PERANAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK
TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA DI MTs’N PARUNG
Disusun Oleh:
ANDRI JAELANI
206011000024
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
ABSTRAK
Andri Jaelani, “Peranan Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadapa Tingkah laku Siswa di MTs‟N Parung Bogor”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berkaitan kepada pendidikan yang menyeluruh dan berlandasan ketuhanan pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran Agama Islam kepada manusia berupa aqidah, syari‟ah dan perbuatan untuk menjadi muslim yang sejati, wajib di pelajari dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Agar orang lain memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki akhlak yang mulia, salah satunya adalah harus mempelajari aqidah akhlak. Dengan di pelajarinya aqidah akhlak diharapkan siswa memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang baik. Kemudian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang studi aqidah akhlak dan keadaan tingkah laku siswanya, maka penulis mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru, apakah dapat menguasai materi secara kontinyu atau terus menerus kepada siswa. Sehingga dapat dipraktekkan dalam lingkungan, sekolah atau di luar sekolah.
Oleh karena itu penulis mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru dan di tambah siswa mengisi angket sehingga menghasilkan informasi yang valid, dengan di pelajarinya aqidah akhlak di sekolah diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan yang akan datang.
Penelitian yang penulis lakukan adalah merupakan kombinasi antara penelitian kepustakaan (Library research),dan penelitian lapangan (field research)
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan yaitu kepada obyek penelitian, karena dalam penelitian ini memerlukan data-data yang valid agar dapat dipertangung jawabkan kebenarannya. dengan menggunakan data-data empiris.
Tujuan dari penulis ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa.
KATA PENGANTAR
Sembah dan sujud kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah
menciptakan bumi beserta isinya, serta syukur Alhamdulillah penulis panjatkan
kepada Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikut yang setia.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang penulis miliki. Namun berkat
dorongan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun
masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati sudah sepantasnya penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesainya skripsi ini. Ucapan terimaksih tersebut penulis sampaikan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Zaimuddin. M.Ag, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.
5. Seluruh staf pengajar Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama dalam
6. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kepala MTs‟N Parung beserta stafnya, atas kesempatan dan informasi yang telah dierikan selama penulis melakukan penelitian.
8. Ayahanda H.Acep dan Ibunda Hj. Wiwi yang tercinta, yang telah berjuang
dan berkorban untuk membesarkan, mendidik, dan tidak lupa pula
mendoakan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi di
Universitas Islam Negeri Jakarta. Bapak dan Ibu adalah sumber motivasi
bagi penulis, tidak akan mampu penulis membalas jasa-jasa bapak dan ibu.
Jazakumullah khairan katsiron.
9. Teruntuk kakakku tercinta dan keponakanku tersayang Neneng dan Siti
Zaenab dan Siti Kholisoh yang senantiasa memberikan dukungan dan
kasih sayangnya kepada penulis.
10.Teruntuk Maisyaroh atas limpahan kasih sayangnya dan motivasi kepada
penulis.
11.Teruntuk Semi (Wulan) yang banyak membantu dan memberikan
dukungan kepada penulis.
12.Sahabat-sahabatku Bisri, Zamroni, Angga, Dona, Qiwer, Busro, Lupeng,
Didi, Darmawan, Imam, Givar, Shary, dan Hermawan (angkatan 2006)
dan anak-anak kozan Iqbal dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu
dan kawan-kawan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam ekstensi
kelas A dan B angkatan 2006 terimakasih atas doa, bantuan dan
dukungannya.
13.Teruntuk sahabatku yang selalu menemani ngopi Dede (Icham) yang
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis
14.Juga kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi
ini.
Akhirnya hanya kepada Allah swt jualah penulis serahkan, semoga jasa
baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Aqidah Akhlaq di MTs‟N ... 6
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 6
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 10
3. Pengertian Aqidah Akhlak ... 14
4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N ... 17
5. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N ... 19
6. Materi pelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N ... 19
B. Tingkah Laku ... 20
1. Pengertian Tingkah Laku ... 20
2. Macam-Macam Tingkah Laku ... 21
3. Faktor yang Mempengaruhi pembentukan Tingkah Laku 23 4. Dasar-dasar Tingkah Laku atau Tingkah Laku Manusia .. 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu penelitian ... 29
B.Latar Penelitian ... 29
D.Teknik Pengumpulan Data ... 31
E.Fokus Penelitian ... 33
F. Pengecekan Keabsahan Data ... 34
BAB IV PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs’N PARUNG BOGOR A. Gambaran Umum MTs‟N Parung Bogor ... 35
1. Sejarah Singkat MTs‟N Parung Bogor ... 35
2. Visi dan Misi ... 36
B. Karekteristik Responden ... 37
C. Pengajaran Aqidah Akhlak dan Prilaku Siswa di MTs Negri Parung ... 43 D. Proses Pembelajaran di kelas ... 47
E. Intrepestasi data ... 49
F. Faktor penghambat dan faktor pendorong ... 50
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 53
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental
dalam kehidupan bermasyarakat. Karena bagaimanapun pandainya seorang anak
didik dan tingginya tingkat intelegensi anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak
yang baik, atau budi pekerti yang luhur maka kelak tidak akan mencerminkan
kepribadian yang baik.
Masalah akhlak adalah masalah yang penting bagi Islam dan bagi kehidupan
umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang yang
tidak berakhlak akan hilang harga dirinya dihadapan Allah swt dan masyarakat.
Seorang muslim wajib memperbaiki dirinya sebelum betindak, ia harus beradab,
berakhlak terhadap dirinya sendiri karena ia dibebankan tanggung jawab terhadap
keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan lingkungan masarakat.
Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga
menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, serta berahklak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.1
Tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut merupakan penjabaran
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Th 2003 bab II pasal 3 tentang
fungsi pendidikan nasional yaitu:
1
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakqa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2
Berkaitan dengan pendidikan yang menyeluruh dan berlandaskan ketuhanan
pendidikan agama islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran agama Islam kepada manusia berupa aqidah, syari‟ah dan perbuatan untuk menjadi muslim yang sejati, wajib dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Karena ajaaran-ajaran Islam tersebut dapat menuntun manusia dalam
kehidupannya, baik mengenai kehidupan manusia dengan Tuhannya, maupun
manusia dengan manusia dan alam sekitarnya.
Aqidah, syaria‟ah dan akhlak merupakan 3 ajaran pokok yang saling berkaitan atau satu mata rantai ajaran Islam yang mutlak diketahui dan
diaplikasikan oleh umat Islam. Aqidah atau iman yaitu pengakuan dengan lisan
dan membenarkan dengan hati bahwa semua yang dibawa Rasulallah adalah benar
dan hak. Pengakuan tersebut diimplementasikan melalui syari‟at yang mengandung cara/metode peraturan ibadah seperti sholat, puasa, zakat, ibadah haji dan lainnya, yang dalam istilah lain disebut dengan “Hablum minallah”. Syariat ini juga mengandung ajaran muamalat seperti perkawinan, hutang,
piutang, jual beli, keadilan social, pendidikan dan lain-lain yang menyangkut hubungan umat manusia, atau disebut juga “Hablum minannas”.
Sedangkan Akhlak adalah sifat yang meresap dalam jiwa yang
mencerminkan perbuatan dengan mudah tanpa dibuat-buat. Jadi, untuk
mendapatkan manfaat selain harus berpegang kepada kedua cabang tersebut (aqidah dan syari‟ah) juga harus berpegang teguh pada cabang ilmu lainnya atau akhlak, karena dengan akhlak dapat memperoleh ketenangan, kebahagiaan dan
kemaslahatan.
2
Disinilah peran pembelajaran aqidah akhlak yang bertujuan menanamkan
dasar-dasar akhlak sehingga dapat merubah tingkah laku yang kurang baik
menjadi lebih baik.
Agar orang lain memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki
akhlak yang mulia, salah satu caranya adalah harus mempelajari kedua cabang
ilmu tersebut, baik dipondok pesantren maupun di lembaga-lembaga pendidikan
Islam lainnya.
Dengan diberikannya bidang study aqidah akhlak diharapkan agar
siswa-siswinya memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang
baik. Namun selama ini penulis belum mengetahui secara pasti dan akurat tentang
bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang study aqidah akhlak dan
keadaan tingkah laku siswanya. Maka penulis mengamati proses pembelajaran
yang dilakukan guru, apakah dapat menguasai materi secara kontinyu/terus
menerus kepada siswa. Sehingga dapat di praktekkan dalam lingkungan, baik
lingkungan sekolah atau di luar sekolah.
Selain itu dipilihnya Madrasah Tsanawiyah yang menjadi objek penelitian
karena merupakan lembaga pendidikan yang berciri khas Islam yang berusaha
mengubah sikap, pola pikir dan cara bersikap siswa ke arah yang lebih positif,
sesuai dengan norma-norma Islam.
Dengan melihat pentingnya pembelajaran aqidah akhlak yang diberikan
kepada siswa, maka mendorong penulis tertarik untuk meneliti permasalahan
tersebut yang dituangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul ”Peranan
Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku siswa di MTs’N
Parung Bogor”.
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis mengidentifikasikan
masalah diatas sebagai berikut:
a. Kurang tertanamnya keimanan (aqidah) siswa dilihat dari sedikitnya jumlah siswa yang ikut dalam shalat berjama‟ah yang dilaksanakan di sekolah maupun dalam hal-hal yang bersifat religi (keagamaan)
b. Siswa banyak yang melakukan tindakan amoral/akhlak yang tidak baik.
c. Minimnya kerjasama antara guru dengan siswa dalam menanmkan aqidah dan akhlak siswa di MTs‟N Parung.
2. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang
dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan, maka penulis membatasi masalah ini hanya pada:
a. Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MTs‟N Parung.
b. Akhlak siswa yang diteliti di MTs parung mengenai prilaku siswa yang
dipelajari pada materi aqidah akhlak di semester 1 kelas VIII
c. Mengamati prilaku siswa dalam menerapkan ilmu akhlak setelah belajar di
sekolah
3. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan
sebagai berikut:
Bagaimana peran pembelajaran Aqidah Akhlak dalam merubah tingkah
laku siswa?
C. Tujuan dan kegunaan penelitian
a. Untuk mengetahui dan mengungkap tentang pelaksanaan pembelajaran
aqidah akhlak di MTs parung.
b. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tingkah laku siswa MTs
tersebut.
c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pembelajaran aqidah
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Kata “Pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari bahsa Inggris instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang sangat luas dari pada
pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang)
formal, pembelajaran atau instruction mencangkup pula kegiatan belajar mengajar
yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang
ditekankan adalah proses belajar maka usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam
diri siswa kita sebut pembelajaran.3
Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah “pengajaran” meskipun kedua istilah tersebut sering dipergunakan bergantian dengan arti yang
sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman.
Selain itu pengertian pembelajaran dalam definisi psikologi pembelajaran
berkaitan dengan pengertian belajar itu sendiri. Pembelajaran itu sendiri
merupakan suatu upaya mengarahkan aktifitas siswa kearah aktifitas belajar. Di
dalam proses pembelajaran terkandung 2 aktifitas sekaligus, yaitu aktifitas
mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan
proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa.4
3
Arif, S Sadiman, et Al, Media pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, (Jakarta : Rajawali, 1986), cet ke-1, h.7
4
Pembelajaran adalah kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya
proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik atau siswa.
Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berpusat
pada kegiatan siswa.
Oleh karena itu, hakekatnya pembelajaran aqidah akhlak adalah proses yang
sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang
memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan
masalah keimanan dan akhlak sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang
menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam.
Pembelajaran merupakan kata lain dari proses belajar mengajar yang
mempunyai pengertian sebagai berikut.
a. Pengertian Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena
adanya interaksi antara dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Hal
ini berarti bahwa belajar mempunyai tujuan untuk merubah tingkah laku individu
baik aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun aspek sikapnya.5
Belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Pengertian tingkah laku diperluas tidak saja kasat mata (yang tampak, misalnya
menulis huruf, mengangguk, mengendarai sepeda) tetapi mencangkup juga yang
tidak kasat mata (contohnya, berupa sikap, minat, pikiran, perasaan dan percaya
diri).
Definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru
atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui
usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu
relative konstan.
5
Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh W. J. S.
Poerwadarminta disebutkan belajar sebagai usaha memperoleh suatu kepandaian.6 Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,
para ahli akan mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut:
a) Hilgard dan Bower, mengemukakan belajar adalah berhubungan dengan
perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang
disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang.
b) Gagne, menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu
sesudah ia mengalami situasi tadi.
c) Morgan, mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman.
d) Witherington, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola dari pada reaksi yang
berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.7
Dalam buku Psikologi Pendidikan M. Dalyono mendefinisikan belajar
adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam
diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu
pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.8
Slameto berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
6
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. Ke-3, h. 82.
7
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23, h. 84.
8
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.9
Sedangkan pengertian belajar juga didefinisikan oleh Syaiful Bahri yang
mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan
psikomotorik.10
Dan definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku
sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru
atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui
usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,
memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu
relative konstan.
Berdasarkan teori belajar yang telah diuraikan, maka penulis menyimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan setiap individu yang berusaha
mencapai tujuan dan mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, atau sebuah
hasil yang telah dicapai dari mempelajari pengetahuan yang dapat diamati dengan
perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.
b. Pengertian mengajar
Mengajar adalah merupakan perbuatan mengatur dan mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekita siswa sehingga dapat mendorong dan
menumbuhkan siswa melakukan belajar.11
Sedangkan menurut M. Basyriruddin dalam bukunya “Metodologi Pembelajaran Agama Islam menyatakan bahwa mengajar adalah suatu usaha
9
Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Gunung, PT. Rineka Cipta, 2010), cet ke-5, h. 2.
10
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT, Rieneke Cipta, 2002), cet. 1, h. 12-13.
11
bagaimana mengatur lingkungannya dan adanya interaksi subjek didik (anak)
dengan lingkungannya, sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.12
Menurut Suryo Subroto, pembelajaran dapat mengandung dua pengertian
yaitu: pertama, rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan kedua,
rentetan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, kegiatan sampai evaluasi dan tindak
lanjut.13
Jadi dapat disimpulkan pengertian mengajar adalah suatu perbuatan yang
mengatur lingkungan yang ada di sekitar siswa seperti perencanaan, pelaksanaan
belajar, evaluasi dan tindak lanjut (melakukan remedial).
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Dibawah ini akan diuaraikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
sebagai berikut:
Syaiful Bahri juga mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar kedalam dua bagian, yaitu:
a. Faktor dari dalam diri pelajar, terdiri dari dua kelompok yaitu:
1) Faktor- faktor alam, seperti keadaan cuaca, suhu, udara, dan lain
sebagainya.
2) Faktor- faktor sosial, seperti suasana ribut yang dapat menggangu
konsentrasi belajar.
b. Faktor-faktor dari luar diri pelajar, terdiri dari dua kelompok, yaitu:
1) Faktor Psikologi, seperti kondisi psikologis dan kondisi panca indra.
2) Faktor Fisiologis, seperti minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan
kemampuan kognitif. 14
12
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajara Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet ke-1,h.21
13
Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rinek Cipta, 1997), Cet ke-1,h.9
14
Sedangkan menurut Zikri Neni Iska dalam buku “Psikologi Pengantar Memahami Diri dan Lingkungan” beliau merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar kedalam dua faktor, yaitu:
1) Internal atau Dalam, yakni:
a. Faktor fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indra.
1. Fisik mempengaruhi prestasi belajar karena jika fisiknya tidak sehat
maka belajarnya pun akan terganggu karena tidak konsentrasi.
2. Panca indra adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk
menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing. Jika
panca indranya terdapat kekurangan maka itu akan mempengaruhi
dirinya dalam belajar karena akan mengalami kesulitan.
b. Faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan
kemampuan kognisi.
1. Bakat
Bakat adalah kemampuan yang spesifik yang diberikan pada individu
pada suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan,
kecakapan atau keterampilan tertentu melalui suatu latihan.
2. Kecerdasan
Kecerdasan adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berfikir secara rasional, oleh karena itu kecerdasan tidak dapat diamati
secara langsung melainkkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan menifestasi dari proses berpikir rasional.
3. Minat
Minat adalah keinginan atau kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu,
faktor ini muncul biasanya dari sesuatu yang digemari atau disukai.
4. Motivasi
Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang
mendorong prilaku kerah tujuan. Oleh karena itu motivasi mempunyai
kesipan bergerak karena kebutuhan, (2) prilaku yang timbul dan terarah
karena kedaan, (3) tujun yang dituju oleh prilaku tersebut. 15
Tidak jauh berbeda dengan pendapat Zikri Neni di atas, Slameto
menambahkan faktor- faktor internal, yaitu:
a. Perhatian
Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu
menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi
atau bakatnya.
b. Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkah tingkat atau fase dalam pertumbuhan
seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan
kecakapan baru.
c. Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau beraksi. Kesediaan itu
timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.16 2. Ekternal atau luar, yakni:
a. Lingkungan yang terdiri dari alam dan sosial
1) Lingkungan alam
Maksudnya adalah keadaan cuaca yang mempengaruhi minat belajar
anak misalnya pada musim hujan anak- anak malas untuk pergi ke sekolah
karena jalan menuju sekolah mereka banjir.
2) Lingkungan sosial
Muhibbin Syah merumuskan bahwa yang dimaksud faktor lingkungan
sosial terdiri dari tiga, yaitu: lingkungan sekolah, masyarakat, dan
Lingkungan masyarakat dan teman-teman sepermainan di sekitar tempat
tinggal siswa. Syah menjelaskan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan kumuh
yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya akan sangat
mempengaruhi aktifitas belajar siswa karena mereka tidak menemukan teman
belajar atau berdiskusi.
Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan
keluarga siswa itu sendiri, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga dan letak demokrasi keluarga (letak rumah) semua akan
memeberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang
dicapai siswa, sedangkan yang terakhir adalah faktor lingkungan sekolah di mana
siswa itu dididik.17
Sedangkan Alisuf Sabri menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar yaitu:
a. Faktor- Faktor Instrumental
faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat
pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta
strategi belajar mengajar.
b. Faktor- Faktor Kondisi Internal Siswa
Faktor kondisi siswa diuraikan atas dua macam yaitu kondisi fisiologis siswa
dan kondisi psikologis siswa.
Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran
fisik dan kondisi panca inderanya terutama pengelihatan dan pendengarannya.
Adapun faktor psikologis adalah faktor minat, bakat, intelegensi, motivasi
dan kemampuan- kemampuan kognitif, kemampuan persepsi dan dasar
pengetahuan yang dimiliki siswa. 18
17
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet ke- 7, h. 135.
18
Setelah melihat penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga yaitu faktor internal dan eksternal serta
faktor instrumental yang berupa gedung sekolah, media yang digunakan,
kurikulum serta strategi dalam mengajar.
3. Pengertian Aqidah Akhlak
Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata pelajaran
yang merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang secara etimologi kata “Akhlak”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqoda yang berarti kepercayaan atau keyakinan.19 Dr. Ibrahim Muhammad membagi pengertian aqidah kepada tiga tahap perkembangan makna, yaitu sebagai berikut:
1) Tahap pertama, kata aqidah diartikan dengan: tekad yang bulat (al-Azmul Muakkad), mengumpulkan (al-jam’u), niat (an-Niyah), menguatkan perjanjian (at-tautsiq lil uqud), dan sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia, baik itu benar atau batil (ma yadiimu al-insan sawaun kaana haqqan au bathilan).
2) Tahap kedua, perbuatan hati, disinilah aqidah mulai diartikan sebagai perbuatan hati sang hamba.
3) Tahap ketiga, disini aqidah telah memasuki masa kematangan dimana ia telah terstruktur sebagai displin ilmu dengan ruang lingkup permasalahan tersendiri. Inilah tahap kemapanan dimana aqidah didefinisikan sebagai “ilmu tentang hukum-hukum syariat dalam bidang aqidah yang diambil dari dalil-dalil
yaqiniyah (mutlak) dan menolak subhat serta dalil-dalil khilafiyah yang cacat.20
Dalam Islam aqidah adalah pokok kepercayaan yang harus diyakini
kebenarannya oleh semua orang Islam, berdasarkan dalil-dalil aqli dan dalil naqli
serta bersih dari kebimbingan dan keraguan. Pokok-pokok kepercayaan itu
meliputi iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir.
19
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Bahasa Arab Indonesia. (Surabaya:
Pustaka Progresif, 1997), h. 1024
20
Sedangkan pengertian akhlak menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari kata “khuluq” khuluq berarti “perangai”.21
Secara terminology, kata akhlak mempunyai beberapa pengertian, menurut ibn Maskawih “akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.22
ي ر ا ر فريغ م ل عف ىل يع سف ل ح ه قل ل
Menurut Ahmad Amin “akhlak adalah kehendak yang dibiasakan maksudnya, jika kehendak tersebut membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu
disebut akhlak.23
Di dalam buku Ihya Ulumuddin di jelaskan bahwa Al-Khalqu (artinya: ciptaan, makhluk) dan Al-Khuluqu (artinya: budi pekerti) itu adalah dua ibarat yang dipergunakan bersama-sama. Diucapkan, fulan itu bagus ciptaannya dan budi pekertinya. Yang dimaksudkan dengan Al-Khalqu adalah bentuk lahiriyah dan yang dimaksudkan dengan Al-Khuluqu adalah bentuk batiniyah. Yang demikian itu karena manusia terdiri dari jasad yang dapat dilihat oleh mata dan dari ruh dan jiwa yang dapat dilihat dengan penglihatan hati.24
Menurut Ghazali sebagaimana dikutip oleh Moh Ardani dalam buku Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV, akhlak ialah
ج حريغ مرسي ل سب عفا ر صت ع س ر سف ل ىف يه ع ر ع قل ل
Penerjemah atau Penafsiran Al-Qur‟an, 1998), Cet ke II, h.4-5
22
Abu Ali Ahmad Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terjemah Helmi Hidayat, (Bandung:Mizan, 1994) H.56
23
Moh. Ardani, AL-qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV, (Yogyakarta: indra Bayu Grafika, 1998) cet ke-2 h, 271
24
Artinya: khuluq (jama’nya akhlak) ialah ibarat (keterangan) tentang keadaan dalam jiwa yang menetap didalmnya dari padanya terbit perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu, dimana terbit padanya perbuatan-perbuatan terpuji menurut akal dan syara’, keadaan itu dinamai akhlak yang baik. Dan kalau yang terbit itu perbuatan-perbuatan yang jelek, keadaan yang menerbitkannya dinamakan akhlak yang buruk.25
Definisi-definisi yang telah di sebut diatas memperlihatkan bahwa akhlak
adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang
melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan
pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami
(thabi‟i) yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian mata pelajaran aqidah akhlak
adalah sub mata pelajaran pada jenjang Pendidikan Dasar yang membahas ajaran
Agama Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak.
Mata Pelajara Aqidah Akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran
Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami,
menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari berbagai teori sebagaimana dipaparkan, maka dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan mata pelajaran aqidah akhlak adalah sejumlah
materi tentang hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan
manusia, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diajarkan pada
sekolah yang berciri khas Islam dengan tujuan agar peserta didik dapat
mengetahui dan memahami serta mengamalkan sifat-sifat terpuji, mengetahui dan
menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela serta memahami masalah-masalah
keimanan dan berakhlak terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan merasa
bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.
25
4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs a. Ruang Lingkup
Sasaran perbuatan manusia pada hakekatnya terbagi dua, yaitu: sasaran
Vertical yang bersifat Ilahiyah dan sasaran horizontal yang beraspek sosiologis.
Dari dua sasaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan
manusia dengan Tuhan melalui Ibadah, dan hubungan manusia dengan
manusia melalui muamalah, adapun hubungan manusia dengan dirinya sendiri
melalui penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau
mahluk Allah lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran
aqidah akhlak pun tidak terlepas dari sasaran perbuatan tersebut.
Ruang lingklup pendidikan aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah
cakupan pembahasan kurikulumnya dan hasil belajar meliputi:
1. Hubungan Manusia dengan Allah.
Hubungan ini disebut juga dengan hubungan vertical, yaitu hubungan
antara manusia dengan khaliqnya yang mencakup dari segi aqidah, yang
meliputi: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikatNya, Iman
kepada kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulNya, iman kepada hari Akhir,
iman kepada Qadha dan QadarNya.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam beribadah kepada Allah.
Diantaranya dengan tidak menyekutukan-Nya, taqwa kepada,Nya
mencintai-Nya, takwa kepada-mencintai-Nya, beribadah, meniru sifat-mencintai-Nya, dan selalu berusaha
mencari keridhaan-Nya.
2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia.
Materi yang dipelajari meliputi akhlaq dalam pergaulan hidup sesama
manusia, kewajiban membiasakan berakhlaq yang baik terhadap diri sendiri
dan orang lain, serta menjauhi akhlaq yang buruk. Anjuran melakukan sifat
terpuji terhadap sesama manusia, antara lain:
1) Berbakti kepada Orang tua, yaitu membantu orang tua merasa senang dan
bahagia atas perbuatan yang kita kerjakan.
3) Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang dan menarik simpati Orang lain.
3. Hubungan Manusia dengan alam atau Lingkungannya.
Materi yang dipelajari meliputi akhlaq manusia terhadap akan
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup selain
manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak benyawa.
Berkenaan dengan ini dalam al-Qur‟an surat al-an‟am (6:58) ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia
juga, sehingga semuanya seperti ditulis al-Qurtubhi dalam tafsirnya “tidak boleh diperlakukan secara aniaya”.
Untuk dapat melakukan pembelajaran pada mata pelajaran akhlak dapat
dilakukan dengan beberapa pendekatan:
1. Pendekatan Emosional
Pendekatan emosional yaitu pendekatan untuk menggugah emosi siswa
dalam memahami dan meyakini aqidah Islam serta memberi motivasi agar
ikhlas mengamalkan ajaran Islam khususnya yang berkaitan dengan akhlak
yang baik.
2. Pendekatan secara rasional
Yaitu, usaha memberikan peranan akal dalam memahami dan menerima
ajaran Islam.
3. Pendekatan Fungsional
Pendekatan yang menyajikan ajaran Islam dengan menekankan kepada
anak didik dari segi kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pendekatan Keteladanan
Yaitu, menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan cermin dari
manusia yang memilki keyakinan tauhid yang teguh dan berprilaku. Atau
menyuguhkan keteladanan baik yang langsung melalui penciptaan kondisi,
perilaku pendidik dan tetangga kependidikan lain yang mencerminkan akhlak
terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa
5. Selain pendekatan-pendekatan di atas, dalam rangka mengupayakan perolehan
(hasil belajar) yang bermakna dan tahan lama jika memungkinkan pendekatan
yang lainnya.
5. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs
Tujuan sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Tujuan mata
pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah untuk menanamkan dan
meningkatkan keimanan siswa serta meningkatkan kesadaran untuk berakhlak
mulia. Sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah swt.
Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari
pembelajaran Aqidah akhlak adalah memberikan pengetahuan kepada siswa akan
hal-hal yang harus diimani, mengamalkan akhlak yang baik, menjauihi akhlak
yang buruk dan memberikan bekal kepada siswa untuk menjalani hidup di
kemudian hari.
6. Materi pelajaran Aqidah Akhlak
SEMESTER I 1) Iman kepada kitab-kitab Allah swt
a. Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah swt
b. Dalil kebenaran adanya kitab-kitab Allah swt
c. Macam-macam fungsi dan isi kitab-kitab Allah swt
d. Prilaku yang mencerminkan beriman kepada Allah swt
2) Iman kepada Rasul-rasul; Allah swt
a. Pengertian dan pentingnya beriman kepada Allah swt
b. Dalil-dalil kebenaran adanya Rasul-rasul Allah swt
c. Sifat-sifat rasul Allah swt
d. Prilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul-rasul Allah swt
3) Mukjizat Allah
4) Akhlak terpuji kepada diri sendiri
a. Pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah
b. Bentuk dan contoh prilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah
c. Contoh-contoh prilaku tawakal, iktiar, sabar, syukur, dan qanaah
B.Tingkah Laku
1. Pengertian Tingkah Laku
Dalam kamus bahasa Indonesia di sebutkan bahwa tingkah laku itu sama
artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian
ini lebih mengarah kepada aktivitas sifat seseorang26.
Menurut caplin, tingkah laku itu merupakan sebarang respon yang mungkin
berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh organism.
Tingkah laku juga bias berarti suatu gerak atau kompleks gerak-gerik yang secara
khusus tingkah laku juga biasa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.
Sementara itu, budiarjo berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas.
Menurutnya tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan,
yang dimuat oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini tingkah itu walaupun
harus mengikuti sertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada
diotak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan dan sebagainya.
Tetapi ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.27
Adapun perilaku dalam kamus umum bahasa Indonesia dapat dikatakan juga
dengan kata tingkah laku. Secara termilogis perilaku artinya apa yang dilakukan seseorang. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa “perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Prilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar”.28
Sigmund Freud berpendapat bahwa tingkah laku adalah “pergolongan jiwa seorang tidak hanya melibatkan aktivitas bawah sadar, oleh freud, jiwa manusia
26
Rama Yulis, psikologi Agama, (Jakarta : kalam Mulia, 2002) h,,97
27
Rama Yulis…. h. 97-98
28
digambarkan seperti gunung es di tengah samudra, dan yang Nampak
dipermukaan laut hanyalah seperpuluhnya saja yaitu alam sadar,
Sembilan-seperpuluhnya berada dalam samudra (bawah sadar).
Tingkah laku menurut Alfred Alder ada dua rasa yang fundamental dalam
diri manusia, yaitu rasa minder buatan seseorang baik benar, maupun tidak benar,
juga ditentukan oleh keharmonisan / kestabilan pribadinya.
Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan
hubungan factor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga
pendorong arah sikap negative atau positif akan terlibat dalam tingkah laku nyata
(overt bebeviour) pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang
dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen
afeksi biasanya akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan
berperan sebagai pusat sikap (central attitude) yang artinya akan membantu
kecendrungan / predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada
tingkat usia dini.29
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku adalah tingkah
laku, suatu perbuatan atau suatu tindakan seseorang yang nyata dapat dilihat atau
bersifat kongkrit, dan tanpa melalui pembinaan dalam jiwa terlebih dahulu.
2. Macam-macam Tingkah laku
Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku:
1) Tingkah laku intelektualitas atau tinggi, maksudnya adalah sejumlah perbuatan
yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan
intelektual. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu.
2) Tingkah laku mekanistik atau refleksi, maksudnya adalah respon-respon yang
timbul pada manusia secra mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata sebab
29
kena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada anak-anak, seperti
menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan.30
Adapun melihat dan memperhatikan prilaku seseorang maka akan terlihat
macam-macamnya:
a. Perilaku yang over bisa dibagi lagi dalam:
1. Perilaku yang disadari, dilakukan dengan penuh, tergantung dari aksi dalam
otak besar (voluntary movement) berkaitan dengan otak kecil sebelah
belakang yang menguasai kordinasi otak-otak (cerebrum)
2. Perilaku reflektoris, gerakan reflex yang dalam tahap pertama berkaitan
dengan sumsum tulang belakang belum disadari. Baru kemudian tingkah
laku reflex disadari, bila kesan sudah sampai ke pusat persyaratan.
3. Perilaku diatur pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada
sumsum penyambung (medulla oblongata) atau gerakan otot karena
pendekatan otot.
b. Perilaku yang tidak mudah kelihatan, terselubungi:
1. Kognisi: penyadarn melalui proes penginderaan terhadap rangsangan dan
interprestasinya. Perilaku meliputi segala hal berupa reaksi terhadap
rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apa
yang dipelajari.
2. Emosi: affek, perasaan, suasana di dalam diri yang di munculkan oleh
penyadaran terhadap isi perangsang.
3. Konasi: pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu bentuk
perilaku.
4. Pengideraan: melalui penyampaian atau mengantar (rangsangan) sampai ke
susunan syaraf pusat, pusat pengertia.31
30
Hasan Langgulung, Azas-azas pendidikan Islam, (Jakarta : pustaka Al-Husna, 1998) h, 274
31
Dari uraian di atas tentang perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu
adalah perbuatan atau tingkah laku manusia baik secara reflek maupun secara
sadar, baik jasmani atau pun rohani. Contoh, ketika mendapatkan anak yang jatuh
dari pohon maka ia akan segera berperilaku/bertintak dengan menggotong dan
memberitahukan kepada orang tuanya
Jadi perilaku mempunyai sifat kongkrit yang berkaitan dengan raga
seseorang terahdap stimulus-stimulus yang diterimanya. Perilaku ini merupakan
manifestasi dari pada sikap. Seseorang berperilaku dapat secara spontanitas tanpa
melalui pembentukan-pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat
melalui pembentukan atau pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu.
Maka oleh karena itu tingkah laku dan sikap semakin erat hubungannya dan tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.
3. Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Tingkah laku
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Tingkah laku seseorang
menurut P. sondang Siagian adalah:
1) Faktor genetik
Faktor genetic atau yang disebut juga factor keturunan/unsur bawaan ialah
proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir merupakan warisan dari
orang tuanya, berupa cirri-ciri/sifat secara fisik dan mental psikologik serta
kemampuan berupa bakat, tingkat kecerdasan, social, intelegensi, fantasi dan
pengamatan, sifat pemarah atau penyabar dan sebagainya. Semuanya
merupakan potensi dasar atau factor bawaan yang akan mempengaruhi proses
perkembangan anak.
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan di sini adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam rumah
dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan masyarakat
yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya ini sebagai tempat
bernaung, sebagai tempat memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai
tempat untuk menentukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam
4. Dasar-dasar Tingkah Laku atau Tingkah Laku Manusia
Tiap-tiap perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar disebut sebagai
kelakuan tingkah laku (behavior). Untuk mengetahui tingkah laku seseorang tidak
cukup dengan melihat tingkah laku yang nampak, tetapi harus menganalisis
dasar-dasar yang menjadi lahirnya tingkah laku itu, yaitu jiwanya. Diantara hal-hal yang
mendasari terjadinya tingkah laku adalah sebagai berikut:
1) Instinct
Instinct yang disebut juga dengan istilah naluri. Setiap manusia memiliki
naluri sebagai sifat basyariah, dimana baik disadari maupun tidak, instinc
mendorong lahirnya prilaku tertentu. Secara naluriah manusia akan merasakan
harus jika di dalam tubuhnya kurang cairan, merasa lapar jika kekurangan
makanan, merasa ngantuk jika tubuhnya lelah.
2) Adat kebiasaan
Perbuatan yang diulang-ulang dalam waktu lama oleh perorangan atau
oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah mengerjakannya disebut
adat kebiasaan. Sebenarnya sebagian dasar tingkah laku manusia terbentuk
melalui pembiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan kegembiraan, dan
cara mengungkapkan kemarahan.
Secara psikologis, adat kebiasaan itu pakan penyesuaian otak dengan urat
saraf. Segala hal yang dirasakan dan diperbuat oleh manusia berhubungan erat
dengan dan urat syaraf dan otak. Sifat urat syaraf itu lentur dan menerima
perobahan sepanjang sesuai dengan kodratnya.
Kebiasaan bisa dibentuk tetapi tidak semua perbuatan bisa dijadikan
kebiasaan. Suatu fikiran atau perbuatan dapat dibentuk menjadi adat kebiasaan
apabila memenuhi syarat-syaratnya.:
a. Perbuatan yang diulang-ulang itu menyenangkan.
b. Memberi kemudahan kepada perbuatan yang dibiasakan.
3) Keturunan
Ada teori yang memandang bahwa manusia mewarisi genetika orang
tuanya, oleh karena itu faktor keturunan sangat signifikan dalam
membentuknya menjadi siapa. Di lingkungan ilmu pendidikan, baik faktor
hereditas atau keturunan maupun faktor miliu atau lingkungan, keduanya
diakui mempunyai pengaruh dalam membentuk perilaku manusia.
4) Lingkungan
Dunia pendidikan mengenal tiga lingkaran pendidikan, yaitu rumah
tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Bagi anak yang lingkungan
keluarganya tidak sehat, maka sepenuhnya anak itu akan dibentuk oleh
lingkungan masyarakatnya dibanding oleh sekolahnya.
5) Motivasi
Setiap manusia yang normal, setiap kali mengerjakan suatu perbuatan
pasti dibalik perbuatan itu ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan itu
terkadang hanya bersifat pemuasan kebutuhan biologis, terkadang pemuasan
kebutuhan psikologis, atau bisa juga untuk pencapaian nilai-niali tertentu
sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya.32 Adapun faktor lingkungan di bagi pada tiga bagian:
a. Lingkungan keluarga
Para ahli berpendapat bahwa perilaku seseorang dewasa banyak dipengaruhi
oleh kondisi dalam kehidupan rumah tangga manusia pada waktu kecil. Bahkan
ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika
masih berada dalam kandungan seorang ibu. Arah lebih lanjut pembentukan
kepribadian di tentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan
dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku seseorang akan besifat
baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah,
gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoisyis
dan memiliki rasa simpatik.
32
Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia,
sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif.
Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah,
memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah
memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati.
Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali di mana orang tua
harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam
suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperhatikan masing-masing
anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari dan melarang
perbutan-perbuatan yang tidak baik secara terus menerus sehingga akan terwujud keluarga
yang bahagia dan harmonis.
b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah juga merupakan pengaruh perkembangan perilaku
anak. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan murid
akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral
yang masih mengalami perubahan.
Ajaran agama islam tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna
mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan
seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Sebagaimana telah
diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang
Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalaui pendidikan formal
dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya
dipandang tidak hanya tempat untuk menambah ilmu yang digunakan sebagai
modal hidup dikemdian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap
mental dan tingkah laku social yang baik.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan
perilaku anak. Makin bertambah umur makin memperoleh kesempatan luas untuk
mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman bermain yang sebaya
(bergaul), sekalipun konflk akan terjadi bila norma-norma yang ada di lingkungan
teman-teman.
Oleh karena itu fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses
perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan
mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab
pengaruh baik sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat
negative yaitu pengaruh lingkungan yang tidak baik akan menghambat/merusak
perkembangan anak. Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk menciptakan atau
menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjukan perkembangan
anak.
Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang anak
adalah:
1) Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebas dari
kehidupan yang curiga dan mencurigai.
2) Lingkungan yang rukun di mana sesama warga tidak saling mencampuri
urusan orang lain, tanpa disertai oleh sikap acuh tak acuh.
3) Lingkungan yang bersih dalam arti fisik.
4) Tersedia fasilitas bergaul yang memadai seperti untuk berolah raga,
berbincang-bincang dengan rekan-rekan sebaya, maupun lebih tua dan
Oleh karna itu masyarakat yang dekat merupakan lingkungan pergaulan
yang dihadapi setiap hari, maka jelas pengaruhnya terhadap pembentukan
perilaku. Apabila seseorang hidup di lingkungan yang tentram, damai dan penuh
toleransi maka ia akan memiliki prilaku yang baik. Jadi peran orang tua dan guru
diharapkan dapat mengawasi prilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.Tempat dan waktu penelitian
Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di MTs‟N Parung Bogor. Penulis mengadakan penelitian ini dimulai sejak bulan Januari sampai
bulan Maret 2011
B.Latar Penelitian
“Menurut Loflan dan Loflan, latar terbuka terdapat di lapangan umum seperti tempat berpidato, orang berkumpul di taman, toko, bioskop, ruang tunggu
rumah sakit. Pada latar demikian peneliti barang kali hanya akan mengandalkan pengamatan dan kurang sekali mengadakan wawancara.”33
Dalam hal ini
hubungan peneliti dengan subyek kurang mesra. Sebaliknya, pada latar tertutup
hubungan peneliti perlu akrab karena latar demikian bercirikan orang –orang sebagai subyek yang perlu diamati secara teliti dan wawancara secara mendalam.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan latar tertutup karena penulis terjun
langsung ke lapangan obyek penelitian, dan melakukan wawancara dengan
orang-orang yang terkait dengan penelitian ini secara mendalam.
33
C.Metode Penelitian 1. Jenis penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif (penelitian alamiah) yang menjawab setiap permasalahan
secara mendalam dan menyeluruh mengenai obyek yang akan diteliti guna
menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dalam konteks waktu dan situasi yang
bersangkutan.
Metode ini memandang kenyataan sebagai suatu dimensi jamak, utuh,
merupakan kesatuan dan berubah open ended. Karena itu tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang rinci dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembang selama proses penelitian berlangsung.34 Selain itu, jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan kombinasi antara penelitian kepustakaan
(Library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan data-data empiris.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian kualitatif bersumber dari intensitas
pengamatan interview atau wawancara, baca buku (bedah buku). Terhadap suatu benda atau orang dilakukan pengamatan yang serius dan beberapa kali. Sedangkan
dalam membaca buku dilaksanakan dengan tekun, cermat, kritis dan beberapa kali
dengan menggunakan konsep sudah jenuh.35
Hal tersebut dilakukan agar data atau konsep yang ditemukan tidak ada lagi
data lain yang membatalkanya tentang kebenaran konsep tersebut. Adapun
sumber data yang peneliti maksud adalah data internal seperti memo,
pengumuman, instruksi, aturan suatu masyarakat atau daerah tertentu yang
digunakan dalam kalangan tersendiri (risalah, laporan, rapat, hasil seminar,
keputusan pemimpin dll), catatan pribadi peneliti, ataupun gambar yang peneliti
berhasil rekam.
34
Herry Widyastono, “Metodologi Penelitian Ilmiah dan Alamiah”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 068, Tahun ke-13, September 2007, h. 760
35Rusmin Tumanggor, “
Sedangkan sumber data eksternal berisi bahan-bahan informasi yang
dihasilkan dari persoalan atau lembaga sosial, buku, majalah, buletin, pernyataan
atau berita dari media massa dan juga data-data dari dunia maya (internet).
D.Tehnik Pengumpulan Data
1. Observasi (Pengamatan)
Karena penelitian ini bersifat kualitatif maka pengumpulan data dengan cara
pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya karena: pertama, tehnik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung. Kedua, tehnik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kejadian-kejadian yang ada pada
saat penelitian, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada
keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun
pengetahuan yang langsung diolah dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti terhadap data yang diperolehnya. Kelima, Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Dan yang
keenam, pengamatan menjadi alat komunikasi yang sangat bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu.36
2. Pengumpulan Dokumen
Dalam penelitian ini dokumen yang peneliti kumpulkan adalah data-data
hasil wawancara peneliti dengan informan, baik secara resmi dengan menggunakan alat pewawancara atau pun dengan hasil dari obrolan santai yang
menyangkut tema yang sedang peneliti teliti. Adapun jenis dokumen yang
penulis akan kumpulkan adalah berupa kata-kata dan tindakan, sumber tertulis
seperti buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi,
catatan kecil peneliti baik itu berasal dari informan ataupun hasil pengamatan
subyek penelitian,dan tidak ketinggalan hasil catatan kecil yang peneliti amati
dari display serta gambar kegiatan keagamaan, data-data siswa dan
36
dokumen lain yang berkaitan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap
tingkah laku sisiwa.
3. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud
mengadakan wawancara seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, antar lain mengkonstruksi mengenai orang , kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Dan wawancara tersebut dilakukan sebagai
pendukng observasi dan sebagai dokumen yang akan dipelajari nanti pada saat
penulisan laporan hasil penelitian.
Jenis wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu
pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara karena penulis membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan,37tentang Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku siswa. Dalam penelitian ini
penulis mewawancarai kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dan guru Aqidah
akhlak dan siswa untuk mencari data-data tentang gambaran umum MTs‟N, dari segi visi, misi, sejarah, kurikulum, system rekrutmen tenaga edukatif, bentuk
penilaian terhadap tenaga edukatif, mekanisme penerimaan peserta didik, pola
hubungan sekolah dengan orang tua murid. Serta data-data lain yang menunjang.
Dari guru Aqidah Akhlak dan siswa, peneliti mengumpulkan informasi
tentang keseluruhan proses pembelajaran Aqidah Akhlak yang meliputi
karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak, materi kurikulum Aqidah Akhlak,
prilaku siswa dalam kelas, proses belajar mengajar, metode, pendekatan, evaluasi
dan lain sebagainya.
4. Analisis Data
Perspektif yang dikembangkan dalam analisis ini adalah pendidikan
islam/pendidikan akhlak. Pendidikan islam adalah upaya untuk menyiapkan
peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran
agama islam melalui berbagai macam kegiatan, bimbingan, pengajaran dan
37
latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam
hubungan antar umat beragama.
Pembelajaran Aqidah Akhlak memiliki tujuan untuk menanamkan dan
meningktakan keimanan siswa, serta meningktakan kesadaran untuk berakhlak
mulia sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah swt.
Untuk menganalisis data dalam penelitianm ini, penulis melakukan
langkah-langkah sebagai berikut.
1. Analisa Domain (katagori simbolis), yaitu memperoleh gambaran umum dan
menyeluruh dari objek penelitian atau situasi social. Melalui pertanyaan umum
dan pertanyaan rinci peneliti menemukan berbagai kategori atau domain
tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya.
2. Analisis Taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi
rinci untuk mengetahui struktur internal. Hal ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan yang lebih berfokus.
3. Analisis Komponen, yaitu mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal
dengan cara mengontranskan antar elemen. Hal ini dilakukan melalui
observasi dan wawancara terseleksi melalui pertanyaan yang mengontranskan.
E.Fokus Penelitian
Adapun penelitian ini difokuskan pada proses pelaksanaan pembelajaran
Aqidah akhlak yang diimplementasikan dalam pergaulan sehari-hari, yaitu dalam
pergaulan siswa-siswi MTs‟N kelas VIII/1 secara keseluruhan baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas yang diamati secara mendalam oleh peneliti.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar keberadaan peneliti di MTs‟N tidak mengganggu proses pembelajaran ataupun menimbulkan ketidaknyamanan
terhadap para siswa atau guru.
Selain itu bertujuan untuk memperoleh gambaran yang berbeda dari
F. Pengecekan Keabsahan Data
Agar data mempunyai validitas, relibilitas, dan objektifitas yang tinggi,
perlu dilakukan triangulasi data. Menurut Bambang (2005) triangulasi yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data ini
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pebanding terhadap data tersebut.
Adapun Triangulasi di bagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Triangulasi tekhnik pengumpulan data yaitu sudut pandang dari data observasi,
sudut pandang dari data wawancara, dan sudut pandang dari data dokumentasi.
2. Triangulasi sumber data yaitu sudut pandang dari pristiwa, sudut pandang dari
informasi, dan sudut pandang dari dokumen.
Setiap sudut pandang mempunyai kedudukan yang unik dalam kaitannya
dengan akses data mengenai dengan pembelajran Aqidah Akhlak dalam
BAB IV
PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs’
N PARUNG
BOGOR
A. Gambaran Umum MTs’N Parung Bogor
1. Sejarah Singkat MTs’N Parung Bogor
Parung adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa
Barat. Parung berbatasan dengan Kecamatan Sawangan Depok, Kecamatan
Jampang dan Kecamatan Kemang.
Parung dilalui hanya satu jalur yang memudahkan akses jalan ke lebak wangi atau ketempat sekolah MTs‟N.
Berdirinya MTs‟N Parung Bogor berawal dari PGAN selama 4 tahun, dan pada tahun 1982 menjadi MTs Negri Parung yang terletak di kabupaten
Bogor yang beralamat di jalan Raya Parung, lebak wangi.
MTs Negri Parung terletak tidak jauh dari jalan raya sehingga letaknya
sangat strategis, karena di lalui oleh kendaraan umum sehingga mudah di
jangkau oleh masyarakat. Berbagai prestasi diperoleh MTs Negri parung
sangat menggembirakan, baik akademik maupun non akademik. Dan
lulusannya pun banyak yang melanjutkan sekolah pada jenjang berikutnya
baik di MAN, SMA, SMUN bahkan ada yang ke Pesantren dan lain-lain
bahkan sampai perguruan tinggipun sering mendominasi baik di bidang osis
2.Visi dan Misi
Visinya yaitu mewujudkan sebuah Madrasah yang menyiapkan dan
mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas di bidang Imtaq dan
Iptek.
Sedangkan Misinya yaitu menyelenggarakan pendidikan yang
berkualitas baik di bidang Imtaq dan Iptek dengan mewujudkan sebagai
berikut:
a. Lingkungan yang kondusif (bersih, asri, nyaman dan agamis)
b. Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dan
efektifitas pembinaan ekstrakurikuler.
c. Menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat.
TABEL I
Keadaan Siswa/I MTs Negri Parung Tahun 2010/2011
KELAS ROMBEL
SISWA
LK PR JUMLAH
VII 9 157 222 379
VIII 8 180 200 380
IX 9 181 253 434
JUMLAH 26 518 675 1193
F. Karekteristik Responden
Responden pada peneliti ini adalah sebagian siswa kelas VIII/I di
sekolah MTs Negri parung yang berjumlah 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut
Adapun mengenai tingkah laku siswa yang peneliti amati dan
menyebarkan angket kepada siswa sehingga dihasilkan data-data sebagai
berikut:
TABEL II
Data Prilaku Siswa di sekolah
NO Siswa/Responden Skor Keterangan
1 Fitri arya rahayu 26 Baik
2 Fitri arya rahayu 25 Baik
3 Ayu nita 25 Baik
4 Ilham K 26 Baik
5 M. Irfan 20 cukup
6 Giri Yudha 26 Baik
7 Iqbal Ghani. S 20 Cukup
8 Lulu Multifatun n 27 Baik
9 Ade Saputra 26 Baik
10 Sri Defi 19 Cukup
11 Haris S 23 Baik
12 Haminuzar V 24 Baik
13 Susana L 20 Cukup
14 Nur Adjizah 25 Baik
15 Oktavian 18 Cukup
16 Nani A 30 Amat Baik
17 Elisa putri U 28 Baik
18 Eka Wahyu U 26 Baik
19 Novi a 23 Baik
20 Nur M Rizki 20 Cukup
21 Winda P 19 Cukup
22 Tiara febri A 24 Baik
23 M Khadafi 26 Baik