BEBERAPA ASPEK BI OLOGI D AN KARAKTERI STI K
KARKAS KAN CI L (
Tr a gu lu s j a va n icu s
)
D JALAL ROSYI D I
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERN YATAAN M EN GEN AI D I SERTASI D AN
SUM BER I N FORM ASI
Dengan ini saya m enyat akan bahwa disert asi Beberapa Aspek
Biologi dan Karakt erist ik Karkas Kancil (Tragulus j avanicus) adalah karya
saya sendiri dengan arahan kom isi pem bim bing dan belum diaj ukan
dalam bent uk apa pun kepada perguruan t inggi m ana pun. Sum ber
inform asi yang berasal at au dikut ip dari karya yang dit erbit kan m aupun
t idak dit erbit kan dari penulis lain t elah disebut kan dalam t eks dan
dicant um kan dalam Daft ar Pust aka di bagian akhir disert asi ini.
Bogor , Desem ber 2005
H. Dj alal Rosyidi
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2005
Hak cipta dilindungi
BEBERAPA ASPEK BI OLOGI DAN KARAKTERI STI K
KARKAS KANCI L
(
Tragulus j avanicus
)
D JALAL ROSYI D I
Disert asi
sebagai salah sat u syarat unt uk m em peroleh gelar Dokt or pada
Program St udi I lm u Ternak
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Disert asi : Beberapa Aspek Biologi dan Karakt erist ik Karkas
Kancil (Tragulus j avanicus)
N a m a : Dj alal Rosyidi
N I M : D061030051
Diset uj ui
Kom isi Pem bim bing
Prof. Dr. H. R. Eddie Gurnadi Ket ua
Dr. I r. Rudy Priyant o Dr. I r. H. Suryahadi, DEA
Anggot a Anggot a
Diket ahui
Ket ua Program St udi I lm u Ternak Dekan Sekolah Pascasarj ana
Dr. I r. Nahrowi, M.Sc Prof. Dr. I r. Syafrida Manuwot o, MSc
Puj i dan syukur penulis panj at kan kepada Alloh S.W.T at as segala
karunia- Nya sehingga penulis dapat m enyelesaikan penelit ian dan
penulisan disert asi yang berj udul: Beberapa Aspek Biologi dan
Karakt erist ik Karkas Kancil.
Terim a kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Drh. H. R.
Eddie Gurnadi selaku ket ua kom isi pem bim bing, Bapak Dr. I r. Rudy
Priyant o dan Bapak Dr.I r. H. Suryahadi, DEA selaku anggot a kom isi
pem bim bing, yang sem uanya t elah m eluangkan wakt u, t enaga dan
pikiran walaupun di t engah- t engah kesibukan beliau unt uk m em berikan
bim bingan dan nasehat kepada penulis sehingga t ulisan ini dapat
diselesaikan.
Kepada Bapakku H. Moch. Zein ( Alm ) dan I buku Hj . Mukm inah
( Alm ) , Bapak m ert ua S. Dj oem ali ( Alm ) dan I bu m ert ua Kusm ah, besert a
sem ua keluarga, penulis m enghat urkan sem bah suj ud dan t erim a kasih
dengan penuh kerendahan sert a rasa horm at sedalam - dalam nya, karena
at as segala kasih sayang, pengorbanan m oral, m aupun m at erial sert a doa
rest u dan nasehat nya t elah m endidik, m em bina dengan penuh kasih
sayang agar penulis selalu t abah dan t awakal dalam m enghadapi
kesulit an dan senant iasa berusaha dan bekerj a keras.
Ungkapan t erim a kasih ist im ewa saya sam paikan kepada ist riku
t ercint a Hj . Nur Aini Fadhilah, S.Pd besert a kedua anakku Calyst a Dessi
Rosyinadia dan Naufal Dzahabiy Rosyifada, saya sangat m enghargai
kesabaran, ket ekunan, ket abahan selam a dit inggalkan sekolah, sert a
dorongan yang t ak put us- put usnya sehingga m am pu m enghant arkan
penulis unt uk m enyelesaikan seluruh rangkaian proses pendidikan,
penelit ian dan penulisan ini.
Ucapan t erim a kasih disam paikan pula kepada segenap pengelola
Beasiswa Sekolah Pascasarj ana ( BPPS) Depart em en Pendidikan Nasional
Republik I ndonesia yang t elah m em biayai pendidikan ini, sert a t ak lupa
pula saya sam paikan t erim a kasih kepada Bapak Prof. Dr. Drh. Dolok
Tinanda Haposan Sihom bing, M.Sc dan Bapak Prof. Dr. I r. Wasm en
( prelim ) sehingga dapat m elengkapi t ulisan ini. Dem ikian pula kepada
Bapak Dr. H. Tant an R. Wiradarya, MSc., selaku penguj i luar kom isi pada
saat uj ian t ert ut up at as saran-saran yang diberikan sehingga dapat
m enyem purnakan lagi t ulisan ini. Dem ikian pula saya sam paikan t erim a
kasih kepada Bapak Dr. I r. A. Machm ud Thohari, DEA dan Bapak I r. Gono
Sem iadi, MSc. APU, PhD. yang berkenan sebagai penguj i di luar kom isi
pem bim bing pada saat uj ian t erbuka, sehingga dapat m elengkapi dan
m enyem purnakan tulisan ini.
Kepada saudara Henky Put rawan, SPt ( m ahasiswa S-2 PTK – I PB)
dan adik - adik m ahasisw a S-1 j urusan THT, Fapet I PB ( Bagus Widiat m oko
dan Nugroho Set iawan) yang ikut sert a dalam rangkaian penelit ian
disert asi ini, penulis m engucapkan t erim a kasih at as bant uan dan
kerj asam anya. Dem ikian pula kepada seluruh rekan- rekan 2 m aupun
S-3 PTK I PB, khususnya angkat an t ahun 200S-3, besert a sem ua pihak yang
t ak m ungkin disebut kan sat u persat u, penulis m enyam paikan
penghargaan dan ucapan t erim a kasih yang sedalam - dalam nya atas
bant uan m oril dan kerj asam anya selam a penulis m enem puh st udi S- 3.
Akhirnya, j ika pem baca m erasa disert asi ini ada kekurangan, m aka
orang yang pert am a m erasa kekurangan adalah penulis sendiri. Nam un
kepada pem baca yang arif bij aksana penulis m engharapkan saran dem i
peningkat an m ut u disert asi ini pada m asa berikut nya.
Sem oga karya ilm iah ini berm anfaat dan dij adikan Alloh S.W.T
sebagai am al saleh bekal penulis m enem puh hidup di dunia ini dan di
akhirat nant i. Am in.
Darm aga - Bogor, Desem ber 2005
Penulis,
Penulis dilahirkan di desa Wedi, Kecam at an Kapas, Kabupat en Boj onegoro - Jawa Tim ur dari lingkungan keluarga I slam yang sederhana, pada hari Minggu Kliwon, t anggal 27 Sept em ber 1959, pukul 11.00 WI B sebagai anak ke 8 dari 13 saudara, dari pasangan syah H. Moch. Zein ( Alm ) dan Hj . Mukm inah ( Alm ) . Pendidikan Sekolah Dasar ( SD) sam pai dengan Sekolah Menengah At as ( SMA) di t em puh di Boj onegoro - Jawa Tim ur. Tahun 1980 t am at Pendidikan Diplom a bidang I lm u Penget ahuan Alam ( I PA) dari I nst it ut Keguruan I lm u Pendidikan ( I KI P) Negeri Malang ( sekarang Universit as Negeri Malang) . Pendidikan Sarj ana dit em puh di Jurusan Produksi Ternak, Fakult as Pet ernakan Universit as Brawij aya - Malang, lulus t ahun 1985. Pendidikan Magist er dit em puh di Program St udi I lm u Ternak Program Pascasarj ana Universit as Padj adj aran - Bandung, lulus t ahun 1992. Tahun 2003 m endapat kesem pat an unt uk m elanj ut kan ke program dokt or di Program St udi I lm u Ternak pada Sekolah Pascasarj ana di I nst it ut Pert anian Bogor ( I PB) . Beasiswa pendidikan pascasarj ana diperoleh dari BPPS.
Penulis bekerj a sebagai st af pengaj ar di Fakult as Pet ernakan Universit as Brawij aya sej ak 1 Januari 1986, dengan j abat an sekarang Lekt or Kepala (Pangkat Pem bina Tingkat I , Golongan IV- B, t m t : 1 April 2003) . Bidang penelit ian yang m enj adi t anggung j awab penelit i ialah I lm u Pangan dan Teknologi Hasil Ternak.
Sebelum m engikut i program S3, penulis m enj adi Anggot a Persat uan Ahli Teknologi Pangan I ndonesia ( PATPI ) Pusat ( 1996 sekarang) , Ket ua Program Ekst ensi Fakult as Pet ernakan Unibraw ( 1996 -2003) , Wakil Ket ua PATPI Cabang Malang ( 2001 --2003) , Pengurus Kelom pok Jam aah Haj i Aziziah 60 t ahun 2002 ( 2002 -sekarang) , Akt if di Pusat Kaj ian Makanan Tradisional ( PKMT) , Lem baga Penelit ian Universit as Brawij aya, Malang.
Selam a m engikut i program S3, penulis m endapat kan penghargaan dari Dekan Sekolah Pascasarj ana I PB berupa Piagam Prest asi Akadem ik Gem ilang dengan I PK 4,0 pada sem est er I dan I I , sert a penulis akt if pula m engikut i kegiat an- kegiat an ilm iah sert a sem inar- sem inar yang dilaksanakan di Program St udi I lm u Ternak, Sekolah Pascasarj ana I nst it ut Pert anian Bogor.
x
D AFTAR I SI
Halam an
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPI RAN ... x v PENDAHULUAN ... 1
Lat ar Belakang ... 1
Tuj uan Penelit ian ... 4
Kegunaan Penelit ian ... 5
TI NJAUAN PUSTAKA ... 6
Klasifikasi Kancil ... 6
Sej arah dan Nam a Kancil ... 7
Habit at ... 8
St at us dan Populasi ... 8
Musuh dan Penyakit Kancil ... 1 0
Morfologi Um um Kancil .. ... 1 1
Morfom et ri .. ... 1 3
Makanan Kancil ... 1 3
Perilaku Kancil ... 1 5
Perkem bangbiakan ... 1 7
Profil Darah…... 1 8
Karakt erist ik Karkas dan Daging ... 1 9
Sifat Fisik Daging ... 2 0
Prot ein dan Asam Am ino ... 2 1
Lem ak dan Asam Lem ak ... 2 2
Kolest erol ... 2 4
Asam Lem ak Om ega 3 dan Manfaat nya ... 2 4
MATERI DAN METODE ... 2 6
Tem pat dan Wakt u Penelit ian ... 2 6
Mat eri ... 2 6
Met ode Penelit ian ... 2 7
Prosedur Pengulit an ... 3 8
HASI L DAN PEMBAHASAN ... 4 0
Karakt erist ik Kancil ... 4 0
Morfom et ri ... 4 2
Morfom et ri Anak ... 4 4
Pakan Kancil ... 4 5
- Kom posisi Nut rien Pakan Kancil ... 4 5
- Konsum si dan Kesukaan Pakan ... 4 6
- Konsum si Prot ein dan Serat Kasar ... 4 8
- Susunan Ransum ... 4 9
xi
Perilaku Kancil ... 5 1
- Perilaku Adapt asi Kandang ... 5 1
- Perilaku Lokom osi ... 5 1
- Perilaku Bersuara ... 5 2
- Perilaku Makan ... 5 2
- Perilaku Elim inasi ... 5 4
- Perilaku I nvest igasi ... 5 6
- Perilaku Merawat Tubuh ... 5 6
- Perilaku Adapt asi Suhu Panas ... 5 7
- Perilaku I st irahat ... 5 7
- Perilaku Mem am ah- biak ... 5 8
- Perilaku Minum dan Makan Garam ... 5 8
- Perilaku Duduk dan Berdiri ... 5 9
- Perilaku Kawin ... 5 9
Kinerj a Reproduksi ... 6 1
- Penent uan Jenis Kelam in ... 6 2
- Penent uan Birahi dan Tanda- Tanda Birahi ... 6 3
- Det eksi Lam a dan Siklus Birahi ... 6 4
- Det eksi Kebunt ingan ... 6 4
- Proses Menyusui ... 6 5
- Jum lah dan Berat Lahir ... 6 6
- Penyapihan ... 6 6
- Pem isahan Anak ... 6 6
- Lam a Bunt ing dan Proses Kelahiran ... 6 9
- Akt ivit as I nduk dan Anak Pasca Beranak ... 7 0
- Penanganan Anak Pasca Kelahiran ... 7 4
Profil Darah ... 7 4
- Sel Darah ... 7 4
- Hem oglobin dan Hem at okrit ... 7 6
- Hem olisa ... 7 6
Karakt erist ik Karkas ... 7 8
- Berat Karkas ... 7 8
- Produksi Karkas ... 8 0
- Kom ponen Karkas ... 8 1
Sifat Fisik Da ging ... 8 3
- Nilai pH Daging ... 8 3
- Daya Mengikat Air ... 8 4
- Keem pukan ... 8 6
- Susut Masak ... 8 7
- Warna ... 8 8
Kom posisi Kim ia Daging ... 9 1
- Kom posisi Daging ... 9 1
- Kolest erol ... 9 3
- Asam Lem ak ... 9 5
- EPA dan DHA ... 9 7
- Asam Am ino ... 9 9
xii
Pem bahasan Um um ... 103
Teknik Budidaya Kancil ... 103
- Proses Penj inakan ... 103
- Perkandangan ... 103
- Pakan ... 105
Kendala Pelihara Kancil ... 106
Dinam ika Dist ribusi Kancil ... 106
KESI MPULAN DAN SARAN ... 108
- Kesim pulan ... 108
- Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 110
xiii
Halam an
1 Morfom et ri kancil ... 1 3
2 Pengelom pokkan asam lem ak t ak j enuh ... 2 3
3 Rat aan ukuran t ubuh berdasarkan j enis kelam in ... 4 2
4 Rat aan ukuran t ubuh kancil ... 4 3
5 Ukuran t ubuh anak kancil ... 4 4
6 Kom posisi nut rien bahan pakan ... 4 5
7 Ko nsum si pakan segar, BK dan berat badan m et abolis
per pasang per hari ... 4 7
8 Konsum si dan kadar nut rien ... 4 9
9 Susunan ransum kancil ... 4 9
1 0 Rat aan perilaku duduk dan berdiri kancil ... 5 9
1 1 Perilaku harian k ancil ... 6 0
1 2 Kinerj a reproduksi kancil ... 6 8
1 3 Kinerj a reproduksi kancil dan t ernak lain ... 6 8
1 4 Akt ivit as induk dan anak pasca partus ... 7 0
1 5 Nilai sel darah Kancil dan hewan lain ... 7 5
1 6 Nilai hem oglobin, hem at okrit , leukosit dan hewan lain .... 7 6
1 7 Hasil hem olisa darah kancil ... 7 6
1 8 Awal dan hem olisis kom plit kancil dan hewan lain ... 7 7
1 9 Produksi karkas kancil dan hewan lain ... 8 0
2 0 Persent ase pot ongan karkas kancil dan dom ba ... 8 1
2 1 Persent ase kom ponen karkas ... 8 1
2 2 Nilai pH awal dan ult im at daging dari beberapa t ernak .... 8 4
2 3 Nilai persen m g H2O daging dari beberapa t ernak ... 8 5
2 4 Nilai keem pukan beberapa j enis daging t ernak ... 8 6
2 5 Persent ase susut m asak beberapa daging t ernak ... 8 7
2 6 Warna daging segar dari beberapa j enis t ernak ... 8 8
2 7 Kadar m ineral Fe pada daging ... 9 0
2 8 Kom posisi kim ia daging kancil dan hewan lain ... 9 1
2 9 Kandungan kolest erol beberapa hewan ... 9 4
3 0 Kom posisi asam lem ak daging kancil dan beberapa
t ernak ain ( persen asam lem ak dalam lem ak daging) ... 9 6
3 1 Kandungan EPA dan DHA beberapa hewan dan ikan ... 9 8
3 2 Kandungan asam am ino daging kancil dan bebrapa
xiv
D AFTAR GAM BAR
Halam an
1 Model kandang dan bent uk shelt er ... 2 6
2 Cara pengukuran bagian- bagian t ubuh kancil ... 2 8
3 Pet a pem ot ongan karkas ... 3 5
4 Alat unt uk m engukur pH ( pH m et er) ... 3 6
5 Alat unt uk m engukur daya m engikat air ... 3 7
6 Warner blat zer shear force ... 3 8
7 Warner blat zer m eat shear m erek I nst ron t ipe 5542 ... 3 8
8 Karakt erist ik kancil ... 4 3
9 Buah kondang (Ficus variegat a) ... 4 8
1 0 Konsum si bahan kerin g berdasarkan j enis pakan ... 5 2
1 1 Konsum si bahan kering berdasarkan wakt u pem berian .. 5 2
12 Sam pel darah kancil ... 7 7
1 3 Karkas kancil bet ina dan j ant an ... 8 1
1 4 Warna daging segar dan m at ang ... 8 2
1 5 Pola penurunan pH daging kancil ... 8 6
1 6 Warna daging segar kancil j ant an ( a) dan bet ina ( b) ... 9 1
xv
Halam an
1 Dat a m orfom et ri kancil ... 125
2 Konsum si pakan segar per hari ( g/ hr) ... 126
3 Konsum si bahan kering per hari ( g/ hr) ... 126
4 Konsum si nut rien ( g/ hr) ... 127
5 Konsum si nut rien ( g/ kg BB0 . 7 5) per hari ... 128
6 Bobot badan m et abolis ( kg/ BB0. 75) per hari ... 129
7 Hasil analisis proksim at pakan ... 130
8 Hasil analisis darah kancil ... 131
9 Hasil analisis kim ia daging ... 133
10 Hasil analisis fisik daging ... 148
PEN D AH ULUAN
La t a r Bela k a ng
Saat ini dunia sedang m engalam i "lim it e d r e sour ce s", m aka
penggunaan sum ber daya alam yang dapat dim anfaat kan m em punyai
peranan pent ing. Sum ber daya alam ini m em egang peranan dalam
kehidupan m anusia dan banyak di ant aranya yang m em punyai pot ensi
unt uk dikem bangkan m enj adi sum ber daya ekonom i. Meskipun
ket ergant ungan m anusia pada sum ber daya alam ini sangat besar dan
upaya m em pert ahankan kehadirannya di bum i ini m erupakan hal yang
m ut lak, nam un pada um um nya hal it u kurang cukup disadari dengan
kenyat aannya, sehingga banyak dari sum ber daya alam yang akhirnya
populasinya m enurun dan bahkan sudah ada spesies yang punah.
I ndonesia m em iliki sum ber daya alam hayat i yang sangat
beraneka ragam , diperkirakan m em iliki paling sedikit 1.032.415
spesies sebagai sum ber daya prot ein hewani di luar t ernak yang lazim
kit a kenal, yakni spesies dari kelas am fibia 1.000, burung 1.300,
insekt a 1.000.000 sert a art ropoda lainnya 30.000, m am alia 515 dan
rept ilia 600 spesies ( Sihom bing 2002) . Di sam ping it u, I ndonesia
m erupakan negara yang m em punyai 10 -20% dari t um buhan dan
sat wa yang ada di dunia. Dalam dokum en “Biodiversit y Act ion Plan for
I ndonesia’ t ercat at bahwa I ndonesia m em iliki sekit ar 10% j enis
t um buhan berbunga dunia ( 25.000 j enis) , 12% j enis m am alia dunia
( 515 j enis, 36% m erupakan j enis endem ik) , 16% dari j enis rept il
dunia, 17% dari j enis burung dunia ( 1.531 j enis, 20% m erupakan
j enis endem ik) , dan sekit ar 20% j enis ikan dunia ( Soehart ono dan
Mardiast ut i 2003) .
Dari dat a t ersebut di at as, t erlihat bahwa I ndonesia m erupakan
salah sat u negara yang m em iliki sum ber kekayaan alam hayat i ( fauna)
beraneka ragam , akan t et api sebagian besar dari fauna yang ada
belum dim anfaat kan secara opt im al dan m asih hidup bebas di hut an
( liar) . Sat wa liar m erupakan bagian dari kom ponen ekosist em yang
secara langsung at aupun t idak langsung t elah m em beri kont ribusi
yang cukup besar baik ekonom is, ekologis m aupun sebagai rant ai
m akanan. Sehubungan dengan it u hewan liar selalu m enj adi sasaran
perburuan baik unt uk kepent ingan perdagangan, hobi, hewan m odel,
kewan kesayangan (pet anim al) , hewan hias, pelipur m at a m aupun
unt uk penghasil daging.
Di daerah t ropik ( t erm asuk I ndonesia) , hewan liar m erupakan
sum berdaya alam yang perlu dim anfaat kan unt uk peningkat an
kesej aht eraan m asyarakat dengan pengem bangan diversifikasi
( penganekaragam an) hewan, nam un harus t et ap m em perhat ikan
fak t or k eam anan (safety) , k esehat an (sound) , keadaan lingkungan,
kualit as t erj am in, dan m urni (wholesom e) sert a khalal.
Di I ndonesia m asih banyak hewan liar dan m em punyai pot ensi
unt uk dibudidayakan. Reksowardoj o ( 2001) m enyat akan bahwa
spesies sat wa liar dari kelas m am alia yang berpeluang sangat besar
unt uk dibudidayakan adalah Tapir (Tapirus indicus) , Babirusa
(Babyrousa babyrussa) , Babihutan (Susscrofa vit at us) , Rusa sam bar
(Cervus unicolor) , Rusa Bawean (Axis kuhlii) , Rusa Tim or (Cervus
t im orensis) , Kij ang (Munt iacus m unt j ak) , Bant eng (Bos j avanicus dan
Bos sondaicus) , Anoa (Bubalus depressicornis m aupun Bubalus
quarlesi) , dan Kancil (Tragulus j avanicus) .
Kancil (Tragulus j avanicus, Osbeck 1765) m erupakan salah sat u
sat wa asli I ndonesia yang saat ini st at usnya t erm asuk hewan liar. Oleh
karena it u pem erint ah berupaya m elakukan t indakan perlindungan
dalam bent uk Undang- Undang Perlindungan Binat ang Liar dan
Perat uran Perlindungan Binat ang Liar ( Dephut 1978) , di sam ping it u di
dalam konvensi int ernasional perdagangan sat wa (Convent ion on
I nt ernat ional Trade in Endangered Species, CI TES) kancil t idak
t erm asuk dalam appendix I m aupun appendix I I , hal ini berart i hewan
kancil dapat diperdagangkan secara int ernasional dan populasinya
t idak dalam t araf yang m em bahayakan. Oleh sebab it u, kancil
m em punyai peluang yang t inggi unt uk dilakukan penelit ian unt uk
3
Kancil m erupakan hewan m am alia yang m em iliki popularit as
nam a yang sudah dikenal oleh kalangan rakyat bawah hingga
kalangan at as, m ulai dari kalangan anak- anak, rem aj a dan dewasa,
baik m elalui cerit a- cerit a anak, dongeng, dan m it os. Dalam cerit a,
kancil t erkenal sebagai m akhluk culas penuh akal sert a dikenal
binat ang yang paling “cerdik” dan set erusnya. Dem ikian pula daging
kancil dim it oskan sebagai obat fert ilit as bagi kaum wanit a dan obat
libido sexual bagi pria. Di sam ping it u daging kancil diduga m em iliki
kandungan eicosa pent aenoic acid ( EPA) dan decosa hexaenoic acid
( DHA) . Nam un sayangnya sej auh ini inform asi ilm iah m aupun dat a
m engenai kancil yang diperlukan guna m enunj ang pem bukt ian hal
t ersebut sert a pengelolaan ke arah pem budidayaan yang lebih int ensif
m asih dirasa kurang dan belum banyak dipublikasikan.
Pem erint ah I ndonesia sej ak t ahun 1976 m em berikan perhat ian
yang cukup besar unt uk m engadakan rencana pelest arian kancil
dengan cara penj inakan dan pem eliharaan sebagai hewan t ernak, akan
t et api sam pai saat ini upaya t ersebut m asih m engam bang dan
m engalam i ham bat an, sehingga belum m enam pakkan hasil yang
diharapkan. Hal ini disebabkan karena belum adanya penanganan
secara m endasar, m enyeluruh dan t erpadu. Di sam ping it u, sem ent ara
ini pem erint ah m asih sibuk dengan pengadaan t ernak unggul. Padahal
pengadaan t ernak unggul seringkali m enyebabkan penyusut an j um lah
t ernak lokal yang t idak unggul, apalagi dit unj ang oleh kepent ingan
kom ersial yang dapat m engakibat kan hewan- hewan tidak unggul
m enj adi kurang dim inat i unt uk dipelihara. Kit a perlu m em perhat ikan
hal ini karena bagaim anapun hewan yang t idak unggul t ersebut adalah
sum berdaya fauna yang m ungkin m asih dapat dicari kem anfaat annya.
Upaya konservasi dalam bent uk pem eliharaan berkelom pok dalam
suat u populasi di t em pat asal m ereka perlu dilakukan. Hal ini bisa
m enghindari hilangnya alel at au sifat genet is, m aka kit a perlu
m em perhat ikan hal- hal yang berhubungan dengan hukum - hukum
Masalah binat ang liar ini j uga m endapat perhat ian dari
pem erint ah Am erika, sebagaim ana laporan dari gedung put ih
( Washingt on) t ahun 1967 yang m enyerukan gerakan pem anfaat an
sat wa liar unt uk kepent ingan m anusia ( WFP 1967) , sepert i t ert era
dalam cuplikan di bawah ini:
“ It was not possible to quantify adequately the contribution that
wild animals now make to the world food supply. In Africa, which is
richly endowed with wild animal species, they contribute a great
deal to human diets and the potential for increases are great. Under
certain natural conditions, wild animal produce more meat then
livestock species. A great deal of research on wild animal biology
and diseases is needed. Domestication of new species better adapted
to tropical condition than existing livestock should be attemted.”
Berdasarkan uraian t ersebut di at as, m aka diperlukan dat a
dasar unt uk pem eliharaan kancil agar pem budidayaannya dapat lebih
baik, karena diit inj au dari sej arah penj inakan sat wa liar m enj adi
t er nak budi daya t erbukt i bahwa t ernak budi daya m anfaat nya j auh
lebih t inggi dibandingkan dengan t ernak pada saat m asih liar. Unt uk
it u perlu dilakukan penelit ian beberapa aspek biologi dan karakt erist ik
karkas kancil sebagai landasan dalam pem eliharaan kancil khususnya
secara ex- sit u.
Tuj ua n Pe ne lit ia n
1 . Unt uk m endapat kan dat a dasar yang berhubungan dengan
m orfom et ri, pakan, perilaku, kinerj a reproduksi, profil darah,
karakt erist ik karkas dalam rangka pengem bangan hewan kancil
sebagai hewan budi daya m elalui m anaj emen pem eliharaan
secara ex- sit u.
2 . Unt uk m enguj i sifat fisik dan kim ia daging kancil m eliput i pH,
daya m engikat air, susut m asak, keem pukan, kekerasan, warna,
kadar prot ein dan asam am ino, kadar lem ak dan asam lem ak
sert a kolest erol yang t erkandung dalam daging kancil.
3 . Unt uk m em bukt ikan adanya kandungan eicosa pent aenoic acid
( EPA) dan decosa hexaenoic acid ( DHA) dalam daging kancil
5
Keguna a n Penelit ia n
1 . I nform asi yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan
pengem bangan usaha budi daya kancil dan sebagai
pert im bangan di dalam m enet apkan keanekaragam an kom odit i
t ernak di I ndonesia.
2 . Hasil yang diperoleh dapat m em perkaya dat a biologi sat wa
I ndonesia, khususnya spesies Tragulus j avanicus sert a dapat
digunakan sebagai dat a dasar dalam rangka peningkat an budi
daya kancil bagi kepent ingan m asyarakat dan sekaligus
m erupakan usaha pelest arian sat wa kancil baik secara in- sit u
m aupun ex - sit u.
3 . Diharapkan hewan kancil dapat dikem bangkan dan
dim anfaat kan sebagai salah sat u sum ber pet ernakan di m asa
m endat ang sert a dapat digunakan sebagai pem asok devisa
Kla sifik a si Ka ncil
Klasifikasi kancil adalah sebagai berikut :
dunia : Anim alia
filum : Chordat a
kelas : Mam m alia
ordo : Art iodact yla
subordo : Rum inant ia
infraordo : Tragulina
fam ili : Tragulidae
genus : Tragulus
spesies : j avanicus ( Osbeck 1765)
m em inna ( Erxleben 1777)
napu ( Cuvier 1822)
Fam ili Tragulidae m em punyai dua genus, yait u genus
Hym oschus dan Tragulus. Genus Hym oschus t erdiri at as sat u spesies,
yait u Hym oschus aquaticus yang hidup di Afrika Tengah dan Afrika
Barat ( Lekagul dan McNeely 1977) . Genus Tragulus m em punyai t iga
spesies, yait u, Tragulus j avanicus, T. m em inna dan T.napu ( Morris
1965) . Sedangkan Meij aard dan Groves ( 2004) m em bagi genus
Tragulus m enj adi t iga kelom pok yait u kelom pok Tragulus j avanicus, T.
napu dan T. versicolor. Lekagul dan McNeely ( 1977) m enyat akan
bahwa T. j avanicus populasinya banyak t erdapat di Pulau Jawa dan
berasal dari P. Jawa ( Meij aard dan Groves, 2004) , sedangkan T. napu
banyak t erdapat di Pulau Sum at ra dan T. m em inna hanya t erdapat di
I ndia ( Walker 1968) .
Kat a “tragulus” berasal dari bahasa lat in yang berart i kam bing,
sedangkan kat a “chevrot ain” berasal dari bahasa Perancis “Chevre”
7
Sej arah dan N am a Kancil
Kancil m enghuni pulau Jawa sej ak j am an pra- sej arah, hal ini
dibukt ikan dengan dit em ukannya kepingan fosil t ulang rahang dengan
beberapa gigi yang m asih m enancap di Gua Sam pung, Ponorogo, Jawa
Tim ur pada t ahun 1934 oleh Dam m erm an ( Suyant o 1983) .
Osbeck adalah orang yang pert am a kali m em proklam irkan nam a
ilm iah Tragulus j avanicus unt uk kancil pada awal abad ke 18
( Hoogerwerf 1970) . Dari nam a t ersebut dapat diket ahui bahwa hewan
kancil pada m ulanya dit em ukan di pulau Jawa, karena cont oh yang
dipakai sebagai dasar penam aan dit em ukan di kam pung Jungkulan
yang t erlet ak di m uara Cikuj a, Jawa Barat ( Suyant o 1983) . Hal ini
bukan berart i kancil hanya t erdapat di Pulau Jawa karena pada
kenyat aannya sekarang kancil sudah m enyebar di beberapa t em pat
baik di dalam m aupun di luar negeri.
Di I ndonesia ada di beberapa kebun binat ang yang sudah
m em elihara kancil, oleh karena it u kancil sudah dikenal m asyarakat
I ndonesia secara luas, t erbukt i dari adanya berbagai nam a. Di
I ndonesia, nam paknya kancil sangat populer di kalangan rakyat
I ndonesia baik m elalui cerit a rakyat , dongeng, cerit a anak, dan hal ini
dit unj ukkan pula oleh banyaknya m asyarakat yang m engenal lewat
nam anya yang beraneka ragam nam a di t iap daerah sepert i pelanduk
( Dayak) , pelandok ( Ngaj u) , pelanok ( Maanyan) , pelandok- lam pin
( I ban) , belabangan ( Dusun) , pelandok- pipih ( Sannah) , kancil ( Jawa,
Malaysia) , dan peucang, m encek, kanoil ( Sunda) , pelanduk
( Sum at era) , pekanok, pelanduk lam pin, belabangan, pelandol pipin
( Kalim ant an) ( Suyanto 1983) . Sedangkan di luar negeri disebut : Pet it
Tragule de Malaisie ( Perancis) , Krachong, Lek ( Thailand) , dan Yun
( Birm a) .
Di beberapa lit erat ur asing, kancil disebut dengan nam a:
Sm aller Mouse- deer, Lesser Malay Chevrot aina, Lesser Malay Mouse
Deer, Chevrot ain, Mouse- deer, Moschus kanchil, Tragulus kanchil,
H abit at
Habit at adalah t em pat dim ana suat u m akhluk hidup
m elangsungkan kehidupannya. Alikodra ( 1979) m enyat akan bahwa
habit at adalah kom pleksit as berbagai kom ponen ant ara lain iklim ,
fisiografi, veget asi dengan kualit asnya dan m erupakan t em pat hidup
organism e. Sedangkan Dj uwant oko ( 1986) m enyat akan bahwa habit at
m erupakan suat u daerah yang sangat pent ing bagi populasi sat wa
agar dapat berkem bang secara opt im al unt uk m endapat kan m akanan,
air dan naungan (shelt er) . Menurut Moen ( 1972) habit at sat wa sangat
dipengaruhi oleh lingkungan, baik biot ik m aupun non- biot ik.
Habit at sat wa sering secara sederhana dit afsirkan sebagai t ipe
veget asi karena um um nya syarat hidup suat u j enis sat wa selalu
m elibat kan aspek veget asi ( Dashm an 1981) . Krebs dan Davies ( 1981)
m enyat akan bahwa habit at m encerm inkan t ipe veget asi yang t idak
t erbat as luasnya. Veget asi diart ikan sebagai kum pulan t um buhan,
biasanya t erdiri at as beberapa j enis yang hidup bersam a- sam a pada
suat u t em pat dan di dalam nya t erdapat int eraksi yang erat baik
ant ara individu penyusun veget asi it u sendiri m aupun dengan binat ang
yang hidup bersam anya sehingga m erupakan suat u ekosist em yang
hidup dan dinam is ( Marsono 1977) . Habit at yang m em enuhi syarat
bagi kelangsungan hidup sat wa harus m em il iki em pat kom ponen dasar
yait u: pakan, pelindung, air, dan ruang.
Kancil m enyukai t inggal di hut an prim er dan sekunder, di t anah
kering yang t idak j auh dengan sungai- sungai dengan veget asi rapat ,
baik di dat aran rendah m aupun t inggi ( 1.200 m dpl) , kaki- kaki bukit .
Tem pat persem bunyiannya di rongga- rongga pohon, celah- celah bat u,
gua- gua m aupun di sem ak-sem ak.
St a t us da n Popula si
St at us kancil saat ini t erm asuk hewan liar dan j um lah
populasinya belum diket ahui, nam un diduga populasinya t erj adi
9
1 . Kerusakan habit at
Kerusakan habit at disebabkan karena pert am bahan j um lah
penduduk dan peningkat an kegiat an pem bangunan ( sepert i
perkebunan, pert anian t anam an pangan, perusahaan hak
pengusahaan hut an t anam an indust ri, pert am bangan dan
pem ukim an unt uk t ransm igrasi) m em erlukan lahan yang luas.
Guna m em enuhi keperluan t ersebut t elah dibuka areal hut an, yang
m erupakan habit at alam i kancil. Dengan dem ikian habit at alam i
kancil ini m enj adi berkurang luasnya dan m enurun pot ensinya.
Penyem pit an dan penurunan pot ensi ini sem akin bert am bah dengan
adanya penebangan hut an secara liar, kebakaran hut an, dan
perladangan berpindah. Penyem pit an habit at m enyebabkan
kehidupan kancil m enj adi t erdesak dan ruang geraknya m enj adi
t erbat as. Penurunan pot ensi hut an m enim bulkan pengaruh pada
berbagai aspek baik penurunan kualit as t anah ( m isalnya erosi) ,
t at a guna air dan m usnahnya t um buhan yang berguna bagi
m akanan sat wa. Tim bulnya aneka ragam gangguan t erhadap
kehidupan sat wa ( kancil) , m enyebabkan populasi kancil berkurang
di hut an. Kancil t ersebut m encari m akanan ke ladang- ladang at au
perkebunan penduduk.
2 . Pem buruan
Akibat kerusakan dan kerugian yang t idak t erelakkan lagi dan
berdam pak pada gagalnya panen, akhirnya t idak m ust ahil bila
kancil banyak diburu, baik sebagai usaha pengam anan t anam an
pert anian, m aupun sekedar pem enuhan pangan dan kesenangan.
Di sam ping it u karena perburuan liar yang t idak m em perhat ikan
m asa perkawinan dan perkem bangbiakan kancil sehingga populasi
m enj adi t urun.
3 . Ham bat an biologi
Ham bat an biologi t erj adi m isalnya habit at yang t idak lagi serasi dan
t idak cocok unt uk hewan t erus berada di t em pat t ersebut , karena
persediaan m akanan t idak m encukupi lagi at au karena adanya
Upaya penyelam at an dan pelest arian kancil, m aka pem erint ah
m elakukan t indakan perlindungan, ant ara lain:
Pe r t a m a: m em berlakukan undang- undang bagi perlindungan kancil,
berdasarkan:
( a) Dierenbescherm ings Ordonansi 1931 ( Undang- Undang
Perlindungan Binat ang Liar 1931) St aat blad 1931 No. 134.
( b) Dierenbescherm ing Verordem ing ( Perat uran Perlindungan
Binat ang Liar 1931) St aat blad 1931 No.266 j is 1932 No. 28
dan 1935 No. 513. Selain it u Undang- Undang Nom or 5 t ahun
1990, yang dipert egas dengan Surat keput usan Ment eri
Kehut anan t anggal 10 Juni 1991, Nom or: 301/ Kpt s- I I / 91 dan
t anggal 8 Sept em ber 1992 Nom or: 882/ Kpt s- I I / 92.
Kedua: usaha pelest arian yang dilakukan saat ini adalah:
( a) Penangkaran unt uk penj inakan at au pem eliharaan
( b) Pem bent ukan pengawasan yang efekt if
( c) Dit unj uknya kawasan- kawasan konservasi unt uk habit at alam i
kancil.
Tindak lanj ut dari pengendalian populasi ialah m elakukan
perpindahan kancil ke kawasan ex -sit u at au lebih dikenal dengan
sebut an “ penangkaran di lu ar habit at aslinya” at au “breeding in
capt ivit y” , sepert i ke kebun binat ang. Tuj uan ut am a konservasi ex -sit u
di kebun binat ang unt uk pem eliharaan dan penangkaran bagi sat wa
( kancil) yang t erancam punah dan kehilangan habit at nya. Meskipun
sam pai saat ini pem eliharaannya di kebun binat ang m asih dit ekankan
pada fungsinya sebagai sat wa peraga (orient al anim al) sehingga
langkah- langkah ke arah pem budidayaan dan pem anfat aannya yang
lebih opt im al belum banyak dilakukan.
M usuh da n Penya k it Ka ncil
Kancil m erupakan m angsa yang em puk bagi hewan- hewan
pem angsa di hut an. Pem angsanya ant ara lain harim au (Pant hera
11
(Viverriculla m alaccensis) dan garangan (Herpest es spp) ( Suyant o
1983) , burung besar dan rept il besar ( Nowak dan Paradiso 1983) .
Davis ( 1965) m elaporkan bahwa kancil di Malaysia dapat t erinfeksi
oleh Plasm odium t raguli yang m enyebabkan anem i dan t rypanosom a.
Penyakit yang ut am a m enurut Hoogerwerf ( 1970) ialah hidung
kekeringan ( Suyant o 1983) , pernah pula dij um pai abnorm al pada
Malayan chevrot ains yait u m alnut rit ion dan pada African chevrot ain
adanya glom erulosclerosis ( Griner 1983) , sedangkan Grondahl et al.
( 2003) m endapat kan virus bovine diarrhea pada Malay m ouse deer,
dem ikian pula pernah t erident ifikasi parasit bersilia “I sot richia
j alaludinii” dalam lam bung kancil ( I m ai et al. 1995) .
M orfologi Um um Ka ncil
Kancil, m eskipun bent uknya m enyerupai kij ang t et api badannya
kecil dan t idak bert anduk. Ada pula yang m enyat akan bahwa kancil
m erupakan rum inansia yang m em punyai bent uk luar lebih m irip
rodensia daripada rusa. Beberapa ciri m enunj ukkan kem iripan dengan
babi, yait u t idak m em punyai t anduk t et api yang j ant an m em punyai
gigi t aring at as yang subur sam pai m encuat ke luar sepanj ang 3 cm ,
sedangkan gigi t aring bawah kurang berkem bang. Susunan gigi seri
dan geraham pada kancil sam a dengan sapi ( Slij per 1954) .
Ciri khas kancil adalah m em iliki t iga garis put ih ( m irip pit a
put ih) pada kerongkongan ( Meij aard dan Groves 2004) , warna badan
coklat kem erahan, ada bercak- bercak hit am pada punggung dan sisi
badan, sisi dalam t ungkai dan ekor berwarna put ih kekuningan.
Sedangkan Hoogerwerf ( 1970) , m enyat akan bahwa kancil m em iliki
kaki depan lebih pendek dari kaki belakang, langsing, kancil j ant an
m em punyai taring yang m encuat ke luar dari rahang at as. Warna bulu
coklat kem erahan sangat indah, di at as punggung t erdapat warna
j ingga, perut dan kaki bagian dalam berwarna put ih. Lehernya
t erut am a bagian t engah hit am . Di ant ara kaki depan t erdapat garis
coklat m enj urus ke bagian belakang perut . Bagian at as ekor berwarna
yang langsing dan pinggul yang t inggi. Walaupun sepert i rusa, kancil
m em punyai punggung yang m elengkung m em bent uk kurva yang
m engarah ke bawah, kancil m em punyai hidung berwarna hit am ,
m at anya besar sert a lidahnya panj ang, um um nya kancil m em punyai
t iga buah st rip put ih di leher bawah dan dada ( Lekagul dan McNeely
1977) .
Kancil m erupakan hewan m alam yang m em iliki sifat hidup
solit er dan berpasangan pada m usim kawin ( Young 1981) , penakut ,
senang bersem bunyi daripada m elarikan diri, larinya cepat t api m udah
capek, m udah gugup dengan lingkungan baru. Kancil secara ekst erior
m em punyai kem iripan dengan rusa, karena it u hewan ini dikenal
dengan nam a m ouse deer. Menurut Dubost ( 1986) ada dua j enis
m ouse deer, yait u yang t erm asuk Tragulus napu dan Tragulus
j avanicus. Perbedaan yang m enyolok dari kedua j enis kancil ini adalah
bahwa Tragulus napu m em punyai bobot badan ant ara 4 -6 kg,
sedangkan Tragulus j avanicus m em punyai bobot badan 1,3 – 1,8 kg.
Karena berat badannya yang rendah, m aka para penelit i m enyarankan
bahwa kancil m em iliki pot ensi unt uk digunakan sebagai t ernak m odel
unt uk m em pelaj ari rum inansia ( Fukut a et al. 1991) . Kancil t ergolong
dalam rum inansia kecil dan t erm asuk rum inansia yang t erkecil di dunia
( Medway 1978, Nowak 1991) , dan kancil m erupakan hewan ungulat a
yang paling prim it if yang m asih ada ( Whit t ow et al. 1977) . Kancil
dapat bert ahan hidup dalam penangkaran lebih dari 16 t ahun ( Jones
1993) .
Kudo et al. ( 1997) m elaporkan bahwa kancil adalah j enis hewan
yang m udah gugup dengan lingkungan baru. Oleh karena it u
sebaiknya dalam t ahap penangkaran perlu t erlebih dahulu dit ut upi
dengan kain gelap dan m em biarkannya dalam keadaan gelap, t et api
apabila t erlam pau gelap hewan ini akan m enj adi lebih gugup. Apabila
t ahapan proses penangkaran dilakukan dengan baik hewan kancil bisa
m enj adi j inak sepert i halnya hewan peliharaan lainnya, t et api kancil
13
M orfom et ri
Ukuran t ubuh ( m orfom et ri) kancil hasil dari st udi beberapa
lit erat ur dirangkum dalam t abel sepert i t erlihat pada Tabel 1 berikut
ini.
Tabel 1 Morfom et ri kancil
Aspek Morfom et ri Ukuran
Tinggi bahu ( Cm ) 2 5- 30 ( Hoogerwerf 1970 )
2 0- 25 ( Medway 1969, Suyant o 1983) 20 ( Sigit 1984, Parey 2003)
Panj ang kepala dan badan ( Cm )
39.6 -48.0 ( Medway 1969) 3 0- 45 ( Suyant o 1983) 4 0- 48 cm ( Sigit 1984) 4 2- 49 ( Francis 2001) 4 5- 50 ( Parey 2003)
Panj ang ekor ( Cm ) 6,5 -8 ( Sigit 1984)
6 -9 ( Francis 200 1) 6 -8 ( Parey 2003)
Panj ang daun t elinga ( Cm ) 3.5 -5.0 ( Sigit 1984)
Panj ang t ungkai ( Cm ) 1 0- 12 ( Sigit 1984)
Berat badan ( kg) 0.7 -2.1 ( Medway 1969)
2 -2.5 ( Grzim ek’s 1972) 1, 5 – 2,5 kg ( Suyant o 1983) 0.7 -2 ( Sigit 1984) .
1.3 -1.8 ( Dubost 1986) 2.0 -2.5 ( Francis 2001) 2 -3 ( Parey 2003) 2.3 -4.6 ( Terry 1986)
1.6 -2.0 ( Andriana et al. 2003)
Makanan Kancil
Kancil m encari m akan pada m alam hari, t et api suka pula
dilakukan pada siang hari di t em pat - tem pat yang am an ( Suyanto
1983) . Sedangkan Hoogerwerf ( 1970) m enyat akan bahwa di alam ,
kancil m enyukai m akan buah- buahan hut an yang sudah j at uh ke t anah
sepert i kayu besi (Eusideroxylon zwager) dan buah- buahan ceplukan
(Physalis m axim a) . Kancil di t em pat pem eliharaan sangat m enyukai
daun kangkung (I pom oea aquat ica) dan ubi (I pom oea bat at as) serta
sedikit rum put ( Suyant o 1983) . Makanan t ersebut harus dit aruh di
j ika dit aruh di t anah, kancil agak enggan m em akannya. Medway
( 1978) m elaporkan bahwa di Kebun Binat ang New York, pasangan
kancil berkem bang biak dengan pakan berupa pot ongan apel, pisang,
wort el dan ubi m ent ah sert a dit am bahkan pakan pelet berupa m ixed
grain, crushed m onkey pellet , rolled oat s, dan alfalfa hay.
Kancil t erm asuk binat ang m em am ah biak, sehingga ada
kem ungkinan buah- buahan yang dim akan akan dit elan bersam a bij
i-bij inya dan pada wakt u m em am ah biak i-bij i- i-bij i t ersebut dim unt ahkan
kem bali. Biasanya t em pat unt uk m em am ah biak agak j auh let aknya
dari t em pat m encari m akan. Dengan dem ikian kancil kem ungkinan
besar dapat berpot ensi sebagai pem encar bij i. Jenis m akanan lainnya
adalah daun- daun yang berair dari sem ak belukar, kecam bah
buah-buahan yang j at uh, kulit pisang, kulit pepaya, ubi dan ket ela,
cenderung m em ilih m akanan yang m engandung sedikit serat kasar
dan cukup banyak m engandung air.
Hasil pengam at an Siregar et al. ( 1984) t ent ang m akanan kancil
di t uj uh kebun binat ang ( Medan, Pem at ang Siant ar, Jakart a, Bandung,
Sem arang, Yogyakart a, Surabaya) adalah kacang panj ang, sayuran,
pisang kepok dan bekat ul. Winart o et al. ( 1991) tentang j enis
m akanan yang paling disukai kancil di kebun binat ang Ragunan dan
Surabaya, berdasarkan j um lah yang dikonsum si adalah: pisang,
kacang panj ang, kangkung, pepaya, j am bu bij i, j agung, t im un, t om at ,
wort el dan bayam . Adapun I srail et al. ( 1998) m endapat kan bahwa
j enis pakan yang disukai adalah wort el, t erong, kangkung, dan t im un,
sedangkan daun- daun legum inosa sepert i gam al, kaliandra dan t uri
yang dicobakan sangat t idak disukai oleh kancil. Selanj ut nya Jum aliah
( 1999 ) m elakukan penelit ian di Kebun Binat ang Ragunan
m endapat kan j enis pakan yang paling disukai adalah pisang berikut nya
kacang panj ang, t im un dan wort el. Darlis et al. ( 1999 ) m elaporkan
bahwa kancil di Malaysia m enyukai kangkung, kacang panj ang, kacang
perancis (bean french) sebagai roughages dan sum ber prot ein; ubi
(sweet pot at o) , wort el (Carrot , Daucus carot a) sebagai sum ber
15
Perila k u Ka ncil
I lm u yang m em pelaj ari perilaku hewan disebut et hology, yang
berasal dari kat a et hos yang berart i karakt er dan logos yang berart i
ilm u. Mem pelaj ari perilaku hewan berart i m enent ukan karakt erist ik
hewan dan bagaim ana t anggapannya ( responsnya) t erhadap
lingkungan. Secara ringkas dapat dikat akan bahwa perilaku
m erupakan hasil int eraksi hewan dengan lingkungannya. Selam a
int eraksi t ersebut hewan akan m em buat respon berupa perilaku
t erhadap lingkungan yang dihadapinya.
Perilaku hewan adalah suat u ekspresi hewan yang disebabkan
at au dit im bulkan oleh sem ua fakt or yang m em pengaruhinya. Menurut
Surat m o ( 1979) , t erbent uknya t ingkah laku at au perilaku dirum uskan
sepert i berikut :
B = f ( I , E, P, F )
B = t ingkah laku
I = fakt or endogenus
E = fakt or eksogenus
P = fakt or pengalam an
F = fakt or fisiologis
Sedangkan pola perilaku adalah suat u segm en at au bagian
perilaku yang diorganisasi dan m em punyai fungsi khusus, dit ent ukan
oleh sifat genet ik (heredit y) . Pola perilaku dapat diubah m enurut
lat ihan dan pelaj aran yang dit erim a oleh individu t ersebut
( Tanudim adj a 1978) . Banyak tingkah laku hewan yang dapat diam at i,
di ant aranya t ingkah laku seks, t ingkah laku sosial, t ingkah laku
m akan. Tingkah laku m akan (ingest ive behavior) m erupakan salah
sat u pola t ingkah laku yang ut am a ( Hart 1965, Hafez 1969, Houpt
1982) . Tingkah laku yang dit unj ukkan hewan pada wakt u m akan
berbeda- beda, bergant ung pada spesies hewan, j enis m akanan dan
st rukt ur anat om i alat pencernaan ( Hafez 1969) . Menurut Tanudim adj a
( 1978) , fakt or yang m em pengaruhi perilaku hewan disebut
rangsangan, st im ulus at au agent s, sedangkan akt ivit as yang
( 1969) , rangsangan t ersebut dapat berasal dari dalam m aupun dari
luar t ubuh hewan t ersebut yang disebabkan oleh perubahan
lingkungan fisik m aupun sosial. Rangsangan yang berasal dari luar
akan dit erim a oleh hewan m elalui panca indera yang akan dit eruskan
ke sist em syaraf ot ak. Adanya rangsangan t ersebut akan
m enyebabkan hewan m em berikan respon yang berupa perilaku.
Fungsi ut am a perilaku adalah unt uk m em ungkinkan hewan
m enyesuaikan diri t erhadap beberapa perubahan keadaan lingkungan,
baik dari luar m aupun dari dalam ( Tanudim adj a 1978) .
Menurut Scot t ( 1969) , perilaku sat wa secara um um dibagi
m enj adi sem bilan t ipe yang m encakup: 1) Perilaku m akan (I ngest i
behaviour) , 2) Perilaku m encari t em pat bernaung (Shelt er seeking), 3)
Perilaku pert ent angan (Ago behaviour) , 4) Perilaku seksual (Sexual
behaviour) , 5) Perilaku m em elihara (Epilem et ic behaviour) , 6) Perilaku
m em int a unt uk dipelihara (Et - epilem et ic behaviour) , 7) Perilaku
m eniru (Allelom im et ic behaviour) , 8) Perilaku m em buang kot oran
(Elim inat ive behaviour) , dan 9) Perilaku m em eriksa (I nvest igat e
behaviour) . Sedangkan Tom aszewska et al. ( 1991) m enyat akan bahwa
t ingkah laku sat wa dapat diklasifikasikan m enj adi sepuluh m acam
yait u: 1) Tingkah laku m akan, m inum dan kegiat an lain yang
berhubungan dengan hal t ersebut (I ngest ive) , 2) Tingkah laku
pencarian t em pat bert eduh (Shelt er seeking) , 3) Tingkah laku
penyidikan (I nvest igat ory) , 4) Tingkah laku kecenderungan unt uk
berkelom po k dan t erikat dalam t ingkah laku yang sam a pada sat u
wakt u t ert ent u (Allelom im et ic) , 5) Tingkah laku berselisish,
bert engkar, m enghindar (Agonisfic) , 6) Tingkah laku m em buang
kot oran, kencing (Elim inat ive) , 7) Tingkah laku m em beri perhat ian dari
induk k e an ak (Epim elet ic at au Care giving) , 8) Tingkah laku m int a
perhat ian dari anak ke induk (Epim elet ic at au Care solicit ing), 9)
Tingkah laku seksual at au reproduksi (Sexual or Reproduct ive) , dan
10) Tingkah laku berm ain (Play) .
Tingkah laku yang um um dij um pai pada sat wa liar adalah upaya
17
bahaya dan berusaha m elepaskan diri dari serangan pem angsa.
Alikodra ( 1990) m enyat akan bahwa t ingkah laku berkem bang sesuai
dengan perkem bangan dari proses belaj ar. Sat wa liar m em punyai
t ingkah laku dan proses fisiologis unt uk m enyesuaikan diri dengan
lingkungannya sert a unt uk m em pert ahankan kehidupannya, sehingga
dapat m elakukan kegiat an- kegiat an yang agresif, m elakukan
persaingan dan bekerj a sam a unt uk m endapat kan m akanan,
perlindungan, pasangan unt uk kawin, reproduksi dan sebagainya.
Perk em ba ngbia k a n
Kancil berkem bang biak dengan beranak seekor anak at au
kadang- kadang 2 ekor set iap kelahiran. Set ahun beranak 2 kali at au
set iap 5 bulan sekali ( Hoogerwerf 1970) . Tiap kali beranak lahir 1
ekor, dengan berat lahir 120- 190 gram at au sekit ar 10% dari berat
badan induknya ( Kudo et al.1997) dan bent uk plasent a kancil adalah
difusa dan villous ( Anderson dan Jones 1967) , berbent uk difusa,
sepert i halnya plasent a unt a ( Young 1981) .
Kancil bet ina m encapai dewasa kelam in t erm uda pada um ur 125
hari dan kancil j ant an pada um ur 166 hari ( Kudo et al. 1997) .
Dilaporkan bahwa dat a baik um ur dewasa kelam in dan lam a
kebunt ingan ini akan sangat bervariasi bergant ung pada lokasi dan
pem eliharaan hewan kancil, t erut am a m anaj em en pem berian
pakannya. Angka m ort alit as sebesar 12,8% , t et api dalam kondisi di
penangkaran Kebun Binat ang Malaysia bisa m encapai 75% ( Kudo et al.
1997) . Masa perkawinannya sekit ar bulan Juni – Juli ( Anderson dan
Jones 1967, Walker 1968) . Siklus birahi pada kancil bet ina
diperkirakan berlangsung 16 hari dengan lam a birahi selam a 2 hari,
kopulasi bisa t erj adi beberapa kali dan t erus m engalam i birahi kecuali
t erj adi kebunt ingan ( Kudo et al. 1997) .
Davis ( 1965) , Anderso n dan Jones ( 1967) dan Cadigan ( 1972)
m elaporkan bahwa kancil m em punyai est rus post - part um dan hal ini
didukung oleh penelit ian Kudo et al. ( 1997) yang m engam at i bahwa
kancil bet ina m elakukan perkawinan 30 m enit set elah beranak.
konst an unt uk bunt ing pada kehidupan dewasanya, m am pu kawin lagi
48 j am ( Medway 1978) , 85- 155 m enit set elah beranak ( Huffm an
2004) . Anak sudah berkem bang dan dapat berdiri dalam wakt u 30
m enit setelah dilahirkan, induknya m enyusui anaknya sam bil berdiri
dengan t iga kakinya ( Medway 1978) .
Profil Darah
Secara um um , volum e t ot al darah m am alia um um nya berkisar
ant ara 8% ( Ganong 1971) , 7-8 % ( Dellm ann dan Brown 1989) dari
berat badan. Bahan ant ar sel at au plasm a darah berkisar ant ara 45
sam pai 65% dari seluruh isi darah, sedangkan sisanya 35- 55% diisi sel
darah at au benda darah. Sel darah t erdiri at as t iga m acam yait u darah
m erah (eryt hrocyt) , darah put ih (leucocyt) dan keping darah
(t hrom bocyt at au plat elet) . Warna m erah dari darah segar disebabkan
adanya hem oglobin dalam sel darah m erah. Adapun fungsi ut am a
darah adalah m em pert ahankan hom eost asis ( Dellm ann dan Brown
1989) . Sekit ar 60% volum e erit rosit t erdiri at as air dan sisanya 40%
t erdiri at as gabungan prot ein yang berbent uk globin dan hem ( hem e) .
Pigm en yang m erupakan 4% dari gabungan prot ein disebut
hem oglobin ( Dellm ann dan Brown 1989) . Adanya hem oglobin di dalam
erit rosit m em ungkinkan t im bulnya kem am puan unt uk m engangkut
sekit ar 60 kali oksigen lebih banyak dibandingkan dengan air dalam
j um lah dan kondisi yang sam a ( Frandson, 1996) . Berat m olekul
hem oglobin adalah 64.450 Dalt on ( Ganong 1971) , 66.000- 69.000
Dalt on ( Swenson 1984) .
Hem olisis adalah pem ecahan sel- sel darah m erah sedem ikian
rupa sehingga hem oglobin t erlepas ke dalam plasm a ( Frandson 1996) .
Osm olarit as plasm a darah sam a dengan erit rosit , m aka erit rosit dan
plasm a darah bersifat isot onik sat u sam a lain. Jadi bila erit rosit
dim asukkan dalam cairan dengan osm olarit as lebih rendah dari plasm a
darah (hypot onic) , erit rosit akan m enggem bung karena m enyerap air.
Bila berlangsung m elewat i am bang bat as kekuat an, darah pecah,
19
dengan osm olarit as lebih besar dari plasm a darah (hypert onic) ,
bent uknya akan m engeriput karena air dit arik keluar. Bent uknya selain
m engecil j uga t epinya bergerigi (crenat ed) ( Dellm ann dan Brown
1989) .
Ka ra k t erist ik Ka rk a s
Dalam proses pem ot ongan t ernak didapat kan hasil dalam
bent uk karkas dan non- karkas. Karkas m erupakan hasil ut am a
pem ot ongan t ernak dan m em punyai nilai ekonom is yang lebih t inggi
daripada non- karkas. Bagian non- karkas at au yang lazim disebut offal
t erdiri dari dua bagian yait u edible offal ( layak dim akan) sepert i hat i,
j ant ung, lim fa, ginj al dan paru- paru, sedangkan bagian yang
non-edible offal ( t idak layak dim akan) sepert i darah, t ulang dan bulu.
Karkas adalah bagian t ubuh t ernak t anpa kepala, kaki
(m et at arsus dan m et acarpus) , kulit , alat pencernaan, darah, dan ginj al
( Berg dan But t erfield 1976) . Pada dasarnya, k ualit as karkas adalah
nilai karkas yang dihasilkan oleh t ernak relat if t erhadap suat u kondisi
pem asaran. Fakt or yang m enent ukan nilai karkas m eliput i berat
karkas, j um lah daging yang dihasilkan dan kualit as daging dari karkas
yang bersangkut an. Dua fakt or ut am a yang m enent ukan kualit as
karkas adalah proporsi karkas yang dapat dim akan, sert a indikat or
kualit as dan palat abilit as bagian- bagian yang dapat dim akan. Jadi,
nilai ult im at individu karkas adalah hasil dari perbedaan- perbedaan
observasi dua nilai yang m enent ukan karakt erist ik yait u: ( a)
karakt erist ik kualit as daging (lean) sebagai suat u ukuran palat abilit as
yang diharapkan, dan ( b) kom binasi hasil pot ongan- pot ongan ret ail
p ah a (round) , loin, rusuk, dan bahu ( unt uk sapi) , paha (ham) , loin,
picnic, bahu (shoulder) dan bahu belakang (bost om but t) untuk babi,
at au paha belakang, loin, rusuk, dan bahu ( unt uk dom ba) ( Soeparno
Sifat Fisik Daging
Sifat fisik daging um um nya t erdiri at as pH, daya ikat air,
keem pukan, susut m asak, dan warna. Menurut So eparno ( 1992) pH
daging t idak dapat diukur segera set elah pem ot ongan ( biasanya dalam
wakt u 45 m enit ) unt uk m enget ahui penurunan pH awal. Pengukuran
selanj ut nya biasanya dilakukan set idak- t idaknya set elah 24 j am unt uk
m enget ahui pH akhir dari daging at au karkas. Buckle et al. ( 1987)
m enyat akan perubahan pH sesudah t ernak m at i dibagi m enj adi dua,
yait u ( 1) pH rendah sekit ar 5.2 – 6.1 m enyebabkan daging
m em punyai st rukt ur t erbuka yang sangat disukai unt uk pengolahan
daging, warna m erah m uda cerah, flavor lebih disukai dan st abilit as
lebih baik t erhadap kerusakan akibat akt ivit as m ikroorganism e, ( 2) pH
t inggi sekit ar 6.2 - 7.2 m enyebabkan daging m em punyai st rukt ur
t ert ut up, warna m erah t ua, rasa kurang enak dan keadaannya
m em ungkinkan u nt uk pert um buhan m ikroorganism e dan m udah
busuk.
Daya ikat air m em punyai hubungan yang erat dengan
keem pukan, yait u keem pukan sem akin m eningkat dengan
m eningkat nya daya ikat air. Kem am puan daging unt uk m engikat air
t ergant ung j um lah gugus reakt if prot ein daging yang dipengaruhi oleh
beberapa fakt or yait u pH, j um lah ATP, pengaruh rigorm ort is dan
perubahan st rukt ur sel yang berkait an dengan enzim - enzim prot eolit is
( Becht el 1986) . Keem pukan daging m erupakan fakt or paling pent ing
yang m em pengaruhi daya t erim a konsum en t erhadap daging.
Keem pukan bisa bervariasi diant ara spesies, bangsa t ernak dalam
spesies yang sam a, pot ongan karkas dan pada ot ot yang sam a.
Fak t or- fakt or yang m em pengaruhi keem pukan adalah j um lah j aringan
ikat dan t ingkat ikat an silangnya, ukuran serabut ot ot , perlakuan
sebelum dan sesudah pem ot ongan, daya ikat air oleh prot ein sert a j us
daging. Soeparno ( 1992) m enyat akan susut m asak bervariasi ant ara
1.5 -54.5 persen dengan kisaran 15- 40 persen. Daging dengan susut
m asak yang lebih rendah m em punyai kualit as yang relat if lebih baik
21
kehilangan nut risi selam a pem asakan akan lebih sedikit . Susut m asak
akan m enj adi lebih banyak oleh pengaruh luar sepert i m et ode, wakt u
dan t em perat ur pem asakan. Tem perat ur pem asakan yang tinggi dan
wakt u lam a akan m enyebabkan denat urasi prot ein yang berart i
m enurunnya daya ikat air ( Lawrie 1995) .
Daging m em iliki nilai nut risi yang t inggi karena m engandung
asam am ino esensial yang lengkap dan seim bang. Secara um um
daging m engandung air, prot ein, lem ak, m ineral, dan vit am in.
Kom posisi kim ia daging hewan m am alia t erdiri at as: air ( 65-80% ) ,
prot ein ( 16- 22% ) , lem ak ( 0.5- 13% ) , karbohidrat dan bahan
non-nit rogen ( 0.5 -1.5% ) , dan unsur an- organik ( m ineral) 1 persen ( Buckle
et al. ( 1987) . Kom posisi t idak selalu t et ap karena dipengaruhi oleh
fakt or genet ik, fisiologis, nut risi, um ur, j enis kelam in, dan berat hidup
( Soeparno 1992) .
Prot ein da n Asa m Am ino
Kadar prot ein dalam bahan pangan um um nya dipakai sebagai
salah sat u cara unt uk m engukur m ut u bahan pangan it u sendiri,
karena prot ein adalah zat yang am at pent ing. Fungsi ut am a prot ein
yait u m em bangun j aringan baru dan m em elihara j aringan yang t elah
ada ( Winarno 1992) . Selanj ut nya Buckle et al. ( 1987) m enyat akan
bahwa prot ein m em punyai kegunaan dala m t ubuh am at banyak,
diant aranya unt uk pem bongkaran m olekul prot ein unt uk m endapat kan
energi at au unsur senyawa sepert i nit rogen at au sulfur unt uk reaksi
m et abolism e lainnya. Prot ein yang m am pu m enyediakan asam am ino
esensial dalam perbandingan yang m eny am ai kebut uhan m anusia
m em punyai m ut u yang t inggi dan sebaliknya prot ein yang kekurangan
sat u at au lebih asam am ino esensial m em punyai m ut u yang rendah
( Winarno 1992) .
Asam am ino dapat dibedakan m enj adi dua kelom pok, yait u
asam am ino esensial dan non- esensial. Asam am ino esensial t idak
dapat disint esa di dalam t ubuh dan sebaliknya t erhadap asam am ino
Kualit as gizi bahan pangan t ergant ung pada lengkap at au t idaknya
kandungan asam am ino esensial penyusun suat u prot ein. Asam am ino
dapat pula berperan sebagai pem bent uk flavor daging ( dom ba dan
babi) .
Le m a k da n Asa m Le m a k
Lem ak hewan t ersusun dari gliserida t erut am a t rigliserida
( t riasilgliserol) , fosfolipid dan st erol t erut am a kolest erol. Sebagian
lem ak t ubuh disim pan di dalam depot lem ak dan lem ak ot ot ( int
ra-m uskuler) yang didora-m inasi oleh lera-m ak net ral dalara-m bent uk est er- est er
gliserol dan asam - asam lem ak rant ai panj ang ( Forrest et al. 1975) .
Lem ak t ubuh didom inasi oleh t rigliserida yang m engandung sat u
m olekul asam palm it at dan dua m olekul asam oleat ( palm it odiolin) ,
kem udian t rigliserida yang m engandung sat u m olekul yait u asam
oleat , palm it at dan st earat at au disebut oleopalm it ost earin ( Forrest et
al. 1975) . Trigliserida banyak didapat kan di dalam sel- sel lem ak dan
paling efisien m enyim pan kalor unt uk kepent ingan proses- proses yang
m em but uhkan energi di dalam t ubuh dan berfungsi sebagai bant alan
unt uk m elindungi organ- organ pent ing, sedangkan peranan ut am a
fosfolipid dan kolest erol adalah dalam pem bent ukan sem ua m em bran
sel dan subst rat unt uk pem bent ukan asam em pedu ( Linder 1992) .
Asam- asam lem ak essensial adalah asam lem ak yang sangat
diperlukan oleh t ubuh dan t idak dibiosint esis oleh t ubuh, t et api hanya
dapat diperoleh lewat m akanan sam a halnya dengan m ineral at aupun
vit am in. Asam - asam lem ak t ersebut t erbagi berdasarkan ada t idaknya
ikat an rangkap ant ara at om - at om karbon yang t erbagi at as asam
lem ak j enuh art inya asam lem ak yang t idak m em punyai ikat an
rangkap disebut j uga sat urat ed fat t y acid ( SAFA) dan asam lem ak t ak
j enuh at au unsat urat ed yait u asam lem ak yang m em punyai sat u at au
lebih ikat an rangkap. Bila hanya t erdapat sat u ikat an rangkap m aka
disebut m onosat urat ed fat t y acid ( MUFA) dan apabila t erdapat dua
23
Asam lem ak t ak j enuh t erdiri at as 3 kelom pok besar yait u
om ega 3, om ega 6 dan om ega 9 ( Tabel 2) . Asam linolenat ( 18: 3 ?3 ) .
Asam eikosapent aenoat ( 20: 5 ?3) dan dokosaeksaenoat ( 22: 6 ? 3)
m engandung asam lem ak om ega 3 yang banyak diperoleh dari
m akanan. Kelom pok asam lem ak yang kedua yait u om ega 6 yang
t edir i dar i asam linoleik ( 18: 2 ?6) dan asam ar akidonat ( 20: 4 ?6) ,
[image:37.596.115.509.244.369.2]sedangkan om ega 9 t erdiri dari asam oleat ( 18: 1 ?9) ( Net t let on 1995)
Tabel 2 Pengelom pokkan asam lem ak t ak j enuh
Kelom pok Asam Lem ak St rukt ur
? 3
? 6
? 9
Asam linolenat
Asam eikosanpet anoat Asam dokosahexanoat
Asam linoleat Asam arakidonat
Asam oleat
1 8 : 3 ?3 2 0 : 5 ?3 2 2 : 6 ?3
1 8 : 2 ?6 2 0 : 4 ?6
1 8 : 1 ?9
Asam linoleat dan asam linolenat m erupakan asam lem ak
essensial karena t ubuh t idak dapat m ensint esis kedua asam lem ak
essensial t ersebut , selain it u dapat m ensint esis prost aglandin yang
m em punyai sifat - sifat horm on sert a t erlibat dalam banyak fungsi
t ubuh ( Mont gom ery et al. 1993, Murray et al. 1999) . Asam oleat
bukan asam lem ak esensial karena t ubuh dapat m ensint esis asam
t ersebut dengan cara m enyisipkan ikat an rangkap pada posisi ∆9 ke
dalam asam lem ak j enuh yang bersesuaian ( Murray et al. 1999) .
Lem ak pangan yang berasal dari produk hewani ada yang dapat
bersifat m enurunkan kadar kolest erol plasm a yait u golongan asam
lem ak t ak j enuh yang t erdiri dari asam lem ak om ega 3 dan om ega 6,
yang m erupakan asam -asam lem ak essensial ( EFA) yang m em punyai
ikat an rangkap pada at om karbon ket iga dan keenam dari uj ung
t erm inal pada rant ai karbon. Asam linoleat adalah salah sat u anggot a
om ega 3 yang diperlukan t ubuh unt uk m em produksi asam
eikosapent aenoat ( EPA) dan asam dekosaheksaenoat ( DHA) . DHA
didalam t ubuh sangat pent ing unt uk perkem bangan ot ak dan ret ina
dij um pai pada m inyak ikan yang sangat efekt if m enurunkan kadar
kolest erol dan t rigliserida, selain it u j uga sangat efekt if bagi penderit a
hipert ensi dan hiperkolest erol ( Harris 1997) , sedangkan om ega 6
banyak t erdapat pada m inyak sayuran, yang pert am a kali dikenal
m em pengaruhi kadar kolest erol dalam darah ( Net t let on 1995) .
Kole st e r ol
Kolest erol adalah suat u bent uk lem ak yang t erj adi secara
alam iah dalam t ubuh dan digunakan oleh t ubuh unt uk m em bent uk
vit am in D, m em bent uk j aringan syaraf dan ot ak, m em produksi horm on
seksual dan m em bent uk garam yang m em bant u usus m enyerap
lem ak. Korelasi posit if ant ara kadar kolest erol plasm a dan resiko
penyakit j ant ung koroner ( PJK) diakibat kan oleh efek art erosklerosis
karena adanya peningkat an kadar kolest erol plasm a ( Marinet t i 1990) .
Fakt or ut am a resiko penyakit j ant ung koroner adalah um ur, j enis
kelam in, rokok, hipert ensi, d iabet es yang m eningkat kan LDL dan
m enurunkan HDL.
Asa m Le m a k Om e ga 3 da n M a nfa a t nya .
Peranan asam lem ak om ega 3 ( n- 3) , yakni EPA dan DHA
t erhadap kesehat an m anusia adalah m encegah penyakit
kardiovaskuler, kanker, t um or, berpengaruh t erhadap fungsi
kekebalan t ubuh, inflam asi dan kadar lipid darah. Di sam ping it u asam
lem ak om ega 3 dibut uhk an unt uk pert um buhan j aringan ot ak dan
ret ina m anusia ( Pigot dan Tucker 1987, Sim opoulus 1989, Connor et
al. 1992, Net t let on 1993) . Defisiensi DHA dalam diet dapat
m engakibat kan ket idaknorm alan yang m ungkin irreversible ( Net t let on
1993) . Sedangkan EPA dapat m em pengaruhi sist em sirkulasi darah
dan dapat m encegah at erosklerosis dan t rom bosis ( Sim opoulus 1989) .
Asam lem ak om ega-3 m erupakan asam lem ak esensial yang t idak
dapat disint esis oleh t ubuh, perlu didapat kan dari diet . Dengan
dem ikian penyediaan produk pangan yang kaya akan asam lem ak
M ATERI D AN M ETOD E
Te m pa t da n W a k t u Pe ne lit ia n
Penelit ian dilaksanakan di 3 lokasi, yait u: ( 1) Lokasi
pem eliharaan kancil di kandang A, Jl. Kayu Manis, Fakult as Pet ernakan
I nst it ut Pert anian Bogor ( I PB) , ( 2) Analisis Laborat orium di lingkungan
I PB, m elip ut i analisis fisik daging di laborat orium I lm u Produksi Ternak
( I PT) Rum inansia Besar Fapet , analisis proksim at pakan di
Laborat orium I lm u dan Teknologi Pakan, Depart em en I lm u Nut risi dan
Makanan Ternak, warna daging di Laborat orium Kim ia Pusat Ant ar
Universit as ( PAU) , dan analisis darah di Laborat orium Fisiologi,
Depart em en Fisiologi dan Farm akologi, FKH, ( 3) Kim ia daging di
Laborat orium penguj ian, Balai Besar Penelit ian dan Pengem bangan
Pascapanen Pert anian, Cim anggu, Bogor.
Penelit ian dilaksanakan m ulai bulan Desem ber 2004 sam pai dengan
Juli 2005.
M at eri
Ka ncil: j um lah kancil yang digunakan unt uk penelit ian
sebanyak 23 ekor, dengan perincian m asing- m asing sebagai berikut :
( 1) sebanyak 1 6 ekor kancil dewasa ( 8 j ant an dan 8 bet ina) dipelihara
di kandang, ( 2) sebanyak dua ekor kancil liar dari hut an ( sat u j ant an
dan sat u bet ina) sebagai kont rol t erhadap kom posisi fisik dan kim ia
daging yang dianalisis, dan ( 3) lim a ekor anak. Kancil dewasa yang
dipergunakan dalam penelit ian ini sem uanya m em iliki susunan g igi seri
t et ap dua pasang ( PI2).
Kandang: Unt uk m elakukan pengam at an biologis yang
berhubungan dengan perilaku, preferensi pakan sert a kinerj a
reproduksi kancil digunakan sebuah bangunan kandang besar yang di
sekat m enj adi 8 pet ak kandang yang berukuran panj ang 2 m eter,
lebar 1,5 m et er dan t inggi 1,5 m et er. Dinding kandang t erbuat dari
t em bok, lant ai dari sem en yang dilapisi kayu papan dan lim bah
Tiap kandang diisi sepasang kancil ( 1 j ant an dan 1 bet ina) dengan
sist em pem berian pakan dalam sat u t em pat . Di dalam kandang
dilengkapi dengan t em pat air m inum t erbuat dari t im ba plast ik, t em pat
pakan yang t erbuat dari papan kayu bersegi em pat m em anj ang
dengan ukuran panj ang, lebar dan t inggi m asing- m asing 75 cm , 20 cm
dan 5 cm ( yang disekat m enj adi 5 pet ak kecil dengan ukuran panj ang,
lebar dan t inggi m asing- m asing 18 cm , 13 cm dan 5 cm ) . Di sam ping
it u disediakan pula t em pat berlindung (shelt er) unt uk t em pat
persem bunyian kancil saat ist irahat at au kondisi t ercekam , dengan
ukuran panj ang, lebar dan t inggi m asing- m asing 40 cm , 30 cm dan 30
cm . Model kandang penelit ian dapat dilihat pada Gam bar 1 di bawah
ini.
Gam bar 1 Model kandang dan bent uk shelt er
Perlengkapan dan alat yang ada di kandang adalah pit a ukur
kapasit as 150 cm dengan ket elit ian 0,1 cm , t im bangan m erek Ohaus
Triple Beam kapasit as 1.620 g dengan ket elit ian 0,1 g, j angka sorong
dengan kem am puan 150 m m dengan ket elit ian 0.05 m m , pisau,
em ber, t ali plast ik, j aring benang, ravia, selang air, t erm om et er, j am
dinding, sent er, lam pu dop, kulkas, seperangkat alat bedah,
obat-obat an, seperangkat kom put er dengan video kam era wireless, dan
cam era digit al.
[image:40.596.108.517.348.494.2]27
Tuj uan pengisian 2 ekor ( 1 j ant an dan 1 bet ina) t iap kandang,
diharapkan selam a penelit ian bisa t erj adi perkawinan, t erj adi proses
kebunt ingan dan proses beranak, sehingga didapat kan dat a t ent ang
biologi dan fisiologi reproduksi. Di pihak lain dengan dicam purnya
j ant an dan bet ina dalam sat u kandang agar selam a m usim birahi t idak
t erj adi rebut an pasangan dari m asing- m asing kancil, hal ini dapat
m enghindari kem at ian akiba