• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran modal sosial dalam pemberdayaan perempuan pada sektor informal (studi kasus pada pedagang warung nasi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran modal sosial dalam pemberdayaan perempuan pada sektor informal (studi kasus pada pedagang warung nasi)"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN M ODAL SOSIAL D ALAM PEM BERD AY AAN

PEREM PUAN P AD A SEK TOR INFORM AL

(Studi K asus Pada Pedagang Warung Nasi

Di Pasar Depok Lam a Pancoran M as Depok)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menempuh Gelar Sarjana Ilmu Sosial (S. Sos)

Disusun Oleh

RAHM I GARN ASIH

(106032201119)

JURUSAN SOSIOLOGI

FAK ULTAS ILM U SOSIAL D AN ILM U POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGER I

SYAR IF H ID AY ATULLAH

JAK AR TA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTR AK

Rahmi Garnasih. Peran Modal Sosial dalam Pemberdayaan uan pada Sektor Informal (Studi Pada Pedagang Warung Nasi di Kampung Lio Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok) Skripsi, Jakarta: Jurusan Sosiologi, Fakultas ilmu Sosial dan Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Modal sosial terdiri dari beberapa elemen, yaitu norma, , dan jaringan. Semuanya akan diteliti melalui gambaran sektor informal dilihat dari perempuan yang bekerja sebagai pedagang Nasi di Kampung Lio Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok. Permasalahan penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini yaitu mengetahui gambaran modal sosial dan peranannya terhadap pemberdayaan perempuan pada sektor informal. Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui gambaran modal sosial dan peran pemberdayaan perempuan pedagang nasi di Kampung Lio Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok. Selanjutnya, penelitian ini dapat berguna sebagai masukan menentukan kebijakan yang tepat oleh stakeholder terhadap pemberdayaan perempuan, khususnya pedagang perempuan.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan meto pengumpulan data, wawancara dan observasi pedagang perempuan yang berlokasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok.

Penelitian ini menghasilkan jawaban tindakan yang diakui oleh pedagang mencerminkan norma informal berlanjut kepada timbulnya diantara pedagang dan pihak-pihak yang berinteraksi dengan pedagang sehingga adanya nilai-nilai yang dibangun bersama (sosiabilitas). Aturan-aturan informal yang berlaku di kelompok pedagang mampu mereka patuhi bersama, meskipun tidak ada perjanjian tertulis. Sehingga aturan-aturan informal tersebut menjadi norma-norma tersendiri yang berkembang serta dilaksanakan secara bersama-sama. Maka, peran norma dikelompok pedagang sebagai pembentuk aturan-aturan informal yang mengiringi proses interaksi diantara pedagang dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan pedagang, khususnya pedagang masakan matang.

Peran jaringan di kelompok pedagang nasi diantaranya adalah bertambahnya jumlah pelanggan, pedagang mudah memperoleh bahan-bahan baku, perilaku saling membantu diantara pedagang, pedagang mendapatkan rasa aman, pedagang memperoleh dukungan dari anggota keluarganya dalam menjalankan usahanya.

trust

(6)

K ATA PEN GAN TAR

Segala puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat llah SWT yang telah memberikan segala karunia besar-Nya kepada kita semua, penggenggam setiap kejadian, pengangkat setiap kemuliaan dan penye urna kebahagiaan. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai hamba pilihan yang membimbing umatnya untuk menemui jalan Tuhan-Nya dan seluruh keluarga, sahabat serta umat-Nya sepanjang zaman.

Dengan rasa puji syukur penulis panjatkan kehadirat-Nya dengan sifat Rahman, Rahim-Nya serta meyakini bahwa Allah SW T memiliki kuasa diatas keinginan hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: “Peran Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Perempuan Pada Sektor Informal (Studi Kasus Pada Pedagang Warung Nasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok”.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, memberikan dorongan serta motivasinya, diantaranya :

1. Bapak Prof. Dr. Bahtiar Effendy, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik beserta para pembantu Dekan.

2. Bapak Zulkifly, Ph. D, Ketua Jurusan Sosiologi.

3. Ibu Joharotul Jamilah, M. Si, Sekretaris Jurusan Sosiologi

4. Bapak Jajang saprijal, yang telah banyak membantu dalam mengurus nilai

5. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA, Dosen Pembimbing skripsi yang

telah banyak meluangkan waktunya serta banyak memberikan masukkan

kepada penulis mengenai penelitian yang penulis kerjakan semoga Allah

SWT memberikan kesehatan kepada beliau serta membalas amal

(7)

6. Bapak Hendro Prasetyo, Ph. D, Dosen Penasehat Akademik, Kepada

Dosen Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Bapak/Ibu Dosen Fakuktas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya

kepada penulis sewaktu berada di bangku kuliah.

8. Pimpinan dan segenap karyawan Perpusatakaan Utama dan ustakaan

Ushuluddin yang telah memfasilitasi penulis dalam mencari bahan literatur

berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

9. Para informan yang telah bersedia penulis wawancarai berkaitan dengan

pengumpulan data dalam penulisan skripsi.

10. Kepada Orang Tua Penulis, Ayahanda Tukiman (Alm) yang lu

berjuang untuk anak-anaknya semoga amal ibadahnya selama beliau hidup

di terima Allah SWT. Amin dan Ibunda Isah Sariyah yang selalu

mendo’akan penulis setiap nafasnya. Semoga Allah SWT senantiasa

memberikan perlindungan, kesehatan kepada beliau dan semoga apa yang

beliau inginkan selama ini untuk ibadah berangkat ke Tanah Suci di

kabulkan. Am in.

11. Kepada kakak-kakak tersayang Sri Utami, SE, Wiwik Puji W idodo, Bdn

Suliyanti, Drs. Mas’ad Hadianto. Terimakasih untuk sem jasa-jasa

kalian tak kan pernah ku lupakan.

12. Kepada ponakan ku Firdha, Erinda, Dania, Jelita, Dina, Adlian dan sepupu

(8)

13. Kepada Oman Hidayatur Rahman yang telah memberikan motivasi dan

doa yang tak pernah putus, semoga kebaikannya di balas oleh Allah SW T.

14. Seluruh teman-teman angkatan 2006 Sosiologi, Kelompok Kuliah Kerja

Nyata (KKN), Kosan Sri Makmur, teman-teman asrama, Tya Kristya

Anyarani, Mitri Handayani, Lesti Trianasari, Jehan, Betri, Ilham, Bima,

Ones dan kepada orang yang pernah hadir dalam hidup ku. Terima kasih

untuk teman-teman ku semua yang telah memberikan motivasi kepada

penulis.

15. Kepada semua teman-teman dan orang-orang yang belum bisa disebut satu

persatu namun tak mengurangi rasa terimakasih penulis.

Depok, Mei 2011

(9)

DAF TAR ISI

Halam an

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. L atar Belakang Masalah... 1

B. P embatasan dan Perumusan Masalah... 7

C. T ujuan Penelitian... 7

D. M anfaat Penelitian... 7

E. T injauan Penelitian sejenis... 7

F. M etodologi Penelitian ...1

1

G. S

istematika Penulisan

...

...

...

...

...

...

(10)

...1

5

A. M

odal Sosial

...1

6

1. P

engertian Peran

...1

6

2. P

engertian Modal Sosial

...1

8

3. D

imensi Modal Sosial

...2

3

4. P

eran dan Fungsi Modal Sosial

BAB II TINJAUAN TEORITIS

... 1 6

...

...

...

...

(11)

...2

4

B. P

emberdayaan

...2

5

1. P

engertian Pemberdayaan

...2

5

2. T

ujuan Pemberdayaan

...2

7

3. T

ahapan Pemberdayaan

...2

8

4. S

trategi Pemberdayaan

...3

1

...

...

...

...

(12)

C. P

emberdayaan Perempuan

...3

2

1. P

engertian Pemberdayaan Perempuan

...3

1

2. T

ujuan Pemberdayaan Perempuan

...3

4

3. C

iri Khas Pemberdayaan Perempuan

...3

6

D. S

ektor Informal

...3

7

1. P

engertian Sektor Informal

...

...

...

...

...

(13)

...3

8

2. J

enis-jenis Sektor Informal

...4

0

A. G

ambaran Obyek Penelitian

...4

0

1. J

umlah dan Mata Pencaharian Penduduk di Kel. Pancoran Mas

Kec.Pancoran Mas Depok

...4

2

2. K

ondisi Ekonomi Penduduk di Kel. Pancoran Mas Kec. Pancoran Mas

Depok

...4

4

...

...

...

...

BAB III MODAL SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA SEKTOR INFORMAL

(14)

3. K

ondisi Sosiologis Penduduk di Kel. Pancoran Mas Kec. Pancoran Mas

Depok

...4

7

B. Gambaran Umum Pedagang Jenis Masakan Matang di Kampung Lio Pasar Depok Lama Kelurahan Pancoran Mas Depok

...5 1

C. Gambaran Modal Sosial dan Pemberdayaan Perempuan Pada Sektor Informal

...5 5

1. K

eterikatan Terhadap Aturan Informal di dalam Kelompok Pedagang

...5

5

2. I

mplikasi terhadap Pemberdayaan Perempuan

...6

0

3. J

aringan Personal Perempuan Pedagang

...6

5

...

...

...

...

(15)

D. Peran Modal Sosial Terhadap Pemberdayaan Perempuan

...6 9

A. K

esimpulan

...7

1

B. S

aran

...7

3

BAB IV PENUTUP

... 7 1

DAFTAR PUSTAKA

... 7 4

LAMPIRAN

... 7 6

...

(16)

BAB I

PENDAHU LU AN

A

.

Latar Belakang Masalah

Gejala sosial terkait dengan perempuan yang bekerja di sektor

informal bukanlah hal yang asing lagi di masyarakat, terutama di daerah

pekotaan (Urban). Sektor informal telah terbukti menjadi kutub pengaman

bagi masyarakat miskin terutama di Negara-negara yang sedang berkembang

seperti di Indonesia.1

Kegiatan yang dilakukan oleh perempuan di sektor informal

merupakan kesempatan bagi perempuan untuk melakukan aktifitas produksi

di tengah-tengah kondisi ekonomi yang kurang mendukung bagi kelompok

miskin. Tujuan kegiatan yang dilakukan oleh perempuan semata-mata tidak

1

Ratih Dewayanti & Erna Ernawati Chotim,

(Bandung: Yayasan AKATIGA, 2004)

(17)

terlepas dari pentingnya kelangsungan hidup dari para keluarga yang

dimilikinya.

Kegiatan perempuan di sektor informal memainkan peranan penting di

dalam pembangunan masyarakat yang mencerminkan pemberdayaan. Pada

dasarnya, konsep pemberdayaan menyangkut kekuatan sosial dan informal

tentang sumber-sumber keuangan.

Pengembangan sumber daya bagi perempuan atau pemberdayaan

terhadap perempuan secara umum akan dapat meningkatkan peranan

perempuan Indonesia dalam pembangunan Negara ini. Ini merupakan

kesempatan bagi perempuan untuk dapat arena bekerja di ruang publik pada

masa transisi yakni ke arah industrialisasi, yang terutama terjadi di daerah

perkotaan.

Tabel di bawah ini akan memberikan gambaran betapa pentingnya

peranan perempuan di sektor informal karena kaum perem n ternyata lebih

banyak memberikan kontribusi di sektor informal di bandingkan dengan

laki-laki.2

2

Aida Vitalaya Hubeis, Makalah Yang

Disampaikan Dalam Acara Silaturahmi Dan Semiloka Nasional Perempuan Parlemen se Indonesia, Jakarta 22-24 November 2006, di gedung Nusantara IV DPR RI dan Hotel Sahid

Jakarta.

(18)

Tabel 1.1

Persentase Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Dan Jenis

Kelam in Tahun 2001-2004

Program pemberdayaan untuk perempuan pernah berhasil dilakukan

di Bangladesh. Program ini salah satu model pemberdayaan bagi perempuan

lapis bawah (miskin). Pada awalnya Muhammad Yusuf pendiri Grameen

Bank, memulai gerakannya dengan memodali 27 dolar AS pada 42 nasabah

perempuan untuk usaha-usaha kecil pembuatan kursi di desa Jobra.

Bangladesh. Atas keberhasilannya, Komite Nobel Norwegia pada tahun 6

telah menganugrahkan hadiah Nobel bagi penggagas dan pendiri Grameen

Bank, Muhammad Yusuf.3

Organisasi pemberdayaan seperti Grameen Bank, tentunya dalam

melaksanakan program-programnya memiliki hubungan-hubungan dan

nilai-nilai tertentu dengan para anggotanya. Keberhasilan suatu program

pemberdayaan sebenarnya tak luput dari luas jaringan program tersebut, nilai

3M. Amin Azis, , 6 Desember 2006.

(19)

dan norma yang dianut para anggota organisasi pemberda Singkatnya,

jaringan, nilai dan norma adalah elemen penting dari modal sosial karena

tanpanya sepertinya akan sia-sia belaka. Pemberdayaan merupakan usaha

mendapatkan akses atau jalur atas sumber daya ekonomi, politik dan budaya

agar dapat mandiri.4

Proses pemberdayaan perempuan di Depok menyangkut budaya yang

terdapat di dalamnya nilai-nilai yang berkembang di masyarakat, seperti niai

ekonomi yakni mendapatkan penghasilan, nilai politik yakni ikut serta dalam

pengambilan keputusan baik di dalam keluarga maupun masyarakat dan nilai

sosial yakni membantu sesama anggota masyarakat untuk mencapai tujuan

bersama. Nilai sosial tersebut merupakan aspek modal sosial yang

mempengaruhi proses pemberdayaan karena sasaran pemberdayaan

perempuan di Depok yang para perempuannya.

Sebagaimana yang diungkapkan Fukuyama bahwa “... Kenyataan

bahwa nilai-nilai moral dan aturan sosial bukanlah semata-mata kekangan

sewenang-wenang atas pilihan individu: sebaliknya, itulah prasyarat bagi

setiap jenis kerja sama.5

Permasalahan yang melatar belakangi para pedagang perempuan

yaitu sempitnya lahan kerja formal untuk perempuan di Pasar Depok

Lama, sebab mayoritas para perempuan di sana matoritas lulusan SMP.

4Ratih Dewayanti & Erna Ermawati Chotim,

(Bandung: Yayasan AKATIGA, 2004) hlm.25

5

Francis Fukuyama, (Jakarta:

PT. Gramedia, 2005), hlm. 17

Marjinalisasi & Eksploitasi Perempuan Usaha Mikro Di Pedesaan Jawa,

(20)

Mereka pun harus memenuhi keluarganya yang dari tingkat ekonomi masih di

bawah. Maka, untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi para

perempuan harus mempunyai skill yang dimiliki.

Para perempuan harus menciptakan, membangun serta menggali

potensi-potensi yang ada di dalam diri mereka. Pada tulisan in potensi

perempuan yang akan digali adalah keterampilan perempuan di Depok dalam

berdagang. Di balik kegiatan berdagang apakah terdapat cerm inan modal

sosial yang berpengaruh pada pemberdayaan perempuan di sektor informal.

Keikutsertaan para perempuan di sektor informal yang berada di Pasar

Depok LamaPancoran Mas Depok ternyata memberikan banyak fungsi bagi

pengembangan diri perempuan. Mereka semulanya belum dapat

mengidentifikasi potensi yang ada di dalam dirinya kin dapat mengenali

potensi diri mereka masing-masing sehingga para perempuan dapat

mengaplikasikannya melalui keterampilan yang mereka kuasai.

Kegiatan pemberdayaan perempuan di Depok juga mempengaruhi

secara psikologi khususnya dalam hal membangun kepercayaan diri

perempuan terhadap dirinya maupun dihadapan orang lain. Pemberdayaan

perempuan juga sebagai proses pendidikan bagi perempuan, ususnya di

tingkat akar rumput akan menjadi kekuatan bagi para perempuan untuk

mentransformasikan dirinya baik secara ide maupun praktis.

Konsep teori modal sosial yang digunakan oleh Coleman

(21)

mendatangkan manfaat bagi publik. “Sebagai atribut dari struktur sosial di

mana seseorang terlibat di dalamnya, kapital sosial / sosial bukanlah

kepemilikan pribadi yang bermanfaat hanya bagi orang-orang yang

memilikinya.”6

Manfaat bagi publik/kebersamaan merupakan salah satu aspek

penting yang menjadi nilai utama modal sosial. Dengan ian, perihal

manfaat bersama yang ada di dalam konsep modal sosial modal

sosial dengan modal fisik maupun modal manusia ( ).7

Selanjutnya, Coleman dalam tulisan Zulkifly Al Humami

mengidentifikasikan konsep modal sosial ke dalam tiga l, “kewajiban dan

harapan yang bersandar pada kepercayaan atau kesetiaan (trustworthiness)

dalam lingkungan sosial; saluran informasi yang bersumber dari kapabilitas

struktur sosial; dan norma-norma yang disertai sanksi-sanksi efektif.”8

Beragamnya modal sosial di wilayah Depok yang dapat meningkatkan

pemberdayaan perempuan pada sektor informal tentu saja sangat menarik

untuk di kaji lebih lanjut. Modal sosial atau kontribusi para perempuan di

sektor informal di Depok akan menentukan apakah terdapat hubungan modal

sosial dengan pemberdayaan perempuan, dapat didasarkan pada formasi

6

Laura Evelyn R. Sihombing, (Depok: FISIP UI), hlm. 22

7

Zulkifli Al-Humami,

(Depok: Fisip UI, 2006),hlm. 18

8

Zulkifli Al-Humami,

, hlm. 23

human capital

Kehidupan Sebuah Kampung Tua Jakarta: Studi Tentang Modal Sosial dalam Rangka Pemberdayaan Komunitas Kampung Luar Batang – Jakarta Utara,

Kapital Sosial Pedagang Kaki Lima (PKL): Studi tentang Sosiabilitas Kumintas Pedagang Angkringan di Kota Yogyakarta,

Kapital Sosial Pedagang Kaki Lima (PKL): Studi tentang Sosiabilitas Kumintas Pedagang Angkringan di Kota Yogyakarta,

(22)

modal sosial dengan pemberdayaan perempuan dan kondisi riil di daerah

Depok.

Agar penulisan ini mempunyai arah terfokus maka masalah akan

dibatasi pada tiga elemen modal sosial yaitu (kepercayaan), norma

-norma dan jaringan.

Sedangkan perumusan masalahnya, antara lain:

1. Bagaimana gambaran modal sosial dan pemberdayaan perempuan

pedagang nasi pada sektor Informal di Pasar Depok Lama Pancoran Mas

Depok?

2. Apakah modal sosial berperan atau memberi kontribusi terhadap

pemberdayaan perempuan pada sektor Informal di Pasar Depok Lama

Pancoran Mas Depok?

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui gambaran modal sosial dan pemberdayaan perempuan

pedagang warung nasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok?

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian

(23)

b. Untuk mengetahui apakah modal sosial memberi kontribusi terhadap

pemberdayaan perempuan pada sektor Informal di Pasar Depok Lama

Pancoran Mas Depok.

a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi

pengembangan baru dalam peran modal sosial dalam pemberdayaan

perempuan pada sektor informal.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini penulis berharap bisa memberikan informasi bagi siapa saja

yang ingin mengetahui tentang peran modal sosial dalam pemberdayaan

perempuan pada sektor informal (studi kasus pedagang nasi di Pasar

Depok Lama Kel. Pancoran Mas Kec. Pancoran Mas.

D. Manfaat Penelitian

(24)

Sebelum penelitian ini memasuki tahap pengambilan data di lapangan,

peneliti berusaha mencari penelitian yang sudah pernah dilakukan dan

tentunya memiliki kajian yang hampir sama.

, penelitian dengan judul “Peranan Modal Sosial Terhadap

Program Pemberdayaan Perempuan Usaha Kecil (PPEPUK) Kelurahan

Jelambar Baru Kecamatan Grogol Pertamburan Jakarta Barat)”. Penelitian ini

dilakukan oleh mahasiswa pasca sarjana Universitas Indonesia, Andi Almah

Aliuddin. Metode yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif

dan jenis penelitiannya adalah penelitian evaluatif untuk mengevaluasi

program atau proyek yang telah berakhir, untuk pemilihan informan utama

diambil dengan teknik purposive.

Permasalahan penelitiannya adalah peran modal sosial dalam

pelaksanaan proyek PPEPUK di kelompok Melati dan Lesatari, kemudian

akan dianalisis ke dalam tiga hal yakni pelaksanaan proyek PPEPUK,

identifikasi modal sosial yang berkembang di dua kelompok dan terakhir

peran modal sosial terhadap pelaksanaan proyek PPEPUK. Teori yang

digunakan adalah modal sosial menurut Uphoff karena bentuk modal sosial

yang dipaparkan dapat menganalisa dinamika kelompok, di mana bentuk

modal sosial terdiri dari peran, aturan dan prosedur.

Temuan lapangan atau hasil penelitian yang diperoleh Andi

berdasarkan analisa pelaksanaan dan identifikasi modal sosial bahwa unsur

-unsur modal sosial seperti kepercayaan, kerjasama, solidaritas dan

(25)

kedermawanan mendorong tindakan kelompok dalam melaksanakan kegiatan

proyek PPEPUK, sehingga mampu menciptakan kerjasama positif demi

keberlanjutan usaha dari keberhasilan proyek PPEPUK serta proyek di

dalamnya.9

, penelitian yang berjudul “Kapital Sosial Pedagang Kaki Lima

(PKL): Studi Tentang Sosiabilitas Komunitas Pedagang Angkringan di Kota

Yogyakarta”, Penelitian ini merupakan tesis yang dikerjakan Zulkifli

Al-Humami. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan data

diperoleh melalui wawancara mendalam dan pengamatan lapangan, subyek

penelitian adalah para pedagang angkringan yang tergabung dalam kelompok

angkringan Demangan. Sementara itu yang menjadi fokus penelitian Zulkifli

yakni melihat: a) bagaimana para pedagang angkringan membangun jaringan

sosial-ekonomi; b) bagaimana para pedagang angkringan membangun dan

mengembangkan kepedulian sosial; dan c) bagaimana para pedagang

angkringan membangun dan memelihara kepercayaan sosial.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, Zulkifli

menggunakan teori jaringan James Colemen, relasi-relasi merujuk pada

Robert D. Putnam, dan Francis Fukuyama untuk teori norma-norma

(nilai-nilai) Kooperatif. Hasil yang di dapatkan zulkifli yaitu para pedagang

angkringan membangun jaringan sosial-ekonomi secara kolektif

9Andi Almah Aliuddin,

, (Depok:

FISIP UI, 2004. Kedua

Peranan Modal Sosial Terhadap Program Pemberdayaan Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Proyek Penguatan Pengembangan Ekonomi Perempuan Usaha Kecil (PPEPUK) Kelurahan Jelambar Baru Kecamatan Grogol Pertamburan Jakarta Barat)

(26)

(komunalistik) yang berakar pada ikatan-ikatan sosial, dan norma-norma

sosial masyarakat Jawa, Yakni kesetiakawanan dan kerukunan membangun

kepedulian sosial diantara sesama pedagang angkringan, serta norma-norma

kelompok menjadi pedoman oleh komunitas pedagang angkr bagi

perilaku sosial-ekonomi mereka yang selanjutnya menjadi dasar bagi

penciptaan kepercayaan sosial.1 0

, penelitian yang dilakukan oleh Laura Evelyn R. Sihombing

dengan judul “Kehidupan Sebuah Kampung Tua Jakarta (Studi Modal Sosial

dalam Rangka Pemberdayaan Komunitas Kampung Luar Batang – Jakarta

Utara)”. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

bersifat deskriptif-eksplanatif yakni selain memberikan gambaran peneliti

juga memberikan sejumlah penjelasan tentang kondisi penduduk Kampung

Luar Batang. Peneliti di lokasi penelitian dengan tujuan mendapatkan

gambaran yang lebih spesifik, peneliti juga melakukan mendalam

kepada orang-orang dan berbagai kelompok/institusi (formal dan informal)

dalam kampung. Pertanyaan penelitian yang ingin di jawab oleh peneliti

ialah: bagaimana bentuk modal sosial yang terdapat dalam komunitas

Kampung Luar Batang; apakah buruknya pengelolaan lingkungan kampung

berkaitan dengan lemahnya modal sosial komunitas kampung?; bagaimana

kemungkinan pemberdayaan bentuk modal sosial tersebut yang

10

Zulkifli Al-Humami,

, Depok: FISIP UI, 2006. Ketiga

live in

Kapital Sosial Pedagang Kaki Lima, (Studi Tentang Sosiabilitas Komunitas Pedagang Angkringan di Kota Yoyakarta)

(27)

memungkinkan komunitas kampung berpartisipasi secara aktif dan

mengambil keuntungan dari proses pembangunan?1 1

Hasil penelitian Laura Evelyn R. Sihombing adalah komunitas

Kampung Luar Batang memiliki potensi modal sosial yang tinggi dalam

kelompok keagamaan, ikatan sosial yang erat, rasa kebersamaan, didukung

dengan nilai sejarah kampung yang berharga, serta pengetahuan lokal yang

dimiliki komunitas. Akan tetapi potensi modal sosial yang dim iliki oleh

komunitas Kampung Luar Batang ternyata belum mampu membawa

penduduk kampung ke taraf hidup yang lebih baik.

Tinjauan-tinjauan penelitian di atas telah memberikan beberapa

referensi serta contoh-contoh tentang rujukan penelitian sejenis, hingga

peneliti dapat melihat secara seksama perbandingan-perbandingan dari

penelitian satu dengan yang lain. Oleh karenanya, peneliti dapat terhindar dari

kemiripan fokus penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya.

Peneliti memfokuskan pada menggambarkan modal sosial d sektor

informal dalam pemberdayaan perempuan dan apakah modal sosial berperan

terhadap pemberdayaan perempuan pada sektor informal d Pasar Depok

Lama Pancoran Mas Depok.

11

Laura Evelyn R. Sihombing,

Depok: FISIP

UI, 2003.

F. Metodologi Penelitian

1. Waktu dan Lokasi Penelitian

(28)

Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai Maret 2011.

Dengan catatan penelitian berakhir jika data-data yang diperlukan telah

rampung. Lokasi penelitian dilakukan di Sektor Informal Pasar Depok Lama

Pancoran Mas Depok.

Penulis memilih lokasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas Depok

karena lokasi tersebut tidak jauh dari rumah penulis hingga mudah untuk

sering observasi di lokasi tersebut dan mayoritas pedagang perempuan

warung nasi berada di Sektor Informal Pasar Depok Lama Pancoran Mas

Depok.

Penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian

yang berupaya menghimpun dan menggali data, baik berupa kata-kata

maupun tulisan dari orang-orang yang diamati guna mendapatkan data-data

yang diperlukan kemudian mengolah dan menganalisanya secara deskriptif.

Kata deskriptif berasal dari bahasa Inggris “ ” yang berarti

penggambaran, kata kerjanya adalah “ ” artinya menggambarkan.1 2

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala

menurut apa adanya.

12

M. Meden Ridwan, ed. , (Bandung: Nuansa,

2001), h.229.

2. Pendekatan Penelitian

description to describe

Tradisi Baru Penelitian Agama Islam

(29)

Jadi, dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan

alasan karena penelitian kualitatif bertujuan untuk menentukan dan menggali

data dari yang diamati oleh penulis, di mana penulis tidak hanya meneliti

perilaku subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami kehidupan

keseharian, seperti cara pedagang memasak masakan yang akan dijual,

melihat aparat keamanan saat mereka meminta retribusi kepada pedagang dan

lain sebagainya.

a. Observasi

Observasi yaitu sebuah metode pengumpulan data berupa pengamatan

dan pencatatan secara sistematik mengenai fenomena-fenomena yang

diselidiki.1 3 Observasi juga bisa dikatakan cara untuk memperoleh data dalam

bentuk mengamati serta mengadakan pencatatan dari hasi observasi. Teknik

observasi yang peneliti lakukan bersifat langsung yaitu mendatangi sektor

informal di Kelurahan Pancoran Mas Depok yang mana terdapat informan

sebagai observer/partisipan.

13

Jalaluddin Rakhmat, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999)

3. Teknik Pengumpulan Data

(30)

b. Wawancara/Interview

Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka ( )

dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh pihak, yaitu

pewawancara ( ) yang mengajukan pertanyaan yang diwawancara

(Interviewee) yang memberikan pertanyaan atas jawaban pertanyaan itu.1 4

Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka tak berstruktur

dengan cara mengajukan pertanyaan yang tidak terikat dan lebih bebas

berdasarkan pedoman pertanyaan yang dimiliki oleh penulis untuk

memperluas informasi yang dibutuhkan.

Untuk mendukung analisa tersebut, penulis melakukan wawancara

secara langsung kepada 1 orang pemilik warung nasi tegal yaitu Ibu Wati

yang berasal dari Jawa, 1 orang pedagang nasi uduk yaitu Ibu Ipah yang

berasal dari Jawa, 1 orang pemilik warung sunda yaitu Tika yang berasal

dari Sunda, 1 orang pedagang gado-gado yang berasal dari Betawi, 1 orang

pemilik warung bebek yaitu Mba Dian yang berasal dari 1 orang

pedagang soto yaitu Mba Iyah yang berasal dari Betawi dan 6 orang

pelanggan warung nasi. 3 pelanggan warung nasi. Para pelanggan di jadikan

informan untuk memperkuat data yang dibutuhkan. Semuanya informan

berjumlah 9 orang.

c. Dokumentasi

14

Imam Prayogo dan Tobroni, (Bandung: Remaja

Rosda Karya, 2003), cet ke-2, h. 167.

face to face

interviewer

Metodologi Penelitian Sosial Agama,

(31)

Yaitu dengan mencari data-data yang tertulis, baik berupa buku,

jurnal, ataupun lainnya. Teknik ini dilakukan dengan cara mengkategorikan

(mengklasifikasikan) kemudian mempelajari bahan-bahan tertulis yang

berhubungan dengan masalah penelitian dan mengambil data atau informasi

yang dibutuhkan. Sumbernya berupa dokumen, buku, majalah, Koran dan

lain-lain. Data yang diambil adalah data sekunder.

Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan

pedoman wawancara, kamera digital dan tape recorder untuk mendukung

kegiatan wawancara agar lebih mudah mengolah data hasil wawancara.

a. Data Primer. Yaitu data dari hasil observasi dan wawancara sektor

informal

b. Data Sekunder. Yaitu berupa dokemen, buku-buku tertentu, majalah dari

berbagai literature yang berhubungan dengan penelitian.

Bab I, bab ini membahas pendahuluan yang menguraikan Latar

Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan

4. Instrumen Penelitian

5. Sumber Data

(32)

Manfaat Penelitian, Tinjauan Penelitian, Metodologi Penelitian, Sistematika

Penulisan.

Bab II, bab ini membahas tentang tinjauan teoritis yang terdiri dari :

Pengertian Modal Sosial, Dimensi Modal Sosial, Peran dan Fungsi Modal

Sosial, Pengertian, Tujuan, Tahapan, Strategi Pemberdayaan Perempuan.

Bab III, bab ini membahas Tentang Gambaran Modal Sosial Dan

Pemberdayaan Perempuan Pada Sektor Informal berlokasi di Pasar Depok

Lama Pancoran Mas Depok.

Bab IV, penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Peran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan status (kedudukan),

walaupun terlihat berbeda tetapi keduanya sangat mempunyai hubungan erat,

sebab seseorang dapat dikatakan berperan manakala seseorang tersebut

mempunyai kedudukan atau status.

BAB II

TINJ AU AN TEOR ITIS

A. Peran

(33)

Peran atau sering juga disebut role, peran adalah seperangkat

harapan-harapan yang dikenakan individu tertentu yang mempunyai kedudukan sosial

tertentu. Menurut David Berry harapan merupkan hubungan dari norma

-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan; peran itu ditentukan oleh

norma dalam masyarakat, berarti seseorang diwajibkan untuk melakukan

hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan dan tingkah laku.1 5

Peran yang penulis sebutkan di depan berkaitan dengan idu. Tapi

yang akan penulis bicarakan adalah peran modal sosial dalam pemberdayaan

perempuan pada pedagang warung nasi di Pasar Depok Lama Pancoran Mas

Depok.

Manusia dalam masyarakat diungkapkan sebagai pelaku dari

peranan-peranan sosial, istilah peranan-peranan menunjukkan bahwa masyarakat mempunyai

lakon. Lakon masyarakat itu disebut fungsi atau tugas masyarakat jadi

peranan sosial adalah bagian dari fungsi masyarakat. Karena manusia dalam

kehidupannya menempati kedudukan-kedudukan tertentu, oleh karena itu

mereka merasa bahwa setiap kedudukan yang mereka tempati itu

menimbulkan harapan-harapan tertentu dari orang-orang

sekitar. Misalnya dalam setiap peranan yang berkaitan pekerjaan,

seseorang diharapkan dapat menjalankan kewajiban-kewajiban yang

berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.

15

N. Grass WS. Massa dan AW. MC. E achen,

, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1995), Cet. 3, h. 99-100.

(expectattions)

“Exploration Role analysis” dalam David Berry pokok-pokok pikiran dalam sosiologi

(34)

Dari penjelasan di atas tentang peranan, dapat disimpulkan beberapa

aspek: 1 6

1. Peranan sosial adalah sebagian dari keseluruhan fungsi masyarakat. Fungsi

pada umumnya adalah suatu pengertian menunjukkan pengaruh khas dari

satu bagian terhadap keseluruhan. Masyarakat sebagai keseluruhan

kesatuan hidup bersama mengemban tugas umum, ialah mencakupi

kepentingan umum yang berupa kesejahteraan spiritual dan material, tata

tertib ketentraman dan keamanan.

2. Peranan sosial mengandung sejumlah pola kelakuan yang telah ditentukan.

Jika peranan sosial ditinjau dari sudut lain yakni bagaimana

pelaksanaannya, peranan sosial adalah seperangkat pola kelakuan lahiriah

dan batiniah yang harus diikuti oleh indiviu yang bersngkutan.

3. Peranan sosial dilakukan oleh perorangan atau kelompok tertentu.

4. Pelaku peranan sosial mendapat tempat tertentu dalam tangga masyarakat.

Sama halnya dengan suatu pementasan sebuah drama, pelaku-pelaku yang

menjalankan peranan sosial diberi tempat dalam suatu tangga masyarakat.

5. Dalam peranan sosial terkandung harapan-harapan yang khas dari

masyarakat.

Setiap peranan sosial adalah sejumlah harapan yang hendak diwujudkan.

6. Dalam peranan sosial ada gaya khas tertentu

7. Setiap peranan dipegang individu mempunyai harapan yang berbeda-beda

16

Hendropuspito, Drs. D , h. 179-181.

(35)

B. Modal Sosial

1. Pengertian Modal Sosial

Konsep modal sosial dalam Buku Rahmat Rais. ilmu

sosial sebagai alat yang sistematis untuk menjelaskan na pertama kali

diusung dilakukan oleh James Colemen (1988).1 7 Kemudian konsep tersebut

semakin di populerkan oleh Putnam (1993, 1995, 1999), Fukuyama (1995)

dan ilmuwan sosial lainnya dalam buku Rahmat Rais pada akhir-akhir ini

World Bank sebagai institusi keuangan internasional yang banyak

menyalurkan bantuan ke negara dunia ketiga juga tertar dengan kajian yang

menggunakan konsep modal sosial.1 8

Pierre Bourdieu mendefinisikan modal sosial sebagai “sumber daya

aktual dan potensial yang dimiliki oleh seseorang berasal dari jaringan sosial

yang terlembagakan serta berlangsung terus menerus dalam bentuk

pengakuan dan perkenalan timbal balik (atau dengan kata in: keanggotaan

dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai

bentuk dukungan kolektif”.1 9

Dalam pengertian ini modal sosial menekankan pentingnya

transformasi dari hubungan sosial yang sesaat dan rapuh, seperti

pertetanggaan, pertemanan, atau kekeluargaan, menjadi yang

17

Rahmat Rais, , (Litbang dan

Diklat Departemen Agama RI, 2009), hlm. 116

18Rahmat Rais,

.

George Ritzer, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007)

Mainstream

Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah Teori sosiologi Modern,

(36)

bersifat jangka panjang yang diwarnai oleh perasaan kewajiban terhadap

orang lain.

James Colemandalam buku Rahmat Rais mendefinisikan modal sosial

sebagai “sesuatu yang memiliki dua ciri, yaitu merupakan aspek struktur

sosial serta memfasilitasi tindakan individu dalam struktur sosial tersebut”.

Dalam pengertian ini, bentuk-bentuk modal sosial berupa kewajiban dan

harapan, potensi informasi, norma dan sanksi yang efektif, hubungan otoritas,

serta organisasi sosial yang bisa digunakan secara tepat dan melahirkan

kontrak sosial.2 0

Putnam (1993) dalam buku Rahmat Rais mengkaji tentang kehidupan

politik di Italia menemukan bahwa modal sosial merupakan unsur utama

pembangunan masyarakat madani . Modal sosial tersebut

mengacu pada aspek-aspek utama organisasi sosial seperti

(kepercayaan), norma-norma ( ), dan jaringan-jaringan ( ) yang

dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat melalui fasilitasi

tindakan yang terkoordinasi.2 1 Menurut Putnam, kerjasama mudah terjadi di

dalam suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang

substansial dalam bentuk aturan-aturan, pertukaran timbal balik dan jaringan

antar warga.

Rahmat Rais, , (Litbang dan Diklat

Departemen Agama RI, 2009)

Rahmat Rais, , (Litbang dan

Diklat Departemen Agama RI, 2009)

(civic community)

trust

norms networks

Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah

Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah

20

(37)

Fukuyama (1995) dalam

mengkaji bidang ekonomi menyatakan bahwa

yang berintikan kepercayaan ( ) merupakan dimensi dari

kehidupan yang sangat menentukan dalam menuju keberhasilan

pembangunan ekonomi. Hal ini berbeda dengan modal material atau modal

ekonomi, modal sosial justru semakin bertambah apabila semakin dikelola

dan dipergunakan dengan baik. Penggunaan modal sosial meningkatkan

efesiensi dalam pengelolaan suatu kegiatan pembangunan secara umum.2 2

Menurut Fukuyama, kepercayaan ( ) muncul jika di masyarakat

itu membagi nilai ( ) sebagai dasar dari kehidupan untuk

menciptakan pengharapan umum dan kejujuran. Dengan kepercayaan, orang

tidak akan mudah curiga yang sering menjadi penghambat dari kesuksesan

suatu tujuan. Di samping itu, jaringan ( ) memiliki dampak yang

sangat positif dalam usaha peningkatan kesejahteraan ekonomi dan

mewujudkan tujuan bersama.

Dari pandangan di atas memberi pemahaman bahwa modal sosial ini

berupa elemen pokok yang mencakup, antara lain:

a. (saling percaya)

Fukuyama F, dalam Buku Rahmat

Rais, , hlm. 114

In Trust: the Social Capital Value and the

Creation of Prosperity social

capital trust

Trust shared Values

networks

Trust

Trust: The Social Virtues and Creation of Prosperty, Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah

(38)

Elemen ini meliputi kejujuran, keadilan, toleran, keramahan dan

saling menghormati.2 3 Sebagaimana dijelaskan Fukuyama (1995),

kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang

ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan

norma- norma yang dianut bersama. Fukuyama (1995) kemudian mencatat

bahwa dalam masyarakat yang memiliki tingkat kepercayaan tinggi,

aturan-aturan sosial cenderung bersifat positif; hubungan-hubungan juga bersifat

kerjasama.2 4

b. Jaringan sosial .

Elemen ini meliputi dengan pertukaran timbal balik, solidaritas dan

kerja sama.2 5 Infrastruktur dinamis dan modal sosial berwujud jaringan

-jaringan kerjasama antar manusia . Jaringan tersebut memfasilitasi terjadinya

komunikasi dan interaksi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan dan

memperkuat kerjasama.

Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial

yang kokoh. Orang mengetahui dan bertemu dengan orang lain. Mereka

kemudian membangun inter-relasi yang kental, baik bersifat formal maupun

informal. Putnam berargumen bahwa jaringan-jaringan sosial yang erat akan

23

Rahmat Rais, , (Litbang dan

Diklat Departemen Agama RI, 2009), hlm. 116.

24

(http://kuntum2008.multiply.com/journal), di akses 13 maret 2011.

25

Rahmat Rais, , (Litbang dan

Diklat Departemen Agama RI, 2009), hlm. 116. (social networks)

Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah

Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah

(39)

memperkuat perasaan kerjasama para anggotanya serta manfaat-manfaat dan

partisipasinya itu.

c. Pranata ( )

Elemen ini yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (

), norma dan aturan-aturan.2 6 Norma terdiri dan

pemahaman-pemahaman, nilai-nilai, harapan-harapan dan tujuan-tujuan yang diyakini dan

dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Norma-norma dibangun dan

berkembang berdasarkan sejarah kerjasama di masa lalu dan diterapkan untuk

mendukung iklim kerjasama. 2 7

Berbagai pandangan tentang modal sosial itu bukan sesuatu yang

bertentangan. Ada keterkaitan dan saling mengisi sebagai sebuah alat analisa

penampakan modal sosial di masyarakat. Modal sosial bisa berwujud sebuah

mekanisme yang mampu mengolah potensi menjadi sebuah kekuatan riil

guna menunjang pengembangan masyarakat.

Modal sosial berbeda dari modal lainnya. Apabila modal manusia

(human capital) dapat dilihat dan diukur dari pengetahuan dan keterampilan

yang dikuasai oleh seseorang maka modal sosial hanya dapat dirasakan dari

26

Rahmat Rais, , (litbang dan

Diklat Departemen Agama RI, 2009), hlm. 116.

27

Edi Suharto, , di Akses 13 Maret 2011,

(http://kuntum2008.multiply.com/journal).

institutions

share value

Modal Sosial Sebagai Strategi Pengembangan Madrasah Modal Sosial dan Kebijakan Publik

2. Dimensi Modal Sosial

(40)

kapabilitas yang muncul dari kepercayaan umum dalam sebuah masyarakat

atau bagian-bagian di dalamnya.

Menurut Fukuyama modal sosial ditransmisi melalui

mekanisme-mekanisme kultural, tradisi atau kebiasaan sejarah. Modal sosial dibutuhkan

untuk menciptakan komunitas moral yang tidak bisa diperoleh atau dibentuk

seperti dalam pembentukan modal manusia. Penanaman dan pengembangan

modal sosial memerlukan pembiasaan terhadap norma-norma moral sebuah

komunitas dan dalam konteksnya sekaligus mengadopsi kebajikan-kebajikan

seperti kejujuran, kesetiaan dan kemandirian.2 8

Coleman menggambarkan dimensi modal sosial secara rinci dengan

mengemukakan bahwa dimensi modal sosial inhern dalam struktur relasi

sosial dan jaringan sosial di dalam suatu masyarakat yang menciptakan

berbagai ragam kewajiban sosial, menciptakan iklim saling percaya,

membawa saluran informasi dan menetapkan norma-norma serta

sanksi-sanksi sosial bagi para anggota masyarakat tersebut.2 9

Tak selalu jelas apa alasan sebenarnya dalam fungsi sosial dalam

perkembangan. Mungkin alasannya bermacam-macam dan berbeda-beda

28Agus Supriono, , di akses 13 Maret 2011,

http://oceannaz.wordpress.com/2010/07/29/modal-sosial-sebagai-modal-dasar-dalam -pemberdayaan-masyarakat/.

29Coleman, J.S.,

, dalam Buku Rahmat

Rais, , (litbang dan Diklat Departemen

Agama RI, 2009).

3. Peran dan Fungsi Modal Sosial

Modal Sosial: Definisi, Dimensi dan Tipologi

(41)

secara individual, namun diduga ada kesamaannya di seluruh dunia, menurut

pandangan masing-masing apa yang diharapkan modal sosial:3 0

a. Modal sosial dapat membantu dalam mempersiapkan perempuan untuk

suatu pekerjaan.

Perempuan yang telah mempunyai kemampuan terhadap dirinya untuk

melakukan pekerjaan sebagai mata pencaharian atau setidaknya mempunyai

dasar untuk mencari nafkahnya. Makin tinggi keahlian yang dimiliki, makin

besar harapannya memperoleh pekerjaan yang baik.

b. Modal sosial dapat membantu dalam memberikan keterampilan dasar.

Orang yang telah mempunyai kemampuan dasar pada dirinya itu

adalah suatu bekal untuk lebih meningkatkan keterampilan yang dim ilikinya.

c. Modal sosial dapat membantu dalam membuka kesempatan memperbaiki

nasib.

Pemberdayaan perempuan sering dipandang sebagai jalan itas

sosial. Melalui pemberdayaan dapat menggali kemapuan apa yang dimiliki

perempuan untuk memperbaiki nasib mereka.

d. Modal sosial dapat membantu dalam menyediakan tenaga perdagangan

yang propesional.

Rahmat Rais, , (litbang dan Diklat

Departemen Agama RI, 2009) 30

(42)

e. Modal Sosial dapat membantu dalam memecahkan masalah-masalah

sosial.

f. Modal sosial dapat membantu dalam mentransmisi kebudayaan.

g. Modal sosial dapat membantu dalam membentuk manusia yang sosial.

h. Modal sosial dapat membantu dalam mentransformasi kebudayaan.

Pemberdayaan berasal dari kata asing “empowerment”, secara bahasa

pemberdayaan berarti penguatan dan secara teknisi isti ah pemberdayaan

dapat disamakan dengan istilah pengembangan.3 1

Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai

pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan

atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kem iskinan. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ing dicapai oleh

sebuah perubahan sosial yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan

atau mempunyai pengetahuan dalam kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial seperti

memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata

31

Agus Ahmad Syafi’I, , (Bandung: Gerbang Masyarakat baru, 2001), h. 70

C. Pemberdayaan

1. Pengertian Pemberdayaan

(43)

pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam

melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.3 2

Menurut Payne dalam buku pemikiran-pemikiran dalam pembangunan

kesejahteraan sosial karangan Isbandi Rukminto Adi dinyatakan bahwa

pemberdayaan adalah membantu klien memperoleh daya unt mengambil

keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait

dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial

dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan

kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki

antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.3 3

Sementara itu menurut Jim Ife “pemberdayaan penyediaan sumber

daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan bagi masyarakat untuk

meningkatkan kapasitas mereka sehingga mereka bisa menemukan masa

depan mereka lebih baik.3 4

Pemberdayaan menurut Gunawan Sumohadiningrat adalah “u

untuk membangun daya yang dimiliki dhu’afa dengan mendorong,

memberikan motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi yang

dimiliki mereka, serta berupaya untuk mengembangkannya.3 5

32

Jim Ife, Community Development, (Longman, Australia, 2005), hlm. 182.

(44)

Pemberdayaan masyarakat sering dipahami sebagai perwujudan dari

pengembangan masyarakat yang lahir dari tradisi

pendidikan massa dan berbasis pada bidang pekerjaan

sosial , serta memiliki kemiripan cakupan dengan pendidikan

luar sekolah, namun berkembang menjadi disiplin

ilmu yang mandiri.

Sedangkan tujuan pemberdayaan masyarakat adalah mendir

masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan diri kearah

kehidupan yang lebih baik secara seimbang. Karenanya pemberdayaan

masyarakat adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini

berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu

bermanfaat bagi dirinya.3 6

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan,

baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri), maupun

karena kondisi eksternal (m isalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak

adil). Guna melengkapi pemahaman mengenai pemberdayaan perlu diketahui

konsep mengenai kelompok lemah dan ketidakberdayaan yang dialaminya.

Beberapa kelompok yang dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah atau

tidak berdaya meliputi:

36 Agus Ahmad Syafi’I,

, hlm. 39.

(Community Development) (Mass Education)

(social Work)

Community Development

Manajemen Masyarakat Islam 2. Tujuan Pemberdayaan

(45)

a. Kelompok lemah secara struktural, baik lemah secara ke gender, maupun

etnis.

b. Kelompok lemah khusus, seperti manula, anak-anak dan remaja, penyandang

cacat, gay dan lesbian, masyarakat terasing.

c. Kelompok lemah secara personal, yakni mereka yang mengalami masalah

pribadi atau keluarga.3 7

Untuk itu setiap pembeedayaan masyarakat harus diarahkan untuk

peningkatan martabat manusia sehingga menjadi masyarakat yang maju

dalam berbagai aspek. Proses pemberdayaan masyarakat pada akhirnya akan

bertujuan pada penyediaan sebuah ruang bagi masyarakat untuk mengadakan

pilihan.3 8

Adapun untuk pemberdayaan masyarakat terdiri dari 3 tahapan yaitu:

a. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat itu

berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan

masyarakat memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan.

b. M

emperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam rangka ini

diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, serta pembukaan akses

kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi semakin

berdaya dalam memanfaatkan peluang dan kemampuannya.

37

Edi Suharto, , hlm. 60.

38

Syamsudin, RS ,

(Bandung: K.P Hadid, 1999), hlm. 28.

3. Tahapan Pemberdayaan

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat

(46)

c. Memberdayakan juga dalam arti menanggulangi.3 9

Sedangkan menurut Adi ada tujuh tahapan pemberdayaan masyarakat.

Berikut adalah bagan model tahapan pemberdayaan.

a. Tahap Persiapan

Pada tahap ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan, yaitu : ,

penyiapan petugas. Yaitu tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa

dilakukan oleh , dan kedua, pentiapan lapangan yang pada

dasarnya diusahakan dilakukan secara non-direktif.

b. Tahap Pengkajian ( )

Pada tahap ini yaitu proses pengkajian dapat dilakukan secara

individual melalui tokoh-tokoh masyarakat ( ), tetapi juga dapat

melalui kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas harus

berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan ( ) dan

juga sumber daya yang dimiliki klien.

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan

Pada tahap ini petugas sebagai agen perubah ( ) secara

partisipatif mencoba melibatkan warga untuk berpikir tentang masalah yang

mereka hadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam konteks ini

masyarakat diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan

kegiatan yang dapat dilakukan.

d. Tahap Pemformulasi Rencana Aksi

39

Gunawan Sumodiningrat,

(Jakarta: PT. Bina Rena Patiwara) Cet. Ke-2, hlm. 165.

(47)

Pada tahap ini agen perubah membantu masing-masing kelompok

untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan

mereka lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada. isamping itu juga

petugas membantu untuk memformulasikan gagasan mereka dalam bentuk

tertulis, terutama bila ada kaitannya dengan pembuatan proposal kepada

penyandang dana.

e. Tahap Pelaksanaan (Implementasi) Program atau Kegiatan

Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran

masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga keberlangsungan

program yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan masyarakat

merupakan hal penting dalam tahap ini karena terkadang sesuatu yang sudah

direncanakan dengan baik melenceng saat di lapangan.

f. Tahap Evaluasi

Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap

program pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya

dilakukan dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga tersebut

diharapkan dalam jangka waktu pendek bisa terbentuk suatu sistem

komunitas untuk pengawasan secara internal dan untuk jangka panjang dapat

membangun komunitas masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan

sumber daya yang ada.

g. Tahap Term inasi

Tahap term inasi merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal

(48)

berhenti. Petugas harus tetap melakukan kontak meskipun tidak secara rutin.

Kemudian secara perlahan-lahan mengurangi kontak dengan komunitas

sasaran.

Person menyatakan bahwa proses pemberdayaan umumnya dilakukan

secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literature yang menyatakan bahwa

proses pemberdayaan terjadi dalam relasi satu-lawan-satu antara pekerja

sosial dank lien dalam setting pertolongan perseorangan. Meskipun

pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya diri klien, hal ini

bukanlah strategi utama pemberdayaan.4 0

Strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara indi idual,

meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas,

dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem lain di luar dirinya.

Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga

aras atau matra pemberdayaan ( ) mikro, mezzo, dan

makro.

a) Aras mikro. Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu

melalui bimbingan dan konseling. Tujuan utamanya adalah membimbing

atau melatih klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model

ini sering di sebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas.

b) Aras Mezzo. Pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.

Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media

40

Edi Suharto, h. 66.

4. Strategi Pemberdayaan

empowermwnt setting

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat,

(49)

intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya

digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan

memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c) Aras Makro. Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar

( ), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem

lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,

kampanye, aksi sosial, pengorganisasian masyarakat, manajemen konflik,

adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strateg Sistem Besar

memandang klien sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk

memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk memilih serta

menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.4 1

Menurut Srihartini, memberdayakan masyarakat diartikan upaya

untuk meningkatkan harkat martabat lapisan masyarakat dalam kondisi

sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

41

Edi Suharto, hlm. 66-67.

large-system strategy

Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, D. Pemberdayaan Perempuan

1. Pengertian Pemberdayaan Perempuan

(50)

keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan

mendirikan masyarakat.4 2

Sedangkan pemberdayaan perempuan menurut Mely G Tan berarti

“meningkatkan keinginan, tuntunan, membagi kekuasaan ( )

dalam posisi setara ( ), representasi serta partisispasi dalam pengambilan

keputusan, yang menyangkut kehidupan berkeluarga, bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.4 3

Menurut Adik Wibowo dalam buku perempuan dan pemberdayaan

mengemukakan bahwa pemberdayaan perempuan adalah pembekalan,

peningkatan serta pembinaan potensi atau aktualisasi perempuan sehingga

lebih mampu mempergunakan kesempatan yang ada, mampu berperan serta

secara aktif dan mampu menjadi mitra kaum laki-laki dalam mengisis

pembangunan.4 4

Kemudian pemberdayaan perempuan dilihat dari aspek Agama Islam,

menurut Al-Qur’an misi risalah Islam adalah pemberdayaan mengajak orang

berbuat baik, mencegah orang berbuat mungkar, menghala kan yang

baik-baik, mengharamkan yang bururk-buruk, mengatasi himpitan-himpitan hidup

dan melepaskan belenggu-belenggu yang bisa memberangus orang. Bahkan

42

Srihartini, , Jurnal PMI,

September, 2003, hlm. 45. Mely G. Tan,

(Jakarta: Obor dan Harian Kompas, 1997),

hlm.12.

44

Adik Wibowo, , dalam

Smita Noto dan harian Kompas, 1997), hlm. 163.

sharing power equal

Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Perempuan dan Pemberdayaan: Makna Fakta, Dalam Smita Noto Susanto dan E. Kristi Poerwandari, Perempuan dan Pemberdayaan

Memampukan Wanita Agar Menggunakan Hak Reproduksi

(51)

menurut Al-Qur’an, pendusta agama adalah mereka yang tidak

mengembangkan dan memberdayakan.4 5

Pemberdayaan wanita didefinisikan sebagai upaya peningkatan

kemampuan wanita untuk memperoleh akses dan kontrol terhadap sumber

daya, ekonomi politik, sosial dan budaya agar wanita-wanita dapat mengatur

diri dan meningkatkan rasa percaya diri untuk berperan dan berpartisipasi

aktif dalam memecahkan permasalahan sehingga mampu membangun

kemampuan dan konsep diri.4 6

Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberdayaan perempuan dalah

membina, mengembangkan, maupun memandirikan baik secara individu

maupun komunitas perempuan agar dapat terlepas dari permasalahan yang

menimpanya dan dapat mengeluarkan potensi yang ada dalam dirinya.

Tujuan utama pemberdayaan adalah memperkuat kekuasaan

masyarakat khususnya kelompok yang lemah yang memiliki

ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (m isalnya persepsi mereka

sendiri), maupun karena kondisi eksternal (m isalnya ditindas oleh struktur

sosial yang tidak adil).4 7

45 Agus Ahmad Syafi’I,

, hlm. 47.

46

Oleh Departemen Kelautan dan Perikanan Bagian Proyek Pemberdayaan Sosial Ekonomi Ma yarakat Pesisir, 2001, hlm. 20.

47

Edi Suharto, , hlm. 60.

2. Tujuan Pemberdayaan Perempuan

Manajemen Masyarakat Islam Petunjuk Pelaksanaan Pemberdayaan Wanita Nelayan

(52)

Sedangkan Payne mengemukakan bahwa suatu proses pemberdayaan

( ), pada intinya, ditujukan guna :

.

(membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan

menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang terkait dengan diri mereka,

termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan

tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemamp dan rasa

percaya diri lingkungannya).4 8

Sedangkan menurut Agus Ahmad Syafe’i, tujuan pemberdayaan

masyarakat itu adalah mendirikan masyarakat itu adalah mendirikan

masyarakat atau membangun kemampuan untuk menjauhkan diri kea rah

yang lebih baik secara kesinambungan.

Lebih jelasnya, tujuan pemberdayaan perempuan adalah ,

untuk merubah atau meminilimasirkan ideologi patriarki yaitu dominasi

laki-laki atas perempuan. Kedua, merubah struktur dan pranata yang memperkuat

dan melestarikan diskrim inasi gender dan ketidaksamaan sosial (termasuk

keluarga, kasta, kelas, agama, proses, dan pranata pendidikan, media, praktek,

48

Isbandi Rukminto Adi,

, (Jakarta: LP FEUI, 2002), h. 54. empowerment

“ to help clients gain power of dicision and action over their own lives by reducing the effect of social or personal blocks to exercising power, by increasing capacity and selfconfidence to use power and by transferring power from the environment”

pertama

Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas

(53)

model-model pembangunan dan pranata pemerintahan). Ketiga, memberi

kesempatan bagi perempuan miskin untuk memperoleh akses dan penguasaan

terhadap sumber-sumber material maupun informasi. Keempat, memperbaiki

keadaan maupun posisi kaum perempuan artinya memperbaiki perempuan

yang mapan dari segi pendidikan dan mempunyai pekerjaan dengan upah

yang baik tetapi mengalami pelecehan, bahkan penganiayaan oleh laki-laki

(suami).

Hal yang paling krusial dari aktivitas pemberdayaan adalah

pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan (ekonomi). Ket hal tersebut

sering dijadikan standar pengukuran berdaya tidaknya kondisi atau objek.4 9

a. Pendidikan

Menciptakan dan perluasan kemudahan pengaksesan. Menciptakan

infrastruktur pendidikan yang fleksibel bagi perempuan buruh industri, dan

ibu rumah tangga. Hal ini guna mencapai optimalisasi dan peningkatan

kontribusi perempuan. Dan menjadi salah satu tolak ukur berdayanya

perempuan, mengingat taraf pendidikan perempuan masih tertinggal

dibandingkan laki-laki.

b. Kesehatan

49

, (Jakarta: KMNPP, BKKBN, UNFPA, 2003), hlm. 93.

3. Ciri Khas Pemberdayaan Perempuan

(54)

Bukti tingginya kematian ibu menuntut perbaikan sistematik

infrastruktur kesehatan perempuan. Kesejahteraan sarana dan prasarana

kesehatan yang dapat mengcover seluas mungkin masyarakat yang bersifat

“ramah perempuan” terutama bagi kesehatan reproduksi wanita, penerapan

urgensi kesehatan ibu secara konsisten dari pusat sampai daerah-daerah

terpencil, semua itu akan melahirkan semangat pelayanan kesehatan yang

simpatik dan penuh tanggung jawab.

c. Hukum, Sosial, Politik, dan Ekonomi

Hal terakhir ini dianggap sebagai kunci terpenuhinya berbagai ruang

lingkup dalam semangat untuk selalu menjadi orang yang produktif dan

berguna bagi orang lain. Keadaan ini akan memberikan kesempatan

perempuan menjadi manusia merdeka yang dapat mengekspresikan

kemampuan guna memenuhi kepentingan perempuan.

Istilah sektor informal pertama kali dilontarkan oleh

(1971) dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan

kerja kota yang berada di luar pasar tenaga terorganisasi. Apa yang

digambarkan oleh Hart memang dirasakan belum cukup dalam memahami

sektor informal yang sesungguhnya. Ketidakjelasan definisi sektor informal

tersebut sering dilengkapi dengan suatu daftar kegiatan agak yang

E. Sektor Informal

1. Pengertian Sektor Informal

Keith Hart

(55)

terlihat apabila seseorang menyusuri jalan-jalan suatu kota Dunia ketiga:

pedagang kaki lima, penjual Koran, pengamen, pengemis, pedagang asongan,

dan lain-lain. Mereka merupakan pekerja yang tidak terikat dan tidak terampil

dengan pendapatan rendah dan tidak tetap.

Untuk lebih memahami pengertian akan sektor informal, baiknya

kita melihat aktifitas-aktifitas informal yang tidak hanya terbatas pada

pekerjaan-pekerjaan dipinggiran kota besar, tetapi bahkan juga meliputi

berbagai macam aktifitas ekonomi. Aktifitas-aktifitas informal tersebut

merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan dah untuk

dimasuki. Berdasarkan pada sumber daya lokal, usaha milik sendiri,

operasinya dalam skala kecil, padat karya dan teknologinya bersifat adaptif.

Keterampilan dapat diperoleh di luar sistem sekolah formal, dan tidak terkena

secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif.

Menurut Keith Hart, ada dua macam sektor informal dilihat dari

kesempatan memperoleh penghasilan, yaitu:

1. Sah, terdiri atas:

a. Kegiatan-kegiatan primer dan sekunder-pertanian, perkebunan yang

berorientasi pasar, kontraktor bangunan, dan lain-lain.

b. Usaha tersier dengan modal yang relative besar. Seperti: perumahan,

transportasi, usaha-usaha untuk kepentingan umum, dan lain-lain.

(56)

c. Distribusi kecil-kecilan pedagang kaki lima, pedagang pasar, pedagang

kelontong, pedagang asongan, dan lain-lain.

d. Transaksi pribadi, Seperti, pengemis

e. Jasa yang lain, Seperti: pengamen, penyemir sepatu, tukang cukur,

pembuang sampah, dan lain-lain

2. Tidak sah, terdiri atas:

a. Jasa – kegiatan dan perdagangan gelap pada umumnya: penadah, barang

curian, lintah darat, perdagangan obat bius, penyelundupan, pelacuran dan

lain-lain.

b. Transaksi – pencurian kecil (pencopetan), pencurian besar (perampokan

bersenjata), pemalsuan uang, perjudian dan lain-lain.5 0

50

Pondokinfo, di Akses 13

Maret 2011, http://www . com

Sektor Informal: Permasalahan dan Upaya Mengatasinya,

Gambar

Tabel di bawah ini akan memberikan gambaran betapa pentingnya
Persentase PTabel 1.1enduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Dan Jenis
gambaran yang lebih spesifik, peneliti juga melakukan           mendalam
Gambaran Modal Sosial Dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

dimaksudkan agar kaum perempuan yang terjerumus ke dalam tindakan tersebut tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Salah satu program pemberdayaan perempuan yang

Dua puluh tablet ditimbang, kemudian digerus dalam mortir. Serbuk ditimbang sejumlah tertentu yang setara dengan 200 mg simetidin. Keseluruhan serbuk dimasukkan ke

Sesuai dengan fokus penelitian di atas, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk memahami dan mendeskripsikan konsep diri remaja putri dalam menghadapi menarche serta

Konsistensi dalam informasi merupakan ketetapan berita yang diterima oleh seseorang atau organisasi sesuai dengan sumber aslinya. Konsistensi informasi tentang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif terjadi pada partisipan karena pemberian uang saku dari orang tua yang dapat dibelikan sesuatu

Pada konsep ini dilakukan pengukuran kesenjangan antara realita yang ada dengan desain dari sistem yang akan dibangun, pertimbangan utama dari framework ini adalah bahwa

Value Chain merupakan rantai nilai yang dapat mengetahui kekuatan perusahaan, keuntungan dan kesuksesan dari rantai aktivitas dalam perusahaan atau industri