• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5 Kesimpulan Rekomendasi Kajian MEA 2015 Revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab 5 Kesimpulan Rekomendasi Kajian MEA 2015 Revisi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

5

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

A. Potensi Kota Bogor

Berdasarkan hasil pembahasan terhadap pelaksaan kajian, maka dapat disimpulkan tentang potensi Kota Bogor, yang meliputi : potensi penduduk, potensi sosial ekonomi, potensi sektor industri, potensi pendapatan daerah, potensi infrastruktur daerah, potensi SDM, potensi angkatan kerja, serta potensi IKM dan UKM.

a. Potensi Penduduk:

Jumlah penduduk Kota Bogor pada tahun 2013 tercatat sebanyak 1.013.019 jiwa. Selama kurun waktu 2010-2013 rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai 1,87 persen. Rasio jenis kelamin laki-laki terhadap perempuan di Kota Bogor pada tahun 2013 adalah 103 yang berarti untuk setiap 100 penduduk perempuan rata-rata terdapat 103 penduduk laki-laki.

Dilihat dari struktur umur, penduduk Kota Bogor berada pada tahap transisi dari penduduk muda menjadi penduduk tua. Hal ini ditunjukkan dengan proporsi penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun sebesar 28,30 persen, dan penduduk usia 65 tahun ke atas sudah mencapai 3,47 persen.

b. Potensi Sosial Ekonomi

(2)

pertumbuhan ekonomi. Pembangunan didaerah ini lebih diarahkan pada pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, dengan memprioritaskan pembangunan sektor perdagangan dan jasa yang ditunjang oleh sektor industri.

Semakin membaiknya fundamental ekonomi Kota Bogor yang ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi di atas 6% selama 2010-2013, sementara situasi global yang tidak belum mendukung, dan juga daya saing global relatif stagnan selama beberapa tahun ini. faktor penunjang pembangunan diantaranya variabel institusi stagnan, defisit infrastruktur, teknologi dan inovasi juga merupakan faktor-faktor yang mengakibatkan stagnannya daya saing global.

Perekonomian Kota Bogor selalu memiliki laju pertumbuhan yang positif, namun demikian, upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur dari aspek pertumbuhan ekonomi semata, tetapi yang lebih penting lagi adalah seberapa jauh pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu berarti tingginya tingkat kesejahteraan penduduknya.

Perkembangan nilai PDRB Kota Bogor tahun 2013 apabila dibandingkan dengan nilai PDRB tahun 2012 masing-masing terlihat terjadi peningkatan dan kenaikan. Nilai PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2013 sebesar Rp. 19.535.008,93 juta atau naik sebesar 12,786 % dibandingkan tahun 2012 yang sebesar Rp. 17.323.335,98 juta. Sementara nilai PDRB atas dasar harga konstan tahun 2013 sebesar Rp. 5.710.336,54 juta sedangkan tahun 2012 sebesar Rp. 5.394.303,98 juta naik sebesar 5,86 % (LPE).

Pada tahun 2013 sektor yang pertumbuhan tercepat adalah Sektor Tersier (Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Jasa-jasa) disusul Sektor Sekunder (Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Bangunan) dan Sektor Primer (Pertanian) dengan laju pertumbuhan 1,89 persen, 5,60 persen dan 6,04 persen. Dari sisi kontribusi 61,67 persen sektor tertier, 38,07 persen sekunder, dan primer hanya 0,26 persen.

c. Potensi Sektor Industri:

Pertumbuhan Industri Kecil dan Menengah berdasarkan jumlah unit usaha mengalami peningkatan 5,47 persen yaitu bertambah sebanyak 195 unit usaha dari 3.408 unit usaha pada tahun 2013 menjadi 3.757 unit usaha pada tahun 2013. Penambahan unit usaha industri tersebut diantaranya pada bidang industri makanan sebanyak 170 unit usaha, bidang industri minuman sebanyak enam unit usaha, bidang industri kayu olahan dan rotan sebanyak tiga unit usaha, bidang industri kertas sebanyak empat unit usaha, bidang industri bahan galian non logam sebanyak satu unit usaha, bidang industri kimia sebanyak lima unit usaha, bidang industri logam sebanyak empat unit usaha, bidang industri kulitsebanyak dua unit usaha.

(3)

Selain itu terdapat peningkatan investasi industri sebesar Rp.6.877.491.253,- yang terdiri dari Rp.5.853.409.630,- pada industri menengah/besar, Rp.896.081.623 pada industri kecil formal dan Rp.128.000.000,- pada industri kecil non formal.

d. Pendapatan Daerah

PAD selama kurun waktu 2011-2014 mengalami kenaikan sebesar 30,59 persen pada tahun 2012 kemudian meningkat meningkat sebesar 54,42 persen pada tahun 2013. Peningkatan PAD ini disebabkan oleh peningkatan pada semua pos PAD.

Pos yang mengalami peningkatan adalah Pos Pajak Daerah yang rata-rata pertumbuhan sebesar 26,36 persen setiap tahunnya atau meningkat dari Rp 165.396.746.064 pada tahun 2011 terus mengalami peningkatan menjadi Rp 376.487.551.008 pada tahun 2014.

Komponen PAD yang memberikan kontribusi sangat besar adalah Pos Pajak Daerah dengan menyumbang kepada PAD berkisar antara 72 persen. Pos-pos lain yang memberikan kontribusi kepada PAD berturut-turut adalah Pos Retribusi Daerah dengan kisaran persentase kontribusi 15 persen, Pos Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah kontribusi terhadap PAD berkisar antara 8 persen dan PosHasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan berkontribusi antara 5 persen terhadap PAD.

e. Potensi Infrastruktur Daerah

Fasilitas wilayah atau infrastruktur adalah penunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaan fasilitas untuk mendukung ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah dan antar- wilayah. Semakin lengkap ketersediaan wilayah/infrastruktur, maka semakin kuat dalam menghadapi daya saing daerah.

1) Sumberdaya air

Pada tahun 2012 jumlah pelanggan di Kota Bogor sudah mencapai 109.846 yang sebagian besar yaitu sekitar 93,55 persennya merupakan pelanggan rumah tangga. Pelanggan rumah tangga terbanyak ada di Kecamatan Tanah Sareal yaitu sebanyak 21.160 pelanggan, diikuti Bogor Selatan sebanyak 20.150, Bogor Tengah 19.147 dan Bogor Barat 19.134.

(4)

kenaikan yang cukup tinggi yaitu sekitar 18,56% dibanding tahun 2011. Hal ini disebabkan selain karena jumlah pelanggannya yang meningkat juga karena adanya kebijakan kenaikan tarif air minum yang berlaku sejak bulan September 2012.

2) Jalan Raya

Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan merupakan salah satu indikator penting aksesibilitas daerah yang digunakan untuk melihat ketersediaan sarana jalan terhadap jumlah kendaraan dalam rangka memberikan kemudahan akses bagi seluruh masyarakat dalam melakukan segala aktivitas di semua lokasi dengan kondisi dan karakteristik fisik yang berbeda.

Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan pada tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 rasio panjang jalan terhadap kendaraan sebesar 31,64; terjadi peningkatan pada tahun 2010 menjadi 37,99; kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2011 menjadi 47,23; dan mengalami peningkatan pada tahun 2012 dan 2013 menjadi 47,27. Panjang jalan dari tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami penurunan, yaitu dari 711.292 kilometer pada tahun 2009 dan 2010 menjadi 661.450 kilometer pada tahun 2011 hingga tahun 2013. Hal ini berbanding terbalik dengan jumlah kendaraan terus mengalami peningkatan, yaitu dari 225.050 pada tahun 2009 menjadi 312.639 pada tahun 2013. Sehingga untuk ketersediaan sarana jalan terhadap jumlah kendaraan di Kota Bogor pada tahun 2013 mencapai 1:47, ini artinya bahwa setiap panjang jalan sepanjang satu kilometer, dapat diakses kendaraan baik kendaraan roda empat maupun roda dua sebanyak 47 kendaraan.

3) Energi

Jumlah pelanggan listrik tahun 2011 di Kota Bogor terdapat 201.850 pelanggan. Pelanggan terbanyak berada di Kelurahan Bantarjati yang mencapai 8.764 pelanggan. Kedua terbanyak adalah Kelurahan Baranangsiang yang mencapai 7.964 pelanggan. Dilihat dari daya yang tersambung, terbanyak di Kel. Baranangsiang sebesar 23.454.165 dibanding Kelurahan Bantarjati yang daya tersambungnya sebanyak 22.367.500.

(5)

f. Potensi SDM

Laporan Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI) menekankan perlunya Indonesia memberikan prioritas investasi yang lebih tinggi pada upaya pembangunan manusia dan bagaimana pembiayaannya. Diperoleh dari data Bappeda Kota Bogor, Indek kesehatan Kota Bogor mencapai 80,89 persen, Indeks Pendidikan mencapai 67,33 persen. Sedangkan IPM Kota Bogor mencapai 73,10 persen.

Tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk Kota Bogor menurut jenjang pendidikan, SMU/SMK (29,89 %). Sedangkan yang tamat sarjana keatas dan D1/D2/D3 9,25 persen.

Rasio Murid dan Sekolah untuk tingkat SD 345 menunjukkan satu sekolah dasar menampung 345 murid. Rasio Murid dan Sekolah untuk tingkat SLTP 358 yaitu satu sekolah menampung 358 murid. Ditingkat SLTA, Rasio Murid dan Sekolah untuk tingkat SLTA/sederajat 403 memperlihatkan bahwa satu sekolah menampung sekitar 403 murid.

Peningkatan relevansi dalam sistem pendidikan dapat diartikan bahwa hasil pendidikan harus memberikan dampak bagi pemenuhan kebutuhan kerja, kehidupan masyarakat, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Oleh karena itu perlu disesuaikan dengan tujuan masing-masing jenjang, jenis dan jalur pendidikan.

g. Angkatan Kerja

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Kota Bogor tahun 2013 adalah 59,74 hal ini menunjukkan dari 100 penduduk usia 15 tahun keatas terdapat sekitar 60 orang diantaranya yang termasuk ke dalam angkatan kerja, atau dapat diartikan sekitar 60 persen penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomis. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Bogor tahun 2012 sebesar 9,33 persen dan sedikit mengalami kenaikan menjadi 9,80 persen ditahun 2013 atau dapat diartikan dari 100 penduduk yang termasuk angkatan kerja, secara rata-rata 10 orang diantaranya adalah pencari kerja atau pengangguran ditahun 2013 dan menjadi 9 pengangguran tahun 2012. Tingkat Kesempatan Kerja adalah banyaknya penduduk usia kerja yang terserap dalam pasar kerja, atau penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja. Dengan TPT 9,80 persen menunjukkan bahwa tingkat kesempatan kerja yang tersedia sebesar 90,67 persen atau dari 100 angkatan kerja, sekitar 91 orang diantaranya sudah bekerja.

(6)

h. Potensi IKM dan UMKM

Perusahaan industri di Kota Bogor mengalami kenaikan investasi dan kenaikan daya serap tenaga kerja. Industri kimia, agro dan hasil hutan selama tahun 2013 memiliki investasi sebesar Rp.370,27 milyar rupiah dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 21.989 orang. Sedangkan industri logam, mesin, elektronik dan aneka pada tahun 2013 memiliki investasi sebesar 383,20 milyar rupiah dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 36.177 orang.

Dalam kelompok industri logam, mesin, elektronik dan aneka, Industri tekstil menjadi industri terbesar dengan investasi sebesar 214,58 milyar rupiah dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 21.769 orang. Sedangkan pada kelompok industry kimia, agro dan hasil hutan, industry minuman merupakan yang terbesar dengan investasi sebesar 117,37 milyar rupiah dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 1.885 orang.

Modal koperasi pada tahun 2013 terbanyak adalah koperasi konsumsi dengan nilai modal sebesar 92,50 milyar rupiah yang berasal dari modal sendiri dan sebesar 153,35 milyar rupiah yang berasal dari modal luar.

B. Peluang dan Tantangan Kota Bogor

Hasil identiikasi terdapat beberapa peluang yang dapat juga menjadi tantangan Kota Bogor dikaitkan dengan potensi unggulan yang ada, khususnya usaha yang bergerak disektor barang dan jasa serta sektor pendukung lainnya seperti infrastruktur dan sektor logistik. Kondisi ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

No. Uraian Kondisi

1 Jumlah unit usaha 10.799 unit usaha (data bps

2014)

2 Jumlah tenaga kerja 173.202 orang

3 Nilai investai Rp.

2.222.175.263.030,-4 Kesesuai hasil produksi IKM dan UMKM (kualitas produk)

43 % Kurang berkualitas

5 Pemasaran hasil produksi 45 % Berorientasi pasar luar negeri

6 Potensi modal yg dimiliki untuk

mengembangkan produk 57 % tidak tersedia

7 Potensi tenaga kerja yg dibutuhkan utk mengembangkan usaha

43 % kurang tersedia

8 Kompetensi tenaga kerja yang dimiliki pelaku usaha dalam meningkatkan daya saing

(7)

No. Uraian Kondisi

kurang inovatif 12 Motivasi bisnis pemilik usaha dalam

menjalankan usaha

38 % kurang berorientasi bisnis

13 Kemudahan memperoleh bahan baku produksi 43 % tidak mudah 14 Kersediaan alat-alat produksi utk

meningkatkan kualitas dan kuantitas produk 48% tidak tersedia 15 Ketrampilan yg dimiliki pelaku usaha utk

mengembangkan usahanya kedepan

57 % kurang dan perlu peningkatan

16 Kebutuhan dana usaha 57 % pergi ke lembaga keuangan mikro

17 Pengetahuan/pemahaman tentang MEA 43 % tidak mengetahui

C. Daya Saing Kota Bogor menjelang MEA 2015;

Berdasarkan aspek daya saing Kota Bogor menjelang MEA 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Postur Ekonomi Kota Bogor

a. Luas wilayah 118.50 km2 atau 0,27 % dari luas Provinsi Jawa Barat; b. Administrasi terdiri dari 6 kecamatan dengan 68 kelurahan;

c. Inflasi sekitar 8,55%;

d. Pertumbuhan ekonomi Kota Bogor 6 % (tinggi data BPS), dan stabil 6,16 % pada 3 tahun terakhir.

2) Daya Saing Perdagangan Barang

a. Nilai ekspor non migas meningkat 4,20% dari tahun sebelumnya b. Nilai ekspor selama ini didominasi oleh barang-barang jadi seperti

ban kendaraan bermotor dengan nilai ekspor 55,31 juta US$ kemudian pakaian jadi dengan nilai ekspor sebesar 45,28 juta US$, Sedangkan barang furniture menghasilkan nilai ekspor sebesar 24,97 juta US$.

c. Produk yang berpotensi menjadi unggulan di Kota Bogor adalah produk makanan dan minuman, obat-obatan dan pertekstilan, lainnya seperti busana muslim, ikan hias, kerajinan mainan anak dari kayu, kerajinan daur ulang kertas, minyak atsiri, kerajinan bordir, serpihan kayu gaharu dan kayu cendana, sari mengkudu, bola kaki, dupa dan limbah gatiara.

3) Daya Saing Perdagangan Jasa

a. Kontribusi sektor jasa (sektor tersier) dalam perekonomian Kota Bogor saat ini mencapai sekitar 61,67% terhadap PDRB.

(8)

a. Investasi di Kota Bogor dari tahun ke tahun naik, kenaikan nilai investasi disebabkan adanya kenaikan jumlah perusahaan industry seperti industri kimia agro 2.561 unit, industri logam, mesin, elektronik dan aneka sebanyak 1.196 unit.

b. Jumlah perusahaan perdagangan dari tahun ketahun mengalami peningkatan, berdasarkan SIUP sebanyak 10.394 unit perdagangan besar 241 unit, menengah 1.460 unit dan perdagangan kecil 8.593 unit. 5) Daya Sektor Pendukung

Infrastruktur, rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan pada tahun 2 mengalami peningkatan 47,27%

6) Daya Sumber Daya Manusia

a. IPM Kota Bogor 73,10

b. IPM Kota Bogor meningkat 0,35 point. Nilai ini menurut UNDP termasuk ke dalam“Tingkat Pembangunan Manusia menengah atas”;

c. Angka melek huruf 99,05%;

d. Rata-rata lama sekolah 9 tahun;

e. Kota Bogor peringkat ke-5 tertinggi dari 26 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat;

f. Persentase tingkat pendidikan 25,90% lulus SD, 21,38% lulus SMA, 18,51 lulus SLTP, dan 16,45 tidak lulus SD.

g. Kompetensi, lulus SMA kejuruan 8,51%, lulus S1/D4 5,96%, lulus D3 2,33%, lulus DI/D2 0,66%, lulus S2/S3 0,30%.

h. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 59,74 (menunjukkan dari 100 penduduk usia 15 tahun keatas terdapat sekitar 60 orang diantaranya yg termasuk ke dalam angkatan kerja, atau dapat diartikan sekitar 60% penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomis.

i. Tingkat Pengangguran Terbuka 9,80%, dapat diartikan dari 100 penduduk yang termasuk angkatan kerja, secara rata-rata 10 orang diantaranya adalah pencari kerja atau pengangguran.

j. Jumlah penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja di Kota Bogor 403.628 orang, dan yang terbanyak atau sebanyak bekerja disektor perdagangan besar, eceran dan rumah makan yakni sebesar 33,22 % dan 24,91 % bekerja pada sektor jasa kemasyarakatan.

k. Angka melek huruf merupakan komponen yang sudah menunjukkan keadaan yang baik, ditunjukkan dengan indeks yang tinggi, namun angka daya beli masyarakat masih rendah sehingga perlu mendapat perhatian.

l. Kemampuan daya beli masyarakat Kota Bogor rata-rata Rp 657.970 perkapita sebulan pada kelompok pengeluaran paket komoditas, 27 komoditi dengan deflate (pembanding) harga komoditi di DKI Jakarta (Jakarta Selatan).

5.2. Rekomendasi

(9)

a. Menyusun langkah-langkah strategis yang perlu dilakukan untuk mengambil manfaat yang seoptimal mungkin dari pemberlakuan MEA 2015. Langkah strategis yang diambil menitikberatkan pada 5 (lima) strategi, yaitu peningkatan teknologi dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna, peningkatan kreativitas dan penumbuhan inovasi pagi pelaku usaha, pemberdayaan SDM pelaku usaha dan peningkatan skill/keahlian pekerja, fasilitasi modal atau alat untuk IKM dan UMKM dan strategi terakhir adalah peningkatan promosi bagi produk unggulan daerah. Melalui strategi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing IKM dan UMKM di Kota Bogor, dapat dilihat pada gambar berikut.

Strategi Percepatan Pembangunan Kota Bogor menjelang MEA 2015

b. Untuk mendukung langkah strategis dalam menghadapi terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, maka disusun suatu Rencana Aksi. Rencana Aksi ini memuat secara lebih terperinci langkah-langkah yang perlu dilaksanakan dalam rangka meningkatkan daya saing Kota Bogor dan memanfaatkan peluang dari terbentuknya MEA 2015.

NO. PROGRAM/KEGIATAN TAHUN KETERLIBATAN INSTANSI 2016 2017 2018 2019 2020

1 Program Pengembangan IKM dan

UMKM Dinas Koperasi dan UMKM & Dinas Perindustrian dan

Perdagangan a. Peningkatan kualitas produksi

olahan makan dan minuman √ √ √ √ √

b. Pengembangan olahan pangan

tradisional √ √ √ √ √

(10)

NO. PROGRAM/KEGIATAN TAHUN KETERLIBATAN INSTANSI 2016 2017 2018 2019 2020

d. Peningkatan sertifikasi dan standarisasi produk IKM dan UMKM

√ √

e. Penerapan SNI produk IKM √

f. Fasilitasi pengembanagan

desain produk unggulan √ √ √ √ √

j. Bimbingan teknis peningkatan keterampilan IKM

√ √ √ √ √

k. Forum temu usaha antara IKM dengan pengguna atau buyer

√ √

l. Pengembangan usaha industri

kecil OVOP √ √

c. Pletihan pengolahan UKM berbasis IT

√ √ √ √ √

d. Fasiltasi promosi IKM √ √ √ √ √

e. Pengembanagan sistem

informasi bisnis UMKM √ √ √ √ √

f. Pengembangan layanan

promosi interaktif. √ √ √ √ √

3 Program penciptaan Iklim Usaha Kecil dan Menengah yang

b. Optimalisasi akses permodalan

bagi UMKM √ √ √ √ √

c. Temu bisnis/usaha kemitraan √ √ √ √ √

d. Bimtek perkoperasina bagi LKM √ √ √ √ √

4 Program perlindungan konsumen

dan pengamanan perdagangan Dinas Koperasi dan UMKM & Dinas Perindustrian Dan Perdagangan

a. Pembinaan dan pengawasan

barang dan jasa yg beredar √ √ √ √ √

b. Peningkatan perlindungan

(11)

NO. PROGRAM/KEGIATAN TAHUN KETERLIBATAN INSTANSI 2016 2017 2018 2019 2020

c. Koordinasi lintas daerah dan pusat dalam rangka pengamanan produk asli daerah

√ √ √ √ √

d. Sosialisasi dan koordinasi penyelenggaraan perlindungan

f. Penyusunan kajian peraturan hukum dibidang perdagangan

g. Penyusunan data base perkembangan kebutuhan dan harga barang penting dan strategis

5 Program peningkatan dan

pengembangan ekspor BAPPEDA, Dinas Perindustrian Dan Perdagangan & Kantor Ketahanan pangan a. Bimbingan teknis prosedur dan

dokumen ekspor impor

√ √ √ √ √

b. Pameran dalam negeri berskala

ekspor √ √ √ √ √

c. Promosi perdagangan luar

negeri temu bisnis √ √ √ √ √

d. Penyebarluasan informasi kerjasama perdagangan internasional

√ √ √ √ √

e. Sosialisasi perdagangan bebas

barang jasa √ √ √ √ √

f. Penyusunan profil komoditas atau produk ekspor

g. Bimbingan teknis pembiayaan ekspor

√ √ √ √ √

h. Kajian potensi produk Kota Bogor utk kerjasama perdagangan

perdagangan dalam negeri BAPPEDA, Dinas Perindustrian Dan Perdagangan & Kantor Ketahanan pangan & Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

a. Pemetaan potensi bisnis unggulan

d. Fasilitasi pengelolaan dan pelayanan HAKI, SNI dan PIRT

(12)

NO. PROGRAM/KEGIATAN TAHUN KETERLIBATAN INSTANSI 2016 2017 2018 2019 2020

e. Pameran produk unggulan √ √ √ √ √

f. Kajian pengaruh faktor produksi dan non produksi (kebijakan) terhadap perkembangan harga dan stok bahan pokok di pasar

g. Penyusunan kajian peta

distribusi produk unggulan √

h. Penyusunan databese sarana dan prasarana sektor perdagangan

i. Workshop pengembangan usaha perdaganagan

k. Fasilitasi penerbitasn izin usaha perdaganagan seerta rekomendasi perizinan erdaganagan

√ √ √ √ √

l. Fasilitasi forum kemitraan UMKM dengan toko modern dan pelaku usaha lain.

√ √ √ √ √

m. Fasilitasi pengembangan kelembagaan dan atau

permodalan dan atau teknologi di sektor perdaganagan

√ √ √ √ √

n. Fasilitasi peningkatan teknologi multimedia atau online dalam rangka menunjang usaha perdagangan

√ √ √ √ √

o. Fasilitasi peningkatan produk

dalam negeri √ √ √ √ √

p. Optimalisasi layanan bisnis dan

HAKI √ √

q. Talk show di media tenatang HAKI

a. Pengembangan dan pelayanan

Teknologi Tepat Guna √ √ √ √ √

b. Pengembangan dan

PemanfaatanTeknologi Tepat Guna √ √ √ √ √

c. Kerjasama dengan lembaga penelitian dalam pemanfaatan Teknologi Tepat Guna

√ √ √ √ √

d. Identifikasi kebutuhan ATG bagi IKM

e. Peningkatan kemempuan

rekayasa √ √ √ √ √

8 Program peningkatan kapasitas

(13)

NO. PROGRAM/KEGIATAN TAHUN KETERLIBATAN INSTANSI 2016 2017 2018 2019 2020

a. Penyusunan kurikulum lokal dengan muatan kewirausahaan (SD-SMU)

b. Penguatan kebanggan produk

lokal (Aku Cinta Produk Indonesia) √ √ √ √ √

c. Kerjasama TOT dengan perusahaan

√ √ √ √ √

d. Kaji Terap Kelurahan SIAP MEA √ e. Peningkatan kemempuan

rekayasa √ √ √ √ √

f. Identifikasi kebutuhan

kualifikasi tenaga kerja sektor jasa. √

g. Pengembangan lembaga

ekonomi kelurahan √ √ √ √ √

i. Peningkatan kemampuan berhasa asing bagi pelaku usaha IKM dan UMKM

√ √ √ √ √

Gambar

gambar berikut.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hasil dalam penelitian ini, maka dapat disusun menggunakan tabel penolong untuk test wilcoxon yang bertujuan menguji kebenaran hipotesis alternatif

3 Dalam desain ini, sebelum perlakuan diberikan terlebih dahulu sampel diberi pretest (tes awal) dan di akhir pembelajaran sampel diberi posttest (tes akhir). Desain

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) aspek kebahasaan sastra anak terefleksi melalui struktur kalimat, diksi, gaya bahasa, kesemuanya dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca

sebagai Band Indie di Kota Solo Komposisi musik yang diciptakan Banyak kelompok musik yang oleh kelompok musik Soloensis mayoritas berproses kreatif dengan warna musik

Dalam kegiatan Pelayanan Purna Jual ada beberapa unsur yang perlu diketahui (Hindle dan Thomas dalam Fandy Tjiptono, 2008) yaitu Ada empat indikator dalam layanan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi yang menggunakan analisa regresi linier berganda sebagai alat analisa untuk mengetahui pengaruh

Contoh indikator alarm termasuk sirene, kotak pop-up di layar, atau area berwarna atau berkedip pada layar (yang mungkin bertindak dengan cara yang mirip dengan

Manfaat bagi Institusi Dinas Kesehatan adalah agar Institusi Dinas Kesehatan dapat membuat kebijakan, mempromosikan dan memperkenalkan edukasi tentang skizofrenia supaya