• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN HAMBATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PROVIDER DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAMBARAN HAMBATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PROVIDER DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Witri Setiatuti 20120340071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN HAMBATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PROVIDER

DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Witri Setiatuti 20120340071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN HAMBATAN DOKTER GIGI SEBAGAI PROVIDER

DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DI PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA

Disusun oleh : WITRI SETIATUTI

20120340071

Telah disetujui dan diseminarkan pada tanggal 23 Maret 2016

Dosen Pembimbing, Dosen Penguji,

drg. Iwan Dewanto, MMR. drg. Sri Utami, MPH. NIK : 19721106200410173070 NIK : 19790612200910173110

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Witri Setiatuti

NIM : 20120340071

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan ini sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan ataupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis ini hasil jiplakan, maka saya siap menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta,23 Maret 2016

Yang membuat pernyataan,

Witri Setiatuti

(5)

Halaman Persembahan

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan kepada keluarga saya yakni kedua orangtua saya, bapak Dr. H. Dwi Priyono, M.Ed., dan ibu Hj. Een Sumarni, M.Pd.

dan kedua kakak saya drg. Nurlaela Qodariah dan Rizal Nugraha yang telah memberikan doa, dukungan, dan semangat dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini.

(6)

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum, Wr.Wb.

Puji dan syukur penulis padjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

yang berjudul “ GAMBARAN HAMBATAN DOKTER GIGI SEBAGAI

PROVIDER DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI

PUSKESMAS KOTA YOGYAKARTA “.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat sarjana kedokteran gigi pada Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengarahan, dukungan baik moral maupun materiil. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros., selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. drg. Iwan Dewanto, MMR., selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah yang selalu sabar dalam memberikan memberi petunjuk, bimbingan, dan dorongan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini

5. drg. Sri Utami, MPH., yang telah banyak memberikan petunjuk dan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

(7)

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh dokter gigi di puskesmas kota Yogyakarta yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Kedua orang tua penulis, ibu Hj. Een Sumarni, M.Pd., dan bapak Dr. H. Dwi Priyono, M.Ed., M.M., yang telah memberikan doa, dukungan baik moral maupun materiil serta semangat yang tiada hentinya kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. drg. Nurlaela Qodariah dan Rizal Nugraha selaku kakak penulis yang selalu memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. 11. Rinda Dyah dan Pepi Sukma selaku teman seperjuangan KTI yang selalu

membantu dan menyemangati satu sama lain dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Nurakhvi Rizky Ramadhana, Sovia Raras, Putri Andini, Architamora, dan Bella Septri selaku sahabat penulis yang telah membantu memberikan doa dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

13. Semua teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter Gigi UMY angkatan 2012 yang saling menyemangati dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu yang telah

banyak membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini masih sangat sederhana dan masih banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran bagi Karya Tulis Ilmiah ini. Akhir kata, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi pembaca.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

ABSTRACT... xi

INTISARI.... xii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Perumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

E. Keaslian Tulisan... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka... 9

1. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional... 9

2. Pelayanan Kedokteran Gigi dalam Jaminana Kesehatan Nasional... 12

3. Hambatan Dokter Gigi di Era Jaminan Kesehatan Nasional. 15 4. Puskesmas Kota Yogyakarta... 21

B. Landasan Teori... 22

C. Kerangka Konsep... 25

D. Pertanyaan Penelitian... 26

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian... 27

C. Lokasi dan Waktu Penelitian... 28

D. Variabel Penelitian... 28

E. Definisi Operasional ... 29

F. Instrume Penelitian... 30

G. Alur Penelitian... 35

H. Uji Validitas dan Reliabilitas... 37

I. Analisis Data... 41

J. Etik Penelitian... 42

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil... 43

1. Gambaran Karateristik Responden... 43

2. Gambaran Distribusi Frekuensi Persepsi Hambatan Dokter Gigi ... 45

(9)

4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Tentang Sistem JKN... 52 B. Pembahasan... 57 1. Deskripsi Karateristik Responden Penelitian... 57 2. Gambaran Hambatan Dokter Gigi dalam Memberikan

Pelayanan Kedokteran Gigi di Era JKN... 58 3. Hambatan dengan Nilai Tertinggi Bagi Dokter Gigi dalam

Memberikan Pelayanan di Era JKN... 66 4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dokter Mengenai Sistem

JKN... 68 5. Kesesuaian Persepsi Hambatan Dokter Gigi dengan Tingkat

Pengetahuan Dokter Gigi Mengenai Sistem JKN... 71 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan... 73 B. Saran... 74 Daftar Pustaka

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penilaian Kuesioner Persepsi Hambatan Dokter Gigi... 31 Tabel 2. Penilaian Kategori Persepsi Hambatan Dokter Gigi... 32 Tabel 3. Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Hambatan Dokter Gigi... 39 Tabel 4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi

Tentang Sistem JKN... 40

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Hambatan Dokter Gigi... 41 Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi

Tentang Sistem JKN... 41 Tabel 7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan

Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Besaran Kapitasi... 45 Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan

Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Sarana Kesehatan Gigi (Favorable).. 46 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan

Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Sarana Kesehatan Gigi (Unfavorable)... 46 Tabel 10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan

Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Paket Manfaat (Favorable)... 47 Tabel 11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan

Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Paket Manfaat (Unfavorable)... 48 Tabel 12. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan

Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Beban Kerja... 49

Tabel 13.

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Kontrol Mengenai Pemahaman Responden Tentang Managed Care... 50 Tabel 14. Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan 4 Variabel Hambatan... 51 Tabel 15. Distribusi Frekuensi Penilaian Pengetahuan Dokter Gigi Berdasarkan

Komponen Paradigma Sehat... 52 Tabel 16. Distribusi Frekuensi Penilaian Pengetahuan Dokter Gigi Berdasarkan

Komponen Manajemen Kapitasi... 53 Tabel 17. Distribusi Frekuensi Penilaian Pengetahuan Dokter Gigi Berdasarkan

Komponen Paket Manfaat... 54 Tabel 18. Distribusi Frekuensi Penilaian Pengetahuan Dokter Gigi Berdasarkan

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka konsep...25

Gambar 2. Kerangka penelitian...37

Gambar 3. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin...43

Gambar 4. Karateristik responden berdasarkan kelompok usia...44

(12)
(13)
(14)

insurance provided by the government in Indonesia. One of the service that is included in JKN is oral health service. According to some news in mass media and previous research, several problems are encountered during this JKN era. The aim of this study was to overview the obstacles that faced by dentists as providers in giving oral health care in Yogyakarta’s primary health center in JKN era.

Method:This research was an observasional descriptive study with

cross-sectional design. There were 24 dentists as subjects for this research who works in primary health center Yogyakarta city. This research was conducted on August until September 2015 in several primary health centers in Yogyakarta city. Two questionnaires were used as instruments in this research. The first questionnaires was about perception of the dentist’s obstacle and the second was about dentist’s knowledge of JKN system. The datas were analyzed by descriptive statistic method with frequency and mean distribution.

Result: Most of the subjects in this research were women (88%), aged 36-45

years old (38%), and worked at the primary health center with non-hospitalized service (79%). Dentist’s obstacles as a providers in JKN in the Yogyakarta’s primary health center were capitation fund (87,5%), oral health’s utility (29%), the benefit package (54%) and dentist’s workloads (46%). The level of dentist’s knowledge about JKN system was mostly good (88%) and moderate (12%).

Conclusion: Obstacles faced the dentist that has the highest value in the JKN era

in the Yogyakarta’s primary health center is capitation fund. The dentist’s knowledge about the JKN system in the primary health center at Yogyakarta’s city is good.

(15)

program yang memberikan jaminan berupa perlindungan kesehatan . Pelayanan kedokteran gigi merupakan salah satu pelayanan yang dijamin oleh JKN. Berdasarkan hasil observasi pada beberapa berita di media massa dan beberapa penelitian sebelumnya ditemukan beberapa permasalahan yang terdapat di JKN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di era JKN di puskesmas kota Yogyakarta.

Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 24 dokter gigi yang bekerja di puskesmas kota Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan di seluruh puskesmas kota Yogyakarta pada bulan Agustus-September 2015. Instrumen yang digunakan adalah 2 kuesioner yakni kuesioner persepsi hambatan dokter gigi dan kuesioner tingkat pengetahuan dokter gigi tentang sistem JKN. Analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif berupa distribusi frekuensi dan distribusi rata-rata.

Hasil:Responden pada penelitian ini sebagian besar adalah perempuan (88%), usia 36-45 tahun (38%) dan bekerja di puskesmas non rawat inap (79%). Hambatan dokter gigi sebagai provider di era JKN adalah besaran kapitasi (87,5%), sarana kesehatan gigi (29%), paket manfaat (54%) dan beban kerja (46%). Tingkat pengetahuan dokter gigi tentang sistem JKN adalah baik (88%) dan cukup (12%).

Kesimpulan:Hambatan dokter gigi dengan nilai tertinggi di era JKN adalah besaran kapitasi. Tingkat pengetahuan dokter gigi tentang sistem JKN di puskesmas kota Yogyakarta adalah baik.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kesehatan merupakan hak dasar bagi setiap manusia. Pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan yang baik bagi setiap warga negaranya (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 yang menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.

Menurut pandangan islam, negara memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Hal tersebut sejalan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yaitu : “imam adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya” (H.R. Al-Bukhari dari Abdullah bin Umar). Pemerintah selaku

pemimpin atas sebuah negara memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya salah satunya adalah dengan menjamin kesehatan rakyatnya (Erma, 2014).

(17)

merupakan jaminan perlindungan kesehatan yang ditujukan agar peserta memperoleh manfaat kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Program jaminan kesehatan nasional yang telah dimulai sejak 1 januari 2014 ini memiliki manfaat perlindungan kesehatan melalui pelayanan kesehatan perorangan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diberikan.

Dewanto dan Lestari (2014) menyebutkan bahwa pelayanan kedokteran gigi merupakan salah satu pelayanan yang dijamin oleh jaminan kesehatan nasional. Pola pembiayaan yang digunakan dokter gigi selama ini adalah sistem out of pocket yaitu paradigma yang digunakan masih paradigma sakit yakni semakin banyak orang sakit maka semakit meningkat pula pendapatan yang diterima oleh dokter gigi. Sistem pembiayaan yang digunakan pada sistem JKN ialah sistem kapitasi sehingga paradigma sakit tersebut berubah menjadi paradigma sehat. Perubahan ini tentunya akan menjadi tantangan bagi dokter gigi untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan terutama pada upaya promotif dan preventif.

(18)

sarana kesehatan dapat terlihat dari masih adanya pelayanan puskesmas dan klinik yang ditunjuk sebagai penyedia JKN belum memadai. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yandrizal dan Suryani (2014) yang menunjukkan ketersediaan fasilitas kesehatan tingkat pertama belum merata serta pelayanan yang diberikan kurang optimal dikarenakan sarana dan prasarana yang terbatas. Hal serupa juga diungkapkan oleh Geswar, dkk. (2014) bahwa sarana dan prasarana baik pada fasilitas pelayanan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan belum memadai dikarenakan alat kesehatan yang masih kurang.

Permasalahan selanjutnya ialah mengenai besaraan kapitasi seperti yang disebutkan oleh Widiyani (2014) bahwa tarif pelayanan dokter gigi yang sebesar Rp.2000,- dinilai masih terlalu kecil. Tarif tersebut hanya dapat untuk memenuhi biaya kebutuhan praktik untuk terus berjalan, namun untuk mutu yang diberikan, masih dipertanyakan. Anisa (2014) juga menyebutkan tarif kapitasi pada puskesmas yang sebesar Rp.6000,- dinilai masih terlalu rendah. Biaya tersebut memang tidak begitu memberatkan bagi peserta JKN, namun bagi fasilitas pelayanan kesehatan, biaya tersebut dinilai masih terlalu kecil dan belum dapat menutup biaya pelayanan kesehatan masyarakat.

(19)

tingkat pertama. Permasalahan lainnya yang timbul adalah belum adanya kejelasan mengenai jenis tindakan yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dan dijamin pembiayaannya oleh BPJS (Dewanto dan Lestari, 2014).

Despitasari (2014) menyebutkan permasalahan lain yang timbul pada pelaksanaan jaminan kesehatan nasional yaitu masih banyaknya tenaga kesehatan yang masih belum memahami mekanisme dan prosedur dari JKN sehingga peserta JKN sering dibuat kebingungan atau bahkan dirugikan serta beban kerja tenaga medis yang meningkat semenjak adanya JKN. Beberapa tenaga medis di puskesmas mengeluhkan peningkatan jumlah pasien di era JKN yang menambah beban kerja tenaga medis tersebut, padahal sistem pembagian alokasi dana kapitasi di puskesmas tidak memperhitungkan variabel beban kerja setiap tenaga medis.

Kota Yogyakarta merupakan salah satu wilayah urban atau perkotaandi provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta (2012) kontur geografis kota Yogyakarta pada umumnya adalah daerah yang relatif datar sehingga memiliki kepadatan penduduk yang lebih tinggi serta memiliki intensitas sosial ekonomi lebih maju dan berkembang dari daerah yang lain. Kepadatan penduduk yang lebih tinggi menimbulkan kebutuhan akan pelayanan kesehatan semakin meningkat.

(20)

inap adalah sebanyak tiga puskesmas. Survey prapenelitian menunjukkan bahwa terdapat 28 dokter gigi umum dan 2 dokter gigi spesialis yang bekerja di puskesmas kota Yogyakarta.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka timbul permasalahan, yaitu: bagaimanakah gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di puskesmas kota Yogyakarta.

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di puskesmas kota Yogyakarta

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui jenis hambatan dokter gigi dengan nilai tertinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di puskesmas kota Yogyakarta

(21)

D.Manfaat Penelitian 1. Bagi puskesmas

Memberikan informasi bagi puskesmas terkait mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi oleh dokter gigi di era jaminan kesehatan nasional. 2. Bagi dokter gigi

Sebagai bahan evaluasi dokter gigi terkait hambatan-hambatan yang di hadapi di era jaminan kesehatan nasional.

3. Bagi ilmu pengetahuan

Memberikan sumbangan terhadap pengayaan referensi mengenai jaminan kesehatan nasional.

4. Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan serta pemahaman mengenai jaminan kesehatan nasional.

E.Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Penelitian Geswar, dkk. (2014) yang berjudul Kesiapan Stakeholder dalam

(22)

dilakukan oleh Geswar, dkk. bertujuan untuk meneliti kesiapan stakeholder dalam program jaminan kesehatan nasional di kabupaten Gowa dengan menggunakan metode kualitatif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran hambatan dokter gigi sebagai provider dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut era jaminan kesehatan nasional di puskesmas kota Yogyakarta menggunakan metode observasional deskriptif dengan pengumpulan data menggunakan metode kuantitatif.

(23)
(24)

A.Telaah Pustaka

1. Sistem Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi jaminan kesehatan nasional

(25)

b. Pelayanan dalam sistem jaminan kesehatan nasional

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2013) terdapat dua jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh peserta jaminan kesehatan nasional. Pelayanan tersebut berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) dan ambulans (manfaat non medis).

c. Prosedur pelayanan

Menurut Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12 Tahun 2013 Prosedur pelayanan dalam jaminan kesehatan nasional ialah pertama peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat peserta terdaftar. Prosedur selanjutnya ialah apabila peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan tingkat pertama harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan.

d. Sistem pembiayaan

Sistem pembiayaan yang digunakan Badan Pelaksanaan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk membayar kepada fasilitas kesehatan adalah dengan sistem kapitasi pada fasilitas kesehatan tingkat pertama (primer), serta sistem paket INA CBG’s untuk fasilitas kesehatan tingkat kedua (sekunder) (Kemenkes, 2013).

1) Sistem pembiayaan kapitasi.

(26)

yang dibayar di muka oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan tingkat pertama. Jumlah besaran kapitasi yang diberikan ialah berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.

Standar tarif kapitasi pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah Rp. 3000,- (tiga ribu rupiah) sampai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah) seperti pada puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara. Pada rumah sakit kelas D pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas pelayanan kesehatan yang setara mendapatkan tarif kapitasi sebesar Rp. 8000,- (delapan ribu rupiah) sampai Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) dan pada praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp. 2000,- (dua ribu rupiah).

(27)

2) Sistem pembiayaan berdasarkan INA CBG’s.

Menurut Permenkes Nomor 59 Tahun 2014 tarif Indonesian - Case Based Groups atau disebut tarif INA-CBG’s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Besaran pemabayaran klaim pada paket INA-CBGs diberikan berdasarkan paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur.

2. Pelayanan Kedokteran Gigi dalam Jaminan Kesehatan Nasional a. Pengertian pelayanan kedokteran gigi di JKN

Dewanto dan Lestari (2014) menyatakan bahwa pelayanan kedokteran gigi di dalam sistem jaminan kesehatan nasional terletak pada strata pelayanan primer dan strata pelayanan sekunder. Menurut BPJS Kesehatan (2014a) pelayanan kedokteran gigi pertama (primer) adalah suatu pelayanan kesehatan dasar paripurna dalam bidang kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut setiap individu dalam keluarga binaannya. Contoh dari pelayanan kedokteran gigi primer adalah dokter gigi umum, sedangkan pelayanan kedokteran gigi tingkat lanjutan (sekunder) merupakan pelayanan kedokteran gigi yang merupakan rujukan dari pelayanan kedokteran gigi primer, contohnya ialah dokter gigi spesialis.

b. Prinsip pelayanan kedokteran gigi primer

(28)

1) Kontak pertama ( first contact )

Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang pertama kali ditemui oleh pasien dalam masalah gigi dan mulut. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1415 (2005) bahwa dokter gigi primer sebagai kontak pertama dapat berfungsi sebagai penapis rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.

2) Layanan bersifat pribadi ( personal care )

Adanya hubungan baik antara dokter gigi dengan pasien dan keluarganya. Prinsip ini dapat memberikan kesempatan bagi dokter gigi keluarga untuk memahami masalah pasien secara lebih luas. 3) Pelayanan paripurna ( comprehensive )

Dokter gigi memberikan pelayanan menyeluruh dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) sesuai kebutuhan pasien. Prinsip ini dapat membantu dokter gigi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada paradigma sehat.

4) Paradigma sehat

(29)

5) Pelayanan berkesinambungan ( continous care )

Prinsip tersebut merupakan prinsip yang melandasi hubungan jangka panjang antara dokter gigi dan pasien dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Prinsip tersebut dapat menjadikan pelayanan yang berkesinambungan bagi dokter gigi dan pasien dalam beberapa tahap kehidupan pasien.

6) Koordinasi dan kolaborasi

Dokter gigi pada fasilitas kesehatan tingkat pertama perlu berkonsultasi dengan disiplin lain. Dokter gigi juga perlu untuk merujuk ke spesialis, dan memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada pasien dalam rangka upaya mengatasi masalah pasien.

7) Family and community oriented

Dokter gigi di fasilitas kesehatan tingkat pertama mempertimbangkan kondisi pasien terhadap keluarga. Pertimbangan tersebut juga tidak boleh mengesampingkan pengaruh lingkungan sosial dan budaya setempat terhadap kesehatan pasien.

c. Cakupan pelayanan kedokteran gigi primer di jaminan kesehatan nasional

Dewanto dan Lestari (2014) mengatakan bahwa tindakan kedokteran gigi yang termasuk dalam paket manfaat pada pelayanan kedokteran gigi primer di jaminan kesehatan nasional ialah :

1) Konsultasi

(30)

3) Pencabutan gigi permanen

4) Tumpatan dengan resin komposit (tumpatan sinar) 5) Tumpatan dengan semen ionomer kaca

6) Pulp capping (proteksi pulpa) 7) Kegawatdaruratan oro-dental

8) Scalling (pembersihan karang gigi) yang dibatasi satu kali per tahun `

9) Premedikasi/pemberian obat

10) Protesa gigi (gigi tiruan lengkap maupun sebagian dengan ketentuan tersendiri).

3. Hambatan Dokter Gigi di Era Jaminan Kesehatan Nasional

Muninjaya (2004) menyebutkan bahwa suatu hambatan atau kelemahan sebuah program dapat dikategorikan kedalam 2 kategori, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar organisasi penyelenggara. Hambatan tersebut dapat berasal dari alam yakni iklim ataupun kondisi geografis, tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah, serta sikap dan budaya masyarakat yang tidak kondusif.

(31)

Besaran kapitasi merupakan salah satu hambatan internal yang terdapat pada sistem JKN seperti yang disebutkan oleh Widiyani (2014) bahwa tarif kapitasi bagi pelayanan dokter gigi di era JKN masih dinilai rendah. Khariza (2015) menyebutkan bahwa hambatan internal lainnya pada sistem JKN yakni sarana kesehatan yang masih belum memadai. Hambatan internal lainnya di era JKN seperti yang disebutkan oleh Dewanto dan Lestari (2014) adalah belum adanya kejelasan pada paket manfaat. Despitasari (2014) juga menyebutkan bahwa hambatan dokter gigi di era JKN dapat berasal dari peningkatan jumlah pasien di era JKN dan kurangnya pengetahuan dokter gigi mengenai sistem JKN.

a. Besaran kapitasi

Grumbach, dkk. (1998 cit. Hendartini, 2008) menyebutkan bahwa pembayaran kapitasi dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan. Penerapan sistem kapitasi menunjukkan sebagian dokter mengalami tekanan akibat adanya pembatasan pengobatan dalam sistem pelayanan terkendali dan hal ini akan berpengaruh pada pengobatan pasien yang kurang optimal dan dapat menimbulkan ketidakpuasan pasien.

(32)

yang dilakukan oleh Januraga, dkk. (2010) yang menyatakan bahwa sistem kapitasi tidak lebih baik dari sistem pembiayaan fee for service dalam hal menjaga mutu dan standar pelayanan kesehatan sehingga ditakutkan dapat mengurangi tingkat kepuasan masyarakat.

b. Sarana kesehatan gigi

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2001) sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan. Khariza (2015) menyebutkan bahwa salah satu permasalahan yang ada pada jaminan kesehatan nasional yakni pelayanan kesehatan pada puskesmas dan klinik yang ditunjuk sebagai penyedia layanan kesehatan di JKN belum memadai, serta masih banyaknya fasilitas kesehatan yang masih belum memenuhi standar. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Geswar, dkk. (2013) bahwa sarana kesehatan pada fasilitas pelayanan primer maupun fasilitas pelayanan sekunder belum memadai dikarenakan alat kesehatan yang masih kurang.

(33)

c. Paket manfaat

Dewanto dan Lestari (2014) menyebutkan bahwa salah satu permasalahan awal pada sistem jaminan kesehatan nasional bidang kedokteran gigi adalah belum adanya kejelasan mengenai syarat-syarat yang terdapat dalam jenis tindakan yang termasuk dalam paket manfaat di dalam sistem JKN. Permasalahan lainnya yang timbul pada paket manfaat ialah belum adanya kejelasan mengenai jenis tindakan yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang dijamin pembiayaannya oleh BPJS Kesehatan.

d. Beban kerja provider

(34)

Dewanto dan Lestari (2014) juga menyebutkan bahwa penetapan besaran kapitasi di puskesmas yang hanya berdasarkan variabel kehadiran dan variabel ketenagaan menimbulkan beberapa permasalahan. Salah satu permasalahannya adalah tidak dibedakannya antara tenaga medis yang memiliki beban kerja lebih tinggi dengan tenaga medis yang memiliki beban kerja lebih rendah pada pembagian jasa pelayanan.

Teori yang dikemukakan oleh Huey dan Wickens (1993) menyatakan bahwa beban kerja yang tinggi dapat meningkatkan timbulnya kesalahan dari tenaga kerja untuk menyelesaikan tuntutan tugas-tugas yang penting. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Soesatyo (2014) juga menunjukkan bahwa semakin tinggi beban kerja maka stres kerja akan semakin meningkat sehingga akan menurunkan kinerja yang diberikan.

e. Tingkat pengetahuan dokter gigi tentang JKN

(35)

sekunder namun dirujuk ke pelayanan tersier karena ketidaksiapan tenaga kesehatan dan kurangnya fasilitas di layanan kesehatan primer. Tenaga kesehatan semestinya dapat memahami secara jelas mengenai sistem rujukan dan selalu meningkatkan kompetensi agar dapat memberikan pelayanan kesehatan secara professional yang dibutuhkan pasien.

(36)

ketiga konsep tersebut akan mengalami sejumlah kendala dalam melakukan pelayanan kesehatan di era JKN.

Sitepu, dkk. (2015) juga menyebutkan bahwa tenaga kesehatan di era JKN juga harus memahami konsep paradigma sehat dalam sistem kesehatan. Paradigma sehat tersebut meliputi pelayanan yang lebih mengutamakan promotif dan preventif, namun tidak melupakan upaya kuratif, rehabilitatif, dan paliatif. Hal tersebut dapat mewujudkan tercapainya kesehatan setinggi-tingginya yang tidak hanya berfokus pada kesehatan untuk bertahan hidup tetapi juga kesehatan untuk pembangunan manusia. Berdasarkan hal tersebut maka pengetahuan dokter gigi mengenai sistem JKN dapat dibagi menjadi komponen paradigma sehat, manajemen kapitasi, sistem pada paket manfaat serta sistem rujukan.

4. Puskesmas Kota Yogyakarta

Berdasarkan Permenkes Nomor 75 Tahun 2014, puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Kota Yogyakarta memiliki luas wilayah sebesar 32,5 km2 dengan kepadatan penduduk sebanyak 12.313 jiwa per km2 (Kemenkes, 2014).

(37)

Harjo I, Puskesmas Umbul Harjo II, Puskesmas Kota Gede I, Puskesmas Kota Gede II, Puskesmas Gondokusuman I, Puskesmas Gondokusuman II, Puskesmas Danurejan I, Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Pakualaman, Puskesmas Gondomanan, Puskesmas Ngampilan, Puskesmas Wirobrajan, Puskesmas Gedong Tengen, Puskesmas Jetis dan Puskesmas Tegalrejo. Puskesmas di kota Yogyakarta yang telah dilengkapi dengan fasilitas rawat inap adalah sebanyak tiga puskesmas yaitu Puskesmas Mergangsan, Puskesmas Jetis, dan Puskesmas Tegalrejo.

B.Landasan Teori

Jaminan kesehatan nasional merupakan program pemerintah yang telah diberlakukan sejak 1 Januari 2014. Program jaminan kesehatan nasional memberikan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Program ini memungkinkan masyarakat untuk terbebas dari biaya kesehatan yang relatif mahal yang dapat menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang lain.

(38)

berazaskan paradigma sehat, melakukan koordinasi dan kolaborasi, serta family and community oriented.

Hambatan yang dialami oleh dokter gigi dalam pelayanan JKN dapat berasal dari besaran kapitasi yang didapatkan oleh dokter gigi, sarana kesehatan gigi, beban kerja dokter gigi, tingkat pengetahuan dokter gigi mengenai sistem JKN serta kejelasan dari sistem JKN. Tingkat pengetahuan dokter gigi yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan mengenai manajemen kapitasi, konsep paradigma sehat, kejelasan pada paket manfaat serta kejelasan pada sistem pelayanan berjenjang di era JKN.

Hambatan pertama yang dapat menghambat pelayanan yang diberikan oleh dokter gigi ialah terkait besaran kapitasi pada penerapan sistem kapitasi. Sistem kapitasi merupakan sistem pembayaran yang baik untuk jangka panjang, namun sistem kapitasi yang tidak membedakan jenis pelayanan kesehatan dapat menurunkan kualitas pelayanan kesehatan akibat adanya pembatasan pengobatan pada sistem pelayanan yang terkendali yang dapat menimbulkan ketidakpuasan pasien.

(39)

Kejelasan dalam paket manfaat merupakan permasalahan lain yang dapat menghambat pelayanan yang diberikan oleh dokter gigi. Hal tersebut disebabkan belum adanya kejelasan mengenai syarat-syarat yang terdapat dalam jenis tindakan yang termasuk dalam paket manfaat di dalam sistem JKN serta belum adanya kejelasan mengenai jenis tindakan yang dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan dan dijamin pembiayaannya oleh BPJS kesehatan.

Hambatan lain yang dapat menghambat pelayanan dokter gigi di era JKN ialah terkait beban kerja. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah pasien semenjak era JKN yang menambah beban kerja tenaga medis. Pembagian alokasi dana kapitasi di puskesmas sendiri, tidak membedakan beban kerja antara tenaga kesehatan di puskesmas, sehingga tenaga kesehatan menjadi malas dalam memberikan pelayanan kesehatan dan dapat menghambat pelayanan yang akan diberikan.

(40)

C.Kerangka Konsep

Keterangan : = Diteliti = Tidak diteliti

Jaminan Kesehatan Nasional bidang Kedokteran Gigi

BPJS Kesehatan

Peserta JKN Provider

Kesehatan

Pelayanan Kesehatan

Hambatan dalam pelaksanaan JKN

Eksternal Internal

1. Besaran kapitasi 2. Sarana

kesehatan gigi 3. Paket manfaat 4. Beban kerja 5. Tingkat

Pengetahuan dokter gigi tentang JKN. 1. Kondisi

geografis wilayah 2. Tingkat

[image:40.595.163.492.149.715.2]
(41)

D.Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran hambatan dokter gigi dalam memberikan

pelayanan di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di puskesmas kota Yogyakarta ?

2. Apakah jenis hambatan dokter gigi dengan nilai tertinggi dalam memberikan pelayanan di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di puskesmas kota Yogyakarta ?

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional dan pengumpulan data menggunakan metode kuantitatif. Penelitian observasional deskriptif adalah peneliti melakukan pengamatan langsung kepada responden yang bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kini. Rancangan penelitian cross sectional adalah penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data dinilai pada satu waktu (Nursalam, 2008).

B.Populasi dan Subjek Penelitian 1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua dokter gigi yang bekerja pada 18 puskesmas kota Yogyakarta yang berjumlah 30 orang.

2. Subjek

(43)

3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi a. Kriteria inklusi

1) Dokter gigi umum.

2) Dokter gigi dengan masa kerja minimal 1 tahun.

3) Puskesmas tempat dokter gigi bekerja telah dikontrak oleh BPJS kesehatan.

b. Kriteria eksklusi

1) Dokter gigi yang menolak menjadi responden

2) Dokter gigi yang sedang cuti ketika penelitian berlangsung 3) Dokter gigi yang tidak dapat menjawab kuesioner secara lengkap.

C.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di puskesmas kota Yogyakarta pada bulan Agustus-September 2015.

D.Variabel Penelitian 1. Variabel penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah persepsi hambatan dokter gigi dan tingkat pengetahuan dokter gigi mengenai sistem JKN.

2. Variabel terkendali

(44)

3. Variabel tak terkendali a. Jenis kelamin b. Usia

c. Tipe puskesmas d. Masa kerja

E.Definisi Operasional

1. Persepsi hambatan dokter gigi

Persepsi hambatan dokter gigi yang dimaksud pada penelitian ini ialah permasalahan-permasalahan yang dialami oleh dokter gigi semenjak era JKN yang dinilai menggunakan kuesioner berdasarkan 4 variabel yaitu besaran kapitasi, sarana kesehatan gigi, paket manfaat dan beban kerja, dan 1 variabel kontrol yaitu konsep managed care dan dinilai menggunakan metode Likert dengan skala interval. Dokter gigi yang dimaksud pada penelitian ini ialah dokter gigi umum yang bekerja sebagai dokter gigi fungsional di puskesmas kota Yogyakarta yang telah dikontrak oleh BPJS kesehatan dan memiliki lama kerja minimal 1 tahun.

2. Tingkat pengetahuan dokter gigi.

(45)

Guttman “benar-salah” dengan skala interval. Dokter gigi yang dimaksud

pada penelitian ini ialah dokter gigi umum yang bekerja sebagai dokter gigi fungsional di puskesmas kota Yogyakarta yang telah dikontrak oleh BPJS kesehatan dan memiliki lama kerja minimal 1 tahun.

F. Instrumen Penelitian 1. Alat tulis

2. Kuesioner penelitian

Alat ukur untuk mengetahui gambaran hambatan dokter gigi dalam memberikan pelayanan di era jaminan kesehatan nasional adalah dengan menggunakan kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti dengan cara menentukan terlebih dahulu faktor-faktor yang menghambat pelayanan dokter gigi dalam jaminan kesehatan nasional dan dijadikan sebagai variabel dalam kuesioner. Penelitian ini menggunakan 2 kuesioner yaitu kuesioner mengenai persepsi dokter gigi sebagai provider terhadap hambatan dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di era JKN dan kuesioner mengenai pengetahuan dokter gigi tentang jaminan kesehatan nasional. a. Kuesioner persepsi hambatan dokter gigi di era JKN

(46)
[image:46.595.156.508.348.434.2]

besaran kapitasi yang terdiri dari 3 butir pernyataan, variabel sarana kesehatan gigi yang terdiri dari 3 butir pernyataan, variabel paket manfaat yang terdiri dari 5 butir pernyataan, variabel beban kerja yang terdiri dari 4 butir pernyataan, dan 2 pernyataan sebagai variabel kontrol. Pernyataan pada kuesioner persepsi hambatan dokter gigi dinyatakan dengan skala Likert 1-4. Skala pengukuran data yang digunakan adalah interval dengan pernyataan yang favourable dan unfavourable. Penilaian pada kuesioner pada persepsi hambatan dokter gigi ialah:

Tabel 1. Penilaian Kuesioner Persepsi Hambatan Dokter Gigi

Pilihan Jawaban Jenis Pertanyaan

Favourable Unfavourable

Sangat tidak setuju 1 4

Tidak setuju 2 3

Setuju 3 2

Sangat setuju 4 1

Penilaian kategori pada kuesioner persepsi hambatan dapat dengan menggunakan perhitungan rumus interval untuk mendapatkan kategori hambatan yakni dengan rumus:

I = N N

Keterangan : I = Interval NT = Nilai tertinggi NR = Nilai terendah

(47)

Penilaian kategori hambatan pada kuesioner persepsi hambatan dokter gigi adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Penilaian Kategori Persepsi Hambatan Dokter Gigi

Variabel Nilai Terendah

Nilai Tertinggi

Kategori Tidak

Menghambat Menghambat Besaran

kapitasi 3 12 3-7 8-12

Sarana kesehatan gigi

3 12 3-7 8-12

Paket

manfaat 5 20 5-12 13-20

Beban kerja 4 16 4-10 11-16

1) Penilaian kategori hambatan besaran kapitasi

Pertanyaan pada kuesioner kategori hambatan besaran kapitasi terdiri dari 3 butir pertanyaan sehingga didapatkan nilai terendah adalah 3 dan nilai tertinggi adalah 12. Perhitungan rumus kategori hambatan besaran kapitasi ialah sebagai berikut.

I =

I = 4,5 = 5

(48)

2) Penilaian kategori hambatan sarana kesehatan gigi

Pertanyaan pada kuesioner kategori hambatan sarana kesehatan gigi terdiri dari 3 butir pertanyaan sehingga didapatkan nilai terendah adalah 3 dan nilai tertinggi adalah 12. Perhitungan rumus kategori hambatan sarana kesehatan gigi ialah sebagai berikut.

I =

I = 4,5 = 5

Berdasarkan hasil perhitungan rumus diatas maka penentuan kategori hambatan dari sarana kesehatan gigi ialah dengan interval 5 untuk mendapatkan skor kategori menghambat dan tidak menghambat pada variabel sarana kesehatan gigi yaitu dianggap tidak menghambat apabila jumlah nilai tiap responden pada pertanyaan variabel sarana kesehatan gigi 3-7 dan dianggap menghambat apabila jumlah nilai tiap responden pada pertanyaan variabel sarana kesehatan gigi 8-12.

3) Penilaian kategori hambatan paket manfaat

Kuesioner kategori hambatan paket manfaat terdiri dari 5 butir pertanyaan sehingga didapatkan nilai terendah adalah 5 dan nilai tertinggi adalah 20. Perhitungan rumus kategori hambatan paket manfaat ialah sebagai berikut.

I = 5

(49)

Berdasarkan hasil perhitungan rumus diatas maka penentuan kategori hambatan dari paket manfaat ialah dengan interval 8 untuk mendapatkan skor kategori menghambat dan tidak menghambat pada variabel paket manfaat yakni dianggap tidak menghambat apabila jumlah nilai tiap responden pada pertanyaan variabel paket manfaat 5-12 dan dianggap menghambat apabila jumlah nilai tiap responden pada pertanyaan variabel paket manfaat 13-20.

4) Penilaian kategori beban kerja

Kuesioner kategori hambatan beban kerja terdiri dari 4 butir pertanyaan sehingga didapatkan nilai terendah adalah 4 dan nilai tertinggi adalah 16. Perhitungan rumus kategori hambatan beban kerja ialah sebagai berikut.

I =

I = 6

(50)

b. Kuesioner tingkat pengetahuan dokter gigi tentang sistem JKN

Kuesioner pengetahuan dokter gigi terhadap JKN menggunakan 1 variabel yaitu variabel pengetahuan dokter gigi yang terdiri dari 18 butir pertanyaan, namun 4 butir pertanyaan dinyatakan tidak valid sehingga pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner pengetahuan dokter gigi tersebut ialah 14 butir pertanyaan yang dinyatakan dengan skala Guttman “benar-salah”. Skala pengukuran data yang digunakan adalah interval. Penilaian pada kuesioner pengetahuan dokter gigi adalah dengan menggunakan skala penilaian berdasarkan Arikunto (2006) yakni tingkat pengetahuan responden dikatakan baik apabila responden mampu menjawab dengan benar sebanyak ≥75% dari

keseluruhan pertanyaan, kategori sedang apabila responden mampu menjawab dengan benar sebanyak 56%-74% dari keseluruhan pertanyaan, dan kategori kurang apabila responden menjawab ≤55% dari keseluruhan pertanyaan.

G. Alur Penelitian 1. Tahapan persiapan

a. Konsultasi dengan pembimbing mengenai judul penelitian dan mendiskusikan mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian.

(51)

2. Tahapan pra-penelitian a. Meminta izin penelitian

b. Uji validitas dan reliabilitas kuesioner 3. Tahapan penelitian

Kuesioner disebarkan langsung kepada responden yakni kepada 30 dokter gigi yang terdapat di 18 puskesmas kota Yogyakarta, yaitu Puskesmas Matrijeron, Puskesmas Umbul Harjo I, Puskesmas Umbul Harjo II, Puskesmas Kota Gede I, Puskesmas Kota gede II, Puskesmas Gondokusuman I, Puskesmas Gondokusuman II, Puskesmas Danurejan I, Puskesmas Danurejan II, Puskesmas Pakualaman, Puskesmas Gondomanan, Puskesmas Ngampilan, Puskesmas Wirobrajan, Puskesmas Gedong Tengen, Puskesmas Jetis dan Puskesmas Tegalrejo. Pada penelitian ini, 6 dokter gigi tereksklusi karena 2 dokter gigi menolak menjadi responden, 2 dokter gigi tidak menjawab kuesioner secara lengkap serta 2 dokter gigi merupakan dokter gigi spesialis, sehingga responden penelitian menjadi 24 responden. 4. Analisis data.

(52)
[image:52.595.141.500.128.615.2]

5. Alur penelitian

Gambar 2. Kerangka Penelitian

Konsultasi Pembuatan proposal Pembuatan kuesioner

Izin penelitian Uji validitas dan reliabilitas

Tahapan penelitian

Kuesioner dibagikan kepada 28 dokter gigi di 18

puskesmas kota Yogyakarta.

Tahap pengumpulan data

Tahap analisis data Tahapan persiapan

Tahapan pra-penelitian

(53)

H.Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada populasi yang memiliki karateristik yang hampir sama dengan populasi yang akan diteliti. Peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas kepada 40 responden yang memiliki karateristik yang hampir sama dengan populasi penelitian, yakni 15 dokter gigi pada puskesmas kabupaten Sleman, 18 dokter gigi pada puskesmas kabupaten Bantul, dan 7 dokter gigi pada puskesmas Kulon Progo.

Riwidikdo (2012) menyebutkan validitas dapat diukur dengan cara mengukur korelasi antara masing-masing skor butir jawaban dengan skor total dan butir jawaban. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi pearson product moment (r). Data dikatakan valid apabila r hitung lebih besar dari r tabel, namun apabila r hitung lebih kecil dari r tabel maka data dikatakan tidak valid. Reliabilitas suatu data dapat dinilai dengan menggunakan nilai alpha cronbach. Menurut Latan dan Temalagi (2013) suatu kuesioner dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai alfa >0,7, namun nilai alfa 0,6-0,7 masih dapat diterima untuk dapat dinyatakan reliabel.

(54)

Tabel 3. Hasil Uji Validitas Kuesioner Persepsi Hambatan Dokter Gigi.

Variabel Pertanyaan/pernyataan

Hasil Uji Validitas Nilai r

hitung

Nilai signifikasi

Besaran kapitasi

Butir 1 0,415 0,008

Butir 2 0,650 0,000

Butir 3 0,299 0,061

Butir 4 0,317 0,047

Sarana kesehatan gigi

Butir 1 0,251 0,118

Butir 2 0,410 0,009

Butir 3 0,214 0,185

Butir 4 0,458 0,003

Butir 5 0,342 0,031

Butir 6 -0,138 0,394

Paket manfaat

Butir 1 0,469 0,002

Butir 2 0,567 0,000

Butir 3 0,439 0,005

Butir 4 0,611 0,000

Butir 5 0,324 0,041

Beban kerja

Butir 1 0,381 0,015

Butir 2 0,252 0,117

Butir 3 0,458 0,003

Butir 4 0,530 0,000

Butir 5 0,687 0,000

Kontrol Butir 1 0,378 0,016

Butir 2 0,590 0,000

[image:54.595.131.513.124.482.2]
(55)
[image:55.595.130.509.200.497.2]

Hasil uji validitas kuesioner tingkat pengetahuan dokter gigi tentang sistem JKN adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Uji Validitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

Variabel Pertanyaan/pernyataan

Hasil Uji Validitas Nilai r

hitung

Nilai signifikasi

Tingkat Pengetahuan

Butir 1 0,388 0,013

Butir 2 0,382 0,015

Butir 3 0,561 0,000

Butir 4 0,142 0,383

Butir 5 -0,095 0,560

Butir 6 0,539 0,000

Butir 7 0,336 0,034

Butir 8 0,441 0,004

Butir 9 0,283 0,076

Butir 10 0,808 0,000

Butir 11 0,521 0,001

Butir 12 0,260 0,105

Butir 13 0,543 0,000

Butir 14 0,458 0,003

Butir 15 0,598 0,000

Butir 16 0,484 0,002

Butir 17 0,808 0,000

Butir 18 0,641 0,000

(56)

Hasil uji reliabilitas kuesioner persepsi hambatan dokter gigi adalah sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Persepsi Hambatan Dokter Gigi Jumlah butir pertanyaan Cronbach’s Alpha

22 0,771

Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas kuesioner persepsi hambatan dokter gigi mendapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,771. Kuesioner persepsi hambatan dokter gigi dinyatakan telah reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha >0,6.

Hasil uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan dokter gigi tentang sistem JKN adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Tentang Sistem Jaminan Kesehatan Nasional.

Jumlah butir pertanyaan Cronbach’s Alpha

18 0,649

Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas kuesioner tingkat pengetahuan dokter gigi mendapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,649. Kuesioner tingkat pengetahuan dokter gigi selanjutnya dinyatakan reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s Alpha >0,6.

I. Analisis Data

(57)

J. Etik Penelitian

(58)

A.Hasil

1. Gambaran Karateristik Responden

a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

[image:58.595.182.517.333.492.2]

Gambaran karateristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yakni 21 responden (88%) serta responden lainnya berjenis kelamin laki-laki yakni 3 responden (12%).

b. Karateristik responden berdasarkan usia

Pembagian usia responden pada penelitian ini berdasarkan pembagian usia menurut Depkes (2009) yakni dewasa awal (26-35 tahun), dewasa akhir (36-45 tahun), lansia awal (46-55 tahun), dan lansia akhir (56-65

tahun). ... 12%

88%

Laki-laki

(59)
[image:59.595.186.511.167.341.2]

Gambaran karateristik responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada gambar 4 berikut:

Gambar 4. Karateristik responden berdasarkan kelompok usia Gambar 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia 36-45 tahun yakni 9 responden (38%). Jumlah terendah terdapat pada kelompok usia 56-65 tahun yakni 2 responden (8%).

c. Karateristik responden berdasarkan tipe puskesmas

[image:59.595.185.511.545.705.2]

Gambaran karateristik responden berdasarkan tipe puskesmas tempat responden bekerja dapat dilihat pada gambar 5 berikut:

Gambar 5. Karateristik responden berdasarkan tipe puskesmas

21%

38%

33%

8%

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

26-35 tahun 36-45 tahun 46-55 tahun 56-65 tahun

21%

79%

Rawat inap

(60)

Gambar 5 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja pada puskesmas non rawat inap yakni 19 responden (79%) dan responden lainnya bekerja di puskesmas rawat inap yakni 5 responden (21%). 2. Gambaran Distribusi Frekuensi Persepsi Hambatan Dokter Gigi

a. Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel besaran kapitasi

Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel besaran kapitasi dapat terlihat pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Besaran Kapitasi

Pertanyaan/pernyataan

Jawaban

STS TS S SS

n (%) n (%) n (%) n (%) Menurut saya biaya kapitasi

tidak cukup untuk menjalankan praktik.

0 (0) 3(12,5) 8(33,3) 13(54,2)

Sistem kapitasi membebani

saya dalam bekerja. 0(0) 10(41,7) 9(37,5) 5(20,8) Menurut saya diperlukan

adanya peningkatan besaran kapitasi.

0(0) 0(0) 10(41,7) 14(58,3)

[image:60.595.166.513.365.528.2]
(61)

b. Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel sarana kesehatan gigi.

Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel sarana kesehatan gigi dapat terlihat pada Tabel 8 berikut: Tabel 8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Sarana Kesehatan Gigi (Favorable).

Pertanyaan/pernyataan

Jawaban

STS TS S SS

n (%) n (%) n (%) n (%) Saya merasa peralatan scalling

yang ada, kurang mendukung dalam mengurangi beban pekerjaan saya.

2(8,3) 12(50) 10(41,7) 0(0)

Menurut saya dental unit yang ada tidak dapat berfungsi dengan baik.

2(8,3) 12(50) 8(33,3) 2(8,3)

Tabel 8 menunjukkan bahwa 58,3% responden menyatakan tidak setuju bahwa peralatan scalling belum dapat mengurangi beban kerja responden. Pernyataan mengenai kondisi dental unit yang ada kurang memadai 58,3% responden menyatakan tidak setuju.

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Sarana Kesehatan Gigi (Unfavorable).

Pertanyaan/pernyataan

Jawaban

STS TS S SS

n (%) n (%) n (%) n (%) Menurut saya ketersediaan

peralatan untuk melakukan tindakan tumpatan sudah memadai.

2 (8,3) 4 (16,7) 17(70,8) 1 (4,2)

[image:61.595.168.517.266.410.2] [image:61.595.173.516.576.673.2]
(62)

c. Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel paket manfaat.

Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel paket manfaat pada jenis pertanyaan favorable dapat terlihat pada Tabel 10 berikut:

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Paket Manfaat (Favorable).

Pertanyaan/pernyataan

Jawaban

STS TS S SS

n (%) n (%) n (%) n (%) Menurut saya jenis-jenis

tindakan yang dijamin oleh JKN dan dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan belum jelas.

1(4,2) 10(41,7) 7(29,2) 6(25)

Saya merasa jenis-jenis tindakan yang dijamin oleh JKN pada fasilitas kesehatan tingkat pertama belum memenuhi kebutuhan masyarakat.

0(0) 14(58,3) 8(33,3) 2(8,3)

(63)

Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel paket manfaat pada jenis pertanyaan unfavorable dapat terlihat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Paket Manfaat (Unfavorable).

Pertanyaan/pernyataan

Jawaban

STS TS S SS

n(%) n(%) n(%) n(%) Menurut saya jenis-jenis

tindakan yang dijamin oleh JKN pada fasilitas kesehatan tingkat pertama sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

3(12,5) 3(12,5) 18(75) 0(0)

Menurut saya jenis-jenis

tindakan yang dijamin oleh JKN pada fasilitas kesehatan tingkat pertama sudah jelas.

3(12,5) 6(25) 15(62,5) 0(0)

Saya merasa peraturan tentang jenis-jenis tindakan yang dijamin oleh JKN dan dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sudah jelas.

3(12,5) 12(50) 9(37,5) 0(0)

[image:63.595.159.513.237.499.2]
(64)

d. Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel beban kerja

Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel beban kerja dapat terlihat pada Tabel 12 berikut:

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan Variabel Beban Kerja.

Pertanyaan/pernyataan

Jawaban

STS TS S SS

n(%) n(%) n(%) n(%)

Menurut saya jumlah pasien meningkat sejak diberlakukannya JKN.

1(4,2) 4(16,7) 13(54,2) 6(25)

Saya merasa terbebani dengan jumlah pasien yang ada setiap harinya.

2(8,3) 13(54,2) 6(25) 3(12,5)

Saya merasa waktu bekerja saya lebih lama semenjak era JKN.

1(4,2) 11(45,8) 8(33,3) 4(16,7)

Menurut saya semenjak era JKN, pasien lebih banyak menuntut akan pelayanan kesehatan yang lebih baik.

0(0) 9(37,5) 8(33,3) 7(29,2)

[image:64.595.171.513.255.509.2]
(65)

e. Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel kontrol mengenai pemahaman responden tentang managed care.

Gambaran distribusi frekuensi jawaban responden berdasarkan variabel kontrol mengenai pemahaman responden tentang managed care dapat terlihat pada Tabel 13 berikut:

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Dalam Variabel Kontrol Mengenai Pemahaman Responden Tentang Managed Care.

Pertanyaan/pernyataan

Pilihan jawaban

STS TS S SS

n(%) n(%) n(%) n(%) Sistem kapitasi memotivasi

saya untuk melakukan tindakan promotif dan preventif yang optimal.

2(8,3) 5(20,8) 17(70,8) 0(0)

Peningkatan tuntutan pasien akan pelayanan kesehatan yang semakin baik semenjak era JKN memotivasi saya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi.

1(4,2) 4(16,7) 18(75) 1(4,2)

Tabel 13 menunjukkan bahwa 70,8% responden menyatakan setuju bahwa responden termotivasi untuk melakukan tindakan preventif dan promotif pada sistem kapitasi. Pernyataan mengenai peningkatan tuntutan pasien akan pelayanan kesehatan yang lebih baik semenjak era JKN dapat memotivasi responden memberikan pelayanan yang lebih baik lagi 79,2% responden menyatakan setuju.

[image:65.595.167.512.308.534.2]
(66)

3. Gambaran Persepsi Hambatan Dokter Gigi.

Gambaran persepsi hambatan dokter gigi di era JKN dapat terlihat pada Tabel 14 berikut:

Tabel 14. Persepsi Hambatan Dokter Gigi Berdasarkan 4 Variabel Hambatan.

Variabel

Kategori Penilaian

Hasil Kategori Penilaian Kuesioner Persepsi

Hambatan Tidak

Menghambat Menghambat

Menghambat Tidak menghambat

n(%) n(%)

Besaran

kapitasi 3-7 8-12 21(87,5) 3(12,5)

Sarana kesehatan gigi

3-7 8-12 7(29) 17(71)

Paket

manfaat 5-12 13-20 13(54) 11(46)

Beban kerja 4-10 11-16 11(46) 13(54)

Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 24 responden diketahui bahwa persepsi hambatan tertinggi terdapat pada variabel besaran kapitasi yakni sebanyak 21 responden (87,5%). Hambatan tertinggi kedua ialah hambatan pada variabel paket manfaat yang dipresepsikan menghambat oleh 13 responden (54%). Hambatan selanjutnya ialah pada variabel beban kerja yang dipresepsikan menghambat oleh 11 responden (46%) dan hambatan terendah ialah hambatan pada variabel sarana kesehatan gigi yang dipresepsikan menghambat oleh 7 responden (29%).

Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa

[image:66.595.156.526.228.444.2]
(67)

4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Dokter Gigi Tentang Sistem JKN

a. Gambaran distribusi frekuensi penilaian tingkat pengetahuan dokter gigi berdasarkan tiap komponen pengetahuan.

1) Gambaran distribusi frekuensi penilaian tingkat pengetahuan dokter gigi berdasarkan komponen paradigma sehat.

[image:67.595.185.517.365.547.2]

Gambaran distribusi frekuensi penilaian tingkat pengetahuan dokter gigi berdasarkan komponen paradigma sehat dapat terlihat pada Tabel 15 berikut:

Tabel 15. Distibusi Frekuensi Penilaian Pengetahuan Dokter Gigi Berdasarkan Komponen Paradigma Sehat.

No. Pertanyaan Penilaian

Benar Salah 1. Pelayanan kesehatan di era JKN

mengutamakan pelayanan kuratif.

19 5

2. Pelayanan yang dijamin oleh JKN hanya tindakan kuratif.

15 9

3.

Sistem yang berlaku di JKN dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.

20 4

4. Semakin banyak peserta yang sehat merupakan tujuan dari konsep JKN.

23 1

Rata-rata 19,2 4,8

Presentase (%) 80 20

(68)

Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan unfavorable yakni jawaban yang benar adalah pelayanan yang dijamin oleh JKN meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. 2) Gambaran distribusi frekuensi penilaian tingkat pengetahuan

dokter gigi berdasarkan komponen manajemen kapitasi.

[image:68.595.190.516.362.606.2]

Gambaran distribusi frekuensi penilaian tingkat pengetahuan dokter gigi berdasarkan komponen manajemen kapitasi dapat terlihat pada Tabel 16 berikut:

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Penilaian Pengetahuan Dokter Gigi Berdasarkan Komponen Manajemen Kapitasi.

No. Pertanyaan Penilaian

Benar Salah

1.

Biaya kapitasi harus lebih dialokasikan untuk tindakan yang bersifat preventif dan promotif.

19 5

2.

Dalam sistem JKN, diperlukan adanya pencatatan terstruktur meliputi pola penyakit dan jenis tindakan.

24 0

3.

Dokter gigi harus memahami kondisi lingkungan untuk mengetahui kebiasaan masyarakat yang dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut.

24 0

4. Jumlah kepesertaan mempengaruhi jumlah kapitasi. 24 0

Rata-rata 22,7 1,3

Presentase (%) 94,6 5,4

(69)

serta kepesertaan yang berkaitan dengan revisi besaran kapitasi. Nilai terendah terdapat pada pertanyaan nomor 1 yakni 19 responden menjawab dengan benar pada pertanyaan bahwa biaya kapitasi harus lebih dialokasikan pada tindakan yang bersifat preventif dan promotif.

3) Gambaran distribusi frekuensi penilaian tingkat pengetahuan dokter gigi berdasarkan komponen sistem pada paket manfaat. Gambaran distribusi frekuensi penilaian tingkat pengetahuan dokter gigi berdasarkan komponen sistem pada paket manfaat dapat terlihat pada Tabel 17 berikut:

Tabel 17. Distribusi Frekuensi Penilaian Pengetahuan Dokter Gigi Berdasarkan Komponen Sistem Pada Paket Manfaat.

No

. Pertanyaan

Penilaian Benar Salah

1.

Tindakan kaping pulpa dan tumpatan resin komposit termasuk dalam jenis-jenis tindakan yang dijamin oleh JKN dalam pelayanan primer.

23 1

2. Tindakan scalling yang dijamin oleh JKN

dibatasi hanya 6 bulan sekali. 14 10

3.

Tindakan odontektomi termasuk dalam jenis-jenis tindakan yang dijamin oleh JKN pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.

20 4

4.

Tindakan perawatan orthodontik termasuk dalam jenis-jenis tindakan yang dijamin oleh JKN pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama

23 1

Rata-rata 20 4

Presentase (%) 83,3 16,7

[image:69.595.188.514.420.693.2]
(70)

yakni mengenai tindakan kaping pulpa dan tumpatan resin komposit serta perawatan orthodontik dalam pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama. Pertanyaan nomor 1 merupakan pertanyaan favorable yakni tindakan kaping pulpa dan tumpatan resin komposit merupakan tindakan yang termasuk dalam pelayanan primer dan pertanyaan nomor 4 merupakan pertanyaan unfavorable yakni jawaban yang benar adalah tindakan orthodontik tidak termasuk dalam pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pada kedua pertanyaan tersebut 23 responden dapat menjawab dengan benar. Nilai terendah terdapat pada pertanyaan nomor 2 yakni tindakan scalling yang dijamin oleh JKN dibatasi 6 bulan sekali dan didapatkan hasil hanya 15 responden dapat menjawab dengan benar. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan unfavorable yakni tindakan scalling yang dijamin oleh JKN dibatasi setiap 1 tahun sekali.

4) Gambaran penilaian distribusi frekuensi pengetahuan berdasarkan komponen sistem rujukan di era JKN.

(71)

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Penilaian Jawaban Responden Berdasarkan Komponen Sistem Rujukan.

No. Pertanyaan Penilaian

Benar Salah

1. Dokter gigi harus mengendalikan jumlah rujukan pasien ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. 22 2

2.

Pasien JKN dapat langsung datang ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

20 4

Rata-rata 21 3

Presentase (%) 87,5 12,5

Tabel 18 menunjukkan hasil bahwa nilai benar tertinggi terdapat pada pertanyaan nomor 1 yakni 22 responden dapat menjawab dengan benar bahwa dokter gigi harus mengendalikan rujukan pasien ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan. Nilai terendah terdapat pada pertanyaan nomor 2 yakni 20 responden menjawab dengan benar pada pertanyaan bahwa pasien JKN dapat langsung ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan unfavorable yakni jawaban yang benar adalah pasien JKN tidak dapat langsung ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

b. Gambaran tingkat pengetahuan dokter gigi tentang sistem JKN.

Tingkat pengetahuan dokter gigi mengenai sistem JKN dikategorikan menjadi 3 kategori, yakni kategori baik apabila responden dapat menjawab dengan benar sebanyak ≥75% dari keseluruhan pertanyaan,

[image:71.595.185.519.143.268.2] [image:71.595.185.518.144.267.2]
(72)

pertanyaan dan kategori buruk apabila responden mampu menjawab dengan benar ≤55% dari keseluruhan pertanyaan.

[image:72.595.171.506.253.305.2]

Gambaran tingkat pengetahuan dokter gigi tentang sistem JKN dapat terlihat pada Tabel 19 beri

Gambar

Gambar 1. Kerangka konsep
Tabel 1. Penilaian Kuesioner Persepsi Hambatan Dokter Gigi
Gambar 2. Kerangka Penelitian
Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil uji validitas dengan menggunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa setelah mendapatkan penjelasan penelitian dan memahami informasi yang diberikan oleh peneliti serta mengetahui tujuan dan manfaat penelitian,

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui gambaran dokter gigi dalam memberikan upaya promotif preventif pada konsep kapitasi di era JKN di

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di poli gigi berdasarkan Permenkes RI No 75 tahun 2014, ketersediaannya masih belum terpenuhi dan ada dalam kondisi

Bila pasien datang dengan keluhannya, kira-kira apa yang Bapak/Ibu sampaikan kepada pasien dan tindakan apa yang ibu lakukan untuk menangani keluhan pasien

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Khariza (2015) bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sri Hermawanti 17 yang menjelaskan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan akan asuransi kesehatan antara kelompok responden pria dengan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perawatan gigi tiruan di Rumah Sakit Gigi Mulut (RSGM) Prodi Pendidikan Dokter Gigi (PSPDG) Fakultas Kedokteran (FK) Unsrat tahun

Terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Masni dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, dimana penelitian yang dilakukan oleh Masni bertujuan untuk