HUBUNGAN PEMBELAJARAN AQIDAH AKHLAK DENGAN TINGKAH LAKU SISWA (STUDI KASUS MAN MODEL
MANADO KELAS XI SOSIAL)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I) Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh:
ESTIKA MAMONTO NIM: 11.2.3.026/PAI
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN MANADO
▸ Baca selengkapnya: soal aqidah akhlak tpq kelas 1
(2)PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, peneliti yang bertanda
tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model Manado Kelas XI Sosial” dengan studi kasus di MAN Model Manado adalah benar-benar merupakan hasil karya peneliti sendiri. Jika dikemudian hari terbukti
bahwa skripsi ini merupakan duplikasi, tiruan, atau dibuat oleh orang lain secara
keseluruhan, maka skripsi ini dan gelar yang akan diperoleh karenanya, batal
sesuai hukum.
Manado, 21 September 2015
7 Dzulhijjah 1436 H
Peneliti
Estika Mamonto
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model Manado Kelas XI Sosial” yang disusun oleh Estika Mamonto Nim 11.2.3.026. Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Manado, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah pada
hari senin tanggal 19 oktober 2015, bertepatan dengan 6 Muharram 1437 H, dan
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan program
studi Pendidikan Agama Islam dengan beberapa perbaikan.
Manado, 19 Oktober 2015
6 Muharram 1437 H
DEWAN PENGUJI
Ketua : Dr. Muhammad Idris, M.A (………...) Sekertaris : Drs. Ishak W Talibo, M.Pd.I (……….) Munaqisy I : Drs. H. Sya‟ban Mauluddin, M.Pd.I (.………...…...) Munaqisy II : Mutmainah, M.Pd (………...) Pembimbing I : Sahari M.Ag., M.Pd.I (………...) Pembimbing II: Ikmal S.Ag., M.Pd.I (………...)
Mengetahui Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Manado
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil Alamin, segala puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT, karena atas ijin dan rahmatnyalah semata
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan apa yang diharapkan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabiyullah
Al-Mustafa Muhammad Rasulullah SAW, yang telah membawa kita dari zaman
jahiliyah/kebodohan menuju zaman kecerdasan lewat pendidikan dan menuju
alam yang terang menderang dengan cahaya Illahi keimanan.
Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis sangat menyadari dengan
sepenuhnya bahwa banyak berbagai pihak kontribusi yang sangat berarti, oleh
karena itu penulis menyampaikan dengan penuh ungkapan dalam bentuk ucapan
terima kasih kepada:
1. Dr. Rukmina Gonibala M.Si selaku Rektor IAIN Manado
2. Dr. Yasin Jetta M.Si selaku Wakil Rektor I bidang Akademik dan
Kelembagaan
3. Dr. H. Yusno A Otta M.Ag selaku Wakil Rektor II Bidang Administrasi
Umum
4. Dr. Evra Willya M.Ag selaku Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan dan
Kerjasama
5. Dr. Muhammad Idris selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
yang sekaligus pernah memberikan motivasi diwaktu proses perkuliahan
6. Sahari M.Pd.I selaku Wakil Dekan II, dan Ikmal M.Pd.I yang sekaligus
menjadi dosen pembimbing yang selalu senantiasa memberikan bimbingan
dengan hati yang ihklas dan sukacita
7. Bapak Ikmal M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing yang selama bimbingan
8. Dr. Rivai Bolotio M.Pd dan Ismail K. Usman M.Pd.I selaku Dosen
Pembimbing Draft Skripsi yang juga memberikan motivasi diwaktu proses
penyusunan skripsi.
9. Seluruh Dosen IAIN Manado, khususnya Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan yang kurang lebih 4 Tahun telah memberikan ilmu, motivasi, dan
mendidik
10.Kepala Sekolah MAN Model Manado Dra. Sarpin Hamsah, Wakil Kepala
Sekolah, dan seluruh guru, siswa MAN Model Manado yang telah
memberikan begitu banyak partisipasi guna melengkapi data dalam penelitian
11.Kepada kedua orang tua tercinta Rahman Mamonto dan Hadiah Pontoh, dan
adik tercinta Hariyanto Mamonto yang selalu mendukung dan menjadi
motivasi terbesar, selalu memberikan nasehat serta doa yang sangat berarti.
12.Special untuk suami tercinta Mega Anggawirya Zas dan malaikat kecilku
Annasya Khaylila Desti, yang selalu ada disetiap waktu dalam suka maupun
duka dan selalu menjadi penyemangat hidup.
Tidak ada yang dapat penulis berikan atas arti kehadiran kalian disetiap
perjalanan sampai hari ini, kecuali sepenggal doa dan harapan semoga Allah SWT
tetap memberikan rahmat yang tiada terkira dan menganugerahi kita semua
dengan kebaikan dunia dan akhirat.
Demikian skripsi yang telah ditulis ini. Disadari bahwa skripsi ini belumlah
sempurna namun semoga skripsi ini bisa bermanfaat dan menjadi sebuah
pengetahuan yang berguna bagi yang membutuhkannya
Manado, 21 September 2015 12 Dzulqaidah 1436 H Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman Judul...i
Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi...ii
Halaman Pengesahan Skripsi……...iii
Kata Pengantar...iv
1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak………….…………....…..8
2. Pengertian Tingkah Laku Siswa……….…...…..20
3. Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa………..…………...26
B.Kerangka Berfikir...28
C.Penelitian Yang Relevan……….……29
D.Hipotesis ...30
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...31-44 A.Jenis Penelitian...31
B.Tempat dan Waktu Penelitian...32
C.Populasi dan Sampel...32
E. Instrumen Penelitian...34
F. Teknik Analisis Data...43
G.Hipotesis Statistik...44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...45-62 A.Gambaran Umum Tempat Penelitian……….……….…...45
B.Deskripsi Data...47
C.Uji Analisis...52
D.Pengujian Hipotesis Penelitian...56
E. Kesulitan Penelitian………62
BAB V. PENUTUP...63-64 A.Kesimpulan...63
B.Saran...64
KEPUSTAKAAN...65-66
DAFTAR TABEL
Gambar Paradigma Penelitian………..……....28
Tabel 1 Sebaran Popilasi……….…..32
Tabel 2 kisi-kisi Angket Penelitian Variabel X……….…...36
Tabel 2.1 kisi-kisi Angket Penelitian Variabel Y………...………..37
Tabel 3 Rekapitulasi Uji Validitas Pembelajaran Aqidak Akhlak…………....…39
Tabel 3.1 Rekapitulasi Uji Validitas Tingkah Laku Siswa………...40
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas Pembelajaran Aqidah Akhlak……….…..42
Tabel 4.1 Hasil Uji Reliabilitas Tingkah Laku Siswa………..42
Tabel 5 Data Statistik Deskriptif Pembelajaran Aqidah Akhlak……….47
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Variabel X……….……..48
Tabel 5.2 Histogram Distribusi Frekuensi Variabel X……….49
Tabel 5.3 Data Statistik Deskriptif Tingkah Laku Siswa….………50
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Variabel X ……….….50
Tabel 5.5 Histogram Distribusi Frekuensi Variabel Y…………..………..51
Tabel 6 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas………...…53
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas………..….54
Tabel 8 Uji Linearitas……….…..55
Tabel 9 Analisis Regresi...56
Tabel 9.1 Model Summary...56
Tabel 9.2 Uji Pengaruh Signifikan...57
Tabel 9.3 Persamaan Regresi...58
Tabel 10 Acuan Interpretasi Koefisien Korelasi………..…….…………59
Tabel 10.1 Uji Korelasi………..………...60
ABSTRAK
Nama : Estika Mamonto
NIM : 11.2.3.026
Judul Skripsi : “Hubungan Pembelajaran Aqidah Akhlak Dengan Tingkah Laku Siswa di MAN Model Manado kelas XI
Sosial”
Pada penelitian ini peneliti mengangkat tentang judul Hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku Siswa, untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siwa dan sejauh mana hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial.
Dan penlitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Manado dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Kemudian teknik pengumpulan datanya menggunakan instrumen angket. Analisis data yang dilakukan oleh peneliti dengan melakukan analisis data.
Hasil penelitian yang peneliti lakukan menemukan bahwa ternyata berdasarkan hasil analisis regresi didapati nilai R atau hubungan sebesar 0.954 dan nilai coefisien determinasi 0.909 yang mengandung pengertian bahwa hubungan variabel bebas (Pembelajaran Aqidah Akhlak ) terhadap variabel terikat (Tingkah Laku Siswa) adalah sebesar 90,9% . sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukan dalam penelitian ini dan nilai koefisien korelasi ryx = 0.954 berada pada interval koefisien 0.80-1.00 dengan tingkat hubungan atau pengaruhnya sangat kuat.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam undang-undang dijelaskan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”1
Secara etimolog (istilah) akhlak adalah jamak dari Khuluq yang berarti
budi pekerti, tingkah laku atau tabiat. Dalam pengertian lain akhlak ialah segala
tingkah laku terpuji yang juga bisa dinamakan Fadhilah, yang menjadi salah satu
cara menyempurkan iman Allah. Sehingga pendidikan yang pertama dan utama
adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT. yang diharapkan dapat
melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian.2
Dalam pemahaman pendidikan aqidah akhlak ini, siswa diharapkan dapat
menumbuhkan dan meningkatkan keimanannya yang diwujudkan dalam tingkah
laku terpuji, membelajarkan siswa untuk melakukan perbuatan baik bagi diri
sendiri maupun bagi orang lain, siswa juga diarahkan untuk mencapai
keseimbangan antara kemajuan lahiriyah maupun batiniyah, keselarasan
hubungan sesama manusia maupun lingkungannya juga hubungan vertikal dengan
Tuhannya. Dengan begitu pendidikan aqidah akhlak serta aplikasinya dalam
1
Kemendikbud, Kumpulan Undang-Undang Pendidikan, Undang-Undang Tentang
Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 20013, (Jakarta: KEMENDIKBUD, 2012) h. 2.
2
kehidupan sehari-hari akan melahirkan ketenangan, kenyamanan, dan ketentraman
hidup, baik didunia yang fanah ini maupun diakhirat kelak yang kekal abadi. 3
Persoalan akhlak dijelaskan Allah SWT dalam Q.S. Al-qalam: 4, sebagai
“dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung”.4
Maksudnya adalah ayat ini memperkuat alasan yang dikemukakan di atas
dengan menyatakan bahwa pahala yang tidak putus-putusnya itu diperoleh
Rasulullah SAW Sebagai hasil akhlak yang agung yang merupakan akhlak
beliau. Pernyataan bahwa Muhammad mempunyai akhlak yang agung
merupakan pujian Allah SWT kepada beliau, yang jarang diberikanNya
kepada hamba-hambanya yang lain. Dengan secara tidak langsung ayat ini
juga menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan orang musyrik bahwa Muhammad
adalah orang gila itu adalah tuduhan yang tidak mempunyai alasan
sedikitpun, karena semakin baik budi pekerti seseorang makin jauh ia dari
penyakit gila. Sebaliknya semakin buruk budi pekerti seseorang semakin
dekat pula ia kepada penyakit gila. Muhammad adalah seorang yang
berakhlak agung sehingga ia terjauh dari penyakit gila.5
3
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Al-Fabeta, 2009), h. 61.
4Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X
, (Cetakan ulang Semarang : PT Citra Effhar, 1993), h. 278.
Secara khusus ayat di atas diperuntukan Allah kepada nabi Muhammad
SAW, tetapi sebagai umatnya nabi Muhammad sudah sepatutnya mencontoh apa
yang telah dilakukan atau telah dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW. Sejalan
dengan ayat tersebut Nipan Abdul Halim memaparkan bahwa dalam rangka
mempertahankan dan memperkokoh akidah islamiah pada anak, pendidikan harus
dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadai.6
Sebagaimana dipahami bahwa para siswa berkembang secara integral,
dalam arti fungsi-fungsi jiwanya saling mempengaruhi. Karena sepanjang
perkembangannya membutuhkan bimbingan sebaik-bainya dari orang yang
dewasa dan bertanggung jawab terhadap jiwa para siswa yang menurut kodratnya
terbuka terhadap pengaruh dari luar. Namun tidak jarang para remaja mengambil
jalan pintas untuk mengatasi kemelut batin yang mereka alami itu. Pelarian batin
itu terkadang akan mengarah keperbuatan negaif dan merusak, seperti kasus
narkoba, tawuran antar pelajar, maupun tindak kriminal yang merupakan
kegagalan para siswa dalam menentukan jalan hidup yang dapat menentramkan
gejolak batinya. Sehingga jika tingkah laku yang diperlihatkan sesuai dengan
norma yang berlaku, maka tingkah laku tersebut dinilai baik dan dapat diterima.
Sebaliknya jika tingkah laku tersebut tidak sesuai atau bertentangan dengan norma
yang berlaku, maka tingkah laku dinilai buruk dan ditolak.7
6Nipan Abdul Halim, “Anak Soleh Dambaan Keluarga”
, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 28.
7
Oleh karena itu, agar pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak dapat
diwujudkan secara optimal, maka perlu memperhatikan faktor-faktor penyebab
dari pada tingkah laku, faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Struktur sosial-kultural, yaitu pola tingkah laku ideal yang diharapkan
2. Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dn sosial ditempat berada dan
diterapkannya suatu sistem sosial
3. Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang
mempengaruhi tingkah laku para pelaku secara perseorangan.8
Dengan pendidikan aqidah akhlak diharapkan dapat menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam tingkah laku terpuji.
Karena tingkah laku ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang didasari oleh
pribadi seseorang. Kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku. Artinya bahwa
apa yang dipikir dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang dikerjakan.
Adanya nilai yang dominan mewarnai seluruh kepribadian seseorang dan ikut
serta menentukan tingkah lakunya.9
Adapun dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pendidikan aqidah akhlak
dapat dipandang sebagai suatu wadah untuk membina dan membentuk tingkah
laku siswa dalam mengembangkan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) serta
pembiasaan (psikomotorik).
8
Sanapiah Faisal, sosiologi pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional), h. 300.
9
Oleh sebab itu pendidikan aqidah akhlak bertujuan untuk menumbuhkan
pola tingkah laku siswa yang kokoh melalui latihan kejiwaan, kecerdasan,
penalaran, perasaan dan indera.
Dan untuk mewujudkan tujuan diatas tentunya harus ditunjang dengan
berbagai faktor seperti guru dan lingkungan. Perkembangan dan pertumbuhan
tingkah laku siswa berjalan cepat atau lambat tergantung pada sejauh mana
faktor-faktor aqidah akhlak dapat disediakan dan difungsikan sebaik mungkin.
Dari uraian diatas timbul keinginan penulis untuk mengkaji lebih lanjut
tentang hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN
Model Manado kelas XI Sosial.
Pembelajaran aqidah akhlak di MAN Model Manado kelas XI Sosial dari
segi metode yang dipakai oleh guru seperti metode pada umumnya yaitu metode
ceramah guru biasanya juga menggunakan metode diskusi, dan tanya jawab.
Proses pembelajaran di dalam kelaspun menjadi kurang menyenangkan sehingga
para siswa mudah merasa bosan, hal itu ditunjukan siswa dengan sering meminta
izin keluar kelas dengan alasan buang air kecil, buang air besar dan lain
sebagainya.
Kurangnya metode yang dipakai oleh guru, dan juga kurangnya minat
siswa belajar pembelajaran aqidah akhlak, itu bisa jadi berpengaruh terhadap
pengetahuan yang didapat siswa, yang seharusnya siswa bisa belajar dan
memahami serta bisa mencontohkan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembelajaran aqidah akhlak pada kenyataanya tidak demikian. Karena kurangnya
melakukan hal-hal yang tidak diharapkan seperti mereka sering panggil
memanggil dengan panggilan yang buruk, berkata-kata kasar, memaki, tidak
sopan, bahkan karena dengan pengetahuan serta zaman yang semakin maju yang
seharusnya para siswa belajar menuntut ilmu yang setinggi-tinggnya malah
terjerumus kedalam perkembangan zaman, dengan memakai barang-barang haram
seperti minum minuman keras dan lain sebagainya. selain itu teknologi yang
semakin canggih seperti handphone dan leptop dengan mengakses internet
disitulah para siswa mulai melihat situs-situs yang tidak sepantasnya.
Adapun penulis mengangkat judul tersebut di atas karena pendidikan
aqidah akhlak adalah penanaman perilaku yang baik dalam jiwa anak dalam masa
pertumbuhannya, sehingga perilaku tersebut menjadi salah satu kemanpuan jiwa.
Selain alasan tersebut akhlak atau perilaku yang baik merupakan misi yang
dibawa Nabi Muhammad SAW diutus kedunia. Penelitian ini membahas apakah
terdapat hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa di
MAN Model Manado kelas XI Sosial.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, sehingga penulis mengidentifikasi
masalah yaitu: (1) kurangnya minat guru untuk memberikan kesadaran dan contoh
kepada para siswa; (2) kurangnya minat siswa untuk belajar aqidah akhlak; (3)
metode pembelajaran yang monoton.
C. Batasan Masalah
Untuk memberikan pemahaman yang mendalam, dan penelitian ini tidak
penelitian ini untuk mengkaji tentang Hubungan pembelajaran aqidah akhlak
dengan tingkah laku siswa (studi kasus MAN Model Manado kelas XI Sosial).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dimaksudkan
sebagai acuan masalah yang akan dibahas yakni sebagai berikut:
1. Apakah terdapat hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah
laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial?
2. Sejauhmana hubungan pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku
siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial ?
E. Tujuan Penelitian
Untuk mengkaji dan menguji apakah ada hubungan pembelajaran aqidah
akhlak dengan tingkah laku siswa dan sejauh mana hubungan pembelajaran
aqidah akhlak di MAN Model Manado kelas XI Sosial.
F. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis. Sebagai konstribusi khasanah ilmu pengetahuan dan sebagai
sumber referensi untuk diteliti pada penelitian selanjutnya.
b. Secara Praktis. Bagi orang tua peserta didik, untuk lebih meningkatkan diri
dalam mengawasi tingkah laku anak mereka. Bagi siswa agar mengetahui
pentingnya pendidikan akhlak demi membanggun moral yang mulia.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. DESKRIPSI TEORI
1. Pengertian Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi guru dengan siswa dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang
saling bertukar informasi. Pengertian pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan guru agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada siswa. Dengan kata lain pengertian pembelajaran adalah proses untuk
membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
Di sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar agar siswa dapat belajar dan menguasai
isi pembelajaran hingga mencapai suatu yang ditentukan. Pengetahuan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
keterampilan (psikomotor) seorang siswa, namun proses pengajaran ini
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan mengajar
saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara guru
dengan siswa.10
b. Aqidah
Akhlak bentuk masdar dari kata “aqoda, ya‟qidu” yang berarti
simpulan, ikatan, perjanjian dan kokoh. Sedangkan secara teknik aqidah
berarti iman, kepercayaan, keyakinan, dan tumbuhnya kepercayaan tertentu di
dalam hati. Sehingga yang dimaksud aqidah adalah kepercayaan yang
menghujam dan tersimpul di dalam hati.
Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi
keyakinan kokoh yang tidak tercampur oleh keraguan.
Aqidah adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas dan
dapat diterima oleh akal, pendengaran, perasaan yang diyakini oleh hati
manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan ke shahihannya
dan tidak melihat apa yang menyalahinya, dan bahwa ia itu benar serta
berlaku selamanya.11
c. Akhlak
Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlak adalah
bentuk jamak dari khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku,
tabiat, kebiasaan atau adat.12
10
http://belajarpsikolog.com/pengertian-dan-tujuan-pembelajaran. diakses hari minggu/14/12/2014. jam 20;27 pm.
11
Abu Bakar Syaikhal Jazair, Aqidah Mukmin, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2002), h. 17.
12
Sedangkan akhlak menurut istilah adalah suatu kondisi atau sifat yang
telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbilah
berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat
dan tanpa memerlukan pikiran. Apabilah timbul perbuatan yang baik dan
terpuji, menurut pandangan syariat dan akal pikiran, dinamakan budi pekerti
mulia dan sebaliknya apabila yang timbul perbuatan yang buruk maka disebut
budi pekerti yang tercela.13
Akhlak menurut Husni Rahim, tidak akan tumbuh tanpa diajarkan dan
dibiasakan, oleh karena itu ajaran agama selain sebagai ilmu secara bertahap
juga harus diikuti secara terus-menerus baik di sekolah maupun di lingkungan
rumah.14
1. Akhlak terbagi menjadi 3 macam.15
a. Akhlak kepada Allah SWT, diantaranya : a. Taubat
Sebagai seorang manusia biasa, tentu tidak akan pernah luput dari sifat lalai
dan lupa. Karena hal itu merupakan sifat dan tabiat manusia oleh karena itu
etika kepada Allah manakalah terjerumus ke dalam “kelupaan” sehingga
13
Asmaran, Pengantar Study Akhlak, (Cet. II; Jakarta: PT. Raja Gafindo Persada, 1994), h. 3.
14
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. 1; Jakarta: Logos, 2011), h. 41.
15
M. Sholihin & M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf “manusia, etika, dan makna
berbuat maksiat kepadanya adalah dengan segera bertaubat kepada Allah SWT,
“Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisa/110)16
Maksudnya adalah barang siapa yang melakukan dosa yaitu kejahatan,
menganiaya diri sendiri, berhak mendapatkan siksaan dari Allah SWT.17
b. Tawakal
Tawakal bukan berarti meninggalkan kerja dan usaha dalam surat Al mulk ayat
15 dijelaskan bahwa disyariatkan berjalan di muka bumi untuk mencari rejeki
dengan berdagang, bertani dan sebagainya. Seperti dalam firmanNya:
“Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (Q.S. Al -Mulk/15)18
Maksudnya adalah ayat ini menerangkan nikmat Allah SWT yang tiada
terhingga yang telah dilimpahkan-Nya kepada manusia dengan menyatakan “
16Abu Ja‟Far Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Surat An-Nisaa’
, (Cet I, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), h. 711.
17
Ibid., h. 715.
18Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X
wahai semua manusia Tuhan telah menciptakan bumi dan memudahkan
untukmu, sehingga kamu dapat mengambil manfaat yang tidak terhingga untuk
kebutuhan hidup dan kehidupanmu.19
c. Syukur
Sifat yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya nikmat yang
Allah berikan kepadanya, seperti dalam firmanNya:
“karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”(Q.S. Al-Baqarah/152) menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya”. (Q.S. An-Nisa/125)
Maksudnya adalah menyerahkan diri kepada Allah artinya mengikhlaskan niat
dan amal perbuatan hanya karena Allah semata.20
19Ibid.,
b. Akhlak Kepada Diri Sendiri a. Menepati Janji
Janji adalah suatu penepatan yang dibuat, maka dari itu wajib menepatinya dan
tidak ada alasan untuk mengingkarinya. Janji yang dibuat oleh seseorang
adalah janjinya pula dengan Allah SWT, maka dipikirkan sebelum membuat
janji, seperti dalam firmanNya:
“Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya”.(Q.S. Al-Isra‟/34)
Maksudnya adalah Allah SWT dalam firmanya “penuhilah janji” maksudnya ialah melaksanakan apa yang telah ditentukan dalam perjanjian itu, dengan
tidak menyimpang dari ketentuan agama dan hukum yang berlaku. Allah
memerintahkan kepada hambanya agama memenuhi janji, baik janji kepada
Allah ataupun janji yang dibuat sesama manusia.21
b. Rendah Hati
Allah SWT mengajarkan untuk memiliki sifat rendah hati, rendah hati harus
diwujudkan dalam setiap perilaku, sikap rendah hati dapat dilihat dari cara
seseorang berjalan dari sini akan terlihat sikap sederhana, tidak angkuh,
20Abu Ja‟Far
Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, op. cit., h. 845.
21Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid V
langkahya mantap dan tampil dengan jati diri yang sebenarnya. Seperti dalam
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena Sesungguhnya kamu kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung”. (Q.S. Al-Isra/37 ) Maksudnya adalah Allah melarang kaum muslimin berjalan di muka bumi
dengan sombong. Orang yang berjalan di muka bumi bukanlah bersikap wajar,
karena bagaimanapun juga kerasnya derap kaki yang ia hentakan di atas bumi,
tidak akan menembus permukaannya dan bagaimanapun juga tingginya ia
mengangkat kepalanya, tidaklah ia dapat melampaui tingginya gunung.22
c. Sederhana
Islam mengajarkan untuk hidup sederhana akan selalu merasa cukup, bahagia
dan bersyukur kepada Allah, sebaliknya Allah melarang untuk hidup mewah
dan boros. Seperti dalam firmanNya:
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Q.S. Al Isra‟/27) Maksudnya adalah Allah SWT menyatakan bahwa pemboros-pemboros itu
adalah saudara setan. Ungkapan serupa ini biasanya dipergunakan oleh orang
Arab. Orang yang membiasakan diri mengikuti suatu peraturan dari suatu
22Ibid.,
kaum atau mengikuti jejak langkahnya, disebut saudara-saudara kaum itu. Jadi
langkah setan. Dan yang dimaksud pemboros-pemboros dalam ayat ini adalah
orang-orang yang menghamburkan harta bendanya dalam perbuatan maksiat,
dan perintah itu tentunya di luar perintah Allah SWT. Orang-orang yang serupa
inilah yang disebut kawan-kawan setan. Di dunia mereka tergoda oleh setan,
dan di akhirat mereka akan dimasukan ke dalam neraka jahannam
bersama-sama setan itu.23
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab seseorang berkaitan erat dengan beban yang diberikan
kepadanya semakin tinggi kedudukannya di masyarakat maka semakin besar
pula tanggung jawabnya. Seperti dalam firmanNya:
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.(Q.S. Al-Mudatsir/38)
Maksudnya adalah setiap jiwa akan mendapatkan balasan dari kejahatan yang
telah diperbuatnya, kecuali golongan muslim yang telah membebaskan diri dari
melakukan ketaatan.24
23Ibid.,
h. 563.
24Al Qur‟an Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Tafsirnya Jilid X
e. Akhlak Terhadap Sesama Manusia Dan Masyarakat a. Belas Kasih
Sikap yang selalu ingin berbuat baik dan menyantuni orang lain. Seperti dalam
firmanNya:
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. dan Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim”. (Q.S. Al-Mum Tahanah/8-9)
Maksudnya adalah dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa dia tidak
melarang orang-orang yang beriman berbuat baik, mengadakan hubungan
persaudaraan, tolong-menolong dan bantu-membantu dengan orang-orang kafir
selama mereka tidak mempunyai niat menghancurkan islam dan kaum
muslimin, tidak mengusir dari negeri-negeri mereka dan tidak pula berteman
akrab dengan orang-orang yang hendak mengusir kaum muslimin. Allah hanya
atau menghalangi manusia dijalan Allah, dan memurtadkan kaum muslimin
sehingga ia berpindah ke agama lain.25
b. Rasa Persaudaraan
Yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan atau mengikat tali
persaudaraan. Seperti dalam firmanNya: janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh- musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (Q.S. Ali-Imran/103).26
Maksudnya adalah Abu Ja‟far berkata makna firman Allah tersebut, berpeganglah dengan sebab-sebab yang Allah tetapkan, dengan kata lain
berpengang-peganglah kalian kepada agama Allah yang diperintahkan
oleh-Nya. Demikian pula dengan ikatan janji yang telah Allah nyatakan dalam
25
Ibid., h. 110.
26Abu Ja‟Far Muhammad Bin Jarir Ath Thabari, Tafsir Ath Thabari Surat Al Imran ’
kitab Allah yang diturunkan kepada kalian, diantaranya bersatu di atas
kebenaran dan menyerahkan diri kepada Allah SWT.27
c. Silaturahmi
Hubungan kerabat, hubungan kasih sayang, tolong menolong, berbuat baik,
menyampaikan hak dan kebaikan dan menolak keburukan. Seperti dalam
firmanNya:
“orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”. (Q.S Al Hujuraat/10)
Maksudnya adalah Allah ta‟ala berfirman kepada ahli imam “sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara”, seagama karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu” apabila berperang, dengan mendorong mereka kepada hukum Allah dan hukum Rasul-Nya.28
2. Tujuan Pendidikan Aqidah Akhlak
Setiap kegiatan pendidikan merupakan bagian dari sutau proses
yang diharapkan untuk menuju suatu tujuan. Dimana tujuan pendidikan
merupakan suatu masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan
27
Ibid., h. 683.
28Ibid
pendidikan, sebab dari tujuan pendidikan akan menentikan kearah mana
remaja itu dibawah. Pengertian dan tujuan itu sendiri yaitu suatu yang
diharapkan tercapai setelah suatu usaha dan kegiatan selesai.
Adapun tujuan pendidikan aqidah akhlak adalah:
1. Memberikan pengertahuan, penghayatan dan keyakinan kepada siswa
akan hal-hal yang harus diimani, sehingga tercermin dalam sikap dan
perilaku sehari-hari.
2. Memberikan pengetahuan, penghayatan dan kemauan yang kuat untuk
mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik
hubungannya dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dan sesame
manusia, maupun dengan alam lingkungan.
3. Memberikan bekal kepada siswa tentang aqidah dan akhlak untuk
melanjutkan pelajaran kejenjang selanjutnya.29
Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa tujuan pendidikan aqidah akhlak sangat menunjang peningkatan keimanan
dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
4. Ruang Lingkup Pendidikan Aqidah Akhlak
Ruang lingkup merupakan objek utama dalam pembahasan aqidah
akhlak, maka ruang lingkup aqidak akhlak adalah meliputi :
29
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Hubungan vertikal antara manusia dengan khaliknya mencakup
dari segi aqidah dan meliputi : iman kepada Allah, iman kepada
malaikat-malaikatNya, iman kepada kitab-kitabNya, dan iman kepada rasulNya,
iman kepada hari akhir dan iman kepada qadha dan qadarNya.
b. Hubungan manusia dengan manusia
Materi yang dipelajari meliputi : akhlak dan pergaulan hidup
sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlak yang baik terhadap
diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlak yang buruk.
c. Hubungan manusia dengan lingkungan
Materi yang dipelajari meliputi akhlak manusia terhadap alam
lingkungannya, baik lingkungan dalam arti yang luas, baik akhlak hidup
selain manusia, yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.30
2. Tingkah Laku Siswa
Kata tingkah laku terdiri dari dua kata, yaitu “tingkah” dan “laku”. Tingkah memiiliki arti perbuatan yang aneh-aneh atau tidak sewajarnya. Dan
laku yang berarti perbuatan, kelakuan, cara menjalankan atau berbuat.31
Sedangkan tingkah laku dalam pengertian yang sangat luas, yakni
tingkah laku tidak hanya mencakup kegiatan motorik saja, seperti berbicara,
30
Amin Ahmad, Etika “Ilmu Akhlak”, (Jakarta: PT Bulan Bintang 1975), h. 94.
31
berjalan, lari-lari, berolah raga, bergerak dan lain-lain akan tetapi membahas
macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir,
pengenalan kembali, penampilan, emosi-emosi dalam bentuk tangis dan
senyum.32
1. Karakteristik Tingkah Laku Positif
Sesungguhnya tingkah laku yang positif dan matang dapat dibedakan
dengan karakteristik-karakteristik berikut ini
a. Mampu menguasai diri.
b. Berani memikul tanggung jawab dan menghargainya.
c. Mau bekerja sama.
d. Mampu saling memberi dan menerima. Dan dalam waktu yang
bersamaan, seseorang mampu memberi lebih banyak daripada yang ia
terima.
e. Bisa diajak bekerjasama dalam mendorong perkembangan dan
kemajuan bagi masyarakat khususnya, dan bagi masyarakat dunia pada
umumnya.
f. Mau memperhatikan orang lain, bisa membangun relasi-relasi positif
dengan anggota masyarakat, dan berusaha menciptakan rasa saling
pengertian serta saling membantu diantara mereka.
32
g. Mampu menciptakan target-target ambisinya, berusaha mewujudkan
sesuai dengan kemampuan, dan berusaha mencari segala caranya
dengan segenap kemampuan yang dimilikinya.
h. Mampu menghadapi pergumulan, ketakutan, kegelisahan dan perasaan
bersalah.
i. Menikmati kepercayaan diri dan kemampuan menarik orang lain
berbuat hal yang sama, dan keberhasilannya mencintai serta
menghargai mereka.
j. Fleksibel dalam menghadapi kenyataan. Hal ini dikatakan pada
dasarnya tingkah laku seseorang cukup beragam. Setiap tingkah laku
harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.33
Tingkah laku positif dengan semua karakteristiknya inilah yang mampu
mewujudkan adaptasi pribadi dan sosial bagi seseorang, sehingga ia punya
kemampuan untuk menyesuaikan dirinya dengan masyarakat dimana ia hidup. Ini
bisa membuatnya menikmati sebuah kehidupan yang lepas dari krisis dan
kegelisahan, kehidupan yang pehuh dengan semangat dan hal-hal yang positif. Itu
berarti seseorang harus senang hati, rela, dan mau menerima dirinya sendiri,
seperti iajuga mau menerima orang lain. Tidak ada sikapnya yang menunjukan
berbenturan dengan masyarakat. Ia juga tidak melakukan perilaku sosial yang
33
kontroversial. Tetapi melakukan perilaku rasional yang menunjukan adanya
keseimbangan emosi, perasaan dan akal dalam berbagai bidang.34
Berdasarkan beberapa pengertian masalah tingkah laku tersebut maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkah laku merupakan suatu aktifitas yang
timbul dari dalam diri kita sendiri karena ada respon dari luar sehingga
terbentuklah tingkah laku yang positif atau sebaliknya tingkah laku yang negatif.35
2. Macam-Macam Tingkah Laku
Pembahasan mengenai macam-macam tingkah laku dapat memperjelas
bagaimana siswa mengembangkan perbuatannya, adapun menurut Hasan
Langgulang membedakan dua macam tingkah laku antara lain sebagai berikut :
a. Tingkah laku intelektual yang tinggi. Maksudnya adalah sejumlah
perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan
jiwa dan intelektual.
b. Tingkah laku mekanistis atau refleksi. Maksudnya adalah respon-respon
yang timbul pada diri manusia secara mekanistis dan tetap, seperti kedipan
mata sebab kena cahaya, dan gerakan-gerakan rambang seperti
menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan.36
34Ibid.,
h. 15.
35
Hasan Langgulang, asas-asas Pendidikan Islam (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 2011), h. 275.
36
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkah Laku Siswa
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku siswa berlangsung
secara berangsur-angsur, bukanlah yang sekali melainkan sesuatu yang
berkembang. Oleh karena itu, pembentukan tingkah laku merupakan suatu
proses. Apabila akhir dari perkembangan yang dialami para remaja
berlangsung dengan baik maka akan menghasilkan suatu tingkah laku yang
baik pula. Tingkah laku itu disebut baik apabila faktor-faktor yang
mempengaruhinya berjalan seimbang, dimana terdapat faktor intern, dan
ekstern dan lingkungan yang akan membentuk tingkah laku remaja.
Agama islam telah mengajarkan kepada semua pemeluk agar menjadikan
dirinya sebagai manusia yang berjiwa suci, memiliki kepribadian yang luhur,
lebih dari itu agar menjadikan dirinya sebagai manusia yang berguna bagi
dirinya sendiri dan orang lain.
Adapun faktor-faktor yang mempengeruhi tingkah laku siswa, menurut
Zakiah Daradjat ada tiga faktor antara lain :
a. Faktor Intern
Yang paling kelihatan dalam faktor intern disini adalah pertumbuhan
jasmani yang cepat. Artinya perubahan cepat yang terjadi pada fisik remaja,
berdampak pula pada sikap dan perhatiannya terhadap dirinya. Ia menuntut
agar orang dewasa memperlakukannya tidak lagi seperti kanak-kanak.
Sementara itu, ia merasa belum mampu mandiri dan masih memerlukan
bantuan orang tua untuk membiayai keperluan hidupnya. Juga pertumbuhan
kemampuan berfikir pada remaja, perubahan menanggapi keadaan, dan
perubahan sikap terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap keadaan
sekitar dan masyarakat lingkungan, yang tidak jarang membawa hal-hal yang
negatif terhadap remaja.
b. Faktor Ekstern
Disinilah letak bahaya dan ancaman terhadap kehidupan para remaja
yang sedang mulai tumbuh, yang sedang menatap hari depan yang diharapakan
dan dicita-citakannya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada
dasarnya baik dan berguna bagi kemajuan bangsa. Tetapi kemajuan IPTEK itu
telah ditumpangi dan disalah gunakan oleh sebagian manusia yang serakah
yang tidak beragama atau kehidupanya ditentukan oleh hawa nafsu. Secara
tidak terasa, para remaja terbawa oleh arus yang sering didengar dan disaksikan
dalam acara kebudayaan yang ditayangkan oleh media elektronik.
c. Faktor Lingkungan
Faktor keluarga merupakan faktor yang paling penting dalam
mempengaruhi tingkah laku siswa. Apabilah faktor negatif yang datang dari
keluarga, misalnya orang tua tidak rukun, sering bertengkar dihadapan anak,
akibatnya remaja mengalami keterbelakangan kecerdasan, kegoncangan emosi
akibat tekanan perasaan, kehilangan rasa kasih sayang dan sebagainya. Maka
usaha keluarga adalah mencari jalan preventif (pencegahan), kuratif
(penyembuhan), dan konstruktif (pembinaan). Sehingga para remaja menjadi
tinggi semangatnya untuk membangun bangsa dan masyarakat kepada
kehidupan bahagia yang diridhai oleh Allah SWT.37
4. Hubungan Perbelajaran Aqidah Akhlak dengan Tingkah Laku Siswa
Pembelajaran aqidah akhlak merupakan sub mata pelajaran yang harus
diajarkan di madrasah yang dimulai dari madrasah sampai perguruan tinggi dan
pendidikan tersebut sudah tentu untuk mencapai tujuan. Sesungguhnya tujuan
pendidikan aqidah akhlak adalah identik dengan tujuan hidup setiap muslim,
yaitu menginginkan hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Demikian pula dengan perkembangan para remaja yang merupakan masa
peralihan dari anak-anak menuju dewasa, sehingga pada masa peralihan
tersebut seorang remaja akan mengalami perkembangan dan perubahan dalam
menentukan hak dan kewajiban serta tanggung jawab terhadap kehidupan
pribadi dan masa depannya. Untuk itu, para remaja wajib mendapatkan
bimbingan serta arahan dari guru atau orang tua dalam mencari dan
menumbuhkan nilai-nilai luhur demi membentuk identitas dirinya menuju
kematangan pribadi. Disinilah penanaman aqidak akhlak diutamakan agar
mereka tidak mengalami kegoncangan pikiran dan jiwanya dalam menentukan
solusi atas problem yang dihadapi para remaja. Maka pendidikan yang pertama
dan utama adalah pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan
dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian siswa.
Dari para ahli pendidikan islam telah sepakat bahwa maksud dari
pendidikan dan pengajaran bukannya memenuhi otak siswa dengan segala
37
macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik
akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan).
Membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka
untuk suatu kehidupan yang suci selurunya ikhlas dan jujur.
Selanjutnya untuk mewujudkan tingkah laku yang positif maka di
perlukan keseriusan pembentukan kepribadian sebagai hasil pendidikan,
sehingga perwujudan kepribadian muslim, kemajuan masyarakat dan budaya
akan dapat terealisasikan melalui sarana-sarana pendidikan yang dalam hal ini
adalah pendidikan aqidah akhlak. Karena dengan menanamkan nilai-nilai
agama akan sangat membantu terbentuknya kepribadian dan tingkah laku siswa
kelak pada masa dewasa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendidikan
aqidah akhlak adalah usaha yang diarahkan kepada pembentukan tingkah laku
siswa yang sesuai dengan ajaran islam serta bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai islam.
Disamping itu pendidikan aqidah akhlak tidak hanya sekedar diketahui
dan dimiliki oleh para remaja, melainkan lebih dari itu pendidikan aqidah
akhlak harus dihayati dengan baik dan benar. Sebab bila pendidikan aqidah
akhlak telah dimiliki, dimengerti dan dihayati dengan baik dan benar, maka
kesadaran seseorang akan hak dan kewajiban sebagai hamba Allah akan
muncul secara sendirinya. Hal ini akan muncul dalam pelaksanaan ibadah,
tingkah laku, sikap dan perbuatan serta perkataanya sehari-hari.
Oleh sebab itu, para remaja yang menjadi tumpuhan harapan masa depan
nilai-nilai pendidikan aqidah akhlak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pengaruh
pendidikan aqidah akhlak pada tingkah laku siswa dapat dikatakan berguna dan
bermanfaat seumur hidup apabila dapat diimplementasikan dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, terwujudlah usaha tolong-menolong dalam
individu dan bermasyarakat untuk mewujudkan pengabdian kepada Allah
SWT. Maka para guru dan orang tua harus membimbing dan mengarahkan
siswa menjadi warga negara yang baik dan bertanggung jawab yaitu dengan
jalan mendidik dan menanamkan nilai-nilai ilmu pengerahuan dan
keagamaan.38
B. Kerangka Berfikir
Bila pembelajaran aqidah akhlak dapat diterapkan dengan benar sehingga
siswa mampu menyerap dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari maka
bisa jadi akan tercipta suatu nilai akhlak dan moral yang baik di masyarakat.
Berikut ini merupakan skema paradigma penelitian:
Keterangan:
: Hubungan
Gambar Paradigma Penelitian
38
Zakiah Daradjat, Islam Untuk Disiplin Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), h 137.
Y
Tingkah Laku Siswa X
C. Penelitian Yang Relevan
Ada banyak kajian-kajian ilmiah penelitian-penelitian yang relevan
dengan pembelajaran aqidah akhlak, dan berikut beberapa hasil penelitian yang
didapatkan.
1. Moh Nur Khoirudin dalam sripsinya “Hubungan Pendidikan Aqidah Akhlak Terhadap Tingkah Laku Siswa”
Dari penelitian ini terdapat beberapa perbedaan diantaranya: Tempat
penelitian di Mts. Negeri Kabupaten Pasuruan. Metode pengumpulan data yang
dipakai ada beberapa yaitu metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Untuk menentukan jumlah sampel peneliti ini menggunakan rumus slovin dan
didapat 50 sampel. Dari hasil penelitian didapat hasil yaitu hubungan pendidikan
aqidah akhlak terhadap tingkah laku siswa di Mts. Negeri Kabupaten Pasuruan
menunjukan tingkat yang tinggi dengan korelasi product moment sebesar 0,892
yang terletak antara interpretasi nilai r yaitu 0,800 sampai dengan 1,00.
2. Muhayat Faiz Fadloli “Korelasi Pembelajaran Aqidah Akhlak dengan Tingkah Laku Siswa Kelas V Ma‟rif Sembego Depok Sleman”
Dari penelitian ini terdapat beberapa perbedaan diantaranya: tempat
penelitian yaitu di MI kelas V Ma‟arif Sembego Depok Sleman. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas VA sebanyak 30 siswa dan kelas VB sebanyak 29
siswa. Sehingga popilasi yang didapat sebanyak 59. Pengumpulan data yang
digunakan dengan mengadakan angket, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Analisis data dengan mendeskripsikan data dan menguji hipotesis menggunakan
pembelajaran aqidah akhlak di kelas V MI Ma‟arif Sembego Depok Sleman cukup baik dengan rata-rata 32,4 atau sebesar 74,3%. Terdapat korelasi yang
sedang atau cukup signifikan antara pembelajaran aqidah akhlak dengan nilai-nilai
moral siswa karena nilai dari pearson correlatian sebesar 0,572. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa terdapat korelasi yang sedang atau cukup positif.
D. Hipotesis
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pembelajaran aqidah
akhlak dengan tingkah laku siswa. Hal ini berarti, jika pembelajaran aqidah
akhlak diterapkan dengan baik maka tingkah laku siswa akan sesuai dengan yang
diharapkan.
Berikut ini merupakan hipotesis penelitian Hubungan pembelajaran aqidah
akhlak dengan tingkah laku siswa di MAN Model Manado kelas XI Sosial:
Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
pembelajaran aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa.
Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pembelajaran
aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa.
Hipotesis statistiknya ialah:
Ho : 𝜌= 0
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang peneliti gunakan yaitu penelitian yang berdasarkan
pendekatan, secara garis besar dibedakan menjadi dua macam yaitu penelitian
kuantitatif dan kualitatif dan berdasarkan hal di atas peneliti menggunakan
penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif didasarkan atas konsep positivisme yang bertolak
dari asumsi bahwa realita bersifat tunggal, fixed, stabil, lepas dari kepercayaan
dan perasaan-perasaan individual. Realita terdiri atas bagian dan unsur yang
terpisah satu sama lain dan dapat diukur dengan menggunakan instrumen.39
Peneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif ini karena ingin
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap
tingkah laku siswa.
Adapun variabel dalam penelitian ini yaitu pembelajaran aqidah akhlak
sebagai variabel bebas (X) terhadap tingkah laku siswa sebagai variabel terikat
(Y).
39
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini bertempat di MAN Model Manado Jl. Hasanudin 14.
Kelurahan islam lingkungan III. Melaksanakan penelitian selama 3 bulan setelah
pengajuan judul (bulan Desember 2014).
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono populasi adalah : Wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.40
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas XI
Sosial MAN Model Manado Tahun Ajaran 2014-2015 yang berjumlah 129 orang
yang populasinya dapat ditunjukkan dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 1 dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.41
40
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Cet. XX; Jakarta: CV Alvabeta, 2014), h. 117.
41Ibid., h.
Dalam penelitian ini jumlah sampel ditentukan dengan rumus sebagai
d2= presisi yang ditetapkan
Dengan rumus di atas, maka dapat dihitung jumlah sampel sebagai berikut :
𝑛 = 𝑁
Berdasarkan hasil yang didapat di atas maka peneliti mendapatkan sampel
berjumlah 97 orang yang di tentukan berdasarkan simple random sampling.
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut sugiono Teknik pengumpulan data adalah : langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.43
Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah penelitian
lapangan (field research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan terjun
langsung ke obyek penelitian. Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan
teknik angket atau kuesioner. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawabnya.
42
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Cet. IX; Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 65
43
Cara pengumpulan data yang peneliti lakukan melalui beberapa tahapan
yaitu :
1. Mengantar surat penelitian disekolah MAN model Manado
2. Setelah kepala sekolah menerima surat ijin penelitian peneliti di ijinkan oleh
kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut
3. Kemudian setiap ada kesempatan peneliti menyebarkan angket disetiap
kelas sesuai sampel yang telah didapatkan.
4. Peneliti menghabiskan waktu selama dua minggu untuk mengumpulkan
data secara keseluruhan.
E. Istrumen Penelitian
Instrumen tes bersifat mengukur, karena berisi pernyataan atau pertanyaan
yang alternatif jawabnnya memiliki standar jawaban tertentu benar salah ataupun
skala jawaban. Instrumen yang berisi jawaban benar salah, dapat berbentuk tes
pilihan jamak (multiple choice), benar salah (true false), menjodohkan (matching
choise), jawaban singkat (short answer), ataupun tes isian (completion test).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen jawaban skala
Likert berupa Selalu (S), sering (SR), kadang-kadang (KK), Tidak pernah (TP).
Dengan skala Likert maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi
indikator. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan
Yang jawabannya berbentuk skala deskriptif ataupun skala garis. 44
1. Jenis Instrumen
44Ibid.,
a. Instrumen Pembelajaran Aqidah Akhlak
Akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan
menjadi kepribadian hingga dari situ timbilah berbagai macam perbuatan dengan
cara spontan dn mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran.
Apabilah timbul perbuatan yang baik dan terpuji, menurut pandangan syariat dan
akal pikiran, dinamakan budipekerti mulia dan sebaliknya apabila yang timbul
perbuatan yang buruk maka disebut budi pekerti yang tercela.45
Dari pengertian di atas peneliti membagi menjadi tiga variabel yang
menjadi fokus penelitian, yaitu: (1) Akhlak kepada Allah SWT. dan (2) Akhlak
kepada diri sendiri. (3) Akhlak kepada sesama manusia.
Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen pengumpulan data pembelajaran
aqidah akhlak:
45
Tabel 2
Kisi-kisi Angket Penelitian Variabel X
No Variabel Indikator Item
1 Akhlak terhadap Allah
SWT dan Rasulullah
b. Instrumen Tingkah Laku Siswa
Tingkah laku dalam pengertian yang sangat luas, yakni tingkah laku tidak
berolah raga, bergerak dan lain-lain akan tetapi membahas macam-macam fungsi
seperti melihat, mendengar, mengingat, berfikir, pengenalan kembali, penampilan,
emosi-emosi dalam bentuk tangis dan senyum.46
Dari pengertian di atas peneliti membagi menjadi sembilan variabel yang
menjadi fokus penelitian, yaitu: (1) Dermawan; (2) Disiplin diri; (3) kepedulian;
(4) rajin; (5) Teguh Pendirian; (6) Jiwa Besar; (7) Jujur; (8) Bersahabat; (9)
Bersemanga Sosial.
Berikut ini merupakan kisi-kisi instrumen pengumpul data tingkah laku
siswa:
Tabel 2.1
Kisi-kisi Angket Penelitian variabel Y
No Variabel Indikator Item
a. Dermawan a. Berbagi rejeki
dengan orang lain
1,2.
b. Disiplin diri b. Membiasakan
disiplin dalam
e. Teguh pendirian e. Percaya diri 16,17,18.
f. Jiwa besar f. Menerima sesuatu
dengan lapang
dada
19,20.
46
g. Jujur g. Berkata
sebenarnya
21,22.
h. Bersahabat h. Bergaul dengan
teman-teman
23,24,25,
26.
i. Bersemangat sosial i. Melakukan sesuatu
yang membuat kita
Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen Arikunto menjelaskan
bahwa yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan
tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Jika instrumen dikatakan valid
berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid
sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur.47
Cara yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan
mengkorelasikan hasil pengukuran dengan kriteria. Teknik korelasi yang
digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi Product Moment
dari Carl Person.48
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika rhitung > rtabel, maka Valid dan
47
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Cet. IX; Bandung: CV Alfabeta, 2013), h. 97.
48Ibid
Jika rhitung < rtabel, maka Tidak valid
Pada pengujian validitas diperoleh nilai rtabel sebesar 0,202 (dengan
menggunakan rumus interpolasi linear). Hasil analisis dengan rumus korelasi
product moment menggunakan bantuan program spss versi 16.
Berikut merupakan tabel rekapitulasi hasil uji validitas pembelajaran
aqidah akhlak dengan tingkah laku siswa:
Tabel 3
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Pembelajaran Aqidah Akhlak
21 21 137 0,202 Tidak Valid
Berdasarkan hasil analisis tabulasi data pada tabel 3 dengan menggunakan
bantuan program microsoft excel dan menggunakan SPPS Versi 16 tersebut
terlihat bahwa dari 30 butir instrumen/kuesioner untuk variabel X, ada 13 butir di
antaranya memiliki r hitung lebih kecil dari r tabel yang artinya butir tersebut
tidak valid. Adapun butir-butir tersebut adalah 1,2,3,4,5,6,7,8,14,17,21,27,30
Dengan demikian ketiga belas butir tersebut tidak sahih untuk dimasukkan
ke dalam analisis selanjutnya, sehingga butir instrumen dalam angket variabel X
selanjutnya hanya berjumlah 17 butir saja.
Tabel 3.1
6 6 156 0,202 Tidak Valid
Adapun peneliti mentabulasi validitas butir soal dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program Microsoft Excel.
3. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Dari hasil penelitian yang dilakukan di MAN Model Manado berikut ini
merupakan hasil analisis reliabel Alpha dengan menggunakan bantuan SPSS versi
16 dengan rumus Alpha Cronbach’s :
Tabel 4
Hasil Uji Reliabilitas pembelajaran Aqidah Akhlak
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.746 17
Tabel 4.1
Hasil Uji Reliabilitas Tingkah Laku Siswa
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.726 19
Untuk mengetahui apakah instrumen tersebut reliabel atau tidak, maka kita
melihat angka standar dari reliabilitas. Standar untuk reliabilitas instrumen adalah
0,70. Artinya suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien
Alpha sekurang-kurangnya 0,70.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas instrumen variabel (x) sebanyak 17 butir
> standar reliabel 0,70 maka intrumen variabel (x) dapat dikatakan reliabel.
Selanjutnya, dari hasil uji reliabilitas instrumen variabel (y) sebanyak 19 butir soal
diperoleh nilai Alpha sebesar 0,726. Hal ini berarti jika nilai koefisien Alpha >
standar reliabel 0,70 maka intrumen variabel (y) dapat dikatakan reliabel.
F. Teknik Analisis Data
Menyusun data penelitian akan memberikan gambaran secara teratur
mengenai langkah-langkah analisis dalam statistik deskriptif. Dua cara yang
paling banyak dipakai dalam memenuhi menyajikan informasi data, yakni
menyusun data kedalam sebaran frekuensi dan penyajian grafis. Suatu rangkaian
susunan secara sistematis mulai dari skor yang terendah hingga yang terindikasi
tinggi disebut distribusi frekuensi. Penggunaan teknik ini hanya memerlukan
daftar ukuran/harga/skor/nilai yang dimasukkan ke dalam tabel. Dari tabel ini
dapat dilihat bentuk umum distribusi data seperti harga rata-rata, harga tengah,
harga minimum, maksimum.
Untuk teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif dan
analisis inferensial. Untuk analisis data deskriptif terdiri dari bagian yaitu
deskriptif data dan uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas, uji
homohenitas. Untuk analisis data inferensial terdiri dari analisis Regresi
sederhana, analisis regresi ganda, uji korelasi sederhana, uji korelasi ganda, dan
perhitungan koefisien determinasi.49
49
Dan dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data yang mana
peneliti akan menguraikan data dari hasil penelitian dan akan melakukan uji
prasyarat test baik itu uji normalitas, dan uji homogenitas.
G. Hipotesis Statistik
Berdasarkan dari apa yang telah dipaparkan di latar belakang masalah pada
bab sebelumnya maka hipotesis statistik dalam penelitian ini :
H0 : Tidak terdapat pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah
tingkah laku siswa
H1 : Terdapat pengaruh pembelajaran aqidah akhlak terhadap tingkah laku
siswa
1. H0 : r ≠0
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian
MAN Model Manado terletak di kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Kota Manado merupakan Ibu kota Provinsi Sulawesi Utara. Sebagai Ibu kota
Provinsi, Manado merupakan pusat pemerintahan, pusat perdagangan dan juga
pariwisata di Sulawesi Utara. Dengan demikian Manado menjadi daerah yang
banyak dikunjungi masyarakat dari daerah lain. Di kota Manado terdapat 4 etnis
lokal antara lain : Minahasa, Sangihe Talaud, Bolaang Mongondow, dan
Gorontalo. Sementara itu etnis pendatang antara lain : Bugis (Makasar), Jawa,
Padang / Minang, Ternate / Ambon dan lain-lain.
Provinsi Sulawesi Utara memiliki 9 daerah Tingkat II antara lain : Kota
Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kab. Bolaang Mongondow, Kab.
Minahasa, Kab. Minahasa Utara, Kab. Minahasa Selatan, Kab. Sangihe, dan Kab.
Talaud. Untuk Kota Manado terdapat 9 kecamatan antara lain : Kec.Wenang,
Kec.Wanea, Kec.Sario, Kec.Tikala, Kec.Singkil, Kec.Tuminting, Kec.Mapanget,
Kec.Malalayang dan Kec.Bunaken.
MAN Model Manado terletak di kecamatan Tuminting, salah satu
kecamatan di Manado yang terletak di bagian Utara. Tepatnya di Jl. Hasanudin
14. Kelurahan Islam Lingkungan III. Jarak MAN Model Manado dari Pusat Kota
Pedagang, Wirausaha, dan Nelayan, sesuai dengan kondisi Kota Manado yang
tergolong sebagai kota pantai.
Sebagai Kota Pariwisata di Manado terdapat banyak Obyek Wisata bahkan
ada yang berskala Internasional, yaitu Taman Laut Bunaken yang terletak di Pulau
Bunaken Kecamatan Bunaken kurang lebih 1 mil laut dari Pusat kota Manado.
Karena pantai Manado merupakan Taman Laut yang memiliki karang yang indah
maka pantai Manado tidak dibuat pelabuhan kapal besar, pelabuhan yang ada
hanya pelabuhan kecil untuk ferry penyeberangan ke pulau-pulau kecil lainnya.
Sementara pelabuhan besar untuk kapal barang dan lainnya terdapat di Kota
Bitung kurang lebih 70 Km sebelah timur kota Manado.
Lokasi MAN Model Manado ini adalah ex Sekolah Cina, yang diserahkan
ke Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1965. Pada awalnya digunakan
untuk sekolah PGAN (Pendidikan Guru Agama Negeri) Manado hingga pada
tahun 1992, kemudian beralih fungsi menjadi MAN (Madrasah Aliyah Negeri)
Manado hingga kini.
Embrio Madrasah Aliyah Negeri Model Manado adalah dari PGAN
Manado yang beralih fungsi melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Agama
Republik Indonesia No 42 Tahun 1992 tertanggal 27 Januari 1992 tentang Pengalihan Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) menjadi Madrasah Aliyah
Negeri (MAN). Kemudian dalam perkembangannya MAN Manado terpilih