GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN
PAYUDARA DAN MASTITIS PADA MASA NIFAS DI RSUD
DR PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2013
SKRIPSI
Oleh
RANLY HASIR HARAHAP
NIM : 121121090
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ranly Hasir Harahap
NIM : 121121090
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul
“Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara dan Mastitis
Pada Masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Kota Medan” adalah benar-benar hasil
karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan
belum pernah diajukan dalam institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya
bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan skripsi
ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
Akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Medan, Februari 2014
Yang menyatakan,
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan Kehadirat ALLAH SWT, yang telah
melimpahkan Berkah, Rahmat, dan Karunianya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang
Perawatan Payudara dan Mastitis Pada Masa Nifas di RSUD DR PIRNGADI
Kota Medan“.
Skripsi ini disusun dalam tujuan memenuhi syarat dalam menyelesaikan
mata kuliah skripsi II. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi
berbagai hambatan dan kesulitan. Namun berkat adanya bantuan, bimbingan, dan
arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara sekaligus Penguji I.
3. dr. Amran Lubis, Sp. JP (K), selaku Direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan
4. Ellyta Aizar, S.Kp, selaku Penguji II
5. Siti Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Dosen pembimbing yang
telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi
ini.
6. Teristimewa kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, dan keluarga tersayang
maupun materi sehingga dengan restunya penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
7. Teman-teman sejawat angkatan 2012 yang selalu memberikan dukungan,
bantuan, motivasi, partisipasi, dan saran-saran kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhirnya kepada Allah SWT penulis berserah diri semoga kita selalu dalam
lindungan dan limpahan Rahmat-Nya dengan kerendahan hati penulis berharap
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Medan, 28 Januari 2014
DAFTAR ISI
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ... 7
2.1. Pengetahuan Perawatan Payudara dan Mastitis ... 7
2.2. Defenisi Nifas ... 11
2.3. Jenis Perawatan Payudara ... 12
2.3.1. Perawatan Payudara Normal ... 12
2.3.2. Perawatan Payudara saat Hamil ... 16
BAB III. KERANGKA PENELITIAN ... 29
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
5.1. Hasil Penelitian ... 38
5.2. Pembahasan ... 41
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47
6.1. Kesimpulan ... 47
6.2. Saran ... 48
DAFTAR SKEMA
Halaman
Skema 1. Kerangka konsep penelitian pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis di RSUD
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 Defenisi Operasional ………... 30
Tabel 5.1 Data Demografi ... ... 39
Tabel 5.2 Kategori Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Payudara... 40
Judul : Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada Masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Medan
Penulis : Ranly Hasir Harahap
Program : Serjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2013/2014
ABTSRAK
Mengingat pentingnya perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis pada ibu nifas maka diperlukan perawatan payudara yang bermanfaat untuk kelangsungan produksi ASI dan mencegah agar tidak terjadi kelainan pada payudara. Pengetahuan juga diperlukan dalam perubahan perilaku, ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis di RSUD DR Pirngadi Medan. Desain penelitian yang dilakukan secara diskriptif. Tehnik pengambilan sampel dengan Purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 70 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Dari 70 orang ibu nifas yang menjadi responden, didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu tentang perawatan ibu dan mastitis adalah sebagai berikut, yaitu 36 orang (51,4%) yang berada pada kategori pengetahuan kurang, ada 30 orang (42,9) yang berada pada kategori pengetahuan cukup, dan ada 4 orang (5,7%) berada pada kategori pengetahuan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk selalu melakukan penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis.
Title : The Picture of Mother’s Knowledge about Breast Care and Mastitis During Parturition in Local General Hospital DR. Pirngadi Medan
Name of Student : Ranly Hasir Harahap Student Number : 121121090
Program : Bachelor of Nursing
Year : 2013/2014
ABSTRACT
Considering the importance of the treatment of breast and prevent the occurrence of mastitis on the parturition then required treatment of breast beneficial to the continuous production breast-fed and prevent from the breast disorder. Knowledge is also required in changing behavior, this was done to identify maternal knowledge to the breast treatment and mastitis in the Local General Hospital DR Pirngadi Medan. This research uses a descriptive design. The technique was Purposive Sampling. Samples taken as many as 70 people. Data collection is done using questionnaires and presented in the form of a table of frequency distribution and presentation. Of the 70 parturition mothers who become respondents, obtained the result that mother’s knowledge about breast and mastitis are as follows, i.e. 36 people (51.4%) were in the category of less knowledge, 30 people (42,9%) knowledgeable enough and 4 people (5.7%) knowledgeable good. Based on the results of this research it is expected to nurses and other health care personnels to always do counseling about breast care and prevention of mastitis.
Judul : Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada Masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Medan
Penulis : Ranly Hasir Harahap
Program : Serjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2013/2014
ABTSRAK
Mengingat pentingnya perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis pada ibu nifas maka diperlukan perawatan payudara yang bermanfaat untuk kelangsungan produksi ASI dan mencegah agar tidak terjadi kelainan pada payudara. Pengetahuan juga diperlukan dalam perubahan perilaku, ini dilakukan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis di RSUD DR Pirngadi Medan. Desain penelitian yang dilakukan secara diskriptif. Tehnik pengambilan sampel dengan Purposive sampling. Sampel yang diambil sebanyak 70 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentasi. Dari 70 orang ibu nifas yang menjadi responden, didapatkan hasil bahwa pengetahuan ibu tentang perawatan ibu dan mastitis adalah sebagai berikut, yaitu 36 orang (51,4%) yang berada pada kategori pengetahuan kurang, ada 30 orang (42,9) yang berada pada kategori pengetahuan cukup, dan ada 4 orang (5,7%) berada pada kategori pengetahuan baik. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya untuk selalu melakukan penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara dan pencegahan terjadinya mastitis.
Title : The Picture of Mother’s Knowledge about Breast Care and Mastitis During Parturition in Local General Hospital DR. Pirngadi Medan
Name of Student : Ranly Hasir Harahap Student Number : 121121090
Program : Bachelor of Nursing
Year : 2013/2014
ABSTRACT
Considering the importance of the treatment of breast and prevent the occurrence of mastitis on the parturition then required treatment of breast beneficial to the continuous production breast-fed and prevent from the breast disorder. Knowledge is also required in changing behavior, this was done to identify maternal knowledge to the breast treatment and mastitis in the Local General Hospital DR Pirngadi Medan. This research uses a descriptive design. The technique was Purposive Sampling. Samples taken as many as 70 people. Data collection is done using questionnaires and presented in the form of a table of frequency distribution and presentation. Of the 70 parturition mothers who become respondents, obtained the result that mother’s knowledge about breast and mastitis are as follows, i.e. 36 people (51.4%) were in the category of less knowledge, 30 people (42,9%) knowledgeable enough and 4 people (5.7%) knowledgeable good. Based on the results of this research it is expected to nurses and other health care personnels to always do counseling about breast care and prevention of mastitis.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan
kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa
disebut masa puerperineum ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali keadaan seperti hamil. Masa nifas ini
berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan-
perubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi/ pengeluaran
air susu ibu, perubahan sistem tubuh dan perubahan psikis lainnya. Karena pada
masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat
kompleks baik fisiologis maupun psikologis. Dalam hal ini perawat berperan
penting dalam membantu ibu sebagai orang tua baru. Perawat harus memberikan
support kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah hati yang
sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai
kehidupan sebagai keluarga baru (Maryunani, 2009).
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu ataupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian akibat nifas terjadi dalam 24 jam
pertama. Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung jawab
perawat dan terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan secara
seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan standar
(Maryunani, 2009).
Masa nifas terjadi perubahan-perubahan anatomi fisiologi pada payudara
ibu. Perubahan fisiologis terjadi sangat jelas walaupun dianggap normal. Banyak
faktor yang mempengaruhi termasuk tingkat energi, tingkat kenyamanan,
kesehatan bayi baru lahir dan perawatan. Dorongan semangat yang diberikan
tenaga kesehatan, baik dokter, perawat ikut membentuk respon yang baik terhadap
ibu dan bayi selama masa nifas ini.
Masa nifas atau setelah proses persalinan tepatnya setelah plasenta keluar
maka timbul rangsangan untuk memicu laktasi. Laktasi didukung oleh dua jenis
hormon yang sangat penting yaitu prolaktin dan oksitosin. Fungsi prolaktin yaitu
untuk menghasilkan produksi air susu yang bekerja di epitel alveolus. Sedangkan
oksitosin berperan dalam pengeluaran susu. Pengeluaran kedua hormon tersebut
dirangsang oleh hisapan bayi pada puting payudara saat menyusui. Semakin
sering menyusui akan memperlancar pengeluaran kedua hormon tersebut. Setiap
ibu menghasilkan air susu yang disebut ASI sebagai ini merupakan makanan
alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui
yang benar merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM
yang berkualitas. Selain itu dalam proses menyusui yang benar, bayi akan
mendapatkan perkembangan jasmani, emosi dan spiritual yang baik dalam
Bayi yang baru lahir sudah mempunyai reflek mengisap. Hal ini sangat
bermanfaat pada si ibu dan yang lebih utama pada bayi. Air susu yang keluar
pertama kali adalah kolostrum. Ini mengandung bahan-bahan yang sangat berguna
bagi bayi. Konon pertemuan antar ibu dan bayi ini yang akan mempengaruhi
hubungan keduanya menjadi baik. Bila bayi menyusu dengan cara yang tidak
benar, maka bisa menimbulkan masalah misalnya puting susu lecet, ini
disebabkan karena bayi menarik-narik puting susu supaya mendapatkan air susu
yang banyak. Ini bisa terjadi bila air susu tidak berhasil dirangsang keluar, bayi
pun menjadi frustasi. Apabila kita sudah mengetahui cara menyusui yang benar
masalah ini dapat segera teratasi, mengetahui tehnik dasar menyusui seperti
pertama sikap tubuh ibu sewaktu menyusui dan yang kedua cara menyusui.
Menurut penelitian hampir semua masalah mulai dari puting susu lecet sampai
berkurangnya air susu. Mengingat hal itu ibu seharusnya mempelajari tehnik dasar
tersebut jauh sebelum melahirkan (Musbikin, 2006).
Bagi seoarang wanita payudara adalah organ tubuh yang sangat penting
untuk kelangsungan perkembangan bayi yang baru di lahir. Payudara memang
secara natural akan mengeluarkan ASI begitu ibu melahirkan, tetapi bukan berarti
seorang wanita atau ibu tidak merawat payudara (Saryono, 2008).
Perawatan payudara juga harus dilakukan untuk menjaga kelangsungan
produksi ASI. Payudara yang mengalami pembengkakan mengakibatkan
pengeluaran ASI yang tidak sempurna. Mengatasi hal ini maka ibu perlu
menyusui bayi lebih sering, kompres payudara yang bengkak dengan air hangat
dalam payudara, dapat terjadi timbunan ASI dalam saluran tersebut sehingga
timbul benjolan pada payudara (Musbikin, 2006).
Mastitis merupakan peradangan payudara. Kadang keadaan ini dapat
menjadi fatal bila tidak langsung mendapatkan tindakan yang adekuat. Abses
payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara, merupakan salah satu
komplikasi berat dari mastitis. Keadaaan ini bisa menyebabkan beban penyakit
yang fatal karena memerlukan biaya yang sangat besar. Penelitian terbaru
menyatakan bahwa mastitis dapat menyebabkan resiko penularan HIV pada ibu
menyusui. Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien karena
tehnik menyusui yang buruk merupakan penyebab penting, tetapi dalam hal ini
banyak petugas kesehatan masih menganggap mastitis sama dengan infeksi
payudara. Mereka sering tidak mampu membantu wanita yang mengalami mastitis
untuk terus menyusui, dan mereka bahkan mereka menyarankan wanita tersebut
untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya tidak harus berhenti (Hamid, 2011).
Menurut WHO (2003) Mastitis dan abses payudara ini terjadi pada semua
populasi dengan kebiasan atau tanpa kebiasaan menyusui. Insiden yang
dilaporkan bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita menyususi, tetapi biasanya
di bawah 10%. Kebanyakan penelitian memiliki keterbatasan metodologis yang
besar, dan belum ada penelitian kohort prospektif yang besar. Angka insiden ini
lebih tinggi berasal dari populasi tertentu. Insident abses payudara ini juga sangat
bervariasi. Walaupun demikian, menurut beberapa laporan, terutama dari
Menurut data WHO, terbaru pada tahun 2008 di Amerika Serikat persentase
perempuan menyusui yang mengalami mastitis rata-rata mencapai 10%.
Sementara di indonesia persentase Mastitis pada perempuan menyusui rata-rata
juga mencapai 10%. Dari hasil penelitian di RSUD DR Pirngadi tahun 2009
didapatkan kejadian Mastitis berdasarkan umur terjadi pada umur 26-35 tahun
sebanyak 20 kasus (60,6%). Berdasarkan tingkat pendidikan terjadi pada jenjang
pendidikan dasar sebanyak 19 kasus (57,5%). Dan kejadian Mastitis berdasarkan
paritas terjadi pada ibu multipara sebanyak 19 kasus (57,5%).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di RSUD DR Pirngadi bahwa
jumlah ibu ibu nifas pada tahun 2012 sebanyak 1687 orang dan penderita mastitis
yang dirawat inap berjumlah 11 kasus.
Pencegahan terjadinya mastitis pada masa nifas perlu dilakukan supaya
tidak terjadi komplikasi pada saat ibu menyusui bayi. Apabila hal ini terjadi bayi
yang biasanya siap untuk disapih pada masa nifas akan terkendala akibat mastitis
yang terjadi pada ibu (Mirani, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan penelitian
tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada masa Nifas di RSUD DR Pirngadi
1.2. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang Perawatan Payudara dan
Mastitis pada masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Kota Medan.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang Perawatan Payudara dan
Mastitis pada masa Nifas di RSUD DR Pirngadi Kota Medan.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Iptek
Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut tentang Perawatan
Payudara dan Mastitis pada Masa Nifas.
1.4.2. Bagi Propesi Keperawatan
Sebagai masukan untuk upaya promosi kesehatan khususnya tentang
Perawatan Payudara dan Mastitis pada Masa Nifas.
1.4.3. Bagi Pendidikan
Sebagai sumber Informasi bagi instutusi pendidikan dapat diintegrasikan
pada keperawatan maternitas.
1.4.4. Bagi Peneliti
Sebagai sumber data lanjutan bagi peneliti yang sejenis pada masa yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengetahuan mengungkapkan teori dan acuan tentang konsep-konsep dan
teori yang menjadi acuan pada penelitian. Teori dan konsep yang digunakan
peneliti untuk mendukung penelitian.
2.1. Pengetahuan
Pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui. Kepandaian yang
berkenaan dengan suatu hal (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001). Pengetahuan
menurut Notoadmojo (2003) hasil dari tahu dari seseorang yang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan didapatkan melalui
panca indera manusia dengan indera penglihatan, penghidu, perasa dan peraba.
Pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga. Melalui proses
penglihatan dan pendengaran kita memperoleh pengalaman belajar secara formal
maupun informal.
Berdasarkan penelitian di atas, pengetahuan merupakan hasil dari
penginderaan dari proses belajar dan pengalaman. Sedangkan pengetahuan setelah
melakukan pengideraan dengan pancaindera dan melalui proses belajar,
Pengetahuan merupakan cakupan domain kognitif. Menurut Notoatmodjo
2007 tingkat pengetahuan memiliki enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali tentang suatu materi yang di
pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali
(reecall) sesuatu yang spesifik dari bahan yang telah dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan pengalaman
yang sangat rendah. Kata kerja mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan,
menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Komprehesion)
Memahami diartikan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan masalah tersebut.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau objek
kedalam komponen-komponen dan saling keterkaitan satu dengan yang lain.
4. Analisis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek
kedalam suatu komponen- komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi,
5. Sintesis (Syintesis)
Sintesis adalah menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan suatu penilaian terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian berdasarkan dari suatu kriteria yang
ditentukan sendiri untuk menggunakan kriteria-kriteria yang ada.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain menurut
(Notoatmodjo 2005 dan Mubarak 2007).
1. Usia
Usia individu berkaitan dengan pengetahuan individu. Semakin bertambah
usia seseorang baik fisik atau bentuk, maka akan hilang ciri lama dan muncul ciri
baru. Perkembangan aspek psikologis akan semakin matang dalam taraf berfikir
dan memperoleh informasi.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah meningkatkan dan memberikan pengetahuan melalui
bimbingan yang diharapkan menghasilkan sikap positif serta meningkatkan
pemahaman, atau individu tentang aspek-aspek yang dipelajari. Pendidikan bisa
3. Pekerjaan
Pekerjaan dan lingkungan pekerjaan dapat dijadikan seseorang mendapat
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pengalaman adalah suatu kejadian yang dialami seseoarang dalam berinteraksi
dengan lingkungannya. Teori determinan WHO, menganalisa yang menyebabkan
seorang berperilaku tentu dengan adanya pemikiran dan perasaan seseorang yang
berbentuk pengetahuan, persepsi dan sikap. Kepercayaan seseorang terhadap
objek tersebut dimana seseorang mendapatkan pengetahuan dari pengalaman
pribadi atau pengalaman orang lain (Notoatmodjo 2003). Ada kecenderungan
pengalaman kurang baik seseorang akan melupakannya dan jika pengalaman dari
objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang
mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaannya. Kesan yang mendalam dan
yang membekas akhirnya dapat pula membentuk sikap dalam hidupnya. Lama
bekerja dan status perkawinan akan masuk ke dalam bagian pengalaman yang
mempengaruhi pengetahuan. Lama bekerja adalah salah satu yang dapat
mempengaruhi kemampuan seseorang. Apabila seseorang telah lama bekerja akan
dapat dinilai sejauh mana pengalamannya.
4. Sumber Informasi
Teori dependensi mengenai efek komunikasi massa sebagai sistem
informasi memiliki peranan penting dalam proses pemeliharaan perubahan dan
konflik dalam tatanan masyarakat. Informasi yang diperoleh dari media massa
mempengaruhi fungsi kognitif dan afektif. Fungsi kognitif adalah untuk
kenyakinan masyarakat dan penjelasan nilai-nilai tertentu. Kemudahan untuk
memperoleh suatu informasi membantu mempercepat seseorang mendapatkan
pengetahuan baru (Notoatmodjo, 2003).
2.2. Nifas
Nifas adalah Masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Musbikin, 2006).
2.2.1. Tahap Masa Nifas
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.
Oleh karena itu perawat dan bidan dengan teratur harus melakukan
pemeriksaan uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini perawat dan bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan
normal, tidak ada pendarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan cairan dan makanan, serta ibu dapat menyusui dengan
3. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)
Pada periode ini perawat dan bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB (Sulistiawati, 2009).
2.3. Perawatan Payudara
2.3.1. Perawatan Payudara Normal
Perawatan payudara normal adalah perawatan payudara perawatan
payudara yang tidak mengalami kelainan. Perawatan payudara normal merupakan
faktor dari perubahan hormonal dalam tubuh yang mampu untuk mengubah
tekstur dari kulit payudara. Jangan kaget jika payudara terasa bengkak bahkan
terasa nyeri menjelang nyeri menjelang haid. Hormon yang naik turun bisa
menyebabkan jaringan payudara berganti setiap minggunya. Ini bisa di ukur dari
siklus bulanan atau masa haid. Sehari setelah haid jaringan payudara bisa akan
lebih lembut. Pada pertengahan masa haid puting akan menjadi lebih sensitif
dikarenakan hormon estrogen meningkat. Seminggu sebelum haid dan selama
haid berlangsung, hormon progestron yang berlebihan akan membuat payudara
membesar, tak rata dan terasa sakit. Tidak semua perempuan memiliki ukuran
payudara yang sama antara kanan dan kiri, bahkan beberapa diantaranya memiliki
ukuran cup yang berbeda antara payudara kanan dan kiri tetapi hal tersebut
menjadi normal. Untuk itu, menjaga kesehatan dan keindahan payudara menjadi
hal yang wajib dilakukan. Cara-cara untuk merawat payudara tetap indah dan
kencang tentunya tidak mudah dilakukan saat merawat kulit dan wajah.
Mengingat kulit penutup payudara lebih lembut dan tipis di banding kulit bagian
seputar puting susu (aerola) kulitnya lebih lembut dan lebih peka (Pramitasari dan
Saryono, 2008).
Cara perawatan payudara normal yaitu :
1. Lakukan perawatan dengan pemijatan pada payudara, sebab hal itu akan
menambah keindahan dan bentuk payudara.
2. Lakukan perawatan ekstra ketika berada di kamar mandi. Perawatan ekstra
mengurut payudara secara benar dengan membasahinya menggunakan air.
Hal ini penting karena pada waktu mandi dapat melihat secara jelas bentuk
payudara.
3. Senam Payudara bermanfaat untuk menjaga otot dada (pektoral) sebagai
penyangga, agar tetap kencang dan mencegah payudara turun atau kendur
sebelum waktunya. Manfaat aerobik seperti berjalan, joging atau naik sepeda
dapat membantu mendapatkan postur tubuh yang baik, sekaligus memperbaiki
penampilan payudara. Senam lainnya mendayung, berenang, dan latihan
aerobik yang menggunakaan alat-alat pemberat tangan serta gerakan yoga.
Senam ringan ini tidak menjamin perubahan bentuk dan ukuran payudara.
Namun dengan melakukan senam tersebut oto-otot dada akan menguat, dan
tampilan payudara akan lebih padat dan indah.
4. Pemilihan dan perawatan Bra yaitu mengenakan bra yang sesuai dengan
ukuran dan bentuk payudara. Jangan menggunakan bra yang terlalu besar
maupun terlalu kecil karena hal itu akan mempengaruhi perkembangan
kenyamanan dan ukuran yang tepat. Ada beberapa cara untuk menemukan
batas kenyamanan dan memilih bra secara tepat yaitu :
a) Size
Size atau ukuran yaitu sebelum menentukan pilihan, hal utama yang harus
dilakukan adalah pastikan dan ketauhi secara tepat tentang ukuran
payudara. Cara mengukurnya terbagi atas dua under brast dan over brust.
Under brast adalah ukuran lingkar badan yang akan menjadi ukuran bra.
Sedangkan over bust adalah ukuran cup ukuran cup yang sesuai dengan
payudara. Secara kasar dapat menaksir ukuran bra memnurut Elling bra
yang perlu diingat adalah hitungan secara matematis dimana perhitungan
tersebut belum tentu tepat. Ukur (LDA) Lingkar Dada Atas yaitu lingkar
dada yang melewati kedua puting. Untuk yang memiliki payudara lebih
besar dan turun, kedua payudara harus diangkat ke atas dengan
menggunakan kedua tangan, kemudian ukur LDA melewati kedua puting.
Ukur LDB (Lingkar Dada Bawah), yaitu lingkar dada tepat di bawah
lengkung payudara kita. Ukuran lingkar badan ditentukan oleh LDB
dengan pembulatan ke atas, misal 29 inch, maka ukuran lingkar badan
untuk Elling bra adalah 30. Sementara selisih dari LDA dan LDB adalah
ukuran kap pada Elling bra. Selisih 1 inch= kap A, selisih 2 inch= kap B,
selisih 3 inch= kap C dan seterusnya.
b) Kawat
Kawat yaitu salah satu cara menemukan bra yang mampu menyangga
Sedangkan kawat bra yang baik harus dapat menyangga payudara dan
menaikkan posisi payudara. Jika ada kawat yang keluar dari cup bra maka
bra yang dikenakan tidak sesuai dengan ukuran payudara. Sebenarnya
posisi kawat yang benar adalah saat digunakan kawat harus memberikan
kenyamanan dan menarik payudara sehingga membentuk belahan di
tengah.
c) Cup
Cup adalah cup yang sesuai dengan ukuran over bust payudara. Jika
memilih payudara yang mungil maka bisa memilih bra dengan cup yang
kaku agar membentuk payudara dan menyamarkan bentuk aslinya.
Perawatan bra dapat dilakukan antara lain :
1) Rendam bra dengan air sabun
2) Cuci bra dengan sabun cuci cair, hindari menggunakan mesin cuci
karena dapat merusak bentuk bra.
3) Apabila menghendaki mencuci dengan mesin cuci, maka gunakan
mesin yang dapat di set hand wash. Setelah dicuci langsung di
jemur, hindari pengeringan menggunakan mesin apalagi diperas,
biarkan air menetes dari bra dengan sendirinya saat di gantung.
5. Menjaga berat badan agar tetap stabil karena bila selalu berubah DRastis akan
menyebabkan melemahnya jaringan otot penyangga payudara, dan juga
hilangnya elastisitas pada kulit. Payudara akan mengendur dan kulitnya
nampak keriput. Pada dasarnya, payudara adalah bagian tubuh yang sangat
yang berlemak tidak baik bagi payudara. Oleh karena itu untuk memperoleh
payudara yang sehat dan indah, sebaiknya memulai hidup sehat. Dalam arti
tidak mengkonsumsi makanan lemak berlebihan. Perbanyak konsumsi sayuran
dan buah-buahan. Kurangi penggunaan bumbu penyedap, pewarna, pengawet
dan perasa (Apel, 2011).
Tujuan perawatan payudara normal yang tidak mempunyai kelainan antara
lain yaitu :
1. Menjaga keindahannya juga untuk mendeteksi adanya abnormalitas pada
payudara. Bagi para wanita yang sudah memiliki umur 30 tahun,
sebaiknya segera memeriksa kesehatan payudaranya dengan USG atau
mamografi. Bagi wanita yang memiliki latar belakang keluarga yang
menderita kanker payudara sedini mungkin memeriksakan diri terus
melakukan pemeriksaan minimal dua tahun sekali. Biasakan memeriksa
payudara sambil berbaring dan raba dengan gerakan memutar dan rasakan
apakah ada benjolan-benjolan yang tidak wajar.
2. Melancarkan peredaran darah dengan massage (Apel, 2011).
2.3.2. Perawatan Payudara Saat Hamil
Perawatan payudara hamil adalah perawatan payudara yang dilakukan
selama kehamilan akan membantu persiapan untuk menyusui bayi. Kondisi
kehamilan membuat banyak perubahan pada wanita. Dilihat dari segi fisik dan
perubahan perubahan itu antara lain berat badan bertambah, perubahan kulit dan
yang berfungsi agar kulit puting senantiasa lembut, lentur, dan dari iritasi akibat
hisapan bayi. Minyak yang timbul dari kelenjar payudara selama hamil juga
membunuh kuman. Selama hamil, puting menjadi lebih besar. Kadang, kelenjar
minyak di daerah ini menjadi terlihat besar seperti benjolan di daerah aerola.
Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian terpenting yang
harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian ASI. ASI ekskusif penting
pada usia karena bayi belum mampu mencerna makanan lain selain ASI.
Disamping memang ginjalnya belum cukup untuk mengeluarkan sisa-sisa
pembakaran makanan, enzim-enzim dalam usus juga belum banyak mencerna
makanan lain. Pada saat hamil, terjadi pembengkakan dari payudara akibat
pengaruh hormonal juga pembengkakan dari puting susu, selain itu daerah sekitar
puting warnanya gelap. Dengan adanya pembengkakan tersebut payudara menjadi
lebih mudah teriritasi bahkan mudah luka, oleh karena itu biasanya perlu
dilakukan perawatan payudara selama hamil.
Cara yang harus dilakukan dalam perawatan payudara saat hamil yaitu:
1. Pemeriksaan puting susu pada kehamilan usia 3 bulan untuk mengetahui
apakah puting susu datar atau masuk ke dalam dengan cara memijat puting
dasar susu secara perlahan. Puting susu yang normal akan menonjol
keluar. Apabila puting susu masuk kembali ke dalam payudara, maka
sejak kehamilan 3 bulan harus dilakukan perbaikan agar bisa menonjol.
Caranya dengan menggunakan jari telunjuk atau ibu jari, daerah puting
susu diurut ke arah berlawanan menuju ke dasar payudara sampai daerah
2. Pada Kehamilan usia 6-9 bulan yang perlu dilakukan yaitu :
a. Kedua tangan dibasahi dengan minyak kelapa.
b. Puting susu sampai aerola mamae (daerah sekitar puting dengan warna
lebih gelap) dikompres dengan minyak kelap 2-3 menit. Tujuannya
untuk memperlunak kotoran atau kerak yang menempel pada puting
susu sehingga mudah dibersihkan.
c. Jangan membersihkan dengan alkohol atau yang lainnya yang bersifat
iritasi karena dapat menyebabkan puting susu lecet.
d. Kedua puting susu dipegang lalu ditarik, diputar ke arah dalam dan ke
arah luar (searah dan berlawanan jarum jam).
e. Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan, lalu diurut kearah
puting susu sebanyak 30 kali sehari.
f. Pijat kedua aerola mamae sehingga keluar 1-2 tetes.
g. Kedua puting susu dan sekitarnya dibersihkan dengan handuk kering
dan bersih.
h. Pakailah BH yang tidak ketat dan bersifat menopang, jangan memakai
BH yang ketat sampai menopang payudara. Bila BH sudah mulai
terasa sempit, sebaiknya menggantinya denga BH pas sesuai dengan
ukuran untuk memberikan kenyamanan dan juga support yang baik
untuk payudara. Bila berencana untuk menyusui, dapat memulai
menggunakan BH untuk menyusui pada akhir kehamilan. Pilihlah BH
yang ukurannya sesuai dengan payudara, memakai BH yang
menyebabkan infeksi seperti mastitis (suatu infeksi kelejar susu di
payudara) (Pramitasari & Saryono, 2008).
Perawatan payudara saat hamil ini memiliki beberapa manfaat antara lain:
1. Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.
2. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi
untuk menyusui.
3. Merangsang kelenjar air susu sehingga produksi asi banyak dan lancar.
4. Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini melakukan
upaya untuk mengatasinya.
5. Mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui.
2.3.3. Perawatan Payudara Masa Menyusui ( Nifas)
Perawatan payudara saat menyusui adalah lanjutan dari perawatan payudara
semasa hamil. Pada saat hamil, ukuran payudara memang membesar karena
bertambahnya saluran-saluran air susu, sebagai persiapan laktasi. Kondisi
payudara biasanya akan berubah setelah tiga hari pasca melahirkan. Apalagi
setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara
dengan benar dan teratur akan memudahkan sikecil mengkonsumsi ASI. Tehnik
menyusui yang salah akan berpengaruh pada bentuk payudara. Banyak ibu yang
mengeluhkan bayinya tak mau menyusu, hal ini dapat disebabkan faktor teknis
seperti puting susu yang masuk atau posisi yang salah. Sedangkan faktor
psikologis dengan menciptakan suasana santai dan nyaman, tidak terburu-buru
Cara perawatan dan pemijatan payudara ibu menyusui yang dilakukan 2 kali
sehari kedua pasca persalinan antara lain yaitu:
1. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan
dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir
dengan gerakan spiral pada daerah puting susu.
Gambar 2.3. Tehnik menyokong payudara
2. Buatlah gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan
berakhir pada puting susu di seluruh bagian payudara. Lakukan gerakan
seperti ini pada payudara kanan.
3. Letakkan kedua telapak tangan di antara dua payudara. Urutlah dari
tengah ke atas sambil mengangkat kedua payudara dan lepaskan keduanya
perlahan. Variasi lainn adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan,
ibu jari di atas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut
payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke depan ke arah puting susu.
Lakukan hal yang sama pada payudara kanan kurang lebih 30 kali
Gambar 3.4. Tehnik mengurut payudara
4. Cobalah posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu tangan,
sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah
pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali.
Setelah itu, letakkan satu tangan disebelah atas satu lagi di bawah
payudara. Luncurkan kedua tangan secara bersamaan ke arah puting susu
dengan cara memutar tangan . Ulangi gerakan ini sampai semua bagian
Gambar 3.6. Tehnik memutar kedua payudara
Perawatan payudara masa menyusui bertujuan untuk :
1. Memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari infeksi.
2. Meningkatkan produksi asi dengan merangsang kelenjar-kelenjar air
susu melalui pemijatan.
3. Mencegah bendungan ASI/ pembekakan payudara.
4. Melenturkan dan menguatkan puting saat bayi menyusu.
5. Mengetahui secara dini kelainan puting susu dan mengatasinya.
6. Persiapan psikis ibu untuk menyusui (Hamid, 2011).
2.4. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut mastisis
2.4.1. Etiologi
Mastitis terjadi sebagai akibat invasi bakteri ke jaringan payudara saat
terjadi cedera payudara (Soleha, 2009).
A.Bakteri penyebab yang paling umum adalah Staphylococcus aerus. Penyebab
cedera antara lain yaitu :
1) Memar akibat pemompaan atau manipulasi kasar.
2) Distensi berlebihan pada payudara.
3) Stasis air susu dalam duktus.
4) Retak atau fisura puting susu.
B. Sumber bakteri
1) Tangan ibu.
2) Tangan yang merawat ibu dan bayi.
3) Bayi (Morgan dan Carole 2009).
2.4.2. Tanda dan gejala
1) Kongesti berat.
2) Demam ringan.
3) Nyeri ringan pada suatu bagian payudara yang semakin memburuk saat
bayi menyusui.
4) Sedikit kemerahan di area peradangan.
5) Kenaikan cepat suhun tubuh dari 37,8℃ −40℃ 6) Peningkatan frekuensi nadi dan menggigil.
8) Area payudara kemerahan, sangat nyeri saat ditekan dan menyakitkan
dengan benjolan yang cukup besar dan keras (Morgan & Carole 2009).
2.4.3. Penatalaksanaan
1. Sarankan pasien untuk minum antibiotik yang diresepkan selama perjalanan
penyakit, meskipun kesehatan pasien membaik dengan cepat. Pengobatan
pilihan meliputi 500 mg Keflex atau 500 mg dikloksasilin, diminum per oral
empat kali sehari selama 7-10 hari, pasien mungkin memerlukan pengobatan
ulang (Suherni, 2009).
2. Peringatkan pasien bahwa vaginitis monila dapat terjadi sekunder akibat terapi
antibiotik. Pasien mungkin ingin menggunakan tablet asidofilus sebagai
fropilaksis saat minum antibiotik.
3. Lakukan kultur dan sensitivitas air susu dari payudara yang terinflamasi untuk
menegakkan diagnosis dan terapi bila perlu.
4. Sarankan pasien untuk tetap menyusui, kecuali terdapat abses. Coba berikan
kompres hangat pada sisi yang sakit sebelum menyususi. Tidak dianjurkan
untuk tetap menyusui bila terdapat abses. Sarankan hal-hal berikut
a. Hentikan menyusui sampai suhu tubuh normal selama 24 jam, biasanya
sekitar 24-48 jam setelah minum antibiotik, lalu lanjutkan pemberian ASI.
b. Selama menyusui dihentikan, pompa payudara sedikitnya 4 jam dengan
pompa manual atau elektrik setelah payudara dikompres dengan air
hangat. Hindari manipulasi payudara yang sudah ada.
c. Buang setiap air susu yang dipompa selama menyusui karena ASI
5. Kenakan penyangga payudara yang kaku dan tidak ketat.
6. Berikan obat analgetik. Bila pemberian asetaminopen tidak efektif maka
berikan asetaminopen bersama kodein.
7. Bila terdapat abses, konsultasikan dengan dokter. Mungkin perlu diinsisi.
(Suherni, 2009)
2.4.4. Pencegahan
A. Perbaikan pemahaman tentang penatalaksanaan menyusui yaitu :
Wanita yang merawat ibu perlu mengetahui tentang penatalaksaan
menyusui yang efektif, pemberian makanan bayi dengan adekuat dan
pemeliharaan kesehatan payudara. Yang perlu diketahui ibu sebagai berikut :
a) Mulai menyusui dalam satu jam atau lebih setelah melahirkan.
b) Memastikan bayi mengeyut payudara dengan baik.
c) Menyusui tanpa batas, dalam hal frekuensi atau durasi dan membiarkan
bayi selesai menyusui satu payudara dulu, sebelum memberikan yang lain.
d) Menyusui secara eksklusif selama minimal 4 bulan dan bila mungkin 6
bulan.
B. Penatalaksanaan yang efektif pada payudara yang penuh dan kencang yaitu :
Bila payudara ibu penuh atau terbendung selama beberapa minggu pertama,
penting untuk memastikan bahwa ASI dikeluarkan dan kondisi tersebut diatasi
a) Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan bayi saat menyusui agar
memperbaiki pengeluaran ASI dan untuk mencegah luka pada puting susu.
b) Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas.
c) Pemerasan dapat dilakukan dengan tangan atau pompa. Bila payudara
sangat nyeri, jalan lain untuk memeras ASI adalah dengan menggunakan
metode botol panas .
d) Setelah satu atau dua hari, kondisi ini harus sembuh dan suplai ASI
kebutuhan bayi.
C. Perhatian dini terhadap semua tanda statis ASI
Seorang ibu perlu mengetahui cara merawat payudara, tanda dini stasis ASI
atau mastitis sehingga ia dapat mengobati dirinya sendiri di rumah, dan mencari
pertolongan secepatnya bila keadaan tersebut tidak menghilang. Ia harus
memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan, nyeri atau panas
kemerahan. Bila ibu mempunyai salah satu faktor risiko seperti kealpaan
menyusui dan bila ibu mengalami demam contohnya sakit kepala. Bila ibu
mempunyai tanda- tanda tersebut ibu perlu memperhatikan antara lain yaitu :
a. Beristirahat di tempat tidur.
b. Sering menyusui pada payudara yang terkena.
c. Mengompres panas pada payudara yang terkena, berendam dengan air
hangat atau pancuran hangat.
d. Memijat dengan lembut setiap daerah benjolan payudara saat bayi
e. Mencari pertolongan dari petugas kesehatan bila ibu tidak merasa lebih
parah keesokan harinya.
D. Perhatian dini pada kesulitan menyusui antara lain yaitu :
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui dan pada saat ibu
menemui kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti :
a) Nyeri atau puting pecah-pecah.
b) Ketidaknyamanan payudara setelah menyusui.
c) Kompres puting susu
d) Bayi tidak puas menyusu sangat sering, jarang atau lama.
e) Kehilangan percaya diri pada suplai ASI- nya tidak cukup.
f) Pengenalan makanan secara dini atau dot (WHO, 2003).
Bidan atau petugas kesehatan lain harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang sesuai sehingga dapat membantu ibu untuk menyusui pada
periode pasca dini, untuk melanjutkan menyusui dan untuk mengatasi kesulitan
dini sebelum menjadi lebih serius dan membahayakan laktasi. Pengetahuan dan
keterampilan tentang dukungan menyusui terus menerus harus tersedia di
masyarakat, pada petugas kesehatan masyarakat, TBA atau petugas konseling
yang setara dan wanita secara umum, sehingga wanita dapat saling membantu
untuk mencegah berbagai kesulitan dan bila timbul masalah pengobatan yang
E. Pengendalian Infeksi
Karena penatalaksanaan menyusui yang sesuai merupakan dasar
pencegahan mastitis, pengurangan resiko infeksi juga penting, terutama di rumah
sakit. Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering. Petugas kesehatan harus mencuci tangannya setiap kali setiap kontak
dengan ibu, bayi atau dengan kemungkinan semua organ patogen. Sabun biasa
adekuat untuk menyingkirkan organisme permukaan, tetapi untuk petugas
kesehatan yang sering kontak dengan cairan tubuh, produk pencuci tangan
antimikroba lebih efektif. Sabun harus kontak dengan kulit minimal 10 detik tiap
pencucian. Kontak kulit dini diikuti dengan rawat gabung bayi dengan ibu juga
merupakan jalan yang penting untuk mengurangi infeksi di rumah sakit (WHO,
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat pengetahuan
ibu tentang perawatan payudara dan mastitis pada masa nifas adalah :
Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan
A. Perawatan payudara terdiri dari pengertian, cara dan tujuan.
3.2. Defenisi Operasional
Defenisi operasional digunakan untuk membatasi ruang lingkup variabel
yang akan diteliti dan mengarahkan hasil pengukuran dalam pengembangan alat
ukur (Notoatmodjo, 2010). Defenisi operasional penelitian ini diuraikan dalam
tabel sebagai berikut.
No Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil
Ukur
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan metode diskriptif yang bertujuan untuk
mendeskripsikan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis pada
Nifas.
4.2. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah ibu yang melahirkan dan
dirawat di ruang V RSUD DR Pirngadi Medan Januari 2013 sebanyak 141
4.3. Sampel dan Tehnik sampel
4.3.1. Sampel
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu menurut Imron, Moch
dan Amrul Munif (Surakhmad 1994) apabila jumlah populasi sebanyak kurang
lebih dari 100 maka pengambilan sampel sekurang kurangnya 50% dari ukuran
populasi dan apabila ukuran populasi sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran
sampel yang diharapkan sekurang- kurangnya sebesar 15% dari ukuran populasi.
Maka jumlah sampel diperoleh sebanyak 70 orang.
4.3.2. Tehnik sampel
Tehnik sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling
mempunyai kriteria inklusif dan eksklusif untuk dijadikan sampel. Sampel
yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini yaitu kriteria inklusif.
Adapun kriteria inklusif adalah
a. Ibu yang melahirkan yang tidak mempunyai kelainan dan dirawat di
Ruang V RSUD DR Pirngadi
b. Dapat berkomunikasi
c. Bersedia sebagai responden dalam penelitian ini
4.4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di ruang V RSUD DR Pirngadi Medan
pada bulan September s/d November 2013 dengan pertimbangan bahwa RSUD
DR Pirngadi Medan adalah rumah sakit pendidikan.
4.5. Pertimbangan Etik
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian adalah responden yang
telah menandatangani lembar persetujuan atas kerelaan sendiri, jika responden
menolak untuk diteliti maka peneliti akan tidak akan memaksa dan tetap
menghormati hak-haknya
1. Menghormati hak dan martabat manusia (respect for human dignity)
Peneliti mempertimbangkan hak-hak responden, peneliti juga memberikan
kebebasan kepada responden untuk berpartisipasi dalam penelitian atau
tidak. Oleh karena itu, peneliti mempersiapkan lembar persetujuan
Peneliti menjelaskan terlebih dahulu tentang penelitian kemudian meminta
persetujuan responden dengan meminta tanda tangan pada persetujuan
yang telah disiapkan.
2. Menghormati privacy dan kerahasiaan subjek penelitian (respect for
privacy confidentiality)
Subjek penelitian mempunyai hak untuk menjawab privacy masing –
masing. Oleh karena itu peneliti wajib menjaga kerahasian dengan tidak
memberitahukan identitas subjek kepada orang lain (Notoatmodjo, 2010).
Pada penelitian ini peneliti tidak menyediakan pengisian nama responden,
identitas responden diketahui kode responden. Selain itu tidak ada
pelaporan responden secara personal dan pengungkapan identitas
responden.
3. Keadilan dan inklusivitas / keterbukaan (respect for justice inclusiveness).
Peneliti berusaha menjaga prinsip keadilan, keterbukaan dan kejujuran
menjelaskan terlebih dahulu prosedur penelitian kepada responden. Jika
masih ada yang kurang jelas, peneliti juga mempersilahkan responden
untuk bertanya. Selain itu, peneliti juga memberikan perlakuan serta
kompensasi yang sama kepada semua subyek penelitian tanpa
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits).
Peneliti berusaha untuk memberikan manfaat yang maksimal kepada
masyarakat umum dan subjek penelitian secara khusus. Hasil dari
penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perawat maupun pendidik
untuk menyusun kurikulum pendidikan kesehatan khususnya terkait
perawatan payudara dan mastitis. Selain itu, peneliti juga berusaha
meminimalisasi kerugian dari penelitian. Salah satunya yang dilakukan
dengan pemilihan waktu pengambilan data. Dari segi pengumpulan data
yang menggunakan kuesioner tidak dinilai menimbulkan kerugian bagi
responden.
4.6. Instrumen Penelitian
4.6.1. Data demografi terdiri dari umur, pendidikan, penghasilan keluarga,
pekerjaan, sumber informasi dan paritas
4.6.2. Kuesioner tertutup dengan judul pengetahuan ibu tentang perawatan
payudara dan mastitis pada masa nifas berbentuk chek list responden
hanya membutuhkan tanda cheklist (√) pada kolom yang sesuai dengan jawabannya. Kuesioner penelitian terdiri dari 20 pernyataan.
4.7. Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar.
dan mengungkapkan data dari variabel yang diteliti dengan tepat. Tinggi
rendahnya validitas tergantung data yang terkumpul dan tidak menyimpang dari
validitas yang dimaksud. Uji validitas instrumen ini dilakukan oleh ahli
Keperawatan Maternitas di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Keperawatan USU.
4.8. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang mengukur sejauh mana alat pengukur dapat
dipercaya dan diandalkan. Hal ini menunjukkan hasil pengukuran tetap konsisten
atau tetap bila dilakukan dua kali atau lebih dengan alat ukur yang sama. Adapun
uji reliabilitas penelitian ini uji coba kuesioner pada10 orang ibu nifas di luar
sampel yang dirawat di RSUD DR Pirngadi.
4.9. Prosedur Pengumpulan Data
4.9.1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian melalui bagian
pendidikan Progran Study Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.
4.9.2. Setelah mendapatkan izin dari Program Study Keperawatan Fakultas
Keperawatan USU, Kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian pada Kepala RSUD DR Pirngadi Medan
4.9.3. Setelah melakukan pilot study, peneliti membutuhkan waktu 5-10 menit
untuk pengisian kuesioner yang tidak ada perubahan pada isi kuesioner
4.9.4. Setelah mendapatkan izin dari Kepala RSUD DR Pirngadi Medan maka
4.9.5. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden dan meminta
kesediaannya menjadi responden.
4.9.6. Menjelaskan cara pengisian kuesioner pada responden secara teliti dan
cermat serta tidak ada pernyataan yang tidak dijawab. Apabila tidak
mampu untuk menuliskan jawaban karena kondisi lemah maka dibantu
oleh peneliti.
4.9.7. Setelah diisi, kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa
kelengkapannya, apabila ada yang tidak lengkap diselesaikan saat itu juga.
Kuesioner terdiri dari dua bagian yaitu yang pertama data demografi terdiri
usia, jenis pendidikan, pekerjaan, penghasilan keluarga, sumber informasi
dan paritas. Kedua kuesioner terdiri dua bagian yang pertama tentang
perawatan payudara dan pada masa nifas.
4.10. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dapat dapat dilakukan meliputi 4 tahap (Notoatmodjo, 2010)
1. Editing adalah melakukan pengecekan terhadap isian kuesioner untuk
memastikan data merupakan data yang terisi lengkap relevan dan dapat
dibaca dengan baik.
2. Coding adalah kegiatan mengubah data huruf menjadi data bilangan.
Pemberian kode ini bertujuan untuk mempermudah proses pengolahan
saat analisa data dan mempercepat proses pengolahan saat analisa data
dan mempercepat proses memasukkan data.
4. Cleaning adalah pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan
(entry) untuk memastikan bahwa data tersebur telah bersih. dari
kesalahan, baik kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca
kode, sehingga data benar-benar telah siap untuk dianalisa.
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat.
Analisis yang menganalis satu variabel saja. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggambarkan satu variabel tunggal. Untuk mengkategorikan
variabel penelitian digunakan Rumus Sudjana (2005). Pada variabel pengetahuan
nilai tertinggi yang diperoleh adalah 21 dan nilai terendah 0. Berdasarkan rumus
statistik sudjana (2005) :
P = frekuensi yang teramati/ jumlah sampel
Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 21 (selisih nilai
tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas (baik, cukup,
kurang).
Metode statistik yang digunakan untuk analisa data pada penelitian ini
adalah analisis univariat yaitu menganalisa satu variabel saja. Data disajikan
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Tempat Penelitian ini adalah RSUD DR Pirngadi kota Medan. Saat ini RS
ini menjadi rumah sakit pendidikan yang berada di kota Medan. Responden yang
di teliti dalam penelitian ini adalah ibu nifas yang di rawat di RUANG V RSUD
DR Pirngadi medan tentang pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan
mastitis dengan jumlah sampel sebanyak 70 orang.
Dari tabel 5.1 dibawah menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik
umur, mayoritas 20- 35 tahun yaitu 62 orang atau (88,6%), minoritas >35 yaitu 5
orang atau (7,1%). Berdasarkan tingkat pendidikan, terlihat bahwa sebagian
responden mayoritas berpendidikan SMP yaitu 44 orang atau (62,9%) dan
minoritas berpendidikan SD yaitu 4 orang atau (5,7 %). Berdasarkan pekerjaan
mayoritas tidak bekerja yaitu 56 orang atau (80,0%) dan minoritas yang bekerja
14 orang atau (20,0%). Berdasarkan sumber informasi mayoritas tidak
mendapatkan penyuluhan yaitu 42 orang atau (60%) dan minoritas mendapat
penyuluhan yaitu 28 orang atau (40%). Berdasarkan paritas mayoritas multipara
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi dan Karakteristik responden (n=70)
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan ibu tentang Perawatan Payudara dan Mastitis di RSUD DR Pirngadi Medan (n=70)
No Pengetahuan Frekuensi Persentasi (%)
1.
Tabel 5.2 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden
berpengetahuan kurang yaitu 36 responden (51,4%), berpengetahuan cukup yaitu
30 orang (42,5%), dan minoritas berpengetahuan baik yaitu 4 orang (5,7%.).
Tabel 5.3
Distribusi Jawaban Responden tentang Perawatan Payudara dan Mastitis di RS Pirngadi Medan Tahun 2013
Pertanyaan Frekuensi Jawaban yang benar
Persentasi (%)
Cara perawatan payudara normal dengan menjaga hidup sehat
42 60
Cara perawatan payudara normal yang tidak mempunyai kelainan
40 57,1
Perawatan payudara pada ibu menyusui bertujuan memperlancar ASI
Dari tabel 5.3 di atas ini dapat diketahui bahwa responden menjawab
tentang cara perawatan payudara normal 42 responden (60%), cara perawatan
payudara normal yang tidak mempunyai kelainan 40 responden (57,1%),
responden (47,1%), cara penatalaksanaan penderita mastitis 9 responden (27,1%)
dan menjawab tentang cara pencegahan terjadinya mastitis dengan pemberian ASI
ekaklusif 7 responden (10%).
5.2. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, responden mayoritas berpengetahuan kurang
yaitu 36 orang (51,9%), dan minoritas berpengetahuan baik yaitu 4 orang (5,7%).
Usia 20-35 tahun merupakan usia yang produktif bagi seseorang untuk
dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang sebanyak banyaknya. Usia
adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Jadi semakin matang usia seseorang, maka dalam memahami suatu
masalah akan lebih mudah (Nursalam dan Priani, 2001). Semakin banyak umur
atau semakin tua seseorang, maka mempunyai kesempatan dan waktu yang lebih
lama dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan. Dengan demikian semakin
tua umur seseorang maka tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan payudara
dan mastitis akan semakin baik.
Menurut Nursalam (2001) bahwa makin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga banyak pengetahuan
yang diperoleh. Responden yang berpendidikan tinggi lebih mudah menyerap
informasi, sehingga banyak ilmu pengetahuan yang diperoleh, namun sebaliknya
orang tua yang berpendidikan rendah akan mengalami hambatan dalam
penyerapan informasi sehingga ilmu yang diperoleh lebih rendah yang berdampak
Faktor lain disebabkan karena status pekerjaan yaitu pengetahuan
bertambah karena sering berinteraksi dengan orang lain dari pada yang responden
yang tidak bekerja. Bekerja adalah cara seseorang untuk dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Begitu juga dengan sumber informasi yang
diperoleh dari tempat kerja atau dari tempat lain. Informasi yang diperoleh akan
mudah diterima sehingga akan semakin termotivasi untuk melakukan pekerjaan
yang bermanfaat. Hal ini diperkuat oleh Informasi yang diperoleh seseorang
memberikan pengaruh meskipun orang tersebut mempunyai tingkat pendidikan
rendah tetapi apabila sering mendapat informasi yang baik dari berbagai media,
maka hal ini dapat meningkatkan pengetahuan orang tersebut. (Nursalam dan Siti
Priani, 2001). Hal ini dikarenakan informasi mengenai perawatan payudara adalah
informasi khusus yang tidak didapat di bangku sekolah atau Perguruan tinggi
umum kecuali sekolah kesehatan. Adapun informasi mengenai perawatan
payudara dan mastitis biasanya diperoleh melalui penyuluhan kesehatan atau
melalui tenaga kesehatan dan puskesmas atau posyandu.
Hasil berdasarkan paritas diperoleh bahwa mayoritas berpengetahuan kurang
yaitu multipara sebanyak 42 (60%) dan minoritas primipara yaitu 28 orang
(40%). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Melhasah, (2012)
gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan payudara selama kehamilan di
puskesmas sungai tabuk yang menyatakan bahwa responden yang mempunyai
paritas terbanyak berpengetahuan cukup multipara sebanyak 24 orang (53,3%)
dan paritas terkecil yaitu primipara 19 orang (42,2%). Paritas didefinisikan
melihat jumlah anaknya. Menurut peneliti, jumlah paritas seorang ibu yang
mempunyai anak lebih dari 1 memiliki pengalaman lebih banyak dibandingkan
dengan ibu yang baru pertama kali mempunyai anak.
Dari 70 responden mayoritas menjawab dengan benar tentang cara perawatan
payudara normal dengan menjaga hidup sehat sebanyak 42 responden (60%). Hal
ini dapat diketahui bahwa sebagian responden sudah mengetahui cara perawatan
payudara normal dengan menjaga hidup sehat. Berdasarkan cara perawatan
payudara normal yang tidak mempunyai kelainan sebanyak 40 responden (57,1%)
yaitu ibu lebih sering melakukan perawatan payudara normal dari pada yang telah
ada kelainan pada payudara. Berdasarkan cara perawatan payudara pada ibu
menyusui agar memperlancar pengeluaran ASI sebanyak 33 responden (47,1%)
yaitu ibu sebahagian sudah mengetahui cara dan manfaat perawatan payudara
masa menyusui agar tidak ada kendala saat bayi siap untuk disapih. Hasil
penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mas bagus, (2010)
pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara di PBS Keduwungu Kec
Bayuwangi bahwa mayoritas berpengetahuan cukup yaitu 20 responden (55,5%),
berpengetahuan kurang yaitu 9 orang atau (22,0%) dan minoritas berpengetahuan
baik yaitu 4 orang atau (11,1%). Saat peneliti mengajak responden untuk diskusi
sejenak bahwa responden belum pernah mendengar informasi tentang mastitis,
tetapi mereka lebih sering mendengar tentang cara dan manfaat perawatan
Dari 70 responden minoritas menjawab tentang cara penatalaksanaan
penderita mastitis sebanyak 9 responden (27,1%). Hal ini dapat terjadi karena ibu
sedikit menerima informasi dan jarang berinteraksi dengan orang lain sehingga
pengetahuan ibu tentang penatalaksaan mastitis tidak pernah diperoleh.
Berdasarkan pencegahan terjadinya mastitis dengan pemberian ASI eksklusif
sebanyak 7 responden (10%). Hal ini dapat diketahui bahwa ibu belum
sepenuhnya memahami tentang manfaat pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
sehingga banyak diantara ibu lebih sering memberi susu formula dari pada ASI
eksklusif yang mempunyai manfaat besar untuk perkembangan mental dan fisik
bayi. Hal ini sejalan dengan penelitian Khaira, (2013) hubungan prekuensi
pemberian ASI dengan kejadian Mastitis pada ibu menyusui 0-6 bulan di RSIA
Banda Aceh terdapat hubungan bahwa bayi yang tidak sering menyusu atau bayi
malas menyusu, sehingga ASI bertumpuk dalam payudara. Frekuensi pemberian
ASI harus dilakukan secara teratur agar mastitis tidak terjadi. Untuk
mengatasinya lakukan pemberian ASI sesering mungkin tanpa menjadwalkannya
dan lakukan pemijatan pada payudara dengan kedua tangan menggunakan minyak
(baby oil), dari arah pangkal payudara menuju puting. Kemudian kompres
payudara menggunakan lap handuk yang telah direndam dalam air hangat dan air
dingin secara bergantian (Pramitasari & Saryono 2008). Banyak ibu yang kurang
memahami dan kurang mendapat informasi tentang manfaat ASI eksklusif, cara
menyusui dan langkah menyusui yang benar. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa kejadian mastitis pada ibu nifas disebabkan karena ibu tidak
karena kurang informasi tentang cara menyusui dan tehnik- tehnik menyusui yang
benar. Perawatan payudara perlu dilakukan agar tidak terjadi kelainan atau
keabnormalan bentuk payudara. Ini dapat dilakukan pada ibu hamil dan menyusui.
Perawatan payudara pada ibu menyusui harus dilakukan rutin tiap hari agar ibu
dan bayi tidak ada kendala dalam proses menyusui serta terhindar dari mastitis
(peradangan payudara) akibat ASI yang menumpuk dan tidak pernah dikeluarkan.
Menurut Roesli (2001) ASI merupakan makanan paling sempurna bagi bayi,
dimana kandungan sumber gizi utama memiliki sifat yang unggul untuk
pertumbuhan dan perkembangan. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal
dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan
pertumbuhan bayi. Namun demikian tidak semua ibu memberikan ASI kepada
bayinya. Mungkin karena pengetahuan yang kurang memadai, atau persepsi yang
keliru tentang payudara dan menyusui, pemahaman yang kurang tentang peran
dan fungsi ibu, payudara tidak selalu dilihat sebagai perangkat untuk menyusui
bayinya. Menyusui yang benar dan berhasil memerlukan suatu upaya diantaranya
perawatan payudara. Perawatan payudara akan berhasil bila ibu mempunyai
pengetahuan tentang manfaat perawatan payudara dalam meningkatkan produksi
ASI yang sangat baik untuk meningkatkan kualitas bayi dan upaya menurunkan
morbilitas dan mortalitas bayi. Dalam masa nifas, pengetahuan tentang perawatan
payudara sangat penting untuk diketahui ibu, hal ini berguna untuk menjaga
keindahan payudara serta menghindari masalah-masalah dalam proses menyusui
Menurut asumsi peneliti responden yang mayoritas berpengetahuan kurang
disebabkan oleh pendidikan yang dimiliki responden adalah pendidikan dasar.
Sumber informasi yang diperoleh kurang tentang cara perawatan payudara dan
mastitis disebabkan jarang mendapat informasi dari media atau penyuluhan dan
tidak mempunyai pengalaman tentang perawatan payudara dan mastitis.
Pengalaman merupakan guru yang baik, pengalaman merupakan sumber
pengetahuan untuk memperoleh kebenaran, dan pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Pendidikan berhubungan
dengan pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan merupakan proses
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
tentang gambaran pengetahuan ibu tentang perawatan payudara dan mastitis di
RSUD dr. Pirngadi Medan yaitu :
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tanggal 07 September
sampai dengan tanggal 07 november 2013 pada ibu Ruang V RSUD Pirngadi
Medan diketahui bahwa Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara dan
Mastitis pada masa nifas di RSUD dr. Pirngadi Medan yang meliputi usia,
pendidikan, penghasilan keluarga, pekerjaan, sumber informasi, dan paritas. Data
diperoleh mayoritas berusia 20- 35 tahun (88,6%), berdasarkan pendidikan SMP
(62,9%), berdasarkan pekerjaan yang tidak bekerja (80,0%), berdasarkan sumber
informasi yaitu yaitu tidak pernah mendapat penyuluhan (57,1) dan berdasarkan
paritas yaitu multipara (60%). Dan rata-rata skor total pengetahuan ibu tentang
perawatan payudara dan mastitis berpengetahuan kurang yaitu 36 responden
(51,4%)berpengetahuan cukup yaitu 30 orang atau (42,9%), dan berpengetahuan
baik yaitu 4 orang atau (5,7%). Dari hasil penelitian ini kita sebagai propesi di
bidang keperawatan agar dapat meningkatkan pelayanan atau penyuluhan
kesehatan pada ibu nifas, terutama dalam perawatan payudara dan pencegahan
6.2. Saran
1. Bagi peneliti.
a. Hendaknya menambah pengetahuan tentang perawatan payudara dan
mastitis
b. Menerapkan ilmu yang sudah didapat selama dibangku kuliah dan
menambah pengalaman dalam penerapan riset, terutama tentang
perawatan payudara dan mastitis masa nifas.
2. Bagi Profesi Keperawatan
Agar lebih memaksimalkan peran dan fungsi perawat dalam memberikan
penyuluhan kesehatan tentang perawatan payudara dan pencegahan
terjadinya mastitis serta bahaya yang akan ditimbul apabila tidak
melakukan perawatan payudara dan menekankan prioritas pada ibu
dengan latar belakang pendidikan dasar dan menengah.
3. Bagi masyarakat
Masyarakat harus mendukung kegiatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan atau perawat terutama dalam perawatan payudara dan