• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktek Pengujian Kayu Bundar Jati dan Pinus di KPH Kuningan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Praktek Pengujian Kayu Bundar Jati dan Pinus di KPH Kuningan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTEK PENGUJIAN KAYU BUNDAR JATI

DAN PINUS

DI KPH KUNINGAN PERUM PERHUTANI UNIT III

JAWABARAT

OIE:h : .

FOURRY MEILANO

E.31.1721

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

oraug tic/ah mttllgenaLlf)tl "

Scbagai tanda bakti umuk

ォセ、ャャセQ@ oranglUa ku (Bapak dan Ccu Adc) dan ketiga kakak-kakakku

ITeh ina, A'Oga dan Teh Ali)

Y;tJlf l:lk pernail lelah berbungkuk

(3)

RINGKASAN

Fourry Meilano, E.31.1721. Praktek Pengujian Kayu Bundar Jati dan Pinus di KPH Kuningan Perum Perhutani Unit III J awa Barat dibawah bimbingan Ir. Sucahyo Sadiyo, MS

PerUJ1l PCrilW<Illl merupakan salah ::ialu BUMN (Badan Usaha tvlilik Negara) yang mengelola hutan {allaman, diantarallya kclas pcrusahaan rimba (misalnya tegakan pinus) dan kelas perusahaan jati

unlUk mcnghasilkan devisa bagi negara. Pemanfaatan kayu sebagai bahan baku industri memberikan

harapan yang baik. sehingga idcntilikasi kualitas kayu melalui ー・ョァャセゥゥ。ョ@ kayulllerupakan faktor yang

berpengaruh terhadap kl..!ulltungan perllsallaan ::;ecara finansial.

Salah satu pcmanfaatan kayu pinus pada pengclolaan hUlan di Perum Perhutani Unit III JaW8

8arat adalah sebagm kayu perkakas seperti ulltuk mebculer pcrabotan flllllah tangga. Keccnderungall

sclera konsLlll1cn pacta saat in1 lebih bcsar terhadap peraboran r1l1l1ah tangga dari kayu-kayu yang

lllcllliliki W<lrna cerail. Kayu pinus dcngan \Varna putih kekuning-kuningan dan gambaran riap tumbuh yangjelas banynk diminalj kOllSlIlllL'1l lllcubd baik di d:li::un maupun di iuar ncgeri.

Di KPH kャゥョゥョァセャAャャ・イ、。ー\ャエ@ K,d;IS perusalwan.i.t:: dan kdas pt.'rusahaan rimba (!egakall pinus).

Tegakan pinus lllulai ditebang pacta !(U VI kurang kbih sctc!ah tl.!gakan berul1lur :10 tahull

Snbllgkan legakan jali Bllilai Jitebang pada KU I V Jan V dimana tegakan bcrlllllur sekitar -HI - 50

WIHlll,

セ。ャ。ィ@ saw Illisi Perulll Perhutani adalah mcngembangkan lIsaha kecil dan mcnengnh di seh.ltar

wilayuil kelja Pcrlllll Perllutani. Beberapa perllsailaan penggergajian di wilayah Kabupalcn Kuningan dan sekitarn) a l1lt:ngolaiJ kayu yallg berasal Jari KPH Kuningan. Produktivitas induslri penggergajian

sangat dipt:ngaruhi dari mutu bahan baklillya. 11asil pengujian kayu akan Illcngklasilikasikall kelas Illlltu kayu. yang pacta gilirannya akan Illc:mpcngaruhi lc:rhadap harga kayu terscbllL Scilingga pengujian kayu secara cerma(, lepat Jan proi"csional sangat Jipcrlllkan.

TlijUilll yang ingill Jicapai dari praktek ォセャZゥGャ@ magang ini adaLlh agar ュ。ィ。ウゥセ||G。@ dapal

mengllas,d pekeljaaan pengujian knyu dalam pengdo[a:'111 hUlan tanaman di Penull Perhutani Unit III Jaw<.l Harm K.PH Kuningan. ulHuk Il1cngetahui sejallh mana pengaruh dari hasH penglljian kayu yang dilakukan lcrhadap prodllkrivitas dari industri penggergajian kayu sena I11cncoba illt:ncrapkan

pengdahuall secara teoritis. nabr dan pcngal:llnan dalalll memecahkan berbagai pcnnasalahan didalam

pckcljaan pcngujiall kayu Ji lap<lngan.

1)l;!kl.':l:i:'UIIl ー・ャャァャセゥゥセ|iャ@ kayu dikcljakan 0kh pengLtii ki.!YlI ォNアIセャエNゥ。@ setiap bm<.lllg ォ。セ@ u sesLlai

(4)

sortimen AI dan All sedangkan untuk sortimen AIII berdasarkan persyaratan eacat kayu dan persyaratan hasil.

Beberapa permasalahan didalam pekerjaan pengujian kayu diantaranya adalah sangat kurangnya tenaga penguji kayu. Kayu loti yang terdapat di KPH Kuningan ini pada umumnya terpilih

kedalam mutu T (mutu ketiga) dan sulit sekali untuk menemukan kayu yang sesuai dcngan persyaratan

untuk mutu P atau U, apalagi untuk kualitas Vinir dan Hara. Didalam masalah pengujian kayu,

persoalan pengujian kayu tidak bisa dilihat secara parsial. Penguji kayu tidak hanya eukup dengan melakukan pemilahan kayu saja. Tetapi lebih dari itu, akan lebih baik seandainya pekerjaan pengujian kayu mempakan bagian dari proses pengawasan dalam suatu fungsi manajemen. Pengambilan

beberapa sampling kayu untuk diamati setiap eacat yang terdapat pada setiap batang kayu dilakukan

untuk melihat beberapa jenis caeat yang sering menurunkan kualitas kayu dan mcrugikan perusahaan.

Dengan demikian bisa dicari upaya penanggulangannya agar kualitas kayu bisa mcnjadi lebih baik dan

keuntungan perusahaan dimasa yang akan datang akan meningkat lagi.

Perhatian yang lebih mendalam adalah terhadap kayu pinus yang berasal dari tebangan 0 2,

(tebangan karena bencana alam) khususnya karena kebakaran hutan. Pennasalahan yang teljadi adalah

banyak pohon pinus yang sudah mati sebelum ditebang akibat terbakar sehingga getahnya sudah keluar

dan kadar air kayu menjadi menurun tetapi tidak sampai berkurang dali kadar air titikjenuh serat. Hal

ini ditunjukkan dengan adanya serangan jamur pewarna (bllleS((lill) pada beberapa batang kayu.

Menurut Tapadamla (1986), untuk tumbuh dan berkembang, jamur pcwama memel'lukan persediaan

makanan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya di dalam kayu, kelembaban dan suhu yang

sesuai. Jamur pewarna memerlukan oksigen dan air bebas didalam seI kayu agar mycellium mampu

berkembang. Hal tersebut bisa tercapai seandainya kadar air kayu diatas titik jenuh seratnya. Menurut

Cummins (1933) didalam Agtriariny (1993), pertumbuhan jamur pew am a dapat terjadi pada kadar air 23 % hingga 150 % dan tumbuh cepat pada kadar air 35 % sampai dengan 120 %.

Didalam standar Pengujian Kayu Bundar Pinus berdasarkan RSNI, disyaratkan bahwa jarak mata kayu sehat untuk mutu P tidak boleh lebih dari 20 em, dan untuk mutu D, T, Tk tidak dipersyaratkan. Kenyataan di lapangan ternyata jarang ditemukan suatu kayu yang memiliki jarak mata kayu kurang dari 20 em. Sehingga walaupun kayu ban yak terdapat mata kayu sehat (dengan jarak antar mata kayu lebih dari 20 em) dan tidak memiliki cacat lainnya, maka kayu tersebut masuk

kedalam mutu P. Hal ini jelas sangat merugikan para pengusaha penggergajian disatu pihak dan

menguntungkan Perum Perhutani di lain pihak. Karena kayudengan mutu P, peruntukan kayu

gergajiannya adalah untuk kualitas ekspor yang membutuhkan persyaratan kayu gergajian tcrbebas

dari mata kayu dan jamur pewarna (Buchori, 1998 : Komunikasi Personal).

Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan produktivitas di pabrik penggcrgajian pinus

(5)

adalah penentuan mutu Prima pada kayu bundar pinus saat kayu diuji. Setelah kayu menjadi hak pihak ketiga, beberapa bontos kayu yang bermutu Prima tersebut terkena jamur blues/aill sebagai akibat kayu terialu lama disimpan di hutan. Permasalahannya adalah kayu yang terkena jamur bluestaill ini tidak diperkenankan unhlk mutu Prima karena akan menghasilkan kayu gergajian dengan mutu bluestain

yang harganya jauh dibawah harga kayu gergajian mutu P.

Prosedur kerja pengujian kayu bundar jati maupun pInUS dilakukan berdasarkan kepada Petunjuk Pelaksanaan Pengujian Kayu yang tertuang dalam Keputusan Direksi Pemm Perhutani

Nomor: 2697IKptsIDirll997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengujian Kayu.

Untuk memecahkan beberapa penmasalahan yang muncul pada pekeljaan pengujian kayu, selama melaksanakan praktek kerja magang dilakukan pengambilan sampling kayu bundar secara acak sebanyak 10 % dari kayu bundar yang diuji selama 1 periode kerja (15 hari). Setiap sampling kayu diamati keadaan fisik selta semua cacat yang terdapat pada kayu tersebut. Sehingga dapat dilihat beberapa caeat yang dominan tcrjadi pada kayu bundar yang terdapat di KPB Kuningan. Selanjutnya

dapat dicari metode yang tepat untuk mengurangi permasalahan cacat kayu bundar yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu produksi kayu bundar. Pengolahan data terhadap sampling yang diambil menggunakan metode statistik deskriptij, yaitu metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole,

1982).

Pada pengamatan terhadap produktivitas industri penggergajian, ada beberapa parameter yang

dicoba untuk diamati. Parameter tersebut adalah rendemen, produktivitas serta persen efisiensi dari

setiap pabrik penggergajian yang menggergaji kayu bermutu P tetapi memiliki cacat bluestain. Cacat ini untuk kayu mutu P tidak diijinkan.

Dengan membandingkan antara hasil pengujian kayu yang dilakukan dengan produksi keselulUhan kayu bundar antara bulan April sampai dengan Agustusl998, dapat dilihat kontribusi yang bisa diberikan terhadap pekerjaan pengujian kayu adalah sebesar 23.33% untukjati dan 47.56 % untuk pinus. Produktivitas kerja penguji kayu adalah 0.5557 m'/jam atau 9.54 bt/jam untuk jati dan 1.71 m'/jam atau 23.075 bt/jam untuk pinus. Produksi kayu jati adalah 40 bt/jam atau 3.386 m'/jam, sedangkan produksi kayu pinus adalah 49 bt/jam atau 3.64 m'/jam. Kayu jati yang disortir oleh pelaksana magang didominasi oleh kayu mutu T dan pinus didominasi oleh mutu 0 dan P.

Hasil pengamatan terhadap 470 batang sampel kayu bundar jati (51 batang AIIl, 98 batang All dan 321 batang AI) dan 380 sampel kayu bundar pinus (98 batang kayu AI, 250 batang kayu All dan 32 batang kayu AIIl), menunjukkan bahwa cacat yang sering terjadi pada kayu bundar jati adalah cae at gubal dengan rata-rata lebar gubal 4.26 em untuk kayu AIIl, 3.89 em untuk kayu All dan 3.47 em untuk kayu AI. Caeat mata kayu yang didommasi oleh mata kayu sehat adalah eaeat yang juga

(6)

cacat-cacat tersebut telah membuat mut1j kayu menjadi tunm dan nilai jualnya menjadi lebih rendall. Hasil pengamatan produktivitas di beberapa pabrik penggergajian menunjukkan bal1\va akibat menggergaji kayu bundar pinus mutu P yang memiliki jamur blueslain, mengakibatkan rendemen. produktivitas sena efisiensi prosen penggcrgajial1 kayu menurull. Pengambilan alternatif pemotongan kuyu gel'gajian (eliminasi ukuran "panjang) unnlk mendapatkan papan gergajian I11Unl prima adalah

alternatif yang kurang menguntungkan karena nilai prosen efisiensi tidak jauh berbeda dibandingkan dengan pembuatan papan mutu bluestain, sedangkan rendemcn sena produktivitasnya jauh lebih rendah dibandingkan dcngan pcmbuatan papan ュオセオ@ lJiutstain.

Berbagai permasalahan tersebut diatas dapat dipec3hkan dengall carCl antara lain yaitu :

:::> Hams diadakan peninjauan kembali terhadap kriteria lebar kayu guba! ul1tllk kayu jati sonimcn

All, agar mutl! kayu sortimen All ini dapat ntenyebar !lec-ara normal pilda semlla kelas muttl.

=> Kegiatan pemangkasan cilbang (pnmning) harus betul-bclul dilakukall sccara tepat agar diperoJeh

kayu jati dengan kualitns yang setinggi-tingginya dan eaeat mata kayu yang scminimaJ mungkin.

:::::> Administrasi tata usaha kayu pinus hants diperballarui. dimana harus diupayakan $Uatll

administrasi tata usaha kayu yang mcmungkinkan kayu yang telah ditebang dapat segera diangkut

olch pihak ketiga d3n keamanan kayu tctap teljamin

:::::> Perlu penambahal1 tenaga Pft.nguji kayu di KPH kャiャセゥョァ。ョL@ Tetapi seandainya hal ini tidak

mung kin dilakukan, maka upaya Jain yang bisa dilakukan adalah dengall cara memberikan

pendidikan pengujian kayu terhadap para mandar lapangan

:::::> Perlu klarifikasi ten tang jarak antar mala kuyu sehat pada persyaratan eacat kayu bundar pmus

berorientasi terhadap jarak longitudinal atau transversal. Sebaiknya jarak tersebut diorientasikan

kearah transversal.

:::::> Agar perusahaan penggerga}ian tidak mengalami kerugian, nilai prosen efisiellsi hams bCl'ada

(7)

PRAKTEK PENGUJIAN KAYU BUNDAR JATI DAN PINUS

DI KPH KUNINGAN PERUM PERHUTANI UNIT III

JAWABARAT

Karya Ilmiah

sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pacta Fakultas Kehutanan

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

FOURRY MEILANO

E.31.1721

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Judul

Nama Mahasiswa NomorPokok

Praktek Pengujian Kayu Bundar Jati dan Pinus di KPH Kuningan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

: Fourry Meilano : E.31.1721

Menyetujui :

Dosen Perubimbing

If. Sucahyo Sadiyo. MS Tanggal;

Iv/f

-"1"11

Mengetahui

an Teknologi Hasil Hutan

. Wasrin S afii M.A r ggal:

,t.6;/

/"1

(9)

RIWAYAT

HID UP

Penulis dilahirkan di Majalengka pada tanggal 17 Mei 1976, sebagai putera keempat dari empat bersaudara dari pasangan Ano Sukarno dan Ade Muktiharti.

Pada tahun 1982 penulis mas uk Sekolah Dasar Negeri IV Majalengka dan lulus pada tahun 1988, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Majalengka pada tahun yang sama dan menamatkannya pada tahun 1991. Pendidikan SLT A dise1esaikan pada tahun 1994 di SMA Negeri I Majalengka. Pada tahun 1994 penulis diterima di Fakultas Kehutanan Institut Pel1anian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Tahun 1995 penulis memilih jurusan Teknologi Hasil Hutan. Untuk menyelesaikan studi tingkat sarjana pada Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor penulis mclaksanakan praktek kerja magang selama kurang lebih lima bulan (April

1998 sampai dengan Agustus 1998) di Perum Perhutani Unit III Jawa Barat KPH Kuningan dan mengambil karya ilmiah berjudul Praktek Pengujian Kayu Bundar Jati dan Pinus di KPH Kuningan

Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dibawah bimbingan Ir Sucahyo Sadiya, MS.

Selama studi di Fakultas Kehutanan IPB penulis banyak aktif di keorganisasian kampus

seperti Senat Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPS maupun Himpunan Mahasisw3 Tcknologi Basil

(10)

Puji syukur kehadirat IIlahi Rabbi penulis panjatkan, atas segala limpahan ralunat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengllcapkan terima kasih kepada:

I. Bapak If. Sueahyo Sadiyo, MS selaleu dosen pembimbing penyusunan karya ilmiah ini dan Bapak Kaman Setiadi (Kepala Penguji Kayu KPH Kuningan Perum Perhutani Unit III Jawa Barat) selaku pembimbing Iapangatl selama melaksanakan praktek kerja magatlg.

2. Bapak Ir. Priyono selaku Kepala Unit III Penun Perhutani dan Bapak Ir. Andrie suyatman (Administratur I KKPH Kuningan) atas ijin dan segala fasilitas yang-diberikan selatna praktek kerja magang.

3. Segenap karyawan Perum Perhutani KPH Kuningatl serta para Pegawai Hariatl Lepas atas segenap bantUatl yang telah diberikan selama praktek kerja magang

4. Bapak Ir. M. Buee Saleh, MS \vakil jUruSatl Manajemen Hutan datI Bapak Dr. Ir. A. MaIunud Thohari, DEA wakil jUruSatl Konservasi Sumberdaya Hutatl selaku dosen penguji yang teiaIl banyak memberikan masukan untuk karya ilmiah ini.

5. Kedlla orang tlla penlliis (Bapak dan Cell Ade), Teh Ina, A'Oga dan Teh Ati atas segala ketlliusan

hatinya memberikan doa, bantuan Illoriii maupun materiil untuk keberhasilan penulis.

6. Ratih Raehmawati, S.Pi yang telah memberikan perhatiatl dan meluangkan \vaktunya dalam menemani penulis dengan penuh ketabahan.

7. Keillarga If. H. Hamim (Wa Hamim, Wa Uum, A.A, Mega, Dian datI Angie) atas fasilitas Word

97-nya serta berbagalbantuan moriil maupull materiil selama penulis menempuh studi di Fakultas

Kehutanan [PB.

8. Rekan-rekan di THO-31 (Vanny, R.ina, Ijum, Igun, Oeek, Heru datI IrmatlYa, Yusratl, Ewo, Dedeh, Devi, Watlti, Risma, Wiwi, Mas lndra, Isti, ef aT) datI rekan-rekan di THP-31 (Wa\va, Filri, AmaI, Fina, ef aT) serta semua rimbawan lailUlya. Semoga sukses selalu !

9. Rekan-rekan seperjuangatl di Asrama Sylvasari {<Jendeng 'Ia\van politik', Goshi, Panci,

Klempong, Gosong, Kancut eshut, Dage eshut, -Birit eshut. Bucat. Cingur, Pego et af) dan Bes atas

eanda datI karya berSal1latlya. Sel1loga tetap selalu terbina.

Karya ilm.iah ini l1lasih perlu penyel1lpumaan, untuk itu ·segala kritik dan saran l1lel1lbangun sangat penulis harapkan demi perbaikatl selatljutnya. Akhir kata penulis l1lengharap semogakarya ilmiah ini mendatangkan manfaat bagi semua pihak.

(11)

DAFTARISI

Halaman

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR lSI.. ... ... ... IV DAFTAR TABEL... ... ... V DAFTAR GAMBAR... vi

DAFTAR LAMPlRAN... vii

I. PENDAHULUAN ... . A. LataI' Belakang ... . B. Tujuan ... , ... . 2

II KONDISI TEMPAT KERJA ... . 3

A. Pengujian Kayu Bundar Jati.. ... ... 3

B. Pengujian Kayu Bundar Pinus... ... 5

C. Kondisi Beberapa Industri Penggergajian.... ... 7

III. PROSEDUR KERJA ... . 10

A. Pengujian Kayu Bundar Jati... ... 10

B. Pengujian Kayu Bundar Pinus. ... ... ... 12

C. Pengamatan Produktlvitas Industri Penggergajian... ... 13

IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... .. 15

A. Hasil Pengamatan... ... ... ... 15

1. Pengujian Kayu Bundarlati... IS 2. Pengujian Kayu Bundar Pinus ... _, ... _... 17

3. Caeat Kayu BundaI' Jati... 19

4. Caeat Kayu Bundar Pinus... 21

5. Produktivitas Industri Penggergajian.. ... 22

B. Penlbahasan ... , ... '" 23 1. Tenaga Penguji Kayu.... ... 23

2. Kayu Bundar Jati Mutu T... ... ... 24

3. Cacat Kayu Bundar Jati... ... 25

4. Jamur Bluestain Pada Kayu Bundar pinus... ... 26

S. Caeat Kayu Bundar pinus... ... ... 27

6. Produktivitas Industri Penggergajian... ... 28

V KESIMPULAN DAN SARAN ... . 31

A. Kesimpulan... 31

B. Saran... 32

DAFTAR PUSTAKA. ... ··· ... ·· 33

(12)

Nomor Teks Halaman

1. Hasil Pengujian Kayu Bundar Jati KPH Kuningan Menurut Berbagai Mutu

dan Sarti men ... . IS

2. Produksi Kayu Bundar Jati KPH Kuningan Bulan April sampai dengan Juni

1998 Menurut Berbagai Jenis Sortimen ... . 15

3. Hasil Pengujian Kayu Bundar Pinus KPH Kuningan Menurut Berbagai

Mutu dan Sortimen ... . 17

4. Produksi Kayu Bundar Pinus KPH Kuningan Bulan April sampai dengan

Juni 1998 Menurut Berbagai Jenis Sortimen ... . 17

5. Hasil Pengamatan Caeat Kayu Bundar Jati AlII Produksi KPH Kuningan

Periode I JuIi 1998 ... . 19

6. Hasil Pengamatan Kayu Bundar Jati All Produksi KPH Kuningan Periode I

Juli 1998 ... . 20

7. Hasil Pengamatan Kayu Bundar Jati Al Produksi KPH Kuningan Periode I

セQYYX@ ... . 21

8. . Hasil Pengamatan Kayu Bundar Pinus Produksi KPH Kuningan Periode II

Juli dan I Agustus 1998 ... . 22

9. HasH Pengamatan Rendemen. Produktivitas dan Prasen Efisiensi Pabrik

(13)

DAFTAR GAMBAR

Namar Teks Halaman

I. Persentase Hasil Pengujian Kayu Bundar lati Menurut Berbagai Kelas

Muttl. ... . 16

2.

Persentase Hasil Pengujian Kayu Bundar Pinus Menurut Berbagai
(14)

Nomor Teks

1. Syarat Mutu Sortimen Kayu Bundar Kecil (AI) Jati. ... ..

2. Syarat Mutu Sortimen Kayu Bundar Sedang (All) Jati. ... .

3. Syarat Mutu Sortimcn Kayu Bundar Besar (AIil) Juti ... .

4. Syarat Mutu Sortimen Kayu Bundar Pinus ... .

5. Daftar Harga Jual Dasar Kuyu Bundar Pinus ... .

6. Macam-macam Definisi Cacat Kayu J3undar Jati.. ... .

7. Macam-rnacam Detinisi Cacat Kayu Bundar Pinus ... : .... .

Haluman

34

35

36

38

39

40

(15)

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Perum Perhutani merupakan salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang

mengelola hutan tanaman, diantaranya kelas perusahaan rimba (misalnya tegakan pinus) dan kelas

perusahaan jati untuk menghasilkan devisa bagi negara. Pinus merkusii mempakan jenis tanaman

industri yang dikembangkan secara bertahap dan ditanam secar> luas. Pemanfaatan kayu sebagai bahan baku industri memberikan harapan yang baik, sehingga identifikasi kualitas kayu melalui pengujian kayu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap keuntungan perusallaan secara

fimmsial.

Kayu jati adalah kayu hasil hutan tanaman, tergolong kayu mewah. memiliki keawetan

alami yang baik serta kekuatannya tinggi (kelas kuat I dan II menunlt PKKI NI 5-61). Disamping ittl pula kayu jati memiliki carak penampilan kayu yang indah dengan riap tumbuh dan perbedaan

,

ar:.tara kayu gubal dan kayu teras yang jeias. Akibat beberapa keungguian tersebut, kayu jati

tergolong kayu yang banyak diminati olch konsumen. Golongan kayu jati dari Jawa Barat yang

banyak dikonsumsi adalah golongan sOltimen A II, yaitu kayu bulat keeil jati berdiallleter 20 - 29 em ( Laporan Biro Pemasaran Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, 1993).

Pemanfaatan kayu pinus pada pengelolaan hutan di Perurn Perhutani Unit III Jawa Barat

selain dari getahnya untuk menghasilkan gondonlkem dan rninyak terpentin, juga sebagai kayu

perkakas seperti Ilntuk mebeuler perabotan rumah langga. Kecenderungan selera konsumen pacta

saat ini lebih besar terhadap perabotan rumr.h tangga dari kayu-kayu yang memiliki \Varna cerah.

Kayu pinus dengan wama putih kckuning-kuningan dan gambaran riap tumbuh yang jeJas banyak

diminati konsumen meubel baik di dalam maupun di luar _negeri.

Di Kesatuan Pernangkuan Hutan (KPH) Kuningan terdapat kelas perusahaan jati dan

kelas perusallaan rimba (tegakan pinus). Tegakan pinus mulai ditebang pada Kelas Umur (KU)

VI kurang lebih setelah tegakan berumur 30 talmo. Selama jangka waktu 30 rahun tegakan pinus

dieksploitasi getahnya untuk menghasilkan gondorl.lkem dan minyak terpentin. Hasil tebangan

kayu pinus dikumpulkan di beberapa TPKH (Tempat Penimbunan Ka)" di Hutan). Sedangkan

tegakan jati mulai ditebang pada KU IV dan V dimana tegakan berumur sekitar 40 - 50 tahun.

HasH tebanganjati dikumpulkan di Tempat Penimbunan Kayu (TPN) Ciledug.

Salah satu misi Perum Perhutani adalah mengembangkan usaha kecil dan il1enengah di

sekitar wilayah kelja Perum Perhutani. I3eberapa perusahaan penggergajian di wilayah

Kabupaten Kuningan dan sekitarnya mengolah kayu yang berasal dari KPH Kuningan.

(16)

pengujian kayu akan mengklasifikasikan kolas mutu kayu, yang pada gilirannya akan

mempengaruhi harga kayu tersebut. Sehingga pengujian kayu secara cem18t, tepat dan

profesional sangat diperlukan.

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari praktek kerja magang ini adalah:

1. Agar mahasis\'ia dapat menguasai salah satu jenis pekerjaaan pengelolaan hutan tanaman di

Perum Perhutani Unit III lawn 13arat KPH Kuningan, dalam hal ini penguasaan pekcrjaan

pengujian kayu dan administrasinya.

2. Untuk mengetahui sejauh mi.lna pengaruh hasil pengujian kayu terhadap produkrivitas

industri penggergajian kayu.

3. Mencoba menerapkan pengetahuan secara teocitis, nalar serta pengalaman dalam

(17)

II. KONDISITEMPATKERJA

KPH Kuningan merupakan salah satu dari 14 KPH yang berada di wilayah kelja PenllTI Perhutani Unit III Jawa Barat. Luas areal hutan KPH Kuningan secm'a keselurllhan kurang lebih 30.000 ha dan terletak di kaki Gunun£. Cirernai sarnpai ke dataran rendah yang berbatasan dengan wilayah pernerintahan Jawa Tengah. KPH Kuningan dibagi menjadi 6 wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH), yaitu BKPH Linggarjati, Garawangi, Luragung, Cibingbin, Waled dan Ciledllg.

Praktek kerja magang pengujian kayu dilaksanakan di tempat penglljian kaYlI, yaitu di TPN

ul1tuk kayu bundar jati dan di TPKH untuk kayu buodar pinus. Sedangkan ulltuk mengamati

produktivitas industri penggergajian, dilakukan kunjungan ke beberapa industri penggergajian kecil di

Kabupaten Kuningan dan Kabupaten CireboI1. Industri penggergajian mcngolah kayu sebagai bahan

baku yang berasal dad KPH Kuningan menjadi kayu gergajian pinus dengan berbagai ukurull sesuai

order.

A. Pcngujian Kayu Bundar Jati

Tempat Pengujian Kayu Bundar Jati di TPN Ciledug yang berlokasi sckitar 15 km dari

wilayah hutan BKPH Ciledug dan 20 Ian dari wilayah BKPH Waled. Kedll' wilayah BKPH

tersebut didominasi oleh tanaman jati dan beberapa rimba campuran, seperti johar, sonokembang,

mahoni, kihiang dan lain-lain. Kayu dari hutan di kedua wilayah BKPH tersebut dikirim ke TPN Ciledug untuk diuji oleh penguji kayu, kemudian dikaplingkan atau dikelompokkan berdasarkan

mutu dan sortimen yang sama (satu kelas harga) untuk kemudian slap dijual melalui kewenangan

A-dministratur Perhutani atau 1elang besar atau leJang ked I maupul1 kontrak (Suyatman 1998:

komunikasi personal).

Menurut Pandit dan Mandang (\997), ciri umum kayu jati adalah memiliki wama kayu

teras kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerah;m dan mudah dibedakan dengan kayu

gubalnya yang berwarna putih agak keabu-abuan. Kayt: jati memiliki corak dekoratif yang indah

berkat jeJasnya liugkaran tumbuh. Tekstumya agak kasar !Jampai kasar dan tidak rata. Sedangkall

arah seratuya lurus, bergelombang sarnpai agak terpadu. Lingkaran tumbuh sangat nampak jelas

terHhat baik pada penampang melintang, radial maupun mngensial. Kayu jati adalah kayu yang

memiliki kekerasan agak keras dengan Bl rata-rata 0 .. 67 (0.62-0.75).

Berdasarkan Laporan Kemajuan Pekerjaan Bidang Prodllksi KaYlI dan Non Kayu KPH Kuningan sampai dengan Bulan iuli 1998, pad a tahun 1998 ini, di BKPHCiledug dilaksanakan tebangan A 2 atau tebangan habis di RPH Bantarpanjang petak 34 b seluas 18 ha <iengan target tebangan 1.473,046 m3 kayu perkakas dan 221 sm kaI'u bakar. Selain itu juga tebangan habis dilakukan di RPH Tonjong petak 30 f seluas 3.5 ha dengan target tebangan 220,317

\plKAN 0

NセBセ|_ヲ|セセi|QO@

"4-. "4-. "4-. ᄋNセセTaGB@

( セ@:',.", V' tt'

OセAGウゥゥ|@

1>

セ@

.. ' .. :;.:\ Gl 0

1-' .... ';;, ;b

セHィ@ . ' " [GセGLセゥッB\@ 4"2,,:. |セGセG@ \セ@ "', -:("'?:;.; 1>

", " , . • ... Bセ@ A

of' Q- LセLLZLセG@ '1;,'"

セpustBBセセGB@

!J

(18)

perkakas dan 80 SOl kayu bakar. Tanamanjati pada kedua petak tebangan tersebut adalah tanaman

jati yang ditanam pada tahun 1957, berarti tanaman tersebut sekarang bemmur 41 tahun dan rnasuk kedalarn kelas umur(KU) IV .. Sedangkan tebangan E (penjarangan) terdapat di RPH Dukuhbadag petak 44 e dan 49 b seluas 34.15 ha dengan target

エ・「。セァ。ョ@

10.334 rn' kayu perkakas dan 5 SOl

kayu bakar

Disamping kayu jati yang berasal dari BKPH Ciledug, terdapat pula kayu tebangan pelljarangan (tebangan E) di BKPH Waled, yaitu berasal dari petak lOb, 19 e, 15 e, 19 a, 19 e, 20 dan 25 c di RPH Ambit BKPH Waled seluas 303.10 ha dengan target tebangan 187,878 m' kayu perkakas dan 48 SOl kayu bakar (Lap. Kernajuan Pekeljaan Bidang Produksi Kayu dan Non Kayu

sampai dengan Juli 1998 KPH Kuningan, 1998).

Kayu jati yang' telah ditebang kemudian dibagi batangnya sesuai dengan Keputusan Oireksi Pemrn Perhutani No. 3351IKPTSIDIRlI997 yaitu dengan prinsip menghimpun eacal-caca, di sam

potongan batang kayu sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh nilai kayu yang

setinggi-tingginya. Setclah pembagian batang di petak tebangan, kayu baru bisa diangku, ke TPN

menggunakan truk setelah semua administrasi kayu seperti pengukuran diameter ujullg dan panjang

setiap bontos kayu, penulisan kedalam buku taksasi· DK 316, penulisan ina me (OK 302). peneatatan DK 304 dan beberapa letter yang harus ditulis di badan kayu telah seJesai dike.jakan dengan baik oleh mandor tebang.

Pekerjaan pengujian kayu dilakukan oleh penguji kayu di TPN untuk setiap batang kayu sesuai dengan Keputusan Direksi Perum Perhutani No. 2697!Kpts/0ir1l997 tentang Penl(ljuk

PeJaksanaan Pellgujian Kayu Jati (lnmpiran 1, lampiran 2, lampiran 3). Pekerjaan pengujian ini

meliputi pengukuran kembati diameter dan panjang setiap batang, penennlan sonimen. dan

penentuan mum kayu.berdasarknn persyaratan cacat kayu untuk sortimcn AI dan All sedangkan

unnlk sortimen AIIl berdasarkan persyaratan cae at kayu dan persyaratan hasil. Beberapa permasalahan pekerjaan pengujian kayujati adalah sebagai berikut :

1. Sangat kurangnya tenaga penguji kayu. Tenaga penguji di KPH sampai saat ini bCljumlah 2

orang, sedangkan produksi kayu harus sesuai dengan target yang tclah direncanakan dan kayu

harus cepat tC1jual agar lebih cepat mcmberikan keuntungan untuk pcrusahaan. Dengan

demikian praktek kerja magang ini mencoba melakukan penelitian mengenai produktivitas

ko,ja penguji kayu ya.'1g pada akhimya dapat diketahui kebutuhan jumlah tenaga penguji kayu

yang harus terdapat di KPH Kuningan.

2. Menurut infomlasi "kepa{a penguji kayu setempat, kayu jati yang -terdapat di KPH Kuningan

pada umunmya terrnasuk kedalam mutu T (mutu kctiga) dan sulit sekali untuk menemukan

kayu yang memenuhi persyaratan untuk mutu P atau U, apalagi untuk kualitas VilliI' dan Hara.

Hal ini tetjadi karena kayu jati yang ditebang di wilayah KPH Kuningan ini berasal dari

(19)

5

masih relatif besar dibandingkan dengan tanaman yang ditebang pad a KU VIIl (byu ja!i masak tebang). Sedangkan untuk kualitas P atau U tersebut berdasarkan pedoman pengujian

harus kayu yang memiliki lebar kayu gubaJ antara 1-3 em untuk kayu AI. 2-2,5 em untuk kayu

All dan 2-3 em untuk kayu AlII. lnfonnasi yang diberikan oleh penguji kayu ini mentpakan masalah yang perlu dillaji, karen. akibat dari keeenderungan kayu masuk kedalam mum T menunjukkan kualitaS kayu bundar jati KPH Kuningan berkualitas rendah. Pengkajian lebih lanjut terhadap pemlasalahan ini perlu dilakukan apakah semata-mata disebabkan oleh faktor

KU tanaman yang belum masak tebang atau karena masalah pemasaran kayu atatl faktor

lainnya. Menurul Wir.wan (1995), Kayu Jati sortimen All yang berasal dari Pentm Perhutani Unit [[[ Jawa Barat me';;iliki persentase kayu glibal 27.92 % dan kayu teras 72.08 %. sedangkan mata kayu sebanyak 1.29 tiap meter panjang dimana mata kayu berbentuk bula! dan

di dominasi oleh loose knot yang 「・イ、ゥ。ュ・エセイ@ kurang ·dari Scm.

3. Didalam masalah pengujian kayu persoalan tidak bisa dilihat seem'a parsiai, atau seorang

penguji kayu tidak hanya cukup dengan mclakukan pemilahan kayu saja. Tetapi lebih dari itu.

akan lebih baik seandainya pekerjaan pengujian kayu mcmpakan bag ian dari proses

pengawasan dalam suatu fungsi manajemen. Pengambilan bcberapa sampling kayu untuk

diamati setiap cacat yang terdapat pada sdiap batang kayu dilakukan ullwk melihat beberapa

jenis cacat yang sering menurunkan kualitas kayu dan mCJ1lgikan pe-["usahai.lll. Dcngun

demikian bisa dicari upaya penanggulangannya agar kualitas kayu bisa mcnjadi lebih baik dan

keuntungan perusaltaan dimasa yang akan datang akan meningkat Jagi.

B. Pengujian Kayu Bundar Pinus

Berbeda dengan pcngujian kayu bundar Jati, pcngujian kayu bUlldar pinus dilakukan aleh

penguji kayu di TPKI{- (Tempat Penimbunan Kayu di Hutan). Jika TPN mempakan tempa!

penimbunan yang permanen, maka TPKH adalah tempat penimbunan tidak permanen karena

lokasinya selalu berpindah-pindah mengikuti lakasi petak tebangan. Oi KPH Kuningan terdapat

beberapa TPKH dan diantaranya terdapat TPKH Jabksana yang memiliki 3 tempat penimbunan

karena sesuai dengan 3 petak tebangan yang sedang beljalan pada tahun 1998 ini (Suyani1an. 1998

: KOl11unikasi personal).

Menurut Pandit dan Mandang (1998), ciri umum kayu pinus adalah memiliki warna kayu

teras yang sukar dibedakan dengan kayu gubalnya, kecuali pada pahon yang belumur tua. Kayu

teras berwama l...'Uning kecoklatan sampai coklat ·kemerahan, sedangkan kayu gubalnya yang

berwarna putih agak kekuningan sampai putih kemerahan. Kayu pinus memiliki carak dekoratif

(20)

ada lingkaran memusat. Kayu Pinus adalah kayu yang memiliki keker.san agak keras dengan BJ rata-rata 0.55 (0.40-0.75), kelas kuat III dan termasuk kedalam kelas awet IV.

Perhatian lebih mendalam adalah dilakukan terhadap kayu yang berasal dari tebangan D 2 (tebangan karena bencana alam) khususnya karena kebakaran hutan, berlokasi di petak 34 I RPH Jalaksana BKPH Linggarjati seluas 25 ha dengan target tebangan 2.661,462 m' kayu perkakas dan 398 sm kayu bakar. Permasalahan yang terjadi adalah banyak pohon yang sudah mati sebelum ditebang akibat terbakar sehingga getahnya sudah keluar dan kadar air kayu menjadi menurun tetapi tidak sampai berkurang dari kadar air titik jenuh serat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya serangan jamur pewama pada kebanyakan batang kayu yang disimpan di TP tersebut. Menurut Tapadarma (1986), untuk tumbuh dan berkembang, jamur pewama memerlukan persediaan makanan yang cukup baik kuantitas maupun kualitasnya di dalam kayu, kelembaban dan suhu yang sesuai. Jamur pewama memerlukan oksigen dan air bebas didalam sel kayu agar mycellium mampu berkembang. Hal terse but tercapai seandainya kadar air kayu diatas titik jenuh seratnya.

Menumt Cunmlins (1933) didalam Agtriariny (1993), pertumbuhan jamul' pewama dapat terjadi pada kadar air 23 % hingga 150 % dan tumbuh cepat pada kadar air 35 % sampai dengan 120 %.

Permasalahan yang terdapat pada pelaksanaan pengujian kayu bundar pinus adalah :

1. Setelah ditebang, kayu pinus kering (karena terbakar) maupun basah (tidak terbakar) akan terbebas dari jamur pewama. Akan tetapi setelah 2 atau 3 hari kayu disimpan di TP untuk menunggu proses administrasi penjualannya, kayu yang kering akan terkella jamur pewama

sedangkan yang basah masih tahan terhadap jamur pewama walaupun tetap terserang jamur

pewama setelah kurang lebih 15 had kayu tersebut disimpan. Permasalahannya adalah kayu diuji oleh penguji beberapa saat setelah kayu ditebang dan pada waktu itu keadaan fisik kayu sangat baik dan layak untuk menjadi kayu dengan mutu Prima (P). Tetapi setelah kayu menjadi milik pihak ketiga (pembeli) 2 atau 3 hari kemudian, jamur pewama mulai menampakkan serangannya pada kayu. Sehingga para pembeli merasa sangat dirugikan

karena perbedaan harga kayu gergajian pinus yang terkena jamur pewama dengan yang bersih

sangat jauh sekali, kurang lebih Rp. 150.000,00 f m' (Rohadi, 1998 : komunikasi personal). Oleh karena itu diperlukan penanganan yang lebih mendalam terhadap permasaiahan jamur

pewama ini agar misi Perum Perhutani untuk ュセュ「。ョエオ@ para pengusaha -kecil dapat terwujud

dengan baik.

2. Perlu dilakukan upaya Quality Control sepem pada pengujian -kayu bundar jati

3. Kurangnya jumlah tenaga penguji kayu sepem halnya pada kegiatan pengujian kayu jati. 4. Didalam standar Pengujian Kayu Bundar Pinus berdasarkan RSNI disyaratkan bahwa jarak

(21)

7

(walaupun jarak antar mata kayu lebih dari 20 em), tetapi kayu tidak memiliki cacat lainnya, maka kayu tersebut masuk kedalam mutu P. Hal ini jelas sangat merugikan para pengusaha penggergajian disatu pihak dan menguntungkan Perum Perhutani di lain pihak. Karena kayu deng.n mutu P, peruntukan kayu gergajiannya adalah untuk kualitas ekspor yang membutuhkan persyaratan kayu gergajian terbebas dari mata kayu dan jamur pewama (Buchori, 1998 : Komunikasi Personal).

C. Kondisi Beberapa Industri Penggcrgajian

Salah satu misi 505ial Perum Perhutani adalah mengembangkan para pengusaha keeil dan

menengah di wilayah sekitamya. Perum Perhutani KPH Kuningan merniliki sumberdaya hutan

yang salah satu hasilnya berupa kayu, merupakan bahan baku yang sangat dibutuhkan olch

beberapa industri penggergajian menengah dan kecil yang terdapat di sekitar \Vila yah KPH

Kuningan.

Sehubungan dengan adanya beberapa pemlasalahan yang berkaitan baik langsung maupun

tidak langsung antara aspek pengujian kayu dengan produktivitas industri penggergajian, maka dirasa perlu untuk dilakukan pengamatan terhadap beberapa industri penggergajian. Hal ini untuk

melihat sejauh maIla pengaruh pengujian kayu terhadap produktivitas industri penggergajian.

PClUsahaan penggergajian yang dik-unjungi adalah CV Nusantara Rotan dan PK Hikmah.

Keduanya merupakan pabrik yang mengkonversi kayu bundar pinus menjadi kayu gergajian pinus.

Sedangkan pabrik penggergajian jati tidak perlu dikaji karena pada pengolahan jati tidak banyak keluhan maupun pemlasaiahan yang dihadapi.

CV. Nusantara Rotan mempakan industri pengolahan kayu terpadu, selain mellgolah kayu

juga mengolah meubeler yang berasal dari rotan. Salah satu bidang usahanya adalah- dalarn

mengolah kayu bundar pinus yang berasal dari KPH Kuningan, Ciamis, Majalengka menjadi kayu

gergajian pinus. Pabriknya terletak di Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, memiliki 4 buah mesin band saw dengan kapasitas produksinya 20 m3 papan/hari dan rendemen sekitar 50 % (Buchori, 1998: Komunikasi Personal).

PK Hiknlah adalah pabrik penggergajian yang terletak di Desa Sampora Kecamatan Linggarjati KabupatenKuningan. Dengan 3 buah mesin band saw, PK Hikmah berhasil mengolah

20 m' log pinus Ihari menjadi 10m' papan !han.

(22)

Rotan tidak menggunakan cariage seperti di PK Hikmah, melainkan cukup seem"a manual dengan

menggunakan 2 orang. Akibatnya seringkali terjadi ketidaktepatan ukuran kayu gergajian yang

mengakibatkan hams terjadi penggcrgajian ulang, waJaupun dengan cam ini proses penggergajian

dapat berJangsung lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan carriage.

Menurut International Labour Organization (1979), produktivitas adalah perbandingan

antafa keluaran (OUtpllt) dengan masukan (input). Perumusan ini berlaku untuk perusahaan,

industri dan ekonomi seem"a keselumhan. Seeara lebih sederhana maka produktivitas adalah

perbandingan seeara ilmu hittIng antara jumlah yang dihasilkan dan jumlah setiap sumber yang

digunakan selama proses produksi bcrlangsung. Sumber ini dap.t berupa tanah, bahan baku,

pabrik. mesin dan peralatannya. jasa manusia, dan kombinasi dari semuanya.

Menurut Duerr (J 960) didalam Abdurochman & Tandiono (J 979), bahwa produk,ifi,as era'

kaitannya dengan kapasitas mesin. yang dinyatakan sebagai berikut :

I'=C.E

Dimana : P

=

produktivitas

: C = kapasitas mesin

: E = efisiensi

Menurut Winkoop (1953) dalam Padlinurjaji dan Ruhendi (1983) suatu penggergajian

efisien atau tidak, dapat dilihat dengan suatu koreksi f2.ktor yang merupakan "Eficiellcy Procel1l "

dengan mmllS sebagai berikut :

Dimana: E

Wpi

E = (WpilWvi) X 100 01<.

Wpi = Wpo - U,

=

proscn efisiensi

= nilai yang diberikan kayu gergajian

Wvi = nilai jual kayu penghara

'vVpo

=

nilai jual kayu gergajian

Ut = biaya produksi

Bila E> J 00% berarti perusai,"an untung

E=IOO% berarti perusahaan kembali modal

E<100% berarti perusahaan mgi.

Menurut International Labour Organization (1979), produktivitas dapat dihitung

(23)

Dimana:

9

P = 60/t X V

P: Produksi dalam m'/jam

T: Waktu yang diperlukan untuk menggergaji setiap bahan baku sampai mengilasilkan

produk bcrupa kayu gergajian dalam volume tertentu dalam menit.

V: Volume kayu gergajian yang dibasilkan oleh mesill dnlum menggergaji ballan baku

dalam waktu t menit dalam m'.

Beberapa pennasaiahan yang berkaitan dengan produktivitas di pabrik penggergajian pinus

tidak terlepas dari masalalt pengujian kayu bun dar pinus. Seperti tclail diuraikan pada Sub Bab B

point I diatas bahwa masalah utama dalam pengujian pinus adalah masalah penemuan mUfU prima.

p・イャQQセウ。ャ。ィ。ョョケ。@ adalah kayu buntlar pinus yang terserang jamlll' blues{{[ill tidak diperkenankan

untuk mutu prima karen8. setelah dikonversi menjadi kayu gergajian akan menghasilkan kayu

(24)

A. Pcngujian Kayu Bundar Jati

Prosedur kerja pengujian kayu bundar jati di lapangan, dilakukan berdasarkan pada Petunjuk Pelaksan.an Pengujian Kayu Jati yang tertuang dalam Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 2697fKptsIDirll997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengujian Kayu Jati (lampiran I, lampiran 2, lampiran 3).

Prinsip kerja yang dilakukan di lapangan adalah melakukan pengujian terhadap beberapa kayu selama waktu kerja magang, kemudian hasil pengujian kayu dikoreksi oleh pembimbing lapangan (penguji kayu KPH Kuningan Perum Perhutani Unit 1lI Jawa Barat). Hal ini dilakukan karena wewenang untuk melakukan pengujian kayu sepenuhnya adalah oleh penguji kayu yang telah memiliki Surat lzin Menguji (SIM). Sehingga hasil pengujian yang dilakukan harus selalu dikctahui oleh penguji kayu.

Untuk memecahkan beberapa permasalahan yang muncul pada pekerjaan pengujian kayu

jati, selama melaksanakan praktek kerja magang dilakukan pengambilan samplingkayu bundar jati secara acak scbanyak 10 % dari kayu bundar jati yang diuji selama I periode (15 hari). Sampling kayu tcrsebut diamati keadaan fisik serta semua cacat yang terdapat pada kayu itu. Sehingga dapat

dilihat beberapa cacat yang dominan tcrjadi pada kayu bundar jati yang terdapat di KPH Kuningan.

Selanjutnya dapat dicari metode yang tepat untuk mengurangi permasalahan cacat kayu bundar yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu produksi kayu bundar jati. Metode pengambilan data ini dilakukan dengan cara mengambil kayu secara acak dari kayu yang belum diuji. Kemudian setelah diukur diameter ujung, diameter bontos (dengan menggunakan pie band) dan panjang terpendeknya (menggunakan mateline), diamati cacat-cacat yang terdapat pada kayu dan diukur berdasarkan ketentuan yang berlaku menurut SK Direksi Perum Perhutani Nomor :

2697fKptsIDirll997 tentang Petunjuk Pelaks.naan Pengujian Kayu Jati. Pengolahan data terhadap sampling yang diambil menggunakan mdode statistik deskl'iplif, yaitu metode-metode yang berkaitan dengan pcngumpulan dan pcnyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi

yangberguna (Walpole, 1982).

Sistem penetapan mutu dalam pengujian kayu berdasarkan SK Direksi Perum Perhutani Nomor 2967 fKptsIDir/1997 terbagi kedalam Syarat Umum dan Syarat khusus. Syarat Umum Sistem Penetapan Mutu untuk sortimen AI (sortimen dcngan diameter antara 4'cm sampai dengan

(25)

II

berdasarkan persyaratan cacat dan hasil. Semua sortimen kayu bundar jati (AI, All dan AIII) yang sudah melampaui persyaratan maksimal mutu terendah, ditolak uji.

Syarat Khusus penetapan mutu sortimen AI terlihat pada lampiran I, sortimen A 2 pad a lampiran 2 dan sortimen AlII pada lampiran 3. Apabila terdapat keraguan dalam penetapan mulu

berdasarkan cacat, maka dicari hasil konversinya. Apabila cacatnya melampaui munl Keempat

(M), maka dimasukkan kedalam mutu Kelima (L) dengan ketentuan hasil konversi alau rendemennya tidak kurang dari 10 %.

Golongan sortimen Kayu AI, dibagi kedalam 4 kelas mufil, yaifil mutu pertama (P), munl kedua (D), mutu ketiga (T) dan mutu keempat (M). Sedangkan golongan sortimen All dibagi kedalam 5 kelas mutu, yaitu mutu utama (U), mutu pertama (P), mutu kedua (D), mulu ketiga (T) dan mUtu keempat (M). Untuk golongan sortimen AIII dibagi kedalam 6 kelas mutu, yaifil mutu utama (U), mutu pertama (P), mutu kedua (D), mufil ketiga (T), mufil keempat (M) dan mUfil kelima (L).

Penetapan ukuran diameter kayu dilakukan pada ujung terkecil tanpa kulit dengan

menggunakan pita pie yang dililitkan terhadap bontos. Sedar.gkan penetapan ukuran panjang kayu dilakukan pad a jarak terpendek antara kedua bontos kayu melalui badan kayu.

Penetapan mutu akhir didasarkan kepada mutu terendah menul1It salah satll persyaratan

muttJ berdasarkan persyaratan caeat dan persyaratan hasil. Misalnya sebatang kayu berdasarkan

caeat -bentuk masuk mutu P, berdasarkan caeat badan masuk mutu T. sedangkan berdasarkan hasil

konversi masuk mutu D. maka mutu kayu tersebut adalah mutu D.

Pelaksanaan magang pengujian jenis kayu bundar jati ini dilakukan mulai dari ranggal 15

April 1998 sampai dengan 15 luli 1998, dengan waktu kerja dari pukul 07.00 BBWI sampai dengan pukul 15.00 BBWI (8 jam kelja). Khusus untuk tanggal I luli 1998 sampai dengan 15 luli

1998, dilakukan pengarnatan tcrhadap 10 % dari sampling kayu yang diproduksi. Pengamatan

meliputi terhadap pengamatan seluruh cacat dan kuantitas cacat yang terdapat pada sctiap batang

kayu sampel. HasH pengamatan dilakukan pcrhitungan persentase jumlah batang yang merniliki

cacat tertentu terhadap sampel kayu keseluruhan, sehingga dapat dilihat kecenderungan suatu cacat

yang muncul didalam batang kayu. Selain itu pada beberapa caeat tertcntu 、ゥィゥエエャョセ@ kuantitas

cacat didalam setiap batallg kayu yang maksudnya adalah untuk melihat rata-rata kuantitas cacal

didalam kayu.

(26)

B. Pengujian Kayu Bundar Pinus

Secara teknis, tidak jauh bcrbeda antara prosedur kerja pengujian kayu jati dengan

pengujian kayu pinus. Pelaksanaan magang pengujian jenis kayu bundar pinus ini dilakukan mulai dari tanggal 15 Juli 1998 sampai dengan IS Agustus 1993, dengan waktu kelja dari pukul 07.00 BBW! sampai dengan pukulIS.OO BBWl (Sjam kelja).

Pedoman pengujian dalam pengujian kayu pinus berdasarkall SK Direksi Perum Perhutan!

NOlllOf 2967/Kpts/DirI1997 yang terbagi kedalam Syarat Umul1l dan Syaral khusus. Syarat

UI11um Sistem Penctapan Mutu untuk sortimen AI (sortimen dengan diameter antara 5 em sampai

dengan 19 cm) dan All (sortimen dengan diameter antara 20 sampai dengan 29 cm), sortimen AlII (sortimen dengan diameter 30 cm up) berdasarkan persyaratan cacat dan hasil. Semua sortimen kayu bundar pinus (AI, All dan Alll) yang sudah melampaui persyaratan maksimal muttl terendah. ditolak uji. Syarat Khusus p"netapan mutu sortimen A!, All, AlII pad a lampiran 4.

Setiap golongan sortinien Kayu pinus terbagi kedalam 4 kelas mutu, yaitu mutu pertam3

(P), mutu kedua (D), Illutu ketiga (T) dan Inutu ketiga kayu berkoak(TK). Pengujian kayu bundar pinus relatif lebih sederhana dibandingkan dengan pengujian kayu bundar jati. Hal ini terjadi

karena kayu bundar pinus Jebih homogen dan diversifikasi cacat kayu yang lebih sederhana.

misalnya didalam kayu bundar pinus hanya dikenal cacat seperti mata ォ。yセQ@ sehat, mata kayu

busuk, pecah bontos, puntiran, kesilindrisan, pecah banting, bekas sadapan dall suatl! cacat yang

tidak dimiliki oleh kayu bundar jati, yaitu nada bim.

Penetapan ukuran diameter kayu dilakukan pada ujung terkecil tanpa kulit dengan

menggunakan mate line yang dibentangkan terhadap bontas terpendek melalui empuiul" kemudian

diukur lagi panjang bantos yang tegak lurus diameter terpendek melalui empulur, hasilnya

dirata-ratakan. Sedangkan penetapan ukuran panjang kayu dilakukan pad a jarak terpendek antara kedua bontos kayu melalui badan kayu.

Penetapan mutt! akhir'didasarkan kepada mutu terendah menurut salah satu persyaratan

muttl berdasarkan persyaratan eacat dan hasil. Misalnya sebatang kayu berdasarkan cacat bentuk

masuk mutu P, berdasarkan eacat badan masuk mutu T, sedangkan berdasarkan hasil konversi

masuk mutu D, maka Illutu kayu tersebut adalah mutu D.

Untuk memecahkan berbagai masalah yang berkaitan dengan pengujian kayu bundar pinus seperti yang dijelaskan pada Bab II. Sub Bab B, maka dilakukan pengambilan sampling seb3 nyak 10 % dari kayu yang diproduksi dari tanggal I Agustus 1998 sampai dengan 15 Agustus 1998.

Pengamatan tersebut meliputi terhadap pengamatan selul1Jh caeat dan kualltitas eacat yang terdapat

pad a setiap batang kayu sampel. Hasil pengamatan dilakukan perhitungan persentase jumlah

(27)

13

keeendenmgan suatu eaeat yang muncul didalam batang kayu pinus dan dengan acuan beberapa pustaka serta pengalaman, dieari upaya pcnanggulangannya. Selain itu pada beberapa cae at tertentu dihitung kuantitas eaeat didalam setiap batang kayu yang maksudnya adalah untuk ュ・ャゥィセエ@ rata-rata kuantitas cacat didalam kayu. Dari sampling tersebut dapat diamati cae at yang terdapat pada setiap batang sampling. Pengolahan data pada pengambilan sampling ini dilakukan secara statistik deskriptiJ

C. Pengamatan Produktivitas Industri Penggergajian

Didalam pengamatan terhadap produktivitas industri penggergajian, ada beberapa parameter yang dicoba untuk diamati yaitu rendemen. produktivitas serta persen efisiensi dari

setiap pabrik penggergajian.

Pada pengamatan di setiap pabrik penggergajian, diambil sampling sebanyak 10 buah kayu bundar untuk setiap sortimen, sehingga sampling yang diambil disetiap pabrik sebanyak 30 kayu bundar yang digergaji menjadi kayu gergajian. k。スセQ@ sampel adalah kayu bermutu P tetapi terdapat jamur billestaill pada salah satu atau kedua bontosnya. Pada sa at digergaji akan dihasilkan kayu yang masih bisa masuk mutu kayu gergajian prima dengan resiko terjadi pemotongan dikedua

ujungnya untuk membuang bag ian yang terkena bluestain, atau kayu gergajian yang bemmtu bluestain karena jamur billestaill sudah hampir terdapat pada seluruh bagian kayu (tidak hanya diujungnya saja) dan tidak perlu dilakukan pemotongan kayu gergajian. Kayu pada kelompok

pertama diatas akall memiliki nilai rendemen dan produktivitas yang rendah dibandingkan dengan

kayu gergajian kelompok kedua (bluestain) \Valaupun prosen efisiensi bisa terjadi sebalikannya. Sehingga perlu diIihat sejauh mana perbedaan antara kedua produk diatas pada kedua pabrik penggergajian.

Data yang diambil adalah waktu (dalam men it) yang diperlukan selama proses produksi

dari setiap batang kayu yang dikonversi rnenjadi kayu gergajian, volume setiap batang dan volume

hasil kayu gergajiannya, data sekunder berupa daftar harga jual dasar (HJD) kayu bundar yang dikeluarkan oleh Perum Perhutani, hasil komunikasi personal dengan pemilik pabrik tentang harga kayu gergajian dan biaya produbi non bah an baku.

Dari data-data tersebut kemudian dihitung rendemen, produktivitas serta pros en efisiensi

(28)

Dimana: E

Wpi Wvi Wpo Vt

E

=

(Wpi/Wvi) X 100 %

Wpi

=

Wpo - Vt

=

pros en efisiensi (%)

= nilai yang diberikan kayu gergajian

= nilai jual bahan baku (Rp/m')

=

nilai jual kayu gergajian (Rp/nr')

= bia)'a produksi (Rp/m'l

Bila: E> 100 % beral1i pCJUsahaan untung

Dimana:

Dimana:

E = 100 % berarti perusallaan kembali modal E < 100 % berarti perusahaan rugi

RliU

=

(V!1UNkb)XIOO%

R1m

=

Rendemen hasil utama atau rendemen bersih (%)

Vhu = Volume hasil utama (Ill') Vkb = Volume kayu bunoar (01')

P

=

60fT x V

P = Produktivitas dalam m'/jam

T

=

\Vaktu yang diperlukan UI1tuk mcnggergaji setiap sampling sampai menghasilkan

produk berupa kayu gergajian dengan volume tertentu dalam mCllit

V

=

Volume kayu gcrgajian yang dih:Jsilkan aleh mcsin dalam I11cnggergaji sampling

dalam waklll t mcnit dalam n,.1

Dalam perhil1111gan produktivitas dan rcndcmcn, nilai-nilai 1'. V. Vhu dan Vkb mcrupakan

nilai rcsultante dari setiJp .sampling. Sedangkail dalam perhitungan proscn cfisiensi ada ォoャQQーッョセョ@

(29)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Peng.matan

1. Pengujian Kayu Bundar Jati

Hasil pengujian kayu bundar jati produksi KPH Kuningan PelUm Perhutani Unit III la\\'a Barat yang dilaksanakan dari mulai tanggal 15 April 1998 sampai dengan 30 Juni 1998. dapat dilihat pada tabel I. Sedangkan dari tanggal I luli 1998 sampai dengan 15 luli 1998 dilakukan pengambilan sampling sebanyal< 10 % dari produksi kayu bundar jati KPH Kuningan. PengambiJan sampling dilakukan dellgan tujuan mcngamati berbagai perm3saiahan yang tCljadi pada pekerja<lll

pengujian kayu, mengetahui cacat-cacat kayu bundar jati sehingga dapat menunmkan kualitas kayu.

Tabel 1. Hasil Pengujian Kayu Bundar lati KPH Kuningan M·cnul1lt Berbagai Mutl! dan Sortimen

srt Mutu D MutuT Mutu M Mutu L Jumlah

,

i

bt M Bt M bt M' bt M' bt M

i

セ@ [GセゥaセZGセォZセセュM 47 1.659 1633 40.718 1041 25.037 -

-

2721 67.414

I

1',:,::,AII':WI: 33 4.186 455

,

I 46.019 165 14.424

-

-

653 64.629

I

·,".c c',;:,:,.

,AlB',

c'c-

91 21.090 253 48.954 96 19.960 2 0.270 442 90.274 t

,

Jml 171 26.935 2341 135.691 1302

- L 59.421 2 0.270 3816 222.317

i

Produksi kayu bundar juti secara keselullIhan selama periode 15 April 1998 sumpai dengan セo@

luni 1998 di KPH Kuningan disajikan pada tahel 2. sebaga; berikut :

Tabel 2. Produksi Kayu BundaI' lati KPH Kuningan Bulan April sid luni 1998 Menunn Berbagar

Jenis Sortimen

Periode KerjaloJi: Sortimen AI Sortimen A! I Sortimen Alii Jumlah

i

Zセセ\[セセ[_QZセセセセZセTQセセ@

bt M bt M bt M' bt M'

i

.1 liAWil.':.:,:, '.' .. ;,. 703 21.203 164 15.719 86 18.510 953 55.432

,

i IIMel. 1878 53.229 285 I 28.063 173 37.840 2339 119.138

i

II/Mei 3099 88.096 568 56.442 301 59.690 3968 204.228 ;

I/Juni 2221

-.l

54.704 354 34.689 258 50.460 2833 139.853

,

II/Junl 4461 120.325 1209 115.757 587 120.180 6257

I

356.262 ,

!

Jumlah 12362 337.557 2583 250.670 1405 286.680 16350 1354.465

i

,

"

Sumber . OK 310 Bulan Apnl sId JUnl 1998 TPN cャャセ、オァ@

Dengan membandingkan antara hasil pengujian kayu yang tela;l dilakukan dengan produksi

keseluruhan kayu bundar jati antara bulan April sampai dengan luni 1998, dapat dilihat kontribusi

yang bisa diberikan terhadap pekerjaan pengujian kayu adalah sebesar 16.41 %. Dilihat aari

[image:29.597.48.470.269.361.2] [image:29.597.62.471.459.584.2]
(30)

Dari nilai tersebut diatas dapat dihitung produktivitas kerja seorang penguji kayu dalam pelaksanakan pengujian kayu. Dengan asumsi bahwa pekerjaan pengujian kayu sebanyak 3816 batang ; 222.317 m3 dilaksanakan dalam 5 periode keIja Perum Perhutani (1 peri ode

=

15 tanggal kalender), berarti bila dalam I periode terdapat 5 hari libur dengan alasan teknis {misalnya cuaca, terjadi kerusakan jalan dU) di lapangan yang menyebabkan kayu tidak dapat keluar dari hut"n, maka waktu kerja yang diperlukan untuk menguji kayu adalah 5 periode X 10 hari

=

50 hari efektif. lika dalam sehari bekerja 8 jam kerja (diluar iSlirahat), maka waktu kerja efektif untuk menguji kayu adalah 400 jam kerja efektif. Sehingga produktivitas korja penguji kayu bundar jati adalah 0.5557

n,'/jam atau 9.54 btl jam.

Dengan asumsi waktu kerja efektif seperti diatas, maka produksi kayu adalah (16355/400) -40 btljam atau 1354.465/400 =3.386 m3/jam. Angka-angka ini ditarikberdasarkan kerangka belpikir log is saja. Karena pada kenyataan di lapangan terjadi fluktuasi produksi kayu yang sang?t tinggi. Pada s\latu waktu produksi kayu meningkat, tapi di lain waktu kembali menurun. Hal ini disebabkan oleh kondisi pemanenan yang bersifat wlpredicatable situation sehingga pekerjaan pengujian kayu tidak lepas dari pekerjaan pemanenan.

Kayu yang disortir didominasi oleh kayu mutu T, yaitu 61.035 % dari keseluruhan kayu yang diuji bermutu T, 26.728 % bermutu M, 12.116 % bermutu D dan hanya 0.121 % kayu bemmtu L. Kayu All memiliki kontribusi kayu bermutu T yang paling tinggi, yaitu 71.205 % kayu All bermutu T, 22.318 % bermutu M dan 6.477 % kayu belmutu D. Sedangkan kayu Al didominasi aIel! kayu bermutu T sebesar 60.399 %, kayu bcrmutu M 37.139 % dan 2.461 % kayu bennutu D. Kayu AIII memiliki persentase kayu bermutu T yang lebih rcudah yaitu 54.228 %, kayu bennutu D 23.362 %, 22.110 % bermutu M dan hanya 0.299 % kayu AIII bermutu L. Secara deskriptif penyajian data hasil pengujian kayu bundar jati dapat dilihat pada gambar I dibawah ini.

'"

"

o T M

Kdu Hutu

(31)

17

2. Pengujian Kayu Bundar Pinus

Pengujian terhadap kayu bundar pinus produksi KPH Kuningan Perum Perhutani Unit !II

lawn Barat dilaksanakan dari tanggal15 Juli 1998 sampai dengan 15 Agustus 1998. Hasil pekeljaan pengujian dapat dilihat pada tabel 3. Sedang!:an dari tanggal I Agustus 1998 sampai dengan 15 Agustus 1998 dilakukan pengambilan sampling sebanyak 10 % dari produksi kayu bundar pinus

KPH Kuningan. Pengambilan sampling dilakukan dengan tujuan untuk mengamati bcrbagai

permasalahan yang tcrjadi pada pekerjaan pengujian kayu, mengetahui cacat-cacat kayu bundar pinus

sehingga dapat menurunkan kualitas kayu.

TabeI 3. HasH Pengujian Kayu Bundar Pinus KPH Kunillgan ;'vlenul1It Berbagai Mutu dan

Sortimen

·80r- MutuP

..

.. ::;,Mutup. ". MutuT Mutu TK Jumlah

timeil' NGLセZZ@ bt M Bt M bt M bt M Bt M

"

,! GZセセNZLBセAZ[NLエNセᄋ@ 425 16.94 298 13.04 47 206 . . 770 32.04

BBGaiiBZRセ@

""',::"'''; . 1155 78.00 1040 78.00 197 17.75 117 8.48 2509 182.23

. .

」セiiiGZセZ@ 132 18.57 168 25.89 44 6.61 69 8.39 413 59.46

... LNᄋセュャᄋNᄋ@ ." 1712 113.51 1506

I

116.93 288 26.42 186 16.87 3692 273.73

Produksi kayu pinus secara keselu11lhan dari tanggal 15 luli 1998 samlJui dengan 30 Agustus

1998 di RPH lalaksana KPH Kuningan adalah tersaji pada tabel 4. sebagai berikut :

Tabel 4. Produksi Kayu Bundar Pinus RPH lalaksana KPH KUllillgall Bulan April sid lUlli 1998 Menurut Berbagai Jenis Sortimcn

Dengan membandingkan antara hasil pengujian kayu bundar pinus yang dilakukan dengan

produksi keseluruhan kayu bundar pinus antara bulan Juli sampai dengan Agustus 1998. dapat dilihat kontribusi yang bisa dibcrikan terhadap pekerjaan pengujian kayu bundar pinus adalah scbesar 46.94 %. Dilihat dari produksi batangnya, kontribusi tcrsebut lebih besar, yaitu menjadi 47.56 %. Sebesar 42.44 % kayu lainnya diuji oleh penguji kayu KPH Kuningan beserta pembantunya.

Dad nilai diatas dapat dihitung produktivitas kerja seorang penguji kayu dalam pelaksanakan

[image:31.595.77.486.441.518.2]
(32)

gergaji dU) di lapangan yang menyebabkan kayu tidak dapat ditebang, maka waktu kerja yang diperlukan untuk menguji kayu adalah 2 periode X 10 hari

=

20 hari efektif. Jika dalam sehari bekerja 8 jam kerja (diluar istirahat), maka waktu kerja efektif untuk menguji kayu bundar pinus adalah 160 jam kerja efektif. Sehingga produktivitas kerja penguji kayu adalah 1.71 m3/jam atau

23.075 bt/jam.

Dengan asumsi waktu kerja efektif seperti diatas, maka produksi kayu adalah (77631160) - 49 bt/jam atau 583.18/160

=

3.64 m3/jam. Angka-angka ini ditarik berdasarkan kerangka berpikir logis saja. Karena pada kenyataan di lapangan terjadi fluktuasi produksi kayu yang sangat tinggi. Pada suaru waktu produksi kayu meningkat, tapi dilain waktu kembali menurun. Hal ini disebabkan oleh kondisi pemanenan yang bersifat unpredicatable situation (situasi yang tidak dapat diramalkan)

sehingga pekerjaan pengujian kayu tidak bisa lepas dari ー・ォセイェ。。ョ@ pemanenan.

Kayu bundar pinus yang disortir didominasi oleh kayu mutu D dan P, yaitu masing-masing 42.72 % dan 41.47 % dari keseluruhan kayu bundar pinus yang diuji. Kayu bermutu T 9.65 % dan kayu bemmtu TK 6.16 %. Kayu All memiliki kontribusi yang paling besar jumlahnya pada setiap kelas mutu kayu, kemudian diikuti oleh kayu AlII dan kayu AI memiliki kontribusi yang paling kecil. Hasil pengujian kayu tersebut memperlihatkan bahwa kayu bundar pinus relatif lebih homogen dan penyebaran kelas mutu kayu pada setiap sortimen relatif lebih seragam jika diballdillgkan dengan

[image:32.595.74.477.402.593.2]

kayu bundar jati. Secara lebih deskriptif penyebaran l.--ualita setiap jenis sortimen dapat dilihat pada

gambar 2 dibawah ini.

I

I

I

100

t I

80

---,

セ@ [JAI

I

'"

60

I

セ@

rn [JAil

"

'"

40

セ@

'"

[JAIII

"- 20

0

p D T TK Kelas Mutu

(33)

19

3. Caeat Kayu Bundar Jati

Kayu bundar jati pada umumnya memiliki cacat yang sangat beragam. Namun secara garis besar cacat kayu bundar jati digolongkan kedalam 3 kelompok, yaitu cacat badan, cacat bontos dan cacat bentuk. Hasil pengamatan terhadap 470 batang kayu jati (51 batang kayu AlII, 98 batang kayu All dan 321 batang kayu AI) yang diurutkan dari persentase cacat terhadap jumlah sam pel terbesar sampai terkecil dapat dilihat pada tabel 5, tabel 6 dan tabel 7. Sedangkan penjelasan mengenai

definisi macam-macam cacat kayu bundar jati tersaji pada lampiran 6.

Tabel 5. Hasil Pengamatan Cacat Kayu Bundar Jati AlII Produksi KPH Kuningan Periode I Juli 1998

No Jenis Cacat Kelompok Persentase Rata-rata Mutu kelas Ketcrangan

eacat eacat Kuantitas rata-rata

Tcrhadap eacat

Sampcl

I Lebar Gubal Caeal Bontos 100% Lebar guba! D Nilai tcrkecil : I em

4.26 em tcrbcsar : 7 em, dcngan

simpangan baku 1.38

2 Mala Kayu Schat Cacal Badan 72.55 % 2 buah tmp, U Mala kayu tidak

010.32 em pada satu garis lurus

3 Kesilindtisan eacal SenIuk 66.67 Tsi . Hsi: U,P Hsi:Hampir silindris

33.33 Hsi Tsi: D.T.M Tsi : Tidak silindris

4 Mala Kayu Busuk eacal Badan 45.09 % 2 buah Imp, D Mala kayu tidak

07.08 em P?da satu garis lurus

5 Alur Cacat Bcnluk 31.37 % Il2p: setengah

<1/2p 21.57% 2,3buah,25.9O/I;>(i P p:mjang kayu

>1/2p 9.80% 2.2 buah,33%d D

6 Lubang gerek Cacat badan 31.37 % 21.57 % banyak U Hanya terdapat pada gubaJ

keel I/sedang 9.80 % sporadis

7 Lcngkung Cacat bentuk 27.45 % 4.18%p,jmi P ·

I bh

8 Gcrowong Cacat Bontos 21.57 % 28,64 %d. D ·

20.64%0

9 Pecah hall Caca( Bontos 15.69% 1.67 buah P

38.88 % d

10 Buncak Cacat badan 15.68% KII : kcliling kayu

Ringan 9.8% 0.788 kll T

beral 5.88% 0.5 kll T

II Puntiran Cacat bcntuk 15.68 % I; 9 P

12 Pakah Cacat bontos 13.72% . T ·

13 Pccahlbelah Cacat badan 13.72 % Bhdp : bcrhadapan

Tbhdp 11.76 % 1.42 buah P TI)hdp : lidak bcrhadapan

bhdp 1.96% 33.57 %p D

Pengamatan cacat kayu j.ati AlII dilaknkan (erhadap 51 batang sampel kayu bundar jati jenis sortimen AIll yang diambil secara acak. Cacat kayu yang terdapat pada kayu yang diamati dan nilainya kurang dari 10 % sampel tidak dimasukkan kedalam tabel 5, karena cacat tersebut

menunjukkan suatu kewajaran terjadi pada kayu yang merupakan produk alamo Cacat-cacat tersebut

[image:33.602.65.506.230.538.2]
(34)
[image:34.595.45.502.133.442.2]

(1.96%) dan pecah busur (1.96%). Sedangkan cacat yang tidak dijumpai pad a sampel kayu jati Alii adalah lubang pelatuk, inger-inger dan lubang gerek besar.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Cacat Kayu l.ti All Produksi KPH Kuningan Periode I Juli 1998

No Jcnls Caeat Kclompok i'crscntasc Rata-rata Mutu kclas KCicrllngall

Caeat caeat kuantitas rata-rata

tcrhadap sam pel caeat

I Lebar Gubal Caeat Bontos 100% Lebar gubal T Nilai Icrkecil : 2.0 em

3.89 em terbesar: 6.0 em dcngan simpangan

baku 1.01

2 Mata Kayu Caeat Badan S4.70 %

I

3 buah Imp. PID ·

Sehat '" 8.45<m

3 Kesilindrisan Caeat Bentuk 71.43Tsi . Hsi: U,P Hsi:Hampir silindris

23,57 His Tsi :D.T.M Tsi : Tidak silindris

4 Mata Kayu Caeat Badan 54.08 % 2 buah Imp, D,T.M ·

Busuk 07.58 em

5 Lengkung Caeal Benluk 36.73 % 4.35%p, T ·

imll bh

6 Lubang gerck eaeal badan 27.55 % 8.16 % ban)ak, U i-Ianya Icrdapal pada gubal

kccillscdang 19.38%

sporadis

7 Alur Caeal bcnluk 25.51 % 1/2p: sctcngah panjang

<1I2p 16.33% 2.1 buah 13.8%d D kayu

>1/2p 9.18% 2.2 buahl4.1O/cd T

8 Buneak Caeat Badan 22044 % Kll : keliling kayu

Ringan 12.24 % 0.325 kll D

bera! 10.20% 0 . .33 kll D

9 Gerawong Caea! Banlos 12.24 %

I

25.78 %d, Hi.7 TID ·

9%0

10 Puntiran Cacat bcntuk 11.22 % I; 12 P ·

II Pecah h

Gambar

Tabel 2. Produksi Kayu BundaI' lati KPH Kuningan Bulan April sid luni 1998 Menunn Berbagar Jenis Sortimen
Tabel 4. Produksi Kayu Bundar Pinus RPH lalaksana KPH KUllillgall Bulan April sid lUlli 1998 Menurut Berbagai Jenis Sortimcn
gambar 2 dibawah ini.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Cacat Kayu Bundar Jati AlII Produksi KPH Kuningan Periode I Juli 1998
+4

Referensi

Dokumen terkait

Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Audit Internal Pemerintah Daerah Melalui Independensi dan Kompetensi (Survey Pada Inspektorat Pemerintah Daerah Se Jawa

Survey Tingkat Kesegaran Jasmani Siswa SD Kelas V Di Gugus Diponegoro Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan Tahun 2010. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan

Angka leukosit pada saat masuk rumah sakit dapat dijadikan sebagai prediktor untuk prognosis outcome klinis dan lama perawatan pada pasien stroke iskemik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar protein kecap kara benguk dan kualitas kecap kara benguk melalui uji organoleptik dengan penambahan volume

Tujuan : Untuk mengetahui pelaksanaan fisioterapi dalam pengurangan nyeri, peningkatan kekuatan otot, peningkatan Lingkup Gerak Sendi (LGS), dan peningkatan kemampuan fungsional

Cacing pita dewasa hidup dalam usus kambing dan domba akan melepaskan segmen yang masak bersama tinja, segmen tersebut pecah dan melepaskan telur. Telur- telur cacing dimakan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data/fakta yang tepat (shahih, benar, valid) dan dapat dipercaya (reliabel) tentang sejauh mana hubungan antara bauran promosi dengan

Sehubungan dengan Hasil Evaluasi Kualifikasi yang telah dilakukan Pokja VIII ULP Kabupaten Maluku Tengah pada tanggal 14 September 2016 atas Paket Pekerjaan Pembangunan Konstruksi