commit to user
KEMAMPUAN MEMBACA CEPAT SISWA KELAS XI IPA 4 SMA
NEGERI 2 NGAWI TAHUN AJARAN 2009/2010
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS)
SKRIPSI
Oleh :
HARI AJI RAHMAT P
NIM : K1206023
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ABSTRACTHari Aji Rahmat Prasetyo1. K1206023. Penerapan Teknik Skipping untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Cepat Siswa Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi Tahun Ajaran 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas). Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
The purpose of this research is to improve: (1) the quality of the learning process of speed reading class XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi through the application of "Skipping Technique", and (2) the quality of the learning speed reading student XI IPA '4 SMA Negeri 2 Ngawi through the application "Skipping Technique." This study uses qualitative research approach with classroom action research strategy (PTK). The subject of this research is Indonesian teachers and students of class XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi by 31 students. Source of data used: (1) informant, namely Indonesian teachers and students of class XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi, (2) events, namely teaching and learning processes that happen fast read and attitudes of teachers and students in the learning activities, and ( 3) data or documents, in the form of Learning Implementation Plan (RPP) made by the researcher and teacher, list the value of the test results prasiklus, cycles. Data collection techniques in this study using nontes techniques and tests. Assessment was done by using nontes primarily to obtain information berkaiatan with affective and psychomotor behavior. Mechanical tests are used to measure the cognitive. Relation to this research, the testing techniques used to determine the speed reading ability of students. Techniques used nontes used in this study among other techniques: (1) interviews, (2) observations / observations, and (3) questionnaire. Test the validity of the data used are: (data triangulation), (2) triangulation method, (3) theory triangulation, and (4) review of informants. The procedure of this study include (1) planning, (2) action, (3) observation, and (4) reflection. The four steps are repeated and continuing until 3 cycles. The results of this study are as follows: (1) increase students' enthusiasm and liveliness when learning progress, (2) speed reading skills characterized by increased speed of reading, the percentage content of reading comprehension, and increase in KEM. Prasiklus read speed of 200.19 KPM increased to 299.58, an understanding of the 54.51 percentage increased to 82.25, and Effective Speed Reading (KEM) from 110.59 KPM increased to 245, 43 KPM (3) The speed reading also increases with reading ability, ie from an average of 57.7 at the time prasiklus be 80.1 (4) decrease the bad habit of reading.
A. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan aset paling berharga bagi bangsa. Kesadaran
tentang pentingnya pendidikan dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang
lebih baik di masa mendatang. Sekarang, berbagai cara telah dilakukan oleh
1
commit to user
pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, misalnya
pemerintah membuat perubahan-perubahan baru di dalam kebijakan, diantaranya
dengan menciptakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk
menghadapi permasalahan dalam berbahasa yang meliputi (1) keterampilan
menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; (4)
keterampilan menulis.
Salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting dikuasai oleh
pelajar/siswa adalah membaca. Keterampilan membaca tidak hanya menunjang
kegiatan akademik semata tetapi juga turut menunjang kehidupan. Membaca
sebagai suatu proses kodefikasi lambang-lambang tertulis untuk memahami pesan
atau informasi yang terkandung di dalamnya, sehingga seseorang yang membaca
akan memiliki tambahan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat dalam
kehidupannya, baik dalam bidang akademik ataupun bidang kehidupannya
lainnya. Dengan demikian dapat diketahui bahwa dengan membaca seseorang
akan memiliki skemata yang luas mengenai banyak hal dari
pengalaman-pengalaman yang didapatkannya, sehingga hal tersebut akan membawa hasil
positif dalam kehidupannya selain itu rendahnya kemahiran membaca akan sangat
berpengaruh pada kemahiran berbahasa yang lain. Hal ini seperti yang dinyatakan
Henry Guntur Tarigan, Ia menyatakan bahwa kemahiran membaca berpengaruh
juga terhadap kemahiran menyimak (listening skills), kemahiran berbicara
(spea kingskills), dan kemahiran menulis (writing skills) (1994: 1).
Pada era globalisasi, orang dituntut untuk berlomba-lomba menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya. Banjir
informasi sekarang ini menuntut orang untuk banyak tahu, dan untuk menjadi
banyak pengetahuan serta profesional di bidang apa pun, seseorang dituntut untuk
banyak membaca, tetapi waktu dan kecepatan baca serasa tidak bisa mengejar
semua itu. Salah satu cara memenuhi tuntutan tersebut adalah dengan menguasai
teknik membaca cepat. Di sini relavansinya arti penting kemampuan membaca
commit to user
Membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa menduduki posisi
dan peran penting dalam konteks kehidupan manusia. Masyarakat yang gemar
membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru sehingga mereka lebih
mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang (Farida Rahim
2005:1). Pembelajaran membaca merupakan sarana pengembangan bagi
keterampilan berbahasa lainnya.
Tujuan pembelajaran membaca sebagai sarana pengembang pengetahuan
dapat tercapai apabila penguasaan keterampilan membaca terus dilatih dan
ditingkatkan. Nurhadi (2005:11) mengemukakan beberapa hal untuk
meningkatkan kemampuan membaca, yaitu (1) menyadari adanya berbagai variasi
tujuan membaca yang berbeda dari satu kegiatan membaca dengan kegiatan
membaca lain; (2) selalu merumuskan secara jelas setiap kegiatan membaca,
minimal tahu apa yang akan diperolehnya dari membaca; (3) perlu
mengembangkan berbagai strategi membaca selaras dengan ragam tujuan
membaca; (4) perlu latihan membaca dengan berbagai variasi tujuan membaca;
dan (5) menyadari bahwa seseorang yang mempunyai daya baca tinggi akan
mampu memanfaatkan teknik membaca yang bervariasi sejalan dengan tujuan
membaca yang ingin dicapainya. Membaca merupakan suatu aktivitas yang rumit
karena bergantung pada kemampuan berbahasa siswa, dan pada tingkat penalaran.
Tujuan orang membaca ialah 1) kognitif, yakni yang digunakan seseorang untuk
menambah keilmiahannya sendiri 2) referensial, yakni digunakan orang untuk
mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini 3) afektif dan emosional, yakni
digunakan seseorang untuk untuk mencari kenikmatan di dalam membaca. Dari
pendapat-pendapat yang diuraikan didapatkan kesimpulan bahwa membaca
merupakan proses yang kompleks dan untuk melatihnya diperlukan strategi dan
teknik tertentu.
Menyadari begitu pentingnya kompetensi membaca, pemerintah melalui
Dinas Pendidikan Nasional membuat kebijakan mengajarkan kompetensi
membaca di sekolah, yakni mulai tingkat SD sampai dengan tingkat SMA. Salah
satu jenis kompetensi membaca ialah membaca cepat. Pembelajaran membaca
commit to user
membaca yang diajarkan untuk siswa kelas XI SMA adalah menyimpulkan isi
suatu teks dengan kegiatan membaca cepat 300 kpm dengan pemahaman isi
minimal 70% (seperti dalam KD).
Mendasarkan kompetensi dasar tersebut dapat dipahami bahwa siswa kelas
XI SMA diharapkan mampu membaca sejumlah 300 kata dalam waktu satu menit
dan siswa juga mampu memahami isi bacaan yang dibaca itu minimal 70%. Apa
yang diamanatkan dalam kurikulum tersebut ternyata belum dapat dicapai oleh
siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi karena ternyata kemampuan
membaca mereka masih belum mencapai harapan.
Berdasarkan hasil pretes yang dilaksanakan hari Senin, 22 Februari 2010
dapat diketahui bahwa belum ada siswa yang mampu mencapai kecepatan
membaca 300 kpm dan persentase pemahaman isi minimal 70%. Kecepatan
rata-rata siswa dalam pretes siswa adalah 200,2 kpm dan persentase pemahaman isi
rata-rata adalah 54,5. Kecepatan baca yang rendah berimplikasi terhadap nilai
membaca cepat siswa, nilai rata-rata siswa adalah 57, 5 angka ini tentu saja jauh
dari KKM yang ditentukan guru yang mematok angka 70.
Berdasarkan hasil pretes selanjutnya diketahui bahwa terdapat 23 siswa
gagal memperoleh nilai sesuai KKM (70>). Sedangkan siswa yang mendapatkan
nilai di atas 70 sesuai batas KKM sebanyak 8 siswa. Hasil ini tentu saja sangat
jauh dari target KKM yang dipatok oleh guru.
Selain berdasarkan hasil teknik tes data juga dikumpulkan dari teknik
nontes, yakni melaui angket, wawancara dan observasi. Berdasarkan angket yang
diberikan kepada siswa juga menunjukkan bahwa kebiasaan buruk penghambat
kegiatan membaca cepat masih sering dilakukan siswa. Kebiasaan-kebiasaan
tersebut antara lain jarak mata dengan teks terlalu dekat (20 siswa), bibir bergerak
gerak saat membaca (10 siswa), vokalisasi (3 siswa), sikap badan tidak tegap (20
siswa), menggerakkan kepala (18 siswa), menunjuk (kata-kata yang dibaca pada
waktu membaca (3 siswa), regresi (64 siswa), subvokalisasi (21 siswa). Selain berdasarkan angket dan wawancara peneliti juga mengumpulkan data dari hasil
observasi terhadap jalannya pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi hari
commit to user
cenderung meremehkan kegiatan pembelajaran membaca cepat. Sikap ini
terutama berasal dari kelompok siswa yang menduduki bangku bagian belakang.
Rendahnya kemampuan membaca cepat para siswa menunjukkan adanya
kelemahan yang dihadapi siswa dalam belajar membaca. Guru bahasa Indonesia
kelas XI IPA 4, Drs Ariyanto Utomo, M. Pd. mengindikasikan penyebab
kegagalan siswa di dalam membaca cepat yang antara lain disebabkan karena
belum diterapkannya teknik membaca cepat yang sesuai, serta masih banyaknya
siswa yang melakukan kebiasaan buruk di dalam membaca. Berdasarkan
wawancara pada hari Senin, 22 Februari 2010 dengan melibatkan beberapa orang
siswa (Reza dan Feri) diperoleh fakta bahwa ternyata mereka belum pernah
diajarkan teknik-teknik tertentu berkaitan dengan membaca cepat, selain itu
mereka juga cenderung jenuh dengan aktivitas membaca. Oleh karena itu, mereka
mengaku dalam membaca hanya membaca sekilas dan mengabaikan isi bacaan
secara keseluruhan.
Melihat kenyataan di atas, perlu diadakan upaya peningkatan keterampilan
membaca cepat. Pada akhirnya setelah guru dan peneliti mengadakan diskusi
diputuskan tentang akan digunakannya Skipping di dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi. Skipping dapat diartikan sebagai teknik baca lompat yaitu membaca dengan loncat-loncatan
(Haryadi 2006b: 166). Membaca skipping berarti membaca dengan mengayunkan mata dari bagian penting atau pokok ke bagian penting lainnya. Dengan demikian
dapat disimpulkan Teknik Skipping adalah teknik membaca lompat dengan mengayunkan mata dari bagian penting ke bagian penting lainnya secara cepat
dan tepat. Hasil yang diharapkan setelah diterapkannya eknik Skipping yakni kemampuan siswa di dalam menguasai keterampilan membaca cepat dapat
meningkat, hal ini sangat mungkin sebab secara teoretis teknik ini terbukti mampu
membantu meningkatkan kecepatan baca seseorang.
B. LANDASAN TEORETIS
1. Hakikat Membaca Cepat
Membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan
commit to user
tidak harus selalu sama, ada kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan
kita membaca (Soedarso, 2005:18). Membaca cepat adalah kegiatan merespon
lambang-lambang cetak atau lambang tulis dengan pengertian yang tepat dan
cepat (Hernowo, 2003:9 ).
Kemampuan membaca cepat merupakan keterampilan memilih isi bacaan
yang harus dibaca sesuai dengan tujuan, yang ada relevansinya dengan pembaca
tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak
diperlukan (Soedarso, 2005:18). Ketika membaca cepat suatu bacaan, baik dengan
teknik skimming, sca nning, maupun skipping tujuan sebenarnya bukan untuk mencari kata dan gambar secepat mungkin, namun untuk mengidentifikasi dan
memahami makna dari bacaan tersebut seefisien mungkin, kemudian mentransfer
informasi ini ke dalam memori jangka panjang dalam otak kita. Seseorang yang
sedang membaca cepat sebuah bacaan hendaknya dapat mengondisikan otak
bekerja lebih cepat sehingga konsentrasi akan lebih membaik secara otomatis
(Hernowo, 2003:33). Dengan demikian, kemampuan membaca cepat merupakan
kemampuan seseorang dalam memadukan kemampuan motorik dalam
menemukan gagasan pokok dalam bacaan dengan kemampuan kognitifnya atau
pemahaman isi bacaan melalui menjawab pertanyan-pertanyaan yang
berhubungan dengan bacaan.
Menurut Bond dan Tinker (dalam Vera Ginting 2005:25) definisi kecepatan
membaca harus diartikan lagi sebagai kecepatan memahami bahan-bahan tercetak
dan tertulis. Dengan demikian, mengukur kecepatan membaca berarti mengukur
kecepatan pemahaman terhadap bahan yang dibaca. Membaca cepat adalah
membaca dengan kecepatan tinggi, hampir keseluruhan materi dibaca dalam
waktu tertentu yang disertai dengan pemahaman isi 70%. Materi dalam hal ini
adalah jumlah kata yang terkandung dalam suatu bacaan, sedangkan waktu
tertentu artinya untuk memahami materi bacaan memerlukan waktu. Waktu yang
dipergunakan dalam membaca cepat adalah satuan waktu, yaitu menit. Dan
pemahaman isi bacaan 70% artinya, setelah selesai membaca sekurang-kurangnya
commit to user
Soedarso, dalam buku Speed Rea ding (2005:18) mengatakan bahwa membaca cepat adalah kemampuan dengan kecepatan yang sama. Menurutnya
kecepatan membaca harus fleksibel. Artinya, kecepatan itu tidak harus selalu
sama, adakalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca.
Strategi membaca cepat dilakukan dengan tujuan untuk memahami intisari
bacaan, bukan bagian-bagian rinciannya yang detil-detil. Kecepatan membaca
sangat penting; tetapi membaca tanpa memahami apa yang dibaca adalah
kesalahan. Menurut pendapat Spargo (dalam Lily Marliah 2007:268) seseorang
dikatakan sebagai pembaca cepat apabila ia paham juga dengan apa yang
dibacanya.
Nawal Muhammad (2003: 133) menjelaskan mengenai pengertian
membaca cepat.
Description of Rea ding Speed Test
1. Are you a n efficient reader? What kind of rea der a re you?
2. You will know in a few minutes after you ha ve completed this speedrea ding test
3. You will get your reading speed a s soon a s you ha ve finished your timed rea ding
4. You ma y then perfor m a compr ehension test with a series of questions a bout the text you ha ve just r ea d.
Berdasarkan apa yang dinyatakan Nawal Muhammad di atas dapat
dipahami bahwa seseorang dikatakan sebagai pembaca yang efisien apabila ia
mengetahui jenis bacaan yang dibaca, selain itu parameter lama waktu baca,
kecepatan, dan persentase pemahaman atas bacaan juga merupakan hal yang perlu
diperhatikan pula.
Selanjutnya berdasarkan beberapa pengertian yang disampaikan para ahli,
dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah proses membaca bacaan untuk
memahami isi-isi bacaan dengan cepat. Membaca cepat adalah keterampilan
membaca sekilas dengan mengkondisikan otak bekerja lebih cepat sehingga
konsentrasi akan lebih membaik secara otomatis. Dalam hal ini pembaca dituntut
untuk memusatkan konsentrasi di dalam proses membaca guna mengefisiensikan
waktu yang di miliki dengan demikian energi yang dikeluarkan pun juga akan
relatif lebih singkat. Sedangkan pernyataan yang kedua menyebutkan bahwa
commit to user
kemampuan visual dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca.
Membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan
pemahaman isi bacaan. Dengan demikian kecepatan membaca seseorang harus
seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan yang telah dibaca. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam membaca cepat diperlukan konsentrasi yang
lebih ketika membaca dan juga diperlukan perpaduan kemampuan motorik dengan
kemampuan kognitif serta diperlukan waktu yang relatif singkat guna memperoleh
informasi yang ada dalam bacaan baik yang tersirat maupun tersurat.
Henry Guntur Tarigan (1994:29) mengatakan bahwa kemampuan
membaca cepat siswa SD adalah sebagai berikut : Jumlah kata yang terbaca dalam
tiap menit, yaitu:
1. Kelas I 60 80 kata per menit 2. Kelas II 90 10 kata per menit 3. Kelas III 120 140 kata per menit 4. Kelas IV 150 160 kata per menit 5. Kelas V 170 180 kata per menit 6. KelasVI 190 250 kata per menit
Sedangkan untuk pemahaman isi bacaan sekurang-kurangnya 70%.
Menurut Asep Gandhi Sadikin (2004:176) kemampuan membaca cepat
siswa SMP dikategorikan sebagai berikut: Jumlah kata yang terbaca dalam per
menit, yaitu :
1. 201 - 250 kata per menit = baik sekali; 2. 151 200 kata per menit = baik; 3. 101 150 kata per menit = sedang; 4. 50 100 kata per menit = kurang. Sedangkan untuk pemahaman isi bacaan, yaitu :
1. 91% - 100% jawaban benar = baik sekali; 2. 81% - 90% jawaban benar = baik; 3. 71% - 80% jawaban benar = sedang; 4. 61% - 70% jawaban benar = kurang; 5. < 60% jawaban benar = kurang sekali.
Berdasarkan data di atas kemampuan membaca cepat siswa SMP sekurang
kurangnya berkisar antara 200-250 kpm dengan pemahaman minimal 70%.
Apabila di gabungkan antara kecepatan membaca dan pemahaman isi maka
commit to user
Menurut Subyantoro (2007:85) kemampuan membaca cepat siswa SMA
dikategorikan sebagai berikut:
1. Jumlah kata yang terbaca per menit, yaitu berkisar antara rentan 250-325 KPM;
2. Pemahaman terhadap isi 70%;
3. Kecepatan efektif membaca (KEM) 175-245.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecepatan membaca
siswa SMA adalah 250 kata per menit dan pemahaman isi bacaan sekurang-
kurangnya 70%. Angka 250 kpm dipatok untuk kelas X, kelas XI dipatok angka
300 kpm, kelas XII dipatok angka 350 kpm
2. Hakikat Teknik Skipping
Teknik membaca cepat skipping merupakan salah satu teknik membaca
cepat Sca nning Skimming dan hal
ini seperti yang dinyatakan oleh Yeti Mulyati (2000:5). Menambahkan pula Han
Zhi (dalam Zhou Rong Zui fast r ea ding like skipping,
Teknik baca-lompat atau skipping, yaitu membaca dengan loncatan-loncatan. Maksudnya, bagian-bagian bacaan yang dianggap tidak relevan dengan
keperluannya atau bagian-bagian bacaan yang sudah dipahaminya tidak
dihiraukan. Bagian bacaan yang demikian dilompati untuk mencapai
efektifitas dan efisiensi membaca (Yeti Mulyati 2003: 5). Seperti sudah
dijelaskan pada uraian sebelumnya pengertian membaca adalah kegiatan
merespons lambang-lambang cetak atau lambang-lambang tulis yang melibatkan
penglihatan, gerak mata dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan dengan
pengertian yang tepat. Teknik dan strategi membaca cepat dilakukan dengan
tujuan untuk memahami intisari bacaan bukan bagian-bagian rinciannya yang
detail-detail. Oleh karena itu, strategi ini menuntut kecepatan maksimal yang
sudah dimiliki seseorang.
Kecepatan tinggi akan diperoleh pembaca apabila pembaca mampu
melakukan skipping (latihan gerakan mata berupa lompatan menuju kelompok kata yang merupakan ungkapan penekanan). Tentu saja bagian yang dilompati
commit to user
dianggap tidak perlu mendapat respons, atau kalimat-kalimat yang tidak
menimbulkan hilang jejak jika dihilangkan. Dengan kata lain, objek bacaan dalam
membaca cepat hanyalah kata-kata kunci yang sarat dengan makna. Kaitannya
Skipping . Inti dari teknik ini ialah gerakan mata yang teratur. Skipping dapat diartikan sebagai teknik baca lompat yaitu membaca dengan loncat-loncatan (Haryadi 2006a:166). Subyantoro, dan Masrukan
2002:33). mengatakan:
Gerakan mata pada waktu membaca adalah dengan gerakan melompat-lompat. Dia melahap suatu kata, atau kelompok kata dan mengenalinya dari bentuk huruf yang menyusunnya. Kemudian otak kita akan memanggil arti dari kata atau kelompok kata berikutnya, selanjutnya kembali proses otak akan menggantikannya kembali. Mata mungkin bergerak ke belakang untuk meneliti apa yang telah dibaca sebelumnya, mungkin karena kata itu asing. Kemudian proses tersebut mulai lagi, sampai mata mencapai batas samping bacaan, kemudian seperti halnya mesin ketik, mata mulai lagi membaca baris
Lebih lanjut lagi Fatur Rokhman (2005:4) menyatakan untuk melatih
membaca cepat, pembaca dilatih pembiasaan menggerakan mata dan proses
berpikir secara cepat. Dengan demikian tidak perlu dipungkiri bahwa untuk
menjadi pembaca cepat, keterampilan menggerakan mata sangatlah perlu.
Semakin cepat dan tepat seseorang membidik bacaan dengan gerakan mata yang
tepat maka semakin cepat pula informasi yang dapat ditangkap oleh otak. Dengan
kata lain, mata dan otak erat kerjasamanya, yang secara bersama-sama mata
sebagai penerima informasi dan otak sebagai pencatat informasi dan
mengorganisasikannya dalam arsip.
Selanjutnya dalam kegiatan membaca, persepsi, dan interpretasi otak
terhadap tulisan yang dilihat oleh mata dapat dilihat pada lamanya mata
berfiksasi, apabila persepsinya kuat (berkat informasi yang dimiliki), fiksasi
commit to user
dinamai sebagai regr esi atau melompat ke belakang. Fiksa si dapat berlangsung sepersekian detik pada para pembaca yang lambat. Salah satu langkah untuk
mempercepat membaca adalah mengurangi banyaknya jumlah fiksasi hingga
maksimal empat kali perbaris Skipping .
Membaca skipping berarti membaca dengan mengayunkan mata dari bagian penting atau pokok ke bagian penting lainnya. Skipping menghendaki mata, bergerak melompat ( skipping ) dan berhenti ( fixa te ) di beberapa fakta, detail tertentu yang penting secara efisien .
3. Pengaplikasian Teknik Skipping
Upaya pengaplikasian gerak mata yang efisien menurut Soedarso,
(2005:19-27), Muhammad Noer (2009: 51-56), Ahmad Slamet Harjasujana dan
Yeti Mulyati (1996/1997:180-182) meliputi beberapa pelatihan yang disebutkan
di sini, antara lain: a) pelatihan persepsi, b) pelatihan fiksasi, c) pelatihan melebarkan jangkauan mata, serta d) pelatihan irama pergerakan mata e) pelatihan
konsentrasi f) pelatihan menemukan kata kunci penuntun g) pelatihan
pengelompokan satuan ide. Pelatihan-pelatihan tersebut mendayagunakan
kecepatan dan kelincahan gerakan mata. Oleh karena itu, dapat dikemukakan
bahwa pelatihan-pelatihan tersebut merupakan hakikat eknik Skipping . Secara lebih rinci pelatihan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pelatihan Persepsi Kata dan Frase
Pelatihan persepsi merupakan kegiatan membaca yang dilakukan
bersama-sama oleh mata dan otak, mata bekerja seperti kamera, yaitu memotret
hasilnya film negatif. Selanjutnya hasilnya film positif. Mata melihat dan
otak mengintrepetasikan saat itu juga, sehingga apa yang dilihat itulah
yang didapat. Pelatihan persepsi ini dikemas ke dalam beberapa latihan.
Kegunaan latihan kali ini untuk menghilangkan kebiasaan vokalisasi,
subvokalisasi, dan regr esi. Pelatihan membaca frase dapat membantu pula menemukan pikiran utama yang biasanya berupa frase (Suwaryono
Wiryodijoyo, 1989: 52). Pelatihan persepsi kata dan frase dapat membantu pembaca menghilangkan kebiasaan vokalisasi, subvokalisasi dan regresi.
commit to user
Inti dari membaca cepat salah satunya ialah bagaimana proses membaca
dapat diperluas tidak hanya pada area di sekitar fokus pandangan,
melainkan juga area di sekitarnya. Hal ini disebut sebagai pheripirial vision. Ini artinya seseorang dapat menangkap sebanyak mungkin kata dalam sekali lihat jika kemampuan visual ini terbentuk. Dari pengertian
tadi dapat disimpulkan bahwa pembaca akan membaca lebih cepat jika
memahami satu frasa dalam sekali pandang. Oleh karena itu pelihatan
perifera l harus dilatih dan ditingkatkan agar lebih luas dan tajam (De Porter dan dan Hemacki 2000 : 270-274). Untuk melatih jangkauan mata
disediakan tiga macam latihan, yakni: 1) memfokuskan pandangan pada
angka di barisan tengah kata dan sekaligus menjangkau kata di kiri dan
kanannya; 3) membaca bilangan dari satu hingga terakhir dengan
menggerakan bola mata (Soedarso 2005:31-32). Pelatihan-pelatihan yang
disampaikan oleh Soedarso sangat baik untuk melatih memperluas
jangkauan mata (pheriperia l vision).
3) Pelatihan Irama Pergerakan Mata
Pelatihan ini menekankan pada ayunan visual yang teratur untuk melihat
kelompok kata. Teknis pelaksanaannya ialah dengan membagi wacana
menjadi tiga kolom sama besar selanjutnya mata dilatih untuk membaca
per kelompok kata secara teratur dan berirama (Muhammad Noer, 2009:
51-56). Dengan menerapkan latihan ini diharapkan ayunan mata dapat
terbiasa melihat sekelompok kata sekaligus.
4) Melatih Meningkatkan Konsentrasi
Membaca merupakan aktivitas aktif, memberi tanggapan terhadap arti apa
yang dibaca dan hal ini memerlukan konsentrasi. Untuk meningkatkan
konsentrasi ada dua kegiatan penting, yaitu: a) menjauhi atau
menghilangkan hal-hal yang menyebabkan pikiran menjadi kusut dan b)
memusatkan perhatian secara sungguh-sungguh. Kegiatan memusatkan
perhatian secara sungguh-sungguh dapat dilakukan dengan latihan yamg
terdiri atas: a) menelusuri gambar b) menghitung
commit to user
5) Berlatih Mengenal Kata Kunci Penuntun untuk Mempermudah Mengikuti
Jalan Pikiran Penulis.
Kata kunci penuntun meliputi ungkapan penekanan, kata pengubah arah,
kata ilustrasi, kata tambahan, kata simpulan (Soedarso, 2005: 70-71).
Menambahkan pula Suwaryono Wiryodijoyo (1980:53) di dalam bukunya
dalam membaca kalimat-kalimat panjang hanya perlu menitikberatkan
pada beberapa kata yang merupakan kunci penting yang menentukan isi
kalimat. Berdasarkan apa yang disampaikan Soedarso dan Suwaryono
Wiryodijoyo seseorang akan dapat terbantu di dalam mengerti apa yang Ia
baca, yakni dengan berlatih menemukan kata kunci penuntun.
6) Pelatihan Pengelompokan Satuan Ide
Hakikatnya pelatihan pengelompokkan satuan ide merupakan latihan
membaca pada tingkat konseptual. Pelatihan ini memiliki tujuan
memperoleh kecepatan membaca, menangkap makna, dan kelancaran
ayunan pandangan mata dari satu frase ke frase yang lain (Ahmad Slamet
Harjasujana dan Yeti Mulyati: 1996/1997)
C. HASIL PENELITIAN
1.Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan deskripsi hasil pengamatan tindakan.
Maka pembahasannya dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Kualitas proses pembelajaran membaca cepat kelas XI IPA 4 SMA Negeri
2 Ngawi melalui penerapan Skipping .
Tindakan-tindakan berupa penerapan Skipping . yang dilaksanakan tiap siklusnya mampu meningkatkan kualitas proses
pembelajaran membaca cepat siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi.
Peningkatan dari segi proses pembelajaran dapat dilihat pada indikator
berikut:
1) Meningkatnya keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam
commit to user
terlihat dari indikator keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
tiap siklusnya meningkat. Indikator tersebut meliputi keaktifan
siswa dalam merespons apersepsi, menyimak penjelasan materi,
menjawab pertanyaan guru, bertanya apabila mengalami kesulitan.
Data keaktifan siswa dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel Persentase Keaktifan Siswa di dalam Pembelajaran.
Siklus I-III
No Kegiatan Siswa Siklus I Siklus II Siklus III
1 Aktif selama apersepsi 60% 71% 87%
2 Aktif selama KBM 64% 77% 90%
3 Aktif bertanya dan menjawab pertanyaan guru (tanpa ditunjuk)
20% 30% 50%
2) Guru berhasil menyajikan kegiatan belajar mengajar yang bersifat
interaktif dan melibatkan siswa secara totalitas (KBM berlangsung
dua arah). Kegiatan yang dilakukan di dalam siklus I sampai III
terbukti mampu melibatkan aktivitas siswa secara total, sehingga
dari kegiatan tersebut siswa terlihat lebih aktif. Siswa yang merasa
dilibatkan secara total dalam kegiatan belajar-mengajar terlihat
lebih antusias dan merasa butuh dengan materi yang disampaikan
guru.
3) Siswa mencapai target kecepatan baca 300 kpm diiringi
pemahaman minimal 70%.
Tabel Perbandingan Jumlah Siswa Berkecepatan Baca 300 Kpm,
dan Pemahaman Minimal 70% dari Prasiklus Siklus III
Siklus Frekuensi Frekuensi Relatif
Prasiklus 0 0
I 7 7/31x100%=22,58%
II 15 15/31x100%=48,38%
commit to user
4) Jumlah siswa dengan KEM minimal 175-245 kpm meningkat.
Tabel Perbandingan Jumlah Siswa dengan KEM Minimal 175-245
Prasiklus-Siklus III
Siklus Frekuensi Frekuensi Relatif
Pra 0 0
I 7 7/31x100%=22,58%
II 15 15/31x100%=48,38%
III 22 22/31x100%=70,96%
5) Skor rata-rata kecepatan baca, persentase pemahaman, dan KEM
siswa meningkat yakni sebagai berikut:
Tabel Perbandingan Skor Rata-Rata Kecepatan Baca, Persentase
Pemahaman, dan KEM Siswa Prasiklus-Siklus III
Siklus Kecepatan Baca
(kpm)
Persentase Pemahaman (%)
KEM (kpm)
Pra 200,19 54,51 110,59
I 264,09 61,61 164,66
II 274,03 70 196,01
commit to user
6) Kebiasaan negatif di dalam membaca dapat dikurangi
Tabel Perbandingan Hasil Angket Kebiasaan Membaca Prasiklus-Siklus III
N o
Aspek Kebiasaaan Negatif Mebaca
Prasiklus Siklus I Siklus II Siklus III Efektifitas Pelaksanaan Siklus I-III
commit to user
b. Kualitas hasil pembelajaran membaca cepat siswa kelas XI IPA 4 SMA
Negeri 2 Ngawi melalui penerapan Skipping .
Tindakan-tindakan berupa penerapan eknik Skipping . yang dilaksanakan tiap siklusnya mampu meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran membaca cepat siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 2 Ngawi.
Peningkatan dari segi hasil pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut.
Perbandingan Nilai Membaca Cepat Prasiklus-Siklus III
2. Simpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Pada siklus I materi Skipping
Latihan-latihan diberikan kepada siswa dengan intensif. Pada pelaksanaan
siklus II meteri skipping diperdalam lagi, dan guru memberikan hadiah bagi siswa peraih nilai terbaik. Pada pelaksanaan siklus III hasil maksimal diraih,
kecepatan baca, dan pemahaman siswa mengalami kenaikan.
2. Hasil penelitian ini berupa peningkatan: (1) antusiasme serta keaktifan siswa
saat pembalajaran berlangsung, (2) keterampilan membaca cepat yang
ditandai dengan peningkatan kecepatan baca, persentase pemahaman isi
bacaan, dan peningkatan KEM. Kecepatan baca prasiklus sebesar 200,19 kpm No Nilai Prasiklus Siklus I Siklus
II
Siklus III Keterangan
1 100 0 0 4 8 Tuntas
2 90 0 4 6 10 Tuntas
3 80 1 7 6 4 Tuntas
4 70 7 5 2 3 Tuntas
5 60 12 7 8 6 Belum Tuntas
6 50 11 8 5 0 Belum Tuntas
Jumlah
Rata-rata
31
57,7
31
60,4
31
69,9
31
commit to user
meningkat menjadi 299,58, persentase pemahaman dari 54,51 meningkat
menjadi 82,25, dan KEM dari 110,59 kpm meningkat menjadi 245,43 kpm
(3) Nilai membaca cepat pun meningkat seiring dengan meningkatnya
kemampuan membaca yakni dari rata-rata 57,7 di saat prasiklus menjadi 80,1,
(4) Penurunan kebiasaan buruk membaca.
3. Kendala pelaksanaan siklus I yakni: Posisi guru lebih banyak berada di depan
kelas menyebabkan ia kurang berinteraksi dengan siswa sehingga ia tidak
dapat memonitor siswa yang berada di bagian belakang kelas saat melakukan
praktik menghitung kecepatan baca. Selain itu guru juga kurang di dalam
memberikan umpan-balik, sehingga siswa seberapa jauh pemahaman siswa
atas materi kurang dapat terpantau. Adanya jeda waktu antara siswa yang
telah selesai mengerjakan soal latihan dengan siswa yang belum selesai,
sedikit banyak menyebabkan kegaduhan. Kendala pelaksanaan siklus II yaitu
berupa adanya jeda waktu antara siswa yang telah selesai mengerjakan soal
pemahaman dengan siswa yang belum selesai, sedikit banyak meyebabkan
kegaduhan. Kelemahan ini juga ditemukan pada siklus sebelumnya.
Kelemahan yang bersumber dari siswa ditemukan beberapa hal sebagai
berikut: Sebagian kecil siswa belum sepenuhnya aktif dalam pembelajaran
terutama yang berada di posisi bangku belakang namun jumlah siswa yang
kurang aktif cenderung berkurang dibandingkan dengan pertemuan
sebelumnya. Kendala pelaksanaan siklus III yaitu molornya waktu
pelaksanaan pembelajaran dikarenakan siswa masih banyak yang berada di
luar kelas. Secara garis besar kendala-kendala selama pelaksanaan siklus I,
dan II dapat di atasi dengan baik di dalam siklus III.
3. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas melahirkan beberapa implikasi penelitian
berikut ini:
a) Implikasi Teoretis
Implikasi teoretisnya ialah bahwa kemampuan membaca cepat tidak
muncul begitu saja, tetapi ditentukan oleh beberapa faktor di antaranya sikap
commit to user
beberapa kebijakan bahwa kemampuan membaca cepat dapat diupayakan
melalui pembenahan sikap di saat melakukan aktivitas membaca. Upaya
memperbaiki sikap membaca harus dilakukan secara sistematis dan
berkelanjutan.
Sekolah sebagai lembaga formal, terutama guru hendaknya senantiasa
memberikan perhatian dan himbauan kepada siswa untuk memperbaiki sikap
dalam membaca. Hubungan antara sikap membaca erat kaitannya dengan
keefektifan pemanfaatan waktu. Pemanfaatan waktu baca yang efektif
merupakan salah satu tujuan yang diinginkan di dalam pembelajaran membaca
cepat.
Selain faktor sikap penggunaan teknik tertentu di dalam membaca juga
berpengaruh terhadap kemampuan membaca cepat seseorang. Teknik-teknik
ya
tentunya tidak muncul begitu saja namun diperlukan latihan dan strategi yang
tepat. Penguasaan teknik-teknik yang tepat akan memudahkan seorang
pembaca untuk lebih termotivasi menghadapi bacaan yang banyak dan
kompleks.
b) Implikasi Pedagogis
Penelitian ini memberikan suatu gambaran yang jelas bahwa keberhasilan
suatu pembelajaran khususnya membaca cepat bergantung pada beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari pihak guru dan siswa. Faktor dari
pihak guru yaitu kemampuan di dalam mengembangkan materi, kemampuan
guru menyampaiakan materi, kemampuan guru dalam menyampaikan materi,
kemampuan guru dalam mengelola kelas, memilih teknik dan metode dalam
menyampaikan materi. Kemudian faktor dari siswa yaitu sikap dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Hal ini menunjukkan bahwa kesemua faktor yang ada harus saling
mendukung. Apabila guru memiliki kemampuan. Apabila guru memiliki
kemampuan yang baik dalam menyampaikan materi dan mengelola kelas serta
commit to user
c) Implikasi PraktisSkipping
pembelajaran membaca cepat dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas
hasil pembelajaran membaca siswa dan dapat membantu mengurangi
kebiasaan buruk di dalam membaca. Oleh karena itu penelitian ini dapat
digunakan sebagai pertimbangan bagi guru yang ingin menerap
Skipping
Indonesia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan
masalah dalam pembelajaran membaca cepat.
Pemberian tindakan pada siklus I, II, dan III memberikan deskripsi bahwa
terdapatnya kekurangan atau kelemahan yang terjadi selama proses
pembelajaran membaca cepat berlangsung. Naman demikian, kekurangan