• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profile of Calcium and Phosphorus in Blood of FH (Friesian Holstein)Dairy Cow during Growth.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Profile of Calcium and Phosphorus in Blood of FH (Friesian Holstein)Dairy Cow during Growth."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN KALSIUM DAN FOSFOR DARAH

SAPI PERAH FH (

Friesian Holstein

)

PADA MASA PERTUMBUHAN

BAKHTIAR HIDAYAT HARAHAP

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Gambaran Kalsium dan Fosfor Darah Sapi Perah FH (Friesian Holstein) pada Masa Pertumbuhan adalah karya Saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Desember 2010

(3)

ABSTRACT

BAKHTIAR HIDAYAT HARAHAP. Profile of Calcium and Phosphorus in Blood of FH (Friesian Holstein)Dairy Cow during Growth. Under direction of SUS DERTHI WIDHYARI and ENDANG RACHMAN SUPRIATNA.

The aim of this study was to know the profile of calcium and phosphorus in blood of FH (Friesian Holstein) dairy cow during growth. Twenty five serum samples were collected from healthy dairy cows that divided into five groups. Each group consisted of five dairy cows are differentiated by age, one month, three months, six months, nine months, and twelve months. Blood sampels were taken from the jugular vein, calcium and phosporus of the serum were examined using spectrophotometry. The results showed levels of calcium in blood of dairy cow ranging from 7,5±0,38 to 8,7±0,07 mg/dl. The highest calcium of blood levels was obtained from dairy cows at age three months. Levels of phosphorus in blood of dairy cow ranging from 3,3±1,15 to 6,5±1,75 mg/dl. The highest of phosphorus blood levels was obtained from dairy cows at age six months. The lowest of calcium and phosphorus blood levels was obtained from dairy cows at age nine months.

(4)

RINGKASAN

BAKHTIAR HIDAYAT HARAHAP. Gambaran Kalsium dan Fosfor Darah Sapi Perah FH (Friesian Holstein) pada Masa Pertumbuhan. Dibimbing oleh SUS DERTHI WIDHYARI dan ENDANG RACHMAN SUPRIATNA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar kalsium dan fosfor darah sapi perah FH (Friesian Holstein) pada masa pertumbuhan. Penelitian ini menggunakan sampel serum dari dua puluh lima ekor sapi perah sehat secara klinis yang dibagi menjadi lima kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas lima ekor sapi perah yang dibedakan berdasarkan umur, yaitu satu bulan, tiga bulan, enam bulan, sembilan bulan, dan duabelas bulan. Pengambilan darah dilakukan melalui vena jugularis, kadar kalsium dan fosfor darah diperiksa dari serum menggunakan spektrofotometer. Hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa kadar kalsium berkisar antara 7,5±0,38 sampai 8,7±0,07 mg/dl. Kadar kalsium darah paling tinggi diperoleh dari sapi perah yang berumur tiga bulan. Kadar fosfor darah berkisar antara 3,3±1,15 sampai 6,5±1,75 mg/dl. Kadar fosfor darah paling tinggi diperoleh dari sapi perah yang berumur enam bulan. Kadar kalsium dan fosfor darah yang paling rendah diperoleh dari sapi perah yang berumur sembilan bulan.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2010

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini

tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan

hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya

ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu

masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang

wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(6)

GAMBARAN KALSIUM DAN FOSFOR DARAH

SAPI PERAH FH (

Friesian Holstein

)

PADA MASA PERTUMBUHAN

BAKHTIAR HIDAYAT HARAHAP

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

(7)

Judul : Gambaran Kalsium dan Fosfor Darah Sapi Perah FH (Friesian Holstein) pada Masa Pertumbuhan

Nama : Bakhtiar Hidayat Harahap NIM : B04062864

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, M.Si Drh. Endang Rachman Supriatna, MS NIP. 19640601 199002 2 001 NIP. 19450903 197106 1 001

Mengesahkan,

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor

Dr. Nastiti Kusumorini NIP. 19621205 198703 2 001

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 17 Desember 1988. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Syarifuddin dan Ibu Susilowati.

Penulis memulai pendidikan taman kanak-kanak di TK Trisula Pati pada tahun 1993. Pada tahun 1994, penulis memulai pendidikan sekolah dasar di SD Plangitan 01, kemudian pada tahun 1995 penulis pindah ke SD Pakis 02 dan menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2000. Tahun 2000 penulis melanjutkan sekolah di SMP N 2 Pati sampai tahun 2003. Sekolah dilanjutkan di SMA N 1 Pati pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006.

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Gambaran Kalsium dan Fosfor Darah Sapi Perah FH (Friesian Holstein) pada Masa Pertumbuhan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skiripsi ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

 Dr. Drh. Sus Derthi Widhyari, M.Si dan Drh. Endang Rachman Supriatna, MS selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan pendampingan sejak persiapan penyusunan usulan penelitian, pelaksanaan penelitian, seminar, sampai penulisan skripsi ini selesai.

 Prof. Drh. Dondin Sajuthi, MST, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik atas semua bimbingan dan arahannya.

 Dr. Drh. Aryani Sismin Satyaningtijas, M.Sc selaku dosen penilai dan Dr. Drh. Anita Esfandiari, M.Si selaku moderator seminar atas saran dan kritik yang diberikan.

 Dr. Hj. Umi Cahyaningsih, MS selaku dosen penguji atas masukannya.  Pimpinan PT Rejo Sari Bumi dan seluruh stafnya, serta staf Laboratorium

Patologi Klinik FKH IPB yang telah membantu dan memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian ini.

 Keluarga tercinta (Ayah, Ibu, Irul, Jiha, dan semua keluarga besar) yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tiada hentinya.

 Ani Murtisari atas semangat dan doa yang yang selalu diberikan.

 Teman-teman sepenelitian (Yuga, Kris, Ryan, Pekik) atas kerjasamanya selama ini.

(10)

 Teman-teman IKMP (Jihan, Mbambit, Anang, Ilmi, Anggi, Gilang, Sunuk, Dedy, Anh) yang selalu memberikan semangat.

 Adik-adik di Chevana C2 (Ani, Eka, Ningrum, Vully, Archi, Chaca) atas semangat dan dukungannya.

 Teman-teman seperjuangan Aesculapius 43 yang selalu memberikan dukungan dan kebersamaan selama ini.

 Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2010

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Data biologis sapi ... 5

2 Unsur pokok yang terkandung di dalam kolostrum ... 6

3 Komposisi nutrisi pakan awal (calf starter) ... 7

4 Kandungan mineral dalam darah sapi pada kondisi normal ... 11

5 Kandungan mineral essensial dalam tubuh hewan ... 11

6 Kandungan mineral Ca dan P dalam beberapa bahan pakan ... 12

7 Kebutuhan Ca dan P untuk kebutuhan hidup sapi perah per hari ... 15

6 Kadar kalsium darah sapi pada umur satu sampai duabelas bulan ... 18

(13)

DAFTAR GAMBAR

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Sektor ini memberikan lapangan pekerjaan yang luas dan menyediakan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu kegiatan di sektor pertanian adalah kegiatan usaha ternak yang secara umum memiliki beberapa kelebihan. Sektor peternakan sebagai penghasil daging dan susu yang memberikan banyak keuntungan, selain itu juga sebagai sumber pendapatan dengan memanfaatkan limbahnya sebagai pupuk organik dan juga kulitnya yang memiliki nilai ekonomi tinggi.

Sapi perah merupakan salah satu sumber daya penghasil susu yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan bermanfaat untuk masyarakat. Ternak sapi perah memiliki manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomi lebih besar dibandingkan dengan usaha ternak yang lain. Sapi perah merupakan hewan pemakan konsentrat dan hijauan yang berperan sebagai pengumpul bahan pakan bergizi rendah yang diubah menjadi bahan bergizi tinggi bagi manusia melalui produksi susu dan daging.

Jenis sapi perah yang diternakkan di Indonesia kebanyakan dari jenis Bos taurus (sapi yang berasal dari daerah sub tropis), yaitu sapi Friesian Holstein yang biasa disingkat FH. Sapi ini mampu memproduksi susu dalam jumlah tinggi pada masa laktasi di daerah asalnya, tetapi pada daerah tropis seperti Indonesia, sifat tersebut tidak terekspresi secara maksimal karena tidak sesuai dengan kondisi daerah asalnya, walaupun sapi tersebut mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi (Usman 2006).

(15)

struktur tubuh seperti tulang dan gigi, sedangkan unsur mikro seperti besi (Fe), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo), dan iodine (I) berfungsi untuk aktivitas sistem enzim dan hormon dalam tubuh.

Kalsium merupakan unsur mineral yang penting bagi pertumbuhan dan produksi air susu pada sapi perah. Unsur kalsium diperlukan untuk membentuk tulang, gigi dan air susu, unsur tersebut juga berguna dalam proses pembekuan darah serta kesiapan otot terhadap rangsangan syaraf. Mineral fosfor diperlukan dalam pembentukan tulang, gigi, sintesis protein dan sistem enzimatik (Erlangga 2010). IkIim dan kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap ketersediaan mineral dalam pakan hijauan. Di daerah yang kering dengan curah hujan rendah, kandungan mineral dalam pakan ternak pada musim kemarau lebih rendah dibandingkan pada musim hujan. Kualitas pakan yang rendah mineral akan menghambat proses pertumbuhan dan menyebabkan defisiensi mineral pada sapi perah (Prabowo et al. 1984).

(16)

Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh profil kalsium dan fosfor dalam darah sapi perah FH pada umur satu sampai duabelas bulan atau pada masa pertumbuhan.

Manfaat

(17)

TINJAUAN PUSTAKA

Sapi Perah FH (Friesian Holstein)

Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Karakteristik yang dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Menurut Blakely dan Bade (1992) bangsa sapi diklasifikasikan sebagai berikut :

(18)

Sapi perah FH menurut Ensminger (1980) merupakan jenis sapi perah dengan kemampuan produksi susu tertinggi dengan kadar lemak yang lebih rendah. Produksi susu sapi perah FH di negara asalnya mencapai 6000-8000 kg/ekor/laktasi, di Inggris sekitar 35% dari total populasi sapi perah dapat mencapai 8069 kg/ekor/laktasi. Sapi perah FH memiliki karakteristik yang berbeda dengan sapi lainnya, sapi perah FH memiliki rambut berwarna hitam dengan bercak putih, rambut ujung ekor berwarna putih, rambut bagian bawah dari carpus berwarna putih atau hitam dari atas turun ke bawah, memiliki ambing yang kuat dan besar, kepala panjang dan sempit dengan tanduk pendek dan menjurus ke depan. Pada jenis Brown Holstein, rambutnya berwarna coklat dan merah dengan putih. Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg. Sifat sapi betina tenang dan jinak, sedangkan sapi jantan agak liar. Dewasa kelamin sapi perah FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan 15 – 18 bulan. Data biologis sapi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data biologis sapi

(19)

ini menyatakan kesatuan produksi bahan biokimia baru yang akan mempengaruhi pembagian sel, pembesaran sel, dan penggabungan sel dari beberapa bahan yang diperoleh dari lingkungan.

Pertumbuhan setelah lahir dibagi menjadi prasapih dan pascasapih. Pertumbuhan prasapih sangat tergantung pada jumlah dan mutu susu yang dihasilkan oleh induknya (Williams 1982). Pertumbuhan prasapih juga dipengaruhi oleh genotip, bobot lahir, produksi susu induk, umur induk, jenis kelamin anak, dan umur penyapihan. Sapi setelah lahir memperoleh perlindungan secara langsung dari induknya, keseluruhan aktifitasnya hanya mencari puting kelenjar susu induknya. Anak sapi biasanya tidak berhasil memperoleh susu dari induknya selama enam jam setelah lahir, tetapi setelah itu anak sapi dapat menghisap susu dari induknya sepuluh kali per hari (Forbes 2007).

Anak sapi setelah lahir membutuhkan kolostrum dari induknya. Plasenta pada hewan ruminansia memiliki tipe kotiledonaria, dengan tipe plasenta tersebut fetus tidak memperoleh transfer antibodi dari induknya selama di dalam uterus. Kolostrum sebaiknya diberikan lebih awal pada anak sapi, kolostrum akan meningkatkan imunoglobulin di sistem sirkulasi (Andrews 2004). Anak sapi biasanya menghabiskan 1,5 kilogram kolostrum setelah lahir, dengan jarak waktu 0,4 sampai 12,7 jam antara anak sapi lahir hingga mengkonsumsi kolostrum yang pertama (Barret 2004).

(20)

(Amaral-Phillips et al. 2006). Komposisi nutrisi untuk calf starter menurut Amaral-Phillips et al. (2006) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Komposisi nutrisi pakan awal (calf starter) Protein kasar 16-20% Sumber: Amaral-Phillips et al. (2006)

Anak sapi biasanya diberikan susu pengganti pada umur di atas tiga minggu. Kandungan yang paling besar terdapat pada susu pengganti adalah protein susu. Susu pengganti untuk anak sapi memiliki syarat dengan kandungan minimum protein kasar 18-22%, lemak kasar 10-22%, dan serat kasar kurang dari 0,5%. Pada udara yang dingin, anak sapi sebaiknya diberikan susu pengganti dengan kandungan lemak 20% (Amaral-Phillips et al. 2006).

Penyapihan yang dilakukan pada umur empat sampai lima bulan adalah yang paling baik, karena pada bulan ke-6 masa laktasi, produksi susu akan menurun sampai sepertiganya. Penyapihan memberikan beberapa keuntungan, yaitu tata laksana pemeliharaan lebih mudah karena pedet tersebut dapat dipelihara secara berkelompok, tenaga kerja lebih efisien karena pemberian pakan dapat diberikan secara bersama-sama, dan menguntungkan secara ekonomi karena harga hijauan dan konsentrat lebih murah daripada susu (Santosa 2001).

(21)

tambahan (Borsberry 2004). Anak sapi perah FH selain memerlukan rumput kering pada masa lepas sapih, juga membutuhkan konsentrat 2,5–3 kg setiap harinya (Amaral-Phillips et al. 2006) Stimulasi rasa lapar untuk pakan padat dan air akan muncul, dan bobot badan akan bertambah setiap harinya. Bobot badan akan bertambah secara cepat pada anak sapi yang disapih lebih awal dengan pemberian pakan padat susu yang tetap dilanjutkan, tetapi hal ini memerlukan keteraturan dalam pemberian pakan dan susu (Forbes 2007).

Metabolisme Kalsium (Ca) dan Fosfor (P)

Sumber utama kebutuhan mineral bagi hewan adalah pakan. Banyak faktor yang mempengaruhi penyerapan, penggunaan, dan metabolisme kalsium dan fosfor, termasuk fungsi antara satu mineral dengan yang lainnya. Rasio Ca : P yang direkomendasikan adalah 1 : 1 sampai 2 : 1 (McDowell 2006). Pada ruminansia mempunyai toleransi perbandingan yang lebih besar. Anak sapi akan tumbuh dengan baik apabila efisiensi pakannya dengan perbandingan Ca : P berkisar antara 1 : 1 sampai 7 : 1. Ternak muda membutuhkan dua atau tiga kali lebih banyak kalsium dan fosfor untuk keperluan pertumbuhannya yang optimal (Nugroho 1986). Mineral terutama kalsium dan fosfor dipertahankan agar selalu seimbang di dalam darah. Proses tersebut diatur oleh suatu mekanisme umpan balik antara hormon paratiroid, calcitonin, dan derivat vitamin D. Kelenjar paratiroid akan mensekresikan hormon paratiroid jika kadar kalsium di dalam darah rendah. Hormon paratiroid merupakan hormon polipeptid yang mempunyai dua target organ, yaitu tubuli ginjal dan tulang (Larson 1985 and Horst 1986, diacu dalam Widhyari 1995).

(22)

yang disintesis di dalam hati dari asetil koenzim. Kolesterol akan diubah oleh enzim dehidrogenase menjadi 7-dehidrokolesterol yang biasa disebut pro vitamin D.

Gambar 1 Metabolisme Ca dan P

(Sumber: www.jci.org/articles/view/29449/figure/3)

(23)

konsentrasi kalsium plasma menurun, hal ini akan menstimulasi peningkatan produksi calbindin (calcium binding protein, CaBP), yang akan mempercepat penyerapan kalsium. Pada kondisi sebaliknya, konsentrasi kalsium plasma yang meningkat akan menurunkan pelepasan PTH dan mengurangi produksi (1,25-(OH)2D), hal tersebut akan menurunkan penyerapan kalsium (Goodrich et al. 1985).

Kalsium dan fosfor paling banyak diserap oleh usus halus, terutama pada bagian duodenum dan jejunum. Penyerapan kalsium dan fosfor dapat melalui transport aktif maupun transport pasif atau difusi. Pada keadaan yang rendah kadar kalsium, penyerapan kalsium dilakukan melalui transport aktif (Goodrich et al. 1985). Penyerapan kalsium melalui usus hewan disesuaikan dengan kebutuhan, sebagai contoh, sapi yang berusia muda dengan kebutuhan kalsium tinggi akan menyerap kalsium lebih banyak dibandingkan dengan sapi yang lebih tua dengan kebutuhan yang lebih sedikit. Berbeda dengan kalsium, persentase penyerapan fosfor tidak bergantung pada kebutuhan hewan (Anonim 1980).

Penyerapan kalsium dan fosfor bergantung pada kelarutannya dan hubungan dengan membran absorpsi. Daya larut dan penyerapan kalsium juga dipengaruhi oleh keadaan pH pada usus halus. Penyerapan fosfor dipengaruhi oleh sumber fosfor dalam pakan, pH pada usus, umur hewan, parasit pada saluran pencernaan, dan asupan beberapa mineral lain seperti Ca, Fe, Mn, K, dan Mg (Nurlena 2005).

Mineral Kalsium

(24)

darah. Mineral sebagai komponen dari suatu sistem enzim, sebagai komponen darah, susu, dan aktivator enzim tertentu. Mineral juga mempunyai sifat karakteristik terhadap kepekaan otak dan syaraf (Nugroho 1986). Kandungan mineral dalam darah pada kondisi normal dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Kandungan mineral dalam darah sapi pada kondisi normal Mineral Kandungan dalam darah normal (mg/dl)

Ca 8 – 12

P 4 - 6

Mg 1,80 – 3,10 Sumber: McDowell (1985)

Tiap-tiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menyerap kalsium dari makanan. Kalsium dalam makanan jauh lebih banyak diserap pada anak yang sedang tumbuh. Kapasitas penyerapan akan menurun bersama dengan peningkatan umur (Parakkasi 1995). McDonald et al. (1995) menyatakan bahwa komposisi mineral utama dalam tubuh hewan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5 Kandungan mineral essensial dalam tubuh hewan

(25)

Beberapa bahan pakan yang mengandung banyak kalsium antara lain hijauan dari leguminose, bagian yang kasar dari rumput yang tumbuh di tanah yang kaya kalsium (tanah berkapur), tepung daging, tepung ikan, dan tepung tulang (Nugroho 1986).

Tabel 6 Kandungan mineral Ca dan P dalam beberapa bahan pakan Nama Bahan Pakan Ca (%) P (%)

Keseimbangan kalsium dalam tubuh tidak dapat dipertahankan normal karena pengaruh berbagai faktor. Faktor tersebut dapat disebabkan karena kurangnya kandungan kalsium di dalam pakan atau akibat adanya gangguan penyerapan. Sapi perah yang selalu dikandangkan memerlukan perhatian yang serius untuk kecukupannya akan mineral, terlebih apabila sedang berproduksi tinggi atau sedang dalam proses reproduksi. Defisiensi mineral pada sapi perah yang sedang berproduksi dapat menyebabkan menurunnya produksi susu yang dihasilkan (Nugroho 1986).

(26)

kurangnya vitamin D dalam ransum atau ternak tersebut kurang mendapat sinar matahari (Nugroho 1986).

Pada sapi yang menderita osteomalacia tulang-tulangnya menjadi lunak dan bentuknya berubah. Perubahan bentuk tulang yang terjadi pada pelvis, akan menyebabkan kesulitan pada saat melahirkan. Pencegahan osteomalacia dapat dilakukan dengan pemberian minyak ikan, ransum dengan nutrisi yang cukup dan mengandung mineral kalsium dan fosfor, dan sapi perlu aktivitas. Sapi betina yang menunjukkan gejala osteomalacia tidak dianjurkan untuk diternakkan. Peranakan yang dilahirkan oleh induk yang menderita osteomalacia biasanya dalam keadaan lemah, memiliki bentuk yang tidak normal, dan sifat tersebut dapat diturunkan (Nugroho 1986).

Osteoporosis disebabkan konsumsi kalsium yang kurang dan berlangsung dalam waktu yang lama. Tulang menjadi rapuh, mudah patah, dan ukurannya mengecil. Kecepatan pembentukan tulang pada keadaan osteoporosis berlangsung normal namun resorpsi tulang terjadi dengan kecepatan yang tinggi, sehingga resorpsi kalsium dari tulang lebih cepat dari pembentukan tulang itu sendiri. Osteoporosis juga dapat disebabkan karena ketidakmampuan tubuh mengurangi jumlah kalsium yang diekskresikan melalui urine pada kondisi kalsium rendah (Anwar dan Piliang 1992).

Milk fever atau paresis peurperalis adalah kelainan metabolik yang disebabkan rendahnya kadar kalsium di dalam darah. Kelainan ini sering dijumpai pada sapi perah pada saat menjelang atau beberapa saat setelah partus, kelainan ini terutama menyerang pada sapi perah yang produksi susunya tinggi dan banyak terjadi pada sapi umur tiga sampai enam tahun. Konsentrasi kalsium plasma menurun secara drastis dan terkadang mencapai titik terendah (Agger and Renney 2004). Hewan kehilangan kesadarannya, paralisa kaki belakang dan kadang-kadang bagian lain juga lumpuh. Gejala ini disebabkan oleh produksi yang tinggi dari hormon prolaktin dan laktin yang dihasilkan oleh plasenta, dan karena kurangnya kalsium dalam ransum, maka akan terjadi mobilisasi kalsium darah untuk produksi susu yang tinggi (Nugroho 1986).

(27)

hormonal, akan tetapi pada umumnya diakibatkan oleh kelenjar paratiroid tidak mampu merespon secara cepat dalam usaha meningkatkan penyerapan kalsium dari usus untuk memenuhi permintaan ekstra akibat laktasi. Salah satu cara yang efektif untuk mencegah milk fever adalah menghindari pemberian kalsium yang berlebih dalam pakan beberapa minggu menjelang partus. Hal ini ditujukan agar hewan beradaptasi untuk mampu mengaktifkan kerja hormon endogen seperti parathormon dan derivat vitamin D untuk menstimulasi penyerapan mineral tulang (Thivend 1980, Larson 1985 and Horst 1986, diacu dalam Widhyari 1995). Mineral Fosfor

Persenyawaan fosfor organik berperan hampir disetiap aspek metabolisme, membentuk satuan strukturil dalam setiap sel. Garam fosfor anorganik merupakan komponen pembentuk jaringan keras seperti tulang dan gigi. Gangguan kekurangan fosfor sering dijumpai karena kurangnya kandungan fosfor dalam tanah terutama dalam tanah yang asam dimana pH tanah rendah yang akan menyebabkan kadar fosfor dalam hijauan yang tumbuh di atasnya juga rendah (Darmono 2007).

Fosfor diserap dari makanan dalam bentuk fosfat anorganik bebas setelah mengalami hidrolisis di dalam saluran pencernaan. Proses penyerapan fosfor di dalam usus dapat melalui proses difusi atau transport aktif. Penyerapan aktif fosfor melewati sel usus tergantung pada pertukaran dengan ion natrium. Fosfor bersifat unsur sangat toksik dan terdapat di dalam tubuh sebagai fosfat organik atau anorganik. Fosfat merupakan unsur penting garam tulang, dan juga bekerja sebagai buffer dalam mempertahankan keseimbangan asam basa. Fosfor dalam bentuk fosfat organik diserap dari usus halus dan dipermudah oleh asam. Pembuangan fosfor terutama terjadi melalui ginjal, kira-kira dari 60% fosfat yang dimakan muncul di dalam urin, dan sisanya akan dibuang melalui feses (Bagnara 1988, diacu dalam Widhyari 1995).

(28)

Fosfor mempunyai peranan yang sangat vital dalam proses fisiologis tubuh. Nugroho (1986) menyatakan fosfor bersama kalsium merupakan unsur yang penting untuk pembentukan jaringan-jaringan kerangka, tulang, dan gigi. Sebanyak 80% dari fosfor terdapat dalam tulang dan gigi. Fosfor mempunyai peranan dalam metabolisme karbohidrat lewat pembentukan hexo-phospat, endosin-phospat, maupun creatin-phospat, juga terdapat dalam metabolisme lemak. Fosfor sebagai komponen phospolipid terdapat dalam semua jaringan, terutama dalam jaringan syaraf dan otak. Fosfor terdapat dalam nucleoprotein dari chromatin sel dan juga phospoprotein seperti casein.

Kelebihan dan kekurangan kalsium dan fosfor tidak baik untuk kesehatan hewan. Kebutuhan unsur kalsium dan fosfor untuk kebutuhan hidup pokok sapi perah menurut McDonald et al. (1995) adalah sebagai berikut:

Tabel 7 Kebutuhan Ca dan P untuk kebutuhan hidup sapi perah per hari Bobot Hidup (kg) Ca (gr) P (gr)

Fosfor sangat diperlukan dalam pembentukan tulang. Defisiensi mineral ini akan menyebabkan timbulnya penyakit rachitis, osteomalacia, osteoporosis dan osteitis fibrosa pada sapi dewasa, sedangkan pada sapi muda akan menghambat proses pertumbuhannya. Pada keadaan kronis, sapi yang mengalami defisiensi fosfor akan timbul gejala milk-lameness, kepincangan karena gangguan atau kelainan persendian di daerah pinggul, persendian kakinya menjadi kaku, dan otot-ototnya lemah (Darmono 2007).

(29)
(30)

METODELOGI PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 – Juli 2010. Darah sapi perah diambil dari peternakan PT Rejo Sari Bumi Unit Tapos, Ciawi, Jawa Barat. Pemeriksaan kadar kalsium dan fosfor dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik FKH IPB.

Materi Penelitian

Penelitian ini menggunakan sapi perah sebanyak dua puluh lima ekor yang berumur satu sampai duabelas bulan. Sapi perah dipelihara dalam kandang yang terpisah dan dikelompokkan berdasarkan umur, yaitu satu, tiga, enam, sembilan, dan duabelas bulan. Darah diambil dari sapi pada masing-masing kelompok sebanyak lima ekor.

Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan yaitu serum darah, aquadest, seperangkat kit kalsium yang diproduksi oleh Cypress Diagnostics (Code HB003) dan fosfor kit produksi Cypress Diagnostics (Code HB014). Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu spoit 10 ml, sentrifuse, tabung Effendorf, pipet, tabung reaksi, mikropipet 10 µl, gelas ukur, dan spektrofotometer Biosystems BTS-330.

Metode Penelitian

Pengambilan Sampel Darah

(31)

Analisis Serum

Kalsium

Kadar kalsium serum diperiksa menggunakan Spektrofotometer Biosystems BTS-300 dan seperangkat kit kalsium. Standar kalsium (calcium 10 mg/dl) produksi Cypress Diagnostics diperiksa menggunakan spektrofotometer. Pada tabung reaksi, setiap reagen kalsium (Arzenazo III) sebanyak 1 ml ditambahkan sampel serum sebanyak 10 µ l. Sampel dan reagen dihomogenkan kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 2 menit. Analisis kalsium serum menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 670 nm.

Fosfor

Standar fosfor yang diproduksi Cypress Diagnostic (5 mg/dl) diperiksa menggunakan spektrofotometer. Pada tabung reaksi, setiap reagen fosfor sebanyak 1 ml ditambahkan sampel serum sebanyak 10 µl. Sampel dan reagen dihomogenkan kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 2 menit. Analisis fosfor serum menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 340 nm.

Analisis Data

(32)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kalsium (Ca)

Hasil pemeriksaan ini dapat dilihat pada Tabel 8. Profil kadar kalsium tertinggi dijumpai pada umur tiga bulan, kemudian mengalami penurunan dan terendah dijumpai pada umur sembilan bulan. Kadar kalsium darah dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kandungan kalsium dalam pakan, jumlah yang diserap oleh usus, peranan hormonal dalam mengatur kalsium dalam tubuh melalui mobilisasi mineral tulang dan jumlah yang diekskresikan melalui urin dan feses (Widhyari 1995).

Tabel 8 Kadar kalsium darah sapi pada umur satu sampai duabelas bulan Umur Kadar Kalsium (mg/dl)

Rataan kadar kalsium tertinggi dijumpai pada umur tiga bulan dengan nilai 8,7±0,07 mg/dl, atau meningkat 7,4% dari umur satu bulan. Hal ini diduga karena sapi sampai umur tiga bulan masih diberikan susu pengganti yang mengandung banyak kalsium. Hewan muda lebih efisien dalam menyerap kalsium dari susu. Anak sapi menyerap sekitar 90% kalsium dari susu, sedangkan sapi yang lebih tua penyerapannya lebih rendah berkisar antara 22% sampai 50%. Kalsium dalam makanan jauh lebih banyak diserap pada anak yang sedang tumbuh. Kapasitas penyerapan akan menurun bersama dengan peningkatan umur (Parakkasi 1995). Protein yang tinggi dalam pakan juga akan mempermudah penyerapan kalsium oleh usus (Nurlena 2005).

(33)

kalsium diduga karena pada periode tersebut sapi beradaptasi untuk bertumbuh cepat dan memerlukan kalsium dalam jumlah banyak. Kebutuhan kalsium yang meningkat serta asupan yang kurang dapat berakibat pada menurunnya kadar kalsium. Menurunnya absorpsi kalsium dapat menyebabkan menurunnya kandungan kalsium dalam darah (Ganong 1999).

Gambar 2 Kadar kalsium darah sapi pada umur satu sampai duabelas bulan

Pakan yang dikonsumsi oleh sapi akan mempengaruhi kadar kalsium darah. Kadar kalsium darah sangat tergantung pada kalsium yang diserap oleh saluran pencernaan. Kadar mineral kalsium dalam darah sapi berkisar antara 8 sampai 12 mg/dl (McDowell 1985). Bahan pakan hijauan berserat kasar tinggi atau biji-bijian berserat akan mengurangi derajat pemanfaatan mineral karena bahan pakan tersebut memiliki membran yang terdiri atas selulosa dan sulit untuk dicerna. Mineral menjadi lebih sulit untuk diserap dengan adanya senyawa fitat atau oksalat, yang biasanya terdapat dalam tanaman terutama terkonsentrasi di dalam biji-bijian (Abun 2007).

Manajemen perawatan anak sapi pada umur sembilan sampai duabelas bulan perlu mendapat perhatian lebih, terutama asupan kalsium dalam pakannya harus sesuai kualitas maupun kuantitas yang dibutuhkan. McDowell (1992)

(34)

menyatakan hewan akan mengabsorpsi kalsium dalam pakan sesuai dengan kebutuhan dan dapat mengubah efisiensi penyerapan kalsium.

Fosfor (P)

Rata-rata kadar fosfor darah sapi perah hasil pemeriksaan dapat dilihat pada Tabel 9. Rataan kadar fosfor terendah dijumpai pada sapi perah umur sembilan bulan, dan tertinggi pada umur enam bulan. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar fosfor darah, antara lain jumlah fosfor dalam pakan, jumlah fosfor yang diekskresikan oleh kelenjar ludah, dan fosfor yang diambil dari tempat penyimpanannya yaitu pada tulang. Kadar fosfor antar individu sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh keterlibatan kelenjar ludah dan tulang dalam mengatur homeostasis kadar fosfor darah (Widhyari 1995).

(35)

Rataan kadar fosfor relatif stabil selama penelitian, kecuali pada umur enam bulan. Pengaturan fosfor darah tidak diatur sebaik pengaturan kalsium. Fosfor memegang peranan penting dalam pembentukan fosfat yang sangat diperlukan dalam transformasi energi (Nurlena 2005). Hal senada dilaporkan Siswono (2001) bahwa fosfor adalah senyawa penting dari semua jaringan tubuh yang mempunyai variasi luas dan memiliki fungsi yang cukup penting, termasuk pembentukan subtansi penyimpanan energi, adenosintrifosfat (ATP), pembentukan sel darah merah 2,3 difosfogliserat (DPG). Fosfor juga memudahkan pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan, metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan pemeliharaan keseimbangan asam basa. Banyaknya aktifitas dan gerak otot juga ikut mempengaruhi kadar fosfor darah. Siswono (2001) menyatakan fosfor berperan penting dalam fungsi syaraf normal dan fungsi otot.

Gambar 3 Kadar fosfor darah sapi pada umur satu sampai duabelas bulan

Rataan kadar fosfor pada umur enam bulan berkisar 6,5±1,75 mg/dl, belum diketahui secara pasti penyebab tingginya kadar fosfor pada sapi umur enam bulan. Sapi pada umur enam bulan perlu mendapat perhatian, karena tingginya fosfor dikhawatirkan dapat menekan kadar kalsium dalam darah. Rataan kadar fosfor pada umur sembilan sampai duabelas bulan secara berurutan adalah 3,3±1,15 mg/dl dan 3,8±0,35 mg/dl, atau meningkat 15,2%. Kadar fosfor dalam darah dipengaruhi oleh jumlah fosfor yang terkandung dalam pakan yang

(36)
(37)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kadar kalsium pada anak sapi perah FH (Friesian Holstein) umur satu sampai duabelas bulan tertinggi dijumpai pada umur tiga bulan dan terendah dijumpai pada umur sembilan bulan. Kadar fosfor tertinggi dijumpai pada umur enam bulan, dan relatif stabil pada kelompok umur yang lainnya.

Saran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2007. Metode Pengukuran Kecukupan Mineral dan Metabolismenya dalam Tubuh Ternak. Bandung: Universitas Padjadjaran Press.

Aberle DE, Forrest JC, Gerrard DE, and Mills EW. 2001. Principles of Meat Science. Fourth Edition. San Francisco: W.H. Freeman and Company. Agger N, Renney DJ. 2004. Prevention of milk fever by oral dosing with calcium

around calving. Journal of the British Cattle Veterinary Association, 12(4): 271-274.

Amaral-Phillps DM, Scharko PB, Johns JT, and Franklin S. 2006. Feeding and Managing Baby Calves from Birth to 3 Months of Age. http://www.ca.uky.edu [24 November 2010].

Andrews AH. 2004. Colostrum – not just for 24 hours. Journal of the British Cattle Veterinary Association, 12(2): 121-124.

Anonim. 1980. Nutrient Requirements of farm Livestock, No. 2. Ruminant. Her Majesty’s Stationary Office, London: Agricultural Research Council. Anwar HM dan Piliang WG. 1992. Biokimia dan Fisiologi Gizi. Institut Pertanian

Bogor. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Direktorat JenderalPendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Baron DN. 1984. Short Text Book of Chemical Pathology. 4th Edition, diterjemakan oleh: Petrus A dan Gunawan J. Jakarta: Kapita Selekta. Barret DC. 2004. Colostrum Absorption. Journal of the British Cattle Veterinary

Association, 12(1): 77-78.

Blakely J. and Bade DH. 1992. The Science of Animal Husbandry, diterjemahkan oleh: Srigandono B. Cet. ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Borsberry S. 2004. Identifying problems on farm. Journal of the British Cattle Veterinary Association, 12(1): 41-46.

Darmono. 2007. Penyakit defisiensi mineral pada ternak ruminansia dan upaya pencegahannya. Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor. Jurnal Litbang Pertanian, 26(3): 104-108.

Ensminger ME. 1980. Dairy Cattle Science. 2nd Edition. Danville, Ill. : Interstate. Erlangga. 2010. Jenis-Jenis Zat Kalsium yang Dibutuhkan Ternak Sapi dan Kambing. http://www.infoternak.com/jenis-jenis zat kalsium yg dibutuhkan ternak sapi dan kambing [28 Juni 2010].

(39)

Forbes JM. 2007. Voluntary Food Intake and Diet Selection in Farm Animals. 2nd Edition. Leeds: Biddles Ltd, King’s Lynn.

Ganong WF. 1999. Review of Physiology. 17th Ed. Adji Dharma, penerjemah. Fisiologi Kedokteran. 17th Ed. EGC. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Goodrich et al. 1985. In “Calcium and Phosporus in Animal Nutrition,” p. 1.

National Feed Ingredients Association (NIF), West Des Moines, IA.

McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, and Morgan CA. 1995. Animal Nutrition. 5th Edition. Harlow: Longman and Scientific and Technical. McDowell LR. 1985. Nutrition of Grazing Ruminants in Warm Climates. Florida:

Academic Press.

McDowell RL. 1992. Mineral in Animal and Human Nutrition. California: Academic Press Inc.

McDowell LR. 2006. Minerals in Animal and Human Nutrition. 2nd Edition. Florida: University of Florida Press.

Nugroho. 1986. Penyakit Kekurang Mineral pada Sapi. Semarang: Eka Offset. Nurlena. 2005. Tampilan Kalsium dan Fosfor Darah, Produksi Susu, Ion kalium,

dan Jumlah bakteri Susu Sapi Perah Friesian Holstein Akibat Pemeberian Aras Sauropus androgynus (L) Merr (KATU) [tesis]. Semarang: Program Pascasarjana. Universitas Diponegoro.

Parakkasi A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta: UI-PRESS.

Prabowo AJE, Van Eys IW, Rangkuti MM, and Johnson WL. 1984. Studies on the mineral nutrition on sheep in West Java. Bogor: Balai Penelitian Ternak. Pond WG et al. 2005. Basic Animal Nutrition and Feeding. 5th Edition. New

York: Wiley.

Santosa U. 2001. Prospek Agribisnis Penggemukan Pedet. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siswono. 2001. Mineral Bagi Kehidupan. www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi? newsid 997040626, 87216,mineral [10 September 2010].

Smith JB dan Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press. Sudono A. 1999. Dairy Science. Department of Dairy Science, Faculty of Animal

Science. Bogor Agricultural University Press (IPB).

(40)

Usman B. 2006. Dasar Ternak Perah. http://e-course.usu.ac.id/content/peternakan/dasar/textbook.pdf [28 Juni 2010]. Widhyari SD. 1995. Studi Perbandingan Tentang Kandungan Kalsium, Fosfor,

Magnesium, dalam Pakan dan Serum serta Beberapa Kimia Darah Sapi FH Bunting Antara Peternakan Skala Kecil dan Skala Besar [tesis]. Bogor: Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Williams IH. 1982. A Course Manual in Nutrition and Growth. Melbourne: Australian Vice-Choncellors-Committee.

Gambar

Tabel 3  Komposisi nutrisi pakan awal (calf starter)
Tabel 4  Kandungan mineral dalam darah sapi pada kondisi normal
Tabel 8  Kadar kalsium darah sapi pada umur satu sampai duabelas bulan
Gambar 3  Kadar fosfor darah sapi pada umur satu sampai duabelas bulan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dapat di maklumi mengingat pelabuhan Bima selain sebagai jembatan penghubung antara wilayah Barat Nusantara (Malaka, Jawa), wilayah Utara (Kalimantan,.. Makassar)

Terdapat rumusan masalah dalam penelitian ini: (1) Bagaimana penerapan kegiatan Meronce untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak pada TK Sejahtera Jatisari kelompok

Menurut Sangadji (2016) step dalam model pembelajaran group investigation adalah pemilihan topik, rencana dalam proses pembelajaran, implementasi, analisis dan

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Total

1. Ketekunan pengamatan akan dilakukan dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara teliti, rinci dan terus menerus selama proses penelitian di MI Miftahul

sectio caesarea dan faktor ibu yaitu ketuban pecah dini. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara ketuban pecah dini dan persalinan sectio

Penelitian ini menggunakan variabel keadilan sistem perpajakan, norma ekspektasi (norma sosial dan moral), sanksi legal, religiusitas dan niat dalam penelitian Basri dkk