• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENG"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN TINGKAH LAKU SISWA (STUDI KASUS MAN MODEL

MANADO KELAS XI SOSIAL)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh:

ESTIKA MAMONTO NIM: 11.2.3.026/PAI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN MANADO

▸ Baca selengkapnya: soal aqidah akhlak tpq kelas 1

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, peneliti yang bertanda

tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model Manado Kelas XI Sosial” dengan studi kasus di MAN Model Manado adalah benar-benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. Jika dikemudian hari terbukti

bahwa skripsi ini merupakan duplikasi, tiruan, atau dibuat oleh orang lain secara

keseluruhan, maka skripsi ini dan gelar yang akan diperoleh karenanya, batal

sesuai hukum.

Manado, 21 September 2015

7 Dzulhijjah 1436 H

Peneliti

Estika Mamonto

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model Manado Kelas XI Sosial” yang disusun oleh Estika Mamonto Nim 11.2.3.026. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah pada

hari senin tanggal 19 oktober 2015, bertepatan dengan 6 Muharram 1437 H, dan

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan program

studi Pendidikan Agama Islam dengan beberapa perbaikan.

Manado, 19 Oktober 2015

6 Muharram 1437 H

DEWAN PENGUJI

Ketua : Dr. Muhammad Idris, M.A (………...) Sekertaris : Drs. Ishak W Talibo, M.Pd.I (……….) Munaqisy I : Drs. H. Sya‟ban Mauluddin, M.Pd.I (.………...…...) Munaqisy II : Mutmainah, M.Pd (………...) Pembimbing I : Sahari M.Ag., M.Pd.I (………...) Pembimbing II: Ikmal S.Ag., M.Pd.I (………...)

Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil Alamin, segala puji syukur penulis panjatkan

kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT, karena atas ijin dan rahmatnyalah semata

penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang diharapkan.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabiyullah

Al-Mustafa Muhammad Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman

jahiliyah/kebodohan menuju zaman kecerdasan lewat pendidikan dan menuju

alam yang terang menderang dengan cahaya Illahi keimanan.

Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis sangat menyadari dengan

sepenuhnya bahwa banyak berbagai pihak kontribusi yang sangat berarti, oleh

karena itu penulis menyampaikan dengan penuh ungkapan dalam bentuk ucapan

terima kasih kepada:

1. Dr. Rukmina Gonibala M.Si selaku Rektor IAIN Manado

2. Dr. Yasin Jetta M.Si selaku Wakil Rektor I bidang Akademik dan

Kelembagaan

3. Dr. H. Yusno A Otta M.Ag selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi

Umum

4. Dr. Evra Willya M.Ag selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan

Kerjasama

5. Dr. Muhammad Idris selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

yang sekaligus pernah memberikan motivasi diwaktu proses perkuliahan

6. Sahari M.Pd.I selaku Wakil Dekan II, dan Ikmal M.Pd.I yang sekaligus

menjadi dosen pembimbing yang selalu senantiasa memberikan bimbingan

dengan hati yang ihklas dan sukacita

7. Bapak Ikmal M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing yang selama bimbingan

(5)

8. Dr. Rivai Bolotio M.Pd dan Ismail K. Usman M.Pd.I selaku Dosen

Pembimbing Draft Skripsi yang juga memberikan motivasi diwaktu proses

penyusunan skripsi.

9. Seluruh Dosen IAIN Manado, khususnya Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan yang kurang lebih 4 Tahun telah memberikan ilmu, motivasi, dan

mendidik

10.Kepala Sekolah MAN Model Manado Dra. Sarpin Hamsah, Wakil Kepala

Sekolah, dan seluruh guru, siswa MAN Model Manado yang telah

memberikan begitu banyak partisipasi guna melengkapi data dalam penelitian

11.Kepada kedua orang tua tercinta Rahman Mamonto dan Hadiah Pontoh, dan

adik tercinta Hariyanto Mamonto yang selalu mendukung dan menjadi

motivasi terbesar, selalu memberikan nasehat serta doa yang sangat berarti.

12.Special untuk suami tercinta Mega Anggawirya Zas dan malaikat kecilku

Annasya Khaylila Desti, yang selalu ada disetiap waktu dalam suka maupun

duka dan selalu menjadi penyemangat hidup.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas arti kehadiran kalian disetiap

perjalanan sampai hari ini, kecuali sepenggal doa dan harapan semoga Allah SWT

tetap memberikan rahmat yang tiada terkira dan menganugerahi kita semua

dengan kebaikan dunia dan akhirat.

Demikian skripsi yang telah ditulis ini. Disadari bahwa skripsi ini belumlah

sempurna namun semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan menjadi sebuah

pengetahuan yang berguna bagi yang membutuhkannya

Manado, 21 September 2015 12 Dzulqaidah 1436 H Peneliti

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul...i

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi...ii

Halaman Pengesahan Skripsi……...iii

Kata Pengantar...iv

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak………….…………....…..8

2. Pengertian Tingkah Laku Siswa……….…...…..20

3. Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa………..…………...26

B.Kerangka Berfikir...28

C.Penelitian Yang Relevan……….……29

D.Hipotesis ...30

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...31-44 A.Jenis Penelitian...31

B.Tempat dan Waktu Penelitian...32

C.Populasi dan Sampel...32

(7)

E. Instrumen Penelitian...34

F. Teknik Analisis Data...43

G.Hipotesis Statistik...44

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...45-62 A.Gambaran Umum Tempat Penelitian……….……….…...45

B.Deskripsi Data...47

C.Uji Analisis...52

D.Pengujian Hipotesis Penelitian...56

E. Kesulitan Penelitian………62

BAB V. PENUTUP...63-64 A.Kesimpulan...63

B.Saran...64

KEPUSTAKAAN...65-66

(8)

DAFTAR TABEL

Gambar Paradigma Penelitian………..……....28

Tabel 1 Sebaran Popilasi……….…..32

Tabel 2 kisi-kisi Angket Penelitian Variabel X……….…...36

Tabel 2.1 kisi-kisi Angket Penelitian Variabel Y………...………..37

Tabel 3 Rekapitulasi Uji Validitas Pembelajaran Aqidak Akhlak…………....…39

Tabel 3.1 Rekapitulasi Uji Validitas Tingkah Laku Siswa………...40

Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Pembelajaran Aqidah Akhlak……….…..42

Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas Tingkah Laku Siswa………..42

Tabel 5 Data Statistik Deskriptif Pembelajaran Aqidah Akhlak……….47

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Variabel X……….……..48

Tabel 5.2 Histogram Distribusi Frekuensi Variabel X……….49

Tabel 5.3 Data Statistik Deskriptif Tingkah Laku Siswa….………50

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Variabel X ……….….50

Tabel 5.5 Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Y…………..………..51

Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas………...…53

Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas………..….54

Tabel 8 Uji Linearitas……….…..55

Tabel 9 Analisis Regresi...56

Tabel 9.1 Model Summary...56

Tabel 9.2 Uji Pengaruh Signifikan...57

Tabel 9.3 Persamaan Regresi...58

Tabel 10 Acuan Interpretasi Koefisien Korelasi………..…….…………59

Tabel 10.1 Uji Korelasi………..………...60

(9)

ABSTRAK

Nama : Estika Mamonto

NIM : 11.2.3.026

Judul Skripsi : “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model Manado kelas XI

Sosial”

Pada penelitian ini peneliti mengangkat tentang judul Hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku Siswa, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siwa dan sejauh mana hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial.

Dan penlitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Kemudian teknik pengumpulan datanya menggunakan instrumen angket. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan analisis data.

Hasil penelitian yang peneliti lakukan menemukan bahwa ternyata berdasarkan hasil analisis regresi didapati nilai R atau hubungan sebesar 0.954 dan nilai coefisien determinasi 0.909 yang mengandung pengertian bahwa hubungan variabel bebas (Pembelajaran Aqidah Akhlak ) terhadap variabel terikat (Tingkah Laku Siswa) adalah sebesar 90,9% . sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini dan nilai koefisien korelasi ryx = 0.954 berada pada interval koefisien 0.80-1.00 dengan tingkat hubungan atau pengaruhnya sangat kuat.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam undang-undang dijelaskan bahwa:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1

Secara etimolog (istilah) akhlak adalah jamak dari Khuluq yang berarti

budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Dalam pengertian lain akhlak ialah segala

tingkah laku terpuji yang juga bisa dinamakan Fadhilah, yang menjadi salah satu

cara menyempurkan iman Allah. Sehingga pendidikan yang pertama dan utama

adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT. yang diharapkan dapat

melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian.2

Dalam pemahaman pendidikan aqidah akhlak ini, siswa diharapkan dapat

menumbuhkan dan meningkatkan keimanannya yang diwujudkan dalam tingkah

laku terpuji, membelajarkan siswa untuk melakukan perbuatan baik bagi diri

sendiri maupun bagi orang lain, siswa juga diarahkan untuk mencapai

keseimbangan antara kemajuan lahiriyah maupun batiniyah, keselarasan

hubungan sesama manusia maupun lingkungannya juga hubungan vertikal dengan

Tuhannya. Dengan begitu pendidikan aqidah akhlak serta aplikasinya dalam

1

Kemendikbud, Kumpulan Undang-Undang Pendidikan, Undang-Undang Tentang

Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 20013, (Jakarta: KEMENDIKBUD, 2012) h. 2.

2

(11)

kehidupan sehari-hari akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman

hidup, baik didunia yang fanah ini maupun diakhirat kelak yang kekal abadi. 3

Persoalan akhlak dijelaskan Allah SWT dalam Q.S. Al-qalam: 4, sebagai

“dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.4

Maksudnya adalah ayat ini memperkuat alasan yang dikemukakan di atas

dengan menyatakan bahwa pahala yang tidak putus-putusnya itu diperoleh

Rasulullah SAW Sebagai hasil akhlak yang agung yang merupakan akhlak

beliau. Pernyataan bahwa Muhammad mempunyai akhlak yang agung

merupakan pujian Allah SWT kepada beliau, yang jarang diberikanNya

kepada hamba-hambanya yang lain. Dengan secara tidak langsung ayat ini

juga menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan orang musyrik bahwa Muhammad

adalah orang gila itu adalah tuduhan yang tidak mempunyai alasan

sedikitpun, karena semakin baik budi pekerti seseorang makin jauh ia dari

penyakit gila. Sebaliknya semakin buruk budi pekerti seseorang semakin

dekat pula ia kepada penyakit gila. Muhammad adalah seorang yang

berakhlak agung sehingga ia terjauh dari penyakit gila.5

3

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Al-Fabeta, 2009), h. 61.

4Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X

, (Cetakan ulang Semarang : PT Citra Effhar, 1993), h. 278.

(12)

Secara khusus ayat di atas diperuntukan Allah kepada nabi Muhammad

SAW, tetapi sebagai umatnya nabi Muhammad sudah sepatutnya mencontoh apa

yang telah dilakukan atau telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. Sejalan

dengan ayat tersebut Nipan Abdul Halim memaparkan bahwa dalam rangka

mempertahankan dan memperkokoh akidah islamiah pada anak, pendidikan harus

dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadai.6

Sebagaimana dipahami bahwa para siswa berkembang secara integral,

dalam arti fungsi-fungsi jiwanya saling mempengaruhi. Karena sepanjang

perkembangannya membutuhkan bimbingan sebaik-bainya dari orang yang

dewasa dan bertanggung jawab terhadap jiwa para siswa yang menurut kodratnya

terbuka terhadap pengaruh dari luar. Namun tidak jarang para remaja mengambil

jalan pintas untuk mengatasi kemelut batin yang mereka alami itu. Pelarian batin

itu terkadang akan mengarah keperbuatan negaif dan merusak, seperti kasus

narkoba, tawuran antar pelajar, maupun tindak kriminal yang merupakan

kegagalan para siswa dalam menentukan jalan hidup yang dapat menentramkan

gejolak batinya. Sehingga jika tingkah laku yang diperlihatkan sesuai dengan

norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai baik dan dapat diterima.

Sebaliknya jika tingkah laku tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan norma

yang berlaku, maka tingkah laku dinilai buruk dan ditolak.7

6Nipan Abdul Halim, “Anak Soleh Dambaan Keluarga”

, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 28.

7

(13)

Oleh karena itu, agar pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak dapat

diwujudkan secara optimal, maka perlu memperhatikan faktor-faktor penyebab

dari pada tingkah laku, faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Struktur sosial-kultural, yaitu pola tingkah laku ideal yang diharapkan

2. Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dn sosial ditempat berada dan

diterapkannya suatu sistem sosial

3. Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang

mempengaruhi tingkah laku para pelaku secara perseorangan.8

Dengan pendidikan aqidah akhlak diharapkan dapat menumbuhkan dan

meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam tingkah laku terpuji.

Karena tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang didasari oleh

pribadi seseorang. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya bahwa

apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang dikerjakan.

Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut

serta menentukan tingkah lakunya.9

Adapun dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak

dapat dipandang sebagai suatu wadah untuk membina dan membentuk tingkah

laku siswa dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) serta

pembiasaan (psikomotorik).

8

Sanapiah Faisal, sosiologi pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional), h. 300.

9

(14)

Oleh sebab itu pendidikan aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan

pola tingkah laku siswa yang kokoh melalui latihan kejiwaan, kecerdasan,

penalaran, perasaan dan indera.

Dan untuk mewujudkan tujuan diatas tentunya harus ditunjang dengan

berbagai faktor seperti guru dan lingkungan. Perkembangan dan pertumbuhan

tingkah laku siswa berjalan cepat atau lambat tergantung pada sejauh mana

faktor-faktor aqidah akhlak dapat disediakan dan difungsikan sebaik mungkin.

Dari uraian diatas timbul keinginan penulis untuk mengkaji lebih lanjut

tentang hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN

Model Manado kelas XI Sosial.

Pembelajaran aqidah akhlak di MAN Model Manado kelas XI Sosial dari

segi metode yang dipakai oleh guru seperti metode pada umumnya yaitu metode

ceramah guru biasanya juga menggunakan metode diskusi, dan tanya jawab.

Proses pembelajaran di dalam kelaspun menjadi kurang menyenangkan sehingga

para siswa mudah merasa bosan, hal itu ditunjukan siswa dengan sering meminta

izin keluar kelas dengan alasan buang air kecil, buang air besar dan lain

sebagainya.

Kurangnya metode yang dipakai oleh guru, dan juga kurangnya minat

siswa belajar pembelajaran aqidah akhlak, itu bisa jadi berpengaruh terhadap

pengetahuan yang didapat siswa, yang seharusnya siswa bisa belajar dan

memahami serta bisa mencontohkan nilai-nilai yang terkandung dalam

pembelajaran aqidah akhlak pada kenyataanya tidak demikian. Karena kurangnya

(15)

melakukan hal-hal yang tidak diharapkan seperti mereka sering panggil

memanggil dengan panggilan yang buruk, berkata-kata kasar, memaki, tidak

sopan, bahkan karena dengan pengetahuan serta zaman yang semakin maju yang

seharusnya para siswa belajar menuntut ilmu yang setinggi-tinggnya malah

terjerumus kedalam perkembangan zaman, dengan memakai barang-barang haram

seperti minum minuman keras dan lain sebagainya. selain itu teknologi yang

semakin canggih seperti handphone dan leptop dengan mengakses internet

disitulah para siswa mulai melihat situs-situs yang tidak sepantasnya.

Adapun penulis mengangkat judul tersebut di atas karena pendidikan

aqidah akhlak adalah penanaman perilaku yang baik dalam jiwa anak dalam masa

pertumbuhannya, sehingga perilaku tersebut menjadi salah satu kemanpuan jiwa.

Selain alasan tersebut akhlak atau perilaku yang baik merupakan misi yang

dibawa Nabi Muhammad SAW diutus kedunia. Penelitian ini membahas apakah

terdapat hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di

MAN Model Manado kelas XI Sosial.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, sehingga penulis mengidentifikasi

masalah yaitu: (1) kurangnya minat guru untuk memberikan kesadaran dan contoh

kepada para siswa; (2) kurangnya minat siswa untuk belajar aqidah akhlak; (3)

metode pembelajaran yang monoton.

C. Batasan Masalah

Untuk memberikan pemahaman yang mendalam, dan penelitian ini tidak

(16)

penelitian ini untuk mengkaji tentang Hubungan pembelajaran aqidah akhlak

dengan tingkah laku siswa (studi kasus MAN Model Manado kelas XI Sosial).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dimaksudkan

sebagai acuan masalah yang akan dibahas yakni sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah

laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial?

2. Sejauhmana hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku

siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial ?

E. Tujuan Penelitian

Untuk mengkaji dan menguji apakah ada hubungan pembelajaran aqidah

akhlak dengan tingkah laku siswa dan sejauh mana hubungan pembelajaran

aqidah akhlak di MAN Model Manado kelas XI Sosial.

F. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis. Sebagai konstribusi khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai

sumber referensi untuk diteliti pada penelitian selanjutnya.

b. Secara Praktis. Bagi orang tua peserta didik, untuk lebih meningkatkan diri

dalam mengawasi tingkah laku anak mereka. Bagi siswa agar mengetahui

pentingnya pendidikan akhlak demi membanggun moral yang mulia.

(17)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORI

1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi guru dengan siswa dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang

saling bertukar informasi. Pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang

diberikan guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,

penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan

pada siswa. Dengan kata lain pengertian pembelajaran adalah proses untuk

membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan

pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam

konteks pendidikan, guru mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai

isi pembelajaran hingga mencapai suatu yang ditentukan. Pengetahuan (aspek

kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta

keterampilan (psikomotor) seorang siswa, namun proses pengajaran ini

memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan mengajar

saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru

dengan siswa.10

(18)

b. Aqidah

Akhlak bentuk masdar dari kata “aqoda, ya‟qidu” yang berarti

simpulan, ikatan, perjanjian dan kokoh. Sedangkan secara teknik aqidah

berarti iman, kepercayaan, keyakinan, dan tumbuhnya kepercayaan tertentu di

dalam hati. Sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang

menghujam dan tersimpul di dalam hati.

Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib

dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi

keyakinan kokoh yang tidak tercampur oleh keraguan.

Aqidah adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas dan

dapat diterima oleh akal, pendengaran, perasaan yang diyakini oleh hati

manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan ke shahihannya

dan tidak melihat apa yang menyalahinya, dan bahwa ia itu benar serta

berlaku selamanya.11

c. Akhlak

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak adalah

bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,

tabiat, kebiasaan atau adat.12

10

http://belajarpsikolog.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran. diakses hari minggu/14/12/2014. jam 20;27 pm.

11

Abu Bakar Syaikhal Jazair, Aqidah Mukmin, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2002), h. 17.

12

(19)

Sedangkan akhlak menurut istilah adalah suatu kondisi atau sifat yang

telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbilah

berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat

dan tanpa memerlukan pikiran. Apabilah timbul perbuatan yang baik dan

terpuji, menurut pandangan syariat dan akal pikiran, dinamakan budi pekerti

mulia dan sebaliknya apabila yang timbul perbuatan yang buruk maka disebut

budi pekerti yang tercela.13

Akhlak menurut Husni Rahim, tidak akan tumbuh tanpa diajarkan dan

dibiasakan, oleh karena itu ajaran agama selain sebagai ilmu secara bertahap

juga harus diikuti secara terus-menerus baik di sekolah maupun di lingkungan

rumah.14

1. Akhlak terbagi menjadi 3 macam.15

a. Akhlak kepada Allah SWT, diantaranya : a. Taubat

Sebagai seorang manusia biasa, tentu tidak akan pernah luput dari sifat lalai

dan lupa. Karena hal itu merupakan sifat dan tabiat manusia oleh karena itu

etika kepada Allah manakalah terjerumus ke dalam “kelupaan” sehingga

13

Asmaran, Pengantar Study Akhlak, (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada, 1994), h. 3.

14

Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. 1; Jakarta: Logos, 2011), h. 41.

15

M. Sholihin & M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf “manusia, etika, dan makna

(20)

berbuat maksiat kepadanya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT,

“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa/110)16

Maksudnya adalah barang siapa yang melakukan dosa yaitu kejahatan,

menganiaya diri sendiri, berhak mendapatkan siksaan dari Allah SWT.17

b. Tawakal

Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha dalam surat Al mulk ayat

15 dijelaskan bahwa disyariatkan berjalan di muka bumi untuk mencari rejeki

dengan berdagang, bertani dan sebagainya. Seperti dalam firmanNya:

“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Q.S. Al -Mulk/15)18

Maksudnya adalah ayat ini menerangkan nikmat Allah SWT yang tiada

terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia dengan menyatakan “

16Abu Ja‟Far Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Surat An-Nisaa’

, (Cet I, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 711.

17

Ibid., h. 715.

18Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X

(21)

wahai semua manusia Tuhan telah menciptakan bumi dan memudahkan

untukmu, sehingga kamu dapat mengambil manfaat yang tidak terhingga untuk

kebutuhan hidup dan kehidupanmu.19

c. Syukur

Sifat yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang

Allah berikan kepadanya, seperti dalam firmanNya:

“karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”(Q.S. Al-Baqarah/152) menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”. (Q.S. An-Nisa/125)

Maksudnya adalah menyerahkan diri kepada Allah artinya mengikhlaskan niat

dan amal perbuatan hanya karena Allah semata.20

19Ibid.,

(22)

b. Akhlak Kepada Diri Sendiri a. Menepati Janji

Janji adalah suatu penepatan yang dibuat, maka dari itu wajib menepatinya dan

tidak ada alasan untuk mengingkarinya. Janji yang dibuat oleh seseorang

adalah janjinya pula dengan Allah SWT, maka dipikirkan sebelum membuat

janji, seperti dalam firmanNya:

“Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.(Q.S. Al-Isra‟/34)

Maksudnya adalah Allah SWT dalam firmanya “penuhilah janji” maksudnya ialah melaksanakan apa yang telah ditentukan dalam perjanjian itu, dengan

tidak menyimpang dari ketentuan agama dan hukum yang berlaku. Allah

memerintahkan kepada hambanya agama memenuhi janji, baik janji kepada

Allah ataupun janji yang dibuat sesama manusia.21

b. Rendah Hati

Allah SWT mengajarkan untuk memiliki sifat rendah hati, rendah hati harus

diwujudkan dalam setiap perilaku, sikap rendah hati dapat dilihat dari cara

seseorang berjalan dari sini akan terlihat sikap sederhana, tidak angkuh,

20Abu Ja‟Far

Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, op. cit., h. 845.

21Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid V

(23)

langkahya mantap dan tampil dengan jati diri yang sebenarnya. Seperti dalam

“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (Q.S. Al-Isra/37 ) Maksudnya adalah Allah melarang kaum muslimin berjalan di muka bumi

dengan sombong. Orang yang berjalan di muka bumi bukanlah bersikap wajar,

karena bagaimanapun juga kerasnya derap kaki yang ia hentakan di atas bumi,

tidak akan menembus permukaannya dan bagaimanapun juga tingginya ia

mengangkat kepalanya, tidaklah ia dapat melampaui tingginya gunung.22

c. Sederhana

Islam mengajarkan untuk hidup sederhana akan selalu merasa cukup, bahagia

dan bersyukur kepada Allah, sebaliknya Allah melarang untuk hidup mewah

dan boros. Seperti dalam firmanNya:

“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S. Al Isra‟/27) Maksudnya adalah Allah SWT menyatakan bahwa pemboros-pemboros itu

adalah saudara setan. Ungkapan serupa ini biasanya dipergunakan oleh orang

Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti suatu peraturan dari suatu

22Ibid.,

(24)

kaum atau mengikuti jejak langkahnya, disebut saudara-saudara kaum itu. Jadi

langkah setan. Dan yang dimaksud pemboros-pemboros dalam ayat ini adalah

orang-orang yang menghamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat,

dan perintah itu tentunya di luar perintah Allah SWT. Orang-orang yang serupa

inilah yang disebut kawan-kawan setan. Di dunia mereka tergoda oleh setan,

dan di akhirat mereka akan dimasukan ke dalam neraka jahannam

bersama-sama setan itu.23

d. Tanggung Jawab

Tanggung jawab seseorang berkaitan erat dengan beban yang diberikan

kepadanya semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin besar

pula tanggung jawabnya. Seperti dalam firmanNya:

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.(Q.S. Al-Mudatsir/38)

Maksudnya adalah setiap jiwa akan mendapatkan balasan dari kejahatan yang

telah diperbuatnya, kecuali golongan muslim yang telah membebaskan diri dari

melakukan ketaatan.24

23Ibid.,

h. 563.

24Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X

(25)

e. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Dan Masyarakat a. Belas Kasih

Sikap yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain. Seperti dalam

firmanNya:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (Q.S. Al-Mum Tahanah/8-9)

Maksudnya adalah dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa dia tidak

melarang orang-orang yang beriman berbuat baik, mengadakan hubungan

persaudaraan, tolong-menolong dan bantu-membantu dengan orang-orang kafir

selama mereka tidak mempunyai niat menghancurkan islam dan kaum

muslimin, tidak mengusir dari negeri-negeri mereka dan tidak pula berteman

akrab dengan orang-orang yang hendak mengusir kaum muslimin. Allah hanya

(26)

atau menghalangi manusia dijalan Allah, dan memurtadkan kaum muslimin

sehingga ia berpindah ke agama lain.25

b. Rasa Persaudaraan

Yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan atau mengikat tali

persaudaraan. Seperti dalam firmanNya: janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh- musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S. Ali-Imran/103).26

Maksudnya adalah Abu Ja‟far berkata makna firman Allah tersebut, berpeganglah dengan sebab-sebab yang Allah tetapkan, dengan kata lain

berpengang-peganglah kalian kepada agama Allah yang diperintahkan

oleh-Nya. Demikian pula dengan ikatan janji yang telah Allah nyatakan dalam

25

Ibid., h. 110.

26Abu Ja‟Far Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Surat Al Imran

(27)

kitab Allah yang diturunkan kepada kalian, diantaranya bersatu di atas

kebenaran dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.27

c. Silaturahmi

Hubungan kerabat, hubungan kasih sayang, tolong menolong, berbuat baik,

menyampaikan hak dan kebaikan dan menolak keburukan. Seperti dalam

firmanNya:

“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S Al Hujuraat/10)

Maksudnya adalah Allah ta‟ala berfirman kepada ahli imam “sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara”, seagama karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” apabila berperang, dengan mendorong mereka kepada hukum Allah dan hukum Rasul-Nya.28

2. Tujuan Pendidikan Aqidah Akhlak

Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari sutau proses

yang diharapkan untuk menuju suatu tujuan. Dimana tujuan pendidikan

merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan

27

Ibid., h. 683.

28Ibid

(28)

pendidikan, sebab dari tujuan pendidikan akan menentikan kearah mana

remaja itu dibawah. Pengertian dan tujuan itu sendiri yaitu suatu yang

diharapkan tercapai setelah suatu usaha dan kegiatan selesai.

Adapun tujuan pendidikan aqidah akhlak adalah:

1. Memberikan pengertahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa

akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan

perilaku sehari-hari.

2. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk

mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik

hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan sesame

manusia, maupun dengan alam lingkungan.

3. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk

melanjutkan pelajaran kejenjang selanjutnya.29

Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa tujuan pendidikan aqidah akhlak sangat menunjang peningkatan keimanan

dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlak

Ruang lingkup merupakan objek utama dalam pembahasan aqidah

akhlak, maka ruang lingkup aqidak akhlak adalah meliputi :

29

(29)

a. Hubungan manusia dengan Allah SWT

Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliknya mencakup

dari segi aqidah dan meliputi : iman kepada Allah, iman kepada

malaikat-malaikatNya, iman kepada kitab-kitabNya, dan iman kepada rasulNya,

iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha dan qadarNya.

b. Hubungan manusia dengan manusia

Materi yang dipelajari meliputi : akhlak dan pergaulan hidup

sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap

diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.

c. Hubungan manusia dengan lingkungan

Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap alam

lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang luas, baik akhlak hidup

selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.30

2. Tingkah Laku Siswa

Kata tingkah laku terdiri dari dua kata, yaitu “tingkah” dan “laku”. Tingkah memiiliki arti perbuatan yang aneh-aneh atau tidak sewajarnya. Dan

laku yang berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat.31

Sedangkan tingkah laku dalam pengertian yang sangat luas, yakni

tingkah laku tidak hanya mencakup kegiatan motorik saja, seperti berbicara,

30

Amin Ahmad, Etika “Ilmu Akhlak”, (Jakarta: PT Bulan Bintang 1975), h. 94.

31

(30)

berjalan, lari-lari, berolah raga, bergerak dan lain-lain akan tetapi membahas

macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir,

pengenalan kembali, penampilan, emosi-emosi dalam bentuk tangis dan

senyum.32

1. Karakteristik Tingkah Laku Positif

Sesungguhnya tingkah laku yang positif dan matang dapat dibedakan

dengan karakteristik-karakteristik berikut ini

a. Mampu menguasai diri.

b. Berani memikul tanggung jawab dan menghargainya.

c. Mau bekerja sama.

d. Mampu saling memberi dan menerima. Dan dalam waktu yang

bersamaan, seseorang mampu memberi lebih banyak daripada yang ia

terima.

e. Bisa diajak bekerjasama dalam mendorong perkembangan dan

kemajuan bagi masyarakat khususnya, dan bagi masyarakat dunia pada

umumnya.

f. Mau memperhatikan orang lain, bisa membangun relasi-relasi positif

dengan anggota masyarakat, dan berusaha menciptakan rasa saling

pengertian serta saling membantu diantara mereka.

32

(31)

g. Mampu menciptakan target-target ambisinya, berusaha mewujudkan

sesuai dengan kemampuan, dan berusaha mencari segala caranya

dengan segenap kemampuan yang dimilikinya.

h. Mampu menghadapi pergumulan, ketakutan, kegelisahan dan perasaan

bersalah.

i. Menikmati kepercayaan diri dan kemampuan menarik orang lain

berbuat hal yang sama, dan keberhasilannya mencintai serta

menghargai mereka.

j. Fleksibel dalam menghadapi kenyataan. Hal ini dikatakan pada

dasarnya tingkah laku seseorang cukup beragam. Setiap tingkah laku

harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.33

Tingkah laku positif dengan semua karakteristiknya inilah yang mampu

mewujudkan adaptasi pribadi dan sosial bagi seseorang, sehingga ia punya

kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dimana ia hidup. Ini

bisa membuatnya menikmati sebuah kehidupan yang lepas dari krisis dan

kegelisahan, kehidupan yang pehuh dengan semangat dan hal-hal yang positif. Itu

berarti seseorang harus senang hati, rela, dan mau menerima dirinya sendiri,

seperti iajuga mau menerima orang lain. Tidak ada sikapnya yang menunjukan

berbenturan dengan masyarakat. Ia juga tidak melakukan perilaku sosial yang

33

(32)

kontroversial. Tetapi melakukan perilaku rasional yang menunjukan adanya

keseimbangan emosi, perasaan dan akal dalam berbagai bidang.34

Berdasarkan beberapa pengertian masalah tingkah laku tersebut maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkah laku merupakan suatu aktifitas yang

timbul dari dalam diri kita sendiri karena ada respon dari luar sehingga

terbentuklah tingkah laku yang positif atau sebaliknya tingkah laku yang negatif.35

2. Macam-Macam Tingkah Laku

Pembahasan mengenai macam-macam tingkah laku dapat memperjelas

bagaimana siswa mengembangkan perbuatannya, adapun menurut Hasan

Langgulang membedakan dua macam tingkah laku antara lain sebagai berikut :

a. Tingkah laku intelektual yang tinggi. Maksudnya adalah sejumlah

perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan

jiwa dan intelektual.

b. Tingkah laku mekanistis atau refleksi. Maksudnya adalah respon-respon

yang timbul pada diri manusia secara mekanistis dan tetap, seperti kedipan

mata sebab kena cahaya, dan gerakan-gerakan rambang seperti

menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan.36

34Ibid.,

h. 15.

35

Hasan Langgulang, asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2011), h. 275.

36

(33)

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Siswa

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku siswa berlangsung

secara berangsur-angsur, bukanlah yang sekali melainkan sesuatu yang

berkembang. Oleh karena itu, pembentukan tingkah laku merupakan suatu

proses. Apabila akhir dari perkembangan yang dialami para remaja

berlangsung dengan baik maka akan menghasilkan suatu tingkah laku yang

baik pula. Tingkah laku itu disebut baik apabila faktor-faktor yang

mempengaruhinya berjalan seimbang, dimana terdapat faktor intern, dan

ekstern dan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku remaja.

Agama islam telah mengajarkan kepada semua pemeluk agar menjadikan

dirinya sebagai manusia yang berjiwa suci, memiliki kepribadian yang luhur,

lebih dari itu agar menjadikan dirinya sebagai manusia yang berguna bagi

dirinya sendiri dan orang lain.

Adapun faktor-faktor yang mempengeruhi tingkah laku siswa, menurut

Zakiah Daradjat ada tiga faktor antara lain :

a. Faktor Intern

Yang paling kelihatan dalam faktor intern disini adalah pertumbuhan

jasmani yang cepat. Artinya perubahan cepat yang terjadi pada fisik remaja,

berdampak pula pada sikap dan perhatiannya terhadap dirinya. Ia menuntut

agar orang dewasa memperlakukannya tidak lagi seperti kanak-kanak.

Sementara itu, ia merasa belum mampu mandiri dan masih memerlukan

bantuan orang tua untuk membiayai keperluan hidupnya. Juga pertumbuhan

(34)

kemampuan berfikir pada remaja, perubahan menanggapi keadaan, dan

perubahan sikap terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap keadaan

sekitar dan masyarakat lingkungan, yang tidak jarang membawa hal-hal yang

negatif terhadap remaja.

b. Faktor Ekstern

Disinilah letak bahaya dan ancaman terhadap kehidupan para remaja

yang sedang mulai tumbuh, yang sedang menatap hari depan yang diharapakan

dan dicita-citakannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada

dasarnya baik dan berguna bagi kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan IPTEK itu

telah ditumpangi dan disalah gunakan oleh sebagian manusia yang serakah

yang tidak beragama atau kehidupanya ditentukan oleh hawa nafsu. Secara

tidak terasa, para remaja terbawa oleh arus yang sering didengar dan disaksikan

dalam acara kebudayaan yang ditayangkan oleh media elektronik.

c. Faktor Lingkungan

Faktor keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam

mempengaruhi tingkah laku siswa. Apabilah faktor negatif yang datang dari

keluarga, misalnya orang tua tidak rukun, sering bertengkar dihadapan anak,

akibatnya remaja mengalami keterbelakangan kecerdasan, kegoncangan emosi

akibat tekanan perasaan, kehilangan rasa kasih sayang dan sebagainya. Maka

usaha keluarga adalah mencari jalan preventif (pencegahan), kuratif

(penyembuhan), dan konstruktif (pembinaan). Sehingga para remaja menjadi

(35)

tinggi semangatnya untuk membangun bangsa dan masyarakat kepada

kehidupan bahagia yang diridhai oleh Allah SWT.37

4. Hubungan Perbelajaran Aqidah Akhlak dengan Tingkah Laku Siswa

Pembelajaran aqidah akhlak merupakan sub mata pelajaran yang harus

diajarkan di madrasah yang dimulai dari madrasah sampai perguruan tinggi dan

pendidikan tersebut sudah tentu untuk mencapai tujuan. Sesungguhnya tujuan

pendidikan aqidah akhlak adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim,

yaitu menginginkan hidup bahagia di dunia dan di akhirat.

Demikian pula dengan perkembangan para remaja yang merupakan masa

peralihan dari anak-anak menuju dewasa, sehingga pada masa peralihan

tersebut seorang remaja akan mengalami perkembangan dan perubahan dalam

menentukan hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap kehidupan

pribadi dan masa depannya. Untuk itu, para remaja wajib mendapatkan

bimbingan serta arahan dari guru atau orang tua dalam mencari dan

menumbuhkan nilai-nilai luhur demi membentuk identitas dirinya menuju

kematangan pribadi. Disinilah penanaman aqidak akhlak diutamakan agar

mereka tidak mengalami kegoncangan pikiran dan jiwanya dalam menentukan

solusi atas problem yang dihadapi para remaja. Maka pendidikan yang pertama

dan utama adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan

dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian siswa.

Dari para ahli pendidikan islam telah sepakat bahwa maksud dari

pendidikan dan pengajaran bukannya memenuhi otak siswa dengan segala

37

(36)

macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik

akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan).

Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka

untuk suatu kehidupan yang suci selurunya ikhlas dan jujur.

Selanjutnya untuk mewujudkan tingkah laku yang positif maka di

perlukan keseriusan pembentukan kepribadian sebagai hasil pendidikan,

sehingga perwujudan kepribadian muslim, kemajuan masyarakat dan budaya

akan dapat terealisasikan melalui sarana-sarana pendidikan yang dalam hal ini

adalah pendidikan aqidah akhlak. Karena dengan menanamkan nilai-nilai

agama akan sangat membantu terbentuknya kepribadian dan tingkah laku siswa

kelak pada masa dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan

aqidah akhlak adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan tingkah laku

siswa yang sesuai dengan ajaran islam serta bertanggung jawab sesuai dengan

nilai-nilai islam.

Disamping itu pendidikan aqidah akhlak tidak hanya sekedar diketahui

dan dimiliki oleh para remaja, melainkan lebih dari itu pendidikan aqidah

akhlak harus dihayati dengan baik dan benar. Sebab bila pendidikan aqidah

akhlak telah dimiliki, dimengerti dan dihayati dengan baik dan benar, maka

kesadaran seseorang akan hak dan kewajiban sebagai hamba Allah akan

muncul secara sendirinya. Hal ini akan muncul dalam pelaksanaan ibadah,

tingkah laku, sikap dan perbuatan serta perkataanya sehari-hari.

Oleh sebab itu, para remaja yang menjadi tumpuhan harapan masa depan

(37)

nilai-nilai pendidikan aqidah akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengaruh

pendidikan aqidah akhlak pada tingkah laku siswa dapat dikatakan berguna dan

bermanfaat seumur hidup apabila dapat diimplementasikan dalam kehidupan

bermasyarakat. Oleh karena itu, terwujudlah usaha tolong-menolong dalam

individu dan bermasyarakat untuk mewujudkan pengabdian kepada Allah

SWT. Maka para guru dan orang tua harus membimbing dan mengarahkan

siswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab yaitu dengan

jalan mendidik dan menanamkan nilai-nilai ilmu pengerahuan dan

keagamaan.38

B. Kerangka Berfikir

Bila pembelajaran aqidah akhlak dapat diterapkan dengan benar sehingga

siswa mampu menyerap dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka

bisa jadi akan tercipta suatu nilai akhlak dan moral yang baik di masyarakat.

Berikut ini merupakan skema paradigma penelitian:

Keterangan:

: Hubungan

Gambar Paradigma Penelitian

38

Zakiah Daradjat, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h 137.

Y

Tingkah Laku Siswa X

(38)

C. Penelitian Yang Relevan

Ada banyak kajian-kajian ilmiah penelitian-penelitian yang relevan

dengan pembelajaran aqidah akhlak, dan berikut beberapa hasil penelitian yang

didapatkan.

1. Moh Nur Khoirudin dalam sripsinya “Hubungan Pendidikan Aqidah Akhlak Terhadap Tingkah Laku Siswa”

Dari penelitian ini terdapat beberapa perbedaan diantaranya: Tempat

penelitian di Mts. Negeri Kabupaten Pasuruan. Metode pengumpulan data yang

dipakai ada beberapa yaitu metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Untuk menentukan jumlah sampel peneliti ini menggunakan rumus slovin dan

didapat 50 sampel. Dari hasil penelitian didapat hasil yaitu hubungan pendidikan

aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa di Mts. Negeri Kabupaten Pasuruan

menunjukan tingkat yang tinggi dengan korelasi product moment sebesar 0,892

yang terletak antara interpretasi nilai r yaitu 0,800 sampai dengan 1,00.

2. Muhayat Faiz Fadloli “Korelasi Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Tingkah Laku Siswa Kelas V Ma‟rif Sembego Depok Sleman”

Dari penelitian ini terdapat beberapa perbedaan diantaranya: tempat

penelitian yaitu di MI kelas V Ma‟arif Sembego Depok Sleman. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VA sebanyak 30 siswa dan kelas VB sebanyak 29

siswa. Sehingga popilasi yang didapat sebanyak 59. Pengumpulan data yang

digunakan dengan mengadakan angket, observasi, wawancara dan dokumentasi.

Analisis data dengan mendeskripsikan data dan menguji hipotesis menggunakan

(39)

pembelajaran aqidah akhlak di kelas V MI Ma‟arif Sembego Depok Sleman cukup baik dengan rata-rata 32,4 atau sebesar 74,3%. Terdapat korelasi yang

sedang atau cukup signifikan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan nilai-nilai

moral siswa karena nilai dari pearson correlatian sebesar 0,572. Sehingga dapat

ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang sedang atau cukup positif.

D. Hipotesis

Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pembelajaran aqidah

akhlak dengan tingkah laku siswa. Hal ini berarti, jika pembelajaran aqidah

akhlak diterapkan dengan baik maka tingkah laku siswa akan sesuai dengan yang

diharapkan.

Berikut ini merupakan hipotesis penelitian Hubungan pembelajaran aqidah

akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial:

Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa.

Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pembelajaran

aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa.

Hipotesis statistiknya ialah:

Ho : 𝜌= 0

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu penelitian yang berdasarkan

pendekatan, secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yaitu penelitian

kuantitatif dan kualitatif dan berdasarkan hal di atas peneliti menggunakan

penelitian kuantitatif.

Penelitian kuantitatif didasarkan atas konsep positivisme yang bertolak

dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan

dan perasaan-perasaan individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang

terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen.39

Peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif ini karena ingin

mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap

tingkah laku siswa.

Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu pembelajaran aqidah akhlak

sebagai variabel bebas (X) terhadap tingkah laku siswa sebagai variabel terikat

(Y).

39

(41)

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini bertempat di MAN Model Manado Jl. Hasanudin 14.

Kelurahan islam lingkungan III. Melaksanakan penelitian selama 3 bulan setelah

pengajuan judul (bulan Desember 2014).

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono populasi adalah : Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.40

Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas XI

Sosial MAN Model Manado Tahun Ajaran 2014-2015 yang berjumlah 129 orang

yang populasinya dapat ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut:

Tabel 1 dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.41

40

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Cet. XX; Jakarta: CV Alvabeta, 2014), h. 117.

41Ibid., h.

(42)

Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan dengan rumus sebagai

d2= presisi yang ditetapkan

Dengan rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai berikut :

𝑛 = 𝑁

Berdasarkan hasil yang didapat di atas maka peneliti mendapatkan sampel

berjumlah 97 orang yang di tentukan berdasarkan simple random sampling.

D. Teknik Pengumpulan Data

Menurut sugiono Teknik pengumpulan data adalah : langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.43

Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian

lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun

langsung ke obyek penelitian. Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan

teknik angket atau kuesioner. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya.

42

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Cet. IX; Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 65

43

(43)

Cara pengumpulan data yang peneliti lakukan melalui beberapa tahapan

yaitu :

1. Mengantar surat penelitian disekolah MAN model Manado

2. Setelah kepala sekolah menerima surat ijin penelitian peneliti di ijinkan oleh

kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut

3. Kemudian setiap ada kesempatan peneliti menyebarkan angket disetiap

kelas sesuai sampel yang telah didapatkan.

4. Peneliti menghabiskan waktu selama dua minggu untuk mengumpulkan

data secara keseluruhan.

E. Istrumen Penelitian

Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pernyataan atau pertanyaan

yang alternatif jawabnnya memiliki standar jawaban tertentu benar salah ataupun

skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban benar salah, dapat berbentuk tes

pilihan jamak (multiple choice), benar salah (true false), menjodohkan (matching

choise), jawaban singkat (short answer), ataupun tes isian (completion test).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen jawaban skala

Likert berupa Selalu (S), sering (SR), kadang-kadang (KK), Tidak pernah (TP).

Dengan skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi

indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk

menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan

Yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun skala garis. 44

1. Jenis Instrumen

44Ibid.,

(44)

a. Instrumen Pembelajaran Aqidah Akhlak

Akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan

menjadi kepribadian hingga dari situ timbilah berbagai macam perbuatan dengan

cara spontan dn mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.

Apabilah timbul perbuatan yang baik dan terpuji, menurut pandangan syariat dan

akal pikiran, dinamakan budipekerti mulia dan sebaliknya apabila yang timbul

perbuatan yang buruk maka disebut budi pekerti yang tercela.45

Dari pengertian di atas peneliti membagi menjadi tiga variabel yang

menjadi fokus penelitian, yaitu: (1) Akhlak kepada Allah SWT. dan (2) Akhlak

kepada diri sendiri. (3) Akhlak kepada sesama manusia.

Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen pengumpulan data pembelajaran

aqidah akhlak:

45

(45)

Tabel 2

Kisi-kisi Angket Penelitian Variabel X

No Variabel Indikator Item

1 Akhlak terhadap Allah

SWT dan Rasulullah

b. Instrumen Tingkah Laku Siswa

Tingkah laku dalam pengertian yang sangat luas, yakni tingkah laku tidak

(46)

berolah raga, bergerak dan lain-lain akan tetapi membahas macam-macam fungsi

seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, pengenalan kembali, penampilan,

emosi-emosi dalam bentuk tangis dan senyum.46

Dari pengertian di atas peneliti membagi menjadi sembilan variabel yang

menjadi fokus penelitian, yaitu: (1) Dermawan; (2) Disiplin diri; (3) kepedulian;

(4) rajin; (5) Teguh Pendirian; (6) Jiwa Besar; (7) Jujur; (8) Bersahabat; (9)

Bersemanga Sosial.

Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen pengumpul data tingkah laku

siswa:

Tabel 2.1

Kisi-kisi Angket Penelitian variabel Y

No Variabel Indikator Item

a. Dermawan a. Berbagi rejeki

dengan orang lain

1,2.

b. Disiplin diri b. Membiasakan

disiplin dalam

e. Teguh pendirian e. Percaya diri 16,17,18.

f. Jiwa besar f. Menerima sesuatu

dengan lapang

dada

19,20.

46

(47)

g. Jujur g. Berkata

sebenarnya

21,22.

h. Bersahabat h. Bergaul dengan

teman-teman

23,24,25,

26.

i. Bersemangat sosial i. Melakukan sesuatu

yang membuat kita

Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Arikunto menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan

tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid

berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid

sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa

yang seharusnya diukur.47

Cara yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan

mengkorelasikan hasil pengukuran dengan kriteria. Teknik korelasi yang

digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi Product Moment

dari Carl Person.48

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Jika rhitung > rtabel, maka Valid dan

47

Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Cet. IX; Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 97.

48Ibid

(48)

Jika rhitung < rtabel, maka Tidak valid

Pada pengujian validitas diperoleh nilai rtabel sebesar 0,202 (dengan

menggunakan rumus interpolasi linear). Hasil analisis dengan rumus korelasi

product moment menggunakan bantuan program spss versi 16.

Berikut merupakan tabel rekapitulasi hasil uji validitas pembelajaran

aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa:

Tabel 3

Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Pembelajaran Aqidah Akhlak

(49)

21 21 137 0,202 Tidak Valid

Berdasarkan hasil analisis tabulasi data pada tabel 3 dengan menggunakan

bantuan program microsoft excel dan menggunakan SPPS Versi 16 tersebut

terlihat bahwa dari 30 butir instrumen/kuesioner untuk variabel X, ada 13 butir di

antaranya memiliki r hitung lebih kecil dari r tabel yang artinya butir tersebut

tidak valid. Adapun butir-butir tersebut adalah 1,2,3,4,5,6,7,8,14,17,21,27,30

Dengan demikian ketiga belas butir tersebut tidak sahih untuk dimasukkan

ke dalam analisis selanjutnya, sehingga butir instrumen dalam angket variabel X

selanjutnya hanya berjumlah 17 butir saja.

Tabel 3.1

(50)

6 6 156 0,202 Tidak Valid

(51)

Adapun peneliti mentabulasi validitas butir soal dalam penelitian ini

menggunakan bantuan program Microsoft Excel.

3. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Dari hasil penelitian yang dilakukan di MAN Model Manado berikut ini

merupakan hasil analisis reliabel Alpha dengan menggunakan bantuan SPSS versi

16 dengan rumus Alpha Cronbach’s :

Tabel 4

Hasil Uji Reliabilitas pembelajaran Aqidah Akhlak

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.746 17

Tabel 4.1

Hasil Uji Reliabilitas Tingkah Laku Siswa

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.726 19

Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak, maka kita

melihat angka standar dari reliabilitas. Standar untuk reliabilitas instrumen adalah

0,70. Artinya suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien

Alpha sekurang-kurangnya 0,70.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen variabel (x) sebanyak 17 butir

(52)

> standar reliabel 0,70 maka intrumen variabel (x) dapat dikatakan reliabel.

Selanjutnya, dari hasil uji reliabilitas instrumen variabel (y) sebanyak 19 butir soal

diperoleh nilai Alpha sebesar 0,726. Hal ini berarti jika nilai koefisien Alpha >

standar reliabel 0,70 maka intrumen variabel (y) dapat dikatakan reliabel.

F. Teknik Analisis Data

Menyusun data penelitian akan memberikan gambaran secara teratur

mengenai langkah-langkah analisis dalam statistik deskriptif. Dua cara yang

paling banyak dipakai dalam memenuhi menyajikan informasi data, yakni

menyusun data kedalam sebaran frekuensi dan penyajian grafis. Suatu rangkaian

susunan secara sistematis mulai dari skor yang terendah hingga yang terindikasi

tinggi disebut distribusi frekuensi. Penggunaan teknik ini hanya memerlukan

daftar ukuran/harga/skor/nilai yang dimasukkan ke dalam tabel. Dari tabel ini

dapat dilihat bentuk umum distribusi data seperti harga rata-rata, harga tengah,

harga minimum, maksimum.

Untuk teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan

analisis inferensial. Untuk analisis data deskriptif terdiri dari bagian yaitu

deskriptif data dan uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas, uji

homohenitas. Untuk analisis data inferensial terdiri dari analisis Regresi

sederhana, analisis regresi ganda, uji korelasi sederhana, uji korelasi ganda, dan

perhitungan koefisien determinasi.49

49

(53)

Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data yang mana

peneliti akan menguraikan data dari hasil penelitian dan akan melakukan uji

prasyarat test baik itu uji normalitas, dan uji homogenitas.

G. Hipotesis Statistik

Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan di latar belakang masalah pada

bab sebelumnya maka hipotesis statistik dalam penelitian ini :

H0 : Tidak terdapat pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah

tingkah laku siswa

H1 : Terdapat pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku

siswa

1. H0 : r ≠0

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

MAN Model Manado terletak di kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Kota Manado merupakan Ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai Ibu kota

Provinsi, Manado merupakan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan juga

pariwisata di Sulawesi Utara. Dengan demikian Manado menjadi daerah yang

banyak dikunjungi masyarakat dari daerah lain. Di kota Manado terdapat 4 etnis

lokal antara lain : Minahasa, Sangihe Talaud, Bolaang Mongondow, dan

Gorontalo. Sementara itu etnis pendatang antara lain : Bugis (Makasar), Jawa,

Padang / Minang, Ternate / Ambon dan lain-lain.

Provinsi Sulawesi Utara memiliki 9 daerah Tingkat II antara lain : Kota

Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kab. Bolaang Mongondow, Kab.

Minahasa, Kab. Minahasa Utara, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Sangihe, dan Kab.

Talaud. Untuk Kota Manado terdapat 9 kecamatan antara lain : Kec.Wenang,

Kec.Wanea, Kec.Sario, Kec.Tikala, Kec.Singkil, Kec.Tuminting, Kec.Mapanget,

Kec.Malalayang dan Kec.Bunaken.

MAN Model Manado terletak di kecamatan Tuminting, salah satu

kecamatan di Manado yang terletak di bagian Utara. Tepatnya di Jl. Hasanudin

14. Kelurahan Islam Lingkungan III. Jarak MAN Model Manado dari Pusat Kota

(55)

Pedagang, Wirausaha, dan Nelayan, sesuai dengan kondisi Kota Manado yang

tergolong sebagai kota pantai.

Sebagai Kota Pariwisata di Manado terdapat banyak Obyek Wisata bahkan

ada yang berskala Internasional, yaitu Taman Laut Bunaken yang terletak di Pulau

Bunaken Kecamatan Bunaken kurang lebih 1 mil laut dari Pusat kota Manado.

Karena pantai Manado merupakan Taman Laut yang memiliki karang yang indah

maka pantai Manado tidak dibuat pelabuhan kapal besar, pelabuhan yang ada

hanya pelabuhan kecil untuk ferry penyeberangan ke pulau-pulau kecil lainnya.

Sementara pelabuhan besar untuk kapal barang dan lainnya terdapat di Kota

Bitung kurang lebih 70 Km sebelah timur kota Manado.

Lokasi MAN Model Manado ini adalah ex Sekolah Cina, yang diserahkan

ke Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1965. Pada awalnya digunakan

untuk sekolah PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Manado hingga pada

tahun 1992, kemudian beralih fungsi menjadi MAN (Madrasah Aliyah Negeri)

Manado hingga kini.

Embrio Madrasah Aliyah Negeri Model Manado adalah dari PGAN

Manado yang beralih fungsi melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Agama

Republik Indonesia No 42 Tahun 1992 tertanggal 27 Januari 1992 tentang Pengalihan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) menjadi Madrasah Aliyah

Negeri (MAN). Kemudian dalam perkembangannya MAN Manado terpilih

Gambar

Gambar  Paradigma Penelitian
Tabel 1 Sebaran Populasi
Tabel 2 Kisi-kisi Angket Penelitian Variabel X
Tabel 2.1 Kisi-kisi Angket Penelitian variabel Y
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peserta didik mampu menggunakan nalar dalam komponen kebugaran jasmani terkait dengan kesehatan dan keterampilan secara sederhana. Peserta didik mampu menggunakan nalar dalam

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya untuk paket pekerjaan Perencanaan Ulang Tata Ruang RSUD Tengku Peukan dengan ini kami undang

bagaimana media sosial Suara Surabaya dapat menjadi Ruang Publik sesuai dengan. teori ruang

Selain itu, mengingat eratnya hubungan antara membaca dengan penguasaan kosakata, REDW strategy juga membantu baik mahasiswa yang memilki kosakata yang baik maupun

3 Komunikasi politik dan demokrasi merupakan dua hal yang memang tidak dapat dipisahkan, karena komunikasi politik memiliki dua fungsi sebagai alat dalam proses demokrasi dan

Judul Skripsi : Kritik Sosial Dalam Film (Analisis Isi pada Film Identitas Karya Aria

Stu,arnu, iroririr, ond public citizen used as testing subiects' Dato. collected through questiJnnoire

2) A pa yang diinginkan oleh penulis untuk dimengerti tentang bidang yang ditulis?.. 3) Apakah kalimat pertama atau terakhir menjawab pertanyaan di atas?. 4) Bila jawaban anda