• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KAMPANYE DINAS KEBUDAYAAN DIY MELALUI DUTA MUSEUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT MASYARAKAT UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM DIY TAHUN 2015-2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI KAMPANYE DINAS KEBUDAYAAN DIY MELALUI DUTA MUSEUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT MASYARAKAT UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM DIY TAHUN 2015-2016"

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY Melalui Duta Museum Dalam Upaya Meningkatkan Minat Masyarakat Untuk Berkunjung Ke Museum

DIY Tahun 2015-2016 SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DISUSUN OLEH SYARIFAH KHAMSIAWI

20120530183

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)
(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Syarifah Khamsiawi Nomor Mahasiswa : 20120530183 Konsentrasi : Broadcasting Progam Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan Judul : ”STRATEGI KAMPANYE DINAS KEBUDAYAAN DIY MELALUI DUTA MUSEUM DALAM UPAYA MENINGKATKAN MINAT MASYARAKAT UNTUK BERKUNJUNG KE MUSEUM DIY TAHUN 2015-2016” adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi saya ini terbukti merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaanya.

Yogyakarta, Agustus 2016

(4)

MOTTO

َدَج َو َدَج ْنَم

Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil

َرِفَظ َرَبَص ْنَم

Siapa yang bersabar pasti beruntung

”A pessimist sees the difficulty in every opportunity. An optimist sees the opportunity in every difficulty”

(Sir Winston Churchill)

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bangga skripsi ini saya persembahkan untuk :

Kedua Orang tua saya. Nyanyak Aja Rakibah.

Abu, H. Said Junaidi

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH Tidak lupa ucapan terimakasih saya kepada :

 Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada saya, sehingga dalam proses pembuatan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar dan Muhammad SAW yang senangtiasa telah memberikan wahyunya kepada saya.

 Keluarga besar saya di Aceh

 Keluarga besar Fatih in Jogja, Meutia, Pipi, Aini, dan Tura yang selalu menyemangati

 Teman seperjuangan saya Opi, Lubis, Tika, Almaz, Adam, Abu, Aul, Tyo, Ainun yang sudah bersedia mendengarkan setiap keluhan saya, dan telah menemani saya dalam proses penulisan skripsi ini.

 Keluarga besar Peuhaba UMY, Sarah, Fadil, Indah, Farid, Haikal, Abrar dan Sari yang selalu menemani saya

 Laura, Ulfa dan Isra, terimakasih telah menjadi sahabat yang selalu memberikan nasihat, support dan arahan yang baik kepada saya.

 Ryan, dan Arista yang telah bersedia membatu saya

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho dan karunia-Nya sehingga penulis bisa

menyelesaikan penelitian dengan judul “Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam upaya meningkatkan minat masyarakat berkunjung ke museum di DIY tahun 2015-2016” ini guna melengkapi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Strata- 1 ( S-1) Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2016.

Penulis sadar bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyelesaian skripi ini tidak dapat terwujud, pencapaian terbesar ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada beberapa pihak, antara lain:

1. Allah SWT beserta Rasul-Nya Nabi Muhammad SAW.

2. Bapak Prof. Dr. H. Bambang Cipto, MA. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Haryadi Arief Nuur Rasyid, SIP., M.Sc Selaku ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(8)

penulis dan kesabaran Bapak dalam membimbing saya selama proses penulisan skripsi ini.

5. Dosen Penguji Mba Frizki Yulianti Nurnisya, S.IP, M.Si dan Pak Aly Aulia, Lc., M.Hum. Terimkasih telah memberikan masukan dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi dan staf Ilmu Komunikasi, Pak Jono, Pak Mur, Mbak Siti. Terimakasih telah menjadi pusat informasi dan semua doa juga dukungannya selama proses penulisan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu kritik dan saran akan sangat penulis harapkan. Semoga persembahan ini dapat selalu memberikan manfaat.

Yogyakarta, Agustus 2016 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 8

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

1. Manfaat Teoritis ... 9

2. Manfaat Praktis ... 9

E. Kajian Teori ... 9

1. Strategi Kampanye ... 9

2. Tahapan-Tahapan Perencanaan Kampanye ... 10

3. Elemen-Elemen Kampanye ... 19

F. Metodologi Penelitian ... 23

1. Jenis dan Metode Penelitian ... 23

2. Jenis dan Sumber Data ... 24

3. Obyek Penenlitian ... 25

(10)

5. Teknik Pengumpulan Data ... 26

a. Wawancara ... 26

b. Dokumentasi ... 27

c. Observasi ... 27

6. Teknik Analisis Data ... 27

7. Uji Validitas Data ... 29

8. Riset Terdahulu ... 31

9. Sistematika Terdahulu ... 33

BAB II GAMBARAN UMUM ... 35

A. Sejarah Dinas Kebudayaan DIY ... 35

B. Fisi-Misi Dinas Kebudayaan DIY ... 36

C. Unsur Organisasi dan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan DIY ... 37

D. Bidang Permuseuman ... 40

E. Program-Program Bidang Permuseuman ... 45

F. Maksud dan Tujuan Kegiatan Duta Museum... 51

G. Visi-Misi Duta Museum ... 51

BAB III PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Penyajian Data ... 54

1. Tahapan Perencanaan Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum ... 54

a. Analisis Situasi ... 54

b. Tujuan Kampanye ... 56

c. Identifikasi dan Segmentasi Sasaran Kampanye ... 58

d. Pesan Kampanye ... 59

e. Strategi ... 60

f. Taktik ... 68

(11)

2. Elemen-Elemen Kampanye Dinas Kebudayaan DIY

melalui Duta Museum ... 83

a. Komunikator ... 83

b. Peran Media Dalam Kampanye ... 84

3. Evaluasi ... 92

B. Analisis Data ... 95

BAB V PENUTUP………..117

A. Kesimpulan……….117

B. Saran ………..118 Daftar Pustaka

(12)

DAFTAR TABEL

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Teknik Analisis Data ... 28

Gambar 1.2 Triangulasi “Sumber” Pengumpulan Data ... 31

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan DIY ... 39

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Bidang Permuseuman ... 42

Gambar 2.3 Logo Duta Museum 2015 ... 50

Gambar 3.1 Slide Power Point Safari Duta Museum ... 60

Gambar 3.2 Alur Pendaftaran Pemilihan Duta Museum ... 64

Gambar 3.3 Acara Museum Exhibition ... 70

Gambar 3.4 Museum Exhibition 2016 ... 72

Gambar 3.5 Pembagian Hadiah ... 73

Gambar 3.6 Event Pecha Kucha Night ... 75

Gambar 3.7 Slide Power Point Pecha Kucha Night ... 76

Gambar 3.8 Ngabuburid Bareng Duta Museum ... 79

Gambar 3.9 Carnaval Museum Bersama Duta Museum ... 81

Gambar 1.10 Talkshow di Radio RRI Pro 2 ... 85

Gambar 3.11 Talkshow di Jogja Tv ... 86

Gambar 3.12 X Banner Pemilihan Duta Museum ... 87

Gambar 3.13 Website Duta Museum ... 88

Gambar 3.14 Facebook Duta Museum ... 89

Gambar 3.15 Twitter Duta Museum ... 90

Gambar 3.16 Instagram Duta Museum ... 91

(14)

^.r$rl'{$nt sY{A

"$"4r.ffi

&--{tsr:I1s^$

*'rrr-."iS

(1-g) e*eftes :e1*E

q*1*.r*dmoffi {iuun ue}eru{s-iad $xts qslus re,Suqos Bi$IJagp qels} }u} rsdi"rrlg

ffi UII'pg 6'11 6e11ny .,t1y

-t"*\\

g

gfn8uag

lS.;.11'*I'S'u.dr1u;ng !!uBlIB& I{utr.{ lrr

,k-__----/

I

g rlnEuag

'nBI'H{I

8l}l*:r

If

ilflht${ itIS

itiYffi}Si}S

,

Islip ue,3u*q;

rs6{iiJn*r*1{ rirff [i eip{}Kr}}{ntrq 8ua:lg ledrueg g1g; snlsnfiV Zf,

:

lu8$urg rft$.}s . $rlii

. tped' e3:e:p.{'?*n qs{ rpe arl.rreq&}q se} i$J*.riu {}

.I1'1q*d nujr! LrEp terfleg ttur{I sr?iln}tuj }suIrunluo}

nurll

lpll}S we:8cr6 rsdu-15 tfnfr**u3

r*rg

xuel*p

ip

**Xi;eqepadlp ilup ifi'llp

q#[*]

i*t

lsdq-]S
(15)

ABSTRAK Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Konsentrasi Broadcasting

Syarifah Khamsiawi / 20120530183

Judul : Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam Upaya Meningkatkan Minat Masyarakat Mengunjungi Museum Tahun 2015-2016.

Tahun Skripsi : 2016, 119 Hal Skripsi + 3 Table + 22 Gambar + 18 Lampiran Daftar Kepustakaan : 14 Buku + 12 Sumber Online + 4 Skripsi

Latar belakang Strategi Kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam upaya meningkatkan masyarakat untuk mengunjungi museum tahun 2015-2016 bermula dari kurangnya minat masyarakat dalam mengunjungi museum yang terdapat di DIY, maka Dinas Kebudayaan DIY membuat pemilihan duta museum agar duta museum dapat mengakampanyekan museum di DIY yang bertujuan untuk memperkenalkan, mendekatkan, serta membuat masyarakat lebih mencintai museum.

Jenis penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan cara wawancara pihak Dinas Kebudayaan DIY, Duta Museum DIY, dan masyarakat. observasi yaitu pengamatan langsung pada saat kampanye sedang berlangsung, dan dokumentasi diperoleh dari Dinas Kebudayaan serta Duta Museum dan lainnya yang berhubungan dengan kampanye dilaksanakan.

Hasil dari penelitian ini adalah peneliti menunjukan bahwa langkah kampanye yang dilaksankan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam menggunakan strategi kampanye sudah tepat, dengan adanya kegiatan kampanye ini masyarakat dapat lebih mengetahui informasi tentang duta museum melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh duta museum.

(16)

ABSTRACT University of Muhammadiyah Yogyakarta

Faculty of Social and Politic Science Department of Communication Science Concentration of Broadcasting

Syarifah Khamsiawi / (20120530183)

Campaign Strategy By Department Culture Of DIY Through Museums Ambassador In An Attempt To Increase The Society Interest To Visit The DIY Museum Year 2015-2016.

Year: 2016, 119 Page + 3 Tables + 22 Image + 18 Appendices References: 12 Books + 14 Online Sources (Internet) + 4 Thesis

Reason for this campaign strategy from department of culture of diy through the museum ambassador in an effort to improve public interest to visit the museum for 2015-2016 begins from lack of public interest in visiting the museum in diy. So, the department of culture of diy make a contest to choose museum ambassadors so they could do campaigns about museums in diy, which aims to introduce, juxtapose, and make people love museums.

Type of research conducted are descriptive, qualitative, data collection techniques done by interview directly the department of culture of DIY, DIY museum ambassadors, and public. Observation done by direct observation while the campaign is ongoing, and documentation obtained from the department of culture and also the museum ambassadors and other things that associated with the campaign conducted.

The results of this study are researchers showed that the campaign implemented by the department of culture of DIY through the museum ambassadors in use of campaign strategies are already correct, with these campaign activities public can find out more information about museum ambassadors through the activities carried out by them.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat provinsi yang ada di Indonesia. DIY dibentuk dengan Undang-Undang (UU) No.3 Tahun 1945, DIY meliputi bekas Daerah atau kesultanan DIY dan Pakualaman. Sebagai Ibu kota Provinsi DIY, kota Yogyakarta kaya akan predikat. Baik itu berasal dari sejarah maupun potensi yang ada seperti, kota perjuangan, kota kebudayaan, kota pelajar serta dengan kota pariwisata. Selain itu sebutan kota perjuangan untuk kota ini berkenaan dengan peran DIY dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun pada jaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan. DIY pernah menjadi pusat kerajaan baik Kerajaan Mataram (Islam), Kesultanan DIY maupun Kadipaten Pakualaman. Sebutan kota kebudayaan untuk kota ini berkaitan erat dengan peninggalan-peninggalan budaya yang bernilai tinggi semasa kerajaan-kerajaan tersebut

sampai hingga kini masih tetap dilestarikan.

(18)

Museum merupakan tempat untuk menyimpan barang-barang masa lalu atau peninggalan masa lalu yang harus dijaga, dilindungi dan dilestarikan guna mengembangkan asset budaya DIY sebagai upaya untuk memwujudkan jati diri masyarakat. Museum-museum yang terdapat di Jogjakarta juga sudah bermacam ragam dan sangat menarik untuk dikunjungin. Di museum kita juga dapat melihat-lihat koleksi peninggalan masa lalu serta dapat mempelajari sejarah-sejarah koleksian yang ada di museum tersebut. Sebagai warga Indonesia kita seharusnya bangga karena di Negara kita terdapat banyak sekali museum. Namun hal ini sangat disayangkan ternyata masyarakat Indonesia masih kurang antusias untuk mengunjungi museum. Karena bagi masyarakat museum merupakan tempat yang ngeri untuk dapat dikunjungin karena didalam museum terkesan gelap, terdapat barang-barang kuno dan sejarah masa lalu yang membuat masyarakat enggan mengunjungi museum, selain itu juga masyarakat bosan mengunjungi museum karena terkesan didalam museum hanya barang-barang itu saja. (http://travel.kompas.com//read/2014/11/23/102002/artikel-detail-komentar-mobile.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2015).

Sebagai bagian dari obyek wisata yang sarat akan sejarah dan edukasi, museum ternyata belum dapat menjadi pilihan tempat wisata yang membuat rindu pengunjungnya. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Anies baswedan. “ini menjadi tantangan untuk keberadaan museum

(19)

anies baswedan saat pembukaan pameran gelar museum nusantara 2014. Sabtu (22/11/2014), hal tersebut terbukti dari kurangnya antusiasme masyarakat untuk

mengunjungi museum

(http://travel.kompas.com//read/2014/11/23/102002/artikel-detail-komentar-mobile.html, diakses pada tanggal 28 Oktober 2015).

(20)

Tabel 1.1 Data Pengunjung pada 21 Museum Di DIY Tahun 2015

No Bulan Jumlah Pengunjung Museum

2015

1. Januari 63.885 pegunjung

2. Februari 45.257 pengunjung

3. Maret 56.198 pengunjung

4. April 65.592 pengunjung

5. Mei 90.715 pengunjung

6. Juni 78.975 pengunjung

7. Juli 46.565 pengunjung

8. Agustus 32.169 pengunjung

9. September 16.820 pengunjung

(sumber:http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/10/07/nvuq8i284-tingkat-kunjungan-museum-di-diy-masih-rendah, (22 April 2016).

Pada pemberitaan diatas dapat dilihat bahwa pengunjung museum mengalami kenaikan dan penurunan pengujung pada museum-museum, maka dari itu, ini merupakan tugas untuk duta museum bagaimana cara untuk membuat pengunjung museum lebih tertarik terhadap permuseuman di DIY dan membuat masyarakat mencintai museum dengan begitu akan meningkatkan pengunjung pada suatu museum tersebut atau setidaknya pengunjung museum stabil mengunjungi museum di DIY.

(21)

juga ditugaskan oleh Dinas Kebudayaan DIY untuk mempromosikan program-program yang dilaksanakan oleh dinas kebudayaan DIY bahkan, duta museum juga ikut serta dalam program yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, hal ini merupakan bahwa duta museum merupakan program unggulan dari Dinas Kebudayaan DIY.

Dengan begitu Dinas KebudayaanDIY menyelenggarakan Pemilihan Duta Museum, upaya untuk Pemilihan Duta Museum tersebut bertujuan memperkenalkan potensi museum-museum yang ada di DIY, baik dari sisi koleksi, pelayanan, maupun fasilitas museum yang ada. Dengan adanya pemilihan Duta Museum 2015 Dinas Kebudayaan DIY ingin menbangun kembali citra positif terhadap museum dan ingin mengubah paradigma masyarakat terhadap museum serta ingin mendekatkan museum kepada masyarakat. Koordinator Teknis Pemilihan Duta Museum Hairullah Gozali mengatakan, museum bagi suatu bangsa merupakan bagian dari peradaban, semakin banyak jumlah museum yang ada semakin tinggi peradaban sebuah bangsa. Di DIY sendiri berbagai sisi dari peradaban tergambar dengan jelas dari museum-museum yang di milikinya, perjalanan bangsa Indonesia pun terwakili di DIY melalui zaman Prasejarah,

Mataram Hindu, Mataram Islam dan zaman perjuangan,” tegas Hairullah di

(22)

berkomunikasi dan membangun jaringan yang luas serta memiliki wawasan, pengetahuan tentang Museum di DIY dan cinta kepada museum. Anggota Duta Museum tidak semata-mata harus cantik atau tampan saja, namun seorang Duta Museum butuh figur yang cocok untuk dapat menjadi duta bagi semua museum di

DIY,” jelas Hairullah. Ketua Harian Keluarga Public Relations Jogja (Sumber:http://jogja.solopos.com/baca/2015/06/27/duta-museum-diy-dinas kebudayaan-diy-gelar-pemilihan-duta-museum-diy-2015-618645,diakses pada tanggal 28 Oktober 2015). Selain itu juga, berdasarkan hasil dari wawancara melalui salah satu anggota Duta Museum yaitu Nusieta Ayu D.P pada tanggal 16 November 2015 mengatakan bahwa.

Sebagian besar anggota Duta Museum ditugaskan untuk menjadi seorang public relation, yang bertujuan agar dapat mempromosikan Museum-museum yang ada di DIY. Lebih spesifik anggota Duta Museum ditugaskan untuk merencanakan projek, membuat konten berita, membantu pelaksanaan event-event di museum, pameran, sampai nge MC juga menjadi tugas bagi anggota Duta Museum.(wawancara tanggal 16 November 2015).

(23)

bervariasi mulai dari 19 tahun hingga 50 tahun, maka dari itu mereka saling membagi tugasnya untuk memperkenalkan museum pada masyarakat. selain itu Duta Museum ini merupakan event / kegiatan baru yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, Duta Museum sendiri baru berdiri sejak tahun 2014 untuk wilayah DIY yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan DIY.

Dari hasil wawancara bersama dengan Nuesita Ayu salah satu anggota Duta Museum 2015 menyebutkan bahwa terdapat beberapa program yang diberikan oleh Dinas Kebudayaan DIY kepada para Duta Museum, antara lain yaitu safari Duta Museum dan wajib kunjung museum.

Safari Duta Museum yaitu dilaksanakan setiap sebulan sekali yang mana para anggota Duta Museum datang untuk mengkampanyekan museum ke sekolah-sekolah yang ada di DIY, sedangkan wajib kunjung museum dilakukan setiap hari dengan target umur umum. Selain itu terdapat juga beberapa program-program yang dilaksanakan oleh Duta Museum sendiri yang berdasarkan segmentasi umur, seperti halnya program kids in museum, jelajah museum di malam hari dan class haristage yang ditunjukan pada anak-anak (wawancara tanggal 22 Maret 2016).

(24)

anggota Duta Museum tidak dituntut untuk cantik saja tetapi mereka harus memiliki wawasan yang luas tentang museum.

B. Rumusan Masalah

Dari serangkaian latar belakang yang telah diuraikan diatas maka

permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Strategi Kampanye

Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam upaya meningkatkan minat Masyarakat untuk Berkunjung ke Museum DIY Tahun 2015-2016?”

C. Tujuan Penelitian

Dari serangkaian permasalahan yang ada pada penelitian ini, yaitu bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan strategi kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam upaya meningkatkan minat Masyarakat untuk Berkunjung ke Museum di DIY 2015-2016.

2. Mendeskripsikan program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum.

D. Manfaat Penelitian

(25)

1. Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi kajian-kajian ilmiah untuk dapat menjadikan sebuah teori yang bisa dipakai oleh penelitian selanjutnya

2. Praktis

a. Sebagai bahan evalusi bagi Dinas Kebudayaan DIY dalam upaya mempertahankan minat masyarakat untuk mengunjungi museum.

b. Dapat menambah wawasan tentang strategi kampanye yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke Museum di DIY tahun 2015-2016. E. Kajian Teori

1. Pengertian Strategi Kampanye

Strategi kampanye adalah sebuah penyusunan suatu rencana jangka panjang yang dilakukan oleh sekelompok organisasi swasta maupun pemerintah agar pesan yang ingin disampaikan dapat tercapai dan diterima dengan baik oleh masyarakat (Septiawan, 2015:8).

(26)

secara sadar, bertahap dan berkelanjutan, serta dilaksanakan pada rentang waktu tertentu dengan tujuan mempengaruhi khalayak yang telah ditetapkan (Qadaruddin, 2016 : 6).

Dibawah ini juga dapat dijelaskan pokok-pokok untuk melengkapi dasar-dasar teknik untuk berkomunikasi, untuk diketahui bila perlu dipergunakan dan dikembangkan. Rice dan Paisley menyebutkan bahwa kampanye adalah keinginan seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi kepercayaan dan tingkah laku orang lain dengan daya tarik yang komunikatif. Adapun tujuan dari kampanye adalah menciptakan perubahan atau perbaikan di dalam masyarakat, maka Rice dan Paisley menyebutkan bila dalam suatu lingkungan sosial terjadi perubahan atau perbaikan maupun perkembangan, kemungkinan besar kampanye telah berlangsung dilingkungan tersebut.

2. Tahapan Perencanaan Kampanye

(27)

a. Analisis (Analysis)

Hal pertama yang harus dilakukan dalam proses pemasaran sosial adalah melakukan riset terhadap lingkungan. Untuk menentukan langkah dalam pemasaran sosial juga perlu melakukan riset terhadap lingkungan seperti pada pemasaran komersil. analisis lingkungan dilakukan guna menganalisis lingkungan sosial untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang terjadi di masyarakat. Analisis lingkungan akan berguna dalam membantu proses pentransferan isu atau gagasan kegiatan kampanye.

Dalam menganalisis lingkungan dapat dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT merupakan metode analisis mendasar yang berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari empat sisi yang berbeda. Elemen analisis SWOT terdiri dari empat elemen yaitu Strengths

(kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats

(tantangan). (Greogory, 2003:63).

b. Tujuan (Objectives)

(28)

perioritas kampanye. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang tujuan dalam pemasaran sosial yaitu

1) Susun tujuan untuk kampanye sosial yang akan dilakukan bukan tujuan organisasi secara keseluruhan, atau dampak lanjutan dari kampanye tersebut.

2) Susun tujuan secara seksama dan spesifik. Tujuan jangan dibuat menggantung dan sangat terbuka, tetapi didalamnya harus menjawab secara jelas dan spesifik tentang apa yang dikehendaki, kepada siapa, kapan dan bagaimana.

3) Susun tujuan yang memungkinkan untuk di capai. Jangan menyusun tujuan terlalu muluk, hanya mengawang-awang dan akhirnya tidak bisa tercapai.

4) Kualifikasi semaksimal mungkin, semakin dapat dikualifikasikan sebuah tujuan maka semakin mudah evaluasi tingkat pencapaiannya.

5) Pertimbangkan anggaran yang tersedia untuk program kampanye yang dilakukan.

6) Susun tujuan berdasarkan skala prioritas, maksudnya agar tim kampanye dapat memfokuskan pekerjaan kepada satu tujuan terarah.

c. Publik atau Khalayak sasaran (Public or Audience)

(29)

melancarkan kampanye. Dalam menentukan publik sasaran pada perencanaan kampanye menurut (James Gruning dalam Septiawan 2015:25) terdapat tiga bentuk: laten public (publik yang tersembunyi sulit untuk dikenal keberadaannya oleh pihak organisasi), Aware Publik (publik yang peduli, dan bentuk publik ini yang mudah untuk dikenali kegiatan dan keberadaannya), dan Active Publics (merupakan publik yang aktif dan selalu berkaitan dengan suatu permasalahan yang dihadapi dengan pihak perusahaan atau organisasi).

d. Pesan-Pesan (Message)

Pesan kampanye merupakan sarana untuk penyampaian isi apa yang ingin disampaikan pada suatu program kampanye. Terdapat empat langkah pesan-pesan yang disampaikan melalui kampanye yaitu:

1) Menetapkan keberadaan persepsi publik berdasarkan hasil penelitian, untuk menentukan apakah diterima atau ditolak

2) Menetapkan upaya perubahan dari persepsi publik, untuk melihat keinginan publik yang sebenarnya agar tema atau isi pesan-pesan kampanye diklarifikasi.

3) Melakukan tahapan identifikasi dari unsur-unsur persuasif dan edukatif.

(30)

e. Strategi (Strategy)

Pengertian strategi menurut (Gregory dalam Ruslan 2013:102) adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan perencanaan program kampanye dalam kurun waktu tertentu, terkoordinasi dengan melibatkan suatu tim kerja, memiliki prinsip-prinsip, dan termasuk gagasan, kegiatan, alokasi dan besar, serta dengan taktik pelaksanaan pencapaian tujuan program (tactical programme) yang terukur secara rasional atau spesifik.

f. Taktik Pelaksanaan (Tactics)

Taktik pelaksanaan sangat perlu dalam proses kampanye, ketika akan mengembangkan taktik pelaksanaan program kampanye, maka tidak terepas dari faktor-faktor kekuatan, kreativitas atau kemampuan tim pelaksana, pengembangan program hingga pencapaian tujuan terukur sebagai berikut (Ruslan, 2013:102-103). seperti yang diungkapkan Ruslan (2007) sebagai berikut: 1) Appropriateness, adanya kecocokan secara aktual dengan teknik-teknik taktik pelaksanaan, pencapaian target khalayak publik, hasil-hasil yang dicapai dalam melaksanakan pesan-pesan kampanye dan termasuk kecocokan dengan teknik-teknik Public Relations serta media komunikasi yang dipergunakan. 2) Deliverability, apakah anda mampu melaksanakan teknik-teknik berkampanye

(31)

apakah sudah tepat? Termasuk memiliki tim ahli dan pendukungnya dalam taktik pelaksanaan secara tepat?

g. Skala Waktu (Timescales) dan Sumber Daya (Resoucres)

Kampanye dilaksanakan dalam kurung waktu tertentu. Pada saat kampanye dilaksanakan terdapat beberapa proses kampanye yang miliki waktu kurang cukup, karena saat proses kampanye dilakukan memerlukan waktu yang cukup pajang untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Terdapat tiga bentu sumber daya utama yang berkaitan dengan pelaksanaan program kampanye, yaitu pertama adalah sumber daya manusia (SDM), kedua, sumber biaya operasional untuk menunjang kegiatan kampanye yang dikelola secara efisien dalam pembiayaan pelaksanaan operasional. Ketiga, yaitu sumber perlengkapan transforasi, dukungan peralatan teknis, pemanfaatan media komunikasi dan kerja lainnya (Ruslan 2013:104).

h. Penilaian (Evaluations)

(32)

kampanye tidak ingin dan dan berbagai sumber daya lain terbuang sia-sia. Keempat, evaluasi membatu pelaksana untuk menetapkan tujuan secara realistis, jelas dan terarah sehingga terakhir, evaluasi membantu akuntabilitas (pertanggung jawaban) pelaksana kampanye.

Dalam evaluasi kampanye tidak terlepas dari faktor penghambat dan pendukung kampanye, Hyman dan Sheatsley adalah ilmuwan sosial generasi awal yang tertarik menganalisis keefektifan kampanye, adapun analisis yang dilakukan hyman dan Sheatsley. (Kotler dalam Venus 2004) terdapat beberapa kegagalan kampanye, adapun kegagalan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1) Selalu ada sekelompok khalayak yang „tidak akan tahu‟ tentang pesan -pesan yang ditunujukan pada mereka.

2) Jika sedikit yang tertarik maka akan sedikit pula yang memberikan respon

3) Orang akan memberikan respon berbeda terhadap pesan-pesan yang sama

4) Orang cenderung menghindari informasi yang tidak sesuai dengan apa yang telah diyakini.

(33)

sebuah program kampanye mengalami kegagalan. Menurut mereka, ketidakberhasilan pada sebagian besar kampanye umumnya karena:

1) Program-program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasarannya secara tepat.

2) Pesan-pesan kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup mampu memotivasi khalayak untuk menerima dan menerapkan gagasan yang diterima.

3) Pesan-pesan tidak memberi „petunjuk‟ bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan.

4) Terlalu mengandalkan media massa tanpa menindaklanjutinya dengan komunikasi antarpribadi. Padahal justru melalui komunikasi antar pribadilah efek perubahan sikap dan prilaku lebih dapat diharapkan muncul.

5) Anggaran untuk membiayai program tersebut tidak memadai sehingga pelaku kampanye tidak bisa berbuat secara total.

(34)

penting objek, kadar keterlibatan dan tentutan aktual dari lingkungan (Venus, 2004:130-132).

Adapun beberapa faktor yang dikemukakan oleh para ahli tentang faktor-faktor penunjang keberhasilan kampanye yang pada prinsipnya berkaitan erat dengan faktor-faktor kegagalan kampanye, adapun salah satu faktor penunjang keberhasilan yang ditemukan oleh Lazarsfeld, Merton dan Wallack. (Lazarsfeld dan Marton dalam Venus 2004) menyebutkan bahwa Lazarsfeld dan Marton kelompok pertama yang tertarik menganalisis berbagai faktor yang menunjang keberhasilan kampanye. Sementara Wallack adalah peneliti yang datang kemudian, yang berupaya menyempurnakan temuan kedua tokoh ilmu komunikasi tersebut. Temuan ketiga tokoh tersebut meliputi lima hal berikut yaitu, Monopolization, Canalization, Supplementation, Creation Of New Opinios dan Making Personal Connection

1) Monopolization atau monopolisasi yang diartikan sebagai penguasaan penuh sebuah program kampanye terhadap media komunikasi yang ada. 2) Canalization diartikan sebagai penyaluran lebih lanjut dari perilaku atau

sikap yang telah ada kepada sasaran baru yang masih searah.

(35)

4) Making personal connection diartikan sebagai upaya pelaku kampanye untuk mengaitkan pesan-pesan yang dibuat dengan karakteristik dan dunia pengalaman keseharian khalayak.

5) Creation of new opinion atau penciptaan pendapat-pendapat baru merupakan unsur pendorong kesuksesan kampanye lainnya (Venus, 2004:133-135).

i. Peninjauan (Review)

Adapun tahapan terakhir dalam perencanaan pelaksanaan kampanye yaitu peninjauan kembali terhadap penilaian perencanaan, pelaksanaan selama program dan pencapaian tujuan kampanye yang berlangsung secara periodic setiap tahunnya.

3. Elemen-Elemen Kampanye

Untuk membuat sebuah kegiatan kampanye jadi berhasil dipengaruhi oleh perencanaan dan pelaksanaan kampanye tersebut, agar kampanye tersebut berjalan dengan baik maka, dapat diperhatikan elemen-elemen kampanye sosial dalam pelaksanaan kampanye. Adapun elemen-elemen kampanye model Nowak dan Warneyd (dalam Maulida, 2013:20).

a. Komunikator/ Pengirim Pesan

(36)

2000:63). Dalam kampanye ini terjadi pentransferan pesan dari pengirim pesan yaitu pihak Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum yang berupa informasi tentang museum serta mengajak masyarakat untuk dapat mengenal museum dan dapat mencintai museum yang ada di DIY.

Sebagai komunikator, public relations officer harus mampu menjelaskan atau menyampaikan sesuatu kegiatan atau aktivitas dan program kerja kepada publiknya, ia juga sekaligus bertindak sebagai mediator untuk mewakili lembaga atau organisasi terhadap publik dan sebaliknya (Ruslan, 2013:28). Untuk mencapai komunikasi yang mengena, maka seorang komunikator selain mengenal dirnya, ia juga harus memiliki kepercayaan (credibility), daya tarik (attractive), dan kekuatan (power). (Maulida, 2013:21-22) yaitu:

1) Kepercayaan (credibility)

Kredibilitas adalah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber, sehingga diterima dan diikuti khalayak sasaran.

2) Daya Tarik (attractive)

(37)

pandangannya karena komunikator tersebut memiliki daya tarik dalam hal kesamaan, hal yang disuka serta fisik.

3) Kekuatan (Power)

Kekuatan adalah kepercayaan diri yang dimiliki seseorang komunikator jika ia ingin mempengaruhi orang lain.

b. Saluran

Saluran atau wahana dapat merujuk kepada cara penyampaian pesan, hal ini dapat dilihat penting karena berkaitan dengan pemilihan media. Beberapa ahli menerangkan istilah channel untuk menyebutkan media, banyak ragam media penggunaannya menggantungkan pada kebutuhan, situasi, dan kondisinya. (Efendy dalam Budi, 2015:27) menjelaskan Pemilihan media dipengaruhi oleh:

1) sasaran yang dituju 2) efek yang diharapkan 3) isi yang dikomunikasikan.

(38)

1) Media Umum

Media umum seperti surat-menyurat, telepon, facsimile, dan telegraf.

2) Media Massa

Media massa seperti media cetak, surat kabar, majalah, tabloid, bulletin dan media elektronik yaitu televise, radio dan film. Sifat media massa ini mempunyai efek serempak dan cepat (simultaneity effect) dan mampu mencapai pembaca dalam jumlah besar dan tersebar luas diberbagai tempat secara bersamaan.

3) Media Khusus

Media khusus seperti iklan (advertising), logo dan nama perusahaan, atau produk yang merupakan sarana atau media untuk tujuan promosi dan komersial yang efektif.

4) Media internal

Media internal yaitu media yang dipergunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan nonkomersial serta lazim digunakan dalam aktivitas public relations. Ada beberapa jenis media internal yaitu,

(39)

c. Efek yang Dicapai

Efek merupakan unsur penting dalam keseluruhan proses kampanye sosial. Bentuk konkrit efek dalam kampanye sosial adalah terjadinya perubahan perilaku kepada khalayak sasaran. Terdapat tiga efek kampanye pemasaran sosial yaitu efek kognitif, afektif dan Konatif.

1) Efek Kognitif

Efek Kognitif lebih kepada pengetahuan sasaran mengenai suatu objek, pengalam tentang objek, bagaimana pendapat dan melihat atau pandangan tentang objek tersebut.

2) Afektif

Suatu pesaraan yang kita rasakan terhadap objek, respek atau perhatian kita terhadap objek terntentu, seperti ketakutan, kesukaan, atau kesamaan.

3) Konatif

Berisi kecendrungan untuk bertindak (memutuskan) atau bertindak terhadap objek atau mengimplementasikan prilaku sebagai tujuan terhadap objek. (Maulida, 2013:24).

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Metode penelitian

(40)

fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan sifat penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian lapangan (field research) (Moleong, 2014: 26).

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Lexy J, Moleong mengatakan bahwa penelitian deskriptif dilakukan jika data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka ada penerapan metode kualitatif. Deskriptif adalah bagian terpanjang yang berisi semua peristiwa dan pengalaman yang didengar dan yang dilihat serta dicatat selengkapnya dan

seobjektif mungkin. Dengan sendirinya uraian dalam bagian ini harus sangat rinci (Moleong, 2014:211). Pembahasan terkait dengan metode penelitian terdiri dari jenis penelitian, obyek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pemilihan informan, dan prosedur kerja penelitian. Penelitian deskriptif yaitu mengukur secara cermat terhadap fenomena sosial tertentu.

2. Jenis dan Sumber Data a. Data Primer

(41)

b. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan mengutip dari sumber lain seperti buku-buku perpustakaan, internet, dan sebagainya, sebagai referensi yang digunakan untuk mendukung penelitian ini.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian dari penelitian ini yaitu Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum tahun 2015-2016.

4. Teknik Pengambilan Informan

Pengambilan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive yaitu dimana pengambilan sampel sesuai dengan pertimbangan penelitian berdasar maksud dan tujuan penelitian. Purposive yaitu sampel ditunjukan langsung kepada objek penelitian dan tidak diambil secara acak, tetapi sampel bertujuan untuk memperoleh nara-sumber yang dapat memberikan data secara lengkap dan baik (Moleong, 2008:164). Adapun informan yang diambil dalam penelitian ini yaitu:

a. Nusieta Ayu D.P dan Seruni Bodjawati

(42)

b. Sebagai informan kedua yaitu pengunjung museum Exhibition 2016 Tika. c. Infoman ketiga yaitu Dinas Kebudayaan, peneliti melakukan wawancara

dengan salah satu pengelolah Duta Museum yang berperan penting dalam melaksanakan Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam menarik minat masyarakat untuk berkunjung ke museum di DIY 2015-2016 yaitu kepala bidang permuseuman yaitu Theresia Yohana.

5. Teknik Pengumpulan Data a. Interview atau Wawancara

(43)

dengan wawancara baku (standardized interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan pilihan-pilihan yang sudah disediakan. (Mulyana, 2008:180).

b. Dokumentasi

Dokumentasi adalah penelitian yang bersumber pada tulisan (paper). Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2013: 201).

c. Observasi atau pengamatan

Observasi adalah suatu penelitian secara sistematis menggunakan kemampuan indera manusia. Pengamatan merupakan a powerful tool indeed. Pengamatan dilakukan pada saat terjadinya aktivitas budaya dan wawancara secara mendalam (Indept Interview). Observasi juga dilakukan dengan foto dan tape recorder (Endraswara, 2006:133).

6. Teknik analisis data

Teknik analisis data menurut Miles dan Huberman dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display, dan verification. Sedangkan menurut Spradley dilakukan secara berurutan, melalui proses analisi domain, taksonomi, komponensial, dan tema budaya (Sugiyono, 2008:490). Miles dan Huberman menawarkan teknik analisis yang lazim yang disebut dengan

(44)
[image:44.612.172.549.486.662.2]

yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and veriflying conclusions) ( Pawito, 2007:104). Reduksi data (data reduction) yaitu bukan asal membuang data yang tidak diperlukan melainkan upaya yang dilakukan oleh peneliti selama analisis data dilakukan dan merupakan langkah yang tak terpisahkan dari analisis data. Reduksi data melibatkan beberapa tahap. tahap pertama yaitu melibatkan proses editing, pengelompokan, dan meringkas data. Sedangkan tahap keduan yaitu peneliti menyusun kode-kode dan catatan-catatan (memo) mengenai berbagai hal termasuk yang berkenaan dengan aktivitas serta proses-proses sehingga peneliti dapat menemukan tema-tema, kelompok-kelompok dan pola-pola data. Sehingga tahap akhir yaitu peneliti menyusun rancangan konsep-konsep (mengupayakan konseptualisasi) serta penjelasan-penjelasan berkenaan dengan tema, pola atau komponen-komponen data yang bersangkutan.

Gambar 1.1 Teknik Pengumpulan Data

(Sumber: Pawinto, 2007:105) Pengumpulan data

Display data

(45)

Penyajian data (data display) yaitu melibatkan langkah-langkah mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya beraneka ragam perspektif terasa bertumpuk maka penyajian data (data display) yang pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis data yang tersaji berupa kelompok-kelompok atau gugusan-gugusan yang kemudian saling dikait-kaitkan sesuai dengan kerangka teori yang digunakan.

Penarikan dan pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions), peneliti pada dasarnya mengimplementasikan prinsip induktif dengan mempertimbangkan pola-pola data yang telah dibuat. Adakalanya kesimpulan telah tergambar sejak awal, namun kesimpulan final tidak dapat dirumuskan secara memadai tanpa peneliti menyelesaikan analisis seluruh data yang ada. Peneliti ini berkaitan dan harus mengkonfirmasi, mempertajam atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi ilmiah mengenai gelaja atau realitas yang ditelitinya terhadap penilaian-penilaian terhadap pemberitaan (Pawito, 2007:106).

7. Uji Validitas Data

(46)

memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin dalam Moleong 2014 membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori (Moleong, 2014:330).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber. Patton dalam Moleong 2002 menyebutkan Triangulasi dengan Sumber bearti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. Dengan menggunakan teknik ini peneliti dapat membandingkan hasil pengamatan dengan data hasil wawanara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan pandangan seseorang seperti rakyat biasa yang tidak terlibat dalam proses, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.

(47)
[image:47.612.257.478.180.285.2]

Gambar 1.2

Triangulasi “sumber” Pengumpulan Data

Wawancara

Sumber: Sugiyono (2010:330)

Mathinson dalam Sugiyono (2010:332) mengatakan bahwa “the value of triangulation lies in providing evidence. Whether convergent in consistent,

or contradictory” yang berarti nilai dari teknik pengumpulan data untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh meluas dan tidak konsisten. Oleh karena itu, dengan menggunakan teknik triangulasi sumber, maka dapat diperoleh data yang lebih konsisten, tuntas dan pasti. Selain itu, dengan triangulasi akan lebih meningkatkan kekuatan data.

G. Riset Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang Strategi Kampanye antara lain yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Hanifah Dharmastuti (2015) yang membahas tentang kampanye badan perpustakaan dan arsip daerah

B A

(48)

meningkatkan minat baca masyarakat Yogyakarta tahun 2014. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut dilaksanakan di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah yang berada di Jalan Tentara Rakyat Mataram No. 4 Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut membahas bahwa kampanye yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah yakni bertujuan untuk meningkatkan minat baca, budaya membaca dan memperkenalkan perpustakaan kepada masyarakat. Sebelum melakukan kampanye hal yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah yaitu dengan menentukan audiens, pesan yang disampaikan, menyusun tujuan dan menentukan komunikator. Kampanye yang dilakukan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah yaitu dengan mengadakan event-event

kerja sama, pameran. Berkampanye melalui kegiatan-kegiatan dan berkampanye melalui media. Dengan adanya kegiatan tersebut di rasa efektif.

(49)

Yogyakarta, selain itu penelitian tersebut juga dilakukan di tempat tinggal informan. Hasil dari penelitian tersebut membahas tentang pelaksanaan strategi kampanye pencegahan dan penyalahgunaan bahaya narkoba terhadap remaja oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta meliputi tiga proses diantaranya perencanaan (Planning),

pelaksanaan (communication action), dan Evalusi (Evaluation).

H. Sistematika Penulisan

Agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah dalam melakukan penelitian, maka disusun sistematika penulisan yang berisi informasi yang mencakup materi dan hal-hal yang dibahas pada setiap bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I berisikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian teori, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

(50)

BAB III PEMBAHASAN

Bab III ini berisikan tentang penyajian data dan analisis data yang berisikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB IV PENUTUP

(51)

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Dinas Kebudayaan DIY

Asal mula terbentukannya Dinas Kebudayaan DIY yaitu, pada awalnya menjadi wewenang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY. Melalui Keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta nomor: 353/KPTS/1994 tanggal 26 Oktober 1994 tentang Pembentukan Dinas Kebudayaan Provinsi DIY, maka urusan Kebudayaan menjadi dinas tersendiri . Dinas Pendidikan dan Kebudayaan DIY menjadi Dinas Kebudayaan DIY dan Dinas Pendidikan dan Pengajaran. Pada mulanya kepala Dinas dilaksanakan oleh Plt oleh Drs. Wahyuntana yang sekaligus masih merangkap di Dinas Pendidikan dan Pengajaran, dan pada tahun ini belum ada pejabat eselon III dan IV serta belum ada kantor resmi. Baru pada 26 November 1997 di lakukan peresmian Dinas Kebudayaan DIY, peresmian Kantor Dinas di sisi timur lapangan kepatihan, dan pada 27 November 1997 di lakukan pelantikan pejabat eselon II, III, dan IV. Pada saat itu Drs. Wahyuntana resmi menjadi pelaksana harian.

(52)

bergabung dengan Dinas Pariwisata DIY, Kanwil Pariwisata DIY, Kanwil Pendidikan dan Kebudayaan DIY (Bidang Sejarah dan Nilai tradisi dan Bidang Museum dan Purbakala) menjadi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata DIY dengan Kepala Dinas Ir. Djoko Budhi Sulistyo (Oktober 2001- 30 September 2006).

Dengan terbitnya SK pensiun Ir. Djok Budhi Sulistyo kemudian di lantik Ir. Condroyono sebagai Kepala Dinas sejak 30 September 2006 sampai 23 juli 2008. Untuk mengisi kekosongan setelah Ir. Condroyono menginjak masa pensiun kemudian di lantik Plt. Dra. Dyan Anggraini (23 Juli 2008 – 22 Desember 2008) dan pada tanggal 22 Desember 2008 – 2010 Drs. Djoko Dwiyanto, Mhum. 2010 – sekarang Drs. GBPH Yudaningrat, MM. (Sumber: http://tasteofjogja.org/page.php?kat=prof&id=Mg==&fle=&lback= diakses tanggal 2 Mei 2015).

B. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan

Adapun visi dan misi dari Dinas Kebudayaan DIY yaitu:

1. Visi

(53)

2. Misi

Terdapat beberapa misi dari Dinas Kebudayaan DIY antara lain yaitu:

Misi I : Meningkatkan kualitas pelayanan melalui manajemen yang akuntabel professional dan beretika sesuai dengan tata nilai budaya masyarakat.

Misi II : Melestarikan, melindungi dan mengembangkanasset budaya DIY

sebagai upaya mewujudkan jati diri masyarakat

Misi III : Menjadikan ketahanan budaya sebagai jiwa dan semangat

pemerintahan yang katalistik

Misi IV : Menjadikan DIY sebagai pusat budaya dengan berbagai event

budaya nasional dan internasional

C. Unsur Organisasi dan Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan DIY

Adapun unsur organisasi Dinas Kebudayaan DIY terdiri dari :

1. Pimpinan : Kepala Dinas.

(54)

3. Pelaksana : Bidang-bidang yang terdiri dari Seksi-seksi, UPTD dan Kelompok Jabatan Fungsional

4. Organisasi Dinas Kebudayaan DIY a. Sekretariat terdiri dari:

1) Subbagian umum 2) Subbagian keuangan

3) Subbagian program dan informasi b. Bidang nilai dan budaya, terdiri dari:

1) Seksi rekayasa budaya 2) Seksi bahasa dan karya

c. Bidang tradisi, seni, dan film, terdiri dari: 1) Seksi adat dan tradisi

2) Seksi kesenian 3) Seksi perfilman

d. Bidang sejarah, purbakala dan museum, terdiri dari: 1) Seksi Sejarah

2) Seksi Purbakala 3) Seksi Museum e. UPTD

(55)
[image:55.612.156.532.268.531.2]

(Sumber:http://tasteofjogja.org/page.php?kat=prof&id=Mg==&fle=&lba ck= diakses 2 Mai 2016).

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Dinas Kebudayaan DIY

(56)

D. BIDANG PERMUSEUMAN

Seperti yang terdapat pada laporan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2015 nomor 54 tentang fungsi dan tugas Dinas Kebudayaan DIY pada pasal 33 bidang permuseuman mempunyau tugas sendiri yaitu untuk

melestarikan, membina, mengembangkan, serta memfasilitaskan pengelolaan museum. adapun penanggung jawab atas kegiatan Duta Museum DIY 2015-2016 Bidang Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY, untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka bidang permuseuman DIY mempunyai beberapa fungsi antara lain

1. penyusunan program kerja

2. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis permuseuman

3. fasilitasi pelestarian dan pemeliharaan benda koleksi museum

4. pelaksanaan pembinaan dan fasilitasi pengelolaan dan pengembangan museum

5. pembinaan dan publikasi museum

6. pengembangan dan pemanfaatan museum

7. registrasi museum dan koleksi

8. penyelenggaraan akreditasi museum

(57)

10.pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Bidang Permuseuman

11.pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Bidang Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY, terdiri atas 3 seksi: 1. Seksi Pembinaan dan Edukasi

2. Seksi Fasilitasi dan Pengembangan

(58)
[image:58.612.102.542.197.521.2]

Gambar 2.2

Struktur Organiasasi Bidang Permuseuman Dinas Kebudayaan DIY

Sumber: Dinas Kebudayaan DIY( 2016)

Seksi pertama Pembinaan dan Edukasi yang mempunyai tugas membina dan membimbing edukatif penyelenggaraan permuseuman. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka Seksi Pembinaan dan Edukasi mempunyai fungsi:

Kepala Bidang Permuseuman Dra. Theresia Yohana

Kepala Seksi Pembinaan dan Edukasi Drs. Sutopo Hernanto

Kepala Seksi Fasilitasi dan Pengembangan

Marsudi, S.IP Kepala Seksi Promosi

dan Inovasi Drs. Budi Husada

Pelaksana Seksi Pembinaan dan Edukasi

Wismarini, S.E, M hum dan Riantin Purwaningsih

(59)

1. penyusunan program kerja

2. penyiapan bahan kebijakan teknis pembinaan dan edukasi permuseuman

3. penyelenggaraan pembinaan museum

4. penyelenggaraan bimbingan dan pendidikan permuseuman

5. penyelenggaraan penyebarluasan informasi dan publikasi permuseuman

6. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi Pembinaan dan Edukas

7. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kedua yaitu Seksi Fasilitasi dan Pengembangan mempunyai tugas memfasilitasi pengembangan dan pengelolaan museum. Untuk melaksanakan tugas tersebut maka Seksi Fasilitasi dan Pengembangan mempunyai fungsi :

1. penyusunan program kerja

2. penyiapan bahan kebijakan teknis fasilitasi dan pengembangan museum

3. penyelenggaraan fasilitasi pengembangan sarana dan prasarana permuseuman

4. fasilitasi pengelolaan museum

(60)

6. penyelenggaraan bantuan teknis pengelolaan museum

7. penyusunan bahan petunjuk teknis permuseuman

8. penyelenggaraan akreditasi museum

9. pemberian rekomendasi teknis perijinan pendirian museum

10.elaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi Fasilitasi dan Pengembangan

11.pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Serta yang terakhir yaitu Seksi Promosi dan Inovasi mempunyai tugas melaksanakan promosi dan inovasi permuseuman. Untuk melaksanakan tugasnya Seksi Promosi dan Inovasi mempunyai fungsi :

1. penyusunan program kerja

2. penyiapan bahan kebijakan teknis promosi dan inovasi permuseuman

3. penyelenggaraan pameran dan promosi museum

4. penyelenggaraan jejaring dan kerjasama museum

5. pengembangan standar pelayanan museum

(61)

7. pelaksanaan monitoring, evaluasi dan penyusunan laporan program Seksi Promosi dan Inovasi

8. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan tugas (Sumber:https://www.google.com/search?q=kerja+seksi+inovasi+dan+penge mbangan+dinas+kebudayaan+diy&ie=utf-8&oe=utf-8&client=firefox-b diakses pada tanggal 1 Juni 2016).

E. Program-Program Dinas Kebudayaan DIY

Dinas Kebudayaan DIY khususnya bidang permuseuman mempunyai beberapa program yang dapat meningkatkan minat masyarakat untuk mengunjungin museum, adapun program tersebut yaitu:

1. Gerakan Wajib Kunjung Museum,

(62)

ke museum dilain kesempatan secara mandiri. Program gerakan wajib kunjung museum awalnya dari gerakan cinta museum yang diselenggarakan dari pusat, yaitu kementrian dan dari rektorat gerakan wajib kunjung museum untuk di daerah khususnya DIY.

2. Pelatihan Kepada Guru-guru Sejarah

Dinas Kebudayaan DIY juga melakukan pelatihan terhadap guru-guru sejarah yang berada di DIY, program ini sudah memasuki angkatan ke-2. Dinas Kebudayaan DIY melakukan Internalisasi terhadap guru-guru. Harapannya agar guru-guru sejarah tahu terlebih dahulu tentang museum, manfaat mengunjungi museum, serta anak didik yang diajak untuk mengunjungi museum tidak hanya untuk berkreasi saja. Setelah itu Dinas Kebudayaan DIY mengajak guru-guru sejarah untuk menyusun modul lalu, Dinas Kebudayaan DIY menyuruh guru-guru sejarah untuk memberikan LKS terhadap siswa yang mengunjungi museum agar siswa tidak hanya mendapat souvenir saja, namu siswa juga bisa mendapatkan

edukasi tentang museum. Museum juga diharapkan dapat menjadi tempat pembelajaran yang berada diluar sekolah.

3. Pemilihan Duta Museum

(63)

mengadakan pemilihan Duta Museum DIY pada tahun 2014 upaya untuk menyukseskan Gerakan Nasional Cinta Museum.

Pemilihan Duta Meseum DIY tersebut bertujuan untuk memperkenalkan potensi museum yang ada di DIY, baik dari sisi koleksi, pelayanan dan fasilitas lainnya yang ada. Saat ini museum-museum yang ada di DIY sudah bermacam ragam dan sangat menarik untuk dikunjungin, adapun keberagaman tema dalam museum terbagi tiga yaitu museum benda budaya dan kesenian, museum pendidikan dan ilmu pengetahuan serta museum sejarah dan perjuangan. Tentunya potensi museum tersebut akan sia-sia jika tidak didukung oleh semua pihak, baik dari pihak masyarakat maupun dari pihak pemerintahan. Oleh karena itu, dengan adanya Duta Museum DIY 2015 diharapkan anggota Duta Museum DIY dapat meningkatkan citra positif museum yang ada di DIY bagi masyarakat. Kegiatan Duta Museum DIY sendiri memperebutkan total puluhan juta rupiah. Terdapat beberapa tahapan saat pemilihan Duta Museum DIY yaitu tahapan pertama Audisi dan penjurian awal, Seleksi, dan diakhiri dengan penobatan sebagai Duta Museum DIY 2015.

(64)

merupakan warga Negara Indonesia yang berdomisilir di DIY, mengerti dan memahami tentang permuseuman. Dan memiliki masa bakti selama satu tahun di DIY.

(Sumber: http://asosiasimuseumindonesia.org/artikel/12-kabar-museum/569-dinas-kebudayaan-diy-adakan-pemilihan-duta-museum.html Diakses pada tanggal 24 Mei 2016).

Duta museum mempunyai event tersediri yaitu safari Duta Museum DIY, yang bertugas untuk mekampanyekan museum-museum yang ada di DIY pada sekolah-sekolah yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Safari Duta Museum yaitu kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY namun anggarannya diberikan oleh dinas kebudayaan DIY. Para Duta Museum DIY melakukan safari duta museum ke sekolah-sekolah yang mudah untuk mereka interaksi, sekolah-sekolah-sekolah-sekolah tersebut berupa SMA-SMA dan Sederajat.

(65)

siswa-siswa mulai mengenal apa itu museum, dan setelah Safari Duta Museum selesai dilakukan, pihak Dinas Kebudayaan DIY memberika fasilitas berkunjung ke museum bagi sekolah tersebut tanpa harus mengantri. Mulai dari bus, sewa tempat, makanan, tiket masuk museum semuanya ditanggung oleh dinas kebudayaan diy. Namun sekolah tersebut membuat janji terlebih dahulu dengan pihak Dinas Kebudayaan DIY agar dinas dapat mempersiapkan semua fasilitas yang dibutuhkan.

Harapan dari dinas kebudayaan DIY agar siswa tersebut punya kesan terhadap museum. sehingga siswa dapat mengajak keluarganya, teman-temannya, atau saudaranya untuk bekunjung ke museum. berkunjung ke museum tidak hanya program yang dilakukan oleh dinas secara langsung namun juga berdampak terhadap orang-orang yang ada disekitar. Selain itu juga, Duta Museum DIY dituntun untuk menjadi publik relations yang baik serta mempersentasikan museum semenarik mungkin kepada siswa-siswa serta masyarakat, Duta Museum juga mempunya beberapa program mengkolaborasikan. Seperti Night at Museum. Night at Museum awalnya program yang dibentuk oleh mahasiswa yang mengikuti acara dari Dikti yaitu pekan kreativitas mahasiswa, pengabdian masyarakat (PKM-M), lalu atas kerjasama dengan pihak ikatan duta museum DIY maka, pihak dari duta museum DIY melakukan kerjasama dengan pihak Night at Museum.

(66)

kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan sejarah serta penambahan wawasan museum pada masyarakat. selain itu Duta Museum DIY juga dapat membantu event-event lain yang diadakan Dinas Kebudayaan DIY serta Event-event yang diadakan oleh museum sesuai dengan porsi yang telah ditentukan.

[image:66.612.216.500.495.673.2]

Logo merupakan sebuah symbol atau identitas duta museum untuk menggambarkan ciri khas dari duta museum agar duta museum dapat dikenal oleh masyarakat. adapun logo duta museum tersebut digunakan untuk mengenali identitas duta museum pada saat kampanye. Adapun logo duta museum dapat dilihat pada gambar 2.1 serta pada gambar 2.2 logo museum yang selalu digunakan duta museum pada saat kampanye museum berlangsung.

Gambar 2.1

Logo Duta Museum DIY 2015

(67)

F. Maksud dan Tujuan Kegiatan Duta Museum DIY 1. Maksud dari kegiatan Duta Museum DIY

Maksud dari kegiatan ini agar para Duta Museum DIY dapat menjalankan tugas-tugas yang diemban yaitu sebagai agen yang menyokong program permuseuman Dinas Kebudayaan DIY dalam upaya mensukseskan Gerakan Nasional Cinta Museum. sekaligus juga menjadi ajang promosi keberaaan dan potensi museum yang ada di DIY.

2. Tujuan dari kegiatan Duta Museum DIY

Tujuan dari kegiatan Duta Museum DIY adalah sebagai bentuk sosialisasi dan kampanye publik tentang potensi-potensi museum yang ada di DIY. Hasilnya yaitu agar masyarakat semakin mencintai museum sebagai media pembelajaran, sumber ilmu pengetahuan, daya tarik wisata dan budaya yang tidaj akan pernah habis untuk digali. Kegiatan duta museum juga bertujuan untuk menetapkan jalinan kerjasama antara museum dan komunitas pendukung museum sehingga menghasilkan generasi yang mencintai dan melestarikan warisan budaya (Sumber: Pemilihan Duta Museum DIY, 2015:4).

G. Visi dan Misi Duta Museum DIY

(68)

1. Visi

Menjadikan museum sebagai objek yang layak kunjung dan mendukung pendidikan karakter bangsa

2. Misi

a. Memfasilitaskan peningkatan kapasitas pengelola museum dalam rangka memajukan museum yang dikelolanya

b. Memperkenalkan museum secara lebih luas kepada masyarakat dengan memasarkan pemasaran yang kreatif dan inovatif

c. Menciptkan jejaring antara berbagai pihak yang peduli terhadap pengembangan museum secara berkesinambungan

(69)

BAB III

PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

Duta Museum merupakan salah satu program dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan DIY, kegiatan bertugas untuk mengkampanyekan serta mempromosikan Museum-Museum yang ada di DIY. Adapun beberapa program Dinas Kebudayaan DIY yang berkesinambungan seperti program Gerakan Wajib Kunjung Museum (WKM) serta pelatihan terhadap guru-guru sejarah yang ada di DIY. Dengan adanya Duta Museum diharapkan agar Duta Museum dapat mengkampanyekan museum yang ada DIY maupun yang diluar DIY kepada masyarakat luas.

(70)

dengan adanya museum diharapkan akan timbul rasa peduli, memiliki, mencintai, dan melindungi benda-benda bersejarah yang ada di Indonesia.

Dalam Bab III ini peneliti akan memaparkan hasil data yang sudah peneliti dapatkan selama melakukan penelitiannya di Dinas Kebudayaan DIY dan di lapangan ketika Duta Museum sedang melakukan kegiatan kampanye tentang museum yang ada di DIY. Pada bab III ini juga peneliti akan melakukan analisis data temuan dengan teori yang di gunakan pada kerangka teori pada bab I.

a. Penyajian Data

1. Tahapan Perencanaan Kampanye Dinas Kebudayaan DIY Melalui Duta Museum

Dalam proses kampanye Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum tentunya memiliki beberapa tahapan-tahapan perencanaan yang harus dicapai yaitu:

a. Analisis Situasi

(71)

terdapat beberapa aspek-aspek yang mendukung kegiatan kampanye yang dilakukan oleh Duta Museum dari kekuatan yang dimiliki oleh Duta Museum, menjalin koordinasi dengan instansi-instansi yang terkait, bekerja sama dengan media serta dukungan dari pihak-pihak yang terlibat dalam mengkampanyekan museum agar mencapai tujuannya.

1) Kekuatan (Strengths)

Adapun kekuatan yang dimiliki Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum yaitu

a) Banyaknya potensi museum yang ada di DIY

b) Mendukungnya sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum dalam mengkampanyekan museum

2) Kelemahan (Weaknesses)

a) Kurangnya kesadaran dan pemahaman masyarakat tentang museum

b) Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui apa itu museum

c) Kurangnya pengorganisasian, dikarenakan baru terbentuk selama 2 periode

(72)

a) Adanya kebijakan dari pemerintah daerah untuk mengkampanyekan museum

b) Adanya anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah 4) Tantangan (Threats)

a) Memperkenalkan museum pada masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui apa kegunaan museum

b) Mengubah pandangan masyarakat tentang museum dan membuat masyarakat lebih mencintai museum.

b. Tujuan Kampanye

(73)

Selain itu terdapat juga tujuan yang ingin dicapai oleh Duta Museum yaitu Sebagai generasi muda kita harus lebih mencintai museum, bukan hanya untuk menyia-yiakan keberadaan museum, banyak masyarakat yang jalan-jalan ke museum namun mereka tidak mengetahui fungsi museum itu untuk apa dan kegunaannya apa. Diharapakan orang-orang lebih sadar tentang keberadaan museum dan bagaimana cara untuk mengapresiasikan museum yang ada di DIY.

(74)

c. Identifikasi dan Segmentasi Sasaran Kampanye

Langkah selanjutnya yang dilakukan Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum setelah menentukan tujuan yang ingin dicapai yaitu, menentukan Segmentasi sasaran kampanye, adapun target khalayak sasaran kampanye yang ditargetkan Duta Museum yaitu seluruh masyarakat baik masyarakat DIY dan luar DIY serta wisatawan lokal maupun wisatawan asing namun yang di utamakan yang adalah anak-anak muda khususnya pelajar SMA.

(75)

d. Pesan Kampanye

Isi pesan yang disampaikan oleh Dinas Kebudayaan DIY melalui Duta Museum yaitu masyarakat diharapkan untuk lebih mencintai museum-museum yang ada di DIY, bagaimana cara masyarakat mengapresiasikan museum di DIY, memperkenalkan museum-museum yang ada di DIY, potensi apa saja yang ada di museum DIY, mempelajari sejarah tentang museum, mempelajari kegunaan museum yaitu sebagai tempat rekreasi dan tempat pembelajaran, serta mengajak masyarakat untuk menempatkan museum dihatinya.

Selain itu, terdapat beberapa pesan yang terdapat pada slide power point yang ditampilkan oleh duta museum, pada saat presentasi safari duta museum slide tersebut digunakan untuk memberikan informasi mengenai museum, duta museum selalu menyelipkan kata yang kata-kata “museum

dihatiku” sebagai pesan yang duta museum sampaikan, maksud dari museum

(76)
[image:76.612.284.447.170.294.2]

Gambar 3.1

Slide Power Point Safari Duta Museum

Sumber: Duta Museum DIY (2016)

e. Strategi

Adapun strategi yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DIY dalam mengkampanyekan museum di DIY yaitu, dengan membuat kegiatan pemilihan duta museum tahun 2015, kegiatan duta museum dilakukan agar para duta museum dapat mengkampanyekan museum-museum yang terdapat di DIY.

Dalam melaksanakan pemilihan duta museum terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui oleh peserta duta museum tersebut agar dapat menjadi ikatan duta museum DIY 2015 antara lain yaitu, persiapan, audisi, penjuarian awal, seleksi, dan malam penobatan.

1) Persiapan

(77)

(4) empat kali pertemuan dengan dinas kebudayaan DIY dan Dewan juri yang ditunjuk oleh Dinas Kebudayaan DIY, lalu peserta berjasama dengan Dinas

Gambar

Tabel 1.1 Data Pengunjung pada 21 Museum Di DIY Tahun 2015
Gambar 1.1 Teknik Pengumpulan Data
Gambar 1.2
Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan guru bidang studi kimia di SMA Negeri 2 Tambang yaitu ibu Muzeliati, S.Si, peneliti memperoleh

dari Hotel Prima Gaya, oleh karena itu wisatawan yang ingin berlibur di Kabupaten Kendal membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengunjungi beberapa objek wisata

Bersesuaian dengan ojektif kajian, iaitu untuk mengenal pasti tahap penguasaan para pelajar dalam memahami dan menguasai frasa al-idhāfah ataupun frasa aneksi ini,

Faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena cerai di luar pengadilan dikarenakan, kurangnya informasi yang didapat oleh masyarakat tentang perlunya melakukan

sebagai agen pengkomposit dan diperoleh peningkatan ketahanan metanol, namun mengalami penurunan konduktivitas proton jika dibandingkan dengan membran S.. Selain kedua

Kemitraan yang sebaiknya dilakukan adalah sistem kelembagaan yang merupakan komponen- komponen dari pranata sosial dan terkait antara satu dengan yang

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis

diselenggarakan di SDN Kebon Pala 12, Jakarta Timur. Guru-guru di sekolah dasar tersebut dalam menjalankan tugas utama mendidik, mengajar, dan membimbing sudah