• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa di MTs'N Parung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa di MTs'N Parung"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK

TERHADAP TINGKAH LAKU SISWA DI MTs’N PARUNG

Disusun Oleh:

ANDRI JAELANI

206011000024

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Andri Jaelani, “Peranan Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadapa Tingkah laku Siswa di MTs‟N Parung Bogor”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Berkaitan kepada pendidikan yang menyeluruh dan berlandasan ketuhanan pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran Agama Islam kepada manusia berupa aqidah, syari‟ah dan perbuatan untuk menjadi muslim yang sejati, wajib di pelajari dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Agar orang lain memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki akhlak yang mulia, salah satunya adalah harus mempelajari aqidah akhlak. Dengan di pelajarinya aqidah akhlak diharapkan siswa memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang baik. Kemudian untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang studi aqidah akhlak dan keadaan tingkah laku siswanya, maka penulis mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru, apakah dapat menguasai materi secara kontinyu atau terus menerus kepada siswa. Sehingga dapat dipraktekkan dalam lingkungan, sekolah atau di luar sekolah.

Oleh karena itu penulis mengamati proses pembelajaran yang dilakukan guru dan di tambah siswa mengisi angket sehingga menghasilkan informasi yang valid, dengan di pelajarinya aqidah akhlak di sekolah diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan yang akan datang.

Penelitian yang penulis lakukan adalah merupakan kombinasi antara penelitian kepustakaan (Library research),dan penelitian lapangan (field research)

adalah penelitian yang dilakukan dengan cara terjun langsung kelapangan yaitu kepada obyek penelitian, karena dalam penelitian ini memerlukan data-data yang valid agar dapat dipertangung jawabkan kebenarannya. dengan menggunakan data-data empiris.

Tujuan dari penulis ini adalah untuk mengetahui tentang pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak dan untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa.

(6)

KATA PENGANTAR

Sembah dan sujud kepada Allah yang Maha Kuasa yang telah

menciptakan bumi beserta isinya, serta syukur Alhamdulillah penulis panjatkan

kepada Allah, karena dengan rahmat dan hidayahnya akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad

saw, keluarganya, sahabat-sahabatnya serta para pengikut yang setia.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih

terdapat banyak kekurangan dan kelemahan yang penulis miliki. Namun berkat

dorongan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan meskipun

masih jauh dari kesempurnaan.

Oleh karena itu, dengan kerendahan hati sudah sepantasnya penulis

mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu

hingga terselesainya skripsi ini. Ucapan terimaksih tersebut penulis sampaikan

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Sapiudin Shidiq M.Ag, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Zaimuddin. M.Ag, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.

5. Seluruh staf pengajar Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan selama dalam

(7)

6. Pengelola Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepala MTs‟N Parung beserta stafnya, atas kesempatan dan informasi yang telah dierikan selama penulis melakukan penelitian.

8. Ayahanda H.Acep dan Ibunda Hj. Wiwi yang tercinta, yang telah berjuang

dan berkorban untuk membesarkan, mendidik, dan tidak lupa pula

mendoakan sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan studi di

Universitas Islam Negeri Jakarta. Bapak dan Ibu adalah sumber motivasi

bagi penulis, tidak akan mampu penulis membalas jasa-jasa bapak dan ibu.

Jazakumullah khairan katsiron.

9. Teruntuk kakakku tercinta dan keponakanku tersayang Neneng dan Siti

Zaenab dan Siti Kholisoh yang senantiasa memberikan dukungan dan

kasih sayangnya kepada penulis.

10.Teruntuk Maisyaroh atas limpahan kasih sayangnya dan motivasi kepada

penulis.

11.Teruntuk Semi (Wulan) yang banyak membantu dan memberikan

dukungan kepada penulis.

12.Sahabat-sahabatku Bisri, Zamroni, Angga, Dona, Qiwer, Busro, Lupeng,

Didi, Darmawan, Imam, Givar, Shary, dan Hermawan (angkatan 2006)

dan anak-anak kozan Iqbal dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu

dan kawan-kawan mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam ekstensi

kelas A dan B angkatan 2006 terimakasih atas doa, bantuan dan

dukungannya.

13.Teruntuk sahabatku yang selalu menemani ngopi Dede (Icham) yang

memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis

14.Juga kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi

ini.

Akhirnya hanya kepada Allah swt jualah penulis serahkan, semoga jasa

baik yang telah mereka sumbangkan menjadi amal sholeh dan mendapat

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Aqidah Akhlaq di MTs‟N ... 6

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 6

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran ... 10

3. Pengertian Aqidah Akhlak ... 14

4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N ... 17

5. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N ... 19

6. Materi pelajaran Aqidah Akhlak di MTs‟N ... 19

B. Tingkah Laku ... 20

1. Pengertian Tingkah Laku ... 20

2. Macam-Macam Tingkah Laku ... 21

3. Faktor yang Mempengaruhi pembentukan Tingkah Laku 23 4. Dasar-dasar Tingkah Laku atau Tingkah Laku Manusia .. 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu penelitian ... 29

B.Latar Penelitian ... 29

(9)

D.Teknik Pengumpulan Data ... 31

E.Fokus Penelitian ... 33

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 34

BAB IV PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs’N PARUNG BOGOR A. Gambaran Umum MTs‟N Parung Bogor ... 35

1. Sejarah Singkat MTs‟N Parung Bogor ... 35

2. Visi dan Misi ... 36

B. Karekteristik Responden ... 37

C. Pengajaran Aqidah Akhlak dan Prilaku Siswa di MTs Negri Parung ... 43 D. Proses Pembelajaran di kelas ... 47

E. Intrepestasi data ... 49

F. Faktor penghambat dan faktor pendorong ... 50

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 53

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan akhlak merupakan salah satu aspek yang sangat fundamental

dalam kehidupan bermasyarakat. Karena bagaimanapun pandainya seorang anak

didik dan tingginya tingkat intelegensi anak didik tanpa dilandasi dengan akhlak

yang baik, atau budi pekerti yang luhur maka kelak tidak akan mencerminkan

kepribadian yang baik.

Masalah akhlak adalah masalah yang penting bagi Islam dan bagi kehidupan

umatnya. Akhlak adalah nilai pribadi dan harga diri seseorang, maka orang yang

tidak berakhlak akan hilang harga dirinya dihadapan Allah swt dan masyarakat.

Seorang muslim wajib memperbaiki dirinya sebelum betindak, ia harus beradab,

berakhlak terhadap dirinya sendiri karena ia dibebankan tanggung jawab terhadap

keselamatan dan kemaslahatan dirinya dan lingkungan masarakat.

Pendidikan Agama Islam (PAI) bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan, dan pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga

menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, serta berahklak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.1

Tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut merupakan penjabaran

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Th 2003 bab II pasal 3 tentang

fungsi pendidikan nasional yaitu:

1

(11)

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakqa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”2

Berkaitan dengan pendidikan yang menyeluruh dan berlandaskan ketuhanan

pendidikan agama islam merupakan suatu upaya untuk menanamkan ajaran agama Islam kepada manusia berupa aqidah, syari‟ah dan perbuatan untuk menjadi muslim yang sejati, wajib dipelajari dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

Karena ajaaran-ajaran Islam tersebut dapat menuntun manusia dalam

kehidupannya, baik mengenai kehidupan manusia dengan Tuhannya, maupun

manusia dengan manusia dan alam sekitarnya.

Aqidah, syaria‟ah dan akhlak merupakan 3 ajaran pokok yang saling berkaitan atau satu mata rantai ajaran Islam yang mutlak diketahui dan

diaplikasikan oleh umat Islam. Aqidah atau iman yaitu pengakuan dengan lisan

dan membenarkan dengan hati bahwa semua yang dibawa Rasulallah adalah benar

dan hak. Pengakuan tersebut diimplementasikan melalui syari‟at yang mengandung cara/metode peraturan ibadah seperti sholat, puasa, zakat, ibadah haji dan lainnya, yang dalam istilah lain disebut dengan “Hablum minallah”. Syariat ini juga mengandung ajaran muamalat seperti perkawinan, hutang,

piutang, jual beli, keadilan social, pendidikan dan lain-lain yang menyangkut hubungan umat manusia, atau disebut juga “Hablum minannas”.

Sedangkan Akhlak adalah sifat yang meresap dalam jiwa yang

mencerminkan perbuatan dengan mudah tanpa dibuat-buat. Jadi, untuk

mendapatkan manfaat selain harus berpegang kepada kedua cabang tersebut (aqidah dan syari‟ah) juga harus berpegang teguh pada cabang ilmu lainnya atau akhlak, karena dengan akhlak dapat memperoleh ketenangan, kebahagiaan dan

kemaslahatan.

2

(12)

Disinilah peran pembelajaran aqidah akhlak yang bertujuan menanamkan

dasar-dasar akhlak sehingga dapat merubah tingkah laku yang kurang baik

menjadi lebih baik.

Agar orang lain memiliki aqidah yang kuat dan mendalam, serta memiliki

akhlak yang mulia, salah satu caranya adalah harus mempelajari kedua cabang

ilmu tersebut, baik dipondok pesantren maupun di lembaga-lembaga pendidikan

Islam lainnya.

Dengan diberikannya bidang study aqidah akhlak diharapkan agar

siswa-siswinya memiliki aqidah yang kuat dan akhlak yang mulia atau budi pekerti yang

baik. Namun selama ini penulis belum mengetahui secara pasti dan akurat tentang

bagaimana pelaksanaan pembelajaran pada bidang study aqidah akhlak dan

keadaan tingkah laku siswanya. Maka penulis mengamati proses pembelajaran

yang dilakukan guru, apakah dapat menguasai materi secara kontinyu/terus

menerus kepada siswa. Sehingga dapat di praktekkan dalam lingkungan, baik

lingkungan sekolah atau di luar sekolah.

Selain itu dipilihnya Madrasah Tsanawiyah yang menjadi objek penelitian

karena merupakan lembaga pendidikan yang berciri khas Islam yang berusaha

mengubah sikap, pola pikir dan cara bersikap siswa ke arah yang lebih positif,

sesuai dengan norma-norma Islam.

Dengan melihat pentingnya pembelajaran aqidah akhlak yang diberikan

kepada siswa, maka mendorong penulis tertarik untuk meneliti permasalahan

tersebut yang dituangkan kedalam bentuk skripsi dengan judul ”Peranan

Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku siswa di MTs’N

Parung Bogor”.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

(13)

Berdasarkan uraian sebelumnya maka penulis mengidentifikasikan

masalah diatas sebagai berikut:

a. Kurang tertanamnya keimanan (aqidah) siswa dilihat dari sedikitnya jumlah siswa yang ikut dalam shalat berjama‟ah yang dilaksanakan di sekolah maupun dalam hal-hal yang bersifat religi (keagamaan)

b. Siswa banyak yang melakukan tindakan amoral/akhlak yang tidak baik.

c. Minimnya kerjasama antara guru dengan siswa dalam menanmkan aqidah dan akhlak siswa di MTs‟N Parung.

2. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan kerancuan yang

dikarenakan luasnya pembahasan juga keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan, maka penulis membatasi masalah ini hanya pada:

a. Pelaksanaan pembelajaran aqidah akhlak di MTs‟N Parung.

b. Akhlak siswa yang diteliti di MTs parung mengenai prilaku siswa yang

dipelajari pada materi aqidah akhlak di semester 1 kelas VIII

c. Mengamati prilaku siswa dalam menerapkan ilmu akhlak setelah belajar di

sekolah

3. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah diatas, penulis merumuskan permasalahan

sebagai berikut:

Bagaimana peran pembelajaran Aqidah Akhlak dalam merubah tingkah

laku siswa?

C. Tujuan dan kegunaan penelitian

(14)

a. Untuk mengetahui dan mengungkap tentang pelaksanaan pembelajaran

aqidah akhlak di MTs parung.

b. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang tingkah laku siswa MTs

tersebut.

c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara pembelajaran aqidah

(15)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs

1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Kata “Pembelajaran” dipakai sebagai padanan kata dari bahsa Inggris instruction. Kata instruction mempunyai pengertian yang sangat luas dari pada

pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-murid di kelas (ruang)

formal, pembelajaran atau instruction mencangkup pula kegiatan belajar mengajar

yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang

ditekankan adalah proses belajar maka usaha-usaha yang terencana dalam

memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar mengajar dalam

diri siswa kita sebut pembelajaran.3

Istilah pembelajaran diperkenalkan sebagai ganti istilah “pengajaran” meskipun kedua istilah tersebut sering dipergunakan bergantian dengan arti yang

sama dalam wacana pendidikan dan perkurikuluman.

Selain itu pengertian pembelajaran dalam definisi psikologi pembelajaran

berkaitan dengan pengertian belajar itu sendiri. Pembelajaran itu sendiri

merupakan suatu upaya mengarahkan aktifitas siswa kearah aktifitas belajar. Di

dalam proses pembelajaran terkandung 2 aktifitas sekaligus, yaitu aktifitas

mengajar (guru) dan aktifitas belajar (siswa). Proses pembelajaran merupakan

proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan

siswa.4

3

Arif, S Sadiman, et Al, Media pendidikan: pengertian, pengembangan dan pemanfaatannya, (Jakarta : Rajawali, 1986), cet ke-1, h.7

4

(16)

Pembelajaran adalah kondisi dan situasi yang memungkinkan terjadinya

proses belajar mengajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik atau siswa.

Dari pengertian pembelajaran tersebut menunjukan bahwa pembelajaran berpusat

pada kegiatan siswa.

Oleh karena itu, hakekatnya pembelajaran aqidah akhlak adalah proses yang

sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang

memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar yang berkaitan dengan

masalah keimanan dan akhlak sehingga jasmani dan rohaninya dapat berkembang

menjadi kepribadian yang utama sesuai dengan ajaran Islam.

Pembelajaran merupakan kata lain dari proses belajar mengajar yang

mempunyai pengertian sebagai berikut.

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena

adanya interaksi antara dengan individu dan individu dengan lingkungannya. Hal

ini berarti bahwa belajar mempunyai tujuan untuk merubah tingkah laku individu

baik aspek pengetahuannya, keterampilannya maupun aspek sikapnya.5

Belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.

Pengertian tingkah laku diperluas tidak saja kasat mata (yang tampak, misalnya

menulis huruf, mengangguk, mengendarai sepeda) tetapi mencangkup juga yang

tidak kasat mata (contohnya, berupa sikap, minat, pikiran, perasaan dan percaya

diri).

Definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku

sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru

atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui

usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,

memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu

relative konstan.

5

(17)

Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh W. J. S.

Poerwadarminta disebutkan belajar sebagai usaha memperoleh suatu kepandaian.6 Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar,

para ahli akan mengemukakan beberapa definisi sebagai berikut:

a) Hilgard dan Bower, mengemukakan belajar adalah berhubungan dengan

perubahan tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang

disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang.

b) Gagne, menyatakan bahwa belajar terjadi apabila suatu stimulus bersama

dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga

perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu

sesudah ia mengalami situasi tadi.

c) Morgan, mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman.

d) Witherington, mengemukakan belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola dari pada reaksi yang

berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.7

Dalam buku Psikologi Pendidikan M. Dalyono mendefinisikan belajar

adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam

diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu

pengetahuan, keterampilan dan sebagainya.8

Slameto berpendapat bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

6

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet. Ke-3, h. 82.

7

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), cet. Ke-23, h. 84.

8

(18)

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.9

Sedangkan pengertian belajar juga didefinisikan oleh Syaiful Bahri yang

mendefinisikan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam

interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan

psikomotorik.10

Dan definisi belajar dalam psikologi adalah proses perubahan tingkah laku

sebagai akibat pengalaman atau latihan berupa memperoleh perilaku yang baru

atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang sudah ada yang terjadi melalui

usaha dengan mendengar, membaca, mengikuti petunjuk, mengamati,

memikirkan, menghayati, dan meniru, melatih, dan mencoba. Dan hasil belajar itu

relative konstan.

Berdasarkan teori belajar yang telah diuraikan, maka penulis menyimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan setiap individu yang berusaha

mencapai tujuan dan mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku, atau sebuah

hasil yang telah dicapai dari mempelajari pengetahuan yang dapat diamati dengan

perubahan tingkah laku seseorang yang disebabkan oleh pengalaman.

b. Pengertian mengajar

Mengajar adalah merupakan perbuatan mengatur dan mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekita siswa sehingga dapat mendorong dan

menumbuhkan siswa melakukan belajar.11

Sedangkan menurut M. Basyriruddin dalam bukunya “Metodologi Pembelajaran Agama Islam menyatakan bahwa mengajar adalah suatu usaha

9

Slameto, Belajar dan Faktor- faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta:Gunung, PT. Rineka Cipta, 2010), cet ke-5, h. 2.

10

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT, Rieneke Cipta, 2002), cet. 1, h. 12-13.

11

(19)

bagaimana mengatur lingkungannya dan adanya interaksi subjek didik (anak)

dengan lingkungannya, sehingga tercipta kondisi belajar yang baik.12

Menurut Suryo Subroto, pembelajaran dapat mengandung dua pengertian

yaitu: pertama, rentetan tahapan atau fase dalam mempelajari sesuatu, dan kedua,

rentetan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, kegiatan sampai evaluasi dan tindak

lanjut.13

Jadi dapat disimpulkan pengertian mengajar adalah suatu perbuatan yang

mengatur lingkungan yang ada di sekitar siswa seperti perencanaan, pelaksanaan

belajar, evaluasi dan tindak lanjut (melakukan remedial).

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Dibawah ini akan diuaraikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

sebagai berikut:

Syaiful Bahri juga mengklasifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar kedalam dua bagian, yaitu:

a. Faktor dari dalam diri pelajar, terdiri dari dua kelompok yaitu:

1) Faktor- faktor alam, seperti keadaan cuaca, suhu, udara, dan lain

sebagainya.

2) Faktor- faktor sosial, seperti suasana ribut yang dapat menggangu

konsentrasi belajar.

b. Faktor-faktor dari luar diri pelajar, terdiri dari dua kelompok, yaitu:

1) Faktor Psikologi, seperti kondisi psikologis dan kondisi panca indra.

2) Faktor Fisiologis, seperti minat, bakat, kecerdasan, motivasi dan

kemampuan kognitif. 14

12

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajara Agama Islam, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), cet ke-1,h.21

13

Suryobroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta : PT Rinek Cipta, 1997), Cet ke-1,h.9

14

(20)

Sedangkan menurut Zikri Neni Iska dalam buku “Psikologi Pengantar Memahami Diri dan Lingkungan” beliau merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar kedalam dua faktor, yaitu:

1) Internal atau Dalam, yakni:

a. Faktor fisiologi yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indra.

1. Fisik mempengaruhi prestasi belajar karena jika fisiknya tidak sehat

maka belajarnya pun akan terganggu karena tidak konsentrasi.

2. Panca indra adalah bagian-bagian tubuh yang berfungsi untuk

menerima rangsangan sesuai dengan modalitas masing-masing. Jika

panca indranya terdapat kekurangan maka itu akan mempengaruhi

dirinya dalam belajar karena akan mengalami kesulitan.

b. Faktor psikologi yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan

kemampuan kognisi.

1. Bakat

Bakat adalah kemampuan yang spesifik yang diberikan pada individu

pada suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya pengetahuan,

kecakapan atau keterampilan tertentu melalui suatu latihan.

2. Kecerdasan

Kecerdasan adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses

berfikir secara rasional, oleh karena itu kecerdasan tidak dapat diamati

secara langsung melainkkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan

nyata yang merupakan menifestasi dari proses berpikir rasional.

3. Minat

Minat adalah keinginan atau kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu,

faktor ini muncul biasanya dari sesuatu yang digemari atau disukai.

4. Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam diri individu atau organisme yang

mendorong prilaku kerah tujuan. Oleh karena itu motivasi mempunyai

(21)

kesipan bergerak karena kebutuhan, (2) prilaku yang timbul dan terarah

karena kedaan, (3) tujun yang dituju oleh prilaku tersebut. 15

Tidak jauh berbeda dengan pendapat Zikri Neni di atas, Slameto

menambahkan faktor- faktor internal, yaitu:

a. Perhatian

Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu

menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi

atau bakatnya.

b. Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkah tingkat atau fase dalam pertumbuhan

seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan

kecakapan baru.

c. Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau beraksi. Kesediaan itu

timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,

karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.16 2. Ekternal atau luar, yakni:

a. Lingkungan yang terdiri dari alam dan sosial

1) Lingkungan alam

Maksudnya adalah keadaan cuaca yang mempengaruhi minat belajar

anak misalnya pada musim hujan anak- anak malas untuk pergi ke sekolah

karena jalan menuju sekolah mereka banjir.

2) Lingkungan sosial

Muhibbin Syah merumuskan bahwa yang dimaksud faktor lingkungan

sosial terdiri dari tiga, yaitu: lingkungan sekolah, masyarakat, dan

(22)

Lingkungan masyarakat dan teman-teman sepermainan di sekitar tempat

tinggal siswa. Syah menjelaskan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan kumuh

yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya akan sangat

mempengaruhi aktifitas belajar siswa karena mereka tidak menemukan teman

belajar atau berdiskusi.

Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan

keluarga siswa itu sendiri, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,

ketegangan keluarga dan letak demokrasi keluarga (letak rumah) semua akan

memeberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang

dicapai siswa, sedangkan yang terakhir adalah faktor lingkungan sekolah di mana

siswa itu dididik.17

Sedangkan Alisuf Sabri menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi

belajar yaitu:

a. Faktor- Faktor Instrumental

faktor instrumental ini terdiri dari gedung/sarana fisik kelas, sarana/alat

pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulum/materi pelajaran serta

strategi belajar mengajar.

b. Faktor- Faktor Kondisi Internal Siswa

Faktor kondisi siswa diuraikan atas dua macam yaitu kondisi fisiologis siswa

dan kondisi psikologis siswa.

Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran

fisik dan kondisi panca inderanya terutama pengelihatan dan pendengarannya.

Adapun faktor psikologis adalah faktor minat, bakat, intelegensi, motivasi

dan kemampuan- kemampuan kognitif, kemampuan persepsi dan dasar

pengetahuan yang dimiliki siswa. 18

17

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), cet ke- 7, h. 135.

18

(23)

Setelah melihat penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga yaitu faktor internal dan eksternal serta

faktor instrumental yang berupa gedung sekolah, media yang digunakan,

kurikulum serta strategi dalam mengajar.

3. Pengertian Aqidah Akhlak

Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata pelajaran

yang merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang secara etimologi kata “Akhlak”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqoda yang berarti kepercayaan atau keyakinan.19 Dr. Ibrahim Muhammad membagi pengertian aqidah kepada tiga tahap perkembangan makna, yaitu sebagai berikut:

1) Tahap pertama, kata aqidah diartikan dengan: tekad yang bulat (al-Azmul Muakkad), mengumpulkan (al-jam’u), niat (an-Niyah), menguatkan perjanjian (at-tautsiq lil uqud), dan sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia, baik itu benar atau batil (ma yadiimu al-insan sawaun kaana haqqan au bathilan).

2) Tahap kedua, perbuatan hati, disinilah aqidah mulai diartikan sebagai perbuatan hati sang hamba.

3) Tahap ketiga, disini aqidah telah memasuki masa kematangan dimana ia telah terstruktur sebagai displin ilmu dengan ruang lingkup permasalahan tersendiri. Inilah tahap kemapanan dimana aqidah didefinisikan sebagai “ilmu tentang hukum-hukum syariat dalam bidang aqidah yang diambil dari dalil-dalil

yaqiniyah (mutlak) dan menolak subhat serta dalil-dalil khilafiyah yang cacat.20

Dalam Islam aqidah adalah pokok kepercayaan yang harus diyakini

kebenarannya oleh semua orang Islam, berdasarkan dalil-dalil aqli dan dalil naqli

serta bersih dari kebimbingan dan keraguan. Pokok-pokok kepercayaan itu

meliputi iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir.

19

Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Bahasa Arab Indonesia. (Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997), h. 1024

20

(24)

Sedangkan pengertian akhlak menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari kata “khuluq” khuluq berarti “perangai”.21

Secara terminology, kata akhlak mempunyai beberapa pengertian, menurut ibn Maskawih “akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.22

ي ر ا ر فريغ م ل عف ىل يع سف ل ح ه قل ل

Menurut Ahmad Amin “akhlak adalah kehendak yang dibiasakan maksudnya, jika kehendak tersebut membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu

disebut akhlak.23

Di dalam buku Ihya Ulumuddin di jelaskan bahwa Al-Khalqu (artinya: ciptaan, makhluk) dan Al-Khuluqu (artinya: budi pekerti) itu adalah dua ibarat yang dipergunakan bersama-sama. Diucapkan, fulan itu bagus ciptaannya dan budi pekertinya. Yang dimaksudkan dengan Al-Khalqu adalah bentuk lahiriyah dan yang dimaksudkan dengan Al-Khuluqu adalah bentuk batiniyah. Yang demikian itu karena manusia terdiri dari jasad yang dapat dilihat oleh mata dan dari ruh dan jiwa yang dapat dilihat dengan penglihatan hati.24

Menurut Ghazali sebagaimana dikutip oleh Moh Ardani dalam buku Al-Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV, akhlak ialah

ج حريغ مرسي ل سب عفا ر صت ع س ر سف ل ىف يه ع ر ع قل ل

Penerjemah atau Penafsiran Al-Qur‟an, 1998), Cet ke II, h.4-5

22

Abu Ali Ahmad Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terjemah Helmi Hidayat, (Bandung:Mizan, 1994) H.56

23

Moh. Ardani, AL-qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV, (Yogyakarta: indra Bayu Grafika, 1998) cet ke-2 h, 271

24

(25)

Artinya: khuluq (jama’nya akhlak) ialah ibarat (keterangan) tentang keadaan dalam jiwa yang menetap didalmnya dari padanya terbit perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu, dimana terbit padanya perbuatan-perbuatan terpuji menurut akal dan syara’, keadaan itu dinamai akhlak yang baik. Dan kalau yang terbit itu perbuatan-perbuatan yang jelek, keadaan yang menerbitkannya dinamakan akhlak yang buruk.25

Definisi-definisi yang telah di sebut diatas memperlihatkan bahwa akhlak

adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang

melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan

pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami

(thabi‟i) yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya.

Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian mata pelajaran aqidah akhlak

adalah sub mata pelajaran pada jenjang Pendidikan Dasar yang membahas ajaran

Agama Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak.

Mata Pelajara Aqidah Akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran

Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami,

menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Dari berbagai teori sebagaimana dipaparkan, maka dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan mata pelajaran aqidah akhlak adalah sejumlah

materi tentang hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan

manusia, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diajarkan pada

sekolah yang berciri khas Islam dengan tujuan agar peserta didik dapat

mengetahui dan memahami serta mengamalkan sifat-sifat terpuji, mengetahui dan

menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela serta memahami masalah-masalah

keimanan dan berakhlak terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan merasa

bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup.

25

(26)

4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs a. Ruang Lingkup

Sasaran perbuatan manusia pada hakekatnya terbagi dua, yaitu: sasaran

Vertical yang bersifat Ilahiyah dan sasaran horizontal yang beraspek sosiologis.

Dari dua sasaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan

manusia dengan Tuhan melalui Ibadah, dan hubungan manusia dengan

manusia melalui muamalah, adapun hubungan manusia dengan dirinya sendiri

melalui penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau

mahluk Allah lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran

aqidah akhlak pun tidak terlepas dari sasaran perbuatan tersebut.

Ruang lingklup pendidikan aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah

cakupan pembahasan kurikulumnya dan hasil belajar meliputi:

1. Hubungan Manusia dengan Allah.

Hubungan ini disebut juga dengan hubungan vertical, yaitu hubungan

antara manusia dengan khaliqnya yang mencakup dari segi aqidah, yang

meliputi: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikatNya, Iman

kepada kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulNya, iman kepada hari Akhir,

iman kepada Qadha dan QadarNya.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam beribadah kepada Allah.

Diantaranya dengan tidak menyekutukan-Nya, taqwa kepada,Nya

mencintai-Nya, takwa kepada-mencintai-Nya, beribadah, meniru sifat-mencintai-Nya, dan selalu berusaha

mencari keridhaan-Nya.

2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia.

Materi yang dipelajari meliputi akhlaq dalam pergaulan hidup sesama

manusia, kewajiban membiasakan berakhlaq yang baik terhadap diri sendiri

dan orang lain, serta menjauhi akhlaq yang buruk. Anjuran melakukan sifat

terpuji terhadap sesama manusia, antara lain:

1) Berbakti kepada Orang tua, yaitu membantu orang tua merasa senang dan

bahagia atas perbuatan yang kita kerjakan.

(27)

3) Berusaha menimbulkan rasa kasih sayang dan menarik simpati Orang lain.

3. Hubungan Manusia dengan alam atau Lingkungannya.

Materi yang dipelajari meliputi akhlaq manusia terhadap akan

lingkungannya, baik lingkungan dalam arti luas maupun makhluk hidup selain

manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda tak benyawa.

Berkenaan dengan ini dalam al-Qur‟an surat al-an‟am (6:58) ditegaskan bahwa binatang melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia

juga, sehingga semuanya seperti ditulis al-Qurtubhi dalam tafsirnya “tidak boleh diperlakukan secara aniaya”.

Untuk dapat melakukan pembelajaran pada mata pelajaran akhlak dapat

dilakukan dengan beberapa pendekatan:

1. Pendekatan Emosional

Pendekatan emosional yaitu pendekatan untuk menggugah emosi siswa

dalam memahami dan meyakini aqidah Islam serta memberi motivasi agar

ikhlas mengamalkan ajaran Islam khususnya yang berkaitan dengan akhlak

yang baik.

2. Pendekatan secara rasional

Yaitu, usaha memberikan peranan akal dalam memahami dan menerima

ajaran Islam.

3. Pendekatan Fungsional

Pendekatan yang menyajikan ajaran Islam dengan menekankan kepada

anak didik dari segi kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.

4. Pendekatan Keteladanan

Yaitu, menjadikan figure pribadi-pribadi teladan dan cermin dari

manusia yang memilki keyakinan tauhid yang teguh dan berprilaku. Atau

menyuguhkan keteladanan baik yang langsung melalui penciptaan kondisi,

perilaku pendidik dan tetangga kependidikan lain yang mencerminkan akhlak

terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa

(28)

5. Selain pendekatan-pendekatan di atas, dalam rangka mengupayakan perolehan

(hasil belajar) yang bermakna dan tahan lama jika memungkinkan pendekatan

yang lainnya.

5. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs

Tujuan sasaran yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai. Tujuan mata

pelajaran aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah untuk menanamkan dan

meningkatkan keimanan siswa serta meningkatkan kesadaran untuk berakhlak

mulia. Sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan

ketakwaan kepada Allah swt.

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa tujuan dari

pembelajaran Aqidah akhlak adalah memberikan pengetahuan kepada siswa akan

hal-hal yang harus diimani, mengamalkan akhlak yang baik, menjauihi akhlak

yang buruk dan memberikan bekal kepada siswa untuk menjalani hidup di

kemudian hari.

6. Materi pelajaran Aqidah Akhlak

SEMESTER I 1) Iman kepada kitab-kitab Allah swt

a. Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah swt

b. Dalil kebenaran adanya kitab-kitab Allah swt

c. Macam-macam fungsi dan isi kitab-kitab Allah swt

d. Prilaku yang mencerminkan beriman kepada Allah swt

2) Iman kepada Rasul-rasul; Allah swt

a. Pengertian dan pentingnya beriman kepada Allah swt

b. Dalil-dalil kebenaran adanya Rasul-rasul Allah swt

c. Sifat-sifat rasul Allah swt

d. Prilaku yang mencerminkan beriman kepada rasul-rasul Allah swt

3) Mukjizat Allah

(29)

4) Akhlak terpuji kepada diri sendiri

a. Pengertian dan pentingnya tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah

b. Bentuk dan contoh prilaku tawakal, ikhtiar, sabar, syukur, dan qanaah

c. Contoh-contoh prilaku tawakal, iktiar, sabar, syukur, dan qanaah

B.Tingkah Laku

1. Pengertian Tingkah Laku

Dalam kamus bahasa Indonesia di sebutkan bahwa tingkah laku itu sama

artinya dengan perangai, kelakuan atau perbuatan. Tingkah laku dalam pengertian

ini lebih mengarah kepada aktivitas sifat seseorang26.

Menurut caplin, tingkah laku itu merupakan sebarang respon yang mungkin

berupa reaksi, tanggapan, jawaban atau alasan yang dilakukan oleh organism.

Tingkah laku juga bias berarti suatu gerak atau kompleks gerak-gerik yang secara

khusus tingkah laku juga biasa berarti suatu perbuatan atau aktivitas.

Sementara itu, budiarjo berpendapat agak berbeda dari pendapat di atas.

Menurutnya tingkah laku itu merupakan tanggapan atau rangkaian tanggapan,

yang dimuat oleh sejumlah makhluk hidup. Dalam hal ini tingkah itu walaupun

harus mengikuti sertakan tanggapan pada suatu organisme, termasuk yang ada

diotak, bahasa, pemikiran, impian-impian, harapan-harapan dan sebagainya.

Tetapi ia juga menyangkut mental sampai pada aktivitas fisik.27

Adapun perilaku dalam kamus umum bahasa Indonesia dapat dikatakan juga

dengan kata tingkah laku. Secara termilogis perilaku artinya apa yang dilakukan seseorang. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa “perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Prilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar”.28

Sigmund Freud berpendapat bahwa tingkah laku adalah “pergolongan jiwa seorang tidak hanya melibatkan aktivitas bawah sadar, oleh freud, jiwa manusia

26

Rama Yulis, psikologi Agama, (Jakarta : kalam Mulia, 2002) h,,97

27

Rama Yulis…. h. 97-98

28

(30)

digambarkan seperti gunung es di tengah samudra, dan yang Nampak

dipermukaan laut hanyalah seperpuluhnya saja yaitu alam sadar,

Sembilan-seperpuluhnya berada dalam samudra (bawah sadar).

Tingkah laku menurut Alfred Alder ada dua rasa yang fundamental dalam

diri manusia, yaitu rasa minder buatan seseorang baik benar, maupun tidak benar,

juga ditentukan oleh keharmonisan / kestabilan pribadinya.

Tingkah laku dan sikap merupakan mata rantai yang terjalin dengan

hubungan factor penentu, yaitu motif yang mendasari sikap. Motif sebagai tenaga

pendorong arah sikap negative atau positif akan terlibat dalam tingkah laku nyata

(overt bebeviour) pada diri seseorang atau kelompok. Sedangkan motif yang

dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu dapat diperkuat oleh komponen

afeksi biasanya akan menjadi lebih stabil. Pada tingkat tertentu motif akan

berperan sebagai pusat sikap (central attitude) yang artinya akan membantu

kecendrungan / predisposisi. Proses ini terjadi dalam diri seseorang terutama pada

tingkat usia dini.29

Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa prilaku adalah tingkah

laku, suatu perbuatan atau suatu tindakan seseorang yang nyata dapat dilihat atau

bersifat kongkrit, dan tanpa melalui pembinaan dalam jiwa terlebih dahulu.

2. Macam-macam Tingkah laku

Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku:

1) Tingkah laku intelektualitas atau tinggi, maksudnya adalah sejumlah perbuatan

yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan

intelektual. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu.

2) Tingkah laku mekanistik atau refleksi, maksudnya adalah respon-respon yang

timbul pada manusia secra mekanistis dan tetap, seperti kedipan mata sebab

29

(31)

kena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada anak-anak, seperti

menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan.30

Adapun melihat dan memperhatikan prilaku seseorang maka akan terlihat

macam-macamnya:

a. Perilaku yang over bisa dibagi lagi dalam:

1. Perilaku yang disadari, dilakukan dengan penuh, tergantung dari aksi dalam

otak besar (voluntary movement) berkaitan dengan otak kecil sebelah

belakang yang menguasai kordinasi otak-otak (cerebrum)

2. Perilaku reflektoris, gerakan reflex yang dalam tahap pertama berkaitan

dengan sumsum tulang belakang belum disadari. Baru kemudian tingkah

laku reflex disadari, bila kesan sudah sampai ke pusat persyaratan.

3. Perilaku diatur pengaruh kehendak, tidak disadari dan berpusat pada

sumsum penyambung (medulla oblongata) atau gerakan otot karena

pendekatan otot.

b. Perilaku yang tidak mudah kelihatan, terselubungi:

1. Kognisi: penyadarn melalui proes penginderaan terhadap rangsangan dan

interprestasinya. Perilaku meliputi segala hal berupa reaksi terhadap

rangsangan, menyadari dan memberi arti atau belajar dan mengingat apa

yang dipelajari.

2. Emosi: affek, perasaan, suasana di dalam diri yang di munculkan oleh

penyadaran terhadap isi perangsang.

3. Konasi: pemikiran, pengambilan keputusan untuk memilih sesuatu bentuk

perilaku.

4. Pengideraan: melalui penyampaian atau mengantar (rangsangan) sampai ke

susunan syaraf pusat, pusat pengertia.31

30

Hasan Langgulung, Azas-azas pendidikan Islam, (Jakarta : pustaka Al-Husna, 1998) h, 274

31

(32)

Dari uraian di atas tentang perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu

adalah perbuatan atau tingkah laku manusia baik secara reflek maupun secara

sadar, baik jasmani atau pun rohani. Contoh, ketika mendapatkan anak yang jatuh

dari pohon maka ia akan segera berperilaku/bertintak dengan menggotong dan

memberitahukan kepada orang tuanya

Jadi perilaku mempunyai sifat kongkrit yang berkaitan dengan raga

seseorang terahdap stimulus-stimulus yang diterimanya. Perilaku ini merupakan

manifestasi dari pada sikap. Seseorang berperilaku dapat secara spontanitas tanpa

melalui pembentukan-pembentukan terlebih dahulu dalam jiwa dan juga dapat

melalui pembentukan atau pembinaan dalam jiwa seseorang terlebih dahulu.

Maka oleh karena itu tingkah laku dan sikap semakin erat hubungannya dan tidak

dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain.

3. Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Tingkah laku

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Tingkah laku seseorang

menurut P. sondang Siagian adalah:

1) Faktor genetik

Faktor genetic atau yang disebut juga factor keturunan/unsur bawaan ialah

proses yang dibawa setiap individu ketika ia lahir merupakan warisan dari

orang tuanya, berupa cirri-ciri/sifat secara fisik dan mental psikologik serta

kemampuan berupa bakat, tingkat kecerdasan, social, intelegensi, fantasi dan

pengamatan, sifat pemarah atau penyabar dan sebagainya. Semuanya

merupakan potensi dasar atau factor bawaan yang akan mempengaruhi proses

perkembangan anak.

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan di sini adalah situasi atau kondisi seseorang di dalam rumah

dan lingkungan yang lebih luas, terutama lingkungan sekolah dan masyarakat

yang dilihat dan dihadapi sehari-hari di mana semuanya ini sebagai tempat

bernaung, sebagai tempat memecahkan segala persoalan sekaligus sebagai

tempat untuk menentukan panutan yang akan dijadikan teladan dalam

(33)

4. Dasar-dasar Tingkah Laku atau Tingkah Laku Manusia

Tiap-tiap perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar disebut sebagai

kelakuan tingkah laku (behavior). Untuk mengetahui tingkah laku seseorang tidak

cukup dengan melihat tingkah laku yang nampak, tetapi harus menganalisis

dasar-dasar yang menjadi lahirnya tingkah laku itu, yaitu jiwanya. Diantara hal-hal yang

mendasari terjadinya tingkah laku adalah sebagai berikut:

1) Instinct

Instinct yang disebut juga dengan istilah naluri. Setiap manusia memiliki

naluri sebagai sifat basyariah, dimana baik disadari maupun tidak, instinc

mendorong lahirnya prilaku tertentu. Secara naluriah manusia akan merasakan

harus jika di dalam tubuhnya kurang cairan, merasa lapar jika kekurangan

makanan, merasa ngantuk jika tubuhnya lelah.

2) Adat kebiasaan

Perbuatan yang diulang-ulang dalam waktu lama oleh perorangan atau

oleh kelompok masyarakat sehingga menjadi mudah mengerjakannya disebut

adat kebiasaan. Sebenarnya sebagian dasar tingkah laku manusia terbentuk

melalui pembiasaan. Cara berjalan, cara mengungkapkan kegembiraan, dan

cara mengungkapkan kemarahan.

Secara psikologis, adat kebiasaan itu pakan penyesuaian otak dengan urat

saraf. Segala hal yang dirasakan dan diperbuat oleh manusia berhubungan erat

dengan dan urat syaraf dan otak. Sifat urat syaraf itu lentur dan menerima

perobahan sepanjang sesuai dengan kodratnya.

Kebiasaan bisa dibentuk tetapi tidak semua perbuatan bisa dijadikan

kebiasaan. Suatu fikiran atau perbuatan dapat dibentuk menjadi adat kebiasaan

apabila memenuhi syarat-syaratnya.:

a. Perbuatan yang diulang-ulang itu menyenangkan.

b. Memberi kemudahan kepada perbuatan yang dibiasakan.

(34)

3) Keturunan

Ada teori yang memandang bahwa manusia mewarisi genetika orang

tuanya, oleh karena itu faktor keturunan sangat signifikan dalam

membentuknya menjadi siapa. Di lingkungan ilmu pendidikan, baik faktor

hereditas atau keturunan maupun faktor miliu atau lingkungan, keduanya

diakui mempunyai pengaruh dalam membentuk perilaku manusia.

4) Lingkungan

Dunia pendidikan mengenal tiga lingkaran pendidikan, yaitu rumah

tangga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Bagi anak yang lingkungan

keluarganya tidak sehat, maka sepenuhnya anak itu akan dibentuk oleh

lingkungan masyarakatnya dibanding oleh sekolahnya.

5) Motivasi

Setiap manusia yang normal, setiap kali mengerjakan suatu perbuatan

pasti dibalik perbuatan itu ada tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan itu

terkadang hanya bersifat pemuasan kebutuhan biologis, terkadang pemuasan

kebutuhan psikologis, atau bisa juga untuk pencapaian nilai-niali tertentu

sesuai dengan pekerjaan yang dilakukannya.32 Adapun faktor lingkungan di bagi pada tiga bagian:

a. Lingkungan keluarga

Para ahli berpendapat bahwa perilaku seseorang dewasa banyak dipengaruhi

oleh kondisi dalam kehidupan rumah tangga manusia pada waktu kecil. Bahkan

ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika

masih berada dalam kandungan seorang ibu. Arah lebih lanjut pembentukan

kepribadian di tentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan

dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku seseorang akan besifat

baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah,

gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoisyis

dan memiliki rasa simpatik.

32

(35)

Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia,

sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif.

Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah,

memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah

memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati.

Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali di mana orang tua

harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam

suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperhatikan masing-masing

anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari dan melarang

perbutan-perbuatan yang tidak baik secara terus menerus sehingga akan terwujud keluarga

yang bahagia dan harmonis.

b. Lingkungan sekolah

Lingkungan sekolah juga merupakan pengaruh perkembangan perilaku

anak. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan murid

akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral

yang masih mengalami perubahan.

Ajaran agama islam tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna

mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan

seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Sebagaimana telah

diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang

(36)

Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalaui pendidikan formal

dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya

dipandang tidak hanya tempat untuk menambah ilmu yang digunakan sebagai

modal hidup dikemdian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap

mental dan tingkah laku social yang baik.

c. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan

perilaku anak. Makin bertambah umur makin memperoleh kesempatan luas untuk

mengadakan hubungan-hubungan dengan teman-teman bermain yang sebaya

(bergaul), sekalipun konflk akan terjadi bila norma-norma yang ada di lingkungan

teman-teman.

Oleh karena itu fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses

perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan

mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atau tidak baik. Sebab

pengaruh baik sangat menunjang perkembangan suatu potensi. Atau bersifat

negative yaitu pengaruh lingkungan yang tidak baik akan menghambat/merusak

perkembangan anak. Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk menciptakan atau

menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjukan perkembangan

anak.

Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang anak

adalah:

1) Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebas dari

kehidupan yang curiga dan mencurigai.

2) Lingkungan yang rukun di mana sesama warga tidak saling mencampuri

urusan orang lain, tanpa disertai oleh sikap acuh tak acuh.

3) Lingkungan yang bersih dalam arti fisik.

4) Tersedia fasilitas bergaul yang memadai seperti untuk berolah raga,

berbincang-bincang dengan rekan-rekan sebaya, maupun lebih tua dan

(37)

Oleh karna itu masyarakat yang dekat merupakan lingkungan pergaulan

yang dihadapi setiap hari, maka jelas pengaruhnya terhadap pembentukan

perilaku. Apabila seseorang hidup di lingkungan yang tentram, damai dan penuh

toleransi maka ia akan memiliki prilaku yang baik. Jadi peran orang tua dan guru

diharapkan dapat mengawasi prilaku siswa di sekolah maupun di lingkungan

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah di MTs‟N Parung Bogor. Penulis mengadakan penelitian ini dimulai sejak bulan Januari sampai

bulan Maret 2011

B.Latar Penelitian

“Menurut Loflan dan Loflan, latar terbuka terdapat di lapangan umum seperti tempat berpidato, orang berkumpul di taman, toko, bioskop, ruang tunggu

rumah sakit. Pada latar demikian peneliti barang kali hanya akan mengandalkan pengamatan dan kurang sekali mengadakan wawancara.”33

Dalam hal ini

hubungan peneliti dengan subyek kurang mesra. Sebaliknya, pada latar tertutup

hubungan peneliti perlu akrab karena latar demikian bercirikan orang –orang sebagai subyek yang perlu diamati secara teliti dan wawancara secara mendalam.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan latar tertutup karena penulis terjun

langsung ke lapangan obyek penelitian, dan melakukan wawancara dengan

orang-orang yang terkait dengan penelitian ini secara mendalam.

33

(39)

C.Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian, maka penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif (penelitian alamiah) yang menjawab setiap permasalahan

secara mendalam dan menyeluruh mengenai obyek yang akan diteliti guna

menghasilkan kesimpulan-kesimpulan dalam konteks waktu dan situasi yang

bersangkutan.

Metode ini memandang kenyataan sebagai suatu dimensi jamak, utuh,

merupakan kesatuan dan berubah open ended. Karena itu tidak mungkin disusun rancangan penelitian yang rinci dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembang selama proses penelitian berlangsung.34 Selain itu, jenis penelitian yang penulis lakukan merupakan kombinasi antara penelitian kepustakaan

(Library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan data-data empiris.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian kualitatif bersumber dari intensitas

pengamatan interview atau wawancara, baca buku (bedah buku). Terhadap suatu benda atau orang dilakukan pengamatan yang serius dan beberapa kali. Sedangkan

dalam membaca buku dilaksanakan dengan tekun, cermat, kritis dan beberapa kali

dengan menggunakan konsep sudah jenuh.35

Hal tersebut dilakukan agar data atau konsep yang ditemukan tidak ada lagi

data lain yang membatalkanya tentang kebenaran konsep tersebut. Adapun

sumber data yang peneliti maksud adalah data internal seperti memo,

pengumuman, instruksi, aturan suatu masyarakat atau daerah tertentu yang

digunakan dalam kalangan tersendiri (risalah, laporan, rapat, hasil seminar,

keputusan pemimpin dll), catatan pribadi peneliti, ataupun gambar yang peneliti

berhasil rekam.

34

Herry Widyastono, “Metodologi Penelitian Ilmiah dan Alamiah”, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 068, Tahun ke-13, September 2007, h. 760

35Rusmin Tumanggor, “

(40)

Sedangkan sumber data eksternal berisi bahan-bahan informasi yang

dihasilkan dari persoalan atau lembaga sosial, buku, majalah, buletin, pernyataan

atau berita dari media massa dan juga data-data dari dunia maya (internet).

D.Tehnik Pengumpulan Data

1. Observasi (Pengamatan)

Karena penelitian ini bersifat kualitatif maka pengumpulan data dengan cara

pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya karena: pertama, tehnik pengamatan didasarkan atas pengalaman langsung. Kedua, tehnik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri kejadian-kejadian yang ada pada

saat penelitian, kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada

keadaan sebenarnya. Ketiga, pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun

pengetahuan yang langsung diolah dari data. Keempat, sering terjadi ada keraguan pada peneliti terhadap data yang diperolehnya. Kelima, Pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit. Dan yang

keenam, pengamatan menjadi alat komunikasi yang sangat bermanfaat dalam kasus-kasus tertentu.36

2. Pengumpulan Dokumen

Dalam penelitian ini dokumen yang peneliti kumpulkan adalah data-data

hasil wawancara peneliti dengan informan, baik secara resmi dengan menggunakan alat pewawancara atau pun dengan hasil dari obrolan santai yang

menyangkut tema yang sedang peneliti teliti. Adapun jenis dokumen yang

penulis akan kumpulkan adalah berupa kata-kata dan tindakan, sumber tertulis

seperti buku, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi,

catatan kecil peneliti baik itu berasal dari informan ataupun hasil pengamatan

subyek penelitian,dan tidak ketinggalan hasil catatan kecil yang peneliti amati

dari display serta gambar kegiatan keagamaan, data-data siswa dan

36

(41)

dokumen lain yang berkaitan dengan pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap

tingkah laku sisiwa.

3. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Maksud

mengadakan wawancara seperti yang ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, antar lain mengkonstruksi mengenai orang , kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,

tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Dan wawancara tersebut dilakukan sebagai

pendukng observasi dan sebagai dokumen yang akan dipelajari nanti pada saat

penulisan laporan hasil penelitian.

Jenis wawancara yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu

pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara karena penulis membuat

kerangka dan garis besar pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan,37tentang Pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Tingkah Laku siswa. Dalam penelitian ini

penulis mewawancarai kepala sekolah atau wakil kepala sekolah dan guru Aqidah

akhlak dan siswa untuk mencari data-data tentang gambaran umum MTs‟N, dari segi visi, misi, sejarah, kurikulum, system rekrutmen tenaga edukatif, bentuk

penilaian terhadap tenaga edukatif, mekanisme penerimaan peserta didik, pola

hubungan sekolah dengan orang tua murid. Serta data-data lain yang menunjang.

Dari guru Aqidah Akhlak dan siswa, peneliti mengumpulkan informasi

tentang keseluruhan proses pembelajaran Aqidah Akhlak yang meliputi

karakteristik mata pelajaran Aqidah Akhlak, materi kurikulum Aqidah Akhlak,

prilaku siswa dalam kelas, proses belajar mengajar, metode, pendekatan, evaluasi

dan lain sebagainya.

4. Analisis Data

Perspektif yang dikembangkan dalam analisis ini adalah pendidikan

islam/pendidikan akhlak. Pendidikan islam adalah upaya untuk menyiapkan

peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran

agama islam melalui berbagai macam kegiatan, bimbingan, pengajaran dan

37

(42)

latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam

hubungan antar umat beragama.

Pembelajaran Aqidah Akhlak memiliki tujuan untuk menanamkan dan

meningktakan keimanan siswa, serta meningktakan kesadaran untuk berakhlak

mulia sehingga menjadi muslim yang selalu meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan kepada Allah swt.

Untuk menganalisis data dalam penelitianm ini, penulis melakukan

langkah-langkah sebagai berikut.

1. Analisa Domain (katagori simbolis), yaitu memperoleh gambaran umum dan

menyeluruh dari objek penelitian atau situasi social. Melalui pertanyaan umum

dan pertanyaan rinci peneliti menemukan berbagai kategori atau domain

tertentu sebagai pijakan penelitian selanjutnya.

2. Analisis Taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi

rinci untuk mengetahui struktur internal. Hal ini dilakukan dengan melakukan

pengamatan yang lebih berfokus.

3. Analisis Komponen, yaitu mencari ciri spesifik pada setiap struktur internal

dengan cara mengontranskan antar elemen. Hal ini dilakukan melalui

observasi dan wawancara terseleksi melalui pertanyaan yang mengontranskan.

E.Fokus Penelitian

Adapun penelitian ini difokuskan pada proses pelaksanaan pembelajaran

Aqidah akhlak yang diimplementasikan dalam pergaulan sehari-hari, yaitu dalam

pergaulan siswa-siswi MTs‟N kelas VIII/1 secara keseluruhan baik itu di dalam kelas maupun di luar kelas yang diamati secara mendalam oleh peneliti.

Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar keberadaan peneliti di MTs‟N tidak mengganggu proses pembelajaran ataupun menimbulkan ketidaknyamanan

terhadap para siswa atau guru.

Selain itu bertujuan untuk memperoleh gambaran yang berbeda dari

(43)

F. Pengecekan Keabsahan Data

Agar data mempunyai validitas, relibilitas, dan objektifitas yang tinggi,

perlu dilakukan triangulasi data. Menurut Bambang (2005) triangulasi yaitu teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data ini

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pebanding terhadap data tersebut.

Adapun Triangulasi di bagi menjadi dua bagian yaitu:

1. Triangulasi tekhnik pengumpulan data yaitu sudut pandang dari data observasi,

sudut pandang dari data wawancara, dan sudut pandang dari data dokumentasi.

2. Triangulasi sumber data yaitu sudut pandang dari pristiwa, sudut pandang dari

informasi, dan sudut pandang dari dokumen.

Setiap sudut pandang mempunyai kedudukan yang unik dalam kaitannya

dengan akses data mengenai dengan pembelajran Aqidah Akhlak dalam

(44)

BAB IV

PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MTs’

N PARUNG

BOGOR

A. Gambaran Umum MTs’N Parung Bogor

1. Sejarah Singkat MTs’N Parung Bogor

Parung adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa

Barat. Parung berbatasan dengan Kecamatan Sawangan Depok, Kecamatan

Jampang dan Kecamatan Kemang.

Parung dilalui hanya satu jalur yang memudahkan akses jalan ke lebak wangi atau ketempat sekolah MTs‟N.

Berdirinya MTs‟N Parung Bogor berawal dari PGAN selama 4 tahun, dan pada tahun 1982 menjadi MTs Negri Parung yang terletak di kabupaten

Bogor yang beralamat di jalan Raya Parung, lebak wangi.

MTs Negri Parung terletak tidak jauh dari jalan raya sehingga letaknya

sangat strategis, karena di lalui oleh kendaraan umum sehingga mudah di

jangkau oleh masyarakat. Berbagai prestasi diperoleh MTs Negri parung

sangat menggembirakan, baik akademik maupun non akademik. Dan

lulusannya pun banyak yang melanjutkan sekolah pada jenjang berikutnya

baik di MAN, SMA, SMUN bahkan ada yang ke Pesantren dan lain-lain

bahkan sampai perguruan tinggipun sering mendominasi baik di bidang osis

(45)

2.Visi dan Misi

Visinya yaitu mewujudkan sebuah Madrasah yang menyiapkan dan

mengembangkan sumber daya insani yang berkualitas di bidang Imtaq dan

Iptek.

Sedangkan Misinya yaitu menyelenggarakan pendidikan yang

berkualitas baik di bidang Imtaq dan Iptek dengan mewujudkan sebagai

berikut:

a. Lingkungan yang kondusif (bersih, asri, nyaman dan agamis)

b. Proses belajar mengajar yang berorientasi pada keaktifan siswa dan

efektifitas pembinaan ekstrakurikuler.

c. Menjalin kerja sama yang baik dengan masyarakat.

TABEL I

Keadaan Siswa/I MTs Negri Parung Tahun 2010/2011

KELAS ROMBEL

SISWA

LK PR JUMLAH

VII 9 157 222 379

VIII 8 180 200 380

IX 9 181 253 434

JUMLAH 26 518 675 1193

F. Karekteristik Responden

Responden pada peneliti ini adalah sebagian siswa kelas VIII/I di

sekolah MTs Negri parung yang berjumlah 40 siswa. Dari 40 siswa tersebut

(46)

Adapun mengenai tingkah laku siswa yang peneliti amati dan

menyebarkan angket kepada siswa sehingga dihasilkan data-data sebagai

berikut:

TABEL II

Data Prilaku Siswa di sekolah

NO Siswa/Responden Skor Keterangan

1 Fitri arya rahayu 26 Baik

2 Fitri arya rahayu 25 Baik

3 Ayu nita 25 Baik

4 Ilham K 26 Baik

5 M. Irfan 20 cukup

6 Giri Yudha 26 Baik

7 Iqbal Ghani. S 20 Cukup

8 Lulu Multifatun n 27 Baik

9 Ade Saputra 26 Baik

10 Sri Defi 19 Cukup

11 Haris S 23 Baik

12 Haminuzar V 24 Baik

13 Susana L 20 Cukup

14 Nur Adjizah 25 Baik

15 Oktavian 18 Cukup

16 Nani A 30 Amat Baik

17 Elisa putri U 28 Baik

18 Eka Wahyu U 26 Baik

19 Novi a 23 Baik

20 Nur M Rizki 20 Cukup

21 Winda P 19 Cukup

22 Tiara febri A 24 Baik

23 M Khadafi 26 Baik

Gambar

TABEL I Keadaan Siswa/I MTs Negri Parung Tahun 2010/2011
TABEL II Data Prilaku Siswa di sekolah
Tabel di atas memberikan informasi bahwa jumlah siswa yang
TABEL III
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penentuan tarif pengiriman barang di PT Supra Raga Transport tepat karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Demografi Pendidikan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 7 – 12 Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta Tahun

TINGKAT KONDISI FISIK ATLET KARATE UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2017.Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Tidak ada calon penyedia yang memasukkan dokumen penawaran pada paket Pengadaan Perawatan Kendaraan Bermotor Roda 2 Polres OKU Timur dan Polsek Jajaran TA. 2016 maka lelang

Apa karena balik modal yang sangat menjanjikan dan keuntungan berlipat dari proyek-proyek illegal yang dilengkapi dengan fasilitas KKN yang nyaman dan leluasa

PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENCEGAH PENYALAHGUNAAN NARKOBA DIKALANGAN SISWA-SISWI SMAN 1 KARANGNUNGGAL.. Universitas Pendidikan Indonesia |

(1) Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan dan mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis

Ramlah Arief lahir di Makassar Sulawesi Selatan pada tanggal 14 Februari 1963, beliau mendapatkan gelar Doktor (S3) di bidang Ilmu Pertanian pada tahun 2009