• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi Standa Mikroskopis Bahan Pakan Sumber Energi (jagung Giling, Dedak Padi dan Pollard) sebagai Metode Alternatif Pengujian Kualitas Bahan Pakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi Standa Mikroskopis Bahan Pakan Sumber Energi (jagung Giling, Dedak Padi dan Pollard) sebagai Metode Alternatif Pengujian Kualitas Bahan Pakan"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI STANDAR MIKROSKOPIS BAHAN PAKAN

SUMBER ENERGI (JAGUNG GILING, DEDAK PADI DAN

POLLARD) SEBAGAI METODE ALTERNATIF

PENGUJIAN KUALITAS BAHAN PAKAN

SKRIPSI HIMAYA HIDAYATI

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

HIMAYA HIDAYATI. D24101015. 2006. Karakterisasi Standar Mikroskopis Bahan Pakan Sumber Energi (Jagung Giling, Dedak Padi dan Pollard) sebagai Metode Alternatif Pengujian Kualitas. Skripsi. Program Studi Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Erika B. Laconi, MS

Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas produk pakan adalah bahan pakan yang berkualitas. Kualitas bahan pakan dapat diketahui dengan melakukan pengujian dan pemeriksaan terhadap kualitasnya. Pemeriksaan bahan pakan secara mikroskopis (feed microscopy) masih jarang dilakukan dan diteliti di Indonesia sehingga karakteristik mikroskopis standar bahan pakan seperti bahan pakan sumber energi di Indonesia belum banyak diketahui. Oleh karena itu, penelitian tentang karakterisasi standar mikroskopis bahan pakan sumber energi sebagai metode pengujian kualitas bahan pakan perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik fisik secara mikroskopis bahan pakan sumber energi (jagung giling, dedak padi dan pollard) sebagai standar dalam pemeriksaan kualitasnya.

Penelitian ini menggunakan tiga jenis bahan pakan sumber energi yaitu jagung giling dan dedak padi yang berasal dari empat pemasok dan pollard yang berasal dari tiga pemasok. Sampel bahan pakan dalam bentuk tepung langsung diuji dengan mikroskop, sedangkan sampel yang kasar dihaluskan dengan menggilingnya. Sampel-sampel tersebut disaring dengan ayakan ukuran 16, 30 dan 50 mesh yang disertai dengan pan penampung, kemudian sampel yang tertinggal pada setiap bagian ayakan ditimbang dan diamati dengan mikroskop. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop cahaya tipe stereo (30 kali) untuk pemeriksaan awal dan tipe compound (40 kali) untuk pemeriksaan inti. Hasil pengamatan dengan mikroskop compound tersebut kemudian dibandingkan secara deskriptif untuk mengetahui kualitas bahan pakan. Data pendukung yang digunakan adalah hasil analisis proksimat setiap komponen bahan pakan dan analisis proksimat bahan pakan yang mendapat perlakuan (terdiri dari dua faktor, faktor pertama adalah asal pemasok bahan pakan dan faktor kedua adalah pengayakan). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah 1) karakteristik mikroskopis bahan pakan (bentuk, ukuran, warna, tekstur dan tingkat kejernihan) dan 2) kandungan nutrien bahan pakan.

(3)

(bahan ekstrak tanpa nitrogen) jagung giling tersebut nyata (P<0,05) paling tinggi dan kandungan serat kasarnya nyata (P<0,05) paling rendah.

Dedak padi terdiri dari komponen dedak murni, sekam dan butiran beras. Dedak padi yang diperiksa dengan mikroskop dapat dikatakan berkualitas bagus dan dapat digunakan sebagai pedoman jika karakteristik fisik mikroskopisnya didominasi oleh dedak murni dan tidak ada sekam pada bagian yang lolos dari ayakan 30 dan 50 mesh. Data kualitatif ini didukung oleh analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan protein kasar dan BETN dedak padi tersebut nyata (P<0,05) paling tinggi, sedangkan kandungan serat kasarnya nyata (P<0,05) paling rendah.

Pollard memiliki komponen dedak kasar (perikarp dan testa), dedak halus (aleuron), partikel ujung, germ dan partikel pati. Pollard yang diamati secara mikroskopis, dapat dikatakan berkualitas bagus dan dapat digunakan sebagai pedoman jika didominasi oleh dedak halus. Hal ini terbukti dari analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan protein kasar dan BETN pollard tersebut nyata (P<0,05) paling tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa jagung giling yang berkualitas bagus didominasi oleh komponen endosperm pati keras dan lembut, dedak padi didominasi oleh komponen dedak murni dan pollard didominasi oleh komponen dedak halus.

Kata-kata kunci : metode pengujian kualitas, mikroskop compound, jagung giling, dedak padi, pollard

(4)

ABSTRACT

Microscopy Standard Characteristic of Energy Source Feedstuffs (Corn, Rice Bran and Wheat Bran) as Quality Test Alternative Method

Hidayati, H., Nahrowi and E. B. Laconi

The research was conducted to get standard of physical characteristics of corn, rice bran and wheat bran under microscope that can be used to identify and evaluate their quality. Feed ingredients were fractionated according to particle size by screening with mesh number 16 (1.180 mm), 30 (0.600 mm) and 50 (0.300 mm) and cleared by chloral hydrate solution. The products were observed under compound microscope equipped with lenses to magnify 40X. The parameters observed were 1) color, size, shape, transparency and surface texture and 2) feedstuffs nutrient content. Data from microscopy observing were analyzed descriptively and feedstuffs nutrient content analyzed using ANOVA and for the significant differences tested using contrast orthogonal. The results showed that physical characteristics of corn consist of out layer, endosperm with hard and soft starch; rice bran consist of true bran, hull and rice kernel; and wheat bran consist of course and fine bran, germ and starch. Different quality of feedstuffs had different physical characteristics. The high quality of corn was dominated by endosperm with hard and soft starch and was not found out layer on corn that through the 30 and 50 mesh. The corn was high in nitrogen-free extract (NFE) and low in crude fiber significantly (P<0.05). Rice bran was dominated by true bran and had no hull on rice bran over 30 and 50 moreover it was significant (P<0.05) high in crude protein and NFE, and low in crude fiber. Pollard was classified in good quality if dominated by fine bran and high in crude protein and NFE significantly (P<0.05). Its concluded that the high quality of corn was dominated by endosperm with hard and soft starch, rice bran dominated by true bran and pollard dominated by fine bran.

(5)

KARAKTERISASI STANDAR MIKROSKOPIS BAHAN PAKAN

SUMBER ENERGI (JAGUNG GILING, DEDAK PADI DAN

POLLARD) SEBAGAI METODE ALTERNATIF

PENGUJIAN KUALITAS BAHAN PAKAN

HIMAYA HIDAYATI D24101015

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(6)

KARAKTERISASI STANDAR MIKROSKOPIS BAHAN PAKAN

SUMBER ENERGI (JAGUNG GILING, DEDAK PADI DAN

POLLARD) SEBAGAI METODE ALTERNATIF

PENGUJIAN KUALITAS BAHAN PAKAN

Oleh Himaya Hidayati

D24101015

Skripsi ini telah disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 12 Januari 2006

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Nahrowi, M.Sc. Dr. Ir. Erika B. Laconi, MS NIP. 131 625 429 NIP. 131 671 591

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 24 Oktober 1982 di Salatiga, Jawa Tengah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak M. Abdul Basyir Zakaria dan Ibu Nuryani Munawaroh.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1995 di SDN VI Salatiga, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 1998 di SMPN I Salatiga dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2001 di SMUN I Salatiga. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada tahun 2001.

Penulis pernah menerima “INMT Award” sebagai mahasiswa berprestasi akademik terbaik angkatan 38 pada semester ganjil tahun akademik 2003/2004, semester ganjil dan genap tahun ajaran 2004/2005 di Departemen Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Penulis juga pernah mendapatkan penghargaan sebagai mahasiswa berprestasi peringkat ketiga Fakultas Peternakan pada tahun 2004 dan 2005.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakterisasi Standar Mikroskopis Bahan Pakan Sumber Energi (Jagung Giling, Dedak Padi dan Pollard) sebagai Metode Alternatif Pengujian Kualitas”. Skripsi ini ditulis berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan Penulis di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan pakan sumber energi merupakan komponen utama dalam penyusunan ransum unggas yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, tetapi kualitas nutriennya terutama untuk pemasok lokal sangat bervariasi. Hal inilah yang menyebabkan pentingnya untuk dilakukan pemeriksaan kualitas bahan pakan sumber energi. Pemeriksaan kualitas bahan pakan juga sangat penting untuk dilakukan, karena salah satu faktor yang mempengaruhi mutu produk pabrik pakan adalah bahan pakan yang berkualitas.

Pemeriksaan kualitas bahan pakan dengan menggunakan mikroskop (feed microscopy) masih jarang dilakukan dan diteliti di Indonesia, padahal metode ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, mudah dilakukan dan biayanya murah. Feed microscopy dikatakan lebih akurat karena dilakukan dengan melihat dan membandingkan karakteristik fisik bahan pakan yang diuji dengan karakteristik standarnya di bawah mikroskop, sehingga komponen-komponen fisik suatu bahan pakan dapat diuraikan secara terperinci.

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan ini. Meskipun demikian Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk kalangan akademis sebagai salah satu sumber referensi dan untuk pengembangan teknologi pemeriksaan bahan pakan.

Bogor, Januari 2006

(9)
(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produksi Pipilan Kering Jagung di Tiga Lokasi dan Tiga Jenis

Tanah (Kandungan Air Biji 15%) ... 4 2. Pemberian Pupuk Kandang dan Fosfat terhadap Bobot Seratus

Biji Kering ... 4 3. Kandungan Nutrien Berbagai Hasil Penggilingan Dedak Padi .... 5 4. Komposisi Berbagai Jenis Dedak Padi Berdasarkan Bahan

Kering ... 6 5. Komposisi Kimia Sekam Berdasarkan Berat Kering …….……... 6 6. Periode Penyimpanan terhadap Kerapatan Tumpukan dan

Persentase Kotoran ... 7 7. Lama Penyimpanan Dedak Padi terhadap Kadar Air, Rataan

Jumlah Kapang, Bilangan Peroksida, Asam Lemak Bebas dan

Kandungan Aflatoksin ... 7 8. Nomor Ayakan dan Ukuran Lubang Ayakan ... 11 9. Proporsi Bagian-bagian Biji Jagung ... 15 10. Kandungan Nutrien Bagian-bagian Biji Jagung dalam 100 gram

Biji ... 15 11. Proporsi Bagian-bagian Biji Beras ... 18 12. Hasil Analisis Proksimat Dedak Padi …...……… 18 13. Komposisi Kimia Dedak Murni (Perikarp + Germ) Berdasarkan

Bahan Kering ... 18 14. Proporsi Bagian-bagian Biji Gandum ... 21 15. Kandungan Nutrien dari Bagian-bagian Biji Gandum dalam 100

gram Biji ... 21 16. Karakteristik Fisik Mikroskopis Komponen Jagung Giling (40

kali) ... 28 17. Kandungan Nutrien Komponen Jagung Giling Berdasarkan

Bahan Kering ... 29 18. Karakteristik Fisik Mikroskopis Jagung Giling dengan Kualitas

yang Berbeda pada setiap Bagian Ayakan ... 33 19. Rataan Kandungan Abu Jagung Giling dari Empat Pemasok

yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan

Kering ... 35 20. Rataan Kandungan Protein Kasar Jagung Giling dari Empat

(11)

21. Rataan Kandungan Lemak Kasar Jagung Giling dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan

Bahan Kering ... 36 22. Rataan Kandungan Serat Kasar Jagung Giling dari Empat

Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan

Bahan Kering ... 36 23. Rataan Kandungan BETN Jagung Giling dari Empat Pemasok

yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan

Kering ... 36 24. Karakteristik Fisik Mikroskopis Komponen Dedak Padi (40 kali) 37 25. Kandungan Nutrien Komponen Dedak Padi Berdasarkan Bahan

Kering ... 38 26. Karakteristik Fisik Mikroskopis Dedak Padi dengan Kualitas

yang Berbeda pada setiap Bagian Ayakan ... 42 27. Rataan Kandungan Abu Dedak Padi dari Empat Pemasok yang

Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering .... 44 28. Rataan Kandungan Protein Kasar Dedak Padi dari Empat

Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan

Bahan Kering ... 44 29. Rataan Kandungan Lemak Kasar Dedak Padi dari Empat

Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan

Bahan Kering ... 45 30. Rataan Kandungan Serat Kasar Dedak Padi dari Empat Pemasok

yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan

Kering ... 45 31. Rataan Kandungan BETN Dedak Padi dari Empat Pemasok

yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan

Kering ... 45 32. Karakteristik Fisik Mikroskopis Komponen Pollard (40 kali) ... 46 33. Kandungan Nutrien Komponen Pollard Berdasarkan Bahan

Kering ... 47 34. Karakteristik Fisik Mikroskopis Pollard dengan Kualitas yang

Berbeda pada setiap Bagian Ayakan ... 51 35. Rataan Kandungan Abu Pollard dari Empat Pemasok yang

Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering .... 52 36. Rataan Kandungan Protein Kasar Pollard dari Empat Pemasok

yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan

Kering ... 53 37. Rataan Kandungan Lemak Kasar Pollard dari Empat Pemasok

yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan

(12)

38. Rataan Kandungan Serat Kasar Pollard dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan

Kering ... 53 39. Rataan Kandungan BETN Pollard dari Empat Pemasok yang

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Karakteristik Stereomikroskopis secara Umum Jagung Giling ... 14

2. Karakteristik Stereomikroskopis Bagian Pati Keras Jagung yang Ditempeli oleh Pati Lembut dan Embrio ... 14

3. Struktur Biji Jagung ... 16

4. Karakteristik Stereomikroskopis Dedak Padi (Dedak, Butiran Beras dan Sekam) ... 17

5. Karakteristik Stereomikroskopis Sekam ... 17

6. Struktur Biji Beras ... 19

7. Karakteristik Stereomikroskopis Pollard ... 20

8. Karakteristik Stereomikroskopis Bagian Dalam dan Luar Pollard .. 20

9. Karakteristik Stereomikroskopis Partikel Ujung Pollard ... 20

10. Struktur Biji Gandum ... 22

11. Peralatan yang Digunakan untuk Pengujian Kualitas Pakan dengan Menggunakan Mikroskop ... 24

12. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Feed Microscopy ... 27

13. Karakteristik Fisik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali) ... 28

14. Persentase Jagung Giling yang Tertinggal pada setiap Bagian Ayakan (%) ... 30

15. Karakteristik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali) pada Bagian Ayakan 1 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d) ... 30

16. Karakteristik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali) pada Bagian Ayakan 2 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d) ... 31

17. Karakteristik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali) pada Bagian Ayakan 3 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d) ... 31

18. Karakteristik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali) pada Bagian Ayakan 4 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d) ... 32

19. Karakteristik Fisik Mikroskopis Dedak Padi (40 kali) …………... 38

20. Persentase Dedak Padi yang Tertinggal pada setiap Bagian Ayakan (%) ... 39

21. Karakteristik Mikroskopis Dedak Padi (40 kali) pada Bagian Ayakan 1 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d) ... 39

(14)

23. Karakteristik Mikroskopis Dedak Padi (40 kali) pada Bagian Ayakan 3 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d) ... 40 24. Karakteristik Mikroskopis Dedak Padi (40 kali) pada Bagian

Ayakan 4 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d) ... 41 25. Karakteristik Fisik Mikroskopis Pollard (40 kali) …...………... 47 26. Persentase Pollard yang Tertinggal pada setiap Bagian Ayakan

(%) ... 48 27. Karakteristik Mikroskopis Pollard (40 kali) pada Bagian Ayakan 1

untuk Asal Pemasok A (a), B (b) dan C (c) ... 48 28. Karakteristik Mikroskopis Pollard (40 kali) pada Bagian Ayakan 2

untuk Asal Pemasok A (a), B (b) dan C (c) ... 49 29. Karakteristik Mikroskopis Pollard (40 kali) pada Bagian Ayakan 3

untuk Asal Pemasok A (a), B (b) dan C (c) ... 49 30. Karakteristik Mikroskopis Pollard (40 kali) pada Bagian Ayakan 4

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Karakteristik Fisik Stereomikroskopis Jagung Giling (30 kali) ... 60 2. Karakteristik Fisik Stereomikroskopis Dedak Padi (30 kali) ... 61 3. Karakteristik Fisik Stereomikroskopis Pollard (30 kali) ... 62 4. Berat Rata-rata Sampel Jagung Giling, Dedak Padi dan Pollard

yang Tertinggal pada setiap Bagian Ayakan ... 63 5. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Abu Jagung Giling 64 6. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Protein Kasar

Jagung Giling ... 64 7. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Lemak Kasar

Jagung Giling ... 64 8. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Serat Kasar Jagung

Giling ... 65 9. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan BETN Jagung

Giling ... 65 10. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Abu Dedak Padi ... 65 11. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Protein Kasar

Dedak Padi ... 66 12. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Lemak Kasar

Dedak Padi ... 66 13. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Serat Kasar Dedak

Padi ... 66 14. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan BETN Dedak Padi 67 15. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Abu Pollard ... 67 16. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Protein Kasar

Pollard ... 67 17. Sidik Ragam (ANOVA) Faktorial Kandungan Lemak Kasar

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bahan pakan sumber energi seperti jagung, dedak padi dan pollard merupakan jenis bahan pakan yang memerlukan pemeriksaan dan pengujian ekstra. Hal ini dikarenakan bahan pakan tersebut dibutuhkan oleh pabrik pakan, khususnya pakan unggas dalam jumlah yang lebih besar jika dibandingkan dengan bahan pakan lain. Selain itu, bahan pakan sumber energi biasanya diperoleh dari berbagai pemasok lokal yang kualitasnya sangat bervariasi.

Pemeriksaan dan pengujian kualitas bahan pakan penting untuk dilakukan karena salah satu faktor penentu kualitas produk pabrik pakan adalah bahan pakan yang berkualitas. Pemeriksaan kualitas bahan pakan harus dilakukan dengan cepat (rapid test) agar ketersediaan bahan pakan yang berkualitas tetap terjamin. Selain itu, rapid test juga dilakukan agar bahan pakan tidak terlalu lama menunggu dan menumpuk di pintu masuk pabrik.

Rapid test dapat dilakukan melalui uji fisik bahan pakan baik secara makroskopis maupun mikroskopis. Uji fisik makroskopis dan mikroskopis merupakan rapid test yang membutuhkan biaya relatif sedikit atau murah, tetapi uji fisik mikroskopis atau sering disebut dengan feed microscopy lebih akurat jika dibandingkan dengan uji fisik makroskopis. Feed microscopy dikatakan lebih akurat karena dilakukan dengan melihat dan membandingkan karakteristik fisik bahan pakan yang diuji dengan karakteristik standarnya di bawah mikroskop, sehingga komponen-komponen fisik suatu bahan pakan dapat diuraikan secara terperinci. Analisis kimia dari komponen-komponen bahan pakan tersebut akan memberikan informasi yang penting dalam penentuan kualitas melalui feed microscopy.

(17)

Tujuan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Uji Kualitas Bahan Pakan

Kualitas Bahan Pakan

Salah satu faktor yang menentukan status suatu industri pakan adalah kualitas produk pakan yang dihasilkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas bahan pakan atau ransum, menurut Khajarern et al. (1987) adalah variasi alam, pengolahan, pemalsuan atau pencampuran dan kerusakan pada bahan pakan.

Variasi Alam. Pengaruh variasi alam terhadap kandungan zat makanan diasumsikan sekitar 10%. Komposisi produk tanaman bervariasi tergantung dari varietas tanaman itu sendiri dan kesuburan tanah. Sereal dan hasil sampingnya memiliki tingkat kekonsistenan kandungan zat makanan yang lebih daripada tepung ikan (Khajarern et al., 1987).

Varietas tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, karena varietas tanaman sangat berhubungan dengan susunan genetika tanaman. Susunan genetika tanaman dapat mempengaruhi potensi hasil serta sifat-sifat lainnya (seperti mutu, ketahanan terhadap serangan penyakit dan kekeringan) (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1991). Selain varietas tanaman (genotip), menurut Ismal (1983), produksi suatu tanaman juga dipengaruhi oleh lokasi, jenis tanah, interaksi lokasi x jenis tanah dan interaksi genotip x lokasi x jenis tanah (Tabel 1). Setiap lokasi mempunyai kondisi lingkungan yang berbeda-beda. Faktor lingkungan (suhu, ketersediaan air, energi surya, atmosfer, struktur dan komposisi udara tanah, reaksi tanah serta organisme) saling berinteraksi dalam mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 1991).

(19)

Tabel 1. Produksi Pipilan Kering Jagung di Tiga Lokasi dan Tiga Jenis Tanah (Kandungan Air Biji 15%)

Jenis Tanah /

Tabel 2. Pemberian Pupuk Kandang dan Fosfat terhadap Bobot Seratus Biji Kering Jagung

Sumber: Djamaluddin, 1983

(20)

standar penggilingan yang tinggi akan mengandung terutama germ dan lapisan luar dari kulit biji beras, sedangkan standar penggilingan beras yang rendah akan menghasilkan dedak padi dengan kualitas rendah yaitu terkontaminasi oleh sekam beras (Khajarern et al., 1987). Kandungan nutrien dedak padi yang diproduksi dengan standar penggilingan yang berbeda adalah berbeda pula (Tabel 3). Menurut Lubis (1958), bekatul memiliki kandungan serat kasar yang paling rendah, karena bekatul merupakan hasil penggilingan yang komponen terbesarnya adalah lapisan-lapisan luar endosperm dan sedikit tercampur selaput beras. Dedak halus hasil penggilingan pabriklah yang paling tinggi kandungan protein kasarnya dan paling sedikit kandungan serat kasarnya, sedangkan dedak halus kampung serat kasarnya lebih tinggi. Hal ini dikarenakan mesin giling yang digunakan pabrik penggilingan padi lebih rapi dan sempurna dalam memisahkan kulit gabah dari butir berasnya daripada penumbukan dengan menggunakan lesung di desa-desa.

Tabel 3. Kandungan Nutrien Berbagai Hasil Penggilingan Dedak Padi

Air Protein

Pemalsuan atau Pencampuran. Bahan pakan dengan partikel yang halus, memiliki kemungkinan yang besar untuk dipalsukan atau terkontaminasi dengan bahan yang halus, lebih murah dan nilai nutriennya rendah. Umumnya pemalsuan tidak hanya merubah komposisi kimia tetapi juga menurunkan nilai nutriennya. Dedak padi biasanya dipalsukan atau terkontaminasi oleh sekam (Khajarern et al., 1987).

(21)

dalam dedak dapat menurunkan nilai nutrien dan komposisi dedak tersebut (Tabel 4). Hal ini dikarenakan sekam bersifat abrasif, keras, berkayu, amba, kandungan nutrien rendah dan kandungan abu tinggi (Tabel 5) (Houston, 1972b).

Tabel 4. Komposisi Berbagai Jenis Dedak Padi Berdasarkan Bahan Kering Jenis Dedak Padi Protein Lemak Abu BETN Serat

Kasar

………... % ………. Dedak Halus 12,94 13,81 11,83 51,75 9,28 Dedak Kasar 10,03 8,61 15,90 49,17 16,35 Campuran Dedak-Sekam 9,77 6,46 18,02 45,67 20,09

Bekatul 12,04 16,56 7,97 56,24 7,33

Dedak Halus-Sekam 6,74 4,77 17,38 44,35 26,90 Dedak Kasar-Sekam 4,05 8,32 17,46 39,68 35,03

Sumber: Houston, 1972a

Tabel 5. Komposisi Kimia Sekam Berdasarkan Bahan Kering

Komposisi Kimia %

Air 2,40-11,35

Protein Kasar 1,70-7,26

Lemak Kasar 0,38-2,98

BETN 24,70-38,79

Serat Kasar 31,71-49,92

Abu 13,16-29,04

Sumber: Houston, 1972b

Kerusakan pada Bahan Pakan. Bahan pakan yang mengalami kerusakan baik selama penanganan, penyimpanan atau pengolahan yang tidak benar akan mengalami penurunan kualitas. Kelembaban yang tinggi pada penyimpanan jagung yang baru dipanen akan menyebabkan kerusakan karena serangan jamur, sedangkan pada dedak padi akan menyebabkan cepat tengik (Khajarern et al., 1987).

(22)

jumlah kotoran tersebut berkaitan erat dengan meningkatnya populasi serangga. Serangga banyak menghasilkan kotoran, baik berupa ekskresinya maupun tempat bertelurnya (Liman, 1999). Dedak padi yang disimpan tanpa perlakuan selama 0-12 minggu kualitasnya juga semakin menurun, hal ini dapat terlihat dengan semakin meningkatnya kadar air, jumlah kapang, bilangan peroksida, asam lemak bebas dan kandungan aflatoksin (Tabel 7) (Syamsu, 1997).

Tabel 6. Periode Penyimpanan terhadap Kerapatan Tumpukan dan Persentase Kotoran

Tabel 7. Lama Penyimpanan Dedak Padi terhadap Kadar Air, Rataan Jumlah Kapang, Bilangan Peroksida, Asam Lemak Bebas dan Kandungan Aflatoksin

Periode Penyimpanan (Minggu)

0 4 8 12 Kadar Air (%) 9,83 10,53 11,58 12,33

Rataan Jumlah Kapang (x104Koloni/g) 2,8 3,8 4,8 5,2 Bilangan Peroksida (mg O/1000g) 1,53 6,32 16,12 24,71 Asam Lemak Bebas (%) 3,46 4,40 2,85 3,14 Kandungan Aflatoksin B1 (ppb) 0 0 16,35 20,80 Kandungan Aflatoksin Total (ppb) 0 0 24,65 94,60

Sumber: Syamsu, 1997

Teknik Pengujian Kualitas Bahan Baku Pakan

(23)

efisiensi bahan baku pakan dapat dilakukan dengan pengamatan mikroskopis (feed microscopy) dan analisis pakan secara kimia. Kualitas bahan baku pakan dapat diperiksa dengan mengamati karakteristiknya, antara lain warna, bau, tekstur, benda asing, serangga dan jamur pada bahan pakan (Pathak, 1997).

Analisis kimia pada bahan pakan dapat dilakukan melalui analisis Proksimat, Van Soest, Gross Energy (GE), asam amino, mineral dan vitamin. Analisis Proksimat merupakan analisis kimia yang dirancang untuk membedakan komponen yang mengandung nutrien dari bahan yang tidak mengandung nutrien. Komponen-komponen dari analisis Proksimat adalah bahan kering, protein kasar, ekstrak eter, abu, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Cheeke, 1999).

Bahan kering didefinisikan sebagai pengeringan sampel pakan di dalam oven sampai tercapai berat konstan. Penentuan bahan kering sangat penting untuk dilakukan karena nilai dan kualitas dari bahan pakan tergantung pada berat yang sebenarnya tanpa mengandung air. Selain itu, penentuan bahan kering sangat penting dilakukan karena hasil analisis pakan ditampilkan berdasarkan bahan kering (Cheeke, 1999).

Protein kasar didefinisikan sebagai kandungan nitrogen dalam pakan yang dikalikan dengan faktor 6,25. Penting untuk diperhatikan bahwa prosedur protein kasar hanya mengukur kandungan nitrogen, sehingga tidak dapat membedakan antara protein yang berkualitas tinggi dan rendah serta nitrogen yang termasuk protein dan bukan (Cheeke, 1999).

Kandungan lemak pakan ditentukan dengan mengekstrak sampel pakan dengan menggunakan eter. Perubahan berat sampel tergantung pada lemak yang larut dalam eter (Cheeke, 1999).

Kandungan mineral total diukur dengan membakar sampel pakan dalam tanur 600°C. Perlakuan ini akan menghilangkan semua bahan organik, dan meninggalkan sisa yang berupa abu atau bahan anorganik. Kandungan abu sangat penting untuk mengukur kandungan total mineral (Cheeke, 1999).

(24)

serat, sehingga analisis ini seharusnya dilengkapi dengan analisis Van Soest yang dapat menentukan komponen dari bahan berserat berdasarkan kelarutannya dengan larutan detergen (Cheeke, 1999).

Kadar bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) diperoleh dengan mengurangkan 100 dengan komponen-komponen analisis proksimat yaitu kadar air, protein kasar, ekstrak eter, abu dan serat kasar. BETN terutama mengandung pati, gula dan karbohidrat tersedia yang lain (Cheeke, 1999)

Kualitas bahan baku pakan secara rutin diukur dengan mengkombinasikan karakteristik secara fisik dan kimia. Evaluasi kimia pada bahan pakan lebih bersifat obyektif, tetapi hanya berorientasi pada kandungan nutrien, sedangkan evaluasi secara mikroskopis dapat dilakukan dengan cepat, meskipun bersifat subyektif (Bates, 2005).

Feed Microscopy

Feed microscopy adalah suatu metode pemeriksaan pakan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Pemeriksaan pakan dengan menggunakan mikroskop sering digunakan dalam pengendalian mutu (quality control) yang lebih banyak berdasarkan pada perbandingan karakteristik fisik dari partikel bahan pakan. Metode ini pada dasarnya digunakan untuk mendeteksi adanya pencampuran dan pemalsuan pada bahan pakan (Vaughan, 1981; Pathak, 1997 danBates, 2005). Feed microscopy merupakan pelengkap analisis kimia untuk pengendalian kualitas yang sederhana, lebih singkat dari alat analisis lain dan murah (Vaughan, 1981 danBates, 2005). Analisis kimia dapat memberikan perkiraan susunan atau komponen zat nutrien pakan, dan dengan pengamatan mikroskopis dapat mengetahui struktur fisik bahan pakan, sehingga pengujian pakan akan lebih baik dengan memadukan analisis kimia dan pengamatan mikroskopis (Vaughan, 1981).

(25)

Feed microscopy dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Feed microscopy secara kualitatif adalah identifikasi dan evaluasi bahan-bahan dan benda-benda asing dalam pakan atau campuran pakan melalui penampakan permukaan (stereomicroscopy) dan melalui karakteristik internal pakan (compound microscopy). Feed microscopy secara kuantitatif adalah pengukuran proporsi dari masing-masing bahan pakan dalam pakan jadi atau pengukuran proporsi pemalsuan atau pencampuran dalam bahan pakan. Feed microscopy secara kuantitatif dapat dilakuan dengan memisahkan seluruh partikel yang ada dan kemudian menimbangnya, pembuatan standar rasio setiap partikel, menghitung sel dan analisis atau pembuktian dari analisis kimia (Bates, 2005).

Prinsip Kerja Feed Microscopy

Alat

Peralatan yang digunakan pada metode pengujian feed microscopy antara lain adalah mikroskop cahaya tipe stereo dan compound, ayakan, gelas objek (slide), spatula mikro, jarum (needle), sendok dan sudip (AOAC, 1995).

Mikroskop cahaya. Mikroskop yang digunakan terdiri dari mikroskop berkekuatan rendah yaitu mikroskop stereo dan mikroskop berkekutan tinggi yaitu mikroskop

compound.

Perbesaran dari mikroskop stereo yang digunakan adalah 5-50 kali (Vaughan, 1981) dan 7-45 kali (Bates, 2005). Pengamatan melalui mikroskop ini dilakukan dengan melihat penampakan permukaan dari bahan pakan (Bates, 2005). Tujuan penggunaan mikroskop stereo adalah untuk pengujian terhadap pencemaran (AOAC, 1995), untuk pemeriksaan pendahuluan pada pakan serta mendeteksi pakan secara luas (Vaughan, 1981) dan untuk mengidentifikasi struktur eksternal pakan (Khajarern et al., 1987).

(26)

mengkonfirmasi partikel halus yang ditemukan (Bates, 2005) dan untuk mengidentifikasi komponen struktur internal pakan (Khajarern et al., 1987).

Ayakan. Ayakan yang digunakan adalah ayakan dengan ukuran nomor 10, 20 dan 40 mesh untuk pakan sapi dan nomor 20, 40 dan 60 mesh untuk pakan unggas. Ayakan tersebut disertai dengan penampung pada bagian dasarnya (AOAC, 1995). Ukuran lubang dari ayakan berhubungan dengan nomor ayakan (Tabel 8) (Pathak, 1997 dan Pfost, 1976).

Tabel 8. Nomor Ayakan dan Ukuran Lubang Ayakan

Ukuran Ayakan (USA) Ukuran Lubang Ayakan (mm)

1 2*)

Sumber: Pathak, 1997 dan Pfost, 1976*)

(27)

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan untuk pengamatan feed microscopy merupakan campuran antara kloral hidrat (CCl3CH(OH)2), akuades dan glicerol. Perbandingan

antara ketiga bahan kimia tersebut adalah 1 : 1 : 1 (AOAC, 1995).

Kloral Hidrat. Kloral hidrat merupakan salah satu jenis bahan penjernih (clearing agent) yang paling banyak digunakan dan dipilih, karena dapat meluruhkan jaringan yang lembut tanpa reaksi yang hebat pada dinding sel sehingga bentuk jaringan tidak berubah. Selain itu, kloral hidrat dapat melarutkan isi sel dan menghancurkan kristal kalsium oksalat sampai bersih dengan cepat (Wallis, 1965).

Hasil reaksi dari larutan penjernih adalah sisa dari struktur yang benar-benar bersih atau jernih. Larutan penjernih bereaksi dengan menembus struktur dalam bahan termasuk bagian dinding sel dan pati, sehingga bahan tersebut akan menjadi lebih transparan dan akan memperlihatkan struktur yang lebih jelas (Wallis, 1965).

Glicerol. Glicerol merupakan salah satu bahan kimia yang digunakan untuk pembuatan larutan clearing agent. Penambahan setetes glicerol pada saat peletakan sampel pada slide dapat membuat preparat awet selama beberapa bulan (Wallis, 1965).

Persiapan Sampel

Menurut Pathak (1997),pengujian pakan secara mikroskopik dapat dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu persiapan sampel, pemisahan bahan menjadi partikel yang berbeda melalui penyaringan, pengujian, pemeriksaan dan identifikasi. Metode persiapan sampel diseleksi menurut kondisi sampel yang diperiksa. Sampel dalam bentuk tepung dapat langsung diamati dengan mikroskop, sedangkan sampel dalam bentuk campuran pakan yang kasar dapat dihaluskan dengan menggerus atau menggiling bahan pakan.

Pengamatan Mikroskopis

Menurut AOAC (1995), metode umum feed microscopy pada pakan bentuk tepungterbagi menjadi dua macam yaitu pengamatan dengan mikroskop berkekuatan rendah dan berkekuatan tinggi.

(28)

dipindah dan disebar pada slide dengan menggunakan spatula mikro. Sampel pada

slide kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop stereo. Pengujian pada masing-masing bagian dilakuakn secara sistematis dan terpisah.

Mikroskop Berkekuatan Tinggi. Hasi saringan dari 10 gram sampel dengan spatula mikro, dipindahkan ke slide dan ditambah dengan dua tetes larutan kloral hidrat, kemudian diaduk dan diamati dengan mikroskop compound.

Anatomi Bijian Sereal

Jagung, beras dan gandum serta hasil sampingnya merupakan bijian sereal yang sering digunakan sebagai pakan ternak. Kebanyakan bijian sereal tinggi akan pati dan relatif rendah serat. Bijian tersebut kaya akan TDN (Total Digestible Nutrients) dan energi serta bersifat palatabel (Morrison, 1948). Bagian-bagian dari biji (karyopsis) menurut Kent (1983) adalah sebagai berikut :

1. Perikarp (kulit buah) a. Luar : Epidermis

Hypodermis Beeswing Sisa-sisa dari dinding sel yang kecil

b. Dalam : Sel-sel intermediet

Sel-sel silang Endokarp

Sel-sel pipa Dedak (bran) 2. Biji

a. Kulit biji (testa)

b. Lapisan nusellar (lapisan hyalin) c. Endosperm :

- Lapisan aleuron - Endosperm berpati

d. Germ (embrio)

(29)

Standar Mutu Jagung Giling

Karakteristik jagung di bawah mikroskop stereo (Gambar 1 dan 2) menurut Khajarern et al. (1987) terbagi menjadi beberapa bagian dengan karakteristik masing-masing yang spesifik yaitu :

1. Kulit luar : mengkilap, agak transparan, kecil, ada garis pararel atau sejajar dan bentuk tidak beraturan.

2. Endosperm, mempunyai dua tipe yaitu : a. Tipe pati keras : kuning dan transparan

b. Tipe pati lembut : berbentuk bubuk, buram dan dalam jumlah yang banyak.

3. Germ : warna krem, lembut dan berminyak.

Gambar 1. Karakteristik Stereomikroskopis secara Umum Jagung Giling

Sumber: Khajarern et al., 1987

Gambar 2. Karakteristik Stereomikroskopis Bagian Pati Keras Jagung yang

Ditempeli oleh Pati Lembut dan Embrio

(30)

Biji jagung memiliki beberapa bagian dengan proporsi dan kandungan nutrien yang berbeda (Tabel 9, 10 dan Gambar 3). Endosperm merupakan bagian biji jagung yang paling dominan yaitu tiga per empat dari bagian biji, kandungan patinya sangat tinggi dan hanya mengandung 10% protein, sedikit lemak dan mineral. Bagian kulit luar mengandung sedikit pati dan mengandung sekitar 15% serat. Bagian germ kaya akan protein dan mengandung lemak atau minyak sekitar 35% (Morrison, 1948).

Bagian endosperm muncul dengan warna yang bervariasi. Warna yang bervariasi dari endosperm jagung tergantung pada tipe jagung dan letak biji. Endosperm yang terletak pada mahkota (berlawanan dengan bagian germ) berwarna terang dan berisi sekumpulan granula-granula pati dengan sedikit protein. Endosperm pada bagian tanduk berwarna kuning dan mempunyai sedikit granula pati yang menempel pada bagian protein yang lebih dominan. Kandungan minyak dan protein dari endosperm yang berwarna kuning lebih tinggi dari bagian mahkota yaitu sekitar dua kali lipat (Kent, 1983).

Tabel 9. Proporsi Bagian-bagian Biji Jagung

Bagian Jagung Proporsi (%)

Sekam -

Perikarp + Testa 6

Aleuron + Endosperm Berpati 82

Germ 12

Sumber: Kent, 1983

Tabel 10. Kandungan Nutrien Bagian-bagian Biji Jagung dalam 100 gram Biji

Kandungan Nutrien Bagian Jagung

Dedak Endosperm Germ ... gram ...

Berat 5 82 13

Pati 0 98 2

Protein 2 75 23

Lemak 1 15 84

(31)

Gambar 3. Struktur Biji Jagung

Sumber: Morrison, 1948

Standar Mutu Dedak Padi

Karakteristik dedak padi di bawah mikroskop stereo (Gambar 4 dan 5) menurut Khajarern et al. (1987) terbagi menjadi beberapa bagian dengan karakteristik masing-masing yang spesifik yaitu :

1. Sekam : berbentuk pecahan yang tidak beraturan, mengkilap pada bagian permukaan luar dan berwarna kuning sampai coklat.

2. Dedak : berbentuk pecahan-pecahan kecil yang berminyak, berwarna krem sampai kuning pucat dan menggumpal.

3. Bagian bijian : permukaan lembut, bentuk kecil tidak beraturan, tembus cahaya, keras, berwarna putih dan garis luar oval.

(32)

Gambar 4. Karakteristik Stereomikroskopis Dedak Padi (Dedak, Butiran

Beras dan Sekam) Sumber: Khajarern et al., 1987

Gambar 5. Karakteristik Stereomikroskopis Sekam

Sumber: Khajarern et al., 1987

(33)

Menurut Houston (1972b), keberadaan sekam dalam jumlah yang sedikit dikarenakan proses penggilingan yang tidak efisien dan beberapa butir beras akan muncul pada saat proses penghilangan dedak. Beras giling menurut Juliano (1972), memiliki kandungan protein kasar 6,9-9,6%, lemak kasar 0,3-0,6%, serat kasar 0,1-0,2%, abu 0,4-0,7% dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 84,0-89,1%. Menurut Kent (1983), kandungan nutrien dedak padi bervariasi tergantung pada komponen yang menyusunnya (Tabel 12 dan 13).

Tabel 11. Proporsi Bagian-bagian Biji Beras

Bagian Biji Beras Proporsi (%) Sekam 20,0 Perikarp + Testa + Aleuron 4,8

Endosperm Berpati 73,0

Germ 2,2

Sumber: Kent, 1983

Tabel 12. Hasil Analisis Proksimat Dedak Padi

Zat Makanan (%)

Air 8,4-14,7 Protein 8-15,4 Lemak 7,7-22,4 Abu 7,1-20,6

Serat Kasar 5,7-20,9

Sumber: Houston, 1972a

Tabel 13. Komposisi Kimia Dedak Murni (Perikarp + Germ) Berdasarkan Bahan Kering

Zat makanan %

Protein 17,26 Abu 12,32 Lemak 23,91

(34)

Gambar 6. Struktur Biji Beras

Sumber: Juliano, 1972

Standar Mutu Pollard

Karakteristik pollard di bawah mikroskop stereo (Gambar 7, 8 dan 9) menurut Khajarern et al. (1987) terbagi menjadi beberapa bagian dengan karakteristik masing-masing yang spesifik yaitu :

1. Partikel dedak : berbeda-beda ukuran, berwarna coklat kekuningan, kecil, permukaan luar ada kerutan halus dan ada granula-granula pati yang putih buram melekat pada permukaan dalam.

2. Partikel ujung : kecil, transparan dan ada sejumlah rambut yang lebat dan panjang.

3. Germ : lembut, tipis, garis luar mendekati oval, berminyak dan berwarna kuning pucat.

(35)

Gambar 7. Karakteristik Stereomikroskopis Pollard

Sumber: Khajarern et al., 1987

Gambar 8. Karakteristik Stereomikroskopis Bagian Dalam dan Luar Pollard

Sumber: Khajarern et al., 1987

Gambar 9. Karakteristik Stereomikroskopis Partikel Ujung Pollard

(36)

Gandum terdiri dari beberapa bagian dengan proporsi yang berbeda (Tabel 14 dan Gambar 10). Kandungan nutrien setiap bagian gandum juga berbeda (Tabel 15). Menurut Cheeke (1999), lapisan luar dari biji gandum mengandung serat dalam jumlah yang paling tinggi sedangkan bagian germ tinggi akan lemak, vitamin dan protein. Lapisan aleuron terdiri dari serat dan protein.

Tabel 14. Proporsi Bagian-bagian Biji Gandum

Bagian Gandum Jenis Gandum Thatcher Vilmorin

27

Argentinian Egyptian

... % ...

Sekam - - -

Perikarp + Testa 8,2 8,0 9,5 7,4

Aleuron 6,7 7,0 6,4 6,7

Endosperm Berpati

81,5 82,5 81,4 84,1

Germ Embrio 1,6 1,0 1,3 1,3

Skutellum 2,0 1,5 1,4 1,5

Sumber: Kent, 1983

Tabel 15. Kandungan Nutrien dari Bagian-bagian Biji Gandum dalam 100 gram Biji

Kandungan Nutrien Bagian Gandum

Dedak*) Endosperm Germ ... % ...

Berat 15 82 3

Pati 0 100 0

Protein 20 72 8

Serat Kasar 93 4 3

Lemak 30 50 20

Bahan Mineral 67 23 10

(37)

Gambar 10. Struktur Biji Gandum

(38)

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Bagian Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, mulai bulan Maret – September 2005.

Materi

Bahan Pakan

Bahan pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah jagung, dedak padi dan pollard. Jagung dan dedak padi berasal dari empat pemasok, yaitu dua industri besar masing-masing di Serang dan Tangerang, satu industri kecil di Bogor dan satu

poultry shop di Bogor. Pollard yang digunakan berasal dari tiga pemasok yaitu dua industri masing-masing di Serang dan Tangerang dan satu industri kecil di Bogor.

Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan adalah campuran antara kloral hidrat (CCl3CH(OH)2), akuades dan glicerol dengan perbandingan 1 : 1 : 1 (AOAC, 1995).

Peralatan

Peralatan yang digunakan antara lain mikroskop cahaya, ayakan (Gambar 11a) dengan ukuran nomor 16 mesh (1,180 mm), 30 mesh (0,600 mm) dan 50 mesh (0,300 mm) yang disertai dengan pan penampung, timbangan analitik (Gambar 11b), gelas objek (slide) (Gambar 11c), jarum (Gambar 11d), pipet tetes (Gambar 11e), dan sudip (Gambar 11f) (AOAC, 1995). Mikroskop cahaya yang digunakan adalah mikroskop cahaya tipe stereo (Gambar 11g) dengan perbesaran 30 kali dan tipe

(39)

Keterangan : a). Ayakan Ukuran 16, 30 dan 50 Mesh yang Disertai dengan Pan Penampung, b). Timbangan Analitik, c). Gelas Objek, d). Jarum, e). Pipet Tetes, f). Sudip, g). Mikroskop Compound dan h). Mikroskop Stereo

Gambar 11. Peralatan yang Digunakan untuk Pengujian Kualitas Pakan dengan Menggunakan Mikroskop

Rancangan

Perlakuan

Penelitian ini menggunakan tiga jenis bahan pakan sumber energi yaitu jagung, dedak padi dan pollard. Jagung dan dedak padi diperoleh dari empat pemasok, pollard diperoleh dari tiga pemasok, sehingga secara keseluruhan ada empat sampel untuk jagung dan dedak padi dan tiga sampel untuk pollard. Sampel-sampel tersebut disaring dengan ayakan ukuran 16, 30 dan 50 mesh, dengan ulangan sebanyak empat kali. Hasil dari ayakan untuk setiap bahan pakan yang sama kemudian diamati dengan mikroskop dan hasilnya dibandingkan secara deskriptif.

d

b

c

a

f

e

16 30 50 Pan

(40)

Hasil analisis kimia (analisis proksimat) dari setiap komponen bahan pakan (komponen bahan pakan yang terlihat di bawah mikroskop) digunakan sebagai data pendukung. Data pendukung yang lain adalah hasil analisis kimia (analisis proksimat) bahan pakan yang mendapat perlakuan dengan dua ulangan. Perlakuan tersebut terdiri dari dua faktor, faktor pertama adalah asal pemasok bahan pakan (empat pemasok untuk jagung dan dedak padi, serta tiga pemasok untuk pollard). Faktor kedua adalah pengayakan yang terdiri dari empat bagian yaitu :

1. Bagian ayakan nomor 16 mesh (1,180 mm) yang selanjutnya disebut 1 (satu) 2. Bagian ayakan nomor 30 mesh (0,600 mm) yang selanjutnya disebut 2 (dua) 3. Bagian ayakan nomor 50 mesh (0,300 mm) yang selanjutnya disebut 3 (tiga) 4. Bagian dasar ayakan (pan penampung) yang selanjutnya disebut 4 (empat)

Model

Model matematik yang digunakan untuk data pendukung adalah sebagai berikut:

Y(ijk) = μ + αi + βj + αβ(ij) + ε(ijk)

Keterangan :

Y(ijk) : Hasil pengamatan dari peubah yang diamati

μ : Rataan umum

αi : Pengaruh asal pemasok bahan pakan ke-i

βj : Pengaruh pengayakan ke-j

αβ(ij) : Pengaruh interaksi asal pemasok bahan pakan ke-i dan pengayakan ke-j

ε(ijk) : Galat

Peubah

Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah 1) karakteristik mikroskopis bahan pakan yang meliputi bentuk, ukuran, warna, tekstur dan tingkat kejernihan dan 2) kandungan nutrien bahan pakan.

Analisis Data

(41)

bahan-bahan pakan tersebut. Hasil pengamatan dengan mikroskop stereo hanya digunakan sebagai pemeriksaan awal, sehingga tidak terlalu banyak dibahas.

Data pendukung dari rancangan acak lengkap faktorial dengan faktor pertama adalah asal pemasok bahan pakan dan faktor kedua adalah pengayakan, diolah dengan analisis ragam (ANOVA). Uji kontras ortogonal dilakukan jika berbeda nyata (Steel dan Torrie, 1991).

Prosedur

Uji Fisik Mikroskopis (Feed Microscopy)

Persiapan Sampel. Persiapan sampel diawali dengan pengambilan sampel secara representatif, homogen dan konsisten. Sampel tersebut kemudian diseleksi menurut kondisinya. Sampel dalam bentuk tepung langsung diuji dengan mikroskop, sedangkan sampel bahan pakan yang kasar dihaluskan dengan menggilingnya (Pathak, 1997).

Penyaringan (Screening). Sampel sebanyak 10 gram disaring dengan menggunakan ayakan ukuran nomor 16, 30 dan 50 mesh untuk memisahkan sampel sesuai dengan ukuran partikel. Bahan pakan yang tertinggal pada masing-masing bagian ayakan kemudian ditimbang.

Pengamatan Mikroskopis. Pengamatan mikroskopis pada sampel bahan pakan dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya tipe stereo (30 kali) dan tipe

compound (40 kali). Sampel dari setiap bagian ayakan yang akan diamati dengan mikroskop stereo diletakkan pada slide dan diratakan, kemudian dapat langsung diamati. Sampel dari setiap bagian ayakan yang akan diamati dengan mikroskop

compound diletakkan pada slide, kemudian ditambah dengan satu sampai dua tetes larutan kloral hidrat, diaduk dengan jarum sampai merata dan diamati.

Perhitungan Rasio Komponen Bahan Pakan. Perhitungan rasio komponen bahan pakan dilakukan dengan mengkombinasikan hasil penyaringan yang telah ditimbang dengan hasil pengamatan mikroskopis. Rasio komponen bahan pakan tersebut digunakan dalam penentuan kualitas bahan pakan.

(42)

menempelkan lensa kamera digital pada lensa okuler mikroskop dan tidak menggunakan efek perbesaran (zoom) sehingga hasil pemotretan sama dengan hasil pengamatan melalui mata pengamat. Fungsi lensa mata pengamat digantikan oleh lensa kamera digital.

Analisis Kimia

Analisis kimia yang digunakan adalah analisis proksimat yang dilakukan pada setiap komponen bahan pakan dan setiap sampel bahan pakan yang tertinggal pada setiap bagian ayakan.

Gambar 12. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Feed Microscopy

Pengamatan Mikroskopis

Mikroskop

Compound

Mikroskop

Stereo

Fotomikrograf Persiapan

Sampel

Penyaringan (Screening)

Pengambilan Sampel

(Representatif, Homogen dan Konsisten)

Seleksi Sampel

Sampel

(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jagung Giling

Hasil pengamatan mikroskopis jagung giling memperlihatkan adanya tiga komponen dengan karakteristik yang spesifik yaitu kulit luar (KL), endosperm dengan pati keras (EPK) dan endosperm dengan pati lembut (EPL). Karakteristik fisik mikroskopis ketiga komponen jagung giling tersebut dapat dilihat pada Tabel 16 dan Gambar 13. Hasil fotomikrograf yang ditampilkan adalah hasil pengamatan dengan mikroskop cahaya tipe compound, karena hasil fotomikrograf dengan menggunakan mikroskop cahaya tipe stereo kurang jelas dan hanya digunakan sebagai pemeriksaan awal.

Tabel 16. Karakteristik Fisik Mikroskopis Komponen Jagung Giling (40 kali)

Komponen Jagung Karakteristik Mikroskopis

Kulit Luar Mengkilap, agak transparan, ada garis pararel dan bentuk tidak teratur

Endosperm dengan Pati Keras

Berwarna kuning dan transparan

Endosperm dengan Pati Lembut

Berbentuk bubuk, buram dan dalam jumlah yang banyak

Keterangan : KL - kulit luar, EPK - endosperm pati keras dan EPL - endosperm pati lembut

Gambar 13. Karakteristik Fisik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali)

KL EPL

(44)

Komponen-komponen jagung giling tersebut selain memiliki karakteristik fisik mikroskopis yang berbeda, kandungan nutriennya juga berbeda (Tabel 17). Oleh karena itu, persentase komponen-komponen jagung giling tersebut sangat mempengaruhi kualitas jagung giling seperti yang tampak pada Gambar 15-18.

Endosperm pati keras memiliki karakteristik fisik mikroskopis berwarna kuning dan transparan, sedangkan kandungan nutriennya yang paling dominan adalah protein kasar. EPL memiliki karakteristik mikroskopis berbentuk bubuk dan buram, sedangkan kandungan nutriennya yang paling dominan adalah kandungan BETN (Tabel 17). Hal ini sesuai dengan pernyataan Kent (1983), bahwa bagian endosperm muncul dengan warna yang bervariasi. Warna yang bervariasi dari endosperm jagung tergantung pada tipe jagung dan letak biji. Endosperm yang terletak pada mahkota (berlawanan dengan bagian germ) berwarna terang dan berisi sekumpulan granula-granula pati dengan sedikit protein. Endosperm pada bagian tanduk berwarna kuning dan mempunyai sedikit granula pati yang menempel pada bagian protein yang lebih dominan. Kandungan minyak dan protein dari endosperm yang berwarna kuning lebih tinggi dari bagian mahkota yaitu sekitar dua kali lipat.

(45)

Jagung Giling A Jagung Giling B Jagung Giling C Jagung Giling D

Gambar 14. Persentase Jagung Giling yang Tertinggal pada setiap Bagian

Ayakan (%)

(a) (b)

(c) (d)

Keterangan : KL - kulit luar, EPK - endosperm pati keras, EPL - endosperm pati lembut dan Sg - serangga

(46)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 16. Karakteristik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali) pada Bagian Ayakan 2 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 17. Karakteristik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali) pada Bagian Ayakan 3 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan

EPK

EPK

EPK EPK

KL

KL

KL EPL

EPL

EPL

EPL

EPL EPK

KL EPL

EPL

EPL

EPK

EPK

(47)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 18. Karakteristik Mikroskopis Jagung Giling (40 kali) pada Bagian Ayakan 4 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d)

Karakteristik fisik mikroskopis jagung giling yang tampak pada Gambar 15-18 tersebut diperjelas pada Tabel 15-18. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa kualitas jagung giling pada setiap bagian ayakan adalah berbeda.

Hasil fotomikrograf menunjukkan bahwa jagung giling yang mempunyai kualitas paling baik adalah jagung giling A dan B. Komponen jagung giling yang mendominasi pada jagung giling A dan B adalah EPK dan EPL. Data kualitatif ini didukung oleh analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan BETN jagung giling A dan B nyata (P<0,05) lebih tinggi dari jagung giling C dan D. Kandungan serat kasar jagung giling A dan B nyata (P<0,05) lebih rendah dari jagung giling C dan D. Tingginya kandungan BETN dan rendahnya kandungan serat kasar jagung giling A dan B dikarenakan oleh dominasi EPK dan EPL yang menurut hasil analisis proksimat memiliki kandungan BETN tinggi dan serat kasar rendah (Tabel 17). Menurut Morrison (1948), endosperm merupakan bagian biji jagung yang paling dominan yaitu tiga per empat dari bagian biji, kandungan patinya sangat tinggi dan hanya mengandung 10% protein, sedikit lemak dan mineral.

EPL EPL

EPL

EPL

(48)

Tabel 18. Karakteristik Fisik Mikroskopis Jagung Giling dengan Kualitas yang Berbeda pada setiap Bagian Ayakan

(49)

didukung oleh hasil analisis ragam yang menyatakan bahwa kandungan serat kasar jagung giling A dan B nyata (P<0,05) lebih rendah dari jagung giling C dan D. Jagung giling A dan B pada ayakan 2 dan 3 didominasi oleh EPK, sehingga akan mempengaruhi kandungan BETN jagung giling karena EPK tinggi akan BETN. Hal ini terlihat dari hasil analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan BETN jagung giling A dan B pada ayakan 2 dan 3 nyata (P<0,05) lebih tinggi dari jagung giling C dan D. Jagung giling A dan B yang tertinggal pada ayakan 4 terlihat didominasi oleh EPL yang memiliki kandungan BETN tinggi. Hal ini terlihat dari analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan BETN jagung giling A dan B pada ayakan 4 nyata (P<0,05) paling tinggi.

(50)

populasi serangga. Serangga banyak menghasilkan kotoran, baik berupa ekskresinya maupun tempat bertelurnya.

Tabel 19. Rataan Kandungan Abu Jagung Giling dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

Asal Pemasok

Bagian Ayakan

Rataan 1 2 3 4 ………... % ………..………..

A 14,97±1,07 0,87±0,06 0,77±0,01 0,70±0,05 4,33±0,98 B 15,12±1,27 0,79±0,10 0,72±0,05 0,59±0,06 4,30±1,25 C 15,11±0,14 0,82±0,13 0,80±0,01 0,81±0,08 4,38±0,06 D 15,92±1,47 0,94±0,06 0,86±0,06 0,99±0,03 4,68±1,44 Rataan 15,28±1,80b 0,85±0,02a 0,79±0,00a 0,77±0,12a

Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 20. Rataan Kandungan Protein Kasar Jagung Giling dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

Asal Pemasok

Bagian Ayakan

1 2 3 4 ………..…………..…………... % ……..……..……….

A 9,92±1,36a 13,46±1,16b 13,14±0,27b 10,99±1,37a B 10,19±1,50a 14,04±0,25b 13,12±1,26b 10,12±1,07a C 10,66±1,13a 13,68±0,45b 13,91±0,93b 9,29±0,57a D 10,18±1,16a 9,74±0,74a 14,42±0,22b 11,01±1,91a

(51)

Tabel 21. Rataan Kandungan Lemak Kasar Jagung Giling dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 22. Rataan Kandungan Serat Kasar Jagung Giling dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 23. Rataan Kandungan BETN Jagung Giling dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

(52)

Jagung giling di bawah mikroskop memiliki karakteristik yang spesifik dan bervariasi, yaitu terdiri dari kulit luar, EPK dan EPL. Jagung giling yang diamati dengan mikroskop, dapat dikatakan berkualitas baik jika karakteristik fisik mikroskopisnya didominasi oleh EPK dan EPL dan tidak ada kulit luar pada ayakan 3 dan 4. Jagung giling yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemeriksaan kualitas melalui feed microscopy adalah Gambar 17a, 17b, 18a dan 18b yang menunjukkan adanya dominasi EPK dan EPL, tidak ada kulit luar serta untuk mengetahui teksturnya yang masih bagus.

Dedak Padi

Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa dedak padi memiliki tiga komponen dengan karakteristik yang spesifik yaitu dedak murni (DM), sekam (S) dan butiran beras (BB). Karakteristik fisik mikroskopis ketiga komponen dedak padi tersebut dapat dilihat pada Tabel 24 dan Gambar 19. Hasil fotomikrograf yang ditampilkan hanya hasil pengamatan dengan mikroskop cahaya tipe compound, karena hasil fotomikrograf dari pengamatan dengan mikroskop cahaya tipe stereo

kurang jelas dan hanya digunakan sebagai pemeriksaan awal.

Tabel 24. Karakteristik Fisik Mikroskopis Komponen Dedak Padi (40 kali) Komponen

Dedak Padi

Karakteristik Mikroskopis

Dedak Murni Berupa pecahan-pecahan kecil, berwarna krem-kuning kecoklatan, menggumpal dan berminyak

Sekam Berupa pecahan-pecahan yang tidak beraturan, berwarna kuning kehijauan-coklat, mengkilap dan berserat

Butiran Beras Bentuk tidak beraturan, berwarna gelap, permukaan lembut dan tampak keras

Komponen-komponen dedak padi tersebut selain memiliki karakteristik fisik mikroskopis yang berbeda, kandungan nutriennya juga berbeda (Tabel 25). Oleh karena itu, persentase komponen-komponen dedak padi tersebut sangat mempengaruhi kualitas dedak padi seperti yang tampak pada Gambar 21-24.

(53)

Keterangan : DM - dedak murni, S - sekam, BB - butiran beras

Gambar 19. Karakteristik Fisik Mikroskopis Dedak Padi (40 kali)

Tabel 25. Kandungan Nutrien Komponen Dedak Padi Berdasarkan Bahan Kering

Komponen Dedak Padi

Kandungan Nutrien Abu Lemak

Kasar

Protein Kasar

Serat Kasar

BETN

... % ... Dedak Murni 9.24 9.53 15.78 7.63 57.82

Sekam 19,26 0,92 2,33 43,56 33,93

Butiran Beras 1,27 1,43 7,90 1,11 88,29

DM

BB

(54)

Dedak Padi A Dedak Padi B Dedak Padi C Dedak Padi D

Keterangan : DM - dedak murni, S - sekam, BB - butiran beras

(55)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 22. Karakteristik Mikroskopis Dedak Padi (40 kali) pada Bagian Ayakan 2 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 23. Karakteristik Mikroskopis Dedak Padi (40 kali) pada Bagian Ayakan 3 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d)

S

S

DM DM

DM S

DM DM

DM DM

DM

S

S S

(56)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 24. Karakteristik Mikroskopis Dedak Padi (40 kali) pada Bagian Ayakan 4 untuk Asal Pemasok A (a), B (b), C (c) dan D (d)

Karakteristik fisik mikroskopis dedak padi yang tampak pada Gambar 21-24 tersebut diperjelas pada Tabel 26. Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa kualitas jagung giling pada setiap bagian ayakan adalah berbeda.

Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa dedak padi yang mempunyai kualitas baik adalah dedak padi A dan B. Komponen dedak padi yang tampak di bawah mikroskop adalah dedak murni. Data kualitatif ini didukung oleh analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan protein kasar dan BETN dedak padi A dan B nyata (P<0,05) lebih tinggi dari dedak padi C dan D. Kandungan serat kasar dedak padi A dan B nyata (P<0,05) paling rendah. Tingginya kandungan protein kasar dan BETN dedak padi A dan B dikarenakan oleh dominasi dedak murni yang menurut hasil analisis proksimat memiliki kandungan protein kasar dan BETN yang tinggi (Tabel 25). Dedak murni dikatakan mendominasi pada dedak padi A dan B karena dedak padi yang tertinggal pada ayakan 3 dan 4 yang didominasi oleh dedak murni memiliki persentase lebih tinggi dari dedak padi C dan D (Gambar 20).

DM DM

DM

DM

(57)

Tabel 26. Karakteristik Fisik Mikroskopis Dedak Padi dengan Kualitas yang Berbeda pada setiap Bagian Ayakan

(58)

menyatakan bahwa kandungan serat kasar dedak padi pada ayakan 1 nyata (P<0,05) paling tinggi dari dedak padi pada ayakan yang lain. Persentase dedak padi A dan B yang tertinggal pada ayakan 1 adalah sedikit jika dibandingkan dengan dedak padi D. Hal ini menandakan bahwa proses penggilingan untuk menghasilkan dedak padi A dan B efisien, karena menurut Houston (1972b), keberadaan sekam dalam jumlah yang sedikit dikarenakan proses penggilingan yang tidak efisien dan beberapa butir beras akan muncul pada saat proses penghilangan dedak.

Dedak padi A dan B pada ayakan 2 juga masih terdapat sekam, tetapi jumlahnya tidak sebanyak pada dedak padi C dan D. Hal ini terlihat dari hasil analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan serat kasar dedak padi A dan B pada ayakan 2 nyata (P<0,05) lebih rendah dari dedak padi C dan D. Dedak padi A dan B pada ayakan 3 dan 4 terlihat didominasi oleh dedak murni dan hampir tidak ada sekam. Hal ini terlihat dari analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan serat kasar dedak padi A dan B pada ayakan 3 nyata (P<0,05) lebih rendah dari dedak padi C dan D. Kandungan protein kasar dan BETN dedak padi A dan B pada ayakan 4 nyata (P<0,0,5) lebih tinggi dari dedak padi C dan D.

Hasil fotomikrograf memperlihatkan bahwa dedak padi yang mempunyai kualitas rendah adalah dedak padi D. Komponen dedak padi yang tampak di bawah mikroskop adalah dedak murni, tetapi pada ayakan 3 dan 4 masih terdapat sekam. Data kualitatif ini didukung oleh analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan serat kasar dedak padi D nyata (P<0,05) paling tinggi dari dedak padi yang lain. Hal ini dikarenakan oleh keberadaan sekam yang menurut hasil analisis proksimat memiliki kandungan serat kasar paling tinggi dari komponen dedak padi yang lain yaitu 43,56% (Tabel 25).

(59)

Dedak padi D pada ayakan 3 dan 4 terlihat didominasi oleh dedak murni dan masih terdapat sekam. Hal ini terlihat dari analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan serat kasar dedak padi D pada ayakan 3 dan 4 nyata (P<0,05) paling tinggi dari dedak padi yang lain. Keberadaan sekam pada bagian ayakan 4 (bagian yang melewati ayakan ukuran 50 mesh dengan diameter lubang ayakan 0,300 mm) perlu diwaspadai, karena menurut Bates (2005), pemalsuan pakan biasanya menggunakan bahan pencampur yang halus yaitu partikel yang melewati ayakan ukuran 40 mesh (0,420 mm) agar tidak mudah terdeteksi. Keberadaan sekam yang halus dalam dedak padi sulit terdeteksi secara visual padahal keberadaan sekam dalam dedak padi dapat menurunkan nilai nutrien dan komposisi dedak tersebut (Tabel 4). Hal ini dikarenakan sekam bersifat abrasif, keras, berkayu, amba, kandungan nutrien rendah dan kandungan abu tinggi (Tabel 5) (Houston, 1972b).

Tabel 27. Rataan Kandungan Abu Dedak Padi dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

Asal

Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

(60)

Tabel 29. Rataan Kandungan Lemak Kasar Dedak Padi dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 30. Rataan Kandungan Serat Kasar Dedak Padi dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

Asal

Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Tabel 31. Rataan Kandungan BETN Dedak Padi dari Empat Pemasok yang Mendapat Perlakuan Pengayakan Berdasarkan Bahan Kering

Asal

Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

(61)

Dedak padi yang pemeriksaan kualitasnya dilakukan dengan metode feed microscopy

dapat dikatakan berkualitas baik jika karakteristik fisik mikroskopisnya didominasi oleh dedak murni dan tidak ada sekam pada ayakan 3 dan 4. Dedak padi yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam pemeriksaan kualitas melalui feed microscopy

adalah Gambar 23a, 23b, 24a dan 24b yang menunjukkan bahwa hampir tidak ada sekam pada bagian ayakan 3.

Pollard

Hasil pengamatan pollard dengan menggunakan mikroskop menunjukkan adanya enam komponen yang tampak dengan karakteristik fisik mikroskopis yang sangat spesifik yaitu perikarp (P), testa (T), aleuron (A), partikel ujung (PU), germ (G) dan partikel pati (PP). Karakteristik fisik mikroskopis dari setiap komponen pollard dapat dilihat pada Tabel 32 dan Gambar 25. Hasil fotomikrograf yang ditampilkan merupakan hasil pengamatan dengan mikroskop cahaya tipe compound,

karena hasil fotomikrograf dari pengamatan dengan mikroskop cahaya tipe stereo

kurang jelas dan hanya digunakan sebagai pemeriksaan awal.

Tabel 32. Karakteristik Fisik Mikroskopis Komponen Pollard (40 kali) Komponen Pollard Karakteristik Mikroskopis Dedak

Ukuran beragam, permukaan berbintik, berwarna coklat kekuningan

Berwarna coklat, ada lapisan tipis yang transparan Berukuran kecil, berwarna putih-krem, agak berminyak, transparan

Partikel Ujung Kecil, transparan, ditempeli rambut-rambut yang panjang

Germ Lembut, tipis, berwarna kuning pucat, berminyak Partikel Pati Berwarna putih, kecil, bentuk tidak beraturan, agak

(62)

Keterangan : P - perikarp, T - testa, A - aleuron, PU - partikel ujung, G - germ, PP - partikel pati

Gambar 25. Karakteristik Fisik Mikroskopis Pollard (40 kali)

Komponen-komponen pollard tersebut selain memiliki karakteristik fisik mikroskopis yang berbeda, kandungan nutriennya juga berbeda (Tabel 33). Oleh karena itu, persentase komponen-komponen tersebut sangat mempengaruhi kualitas pollard seperti yang tampak pada Gambar 27-30.

Tabel 33. Kandungan Nutrien Komponen Pollard Berdasarkan Bahan Kering

Komponen Pollard

Kandungan Nutrien

Abu Lemak Kasar Protein Kasar Serat Kasar BETN ... % ...

Dedak Kasar 15,34 8,72 10,03 17,80 48,11 Dedak Halus 11,82 10,84 13,92 12,22 51,20 Partikel Pati 3,81 3,32 13,37 5,40 74,10

P

PP

A

PU

(63)

Pollard A Pollard B Pollard C

Gambar 26. Persentase Pollard yang Tertinggal pada setiap Bagian Ayakan (%)

(a) (b)

(c)

Keterangan : P - perikarp, T - testa, A - aleuron, PU - partikel ujung, G - germ, PP - partikel pati

(64)

(a) (b)

(c)

Gambar 28. Karakteristik Mikroskopis Pollard (40 kali) pada Bagian Ayakan 2 untuk Asal Pemasok A (a), B (b) dan C (c)

(a) (b)

(c)

Gambar 29. Karakteristik Mikroskopis Pollard (40 kali) pada Bagian Ayakan 3 untuk Asal Pemasok A (a), B (b) dan C (c)

A

G PU

P T

P

P

T

T A

G

P P

P T

T

T

A A

A

Sg

G

(65)

(a) (b)

(c)

Gambar 30. Karakteristik Mikroskopis Pollard (40 kali) pada Bagian Ayakan 4 untuk Asal Pemasok A (a), B (b) dan C (c)

Karakteristik fisik mikroskopis pollard yang tampak pada Gambar 27-30 tersebut diperjelas pada Tabel 34. Oleh karena itu, kualitas pollard pada setiap bagian ayakan dapat diketahui.

Hasil pengamatan mikroskopis menunjukkan bahwa pollard yang mempunyai kualitas paling baik adalah pollard A. Komponen pollard yang tampak di bawah mikroskop adalah dedak kasar, dedak halus dan partikel pati dengan perbandingan yang proporsional dan didominasi oleh dedak halus. Data kualitatif ini didukung oleh analisis ragam yang menunjukkan bahwa kandungan protein kasar dan BETN pollard A nyata (P<0,05) lebih tinggi dari pollard C. Tingginya kandungan protein kasar pollard A dikarenakan oleh dominasi dedak halus yang menurut hasil analisis proksimat memiliki kandungan protein kasar yang paling tinggi dari komponen pollard yang lain (Tabel 33). Dedak halus dikatakan mendominasi pada pollard A karena 52,52% (Gambar 26) pollard yang tertinggal pada ayakan 3 didominasi oleh dedak halus, paling tinggi dari pollard B dan C. Tingginya kandungan BETN pollard A dikarenakan oleh dominasi dedak halus dan keberadaan partikel pati, yang berdasarkan hasil analisis proksimat memiliki kandungan BETN yang tinggi yaitu

PP

G

G

G

A

PP

PP A

Gambar

Tabel 9.  Proporsi Bagian-bagian Biji Jagung
Gambar 3.  Struktur Biji Jagung                           Sumber: Morrison, 1948
Gambar 6.  Struktur Biji Beras                           Sumber: Juliano, 1972
Gambar 10.  Struktur Biji Gandum               Sumber: Kent, 1983
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada dasarnya biji salak hanyalah sampah tetapi dengan di munculkannya inovasi pembuatan biji salak tersebut menjadi serbuk kopi menjadikan salah satu peluang usaha yang menjanjikan

Teacher Education Vol. Menurut Berry Brazelton, strategi mengedisiplinkan harus mencakup beberapa hal. Pertama, kelakuan buruk anak harus dihentikan. Kedua, mungkin anak

Belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya seperti yang dijabarkan dalam standar C : secara regular guru berkesempatan secara individu maupun bersama kolega berlatih

Manfaat yang diperoleh dalam Aplikasi Peramalan Penjualan Aquaky ini adalah dapat mengetahui hasil dari prediksi tingkat penjualan di hari yang akan datang, untuk

H3: Kontrol perilaku persepsian manajer atas pengungkapan TSP berpengaruh positif terhadap niatnya untuk mengungkapkan TSP.. Pengaruh Niat dan Kontrol Perilaku Persepsian Manajer

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. Suci Fajriati 2016© Universitas

7. sekarang saya akan mengecek tanda tanda vital mbak yang meliputi suhu tubuh, nadi, tekanan darah, dan pernafasan mbak. permisi ya mbak. selanjutnya saya akan menjelaskan beberapa

Pemberian motivasi sangat penting untuk dilakukan agar karyawan dalam berkerja dapat memberikan yang terbaik bagi perusahaan yang secara langsung akan dampak pula terhadap