• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kualitas Jasa Dan Kepuasan Emosional Terhadap Kualitas Hubungan Serta Dampaknya Pada Loyalitas Pelanggan : Studi kasus Pada Retail Shop Carrefour-Lebak Bulus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kualitas Jasa Dan Kepuasan Emosional Terhadap Kualitas Hubungan Serta Dampaknya Pada Loyalitas Pelanggan : Studi kasus Pada Retail Shop Carrefour-Lebak Bulus"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KUALITAS JASA DAN KEPUASAN EMOSIONAL

TERHADAP KUALITAS HUBUNGAN SERTA DAMPAKNYA PADA

LOYALITAS PELANGGAN

(Studi kasus pada Carrefour - Lebak Bulus)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ROSALIN NUR ASRID NIM : 105081002492

Di Bawah Bimbingan,

Penguji I, Penguji II,

Yahya Hamja, DR., MM Lies Susanawati, SE., M.Si

NIP. 130676334 NIP. 150368745

Penguji Ahli,

Abdul Hamid, Prof., DR., MS NIP. 131474891

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

Lembar Pengesahan Komprehensif

Hari Selasa Tanggal 23 Bulan Juni dua ribu sembilan telah dilakukan uji Komprehensif

atas nama Rosalin Nur Asrid. NIM 105081002492 dengan judul skripsi ”Pengaruh Kualitas Jasa dan Kepuasan Emosional terhadap kualitas hubungan serta dampaknya pada loyalitas pelanggan (Study kasus pada pelanggan Carrefour - Lebak Bulus).” Memperhatikan penampilan mahasiswa tesebut pada selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana ekonomi pada jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juni 2009

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Herni Ali, SE., M.M Lies Susanawati, SE., M.Si

Ketua Sekretaris

Prof. DR., Ahmad Rodoni M.M Penguji Ahli

(3)

Rosalin Nur Asrid

Contact Info

Address : Jl. Kemiri 2 No. 11A Rt.003/ 018 Harapan Baru I

Bekasi 17133 Jawa Barat, Indonesia

Email : roselyn_potter@yahoo.com

Personal Particulars Date of Birth : 22 March 1987

Nationality : Indonesia

Gender : Female

Marital Status : Single

Permanent Residence: Indonesia

Educational Background

TK. Islam Al-Fajar : 1991-1992

SD. Islam Al-Fajar : 1992-1999

SMPN 13 Bekasi : 1999-2002

SMA Al-Masthuriyah : 2002-2005

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2005-2009

Organizational Experience

PASKIBRA 13 as a Bendahara : 2000-2001

PASKIBRA 13 as a Secretary : 2001-2002

Leader of OSIS II SMA Al Masthuriyah : 2003-2004

Leader of ORDA ISALBEK : 2003-2004

Leader II of PASKIBRA Kab. Sukabumi : 2003-2004

Member of KOPMA UIN Syarif Hidayatullah : 2005-2007

Teach in ’Smart and Fun’ : 2006-2007

(4)

ABSTRACT

The aim of research to know the influence of service quality and emotional satisfaction toward relationship quality and the effect to customer loyalty. This research use non-probability sampling by convenience sampling method. The data is obtained by spreading the quesionnaire to the 70 customers. The result in substructure 1 of research show that for service quality and emotional satisfaction have significant influence to relationship quality. The result in substructure 2 of research show that for customer satifaction and relationship quality have significant influence to customer loyalty. Determination coefficient value (R Square) in substructure 1 indicates that the influence of service quality and emotional satisfaction are 0,712 to relationship quality. Determination coefficient value (R Square) in substructure 2 indicates that the influence of customer satifaction and relationship are 0,645 to customer loyalty.

Path analysis in structure 1 equation is Y1=0,476X1+0,407X2+0,536 1 and in

structure 2 equation is Y2=0.413X2+0,434Y1+0,5958 2.

(5)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara kualitas jasa dan kepuasan emosional terhadap kualitas hubungan serta dampaknya pada loyalitas pelanggan. Penelitian ini menggunakan sampel nonprobabilitas, yakni metode convinience sampling. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 70 pelanggan. Hasil penelitian pada substruktur 1 untuk kualitas jasa dan kepuasan emosional menunjukan signifikan terhadap kualitas hubungan. Pada substruktur 2 untuk kepuasan emosional dan kualitas hubungan menunjukan signifikan terhadap loyalitas. Nilai koefisien determinasi (R square) substruktur 1 mengindikasikan bahwa pengaruh kualitas jasa dan kepuasan emosional terhadap kualitas hubungan adalah sebesar 0,712. Nilai koefisien determinasi (R square) substruktur 2 mengindikasikan bahwa pengaruh kepuasan emosional dan kualitas hubungan terhadap loyalitas pelanggan adalah sebesar 0,645.

Persamaan analisis jalur pada substruktur 1 adalah Y1 = 0,476X1 + 0,407X2 + 0,536 1 dan substruktur 2 adalah Y2 = 0.413X2 + 0,434Y1 + 0,5958 2

(6)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat allah SWT, karena atas berkah dan rahmatnya telah

memberikan kekayaan ilmu dan pengetahuan kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh kualitas jasa dan kepuasan

emosional terhadap kualitas hubungan serta dampaknya terhadap loyalitas pelanggan”.

Shalawat dan salam juga tak lupa kita junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah munuju zaman yang penuh

dengan kekayaan ilmu ini.

Skripsi yang telah penulis selesaikan ini merupakan salah satu dari banyaknya

nikmat yang telah diberikan. Telah selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak dan di atas segalanya adalah Allah SWT. Dalam kesempatan ini, penulis

ingin mengucapkan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada

seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung penulis.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada :

1. Kedua orang tua, adik dan bi yuyu yang senantiasa mendoakan dan tanpa lelah

selalu memotivasi penulis. Mama yang selalu berusaha memfasilitasi dan

memenuhi kebutuhan anaknya untuk mendukung anaknya mencari ilmu. Papa

yang telah banyak mengorbankan waktu untuk osa. “Osa beruntung mempunyai

keluarga seperti kalian semua, sembah baktos abdi ka mama sareng papa”.

2. Ayah yang selalu berusaha perhatian, pengertian, berusaha ada dan setia nemani

nda saat nda sangat memerlukan bantuan. ‘Thanks bgt y yah n punteun jadi

nunggu lama untuk menjalani niat suci”. Semoga Allah memberikan kelancaran

untuk kita dalam menjalankan niat suci, amin…

3. Bapak Prof., DR. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu

Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Indoyama selaku Ketua Jurusan Manajemen. “Terimakasih banyak pak

atas waktu, perhatian dan semua motivasi-motivasi yang telah Bapak berikan

(7)

5. Bapak Yahya Hamja selaku Dosen Pembimbing I skripsi, yang sangat membantu

hingga penyusunan skripsi ini selesai.

6. Ibu Lies Susanawati selaku Dosen Pembimbing II skripsi, yang sangat membantu

hingga penyusunan skripsi ini selesai.

7. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Dosen serta seluruh staf dan karyawan Fakultas

Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas partisipasi dan

bantuannya selama penulis menuntut ilmu.

8. Teman-teman kosan LCW tercinta yang selalu mendukung dan memberikan

semangat kepada penulis. “K Harni, trims y buku-bukunya”.

9. Teman-teman Man. C, Rina, Kiki, Eros, Sarah, Wita, dan lain-lain yang tidak

dapat saya sebutkan satu per satu.

10.Marketing A, yang selalu memberikan keceriaan setiap saat kepada penulis.

Semoga atas segala bantuan serta budi baik yang penulis terima selama menjalani

pendidikan mendapatkan ridho dari Allah SWT. Akhir kata, dengan segala kerendahan

hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena

pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas, oleh sebab itu penulis

mengharapkan saran dan kritik serta tanggapan dari semua pihak demi penyempurnaan

skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, amin.

(8)
(9)

a. Pengertian... 18

b. Manfaat adanya Kualitas Hubungan... 19

5. Loyalitas Pelanggan a. Pengertian... 19

b. Faktor-Faktor yang Berpotensi Menghasilkan Keuntungan dari Loyalitas Pelanggan... 21 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 37

2. Metode Analisis Jalur... 39

E. Pengujian Hipotesis Analisis Jalur... 40

F. Operasional Variabel Penelitian... 42

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Carrefour... 46

2. Profil Perusahaan... 47

3. Pelayanan Carrefour... 47

B. Validitas dan Reliabilitas Instrument... 51

C. Deskriptif Analisis 1. Data Responden... 53

2. Kualitas Jasa... 57

(10)

4. Kualitas Hubungan... 66

5. Loyalitas Pelanggan... 69

D. Metode Analisis Jalur... 72

E. Pengujian Hipotesis... 75

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan... 106

B. Implikasi... 109

C. Saran... 111

DAFTAR PUSTAKA... 112

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Situasi persaingan bisnis ritel dewasa ini semakin hari semakin meningkat, baik di

pasar domestik maupun di pasar global. Hal ini sesuai dengan beragamnya kebutuhan

masyarakat, baik kebutuhan pokok maupun sekunder. Menurut Anne Martesen &

Lars Grønholdt (2008), jika hanya menawarkan barang yang lengkap dan murah saja

tidaklah cukup karena masyarakat juga ingin mendapatkan nilai lebih dari sekedar

berbelanja, yakni mendapatkan kualitas jasa (service quality) yang optimal, seperti

kemampuan untuk memberikan perhatian kepada pelanggan (empathy), kemampuan

untuk membantu pelanggan dalam memberikan layanan yang tanggap

(responsiveness).

Hal ini menyebabkan semua perusahaan berlomba-lomba memberikan pelayanan

dengan kualitas yang terbaik kepada pelanggannya untuk mempertahankan agar

pelanggan tersebut loyal.

Perusahaan ritel dalam hal ini dituntut untuk memberikan bukti-bukti nyata akan

manfaat dan keunggulan dari produk atau jasa yang ditawarkannya. Menurut

Parasuraman et al., dalam Wong (2004:365) kualitas jasa didefinisikan sebagai

perbedaan antara kualitas yang dirasakan pelanggan dengan kualitas yang diharapkan

oleh pelanggan tersebut.

Penilaian pelanggan terhadap kualitas jasa terjadi selama proses penyampaian jasa

(12)

penyedia jasa dengan pelanggan merupakan gambaran mengenai suatu “moment of

truth”, yaitu suatu peluang untuk memuaskan atau tidak memuaskan pelanggan. Saat

itulah akan terjalin suatu komunikasi diantara kedua belah pihak dan secara tidak

disadari emosional dari kedua belah pihak juga saling berinteraksi. Hal ini dapat

terlihat dari ekspresi wajah yang timbul, gerakan tubuh, intonasi suara dan bahasa.

Secara empirik dibuktikan bahwa orang yang tidak terlatih sekali pun dapat

membedakan secara akurat antara emosional yang sedang gembira dan yang tidak

gembira, sedangkan bagi yang terlatih dapat membedakan apakah emosional gembira

atau tidak gembira tersebut lemah atau kuat. Bagozzi et al., dalam Wong (2004:366)

mendefinisikan emosional sebagai bentuk kesiapan mental yang timbul dari penilaian

kognitif terhadap suatu kejadian atau pikiran seseorang yang diikuti oleh proses

psikologis yang diperlihatkan secara fisik seperti bentuk wajah dan mengakibatkan

tindak spesifik untuk menegaskan atau menguasai emosional tersebut dan hal ini

tergantung sifat orang yang mengalaminya. Sebagai contoh, emosional positif

seseorang berhubungan dengan keputusan untuk tetap berhubungan sementara

emosional negatif berhubungan dengan keputusan sebaliknya, yaitu tidak

melanjutkan hubungan.

Dengan demikian dapat dikatakan apabila jasa yang diberikan di bawah harapan

pelanggan maka kemungkinan besar perusahaan tersebut akan ditinggalkan oleh

pelanggannya. Namun apabila jasa dapat sesuai atau bahkan melebihi harapan

pelanggan berarti kualitas jasanya baik, sehingga perusahaan berpeluang untuk dapat

(13)

tanggapan perilaku konsumen dalam beragam bentuk kesetiaan, word-of-mouth, atau

bahkan sebaliknya, yaitu perilaku berpindah atau berganti ke perusahaan lain.

Agar perusahaan mampu mempertahankan pelanggan, perusahaan perlu menjalin

hubungan baik dengan pelanggan. Hal ini seperti yang dinyatakan oleh Storbacka et

al., dalam Wong (2004:365) bahwa hubungan sosial yang kuat dari waktu ke waktu

dapat memberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan terhadap kegagalan jasa

atau perpindahan konsumen ke perusahaan lain. Hubungan yang terbentuk tidak

terlepas dari adanya saling kepercayaan antara pelanggan dan perusahaan. Jasfar

(2005:163) menerangkan bahwa komitmen dan kepercayaan (trust) merupakan dasar

utama dari kualitas hubungan yang mempengaruhi loyalitas, baik secara langsung

maupun tidak.

Menciptakan pelanggan yang loyal bukan merupakan hal yang mudah untuk

dilakukan, disamping membutuhkan waktu yang banyak, juga membutuhkan biaya

yang tidak sedikit. Pelanggan yang loyal merupakan harapan yang ingin dicapai oleh

perusahaan. Oleh karena itu perusahaan akan melakukan apapun untuk

mendapatkannya. Pelanggan loyal ditandai antara lain, melakukan pembelian yang

berulang-ulang dan penyampaian hal yang positif tentang perusahaan kepada pihak

lain. Menurut Tjiptono dalam Bambang Sukarsono (2008:159) pelanggan yang puas

akan memberikan imbalan kepada perusahaan. Salah satu imbalan atau tindak lanjut

dari pelanggan yang merasa puas akan tereksplsit dalam loyalitasnya. Loyalitas

tersebut antara lain ada keinginan pelanggan untuk mempergunakan jasa secara

berkesinambungan dan ada kemauan untuk mengkomunikasikannya kepada tetangga,

(14)

Berdasarkan fenomena tersebut, perlu kiranya dilakukan penelitian yang

mengaitkan kualitas jasa, kepuasan emosional, kualitas hubungan dan loyalitas

pelanggan dan hal tersebut mendorong peneliti berkeinginan menulis penelitian ini

dengan maksud untuk mengetahui ”Pengaruh Kualitas Jasa (Service Quality) Dan Kepuasan Emosional (Emotional Satisfaction) Terhadap Kualitas Hubungan (Relationship Quality) Serta Dampaknya Pada Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty)

Dalam penelitian ini, penulis akan mengadopsi penelitian yang dilakukan oleh

Wong (2004) dengan melakukan pemekaran terhadap model sebelumnya, yaitu

melihat keterkaitan antara kualitas jasa dengan kualitas hubungan dan loyalitas

pelanggan.

Alat analisis yang digunakan juga berbeda, yakni menggunakan analisis jalur dan

studi kasus akan dilakukan di Carrefour yang merupakan salah satu perusahaan retail

shop besar di Indonesia yang berkantor pusat di Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Pemilihan studi kasus pada retail shop Carrefour Lebak Bulus atas dasar alasan

bahwa Carrefour termasuk hypermart kedua terbesar di dunia dan tercatat sebagai

salah satu retail shop yang meyediakan aneka kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan

keluarga lainnya. Space yang disediakan untuk produk elektronik cukup memadai,

barang yang ditawarkan juga relatif lengkap dari berbagai kategori, baik untuk

kategori entry level, mid end maupun premium. Kelebihan lain yang dimiliki

Carrefour adalah menawarkan produk yang beragam, harga yang kompetitif, serta

tempat belanja yang nyaman dan didesain sebagai one stop shoping bagi

(15)

B. Perumusan Masalah

Kualitas jasa yang baik perlu menjadi perhatian bagi perusahaan, karena hal ini

akan berpengaruh terhadap tingkat kepuasan yang akan dialami pelanggan, apakah

memenuhi harapannya atau tidak. Namun hal ini saja tidak cukup. Perusahaan perlu

memahami situasi dan kondisi yang dialami pelanggan saat melakukan transaksi

apakah pelanggan tersebut senang, puas atau kecewa. Menurut Zeithaml et al,. dalam

Dharmyanti (2007) kondisi emosional yang dialami pelanggan seperti perasaan

senang, gembira, puas, kecewa, marah, tertekan dan lain sebagainya akan

berpengaruh terhadap keinginannya untuk melakukan transaksi atau membeli kembali

(repeat buying), membina hubungan yang lebih kuat dan tetap loyal, yang pada

akhirnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Liljander

Strandvik dalam Wong (2004:366) pelanggan yang menunjukan emosional positif

seperti senang, gembira, puas akan cenderung untuk mempertahankan hubungannya

sedangkan pelanggan yang menunjukan emosional negatif seperti kecewa, marah,

tertekan akan menunjukkan perilaku complain.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh secara parsial kualitas jasa (service quality) dan

kepuasan emosional (emotional satisfaction) terhadap kualitas hubungan

(16)

2. Bagaimanakah pengaruh secara simultan antara kualitas jasa (service quality) dan

kepuasan emosional (emotional satisfaction) terhadap kualitas hubungan

(relationship quality) pada retail shop?

3. Bagaimanakah pengaruh secara parsial kualitas jasa (service quality) dan

kepuasan emosional (emotional satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan

(customer loyalty) pada retail shop?

4. Bagaimanakah pengaruh secara simultan kualitas jasa (service quality) dan

kepuasan emosional (emotional satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan

(customer loyalty) melalui kualitas hubungan (relationship quality) pada retail

shop?

C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Pengaruh secara parsial kualitas jasa (service quality) dan kepuasan emosional

(emotional satisfaction) terhadap kualitas hubungan (relationship quality)

pada retail shop,

b. Pengaruh secara simultan antara kualitas jasa (service quality) dan kepuasan

emosional (emotional satisfaction) terhadap kualitas hubungan (relationship

quality) pada retail shop,

c. Pengaruh secara parsial kualitas jasa (service quality) dan kepuasan emosional

(emotional satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan (customer loyalty) pada

(17)

d. Pengaruh secara simultan antara kualitas jasa (service quality) dan kepuasan

emosional (emotional satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan (customer

loyalty) melalui kualitas hubungan (relationship quality) pada retail shop.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna bagi:

a. Para manajer pemasaran, khususnya pada retail shop untuk mengetahui

kualitas jasa (service quality) yang harus disediakan atau ditawarkan dan

diterapkan oleh perusahaan karena berhubungan dengan kepuasan emosi

(emotional satisfaction) konsumen, yang juga berhubungan dengan kesetiaan

konsumen (customer loyalty) dan kualitas hubungan (relationship quality)

pada perusahaan.

b. Para peneliti untuk mengaplikasikan teori mengenai jasa, kualitas jasa (service

quality), kesetiaan konsumen (customer loyalty), kualitas hubungan

(relationship quality), kepuasan emosi (emotional satisfaction), dan usaha

eceran (retailing) sebagai referensi pada penelitian selanjutnya.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Untuk mendukung analisa dalam penelitian ini, maka dalam bab ini akan

dijabarkan teori-teori yang relevan dan dianggap penting mendukung penelitian ini.

Teori-teori tersebut antara lain meliputi: jasa, kualitas jasa (service quality), kepuasan

emosional (emotional satisfaction), loyalitas pelanggan (customer loyalty), dan

kualitas hubungan (relationship quality), serta usaha eceran (retailing).

1. Jasa

a. Pengertian Jasa

Menurut Philip Kotler (2000:20) jasa merupakan setiap tindakan atau

perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang

pada dasarnya tidak berwujud (intangible) dan tidak menghasilkan

kepemilikan sesuatu. Pendapat lain mengenai definisi jasa dikemukakan oleh

Zeithaml & Bitner dalam Yazid (2008: 3), yaitu jasa mencakup semua

aktivitas ekonomi yang dikeluarkannya bukanlah produk atau konstruksi fisik,

yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang

sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan,

hiburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip intangible bagi

(19)

Dari beberapa pengertian mengenai teori jasa, maka jasa dapat diartikan

sebagai segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh produsen yang

secara fisik bersifat tidak berwujud, dikonsumsi bersamaan pada saat jasa

tersebut diproduksi, dan tidak memberikan kepemilikan kepada konsumen.

b. Karakteristik Jasa

Jasa memiliki karakteristik yang membedakannya dengan produk lain,

seperti yang dinyatakan oleh Zeithaml dan Bitner dalam Yazid (2008: 24),

antara lain adalah:

1) Intangibility, jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, dicicipi, atau disentuh

seperti yang dapat dirasakan dari suatu barang.

2) Simultanitas Produksi dan Konsumsi, karakteristik kaitan antara produksi

dan konsumsi jasa berbeda dengan karakteristik barang. Barang biasanya

dibuat lebih dahulu kemudian dijual dan dikonsumsi. Sementara itu,

kebanyakan jasa dijual terlebih dahulu kemudian diproduksi dan

dikonsumsi secara simultan.

3) Keberagaman (variability), keluaran jasa bervariasi (heterogen), sehingga

jasa sulit distandarisasikan. Hal ini karena meski untuk suatu jasa yang

sama, setiap individu konsumen itu ingin dipenuhi keinginannya dengan

cara yang berbeda-beda (tidak ada dua konsumen yang persis sama) sejak

sebelum maupun selama jasa yang diinginkan konsumen itu diproses.

Setiap konsumen mempunyai permintaan yang unik atau ingin mengalami

(20)

4) Kerentanan (perishability), jasa tidak dapat disimpan, dijual kembali atau

dikembalikan

c. Klasifikasi Jasa

Jasa dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori berdasarkan

keberagaman dari jasa yang disediakan oleh produsen kepada konsumen.

Menurut Tjiptono (1996:7), jasa dapat diklasifikasikan berdasarkan tujuh

kategori, yaitu:

1) Segmen Pasar, berdasarkan segmen pasarnya, jasa dapat dibedakan

menjadi jasa yang ditujukan kepada konsumen akhir dan jasa konsumen

organisasional.

2) Tingkat keberwujudan, yang terdiri dari:

a) Rented-goods services, dimana konsumen menyewa dan menggunakan

produk tertentu berdasarkan tarif yang disepakati pada jangka waktu

tertentu. Konsumen hanya dapat menggunakan produk tersebut, tetapi

kepemilikannya tetap berada pada pihak perusahaan yang

menyewakannya.

b) Owned-goods services, yaitu produk-produk yang dimiliki konsumen

direparasi, dikembangkan, dipelihara atau dirawat oleh perusahaan

jasa. Jenis jasa ini juga mencakup perubahan bentuk pada produk yang

dimiliki konsumen.

c) Non-goods service, yang memiliki karakteristik khusus, yaitu jasa

(21)

3. Keterampilan penyedia jasa, berdasarkan tingkat keterampilan penyedia

jasa terdapat dua jenis, yaitu professional services dan non- professional

services.

4. Tujuan organisasi jasa, berdasarkan tujuan organisasi jasa dapat

diklasifikasikan menjadi profit services dan non- profit services.

5. Regulasi, berdasarkan aspek regulasi jasa dapat dibagi menjadi regulated

services dan non regulated services.

6. Tingkat intensitas karyawan. Berdasarkan tingkat intensitas karyawan,

jasa dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu: equipment-based

services dan people- based services.

7. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan. Berdasarkan tingkat kontak

ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi high contact services dan low

contact services.

2. Kualitas Jasa (Service Quality)

a. Pengertian Kualitas Jasa (Service Quality)

Menurut Tjiptono (1996:59), kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang

diharapkan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan

konsumen.

Sedangkan menurut Jasfar (2005:47) kualitas jasa merupakan suatu

pembahasan yang sangat kompleks karena penilaian kualitas jasa sifatnya

yang tidak nyata (intangible) dan produksi serta konsumsi berjalan secara

(22)

Dari beberapa pengertian mengenai kualitas jasa di atas, maka kualitas

jasa dapat diartikan sebagai suatu ukuran terhadap jasa yang disediakan dan

diberikan oleh produsen atau penyedia jasa kepada konsumen apakah telah

sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen.

b. Pengukuran Kualitas Jasa

Menurut Gronroos dalam Jasfar (2005:133), dengan menggunakan lima

dimensi dari Parasuraman et al., (1985) menggambarkan mekanisme dan

ukuran kualitas jasa oleh konsumen. Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Customer Perceived Quality Service

1) Word-of-mouth adalah pernyataan dari personal maupun non personal

yang dibuat oleh pihak di luar perusahaan jasa yang menyampaikan

kepada konsumen seperti apa jasa yang akan diterima dan mempengaruhi

perkiraan dan keinginan terhadap jasa.

(23)

Menurut Olson dan Dover dalam Jasfar (2005: 49), harapan kosumen

merupakan keyakinan konsumen sebelum mencoba atau membeli suatu

produk yang dijadikan acuan dalam menilai kinerja produk tersebut.

Harapan ini terbentuk dari pengalamannya mengkonsumsi jasa itu pada

waktu lalu, informasi dari teman, keluarga, dan lain-lain (word of mouth)

serta dapat juga dari kebutuhannya (personal need).

2) Personal needs adalah segala sesuatu atau keadaan yang penting bagi fisik

maupun psikologi konsumen, yang merupakan faktor dalam pembentukan

tingkatan jasa yang diinginkan konsumen.

3) Past experience adalah pandangan konsumen sebelumnya terhadap jasa

yang berhubungan dengan jasa yang menjadi pusat perhatian, yang

merupakan pendorong lainnya dalam membentuk perkiraan dan keinginan.

4) Dimension of service quality, yang terdiri dari:

a) Reliability, yaitu kemampuan untuk menyediakan jasa yang dijanjikan

dengan handal dan tepat.

b) Responsiveness, yaitu keinginan untuk membantu konsumen dan

menyediakan jasa dengan cepat.

c) Assurance, yaitu pengetahuan dan sopan santun karyawan serta

kemampuan mereka untuk dapat dipercaya dan diyakini.

d) Empathy, yaitu memberikan perhatian dengan mempedulikan

konsumen.

e) Tangibles, yaitu tampilan fisik, perlengkapan, karyawan dan sarana

(24)

5) Expected service, yaitu setiap konsumen mengharapkan sesuatu yang akan

konsumen terima terhadap jasa yang disediakan dan diberikan oleh

penyedia jasa.Apabila harapannya terlampaui, berarti jasa tersebut telah

memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan

kepuasan yang sangat tinggi (very satisfy). Sebaliknya, apabila harapannya

itu tidak tercapai, maka diartikan kualitas jasa tersebut tidak memenuhi

apa yang diinginkannya (unsatisfy). Apabila harapannya sama dengan apa

yang konsumen peroleh, berarti konsumen itu puas (satisfy).

6) Perceived service, yaitu jasa yang diterima oleh konsumen pada saat jasa

tersebut dikonsumsi oleh konsumen.

3. Kepuasan Emosional (Emotional Satisfaction)

Menurut Kotler dalam Rangkuti (2006:23) kepuasan adalah perasaan senang

atau kecewa seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk

yang dirasakan dengan yang diharapkannya. Sedangkan menurut Zeithaml dan

Bitner dalam Dharmayanti (2007) kepuasan adalah pemenuhan respon pelanggan

yang merupakan suatu penilaian bahwa fitur produk atau jasa dapat menyediakan

suatu tingkat yang menyenangkan dalam pemenuhan konsumsi.

Dalam kepuasan terdapat beberapa bagian seperti yng dijelaskan oleh

Liljander dan Strandvik dalam Wong (2004:365), yakni komponen kognitif dan

komponen afektif. Komponen kognitif mengacu pada evaluasi pelanggan

terhadap hasil yang dipersepsikan, kemudian dibandingkan dengan suatu standar

(25)

persepsi pelanggan terhadap atribut-atribut yang membentuk suatu produk atau

jasa. Liljander dan Strandvik dalam Wong (2004:367) menyebutkan bahwa

komponen emosional tersebut terdiri atas berbagai jenis emosional seperti

kegembiraan (happiness), keheranan (surprise), kekecewaan (disappointment).

Wirtz dan Bateson dalam Wong (2004:366) mengusulkan bahwa kepuasan itu

merupakan evaluasi dari sebagian kognitif dan sebagian afektif (emosional) dari

kegiatan konsumsi dan keduanya sangat berguna untuk membuat model perilaku

pelanggan dalam menentukan jasa.

Bagozzi et al., dalam Wong (2004:366) mendefinisikan emosional sebagai

bentuk kesiapan mental yang timbul dari penilaian kognitif terhadap suatu

kejadian atau pikiran seseorang yang diikuti oleh proses phisiologi yang

diperlihatkan secara fisik seperti bentuk wajah dan mengakibatkan tindakan

spesifik untuk menegaskan atau menguasai emosional tersebut dan hal ini

tergantung sifat orang yang mengalaminya.

Sebagai contoh emosional positif seseorang berhubungan dengan keputusan untuk

tetap berhubungan sementara emosional negatif berhubungan dengan keputusan

yang sebaliknya, yaitu tidak melanjutkan hubungan.

Wong (2004:36) menyatakan bahwa pelanggan yang memiliki perasaan

senang merupakan penduga terbaik atas loyalitas pelanggan sedangkan perasaan

gembira sebagai penduga terbaik terhadap kualitas hubungan.

(26)

Westbrook & Oliver dalam Risambessy (2008:65) menyatakan bahwa

kepuasan emosional adalah suatu kondisi emosional pada saat mengkonsumsi

telah dikonsep sebagai kategori yang jelas akan pengalaman emosional dan

ekspresi seperti kegembiraan, kemarahan, katakutan atau sejumlah dimensi

yang berdasarkan kategori emosional seperti kesenangan / ketidaksenangan,

bersantai / berkegiatan atau ketenangan / kegembiraan.

Sedangkan menurut Partogi dalam Sukarsono (2006:157) kepuasan

emosional adalah kepuasan yang ditunjukan dengan sikap atau perasaan

positif pelanggan terhadap suatu produk atau jasa sebagai akibat dari

perbedaan persepsi antara kinerja dan harapan.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai konsep emosional dan

pengertian kepuasan emosional itu sendiri, maka kepuasan emosional dapat

diartikan sebagai tanggapan emosional pelanggan, yang berupa emosi positif

dan negatif terhadap penilaian barang atau jasa yang disediakan produsen atau

penyedia jasa, dimana tanggapan emosional tersebut dipengaruhi dengan

penilaian terhadap pemenuhan keinginan dan harapan pelanggan.

b. Dampak Adanya Kepuasan Emosional

Baggozi dalam Wong (2004:366) menyatakan bahwa emosional

mempengaruhi pengambilan keputusan dan emosional positif khususnya akan

berkaitan dengan keinginan seseorang untuk mempertahankan rencana terus

(27)

Menurut Josee Bloemer, Ruyter dan Wetzel dalam Dharmayanti (2007)

adanya kepuasan emosional dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya

adalah hubungan antara perusahaan dan para pelanggannya menjadi harmonis,

memberikan dasar yang baik untuk pembelian kembali, dapat mendorong

terciptanya loyalitas pelanggan, dan timbulnya kesediaan pelanggan untuk

membayar dengan harga yang wajar atas jasa yang diterimanya.

Liljander Strandvik dalam Wong (2004:366) menyatakan bahwa

emosional positif akan menimbulkan perilaku word-of-mouth yang positif,

sementara emosional negatif akan menghasilkan perilaku mengeluh

(complain).

4. Kualitas Hubungan (Relationship Quality)

Hubungan yang baik antara penjual dengan pelanggan ditandai dengan adanya

saling kepercayaan atas hubungan tersebut. Jasfar (2005:163) menerangkan

bahwa kepercayaan dan komitmen adalah sebagai dasar utama dalam membina

hubungan.

Pada saat pelanggan membeli suatu jasa, pelanggan tersebut membeli sebuah

pengalaman yang diciptakan oleh penyampaian jasa tersebut. Selama pengalaman

mengkonsumsi, berbagai emosional dapat timbul dan emosional dari pelanggan

tersebut akan menyampaikan info yang penting tentang bagaimana pelanggan

akan menilai jasa tersebut dan kualitas jasa secara keseluruhan. Menurut Wong

(2004), apabila pelanggan menunjukan emosional yang positif pada saat

penerimaan jasa, dapat dikatakan bahwa pelanggan tersebut juga akan membentuk

(28)

a. Pengertian Kualitas Hubungan (Relationship Quality)

Jarvelin & Lehtinen dalam Wong (2004: 368) mengemukakan bahwa

kualitas hubungan adalah persepsi konsumen terhadap seberapa baik seluruh

hubungan memenuhi harapan, perkiraan, tujuan, dan keinginan konsumen

berhubungan dengan keseluruhan hubungan.

Dari pengertian mengenai kualitas hubungan, maka kualitas hubungan

dapat diartikan sebagai suatu penilaian terhadap hubungan akibat pemenuhan

keinginan dan harapan yang diciptakan oleh produsen atau penyedia jasa

kepada pelanggan.

b. Manfaat Adanya Kualitas Hubungan

Reynolds dan Beatty (1999) menyatakan bahwa pelanggan yang memiliki

hubungan dengan penyedia jasa tidak hanya mengharapkan untuk menerima

penyampaian jasa yang memuaskan akan tetapi mereka mengharapkan

manfaat lain dari hubungan tersebut yang diklasifikasikan menjadi manfaat

fungsional (functional benefit) dan manfaat sosial (social benefit).

Adapun manfaat fungsional berkaitan dengan menghemat waktu,

kenyamanan mendapatkan saran dan pengambilan keputusan untuk membeli

yang lebih baik, keyakinan dan mendapatkan pelayanan khusus. Sedangkan

manfaat sosial meliputi adanya hubungan dekat dengan karyawan perusahaan,

memiliki teman baik, perasaan enjoy saat bersama karyawan perusahaan.

Dalam Jasfar diterangkan bahwa keuntungan dari menjalin hubungan baik

(29)

Karena perhatian, penghargaan, sikap dan perilaku lebih penting artinya bagi

konsumen.

5. Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty)

a. Pengertian Loyalitas Pelanggan (Customer Loyalty)

Loyalitas pelanggan merupakan aset dari perusahaan yang harus dijaga agar pelanggan tidak beralih kepada perusahaan atau pesaing lainnya.

Loyalitas menurut Kotler (2004: 294) adalah suatu komitmen untuk membeli

kembali atau melindungi suatu produk atau jasa yang disukai di masa yang

akan datang di samping pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang

memiliki penyebab potensial untuk berperilaku beralih kepada produsen lain.

Barnes dalam Nugroho J. Setiadi (2003:65), menyatakan bahwa pengertian

loyalitas lebih menekankan pada bukti dari emosi yang ditransformasikan menjadi suatu hubungan.

Menurut Fornel yang dikutip oleh Bambang Sukarsosno (2008:157), jika suatu keinginan telah terpenuhi dengan diterimanya suatu kepuasan, maka

akan menimbulkan loyalitas terhadap pelanggan.

Sedangkan menurut Christina Whidya Utami (2006:71), loyalitas lebih dari sekedar membuat para pelanggan mengulang kedatangannya pada toko

dan merasa puas dengan pengalaman berbelanja mereka dan akan membawa

barang-barang yang mereka beli. Loyalitas pada pedagang berarti bahwa

pelanggan mempunyai komitmen akan berbelanja barang-barang kebutuhan

(30)

yang mencoba untuk menarik pelanggan. Alasan mereka untuk datang

kembali melebihi dari kenyamanan, harga yang lebih murah ataupun merek

tertentu yang tersedia di retail.

Dari beberapa pengertian di atas, maka loyalitas pelanggan dapat diartikan

sebagai perilaku pembelian kembali terhadap suatu produk atau pada suatu

perusahaan dari waktu ke waktu, yang bersifat menguntungkan dan yang

dapat mengurangi atau mencegah kecenderungan konsumen untuk beralih ke

produsen atau perusahaan lain.

b. Faktor-faktor yang Berpotensi Menghasilkan Keuntungan dari Loyalitas

Pelanggan

Menurut Barnes yang dikutip oleh Nugroho (2003:68), menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang berpotensi menghasilkan keuntungan dari

loyalitas pelanggan antara lain:

1) konsumen berbelanja lebih banyak,

2) konsumen merasa nyaman,

3) konsumen menyebarkan berita yang positif,

4) konsumen lebih mudah untuk dilayani,

5) konsumen tidak begitu sensitif terhadap harga,

6) konsumen lebih bersikap memaafkan,

7) konsumen membuat perusahaan lebih efisien,

(31)

Menurut Tjiptono, 1990 yang dikutip oleh Bambang Sukarsono

(2008:159) pelanggan yang puas akan memberikan imbalan kepada

perusahaan. Salah satu imbalan atau tindak lanjut dari pelanggan yang merasa

puas akan tereksplsit dalam loyalitasnya. Loyalitas tersebut antara lain ada

keinginan pelanggan untuk mempergunakan jasa tersebut secara

berkesinambungan dan ada kemauan untuk mengkomunikasikannya kepada

tetangga, teman, atau orang lain. Menurut Zeithaml et al., dalam Wong

(2004:366) loyalitas pelanggan menunjukkan perilaku beragam yang

menandai motivasi utnuk mempertahankan hubungan dengan perusahaan,

termasuk pengalokasian uang yang lebih besar pada penyedia jasa, melibatkan

promosi dari mulut ke mulut yang positif dan pembelian yang berulang.

6. Usaha Eceran (Retailing)

a. Pengertian Usaha Eceran (Retailing)

Lamb, Hair dan Mc Daniel (2001: 70) menyatakan bahwa eceran adalah

semua aktivitas yang langsung berhubungan dengan penjualan produk dan

jasa kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.

Begitu pula dengan definisi yang dikemukakan oleh Kotler & Amstrong

(2004: 436) yang menyatakan bahwa usaha eceran (retailing) meliputi semua

kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang dan jasa secara langsung

kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.

(32)

Menurut Kotler & Amstrong (2004: 436), usaha eceran terdiri dari empat

karakteristik. Karakteristik yang pertama adalah berdasarkan jumlah layanan,

yang terdiri dari:

1) Self-services retailer, pelanggan bersedia melakukan proses

“mencari-membandingkan-memilih” sendiri untuk menghemat uang.

2) Limited-services retailer, menyediakan wiraniaga karena barang yang

diperdagangkan lebih beraneka ragam yang mungkin tidak diketahui oleh

pelanggan, sehingga pelanggan membutuhkan informasi mengenai barang

tersebut.

3) Full-services retailer, seperti specialty stores dan first-class department

store, wiraniaga melayani pelanggan dalam setiap proses berbelanja.

Full-services retailer biasanya menyediakan lebih banyak barang khusus

dimana pelanggan pada saat pembelian barang menyukai untuk ”dilayani”.

Karakteristik yang kedua adalah berdasarkan lini produk (product line),

antara lain:

1) Specialty store, hanya menjual produk tertentu dengan ragam yang lebih

banyak.

2) Department store, menjual berbagai lini produk, seperti pakaian dan

perlengkapan rumah tangga; setiap lini dioperasikan sebagai bagian yang

berbeda yang diatur oleh specialty buyers atau merchandisers.

3) Supermarket, dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen,

seperti makanan, laundry, dan produk rumah tangga; dengan lokasi

(33)

4) Convenient store, relatif kecil dan terletak di daerah pemukiman, yang

memiliki jam operasi yang lama selama tujuh hari dalam seminggu serta

menjual produk dengan lini yang terbatas.

5) Super store, memiliki ukuran yang lebih besar dari supermarket, menjual

produk yang beraneka ragam yang secara rutin dikonsumsi oleh pelanggan

berupa makanan.

6) Category killers adalah specialty store dengan ukuran yang besar dan

menjual produk yang sangat lengkap dan beraneka ragam serta dilengkapi

dengan karyawan yang memiliki pengetahuan mengenai produk dengan

baik.

Karakteristik yang ketiga berdasar pada harga relatif (relative prices),

meliputi:

1) Discount store, menjual produk standard dengan harga yang lebih rendah

dengan laba yang rendah dan menjual dengan jumlah yang banyak.

2) Off-price retailer, memiliki produk yang diperoleh dengan harga yang

lebih rendah dari distributor dan menjualnya dengan harga yang lebih

rendah dari pengecer lain.

3) Independent off-price retailer, dimiliki dan dijalankan oleh wirausahawa

atau divisi dari perusahaan pengecer yang lebih besar.

4) Factory outlet adalah pengecer off-price yang dimiliki dan dioperasikan

oleh pabrik dan biasanya menjual kelebihan produksi pabrik, barang yang

sudah tidak dapat diproduksi kembali atau barang yang tidak selalu

(34)

5) Warehouse club adalah pengecer off-price yang menjual produk dengan

merek tertentu, seperti produk rumah tangga, pakaian, dan produk lain

dengan potongan harga bagi anggota yang membayar iuran keanggotaan

per tahun.

Karakteristik yang keempat adalah berdasarkan pendekatan organisasi

(organizational approach), yang terdiri dari:

1) Corporate chain stores adalah dua atau lebih outlet yang dimiliki dan

dikendalikan oleh satu orang, yang menggunakan kebijakan pembelian

dan penjualan tunggal dengan lini produk yang serupa.

2) Voluntary chain adalah kelompok pengecer independen dengan

koordinator pedagang besar yang terlibat dalam pembelian kelompok dan

penjualan bersama.

3) Retailer cooperative adalah sekelompok pengecer independen yang

bersatu untuk membangun operasi perdagangan besar yang dimiliki secara

patungan dan melakukan kegiatan perdagangan dan promosi bersama.

4) Franchise adalah asosiasi berdasarkan kontrak antara pabrik, pedagang

besar atau organisasi jasa (franchiser) dan pelaku bisnis independen

(franchisee) yang membeli hak untuk memiliki dan mengoperasikan satu

atau lebih unit dengan sistem franchise.

5) Merchandising conglomerate adalah korporasi yang menggabungkan

beberapa bentuk pengecer berbeda di bawah satu kepemilikan serta

(35)

B. Penelitian Sebelumnya

Merujuk pada penelitian sebelumnya, yakni hasil penelitian dari:

1. Amy Wong (2004)

Judul penelitiannya adalah “The role of emotional satisfaction in service

encounters”. Dalam penelitiannya, Amy Wong menggunakan alat analisis

multiple regression analyses. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa kualitas jasa

yang secara positif terkait kepuasan emosional, memiliki pengaruh yang positif

terhadap kualitas hubungan dan loyalitas pelanggan (Wong, 2004:370) Hubungan

yang signifikan antara kualitas jasa terhadap kepuasan emosional didasarkan pada

(t=21,84; p<0,001). Hubungan yang signifikan antara kepuasan emosional

terhadap kualitas hubungan didasarkan pada (t=18,80; p<0,001). Hubungan yang

signifikan antara kepuasan emosional terhadap loyalitas pelanggan didasarkan

pada (t=20,06; p<0,001). Kesimpulannya sebagai berikut:

a. semakin tinggi kualitas jasa yang diberikan maka semakin tinggi pula

kepuasan emosi,

b. semakin tinggi kepuasan emosi konsumen maka semakin tinggi pula kesetiaan

konsumen,

c. semakin tinggi kepuasan emosi konsumen maka semakin tinggi pula kualitas

hubungan.

2. Karlina Yulianty (2007)

Judul penelitiannya adalah “Pengaruh Kualitas Jasa SMS Banking Terhadap

(36)

penelitiannya menunjukan bahwa pengaruh kualitas jasa SMS banking terhadap

loyalitas nasabah berdasarkan perhitungan didapat nilai Kd sebesar 11,35% yang

merupakan pengaruh variabel kualitas jasa terhadap loyalitas nasabah. Sedangkan

perhitungan korelasi diperoleh hasil rs antara pengaruh kualitas jasa SMS

Banking terhadap loyalitas nasabah sebesar 0,337, berarti adanya hubungan yang

rendah antara pengaruh kualitas jasa SMS banking terhadap loyalitas nasabah.

Dalam pengujian hipotesis penelitian, diperoleh nilai t hitung 2,726 lebih besar

dari t tabel 1,6723 berarti Ho ditolak dan Ha diterima dengan demikian hipotesis

yang diajukan yaitu jika kualitas jasa SMS Banking yang diberikan perusahaan

semakin baik atau positif, maka loyalitas nasabah akan lebih meningkat dan dapat

diterima.

3. Gamael Winandi (2007)

Judul penelitiannya adalah “Pengaruh kualitas jasa terhadap kualitas hubungan

dan loyalitas pelanggan pada perusahaan taksi di Jakarta”. Penelitian ini

dilakukan untuk mengukur kualitas jasa taksi dengan metode SERVQUAL yang

kemudian dihubungkan kepada loyalitas pelanggan melalui kualitas hubungan.

Penelitian dilakukan melalui survei terhadap 170 responden pengguna taksi yang

tersebar di wilayah Jakarta. HasiI penelitian menunjukan ternyata dari lima

(37)

memiliki hubungan positif terhadap kualitas hubungan, yaitu Assurance dan

Emphaty.

Penampilan fisik atau tangible yang selama ini menjadi fokus para pengusaha

taksi, ternyata tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap kualitas

hubungan. Walau demikian, kualitas jasa menyeluruh terbukti memiliki pengaruh

yang positif terhadap kualitas hubungan dan loyalitas pelanggan. Dari penelitian

ini dapat disusun implikasi manajerial yang bisa dijadikan pedoman bagi

pengusaha taksi untuk lebih meningkatkan kualitas dimensi jasanya yang saat ini

masih belum baik agar bisa bersaing dengan perusahaan taksi yang lain, sehingga

pelanggan pun mempunyai lebih banyak pilihan merek taksi yang dapat

memberikan jasa yang lebih baik

4. Chalia Mawardi (2007)

Judul penelitiannya adalah “Analisis pengaruh kualitas pelayanan terhadap

loyalitas konsumen pengguna jasa transportasi PO. Rosalia Indah di Surakarta“.

Hasil penelitiannya menunjukan bahwa analisis regresi linear berganda

menghasilkan persamaan Y = -2,253 + 0,381X1 + 0,346X2 + 0,146X3 +

0,09534X4 + 0,478X5.

Uji t menunjukkan bahwa reliability 2,663 dengan nilai signifikansi 0,009,

tangibles 2,324 dengan nilai signifikansi 0,022, responsiveness 0,704 dengan nilai

(38)

2,470 dengan nilai signifikansi 0,015. Uji F menunjukkan bahwa nilai F 0,420

dengan nilai signifikansi 0,000. Uji Koefisien Determinasi menghasilkan

koefisien determinasi sebesar 0,477 atau 47,7% yang menyatakan bahwa 47,7%

loyalitas konsumen PO Rosalia Indah dipengaruhi oleh variabel reliability,

tangibles, responsiveness, assurance, dan empathy.

Dari bukti-bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa secara individu variabel

dimensi kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap loyalitas konsumen PO Rosalia Indah di Surakarta kecuali variabel

responsiveness dan assurance yang tidak berpengaruh secara signifikan. Secara

bersama-sama variabel dimensi kualitas pelayanan mempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap loyalitas konsumen PO Rosalia Indah di Surakarta.

Berdasarkan temuan-temuan tersebut maka diajukan saran-saran sebagai berikut

yaitu PO Rosalia Indah seharusnya lebih meningkatkan kualitas pelayanannya

yang terdiri dari reliability, tangibles, responsivenes, assurance dan emphaty

karena dengan meningkatkan kelima dimensi kualitas pelayanan tersebut akan

semakin meningkatkan loyalitas konsumen PO Rosalia Indah di Surakarta.

Beberapa hal yang masih kurang baik pada pelayanan PO Rosalia Indah adalah

ketepatan pemberangkatan dan waktu tiba, dan musik yang diperdengarkan dalam

bus sehingga harus lebih diperbaiki lagi pelayananya. Untuk penelitian

selanjutnya perlu ditambahkan variabel harga.

5. Irfan Setya Wiguna (2007)

Judul penelitiannya adalah ”Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa Terhadap Loyalitas

(39)

menunjukan bahwa berdasarkan perhitungan statistik terhadap variabel X yaitu

kualitas pelayanan jasa dan variabel Y yaitu loyalitas pelanggan diperoleh angka

koefisien korelasi Rank Spearman sebesar 0.666 yang menunjukkan adanya

hubungan yang kuat dan searah antara kualitas pelayanan jasa dengan loyalitas

pelanggan.

Sedangkan besarnya pengaruh kualitas pelayanan jasa dengan loyalitas pelanggan PT.

Armada Safari Suci sebesar 44,36%. Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan

distribusi t, diperoleh hasil t hitung > t tabel = 6,186 > 1,679, dengan demikian

hipotesis yang diajukan oleh penulis dapat diterima, yaitu “Kualitas Pelayanan Jasa

mempunyai pengaruh yang sangat besar Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada

PT.Armada Safari Suci Bandung” Simpulan dari penelitian ini adalah kualitas

pelayanan jasa PT Aramada Safari Suci dengan analisis unsur kualitas pelayanan jasa

sudah cukup baik, namun disarankan untuk memberikan perhatian lebih pada

beberapa unsur kualitas pelayanan jasa yang masih dianggap kurang.

C. Kerangka Pemikiran Konseptual

Model konseptual dalam penelitian ini memekarkan penelitian yang dilakukan

oleh Wong (2004). Dalam model Wong menjelaskan pengaruh antara kualitas jasa

terhadap kepuasan emosional yang berdampak pada kualitas hubungan serta loyalitas

pelanggan.

Sedangkan pada penelitian ini juga akan dilakukan pengamatan tambahan, yakni

melihat pengaruh kualitas hubungan terhadap loyalitas pelanggan dan kualitas jasa

(40)

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka ditampilkan model konseptual yang

ditunjukkan pada gambar 2.2

Gambar 2.2

Bagan Kerangka Konseptual

Persamaan substrukturnya adalah :

Y1 = x1y1 X1 + x2y1 X2 + y1 1 Y1

Y2 = x1y2 X1 + x2y2 X2 + y1y2 Y1 + y2 2 Y2

D. Perumusan Hipotesis

1. Persamaan Struktural 1

a. Uji Hipotesis Simultan

Ha : x1y1 = x2y1 0

Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas jasa (service quality) dan

kepuasan emosional (emotional satisfaction) terhadap kualitas hubungan

(relationship quality).

Ho : x1y1 = x2y1 = 0 Kualitas Jasa

(X1)

Kepuasan Emosi

(X2)

Kualitas Hubungan

(Y1)

Loyalitas Konsumen

(41)

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas jasa (service quality)

dan kepuasan emosional (emotional satisfaction) terhadap kualitas hubungan

(relationship quality).

b. Uji Hipotesis Parsial (Individual)

1) Ha: x1y1 > 0

Terdapat pengaruh signifikan antara kualitas jasa (service quality)

terhadap kualitas hubungan (relationship quality).

Ho: x1y1 = 0

Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kualitas jasa (service quality)

terhadap kualitas hubungan (relationship quality).

2) Ha: x2y1 > 0

Terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan emosional (emotional

satisfaction) terhadap kualitas hubungan (relationship quality).

Ho: x2y1 = 0

Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan emosional (emotional

satisfaction) terhadap kualitas hubungan (relationship quality).

2. Persamaan Struktural 2

a. Uji Hipotesis Simultan

(42)

Terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas jasa (service quality) dan

kepuasan emosional (emotional satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan

(customer loyalty) melalui kualitas hubungan (relationship quality).

Ho : x1y2 = x2y2 = y1y2 = 0

Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kualitas jasa (service quality)

dan kepuasan emosional (emotional satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan

(customer loyalty) melalui kualitas hubungan (relationship quality).

b. Uji Hipotesis Parsial

1) Ha : x1y2 > 0

Terdapat pengaruh signifikan antara kualitas jasa (service quality) terhadap

loyalitas pelanggan (customer loyalty).

Ho : x1y2 = 0

Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kualitas jasa (service quality)

terhadap loyalitas pelanggan (customer loyalty).

2) Ha : x2y2 > 0

Terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan emosional (emotional

satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan (customer loyalty).

Ho : x2y2 = 0

Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kepuasan emosional (emotional

satisfaction) terhadap loyalitas pelanggan (customer loyalty).

(43)

Terdapat pengaruh signifikan antara kualitas hubungan (relationship

quality) terhadap loyalitas pelanggan (customer loyalty)

Ho : y1y2 = 0

Tidak terdapat pengaruh signifikan antara kualitas hubungan (relationship

(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian skripsi adalah Carrefour yang beralamat di Jalan Lebak Bulus

No. 8, Jakarta Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh

kualitas jasa dan kepuasan emosional terhadap loyalitas pelanggan dan kualitas

hubungan. Penelitian berfokus pada pelanggan Carrefour Lebak Bulus.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi, yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang

memepunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti

supaya dapat dipelajari. Populasi pada penelitian ini adalah para konsumen yang

berbelanja di Carrefour Lebak bulus. Sedangkan sampel, yaitu bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2004 : 73)

2. Teknik Sampling, yaitu cara pengambilan sampel, teknik sampling pada

penelitian ini adalah non-probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel

yang tidak memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2004:77). Adapun

jenisnya adalah convenience sampling. Convenience sampling merupakan suatu

prosedur penarikan sampel yang semata-mata langsung menghubungi unit-unit

(45)

Menurut pendapat Rooscoe dalam Salamatun (2005) menyatakan bahwa jumlah

sampel lebih besar dari 30 dan kurang dari 500 pada sebagian penelitian dianggap

sudah mewakili penelitian. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 70

orang responden, yaitu konsumen yang berbelanja pada retail shop, yaitu

Carrefour Lebak Bulus – Jakarta Selatan

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah riset

lapangan (field research) untuk mendapatkan data primer dan data sekunder.

1. Data primer penelitian ini diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian,

yaitu kuesioner. Kuesioner dibagikan kepada 70 orang responden, yaitu

konsumen yang berbelanja pada retail shop, Carrefour Lebak Bulus.

2. Data sekunder diperoleh dengan menggunakan studi kepustakaan, sumber bacaan

relevan dari variabel yang diteliti, seperti buku, internet, jurnal-jurnal ilmiah,

skripsi, dan bacaan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian

ini. Peneliti juga mengunjungi beberapa lembaga, diantaranya: Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum

Daerah (Perpumda), Perpustakaan Utama UIN Jakarta, dan lembaga-lembaga

lainnya yang dapat menunjang proses penelitian ini.

D. Metode Analisis Data

Skala yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Likert bergradasi 5, yang

(46)

kiri (dengan angka rendah) menggambarkan suatu jawaban negatif, sedangkan ujung

kanan (dengan angka besar) menggambarkan jawaban positif.

Tabel 3.1 Skala Likert

Sangat Tidak Puas Tidak Puas Ragu-ragu Puas Sangat Puas

STP TP R P SP

1 2 3 4 5

Sebelum di uji statistik dengan pengujian analisis jalur, terlebih dahulu data yang

diperoleh harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas.

1. Uji Validitas dan Realibilitas

Dalam penelitian, untuk mendapatkan hasil data yang reliable dan valid maka

harus dilakukan pengujian terhadap data tersebut. Instrumen yang digunakan

untuk pengujian data adalah:

a. Uji Validitas Instrumen

Suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika intrumen dapat mengukur

sesuatu dengan tepat apa yang hendak diukur. (Sambas Ali. M dan Maman

Abdurahman, 2007:30). Sugiyono (1999) menyatakan bahwa biasanya syarat

minimum yang dapat memenuhi syarat adalah jika r > 0,3. sehingga apabila

ada korelasi dengan skor total kurang dari 0,3 maka butir dalam instrument

tersebut dinyatakan tidak valid Validitas ditentukan berdasarkan formula

tertentu, salah satunya koefisien korelasi Product Moment dari Karl Pearson,

(47)

r xy = N XY – X . Y

[N X² - ( X)² N Y²- ( Y)²]

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas pada dasarnya adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang menghasilkan hasil

yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki tingkat reliabilitas

yang baik. (Suliyanto, 2005:42) Pada penelitian ini diuji dengan menggunakan

Inter-item Consistency Reliability yang melihat Cronbach’s coefficient alpha

sebagai koefisien dari reliabilitas. Menurut Sukarsono (2006:160) dapat

dianggap reliable bila cronbach’s alpha nya memiliki nilai lebih besar dari

0,50 atau lebih.

k i

²

r

11 =

[

(k – 1)

]

.

[

1 –

t

²

]

Dimana :

( x)

²

x

²

- N

Rumus Varians =

²

= N

Keterangan :

r

11 = Reliabilitas instrumen/ koefisien alfa

k = Banyaknya bulir soal

i² = Jumlah varians bulir

t² = Varians total

(48)

2. Metode Analisis Jalur

Analisis jalur dikembangkan oleh Sewall Wright pada tahun 1934. David

Garson dalam Muhidin (2007) mendefinisikan analisis jalur sebagai ”Model

perluasan regresi yang digunakan untuk menguji keselarasan matriks korelasi

dengan dua atau lebih hubungan sebab akibat yang dibandingkan oleh peneliti”.

Menurut Al-Rasyid dalam Muhidin (2007: 21) asumsi yang melandasi analisis

jalur dalam penelitian ini adalah:

a. Hubungan antar variabel harus linier dan adiktif.

b. Semua variabel residu tidak mempunyai korelasi satu sama lain.

c. Pola hubungan antar variabel adalah rekursif atau hubungan yang tidak

melibatkan arah pengaruh yang timbal balik.

d. Tingkat pengukuran semua variabel sekurang-kurangnya adalah interval.

Al-Rasyid dalam Sitepu dikutip oleh Riduan dan Engkos (2008: 116),

mengatakan bahwa dalam penelitian sosial tidak semata-mata hanya

mengungkapkan hubungan variabel sebagai terjemahan statistik dari hubungan

antara variabel alami, tetapi terfokus pada upaya untuk mengungkapkan hubungan

kausal antar variabel.

Pada diagram jalur digunakan dua macam anak panah, yaitu:

a. Anak panah satu arah yang menyatakan pengaruh langsung dari sebuah

variabel exogen (variabel penyebab (X)) terhadap sebuah variabel endogen

(variabel endogen(Y)), misalnya: X1 Y.

b. Anak panah dua arah yang menyatakan hubungan korelasional antara variabel

(49)

E. Pengujian Hipotesis Analisis Jalur

Menurut Sitepu dalam Suliyanto (2005)186), untuk menentukan koefisien

jalur, dipergunakan perumusan yang didasarkan pada koefisien korelasinya, yang

terlebih dahulu dihitung matriks koefisien korelasinya dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Membuat diagram jalur yang menggambarkan hipotesis penelitian.

b. Menghitung matriks korelasi antar variabel.

X1 X2 X3 Xi Y

R

1 = 1 rX1X2 rX1X3 rX1Xi rX1Y

1 rX2X3 rX2Xi rX2Y 1 rX3X1 rX3Y

1 rXiY

1

c. Menghitung matriks korelasi antar variabel bebas.

X1 X2 X3 Xi

R

1 = 1 rX1X2 rX1X3 rX1Xi

1 rX2X3 rX2Xi 1 rX3X1

1

d. Hitung matriks invers korelasi R1 ¹ antar variabel bebasnya.

X1 X2 X3 Xi

C11 C12 C13 C14

R

1 = C21 C22 C23 C24

(50)

C41 C42 C43 C44

e. Hitung RY(X1, X2, X3, XI), yaitu koefisien yang menyatakan determinasi total

dengan menggunakan rumus :

R²Y(X1, X2, X3, Xi) = PYX1 PYX2 PYX3 PYXi X

f. Untuk mengetahui besarnya koefisien pengaruh variabel-variabel lainnya

terhadap Y dan di luar Xi, digunakan rumus sebagai berikut:

Py i = [N X² - ( X)² N Y²- ( Y)²]

g. Untuk menguji keberartian koefisien jalur secara keseluruhan, digunakan uji

F. Kriteria pengujiannya : Ditolak H0 jika nilai hitung F lebih besar dari nilai

tabel F. (F0 >Ftabel (k, n-k-1)). Berikut adalah rumusnya:

F = (n-k-1)R²Y(X1,X2, X3) k (1-R²Y(X1,X2, X3))

Keterangan:

i : 1, 2,... k

k : Banyaknya variabel ekxogenus dalam sub struktur yang sedang di

uji.

t : Mengikuti tabel distribusi F Snedecor, dengan derajat bebas k dan

n-k-1

h. Untuk menguji keberartian koefisien jalur secara parsial, digunakan uji T.

Kriteria pengujiannya : Ditolak H0 jika nilai hitung t lebih besar dari nilai

(51)

t : Mengikuti tabel distribusi t, dengan derajat bebas = n – k – 1

i. Melakukan trimming terhadap variabel yang tidak memiliki pengaruh

signifikan jika diperlukan.

j. Menghitung pengaruh secara proposional, yaitu menghitung pengaruh

langsung dan tidak langsung variabel bebas terhadap variabel

tergantungannya.

F. Operasional Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi nilai dan klasifikasi

tertentu yang memiliki ukuran. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel

yang menjadi pengaruh (exogenous variable) dan variabel yang dipengaruhi

(endogenous variable). Kedua variabel tersebut adalah:

1. Variabel yang menjadi pengaruh (exogenous variable), yaitu:

a. Kualitas Jasa (X1), menurut Tjiptono (1996:59) kualitas jasa adalah

tingkat keunggulan yang diharapkan serta ketepatan penyampaian untuk

mengimbangi harapan konsumen. Sedangkan menurut Jasfar (2005:47)

kualitas jasa merupakan suatu pembahasan yang sangat kompleks karena

penilaian kualitas jasa sifatnya yang tidak nyata (intangible) dan produksi

serta konsumsi berjalan secara simultan.

b. Kepuasan Emosional (X2), menurut Westbrook & Oliver dalam

Risambessy (2008:65) kepuasan emosional adalah suatu kondisi

(52)

jelas akan pengalaman emosional dan ekspresi seperti kegembiraan,

kemarahan, katakutan atau sejumlah dimensi yang berdasarkan kategori

emosional seperti kesenangan/ ketidak senangan, besantai/ berkegiatan

atau ketenangan/ kegembiraan.

Sedangkan menurut Partogi dalam Sukarsono (2006:157) kepuasan

emosional adalah kepuasan yang ditunjukan dengan sikap atau perasaan

positif pelanggan terhadap suatu produk atau jasa sebagai akibat dari

perbedaan persepsi antara kinerja dan harapan.

2. Variabel yang dipengaruhi (endogenous variable), yaitu:

a. Kualitas Hubungan (Y1), menurut Wong (2004) kualitas hubungan

merupakan persepsi pelanggan terhadap seberapa baik semua hubungan

dapat memenuhi harapan, dengan tujuan dan keinginan yang dimiliki

pelanggan mengenai semua hubungan. Sebagai akibat kualitas hubungan

ini membentuk keseluruhan kesan yang dimiliki seorang pelanggan

mengenai semua hubungan termasuk transaksi yang berbeda.

b. Loyalitas Pelanggan (Y2), menurut Kotler (2004:294) loyalitas pelanggan

adalah suatu komitmen untuk membeli kembali atau melindungi suatu

produk atau jasa yang disukai di masa yang akan datang di samping

pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang memiliki penyebab

(53)

Tabel 3. 2 Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator

1.Kualitas Jasa

1.Memiliki jasa yang baik secara keseluruhan

2.Memiliki jasa dengan kualitas yang sangat tinggi

3.Infrastruktur yang menjamin kenyamanan

berbelanja

4.Kecepatan dan tanggapan karyawan dalam

melayani pelanggan

5.Bersedia menerima pengembalian barang dan

penukaran barang yang sudah dibeli pelanggan

6.Jam buka swalayan sudah sesuai dengan waktu

belanja pelanggan

7.Melayani dengan tepat dan cepat sehingga dapat

meminimalkan kesalahan

1.Merasa puas dengan pelayanan yang diberikan

2.Merasa bahagia dengan berbelanja

3.Menyenangi pelayanan yang diberikan oleh pihak

Carrefour

Gambar

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Skala Likert
tabel F. (F0 > Ftabel (k, n-k-1)). Berikut adalah rumusnya:
Tabel 3. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan konsep hubungan antara kualitas layanan atau kualitas jasa dengan kepuasan pelanggan tersebut, penulis membuat suatu kerangka yang digunakan sebagai acuan dalam

Beberapa variabel yang mempengaruhi kualitas layanan diteliti untuk mengetahui hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan dan loyalitas pelanggan pada jasa salon dan

Selain product quality dan service quality, emotional factor juga berhubungan dengan loyalitas karena konsumen yang memiliki ikatan emosional terhadap merek jauh

Jika hubungan antara kepuasan dengan loyalitas pelanggan adalah positif, maka kepuasan yang tinggi akan meningkatkan loyalitas pelanggan.Untuk mengetahui apakah citra toko,

Keunggulan kualitas jasa atau lebih mengarah kepada pelayanan prima menurut Barata (2003) didalam mendukung kepuasan pelanggan dapat ditentukan oleh aspek kemampuan,

Hasil Penelitian terdapat pengaruh signifikan kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan konsumen, terdapat pengaruh signifikan harga terhadap kepuasan

Beberapa penelitian terbaru, seperti Dimyati dan Subagio (2016) memberikan catatan bahwa kualitas layanan yang memenuhi harapan pelanggan secara signifikan mempengaruhi kepuasan dan

Dari persamaan regresi tersebut terlihat bahwa pengaruh Kualitas Produk terhadap Kepuasan Pelanggan di Carrefour adalah searah positif, hal tersebut ditunjukkan pada koefisien regresi