Melalui proses tawar menawar mereka akhirnya akan tiba pada harga yang cocok (Winardi, 1992).

(14)

2.3Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan untuk penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Tomat Dalam Jangka Pendek Antara Pasar Tawangmangu Dengan Pasar Legi Rendah, Ditunjukkan Dengan Nilai IMC Yang Lebih Dari Satu Yaitu 1,19 Pasar Eceran di Kabupaten Menunjukkan Bahwa Besarnya Nilai IMC Dari Analisis Regresi Antara Pasar Sengon dan Pasar Brebes serta Pasar Sengon dengan Pasar ketanggungan yaitu sebesar 0,09 dan 0,23 yang Artinya

keterpaduan pasar dalam jangka pendek tinggi artinya

perubahan harga yang Terjadi Di Pasar sengon

(15)

Nama Judul dengan Pasar Legi Kota Surakarta Rendah, Hal ini ditunjukkan dengan Nilai IMC yaitu 2,06 yang berarti bahwa sedikit informasi tentang Perubahan Harga yang Terjadi di Pasar Legi yang Ditransmisikanke Rawit antara Pasar Legi dengan Pasar Gede Maupun antara Pasar Legi dengan Pasar dengan Pasar Nusukan di Kota Surakarta diperoleh Nilai IMC Sebesar 0, Berarti Tidak Terjadi

(16)

2.4Kerangka Pemikiran

Pemasaran kubis dinilai kurang fisien karena melibatkan banyak pedagang perantara, informasi yang tersedia untuk semua pihak masih relatif kurang, kemudian kelemahan dalam mencari dan menentukan peluang pasar serta belum kuatnya segmentasi pasar.Hal ini menyebabkan adanya margin atau perbedaan harga di tingkat produsen dan di tingkat konsumen yang cukup besar, serta tidak adanya keterpaduan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat konsumen.

Menurut Azzaino (1982), keterpaduan pasar menekankan pada keterkaitan harga antar berbagai tingkat lembaga tataniaga dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke konsumen yang disebabkan karena adanya perubahan tempat, waktu maupun bentuk komoditas. Efisiensi harga dapat dicerminkan oleh besarnya koefisien korelasi harga.Kunci dari keadaan efisiensi tersebut adalah adanya sebaran dan ketersediaan informasi pasar yang lancar serta akurat.Hubungan harga yang diterima petani produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen akhir dapat didekati dengan pendekatan korelasi harga dan model keterpaduan pasar yang dikembangkan oleh Ravallion (1986) dan dilanjutkan Heytens (1986).

(17)

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Menyatakan Mekanisme Proses atau Tahapan : Tidak diamati

Produsen Kubis

Kabupaten Karo Pasar Induk Medan

Jangka pendek Jangka panjang

IMC

IMC ≥ 1 IMC ˂ 1

Keterpaduan jangka pendek rendah

Keterpaduan jangka pendek tinggi Integrasi Pasar

(18)

2.5 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada pengaruh perubahan harga kubis yang terjadi di Pasar induk Medan terhadap harga kubis yang terjadi di Kabupaten Karo.

Gambar

Tabel 2.1 Kandungan Gizi di Setiap 100 gram Kubis
Gambar 2.1 Kurva penawaran permintaan primer dan turunan serta margin pemasaran
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Bencana alam merupakan sebuah kejadian yang tidak dapat kita hindarkan. Namun bencana alam dapat kita hindarkan dari banyaknya korban yang berjatuhan, yaitu dengan mengetahui

(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter

data saja untuk merubah pewarnaan daerah rawan bencana tanah longsor,. sehingga tidak perlu lagi membuat peta baru untuk dapat

Bidang sumber daya dan informasi (SDI) pada LPMAI yang bertugas mengelola dokumen-dokumen AIPT terdapat beberapa masalah. Diantaranya jumlah dokumen yang banyak sehingga

Menanamkan rasa malu, misalnya dengan membiasakan anak untuk ganti baju di tempat tertutup; Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas

Pada dasarnya, yang disebut dengan bunga kecombrang adalah suatu. karangan bunga yang terdiri atas bagian bunga, daun pelindung,

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan Loss Provision (Cadangan Kerugian Penurunan Nilai), dan. Loan to Deposit Ratio

 Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm tegantung