• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir Candida sp. Y390 oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis Reinw.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir Candida sp. Y390 oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis Reinw.)"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR

Candida

sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK

BONGKOK (

Salacca edulis

Reinw.)

DEDE FALAHUDIN

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

DEDE FALAHUDIN. Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir

Candida

sp.Y390 oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis

Reinw.).

Dibimbing oleh ANNA P. ROSWIEM dan EMAN KUSTAMAN.

(3)

ABSTRACT

DEDE FALAHUDIN. Inhibition of Lipid Peroxidation Yeast Cell

Candida sp.

Y390 with flesh Extract of Bongkok Snake Fruit (Salacca edulis Reinw.). Under

the direction of ANNA P. ROSWIEM and EMAN KUSTAMAN.

(4)

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR

Candida

sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK

BONGKOK (

Salacca edulis

Reinw.)

DEDE FALAHUDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir Candida sp. Y390

oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis

Reinw.)

Nama

: Dede Falahudin

NRP

: G 44104002

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Anna P Roswiem, M.S. Ir. Eman Kustaman

Ketua Anggota

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA.

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 10 Mei 1985 sebagai anak

pertama dari empat bersaudara pasangan Yasin dan Masfuroh.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA (Plus) 1 Cisarua-Bandung dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPM (USMI) pada program studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA).

(7)

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April ini

adalah antioksidan, dengan judul Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir

Candida

sp. Y390 oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis

Reinw.).

Ungkapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

membantu selama kegiatan penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Penulis

mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang terlibat dalam pelaksanaannya. Terima

kasih penulis ucapkan kepada Dr. Anna P Roswiem, MS selaku pembimbing

utama, Ir. Eman Kustaman selaku pembimbing kedua dan Dr. Heddy Julistiono,

MS selaku pembimbing lapangan serta semua karyawan di Balitbiologi LIPI.

Penelitian ini dapat terlaksana atas bantuan dana proyek di Balitbiologi LIPI.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga di Subang,

Purwakarta dan teman-teman Biokimia 41, Nanda, Andre, Avriadi teman satu

bimbingan, semangat ya, untuk sahabat terbaik Mayang Arum yang selalu

memberi dukungan moril, materil, doa dan semangat selama penelitian dan

penyusunan karya ilmiah ini. Tak lupa saya ucapkan terima kasih untuk saudara

seperjuangan di KAMMI Bogor 2004-2008.

Penulis menyadari penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Agustus 2008

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Salak Bongkok (Salacca edulis Reinw.) ... 1

Khamir Candida sp ... 2

Radikal Bebas dan Peroksidasi Lipid... 2

Parasetamol. ... 4

Antioksidan ... 4

Vitamin C. ... 5

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ... 6

Metode ... 6

Analisis Statistik ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi Daging Buah Salak Bongkok ... 8

Uji Fitokimia Daging Buah Salak Bongkok... 9

Kurva Pertumbuhan Sel Khamir Candida sp.Y390 ... 10

Pengukuran Peroksidasi Lipid Sel Khamir Candida sp. Y390

dengan HPLC. ... 10

Penentuan Konsentrasi Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok ... 11

Penghambatan Peroksidasi Lipid oleh Ekstrak Daging Buah Salak

Bongkok. ... 12

KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Buah salak Bongkok (Salacca edulis Reinw.) ... 2

2 Sel khamir Candida sp. ... 2

3 Mekanisme pembentukan lipid peroksida ... 3

4 Reaksi pembentukan MDA dari PUFA teroksidasi ... 3

5 Struktur kimia kompleks MDA-(TBA)

2

... 4

6 Struktur parasetamol ... 4

7 Pembentukan metabolit reaktif NAPQI hasil metabolisme

parasetamol oleh enzim sitokrom P-450 ... 4

8 Mekanisme pembentukan radikal bebas dari struktur parasetamol

oleh enzim/H

2

O

2

... 4

9 Struktur dasar flavonoid ... 5

10 Kurva pertumbuhan sel khamir Candida sp... 10

11 Kurva standar TMP-(TBA)

2

... 11

12 Bentuk puncak kromatogram kurva standar MDA-(TBA)

2

... 11

13 Bentuk puncak kromatogram perlakuan ekstrak 200 ppm (atas)

dan kurva standar TMP-(TBA)

2

(bawah)... 11

14 Konsentrasi lipid peroksida sel khamir dengan perlakuan ekstrak

muda dan ekstrak tua ... 12

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Tahapan penelitian ... 18

2 Ekstraksi daging buah salakBongkok (Harbone 1287) ... 19

3 Rendemen ekstrak daging salak Bongkok muda dan tua ... 19

4 Pembuatan kurva pertumbuhan sel khamir ... 20

5 Populasi rerata pertumbuhan khamir Candida sp ... 20

6 Penentuan kurva standar TMP (Li et al. 2004) ... 21

7 Kurva standar TMP ... 21

8 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

terhadap penambahan ekstrak daging buah salak muda dan tua

... 22

9 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

terhadap penambahan ekstrak daging buah salak muda ... 23

10 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

terhadap penambahan ekstrak daging buah salak tua ... 24

11 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

pada penelitian utama ... 25

12 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

pada penelitian utama

... 26

13 Hasil pengolahan data kurva pertumbuhan sel khamir Candida sp.

dengan metode ANOVA ... 27

14

Hasil pengolahan lipid peroksida penelitian pendahuluan dengan metode ANOVA

... 27

15

Hasil pengolahan data lipid peroksida penelitian utama dengan metode ANOVA

... 28

(11)

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR

Candida

sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK

BONGKOK (

Salacca edulis

Reinw.)

DEDE FALAHUDIN

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

ABSTRAK

DEDE FALAHUDIN. Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir

Candida

sp.Y390 oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis

Reinw.).

Dibimbing oleh ANNA P. ROSWIEM dan EMAN KUSTAMAN.

(13)

ABSTRACT

DEDE FALAHUDIN. Inhibition of Lipid Peroxidation Yeast Cell

Candida sp.

Y390 with flesh Extract of Bongkok Snake Fruit (Salacca edulis Reinw.). Under

the direction of ANNA P. ROSWIEM and EMAN KUSTAMAN.

(14)

PENGHAMBATAN PEROKSIDASI LIPID SEL KHAMIR

Candida

sp. Y390 OLEH EKSTRAK DAGING BUAH SALAK

BONGKOK (

Salacca edulis

Reinw.)

DEDE FALAHUDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Program Studi Biokimia

PROGRAM STUDI BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir Candida sp. Y390

oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis

Reinw.)

Nama

: Dede Falahudin

NRP

: G 44104002

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Anna P Roswiem, M.S. Ir. Eman Kustaman

Ketua Anggota

Diketahui

Dr. drh. Hasim, DEA.

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purwakarta pada tanggal 10 Mei 1985 sebagai anak

pertama dari empat bersaudara pasangan Yasin dan Masfuroh.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMA (Plus) 1 Cisarua-Bandung dan pada

tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk

IPM (USMI) pada program studi Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA).

(17)

PRAKATA

Puji dan syukur senantiasa terpanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April ini

adalah antioksidan, dengan judul Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir

Candida

sp. Y390 oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok (Salacca edulis

Reinw.).

Ungkapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

membantu selama kegiatan penelitian dan penyusunan karya ilmiah. Penulis

mendapatkan banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang terlibat dalam pelaksanaannya. Terima

kasih penulis ucapkan kepada Dr. Anna P Roswiem, MS selaku pembimbing

utama, Ir. Eman Kustaman selaku pembimbing kedua dan Dr. Heddy Julistiono,

MS selaku pembimbing lapangan serta semua karyawan di Balitbiologi LIPI.

Penelitian ini dapat terlaksana atas bantuan dana proyek di Balitbiologi LIPI.

Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga di Subang,

Purwakarta dan teman-teman Biokimia 41, Nanda, Andre, Avriadi teman satu

bimbingan, semangat ya, untuk sahabat terbaik Mayang Arum yang selalu

memberi dukungan moril, materil, doa dan semangat selama penelitian dan

penyusunan karya ilmiah ini. Tak lupa saya ucapkan terima kasih untuk saudara

seperjuangan di KAMMI Bogor 2004-2008.

Penulis menyadari penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

berbagai pihak. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Agustus 2008

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

PENDAHULUAN ... 1

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Salak Bongkok (Salacca edulis Reinw.) ... 1

Khamir Candida sp ... 2

Radikal Bebas dan Peroksidasi Lipid... 2

Parasetamol. ... 4

Antioksidan ... 4

Vitamin C. ... 5

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat ... 6

Metode ... 6

Analisis Statistik ... 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi Daging Buah Salak Bongkok ... 8

Uji Fitokimia Daging Buah Salak Bongkok... 9

Kurva Pertumbuhan Sel Khamir Candida sp.Y390 ... 10

Pengukuran Peroksidasi Lipid Sel Khamir Candida sp. Y390

dengan HPLC. ... 10

Penentuan Konsentrasi Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok ... 11

Penghambatan Peroksidasi Lipid oleh Ekstrak Daging Buah Salak

Bongkok. ... 12

KESIMPULAN DAN SARAN ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Buah salak Bongkok (Salacca edulis Reinw.) ... 2

2 Sel khamir Candida sp. ... 2

3 Mekanisme pembentukan lipid peroksida ... 3

4 Reaksi pembentukan MDA dari PUFA teroksidasi ... 3

5 Struktur kimia kompleks MDA-(TBA)

2

... 4

6 Struktur parasetamol ... 4

7 Pembentukan metabolit reaktif NAPQI hasil metabolisme

parasetamol oleh enzim sitokrom P-450 ... 4

8 Mekanisme pembentukan radikal bebas dari struktur parasetamol

oleh enzim/H

2

O

2

... 4

9 Struktur dasar flavonoid ... 5

10 Kurva pertumbuhan sel khamir Candida sp... 10

11 Kurva standar TMP-(TBA)

2

... 11

12 Bentuk puncak kromatogram kurva standar MDA-(TBA)

2

... 11

13 Bentuk puncak kromatogram perlakuan ekstrak 200 ppm (atas)

dan kurva standar TMP-(TBA)

2

(bawah)... 11

14 Konsentrasi lipid peroksida sel khamir dengan perlakuan ekstrak

muda dan ekstrak tua ... 12

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Tahapan penelitian ... 18

2 Ekstraksi daging buah salakBongkok (Harbone 1287) ... 19

3 Rendemen ekstrak daging salak Bongkok muda dan tua ... 19

4 Pembuatan kurva pertumbuhan sel khamir ... 20

5 Populasi rerata pertumbuhan khamir Candida sp ... 20

6 Penentuan kurva standar TMP (Li et al. 2004) ... 21

7 Kurva standar TMP ... 21

8 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

terhadap penambahan ekstrak daging buah salak muda dan tua

... 22

9 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

terhadap penambahan ekstrak daging buah salak muda ... 23

10 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

terhadap penambahan ekstrak daging buah salak tua ... 24

11 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

pada penelitian utama ... 25

12 Pengukuran lipid peroksida suspensi sel khamir Candida sp.

pada penelitian utama

... 26

13 Hasil pengolahan data kurva pertumbuhan sel khamir Candida sp.

dengan metode ANOVA ... 27

14

Hasil pengolahan lipid peroksida penelitian pendahuluan dengan metode ANOVA

... 27

15

Hasil pengolahan data lipid peroksida penelitian utama dengan metode ANOVA

... 28

(21)

1

PENDAHULUAN

Penggunaan bahan alam untuk pengobatan merupakan hal umum di Indonesia, semakin banyaknya produk ramuan tradisional baik yang diolah dengan teknologi modern maupun secara sederhana yang beredar di masyarakat. Jenis tumbuhan dan buah-buahan banyak digunakan sebagai obat alternatif karena mempunyai aktivitas sebagai antioksidasi untuk mengatasi penyakit degeneratif dan penuaan akibat senyawa radikal bebas.

Senyawa fitokimia sebagai senyawa kimia dalam tanaman mempunyai peranan yang sangat penting bagi kesehatan termasuk fungsinya dalam pencegahan terhadap berbagai penyakit degeneratif dan penyakit infeksi. Beberapa senyawa fitokimia yang diketahui mempunyai fungsi fisiologis adalah karotenoid, fitosterol, saponin, glikosinolat, polifenol, inhibitor protease, monoterpen, fitoestrogen, turunan senyawa flavonoid, sulfida, alkaloid, dan asam fitat (Winarsi 2005, diacu dalam Risnawati 2007).

Radikal bebas merupakan senyawa kimia yang sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron ganjil tidak berpasangan, dan dapat mengubah molekul menjadi suatu radikal (Hariyatmi 2004). Senyawa radikal bebas di dalam tubuh ditimbulkan oleh radiasi sinar ultraviolet, asap rokok, pestisida, polutan, aktifitas fisik individu dan hasil metabolisme senyawa obat. Radikal bebas akan menyebabkan peroksidasi lipid, peroksidasi protein, kerusakan DNA, dan degenerasi sel. Akumulasi dari kerusakan tersebut dapat menginduksi beberapa penyakit termasuk kardiovaskular, penuaan, kanker, imflamasi, dan penyakit degeneratif lainnya (Hsu et al. 2007).

Upaya pengobatan untuk memperlambat proses penuaan dan penyakit degeneratif akibat radikal bebas telah banyak dilakukan namun membutuhkan biaya yang mahal dan menghasilkan efek samping yang lebih besar. Oleh karena itu, pengobatan beralih kepada tanaman obat yang mempunyai senyawa aktif sebagai antioksidan dan model penelitian pada tingkat sel. Penelitian sistem pertahanan terhadap radikal bebas pada organisme tingkat tinggi memiliki kemiripan mekanisme pertahanan dengan sel khamir sebagai sel eukariot sederhana. Sel khamir yang mengalami stres oksidatif dapat menjelaskan mekanisme terjadinya penuaan, apoptosis, dan kerusakan pada tingkat serta dapat menjelaskan sejumlah aktivitas antioksidan dan kompleksitas mekanisme terhadap stres oksidatif (Manon 2004; Moradas et al. 1996).

Berdasarkan kemiripan tersebut, penelitian ini menggunakan sel khamir sebagai model untuk pengujian antivitas antioksidasi ekstrak daging buah Salak Bongkok (Salacca edulis

Reinw). Pengukurannya berdasarkan penghambatan peroksidasi lipid pada sel khamir Candida sp. yang diberi parasetamol.

Penelitian ini bertujuan membuktikan efek pemberian ekstrak daging buah salak Bongkok terhadap penghambatan peroksidasi lipid pada sel khamir Candida sp. yang diberi parasetamol. Aktivitas antioksidasinya dibandingkan dengan vitamin C 0.225 mg/mL. Hipotesis penelitian ini yaitu ekstrak daging buah salak Bongkok dapat menghambat peroksidasi lipid sel khamir

Candida sp. yang diberi parasetamol. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai khasiat ekstrak daging buah salak Bongkok sebagai antioksidan alami sehingga akan meningkatkan nilai ekonomis dan daya guna buah salak Bongkok serta penggunaan sel khamir sebagai model sederhana untuk bioesai stres oksidatif.

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Salak Bongkok (Salacca edulis

Reinw.)

Tanaman salak merupakan tanaman yang termasuk dalam suku Palmae (Arecaceae) (Gambar 1). Salak Jawa var. ‘Bongkok’ merupakan jenis salak jawa (Salacca zalacca

(Gaertner) Voss.) diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, kelas Magnolophyta, ordo Liliopsida, famili Arecales, genus Salacca dan species Salacca edulis Reinw. (Wikipedia 2008). Nama salak Bongkok berasal dari tempat salak ini, yaitu desa Bongkok, kecamatan Conggeang, Sumedang, Jawa Barat. Bentuk buah salak Bongkok dalam satu tandan ada dua macam yaitu lonjong panjang dan bulat pendek dengan rasa yang tidak begitu manis, asam, sepat, dan agak pahit. Kulit buahnya bersisik besar dan berwarna merah kecokelatan mengkilat. Bijinya besar dan dalam tiap buah terdapat 2-3 biji. Ukuran buahnya besar dengan diameter dapat mencapai 6 cm. Setiap rumpun dapat menghasilkan 5-7 tandan.

(22)

2

dengan musim kering antara 4-6 bulan. Pada kondisi lingkungan yang sesuai, tanaman mulai berbuah pada umur tiga tahun. Tanaman salak muda lebih senang hidup di tempat teduh atau di bawah naungan. Oleh karena itu, umumnya salak ditanam di bawah tanaman duku, durian, atau pohon jinjing atau sengon (Albezia sp.) (BAPPENAS 2000).

Kajian terhadap senyawa aktif buah salak dan kulitnya belum banyak diketahui. Penelitian yang dilakukan terhadap varietas salak Pondoh dan salak Kalimantan menunjukkan kandungan fitokimia paling banyak dalam ekstrak etanol 70% kulit dan daging buahnya yaitu flavonoid dan tanin (Sahputra 2008). Ekstrak etil asetat, etanol, dan air daging buah salak Bongkok mempunyai kandungan fitokimia yaitu flavonoid, alkaloid, terpenoid, katekin, tanin, kuinon, asam askorbat 8,37 mg/100 g. Aktivitas biologis ekstrak salak ini yaitu sebagai antiokisdan dalam meredam radikal bebas diphenyl-I-pichrilhydrazin (DPPH) pada konsentrasi 200 µg/mL, 400 µg/mL, dan 2000 µg/mL dan menghambat pembentukan asam urat sebesar 27.24% pada konsentrasi 0.2 µg/m (Priyatno et al. 2006).

Gambar 1 Buah Salak Bangkok (Salacca edulis

Reinw.) (BAPPENAS 2000).

Khamir Candida sp.

Khamir merupakan mikroorganisme bersel satu yang berukuran 5-20 mikron, bentuknya oval, atau bulat tak beraturan. Khamir dapat diisolasi dari manusia atau hewan berdarah panas, namun yang utama diisolasi dari tanah, air laut, produk fermentasi, hewan berdarah dingin, dan sebagainya. Sel khamir memiliki beberapa organel seperti badan Golgi, inti sel, mitokondria, vakuola sebagai tempat menyimpan cadangan nutrisi, sitoplasma, dinding sel yang mengandung glukan dan manan serta terdapat kitin dan protein, dan membran sel yang terdiri atas lipid dan protein

(Gambar 2). Klasifikasi dari khamir Candida

sp. yaitu termasuk kingdom Fungi, filum Ascomycota, kelas Hemiascomycetes, ordo Sacharomycetales, famili Candidaceae, genus

Candida, dan spesies Candida sp. (Barnet et al. 1982).

Gambar 2 Khamir Candida sp. (TNZBIRT 2008).

Radikal Bebas dan Peroksidasi Lipid

Radikal bebas merupakan senyawa kimia yang sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Radikal bebas di dalam tubuh merupakan produk normal dari proses metabolisme makanan untuk menghasilkan energi. Radikal bebas berfungsi untuk memberikan perlindungan tubuh terhadap serangan bakteri dan parasit, namun tidak menyerang sasaran spesifik, sehingga akan menyerang asam lemak tidak jenuh ganda dari membran sel, struktur sel, dan DNA (Hariyatmi 2004). Spesies oksigen reaktif dan turunan radikal lainnya akan menginduksi terjadinya peroksidasi lipid yang akan merusak jaringan sebagai awal patogenesis penyakit (Tukozkan

et al. 2006).

Secara umum, peroksidasi lipid dibagi tiga tahap reaksi yaitu tahap inisiasi, propagasi, dan terminasi (Murray et al. 2001) (Gambar 3). Reaksi peroksidasi lipid diawali melalui pengambilan sebuah atom hidrogen dari gugus metilena (-CH2-) pada

(23)

3

sehingga atom H mudah diambil oleh radikal bebas. Setelah itu, terjadi proses propagasi dengan adanya penataan ulang untuk menstabilkan radikal bebas dengan membentuk diena terkonjugasi. Diena terkonjugasi jika bereaksi dengan O2 akan

membentuk radikal lipid peroksil yang akan mengambil atom hidrogen pada rantai lipid selanjutnya sehingga terbentuk lipid hidroperoksida yang stabil pada suhu fisiologis atau suhu tubuh. Namun, lipid hidroperoksida akan dikatalisis oleh logam besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang terdapat di dalam tubuh membentuk senyawa berbahaya seperti epoksida, keton, asam, dan aldehid. Senyawa aldehid yang dihasilkan dari peruraian hidroperoksida adalah malonaldehida (MDA), akrolein, dan 4-hidroksinonenal (Perrone et al. 2008). Senyawa aldehid tersebut akan menyerang protein terutama pada gugus tiol (-SH) dan gugus amin (-NH2), sehingga enzim-enzim

yang membutuhkan senyawa-senyawa tersebut untuk aktivitasnya akan terhambat. Selain itu, jalur lainnya yang ditempuh oleh lipid hidroperoksida yaitu membentuk peroksida siklik yang disebut endoperoksida. Tahap terakhir yaitu tahap terminasi yang terjadi ketika radikal lipid peroksida bereaksi dengan radikal bebas yang lain seperti senyawa antioksidan atau senyawa biologi yang lain.

Konsentrasi lipid peroksida salah satunya dapat diukur melalui konsentrasi malondialdehida (MDA) sebagai produk akhir reaksi tersebut (Gambar 4). Menurut Tukozkan et al. (2006), MDA adalah senyawa dialdehida atau berkarbon tiga yang reaktif yang dihasilkan dari peroksidasi lipid pada membran sel (Gambar 5). MDA dalam material hayati terdapat dalam bentuk bebas atau membentuk ikatan silang dengan berbagai molekul dan merupakan penanda toksisitas sel, mutagenesis, dan penguraian lipid pada membran sel (Risnawati 2007). Konsentrasi MDA yang terakumulasi secara

in vivo di dalam organ dan partikel subseluler dapat di ukur menggunakan uji asam 2-tiobarbiturat (Uji TBA) (Ohkawa 1978). Metode ini telah lama digunakan untuk menguji kerusakan organ akibat peroksidasi lipid (Tukozkan et al. 2006). Metode TBA dimulai sejak Berneheim et al. (1948) dan Wilbur et al. (1949) menemukan adanya reaksi hasil oksidasi PUFA dengan TBA membentuk kompleks warna merah muda (Ohkawa et al. 1978). MDA akan bereaksi melalui penambahan nukleofilik karbon 1

MDA dengan karbon 5 TBA membentuk senyawa kompleks MDA-(TBA)2 yang

berwarna merah muda dan diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm. Warna merah yang terukur sebanding dengan tingkat peroksidasi lipid oleh radikal lipid, radikal lpid peroksil, dan radikal hidroksil (Tukozkan et al. 2006).

Metode pengukuran kompleks MDA-(TBA)2 dengan spektrofotometer sangat

sederhana dan mudah diulang (reproducible), namun kurang spesifik karena TBA dapat bereaksi dengan senyawa berkarbonil lainnya seperti 2-alkenals, 2,4-alkenadials, dan

2,4-hidroxyalkenals serta senyawa-senyawa non lipid lainnya seperti gula, asam amino, urea, biliverdin, glioksal, dan furfural aldehid (Nelsen et al. 1997

Gambar 3 Mekanisme pembentukan lipid peroksida.

Gambar 4 Reaksi pembentukan MDA dari PUFA’S teroksidasi Gambar 5 Struktur kimia kompleks MDA-(TBA)2

(24)

4

Saat ini, metode uji TBA dikombinasikan dengan high performance liquid chromatography (HPLC) sehingga adanya metode HPLC-TBA assay. Metode ini dapat meningkatkan spesifikasi dan akurasi pengukuran konsentrasi kompleks MDA-(TBA)2 (Lykkesfeldt 2001). Sensitifitas

metode HPLC-TBA assay sudah dilaporkan oleh Young et al. (1991) dan Richard et al.

(1992). Selain itu, pernyataan Tukozkan et al.

(2006) yang menyatakan bahwa metode HPLC-TBA assay dengan derivatisasi

2.4-dinitrophenylhydrazine (DNPH) menghasilkan pengukuran yang lebih akurat dibandingkan metode konvensional spektrofotometri (TBA assay).

Parasetamol

Salah satu obat yang bersifat hepatotoksik adalan parasetamol. Senyawa ini merupakan kelompok obat para amino fenol yang berfungsi sebagai analgesik dan antipiretik (Gambar 6). Parasetamol memberikan efek yang sangat baik dan aman jika digunakan dalam dosis pengobatan yang tepat. Parasetamol diabsorbsi oleh tubuh dengan cepat dan hampir sempurna di saluran cerna. Setelah pemberian oral kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 10-60 menit. Distribusi parasetamol terjadi dengan cepat dan merata ke hampir seluruh tubuh. Sekitar 25% parasetamol dalam darah terikat oleh protein plasma dan mempunyai waktu paruh 1,25-3 jam (Ganiswara 1995, diacu dalam Risnawati 2007).

Parasetamol dimetabolisme di hati oleh sistem enzim mikrosomal. Jalur utama metabolisme parasetamol adalah melalui konjugasi dengan asam glukoronat (60%), asam sulfat (35%) dan sistein (3%). Sedangkan sebagian kecil melalui jalur lainnya yakni oleh sistem enzim mikrosom sitokrom P-450, parasetamol dimetabolisme menjadi metabolit reaktif antara yaitu N -asetil-p-benzokuinonimin (NAPQI). Pemakaian parasetamol dosis lazim, metabolit reaktif terbentuk dalam jumlah kecil dan diinaktivasi melalui konjugasi dengan glutation dan selanjutnya diekskresi dalam urin sebagai asam merkapturat. Namun, penggunaan parasetamol dosis tinggi atau toksik, jalur utama metabolisme parasetamol terlampaui, sehingga metabolisme jalur lain meningkat. Akibatnya glutation habis terpakai untuk menetralkan NAPQI yang terbentuk dalam jumlah berlebihan. Selanjutnya NAPQI akan berikatan dengan makromolekul

unsur-unsur sel hati yang berikatan secara kovalen dengan radikal bebas yang mendorong terjadinya peroksidasi lipid sebagai awal terjadinya cidera sel sampai kematian sel atau nekrosis (Gambar 7). Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Kapiotis et al. (1997), parasetamol akan membentuk radikal bebas apabila berikatan dengan enzim atau H2O2 (Gambar 8).

Gambar 6 Struktur parasetamol (Gonzalez 2005)

Gambar 7 Pembentukan metabolit reaktif NAPQ1 hasil metabolisme parasetamol oleh enzim sitokrom P-450 (Gonzalez 2005).

Gambar 8 Mekanisme pembentukan radikal bebas dari struktur parasetamol oleh enzim/H2O2 (Kapiotis et al. 1997).

Antioksidan

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menunda, memperlambat, atau mencegah terjadinya autooksidasi oleh radikal bebas. Antioksidan terdiri atas enzim antioksidan dan mikronutrien antioksidan.. Enzim antioksidan dibentuk dalam tubuh, yaitu superoksida dismutase (SOD), glutation

OH O H NH C

CH3 O NH

C CH3

Enzim/H2O2

Parasetamol Parasetamol

Free Radical *

(25)

5

peroksidase, katalase, dan glutation reduktase. Sedangkan mikronutrien antioksidan diantaranya betakaroten, vitamin C dan vitamin E. B-karoten merupakan scavenger

(penyapu) oksigen tunggal, vitamin C pemulung superoksid dan radikal bebas yang lain, sedangkan vitamin E merupakan pemutus rantai peroksida lemak pada membran dan low density lipoprotein (LDL) ( Marks et al. 2000).

Senyawa fenolik telah diketahui mempunyai aktivitas dalam menangkap radikal bebas. Senyawa fenolik diantaranya flavonoid, asam fenolat, stilbenes, lignan, lignin, dan tanin (Hsu et al. 2007). Flavonoid merupakan salah satu dari sekian banyak senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh tanaman yang berperan sebagai antioksidan, yang bisa dijumpai pada bagian daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga dan biji. Flavonoid merupakan senyawa turunan dari heterosiklik 2-fenil-1,4-benzopiron (Gambar 9). Cincin benzena (cincin A) dihubungkan dengan cincin karbon hetero siklik (cincin C) dan karbon C-2 yang membawa gugus fenil (cincin B) sebagai substitusi (Cotelle 2001).

Flavonoid di alam terdapat dalam dua bentuk, yaitu flavonoid glikosida (dengan gula terikat) dan flavonoid aglikon (flavonoid tanpa gula terikat). Flavonoid glikosida umumnya lebih larut dalam air, sebaliknya flavonoid aglikon lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform. Senyawa flavonoid tidak stabil terhadap pengaruh cahaya, oksidasi, dan perubahan kimia, sehingga apabila teroksidasi strukturnya akan berubah dan keaktifannya menurun bahkan hilang. Gugus 3’,4’-dihidroksi pada cincin B merupakan target radikal bebas yang berfungsi sebagai antioksidan yang didukung oleh ikatan ganda karbon C-2 dan C-3 yang berkonjugasi dengan gugus 4-keto. Sedangkan gugus 7,8-dihidroksi pada cincin A akan menurunkan aktivitas radikal bebas. Senyawa ini juga bertindak sebagai penampung baik radikal hidroksi dan superoksida, dengan demikian mampu melindingi lipid membran terhadap reaksi yang merusak (Robinson 1995).

Gambar 9 Struktur dasar flavonoid (Cotelle 2001).

Vitamin C

Vitamin C merupakan nutrien dan vitamin yang larut dalam air yang mempunyai sifat sebagai pereduksi (reducing agent). Vitamin C memegang peranan penting dalam sintesis hormon dan neurotransmiter serta sebagai kofaktor untuk beberapa enzim tubuh (Hambly 2000). Vitamin C merupakan antioksidan hidrofilik sehingga sangat berperan dalam sitoplasma sel. Vitamin ini menerima elekron tunggal dari superoksida, hidrogen peroksida, radikal peroksil, dan radikal hidroksil. Vitamin C juga berperan dalam memperbaiki radikal vitamin E menjadi vitamin E stabil. Nama kimianya yaitu asam l-askorbat (C6H8O6). Vitamin C

diperoleh dari buah beri, buah-buahan sitrus, dan sayuran hijau (Hardesty 1998).

Sifat antioksidan vitamin C disebabkan karena kemampuannya dalam mempengaruhi reaksi redoks-potensial reduksi zat-zat yang larut dalam air di dalam dan di luar sel dalam sistem biologis. Vitamin C yang larut dalam air dapat menangkap radikal bebas hasil samping proses oksidasi sehingga kerusakan jaringan dapat dicegah (Linder 1992). Asam askorbat mudah dioksidasi menghasilkan bentuk dehidro-asam askorbat dengan melepaskan dua atom hidrogen. Bentuk normal dan hasil oksidasinya di dalam tubuh berada dalam keadaan seimbang, namun aktivitas bentuk dehidronya kurang stabil didalam cairan tubuh. Vitamin C sangat sebsitif terhadap cahaya, panas, dan adanya ion logam (Hardesty 1998). Vitamin C dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menjaga kekuatan jaringan ikat (yang berfungsi mempercepat penyembuhan luka, luka bakar, serta patah tulang), memperkuat elastisitas jaringan ikat dan tulang rawan pada sela-sela sendi di tulang belakang (sehingga mencegah terjadinya nyeri punggung dan cedera akibat olahraga), meningkatkan penyerapan kalsium untuk pembentukan tulang, mempengaruhi pembentukan sel-sel darah merah pada sumsum tulang belakang, bahkan menghambat terbentuknya nitrosamin yang merupakan bahan yang bisa menyebabkan kanker (Hardesty 1998).

Vitamin C pada kadar yang tinggi dapat bersifat racun bagi tubuh, sehingga menurut Julian (1969), Vitamin C dapat berfungsi sebagai antioksidan jika kadarnya dalam serum sebesar 5 mg/mL. Sedangkan pada konsentrasi maksimum 50 mg/mL, vitamin C berfungsi sebagai prooksidan sehingga dapat membunuh sel kanker, tetapi dapat juga membunuh sel normal (Yomes 2000).

O

O

A C

(26)

6

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah buah salak Bongkok yang diperoleh dari perkebunan masyarakat di desa Bongkok, kecamatan Conggeang, Sumedang, Jawa Barat; biakan khamir Candida sp. Y390 dari koleksi Balai Penelitian dan Pengembangan Bidang Mikrobiologi, Puslit Biologi, LIPI; Vitamin C dan parasetamol dari PT Kimia Farma, bakto pepton, ekstrak khamir, bakto agar, KH2PO4.3H2O, K2HPO4.3H2O, MgSO4.7H2O,

ZnSO4.7H2O, MnSO4.H2O, CuSO4, glukosa,

Metanol, gliserol, akuades steril, asam trikloroasetat (TCA) 75%, asam-2-tiobarbiturat (TBA) 0.67%, dan 1,1,3,3,-tetrametoksipropana (TMP) 0.1 mM sebagai larutan standar.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas, shaker, autoklaf, laminar air flow hood, vortex, spatula segi empat, inkubator, penangas air, termometer, filter Whatman milipore 0.45?m, evaporator, mikropipet, neraca analitik, neraca kasar, sentrifus, tabung sentrifus, dan HPLC.

Metode

Ekstraksi Buah Salak Bongkok (Harbone 1987)

Daging buah salak Bongkok diekstraksi menggunakan metode Harbone (1987) yang telah dimodifikasi. Daging buah salak Bongkok dibersihkan, dipotong kecil dan tipis, dikeringkan udara lalu dioven pada suhu 40-60ºC dan dibuat serbuk. Sebanyak 20 gram serbuk daging buah salak Bongkok diekstraksi menggunakan pelarut etanol 70% secara maserasi dengan perbandingan 1:5 (Raflizar 2006) selama 24 jam pada suhu ruang, maserasi dilakukan triplo atau sampai pelarut jernih. Hasil maserasi disaring untuk memisahkan filtrat dan ampas. Filtrat dipekatkan dengan evaporator vakum 40oC dan dilarutkan dengan etil asetat lalu dipekatkan kembali dengan evaporator vakum 40oC. Filtrat ekstrak kasar dikeringkan dengan oven pada suhu 40-60ºC. Ekstrak kasar daging buah salak Bongkok disimpan dalam lemari pendingin sampai digunakan untuk perlakuan.

Uji Fitokimia Ekstrak Buah Salak Bongkok (Harbone 1987)

Analisis fitokimia dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui senyawa-senyawa

aktif yang terkandung dalam ekstrak daging buah salak Bongkok berdasarkan metode Harborne (1987). Senyawa yang diidentifikasi adalah alkaloid, saponin, flavonoid, senyawa fenolik, dan tanin.

Uji Akaloid.Sebanyak 0.1 gram ekstrak daging buah salak ditambahkan 5 mL kloroform dan 3 tetes amoniak. Fraksi kloroform dipisahkan dan diasamkan dengan 2 tetes H2SO4 2M. Fraksi asam dibagi menjadi

tiga tabung kemudian masing-masing ditambahkan pereaksi Dradedorf, Meyer dan Wagner. Adanya alkaloid ditandai dengan terbentuknya endapan putih pada pereaksi Meyer, endapan merah pada perekasi Dragendorf, dan endapan coklat pada pereaksi Wagner.

Uji Saponin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak daging buah salak ditambahkan 5 mL akuades lalu dipanaskan selama 5 menit. Kemudian dikocok selama 5 menit. Busa yang terbentuk setinggi kurang lebih 1 cm dan tetap stabil setelah didiamkan selama 15 menit menunjukkan adanya saponin.

Uji Flavonoid dan Senyawa Fenolik.

Sebanyak 0.1 gram ekstrak daging buah salak ditambahkan dengan 5 metanol 30% kemudian dipanaskan selama 5 menit. Filtrat ditambahkan dengan H2SO4, terbentuknya

warna merah karena penambahan H2SO4

menunjukkan adanya senyawa flavonoid., dan terbentuknya warna merah dengan penambahan NaOH menunjukkan adanya senyawa fenolik.

Uji Tanin. Sebanyak 0.1 gram ekstrak daging buah salak ditambahkan 5 mL akuades kemudian dididihkan selama 5 menit. Kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan dengan 5 tetes FeCl3 1% (b/v). Warna biru tua

atau hitam kehijauan yang terbentuk menunjukkan adanya tanin.

Pembuatan Media

Media cair gliserol dibuat dalam gelas piala 1000 mL dengan komposisi 2.4 mL gliserol, 1.3 g K2HPO4.3H2O, 0.15 g

MgSO4.7H2O, 3.0 g ekstrak khamir, 4.0 g

bakto pepton, dan 10 mL larutan X (5.0 g ZnSO4.7H2O, 3.0 g MnSO4.H2O, 2.8 g

CuSO4, dan 250 mL akuades), dilarutkan ke

dalam 1 L akuades. Kemudian sebanyak 100 mL media dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, dan disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 1 atm selama 15 menit.

(27)

7

g bakto agar, 10.0 glukosa, dan Ekstrak malt 3 g, kemudian dilarutkan dengan akuades sampai tepat 1 L sambil dipanaskan. Setelah itu, media YMA di simpan dalam labu Erlenmeyer 300 mL kurang lebih 200 mL dan disterilisasi selama 15 menit pada suhu 121oC, 1 atm. Dalam keadaan cukup hangat, sekitar 10-15 mL media dituang ke dalam cawan petri steril secara aseptis.

Pembuatan Stok Kultur Sel Khamir

Sel khamir Candida sp. Y 390 dari media agar miring (stok isolat) diinokulasikan secara aseptis sebanyak 2 Ose ke dalam media cair gliserol, lalu diinkubasi goyang dengan kecepatan 100 rpm selama 2 hari. Peremajaan kultur sel khamir dilakukan inokulasi ke dalam media gliserol baru setiap empat hari sekali sebanyak 1 mL.

Pembuatan Kurva Pertumbuhan Sel

Khamir Candida sp. Y390

Kurva pertumbuhan sel khamir Candida

sp. dibuat dari biakan Candida sp. umur 4 hari dengan cara sebanyak 1 mL biakan diinokulasikan ke dalam media gliserol cair yang baru, lalu dikocok. Sebelum diinkubasi goyang pada kecepatan 100 rpm, dihitung kepadatan sel khamir hari ke-0 dengan cara sebanyak 0.1 mL biakan khamir dari gliserol yang baru diencerkan dengan 0.9 mL akuades steril sampai pengenceran 10-5. Setelah itu, sebanyak 0.1 mL hasil pengenceran 10-3,10-4, dan 10-5 ditumbuhkan masing-masing dalam cawan petri yang berisi media YMA, diinkubasi pada suhu 35oC selama 2 hari. Jumlah koloni dihitung pada hari ketiga setelah ditumbuhkan. Media gliserol yang baru lalu inkubasi goyang pada kecepatan 100 rpm dan setiap hari dihitung kepadatan sel khamirnya untuk hari ke-1, 2, 3 dan 4. Kepadatan hari ke-1 ditumbuhkan hasil pengenceran 10-4, 10-5, 10-6, dan kepadatan hari ke-2, 3 dan 4 ditumbuhkan hasil pengenceran 10-5,10-6, dan 10-7. Semua seri pengenceran dilakukan triplo. Kurva pertumbuhan dibuat berdasarkan rataan kepadatan populasi sel khamir pada hari ke-0, 1, 2, 3, dan 4.

Pengukuran Peroksidasi Lipid Sel Khamir (Li et al. 2004)

Peroksidasi lipid sel khamir diukur berdasarkan konsentrasi MDA yang diukur dengan HPLC mengacu pada metode Li et al. (2004) yang telah dimodifikasi. Spesifikasi

HPLC yang digunakan yaitu HPLC shim-pack CLC – Kolom C8, ukuran kolom 6.0 mm ID x

150 mm, lampu UV panjang gelombang 532 nm, detektor seri SPD-20AV, fase gerak potasium fosfat (0.025 mol/L, pH 6.2) dan metanol dengan perbandingan 58% : 42% (v/v). Waktu alirnya yaitu 0.8 mL/menit. Larutan buffer potasium fosfat dibuat dengan cara melarutkan 3.4 gram KH2PO4 dengan

800 mL air akuabides steril dan ditepatkan pHnya dengan pH meter sampai 6.2. Setelah itu, larutan ditepatkan sampai 1 Liter dengan akuabides steril. Persiapan yang dilakukan sebelum sampel diukur dengan HPLC yaitu penyaringan larutan fase gerak dan sampel menggunakan penyaring Whatman 0.45 µm (Li et al. 2004).

Penelitian ini terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Konsentrasi uji ekstrak daging buah salak Bongkok yang dibuat yaitu konsentrasi 50, 100 ppm, 200 ppm, 1200 ppm, dan 2000 ppm. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi uji ekstrak daging buah salak Bongkok yang mempunyai aktivitas prooksidasi paling rendah. Penelitian utama dilakukan untuk mengukur aktivitas antioksidasi ekstrak salak Bongkok berdasarkan penghambatan peroksidasi lipid sel khamir Candida sp. Y390 yang diberi parasetamol 0.3%.

Pembuatan Kurva Standar TMP (Li et

al. 2004). Pembuatan kurva standar TMP dibuat dari larutan pereaksi 1,1,3,3 tetra metoksi propana (TMP) 6 M dan dibuat larutan stok TMP 60 µM. Setelah itu, larutan stok 60 µM dipipet sebanyak 10 µL, 20 µL, 30 µL, 40 µL, dan 50 µL kedalam tabung reaksi, lalu ditambah akuades steril sampai volume 1600 µL . Selanjutnya ditambah 0.4 mL TCA 75% dan 0.75 mL TBA 0.67%, dipanaskan pada suhu 95oC selama 60 menit, dan didinginkan pada suhu kamar, lalu disentrifugasi pada kecepatan 8200 G selama 5 menit. Lapisan atas yang terbentuk pada larutan diambil, serapannya diukur dengan HPLC UV-VIS panjang gelombang 532 nm. .

Penentuan Konsentrasi Ekstrak Daging

Buah Salak Bongkok. Sebanyak 400 mL

(28)

8

mL akuades; perlakuan ekstrak daging buah muda dan tua salak Bongkok , dimasukkan 1 mL biakan sel khamir, 0.3 mL akuades, dan 0.3 mL ekstrak daging buah muda dan tua salak bongkok konsentrasi 50, 100, 200, 1200, dan 2000 ppm. Semua campuran diinkubasi dengan penggojokan dengan kecepatan 100 rpm selama 2 jam. Pengukuran MDA dilakukan dengan cara campuran suspensi sel (+1.6 mL) di tambah 0.4 mL TCA 75% (b/v) dan dikocok dengan vorteks. Setelah itu, ditambahkan 0.75 mL TBA 0,67% (b/v) dikocok dan ditutup rapat lalu di panaskan dalam penangas air bersuhu 95 oC selama 1 jam dan didinginkan dalam suhu ruang. Setelah dingin, sebanyak + 1,5 mL campuran dimasukkan kedalam mikrotube 2 mL lalu disentrifus pada 8200 G selama 5 menit, supernatannya diambil sebanyak 0,9 mL kemudian masing-masing larutan tersebut disaring dengan penyaring Whatman 0.45 µm dan diukur dengan HPLC dengan panjang gelombang 532 nm. Konsentrasi MDA ditentukan dengan membandingkan luas area terhadap kurva standar dan hasilnya dinyatakan dalam satuan konsentrasi nM MDA/106 colony forming unit (CFU).

Pengukuran Penghambatan Peroksidasi Lipid Sel Khamir Candida sp. Y390 oleh Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok.

Sebanyak 400 mL biakan sel khamir dalam media cair gliserol umur dua hari disentrifus dengan kecepatan 5000 G selama 10 menit, suhu 20-27 oC, lalu di ambil bagian peletnya dan dibilas dengan akuades, setelah itu disentrifus kembali dan peletnya diencerkan dengan akuades sampai 25 mL. Ke dalam tabung reaksi ulir dimasukan, untuk kontrol normal, 1 mL suspensi sel khamir, dan 0.6 mL akuades; kontrol positif dimasukkan 1 mL suspensi biakan sel khamir, 0.3 akuades, dan 0.3 mL parasetamol 1.6% sehingga konsentrasi akhir dalam larutan sebesar 0.3%; perlakuan vitamin C normal dimasukkan 1 mL suspensi sel khamir, 0.3 mL akuades, dan 0.3 mL vitamin C 1.2 mg/mL sehingga konsentrasi akhir dalam larutan sebesar 0.225 mg/mL; perlakuan vitamin C stres parasetamol dimasukkan 1 mL suspensi sel khamir, 0.3 mL vitamin C 1.2 mg/mL sehingga konsentrasi akhir dalam larutan sebesar 0.225 mg/mL dan 0.3 mL parasetamol 1.6% sehingga konsentrasi akhir dalam larutan sebesar 0.3%; perlakuan ekstrak salak normal, dimasukkan 1 mL biakan sel khamir, 0.3 mL akuades, dan 0.3 mL ekstrak etil asetat daging buah muda atau tua salak bongkok konsentrasi terpilih;

perlakuan ekstrak salak stres parasetamol , dimasukkan 1 mL biakan sel khamir, 0.3 mL parasetamol 1.6% sehingga konsentrasi akhir dalam larutan sebesar 0.3%; dan 0.3 mL ekstrak salak konsentrasi terpilih. Semua perlakuan dilakukan triplo. Semua campuran diinkubasi dengan penggojokan dengan kecepatan 100 rpm selama 2 jam. Pengukuran MDA dilakukan dengan cara campuran suspensi sel (+ 1.6 mL) di tambah 0.4 mL TCA 75% (b/v) dan dikocok dengan vorteks. Setelah itu, ditambahkan 0.75 mL TBA 0,67% (b/v) dikocok dan ditutup rapat lalu di panaskan dalam penangas air bersuhu 95 oC selama 1 jam dan didinginkan dalam suhu ruang. Setelah dingin, sebanyak + 1,5 mL campuran dimasukkan kedalam mikrotube 2 mL lalu disentrifus pada 8200 G selama 5 menit, supernatannya diambil sebanyak 0,9 mL kemudian masing-masing larutan tersebut disaring dengan penyaring Whatman 0.45 µm dan diukur dengan HPLC dengan panjang gelombang 532 nm. Konsentrasi MDA ditentukan dengan membandingkan luas area terhadap kurva standar dan hasilnya dinyatakan dalam satuan konsentrasi nM MDA/106 CFU.

Analisis Statistik

Rancangan penelitian yang digunakan yaitumetode rancangan acak lengkap lengkap (RAL). Analisis data dilakukan dengan peranti lunak program SPSS 14.0 for Windows Evaluation Version metode ANOVA. Jika pengaruh perlakuan berbeda nyata dilakukan analisis lanjut dengan uji Duncan pada selang kepercayaan 95% (Mattjik 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ekstraksi Daging Buah Salak Bongkok

Buah salak yang digunakan dalam penelitian ini merupakan varietas Bongkok yang mempunyai daging buah tebal. Umur salak yang digunakan yaitu salak muda yang berumur 3 bulan dan salak tua yang berumur 6 bulan. Ciri salak muda adalah bentuk sisik akan lebih rapat, berwarna coklat gelap , dan daging buah masih keras, sedangkan salak tua mempunyai bentuk sisik yang lebih renggang, berwarna coklat kekuningan, dan daging buah lebih lunak serta menempel pada bijinya atau istilahnya “masir”.

(29)

9

mudah busuk dan teroksidasi secara enzimatik, daging buah salak di simpan dalam bentuk simplisia kering. Sebelum dibuat bentuk simplisia kering, irisan daging buah dikering udara dalam suhu kamar selama 2 jam dan dikering oven selama 3 hari sampai kering. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan senyawa aktif akibat adanya proses enzimatik pencoklatan.

Daging buah salak yang sudah dalam bentuk serbuk simplisia kering diekstrak dengan metode maserasi. Kelebihan metode ini dibandingkan metode ekstraksi lainnya yaitu sederhana dan dapat mengekstrak senyawa aktif dalam tanaman yang relatif kurang tahan terhadap panas (Meloan 1999, diacu dalam Alawiah 2007). Jumlah rendemen hasil ekstraksi dipengaruhi oleh perbandingan bahan dan jumlah pelarut. Perbandingan bahan dan pelarut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1:5 (Raflizar 2006). Pelarut yang digunakan yaitu etanol 70%. Maserasi pertama menggunakan etanol 70% lalu setelah menjadi ekstrak kasar hasil rotavapor, ekstrak kasar pekat dibilas dengan etil asetat dan dirotavapor kembali.

Pemilihan etanol 70% sebagai pelarut karena etanol 70% memiliki kelebihan dalam mengekstrak tanaman yaitu dapat mengekstrak senyawa aktif yang bersifat polar dan nonpolar karena mempunyai dua gugus aktif yang beda kepolarannya. Kedua gugus aktif tersebut yaitu gugus hidroksil yang polar dan gugus alkil yang nonpolar. Senyawa yang dapat larut dalam etanol 70% diantaranya senyawa flavonoid, saponin, tannin, dan senyawa aktif lainnya. Disamping itu, etanol 70 % mempunyai titik didih yang rendah sehingga mudah diuapkan. Pembilasan ekstrak pekat oleh etil asetat dilakukan untuk menghilangkan pengaruh etanol yang terbukti bersifat prooksidan terhadap khamir (Yomes 2006). Meskipun secara teoritis sifat toksiknya tidak berbeda antara etanol 70% dan etil asetat, namun etil asetat tidak terlalu toksik dibandingkan etanol 70% terhadap sel khamir Candida sp.. Pembilasan ini tidak mempengaruhi terhadap jumlah rendemen ekstrak daging buah salak yang dihasilkan.

Rendemen yang dihasilkan untuk daging salak muda lebih kecil dibandingkan salak tua (Tabel 1). Salah satu penyebabnya yaitu adanya perbedaan kadar air yang lebih besar pada daging buah salak tua dibandingkan daging buah salak muda. Kadar air yang tinggi dapat melarutkan senyawa-senyawa larut air seperti karbohidrat, resin, dan gum, sehingga senyawa ini ikut terekstrak (Sahputra

2008). Ekstrak kasr yang dihasilkan berwarna coklat dengan aroma yang khas.

Tabel 1 Rendemen ekstrak daging salak Bongkok muda dan tua

Sampel Rendemen (%) Daging salak muda 41.67 Daging salak tua 56.67

Uji Fitokimia Daging Buah Salak Bongkok

Sampel ekstrak salak diuji fitokimia untuk mengetahui senyawa aktif yang diharapkan berperan sebagai senyawa antioksidan. Hasil penapisan fitokimia secara kualitatif dengan metode Harborne (1987) yang telah dimodifikasi menunjukkan bahwa ekstrak daging buah salak muda mengandung senyawa aktif alkaloid, saponin, dan tanin sedangkan ekstrak daging buah salak tua mengandung senyawa aktif alkaloid, flavonoid, saponin, dan tanin (Tabel 2). Senyawa aktif dalam ekstrak muda hasil penapisan fitokimia tidak menghasilkan uji positif untuk flavonoid dan senyawa fenolik. Hal ini diduga kadarnya sangat sedikit sehingga tidak terukur pada pengukuran secara kualitatif. Hasil ini sesuai dengan penelitian Sahputra (2008) bahwa ekstrak daging buah salak muda varietas Kalimantan dan Pondoh memiliki kadar flavonoid yang sedikit. Mekanisme penghambatan peroksidasi lipid olek ekstrak salak Bongkok diperkirakan karena adanya senyawa saponin, flavonoid, alkaloid, fenolik dan tanin yang berperan sebagai antioksidan. Antioksidan flavonoid berfungsi sebagai pencegahan radikal bebas dengan mendonorkan hidrogen yang akan menghasilkan radikal flavonoid.

Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak daging buah salak Bongkok

Hasil Uji

Salak muda Salak tua Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik Tanin ++ ++ - - +++ +++ ++ + + +++ Keterngan :

Tanda (-) : tidak terdeteksi Tanda (+) : intensitas reaksi positif

Alkaloid : Sedikit endapan (+) – banyak endapan (+++)

(30)

10

Gambar 1 Kurva pertumbuhan khamir Candida sp.

0.92 16.5 58 62.5 56.5 0 10 20 30 40 50 60 70

0 1 2 3 4

Hari ke-K e p a d a ta n s e l 1 0 6 (C F U /m L )

Saponin digunakan sebagai sebagai antikanker, antitumor, antiperadangan, antivirus, antidiabetes, dan antifungal (Hsu et al. 2007). Larson (1988) melaporkan bahwa senyawa fenolik memegang peranan penting dalam mencegah secara preventif kerusakan hati, kanker, dan kerusakan akibat proses penuaan.

Kurva Pertumbuhan Sel Khamir

Candida sp. Y390

Pengukuran jumlah sel khamir Candida

sp. Y390 dilakukan untuk melihat populasi yang tumbuh dan waktu inkubasi biakan khamir mulai mengalami fase stasioner. Jumlah populasi sel khamir pada hari ke-0 yaitu sebesar 0.92x106 CFU/ mL, hari ke-1 sebesar 16.5x106 CFU/mL, hari ke-2 sebesar 58. x106 CFU/mL, hari ke-3 sebesar 62.5x106 CFU/mL, dan hari ke-4 sebesar 56.5x106 CFU/mL.

Berdasarkan kurva pertumbuhan yang dihasilkan, sel khamir mengalami beberapa fase tumbuh yaitu fase lag, fase log, fase shift diauksik, fase post-diauksik, dan fase stationer (Gambar 10). Khamir Candida sp. yang ditumbuhkan pada media gliserol tidak mengalami fase post-diauksik, namun langsung mengalami fase stasioner. Hal ini karena Candida sp. sangat rentan terhadap etanol yang biasanya digunakan sebagai sumber energi dalam fase post-diauksik (Lisnawati 2004).

Fase lag terjadi sebagai awal pertumbuhan khamir secara eksponensial. Lama dan pola fase ini dipengaruhi oleh strain khamir, umur sel khamir dalam stok awal, dan komposisi médium tumbuhnya. Sel khamir pada fase ini mulai melakukan adaptasi dan mempersiapkan diri untuk melakukan pembelahan. Fase lag terjadi mulai hari ke-0 sampai hari ke-1. Setelah itu, sel khamir akan mengalami fase log. Lama fase log dipengaruhi oleh komposisi médium, temperatur, dan jumlah sel per unit volume. Fase log terjadi mulai hari ke-1 sampai hari ke-2. Peningkatan jumlah sel pada fase ini sangat cepat dengan penggunaan nutrisi yang semakin banyak. Sel khamir akan mengalami fase shif diauksik dan fase stationer mulai hari ke-2 sampai hari ke-3. Fase shift diauksik merupakan fase sesaat sebelum fase stasioner. Pada fase tersebut proses fermentasi mulai berkurang dengan habisnya glukosa dan berlanjut ke proses respirasi. Populasi sel akan meningkat sedikit dan akan relatif stabil sampai fase stasioner. Pada fase stasioner, sel khamir akan mensekresikan metabolit

sekunder untuk mempertahankan diri dari stres oksidatif akibat akumulasi produk metabolisme yang bersifat toksik (Lisnawati 2007).

Hasil uji lanjut dihasilkan bahwa populasi hari ke-2, 3, dan 4 memiliki perbedaan yang tidak signifikan pada selang kepercayaan 0.05. Oleh sebab itu, dapat dikatakan khamir mulai memasuki fase stasioner setelah inkubasi 2 hari. Hasil ini menjadi standar waktu inkubasi untuk melakukan perlakuan pada penelitian selanjutnya. Pengukuran peroksidasi lipid dilakukan pada awal fase stasioner saat proses metabolisme sel mulai menurun. Hal ini dilakukan supaya hasil pengukuran peroksidasi lipid tidak dipengaruhi oleh aktivitas metabolisme laju pertumbuhan sel khamir (Risnawati 2007). Rataan total sel khamir yang tumbuh pada media gliserol didapatkan sebesar 48.6x106 CFU/mL.

Gambar 10 Kurva pertumbuhan sel khamir

Candida sp.

Pengukuran Peroksidasi Lipid Sel Khamir

Candida sp.Y390 dengan HPLC

Data HPLC yang digunakan untuk mempresentasikan adanya kompleks MDA-(TBA)2 dalam sampel yaitu bentuk puncak

kromatogram, luas area dan waktu retensi kompleks MDA-(TBA)2. Konsentrasi MDA

diukur berdasarkan kurva standar kompleks TMP-(TBA)2. Tetrametoksipropana (TMP)

digunakan sebagai pengganti MDA karena memiliki struktur yang mirip dan lebih stabil dibandingkan MDA murni sebagai hasil akhir peroksidasi lipid (Ohkawa et al. 1978, Lykkesfeldt 2001). Prinsipnya kurva stándar yaitu semakin tinggi konsentrasi TMP maka semakin tinggi pula jumlah lipid teroksidasi. Persamaan kurva standar TMP yang didapatkan yaitu y= 128711x +10716 ; R2 = 0.9832 (Gambar 11). Nilai R2 persamaannya sedikit lebih besar dari hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Lykkesfeldt (2001) dengan nilai R2 yaitu 0.96. Berdasarkan

[image:30.595.321.512.321.456.2]
(31)

11

1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 min 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 55000 uV L u as a re a (m V )

0 1 2 3 4 5 6 7 m

0 1 2 3 4 5 6 TMP-(TBA)2

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 min 0.0

2.5 5.0 7.5

MDA-(TBA)2

gambar kromatogram, kompleks TMP-(TBA)2 yang dibawa oleh fase gerak akan

muncul dengan tinggi puncak yang akan semakin tinggi dengan semakin tinggi konsentrasi kompleks TMP-(TBA)2 (Gambar

12). Waktu retensi kompleks TMP-(TBA)2

mempunyai rentang waktu antara menit ke-04.45 sampai menit ke- 05.02. Luas area dan waktu retensi setiap puncak kromatogram dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi dan pH fase gerak, laju alir sampel tiapmenit, proses penyaringan sampel dan fase gerak, serta kondisi kolom HPLC (Carbonneau et al. 1991). Pembuatan kurva standar TMP-(TBA)2 perlu dilakukan karena

banyak faktor yang berperan dalam menghasilkan luas area dan waktu retensi hasil pengukuran.

Gambar 12 Bentuk puncak kromatogram kurva standar TMP-(TBA)2.

Penentuan Konsentrasi Ekstrak Daging Buah Salak Bongkok

Pengukuran konsentrasi MDA sel khamir dilakukan untuk melihat pengaruh ekstrak yang tidak menimbulkan kematian pada sel khamir Candida sp.. Hasil pengukuran dengan HPLC terhadap sampel yang dibandingkan dengan standar MDA-TBA menghasilkan kesesuaian waktu retensi dan letak puncak kromatogramnya (Gambar 13). Hal ini

memperlihatkan bahwa HPLC dapat memberikan hasil pengukuran yang spesifik terhadap kompleks MDA-TBA pada panjang gelombang 532 nm (Tukozkan et al. 2006).

Konsentrasi lipid peroksida sel khamir yang ditambah ekstrak salak muda 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 1200 ppm, dan 2000 ppm masing-masing yaitu sebesar (33.791 + 6.054), (61.244 +47.759), (63.750 + 57.841), (376.657 + 35.490), (1056.155 + 102.705) nM MDA/106 CFU (Gambar 14). Adanya kenaikan lipid peroksida setelah diberi ekstrak salak sesuai dengan pernyataan Perrone et al.

(2008) bahwa sel khamir sangat peka terhadap senyawa asing yang dapat menimbulkan stres oksidatif pada konsentrasi tertentu. Senyawa asing yang dapat menginduksi terjadinya stres oksidatif dinamakan prooksidan (Wiseman 2000). Adapun konsentrasi lipid peroksida yang ditambah ekstrak salak tua 50 ppm, 100 ppm, 200 ppm, 1200 ppm, dan 2000 ppm yaitu sebesar (35.959 + 25.477), (114.085 + 26.132), (141.369 + 30.967), (462.510 + 57.981), (811.421 + 190.407) nM MDA/106 CFU. Secara statistik, konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, dan 200 ppm untuk ekstrak salak muda dan tua tidak berbeda nyata pada taraf kepercayan 0.05 dengan kontrol normal, sehingga pada konsentrasi tersebut ekstrak daging buah salak mempunyai aktivitas antioksidasi.

Gambar 13 Kromatogram standar TMP-(TBA)2

(atas) dan sampel salak (bawah).

Grafik 2 Kurva standar Malonildehida (MDA)

y = 128711x + 10716 R2 = 0.9832

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 800000

0.375 0.75 1.125 1.5 1.875

Konsentrasi MDA (uM)

[image:31.595.121.297.304.430.2]

L u a s a r e a

Gambar 11 Kurva standar TMP-(TBA)2

L u as a re a (m V ) L u as a re a (m V )

Waktu Retensi (menit) Waktu Retensi (menit)

Waktu Retensi (menit)

L u as a re a (m V )

[image:31.595.330.511.447.735.2] [image:31.595.124.301.464.588.2]
(32)

12

Gambar 14 Konsentrasi lipid peroksida sel khamir yang diberi perlakuan ekstrak salak (merah = salak muda, kuning = salak tua).

Berdasarkan uji lanjut pada taraf kepercayaan 0.05, konsentrasi 1200 ppm dan 2000 ppm berbeda nyata terhadap kontrol normal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak daging buah salak konsentrasi 1200 ppm dan 2000 ppm bersifat prooksidan terhadap sel khamir. Senyawa aktif dalam tumbuhan seperti flavonoid akan bersifat prooksidan dalam konsentrasi dan kondisi tertentu. Aktivitas prooksidasi terhadap sel khamir dapat menyebabkan kematian pada sel khamir. Hal ini disebabkan adanya kerusakan membran yang berpengaruh terhadap tekanan osmotik dan fungsi organ sel yang mendorong ke arah kematian sel. Kerusakan membran sel khamir ini salah satunya disebabkan oleh peroksidasi lipid.

Ekstrak daging buah salak Bongkok umur tua 200 ppm dipilih untuk penelitian utama karena ada beberapa hal yaitu kandungan senyawa aktif dalam ekstrak salak tua lebih banyak menghasilkan nilai uji positif dibandingkan ekstrak salak muda, dan berdasarkan uji lanjut konsentrasi 200 ppm tidak berbeda nyata dengan konsentrasi ekstrak 50 ppm dan 100 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak 200 ppm dengan pengenceran yang tidak terlalu besar dapat menghasilkan aktivitas antioksidasi yang tidak berbeda nyata dengan pengenceran 100 ppm dan 50 ppm. Aktivitas senyawa aktif dengan pengenceran sangat besar untuk konsentrasi 50 ppm dan 100 ppm menghasilkan pengukuran lipid peroksida yang tidak stabil karena banyak faktor yang mempengaruhi selam proses pengukuran.

Berdasarkan hasil-hasil yang sudah diperoleh, ekstrak daging buah salak tua konsentrasi 200 ppm diharapkan memiliki potensi sebagai antioksidan lebih dominan

daripada prooksidan terhadap sel khamir

Candida sp. yang diberi parasetamol 0.3%.

Penghambatan Peroksidasi Lipid oleh Ekstrak DagingBuah Salak Bongkok

Kenaikan konsentrasi lipid peroksida yang ditambah ekstrak salak 200 ppm, vitamin C 0.225 mg/mL, parasetamol 0.3% dan ekstrak salak 200 ppm, parasetamol 0.3 % dan vitamin C 0.225 mg/mL, dan parasetamol 0.3 % yaitu sebesar (33.791 + 6.054), (61.244 + 47.759), (63.750 + 57.841), (376.657 + 35.490), (1056.155 + 102.705) nM MDA/106 CFU (Gambar 15). Berdasarkan hasil uji statistik pada taraf kepercayaan 0.05, pemberian parasetamol 0.3% dalam campuran menaikkan konsentrasi lipid peroksida yang signifikan dibandingkan kontrol normal dan perlakuan yang lain. Konsentrasi lipid peroksida sel yang diberi vitamin C 0.225 mg/mL dan kontrol normal tidak saling berbeda nyata, tetapi berbeda nyata dengan sel khamir yang diberi ekstrak salak & parasetamol 0.3% dan vitamin C 0.225 mg/mL & parasetamol 0.3%. Konsentrasi lipid peroksida sel khamir yang diberi ekstrak salak 200 ppm tidak berbeda nyata dengan sel khamir yang diberi ekstrak salak & parasetamol 0.3%, vitamin C 0.225 mg/mL & parasetamol 0.3%, dan vitamin C 0.225 mg/mL.

Adanya kenaikan yang cukup besar pada penambahan parasetamol 0.3% memperkuat hasil penelitian Risnawati (2007) bahwa pemberian parasetamol 0.3% memberikan efek stres oksidatif yang signifikan namun tidak mematikan sel khamir dibandingkan dengan pemberian parasetamol konsentrasi rendah. Stres oksidatif yang terjadi pada sel khamir karena adanya metabolisme yang dilakukan oleh sitokrom P450 di dalam sel khamir terhadap senyawa asing yang masuk, seperti senyawa aktif dalam ekstrak tumbuhan dan obat-obatan. Parasetamol telah dimetabolisme oleh sel khamir dengan bantuan enzim intraseluler dan ekstraseluler. Namun metabolisme yang memperlihatkan hasil yang berbeda setelah beberapa jam inkubasi yaitu oleh enzim intraseluler.

Hasil metabolisme parasetamol oleh sitokrom P450 akan menghasilkan senyawa yang sangat toksik dan tidak stabil yaitu NAPQI dan metabolit elektrofilik yang akan bereaksi dengan makromolekul sel. Adanya peningkatan spesies prooksidan intraseluler seperti H2O2, radikal hidroksil (*OH), dan

radikal anion superoksida (O2-) menjadi salah

10.444 33.79135.95961.244

114.085 63.75 141.369 376.657 462.51 1056.155 811.421 0 200 400 600 800 1000 1200 k o n s e n tr a s i li p id p e r o k s id a (n M M D A /1 0 6 C F U )

0 50 100 200 1200 2000

[image:32.595.121.307.87.226.2]
(33)

13

satu faktor penyebab stres oksidatif pada sel khamir (Gonzalez 2005). Sitokrom P450 akan menggunakan H+ dari NADPH untuk mereduksi O2 menjadi H2O2 dan radikal anion

superoksida. NAPQI dan metabolit elektrofilik hasil samping metabolisme parasetamol akan menyerang mitokondria, PUFAs membran sel, gugus SH- pada protein membran sel dan merusak fungsi organ sel yang mendorong kearah kematian sel (Gonzalez 2005).

Ekstrak salak 200 ppm dan vitamin C 0.225 mg/mL menaikan konsentrasi lipid peroksida dibandingkan kontrol normal sebesar 41.70% dan 23.99%. Berdasarkan uji lanjut pada taraf kepercayaan 0.05, kenaikan lipid peroksida oleh ekstrak salak 200 ppm dan vitamin C 0.225 mg/mL tidak berbeda nyata secara signifikan dengan kontrol normal, sehingga adanya kenaikan lipid peroksida tersebut bukan disebabkan sebagai aktivitas prooksidasi tetapi sebagai respon normal sel khamir terhadap senyawa asing. Meskipun demikian, sifat prooksidan ekstrak salak tidak terlalu berbahaya jika dibandingkan vitamin C karena sifat senyawa flavonoid pada ekstrak salak cenderung menstabilkan radikal hidroksil dengan cara memberikan atom hidrogen kepada radikal bebas membentuk senyawa stabil (Cotelle 2001). Adanya kenaikan konsentrasi lipid peroksida sel khamir yang diberi vitamin C 0.225 mg/mL sama seperti yang dilaporkan oleh Yomes (2006) bahwa vitamin C 0.225 mg/mL dapat menimbulkan stres oksidatif pada suspensi sel khamir yaitu sebesar 18.48%.

Kenaikan peroksidasi lipid yang diberi parasetamol dan ekstrak salak secara bersamaan dapat menaikkan konsentrasi lipid peroksida dibanding kontrol normal, namun masih dibawah kenaikan konsentrasi yang disebabkan oleh parasetamol 0.3%. Hal ini menunjukkan adanya penghambatan peroksidasi lipid oleh ekstrak salak yang berbeda nyata dibandingkan kontrol positif yaitu sebesar 61.06%. Ekstrak salak Bongkok mempunyai aktivitas antioksidasi secara in vitro dengan menghambat oksidasi DPPH (Priyatno et al. 2006). Mekanisme penghambatan peroksidasi lipid oleh ekstrak salak yaitu adanya gugus hidroksil bersifat reduktor yang akan mendonorkan hidrogen untuk senyawa NAPQI dan metabolit eletrofilik. Flavonoid dan saponin berperan dalam menangkap radikal lipid peroksil, oksigen tunggal, radikal hidroksil, dan anion

[image:33.595.324.511.84.264.2]

superoksida yang tergantung pada ion logam.

Gambar 15 konsentrasi lipid peroksida suspensi sel khamir yang diberi perlakuan.

Mekanisme flavonoid sebagai antioksidan atau prooksidan bergantung pada potensial redoks lingkungan biologi sel, ketersediaan ion logam dan konsentrasi flavonoid. Senyawa NAPQI dan metabolit elektrofilik yang sudah terikat oleh senyawa aktif dalam ekstrak salak akan stabil sehigga tidak akan menyerang lipid membran atau protein membran.

Pemberian parasetamol 0.3% dan vitamin C 0.225 mg/mL secara bersamaan dapat menaikkan konsentrasi lipid peroksida bandingkan kontrol normal. Namun masih dibawah kenaikan konsentrasi lipid peroksida yang diberi parasetamol 0.3%. Hasil ini menunjukkan ada penghambatan peroksidasi lipid pada sel khamir yaitu sebesar 53.65%. Berdasarkan hasil yang didapatkan, penghambatan peroksidasi lipid pada sel khamir lebih tinggi dilakukan oleh ekstrak salak 200 ppm dibandingkan vitamin C 0.225 mg/mL. Hal ini diduga karena adanya beberapa senyawa aktif dalam ekstrak yang berperan lebih besar dalam menetralisir aktivitas radikal bebas akibat metabolisme parasetamol dibandingkan vitamin C.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(34)

14

prooksidan terhadap sel khamir Candida

sp.Y390 pada kondisi normal. Konsentrasi ekstrak salak tua 200 ppm dapat menghambat peroksidasi lipid sel khamir yang diberi parasetamol 0.3% lebih tinggi yaitu sebesar 61.06% dibandingkan vitamin C 0.225 mg/mL yaitu sebesar 53.65%. Ekstrak daging buah salak tua 200 ppm mampu melindungi sel khamir dengan menurunkan konsentrasi lipid peroksida sel khamir yang diberi parasetamol 0.3%.

Saran

Penelitian lanjutan perlu diuji sifat antioksidasi maupun prooksidasi ekstrak daging buah salak dengan pelarut berbeda dan kondisi daging buah yang masih segar. Uji penghambatan dengan kertas cakram, uji viabilitas dan variasi waktu inkubasi perlakuan serta pengukuran parasetamol yang tersisa.

DAFTAR PUSTAKA

Alawiah L. 2007. Ekstrak etanol rumput mutiara (Hedyotis corymbosa (L.) Lam.) sebagai antihepatotoksik pada tikus putih yang diinduksi parasetamol [skripsi]. Bogor: FMIPA IPB.

[Anonim]. 2005. Salak [terhubung berkala]. http://www.iptek.net.id/ind/pd tanobat / view.php?id=54.[ 5 Maret 2008].

[BAPPENAS] Badan Pengembangan Pembangunan Nasional. 2000. Salak (Salacca edulis Reinw.) [terhub

Gambar

Gambar 2 Khamir Candida sp. (TNZBIRT 2008).
Gambar 3
Gambar 6  Struktur parasetamol (Gonzalez 2005)
Gambar 9 Struktur dasar flavonoid (OCotelle 2001).
+7

Referensi

Dokumen terkait

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta.. Ini merupakan satu hal yang menarik, bahwa struktur visual relief dapat diamati, diteliti dan dikaitkan seperti struktur visual yang

Electrical Arc Frunance Slag atau limbah dari pembakaran atau peleburan baja yang merupakan limbah dari hasil proses pembakaran dari pabrik baja dapat

Hasil penelitian ini diharapkan memberi bukti empiris yang menunjukkan adanya pengaruh iklim psikologis, kepuasan kerja dan keterlibatan kerja terhadap kinerja karyawan, yang

Purubaya memiliki gelar Gusti Pangeran Haryo adalah Manajer Pabrik Gula PT Madu Baru (Madu Kismo) di Yogyakarta, adalah paman Sultan Hamengku Buwono IX, yang pada masa itu

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh pegawai pasar modern yang hadir sebagai orang ketiga dalam pembicaraan tersebut memberikan pengaruh terhadap perilaku berbahasa

Hubungan Antara Citra Perusahaan Dengan Loyalitas Pelanggan SUPER INDO Seturan Kota

Pada skripsi ini, penulis tertarik untuk mengembangkan penelitian tersebut dengan mencari pelabelan-g pada graf pohon pisang B n,k dan graf persahabatan D 3 m serta dicari