• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan mengenai Jaminan Kesehatan Nasional pada Peserta Badan Pentelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas Sukadana Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Pengetahuan mengenai Jaminan Kesehatan Nasional pada Peserta Badan Pentelenggara Jaminan Sosial (BPJS) di Puskesmas Sukadana Tahun 2016"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017

Gambaran Pengetahuan mengenai Jaminan Kesehatan Nasional pada Peserta Badan Pentelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

di Puskesmas Sukadana Tahun 2016

Lya Novya1, Multi Juto Bhatarendro2, Syarifah Nurul Yanti3 1

Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN 2

Dinas Kesehatan Kota Pontianak 3

Departemen Pre Klinik Anatomi Medik, Program Studi Pendidikan Dokter, FK UNTAN

Abstrak

Latar Belakang. Pemerintah Indonesia pada bidang kesehatan telah menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Kunjungan rawat jalan di Puskesmas Sukadana mengalami penurunan jumlah kunjungan sebesar 74,3% yaitu 16.110 kunjungan pada tahun 2013 menjadi 4.149 kunjungan pada tahun 2014. Pengetahuan masyarakat yang kurang baik mengenai JKN menyebabkan rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan puskesmas. Metodologi. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional melalui pendekatan cross-sectional. Pengambilan data dilakukan terhadap 99 responden yang merupakan peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana. Sampel diambil sesuai dengan teknik consecutive sampling. Hasil. Responden memiliki tingkat pengetahuan kategori "cukup" sebanyak 48 orang (48,5%); kategori "kurang baik" sebanyak 36 orang (36,4%); kategori "baik" sebanyak 15 orang (15,2%). Karakteristik responden sebagian besar adalah perempuan (54,5%), usia 26-35 tahun (40,4%), tidak bekerja (34,3%), pendidikan terakhir SMA (33,3%) dan pelayanan kesehatan yang digunakan adalah rawat jalan (71,7%). Kesimpulan. Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup mengenai Jaminan Kesehatan Nasional.

Kata Kunci: JKN, BPJS Kesehatan, pengetahuan

Background. The Health sector of the Indonesian government has carried a National Health Insurance held by the Healthcare and Social Insurance Organizer Agency. The outpatient visits Sukadana Community Health Center has been decreased for about 74,3%, from 16.110 visitors in 2013 to 4.149 visitors in 2014. The society’s lack knowledge about National Health Insurance causing low usage of health service in community health center. Method. This research is a descriptive observational with cross-sectional aproach. Data were collected on 99 respondents who are qualified as BPJS participants in Sukadana Community Health Center. Samples were taken according to the consecutive samples technique. Result. There are 48 respondents (48.5%) that had the knowledge level in the category "adequate"; 36 respondents (36,4%) category "less good"; 15 respondents (15,2%) category "good". Most of respondents characteristic such us female (54,5%), aged between 26-35 years old (40,4%), unemployment (34,3%), latest education of high school (33,3%) and the outpatient (71,7%). Conclusion. The most Healthcare and Social Insurance Organizer Agency participants in Sukadana Community Health Center have adequate knowledge about the National Health Insurance.

Keyword: National Health Insurance, Healthcare and Social Insurance Organizer Agency,knowledge

(2)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017

PENDAHULUAN

Setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk memperoleh kesejahteraan, satu diantaranya yaitu jaminan sosial yang merupakan pilar dasar terwujudnya kesejahteraan tersebut.1 Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia dan sidang

World Health Assembly (WHA)

ke-58 tahun 2005 di Jenewa merupakan landasan diselenggarakannya jaminan sosial melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial.2,3

Jaminan Sosial merupakan

komponen penting untuk

pembangunan masyarakat Indonesia terutama masyarakat pada daerah tertinggal.1 Pemerintah Indonesia sendiri pada bidang kesehatan telah menyelenggarakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sesuai tata cara pelaksanaan program jaminan sosial pada Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang bertujuan mewujudkan terselenggaranya pemberian jaminan kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta.5,6

Kalimantan Barat merupakan

provinsi dengan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) terendah ke-7 dari 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2013-2014 dengan nilai 64,30-64,89.7 IPM terendah di Kalimantan Barat pada tahun 2013 terdapat di Kabupaten Kayong Utara dengan nilai 66,8.8 Kabupaten Kayong Utara pada tahun 2013 memiliki penduduk berjumlah 101.467 jiwa, dengan jumlah penduduk miskin 11.100 jiwa.9,10 Kecamatan Sukadana merupakan Ibukota Kabupaten Kayong Utara. Tahun 2014 jumlah penduduknya sebesar 23.130 jiwa dengan jumlah peserta BPJS 11.158 jiwa (48,24%). Data tersebut menunjukkan masih rendahnya pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional oleh masyarakat Sukadana.11

Puskesmas Sukadana merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) di Kecamatan Sukadana. Tahun 2013 kunjungan rawat jalan berjumlah 16.110 sedangkan pada tahun 2014 kunjungan rawat jalan hanya berjumlah 4.149 kunjungan.12 Data tersebut menunjukkan bahwa adanya penurunan sebesar 74,3%

(3)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh masyarakat pada tahun 2014 yang mana merupakan tahun diberlakukannya BPJS Kesehatan.

Faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan BPJS Kesehatan yaitu pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga.13 Pengetahuan masyarakat tentang JKN masih sangat kurang terutama di daerah tertinggal sehingga pelayanan kesehatan yang tersedia tidak dimanfaatkan secara optimal. Tingkat pendidikan yang tinggi dapat memperkaya pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pengetahuan masyarakat yang kurang baik mengenai JKN

menyebabkan rendahnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan puskesmas.14

Menyadari pentingnya pengetahuan masyarakat terhadap pemanfaatan pelayanan puskesmas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan mengenai Jaminan Kesehatan Nasional pada peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana tahun 2016.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional melalui pendekatan cross-sectional yang dilakukan untuk meneliti tingkat pengetahuan pasien peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana Tahun 2016. Responden dalam penelitian ini adalah peserta BPJS Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama rujukan adalah Puskesmas Sukadana. Responden dipilih dengan cara non

probability sampling yaitu

consecutive sampling, yang mana

semua sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan lolos dari kriteria eksklusi akan diambil sebagai subjek penelitian sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Hasil penghitungan menggunakan Rumus Solvin yaitu N/(1+N(e)2), dengan N (jumlah populasi) sebanyak 11.158 jiwa, yang merupakan jumlah kapitasi Puskesmas Sukadana tahun 2015, serta e (tingkat kesalahan) sebesar 10%, didapatkan jumlah responden sebanyak 99 orang. Data pada penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh langsung dari responden dengan membagikan

(4)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 kuesioner yang berupa 20 pertanyaan

pilihan yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas.

HASIL

Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir serta pelayanan kesehatan yang digunakan.

Hasil pengolahan dan analisis data menunjukkan distribusi responden yang merupakan peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana berdasarkan jenis kelamin adalah perempuan berjumlah 54 orang (54,5%) sedangkan laki laki berjumlah 45 orang (45,5%).

Distribusi responden berdasarkan usia menunjukkan peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana mayoritas berusia 26-35 tahun sebanyak 40 orang (40,4%) dan tidak ada responden yang berusia >65 tahun. Responden berusia 17-25 tahun berjumlah 22 orang (22,2%), usia 36-45 tahun berjumlah 18 orang (18,2%), usia 46-55 tahun berjumlah 11 orang (11,1%) dan golongan usia

yang paling sedikit yaitu usia 56-65 tahun berjumlah 8 orang (8,1%). Usia memengaruhi tingkat kematangan dalam berfikir dan bekerja. Kematangan jiwa dan pengalaman akan meningkatkan pengetahuan seseorang yang lebih tinggi tingkat kedewasaannya.15 Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana didominasi responden berusia 26-35 yang merupakan golongan usia dewasa awal, sedangkan tidak ada responden yang berusia >65 tahun. Tidak adanya responden berusia >65 tahun, bersesuaian dengan UHH (Usia Harapan Hidup) Kabupaten Kayong Utara yaitu 65,67 tahun.16 Penelitian Sri Hermawanti17 menyebutkan bahwa tingkat kesadaran berasuransi kesehatan tidak dipengaruhi oleh usia. Pengetahuan akan sesuatu bisa diperoleh melalui pencarian berbagai informasi akan hal yang ingin diketahui, dalam hal ini adalah informasi mengenai Jaminan Kesehatan Nasional.

Distribusi responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan peserta

(5)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 BPJS Kesehatan di Puskesmas

Sukadana mayoritas masyarakat tidak bekerja dengan jumlah 34 orang (34,3%) dan pekerjaan swasta dengan jumlah 32 orang (32,3%). PNS/TNI/POLRI berjumlah 20 orang (20,2%), petani 9 orang (9,1%) dan wiraswasta 4 orang (4,0%). Responden tidak ada yang bekerja sebagai nelayan meskipun di Profil Kesehatan Sukadana mencantumkan nelayan merupakan pekerjaan terbanyak kedua pada masyarakat Kayong Utara.

Pekerjaan harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan seseorang beserta kehidupan keluarganya.15 Satu diantara tunjangan yang harus dipenuhi adalah tunjangan kesehatan melalui asuransi kesehatan yang telah diprogramkan oleh pemerintah yaitu Jaminan Kesehatan Nasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana sebagian besar merupakan responden yang tidak bekerja. Hasil pengamatan peneliti saat pengambilan data mendapatkan bahwa sebagian besar responden merupakan perempuan dan secara

langsung peneliti mengamati bahwa responden yang tidak bekerja merupakan ibu rumah tangga. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Sri Hermawanti17 yang menjelaskan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan akan asuransi kesehatan antara kelompok responden pria dengan kelompok responden wanita, yang mana meski perbedaannya tidak signifikan namun tingkat kesadaran wanita mengenai asuransi kesehatan lebih baik dari pria.

Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir menunjukkan peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana mayoritas memiliki pendidikan terakhir SMA yaitu 33 orang (33,3%) dan SD sebanyak 29 orang (29,3%). Responden dengan pendidikan terakhir Sarjana berjumlah 23 orang (23,2%), SMP 12 orang (12,1%) sedangkan responden tidak sekolah berjumlah 2 orang (2,0%).

Pendidikan dapat memengaruhi seseorang dalam bersikap karena makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi yang menunjang pengetahuan dan pemahaman.15,18

(6)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 Pengetahuan dan pemahaman

seseorang dipengaruhi oleh pendidikannya namun pada penelitian ini didapatkan responden dengan pendidikan terakhir SMA lebih banyak dari responden berpendidikan terakhir Diploma atau Sarjana. APS (Angka Partisipasi Sekolah) di Kayong Utara pada tahun 2014 menunjukkan bahwa angka tamatan pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) lebih banyak dibandingkan tamatan Perguruan Tinggi sehingga pada penelitian ini didapatkan responden didominasi oleh pendidikan terakhir pada jenjang SMA.19 Pendidikan memengaruhi seseorang yang merupakan tingkat kesadaran, hal ini sejalan dengan penelitian Kumar et al20 menyatakan pendidikan berpengaruh terhadap kesadaran salah satunya adalah kesadaran dalam berasuransi kesehatan yang meningkatkan kualitas hidup. Hal tersebut sejalan dengan penelitian Ummu Kasanah21 yaitu angka tamatan pendidikan Sekolah Menegah Atas (SMA) memiliki kesadaran dalam berasuransi kesehatan dikarenakan tamatan SMA

sudah lebih baik sesuai dengan program pemerintah yaitu wajib belajar 12 tahun.

Distribusi responden berdasarkan pelayanan kesehatan menunjukkan peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana mayoritas memanfaatkan pelayanan kesehatan berupa Rawat Jalan yaitu 71 orang (71,7%). Rawat Inap yang dimanfaatkan berjumlah 19 orang (19,2%), Pelayanan Gigi sebanyak 8 orang (8,1%), sedangkan pelayanan darah sebanyak 1 orang (1,0%).

PEMBAHASAN

Penelitian Risya22 menyebutkan tingkatan pengetahuan masyarakat tentang JKN dapat memengaruhi tindakan masyarakat dalam menggunakan pelayanan kesehatan sesuai dengan prosedur pelayanan JKN dan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang termasuk kedalam program JKN. Penelitian ini mendapatkan bahwa peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana didominasi responden dengan pelayanan kesehatan berupa rawat jalan. Rawat jalan sendiri terdiri dari

(7)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 administrasi pelayanan (pendaftaran

dan rujukan), pelayanan promotif dan preventif (penyuluhan, imunisasi, skrining kesehatan, KB dll) maupun pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis serta tes laboratorium dasar.23 Hal tersebut menunjukkan kesadaran masyarakat sudah cukup baik dalam menggunakan Program JKN pada kebutuhan kesehatan yang diperlukan karena pada hasil penelitian didapatkan mayoritas masyarakat berpengetahuan cukup. Responden sebagian besar merupakan perempuan, tidak bekerja, berusia 26-35 tahun dengan pendidikan terakhir SMA. Pada proses pengambilan data penelitian, peneliti secara langsung mengamati bahwa responden didominasi oleh ibu hamil pengguna layanan ANC (Ante Natal Care) pelayanan KB (Keluarga Berencana) dan Ibu pasca melahirkan sehingga ingin membawa anaknya ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan imunisasi. Hal tersebut telah sejalan dengan tujuan dari BPJS Kesehatan itu sendiri untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam promotif dan preventif

sehingga peserta mendapatkan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

Pengetahuan Responden

Gambaran pengetahuan peserta BPJS Kesehatan tentang Jaminan Kesehatan Nasional dilihat dari hasil jawaban kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai JKN. Hasil tersebut kemudian dipersentasekan dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif yaitu "baik" dengan persentase 76-100%, "cukup" dengan persentase 56-75% dan "kurang baik" apabila hasil persentase <56%.24

Distribusi pengetahuan responden menunjukkan bahwa penggetahuan mengenai JKN pada peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana mayoritas memiliki pengetahuan "cukup" sebanyak 48 orang (48,5%), peserta dengan pengetahuan "kurang baik" sebanyak 36 orang (36,4%) lebih banyak dari yang berpengetahuan "baik" yaitu 15 orang (15,2%).

(8)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 Penelitian ini menggambarkan

tingkat pengetahuan mengenai JKN pada peserta BPJS yang berkunjung ke Puskesmas Sukadana dengan melihat faktor-faktor pengetahuan yaitu faktor internal maupun eksternal. Hasil penelitian mengenai pengetahuan JKN di Puskesmas Sukadana yang dilakukan terhadap 99 responden menunjukkan bahwa peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana sebagian besar memiliki pengetahuan yang cukup (48,5%). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa responden berpengetahuan kurang baik (36,4%) lebih banyak daripada responden berpengetahuan baik (15,2%).

Distribusi karakteristik berdasarkan tingkat pengetahuan menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan kategori "cukup" sebanyak 48 orang (48,5%) dengan karakteristik diantaranya perempuan (56,3%), usia 26-35 tahun (45,8%), pekerja swasta (33,3%), pendidikan terakhir SMA dan Sarjana (35,4%) serta pelayanan kesehatan yang digunakan yaitu rawat jalan (62,4%); tingkat pengetahuan kategori "kurang baik"

sebanyak 36 orang (36,4%) dengan karakteristik diantaranya usia 26-35 tahun (44,4%), perempuan (52,8%), pekerja swasta dan tidak bekerja (33,3%), pendidikan terakhir SMA (35,4%), serta pelayanan kesehatan yang digunakan yaitu rawat jalan (80,6%); tingkat pengetahuan kategori "baik" sebanyak 15 orang (15,2%) dengan karakteristik diantaranya 17-25 tahun (40%), perempuan (53,3%), tidak bekerja (46,7%), pendidikan terakhir SMA (40%) dan pelayanan kesehatan yang digunakan yaitu rawat jalan (80%). Tingkat pengetahuan berbagai kategori didominasi oleh responden perempuan. Hasil tersebut sejalan dengan Penelitian Sri Hermawanti17 yang memaparkan bahwa walaupun tidak berbeda jauh dengan jumlah laki-laki namun kesadaran akan kesehatan dipengaruhi oleh gender karena perempuan mempunyai resiko sakit lebih besar dari laki-laki sehingga perempuan lebih sadar akan berasuransi kesehatan untuk melindungi dirinya dari resiko sakit yang tidak pasti datangnya dibandingkan laki-laki. Tingkat pemahaman tentang asuransi

(9)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 kesehatan yang memengaruhi

kesadaran berasuransi terbanyak pada responden perempuan sebesar 69,16% dibandingkan responden laki-laki sebesar 42,80%.

Responden yang mendominasi tingkat pengetahuan "baik" berusia 17-25 tahun sedangkan responden berpengetahuan "cukup" dan "kurang baik" berusia 26-35 tahun. Semakin cukup usia maka kematangan jiwa dan pengalaman akan meningkatkan kedewasaannya namun pada penelitian ini pengetahuan baik didominasi oleh usia yang lebih muda. Penelitian Sri Hermawanti17 menyebutkan tingkat kesadaran akan asuransi kesehatan tidak hanya dipengaruhi oleh usia karena pengetahuan akan sesuatu juga dapat diperoleh melalui pencarian berbagai informasi akan hal tersebut. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia menunjukkan bahwa persentase tertinggi pengguna internet berdasarkan usia pada tahun 2014 yaitu 18-25 tahun (49%) kemudian usia 26-35 tahun (33,80%).25 Golongan usia 18-25 tahun yang merupakan pengguna internet

tertinggi dapat mendukung pengetahuan yang baik mengenai suatu asuransi kesehatan yang dalam hal ini adalah Jaminan Kesehatan Nasional.

Pekerjaan merupakan kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupan seseorang beserta kehidupan keluarganya yang mana satu diantaranya adalah kebutuhan akan perlindungan kesehatan.20 Penelitian ini mendapatkan bahwa responden berpengetahuan "baik" didominasi responden yang tidak berkerja, pengetahuan "cukup" didominasi oleh pekerja swasta sedangkan pengetahuan "kurang baik" didominasi oleh responden tidak bekerja dan pekerja swasta. Peserta tidak bekerja ataupun pekerja swasta dapat terdiri dari peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) maupun Non-PBI. Jika responden swasta dan tidak bekerja merupakan dari golongan terdaftar kurang mampu oleh pemerintah setempat maka responden tersebut merupakan peserta PBI yang administrasi BPJS Kesehatan atas dirinya dan keluarganya ditanggung oleh

(10)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 pemerintah sehingga responden

dapat memenuhi kebutuhan kesehatan yang memadai. Peserta swasta yang merupakan Non-PBI dapat terdiri dari pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah maupun bukan pekerja. Masyarakat yang bekerja pada perusahan atau instansi swasta wajib didaftarkan oleh perusahaan tempat orang tersebut bekerja sedangkan pekerja bukan penerima upah (pekerja mandiri) dan bukan pekerja merupakan masyarakat yang mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS secara mandiri sehingga peserta tersebut secara sadar menunjang kebutuhan kesehatan berupa asuransi kesehatan.4 Peneliti mendapatkan bahwa pengetahuan kategori "baik" dan "cukup" didominasi oleh responden yang tidak bekerja hal tersebut dapat dikarenakan responden sebagian besar merupakan ibu rumah tangga yang iurannya ditanggung oleh anggota keluarganya misalnya suami. BPJS Kesehatan merupakan asuransi kesehatan yang mencakup seluruh anggota dari satu keluarga yang terdaftar di dalam kartu keluarga.4

Tingkat pengetahuan kategori "baik" didominasi oleh responden berpendidikan terakhir SMA sedangkan kategori "cukup" didominasi oleh responden berpendidikan terakhir SMA dan Sarjana dengan jumlah responden yang sama. Pendidikan yang tinggi merupakan faktor seseorang untuk dapat menerima informasi dengan cukup mudah. Meskipun sarjana merupakan jenjang pendidikan yang lebih tinggi dari SMA namun dikarenakan tamatan SMA di Kayong Utara lebih banyak dari tamatan perguruan tinggi maka hal tersebut mendukung responden berpengetahuan baik dan cukup. Tingkat Pengetahuan kategori "kurang baik" didominasi oleh responden berpendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar), hal tersebut sesuai dengan teori Nursalam yang menyebutkan bahwa pendidikan berkaitan dengan pengetahuan seseorang sehingga masyarakat yang berpendidikan terakhir SD dan yang tidak sekolah memiliki pengetahuan kurang baik.15

Faktor eksternal berupa lingkungan dan sosial budaya

(11)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017 berpengaruh pada pengetahuan

seseorang. Ann. Mariner menyebutkan bahwa lingkungan dapat memengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok dan sosial budaya yang dapat memengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.15 Peneliti menemukan bahwa di daerah Sukadana akses masyarakat mengenai informasi JKN sudah sering dilakukan oleh petugas kesehatan setempat maupun dari BPJS cabang Sukadana.

KESIMPULAN

1. Pengetahuan yang dimiliki peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana mengenai Jaminan Kesehatan Nasional sebagian besar berada pada tingkat "cukup".

2. Peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Sukadana sebagian besar perempuan, berusia 26-35 tahun, tidak bekerja, berpendidikan terakhir SMA, dan pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan adalah rawat jalan. 3. Peserta BPJS Kesehatan di

Puskesmas Sukadana pada tingkat

"cukup" memiliki karakteristik yaitu perempuan, usia 26-35 tahun, pekerjaan swasta, pendidikan terakhir SMA maupun sarjana dan pelayanan kesehatan yang digunakan adalah rawat jalan. Karakteristik peserta pada tingkat "baik" yaitu berusia 17-25 tahun. Karakteristik responden pada tingkat "kurang baik" berpendidikan terakhir SD.

DAFTAR PUSTAKA

1. Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016.

2. Tim Penyusun Bahan Sosialisasi dan Advokasi Jaminan Kesehatan Nasional. Buku Pegangan Sosialisasi: Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. Hal 8-9.

3. Negara Anggota PBB. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia. Jakarta: Majelis Umum PBB; 1948. 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

6. BPS. Indeks Pembangunan Manusia Metode Baru 2010-2014 [Internet]. [disitasi 3 November 2015]. Diakses dari:

http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/vi ew/id/1796.

7. BPS Kalbar. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2009-2013 [Internet]. [disitasi 3 November

(12)

Jurnal Cerebellum. Volume 3. Nomor 1. Februari 2017

2015]. Diakses dari:

http://kalbar.bps.go.id/linkTabelStatis/v iew/id/120#accordion-daftar-subjek3 8. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan

Transmigrasi KKU. Data PBI dan data PBI daerah Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara. Kayong Utara: Kepala Bidang Sosial; 2015.

9. Dinas Kesehatan KKU. Profil

Kesehatan Kabupaten Kayong Utara Tahun 2013. Kayong Utara: Pengelola Data dan Informasi Kabupaten Kayong Utara 2014; 2014.

10. Dinas Kesehatan KKU. Profil Kesehatan Kabupaten Kayong Utara Tahun 2014. Kayong Utara: Pengelola Data dan Informasi Kabupaten Kayong Utara 2015; 2015.

11. Nursafa A. Faktor yang Berhubungan

dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan Pasien BPJS Kesehatan di

Puskesmas Jumpandang Baru.

Makassar: FKM Universitas

Hassanudin; 2015.

12. Forum Nasional IV Jaringan Kebijakan Kesehatan ke-1. Tantangan Kebijakan Kesehatan di Indonesia dalam Menghadapi Stagnasi Pencapaian MDG4 dan MDG5, dan Semakin Meningkatnya Penyakit Tidak Menular dan AIDS. Kupang: PKMK FK UGM; 2013.

13. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.

14. Putri AE. Buku Saku Paham SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional. Cetakan ke-1. Jakarta: Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Perwakilan Indonesia; 2014. Hal 41.

15. Wawan, A MD. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Prilaku. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. 16. BPS Kabupaten Kayong Utara. Umur

Harapan Hidup Penduduk Kabupaten Kayong Utara Tahun 2007-2010.

Kayong Utara: BPS Kabupaten

Kayong Utara; 2011.

17. Hermawati S. Pengaruh Gender, Tingkat Pendidikan dan Usia Terhadap

Kesadaran Berasuransi pada

Masyarakat Indonesia; Volume 1, Nomor 1. Jakarta: Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia; 2013. 18. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku

Kesehatan. Rineka Cipta; 2014. Hal 7-8.

19. BPS Kalbar. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2009-2014 [Internet]. [disitasi 11 September 2016]. Didapat dari: http://kalbar.bps.go.id/linkTabelStatis/v iew/id/73.

20. Kumar D. An Analysis of Farmers ‟Perception and Awareness towards Crop Insurance as a Tool for Risk Management in Tamil Nadu"; Volume. 24, January-June: 37–46. India: Agric Econ Res Rev; 2011.

21. Sakinah U. Faktor-faktor yang

Berhubungan dengan Kesadaran

Masyarakat Kelurahan Poris Gaga

Tanggerang dalam Berasuransi

Kesehatan; Volume 11 Nomor 2. Jakarta: Universitas Esa Unggul; 2014. 22. Amalina R. Tingkat Pengetahuan Jaminan Kesehatan Nasional Peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan di Puskesmas Plered Kabupaten Purwakarta. Universitas Islam Bandung. 2015.

23. BPJS Kesehatan. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan [Internet]. Jakarta; [disitasi 24 Agustus 2015].

Didapat dari:

http://www.ropeg.kkp.go.id/upload_fil e/Panduan%20Praktis%20Pelayanan% 20BPJS%20Kesehatan.pdf.

24. Arikunto S. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2006.

25. Kementerian Komunikasi dan

Informatika Republik Indonesia.

Persentase Pengguna Internet

Berdasarkan Usia Tahun 2014. [disitasi 1 September 2016]; Didapat dari: http://statistik.kominfo.go.id/site/data?i dtree=424&iddoc=1321&data-data_page=9/

Referensi

Dokumen terkait

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana fungsi tari tembut-tembut dalam Upacara Adat Ndilo Wari Udan Pada Masyarakat Karo”?.

Pada pertemuan ke-1, guru dapat menggunakan media pembelajaran berupa termometer dalam mempelajari materi tentang “Membaca dan Menulis Bilangan Bulat”. Penggunaan media

Prinsip- prinsip etika lingkungan merupakan sikap- sikap yang harus dijaga dan juga dilakukan oleh manusia dalam kaitannya berperilaku terhadap alam.. Prinsip-

Park and Ride diharapkan dapat menyediakan tempat yang cukup luas dan baik untuk menampung kendaraan pribadi, mengurangi kendaraan yang masuk ke kota karena diharapkan

(1) Perusahaan-perusahaan penerbangan yang ditunjuk harus memberitahu- kan kepada pejabat-pejabat penerbangan dari kedua Pihak Berjanji tidak lebih dari tiga puluh hari

untuk nutrisi yang lebih baik dan pemimpin masyarakat setempat; dan Alimin dari Soppeng, Sulawesi Selatan, yang telah berhasil memperluas perkebunan kakao miliknya dari satu

patofisiologi antara lain: 1) Penurunan aliran darah serebral akut, seperti pada sinkop vasovagal, gangguan jantung, penyumbatan pembuluh darah paru dan obstruksi