1
Jagung merupakan tanaman serealia selain padi yang perlu mendapat perhatian yang lebih besar dan serius. Ditinjau dari luas panen, jagung merupakan tanaman pangan penting kedua di Indonesia selain padi. Dari
tahun ke tahun, peran jagung semakin
meningkat sejalan dengan pertambahan
penduduk, peningkatan industri pakan, serta
perkembangan industri pangan yang
mengolah jagung menjadi berbagai bentuk makanan yang menarik konsumen.
Permintaan jagung di dalam negeri terus
meningkat. Pada periode 1991 – 2000
permintaan jagung di Indonesia meningkat
sebesar 6,4 % per tahun sedangkan
peningkatan produksi pada periode yang sama
hanya 5,6 % per tahun. (Pamedonet al.2006).
Berdasarkan proyeksi yang dilakukan
Swastika et al. (2002) yang dikutip oleh
Susanto dan Wirappa (2005) diketahui bahwa persedian jagung domestik pada tahun 2010 mengalami defisit sekitar 6 juta ton. Untuk mengatasi defisit tersebut diperlukan upaya, upaya peningkatan produksi jagung nasional.
Sampai saat ini sebagian besar penelitian mempelajari pengaruh iklim,cuaca terhadap tanaman secara kualitatif. Kegunaan dari hubungan cuaca,tanaman akan lebih berarti dalam perencanaan dan operasional pertanian apabila pengaruh cuaca dapat dikuantifikasi (Baharsjah 1991). Model simulasi tanaman merupakan model mekanistik, yang mengarah pada penjelasan proses adalah salah satu alternatif yang menjembatani keterbatasan pengetahuan, namun berusaha menjabarkan
proses yang terjadi berdasarkan asumsi,
asumsi tertentu.
Proses pertumbuhan tanaman serta
hubungan antara cuaca dengan tanaman
sebenarnya merupakan sesuatu yang teratur sedangkan proses produksi tanaman relatif tetap dari musim ke musim. Dengan asumsi faktor teknologi budidaya tanaman tetap, maka variasi hasil dari musim ke musim disebabkan oleh fluktuasi unsur,unsur cuaca
musiman maupun harian. Dengan
menggunakan model simulasi tanaman yang telah teruji keabsahannya, pengaruh ini dapat disimulasi pada komputer dengan waktu yang singkat. Oleh sebab itu, salah satu keunggulan penggunaan model simulasi tanaman yaitu dalam hal penghematan waktu dan biaya,
dibandingkan penelitian agronomis di
lapangan (Handoko 1994).
Model simulasi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung disusun
untuk menjelaskan mekanisme proses
pertumbuhan yang terjadi selama masa
hidup tanaman. Selain hasil akhir (yield),
model ini akan mensimulasikan komponen, komponen proses yang terjadi selama masa pertumbuhan tanaman, seperti neraca air (kadar air tanah, drainase, evapotranspirasi), pertumbuhan tanaman (berat akar, batang, daun, tongkol) serta periode perkembangan
(seperti periode waktu pembungaan).
Umumnya hasil,hasil penelitian yang telah dilakukan tidak mencakup data,data tersebut secara keseluruhan.
Membangun suatu model simulasi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung (zea mays L.) yang dapat menjelaskan
mekanisme proses yang terjadi selama periode pertumbuhan serta mampu mensimulasikan
komponen,komponen proses yang terjadi
selama masa pertumbuhan tanaman, seperti komponen neraca air (kadar air tanah, dan
evapotranspirasi), pertumbuhan tanaman
(berat batang, daun, akar tongkol) serta
periode perkembangan (seperti waktu
pembungaan).
Model hanya dipengaruhi oleh unsur,unsur cuaca khususnya curah hujan, radiasi surya, suhu dan kelembaban udara, serta kecepatan angin. Sifat fisik tanah yang berpengaruh hanya titik layu permanen dan kapasitas lapang serta parameter penguapan tanah.
! " # !
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang saling berhubungan
dan berlangsung secara terus menerus
sepanjang daur hidup tanaman, bergantung
pada ketersediaan hasil asimilasi.
Pertumbuhan dapat didefenisikan sebagai
penambahan massa atau dimensi satu organ tumbuhan atau keseluruhan organ tumbuhan dalam interval waktu suatu fase tertentu atau dalam keseluruhan siklus hidup tanaman. Di lain pihak, perkembangan diartikan sebagai kemunculan suatu fase atau beberapa fase secara berurutan dalam keseluruhan hidup tanaman.
Hasil asimilasi yang dibutuhkan tanaman
2
karbohidrat yang merupakan selisih dari laju perolehan massa bruto dan kehilangan massa. Dalam periode waktu tertentu, laju perubahan bobot tanaman netto tanaman dapat ditulis
(Charles,Edward,et al. 1986) :
7W/7t = laju perolehan massa bruto – laju kehilangan massa
Laju perolehan massa pada tanaman ini tergantung pada jumlah energi cahaya yang
mampu diintersepsi oleh tajuk tanaman (Qint)
dan efisiensi penggunaannya dalam proses fotosintesis (ε). Sedangkan laju kehilangan massa utama pada tanaman berasal dari respirasi. Sebagian energi hasil fotosintesis bruto hilang melalui dua cara, yaitu (1)
digunakan untuk pemeliharaan kompleks
kehidupan dalam organ tanaman agar proses, proses biokimia dan fisologi dapat berjalan sempurna dan (2) sintesis dan pembentukan jaringan baru dalam organ tanaman. Kedua
bentuk respirasi ini disebut respirasi
pertumbuhan (Rg) dan respirasi pemeliharaan
(Rm) (Kropff & Laar 1993).
$% %
Fotosintes dapat didefenisikan sebagai proses pemanenan energi radiasi surya oleh jaringan tanaman. Tanaman menggunakan khlorofil untuk menangkap, menyerap dan mengubah energi radiasi surya menjadi energi
kimia. Dalam proses ini CO2 dari atmosfer
dan H2O dari perakaran diubah menjadi
glukosa, suatu karbohidrat sederhana C6H12O6
dan O2dilepas ke atmosfer.
0 H 6 O H C e.Par 6CO O
6H2 + 2+ → 6 12 6+ 2
Pancaran radiasi surya yang sampai kebumi terkonsentrasi pada panjang gelombang 300 – 3000 nm atau sering disebut radiasi gelombang pendek. Tidak seluruh rentang panjang gelombang tersebut cocok dalam proses fotosintesis. Daun sebagai medium
fotosintesis memerlukan radiasi dengan
kisaran panjang gelombang 390 – 760 nm
sebagi pembangkit proses fotosintesis
(Gardner et al. 1991) atau biasa disebut
dengan istilah Photosynthetically Active
Radiation(PAR).
Penerimaan radiasi surya oleh daun tidak
terdistribusi merata, semakin jauh dari
puncak tajuk masuk ke bagian bawah,
penerimaan radiasi semakin berkurang.
Dengan asumsi secara horizontal tajuk
tanaman memiliki tajuk seragam pada setiap lapisan horizontal tajuk dan hanya berubah ketinggian didalam tajuk, maka radiasi surya
yang diterima akan berkurang secara
eksponensial mengikuti Hukum Beer
(Chang, 1974) :
) k.ILD e Qo(1
Qint= − −
dengan :
Qint = radiasi surya yang diintersepsi tajuk Qo = radiasi surya di puncak tajuk
k = koefesien pemadaman
ILD = indeks luas daun
Karbondioksida (CO2) merupakan salah
satu bahan baku dalam proses fotosintesis.
Keseimbangan antara pengambilan CO2
(fotosintesis) dan pengeluran CO2 (respirasi)
dipercaya oleh para ahli merupakan hasil berat
kering tumbuhan (Gardner et al. 1991).
Secara umum ada dua lintasan fiksasi CO2
fotosintetik, yaitu lintasan C3 dan C4. Pada kondisi jenuh cahaya laju fotosintesis pada tanaman C4 lebih tinggi dari tanaman C3.
Perbedaan ini mengakibatkan efisiensi
fotosintesis tanaman C4 yang lebih tinggi dari
tanaman C3 (Charles,Edward,et al. 1986).
Suhu merupakan salah satu unsur cuaca
selain radiasi surya yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman khususnya pada proses biokimia (Fitter & Hay 1991). Fotosintesis
harus dipisahkan menjadi bagian,bagian
penyusunnya untuk menetapkan pengaruhnya terhadap suhu. Umumnya peningkatan suhu
akan meningkatkan aktivitas enzim dalam
proses fiksasi CO2, laju kenaikan fotosintesis
makin tinggi sejalan peningkatan suhu hingga
mencapai temperatur yang menyebabkan
enzim mengalami denaturasi (Gardner et.al.
1991). Penelitan pada sel chloerella yang
dilakukan Hall dan Rao (1977) menunjukkan bahwa pada intensitas cahaya rendah laju fotosintesis tidak dipengaruhi oleh suhu, tetapi seiring dengan peningkatan intensitas cahaya laju fotosintesis bertambah sampai akhirnya tetap ketika intensitas cahaya mencapai titik jenuhnya.
& '% '
Evapotranspirasi (ET) adalah kombinasi
dua proses kehilangan air melalui jalur yang
berbeda, yaitu melalui permukaan tanah
(evaporasi) dan tanaman (transpirasi).
Meskipun evaporasi dan transpirasi terjadi melalui jalur yang berbeda, namun keduanya sangat sulit dibedakan dan terjadi secara
simultan(Allenet al.1998)
Kehilangan air ke atmosfer ditentukan
oleh faktor cuaca (atmospheric demand),
tanaman dan tanah, serta kondisi dan
pengelolaan lingkungan (Allenet al.1998).
$ % * + Penguapan memerlukan
3
radiasi surya dan pada taraf tertentu energi dapat berasal dari suhu udara lingkungan.
Energi atau bahang (heat) untuk penguapan
dinamakan bahang laten untuk penguapan
(latent heat of vaporization, λ). Nilai λ
tergantung pada suhu air. Pada suhu 20oC,λ=
2,45 MJ kg,1. Artinya pada suhu air 20oC,
dibutuhkan energi sebanyak 2,45 MJ untuk menguapkan 1 kg air. Defisit tekanan uap air
merupakan gaya pendorong (driving force)
untuk pemindahan uap air dari permukaan
penguap ke atmosfer (Allenet al. 1998), yang
prosesnya lebih dominan terjadi secara
vertikal. Udara disekitar bidang penguap akan mengandung lebih banyak uap air (lembab). Oleh angin, massa udara lembab tersebut akan dipindahkan (yang prosesnya lebih dominan terjadi secara horizontal) ketempat lain. Angin juga membawa udara yang lebih kering dari tempat lain untuk menggantikan udara lembab yang sudah dipindahkan. Sehingga, unsur
cuaca utama yang mempengaruhi
evapotranspirasi adalah radiasi matahari,
kelembaban udara, dan kecepatan angin
(Allenet al. 1998).
$ % # " Pemilahan
ET menjadi E (evaporasi) dan T (transpirasi)
sebagian besar ditentukan oleh kondisi
vegetasi dan tanah (sifat fisik dan kebasahan).
Dengan keberadaan vegetasi
,
radiasi netto(Qn) dapat dibagi menjadi : Qn yang diserap
tanaman berperan dalam proses transpirasi,
sedang Qn yang sampai ke permukaan tanah
akan menentukan proses evaporasi. Apabila bidang penguap adalah lahan bertanaman, maka tingkat naungan oleh kanopi tanaman dan ketersediaan air tanah adalah beberapa faktor yang akan berpengaruh terhadap proses evaporasi. Kadar air tanah di zona perakaran tanaman dan karakteristik tanaman serta tipe budidaya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi proses transpirasi.
% # # ' % .
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang terganggu akan mengurangi laju
evapotranspirasi. Kondisi lingkungan yang
dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman misalnya kesuburan tanah yang rendah dan serangan organisme pengganggu tanaman. Pengelolaan budidaya tanaman seperti pengaturan populasi tanaman dan pemberian mulsa dapat memodifikasi
lingkungan tumbuh tanaman yang
mempengaruhi kesetimbangan energi dan
pembagian Qn untuk transpirasi dan
evaporasi. Setiap keadaan permukaan yang berbeda dari keadaan permukaan standar
memerlukan faktor koreksi untuk
menyesuaikan nilai evapotranspirasi yang
digunakan untuk perencanaan pengairan
(ETc) (Allenet al. 1998).
, '
Jagung atau zea mays L. merupakan
tanaman semusim yang berasal dari famili
poaceae. Satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80,150 hari, namun terkadang dapat lebih cepat atau lebih pendek tergantung lama penyinaran dan suhu (Pursegloves 1975). Umur jagung yang ditanam Bunting (1977)
dalam Fisher dan Palmer (1983) dapat
mencapai 184 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan
paruh kedua untuk tahap pertumbuhan
generatif. Berdasarkan tingkat taksonominya maka jagung dapat duraikan sebagai berikut :
Kingdom :Plantae
Subkelas :Commelinidae
Subkingdom :Tracheobionta
Ordo :Cyperales
Superdivisio :Spermatophyta
Famili :Poaceae
Divisio :Magnoliophyta
Genus :ZeaL.
Kelas :Liliopsida
Spesies :Zea maysL.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku,buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tanaman
tegak. Batangnya padat dan tingginya
bervariasi dari 1 , 6 meter, tetapi umumnya 2 – 3 meter. Diameter batangnya 3 , 4 meter
yang memiliki ruas (Pursegloves 1975).
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas,ruas. Ruas terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin.
Dilihat dari strukutur bunganya, jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang
terpisah dalam satu tanaman (monoecious).
Bunga jantan tumbuh di bagian puncak yang
berupa karangan bunga (inflorescene) dan
bunga betina tersusun dalam tongkol (ears).
Bagian tongkol ini merupakan hasil ekonomi
(economic yield /grain) dari tanaman jagung
4
Stomata pada daun jagung berbentuk halter,
yang khas dimiliki familia poaceae. Setiap
stomata dikelilingi sel,sel epidermis
berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel,sel daun.
- ! # ! "
Jagung merupakan tanaman yang dapat
beradaptasi baik dengan lingkungannya.
Tanaman ini dapat dijumpai mulai dari lintang
550N sampai 400S dan mulai atas permukaan
laut sampai ketinggian 4000 meter
(Goldsworthy 1974 dalam Fisher & Palmer
1983). Suhu minimum untuk pertumbuhan
jagung sekitar 8 , 100 C sedangkan suhu
maksimum yang dapat ditoleransi mencapai
400C. Untuk pertumbuhan optimal, jagung
membutuhkan suhu rata,rata 24 0C selama
periode pertumbuhan (Leng & Aldrich 1972,
Martinet al.1976, Muhadjiret al.1977dalam
Muhadjir 1988).
Kebutuhan air terbanyak dibutuhkan pada fase pembungaan dan pengisian biji. Dalam hal ini distribusi curah hujan lebih penting daripada total curah hujan. Menurut penelitian
diketahui bahwa penurunan hasil akibat
kekeringan mencapai 15 % (Muhadjir 1988). Untuk mengatasi kekeringan disarankan untuk menanam jagung pada awal musim hujan atau
menjelang musim kemarau
(www.warintek.ristek.go.id). Curah hujan 85 – 100 mm per bulan sudah mencukupi kebutuhan air tanaman jagung (Muhadjir
1984, Oldeman 1977 dalam Muhadjir 1988)
bila terlalu tinggi intensitas hujan maka hasil
yang diperoleh tidak optimum. Hal ini
disebabkan oleh leaching yang dapat
memiskinkan tanah melalui degradasi
struktur, erosi, dan pencucian nitrogen dan unsur hara lainnya (Moentono 1993).
Jagung merupakan jenis tanaman yang memiliki lintasan fotosintesis C4 (Hatch &
Slack 1970 dalam Fisher & Palmer 1983),
lintasan ini berbeda dengan dua tanaman
serealia utama, yaitu gandum dan padi yang
memiliki lintasan C3 (Fisher & Palmer 1983). Telah diketahui bahwa lintasan fotosintesis C4 mempuyai laju fotosintesis dan titik jenuh cahaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanaman C3, serta titik kompensasi CO2yang
lebih rendah dari tanaman C3. (Hesketh & Musgrave 1962, Hesketh 1963, Hesketh &
Moss 1963dalamFisher & Palmer 1983). Hal
ini sangat menguntungkan bagi kegiatan budidaya yang dilakukan di daerah tropis yang mempunyai suhu yang optimum bagi
proses fotosintesis (Evans 1975 dalamFisher
& Palmer 1983), hal ini juga didukung dari data produksi jagung yang tinggi
Hesketh dan Moss (1962) dalam
Moentono (1993) mengemukakan bahwa daun jagung dapat mengalami jenuh atau kenyang
cahaya pada konsentrasi CO2 yang rendah
kira,kira 40 ppm. Tingkat fotosintesis pada
konsentrasi CO2500 ppm dapat mencapai 1,4
kali lipat fotosintesisnya pada konsentrasi CO2
320 ppm bila intensitas cahaya 1,0 ly/menit. Jika faktor,faktor lain tidak merupakan faktor pembatas, maka intensitas cahaya merupakan faktor utama yang menentukan kecepatan
tumbuh tanaman jagung (Moss et al. 1961,
Earlyet al. 1967, Wiliamset al. 1968, Duncan
et al. 1973dalamMoetono 1993)
ILD merupakan nisbah luas daun per satuan luas tanah. ILD merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan dalam
menganalisis pertumbuhan tanaman. Dari
hasil penelitian, ILD 3,0 dapat menyerap 95 % radiasi surya, namun bila lebih besar dari 5,0
maka penyerapan radiasi akan menurun
karena daun saling menutupi (Wereing &
Cooper 1971dalamMuhadjir 1988).
. # /%#
Sistem adalah gambaran suatu proses atau beberapa proses yang teratur. Keteraturan ini mampu menjelaskan interaksi dari komponen, komponen yang ada didalamnya. Sedangkan
model dapat didefenisikan sebagai
penyederhanaan suatu sistem, sehingga tidak harus menjelaskan semua proses yang terjadi dalam suatu sistem secara lengkap. Makin banyak proses yang mampu dijelaskan maka makin rumit model tersebut. Oleh karena itu dalam penyusunan model, tujuan penyusunan model merupakan faktor utama yang harus diperhatikan (Handoko 1994).
/ 0
1 # '
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Agrometeorologi, Departemen Geofisika dan
Meteorologi, FMIPA IPB, Bogor untuk
menyusun tiga buah submodel, yaitu
perkembangan tanaman, pertumbuhan
tanaman, dan neraca air.
" #
Personal computer (PC) yang dilengkapi
software Visual Basic 6.0. Sebagai data
masukan dalam analisis digunakan data iklim
5
Darmaga, Bogor (0605536’ LS 10607498’
BT). Unsur cuaca yang digunakan sebagai masukan meliputi radiasi surya, curah hujan, suhu, kelembaban nisbi, dan kecepatan angin.
Data pertumbuhan dan perkembangan
tanaman jagung diperoleh dari Suwarto
(2005).
/ %#
Kegiatan pemodelan ini menggunakan data hasil penelitian sebelumnya (Suwarto 2005). Pemodelan tanaman jagung mencakup model pertumbuhan dan perkembangan, serta neraca air tanaman.
! %# !
Fase perkembangan tanaman diduga
berdasarkan konsepheat unit, dengan asumsi
bahwa tanaman tidak dipengaruhi panjang hari (tanaman netral) Laju perkembangan tanaman terjadi bila suhu rata,rata harian melebihi suhu dasar, yang dalam hal ini suhu
dasar tanaman jagung ditetapkan 80C (Kropff
& Van Laar 1993). Kejadian fenologi dihitung mulai tanam sampai matang dan diberi skala 0 – 1, yang dibagi menjadi lima kejadian yaitu
tanam, emergence, tanaman muda, tasseling,
dan matang (Suwarto 2005). Rentang skala
dan jumlah heat unit tanaman jagung dapat
dilihat pada Tabel 1 (Suwarto 2005) :
Tabel 1. Skala fase perkembangan tanaman jagung
Fase perkembangan Heat
Unit
Skala
Tanam – emergence emergence – T. muda T.muda – tasseling Tasseling – matang
72 383 475 748
s ≤ 0.04 0.04 < s ≤ 0.27 0.27 < s ≤ 0.55 0.55 < s ≤ 1
% ,
Tanam – emergence emergence – T. muda T.muda – tasseling Tasseling – matang
72 384 577 871
s ≤ 0.04 0.04 < s ≤ 0.24 0.24 < s ≤ 0.54 0.54 < s ≤ 1
! %# ! "
Submodel pertumbuhan mensimulasikan aliran biomassa hasil fotosintesis ke organ, organ tanaman (akar, batang, daun, dan tongkol) serta kehilangannya berupa respirasi
dengan mempertimbangkan faktor
ketersediaan air yang disimulasikan dalam submodel neraca air. Pembagian biomassa hasil fotosintesis ke berbagai organ tanaman (daun, batang, akar dan tongkol) merupakan fungsi perkembangan tanaman yang dihitung dalam submodel perkembangan. Submodel ini
juga mensimulasi perkembangan luas daun yang diduga melalui indeks luas daun (ILD).
%# % ( )
Produksi biomassa potensial dihitung
secara harian berdasarkan jumlah radiasi yang
diintersepsi (Qint) tanaman jagung serta
efisiensi penggunaan radiasi oleh tajuk (ε).
Radiasi yang diintersepsi oleh tajuk tanaman
(Qint) diduga menggunakan hukumBeeryang
merupakan fungsi dari radiasi surya yang
datang (Qo) dan indeks luas daun (ILD).
Perhitungan produksi biomassa selengkapnya
dapat dilihat dibawah ini (Charles,Edwardset
al.1986) ) k.ILD e εQo(1 εQint
Pb= = − −
Keterangan :
Pb = Produksi biomassa potensial
ε = efesiensi penggunaan radiasi
Produksi biomassa potensial (Pb) tersebut
tidak memperhitungkan air sebagai faktor pembatas. Produksi biomassa aktual dihitung dengan mempertimbangkan ketersediaan air yang telah disimulasikan pada sub model
neraca air sebagai water deficit factor (wdf)
yang merupakan perbandingan antara antara
transpirasi actual (Ta) dan transpirasi
maksimum (Tm).
Produksi biomassa aktual (Pa)
dialokasikan ke daun, batang, akar, dan tongkol yang perbandingannya tergantung
pada fase perkembangan tanaman (s).
Sebagian dari biomassa yang terkumpul pada masing,masing organ tanaman tersebut akan hilang dalam proses respirasi pertumbuhan
(Rg) dan pemeliharaan (Rm). Respirasi
pemeliharaan dihitung dari fungsi berat dan
suhu udara (McCree 1970 dalam Handoko
1994), sehingga perubahan berat dari masing, masing organ (daun, batang, akar dan biji) adalah sebagai berikut :
dWx = ηxPa , Rg , Rm = ηx(l,kg) Pa , km Wx Q10
dWx = penambahan berat organ x (kg ha,1d,l)
Pa = Biomassa aktual
ηx = proporsi biomassa yang dialokasikan ke organ x
kg = koefisien respirasi pertumbuhan km = koefisien respirasi pemeliharaan Wx = berat organ x (kg ha,1)
T = suhu udara (°C)
Q10 = 2(T,20)/10
Proporsi biomassa yang dialokasikan pada
masing,masing organ (ηx) dihitung
berdasarkan fungsi fase perkembangan (s)
6
Nisbah antara bobot bahan kering organ (BKorgan) dengan bobot kering total (BKtot) diturunkan dari
data observasi penelitian sebelumnya.
# ( )
Perubahan ILD dihitung dari perkalian
antara parameter luas daun spesifik (sla)
dengan laju pertumbuhan daun harian (dWD)
sebagai berikut (Handoko 1994) :
dILD=sla*dWD
dengan :
dILD = perubahan indeks luas daun
sla = luas daun spesifik (ha kg,1)
dWD = perubahan berat daun (kg ha,1hari,1)
! %# +
Sub model neraca air ini mengasumsikan curah hujan merupakan satu,satunya sumber air. Sebagian air yang jatuh akan tertahan oleh tajuk tanaman sebelum masuk ke dalam tanah. Air yang terinfiltrasi ke dalam tanah akan masuk ke dalam pori,pori tanah sampai lapisan tanah menjadi jenuh. Jika kadar air tanah sudah jenuh, maka air akan menuju lapisan di bawahnya melalui perkolasi. Dalam hal ini tanaman hanya dapat memanfaatkan air sampai lapisan tertentu. Air yang yang keluar dari lapisan terbawah akan hilang melalui drainase.
'
Intersepsi air hujan oleh tanaman (Ic)
dihitung menurut Zinke (1967) dalam
Handoko (1994) yang merupakan fungsi curah
hujan harian (R) dan indeks luas daun (L).
Ic = min (0.4233 ILD, R) 0 < ILD < 3
= min (1.27 ILD, R) ILD > 3
2 # %
Air yang terinfiltrasi ke dalam tanah (Is)
merupakan selisih curah hujan (R) dengan
Intersepsi (Ic):
Is = R , Ic
Jika kadar air tanah {θ(m)} pada suatu lapisan telah jenuh atau melebihi kapasitas lapang
{θfc(m)}, maka air akan bergerak ke lapisan
yang paling bawah melalui perkolasi {Pc(m)},
yang dihitung melalui metode jungkitan
(Handoko 1994) sebagai :
Pc(m) = [θ(m), θfc(m)] θ(m) > θfc(m)
Pc(m) = 0 θ(m) ≤ θfc(m)
& '% '
Evapotranspirasi potensial (ETp) dihitung
berdasarkan formula Penman (Penman 1948
dalam Handoko 1994). Nilai ETp ini
merupakan batas atas dari evapotranspirasi
maksimum (ETm). Nilai evaporasi maksimum
(Em) dan transpirasi maksimum (Tm)
merupakan fungsi dari evapotranspirasi
maksimum di atas.
ETm = ETp
ETp = {7 Qn + γ f(u) (es,ea)}/{λ( 7+ γ)}
Em = ETm (e,k ILD)
GDMa
Wdaun wdf
(k) [Qs]
(ε)
Wbatang
Wakar
Wtongkol
ILD
(sp)
(sla)
[Suhu]
7
Tm = (l – e,k)ETm
7 : gradien tekanan nap air jenuh
terhadap suhu udara (Pa K,1)
Q : radiasi neto (MJ m,2)
γ : konstanta psikrometer (66.1 Pa K,1)
f(u) : fungsi kecepatan angin (MJ m
,2
Pa,l) (es,ea): defisit tekanan uap air (Pa)
λ : panas spesifik untuk penguapan
(2.454 MJ kg~l)
k : koefisien pemadaman
ILD : indeks luas daun
& '%
Bila tidak terjadi genangan maka evaporasi tanah aktual dihitung dengan metode Ritchie
(Ritchie 1972 dalam Handoko 1994), yang
terdiri dari dua fase penguapan. Fase pertama, kandungan air tanah bukan merupakan faktor pembatas dan evaporasi actual sama dengan
evaporasi maksimum (Em). Pada fase kedua,,
laju evaporasi menurun menurut fungsi waktu.
Secara singkat, evaporasi aktual (Ea) pada
kedua fase ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
Tahap 1 : Ea = Em, ΣEs ≤U
Tahap 2 : Ea = αt2,
0.5
– α (t2– 1)
0.5
ΣEs > U
t2 : waktu selama fase kedua (hari)
Em : evaporasi tanah maksimum (mm)
α
dan U:
parameter fisik tanah'
Transpirasi aktual dihitung berdasarkan
transpirasi maksimum (Tm) dan ketersediaan
air tanah pada lapisan perakaran, yang batas
atasnya merupakan nilai transpirasi
maksimum (Tm). Berikut perhitungan Ta yang
merupakan jumlah serapan air oleh akar pada masing,masing lapisan tanah.
wdf= (θ,θwp)/{0.4 (θfc,θwp)}, θfc≥ θ > θwp
= 1, θ > θfc
= 0, θ < θwp
Laju penyerapan air oleh akar dihitung dengan persamaan :
Ta =wdf. Tm, Σ Ta < Tm
= 0, Σ Ta ≥ Tm
wdf= fungsi kadar air tanah
θ = kadar air tanah
θwp= kadar air tanah pada titik layu permanen
θfc = kadar air tanah pada kapasitas lapang
Ta = transpirasi aktual Tm = transpirasi maksimum
, ! /%#
Proses kalibrasi dilakukan pada parameter model agar dugaan model dapat mendekati
hasil pengukuran. Hal ini dilakukan dengan mengubah parameter model sehingga hasil dugaan model mendekati hasil pengukuran.
-Pengujian secara statistik menggunakan uji,t untuk melihat perbedaan hasil simulasi
dengan hasil pengukuran. Peubah yang
8
inf
(KL)
(TLP)
(KL)
(α) (U)
9
! " # $ % &! " # $ % & ' ( ) !
3 /
, 4 ! % # * + #
%
Kondisi cuaca di kebun percobaan
Sindangbarang sangat sesuai bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung. Unsur,unsur cuaca yang menjadi input model berada pada kisaran yang sangat baik dan sesuai dengan kondisi lingkungan yang disyaratkan. Simulasi dilakukan pada tanggal 3 November 2002.
Gambar 3 menyajikan sebaran curah hujan bulanan selama simulasi. Selama simulasi curah hujan bulanan lebih dari 100 mm, hal ini sudah mencukupi kebutuhan air bagi tanaman jagung.
Gambar 3. Curah hujan selama simulasi (November 2002 – Februari 2003)
Rata,rata suhu udara harian di lokasi
pertanaman adalah 25,9 0C, dengan kisaran
23,50C – 280C. Kisaran suhu ini sangat baik
dan sesuai bagi pertumbuhan tanaman jagung.
Untuk pertumbuhan optimal, jagung
membutuhkan suhu rata,rata 24 0C selama
periode pertumbuhan (Leng & Aldrich 1972,
Martinet al.1976, Muhadjiret al.1977dalam
Muhadjir 1988).
, +
Hasil simulasi model selama masa tanam jagung menunjukkan variasi kandungan air tanah masih berada pada ketersediaan bagi tanaman jagung.
, !
Model yang disusun digunakan untuk mensimulasikan dua varietas jagung dengan kisaran umur yang berbeda. Simulasi model
dilakukan di lahan tadah hujan, kebun
percobaan Sindangbarang pada tanggal tanam 3 November 2002. Hasil simulasi pada submodel perkembangan dapat dilihat pada Tabel 2.
Periode kemunculan setiap fase dalam perkembangan tanaman jagung dapat dilihat pada Tabel 2. Fase 1, merupakan rentang
waktu pada saat jagung ditanam sampai
muncul lapang (emergence), Fase 2,
merupakan periode mulai dari emergence
sampai tanaman muda, Fase 3, yaitu periode
dari tanamam muda sampai tasseling yang
merupakan akhir dari pertumbuhan vegetatif,
dan Fase 4 adalah periode dari tasseling
sampai tanaman jagung matang atau panen.
Tabel 2. Periode perkembangan tanaman Jagung di Sindangbarang
Periode Perkembangan Fase
perkembangan Var. Arjuna
(HST)
Var. Pioner 4 (HST) Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4 3 21 26 43 4 21 31 50
Berdasarkan Tabel 2, diketahui kedua varietas jagung memiliki periode waktu perkembangan yang berbeda, khususnya pada Fase 3 dan 4.
Fase 3 perkembangan jagung merupakan fase perkembangan organ vegetatif jagung, yang pada saat itu total biomassa harian akan terakumulasi pada organ vegetatif jagung yaitu organ batang, daun, dan akar. Fase 4 adalah fase perkembangan organ generatif jagung, sehingga akumulasi biomassa harian
sebagian besar terakumulasi pada organ
generatif, yaitu tongkol.
, , ! "
, , # ( )
Daun merupakan organ tanaman yang vital
bagi proses fotosintesis, karena sangat
mempengaruhi jumlah cahaya yang dapat
diterima oleh tanaman. ILD merupakan
ukuran yang mewakili jumlah atau luas daun sehingga menentukan jumlah radiasi matahari yang dapat diserap oleh tanaman.
Hasil simulasi pada varietas Arjuna
diketahui pada nilai ILD meningkat sampai maksimum pada hari ke 83 dan kemudian menurun sampai tanaman panen (Gambar 4).
Gambar 4. Indeks luas daun Var. Arjuna hasil simulasi
Beberapa hari setelah muncul lapang tejadi
peningkatan ILD secara cepat, perlahan
menurun kenaikannya pada akhir fase
-10
! " # $ % & ' ( )" $ & ( ! !"
% ! !% " "% # #%
! " # $ % & ' ( ) !
0 1 2
% ! !% " "% # #%
" $ & ( ! !"
0 1 2
taselling(55 HST) dan mencapai puncaknya
pada hari ke 85. Hal yang sama pada varietas Pioner 4 yang merupakan jenis varietas hibrida. Dari Gambar 5 terlihat lebih jelas penurunan laju pertumbuhan ILD pada saat
memasuki fase taselling yang merupakan
akhir dari pertumbuhan vegetatif.
Gambar 5. Indeks luas daun Var.Pioner 4 hasil simulasi
, , %
Bobot bahan kering organ vegetatif (akar, batang, dan daun) kedua varietas jagung meningkat sampai maksimum pada saat fase
tasellingdan mulai menurun ketika memasuki
masa panen (Gambar 6 dan 7). Laju
pertumbuhan organ vegetatif sejalan dengan laju pertumbuhan ILD, yang pada awal meningkat dan selajutnya menurun pada akhir pertumbuhan.
Gambar 6. Pertumbuhan daun, akar, batang Var. Arjuna hasil simulasi
Gambar 7. Pertumbuhan daun, akar, dan batang Var. Pioner 4 hasil simulasi
Bobot kering tongkol tanaman jagung
meningkat pada awal fase taselling sampai
panen (Gambar 8). Pola distribusi bahan kering ini menunjukkan bahwa pada awal
masa vegetatif, produk fotosintesis
dialokasikan pada organ akar, batang dan
daun. Selanjutnya memasuki akhir
pertumbuhan vegetatif (taselling) atau
memasuki fase generatif produk fotosintesis sebagian besar dialokasikan ke tongkol yang merupakan organ generatif.
Gambar 8. Pertumbuhan tongkol jagung hasil simulasi
, - ! /%#
Proses kalibrasi dilakukan pada persamaan partisi biomassa. Proses ini dilakukan agar hasil dugaan model tidak berbeda nyata dengan hasil pengukuran. Persamaan partisi hasil kalibrasi untuk Var. Arjuna (Tabel 3) dan Var. Pioner 4 (Tabel 4) dapat dilihat dibawah.
Pengujian dilakukan untuk melihat apakah dugaan model hasil kalibrasi telah mendekati hasil pengukuran di lapangan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan grafik serta uji statistik (uji,t berpasangan). Variabel yang diuji adalah ILD, biomassa akar, daun, batang dan tongkol untuk kedua jenis varietas jagung (Var. Arjuna dan Var. Pioner 4)
Tabel 3. Persaam partisi biomassa Var. Arjuna hasil kalibrasi
$
' !
s ≤ 0.04 pD = 0.44
pB = 0.31 pA = 0.25 pT = 0
0.04 < s ≤ 0.27 pD = (2.9 * s) + 0.5711 pA = (,1.682 * s) + 0.4289 pB = 0
pT = 0
0.27 < s ≤ 0.55 pD = (1.3 * s) + 0.09 pA = (0.1 * s) + 0.1 pB = (0.694 * s) + 0.19372 pT = 0
s > 0.55 pD = (,0.1582 * s) + 0.5381
pA = (,0.1826 * s) + 0.1653 pB = (,2.6256 * s) + 2.4231 pT = (0.92165 * s) + 0.21165 " $ & ( ! !"
" $ & ( ! !"
11
Tabel 4. Persamaan partisi biomassa Var.Pioner 4 hasil kalibrasi
$ !
s ≤ 0.04 pD = 0.34
pB = 0.44 pA = 0.22 pT = 0
0.04 < s ≤ 0.24 pD = (2.7266 * s) + 1.0059 pA = (0.44666 * s) + 0.02941 pB = 0
pT = 0
0.24 < s ≤ 0.55 pD = (1.9027 * s) + 0.30764 pA = (0.250225 * s) + 0.04 pB = (1.23495 * s) + 0.03395 pT = 0
s > 0.54 pD = (,0.7764 * s) + 1.12
pA = (,0.0878 * s) + 0.09302 pB = (,0.8173 * s) + 0.919 pT = (0.9991 * s) + 0.4591
Tabel 5. Hasil ujiBt berpasangan simulasi dan observasi
thit ttab
(P > 0.05) Var
Peubah
A P A P A P
ILD Akar Daun Batang Tongkol 1.38 ,0.37 ,1.20 0.43 1.06 0.61 1.53 1.03 0.5 1.32 1.77 1.77 1.77 1.77 1.77 1.78 1.78 1.78 1.78 1.78 tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
Ket : tn = tidak nyata
P = Jagung Varietas Pioner 4 A = Jagung Varietas Arjuna Satuan Peubah : kg/ha kecuali IlD
, - # ( )
Pengujian secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan terhadap nilai ILD dua varietas jagung pada populasi 64000 tanaman/ha dari awal tanam sampai panen. Hasil uji,t pada nilai ILD Pioner 4 dan Arjuna dengan taraf 5 % menunjukkan bahwa hasil simulasi dan hasil pengukuran tidak berbeda nyata. Hasil
pengujian grafik dengan simpangan erorr 10
% pada kedua varietas memberikan hasil yang cukup baik. Hubungan antara nilai ILD hasil simulasi dengan hasil pengukuran pada kedua jenis varietas jagung juga mendekati garis 1 : 1 (Gambar 9).
Gambar 9. Perbandingan terhadap garis 1:1(atas) dan uji grajik (bawah) Var.Arjuna
Gambar 10. Perbandingan terhadap garis 1:1
(atas) dan uji grajik (bawah)
Var. Pioner 4 ! " # $ % &
! " # $ % &
! " # $ % & '
" $ & ( !
4+ 5 6- ,
! " # $ % & '
" $ & ( ! !"
4 + 5 6- ,
! " # $ % & '
12
, - % 5 5 5 #
% %
Organ daun, batang, akar dan tongkol pada kedua jenis varietas jagung diuji secara terpisah dengan menggunakan uji,t pada taraf 5 %. Hasil pengujian masing,masing organ pada kedua varietas jagung menunjukkan
perbedaan hasil simulasi dengan hasil
observasi tidak nyata. Pengujian juga
dilakukan terhadap garis absis dan ordinat 1 :
1. Dari hasil pengujian diketahui hasil
simulasi tidak terlalu jauh terhadap garis 1 : 1
dan juga rata,rata masih berada dalam
jangkauanerroryang tidak terlalu besar.
Gambar 11. Hasil uji grafik biomassa akar (A), daun (B), batang (C) dan tongkol (D) Var. Arjuna
Gambar 12. Hasil perbandingan terhadap garis 1 : 1 biomassa Akar (A), daun (B), batang (C), dan tongkol (D) Var. Arjuna
% ! !% " "% # #% $
! " # $
! ! % ! !% " "% #
% ! !% " "% #
"
" $ & (
" $ & (
! " # $ % & '
$ !! !( "% #" #) $& %% &) (# )#
0 6- , 0 5
% ! !% " "% #
$ !! !( "% #" #) $& %% &) (# )#
6- , 5
% ! !% " "% # #%
$ !! !( "% #" #) $& %% &) (# )#
1 2 6- , - 2 5
! " # $ % & ' (
" $ & (
! ! ! " # $ % & ' (
$ !! !( "% #" #) $& %% &) (# )#
+ 0+56- , + 0+5 5
13
*
! " # $ % & ' (" $ & ( ! !"
0 4 + 5 0 6- ,
! " # $ % & ' (
" $ & (
% ! !% " "% # #% $
" $ & ( ! !"
+ 5 +- ,
% ! !% " "% # #%
% ! !% " "% # #%
" % ! !% " "% # #%
" $ & ( ! !"
- 2 5 - 2 6- ,
% ! !% " "% # #%
% ! !% " "% # #%
! " $ & ( ! !"
" $ & ( ! !"
2+ 0+5 4+ 5 2+ 0+5 6- ,
" $ & ( ! !"
" $ & ( ! !"
!
Gambar 13. Hasil uji grafik biomassa akar (A), daun (B), batang (C) dan tongkol (D) Var. Pioner 4
Gambar 14. Hasil perbandingan terhadap
garis 1 : 1 biomassa akar (A),
daun (B), batang (C), dan
tongkol (D) Var. Pioner 4
14
3 / 6
- '
Model yang disusun telah mampu
memsimulasikan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung seperti
ditunjukkan oleh pengamatan lapang, untuk dua varietas dengan umur yang berbeda, yaitu berumur genjah (90 , 95 hari) dan umur sedang/menengah (100 , 110 hari). Hasil dugaan model tidak berbeda nyata dengan hasil pengukuran lapang untuk semua peubah yang diukur. Peubah tersebut, ialah indeks luas daun (ILD), biomassa daun (kg/ha), biomassa akar (kg/ha), biomassa batang (kg/ha), dan biomassa tongkol (kg/ha).
-Karena model ini belum divalidasi
15
$
6
Acquaah, George. 2001. Principles Of Crop
Production : Theory, Technique, and
Technolog second edition. Pearson
Prentice Hall. New Jersey.
Allen R G; Pereira L S; Raes D; Smith M.
1998. Crop Evapotranspiration B
Guidelines for Computing Crop
Water Requirements B FAO
Irrigation and Drainage Paper, 56.
Food and Agriculture Organization
of the United Nations. Rome.
http://www.fao.org/docrep/X0490E/x 0490e0k.htm
Ariani, M. dan Pasandaran E. 2003. Pola Konsumsi dan Permintaan Jagung
untuk Pangan. Dalam Kasryno, F.,
Pasandaran, E., Fagi, A.M. (Ed). Ekonomi Jagung Indonesia. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor. hlm. 211 – 277. Baharsjah, Justika. 1991. Hubungan Cuaca –
Tanaman. Dalam Bey, Ahmad (Ed).
Kapita Selekta dalam
Agrometeorologi. IPB. Bogor. Chang, J.H. 1974. Climate and Agriculture
An Ecological Survey. Aldine Publ. Co. Chicago.
Charles,Edward D.A., D. Doley, and G.M.
Rimmington. 1986. Modelling Plant
Geowth and Development. Academic
Press. Sidney.
Gardner, F.P., R.B. Pearce and R.L. Mitchell.
1991. Physiology Of Plants.
Terjemahan Herawati Susilo.
Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta
Fitter, A.H. and R.K. Hay. 1991.
Environmental Physiology of Plants.
Terjemahan Sri Andani dan E.D. Purbayanti Editor B. Srigandono. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hall, D.O. and K.K. Rao. 1978.
Photosynthesis Second Edition.
Edward Arnold Limited. London.
Handoko. 1994. Dasar Penyusunan dan
Aplikasi Model Simulasi Komputer untuk Pertanian. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. FMIPA. IPB. Ismal, Gazali. 1983. Penggunaan Metode
Jumlah Panas untuk Menentukan
Umur Jagung serta Penelaahan
Pertumbuhan dan Produksinya pada Beberapa Lokasi dan Jenis Tanah.
Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor
Fisher, K.S. dan Falmer, A.F.E. 1983.Maize.
dalam Potential Productivity of Field Crops Under Different Environment. IRRI. Filipina
Kasryono, Faisal. 2003. Perkembangan
Produksi dan Konsumsi Jagung
Dunia dan Implikasinya bagi
Indonesia. Dalam Kasryno, F.,
Pasandaran, E., Fagi, A.M. (Ed). Ekonomi Jagung Indonesia. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor. hlm. 37 – 72. Kropff M.J. and H.H. Van Laar. 1993.
Modelling CropBWeed Interactions.
CAB International. Wallingford.UK. Moentono, Muhadji Djali. 1996. Sumber
Daya Lingkungan Tumbuh Jagung.
dalam Kinerja Penelitian Tanaman
Pangan, Prosiding Simposium
Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4. Puslitbangtan. Bogor
Muhadjir, Fathan. 1988. Karakteristik
Tanaman Jagung. dalam Jagung.
Puslitbangtan. Bogor.
Nugraha, U.S., Subandi, Hasanuddin, A. dan
Subandi. 2003. Perkembangan
Teknologi Budi Daya dan Industri
Benih Jagung. Dalam Kasryno, F.,
Pasandaran, E., Fagi, A.M. (Ed). Ekonomi Jagung Indonesia. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor. hlm. 37 – 72.
Pamedon, M.B., Dahlan, M., Sutrisno,
George, M.L.C. 2006. Karakterisasi Kemiripan Genetik Koleksi Inbrida
Jagung Berdasarkan Marka
Mikrosatelit. J. AgroBiogen 2(2): 45, 51.
Purseglove, J.W. 1975. Tropical Crops,
Monocotyledons. Longman. Singapore.
Sitaniapessy, P.M. 1985. Pengaruh jarak tanam dan besarnya populasi tanaman terhadap absorbsi radiasi surya dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.). Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana. IPB. Bogor.
Susanto, A.N. dan Wirappa, M.P. 2005. Prospek dan Strategi Pengembangan Jagung untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Maluku, J. Litbang Petanian 24 (2) : 70 – 79.
Suwarto. 2005. Model Pertumbuhan dan
Produksi Jagung dalam Tumpang Sari dengan Ubi Kayu. Disertasi. IPB. http://www.warintek.ristek.go.id/pertanian/jag
16
Lampiran 1. Data cuaca bulan November 2002 , Januari 2003 Darmaga, Bogor
# !
$ %
$ " &# '
(
# ( !& (' # "% ) ) % %
# ) "' % (% % "% # ) ! $
#! # ') # "& ( !# ! $
#!! & (( "& $ !! & $
#!" !# ( (& "% & !! $ "
#!# "# & (# ( "& ( !$ " "
#!$ (& ( "% ) ( ' !
#!% !) (# "' !# ! #
#!& (# # "& $ !# $ "
#!' & $ (% % "& !# ) $
#!( ! % (& "& & ( ( &
#!) " (% ( "& % !# #
#" #" ( ( "& ) !" % #
#"! ( % "' ! !& # #
#"" " ( )! ( "% ' % $
#"# # " (' ( "% & !# " $
#"$ # ($ ( "& # ! # %
#"% (! "% ) !" $ $
#"& #' (' # "% $ ) ) $
#"' # (' # "% ) ! # $
#"( )& & ($ "& # !" $ %
#") ( (# ( "& & !$ ( %
## "$ " ( "% ' ! ! '
##! "" $ (! ( "& ) !! # $
##" (% ( "& % ) ! $
### # (( ( "% & ) % %
##$ !" " (' # "% ( !" %
##% " (! "& # !$ %
##& '' ( "& ( !& " $
##' '% ( "& ) !# ' %
##( '& # "& !# ' &
##) (# # "& !% & %
#$ "$ ( () "% & ) ' &
#$! ! $ )! # "% " ' " %
#$" $! % (' % "% ) !# ( %
#$# &( ! (& # "% % !% ' %
#$$ !( (( # "% ( ! % %
#$% !$ " (% "& & !# %
#$& # $ ) % "% ' ! ( $
#$' ($ ( "& ) ( % $
#$( & )" "% ) $ #
#$) !% & ($ ( "& !" & $
#% " & )! # "% & ! ' $
#%! "( $ ($ % "& ( ! &
17
#%# (# ( "( ! ! ! $
#%$ ') % "& ( !" ) #
#%% "( " () "& % ) " &
#%& $ ($ % "' & !" ! $
#%' "' % (' % "& ' ) ' $
#%( " % (( ( "% & ! ' %
#%) "# % )! ( "% # ( ( $
#& #( # (% "% ) ) " %
#&! ' & )" # "$ & % ) $
#&" # (' ( "$ ( % ( %
#&# (& "% " % ) #
#&$ ! ( (& % "% ' !! & "
#&% " )" "$ $ & %
! #) & (( "$ ) & # %
" & ) ( "$ & % ) &
# ( (# # "% & ' % $
$ $ ( # "& # ( ) &
% & (% "& ! ) %
& $ ') ( "& ' !" % #
' '& ( "& ' !' " &
( '& "& ) !' ( '
) ($ % "% & !% $ &
! !$ $ '' "& !" ) &
!! '% ( "& ' !& & &
!" '$ % "' # ! ) (
!# '# % "' ! !& & %
!$ '% ( "& ) !' ( &
!% '' # "& $ !& $ &
!& '' # "& ( !& ) &
!' '( "& & !$ " '
!( &( ( "' " !% ( '
!) &( ( "( ! !% $ '
" '! # "' " !& (
"! ($ # "% ' !! & '
"" % $ (# % "% ' ' ' %
"# (% % "% # !# ) (
"$ #! ( (( # "% # !! $ )
"% #& ( () "% ! !# $ %
"& %$ & )# # "$ ' & ! %
"' )! # "% & $
"( ( ) (& % "% ) ( ' #
") !! " ) # "% ! & & %
# (& % "% $ ! & #
#! " & )" "$ & ) ( &
#" "$ & () % "$ ) !! ( $
## $( & () # "% ! # $
#$ " " )! # "$ ) ! " "
#% ' & (' ( "% % ( $ #
#& $% ( )" "% " & $
18
#( (' "& ! ' % %
#) $ # (( % "& ! & ) %
$ ! ) "% ' ! " #
$! % ) % "% !" ( $
$" !" # (' # "$ ( !# ( #
$# %" ) )! # "% # & ' $
$$ '! ' )# "$ ( & # "
$% ( " (( ( "% ( !$ ' "
$& ' & )% # "$ " ! $ $
$' #" )" "$ ) ' $ #
$( %! (& "% % !! " #
$) ) $ (# # "& ! ) # &
% (' % "% $ & & &
%! "( " )# # "$ # & $
%" ) $ )& "# % & " "
%# %) ( )! ( "$ % ! # "
%$ !# " (' # "% $ ! %
%% ( ( "& $ ! ' &
%& ! " (" ( "& $ ! & '
%' (' ( "% % & % '
%( "# & () # "% # & ' &
19
Lampiran 2. Hasil simulasi dan observasi tanaman jagung varietas Arjuna dan varietas Pioner 4
Tabel 6. Perbandingan Hasil Simulasi dengan Observasi Tanaman Jagung Var Arjuna
( 7" ) ( 7" ) ( 7" ) % % ( 7" ) % ( 7" )
" 0! & %# 0! & %# 0! & %# 0! & %# 0! & %# 0! & %#
0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.91 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
4 0.00 0.00 3.84 1.49 0.77 0.91 2.18 0.87 0.00 0.00 6.79 3.27
11 0.06 0.02 5.97 6.26 0.00 0.91 1.92 2.54 0.00 0.00 7.89 9.71
18 0.27 0.11 49.71 40.45 0.00 0.91 6.61 7.12 0.00 0.00 56.32 48.48
25 0.68 0.64 148.48 237.42 5.12 19.97 22.61 16.25 0.00 0.00 176.21 273.64
32 1.72 1.32 427.95 487.88 33.71 291.79 39.89 103.37 0.00 0.00 501.55 883.04
39 2.37 2.34 795.95 867.43 254.08 670.85 213.55 221.43 0.00 0.00 1263.58 1759.72
46 2.46 3.54 1396.05 1,309.81 1003.31 1,116.79 330.67 357.30 0.00 0.00 2730.03 2783.90
55 4.00 4.37 1708.80 1,617.93 2522.67 1,945.62 458.24 464.15 648.96 537.98 5338.67 4565.67
69 4.74 4.92 2432.00 1,820.56 2945.07 2,956.99 648.11 479.25 1741.65 2,669.11 7766.83 7925.91
83 4.99 5.62 2359.04 2,081.16 2869.97 2,935.46 419.20 433.54 5125.97 5,516.54 10774.18 10966.69
20
Tabel 7. Perbandingan Hasil Simulasi dengan Observasi Tanaman Jagung Var Pioner 4
( 7" ) ( 7" ) ( 7" ) % % ( 7" ) % ( 7" )
" 0! & /%# 0! & /%# 0! & /%# 0! & /%# 0! & /%# 0! & /%#
0 0.0 )*) 0.0 )*) 0.0 0.0 0.0 0.0
4 0.0 4.2 ! "' 1.3 ! ' 2.7 (& 0.0 8.2 # (#
11 0.1 ! 7.0 % %& 0.0 ! ' 2.1 ! ' 0.0 9.2 ( #(
18 0.3 & 47.4 #! ( 0.0 ! ' 10.2 # "% 0.0 57.6 #' $)
25 0.8 ## 154.0 !(# )' 5.3 ! ' 22.6 !( $$ 0.0 182.0 "! $'
32 1.8 (( 558.7 $(' !! 58.5 !(% #" 83.8 ' %& 0.0 701.0 '!& !
39 3.0 ! () 983.0 ! %" $ 180.7 %!# & 184.3 !&" ') 0.0 1348.1 !7%)# !%
46 3.5 # "$ 1860.9 !')( )& 982.2 )'% &" 343.9 ")! %! 0.0 3187.0 "7'%% #(
53 4.0 $ ) 2650.5 "'"# %! 1600.0 !7%) %& 428.2 $& ) 0.0 4678.6 $7"$& )$
61 4.3 $ )$ 2548.3 "'$% '$ 2322.6 !7(&& $! 450.6 $)& ' 800.6 '!) "% 6122.0 %7#%& %&
75 4.3 % )! 2884.1 #"(" " 2777.0 "7&(# #" 602.7 %"' )" 2507.5 $7'") &$ 8771.2 ! 7)! (
89 4.2 % "# 2828.8 ") # %$ 2259.0 "7' ( # 551.9 $)' !" 6539.7 '7#$# "" 12179.4 !#7"#& $(
21
% ! !% " "% # #%" $ & ( ! !"
Lampiran 3. Hasil observasi (kiri) dan simulasi (kanan) ILD (A), biomassa akar (B), daun (C), batang (D), dan tongkol (E) Var. Pioner
% ! !% " "% # #%
" $ & ( ! !"
% ! !% " "% #
" $ & ( ! !"
! " # $ % & '
" $ & ( ! !"
! " # $ % &
" $ & ( ! !"
! " # $ %
" $ & ( ! !"
! " # $ % & ' ( )
" $ & ( ! !"
% ! !% " "% #
" $ & ( ! !"
" $ & ( ! !"
" $ & ( ! !" " $ & ( ! !"
" $ & ( ! !"
22
Lampiran 4. Hasil observasi (kiri) dan simulasi (kanan) ILD (A), biomassa akar (B), daun (C), batang (D), dan tongkol (E) Var. Arjuna
\
! " # $ % &
" $ & ( !
% ! !% " "%
! " # $ % & ' ( ) !
8 !7 "7 #7 $7
" $ & ( !
% ! !% " "% #
" $ & ( !
% ! !% " "% # #%
! " # $ % & ' ( ) !
! " # $ % & '
" $ & ( ! !" !$
! " # $ % &
" $ & ( ! !" !$
! " # $ % &
! " # $ % & ' ( ) !
" $ & (
" $ & ( !
! " # $ % & '
" $ & ( !
23
25
Lampiran 6. Uji,t berpasangan peubah LAI, daun, batang, akar, dan tongkol varietas Pioner 4
+ " , ! " - & " .
! "" ! !
# ! ! " !
" $ %& ' # ( ) ! " * ! !+
' # , ! ) , !+( - . , ! - . ,
!
+ " , ! " - " & . "
. .
. ! ! ! "
. ! " !
# " " !!
" $ %& ' # ( ) * !+
' # , ! ) , !+( - . , ! - . ,
!
+ " , ! " - ! & . !
/ 0 0
/ 0 "" ! ! ! "
0 " " !
# ! " "
" $ %& ' # ( ) " * "+
' # , ! ) , !+( - . , ! ! - . ,
!
+ " , ! " - & ".
1 1
1 " "
1
# " " ! "
" $ %& ' # ( ) * +
' # , ! ) , !+( - . , - . ,
26
+ " , ! " - ! & ". !
01 01
01 "
01 " ! "
# " !!! ! !
" $ %& ' # ( ) !* !+
' # , ! ) , !+( - . , - . ,
27
Lampiran 7. Uji,t berpasangan peubab LAI, daun, batang, akar, dan tongkol varietas Arjuna
+ " , ! " - " / . /
' 2&3 2&3
' 2&3 !! !
2&3 ! ! " !
# ! !! ! " ! ! "
" $ %& ' # ( ) ! !" !* ! ! !+
' # , ! ) , !+( - . , - . ,
! "
+ " , ! " - " / . /
' 2 . 2 .
' 2 .
2 . " ! "
# "!! " !
" $ %& ' # ( ) " " * +
' # , ! ) , !+( - . , ! - . ,
!
+ " , ! " - " / ! . / !
' 2/ 0 2/ 0
' 2/ 0 !
2/ 0 " ! !"
# ! ! !
" $ %& ' # ( ) "! * +
' # , ! ) , !+( - . , ! - . ,
!
+ " , ! " - " /( . /(
' 241 241
' 241 ! ! !
241 !" "
# ! ! "
" $ %& ' # ( ) ! " * " ! +
' # , ! ) , !+( - . , ! - . ,
28
+ " , ! " - " / . /
' 2 2
' 2
2 " ! !
# " "
" $ %& ' # ( ) " ! * " +
' # , ! ) , !+( - . , ! - . ,
29
Lampiran 8.Source codemodel simulasi tanaman jagung
Dim pddcol Dim pddrow Dim tu
Dim i, s, pA, pB, pD, pT, suhu, Q10, kmb, rbatang, rdaun, rakar, rtongkol, wakar Dim wbatang, wdaun, wtongkol, Wtot, transmisi, Qint, dWa, Lai, Etm, Tsm, wdf, rew Dim Tsa, swc1, runoff, CEs1, CEs2, Esm, Es
Dim j Dim Y Dim FC1 Dim swc Dim WP1 Dim chrow Dim k
Private Sub cmb_Click() If cmb.Text = "Pioner" Then
Text1.Text = "96 , 100" Text2.Text = "1904" End If
If cmb.Text = "Arjuna" Then Text1.Text = "90 ,95" Text2.Text = "1678" End If
End Sub
Private Sub cmb1_Click()
If cmb1.Text = "Wet (100%FC)" Then txt4.Text = Val(txtKL.Text) If cmb1.Text = "Moist (75%FC)" Then txt4.Text = 0.75 * Val(txtKL.Text) If cmb1.Text = "Dry (50%FC)" Then txt4.Text = 0.5 * Val(txtKL.Text) End Sub
Private Sub cmd1_Click() Grafik
End Sub
Public Sub Grafik() With Form1.chart2 .Refresh
Open TxtOutput.Text For Input As 1 k = 0
.Rows = chrow .Cols = 8
While Not EOF(1)
Input #1, i, s, Lai, wdaun, wbatang, wakar, wtongkol, Wtot k = k + 1
.Row = 0
.Col = 0: .Clip = "i": .ColWidth(0) = 1050 .Col = 1: .Clip = "s": .ColWidth(1) = 1050 .Col = 2: .Clip = "Lai": .ColWidth(2) = 1050 .Col = 3: .Clip = "Daun": .ColWidth(3) = 1050 .Col = 4: .Clip = "Batang": .ColWidth(4) = 1050 .Col = 5: .Clip = "Akar": .ColWidth(5) = 1050 .Col = 6: .Clip = "Tongkol": .ColWidth(6) = 1050 .Col = 7: .Clip = "Total": .ColWidth(7) = 1050
.Row = k
30
.Col = 2: .Clip = Val(Format(Lai, "##.##")) .Col = 3: .Clip = Val(Format(wdaun, "##.##")) .Col = 4: .Clip = Val(Format(wbatang, "##.##")) .Col = 5: .Clip = Val(Format(wakar, "##.##")) .Col = 6: .Clip = Val(Format(wtongkol, "##.##")) .Col = 7: .Clip = Val(Format(Wtot, "##.##"))
Wend Close #1 End With
MsgBox "Lihat Grafik", vbOKOnly, "PESAN" Grafik_ILD
End Sub
Private Sub cmdClear_Click() TxtWTongkol = ""
TxtWtot = "" TxtHari = "" TxtLAI = "" TxtTB = "" End Sub
Private Sub cmdInput_Click()
'Listing code bawah ini digunakan untuk memilih nama file input On Error GoTo Out1
TxtInput.Text = ""
Dialog1.DialogTitle = "Open File Data Iklim" Dialog1.InitDir = CurDir
Dialog1.Filter = "Comma delimited (*.csv)|*.csv|All files (*.*)|*.*|" Dialog1.ShowOpen
TxtInput.Text = Dialog1.FileName Out1:
Exit Sub End Sub
Private Sub cmdOutput_Click()
'Listing code bawah ini digunakan untuk memilih nama file output TxtOutput.Text = ""
Dialog1.DialogTitle = "Save Output Hasil Simulasi" Dialog1.InitDir = CurDir
Dialog1.Filter = "Comma delimited (*.csv)|*.csv|All files (*.*)|*.*|" Dialog1.ShowSave
TxtOutput.Text = Dialog1.FileName End Sub
Private Sub cmdProses_Click()
Open TxtInput.Text For Input As #1 Open TxtOutput.Text For Output As #2
For i = 1 To 365
Input #1, hujan, RH, suhu, rad, angin
'CUACA 'Parameter H = Text3.Text PI = 3.14 lat = 6 gamma = 66.1 lhv = 2.454
31
If HI > 365 Then HI = HI , 365
T = ,23.4 * Cos(2 * PI * (HI + 10) / 365) 'fungsi mencari arccos
sinld = Sin(lat * PI / 180) * Sin(T * PI / 180) cosld = Cos(lat * PI / 180) * Cos(T * PI / 180) sinb = Sin(,0.833 * PI / 180)
arg = (sinb , sinld) / cosld
arccos = 2 * Atn(1) , Atn(arg / Sqr(1 , arg * arg)) 'Panjang hari
dlen = 24 / PI * arccos 'Tekanan uap
Esat = 6.1078 * Exp(17.239 * suhu / (suhu + 273.3)) Ea = RH * Esat / 100
vpd = Esat , Ea 'fungsi aerodinamik
f1 = 0.64 * (1.054 * angin * (1000 / 3600)) 'albedo
alb = (0.09) + (0.25 * (0.23 , 0.05) * Lai) 'landaian tekanan uap
delta = 47.139 * Exp(0.55129 * suhu) 'Radiasi Gelombang Panjang
sangot = 58.75 * (sinld + cosld) nN = (rad / sangot , 0.16) / 0.62
Rlw = 2 * (10 ^ (,9)) * ((suhu + 273.3) ^ 4) * (0.56 , 0.08 * Sqr(Ea)) * (0.1 + 0.9 * nN) 'Radiasi netto
RN = (1 , alb) * rad , Rlw 'Evapotranspirasi maksimum
Etm = (delta * RN + f1 * vpd * 100) / ((delta + gamma) * lhv) 'Evaporasi tanah
'Parameter
FC = Val(txtKL.Text) WP = Val(txtTLP.Text) dE = Val(txtdE.Text) swc = Val(txt4.Text) FC1 = FC * dE / 100 WP1 = WP * dE / 100 swc1 = swc * dE / 100 U = 12
CEs1 = U CEs2 = 0 times = 0 Es = 0 alpha = 3.5
k = 0.5 'Rata,rata utk seluruh populasi 64000 dan varietas
'Intersepsi
If Lai < 3 Then Hint = 0.4233 * Lai Else Hint = 1.27 If hujan < Hint Then Hint = hujan
'Infiltrasi inf = hujan , Hint
'Transpirasi dan Evaporasi Maksimum Tsm = Etm * (1 , Exp(,k * Lai)) Esm = Etm , Tsm
If Esm < 0 Then Esm = 0 'Evaporasi aktual p = inf
If CEs1 > U Then GoTo stage2 stage1:
32
cumes1:
CEs1 = CEs1 + Esm
If CEs1 < U Then Es = Esm Else GoTo Transition GoTo buff
Transition:
Es = Esm , 0.4 * (CEs1 , U) CEs2 = 0.6 * (CEs1 , U) times = (CEs2 / alpha) ^ 2 GoTo buff
stage2:
If p >= CEs2 Then GoTo storm times = times + 1
timeso = times
Es = alpha * Sqr(times) , alpha * Sqr(timeso) If p > 0 Then GoTo rain
If Es > Esm Then Es = Esm cumes2:
CEs2 = CEs2 + Es , p GoTo buff
storm: p = p , CEs2 CEs1 = U , p
If p > U Then CEs1 = 0 GoTo cumes1:
rain:
Esx = 0.8 * p
If Esx <= Es Then Esx = Es + p If Esx > Esm Then Esx = Esm Es = Esx
GoTo cumes2 buff:
If swc1 < 0.5 * WP1 Then Es = 0
'Neraca Air
swc1 = swc1 + inf , Tsa , Es If swc1 > FC1 Then GoTo pc pc = 0
GoTo bufff pc:
pc = swc1 , FC1 swc1 = FC1 bufff:
If swc < 0 Then swc = 0 'Penyerapan air
swcCrit = WP1 + (0.4 * (FC1 , WP1)) rew = (swc1 , WP1) / (swcCrit , WP1) If rew < 0 Then rew = 1
If rew >= 1 Then rew = 1 Tsa = Tsm * rew
If Tsa >= Tsm Then Tsa = Tsm
If swc1 > swcCrit Then wdf = 1 Else wdf = rew
'PERKEMBANGAN dan PERTumbuhan tanaman 'PARAMETER AWAL
33
kg = 0.13 'kg = 0.11 'kgkg,1hari,1 Suwarto (2005) Kropff dan Laar (1993) tu = Val(Text2.Text)
lue = 0.0024 'kg/MJ populasi 64000 tb = Val(TxtTB.Text)
'Perkembangan
If suhu > tb Then s = s + (suhu , tb) / tu If s >= 1 Then GoTo Hasil
If cmb.Text = "Arjuna" Then GoTo Arjunaa Else GoTo Pioner Pioner:
If s <= 0.04 Then 'Tanam , emergence
pD = 0.34 pB = 0.44 pA = 0.22 pT = 0 End If
If s > 0.04 And s <= 0.24 Then 'emergence , T.muda
pD = (2.7266 * s) + 1.0059 pB = 0
pA = (0.44666 * s) + 0.02941 pT = 0
End If
If s > 0.24 And s <= 0.54 Then 'T.muda , tasseling
pA = (0.250225 * s) + 0.04 pD = ((1.9027) * s) + 0.30764 pB = ((1.23495) * s) + 0.03395 pT = 0
End If
If s > 0.54 Then 'tasseling,matang
pD = ((,0.7764) * s) + 1.12 pA = ((,0.0878) * s) + 0.12302 pB = ((,0.8173) * s) + 0.919 pT = (0.9991 * s) + 0.4591 End If
GoTo Pertumbuhan_pioNer Arjunaa:
If s <= 0.04 Then 'Tanam , emergence
pD = 0.44 pB = 0.31 pA = 0.25 pT = 0 End If
If s > 0.04 And s <= 0.27 Then 'emergence , T.muda
pD = (2.9 * s) + 0.5711 pB = 0
pA = (,1.682 * s) + 0.4289 pT = 0
End If
If s > 0.27 And s <= 0.55 Then 'T.muda , tasseling
pA = (0.1 * s) + 0.1 pD = ((1.3) * s) + 0.09 pB = ((0.694) * s) + 0.19372 pT = 0
End If
If s > 0.55 Then 'Tasseling , matang
34
End If
GoTo Pertumbuhan_Arjuna Pertumbuhan_Arjuna:
'SUB MODEL PERTUNBUHAN 'radiasi yang diintersepsi SInt = rad * (1 , Exp(,k * Lai)) 'pertambahan biomassa potensial
dW = lue * SInt * 10 ^ 4 'kg ha,1 d,1
CumW = CumW + dW 'Pertambhan biomassa aktual
dWa = (1 , kg) * dW * wdf CumWa = CumWa + dWa 'Respirasi pemeliharaan
Q10 = 2 ^ ((suhu , 20) / 10) 'Laju Respirasi masing,masing organ
rdaun = kmd * wdaun * Q10 rbatang = kmb * wbatang * Q10 rakar = kma * wakar * Q10 rtongkol = kmt * wtongkol * Q10 'Fase pertumbuhan dan Partisi Biomassa
If s <= 0.04 Then 'tanam , emergence
dwdaun = pD , rdaun dwbatang = pB , rbatang dwakar = pA , rakar
wdaun = wdaun + dwdaun wbatang = wbatang + dwbatang wakar = wakar + dwakar
A = A + 1
End If
If s > 0.04 And s <= 0.27 Then 'emergence , T.muda
dwdaun = pD * dWa , rdaun dwakar = pA * dWa , rakar
wdaun = wdaun + dwdaun wakar = wakar + dwakar If pA <= 0 Then pA = 0
B = B + 1 End If
If s > 0.27 And s <= 0.55 Then 'T.muda , tasseling
dwdaun = pD * dWa , rdaun dwbatang = pB * dWa , rbatang dwakar = pA * dWa , rakar
wdaun = wdaun + dwdaun wbatang = wbatang + dwbatang wakar = wakar + dwakar
c = c + 1 End If
If s > 0.55 Then 'Tasseling , matang
35
wdaun = wdaun + dwdaun wbatang = wbatang + dwbatang wakar = wakar + dwakar
wtongkol = wtongkol + dwtongkol
D = D + 1 End If
GoTo hitungLaiArjuna Pertumbuhan_pioNer:
'SUB MODEL PERTUNBUHAN 'radiasi yang diintersepsi SInt = rad * (1 , Exp(,k * Lai)) ' transmisi = Exp(,k * Lai) ' Qint = rad * (1 , transmisi) 'pertambahan biomassa potensial
dW = lue * SInt * 10 ^ 4 'kg ha,1 d,1
CumW = CumW + dW 'Pertambahan biomassa aktual
dWa = (1 , kg) * dW * wdf CumWa = CumWa + dWa 'Respirasi pemeliharaa
Q10 = 2 ^ ((suhu , 20) / 10)
'Laju Respirasi masing,masing organ rdaun = kmd * wdaun * Q10 rbatang = kmb * wbatang * Q10 rakar = kma * wakar * Q10 rtongkol = kmt * wtongkol * Q10
'Fase pertumbuhan dan Partisi Biomassa
If s <= 0.04 Then 'Tanam , Emergence
dwdaun = pD , rdaun dwbatang = pB , rbatang dwakar = pA , rakar
wdaun = wdaun + dwdaun wbatang = wbatang + dwbatang wakar = wakar + dwakar lai1 = 0.0068 * wdaun A = A + 1
End If
If s > 0.04 And s <= 0.24 Then 'Emergence , T.muda
dwdaun = pD * dWa , rdaun dwakar = pA * dWa , rakar
wdaun = wdaun + dwdaun wakar = wakar + dwakar If pA <= 0 Then pA = 0
B = B + 1
36
If s > 0.24 And s <= 0.54 Then 'T.muda , Tasseling
dwdaun = pD * dWa , rdaun dwbatang = pB * dWa , rbatang dwakar = pA * dWa , rakar
wdaun = wdaun + dwdaun wbatang = wbatang + dwbatang wakar = wakar + dwakar
c = c + 1
End If
If s > 0.54 Then 'Tasseling , Matang
dwdaun = pD * dWa , rdaun dwbatang = pB * dWa , rbatang dwakar = pA * dWa , rakar dwtongkol = pT * dWa , rtongkol
wdaun = wdaun + dwdaun wbatang = wbatang + dwbatang wakar = wakar + dwakar
wtongkol = wtongkol + dwtongkol
D = D + 1
End If
GoTo hitungLaiPioner
hitungLaiPioner: sla = 0.0018 dlai = sla * dwdaun Lai = dlai + Lai
GoTo lanjut 'hitungLai1: 'End
hitungLaiArjuna: sla = 0.0027
If sla < 0 Then sla = 0 dlai = sla * dwdaun Lai = dlai + Lai
GoTo lanjut lanjut:
Wtot = wakar + wdaun + wbatang + wtongkol 'Simpan Hasil Simulasi ke File:
Write #2, i, s, Lai, wdaun, wbatang, wakar, wtongkol, Wtot
Next i
Hasil:
37
txtumur = i , 1 txtfase1 = A txtfase2 = B txtfase3 = c txtfase4 = D Text4 = Int(CumWa) Close #2
Close #1
PI = Val(txtumur.Text) + Val(Text3.Text) If PI > 365 Then PI = PI , 356
txtpanen.Text = PI pddrow = i , 1 pddcol = 1 chrow = i chcol = 3
MsgBox "Model telah selesai dijalankan, Klik OK untuk menampilkan Tabel", vbOKOnly, "PESAN"
Form1.Height = 10900 Grafik
End Sub
Private Sub cmdQuit_Click() End
End Sub
Public Sub Grafik_ILD() With chart1
.Refresh
Open TxtOutput.Text For Input As #1 j = 0
.RowCount = pddrow .ColumnCount = pddcol While Not EOF(1)
Input #1, i, s, Lai, wdaun, wbatang, wakar, wtongkol, Wtot j = j + 1
.Row = j: .RowLabel = "i"
.Column = 1: .Data = Lai: .ColumnLabel = "Lai" '.Column = 2: .Data = wdaun: .ColumnLabel = "daun"
Wend Close #1 End With
End Sub
Private Sub Command1_Click() With chart1
.Refresh
Open TxtOutput.Text For Input As #1 Y = 0
.RowCount = pddrow .ColumnCount = pddcol While Not EOF(1)
Input #1, i, s, Lai, wdaun, wbatang, wakar, wtongkol, Wtot Y = Y + 1
.Row = Y: .RowLabel = "i"
38
Wend Close #1 End With
End Sub
Private Sub Command5_Click() With chart1
.Refresh
Open TxtOutput.Text For Input As #1 B = 0
RowCount = pddrow .ColumnCount = pddcol While Not EOF(1)
Input #1, i, s, Lai, wdaun, wbatang, wakar, wtongkol, Wtot B = B + 1
.Row = B: .RowLabel = "i"
.Column = 1: .Data = wbatang: .ColumnLabel = "batang"
Wend Close #1 End With End Sub
Private Sub Command6_Click() With chart1
.Refresh
Open TxtOutput.Text For Input As #1 A = 0
RowCount = pddrow .ColumnCount = pddcol While Not EOF(1)
Input #1, i, s, Lai, wdaun, wbatang, wakar, wtongkol, Wtot A = A + 1
.Row = A: .RowLabel = "i"
.Column = 1: .Data = wakar: .ColumnLabel = "akar"
Wend Close #1 End With End Sub
Private Sub Command7_Click() With chart1
.Refresh
Open TxtOutput.Text For Input As #1 D = 0
RowCount = pddrow .ColumnCount = pddcol While Not EOF(1)
Input #1, i, s, Lai, wdaun, wbatang, wakar, wtongkol, Wtot D = D + 1
.Row = D: .RowLabel = "i"
.Column = 1: .Data = wdaun: .ColumnLabel = "daun" Wend
!"#"
"$"% "&' (" "& ')&' * * +$ % # $"
" ,")" " )
"-"
')' "%" +./ / / ")-+ +0 / 1/
!" #
$ % $%
&
$% '
' ' '
( ) * *+
, - , # (
. . /
. 0
, - , .
2
, ,123
/ 4 / $ 5
6**0 # 7 *,
$ 4 # $ 4 # $
8 5 $
/
"$ /8!9 :
" ; / #& % $ 4
$ 4 % <$$ 9!"$ $
5 $ / $ 4 & &
& ; 4 / #779
$ %
$ 4 6**=(6**2
6**= % 4 8
-7
- ?
4
7!
- 860,*0*,1
$ "
7$
,@,62=@06
5
$
/
"
9/
7$ ,@,+=22*3
-/ A 7 B
B
-, 4 $ "
4 $ 4 4 / $
" $
6 &
: " 4
@ ( 85 0,
; 4
0 8
;
+
; A
(
/ A
/
1
Jagung merupakan tanaman serealia selain padi yang perlu mendapat perhatian yang lebih besar dan serius. Ditinjau dari luas panen, jagung merupakan tanaman pangan penting kedua di Indonesia selain padi. Dari
tahun ke tahun, peran jagung semakin
meningkat sejalan dengan pertambahan
penduduk, peningkatan industri pakan, serta
perkembangan industri pangan yang
mengolah jagung menjadi berbagai bentuk makanan yang menarik konsumen.
Permintaan jagung di dalam negeri terus
meningkat. Pada periode 1991 – 2000
permintaan jagung di Indonesia meningkat
sebesar 6,4 % per tahun sedangkan
peningkatan produksi pada periode yang sama
hanya 5,6 % per tahun. (Pamedonet al.2006).
Berdasarkan proyeksi yang dilakukan
Swastika et al. (2002) yang dikutip oleh
Susanto dan Wirappa (2005) diketahui bahwa persedian jagung domestik pada tahun 2010 mengalami defisit sekitar 6 juta ton. Untuk mengatasi defisit tersebut diperlukan upaya, upaya peningkatan produksi jagung nasional.
Sampai saat ini sebagian besar penelitian mempelajari pengaruh iklim,cuaca terhadap tanaman secara kualitatif. Kegunaan dari hubungan cuaca,tanaman akan lebih berarti dalam perencanaan dan operasional pertanian apabila pengaruh cuaca dapat dikuantifikasi (Baharsjah 1991). Model simulasi tanaman merupakan model mekanistik, yang mengarah pada penjelasan proses adalah salah satu alternatif yang menjembatani keterbatasan pengetahuan, namun berusaha menjabarkan
proses yang terjadi berdasarkan asumsi,
asumsi tertentu.
Proses pertumbuhan tanaman serta
hubungan antara cuaca dengan tanaman
sebenarnya merupakan sesuatu yang teratur sedangkan proses produksi tanaman relatif tetap dari musim ke musim. Dengan asumsi faktor teknologi budidaya tanaman tetap, maka variasi hasil dari musim ke musim disebabkan oleh fluktuasi unsur,unsur cuaca
musiman maupun harian. Dengan
menggunakan model simulasi tanaman yang telah teruji keabsahannya, pengaruh ini dapat disimulasi pada komputer dengan waktu yang singkat. Oleh sebab itu, salah satu keunggulan penggunaan model simulasi tanaman yaitu dalam hal penghematan waktu dan biaya,
dibandingkan penelitian agronomis di
lapangan (Handoko 1994).
Model simulasi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman jagung disusun
untuk menjelaskan mekanisme proses
pertumbuhan yang terjadi selama masa
hidup tanaman. Selain hasil akhir (yield),
model ini akan mensimulasikan komponen, komponen proses yang terjadi selama masa pertumbuhan tanaman, seperti neraca air (kadar air tanah, drainase, evapotranspirasi), pertumbuhan tanaman (berat akar, batang, daun, tongkol) serta periode perkembangan
(seperti periode waktu pembungaan).
Umumnya hasil,hasil penelitian yang telah dilakukan tidak mencakup data,data tersebut secara keseluruhan.
Membangun suatu model simulasi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
jagung (zea mays L.) yang dapat menjelaskan
mekanisme proses yang terjadi selama periode pertumbuhan serta mampu mensimulasikan
komponen,komponen proses yang terjadi
selama masa pertumbuhan tanaman, seperti komponen neraca air (kadar air tanah, dan
evapotranspirasi), pertumbuhan tanaman
(berat batang, daun, akar tongkol) serta
periode perkembangan (seperti waktu
pembungaan).
Model hanya dipengaruhi oleh unsur,unsur cuaca khususnya curah hujan, radiasi surya, suhu dan kelembaban udara, serta kecepatan angin. Sifat fisik tanah yang berpengaruh hanya titik layu permanen dan kapasitas lapang serta parameter penguapan tanah.
! " # !
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang saling berhubungan
dan berlangsung secara terus menerus
sepanjang daur hidup tanaman, bergantung
pada ketersediaan hasil asimilasi.
Pertumbuhan dapat didefenisikan sebagai
penambahan massa atau dimensi satu organ tumbuhan atau keseluruhan organ tumbuhan dalam interval waktu suatu fase tertentu atau dalam keseluruhan siklus hidup tanaman. Di lain pihak, perkembangan diartikan sebagai kemunculan suatu fase atau beberapa fase secara berurutan dalam keseluruhan hidup tanaman.
Hasil asimilasi yang dibutuhkan tanam