• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November 2012"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita

Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat

Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati Periode Oktober-November 2012

SKRIPSI

EVA YULIANI

NIM : 108102000071

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita

Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat

Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)

Fatmawati Periode Oktober-November 2012

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar Sarjana Farmasi

EVA YULIANI

NIM : 108102000071

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(3)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Eva Yuliani

NIM : 108102000071

Tanda Tangan :

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : EVA YULIANI

NIM : 108102000071

Judul : Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit

Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode

Oktober-November 2012

Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt NIP. 195602101987032003

Dra. Alfina Rianti, M.Pharm, Apt NIP. 196212191990022001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Eva Yuliani

NIM : 108102000071

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Judul Tesis : Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November 2012

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(6)

ABSTRAK

Nama : Eva Yuliani Program Studi : Strata -1 Farmasi

Judul : Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap BTeratai Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati PeriodeOktober-November 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat dengan obat, interaksi obat dengan makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati. Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dan pengambilan data dilakukan secara prospektif selama bulan Oktober sampai November 2012. Hasil pengamatan menunjukkan penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien geriatri dan obat untuk penyakit kardiovaskular merupakan obat-obatan yang paling banyak dikonsumsi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 8% dari 100 orang pasien geriatri yang diamati mengalami interaksi obat. Pasien geriatri yang mengkonsumsi lima macam obat atau lebih merupakan pasien yang paling banyak mengalami interaksi obat. Hasil pengamatan menunjukkan adanya 13 kasus interaksi obat, dimana6 kasus merupakan interaksi obat dengan obatdan 7 kasus merupakan interaksi obat dengan penyakityang terjadi pada pasien geriatri, dan dari hasil pengamatan tidak ditemukan adanya interaksi obat dengan makanan dan minuman. Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi adalah interaksi antara captopril dengan furosemid (50%), ondansetron dengan tramadol (33,33%) dan captopril dengan valsartan (16,67%). Adapun kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi adalah interaksi antara furosemid dengan penyakit ginjal (57,14%), captopril, lisinopril dan valsartan dengan penyakit ginjal (masing-masing 14,29%). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semua interaksi obat yang terjadi termasuk dalam interaksi obat dengan level kemaknaan klinis 3, dimana diperlukan suatu tindakan untuk meminimalkan risiko dari interaksi tersebut.

(7)

ABSTRACT

Name : Eva Yuliani Program Study : Strata-1 Pharmacy

Title : Drug Interactions in Geriatric Patients Suffering Cardiovascular and Internal Disease of Teratai B Inpatient Installation in FatmawatiGeneral Hospital Center Period October-November 2012

This study aimed to determine the drug-drug interactions, drug-food and drink interactions and drug-disease interactions in geriatric patients suffering cardiovascular and internal disease of Teratai B Inpatient installation in FatmawatiGeneral Hospital Center. Anobservational prospective study was conducted during October and November 2012. The results of this study showed that cardiovascular disease is the most commonly disease in geriatric patients and then the class of drugs most commonly used was related to cardiovascular system. The results showed that 8% of 100 geriatric patients experienced drug interactions. Geriatric patients who consumed five or more drugs are the most patient experiencing drug interactions. The results showed the existence of13 cases of drugs interactions, of wich 6 cases were drug-drug interactionsand 7 cases were drug-disease interactions that occur in geriatric patients, the results of observations did not found any drug-food and drink interactions. The cases of drug-drug interactions were interaction that occur between captopril with furosemide (50%), tramadol with ondansetron (33.33%) and captopril with valsartan (16.67%). The cases of drug-disease interactions were interaction that occur between furosemide with renal disease (57.14%), captopril, lisinopril and valsartan with renal disease (each 14.29%). All the drug interactions that occur were included in the drug interactions with clinical significance level 3 wich is need a treatment to minimize the risk of interactions.

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan

segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati Periode Oktober-November 2012” ini.

Shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad

SAW, teladan bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di Instalasi Rawat Inap B

Teratai RSUP Fatmawati, serta teori yang didapat dari berbagai literatur. Dalam

menyelesaikan masa perkuliahan sampai penulisan skripsi ini tentu banyak

berbagai kesulitan dan halangan yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas

dari doa, bantuan dan bimbingan banyak pihak. Oleh karena itu, ucapan terima

kasih penulis haturkan kepada:

1. Ibu Dr. Delina Hasan, M.Kes, Apt sebagai Pembimbing I dan ibu Dra. Alfina

Rianti, M.Pharm, Apt sebagai Pembimbing II yang telah memberikan ilmu,

nasehat, waktu, tenaga, dan pikiran selama penelitian dan penulisan skripsi

ini.

2. Kementerian Agama Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan “Beasiswa Santri Jadi Dokter” selama menempuh pendidikan di Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc, Apt selaku ketua Program Studi Farmasi

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ibu Zilhadia, M.Si, Apt selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

(9)

6. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Junaidi dan Ibunda Rahmawati yang

selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang, dukungan moral,

material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa di setiap waktu.

8. Yuk Pit, Dewi, Lena dan Nashri yang selalu memberikan arahan, semangat

dan dukungan.

9. Ibu dan Bapak perawat serta kakak-kakak dokter residen di RSUP Fatmawati

yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan penelitian.

10. Teman-teman di Program Studi Farmasi: Mega, Megawati, Inda, Zulfa, Febri

serta teman-teman beta lactam tercinta dan alcoolique atas semangat dan

kebersamaan kita selama perkuliahan berlangsung. Semoga ukhuwah yang

telah terjalin tidak pernah putus dan akan terus berlanjut.

11. Teman seperjuangan selama penelitian di RSUP Fatmawati: Bonita atas

bantuan yang telah diberikan.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari

Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.

Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Januari 2013

(10)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Eva Yuliani

NIM : 108102000071

Program Studi : Strata-1 Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya, dengan judul :

INTERAKSI OBAT PADA PASIEN GERIATRI YANG MENDERITA PENYAKIT JANTUNG DAN PENYAKIT DALAM DI INSTALASI RAWAT INAP B TERATAI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT (RSUP)

FATMAWATI PERIODE OKTOBER-NOVEMBER 2012

untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital

Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Demikian pernyataan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada tanggal : 15 Januari 2013

Yang menyatakan,

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR ISTILAH ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 2

1.3Tujuan Penelitian ... 2

1.4Manfaat Penelitian ... 3

1.5Ruang Lingkup ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1Interaksi Obat ... 4

2.1.1 Pengertian Interaksi Obat ... 4

2.1.2 Mekanisme Interaksi Obat ... 4

2.1.3 Jenis Interaksi Obat ... 8

2.1.4 Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat ... 10

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Obat ... 10

2.1.6 Pasien yang Rentan Terhadap Interaksi Obat ... 12

2.2Geriatri ... 12

2.2.1 Pengertian Geriatri ... 12

2.2.2 Demografi Populasi Lanjut Usia ... 13

2.2.3 Kesehatan Pada Pasien Geriatri ... 13

2.2.4 Perubahan Penting Pada Pasien Geriatri dalam Hubungannya dengan Obat ... 13

2.2.5 Penggunaan Obat Secara Rasional Pada Pasien Geriatri .. 15

2.2.6 Polifarmasi Pada Pasien Geriatri... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS ... 18

3.1Kerangka Konsep ... 18

3.2Definisi Operasional ... 18

(12)

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ... 20

4.1Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

4.1.1 Lokasi ... 20

4.1.2 Waktu ... 20

4.2Desain Penelitian ... 20

4.3Populasi dan Sampel ... 20

4.3.1 Populasi... ... 20

4.3.2 Sampel... ... ... 20

4.4Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 21

4.4.1 Kriteria Inklusi ... 21

4.4.2 Kriteria Ekslusi ... 21

4.5Pengumpulan Data ... 21

4.6Cara Kerja ... 21

4.7Analisis Data ... 22

BAB 5 HASILDAN PEMBAHASAN ... 23

5.1Hasil Penelitian ... 23

5.1.1 Karakteristik Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati Periode Oktober-November 2012 ... 23

5.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati Periode Oktober-November 2012 ... 27

5.2Pembahasan ... 31

5.2.1 Keterbatasan Penelitian ... 31

5.2.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

5.1 Kesimpulan ... 37

5.2 Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA... ... 39

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Jenis Obat yang Digunakan oleh Pasien Geriatri ... 23

4.2 Jenis Makanan dan Minuman yang dikonsumsi oleh Pasien Geriatri ... 23

4.3 Jenis Penyakit yang Diderita oleh Pasien Geriatri ... 24

4.4 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Identifikasi Secara Literatur ... 24

4.5 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan ... 25

4.6 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Jenis Kelamin ... 25

4.7 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Jenis Kelamin... 25

4.8 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Usia ... 26

4.9 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Usia ... 26

4.10 Distribusi Pasien Geriatri Berdasarkan Jumlah Macam Obat yang Digunakan ... 26

4.11 Distribusi Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat Berdasarkan Jumlah Macam Obat yang Digunakan ... 27

4.12 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan literatur ... 27

4.13 Jumlah Kasus Interaksi Obat Berdasarkan Hasil Pengamatan ... 28

4.14 Kasus Interaksi Obat dengan Obat ... 28

4.15 Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit ... 29

4.16 Kasus Interaksi Obat yang Tidak Dapat Diamati ... 29

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagram jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat .. 42 Gambar 2. Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin ... 42 Gambar 3. Diagram jumlah pasien geriatri berdasarkan usia ... 43 Gambar 4. Diagrram jumlah pasien geriatri berdasarkan jumlah macam

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Diagram Distribusi Karakteristik Pasien Geriatri dan

Diagram Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri ... 42

Lampiran 2. Hasil Identifikasi Kasus Interaksi Obat yang Terjadi Berdasarkan Literatur ... 45

Lampiran 3. Rekomendasi Terhadap Beberapa Kasus Interaksi Obat ... 47

Lampiran 4. Surat Izin Melakukan Penelitian di RSUP Fatmawati ... 48

Lampiran 5. Informed Consent ... 50

Lampiran 6. Panduan Pertanyaan Wawancara Pasien ... 52

Lampiran 7. Data Pasien Geriatri ... 53

Lampiran 8. Data Rekapitulasi Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri Berdasarkan Literatur ... 67

(16)

DAFTAR ISTILAH

ACS Acute Coronary Syndrome

AKI Acute Kidney Injury

CAD Coronary Artery Disease

CAP Community Acquired Pneumonia

CHF Chronic Heart Failure

CKD Chronic Kidney Disease

CLD Chronic Lung Disease

DM Diabetes Melitus

GEA Gastroenteritis Akut ISK Infeksi Saluran Kemih

NSTEMI Non-ST Segment Elevation Myocardial Infarction PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronis

(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada usia 60 tahun ke atas terjadi proses penuaan yang bersifat universal

berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progresif,

perubahan secara bertahap, akumulatif dan intrinsik. Proses penuaan

menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai organ di dalam tubuh seperti

sistem gastrointestinal, sistem genitouria, sistem imunologis, sistem

serebrovaskular, sistem saraf pusat dan sebagainya (Direktorat Bina Farmasi

Komunitas dan Klinik, 2004). Oleh sebab itu, penyakit pada populasi usia lanjut

berbeda perjalanan dan penampilannya dengan yang terdapat pada populasi lain,

dimana penyakit bersifat multipatologik, degeneratif, saling terkait, kronis,

cenderung menyebabkan kecacatan lama sebelum terjadinya kematian dan dalam

pengobatan sering terdapat polifarmasi (Martono, 2009). Pada lanjut usia yang

menderita lebih dari satu penyakit dan mendapat berbagai macam obat secara

bersamaanmerupakan kelompok yang rentan terhadap interaksi obat (Thanacoody,

2012; Bressler et al., 2003). Resiko interaksi obat meningkat sesuai dengan

jumlah obat yang diresepkan dan pasien geriatri biasanya mendapatkan obat yang

lebih banyak dibandingkan pasien usia lainnya (Mallet et al., 2007).

Reaksi efek samping obat, termasuk interaksi obat pada pasien geriatri

merupakan masalah yang umum terjadi di rumah sakit dan merupakan penyebab

penting pada tingkat morbiditas dan mortalitas (Routledge et al., 2003;Hilmer et

al., 2008). Menurut penelitian Monita Cahya Ningsih (2004) tentang interaksi

obat pada pasien di poliklinik geriatri Perjan RS Dr. Cipto Mangunkusumo

didapatkan rata-rata pasien mendapatkan 5 macam obat secara bersamaan dan

diketahui 68% dari 150 pasien teridentifikasi mengalami interaksi obat dan 11,6%

dari interaksi obat tersebut dianggap sebagai interaksi yang menuntut perhatian

klinik.

Suatu penelitian tentang interaksi obat-obat di Mexico yang melibatkan

624 pasien rawat jalan dengan umur lebih dari 50 tahun menunjukkan adanya

(18)

dari pasien tersebut mendapat kombinasi obat dengan interaksi yang harus

dihindari (Doubova et al., 2007).

Suatu penelitian terbaru oleh Neto et al (2012) di Brazil tentang interaksi

obat yang melibatkan 433 pasien geriatri rawat jalan menunjukkan 6,5% dari total

pasien berpotensi mengalami paling sedikit satu macam interaksi obat dan

didapatkan bahwasanya pasien geriatri yang mengkonsumsi lima macam obat atau

lebih memiliki resiko interaksi obat yang secara signifikan lebih tinggi

dibandingkan mereka yang mengkonsumsi tiga sampai empat macam obat.

Berdasarkan masalah-masalah tentang interaksi obat pada pasien geriatri

yang biasanya mendapatkan resep obat polifarmasi sebagaimana yang dijelaskan

di atas, maka penelitian tentang interaksi obat pada pasien geriatri yang menderita

penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai Rumah

Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati ini perlu dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang di atas, maka disusunlah rumusan

masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan obat yang terjadi pada

pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di

instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?

2. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan makanan dan minuman

yang terjadi pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan

penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?

3. Bagaimanakah gambaran interaksi obat dengan penyakit yang terjadi

pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam

di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran lengkap tentang interaksi obat yang terjadi

pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit

(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui interaksi obat dengan obat yang terjadi pada

pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit

dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati

2. Untuk mengetahui interaksi obat dengan makanan dan minuman

yang terjadi pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung

dan penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP

Fatmawati

3. Untuk mengetahui interaksi obat dengan penyakit yang terjadi

pada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan

penyakit dalam di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Secara Metodologi

Metode yang digunakan pada penelitian ini diharapkan dapat

digunakan untuk penelitian mengenai interaksi obat pada kasus

penyakit dan pengobatan lainnya

1.4.2 Manfaat Secara Aplikatif

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi adanya

interaksi obat pada pasien geriatri bagi apoteker, dokter dan

tenaga kesehatan lainnya di RSUP Fatmawati

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi

apoteker, dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam memilih

obat-obatan yang tepat untuk pasien geriatri

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini hanya dibatasi pada interaksi obat dengan obat, interaksi obat

dengan makanan dan minuman dan interaksi obat dengan penyakit. Penelitian

dilakukan di instalasi rawat inap B Teratai RSUP Fatmawati pada pasien

geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam dengan besar

sampel minimal 97 orang selama waktu penelitian bulan Oktober-November

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Interaksi Obat

2.1.1 Pengertian Interaksi Obat

Interaksi obat dikatakan terjadi ketika efek suatu obat berubah karena

keberadaan suatu obat lain, obat herbal, makanan, minuman atau karena adanya

agen kimia lingkungan (Baxter, 2008). Tatro (1996) mendefinisikan interaksi obat

sebagai fenomena yang terjadi ketika efek dan atau farmakokinetik dari suatu obat

berubah karena adanya pemberian obat yang lain. Efek dari kombinasi obat dapat

bersifat additive atau meningkatkan efek dari satu atau lebih obat, antagonis

terhadap efek dari satu atau lebih obat maupun pengaruh-pengaruh lain terhadap

efek dari satu atau lebih obat (Thanacoody, 2012). Interaksi obat dianggap penting

secara klinik jika berakibat meningkatkan toksisitas dan atau mengurangi

efektivitas obat yang berinteraksi (Setiawati, 2007)

2.1.2 Mekanisme Interaksi obat (Setiawati, 2007)

Mekanisme interaksi obat dapat terjadi secara farmaseutik atau

inkompatibitas, farmakokinetik dan farmakodinamik.

2.1.2.1 Interaksi Farmaseutik (Setiawati, 2007)

Interaksi farmaseutik atau inkompatibilitas terjadi di luar tubuh sebelum obat

diberikan antara obat yang tidak dapat bercampur (inkompatibel). Pencampuran

obat tersebut menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau

kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,

perubahan warna dan mungkin juga tidak terlihat secara visual. Interaksi ini

biasanya mengakibatkan inaktivasi obat (Setiawati, 2007).

2.1.2.2 Interaksi Farmakokinetik (Setiawati, 2007)

Interaksi farmakokinetik terjadi jika salah satu obat mempengaruhi

(21)

obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi peningkatan toksisitas

atau penurunan efektivitas obat tersebut.

a. Mempengaruhi Absorpsi (Tatro, 2009)

Kebanyakan interaksi yang dapat mengubah absorpsi obat terjadi di salura

cerna. Terdapat banyak mekanisme dimana suatu obat secara teori dapat

mengubah absorpsi dari obat lain. Termasuk di dalamnya mengubah aliran darah

splanchnic, motilitas saluran cerna, pH saluran cerna, kelarutan obat, metabolisme

di saluran cerna, flora saluran cerna ataupun mukosa saluran cerna. Namun

sebagian besar interaksi yang penting secara klinis melibatkan pembentukan dari

complex yang tidak dapat diabsorpsi.

b. Mempengaruhi Distribusi (Tatro, 2009)

Ikatan dengan protein: setelah diserap, obat dibawa oleh darah ke jaringan

dan reseptor. Jumlah obat yang dapat berikatan dengan reseptor ditentukan oleh

absorpsi, metabolisme, akskresi dan ikatan dengan situs yang tidak aktif, serta

afinitas obat terhadap reseptor dan aktifitas intrinsik obat. Yang perlu diperhatikan

adalah obat yang terikat kuat pada albumin plasma dan potensi perpindahan obat

dari situs ikatan dengan albumin karena adanya pemberian obat lain yang juga

berikatan kuat dengan albumin. Mekanisme inilah yang banyak digunakan untuk

menjelaskan banyak interaksi. Perpindahan obat dari ikatan dengan situs yang

tidak aktif dapat meningkatkan konsentrasi serum dari obat aktif tanpa adanya

perubahan yang nyata pada konsentrasi total serum. Namun interaksi ini tidak

terlalu penting secara klinis karena cepatnya pencapaian kesetimbangan yang

baru.

Ikatan dengan reseptor: situs ikatan dengan selain albumin terkadang

penting dalam interaksi obat. Sebagai contoh, penggantian tempat digoxin oleh

quinidine dari situs ikatan di otot rangka dapat meningkatkan konsentrasi serum

digoksin.

c. Mempengaruhi Metabolisme (Tatro, 2009)

Untuk mencapai efek sistemik, obat harus mencapai situs reseptor, yang

(22)

itu, obat tersebut setidaknya harus larut di dalam lipid. Peran metabolisme adalah

mengubah senyawa aktif yang larut di dalam lipid menjadi senyawa tidak aktif

yang larut di dalam air sehingga dapat diekskresikan secara efisien. Sebagian

besar enzim terdapat di permukaan endotelium hati. Suatu enzim mikrosomal hati

yang penting yaitu isoenzim sitokrom p-450 yang bertanggung jawab dalam

oksidasi kebanyakan obat dan merupakan enzim yang paling sering di induksi

oleh suatu obat lain.

Induksi enzim adalah merangsang peningkatan aktivitas enzim.

Peningkatan aktivitas enzim disebabkan karena peningkatan jumlah keberadaan

enzim. Terdapat sekitar 400 obat dan bahan kimia yang merupakan agen

penginduksi enzim pada hewan. Secara klinis, fenobarbital, fenitoin,

karbamazepin dan rifampisin merupakan obat penginduksi enzim terbesar. Untuk

obat yang dimetabolisme oleh enzim yang diinduksi, diperlukan peningkatan

dosis saat digunakan bersama dengan obat penginduksi enzim dan dosis

diturunkan ketika obat tersebut dihentikan.

Sedangkan penghambatan enzim metabolisme obat umumnya dapat

mengurangi laju metabolisme suatu obat. Hal ini dapat mengakibatkan

peningkatan konsentrasi serum obat tersebut dan terutama jika obat tersebut

memiliki indeks terapi sempit maka dapat berpotensi toksik.

d. Mempengaruhi Ekskresi (Tatro, 2009)

Interaksi yang mempengaruhi ekskresi umumnya mempengaruhi transport

aktif di dalam tubulus ataupun efek pH pada transport pasif dari asam lemah dan

basa lemah. Dalam kasus terbaru, ada sedikit obat yang secara klinis dipengaruhi

oleh perubahan pH urin, seperti fenobarbital dan salisilat. Perubahan presentasi

sodium pada ginjal mempengaruhi ekskresi dan level serum lithium.

2.1.2.3 Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi dimana efek dari suatu obat

diubah oleh obat lain pada tempat aksinya. Terkadang obat-obat tersebut bersaing

secara langsung pada reseptor tertentu, tetapi reaksi sering kali terjadi secara tidak

langsung dan melibatkan mekanisme fisiologis. Interaksi ini juga dapat diartikan

(23)

sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik atau

antagonistik, tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam plasma. Interaksi

farmakodinamik merupakan sebagian besar dari interaksi obat yang penting dalam

klinik (Setiawati, 2007).

a. Efek Aditif atau Sinergis (Baxter, 2008)

Dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama dan diberikan pada

saat yang bersamaan dapat menyebabkan efek aditif. Efek aditif dapat muncul

baik sebagai efek utama maupun sebagai efek samping obat tersebut. Hal seperti

ini dapat digambarkan dengan istilah aditif, penjumlahan, sinergi atau potensiasi.

Kata ini memiliki definisi farmakologis yang sering digunakan sebagai sinonim

karena dalam prakteknya sering sangat sulit untuk mengetahui sejauh mana

aktivitas/efektifitas obat menjadi lebih besar atau lebih kecil.

b. Efek Antagonis (Baxter, 2008; Thanacoody, 2012)

Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa obat yang kerjanya

bertentangan satu sama lain. Obat dengan aksi agonis pada tipe reseptor tertentu

dapat berinteraksi dengan obat antagonis pada reseptor tersebut. Ada banyak dari

interaksi yang terjadi pada situs reseptor, kebanyakan digunakan untuk

keuntungan dalam terapeutik. Antagonis spesifik dapat digunakan untuk

membalikkan efek dari obat lain pada situs reseptor.

c. Sindrom Serotonin (Thanacoody, 2012)

Menurut Boyer and Shannon (2005) sindrom serotonin berhubungan

dengan kelebihan serotonin yang disebabkan oleh penggunaan suatu obat,

overdosis atau adanya interaksi antar obat. Meskipun kasus yang parah jarang

terjadi, kasus ini menjadi semakin mudah dikenali pada pasien yang menerima

kombinasi obat serotonergik.

Sindrom serotonin dapat terjadi ketika dua atau lebih obat yang

mempengaruhi serotonin diberikan pada saat bersamaan atau penggunaan obat

serotonergik lain setelah penghentian salah satu obat serotonergik. Sindrom ini

ditandai dengan gejala termasuk kebingungan, disorientasi, gerakan yang

(24)

hipertensi. Diagnosis ditegakkan jika tiga atau lebih gejala tersebut muncul dan

tidak ditemukannya penyebab lain.

d. Interaksi Obat atau uptake neurotransmitter (Baxter, 2008)

Aksi sejumlah obat untuk mencapai situs aksi pada neuron adrenergik

dapat dicegah dengan adanya obat lain. Antidepresan trisiklik mencegah reuptake

noradrenalin ke neuren adrenergik perifer. Pasien yang menggunakan

antidepresan trisiklik dan diberi noradrenalin secara parenteral menunjukkan

peningkatan respon seperti hipertensi dan takikardi. Efek antihipertensi dari

klonidin juga dapat dihambat oleh antidepresan trisiklik, salah satu penyebabnya

yaitu terjadinya penghambatan uptake klonidin pada SSP.

2.1.3 Jenis Interaksi Obat

2.1.3.1Interaksi Obat-Obat

Interaksi obat-obat dapat terjadi ketika dua obat atau lebih diberikan pada

saat yang bersamaan. Interaksi obat-obat dapat meningkatkan atau menurunkan

efek terapetik ataupun efek samping suatu obat (Moscou dan Snipe, 2009).

Interaksi antar obat dapat berakibat menguntungkan ataupun merugikan. Interaksi

yang menguntungkan misalnya penisilin dengan probenesid, dimana probenesid

menghambat sekresi penisilin di tubuli ginjal sehingga meningkatkan kadar

penisilin di dalam plasma dan dengan demikian dapat meningkatkan

efektivitasnya dalam terapi gonore. Sedangkan interaksi yang merugikan

contohnya interaksi parasetamol dengan fenobarbital yang dapat meningkatkan

resiko hepatotoksisitas (Setiawati, 2007).

2.1.3.2Interaksi Obat-Makanan dan Minuman

Telah diketahui bahwa makanan dapat menyebabkan perubahan klinis

yang penting dalam absorpsi obat melalui efek terhadap motilitas saluran cerna

atau dengan ikatan obat (Baxter, 2008). Oleh karena itu, beberapa obat tidak boleh

digunaan bersamaan dengan makanan. Dua contoh yang umum terjadi yaitu

interaksi tyramin dalam makanan dengan MAOI dan interaksi antara grapefruit

(25)

2.1.3.3Interaksi Obat-Herbal

Ekstrak Glycyrrhizin glabra (liquorice) yang digunakan dalam pengobatan

gangguan pencernaan dapat menyebabkan interaksi yang signifikan pada pasien

yang mengkonsumsi digoksin ataupun diuretik. Beberapa produk herbal

mengandung senyawa antiplatelet dan antikoagulan yang dapat meningkatkan

resiko pendarahan ketika digunakan bersama dengan aspirin atau warfarin

(Thanacoody, 2012).

Interaksi obat dengan herbal yang paling banyak dibahas adalah yang melibatkan St John’s wort (ekstrak Hypericum) yang digunakan untuk depresi (Thanacoody, 2012). Bukti menunjukkan bahwa herbal ini dapat menginduksi

sitokrom P450 isoenzim CYP3A4 dan juga dapat menginduksi glikoprotein-P. Oleh karena itu, St John’s wort dapat menurunkan level siklosforin dan digoksin (Baxter, 2008).

2.1.3.4Interaksi Obat-Penyakit

Interaksi obat dengan penyakit dikatakan terjadi ketika suatu obat yang

digunakan memiliki potensi untuk membuat penyakit yang telah ada sebelumnya

menjadi semakin parah. Pasien geriatri sangat rentan terhadap interaksi ini karena

mereka sering memiliki beberapa penyakit kronis dan menggunakan beberapa

jenis obat (Lindblad at al., 2005).

Menurut Shimp and Masan (1993), dalam pustaka medik interaksi obat

dengan penyakit sering disebut sebagai kontraindikasi absolut dan relatif.

Kontraindikasi absolut adalah risiko terapi yang menyebabkan penyakit tertentu,

jelas kerugiannya melebihi manfaatnya. Dengan kontraindikasi realtif,

keseimbangan risiko dan manfaat harus dikaji secara individu. Contoh umum dari

kotraindikasi relatif mencakup kehamilan, menyusui, gagal ginjal dan gagal hati

(Siregar dan Kumolosasi, 2006).

2.1.3.5Interaksi Obat-Uji Laboratorium

Shimp and Masan (1993) menyatakan bahwa interaksi obat dengan uji

laboratorium terjadi apabila obat mempengaruhi akurasi uji diagnostik. Interaksi

(26)

mempengaruhi uji urin untuk urobilinogen atau oleh perubahan zat yang diukur

(Siregar dan Kumolosasi, 2006).

2.1.4 Level Kemaknaan Klinis Interaksi Obat (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2004; Tatro, 2009)

a. Level 1

Hindari Kombinasi, risiko yang merugikan pasien lebih besar dari manfaat

b. Level 2

Sebaiknya hindari kombinasi, penggunaan kombinasi hanya dapat dilakukan pada

keadaan khusus. Penggunaan obat alternatif dapat dilakukan jika memungkinkan.

Pasien harus dipantau dengan sebaik-baiknya jika obat tetap diberikan

c. Level 3

Minimalkan risiko, ambil tindakan yang perlu untuk meminimalkan resiko

d. Level 4

Tidak dibutuhkan tindakan. Risiko yang mungkin timbul relatif kecil. Potensi

bahaya pada pasien rendah dan tidak ada tindakan spesifik yang

direkomendasikan. Tetap waspada terhadap kemungkinan terjadinya interaksi

obat.

e. Level 5

Tidak dibutuhkan tindakan. Kejadian interaksi tersebut diragukan atau tidak ada

kejadian interaksi yang menyebabkan terjadinya efek klinik.

2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Obat (Tatro, 2009)

Dalam studi tentang interaksi obat, merupakan suatu yang umum terjadi

jika ditemukan banyaknya variasi respon pasien terhadap regimen obat yang

sama. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi variasi respon tersebut

(27)

a. Usia

Anak-anak dan lanjut usia memiliki resiko interaksi obat yang tinggi. Studi

menunjukkan bahwa terhitung sekitar 25% dari semua resep ditujukan untuk

pasien lanjut usia, selain itu juga pasien lanjut usia secara ekstensif menggunakan

obat tanpa resep. Pasien lanjut usia juga mungkin memiliki penyakit kronis

lainnya maupun penurunan fungsi organ.

b. Genetik

Sebagai contoh, toksisitas karena efek penghambatan isoniazid terhadap

metabolisme fenitoin terlihat lebih signifikan pada asetilator lambat isoniazid

c. Penyakit

Keadaan penyakit seperti kerusakan fungsi ginjal, fungsi hati dan hipoalbumin

dapat mempengaruhi respon terhadap berbagai obat yang sedang digunakan.

d. Konsumsi alkohol

Intoleransi alkohol akut (reaksi disulfiram) muncul pada pasien yang

mengkonsumsi alkohol saat dalam pengobatan dengan suatu obat, termasuk

sefamandol, sefoperazon, sefotetan, moksalaktam dan metronidazole. Penggunaan

alkohol secara kronik dapat menyebabkan perubahan yang mempengaruhi

metabolisme obat terutama induksi enzim.

e. Merokok

Merokok dapat meningkatkan aktivitas enzim metabolisme obat di hati. Merokok

dapat merangsang metabolisme teofilin dan mexiletine. Seorang perokok

membutuhkan dosis yang lebih besar untuk mencapai level serum terapetik.

f. Makanan

Makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat (seperti susu dan tetrasiklin), aksi

obat (tyramine dalam makanan dan MAOI) dan eliminasi obat (protein dalam

(28)

g. Lingkungan

Faktor lingkungan seperti adanya beberapa pestisida dapat mengubah efek enzim

metabolisme di hati.

2.1.6 Pasien Yang Rentan Terhadap Interaksi Obat

Menurut Tatro (2009), pasien yang rentan terhadap interaksi obat adalah:

1. Pasien lanjut usia (Pasien Geriatri)

2. Pasien dengan penyakit akut

3. Pasien dengan penyakit yang tidak stabil

4. Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati

5. Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter

6. Pasien dengan terapi yang tergantung obat

Menurut Thanacoody (2012), pasien yang beresiko mengalami interaksi

obat adalah mereka dengan penyakit hati atau penyakit ginjal, pasien yang berada

dalam perawatan intensif, penerima transplantasi, pasien yang menjalani prosedur

bedah yang rumit dan mereka yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.

2.1 Geriatri

2.2.1 Pengertian Geriatri

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi

seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis

dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian (Setiati

dkk, 2006). Constantinides (1994) mendefinisikan menua (= menjadi tua = aging)

adalah suatu proses menghilangnya perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi

normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2009).

Beberapa istilah lain yang perlu dikemukakan terkait dengan proses menua

adalah gerontologi, geriatri dan longevity. Gerontologi adalah ilmu yang

mempelajari proses menua dan semua aspek biologi, sosiologi dan sejarah, yang

terkait dengan penuaan. Geriatri merujuk pada pemberian pelayanan kesehatan

(29)

kondisi dan penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut. Pasien

geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multipatologi (penyakit ganda).

Longevity merujuk pada lama hidup seorang individu (Setiati dkk, 2006).

2.2.2 Demografi Populasi Lanjut Usia (Darmojo, 2009)

Menurut UN-Population Division, Department of Economic and Social

Affairs (1999) jumlah populasi lanjut usia (lansia) ≥ 60 tahun diperkirakan hampir

mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050.

Menurut laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan

oleh Bureau of the Cencus USA (1993), dilaporkan bahwa Indonesia pada tahun

1990 – 2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414%, suatu

angka paling tinggi di dunia.

Menurut WHO (1989) Pertambahan penduduk lansia di Indonesia dan

Brazil diproyeksikan naik masing-masing melebihi 20 juta orang, sedang

kenaikan kira-kira setengah jumlah tersebut terjadi masing-masing di Meksiko,

Nigeria dan Pakistan. Indonesia diramalkan beranjak dari urutan ke-10 pada tahun

1980 menjadi urutan ke-5 atau 6 pada tahun 2020 sebagai negara yang banyak

jumlah populasi lansianya.

2.2.3 Kesehatan Pada Pasien Geriatri (Darmojo, 2009)

Penyakit atau keluhan yang umum diderita oleh pasien geriatri adalah

penyakit reumatik, hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru

(dyspnea/bronchitis), diabetes melitus, jatuh (falls), paralisis/lumpuh separuh

badan, TBC paru, patah tulang dan kanker.

Penyakit-penyakit yang diderita oleh pasien geriatri kebanyakan bersifat

endogenik, multipel, kronik, bergejala atipik, tanpa mernyebabkan imunitas tetapi

menjadi lebih rentan terhadap penyakit/komplikasi yang lain.

2.2.4 Perubahan Penting Pada Pasien Geriatri dalam Hubungannya dengan Obat

Pada pasien geriatri, berbagai perubahan fisiologik pada organ dan sistem

tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Berbagai perubahan

(30)

farmakokinetik, farmakodinamik dan hal khusus lain yang mengubah perilaku

obat di dalam tubuh (Martono dkk, 2009).

a. Perubahan Farmakokinetik (Supartondo dan Roosheroe, 2006)

Farmakokinetik terdiri dari absorbsi distribusi, metabolisme dan ekskresi.

Setelah diabsorbsi, obat melewati hati dan mengalami metabolisme pintas awal.

Bila tahap ini menurun, sisa dosis obat yang masuk dalam darah dapat melebihi

perkiraan dan mungkin menambah efek obat, bahkan sampai efek yang

merugikan. Pada obat dengan metabolisme pintas awal yang tinggi ada perbedaan

yang besar antara dosis intravena (rendah) dan dosis oral (tinggi).

Makanan dan obat lain dapat mempengaruhi absorbsi obat yang diberikan

secara oral. Distribusi obat dipengaruhi oleh berat badan dan komposisi tubuh,

yaitu cairan tubuh, massa otot, fungsi dan peredaran darah berbagai organ, juga

organ yang mengatur ekskresi obat. Kadar albumin plasma memastikan kadar

obat bebas dalam sirkulasi. Hal ini memerlukan pedoman menyesuaikan dosis

obat dengan berat badan untuk meningkatkan rasio resiko pada pasien geriatri

yang kurus. Metabolisme di hati dipengaruhi oleh umur, genotipe, gaya hidup,

curah jantung, penyakit dan interaksi antar obat. Mengecilnya massa hati dan

proses menua dapat mempengaruhi metabolisme obat. Untuk obat yang

ekskresinya terutama melalui ginjal pedoman bersihan kreatinin 24 jam penting

diperhatikan untuk memperkirakan dosis awal. Kadar kreatinin serum tidak

menggambarkan fungsi ginjal karena massa otot berkurang pada proses menua.

GFR (Glom. Filtr. Rate) lebih penting dan jika turun sampai 10-50 ml/menit,

dosis obat harus disesuaikan.

b. Perubahan Farmakodinamik (Martono dkk, 2009).

Farmakodinamik adalah pengaruh obat terhadap tubuh. Obat menimbulkan

rentetan reaksi biokimiawi dalam sel mulai dari reseptor sampai dengan efektor.

Di dalam sel terjadi proses biokimiawi yang menghasilkan respon selular. Respon

(31)

menonjol pada mekanisme respon homeostatik yang berlangsung secara

fisiologis.

Pada umumnya, obat-obat yang cara kerjanya merangsang proses

biokimiawi selular intensitas pengaruhnya akan menurun, misalnya agonis beta

untuk terapi asma bronkial diperlukan dosis yang lebih besar, padahal dengan

dosis yang lebih besar maka efek sampingnya akan lebih besar pula. Index terapi

obat menurun. Sebaliknya obat-obat yang cara kerjanya menghambat proses

biokimiawi seluler, pengaruhnya akan menjadi nyata sekali terlebih dengan

mekanisme regulasi homeostasis yang melemah, efek farmakologi obat dapat

sangat menonjol sehingga toksik. Misalnya obat-obat antagonis beta,

antikolinergik, antipsikotis, antiansietas dan lain-lain. Dengan demikian index

terapi obatnya menurun, seolah terjadi peningkatan kepekaan farmakodinamik.

c. Hal Khusus Lain (Supartondo dan Roosheroe, 2006)

Faktor lain yang berperan pada pemberian obat ialah multipatologi

(adanya lebih dari satu penyakit) pada pasien geriatri.

2.2.5 Penggunaan Obat Secara Rasional Pada Pasien Geriatri (Martono

dkk, 2009)

Pengobatan pada pasien geriatri perlu mendapatkan perhatian dokter dan tenaga

kesehatan lainnya, mengingat beberapa hal berikut:

 Penyakit pada pasien geriatri cenderung terjadi pada banyak organ dan pasien cenderung mengunjungi banyak dokter, sehingga pemberian obat cenderung

bersifat polifarmasi

 Polifarmasi menyangkut biaya yang besar untuk pembelian obat. Juga meningkatkan resiko lebih banyaknya kejadian interaksi obat, efek samping

obat (ESO) dan reaksi sampingan yang merugikan.

 Proses menua yang fisiologis menyebabkan perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik obat, juga menurunkan fungsi dari berbagai organ, sehingga

(32)

Ada tiga faktor yang menjadi acuan dasar dalam peresepan obat:

1. Diagnosis dan patofisiologi penyakit

2. Kondisi tubuh/organ

3. Farmakologi klinik obat

Menurut WHO (1995) tepat indikasi, tepat pasien, tepat dosis (cara dan

lama pemberian) serta waspada ESO adalah lima kriteria pokok pemakaian obat

secara rasional yang telah diterima secara mondial.

2.2.6 Polifarmasi Pada Pasien Geriatri (Supartondo dan Roosheroe, 2006;

Thanacoody, 2012)

Ada beberapa definisi untuk istilah polifarmasi, diantaranya meresepkan

obat melebihi indikasi klinis, pengobatan yang mencakup paling tidak satu obat

yang tidak perlu dan penggunaan empirik lima obat atau lebih.

Polifarmasi pada pasien lanjut usia sukar dihindari dengan beberapa

alasan, diantaranya:

1. Banyaknya penyakit yang diderita oleh pasien geriatri dan biasanya

merupakan penyakit kronis

2. Obat yang dikonsumsi diresepkan oleh beberapa dokter

3. Gejala yang dirasakan pasien tidak jelas

4. Penambahan obat baru untuk menghilangkan efek samping obat

Resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan dengan jumlah obat

yang diresepkan. Pasien dengan penyakit kritis dan pasien geriatri beresiko tinggi

untuk mengalami interaksi obat bukan hanya karena mengkonsumsi obat yang

lebih banyak, tetapi juga karena adanya gangguan mekanisme homeostatik yang

(33)

Berdasarkan teori yang tercantum dalam tinjauan pustaka, disusun kerangka teori

sebagai berikut:

Penyakit dan fungsi organ (hati dan ginjal)

Obat Efek Interaksi

Obat Interaksi obat

Pasien geriatri

 Makanan

 Alkohol

 Lingkungan

 Genetik

(34)

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional

Pasien geriatri: Pasien yang berusia ≥ 60 tahun

Penyakit: Penyakit jantung dan penyakit dalam yang diderita oleh setiap pasien geriatri di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

Makanan: Makanan yang dikonsumsi oleh setiap pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B

Teratai RSUP Fatmawati

Obat:Obat yang diresepkan dan diberikan secara bersamaan pada setiap pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di

Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

Interaksi obat dengan obat: Interaksi obat dengan obat yang

teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di

literaturpada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan

penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

Interaksi obat dengan makanan dan minuman: Interaksi obat dengan makanan dan minuman yang teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai

Makanan dan minuman

Interaksi obat dengan obat

Obat

Penyakit

Interaksi obat dengan makanan

dan minumann

Interaksi obat dengan Penyakit Pasien geriatri

Efek Interaksi obat dengan obat

Efek Interaksi obat dengan makanan

dan minumann

Efek Interaksi obat dengan

(35)

dengan yang tertulis di literatur pada pasien geriatri yang menderita

penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai

RSUP Fatmawati

Interaksi obat dengan penyakit: Interaksi obat dengan penyakit yang teridentifikasi dan efeknya terjadi sesuai dengan yang tertulis di

literaturpada pasien geriatri yang menderita penyakit jantung dan

penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

Instalasi Rawat Inap B Teratai: Salah satu instalasi rawat inap di rumah sakit umum pusat Fatmawati yang terdiri dari lantai 4, 5 dan 6 gedung

teratai, dimana lantai 4 melayani pasien bedah, lantai 5 melayani pasien

penyakit dalam dan lantai 6 melayani pasien penyakit jantung dan syaraf.

3.3 Hipotesis

1. Ada interaksi antara obat dengan obat pada pasien geriatri yang menderita

penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai

RSUP Fatmawati

2. Ada interaksi antara obat dengan makanan dan minuman pada pasien

geriatri yang menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi

Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

3. Ada interaksi antara obat dengan penyakit pada pasien geriatri yang

menderita penyakit jantung dan penyakit dalam di Instalasi Rawat Inap B

(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP

Fatmawati

4.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2012

4.2 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasional dan

pengambilan data dilakukan secara prospektif.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang

menderita penyakit jantung dan penyakit dalamdi instalasi rawat inap

B Teratai RSUP Fatmawati

4.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang

menderita penyakit jantung dan penyakit dalamdi instalasi rawat inap

B Teratai RSUP Fatmawati yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah

minimal sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut (Sastroasmoro

dan Ismael, 2010):

n = Zα2

x PQ

d2

Keterangan:

n : Estimasi besar sampel

(37)

Q :1 – P = 0,5

d : Nilai untuk ketepatan relatif 10% yaitu 0,1 :

Sehingga akan didapat perhitungan sebagai berikut:

n = (1,96)2 x (0,5 x 0,5) = 97 orang

0,12

Jadi, minimal sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 97 orang

pasien geriatri.

4.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

4.4.1 Kriteria Inklusi

1. Pasien dengan umur ≥ 60 tahun

2. Pasien dirawat di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati

3. Pasien menderita penyakit jantung dan atau penyakit dalam

4. Pasien mendapat ≥ 2 macam obat secara bersamaan

5. Pasien bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini

4.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Pasien dirawat atau meninggal kurang dari 48 jam perawatan

2. Pasien di rawat di ruang high care

4.5 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan didapat dari:

1. Rekam medik pasien

2. Catatan obat di depo farmasi

3. Wawancara pasien dan atau keluarga pasien

4.6 Cara Kerja

1. Peneliti mengambil data dari rekam medik pasien setiap hari. Data yang

diambil meliputi:

a. Nama, usia, jenis kelamin

b. Diagnosis penyakit

(38)

2. Identifikasi interaksi obat berdasarkan literatur dengan menggunakan literatur Drug Interaction Facts tahun 2009, Stockley’s Drug Interaction edisi 8 tahun 2008, drug-druginteractionschecker dan Drug Information

Handbook tahun 2009.

3. Observasi dan atau wawancara pasien dilakukan untuk mengetahui efek

interaksi obat yang terjadi dibandingkan dengan yang tertulis di literatur

4.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk melihat sebaran data yang ada,

antara lain:

1. Jenis obat, makanan dan minuman, dan penyakit pada pasien geriatri di

Instalasi Rwat Inap B Teratai RSUP Fatmawati Periode

Oktober-November 2012

2. Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat

3. Jenis kelamin pasien geriatri yang mengalami interaksi obat

4. Usia pasien geriatri yang mengalami interaksi obat

5. Jumlah obat yang digunakan oleh pasien geriatri yang mengalami

interaksi obat

6. Jumlah kasus interaksi obat yang terjadi pada pasien geriatri

7. Kasus interaksi obat dengan obat yang terjadi pada pasien geriatri

8. Kasus interaksi obat dengan penyakit yang terjadi pada pasien geriatri

9. Kasus interaksi obat yang efeknya tidak dapat diamati

(39)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Karakteristik Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati Periode Oktober-November 2012

1. Obat, Makanan dan Minuman, dan Penyakit

Tabel 4.1 Jenis Obat yang digunakan oleh pasien geriatri

Jenis Obat Jumlah Kasus %

Obat Penyakit Kardiovaskular 134 20,65

Obat Penyakit Saluran Pencernaan 132 20,34

Vitamin, Mineral dan Suplemen 91 14,02

Antibiotik 70 10,79

Antikoagulan, Antitrombotik dan Hemostatik 63 9,71

Antiemetik 56 8,63

Analgetik dan Antipiretik 36 5,55

Obat Penyakit Saluran Pernafasan 20 3,08

Obat Diabetes Melitus 20 3,08

NSAID 14 2,16

dll 13 2,00

649 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa obat untuk penyakit kardiovaskular

merupakan obat yang paling banyak digunakan oleh pasien geriatri yaitu

hampir 21% dari 649 jumlah jenis obat yang digunakan.

Tabel 4.2 Jenis Makanan dan Minuman yang dikonsumsi oleh pasien geriatri

Makanan dan Minuman %

Nasi

100 Lauk pauk (telur/tahu/tempe/sop/ayam/ikan)

Buah (pisang/pepaya/melon/semangka) Air putih

Teh 5

(40)

Tabel di atas menunjukkan bahwa pasien geriatri yang diamati

mengkonsumsi makanan dan minuman yang sama, tetapi hanya 5 orang

pasien yang mengkonsumsi teh dan 1 orang yang mengkonsumsi susu.

Tabel 4.3 Jenis penyakit yang diderita oleh pasien geriatri

Jenis Penyakit Jumlah Kasus %

Kardiovaskular 83 26,69

Penyakit Ginjal 54 17,36

Penyakit Saluran Pencernaan 52 16,72

Diabetes Melitus 34 10,93

Hematologi 33 10,61

Penyakit Paru 31 9,97

Penyakit Hati 17 5,47

Penyakit Infeksi 4 1,29

Asam urat dan Reumatik 3 0,96

311 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah

merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien geriatri yaitu

hampir 27% dari 311 jumlah jenis penyakit.

2. Pasien Geriatri yang Mengalami Interaksi Obat

Tabel 4.4Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan

identifikasi secara literatur

Pasien N %

Dengan Interaksi Obat 61 61

Tanpa interaksi Obat 39 39

100 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan identifikasi interaksi obat

secara literatur, didapatkan 61% dari 100 pasien geriatri mengalami

(41)

Tabel 4.5Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan hasil

pengamatan

Pasien N %

Dengan Interaksi Obat 8 8

Tanpa interaksi Obat 92 92

100 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan,

didapatkan 8% dari 100 pasien geriatri mengalami interaksi obat.

3. Jenis Kelamin

Tabel 4.6 Jumlah pasien geriatri berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki – laki 52 52

Perempuan 48 48

100 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,

52% adalah laki – laki dan selebihnya adalah perempuan.

Tabel 4.7Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan jenis

kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki – laki 4 50

Perempuan 4 50

8 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8 pasien geriatri yang mengalami

(42)

4. Usia

Tabel 4.8Jumlah pasien geriatri berdasarkan usia

Usia (Tahun) N %

60 - 64 43 43

65 - 69 26 26

70 - 74 20 20

75 - 79 7 7

≥ 80 4 4

100 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,

43% berusia antara 60-64 tahun dan selebihnya berusia ≥ 65 tahun.

Tabel 4.9Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan usia

Usia (Tahun) N %

60 - 64 5 62,5

65 - 69 2 25

70 - 74 - -

75 - 79 1 12,5

≥ 80 - -

8 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8pasien geriatri yang mengalami

interaksi obat, 62,5% berusia antara 60-64 tahun dan selebihnya berusia

antara 65-79 tahun.

5. Jumlah Macam Obat yang Digunakan

Tabel 4.10Jumlah pasien geriatri berdasarkan jumlah macam obat yang digunakan

Jumlah Macam Obat N %

2 2 2

3 – 4 11 11

≥ 5 87 87

(43)

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 100 pasien geriatri yang diamati,

87% mendapatkan ≥ 5 macam obat dan selebihnya mendapatkan 2-4

macam obat.

Tabel 4.11 Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan

jumlah macam obat yang digunakan

Jumlah Macam Obat N %

2 - -

3 – 4 1 12,5

≥ 5 7 87,5

8 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 8 pasien geriatri yang mengalami

interaksi obat, sekitar 87,5% mendapatkan ≥ 5 macam obat dan hanya

sekitar 12,5% mendapatkan 4 macam obat.

5.1.2 Gambaran Interaksi Obat Pada Pasien Geriatri yang Menderita Penyakit Jantung dan Penyakit Dalam di Instalasi Rawat Inap B Teratai RSUP Fatmawati Peride Oktober-November 2012

1. Jumlah Kasus Interaksi Obat

Tabel 4.12 Jumlah kasus interaksi obat berdasarkan literatur

Interaksi Obat Jumlah Kasus %

Interaksi Obat-Obat 114 56,16

Interaksi Obat-Makanan dan Minuman 49 24,14

Interaksi Obat-Penyakit 40 19,70

203 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 203 kasus interaksi obat yang

terjadi berdasarkan literatur, sekitar 56% diantaranya adalah interaksi obat

dengan obat, sekitar 24% adalah interaksi obat dengan makanan dan

minuman dan hampir 20% adalah interaksi obat dengan penyakit. Adapun

kasus interaksi obat yang terjadi berdasarkan literatur dapat dilihat pada

(44)

Tabel 4.13 Jumlah kasus interaksi obatberdasarkan hasil pengamatan

Interaksi Obat Jumlah Kasus %

Interaksi Obat-Obat 6 46,15

Interaksi Obat-Makanan dan Minuman - -

Interaksi Obat-Penyakit 7 53,85

13 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 13 kasus interaksi obat yang

didapat berdasarkan hasil pengamatan, sekitar 46% diantaranya adalah

interaksi obat dengan obat dan hampir 54% adalah interaksi obat dengan

penyakit. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kasus interaksi obat

dengan makanan dan minuman.

2. Kasus Interaksi Obat dengan Obat

Tabel 4.14 Kasus interaksi obat dengan obat

Interaksi Obat Efek Level Kemaknaan

Klinis

Jumlah

Kasus %

Captopri - Furosemid

Terjadi peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

3 3 50

Ondansetron - Tramadol

Efek tramadol menurun (nyeri pada pasien tidak hilang)

3 2 33,33

Captopril - Valsartan

Terjadi peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

3 1 16,67

6 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 6 kejadian kasus interaksi obat

dengan obat yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan yang

tertulis di literatur, dimana masing-masing 50% adalah interaksi antara

captopril-furosemid, sekitar 33% adalah interaksi antara

ondansetron-tramadol, dan hampir 17% adalah interaksi antara captopril-valsartan.

Hasil pengamatan kadar serum ureum dan serum kreatinin pada pasien

(45)

3. Kasus Interaksi Obat dengan Penyakit

Tabel 4.15 Kasus interaksi obat dengan penyakit

Interaksi Obat Efek Level Kemaknaan

Klinis

Jumlah

Kasus %

Furosemid -Penyakit ginjal

Terjadi peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

3 4 57,14

Captopril -Penyakit ginjal

Terjadi peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

3 1 14,29

Lisinopril - Penyakit ginjal

Terjadi peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

3 1 14,29

Valsartan - Penyakit ginjal

Terjadi peningkatan kadar serum ureum dan serum kreatinin

3 1 14,29

7 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat 7 kejadian kasus interaksi obat

dengan penyakit yang efeknya terjadi pada pasien geriatri sesuai dengan

yang tertulis di literatur, dimana sekitar 57% adalah interaksi antara

furosemid dengan penyakit ginjal dan masing-masing sekitar 14% adalah

interaksi antara captopril, lisinopril dan valsartan dengan penyakit ginjal.

Hasil pengamatan kadar serum ureum dan serum kreatinin pada pasien

dapat dilihat pada lampiran 9.

4. Kasus Interaksi Obat yang Diamati

Tabel 4.16 Kasus interaksi obat yang tidak dapat diamati

No Interaksi Obat Parameter yang Diamati

1 Domperidon - Paracetamol Kecepatan absorbsi paracetamol 2 Allopurinol - Captopril Jumlah leukosit

3 Bicnat - Sukralfat Efek sukralfat 4 CaCO3 -Sukralfat Efek sukralfat

5 Amlodipin - Simvastatin Kadar metabolit aktif simvastatin 6 Captopril - Digoksin Kadar digoksin dalam plasma 7 Clopidogrel - Omeprazole Semakin parahnya infark miokard 8 Amlodipin – Gangguan hati Risiko dosis berlebih

(46)

Tabel 4.17 Kasus interaksi obat yang dapat diamati

No Interaksi Obat Parameter yang Diamati Parameter yang

Teramati Pada Pasien

1 Captopril - Furosemid Tekanan darah dan fungsi ginjal Kadar serum ureum dan serum kreatinin

2 Amlodipine - Captopril Tekanan darah -

3 Aspirin - Captopril Tekanan darah -

4 Aspirin - Clopidogrel PT dan INR -

5 Captopril - Insulin Kadar glukosa darah -

6 Captopril - Suplemen Kalium Kadar kalium darah -

7 Amlodipine - Aspirin Tekanan darah -

8 Suplemen Kalium - Valsartan Kadar kalium darah -

9 Amlodipine - CaCO3 Tekanan darah -

10 Captopril - Valsartan Tekanan darah dan fungsi ginjal Kadar serum ureum dan serum kreatinin

11 Aspirin - Insulin Kadar glukosa darah -

12 CaCO3 - Captopril Tekanan darah -

13 Captopril - Spironolacton Kadar kalium darah - 14 Ondansetron - Tramadol Efek analgesik tramadol Nyeri pada pasien

15 Simvastatin - Warfarin PT dan INR -

16 Allopurinol - Sukralfat Efek allopurinol -

17 Amiodaron - Warfarin PT dan INR -

18 Amlodipine - Ketorolac Tekanan darah -

19 Aspirin - Bisoprolol Tekanan darah -

20 Captopril - Ketorolac Tekanan darah dan fungsi ginjal -

21 Furosemid -Warfarin PT dan INR -

22 Captopril –Nasi, lauk pauk dan Makanan yang mengandung Kalium

Tekanan darah dan kadar

kalium darah -

23 Valsartan - Makanan yang mengandung Kalium

Kadar kalium darah

-

24 Ciprofloxacin - Minuman yang mengandung caffein

Efek samping caffein

-

25 Captopril - Penyakit ginjal Fungsi ginjal Kadar serum ureum dan serum kreatinin

26 Furosemid - Penyakit ginjal Fungsi ginjal Kadar serum ureum dan serum kreatinin

27 Valsartan - Penyakit ginjal Fungsi ginjal Kadar serum ureum dan serum kreatinin 28 Suplemen Kalium - Penyakit ginjal Kadar kalium darah -

29 Lisinopril - Penyakit ginjal Fungsi ginjal Kadar serum ureum dan serum kreatinin 30 Levofloxacin - Penyakit ginjal Fungsi ginjal -

31 Aspirin - Gangguan hati Fungsi hati -

32 Bisoprolol - Diabetes melitus Kadar glukosa darah - 33 Metyl Prednisolon - Diabetes melitus Kadar glukosa darah - 34 Suplemen Kalium - Gagal jantung Kadar kalium darah - Ket: (-) Tidak teramati pada pasien

Tabel di atas menunjukkan beberapa interaksi obat yang parameter yang

Gambar

Tabel  Halaman
Gambar 1.   Diagram jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat ..  42
Tabel 4.2 Jenis Makanan dan Minuman yang dikonsumsi oleh pasien geriatri
Tabel 4.4Jumlah pasien geriatri yang mengalami interaksi obat berdasarkan
+7

Referensi

Dokumen terkait

This research derived a value of ± 9 cm vertical sensitivity for the SfM-derived change measurement, and this appears appropriate for the Hollin Hill landslide site, since

bahwa untuk usaha kerjasanra berupa pemyataan Modal Daerah dalam Perseroan '['crbutas (l).T) Asuransi Bagun Askrida dimaksud hurul'c di atas, perlu diutur

[r]

[r]

PT Purindo Logistics merupakan freight forwarder yang juga memberikan pelayanan untuk pengurusan dokumen ekspor seperti SKA (Surat Keterangan Asal), LS (Laporan Surveyor), dokumen

Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman (http://id.wikipedia.org/wiki/Buku). Buku juga bisa kita sebut dengan jendela dunia. Dengan membaca buku

memberikan hasil lebih kecil dari nilai table, pada tingkat kepercayaan 5% (0,05) dimana nilai t tabel pada tingkat kepercayaan 5% sebesar 1,64 dengan demikian

Perkembangan Mikrokontroler mengalami perubahan dari segi rancangan dan aplikasinya, seperti faktor kecepatan pengolah data yang semakin meningkat (cepat) dibanding