SEBARAN DAN KERAPATAN POPULASI Pratylenchus sp dan Radopholus sp PADA TANAMAN KOPI (Coffea sp.) DI KABUPATEN GAYO LUES
PROVINSI ACEH
SKRIPSI
OLEH: Bayhaqi 090301023
AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
SEBARAN DAN KERAPATAN POPULASI Pratylenchus sp dan Radopholus sp PADA TANAMAN KOPI (Coffea sp.) DI KABUPATEN GAYO LUES
PROVINSI ACEH
SKRIPSI
OLEH: BAYHAQI
090301023
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Departemen Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
(Prof.Dr.Ir. Darma Bakti.MS) (Dr.Ir. Hasanuddin.MS)
Ketua Pembimbing Anggota Pembimbing
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
i
ABSTRACT
Bayhaqi, 2014. Distribution and Population Density Of Pratylenchus sp and Radopholus sp on Coffee (Coffea sp.) in Gayo Lues Regency Aceh Province. Under supervising commission Darma Bakti and Hasanuddin.
Gayo Coffee is one among the main export commodities of Indonesia has been known in the domestic and international markets, Gayo coffee production includes more than 90% of the total coffee production in the province. Coffee production in Gayo Lues district reached 540 kg / ha with a planting area of about 3,938 ha, while in Central Aceh and Bener Meriah coffee production ranged between 700-800 kg / ha with a planting area of about 48,000 ha (Central Aceh) and 39 533 ha (Bener Meriah). This study was conducted to determine the distribution and population density of Pratylenchus sp and Radopholus sp infecting coffee plants in the district of Gayo Lues. This study uses systemic method of sampling a diagonal pattern in the District Blangkejeren Agusen village, sub-district village Betung Princess Ramung and Pungke village, District Pantancuaca Surimusara village, villages and rural Kenyaran Pantan. Roots and soil samples were extracted using a modified method of funnel Baerman at the Laboratory Plant Desease Agroecotechnology Program Study Faculty of Agriculture University of North Sumatra.
The results of this study showed that the population density Radopholus sp and Pratylenchus sp varied per region. The highest population density of Radopholus sp in soil samples and root samples was found in Pantan village(57 juvenile) and in Kenyaran village (54 juveniles), where as the lowest population of Radopholus sp was found in Pungke and Ramung villages (24 juveniles). The highest population densities of Pratylenchus sp in soil sample and root sample was found in Kenyaran village (36 juvenile) and the lowest was found in Pungke village (28 juvenile).
ii ABSTRAK
Bayhaqi, 2014. Sebaran dan Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Dibawah bimbingan Darma Bakti dan Hasanuddin.
Kopi Gayo adalah satu diantara komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah dikenal di pasar domestik dan internasional, produksi kopi Gayo mencakup lebih dari 90% dari total produksi kopi di Provinsi Aceh. Produksi kopi di Kabupaten Gayo Lues baru mencapai 540 kg/ha dengan luas tanam sekitar 3.938 ha, sedangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah produksi kopi berkisar antara 700 - 800 kg/ha dengan luas tanam sekitar 48.000 ha (Aceh Tengah) dan 39.533 ha (Bener Meriah). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sebaran dan kerapatan populasi pratylenchus sp dan radopholus sp yang menginfeksi tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues. Penelitian ini menggunakan metode sistemik pola diagonal dalam pengambilan sampel di Kecamatan Blangkejeren desa Agusen, Kecamatan Putri Betung desa Ramung dan desa Pungke, Kecamatan Pantancuaca di desa Surimusara, desa Kenyaran dan desa Pantan. Sampel akar dan tanah diekstraksi dengan menggunakan metode modifikasi Corong Baerman di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini yaitu kerapatan populasi Radopholus sp dan Pratylenchus sp bervariasi setiap daerahnya. Kerapatan populasi tertinggi Radopholus sp pada sampel tanah dan sampel akar tertinggi terdapat di desa Pantan 57 juvenil dan di desa Kenyaran 54 juvenil, sementara populasi terendah Radopholus sp adalah di desa Ramung dan Pungke 24 juvenil. Kerapatan populasi tertinggi Pratylenchus sp terdapat di desa Kenyaran 36 juvenil dan desa Pantan 35 juvenil dari sampel akar dan tanah, dan terendah pada desa Pungke 28 juvenil.
iii
RIWAYAT HIDUP
Bayhaqi lahir pada tanggal 27 Juli 1990 di Kutapanjang dari Ibunda Aminah dan Ayahanda Darussalam. Penulis merupakan anak Pertama dari lima bersaudara. Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
− Lulus dari Sekolah Dasar Negeri 1 Kutapanjang pada tahun 2003.
− Lulus dari SLTP. Negeri 1 Kutapanjang pada tahun 2006. Lulus dari SMA Negeri
1 Kutapanjang pada tahun 2009.
− Pada tahun 2009 diterima di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Medan, Departemen Agroekoteknologi melalui jalur PMP. Penulis pernah aktif dalam kegiatan kemahasiswaan yaitu:
− Anggota Badan Kenaziran Mushalla Al-Mukhlisin FP USU tahun 2010-2011.
− Ketua Pengajian Komus HPT 2012 – 2013.
− Asisten Laboratorium Pestisida Dan Teknik Aplikasi tahun 2012-2013.
− Asisten Laboratorium Nematoda dan Virologi Tahun 2013-2014.
− Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Bakrie Sumatra
Plantations Tbk , Kebun Bunut, Kabupaten Kisaran pada tahun 2010.
− Melaksanakan Penelitian skripsi di kabupaten Gayo Lues dan Laboratorium
Nematoda Fakultas Pertanian USU pada bulan Februari – April 2014.
− Sebagai Pemakalah Oral pada “Indonesian International coffee symposium 2014”
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Sebaran dan Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr. Ir. Hasanuddin, MS. sebagai anggota komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari menetapkan judul hingga penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.
Medan, Januari 2015
v
Nematoda Parasit Tanaman Kopi... 9
1. Pratylenchus sp ... 9
2. Radopholus sp ... 14
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 17
Bahan dan Alat Penelitian ... 17
Metode Penelitian ... 17
Pelaksanaan Penelitian ... 18
Survei Pendahuluan ... 18
Pengambilan Sampel Tanah dan Akar ... 18
Ekstraksi Sampel Tanah ... 19
Ekstraksi Sampel Akar ... 19
Pengawetan Nematoda ... 20
Pewarnaan Nematoda dalam jaringan akar... 20
Pembuatan Preparat Nematoda ... 21
Identifikasi Nematoda ... 21
Peubah Amatan ... 21
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Gayo Lues ... 23
Keadaan Pertanaman Kopi di Lokasi Pengamatan ... 23
Kerapatan Populasi Nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp di Kabupaten Gayo Lues ... 24
vi KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 33 Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
No. Judul Tabel Hlm.
1. Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp di sekitar
perakaran kopi di Kabupaten Gayo Lues ... 25 2. Hasil ekstraksi nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp dari
sampel tanah sekitar perakaran tanaman kopi di Kabupaten Gayo
Lues ... 27 3. Hasil ekstraksi nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp dari
viii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Gambar Hlm.
1. Struktur Tanaman kopi ... 6
2. Fotomikrograf Pratylenchus Betina dan Pratylenchus Jantan ... 10
3. Gejala serangan nematoda di atas permukaan tanah di Kecamatan Pantan Cuaca ... 12
4. Fotomikrograf Radopholus Jantan dan Radopholus Betina ... 15
5. Bagian akar yang diambil untuk sampel ... 19
6. Peta Penyebaran dan kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp pada tanaman kopi (Coffae sp) di kabupaten gayo lues ... 29
7. Telur nematoda dalam jaringan akar. ... 30
8. Nematoda Tylenchulus sp ... 31
9. Nematoda Tylenchorhynchus sp ... 32
10. Nematoda Longidorus sp ... 33
11. Nematoda Hemicycliophora sp ... 33
ix
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Lampiran Hlm.
1. Letak Geografis Kabupaten Gayo Lues ... 38 2. Data Pengambilan Sampel ... 38 3. Keadaan Curah Hujan Rata-Rata,Hari Hujan RataRata Dan Penyinaran
i
ABSTRACT
Bayhaqi, 2014. Distribution and Population Density Of Pratylenchus sp and Radopholus sp on Coffee (Coffea sp.) in Gayo Lues Regency Aceh Province. Under supervising commission Darma Bakti and Hasanuddin.
Gayo Coffee is one among the main export commodities of Indonesia has been known in the domestic and international markets, Gayo coffee production includes more than 90% of the total coffee production in the province. Coffee production in Gayo Lues district reached 540 kg / ha with a planting area of about 3,938 ha, while in Central Aceh and Bener Meriah coffee production ranged between 700-800 kg / ha with a planting area of about 48,000 ha (Central Aceh) and 39 533 ha (Bener Meriah). This study was conducted to determine the distribution and population density of Pratylenchus sp and Radopholus sp infecting coffee plants in the district of Gayo Lues. This study uses systemic method of sampling a diagonal pattern in the District Blangkejeren Agusen village, sub-district village Betung Princess Ramung and Pungke village, District Pantancuaca Surimusara village, villages and rural Kenyaran Pantan. Roots and soil samples were extracted using a modified method of funnel Baerman at the Laboratory Plant Desease Agroecotechnology Program Study Faculty of Agriculture University of North Sumatra.
The results of this study showed that the population density Radopholus sp and Pratylenchus sp varied per region. The highest population density of Radopholus sp in soil samples and root samples was found in Pantan village(57 juvenile) and in Kenyaran village (54 juveniles), where as the lowest population of Radopholus sp was found in Pungke and Ramung villages (24 juveniles). The highest population densities of Pratylenchus sp in soil sample and root sample was found in Kenyaran village (36 juvenile) and the lowest was found in Pungke village (28 juvenile).
ii ABSTRAK
Bayhaqi, 2014. Sebaran dan Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp Pada Tanaman Kopi (Coffea sp.) di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Dibawah bimbingan Darma Bakti dan Hasanuddin.
Kopi Gayo adalah satu diantara komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah dikenal di pasar domestik dan internasional, produksi kopi Gayo mencakup lebih dari 90% dari total produksi kopi di Provinsi Aceh. Produksi kopi di Kabupaten Gayo Lues baru mencapai 540 kg/ha dengan luas tanam sekitar 3.938 ha, sedangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah produksi kopi berkisar antara 700 - 800 kg/ha dengan luas tanam sekitar 48.000 ha (Aceh Tengah) dan 39.533 ha (Bener Meriah). Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui sebaran dan kerapatan populasi pratylenchus sp dan radopholus sp yang menginfeksi tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues. Penelitian ini menggunakan metode sistemik pola diagonal dalam pengambilan sampel di Kecamatan Blangkejeren desa Agusen, Kecamatan Putri Betung desa Ramung dan desa Pungke, Kecamatan Pantancuaca di desa Surimusara, desa Kenyaran dan desa Pantan. Sampel akar dan tanah diekstraksi dengan menggunakan metode modifikasi Corong Baerman di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini yaitu kerapatan populasi Radopholus sp dan Pratylenchus sp bervariasi setiap daerahnya. Kerapatan populasi tertinggi Radopholus sp pada sampel tanah dan sampel akar tertinggi terdapat di desa Pantan 57 juvenil dan di desa Kenyaran 54 juvenil, sementara populasi terendah Radopholus sp adalah di desa Ramung dan Pungke 24 juvenil. Kerapatan populasi tertinggi Pratylenchus sp terdapat di desa Kenyaran 36 juvenil dan desa Pantan 35 juvenil dari sampel akar dan tanah, dan terendah pada desa Pungke 28 juvenil.
1
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kopi Gayo adalah satu diantara komoditi ekspor unggulan Indonesia yang telah dikenal di pasar domestik dan internasional. Kopi Gayo di Dataran Tinggi
Gayo pada umumnya adalah kopi Arabika. Kopi Arabika sangat cocok untuk tumbuh di Dataran Tinggi Gayo yang memiliki letak geografis antara 3º45’0”LU– 4º59’0”LU dan 96º16’10” BT–97º55’10”BT. Wilayah ini didominasi oleh
ketinggian tempat antara 900 – 1700 m dpl yang merupakan habitat ideal untuk budidaya kopi Arabika (Ellyanti et al., 2012).
Menurut Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG 2009) produksi kopi Gayo mencakup lebih dari 90% dari total produksi kopi di Provinsi Aceh. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI 2008) menyatakan bahwa
luas penanaman kopi Gayo masing-masing kabupaten di Dataran Tinggi Gayo yaitu Aceh Tengah 46.000 ha, Bener Meriah 37.000 ha, dan Gayo Lues 4.000 ha.
Produksi kopi di Kabupaten Gayo Lues baru mencapai 540 kg/ha dengan luas tanam sekitar 3.938 ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan Gayo Lues, 2011). Sedangkan di Aceh Tengah dan Bener Meriah produksi kopi berkisar antara 700 -
800 kg/ha dengan luas tanam sekitar 48.000 ha (Aceh Tengah) (Dinas Perkebunan
dan Kehutanan Aceh Tengah, 2011) dan 39.533 ha (Bener Meriah)
(Dinas Perkebunan dan Kehutanan Bener Meriah, 2011).
Dalam usaha peningkatan produksi, dan perbaikan mutu hasil komoditas kopi, salah satu aspek penting yang perlu mendapat perhatian adalah masalah
2
menyebabkan tanaman kerdil, daun menguning, dan gugur. Pertumbuhan cabang primer terhambat sehingga hanya menghasilkan sedikit bunga, buah prematur dan
banyak yang kosong. Bagian akar serabut membusuk, berwarna coklat atau hitam, pada serangan berat tanaman akhirnya mati (Izar & Yarda). Efek lain dari nematoda menyerang akar baik oleh nematoda endoparasit dan ektoparasit
termasuk percabangan akar berlebihan, penghentian pemanjangan akar,
penghambatan pertumbuhan akar dan terlihat gejala tanpa produksi
(Zuckerman et al., 1971).
Terdapat dua jenis nematoda penting yang menyerang tanaman kopi khususnya kopi jenis Arabika yaitu nematoda parasit Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis. Kedua jenis nematoda ini merupakan jasad pengganggu yang sangat berbahaya pada kopi robusta dan lebih-lebih pada kopi arabika. Hingga
saat ini belum ada cara pengendalian yang ekonomis untuk pertanaman kopi yang sudah terserang (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2008).
Campos & Villain (2005) menyatakan beberapa jenis nematoda parasitik
hidup pada tanaman kopi dan mereka menyebabkan kerugian besar terhadap pertumbuhan kopi dan secara ekonomi. Jenis utama yang mempengaruhi kopi
adalah Meloidogyne spp dan Pratylenchus spp. Menurut Wiryadiputra & Tran
(2008) di perkebunan kopi robusta kerugian hasil yang disebabkan oleh P. coffeae dapat mencapai 78% dengan rata-rata sekitar 57%. Di perkebunan kopi
3
Serangan nematoda P. Coffeae dilaporkan dapat mengakibatkan musnahnya 95% kopi Arabika di Jawa. Upaya pengendalian hama tersebut
diarahkan ke pengendalian ramah lingkungan (Sulistyowati et al., 2012).
Selama enam tahun (1981-1986) serangan nematoda Pratylenchus coffeae, menyebabkan kehilangan hasil rata-rata sebesar 56,84%, atau sekitar 150 ton kopi
per tahun. Selain mengurangi kuantitas, serangan nematoda juga dapat mengurangi kualitas kopi. Penurunan produksi oleh P. coffeae pada kopi Robusta berkisar antara 28,7% sampai 78,4%. Serangan P. coffeae terhadap kopi Arabika biasanya tanaman hanya bisa bertahan selama 2 tahun (Mustika, 2005).
Penelitian yang mengkaji tentang kerusakan tanaman kopi yang
disebabkan oleh nematoda masih belum pernah dilakukan di Kabupaten Gayo Lues. Sehingga informasi mengenai kerusakan tanaman kopi yang disebabkan
oleh nematoda sangat minim. Padahal informasi ini penting mengingat budidaya kopi di Kabupaten Gayo Lues telah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama. Hal tersebut sangat memungkinkan peluang gangguan nematoda sangat
besar.
Berdasarkan informasi di atas, penulis melakukan penelitian ini untuk
mengetahui bagaimana penyebaran dan kepadatan populasi nematoda Pratylenchus dan Radopholus yang berada diareal pertanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh.
Tujuan Penelitian
4
Hipotesa Penelitian
Terdapat perbedaan sebaran dan kerapatan populasi Pratylenchus dan Radopholus di daerah pertanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan acuan dalam usaha mengantisipasi terjadinya
epidemi penyakit yang disebabkan nematoda Pratylenchus dan Radopholus bagi pihak yang membutuhkan terutama yang membudidayakan tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues Provinsi Aceh. 2. Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
5
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kopi (Coffea sp.)
Genus Coffea termasuk ke dalam keluarga Rubiaceae, yang terdiri atas 103 jenis. Tanaman ini dibagi ke dalam Eucoffea, Mascarocoffea, Argocoffea dan Paracoffea, jenis yang pertama hingga yang ketiga berasal dari Afrika dan yang
terakhir dari Asia. Hanya jenis Eucoffea satu-satunya memiliki nilai ekonomi dan dibudidayakan meliputi kopi arabica dan robusta. Pada kondisi alami,
kebanyakan jenis coffea tercipta di daerah tropis afrika, terutama sekali di negeri Madagaskar dan lahan yang dicakup oleh negara tersebut, beberapa jenis tercipta di India (Vieira, 2008).
Kopi arabika berasal dari hutan pegunungan Ethiopia. Tumbuh di bawah naungan kanopi hutan. Arabika asli adalah tipe tumbuhan yang menyukai
naungan. Namun, pemuliaan bertahun-tahun telah menciptakankan varietas yang memberikan hasil yang baik dalam kondisi cahaya penuh seperti Catimor. Arabika ditanam di daerah tropis dengan ketinggian lebih dari 500 m, tetapi sebaiknya dari
1000-1500 m. Daerah yang ketinggiannya lebih tinggi umumnya menghasilkan tanaman yang kualitasnya lebih baik. Curah hujan dari 1200-2000 mm harus
terdistribusi sepanjang tahun (Kuit et al., 2004).
Arabika tidak tahan kondisi lembab dan suhu minimum harus di atas 4-5 ° C kisaran suhu optimum untuk budidaya arabica 18-25 ° C. Pembungaan
dimulai setelah hujan pertama dan pematangan buah memerlukan periode kering yang bisa sampai 5 bulan. Arabika memiliki sistem akar yang mendalam dan
6
nutrisi yang tersedia, kisaran pH optimum untuk tanaman kopi adalah 5,4-6,0 (Kuit et al., 2004).
Struktur pohon kopi mengacu pada bentuk pertumbuhan pohon. Batang tumbuh lurus ke atas dan disebut orthotropic (yang berarti vertikal). Cabang lateral tumbuh di sisi berlawanan dari batang dan disebut plagiotropic (yang
berarti horisontal). Tunas auxiliary (tunas yang tersusun di sekitar poros batang atau cabang), dari batang terdiri dari tunas primer yang dapat tumbuh menjadi
cabang lateral, dan beberapa tunas yang berkembang menjadi anakan dan perbungaan (tempat tumbuhnya bunga). Cabang primer dapat dibagi lagi dalam cabang sekunder dan tersier (Gambar 1) (Kuit et al., 2004).
Gambar 1.Struktur Tanaman kopi . Sumber : (Vieira, 2008)
Pada kopi arabika buah matang ('berry') berwarna merah, kuning dan
7
lanset, bervariasi sesuai dengan spesies kopi, ukuran buah dan endosperm ('biji') bervariasi sesuai dengan kultivar atau varietas yang ditanam dan kondisi
lingkungan dan teknik budidaya. Biasanya dihasilkan dua biji / buah, sebagian besar biji mengandung protein, kafein, minyak, gula, dekstrin, asam chlorogenik dan beberapa hal lain yang menentukan karakteristik dari kopi dipengaruhi oleh
aspek pemanenan, pengolahan dan pemanggangan biji (Vieira, 2008).
Kebanyakan kopi komersial ditanam dari benih, dan bibit dibesarkan di
pembibitan baik disemai atau polybek atau material lainnya. Perkecambahan memakan waktu 5-10 minggu dan bibit dapat ditransplantasikan ke lapangan ketika berusia 6-10 bulan. Perbanyakan vegetatif dengan stek dapat dilakukan
pada kopi, tetapi jarang di praktekkan di seluruh dunia. Di Brazil, di daerah yang populasi Meloidogyne incognita dan M. paranaensis sangat tinggi terutama di São Paulo dan Parana Serikat, okulasi menggunakan kopi canephora sebagai batang bawah dan kultivar kopi arabica sebagai batang atas merupakan bibit yang digunakan untuk perkebunan produktif. Jarak tanam bervariasi antara daerah,
biasanya 2-4 m antara baris dan 0.5-1 m antara tanaman (Campos & Villain 2005).
Nematoda
Nematoda parasit tanaman pada prinsipnya adalah hewan air yang membutuhkan air untuk aktifitasnya, mereka mendiami lapisan lembab sekitar
partikel tanah dan lingkungan lembab sekitar jaringan tanaman. Hampir semua parasit tanaman menghabiskan sebagian dari siklus hidupnya di dalam tanah
8
Nematoda adalah binatang yang bergerak aktif, lentur dan berbentuk seperti pipa, hidup pada permukaan yang lembab atau lingkungan yang berair.
Nematoda memiliki sistem organ yang lengkap sebagaimana binatang yang mempunyai organ kompleks, tetapi mereka tidak memiliki sistem peredaran darah. Nematoda terbagi dua jenis yaitu memiliki stilet dan tidak. Nematoda yang
memiliki stilet menjadi perhatian lebih dikarenakan merupakan nematoda parasit. (Dropkin, 1992).
Siklus hidup nematoda sangat sederhana sekali yaitu betina meletakkan telur kemudian telur-telur tersebut menetas menjadi larva. Dalam banyak hal, larva-larva ini menyerupai nematoda, hanya ukurannya lebih kecil. Selain
nematoda dewasa dan telur, dalam siklus hidup nematoda terdapat 4 stadia larva dan empat kali pergantian kulit. Stadia larva pertama berkembang dalam telur dan
pergantian kulit pertama biasanya terjadi di dalam telur. Dari pergantian kulit pertama muncul stadia larva dua, yang bergerak bebas ke dalam tanah dan masuk ke dalam jaringan tanaman. Apabila nematoda stadia larva dua tersebut mulai
makan pada jaringan inang yang cocok, terjadi pergantian kulit kedua, ketiga dan keempat dan lima atau stadia dewasa. Secara umum, siklus hidup nematoda
parasit berlangsung selama 25-35 hari, bergantung pada jenis nematoda, tanaman inang, keadaan lingkungan tanah (suhu, kelembaban, tekstur) (Mustika, 2003).
Tanaman yang sistem perakarannya telah terganggu oleh nematoda
menunjukkan gejala kerdil, klorosis, layu dan hasil menurun. Gejala di lapangan adalah sistem perakaran tanaman lemah menyerap air dan unsur hara. Gejala ini
9
Permasalahannya adalah nematoda parasit tumbuhan hidup pada semua areal pertanaman, kerusakan yang paling nyata terjadi di daerah tropis atau
sub-tropis berhubungan erat dengan temperatur yang tinggi, masa tanam dan sebagian besar tanaman rentan, sehingga akan meningkatkan populasi nematoda tiap-tiap tahunnya (Zuckerman et al., 1971).
Dalam budidaya kopi terdapat faktor pembatas diantaranya adalah serangan hama dan penyakit. Hama utama yang menyerang tanaman kopi antara
lain yaitu : Nematoda luka akar (Pratylenchus coffae), nematoda pelubang akar (Radopholus similis) (Izhar dan Yardha, 2001).
Nematoda parasit pada tanaman kopi
Ada beberapa jenis nematoda parasit yang menyerang tanaman kopi, antara lain : 1. Pratylenchus sp.
Biologi nematoda Pratylenchus sp.
Adapun klasifikasi nematoda Pratylenchus sp menurut literatur Dropkin (1992) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Phylum : Nematoda
Class : Adenophorea Subclass : Diplogasteria Ordo : Tylenchida
Superfamily : Tylenchoidea Family : Pratylenchidae
10
a b
Nematoda luka akar (Pratylenchus spp.) adalah yang paling umum dan merusak tanaman kopi (Coffea sp.). Genus Pratylenchus terdiri dari 97 spesies yang dikenal dari distribusi di seluruh dunia dan penting secara ekonomi. Anggota dari genus ini disebut nematoda luka akar karena mereka menghasilkan luka pada akar tanaman sebagai hasil dari aktifitas
mereka memakan akar (Handoo et al, 2008).
Pratylenchus sp mempunyai lebar tubuh antara 40 μm hingga 160
μm, dengan panjang tubuh antara 0,4-0,7 mm, sedangkan diameter tubuh
20 - 25 μm. Bentuk nematoda ini pada umumnya memanjang, bagian ujung anterior kepala mendatar, dengan kerangka kepala yang kuat
(Gambar 2), mempunyai stilet pendek dan kuat, panjangnya 14-20 μm dengan basal knop yang jelas (Dropkin 1992).
Gambar 2. Fotomikrograf Pratylenchus betina (400 x) (a), Pratylenchus jantan (400 x) (b).
Pratylenchus tergolong kedalam endoparasit migratory dengan semua fase yang berlansung di jaring korteks akar. Populasi rendah pada
11
terbentuk akan menjadi 'sarang' atau koloni nematoda dari semua tahap. Perubahan warna jaringan yang terkena dampak biasanya jelas. Di atas
permukaan tanah gejala serangan meliputi klorosis dan kerdil. Beberapa spesies bereproduksi secara seksual sementara yang lain partenogenesis. Siklus kehidupan dapat diselesaikan dalam 3-4 minggu dan nematoda
dapat bertahan hidup tanpa adanya tanaman inang selama beberapa bulan. Hal yang paling penting spesies bersifat polifagus, meskipun P. goodeyi hanya terbatas pada tanaman pisang. Spesies utama dalam genus ini adalah: P. brachyurus, P. coffeae, P. goodeyi, P. penetrans, dan P. zeae (Hunt et al., 2005).
Untuk P. coffeae dan P. brachyurus, telur diletakkan dalam jaringan akar. Telur P. coffeae menetas dalam 6-8 hari pada suhu 28-30 ° C, pertama kali munculnya nematoda dewasa dapat diamati 15 hari setelah menetas pada suhu 25-30 ° C pada kentang di bawah kondisi ini, lamanya waktu siklus rata-rata adalah 27 hari. Untuk P. brachyurus, di bawah kondisi suhu optimum (30 atau 35 ° C), satu siklus hingga dewasa memerlukan waktu 4 minggu pada jagung, sementara pada suhu 10 ° C
siklus tidak selesai dalam 14 minggu (Campos & Villain 2005).
Pratylenchus sp menyukai tanah yang berstruktur kasar atau tanah berpasir. Populasi nematoda mencapai tingkat tertinggi pada tanaman
yang dipangkas dari pada yang tidak dipangkas. Nematoda ini mengadakan invasi ke dalam korteks akar dan mematikan sel – sel pada
12
serangan pada permukaan tanah adalah layu, daun menguning, cabang mati muda dan kerdil. Serangan parah dapat mematikan tanaman
(Dropkin, 1992).
Di lahan, gejala kerusakan tersebut terjadi secara setempat – setempat yang dapat mengurangi hasil berdasarkan berat ringannya
serangan. Luka yang terjadi pada akar berakibat merusak seluruh sistem perakaran tanaman kopi. Akar kopi terinfeksi oleh Pratylenchus menguning kemudian coklat, dan akar lateral menjadi busuk. Tanaman yang terinfeksi terlihat kerdil dan memiliki daun kecil beberapa klorosis. Gejala awal dari infeksi di pohon yang baru ditransplantasikan menguning
daun, hilangnya cabang primer muda dan pengerdilan tunas (Gambar 3). Layu bertahap diikuti oleh kematian seluruh pohon. Tanaman yang
terserang berat akan mati sebelum dewasa (Campos & Villain 2005).
Gambar 3. Gejala serangan nematoda di atas permukaan tanah di Kecamatan Pantan Cuaca.
Nematoda luka akar yang terdapat pada pertanaman kopi antara
13
jangka waktu yang lama P. brachyurus merupakan satu – satunya spesies
Pratylenchus yang menyerang tanaman kopi di Amerika Selatan. P. coffeae terdapat di pertanaman kopi di India dan Pulau Jawa (Campos & Villain 2005).
Rotasi tanaman adalah cara lama dan masih paling banyak
digunakan untuk kontrol nematoda lapangan. Penggunaan varietas tahan merupakan salah satu cara praktis untuk mengendalikan nematoda
menyerang tanaman dengan tingkat serangan yang rendah perhektar (Zuckerman et al., 1971).
Fumigasi tanah meskipun umumnya dianggap sebagai teknik
modern, digunakan pada awal 1884 ketika karbon disulfida diterapkan pada lebih dari satu juta hektar untuk mengontrol kutu Phylloxera pada anggur. Prosedur ini tidak diragukan lagi juga dapat mengendalika nematoda. Karbon disulfida tidak banyak digunakan saat ini karena biaya tinggi per hektar dan sulit dalam aplikasi (Zuckerman et al., 1971).
Pengendalian kimia praktis pertama untuk nematoda dalam kondisi lapangan menggunakan dichloropropene. Setelah injeksi ke dalam tanah
sebelum menanam tanaman, akan terjadi perubahan kimia dari cairan menjadi gas kemudian perlahan-lahan menyebar didalam tanah dan membunuh nematoda. Pengendalian dengan metode ini biayanya relatif
rendah dan mudah diterapkan di lapangan. Beberapa waktu kemudian ditemukan nematisida dari bahan kimia yang mirip etilena dibromida.
14
dari beberapa tanaman hidup. Bahan kimia ini dapat membunuh nematoda lebih tinggi dari dichloropropene atau etilen dibromida yang sifat
nematisidanya lebih rendah (Zuckerman et al., 1971). 2. Radopholus sp
Biologi nematoda Radopholus sp
Adapun klasifikasi nematoda Radopholus sp menurut literatur Dropkin (1992) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia Phylum : Nematoda Class : Secernentea
Subclass : Diplogasteria Ordo : Tylenchida
Family : Pratylenchidae Genus : Radopholus Spesies : Radopholus sp
Radopholus spp. adalah nematoda penggali akar endoparasit migratory, menyebabkan luka kortikal dan kerusakan akar yang luas.
Sistem perakaran yang diserbu oleh nematoda berkurang dan menjadi coklat tua mengakibatkan pertumbuhan yang buruk. Mereka berbentuk cacing 0,5-0,8 mm, dengan stylets pendek tapi kuat dan vulva pada
pertengahan tubuh (Bridge dan James, 2007).
Semua tahapan nematoda adalah berbentuk ulat (mirip cacing),
15
kurang berkembang dan kepala berbentuk seperti tombol disebabkan oleh tonjolan daerah bibir mengerut. Kedua nematoda jantan dan betina
memiliki ekor panjang meruncing dengan bulat atau menjorok. Nematoda jantan memiliki spicula (organ reproduksi laki-laki) yang tajam, melengkung, tertutup dalam suatu bursa. panjang Betina antara 550 dan
880 mm (0,55-0,88 mm) dan dengan diameter sekitar 24 μm, stylets berkembang dengan baik dengan panjang 16-21 μm (rata-rata 18 μm).
Nematoda jantan lebih kecil dibandingkan betina, dengan panjang 500 sampai 600 μm (Brooks, 2008).
Panjang nematoda jantan rata-rata 0,58 mm dan mengalami
degenerasi, esofagus dan styletnya tidak berkembang sempurna. Kepala nematoda jantan berbentuk membulat dan berlekuk sama dengan
nematoda betina. Mempunyai testis tunggal dan bursa meluas sampai dua per tiga ekor (Dropkin,1992). Panjang spikula 18-22 μm berbentuk slindris dan melengkung (gambar 4 a & b).
Gambar 4. Fotomikrograf Radopholus jantan (400 x) (a), Radopholus betina (400 x) (b).
Setelah telur menetas, muncul juvenil tahap kedua dapat bermigrasi dalam akar dan menyelesaikan seluruh siklus hidup di dalam jaringan akar,
v
16
atau dapat meninggalkan akar mencari akar host lain yang sehat. Keturunan satu individu telah diamati berkumpul dalam jalur migrasi ibu
dan menyebabkan daerah lokal kerusakan berat yang sering menyebabkan kematian dari akar yang terinfeksi. Gejala nematoda pelubang akar yang paling mudah diamati adalah luka gelap dan neurotik pada sistem akar
(Sekora and William, 2012).
Fumigasi tanah dengan metil bromida, 1,3 dichloropropene, atau
chloropicrin dapat memberikan kontrol yang baik bagi nematoda pelubang akar, tetapi fumigan ini harus diterapkan pra-tanam. Nematisida nonfumigan seperti aldicarb dan phenamiphos dapat digunakan
17
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan `
Penelitian dilakukan di Laboratorium Nematologi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan di
Kecamatan Pantan Cuaca di desa Pantan, Suri Musara, Kenyaran, Kecamatan Blangkejeren di desa Agusen, dan Kecamatan Putri Betung di desa Pungke dan
desa Ramung dengan ketinggian ± 1000 mdpl. Penelitian dimulai pada bulan Februari 2013 sampai April 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah tanaman kopi dari kebun masyarakat, aquadest, tanah dari sekitar perakaran tanaman kopi, akar tanaman kopi yang
terserang nematoda, Formalin Asetat, Acid Fuchsin, NaOCl2, HCl dan gliserin. Alat yang digunakan adalah mikroskop stereo, mikroskop binokuler, Arc Gis v.10, bor tanah, cangkul, kantong plastik polietilen, kertas label, cool box,
pisau cutter, kain Muslin, Modifikasi corong Baerman, corong kaca, kamera digital, pipet tetes, telenan, cawan hitung, cawan sirakus, corong plastik kaca
preparat. Buku identifikasi nematoda yang digunakan berjudul “ Identification Key for Agriculturally Importan Plant-Paracitic Nematodes (Mekete et al ,2012). Pengantar Nematologi Tumbuhan. Ed ke-2. Supratoyo, penerjemah. Yogyakarta:
18
Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode survei dengan cara mengamati
tanaman kopi yang secara visual menunjukkan gejala terserang nematoda secara langsung di lapangan, lalu diambil sampel tanah disekitar perakaran dan akar tanaman kopi yang diduga terserang nematoda untuk diamati di laboratorium
kemudian dihitung populasinya. Pelaksanaan Penelitian
Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan bertujuan untuk menentukan desa yang mewakili daerah sentra produksi, yaitu desa yang berada di Kecamatan Pantan Cuaca di
desa Pantan, Suri Musara, Kenyaran dan Kecamatan Blangkejeren di desa Agusen, Pungke dan Ramung, dari tiap desa dipilih kebun kopi yang diduga
terserang nematoda. Ciri – ciri atau gejala tanaman yang terinfeksi nematoda pada tingkat lapang adalah pertumbuhan tanaman terhambat, warna daun menguning atau klorosis seperti gejala kekurangan hara dan tanaman kurang kokoh atau
hampir roboh, sedangkan gejala tingkat individu ditandai dengan adanya bercak nekrosis pada akar.
Pengambilan Sampel Tanah dan Akar
Pengambilan sampel dilakukan di daerah perakaran tanaman kopi yang secara visual menunjukkan gejala terserang nematoda. Sampel tanah diambil
dengan metode sistemik yaitu dengan pola diagonal. Sampel tanah diambil dari enam penjuru tanaman pada kedalaman 5-10 cm seberat 250-300 gr. Pengambilan
25-19
100 gr, akar yang diambil adalah akar tersier atau rambut akar (Gambar 5) (Ritchie, 2003).
Masing – masing sampel dimasukkan ke dalam plastik potilen dan diberi label yang berisi tanggal pengambilan, lokasi, kultivar kopi, kondisi tanaman dan tanaman yang berada di sekitar sampel. Selanjutnya sampel ditempatkan di cool
box dan dibawa ke Laboratorium untuk di analisis.
Rambut akar
Gambar 5. Bagian akar yang diambil untuk sampel. Sumber : (Vieira, 2008)
Ekstraksi sampel tanah
Untuk ekstraksi sampel tanah yang berasal dari lapang dilakukan dengan metode modifikasi corong Baerman (Bridge & James, 2007). Masing – masing sampel tanah diambil sebanyak 100 gr. Keadaan ini dibiarkan selama 48 jam agar
20
Ekstraksi sampel akar
Sampel akar tanaman kopi yang diambil dari lapangan penelitian dicuci
sampai bersih dari tanah dan kotoran, dipotong – potong sepanjang ± 1 cm, akar ditimbang sebanyak 25 gram kemudian diekstraksi dengan metoda Modifikasi Corong Baerman (Hooper et al, 2005). Keadaan ini dibiarkan selama 48 jam, sesudah 48 jam suspensi diambil dan siap diamati.
Pengawetan nematoda
Nematoda hasil ekstraksi dari sampel tanah dan akar disimpan dalam botol, kemudian di dalamnya ditambahkan larutan formalin-Asetat (Formalin 37% 10 ml : Asam asetat Glacial 1 ml : Aquades 100 ml) yang telah dipanaskan hingga
70 ºC (Hooper et al, 2005). Perbandingan larutan formalin-asetat dengan larutan ekstraksi adalah 1: 1.
Pewarnaan Nematoda dalam jaringan akar
Akar tanaman dicelupkan dalam natrium hipoklorit dengan perbandingan 20 ml pemutih : 30 ml air selama 5 menit dan sambil diaduk sekali-kali. Akar
kemudian dibilas dengan air mengalir sampai baunya hilang dan direndam selama 15 menit untuk menghilangkan residu natrium hipoklorit yang akan menghambat
pewarnaan oleh asam fuchsin. Akar selanjutnya dipotong-potong sepanjang ± 4 cm, lalu larutan pewarna asam fuchsin dibuat dengan perbandingan asam
fuchsin 3 gr : asam acetat glacial 250 gr : aquades 1liter. Kemudian akar
ditempatkan dalam wadah tahan panas yang telah diisi air sebanyak 30 ml lalu ditambahkan 1 ml larutan asam fuchsin dan dipanaskan hingga keluar uap,
21
menghilang lalu akar diberi larutan gliserin secukupnya dan HCL 2 tetes dan dipanaskan hingga akar menjadi bening dan nematoda pada akar berwarna merah.
Pembuatan preparat nematoda
Nematoda berasal dari hasil ekstraksi tanah maupun akar dipancing dan diletakkan di atas preparat yang telah ditetesi media lactofenol kemudian ditutup
dengan menggunakan gelas penutup. Untuk menghindari pergeseran maka disekeliling gelas penutup diberi kutek bening sebagai perekat. Nematoda dapat
diamati, diidentifikasi dan difoto agar lebih mudah dalam mengidentifikasi. Identifikasi Nematoda
Identifikasi nematoda dengan pengamatan menggunakan mikroskop
kompon (perbesaran 400 x). Identifikasi nematoda dilakukan sampai tingkat genus dengan menggunakan buku pedoman identifikasi nematoda yang berjudul “
Identification Key for Agriculturally Importan Plant-Paracitic Nematodes (Mekete et al , 2012), Pengantar Nematologi Tumbuhan. Ed ke-2. Supratoyo, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari:
Introduction to Plant Nematology Ed ke-2 (Dropkin, 1992), Plant Parasitic Nematodes On Coffee (Souza, 2008).
Parameter Pengamatan
Setelah identifikasi selesai dilakukan, dilanjutkan dengan menghitung populasi Pratylenchus dan Radopholus dengan cara mengambil 50 ml dari masing – masing ekstraksi tanah dan akar dan perhitungan kerapatan dilakukan dengan menggunakan rumus:
n a. Kerapatan Absolut (KPA) =
22
Jumlah contoh yang mengandung suatu genus nematoda
b. Frekuensi Mutlak (FM) = ×100% Jumlah seluruh contoh
Frekuensi mutlak suatu genus
c. Frekuensi Relatif (FR) = × 100% Jumlah semua frekuensi mutlak
d. Kepadatan Mutlak (KM) = Jumlah aktual individu suatu genus nematoda dari tiap contoh
Jumlah individu suatu genus nematoda dari setiap contoh
e. KepadatanRelatif (KR)= ×100% Jumlah seluruh individu dari
genus nematoda
23
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Gayo Lues
Secara umum Kabupaten Gayo Lues terletak pada 96° 43’ 24” – 97° 55’ 24” BT dan 3° 40’ 26” – 4° 16’ 55” LU. Kabupaten Gayo Lues disebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Langkat ( Prov. Sumut).
Sedangkan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat Daya. Kemudian di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tengah, dan Aceh
Timur, Kabupaten Nagan Raya serta di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan, dan Aceh Tenggara.
Luas Daerah Kabupaten Gayo Lues 5.719.58 km2 terletak di ketinggian berkisar dari 400-1200 meter di atas permukaan laut (m dpl) yang merupakan daerah perbukitan dan pegunungan. Sebagian kawasannya merupakan daerah suaka alam Taman Nasional Gunung Leuser yang diandalkan sebagai paru-paru dunia.
Kabupaten Gayo Lues berdasarkan letaknya dapat digolongkan kedalam daerah iklim A (Iklim tropis) dengan tipe iklim Af (Iklim panas hujan tropis) yang memiliki curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, dan terdapat hutan hujan tropik. Gayo Lues memiliki curah hujan 2241 mm/tahun dengan jumlah hari hujan 195 hari/tahun.
Keadaan Pertanaman Kopi di Lokasi Pengamatan
Keadaan Pertanaman kopi di Kecamatan Blangkejeren desa Agusen kopi yang ditanam adalah kopi Robusta yang ditanam dengan sistem monokultur dan
24
Keadaan pertanaman kopi di kecamatan Putri Betung desa Pungke dan desa Ramung adalah pertanaman dengan cara monokultur dengan tanaman
pelindung yang digunakan adalah tanaman kemiri. Jenis kopi yang ditanam petani adalah kopi Robusta, keadaan lahan tidak begitu bersih terdapat banyak gulma di sela tanaman kopi. Umur tanaman kopi saat pengambilan sampel di desa Pungke
dan desa Ramung adalah 7- 8 tahun. Ketinggian tempat daerah pertanaman kopi di desa Pungke adalah 1008 m diatas permukaan laut dan desa Ramung 848 m dpl.
Di kecamatan Pantan Cuaca desa Suri musara, desa Kenyaran dan desa Pantan juga menanam kopi secara monokultur dan jenis kopi yang ditanam adalah kopi arabika. Kondisi lahan pada areal pertanaman kopi cukup bersih dari gulma
tanaman pelindung yang digunakan adalah tanaman petai dan petani juga menanam tanaman pisang, jeruk dan terong belanda sebagai tanaman sela. Umur
tanaman pada saat pengambilan sampel adalah 2,5 - 6 tahun. Tekstur tanah kasar berpasir dan kaya bahan organik. Ketinggian tempat daerah pertanaman kopi di desa Suri Musara adalah 1335 m dpl, desa Kenyaran 1178 m dpl dan desa Pantan
1395 m dpl.
Kerapatan Populasi Nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp di Kabupaten Gayo Lues.
Hasil pengamatan kerapatan populasi nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp yang terdapat disekitar perakaran tanaman kopi di kabupaten Gayo Lues yang mencakup tiga kecamatan yaitu kecamatan Blangkejeren di desa Agusen, kecamatan Putri Betung desa Pungke dan desa Ramung, kecamatan
25
Tabel 1. Kerapatan Populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp dari 100 gr sampel tanah dan 25 gr sampel Akar dari sekitar perakaran kopi di Kabupaten Gayo Lues
Lokasi
Kec.
Blangkejeren Kec. Putri Betung Kecamatan Pantan cuaca
No Genus
Genera nematoda parasit tumbuhan yang paling sering dilaporkan
berasosiasi dengan tanaman kopi dan menyerang tanaman kopi sejak puluhan tahun yang lalu diseluruh sentra pertanaman kopi di dunia diantaranya adalah Pratylenchus sp dan Radopholus sp (Tabel 1).
Menurut Wiryadiputra dan Loang (2008), di perkebunan kopi robusta kerugian hasil yang disebabkan oleh P. coffeae dapat mencapai 78%, dengan rata-rata sekitar 57%. Di perkebunan kopi arabika, total kerugian telah diamati, karena populasi tanaman kopi bisa menurun dan mati pada usia dua tahun. Kejadian R. similis sangat minim sampai awal 1990-an. Sejak, pemerintah Indonesia secara agresif didistribusikan bibit dari kultivar kopi arabika 'Kartika 1', 'Kartika 2' dan 'S795', sehingga membuat R. similis menjadi perhatian utama, dengan perkebunan yang sangat terpengaruh di provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara
Timur.
Dari Tabel 1 dapat dilihat kerapatan populasi Radopholus sp tertinggi dari 25 gr sampel akar dan 100 gr sampel tanah adalah didesa Pantan cuaca sebesar 57
26
populasi Pratylenchus sp yang tertinggi dari sampel akar dan tanah adalah didesa Kenyaran sebesar 36 ekor dan terendah pada desa Pungke sebesar 25 ekor.
Salah satu kendala utama dalam budidaya kopi di indonesia adalah nematoda parasit Pratylenchus sp dan Radopholus sp, Mustika (2005) melaporkan hampir semua propinsi produsen kopi di Indonesia, antara lain Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, dan Sulawesi Selatan , telah terinfeksi oleh nematoda tersebut, terutama kopi arabika.
Populasi tertinggi terjadi di kecamatan Pantan Cuaca hal ini diduga karena di kecamatan pantan cuaca kopi yang ditanam adalah kopi jenis arabika sedangkan di kecamatan Blangkejeren dan Putri Betung jenis kopi yang ditanam adalah kopi
robusta yang lebih tahan terhadap serangan nematoda, jenis kopi arabika dikenal lebih rentan terhadap serangan nematoda. Hal ini sejalan dengan laporan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2007) terdapat dua jenis nematoda penting
yang menyerang tanaman kopi khususnya kopi jenis Arabika yaitu nematoda parasit Pratylenchus coffeae dan Radopholus similis.
Disamping itu di kecamatan Pantan Cuaca petani menanam pisang dan jeruk sebagai tanaman sela sedangkan di kecamatan Blangkejeren dan kecamatan Putri Betung tanaman sela yang ditanam adalah Petai dan Kemiri. Tanaman pisang dan Jeruk dapat menjadi inang alternatif bagi nematoda parasit karena kebanyakan spesies penting nematoda parasit bersifat polifagus atau memiliki inang lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan literatur Handoo et al., (2008) Genus Pratylenchus terdiri dari 97 spesies yang dikenal dari distribusi di seluruh dunia dan penting
27
Hal lain yang menyebabkan tingginya populasi nematoda di daerah pantan cuaca adalah tanah yang ada di daerah pantancuaca bertekstur kasar,
berpasir dan kaya bahan organik dimana umumnya nematoda sangat menyukai tanah yang bertekstur kasar dan berpasir, tekstur tanah sangat erat hubungannya dengan distribusi pori tanah dan air tanah. Nematoda berkembang baik pada tanah
yang berpori sesuai dengan literatur Dropkin (1992) sifat-sifat tanah sangat penting untuk nematoda nematoda membentuk populasi besar pada tanah pasiran,
tanah lempung atau tanah berat yang basah kurang disukai, tekstur tanah terlibat langsung dalam pengaturan pertumbuhan populasi nematoda. Tekstur tanah sangat erat hubungannya dengan distribusi pori tanah dan air tanah.
28
Tabel 3. Hasil ekstraksi nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp dari 25 gr sampel akar tanaman kopi di Kabupaten Gayo Lues.
Sampel
Hasil analisis tersebut (tabel 2 dan 3) menunjukkan Pratylenchus sp dan Radopholus sp memiliki Frekuensi Mutlak yang sama yaitu 100%. Hal ini menunjukkan bahwa daerah sebar nematoda parasit Pratylenchus sp dan Radopholus sp mencakup seluruh lahan petani yang ada di kabupaten Gayo Lues.
Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa Radopholus sp memiliki nilai prominensi tertinggi sebesar 310 dari sampel akar di desa Pantan Cuaca dan desa Kenyaran, kemudian 260 dari sampel tanah didesa Surimusara. Sedangkan
29
menunjukkan semakin pentingnya nematoda tersebut pada suatu daerah pertanaman.
Sebaran dan kerapatan populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp pada tanaman kopi di kabupaten Gayo Lues dapat dilihat pada gambar 6 dibawah ini.
Gambar 6. Peta sebaran dan kerapatan populasi Pratylenchus sp dan Radopholus sp pada tanaman kopi (Coffea sp) di Kabupaten Gayo Lues.
Nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp merupakan endoparasit migratori atau berpindah-pindah didalam jaringan akar tanaman, biasanya di
30
dengan berbagai stadium. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Bridge dan James (2007) telur diletakkan di dalam jaringan akar dan perkembangan embrionik
berlangsung beberapa hari. Seluruh siklus hidup diselesaikan dalam 3 minggu pada kondisi optimal dengan suhu 24ºC – 27ºC.
Telur nematoda
Gambar 7. Telur nematoda dalam jaringan akar. Nematoda Parasit Lain yang ditemukan
Selain nematoda Pratylenchus sp dan Radopholus sp, nematoda parasit lain yang ditemukan pada pertanaman kopi di kabupaten Gayo Lues adalah Tylenchulus sp, Tylenchorhynchus sp, Longidorus sp, Hemicycliophora sp, Helicotylenchus sp.
Nematoda Tylenchulus semi-endoparasit sendentary, sebagian Juvenil 2 menembus akar dan berkembang melalui berbagai tahap hingga menjadi betina
31
membengkak menjadi bentuk asimetris karakteristik pada permukaan akar (Bridge & James, 2007).
Jenis dari marga tersebut bertubuh kecil, nematoda betina dewasa panjangnya 375 µm dengan perbandingan panjang dan lebar 4,5. Nematoda betina dewasa mempunyai bagian anterior sempit memanjang dan bagian posteriornya
menggelembung (Lampiran 8), pada kedua jenis kelamin kepalanya tidak berlekuk, panjang stiletnya 13 µm dengan basal knob yang berkembang dengan
baik dan membulat (Dropkin, 1992).
Gambar 8. Nematoda Tylenchulus sp
Tylenchorhynchus sp terdapat di daerah tropik dan sub tropik dengan kisaran inang yang cukup banyak, panjangnya antara 0,6-0,7 µm. Kepalanya membulat, umumnya berlekuk panjang stilet antara 16-27 µm dan mempunyai
basal knob yang jelas. Letak vulvanya agak kebelakang dari pertengahan panjang tubuh dan mempunyai dua gonad yang merentang lurus. Ekor yang betina tumpul
32
Gambar 9. Nematoda Tylenchorhynchus sp
Longidorus sp adalah nematoda terbesar diantara fitonematoda, selain merusak tanaman secara langsung mereka mengeluarkan banyak virus yang dapat menimbulkan masalah pada tanaman. Kisaran inangnya sangat luas meliputi
pohon buah-buahan kecil, pohon-pohonan yang daunnya gugur tiap tahun, tanaman rumput serealia dan jagung. Inangnya sangat bervariasi dari yang satu ke jenis yang lain (Dropkin, 1992).
Nematoda tersebut langsing dan panjang, panjangnya bervariasi dari 4-10 mm atau lebih. kepalanya berlekuk terdapat cincin pengarah stilet. Stiletnya terdiri
atas dua bagian, dibagian depan disebut odontostilet (stilet yang berskleton) dan dibagian belakang disebut odontofor (pernajangan stilet, tidak berskleton). Panjang odontostilet antara 68-133 µm dan odontofornya antara 54-74 µm.
33
Gambar 10. Nematoda Longidorus sp
Hemicycliophora sp terdapat dikebanyakan daerah didunia biasanya terdapat didalam tanah pasiran, mempunyai inang yang banyak dan menyebabkan kerusakan pada tanaman yaitu jeruk, anggur semangka dan pohon cemara.
Biasanya dapat dijumpai pada permukaan akar dan tampak menonjol, pengendalian efektif dengan nematisida (Dropkin, 1992).
Nematoda berbentuk memanjang, nematoda betina panjangnya antara 0,4-2 mm, daerah bibir tumpul dan membulat tidak berlekuk. nematoda jantan lebih kecil dari nematoda betina tidak mempunyai stilet dan esofagusnya mengalami
degenerasi. Panjang ekornya lebih seperempat atau sepertujuh panjang tubuhnya berbentuk silindris (Gambar 11) (Dropkin, 1992).
34
Helicotylenchus, adalah nematoda parasit yang paling sering menyerang akar pisang dan ditemukan di negara tropis dan sub-tropis di seluruh dunia.
Pertumbuhan tanaman terhambat dan tingkat serangan banyak dilihat sebagai penurunan bertahap dalam produksi selama beberapa tahun, kadang-kadang disertai dengan gejala kekurangan nutrisi (Bridge & James, 2007).
Panjang nematoda betina antara 0,5 -1 mm, daerah bibirnya berbentuk setengah bola, stiletnya berkembang dengan baik dengan panjang 23 – 35 µm.
Vulva terletak 60 % panjang tubuh., ekor betina melengkung kearah dorsal dan berbentuk setengah bola utau ujungnya memanjang ke arah ventral (Gambar 12) (Dropkin, 1992).
35
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Populasi Radopholus sp yang tertinggi dari sampel akar dan tanah ditemukan pada lokasi desa Pantan Cuaca (Kecamatan Pantan Cuaca) yaitu 57 juvenil dan yang terendah ditemukan pada lokasi Ramung dan Pungke (Kecamatan Putri Betung) yaitu 24 juvenil.
2. Populasi Pratylenchus sp yang tertinggi dari sampel akar dan tanah ditemukan pada lokasi desa Kenyaran (Kecamatan Pantan Cuaca) yaitu 36 juvenil dan yang terendah ditemukan pada lokasi Pungke (Kecamatan Putri Betung) yaitu 25 juvenil.
3. Pratylenchus sp dan Radopholus sp memiliki Frekuensi Mutlak yang sama yaitu 100%. Menunjukkan daerah sebar nematoda parasit Pratylenchus sp dan Radopholus sp mencakup seluruh lahan petani yang ada di kabupaten Gayo Lues.
4. Nilai prominensi tertinggi adalah nematoda Radopholus sp sebesar 310 dari sampel akar didesa Pantan Cuaca dan desa Kenyaran, kemudian 260 dari
sampel tanah didesa Pantan Cuaca. Sedangkan nilai prominensi terendah adalah nematoda Pratylenchus sp sebesar 80 dari sampel tanah di desa Ramung.
5. Radopholus sp merupakan nematoda yang paling penting dan sangat berpotensi menimbulkan kerusakan dan kerugian pada tanaman kopi di Gayo Lues.
36
Saran
1. Petani harus selalu menjaga kebersihan lahan dari gulma yang dapat
menjadi inang alternatif bagi nematoda parasit khususnya Radopholus sp sebagai tindakan preventif (pencegahan) untuk menghindari terjadinya ledakan nematoda Radopholus sp terutama didaerah antan cuaca.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui sebaran dan kerapatan populasi nematoda parasit lain pada areal pertanaman kopi di
37
DAFTAR PUSTAKA
Bridge J dan J L Starr. 2007. Plant Nematodes Of Agricultural Importance A Colour Handbook. Mansion Publishing Ltd. London.
Brooks F E. 2008. Burrowing Nematode. The Plant Health Instructor. DOI: 10.1094/PHI-I-2008-1020-01. Diakses dari apsnet.org /edcenter/intropp/lessons/Nematodes/Pages/Burrowingnematode.aspx.
Campos V P & Villain L. (2005). Nematodes parasites of coffee and cocoa. In: Plant parasitic nematodes in subtropical and tropical agriculture. Luc, M., Sikora, A. & Bridge, J. (Eds.). Pp: 529-579. CABI Publishing, Wallingford, UK.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah. 2011. Laporan Tahunan. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Revitalisasi Kebun Kopi Rakyat di Dataran Tinggi Gayo. Abubakar Karim, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Gayo Lues. 2011. Laporan Tahunan. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah. Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Revitalisasi Kebun Kopi Rakyat di Dataran Tinggi Gayo. Abubakar Karim, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Bener Meriah. 2011. Laporan Tahunan. Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Tengah. Dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Revitalisasi Kebun Kopi Rakyat di Dataran Tinggi Gayo. Abubakar Karim, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Dropkin V H. 1992. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Ed ke-2. Supratoyo, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Terjemahan dari: Introduction to Plant Nematology Ed ke-2.
Ellyanti., Abubakar K & Hairul B. 2012. Analisis Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo Ditinjau Dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Jurnal Agrista Vol. 16 No. 2. Handoo Z A., Lynn K C & Andrea M S. 2008. Taxonomy, Morphology and
38
Hunt D J., Luc M & Rosa M L. 2005. Identification, morphology and biology of plant parasitic nematodes. In: Plant parasitic nematodes in subtropical and tropical agriculture. Luc, M., Bridge, J. & Sikora (Eds). Pp: 11-52. CABI Publishing, Wallingford Oxon OX108DE, UK.
Izhar, N., dan Yardha,. (2001). Teknologi Budidaya Kopi Arabika. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jambi.
Kuit M., Jansen D M & Nguyen V T. 2004. Coffee Hanbook : Manual For Arabica Cultivation Tan Lam Agricultural Product Joint Stock Company & PPP project “Improvement of Coffee Quality and Sustainability of Coffee Production in Vietnam”,
Mekete, T., Amer D Nicholas S Faruk A & Eyualem A. 2012. Identification key for agriculturally important plant-parasitic nematodes. International Nematode Diagnosis and Identification Course, Eskisehir, Turkey. Mustika I. 2003. Penyakit – Penyakit Utama Tanaman Yang Disebabkan Oleh
Nematoda. dalam. Bahan Pelatihan. Identifikasi dan Pengelolaan Nematoda Parasit Utama Tumbuhan. 26 – 29 Agustus 2003. Bogor. Dalam
: Nematoda Parasit Tanaman, I S B N 9 7 8 - 9 7 9 - 3 1 0 0 - 9 6 – 8. Diakses dari eprints.upnjatim.ac.id.
MPKG. 2009. Indikasi Geografis Dataran Tinggi Gayo, Kopi Gayo (Arabika) Versi Rinci, Desember 2009. Dalam Analisis Indikasi Geografis Kopi Arabika Gayo Ditinjau Dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Disunting Ellyanti, Jurnal Agrista Vol. 16 No. 2.
Norton C D. 1978. Ecology of Plant Parasitic Nematodes. John wiley and Sons, New York.
PPKKI. 2008. Ekonomi Kopi di Dataran Tinggi Gayo. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika Gayo. Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute (ICCRI).
Ritchie B J. 2003. Laboratory techniques for plant health diagnostics, a practical guide for scientists, researchers and students, 11th ed. Egham, UK, CABI Bioscience. In : Guidelines Surveillance for plant pests in Asia and Pasifik. McMaugh, T. 2007. ACIAR Monograph No. 119a, 192p.
Sekora N & William T C. 2012. Burrowing Nematode Radopholus similis (Cobb, 1893) Thorne, 1949 (Nematoda: Secernentea: Tylenchida: Pratylenchidae: Pratylenchinae), Institute of Food and Agricultural Sciences, University Of Florida.
39
Sulistyowati E., Dwi S R & Febrilia N A. 2012. Aplikasi jamur Paecilomyces lillacinus untuk Menginduksi ketahanan tanaman kopi terhadap Nematoda parasit, Pratylenchus coffeae: efektivitas Jamur Paecilomyces lillacinus strain 251 terhadap Nematoda parasit, Pratylenchus coffeae. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia.
Vieira H D. 2008. Coffee: The Plant and its Cultivation In: Plant-parasitic Nematodes of Coffee (Souza R.M. (Ed.). Pp: 3-18. Springer Science + Busines Media B. V. Dordrecht, Netherlands.
Wiryadipura S & Loang K T. 2008. World Report Indonesia and Vietnam. In: Plant-parasitic Nematodes of Coffee (Souza R.M. (Ed.). Pp: 277-292. Springer Science + Busines Media B. V. Dordrecht, pNetherlands. Zuckerman B M., Mai W F & Rohde R A (1971). Plant-parasitic nematodes
40
LAMPIRAN
Lampiran 1. Letak Geografis Kabupaten Gayo Lues
Sumber: BAPPEDA Kabupaten Gayo Lues
Lampiran 2. Data Pengambilan Sampel
No Kecamatan Desa Tanggal
1 Blangkejeren Agusen 23-Jan-14 N 04° 11'21,4" 1126 2 ha E 097° 07'33,2''
2 Putri Betung
Pungke 23-Jan-14 N 03° 52'46,6" 1008 1.2 Ha E 097° 26'45,0''
Ramung 23-Jan-14 N 03° 51'36,0" 848 2 Ha E 097° 29'47,1''
3 Pantan Cuaca
Surimusara 24-Jan-14 N 04° 09'02,6" 1197 1,8 Ha E 097° 12'04,4''
Kenyaran 24-Jan-14 N 04° 09'12,2" 1178 2 Ha E 097° 11'43,2''
Pantan 24-Jan-14 N 04° 10'45,8" 1201 2,5 Ha E 097° 08'49,2''
Nama Daerah Kabupaten Gayo Lues
Luas Daerah 5.719.58 km2
Letak 96o 43’ 24” – 97o 55’ 24” BT dan 03o 40’ 26” – 40o 16’ 55” LU
Batas Daerah
Sebelah Utara Kab.Aceh Tengah, Kab.Nagan Raya, Kab.Aceh Timur
Sebelah Selatan Kab.Aceh Tenggara, Kab. Aceh Barat Daya Sebelah Timur Kab.Aceh Tamiang, Kab.Langkat ( Prov. Sumut)
Sebelah Barat Kab.Aceh Barat Daya
41
Lampiran 3. KEADAAN CURAH HUJAN RATA-RATA, HARI HUJAN RATA-RATA DAN PENYINARAN MATAHARI DIRINCI MENURUT BULAN DI KABUPATEN GAYO LUES TAHUN 2011.
B u l a n
Keadaan Hujan Curah Hujan
(millimeter) Jumlah Hari Hujan
(1) (2) (3)
Januari 206 14
Februari 194.5 15
Maret 311.5 21
April 205 18
Mei 168 15
Juni 121.5 4
Juli 28.5 4
Agustus 294.5 14
September 156.5 10
Oktober 85.5 14
Nopember 226 16
Desember 243.5 14