• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia (Chrism.) Swingle) Terhadap Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In Vitro

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia (Chrism.) Swingle) Terhadap Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In Vitro"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

1. Said F, dkk. Gambaran kebersihan gigi mulut dan pengetahuan cara menyikat gigi murid SD negeri Hapingin kelas IV dan V Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Buletin Penelitian RSUD Dr Soetomo 2009; 3(11):148-50.

2. Pihlstrom B, dkk. Periodontal diseases. In: The Lancet 2005; 366: 1809-20.

3. Arias B, dkk. Pharmacological properties of citrus and their ancient and medieval uses in Mediterranean region. In: Journal of Ethnopharmacology 2005; 97: 89-95.

4. Wahasugui T, dkk. Phenotypic and genotypic features of Aggregatibacter actinomycetemcomitans isolated from patients with periodontal disease. In: Diagnostic Microbiology and Infectious Disease 2013; 75: 366-72.

5. Arirachakaran P, dkk. Infection of human gingival fibroblast with Aggregatibacter actinomycetemcomitans: An in vitro study. In:Archives of Oral Biology 2012; 57: 964-72.

6. Gattuso G, dkk. Flavonoid composition of citrus juices. In: Molecules. 2007; 12: 1641-73.

7. Awanis R. Pengaruh ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap ketebalan epitel gingiva tikus jantan galur wistar yang diinduksi Actinobacillusactinomycetemcomitans. Tesis. Malang: Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2013.

(2)

9. Lang NP, dkk. Gingivitis as a risk factor in periodontal disease. In: J Clin Periodontology 2009; 36:1600-51.

10. Meyer D, dkk. The roles of Actinobaillus actinomycetemcomitans in the pathogenesis of the periodontal disease In: Trends in Microbiology 1997; 5: 224-8.

11. Tomita S, dkk. Prevalence of Aggregatibacter actinomycetem- comitans, Porphyromonas gingivalis and Tannerella forsythia in Japanese patients with generalized chronic and aggressive periodontitis. In: Microbial Pathogenesis 2013; 61: 11-5

12. Wilson M, Henderson B. Virulence factors of Actinobacillus actinomycetemcomitans relevant to the pathogenesis of inflammatory periodontal diseases. In: FEMS Microbiology Reviews 1995; 17: 365-79.

13. Kesic L, dkk. Microbial etiology of periodontal disease. In: Facta Universitatis Series Medicine and Biology 2008; 5:1-6.

14. Fujita T, dkk. Irsogladine maleate regulates neutrophil migration and E-cadherin expression in gingival epithelium stimulated by Aggregatibacter actinomycetemcomitans. In: Biochemical Pharmacology 2010; 79: 1496-505.

15. Kasaj A, dkk. Influence of different biomaterials on the viability of Aggregatibacter actinomycetemcomitans. In: Archives of Oral Biology 2011; 56: 917-23.

16. Potensi antibakterial dan bagaimana meminimalkan terjadinya resistensi terhadap antibiotik. http://rsh.fkh.ugm.ac.id/main/2012/06/ (19 Agustus 2013).

17. Parimin S. Budi daya jeruk asam di kebun dan di pot. Ed.1., Jakarta, Penebar Swadaya, 2004: 16-8.

(3)

19. Hariana H. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Cet. 5, Jakarta, Penebar aurantifolia) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara in vitro. In: Jurnal Kesehatan Andalas 2013; 2: 5-8.

22. Augustin J, dkk. Molecular activities, biosynthesis and evolution of triterpenoid saponins. In: Phytochemistry 2011; 72: 435-57.

23. Cushnie T, Lamb A. Antimicrobial activity of flavonoids. In: International Journal of Antimicrobial Agents 2005; 26: 342-56.

24. Andrews J. Determination of minimum inhibitory concentration. In: Journal of Antimicrobial Chemotherapy 2001; 48:5-16.

25. Islam M, dkk. Determination of inhibitory concentration (MIC) of cloxacillin for selected isolates of methicillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA) with their antibiogram. In: BangL Journal 2008; 6: 121-6.

26. Daniel H, dkk. Aggregatibacter actinomycetemcomitans as an Early Colonizer of Oral Tissue: Epithelium as a Reservoir In: Journal of Clinical Microbiology 2010; 48:4464-73

27. Kismayati, dkk. Isolasi dan identifikasi Bakteri Gram Negatif pada luka ikan maskoki (Catassius auratus) akibat infestasi ektoparasit

28. Tjukup M, dkk. Ekstraksi Tannin Sebagai Bahan Pewarna Alami Dari Tanaman Putrimalu (Mimosa pucica) Menggunakan Pelarut Organik. In: Reaktor 2012; 14:39-45

(4)

30. Seeram, dkk. Rapid large scale purification of ellagitannins from pomegranate husk, a by-product of the cormmercial juice industry. Separation Purification Technology 2005; 41: 49-55.

31. Sumarno, dkk. Efek Dekok Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Antimikroba Terhadap Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) Secara In Vitro. 2006.

(5)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian posttest only control group design dengan melakukan uji efek ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) terhadap pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian : 1. Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU

2. Laboratorium Pusat Penyakit Tropis Universitas Airlangga

3.2.2 Waktu Penelitian : September 2013 – November 2013

3.3 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.1 Sampel Penelitian

Koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang telah diisolasi dan dibiakkan dalam media Triptic Soy Agar (TSA).

a. Penentuan nilai KHM

- Kelompok I : ekstrak dengan konsentrasi 100% = 5 sampel - Kelompok II : ekstrak dengan konsentrasi 50% = 5 sampel - Kelompok III : ekstrak dengan konsentrasi 25% = 5 sampel - Kelompok IV : ekstrak dengan konsentrasi 12,5% = 5 sampel - Kelompok V : ekstrak dengan konsentrasi 6,25% = 5 sampel - Kelompok VI : kontrol Mac Farland = 1 sampel - Kelompok VII: kontrol negatif (ekstrak kulit buah jeruk nipis tanpa

suspensi Aggregatibacter actinomycetemcomitans) =1 sampel

(6)

b. Penentuan nilai KBM

Dari hasil penentuan nilai KHM diperoleh beberapa kelompok yang dilanjutkan dengan perhitungan jumlah koloni bakteri dengan metode Drop Plate Mills Mesra.

- Kelompok I : ekstrak dengan konsentrasi 100% = 5 sampel - Kelompok II : ekstrak dengan konsentrasi 50% = 5 sampel - Kelompok III : ekstrak dengan konsentrasi 25% = 5 sampel - Kelompok IV : ekstrak dengan konsentrasi 12,5% = 5 sampel - Kelompok V : ekstrak dengan konsentrasi 6,25% = 5 sampel - Kelompok VI : kontrol Mac Farland = 1 sampel

- Kelompok VII : control negatif (ekstrak kulit buah jeruk nipis tanpa 27 suspensi

Aggregatibacter actinomycetemcomitans) = 1 sampel

Jumlah sampel = 27 sampel

- Pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada media TSA dengan pengukuran nilai KHM dan KBM.

Variabel terkendali:

- Asal tumbuh pohon jeruk nipis

- Kondisi kulit buah jeruk nipis

- Cara ekstraksi kulit jeruk nipis (bahan, alat, metode, tempat penyimpanan, cara penyimpanan)

- Media tumbuh bakteri Variabel Tak Terkendali :

- Pola pemeliharaan pohon jeruk nipis

(7)

3.5 Definisi Operasional

- Ekstrak kulit jeruk nipis adalah ekstrak yang diperoleh dengan melakukan ekstraksi kulit jeruk nipis yang telah diperkolasi dengan pelarut etanol 96% sehingga diperoleh ekstrak kental kulit jeruk nipis.

- Kulit jeruk yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit jeruk yang segar dan bewarna hijau, diperoleh dengan cara buahnya dibelah dua, dagingnya dikeruk keluar dan kulitnya diambil

- Koloni Aggregatibacter actinomycetemcomitans adalah bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang berasal dari stem cell Aggregatibacter actinomycetemcomitans

dan kemudian dikultur pada media Triptic Soy Agar (TSA) dalam suasana anaerob.

- KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) adalah konsentrasi minimal bahan coba yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri setelah diinkubasi selama 24 jam dan tidak tumbuh koloni bakteri pada media pembenihan dengan menggunakan metode dilusi.

- KBM (Konsentrasi Bunuh Minimum) adalah konsentrasi minimal bahan coba yang dapat membunuh 99,9% atau 100% bakteri setelah dilakukan uji dilusi selama 24 jam, dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri pada media padat dengan menggunakan metode Drop Plate Mills Mesra.

3.6 Bahan dan Alat Penelitian 3.6.1 Bahan Penelitian

- Buah jeruk nipis sebanyak 2000 gram

- Pelarut etanol 96% sebanyak 5 liter (Kimia Farma, Indonesia)

- Suspensi Aggregatibacter actinomycetemcomitans (UNAIR, Indonesia) - Media Triptic Soy Agar (TSA)

3.6.2 Alat Penelitian

- Vacuum Rotary Evaporator (Heidolph VV 2000, Germany)

- Aluminium foil 1 gulungan

(8)

- Destilator

- Lemari penyimpanan petri - Blender (Panasonik, Japan)

- Kertas Saring (Whatman no. 42, England) - Autoklaf (Tomy, Japan)

- Electronic Balance (Ohyo JP2 6000, Japan)

- Pipet mikro dan tips (Gilson, France) - Kaca Pembesar (Ootsukda ENV-CL, Japan) - Ose, Spirtus

3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data 3.7.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Kulit Jeruk Nipis

(9)

Gambar 2: (a). Jeruk nipis yang dikumpulkan, (b). Jeruk nipis ditimbang sebelum dikupas kulitnya, (c). Kulit jeruk nipis yang sudah kering diblender menjadi simplisia, (d). Serbuk simplisia kulit jeruk nipis sesudah diblender, (e). Simplisia dicampur dengan etanol 96% untuk diperkolasi.

3.7.2 Pembuatan Media Bakteri

Sebelum spesimen dibiakkan, dibuat media Triptic Soy Agar (TSA) sebanyak 20 gram bubuk TSA dilarutkan ke dalam 500 ml aquades untuk 40 petri (20ml/petri), lalu disterilkan di dalam autoklaf selama 15 menit dengan tekanan udara 2 ATM, suhu 121oC. Setelah disterilkan, media disimpan dalam lemari pendingin. Jika akan digunakan kembali, maka media dipanaskan kembali hingga mendidih, lalu dituangkan ke dalam masing-masing petri dan dibiarkan hingga dingin.

(a)

(c)

(b)

(10)

Gambar 3. Penimbangan bubuk media TSA

Gambar 5. Media TSA cair Gambar 6. Uji bakteri

(11)

3.7.3 Pembiakan Spesimen

Kegiatan pembiakan patogen dilakukan dalam suasana anaerob pada inkubator CO2. Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang digunakan adalah spesimen yang telah

dibiakkan secara murni pada media Triptic Soy Agar (TSA) yang telah disiapkan dalam prosedur sebelumnya dalam suasana anaerob. Sebanyak 1 – 2 ose dari biakan murni bakteri uji yang telah dikultur dan tumbuh dengan subur disuspensikan dengan larutan NaCl 0,9% sampai diperoleh kekeruhan sesuai standar 0,5 Mac Farland atau sebanding dengan jumlah bakteri 1 x 108 CFU/ml.

3.7.4 Penentuan KHM Bahan Coba

Bahan coba ekstrak kulit buah jeruk nipis yang dipakai terdiri dari konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, 6,25%. Masing-masing konsentrasi tersebut diambil sebanyak 1 ml lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian diberi label sesuai konsentrasinya. Selanjutnya ambil 1 ml suspensi bakteri yang telah dipersiapkan sebelumnya dengan menggunakan mikropipet lalu dimasukkan ke dalam masing-masing tabung bahan coba yang telah diberi label kemudian divorteks. Lalu tabung-tabung tersebut dibandingkan dengan kontrol untuk menentukan nilai KHM dari masing-masing bahan coba. Tabung dengan kekeruhan yang mulai tampak jernih untuk setiap kelompok perlakuan merupakan KHM yaitu konsentrasi minimal ekstrak atau bahan uji apapun yang mampu menghambat pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans dalam media pembenihan setelah diinkubasi 24 jam

dan tidak tumbuh koloni kuman dalam pembenihan tersebut.

3.7.5 Penentuan KBM Bahan Coba

(12)

melebar dianggap berasal dari 1 koloni, bila bentuknya 2 koloni bersinggungan dianggap sebagai 2 koloni. Satuan yang dipakai adalah CFU (Colony Forming Unit) / ml cairan (suspensi).

Setelah dihitung jumlah koloni bakteri pada masing-masing tetesan, kemudian dibuat jumlah reratanya dan dikalikan dengan faktor pengenceran dan faktor pengali. Oleh karena itu, konsentrasi yang dilakukan perhitungan jumlah koloni bakteri merupakan konsentrasi awal (sebelum dilakukan dilusi) maka faktor pengenceran x 1, selain itu karena pada penetesan suspensi bahan coba dan bakteri pada media padat sebanyak 50 µl, maka hasil perhitungan harus dikali dengan faktor pengali 20 untuk mendapatkan hasil sesuai satuan standar (CFU/ml).

Gambar 7: (a). Koloni bakteri pada konsenterasi 12,5% (b). Koloni bakteri pada konsenterasi 6,25%, (c). Koloni bakteri pada konsenterasi 3,125%

(a)

(b)

Koloni bakteri

(13)

3.8 Skema Alur Penelitian

3.9 Analisis Data

Data hasil pengujian antibakteri dianalisis dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut: Uji analisis varian satu arah (ANOVA), untuk melihat perbedaan efek antibakteri ekstrak etanol kulit jeruk nipis terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Pembuatan Ekstrak Kulit Jeruk Nipis

Pembuatan Media Bakteri

Pembiakan Spesimen

Penentuan KHM Bahan Coba

Penentuan KBM Bahan Coba

(14)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian posttest only control group design yang dilakukan di dua laboratorium yaitu di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU untuk mengekstrak kulit buah jeruk nipis dan di Laboratorium Pusat Penyakit Tropis Universitas Airlangga, Surabaya.

Tabel 3. Hasil ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) (Chrism.) Swingle)

Pada Tabel 3 terlihat hasil ekstrak kulit jeruk nipis sebanyak 25 gram yang diperoleh setelah melalui proses dan prosedur yang dikontrol selama lima hari di dalam Laboratorium Obat Tradisional. Etanol 96% digunakan dalam proses ini untuk melarutkan komponen flavonoid dan saponin yang juga bersifat polar. Komponen-komponen lain yang non-polar tidak akan dilarutkan. Pada penelitian ini digunakan 5 perlakuan yaitu ekstrak kulit jeruk nipis dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% sebagai variabel bebas untuk mendapatkan konsenterasi minimal ekstrak kulit buah jeruk nipis yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Hasil penelitian tersebut menunjukan Kadar Hambat Minimum (KHM) adalah dapat dilihat pada suspensi bakteri yang jernih. Pada penelitian ini, kekeruhan bahan coba di dalam tabung tidak berubah sehingga dianggap tidak representatif untuk mengukur nilai Kadar Hambat Minimum (KHM). Oleh karena itu, nilai KHM tidak dapat ditentukan. Pada Tabel 4 didapatkan bahwa ekstrak kulit jeruk nipis pada konsenterasi berbeda memiliki daya hambat yang berbeda terhadap pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Kadar

Berat Jeruk Nipis (g) Hasil Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (g)

(15)

Hambat Minimum (KHM) yang didapatkan ini selanjutnya diuji untuk mendapatkan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada media Triptic Soy Agar (TSA).

Pada Tabel 4 didapatkan bahwa ekstrak kulit jeruk nipis pada konsenterasi tertentu dapat membunuh bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans pada media Triptic Soy Agar (TSA).

Tabel 4. Daya antibakteri ekstrak kulit jeruk nipis pada penentuan KBM terhadap pertumbuhan Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Bahan Uji

Replikasi Konsentrasi (CFU/ml)* Kontrol Mc

Keterangan : *(CFU/ml) = Colony Forming Unit/ml **TBUD = Tidak Bisa Untuk Dihitung

(16)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak kulit buah jeruk nipis terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans beserta konsentrasi daya hambat dan daya bunuh minimal ekstrak kulit jeruk nipis terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Aggregatibacter actinomycetemcomitans termasuk dalam spesies negatif Gramm

fakultatif coccobaccilus. Bakteri ini memulai proses infeksi pada jaringan mukosa oral dan menjadi faktor etiologi utama terjadinya penyakit periodontal. Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan anggota dari flora normal dan menyebabkan inflamasi

pada jaringan periodontal apabila populasi bakteri ini melebihi ambang batas resistensi pejamu yaitu melebihi 20% populasi.26

Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Aggregatibacter actinomycetemcomitans serotype C yang dikultur pada media Triptic Soy

Agar (TSA). Media Triptic Soy Agar (TSA) merupakan media standar yang digunakan dalam

menguji bakteri.37

(17)

Pada penelitian ini, KHM diperoleh dengan menggunakan metode dilusi dengan konsentrasi ekstrak kulit jeruk nipis yang digunakan adalah 100%, 50%, 25%, 12,5% dan 6,25%. Nilai KHM ditentukan dengan indikator tabung yang berubah menjadi jernih secara visual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tabung tidak terlihat jernih karena ekstrak kulit jeruk nipis itu sendiri berwarna coklat kehitaman. Hal ini disebabkan karena tanin yang terkandung di dalamnya dapat menimbulkan warna coklat.30 Oleh karena itu nilai KHM tidak dapat diketahui karena semua ekstrak dengan berbagai konsentrasi berwarna keruh.

Nilai KBM diperoleh dari konsentrasi minimum bahan coba yang dapat membunuh 99,9% bakteri yaitu tidak terlihat adanya pertumbuhan bakteri pada media TSA dengan metode Drop Plate Miles Mesra. Hasil penelitian ini terlihat tidak adanya pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 100%, 50% dan 25% sedangkan pada konsentrasi 12,5% dan 6,25% terdapat pertumbuhan bakteri dengan jumlah koloni tidak bisa untuk dihitung (>300 koloni). Jika jumlah koloni bakteri yang tumbuh >300 koloni, maka perhitungan tidak dilanjutkan karena akan memberikan hasil yang bias. Oleh karena itu, nilai KBM pada penelitian ini adalah pada konsentrasi 25% sehingga ekstrak kulit jeruk nipis diketahui memiliki efektivitas terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Beberapa penelitian efek antibakteri ekstrak kulit jeruk nipis terhadap beberapa bakteri telah dilakukan seperti Sumarno dkk, menemukan kadar bunuh minimum (KBM) pada bakteri positif Gramm, Methicillin Resistant Stapylococcus aureus (MRSA) yaitu pada konsentrasi 20%.30 Nilai KBM dari penelitian Sumarno dkk berbeda dengan penelitian ini karena jenis bakteri yang diuji adalah dari kelompok yang berbeda yaitu Sumarno dkk menguji pada bakteri positif Gramm sedangkan pada penelitian ini diuji pada bakteri negatif Gramm.31 Dyna A, meneliti efektivitas ekstrak air perasan jeruk nipis terhadap bakteri negatif Gram, Shigella

dysenteriae dan mendapatkan kadar hambat minimum (KHM) yaitu 6,25%.32 Nilai KHM pada

penelitian Dyna dapat membantu dalam mencari nilai KHM yang lebih tepat pada penelitian ini dengan menggunakan metode difusi.

(18)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian eksperimental yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak kulit jeruk nipis memiliki efek antibakteri terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan nilai KBM sebesar 25%. Hasil penentuan KHM dalam

penelitian tidak representatif sehingga tidak dapat diketahui nilainya.

6.2 Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk:

1. Mengetahui zat aktif mana dari kulit jeruk nipis yang memiliki efek antibakteri yang paling besar terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans

2. Mengetahui KHM dari ekstrak kulit jeruk nipis dengan menggunakan metode yang lain yaitu metode difusi.

3. Mengetahui efek antibakteri ekstrak kulit jeruk nipis terhadap bakteri patogen periodontal lainnya.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis-jenis Bakteri pada Penyakit Periodontal

Lebih dari 500 spesies bakteri teridentifikasi pada plak subgingiva.2 Bakteri menimbulkan kerusakan dengan cara (1) Berkolonisasi pada sulkus gingiva dengan menyerang pertahanan pejamu, (2) Merusak barier epitel krevikular atau (3) Memproduksi substansi yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan baik secara langsung maupun tidak langsung. Bakteri yang terlibat sebagai patogen puratif pada penyakit periodontal didominasi spesies bakteri negatif Gramm dan spesies anaerob. Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, dan Tannerella forsythia adalah bakteri gram negatif yang paling sering berkaitan

dengan periodontitis.9

Tabel 1. Spesies bakteri yang terlibat sebagai patogen penyakit periodontal10

2.2 Peran Aggregatibacter actinomycetemcomitans terhadap penyakit periodontal

Aggregatibacter actinomycetemcomitans sebelumnya dikenal sebagai Actinobacillus

actinomycetemcomitans yang paling sering ditemukan dan menjadi faktor etiologi terhadap

periodontitis kronis dan periodontitis agresif.11 Pada beberapa penelitian membuktikan

Spesies bakteri negatif Gramm: Porphyromonas gingivalis

Tannerella forsythia Fusobacterium nucleatum

Prevotella intermedia dan P. nigrescens Treponema denticola dan Spirokheta yang lain

Aggregatibacter actinomycetemcomitas

Eikonella corrodens

Spesies bakteri positif Gramm anaerob: Peptostreptococcus KHMros

(20)

Aggregatibacter actinomycetemcomitans memproduksi dan menginduksi faktor yang berperan

dalam kerusakan jaringan periodontal.Aggregatibacter actinomycetemcomitans menstimulasi dan merusak berbagai jenis jaringan pejamu, termasuk jaringan sel epitel, sel vaskular endotel, dan sel-sel makrofag. Kerusakan jaringan pejamu menyebabkan dilepaskannya produk toksin yang dihasilkan oleh patogen atau invasi ke dalam sel pejamu.5 Aggregatibacter actinomycetemcomitans juga menyerang jaringan epitel oral dan melakukan replikasi.

Gambar 1. Mekanisme Aggregatibacter actinomycetemcomitans Merusak pertahanan pejamu. (a) invasi ke epitel; (b) merusak sel PMN; (c) merusak sel makrofag; (e) produksi Fc-binding protein; (f) menghambat kemoktasis PMN; (g) membunuh limposit; (h) menghambat proliferasi limposit; (i) menghambat produksi antibodi; dan (j) degradasi antibodi.12

Leukotoksin yang dihasilkan oleh Aggregatibacter actinomycetemcomitans dapat merusak sel darah dan primata. Kemampuan lipopolisakarida untuk menstimulasi sel-sel makrofag melepaskan interleukin IL-1,IL-1 , dan sel tumor necrosis factor (TNF) menyebabkan terjadinya stimulasi resorpsi tulang.13 Aggregatibacter actinomycetemcomitans memproduksi enzim kolagenase yang dapat merusak kolagen tipe 1. Hal ini dapat mendorong terjadinya degradasi kolagen dan gangguan pada jaringan ikat periodontal. Interaksi diantara Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan sel epitel adalah menjadi awal terjadinya

(21)

2.3 Terapi Antibiotika Menghambat Pertumbuhan Bakteri Aggregatibacter

actinomycetemcomitans

Pada terapi periodontal digunakan beberapa bahan dan obat yaitu periodontal packs/periodontal dressings, desensitizing agents, disclosing solutions/disclosing tablets,

analgetika, dan anti-mikroba/antibiotika. Semua bahan dan obat yang digunakan ini adalah untuk mengeliminasikan faktor etiologi terjadinya penyakit periodontal.15

Antibiotika diindikasikan sebagai penunjang perawatan periodontal untuk mengeliminasi faktor etiologi utama yaitu bakteri. Bakteri yang menginvasi jaringan periodontal tidak dapat disingkirkan hanya dengan tindakan mekanis, sehingga perlu diberi terapi antibiotika untuk mendukung perawatan yang komprehensif. Antibiotika yang dipilih sebagai penunjang harus sesuai dengan bakteri yang menjadi target. Dalam hal ini yang menjadi patokan adalah KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) yaitu memiliki konsentrasi minimal obat yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.16 Obat yang sering digunakan pada saat ini lebih bersifat kimiawi dan terbukti memberikan efek samping kepada tubuh sehingga hal ini membuat individu sering berusaha untuk mencari bahan alami seperti tumbuhan yang dapat menggantikan obat kimia.

2.4 Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle)

(22)

Tabel 2. Klasifikasi ilmiah spesies jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) 18

Klasifikasi Ilmiah

2.4.1 Kandungan Kimia Buah Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle)

Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) memiliki rasa pahit, asam dan bersifat sedikit dingin. Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam jeruk nipis di antaranya asam sitrat sebanyak 7-7,6%, mineral, vitamin B1, sitral limonene, fellandren, lemon kamfer, geranil asetat, cadinen, dan linalin asetat. Selain itu, jeruk nipis mengandung vitamin C sebanyak 27 mg/100 g jeruk, Kalsium sebanyak 40 mg/100 g jeruk, dan Posfor sebanyak 22 mg/ 100 g jeruk.19 Selain itu, ditemukan juga kandungan komponen sesquiterpene hidrokarbon

(α-santalene, -curcumene, -selinine dan germacrenes A, B, C dan D) monoterpine

hydrocarbon (sabinine, -pinene, limonene,), monoterpine alcohol (linalool, terpinen-4-ol, α

-terpeniol, ester, monoterpene aldehyde, aliphatic aldehyde, pectinesterase. Kandungan aktif saponin dan flavonoid juga ditemukan di dalam buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle).3

(23)

integritas sitoplasma berakibat pada lolosnya makromolekul, dan ion dari sel sehingga sel bakteri kehilangan bentuknya dan menjadi lisis. Persenyawaan fenolat bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari konsentrasinya. Kandungan aktif saponin dan flavonoid yang terdapat dalam kulit jeruk nipis mempunyai sifat antimikrobial.3 Menurut penelitian yang dijalankan oleh Abdul Razak dkk, membuktikan efek air perasan buah jeruk nipis dapat menghambat pertumbuhan bakteri positif Gramm Staphylococcus aureus.21

2.4.2.1 Saponin dan Flavonoid

Tanaman dari divisi Magnoliophyta, termasuk tanaman dikotiledon dan monokotiledon mempunyai upaya mensintesis saponin. Kebanyakan tumbuhan yang menghasilkan saponin terdiri dari tumbuhan dikotiledon. Tumbuhan Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) tergolong tumbuhan dikotiledon. Saponin dalam aksi farmakologisnya memiliki sifat

antiinflamatori, antikarsinogenik, antibakteri, antifungal dan antiviral. Produk vaksin saponin-based adalah yang pertama kali diperkenalkan secara kormesial.22

Jeruk nipis mengandung senyawa saponin dan flavonoid yaitu hesperidin (hesperitin 7-rutinosida), tangeretin, naringin, eriocitrin dan eriocitrocide. Hesperidin bermanfaat untuk

antiinflamasi, antioksidan, dan menghambat sintesis prostaglandin. Senyawa saponin dapat bekerja sebagai antimikroba yang akan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel, sedangkan senyawa flavonoid memiliki mekanisme kerja dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dan merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Selain itu, Flavonoid menghambat sintesis asam nukleat bakteri, menghambat fungsi membran sitoplama bakteri dengan melakukan perusakan permeabilitas dinding sel bakteri dan menghambat energi metabolisme sel bakteri.23

2.5 Uji Sensitivitas Antimikroba

(24)

terhadap antibiotika. Nilai KHM berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji. Semakin rendah nilai KHM dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar.24

(25)
(26)

2.7Kerangka Konsep

Ekstrak kulit buah jeruk nipis dengan pelarut etanol.

(27)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat dan menduduki peringkat kedua tertinggi di Indonesia setelah karies gigi. Menurut data Dinas Kesehatan Kota Medan pada tahun 2007, menunjukkan provinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi penyakit gigi dan mulut yang cukup tinggi. Hasil Laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Depkes RI tahun 2001 menunjukkan prevalensi penyakit periodontal mencapai 60 % pada masyarakat di Indonesia.1

Penyakit periodontal dapat didefenisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada plak gigi. Plak gigi adalah massa kompleks yang mengandung bakteri dan produk metabolitnya, racun, sisa makanan dan sel mati. Inflamasi periodontal dapat berkembang menjadi penyakit yang destruktif sehingga menyebabkan kerusakan jaringan periodontal. Bakteri yang terlibat sebagai patogen penyakit periodontal didominasi oleh spesies bakteri negatif Gramm dan anaerob. Salah satunya adalah Aggregatibacter actinomycetemcomitans.2

Aggregatibacter actinomycetemcomitans merupakan spesies anaerob negatif Gramm

fakultatif coccobaccilus yang banyak ditemukan pada kondisi periodontitis kronis dan periodontitis agresif.3 Aggregatibacter actinomycetemcomitans adalah bakteri yang memulai proses infeksi pada jaringan mukosa oral dengan menghasilkan patogen adhesin. Adhesin menempel pada reseptor spesifik pada mukosa oral dan lapisan plak sehingga menimbulkan peradangan pada jaringan mukosa oral. Perlekatan bakteri ke mukosa oral dapat terjadi karena adanya pilli dan fimbrae yang menempel di lapisan biofilm.4

(28)

menempel pada plak dental atau plak bakteri.5 Penggunaan antibiotika kimia seringkali menimbulkan efek samping atau peradangan terhadap jaringan mukosa oral terutama terhadap pasien yang mengalami hipersensitivitas pada bahan yang bersifat kimiawi. Untuk itu dibutuhkan perkembangan bahan alami melalui sintesis kimia untuk dijadikan sebagai obat alternatif yang relatif aman digunakan sebagai terapi penyakit periodontal.

Salah satu tanaman bahan alami yang digunakan untuk terapi alternatif adalah jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) yang selama ini diketahui memiliki beberapa khasiat seperti meredakan inflamasi atau peradangan. Komposisi senyawa yang terdapat di dalam minyak atrisi yang dihasilkan dari kulit tanaman genus Citrus berdasarkan penelitian Beatriz, adalah limonene, sitronelal, geraniol, linalool, a-penin, mirsen, B-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial, B-kariofilen dan a-terpineol.3

Kulit buah jeruk nipis kaya akan komponen flavonoid. Flavonoid mempunyai manfaat medis yang meliputi antioksidan, antimikrobial, antiinflamasi dan antikanker.6 Hal ini dibuktikan dalam satu penelitian Nilveldt dkk, bahwa flavonoid berfungsi untuk membatasi pelepasan mediator bakteri. Etanol digunakan sebagai pelarut ekstrak kulit jeruk nipis yang mengandung flavonoid. Koirewoa dkk, menyatakan bahwa senyawa flavonoid merupakan senyawa yang bersifat polar sehingga harus dilarutkan dengan pelarut yang bersifat polar, seperti etanol.7 Selain itu, senyawa aktif saponin yang terdapat di dalam kulit jeruk nipis juga diketahui mempunyai sifat antimikrobial dan fungisidal.8

Menurut penelitian yang dijalankan oleh R.Setyohadi dkk, pemberian ekstrak etanol jeruk nipis dapat menurunkan ketebalan epitel gingiva tikus jantan setelah terinduksi bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans yang membuktikan sifat antiinflamasinya.7 Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan mendapatkan konsenterasi minimal ekstrak etanol kulit buah jeruk nipis yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri ini.

1.2 Rumusan Masalah

(29)

dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit jeruk nipis terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit buah jeruk nipis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit jeruk nipis terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam mengembangkan bahan herbal yang dapat dijadikan sebagai alternatif antimikroba yang dapat membantu keberhasilan suatu perawatan periodontal.

1.4.2 Manfaat Praktis

(30)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia 2014

Muhammad Nazim

Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia (Chrism.) Swingle) Terhadap Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In Vitro.

x + 30 halaman

Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat dan menduduki peringkat kedua tertinggi di Indonesia setelah karies gigi. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Salah satu bakteri yang berperan dalam penyakit periodontal adalah bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Salah satu tanaman bahan alami yang digunakan untuk terapi alternatif adalah jeruk nipis. Kulit jeruk nipis adalah salah satu bagian yang memiliki efek antimikroba sehingga diharapkan dapat dikembangkan menjadi alternatif bahan antimikroba untuk membantu keberhasilan perawatan penyakit periodontal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit jeruk nipis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit jeruk nipis terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

(31)

menit lalu diinkubasi selama 24 jam pada inkubator CO2. Perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan dengan metode Drop Plate Mills Mesra.

Untuk penentuan KBM, pada konsentrasi 100%, 50% dan 25% menunjukkan hasil steril (0). Konsentrasi 12,5% dan 6,25% menunjukkan pertumbuhan bakteri yang subur (TBUD). Nilai KHM tidak diketahui karena semua konsentrasi berwarna keruh dan tidak representatif.

Kesimpulan dari penelitian, ekstrak kulit jeruk nipis memiliki efek antibakteri terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan nilai KBM 25%. Nilai KHM tidak diketahui

(32)

Faculty of Dentistry Department of Periodonsia 2014

Muhammad Nazim

The Effectiveness of Lime (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) Peel Extract towards Aggregatibacter actinomycetemcomitans : an In Vitro Study

x + 30 pages

Periodontal disease is an oral health problem that has a fairly high prevalence in the community which is the second highest in Indonesia after dental caries. Periodontal disease is an inflammatory disease caused by bacterial infection. Aggregatibacter actinomycetemcomitans is one of the bacteria that lead to periodontal disease. Lime is one of

the plants that used for alternative therapies. Lime peel has an antimicrobial effect that is expected to be developed into an alternative antimicrobial material to help the successful treatment of periodontal disease. The purpose of this study is to determine whether lime peel extract can inhibit the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans and to find Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) of lime peel extract towards Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

(33)

The value of MBC, for 100%, 50% and 25% concentrations is sterile (0). Meanwhile, 12,5% and 6,25% concentrations shown the vigorous growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria (uncountable). The MIC value cannot be identified because

all of the concentrations were cloudy and unrepresentative.

In conclusion, lime peel extract has anti bacterial effect towards Aggregatibacter actinomycetemcomitans with MBC value of 25%. Minimum Inhibitory Concentration is

(34)

EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT JERUK NIPIS

(Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) TERHADAP

BAKTERI Aggregatibacter actinomycetemcomitans

SECARA IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

MUHAMMAD NAZIM NIM: 100600195

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(35)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia 2014

Muhammad Nazim

Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia (Chrism.) Swingle) Terhadap Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In Vitro.

x + 30 halaman

Penyakit periodontal merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang memiliki prevalensi cukup tinggi di masyarakat dan menduduki peringkat kedua tertinggi di Indonesia setelah karies gigi. Penyakit periodontal merupakan penyakit inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Salah satu bakteri yang berperan dalam penyakit periodontal adalah bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

Salah satu tanaman bahan alami yang digunakan untuk terapi alternatif adalah jeruk nipis. Kulit jeruk nipis adalah salah satu bagian yang memiliki efek antimikroba sehingga diharapkan dapat dikembangkan menjadi alternatif bahan antimikroba untuk membantu keberhasilan perawatan penyakit periodontal.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak kulit jeruk nipis dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans dan mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak kulit jeruk nipis terhadap bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

(36)

menit lalu diinkubasi selama 24 jam pada inkubator CO2. Perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan dengan metode Drop Plate Mills Mesra.

Untuk penentuan KBM, pada konsentrasi 100%, 50% dan 25% menunjukkan hasil steril (0). Konsentrasi 12,5% dan 6,25% menunjukkan pertumbuhan bakteri yang subur (TBUD). Nilai KHM tidak diketahui karena semua konsentrasi berwarna keruh dan tidak representatif.

Kesimpulan dari penelitian, ekstrak kulit jeruk nipis memiliki efek antibakteri terhadap Aggregatibacter actinomycetemcomitans dengan nilai KBM 25%. Nilai KHM tidak diketahui

(37)

Faculty of Dentistry Department of Periodonsia 2014

Muhammad Nazim

The Effectiveness of Lime (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) Peel Extract towards Aggregatibacter actinomycetemcomitans : an In Vitro Study

x + 30 pages

Periodontal disease is an oral health problem that has a fairly high prevalence in the community which is the second highest in Indonesia after dental caries. Periodontal disease is an inflammatory disease caused by bacterial infection. Aggregatibacter actinomycetemcomitans is one of the bacteria that lead to periodontal disease. Lime is one of

the plants that used for alternative therapies. Lime peel has an antimicrobial effect that is expected to be developed into an alternative antimicrobial material to help the successful treatment of periodontal disease. The purpose of this study is to determine whether lime peel extract can inhibit the growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans and to find Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) of lime peel extract towards Aggregatibacter actinomycetemcomitans.

(38)

The value of MBC, for 100%, 50% and 25% concentrations is sterile (0). Meanwhile, 12,5% and 6,25% concentrations shown the vigorous growth of Aggregatibacter actinomycetemcomitans bacteria (uncountable). The MIC value cannot be identified because

all of the concentrations were cloudy and unrepresentative.

In conclusion, lime peel extract has anti bacterial effect towards Aggregatibacter actinomycetemcomitans with MBC value of 25%. Minimum Inhibitory Concentration is

(39)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 26 Februari 2014

Pembimbing : Tanda tangan

(40)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 26 Februari 2014

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

KETUA : Pitu Wulandari, drg., S.Psi.,Sp. Perio ...

ANGGOTA : 1. Irmansyah, drg., Ph.D ...

2. Aini Hariyani Nasution, drg., Sp.Perio ...

(41)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Ekstrak Kulit Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.) Swingle) Terhadap Bakteri Aggregatibacter actinomycetemcomitans Secara In Vitro”, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarah serta bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Abd Malek, ibunda Siti Rohani, abang-abang penulis M. Nazmi, M.Nizam dan M.Nazimi yang telah memberi dukungan, doa, perhatian dan semangat kepada penulis. Dengan rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp.Perio selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberi bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D, selaku Kepala Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Luthfiani, drg, selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan.

4. Seluruh staf pengajar di Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak masukan, saran dan arahan kepada penulis selama melakukan penelitian.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menuntut ilmu.

(42)

7. Wahyu Hidayatiningsih, S.Si., M.Kes., selaku Kepala Laboratorium RSPTI Universitas Airlangga dan Kak Evi yang membantu dalam kegiatan di laboratorium.

8. Teman-teman seperjuangan skripsi di departemen periodonsia, Gabby, Widi, Wita, Shinta, Izza, Wani, Afiqah, Yolanda, Nastiti, Brian, Shelly dan Ayu atas kerjasama, dukungan dan semangatnya.

9. Teman-teman angkatan 2010 dan senior-senior serta semua pihak yang telah banyak membantu penulisan skripsi yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis memohon maaf apabila ada kesalahan selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini dan berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 7 Februari 2014 Penulis,

(43)

DAFTAR ISI

2.2 Mekanisme bakteri parogenik dalam penyakit periodontal ……... 5

2.2.1 Jenis-jenis bakteri pada penyakit periodontal ... 6

2.2.2 Peran bakteri A.actinomycetemcomitans ... 7

2.3 Terapi antibiotika menghalang pertumbuhan bakteri A.actinomycetemcomitans ... 8

2.4 Buah jeruk nipis (Citrus aurantifolia) ... 9

2.4.1 Kandungan kimia buah jeruk nipis ... 9

2.4.2 Nilai farmakologi buah jeruk nipis ... 10

2.4.2.1 Saponin dan flavonoid ... 10

2.5 Uji Sensitivitas Antimikroba ... 11

2.5 Kerangka Teori………. 12

(44)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.7 Proses Pengambilan dan Pengumpulan Data ... 17

3.7.1 Prosedur Pembuatan Ekstrak Buah Jeruk Nipis ... 17

(45)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Spesies bakteri yang terlibat pada penyakit periodontal... 6 2 Klasifikasi ilmiah spesies jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.)

Swingle)... 9

3 Hasil ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Chrism.)

Swingle)... 23 4 Daya antibakteri ekstrak etanol kulit jeruk nipis pada penentuan

MBC terhadap pertumbuhan Aggregatibacter

(46)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Perbedaan jaringan periodontal sehat dan rusak…... 4

2 Mekanisme Aggregatibacter actinomycetemcomitans merusak pertahanan pejamu………... 7

3 Prosedur pembuatan ekstrak kulit jeruk nipis..……….…... 18

4 Penimbangan bubuk media TSA………..……….…... 19

5 Sterilisasi TSA yang masih cair di dalam autoklaf...……….…... 19

6 Ekstrak kulit jeruk nipis……….…... 19

7 Uji bakteri……….…... 19

(47)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Jadwal penelitian

2 Rencana anggaran penelitian 3 Sertifikat hasil uji

Gambar

Gambar 5. Media TSA cair
Gambar 7: (a). Koloni bakteri pada konsenterasi 12,5% (b). Koloni bakteri pada konsenterasi 6,25%, (c)
Tabel 3. Hasil ekstrak kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia)
Tabel 4. Daya antibakteri ekstrak kulit jeruk nipis pada penentuan KBM terhadap pertumbuhan
+3

Referensi

Dokumen terkait

untuk mengukur return atas investasi saham. 3) Rasio harga terhadap laba ( Price Earnings Ratio ) merupakan rasio. yang menunjukan hasil perbandingan antara harga

Keeler backed away and nearly collided with the Doctor as he came hurtling in, followed by Sarah and Stevenson!.

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Bengkulu Nomor 3 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubemur Bengkulu.. Nomor 3 Tahun 2O\2 tentang

Adapun tujuan dari pembuatan kuisioner ini adalah untuk menentukan tingkat kepentingan (bobot) dari kriteria dan alternatif yang telah ditentukan oleh perusahaan terhadap

Peserta Ujian tidak diperbolehkan memasuki ruang ujian diluar waktu yang telah ditetapkan (terlambat).. Peserta yang tidak membawa kartu identitas (KTP/Paspor) dan Kartu Ujian

any time and without having to explain its decision, notify the sending State that the head of the mission or any member of the diplomatic staf of the missions is persona non

perawatan ibu pada ibu post SC Di RS Bhayangkara Polda DIY tahun 2011 dalam pemenuhan pelayanan KB, sebagian besar tidak membutuhkan sebesar 70,0% dari seluruh responden. Kebutuhan

Jumlah peserta didik dalam satu Rombongan Belajar diatur.