• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja "Stimulasi" di Unit Penderesan PT. Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja "Stimulasi" di Unit Penderesan PT. Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT

PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA “STIMULASI”

DI UNIT PENDERESAN PT SOCFIN INDONESIA TANAH BESIH TAHUN 2014

SKRIPSI Oleh :

FEBRYANTI DRANICA SIHOMBING (111021043)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMAKAIAN ALAT

PELINDUNG DIRI (APD) PADA PEKERJA “STIMULASI”

DI UNIT PENDERESAN PT SOCFIN INDONESIA TANAH BESIH TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

FEBRYANTI DRANICA SIHOMBING NIM. 111021043

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Stimulasi merupakan kegiatan pemberian zat kimia pada tanaman karet dengan tujuan untuk mendapatkan kenaikan hasil lateks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor utama yang mempengaruhi pemakaian alat pelindung diri pada pekerja stimulasi di unit penderesan di PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional, sampel 25 pekerja (Total Sampling). Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik Berganda dengan metode Backward Stepwise.

Diperoleh bahwa 25 pekerja terdapat yang memakai APD lengkap sebanyak 9 pekerja (36.0%) dan yang memakai APD yang tidak lengkap sebanyak 16 pekerja (64.0%). Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan ada hubungan dengan pemakaian APD (ρ value =0.004) dan sikap tidak ada hubungan dengan pemakaian APD (ρ value = 0.058) tetapi dapat masuk dalam uji multivariat karena nilai ρ<0.25. Hasil analisis regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise menunjukkan bahwa variabel yang menunjukkan pengaruh yang paling signifikan adalah pengetahuan dengan nilai ρ=0.008 dan Eks (B)=0.042.

Saran bagi para pekerja agar dapat meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam pemakaian alat pelindung diri yang telah disediakan dengan baik dan kosisten. Pengawas juga benar-benar melakukan pengawasan terhadap pekerja dengan memberikan sanksi yang tegas kepada pekerja yang tidak memakai alat pelindung pada saat bekerja sehingga dengan dilakukan pengawasan maka dapat memaksimalkan terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Sebaiknya kondisi alat pelindung diri yang diberikan dalam keadaan baik dan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan kerja.

(5)

ABSTRACT

Stimulation is an activity that providing chemical for rubber plant in order to increase the latex amount. The purpose of this research was to determine the main factor that affect wearing of the personal protective equipment to workers stimulation at unit penderesan PT Socfindo Tanah Besih in 2014.

This research is a descriptive analytic with cross sectional design, sample of 25 workers (Total Sampling). The analytical method used are univariate, bivariate using the chi-square test and multivariate analysis using Multiple Logistic Regression test by Backward Stepwise Regression method.

From 25 workers there are 9 workers (36.0%) who wear complete safety equipment and there are 16 workers (64.0%) who didn’t wear a complete one. The test chi-square show that the knowledge has a significant correlation with discharging personal protective equipment (ρ=0.004) but attitudes no significant correlation with discharging personal protective equipment (p=0.058) but can enter the multivariate test because the value ρ<0.25. The result of Multiple Logistic Regression analysis with Backward stepwise methods show that a variable showing the most significant influence is knowledge (ρ=0.008) and Eks (B)=24.000

Suggestions for workers to raise awareness and discipline to use personal protective equipment that has been provided well and consistently. Supervisor also supervise the workers by giving strict sanction for workers who did not wear personal protective equipment when working. So that it can maximal not to occurrence of accident at work. The condition of personal protective equipment that given to the worker should be in a good condition and must be apppriate to the needs and conditions of the work environment.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FEBRYANTI DRANICA SIHOMBING

Tempat/Tanggal Lahir : Penggalangan, 05 Februari 1988

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Jumlah Saudara : 4 (empat) orang

Alamat Rumah : Dusun III. Desa Penggalangan. Kec. Tebing Syahbandar

Kab. Serdang Bedagai. Sumatera Utara

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1993-1999 : SDN 106232, Penggalangan Tahun 1999-2002 : SLTP Methodist 1, Tebing Tinggi

Tahun 2002-2005 : SMA RK Bintang Timur, Pematang Siantar Tahun 2005-2008 : DIII Kimia Analis USU

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja “Stimulasi” Di Unit Penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014” yang merupakan salah satu prasyarat untuk meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi dapat terwujud, terutama kepada Ibu Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan Ibu dr. Halinda Sari Lubis, M.KKK selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mendidik, membimbing dan memberi masukan, saran serta kritikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu kepada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes selaku Ketua Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sekaligus penguji ujian skripsi

(8)

4. Bapak dr. Mohd.Arifin Siregar, MS selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Seluruh Dosen dan Pegawai di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 6. Bapak Darsit Situmorang selaku pengurus di PT Socfindo Tanah Besih dan pihak

PT Socfindo Medan yang memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian. 7. Bapak Edi Muthe selaku Assisten tanaman di tempat saya melakukan penelitian

yang telah membantu dan membimbing selama dalam melakukan penelitian dan juga kepada para pekerja yang membantu penulis dalam melakukan penelitian. 8. Orang tua saya tercinta, M. Sihombing dan S. br Haro yang telah membesarkan,

membimbing dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta memberikan motivasi dan materil dalam menyelesaikan skripsi.

9. Kakak dan adik-adik saya yang terkasih: Gusniarti Leo Valentina br. Sihombing, S.si, Tri Juli Astuti br Sihombing, Amd, Lambok Veri Record Sihombing, dan Sardo Sahat Tua Sihombing, Amd terima kasih atas perhatian, doa dan semangat yang telah diberikan sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini.

10. Kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2011 serta teman-teman K3: Dessy Purba, Zuhdina Ulya, Parta, Ainal, Bang Cuan, Fauzy, Ari, Bang Fentra, Evia Manurung, Dunia Terang Sihombing, Mahreza Nababan, Ayu, Sri, Rizka, Lydia Lumbantoruan, Arif, Philif, Hotman.

(9)

masih banyak lagi yang telah memberikan doa dan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Kepada teman-teman di Persekutuan Pemuda-Pemudi GKPI Mulyorejo-Binjai : Josua Syamsul Sihombing, Yanti Tamba, Martini Panjaitan, Ade Triesna Hutabarat, dan masih banyak lagi yang telah memberikan doa dan motivasi kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karenanya penulis mengaharapkan saran dan kritik yang konstruktif demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2014

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN. ... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 6

I.3. Tujuan Penelitian ... 6

I.3.1. Tujuan Umum ... 6

I.3.2. Tujuan Khusus ... 6

I.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja ... 8

2.2. Tanaman Karet ... 12

2.2.1. Penyadapan ... 12

2.2.2. Cara Pelaksanaan Penyadapan ... 12

2.2.3. Penggunaan Stimulasi ... 13

2.3. Alat Pelindung Diri ... 15

2.3.1. Pengertian Alat Pelindung Diri ... 15

2.3.2. APD Pada Pekerja Stimulasi PT Socfindo Tanah Besih... 16

2.4. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri ... 16

2.5. Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri ... 18

2.6. Perundang-undangan ... 19

2.7. Jenis-jenis APD ... 20

2.8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian APD ... 22

2.8.1. Pengetahuan ... 22

2.8.2. Sikap ... 24

2.8.3. Kondisi APD ... 27

2.8.4. Pengawasan ... 27

2.8.5. Lingkungan Sosial ... 28

2.9. Kerangka Konsep Penelitian ... 30

2.10. Hipotesa Penelitian ... 31

2.11. Variabel Penelitian ... 31

2.11.1. Variabel Bebas (Independent Variabel) ... 31

(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 32

3.2.1. Lokasi ... 32

3.2.2. Waktu ... 32

3.3. Populasi Dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2. Sampel ... 33

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1. Data Primer ... 33

3.4.2. Data Sekunder ... 33

3.5. Definisi Operasional ... 34

3.6. Aspek Pengukuran ... 35

3.6.1. Aspek Pengukuran Tenaga Kerja ... 36

3.6.2. Aspek Pengukuran Faktor APD Dan Faktor Pendukung ... 37

3.7. Teknik Analisis Data ... 40

3.7.1. Analisis Univariat ... 40

3.7.2. Analisis Bivariat ... 40

3.7.3. Analisis Multivariiat ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 42

4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 42

4.2. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 44

4.3. Hasil Penelitian ... 46

4.3.1. Analisis Univariat ... 46

4.3.1.1. Distribusi Responden Bedasarkan Umur ... 46

4.3.1.2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .... 46

4.3.1.3. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 47

4.3.1.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian APD. 48

4.3.1.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan ... 48

4.3.1.6. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap ... 49

4.3.1.7. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD ... 50

4.3.1.8. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan ... 51

4.3.1.9. Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan Sosial 51

4.3.2. Analisis Bivariat ... 52

4.3.2.1. Hubungan Pengetahuan Dengan Pemakaian APD... 52

4.3.2.2. Hubungan Sikap Dengan Pemakaian APD ... 53

4.3.2.3. Hubungan Kondisi APD Dengan Pemakaian APD ... 55

4.3.2.4. Hubungan Pengawasan Dengan Pemakaian APD ... 55

4.3.2.5. Hubungan Lingkungan Sosial Dengan Pemakaian APD... 55

4.3.3. Analisis Multivariat ... 57

(12)

5.2. Hubungan Sikap Terhadap Pemakaian APD ... 60

5.3. Hubungan Kondisi APD Terhadap Pemakaian APD ... 62

5.4. Hubungan Pengawasan Terhadap Pemakaian APD... 63

5.5. Hubungan Lingkungan Sosial Terhadap Pemakaian APD ... 64

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 66

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Konsentrasi Ethrel Yang di Inginkan Dengan Perbandingan

Jumlah Bagian Ethrel 10 ELS dan Jumlah Bagian Pelarut ... 14 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran ... 35 Tabel 4.1. Perkebunan, Komoditi Dan Lokasi Perkebunan PT.Socfindo

Medan ... 43 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih

Tahun 2014 ... 46 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pekerja

Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih

Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir pada

Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pemakaian Alat Pelindung

Diri (APD) pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan

PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014 ... 48 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Alat

Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan

PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Alat Pelindung Diri (APD) pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan

(14)

Tahun 2014 ... 52 Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terhadap Pemakaian APD pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo

Tanah Besih Tahun 2014 ... 52 Tabel 4.12. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Pemakaian

APD pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014... 53 Tabel 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi APD Terhadap Pemakaian APD pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014 ... 54 Tabel 4.14. Distribusi Responden Berdasarkan Pengawasan Terhadap Pemakaian APD pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014 ... 55 Tabel 4.15 Distribusi Responden berdasarkan Lingkungan Sosial Terhadap

Pemakaian APD pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014... 55 Tabel 4.16. Hasil Analisi Bivariat Hubungan Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat Dengan Menggunakan Uji Chi-Square ... 56 Tabel 4.17. Hasil Analisis Regresi Logistik Berganda Dengan Metode

Backward Stepwise ... 57 Tabel 4.18. Probabilitas Pemakaian APD Pada Pekerja Stimulasi di Unit Penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014 ... 58

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Folmulir Kuesioner

Lampiran 2 : Lembar Observasi Pemakaian APD Lampiran 3 : Master Data

Lampiran 4 : Hasil Analisis Univariat Lampiran 5 : Hasil Analisis Bivariat Lampiran 6 : Hasil Analisi Multivariat Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian

(16)

ABSTRAK

Stimulasi merupakan kegiatan pemberian zat kimia pada tanaman karet dengan tujuan untuk mendapatkan kenaikan hasil lateks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor utama yang mempengaruhi pemakaian alat pelindung diri pada pekerja stimulasi di unit penderesan di PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan desain cross sectional, sampel 25 pekerja (Total Sampling). Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi-square dan multivariat menggunakan uji Regresi Logistik Berganda dengan metode Backward Stepwise.

Diperoleh bahwa 25 pekerja terdapat yang memakai APD lengkap sebanyak 9 pekerja (36.0%) dan yang memakai APD yang tidak lengkap sebanyak 16 pekerja (64.0%). Dari hasil uji chi-square menunjukkan bahwa pengetahuan ada hubungan dengan pemakaian APD (ρ value =0.004) dan sikap tidak ada hubungan dengan pemakaian APD (ρ value = 0.058) tetapi dapat masuk dalam uji multivariat karena nilai ρ<0.25. Hasil analisis regresi logistik berganda dengan metode backward stepwise menunjukkan bahwa variabel yang menunjukkan pengaruh yang paling signifikan adalah pengetahuan dengan nilai ρ=0.008 dan Eks (B)=0.042.

Saran bagi para pekerja agar dapat meningkatkan kesadaran dan kedisiplinan dalam pemakaian alat pelindung diri yang telah disediakan dengan baik dan kosisten. Pengawas juga benar-benar melakukan pengawasan terhadap pekerja dengan memberikan sanksi yang tegas kepada pekerja yang tidak memakai alat pelindung pada saat bekerja sehingga dengan dilakukan pengawasan maka dapat memaksimalkan terjadinya kecelakaan pada saat bekerja. Sebaiknya kondisi alat pelindung diri yang diberikan dalam keadaan baik dan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan kerja.

(17)

ABSTRACT

Stimulation is an activity that providing chemical for rubber plant in order to increase the latex amount. The purpose of this research was to determine the main factor that affect wearing of the personal protective equipment to workers stimulation at unit penderesan PT Socfindo Tanah Besih in 2014.

This research is a descriptive analytic with cross sectional design, sample of 25 workers (Total Sampling). The analytical method used are univariate, bivariate using the chi-square test and multivariate analysis using Multiple Logistic Regression test by Backward Stepwise Regression method.

From 25 workers there are 9 workers (36.0%) who wear complete safety equipment and there are 16 workers (64.0%) who didn’t wear a complete one. The test chi-square show that the knowledge has a significant correlation with discharging personal protective equipment (ρ=0.004) but attitudes no significant correlation with discharging personal protective equipment (p=0.058) but can enter the multivariate test because the value ρ<0.25. The result of Multiple Logistic Regression analysis with Backward stepwise methods show that a variable showing the most significant influence is knowledge (ρ=0.008) and Eks (B)=24.000

Suggestions for workers to raise awareness and discipline to use personal protective equipment that has been provided well and consistently. Supervisor also supervise the workers by giving strict sanction for workers who did not wear personal protective equipment when working. So that it can maximal not to occurrence of accident at work. The condition of personal protective equipment that given to the worker should be in a good condition and must be apppriate to the needs and conditions of the work environment.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ditinjau dari letak geografisnya, Negara Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan memiliki sumber daya alam yang kaya serta tanah yang subur. Oleh karena itu pemerintah menggalakkan program kerja disektor pertanian dan perkebunan. Pendapatan atau devisa negara juga berasal dari hasil pertanian dan perkebunan tersebut, dan rata-rata penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

Sebagai negara agraris pada mulanya pekerjaan perkebunan dilaksanakan secara manual dan tradisional. Pada waktu itu, kebun yang dibuka masih berskala kecil dengan resiko kerja yang tidak begitu diperhatikan. Sejak perkebunan dibuka dengan berskala besar, penerapan teknologi mulai berkembang, baik dalam penggunaan alat-alat besar/mesin-mesin maupun penggunaan bahan kimia untuk pemberantasan hama dan dalam mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah sesuai dengan komoditi yang ditanam, resiko kerja mulai dirasakan sebagai kendala keberhasilan disektor perkebunan.

(19)

Keselamatan kerja para pekerja sangat penting nilainya bagi suatu perusahaan, karena hal tersebut merupakan kunci keberhasilan perusahaan dalam meningkatkan nama baik perusahaan dalam bidang K3. Namun, seperti yang kita lihat sekarang, masih banyak kecelakaan kerja yang terjadi di suatu perusahaan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dalam pasal 86 ayat 1 menegaskan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pasal 86 ayat 2 menegaskan melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan kesehatan kerja (Depnaker, 2003).

Mengingat kecelakaan kerja terus terjadi dan ancaman kecelakaan kerja masih tetap sering terjadi maka Pemerintah Republik Indonesia telah memperlakukan beberapa Perundang-undangan maupun Peraturan mengenai ketenagakerjaan yang salah satunya dalam “ Konvensi International Labour Organization (ILO) No.120

tahun 1964 mengenai Hygiene dalam perniagaan dan kantor-kantor”. Menurut Suma’mur (2009) pada pasal 17 Konvensi ILO menyatakan bahwa “ Para pekerja

harus dilindungi dengan tindakan yang tepat dan dapat dilaksanakan terhadap bahan, proses, dan teknik yang berbahaya, tidak sehat atau beracun atau untuk suatu alasan penguasa yang berwenang harus memerintahkan penggunaan alat pelindung diri.

(20)

kerja merupakan upaya terakhir yang dianjurkan dan bahkan diwajibkan (Siswanto, 1983).

Tanaman Karet berasal dari bahasa latin Hevea yang berasal dari Negara Brazil. Karet merupakan kebutuhan vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, conveyor belt, sepatu dan sandal karet. Hasil tanaman karet yang diambil berupa produksi lateks. Produksi lateks dari tanaman karet disamping ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, juga dipengaruhi oleh teknik dan manajemen penyadapan. Selama ini usaha peningkatan produksi lateks dilaksanakan melalui berbagai usaha antara lain melaksanakan teknis budidaya yang baik seperti pemupukan dengan dosis yang tepat dan teratur, sistem penanaman dan pemeliharaan yang baik.

Dalam dua sampai tiga dasa warsa terakhir ini telah dikembangkan pula penggunaan stimulan. Stimulasi adalah suatu proses pemberian zat kimia (etefon)

kepada tanaman yang telah dideres. Penggunaan stimulan bertujuan untuk mendorong produksi lateks tanaman dan memperpanjang masa pengaliran lateks karet. Stimulasi lateks umumnya dilaksanakan pada tanaman karet yang telah dewasa dengan tujuan untuk mendapatkan kenaikan hasil lateks sehingga diperoleh tambahan keuntungan bagi pengusaha perkebunan karet (Setyamidjaja, 1993).

(21)

merupakan salah satu kelompok penghasil etilen. Etilen ini merupakan zat pengatur tumbuh tanaman yang digunakan untuk merangsang keluarnya lateks pada tanaman yang telah dideres. Etilena meningkatkan lama aliran lateks. Hasil penelitian sebelumnya Fami (2008) menunjukkan bahwa etefon meningkatkan kondisi fisiologis yang berkaitan dengan aliran lateks dan perubahan dalam pembuluh lateks yang meyebabkan lambatnya penyumbatan aliran lateks.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfindo Tanah Besih yang merupakan perusahaan yang memproduksi Karet. Pada proses penderesan ini meliputi kegiatan yang dilakukan salah satunya adalah proses stimulasi. Proses stimulasi ini dilakukan pemberian stimulan berbahan aktif Etefon dengan merk dagang Ethrel. Proses stimulasi merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada tanaman karet yang dewasa dengan tujuan untuk mendapatkan kenaikan hasil lateks. Etefon ini merupakan bahan aktif yang mengeluarkan gas etilen yang jika diaplikasikan akan meresap ke dalam pembuluh lateks. Yang mana sifat dari etefon ini adalah karena etefon ini merupakan kelompok penghasil etilen maka etefon bersifat gas, mudah menguap dan tidak berwarna.

Etefon ini juga mempunyai bahaya yang mana seperti sifatnya yang mudah menguap maka apabila pekerja sering terpapar dengan zat ini maka dapat mengganggu pernafasan, jika terkena kulit dapat mengakibatkan iritasi kulit, terkena mata dapat menyebabkan gangguan pada mata apabila tidak langsung ditangani.

(22)

(temperatur) dan penguapan air yang terlalu tinggi. Pengaplikasian stimulan ini dioleskan dengan menggunakan kuas kecil sesuai dengan dosis yang ditentukan.

Kondisi lingkungan proses stimulasi ini dapat terjadi faktor potensi bahaya pada para pekerja yaitu :

1. Faktor kimia yang dapat menyebabkan alergi kulit, dapat menyebabkan kebutaan, mengganggu pernafasan.

2. Faktor biologis yang dapat menyebabkan kecacingan

3. Faktor fisik yang dapat menyebabkan kaki tertusuk akibat patahan kayu.

Akibat dari beberapa faktor potensi bahaya yang dapat terjadi pada pekerja stimulasi maka sangat pentingnya pemakaian alat pelindung diri pada pekerja untuk menghindari kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

Berdasarkan hasil wawancara singkat peneliti bahwa perusahaan telah menyediakan APD yang diperlukan pada pekerja stimulasi, yaitu berupa masker, sarung tangan, sepatu boot, kaca mata pelindung. Dari hasil pengamatan, pekerja hanya memakai alat pelindung diri (sepatu boot) pada saat proses stimulasi.

Dari hasil wawancara singkat peneliti kepada pekerja stimulasi di Unit penderesan, faktor-faktor yang menghambat pemakaian APD pada pekerja stimulasi adalah pekerja merasa tidak nyaman bekerja, merasa panas, sesak, tidak enak dipakai, mengganggu pekerjaan. Dari uraian-uraian diatas tentang faktor-faktor yang menghambat pemakaian APD pada pekerja stimulasi mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul “ Fakor-faktor Yang Mempengaruhi

(23)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi pemakaian alat pelindung diri pada pekerja “Stimulasi” di Unit penderesan di PT Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menjadi faktor utama yang mempengaruhi pemakaian APD pada pekerja “Stimulasi” di Unit penderesan di PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan pekerja terhadap pemakaian APD pada

pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh sikap pekerja terhadap pemakaian APD pada

pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014. 3. Untuk mengetahui pengaruh kondisi APD terhadap pemakaian APD pada

pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014. 4. Untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap pemakaian APD pada pekerja

stimulasi di Unit penderesan PT Socfindo Tanah Besih Tahun 2014.

(24)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi pada pekerja stimulasi akan pentingnya pemakaian APD dalam melakukan pekerjaan yang berisiko sehingga dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan aman.

2. Sebagai bahan masukan bagi PT Socfindo Tanah Besih untuk mensukseskan pemakaian APD di perusahaan.

3. Sebagai bahan masukan bagi Instansi terkait tentang pelaksanan kesehatan dan keselamatan kerja yaitu khususnya tentang pemakaian alat pelindung diri.

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti-peneliti yang akan datang dalam melakukan penelitian mengenai alat pelindung diri pada pekerja stimulasi.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kesehatan Kerja Dan Keselamatan Kerja

Menurut Notoadmodjo (2007) perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Dengan demikian, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk dalamnya masalah-masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan.

Kesehatan kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat atau aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan atau organisasi melalui usaha-usaha preventif,

(26)

kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja dan juga masyarakat pada umumnya.

Tujuannya adalah sebagai berikut (Daryanto, 2007) :

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan pekerjaan. 2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Menejemen keamanan (safety management), langsung atau tidak langsung, menaruh perhatian terhadap peristiwa kecelakaan kerja. Pada saat ini, perhatian terhadap masalah kecelakaan kerja di perguruan-perguruan tinggi modern telah tumbuh sampai suatu titik yang menunjukkan bahwa kurikulum menejemen perlu mencakup bidang kecelakaan kerja, ini sebagai salah satu program instruksionalnya.

Oleh karena itu, untuk memastikannya, kita memerlukan definisi mengenai kecelakaan (accident) tersebut. Para ahli telah menyodorkan sejumlah definisi kecelakaan.

1. Kecelakaan adalah suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan (by chance) atau akibat dari penyebab yang tidak diketahui (unknown causes) yang berkaitan dengan pekerjaan.

2. Kecelakaan adalah peristiwa yang tidak diharapkan dan biasanya tiba-tiba atau

peluang yang terjadi karena ketidakhati-hatian atau kelalaian atau penyebab yang tidak dapat dihindari yang berhubungan dengan pekerjaan.

(27)

Faktor-faktor apakah yang dapat menimbulkan kecelakaan? Penyebab kecelakaan biasanya dibedakan dalam penyebab teknis, penyebab sistem kerja, penyebab manusia, penyebab lingkungan, dan penyebab gabungan (Sastradipoera, 2002) :

1. Penyebab teknis (misalnya, kondisi-kondisi kimiawi, fisik, atau mekanik yang tidak aman).

2. Penyebab sistem kerja (termasuk metode kerja, prosedur kerja, dan koordinasi antara alat-alat dan manusia) yang merupakan penyebab dasar kebanyakan kecelakaan dalam perusahaan. Sistem kerja yang menyebabkan kecelakaan antara lain berkaitan dengan tata letak yang tidak betul, pembuatan mesin yang tidak aman, kerusakan pabrik dan bahan-bahan, kebersihan yang buruk, penerangan yang tidak tepat, ventilasi yang tidak sempurna, dan kurangnya pakaian dan perlengkapan pengaman.

3. Penyebab manusia (misalnya membuang alat-alat keamanan atau membuatnya tidak beroperasi, keengganan atau kelalaian mengikuti prosedur kerja yang aman, atau perkelahian) yang dalam banyak hal timbul dari sistem kerja. Kecelakaan kerja biasanya diantaranya disebabkan oleh penggunaan peralatan yang tidak aman, sistem transportasi yang berbahaya, menjalankan mesin tanpa pengetahuan dan dengan kecepatan yang tidak normal, salah pakai alat keamanan, dan merusak alat-alat keselamatan kerja.

(28)

pencemaran karena perawatan tempat kerja yang tidak memadai, sanitasi yang jorok, dan tekanan dan ketegangan yang berhubungan dengan pekerjaan).

5. Penyebab gabungan antara penyebab teknis, penyebab manusia, dan penyebab

lingkungan.

Kondisi pekerja sangat menentukan terjadinya kecelakaan kerja. Faktor-faktor yang menentukan kondisi pekerja yaitu (Cahyono, 2004) :

1. Kondisi mental dan fisik

Kondisi tersebut sangat berpengaruh dalam menjalankan proses produksi karena dengan kondisi mental dan fisik yang buruk dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

2. Kebiasaan kerja yang baik dan aman

Pada saat melakukan pekerjaan, pekerja harus dapat dituntut untuk bekerja secara disiplin agar tidak lalai, yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

3. Pemakaian alat-alat pelindung diri

Kurangnya kesadaran dalam pemakaian alat-alat pelindung diri karena dirasa tidak nyaman oleh pekerja sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.

(29)

APD merupakan peralatan yang harus disediakan oleh pengusaha untuk karyawannya. APD standar untuk bahan kimia berbahaya adalah pelindung kepala, pelindung mata, pelindung wajah, pelindung tangan, dan pelindung kaki.

2.2. Tanaman Karet 2.2.1. Penyadapan

Pemungutan hasil tanaman karet disebut penyadapan karet. Penyadapan karet (menderes, menoreh, tapping) adalah mata rantai pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan dilaksanakan dikebun produksi dengan menyayat atau mengiris kulit batang dengan cara tertentu, dengan maksud untuk memperoleh lateks atau getah.

2.2.2. Cara Pelaksanaan Penyadapan

Menyadap (menderes, menoreh) karet dilakukan dengan cara menyayat kulit batang karet dari kiri ke kanan bawah dengan pisau sadap. Beberapa cara pelaksanaan penyadapan, baik yang sudah umum digunakan maupun yang masih dalam taraf penelitian dan pengembangan. Cara-cara tersebut di antaranya adalah :

1. Sadapan arah ke bawah

(30)

2. Sadapan arah ke atas

Sadapan arah ke atas (upward tapping) dilakukan pada bidang sadap yang terletak di atas bidang sadap sadapan ke bawah. Arah irisan sadapan adalah dari kiri bawah ke kanan atas, sehingga habisnya kulit menuju ke atas.

3. Sadapan mini(mini-cut tapping)

Sadapan mini adalah penyadapan dengan cara iris dan panjang irisan hanya pendek saja, misalnya 2 cm, 5 cm. Tingginya sadapan tergantung dari jumlah iris mini yang dikehendaki. Makin banyak jumlah irisan, tinggi sadapan akan makin bertambah.

4. Sadapan tusuk(puncture tapping)

Sadapan ini dinamai sadapan tusuk karena dalam pelaksanaan penyadapan menggunakan alat tusuk yang berbentuk seperti sebuah jarum.

2.2.3. Penggunaan Stimulan

Usaha peningkatan produksi lateks dewasa ini dilaksanakan melalui berbagai usaha, antara lain :

1. Melaksanakan teknis budidaya yang baik seperti menanam klon unggul, pemupukan dengan dosis yang tepat dan teratur, sistem penanaman dan pemeliharaan yang baik.

2. Dalam dua-tiga dasa warsa terakhir ini telah dikembangkan pula penggunaan stimulan.

(31)

Dalam melaksanakan stimulasi diperlukan peralatan berupa : 1. Alat kerokan

2. Alat pembuat tanda bekas kerokan

3. Kuas atau sabut kelapa berukuran lebar 1 atau 1,5 inci 4. Ember kecil

5. Mangkok tambahan untuk menampung lump dari tetesan lanjut (late drops) pada

penyadapan (Setyamidjaja, 1993).

Adapun jenis stimulan yang digunakan di PT Socfin Indonesia Tanah Besih ini adalah jenis stimulan cair yang mana adalah Ethrel 10 ELS.

Menurut panduan Instruksi Kerja Stimulasi pada Tanaman Karet di PT Socfin Indonesia ini yang menjadi pedoman pengenceran Ethrel ini adalah :

1. Untuk mendapatkan Ethrel dengan konsentrasi tertentu dari Ethrel 10 ELS, dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 2.1. Konsentrasi Ethrel Yang Di Inginkan Dengan Perbandingan Jumlah Bagian Ethrel 10 ELS dan Jumlah Bagian Pelarut.

Konsentrasi Ethrel yang diinginkan dari Ethrel 10

ELS

Jumlah bagian Ethrel 10 ELS

Jumlah bagian pelarut *)

2,5 % 1 3

3,3 % 1 2

5,0 % 1 1

[image:31.612.135.534.498.665.2]
(32)

2. Pengenceran harus dilakukan pagi hari sebelum mengancak (jam 5.00 pagi).

Tap Control kebun dan Mandor Stimulasi yang bertanggung jawab untuk pengenceran Ethrel tersebut.

3. Pencampuran Ethrel 10 ELS dengan pelarut untuk konsentrasi tertentu (2,5 %, 3,3 &, atau 5 %) dilaksanakan dengan menggunakan mixer selama ± 15 menit dengan RPM = 300 – 600. Selesai pengenceran, larutan Ethrel tersebut diisikan kedalam jerigen-jerigen plastik Ethrel yang sudah bersih, dan siap untuk diaplikasikan (Sistem Manajemen Socfindo, 2011).

2.3. Alat Pelindung Diri (APD)

2.3.1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan keselamatan pekerja melalui upaya teknis pengamanan tempat, mesin, peralatan dan lingkungan kerja wajib diutamakan. Namun, kadang-kadang risiko terjadinya kecelakaan masih belum sepenuhnya dapat dikendalikan, sehingga digunakan alat pelindung diri (personal protective equipment). Jadi penggunaan APD adalah alternatif terakhir yaitu kelengkapan dari segenap upaya teknis pencegahan kecelakaan.

(33)

justru berbahaya pada lingkungan kerja dengan bahan yang dapat meledak oleh aliran listrik statis (Suma’mur, 2009).

2.3.2. APD pada pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih

Adapun jenis-jenis APD yang dipakai pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih adalah :

1. Kacamata 2. Sarung Tangan 3. Masker

4. Sepatu Boot

Pada PT Socfin Indonesia Tanah Besih ini alat pelindung diri (APD) sudah disediakan dengan lengkap. Kriteria dari alat pelindung diri (APD) yang lengkap dan tidak lengkap dalam pemakaian alat pelindung diri adalah apabila pekerja tidak memakai salah satu alat pelindung diri (APD) yang telah disediakan perusahaan maka dikatakan pekerja tidak memakai alat pelindung diri yang lengkap dan apabila pekerja memakai semua alat pelindung diri (APD) yang telah disediakan perusahaan maka dikatakan pekerja memakai alat pelindung diri yang lengkap.

2.4. Syarat-syarat Alat Pelindung Diri (APD)

(34)

luas ternyata tidak praktis dan tidak terjangkau. Dengan seluruh jenis PPE yang tersedia, pemasok akan menyarankan jenis yang paling sesuai untuk kebutuhan pelindungan pekerja dan dapat menawarkan beberapa pilihan berdasarkan material, desain, warna dan sebagainya.

Persyaratan umum penyediaan alat pelindung diri (personal protective equipment) tercantum dalam Personal Protective Equipment at Work Regulation

1992.

PPE yang efektif harus :

1. Sesuai dengan bahaya yang dihadapi.

2. Terbuat dari material yang akan tahan terhadap bahaya tersebut. 3. Cocok bagi orang yang akan menggunakannya.

4. Tidak mengganggu kerja operator yang sedang bertugas. 5. Memiliki kontruksi yang sangat kuat.

6. Tidak mengganggu PPE lain yang sedang dipakai secara bersamaan. 7. Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.

PPE harus :

1. Disediakan secara gratis.

2. Diberikan satu perorang atau jika tidak, harus dibersihkan setelah digunakan. 3. Hanya digunakan sesuai peruntukannya.

4. Dijaga dalam kondisi baik.

(35)

Operator-operator yang menggunakan PPE harus memperoleh : 1. Informasi tentang bahaya yang dihadapi.

2. Intruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil. 3. Pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar.

4. Konsultasi dan diizinkan memilih PPE yang tergantung pada kecocokannya. 5. Pelatihan cara memelihara dan menyimpan PPE dengan rapi.

6. Intruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.

2.5 . Masalah Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Adapun yang menjadi masalah dalam pemakaian alat pelindung diri (APD), yaitu (Santoso, 2004) :

1. Pekerja tidak mau memakai dengan alasan a. Tidak sadar/tidak mengerti

b. Panas c. Sesak

d. Tidak enak dipakai e. Tidak enak dipandang f. Berat

g. Mengganggu pekerjaan

h. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada i. Tidak ada sangsi

(36)

2. Tidak disediakan oleh perusahaan a. Ketidakmengertian

b. Pura-pura tidak mengerti c. Alasan bahaya

d. Dianggap sia-sia (karena pekerja tidak mau memakai) 3. Pengadaan oleh perusahaan

a. Tidak sesuai dengan bahaya yang ada b. Asal beli (terutama memilih yang murah)

2.6. Perundang-undangan

Ketentuan mengenai alat pelindung diri diatur oleh Peraturan pelaksanaan UU RI No. I tahun 1970 yaitu Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins. 2/M/BW/BK/1984 tentang Pengesahan Alat Pelindung Diri; Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins. 05/M/BW/97 tentang Pengawasan Alat Pelindung Diri; Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 05/BW/97 tentang Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE 06/BW/97 tentang Pendaftaran Alat Pelindung Diri. Intruksi dan Surat Edaran tersebut mengatur ketentuan tentang pengesahan, pengawasan dan penggunaan alat pelindung diri. Jenis APD menurut ketentuan tentang pengesahan, pengawasan, dan penggunaannya meliputi alat pelindung kepala, alat pelindung telinga, alat pelindung muka dan mata, alat pelindung pernafasan, pakaian kerja, sarung tangan, alat pelindung kaki, sabuk pengaman, dan lain-lain (Suma’mur, 2009).

Kebijakan tentang APD, yaitu :

(37)

2. Apabila tidak memungkinkan untuk menghilangkan semua sumber bahaya, APD

akan disediakan bagi seluruh pekerja untuk melindungi, baik dari cedera maupun bahaya terhadap kesehatan.

3. Perlindungan dengan APD ini akan diberikan juga kepada para pekerja kontraktor dan tamu, sama seperti yang diberikan kepada pekerja perusahaan.

4. Semua APD yang disediakan harus dibuat sesuai standart yang berlaku, sesuai

oleh perusahaan.

5. APD akan diberikan kepada pekerja berdasarkan kebutuhan, dengan pengertian

bahwa beberapa pekerjaan mungkin memerlukan standart yang berbeda dengan lainnya, dan beberapa pekerjaan mungkin memerlukan penggantian yang lebih sering dari yang lainnya.

6. Penggunaan APD didalam operasi perusahaan secara terus-menerus dimonitor oleh atasannya, didata dan dilaporkan kepada pimpinan (Rijanto, 2010).

2.7. Jenis-jenis APD

Dalam konsep K3, penggunaan APD merupakan pilihan terakhir atau last resort dalam pencegahan kecelakaan.

(38)

dikurangi. Akan tetapi, jika benda yang jatuh sangat berat atau dari tempat yang tinggi, topi tersebut mungkin akan pecah karena tidak mampu menahan beban.

Alat keselamatan ada berbagai jenis dan fungsi yang dapat dikategorikan sebagai berikut.

1. Alat pelindung kepala, untuk melindungi bagian kepala dari benda yang jatuh atau benturan misalnya topi keselamatan baik dari plastik, aluminium, atau fiber.

2. Alat pelindung muka, untuk melindungi percikan benda cair, benda padat atau radiasi sinar dan panas misalnya pelindung muka (face shield) dan topeng las. 3. Alat pelindung mata, untuk melindungi dari percikan benda, bahan cair, dan

radiasi panas, misalnya kacamata keselamatan, dan kacamata las.

4. Alat pelindung pernafasan, untuk melindungi dari bahan kimia, debu uap dan asap yang berbahaya dan beracun. Alat pelindung pernafasan sangat beragam seperti masker debu, masker kimia, respirator dan breathing apparatus (BA).

5. Alat pelindung pendengaran, untuk melindungi organ pendengaran dari suara yang bising misalnya sumbat telinga (ear plug) dan katup telinga (ear muff).

6. Alat pelindung badan, untuk melindungi bagian tubuh khususnya dada dari percikan benda cair, padat, radiasi sinar dan panas misalnya appron dari kulit, plastik, dan asbes.

7. Alat pelindung tangan, untuk melindungi bagian jari dan lengan dari bahan kimia, panas, atau benda tajam misalnya sarung tangan kulit, PVC, asbes, dan metal. 8. Alat pelindung jatuh untuk melindungi ketika terjatuh dari ketinggian misalnya

(39)

9. Alat pencegah tenggelam melindungi jika jatuh kedalam air misalnya baju

pelampung, pelampung, dan jaring pengaman.

10.Alat pelindung kaki, untuk melindungi bagian telapak kaki, tumit, atau betis dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk benda tajam dan lainnya misalnya sepatu karet, sepatu kulit, sepatu asbes, pelindung kaki dan betis. Untuk melindungi dari kejatuhan benda, sepatu keselamatan dilengkapi dengan pelindung logam dibagian ujungnya (steel to cap).

Sesuai dengan ketentuan pasal 14C Undang-undang RI Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970, pengusaha wajib menyediakan alat keselamatan secara cuma-cuma sesuai dengan sifat bahayanya. Oleh karena itu, pemilihan alat keselamatan harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan jenis bahaya serta diperlakukan sebagai pilihan terakhir (Ramli, 2010).

2.8. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian APD

Peraturan tentang pemakaian alat pelindung diri (APD) pada pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih ini telah diadakan tetapi para pekerja stimulasi ini kurang mematuhi peraturan pemakaian alat pelindung diri (APD) yang telah dibuat oleh perusahaan.

Menurut hasil penelitian Mulyanti (2008), adapun yang menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat pelindung diri (APD) adalah :

2.8.1. Pengetahuan

(40)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).

1. Proses Adopsi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

2. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan. a. Tahu (know)

(41)

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.8.2. Sikap

(42)

respon yang menggambarkan persepsi dan informasi tentang obyek sikap. Respon

afektif adalah respon yang menggambarkan penilaian dan perasaan terhadap obyek sikap. Sedangkan respon konatif merupakan kecenderungan perilaku, intensi, komitmen, dan tindakan yang berhubungan dengan obyek sikap. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap terhadap keselamatan kerja adalah taraf kognitif, afektif, dan konatif seseorang pekerja terhadap keselamatan kerja.

Frank E. Bird, Jr., Direktur ekskutif dari International Loss Control Indtitute mendata ada 6 konflik kebutuhan yang dapat menentukan sikap seseorang terhadap keselamatan kerja, yaitu konflik antara kebutuhan-kebutuhan berikut :

1. Safety Versus Saving Time. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak waktu daripada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat waktu. Kebutuhan untuk menghemat waktu menyebabkan tindakan-tindakan yang tidak selamat.

2. Safety Versus Saving Effort. Jika cara-cara yang selamat membutuhkan lebih banyak pekerjaan dari pada cara yang tidak aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk menghemat tenaga atau usaha. Seseorang akan memilih cara yang aman atau selamat yang melibatkan banyak pekerjaan hanya jika resiko yang ada pada cara yang mudah lebih besar dari pada yang aman, atau mereka menghendaki tidak ada masalah dengan pimpinannya.

3. Safety Versus Comfort. Jika cara-cara yang aman kurang nyaman dibandingkan

(43)

4. Safety Versus Getting Attention. Jika cara yang tidak aman menarik lebih banyak

perhatian dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara yang tidak aman.

5. Safety Versus Independence. Jika cara-cara yang tidak aman memberikan lebih banyak kebebasan untuk dilakukan dan dibolehkan oleh atasan dari pada cara-cara yang aman, maka seseorang akan memilih cara yang tidak aman, untuk memanfaatkan kebebasan tersebut.

6. Safety Versus Group Acceptance. Jika cara-cara yang tidak aman lebih diterima

atau direstui oleh kelompok dari pada cara yang aman, seseorang akan memilih cara-cara yang tidak aman, untuk memperoleh atau memelihara penerimaan kelompok.

Sikap menurut penelitian Efrianis (2007) merupakan pendapat atau pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya. Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapatkan informasi atau melihat dan juga mengalami sendiri suatu objek. Sikap dapat diuraikan sebagai suatu bentuk respon evaluatif, yakni suatu respon yang sudah dalam suatu pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.

Sikap mempunyai karakteristik, yaitu : 1. Selalu ada objek

2. Biasanya bersifat evaluatif 3. Relatif mantap

(44)

2.8.3. Kondisi APD

Dalam suasana kerja, kenyamanan tempat kerja dan juga fasilitas/ketersediaan alat pelindung diri (APD) akan meningkatkan prestasi kerja dari setiap tenaga kerja. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap fasilitas atau perlengkapan kerja yang di pakai dapat menimbulkan kenyamanan dalam pemakaiannya sehingga pekerja bekerja secara optimal.

2.8.4. Pengawasan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. K3 merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja sekaligus

melindungi aset perusahaan. Hal ini tercermin dalam pokok-pokok pikiran dan pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang Republik Indonesia No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan, dan setiap orang lainnya berada di tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien, sehingga proses produksi berjalan lancar.

(45)

1. Pencapaian tujuan agar target unit dapat tercapai.

2. Untuk meningkatkan disiplin pekerja, khususnya dalam pemakaian.

Pengawasan penyakit akibat kerja. Berupa pengamatan dan evaluasi secara

kualitatif dan kuantitatif :

1. Pengamatan semua bahan/material keadaan serta keadaan lingkungan kerja yang mungkin sebagai penyebab penyakit akibat kerja.

2. Mengamati proses produksi dan alat-alat produksi yang dipergunakan. 3. Pengamatan semua sistem pengawasan itu sendiri :

a. Pemakaian alat pelindung diri/pengaman : jenis, kualitas, kuantitas, ukuran, dan komposisi bahan alat pelindung

b. Pembuangan sisa produksi (debu, asap, gas, larutan)

c. Jenis konsentrasi/unsur-unsur bahan baku, pengolahan, dan penyimpanan bahan baku

d. Keadaan lingkungan fisik (suhu, kelembaban, tekanan pencahayaan, ventilasi, intensitas suara/bising, getaran) (Dainur, 1992)

2.8.5. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial merupakan peran atau dukungan sosial baik dari sesama karyawan maupun dari pimpinan terhadap penggunaan APD. Peran rekan kerja berupa ajakan untuk menggunakan APD sedangkan peran atasan/pimpinan adalah berupa adanya anjuran untuk menggunakan APD saat bekerja, pemberian sanksi maupun pemberian hadiah/reward.

(46)
(47)

2.9. Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Bebas

Variabel Terikat

Gambar 2.1. Kerangka Konsep Tenaga Kerja

1. Pengetahuan 2. Sikap

Faktor APD

1. Kondisi APD

Faktor Pendukung 1. Pengawasan 2. Lingkungan Sosial

[image:47.612.70.553.131.598.2]
(48)

2.10 Hipotesa Penelitian

1. Terhadap Tenaga Kerja (Pengetahuan dan Sikap)

Ho : Tidak ada pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap pemakaian APD Ha : Ada pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap pemakaian APD 2. Terhadap Faktor APD (Kondisi APD)

Ho : Tidak ada pengaruh kondisi APD terhadap pemakaian APD Ha : Ada pengaruh kondisi APD terhadap pemakaian APD

3. Terhadap Faktor Pendukung (Pengawasan dan Lingkungan Sosial)

Ho :Tidak ada pengaruh pengawasan dan lingkungan sosial terhadap pemakaian APD

Ha : Ada pengaruh pengawasan dan lingkungan sosial terhadap pemakaian APD

2.11. Variabel Penelitian

2.11.1 Variabel Bebas (Independen Variabel)

Adapun yang menjadi variabel bebas (Independent Variabel) dari judul ini adalah : Pengetahuan, Sikap, Kondisi APD, Pengawasan dan Lingkungan Sosial. 2.11.2 Variabel Terikat (Dependen Variabel)

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah non eksperimen dengan rancangan cross sectional. Analisa penelitian ini dilakukan secara deskriptif dan analitik. Deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran informasi tentang bagaimana pengaruh dari faktor tenaga kerja, faktor APD, dan faktor pendukung terhadap pemakaian alat pelindung diri oleh pekerja stimulasi di Unit penderesan. Secara analitik dimaksudkan untuk melihat apakah ada pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian ini akan dilakukan pada pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014 dengan alasan :

1. Belum pernah dilakukannya penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah BesihTahun 2014 ini.

2. Adanya kemudahan dan dukungan dari pihak perusahaan untuk melakukan penelitian pada pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih tersebut.

3.2.2. Waktu Penelitian

(50)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah keseluruhan pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besih sebanyak 25 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah seluruh populasi (total sampling)pada pekerja stimulasi di Unit penderesan PT Socfin Indonesia Tanah Besihyaitu sebanyak 25 orang.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Menurut Effendy (1995) Data Primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh institusi yang bersangkutan.

Data Primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

1. Peneliti melakukan observasi langsung kepada pekerja stimulasi yang ada di Unit penderesan di lapangan.

2. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu pekerja stimulasi di PT Socfin Indonesia Tanah Besih Tahun 2014.

3.4.2. Data Sekunder

(51)

Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari pihak perusahaan pada bagian personalia PT Socfin Indonesia Tanah Besih.

3.5. Definisi Operasional

1. Pemakaian APD, adalah alat atau sarana yang dipakai pekerja stimulasidi Unit penderesan sesuai dengan kebutuhan pada waktu bekerja.

2. Pengetahuan, adalah pemahaman para pekerja stimulasi di Unit penderesan mengenai bahaya dari pekerjaannya dan pentingnya penggunaan alat pelindung diri.

3. Sikap, adalah respon atau tanggapandari pengetahuan yang diterima pekerja stimulasi di Unit penderesan terhadap pemakaian APD pada saat bekerja.

4. Kondisi APD, adalah Gambaran atau keadaan APD yang mana pekerja merasa nyaman atau tidak nyaman dalam memakai APD.

5. Pengawasan, adalah kegiatan atau peranan perusahaan untuk memantau para pekerja stimulasi di Unit penderesan dalam penggunaan APD selama bekerja, baik kelengkapannya maupun keadaan alat pelindung diri tersebut.

(52)
[image:52.612.110.531.227.692.2]

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran 3.1.1. Variabel Bebas

No Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1. Pemakaian APD Kuesioner Nominal 1. Lengkap 2. Tidak Lengkap

3.1.2. Variabel Terikat

No Variabel Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur

1. Pengetahuan Kuesioner Ordinal

1. Baik, jika 75%-100% dari total skor

2. Cukup, jika 50%-74% dari total skor 3. Kurang Baik,

jika 25%-49% dari total skor

2. Sikap Kuesioner Ordinal

1. Baik, jika 75%-100% dari total skor.

2. Cukup, jika 50%-74% dari total skor. 3. Kurang Baik,

jika 25%-49% dari total skor.

3. Kondisi APD Kuesioner Ordinal

1. Baik, jika≥50% dari total skor 2. Tidak Baik,

jika<50% dari total skor

4. Pengawasan Kuesioner Ordinal

1. Ada Pengawasan 2. Tidak Ada

Pengawasan

5. Lingkungan Sosial Kuesioner Ordinal

1. Baik, jika ≥50% dari total skor 2. Kurang Baik,

(53)

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Aspek Pengukuran Tenaga Kerja

1. Pengetahuan pada pekerja stimulasi diukur melalui 10 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut (Arikunto, 2009):

a. Jawaban a nilai : 3 b. Jawaban b nilai : 2 c. Jawaban c nilai : 1

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 10. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD yaitu pengetahuan dalam hal ini dibagi dalam 3 kategori sebagai berikut :

1. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 75%-100% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai 21-30.

2. Cukup apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-74% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 11-20.

3. Kurang Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 25%-49% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 1-10.

2. Sikap pada pekerja stimulasi diukur melalui 10 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Untuk Pertanyaan Positif (pertanyaan 1,2,3,4,5) diberi nilai :

(54)

2. Kurang setuju : 2 3. Tidak Setuju : 1

b. Untuk Pertanyaan Negatif (pertanyaan 6,7,8,9,10) diberi nilai : 1. Setuju : 1

2. Kurang setuju: 2 3. Tidak Setuju : 3

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD yaitu sikap dalam hal ini dibagi dalam 3 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 75%-100% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 21-30.

b. Cukup apabila subjek mampu menjawab dengan benar 50%-74% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 11-20.

c. Kurang Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar 25%-49% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 1-10.

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 10

3.6.2. Aspek Pengukuran Faktor APD dan Faktor Pendukung

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada pekerja stimulasi di Unit penderesan dalam faktor APD (Riduwan, 2009).

a. Kondisi APD

(55)

Kondisi APD pada pekerja stimulasi di Unit penderesan diukur melalui 7 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Jawaban ya nilai : 1 2. Jawaban tidak nilai : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 7 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pemakaian APD yaitu kondisi APD dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baikapabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai 4-7.

b. Tidak baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai ≤ 3.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian APD pada pekerja stimulasi di Unit penderesan dalam faktor pendukung adalah pengawasan dan

lingkungan sosial. a. Pengawasan APD.

Pengawasan APD pada pekerja stimulasi di Unit penderesan diukur melalui 6 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan.

Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

(56)

1. Ada pengawasan apabila subjek menjawab semua kuesioner pengawasan dengan jawaban “Ya”

2. Tidak ada pengawasan apabila salah satu jawaban kuesiooner pengawasan dengan jawaban “Tidak”

b. Lingkungan Sosial

Pengukuran ini dapat menggunakan skala Gutman karena memerlukan jawaban yang bersifat jelas (tegas) dan konsisten.

Lingkungan sosial APD pada pekerja stimulasi di Unit penderesan diukur melalui 4 pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Jawaban ya nilai : 1 2. Jawaban tidak nilai : 0

Dengan demikian, total skor tertinggi adalah 4 dan skor terendah adalah 0. Skala pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi pemakaian APD yaitu lingkungan sosial dalam hal ini dibagi dalam 2 kategori sebagai berikut :

a. Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar ≥50% dari seluruh

pertanyaan atau skor nilai 2-4.

b. Kurang Baik apabila subjek mampu menjawab dengan benar <50% dari seluruh pertanyaan atau skor nilai ≤ 1.

(57)

3.7. Teknik Analisis Data 3.7.1. AnalisisUnivariat

Analisisunivariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian.

3.7.2. Analisis Bivariat

Analisisbivariatdilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi dengan menggunakan uji Chi Square.

3.7.3. AnalisisMultivariat

Analisis multivariatyang digunakan adalah uji regresi logistik berganda (multiple logistic regression) yang bertujuan untuk mengetahui variabel mana yang paling siginifikan berhubungan dengan variabel dependen (Pemakaian APD) dengan metode Backward Stepwise(Notoatmodjo, 2010).

Langkah-langkah pemodelan regresi logistik adalah sebagai berikut (Yasril dan Kasjono, 2009).

1. Melakukan pemilihan variabel yang berpotensial dimasukkan dalam model yaitu variabel yang memenuhi syarat dengan nilai p-value < 0,25 pada analisis bivariat. 2. Dalam analisis multivariat digunakan metode backward selection dimana variabel

dengan nilai p-value> 0,05 dikeluarkan secara bertahap oleh komputer.

(58)

4. Selanjutnya hasil variabel yang berpengaruh dimasukkan kedalam model

(59)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Pada awal lahirnya PT SOCFIN INDONESIA bernama PT SOCFIN MEDAN SA (Societe Financiere des Caoutchoucs Medan Societe Anonyme) yang didirikan pada tahun 1930 berdasarkan akte notaris William Leo No.45 tanggal 07 Desember 1930 yang berkedudukan di Medan dan mengelola perkebunan di daerah Sumatera Timur, Aceh Barat, Aceh Selatan dan Aceh Timur.

Perkembangan selanjutnya berdasarkan penetapan Presiden No.6 tahun 1965, Keputusan Kabinet Dwikor No.A/D/58/1965,No.SK.100/Men.Perk/1965 menyatakan bahwa perusahaan perkebunan yang dikelolah oleh PT SOCFIN diletakkan di bawah pengawasan Pemerintah, kemudian pada tahun 1966 diadakan serah terima hak milik perusahaan kepada Pemerintah Indonesia atas dasar penjualan perkebunan dan harta Socfin SA.

(60)

Pengusaha Belgia kemudian memberi nama PT SOCFIN INDONESIA (SOCFINDO) yang didirikan melalui Akte Notaris Chairil Bahri di Jakarta pada tanggal 21 Juni 1968 No.23 dan Akte Perubahan No.64 tanggal 12 Mei 1968. Disahkan oleh Menteri Kehakiman pada tanggal 3 September 1969 dan diumumkan dalam tambahan berita negara RI No.68/69 tanggal 31 Oktober 1969.

Sesuai akta tanggal 3 Mei 2002 No.5, Pernyataan Keputusan Para Pemegang Saham PT SOCFINDO yang diterbitkan oleh Notaris Ny.R.Arie Soetarjo SH, Pemerintah RI telah melepas 30% sahamnya kepada SOCFIN SA, sehingga saham pemerintah RI saat ini hanya 10% saja.

PT SOCFIN INDONESIAberdasarkan akte pendiriannya yang berkedudukan di Medan, Jl.K.L. Yos Sudarso No.106 Po.Box.1254 Medan-2001, yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan karet. Dimana luas areal perkebunan kelapa sawit untuk provinsi Sumatera Utara dan Nangroe Aceh Darussalam seluas 37.800 ha dan luas areal untuk perkebunan karet untuk provinsi Sumatera Utara seluas 10.150 ha.

[image:60.612.112.534.582.698.2]

PT Socfin Indonesia ini tersebar di wilayah Aceh dan Sumatera Utara yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1. Perkebunan, Komoditi dan Lokasi Perkebunan PT.Socfindo Medan

No Perkebunan Komoditi Lokasi Provinsi

1. Seunagan Kelapa Sawit Aceh Barat, Aceh

2. Seumayam Kelapa Sawit Aceh Barat, Aceh

(61)

4. Sei Liput Kelapa Sawit Aceh Timur, Aceh

5. Mata Pao Kelapa Sawit Serdang Bedagai, Sumut

6. Bangun Bandar Kelapa Sawit Deli Serdang, Sumut

7. Tanjung Maria Karet Deli Serdang, Sumut

8. Tanah Besi Karet Serdang Bedagai, Sumut

9. Lima Puluh Karet Asahan, Sumut

10. Tanah Gambus Kelapa Sawit Asahan, Sumut

11. Aek Loba Kelapa Sawit Asahan, Sumut

12. Padang Pulo Kelapa Sawit Asahan, Sumut

13. Negeri Lama Kelapa Sawit Labuhan Batu, Sumut

14. Aek Pamingke Karet Labuhan Batu, Sumut

15. Halimbe Karet Labuhan Batu, Sumut

4.2. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Perkebunan Tanah Besih terletak di kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai yang berjarak sekitar 78 km dari Kota Medan (Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, 50 km dari Lubuk Pakam, 47 km dari Pematang Siantar dan 97 km dari parapat). Adapun batas-batas areal usaha ini adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan PTPN III Kebun Rambutan, Kabupaten Serdang

Bedagai.

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya

(62)

3. Sebelah Barat berbatasan dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela, Kabupaten

Serdang Bedagai.

4. Sebelah Timur berbatasan dengan PT Socfindo Tanah Besih, Kabupaten Serdang

Bedagai.

PT Socfin Indonesia Tanah Besih ini adalah Perkebunan Karet dan pabrik pengolahan karet. Pe

Gambar

Tabel 2.1. Konsentrasi Ethrel Yang Di Inginkan Dengan Perbandingan
Gambar 2.1. Kerangka Konsep
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran
Tabel 4.1. Perkebunan, Komoditi dan Lokasi Perkebunan PT.Socfindo Medan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul ”Jedor Sebagai Media Penyebaran Agama Islam Di Tulungagung” yang ditulis oleh Anita Widyasari, NIM. Rizqon Khamami, MA

Dari temuan analisis sensitivitas ini dapat dikatakan memang indikasi yang mengarah pada window dressing pada temuan analisis utama (statistik deskriptif dan inferensial) semakin

Ilmu atau lebih tepatnya disebut penge- tahuan dalam teks SSBM diinisiasi secara sepihak oleh si penulis naskah sebagai ilmu warisan dari Nabi Kilir (baca: Khidhr as).

[r]

T{ant}a&gt;wi&gt; melihat teks ayat ini, tidak seperti al-’Asma&gt;wi&gt; yang ‘meng abaikan’ penafsiran teks sebelum dan sesudahnya, sejatinya ter fokus ( mah all al-sha } &gt;

Penelitian yang lain adala h “Aplikasi Multimedia Edukatif Pembelajaran Bahasa Jawa untuk Siswa SLTP menggunakan ActionScript (Studi Kasus SMP Stella

Modal pada sektor lebih dipertimbangkan sebagai kendala untuk pemilihan saham daripada kelayakan dan keamanan.Untuk dapat meminimalkan risiko dalam berinvestasi,

semua elemen yang dibutuhkan seperti gambar, teks dan icon. –