• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Metode Fuzzy Mamdani Untuk Mengukur Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penggunaan Metode Fuzzy Mamdani Untuk Mengukur Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

REYHAN SAMANTHA DESTIKA

081402001

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Teknologi Informasi

REYHAN SAMANTHA DESTIKA 081402001

PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul : PENGGUNAAN METODE FUZZY MAMDANI UNTUK MENGUKUR KECERDASAN EMOSI ANAK USIA DINI

Kategori : SKRIPSI

Nama : REYHAN SAMANTHA DESTIKA

Nomor Induk Mahasiswa : 081402001

Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI

Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI

INFORMASI (FASILKOM-TI) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli2014 Komisi Pembimbing :

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Syahril Efendi, S.Si., M.IT Mhd. Anggia Muchtar, ST., MMIT NIP 196711101996021001 NIP 198001102008011010

Diketahui/Disetujui oleh

Program Studi S1 Teknologi Informasi Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PENGGUNAAN METODE FUZZY MAMDANI UNTUK MENGUKUR KECERDASAN EMOSI ANAK USIA DINI

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli2014

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Informasi, Program Studi S1 Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Syahril Efendi, S.Si. M.IT. selaku pembimbing satu dan Bapak Mhd. Anggia Muchtar, ST., MMIT. selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memotivasi dan memberikan kritik dan saran kepada penulis. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Dedy Arisandi, ST., M.Kom. dan Bapak Mohammad Fadly Syahputra, B.Sc, M.Sc.IT yang telah bersedia menjadi dosen pembanding. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi Teknologi Informasi, Bapak Mhd. Anggia Muchtar, ST., MMIT. dan Bapak Mohammad Fadly Syahputra, B.Sc, M.Sc.IT. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara, semua dosen serta pegawai di Program Studi S1 Teknologi Informasi.

(6)

ABSTRAK

Sejak kecerdasan emosi mulai dipopulerkan oleh Daniel Goleman di tahun 1995, para orang tua semakin sadar dan yakin bahwa keberhasilan anak tidak hanya cukup dengan keterampilan teknis dan pengetahuan ilmiah, namun juga dipengaruhi oleh kemampuan anak dalam mengendalikan emosi mereka. Semakin tinggi kesadaran orang tua untuk mengetahui kemampuan anak mereka dalam mengendalikan emosi menjadi alasan untuk membuat sistem yang mampu menganalisis karakteristik dari kecerdasan emosi anak usia dini. Karakteristik yang terdapat pada anak usia dini dijadikan sebagai variabel masukan pada penelitian. Skala likert akan digunakan untuk menganalisis karakteristik anak, dan nilai setiap variabel ditentukan dengan representasi kurva segitiga. Variabel masukan pada sistem terdiri dari 5 variabel, yaitu kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati dan membina hubungan. Nilai dari kelima variabel akan dihitung dengan menggunakan metode fuzzy. Metode ini cukup efisien digunakan untuk menentukan nilai dari kecerdasan emosi tersebut. Sistem ini akan menghitung nilai kecerdasan emosi berdasarkan karakteristik yang ada pada anak usia dini. Para orang tua hanya perlu menggunakan sistem untuk mengetahui secara dini perkembangan kecerdasan emosi tanpa harus bertanya langsung ke pakarnya. Keluaran yang dihasilkan oleh sistem berupa nilai dari kecerdasan emosi anak dan informasi dari kategori nilai yang diperoleh.

(7)

THE USE OF MAMDANI FUZZY METHODS FOR MEASURING EMOTIONAL INTELLIGENCE IN EARLY CHILDHOOD

ABSTRACT

Since emotional intelligence popularized by Daniel Goleman in 1995, parents are increasingly aware and convinced that the success of a child is not just enough with the technical skills and scientific knowledge, but also influenced by the child's ability to control their emotions. The higher the awareness of parents to know their child's ability to control emotions is the reason to create a system capable of analyzing the characteristics of earl y childhood emotional intelligence. Characteristics found in early childhood used as input variables in the study. Likert scale will be used to analyze the characteristics of the child, and the value of each variable is determined by the triangular representation of the curve. Variable input to the system consists of 5 variables, namely self-awareness, managing emotions, emotions productively utilize, empathy and build relationships. Values of the five variables will be calculated by using the method of fuzzy. This method is efficient enough to use to determine the value of emotional intelligence. This system will calculate the value of emotional intelligence based on characteristics present in early childhood. Parents just need to use the system to determine early development of emotional intelligence without having to ask directly to the experts. Output generated by the system in the form of the value of the child's emotional intelligence and information obtained from the value category.

(8)

DAFTAR ISI

1.7 Sistematika Penulisan 6

Bab 2 Landasan Teori 8

2.2.4 Fuzzy Inference System (FIS) 12

2.2.5. Proses Inferensi Fuzzy 14

2.3 Teknik Pengukuran Skala Psikologi 15

2.3.1 Karakteristik Skala Psikologi 15

2.3.2 Tingkat Pengukuran Skala Psikologi 16

2.3.3 Skala Likert 16

2.3.4 Reliabilitas dan Validitas Pengukuran 17

2.4 Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini 19

2.4.1 Pengertian Kecerdasan Emosi 19

2.4.2 Faktor – faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak 23

2.4.3 Stimulasi Kecerdasan Emosi 24

2.4.4 Jenis-jenis Prakiraan 25

2.4.5 Pengukuran Prakiraan 26

Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem 28

3.1 Objek Penelitian 28

(9)

3.2.2 Tahap analisis 29

3.3 Tahap Perancangan Sistem 31

3.3.1 Use Case Diagram 32

3.3.2 Context Diagram 36

3.3.3 Sequence Diagram Model 37

3.4 Metode Fuzzy 41

3.4.1 Pembentukan himpunan fuzzy 41

3.4.2 Pembentukan aturan fuzzy 48

3.5 Pembuatan sistem 54

3.6 Uji coba sistem 54

3.6.1 Pengujian software 54

3.6.2 Pengujian metode 54

3.7 Penyusunan laporan hasil penelitian 55

Bab 4 Implementasi dan Pengujian Sistem 56

4.1 Implementasi Sistem 56

4.2 Tampilan Aplikasi 56

4.2.1 Tampilan halaman awal 56

4.2.2 Tampilan halaman diagnosis 59

4.3 Tampilan halaman admin 62

4.3.1 Tampilan halaman login 62

4.3.2 Tampilan halaman home 62

4.4 Penentuan Nilai EQ 64

4.5 Pembahasan 72

4.6 Pengujian Sistem 74

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 76

5.1 Kesimpulan 76

5.2 Saran 76

Daftar Pustaka 78

(10)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Karakteristik Skala 16

Tabel 2.2 Aspek emosi dan karakteristik perilakunya 21

Tabel 3.1 Tabel Aspek Emosi 30

Tabel 3.2 Skenario Use Case Registrasi 33

Tabel 3.3 Skenario use case login 33

Tabel 3.4 Menjawab Pertanyaan 34

Tabel 3.5 Skenario Lihat Hasil Pengukuran 34

Tabel 3.6 Skenario login admin 35

Tabel 3.7 Skenario Update Pertanyaan dan Bobot 35

Tabel 3.8 Skenario lihat history pasien 36

Tabel 3.9 Semesta Pembicaraan untuk Setiap Variabel Fuzzy. 41

Tabel 3.10 Himpunan Fuzzy 42

Tabel 3.11 Aturan-Aturan Fuzzy 49

Tabel 3.12 Item Pengujian 54

Tabel 3.13 Pengujian Metode 55

Tabel 4.1 Hasil pengujian Software DSS 73

(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Proses Inferensi Fuzzy 10

Gambar 2.2 Representasi Kurva Trapesium 11

Gambar 2.3 Representasi Kurva Bahu 12

Gambar 2.4 Proses Inferensi Fuzzy Mamdani 14

Gambar 3.1 Arsitektur Aplikasi 32

Gambar 3.2 Use Case Diagram 32

Gambar 3.3 Context Diagram 36

Gambar 3.4 Sequence Diagram Registrasi 37

Gambar 3.5 Sequence Diagram Login 38

Gambar 3.6 Sequence Diagram Menampilkan Pertanyaan 38

Gambar 3.7 Sequence Diagram Lihat Hasil 39

Gambar 3.8 Sequence Diagram Login Admin 39

Gambar 3.9 Sequence Diagram Update Pertanyaan dan Bobot 40 Gambar 3.10 Sequence Diagram Lihat History Pasien 40 Gambar 3.11 Himpunan FuzzyKesadaran Diri, Mengelola Emosi, Memanfaatkan

Emosi Secara Produktif, dan Empati 43

Gambar 3.12 Himpunan Fuzzy Membina Hubungan 45 Gambar 3.13 Himpunan FuzzyEmotional Quetient 47

Gambar 3.14 Proses Inferensi Fuzzy 52

Gambar 3.15 Flowchart Inferensi Fuzzy 53

Gambar 4.1 Halaman Awal aplikasi 57

Gambar 4.2 Petunjuk Penggunaan 57

Gambar 4.3 Menu Sign Up 58

Gambar 4.4 Login 58

Gambar 4.5 Angket Kesadaran diri 59

Gambar 4.6 Angket Mengelola Emosi 59

Gambar 4.7 Angket Memanfaatkan Emosi Secara Produktif 60

Gambar 4.8 Angket Empati 60

Gambar 4.9 Angket Membina Hubungan 61

Gambar 4.10 Hasil EQ 61

Gambar 4.11 Halaman Admin 62

Gambar 4.12 Halaman Home Admin/Edit User 62

Gambar 4.13 Halaman Pertanyaan 63

Gambar 4.14 History User 63

Gambar 4.15 Himpunan Fuzzy Kesadaran diri 26 64 Gambar 4.16 Himpunan Fuzzy Mengelola Emosi 26 65

Gambar 4.17 Himpunan Fuzzy MEP 25 66

Gambar 4.18 Himpunan Fuzzy Empati 23 67

Gambar 4.19 Himpunan Fuzzy Membina Hubungan 27 68

(12)

ABSTRAK

Sejak kecerdasan emosi mulai dipopulerkan oleh Daniel Goleman di tahun 1995, para orang tua semakin sadar dan yakin bahwa keberhasilan anak tidak hanya cukup dengan keterampilan teknis dan pengetahuan ilmiah, namun juga dipengaruhi oleh kemampuan anak dalam mengendalikan emosi mereka. Semakin tinggi kesadaran orang tua untuk mengetahui kemampuan anak mereka dalam mengendalikan emosi menjadi alasan untuk membuat sistem yang mampu menganalisis karakteristik dari kecerdasan emosi anak usia dini. Karakteristik yang terdapat pada anak usia dini dijadikan sebagai variabel masukan pada penelitian. Skala likert akan digunakan untuk menganalisis karakteristik anak, dan nilai setiap variabel ditentukan dengan representasi kurva segitiga. Variabel masukan pada sistem terdiri dari 5 variabel, yaitu kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati dan membina hubungan. Nilai dari kelima variabel akan dihitung dengan menggunakan metode fuzzy. Metode ini cukup efisien digunakan untuk menentukan nilai dari kecerdasan emosi tersebut. Sistem ini akan menghitung nilai kecerdasan emosi berdasarkan karakteristik yang ada pada anak usia dini. Para orang tua hanya perlu menggunakan sistem untuk mengetahui secara dini perkembangan kecerdasan emosi tanpa harus bertanya langsung ke pakarnya. Keluaran yang dihasilkan oleh sistem berupa nilai dari kecerdasan emosi anak dan informasi dari kategori nilai yang diperoleh.

(13)

THE USE OF MAMDANI FUZZY METHODS FOR MEASURING EMOTIONAL INTELLIGENCE IN EARLY CHILDHOOD

ABSTRACT

Since emotional intelligence popularized by Daniel Goleman in 1995, parents are increasingly aware and convinced that the success of a child is not just enough with the technical skills and scientific knowledge, but also influenced by the child's ability to control their emotions. The higher the awareness of parents to know their child's ability to control emotions is the reason to create a system capable of analyzing the characteristics of earl y childhood emotional intelligence. Characteristics found in early childhood used as input variables in the study. Likert scale will be used to analyze the characteristics of the child, and the value of each variable is determined by the triangular representation of the curve. Variable input to the system consists of 5 variables, namely self-awareness, managing emotions, emotions productively utilize, empathy and build relationships. Values of the five variables will be calculated by using the method of fuzzy. This method is efficient enough to use to determine the value of emotional intelligence. This system will calculate the value of emotional intelligence based on characteristics present in early childhood. Parents just need to use the system to determine early development of emotional intelligence without having to ask directly to the experts. Output generated by the system in the form of the value of the child's emotional intelligence and information obtained from the value category.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor yang semakin tinggi mengakibatkan individu semakin rentan mengalami berbagai gangguan baik fisik maupun psikologis. Gangguan psikologis seperti kecemasan, stress, frustasi, agresivitas, perilaku anarkis, dan gangguan emosi lain semakin meningkat (Mashar, 2011).

Menurut Hidayat (2004), pada tahun 2004 terdapat 16 kasus bunuh diri anak terjadi di Indonesia. Kasus bunuh diri anak dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan diantaranya, kenaikan sebesar 120% (0,8-1,7 per 100.000/tahun) untuk kasus bunuh diri anak berusia dibawah 15 tahun dan 8,5-10,9 per 100.000/tahun untuk anak usia 15-19 tahun. Penyebab yang melatarbelakangi kasus-kasus bunuh diri ini bukan masalah-masalah berat, tetapi masalah yang bagi sebagian orang terkesan ringan.

(15)

Berdasarkan teori perkembangan dalam Papalia, Olds, dan Feldman (2002) dan Santrock (2002), menyatakan bahwa periode anak merupakan tahap awal kehidupan individu yang akan menentukan sikap, nilai, perilaku, dan kepribadian individu di masa depan. Orang tua dan tenaga pendidik harus memberikan perhatian terhadap pentingnya periode usia dini sebagai masa tumbuh kembang anak. Orang tua dan pendidik harus memiliki kemampuan untuk memberikan rangsangan emosi bagi anak.

Guna mempermudah pemahaman terhadap emosi, diperlukan suatu pengukuran yang dapat membedakan kondisi emosi individu satu dengan yang lain. Pada beberapa individu seperti anak yang mengalami gangguan psikiatrik, mental retardasi, anak-anak, dan bayi pengukuran emosi dapat dilakukan dengan menggunakan skala rating. Pengukuran dengan rating behavior, data dikumpulkan melalui perspektif pihak ketiga. (Mashar, 2011)

Skala Likert merupakan jenis skala yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian (fenomena sosial spesifik), seperti sikap, pendapat, dan persepsi sosial seseorang atau sekelompok orang. Dengan menggunakan skala likert emosi anak akan diukur menggunakan lima aspek emosi berdasarkan pendapat Goleman. Kelima aspek tersebut akan dihitung untuk mendapatkan seberapa besar nilai emosi anak yang dimilikinya.

Dalam menentukan nilai EQ dengan skala likert menggunakan logika fuzzy akan diinputkan lima aspek emosi diantaranya, kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi, empati dan membina hubungan. Serta satu output yaitu, output nilai EQ. Setiap aspek dibagi menjadi tiga ketegori yaitu, rendah, sedang, dan tinggi.

Logika fuzzy merupakan logika yang mempunyai konsep kebenaran sebagian, dimana logika fuzzy memungkinkan nilai keanggotaan antara 0 dan 1. Sedangkan logika klasik menyatakan bahwa segala hal dapat di ekspresikan dalam nilai kebenaran 0 atau 1. Kemampuan logika fuzzy dapat memetakan suatu input ke dalam suatu output tanpa mengabaikan faktor-faktor yang ada. Sehingga fuzzy memiliki toleransi dan fleksibel terhadap data-data yang dimiliki.

(16)

sangat kaku, karena dengan adanya perubahan yang kecil saja terhadap nilai mengakibatkan perbedaan kategori. Himpunan fuzzy digunakan untuk mengantisipasi hal tersebut, karena dapat memberikan toleransi terhadap nilai sehingga dengan adanya perubahan sedikit pada nilai tidak akan memberikan perbedaan yang signifikan. Metode yang dapat digunakan dalam pengaplikasian logika fuzzy dalam penentuan EQ adalah metode Mamdani, metode Tsukamoto, dan metode Takagi Sugeno (Wulandari, 2011).

Sistem inferensi fuzzy Metode Mamdani dikenal juga dengan nama metode Min-Max, yaitu dengan mencari nilai minimum dari setiap aturan dan nilai maksimum dari gabungan konsekuensi setiap aturan tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Ebrahim H. Mamdani pada tahun 1975. Metode Mamdani cocok digunakan apabila input diterima dari manusia bukan mesin. Metode ini juga lebih diterima oleh banyak pihak dari pada metode Tsukamoto dan Takagi Sugeno.

Dengan kemajuan teknologi yang semakin cepat, pengembangan sistem pakar dibidang kesehatan juga bergerak maju diantaranya: diagnosa awal penyakit mulut dengan menggunakan fuzzy, dalam penelitian ini system memberikan diagnosis awal penyakit mulut berdasarkan gejala dan intensitas gejala-gejala yang terlihat dari luar. (Simanjuntak, 2011), penggunaan fuzzy untuk diagnosis penyakit THT, dengan menggunakan forward chaining dan metode fuzzy sets dapat diperoleh nilai kemungkinan penyakit yang dialami pasien untuk mengatasi ketidakpastian pada kasus diagnose awal THT (Sinaga, 2010), Sistem pakar untuk mendeteksi penyakit DBD dengan memasukkan gejala yang dialami oleh user, sistem akan mengeluarkan output berupa nilai dari deteksi penyakit DBD, nilai deteksi dihitung dengan menggunakan fuzzy (Jaya., Josua., & Saliwijaya, 2011), Penentuan nutrisi untuk penderita diabetes menggunakan metode fuzzy untuk menentukan status gizi dari tinggi dan berat badan kemudian menentukan seberapa parah komplikasi yang diderita dengan memfuzzykan input hasil etiologi laboratorium dan komplikasi yang ditanyakan system, maka akan muncul hasil output hasil gizi, hasil diet, menu diet dan parah tidaknya komplikasi yang diderita pasien (Ayuningtyas & Martiana, 2013).

(17)

Oleh karena itu pada penulisan tugas akhir ini penulis akan merancang sebuah mobile application pada smartphone android yang menerapkan logika fuzzy untuk mengukur kecerdasan emosi (EQ) anak usia dini. Sehingga dalam penelitian ini dapat memudahkan orang tua memperoleh informasi EQ anak usia dini tanpa dibatasi waktu dan tempat.

1.2Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi masalah adalah bagaimana merancang sistem untuk mengukur EQ anak menggunakan skala likert agar memudahkan orang tua dalam memperoleh informasi nilai EQ anak usia dini tanpa dibatasi waktu, biaya dan tempat.

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah dan untuk menghindari perluasan masalah yang kompleks, maka diperlukan batasan-batasan. Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah:

1. Penentuan EQ anak menggunakan metode fuzzy Mamdani.

2. Penelitian hanya berfokus pada anak usia dini dengan umur 2 - 5 tahun.

3. Perancangan fitur-fitur mobile application android meliputi, tanya jawab untuk orang tua mengenai kecerdasan emosi anak, hasil analisa.

1.4 Tujuan Penelitian

(18)

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Aplikasi yang dibuat dapat digunakan sebagai sarana bantu bagi orang tua untuk memudahkan mereka dalam mengenal kecerdasan emosi anaknya.

2. Dengan menggunakan android diharapkan orang tua akan lebih mudah dan efektif dalam mengenal kecerdasan anak tanpa dibatasi ruang dan waktu.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan beberapa metode untuk mengumpulkan informasi atau data dalam menyelesaikan permasalahan. Adapun metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Pada tahap ini akan dilakukan diskusi dengan para pakar psikolog untuk memperoleh pengetahuan mereka tentang kecerdasan emosi anak usia dini, selain itu juga disertakan studi pustaka dengan mengumpulkan bahan-bahan referensi baik dari buku, artikel, paper, jurnal, makalah, maupun situs internet mengenai cara mendiagnosa perkembangan anak, konsep sistem pakar yang mendasari perkembangan anak, dan beberapa referensi lainnya.

2. Analisa Permasalahan

Pada tahap ini sistem akan dikembangkan sesuai dengan pengetahuan dasar tentang kecerdasan emosi anak, serta akan diberikan representasi pengetahuan yang digunakan, teknik pengambilan keputusan yang selanjutnya akan diterapkan ke dalam sistem.

(19)

Dengan menggunakan hasil dari studi literatur maka tahap selanjutnya adalah merancang sistem dengan menentukan kondisi akhir dari aplikasi yang akan dibangun dan menentukan cara yang digunakan untuk memperoleh hasil akhir. 4. Implementasi Sistem

Pada tahap ini sistem yang telah dirancang sebelumnya, akan dilakukan pengkodean dengan menggunakan pemograman java android menggunakan eclipse.

5. Pengujian dan Perbaikan

Pada tahap ini sistem pakar yang telah dibuat akan diuji kinerjanya dengan mencari kelemahan yang terdapat pada sistem pakar serta keakuratan dalam menentukan hasil konsultasinya kemudian melakukan perbaikan pada sistem sehingga sistem dapat berjalan dengan lebih baik.

6. Dokumentasi dan Penyusunan Laporan

Pada tahap ini akan dilakukan dokumentasi dari hasil akhir program yang telah dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan hasil dari penelitian dan menyusun laporan hasil analisis dan perancangan ke dalam format penulisan skripsi.

1.7 Sistematika Penulisan

Agar penulisan ini menjadi lebih terstruktur, maka penulisan ini dibagi menjadi lima bab sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Pada bab ini dibahas mengenai teori prakiraan, kecerdasan emosi anak usia dini, logika fuzzy serta teori lainnya yang mendukung pembuatan aplikasi.

(20)

Pada bab ini akan dilakukan suatu analisis sistem yang sedang berjalan, perancangan Data Flow Diagram (DFD), flowchart, sequence diagram dan perancangan sistem yang membahas tentang variabel yang menentukan tingkat EQ anak ke dalam himpunan fuzzy.

BAB 4 EVALUASI DAN IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini membahas implementasi dari aplikasi yang dirancang ke dalam bahasa pemograman dan melakukan pengujian aplikasi yang telah dibangun.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

(21)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor yang semakin tinggi mengakibatkan individu semakin rentan mengalami berbagai gangguan baik fisik maupun psikologis. Gangguan psikologis seperti kecemasan, stress, frustasi, agresivitas, perilaku anarkis, dan gangguan emosi lain semakin meningkat (Mashar, 2011).

Perilaku menyimpang pada anak, seperti berbagai kasus bunuh diri yang terjadi merupakan salah satu indikasi ketidaksiapan anak menyikapi kondisi lingkungan sekitarnya. Rasa kecewa, malu, amarah, dan perasaan-perasaan negatif lain yang bersifat destruktif bersumber pada ketidakmampuan anak mengenali dan mengelola emosi, serta memotivasi diri. Menurut Goleman (1995), kondisi ini merupakan cerminan kecerdasan emosi yang rendah.

Menurut LaFreniere (2000), emosi merupakan sentral guna memahami respon adaptif terhadap lingkungan. Bagi manusia, emosi memainkan peranan pemandu yang selaras dengan insting pada binatang. Emosi juga memainkan peranan kritis dalam munculnya psikopatologi atau gangguan psikis pada individu. Sehingga para orang tua dan pendidik harus memberi perhatian yang ketat terhadap pengembangan stimulasi emosi anak.

(22)

Logika fuzzy juga sangat fleksibel artinya mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan dan ketidakpastian yang menyertai permasalahan, serta mampu memodelkan fungsi non linier yang sangat kompleks dan dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan (Wulandari, 2011).

Menurut Anastasi (1993), pengukuran yang baik perlu memenuhi syarat alat ukur yang baik pula, yaitu: valid (content validity, criterion validity, dan construct validity reliable (stabilitas dan ekuivalensi), standar, objektif, komprehensif, diskriminatif, mudah penggunaanya, dan murah. Banyak ahli emosi menyatakan bahwa tidak ada satu metode tunggal yang benar-benar mampu mengukur emosi secara tepat. Diperlukan beberapa teknik guna memperoleh fenomena emosi secara menyeluruh, karena tidak ada satu pun pengukuran emosi yang memberi standar emas dalam pengukuran emosi (Plutchik 2003).

Ada perbedaan nilai EQ dan status EQ antara penggunaan logika fuzzy dengan logika tegas berdasarkan skala likert. Penggunaan logika fuzzy memungkinkan nilai EQ termasuk ke dalam tiga kategori. Sehingga untuk menentukan stastus EQnya, yaitu dengan mengambil derajat keanggotaan tertinggi dari nilai EQ tersebut. Penentuan status EQ dengan logika tegas mempunyai nilai – nilai kritis, dimana ada perubahan kecil pada nilai akan mengakibatkan perbedaan kategori. Perbedaan nilai EQ dan status EQ antara penggunaan logika fuzzy dengan logika tegas berdasarkan skala likert terjadi karena input yang digunakan dalam logika tegas adalah bilangan tegas. Sedangkan dalam logika fuzzy, variabel input adalah berupa interval. Penentuan status EQ menggunakan logika fuzzy akan memberikan proses yang lebih halus dari pada menggunakan logika tegas (Wulandari, 2011).

2.2Landasan Teori

Landasan teori terdiri dari materi-materi yang berkaitan dengan sistem inferensi Fuzzy yang digunakan dalam penelitian ini.

2.2.1 Logika Fuzzy

(23)

metodologi kontrol, melainkan sebagai suatu cara pemrosesan data yang memperbolehkan anggota himpunan parsial dari pada anggota himpunan kosong atau non anggota. Kurangnya kemampuan komputer mini pada era 70-an membuat teori himpunan ini tidak diaplikasikan untuk mengontrol sistem. Pada saat itu professor Zadeh mempunyai alasan masyarakat masih belum butuh ketepatan, input informasi numeris dan ketidaksanggupan masyarakat dalam mengontrol adaptif yang tinggi. Implementasi akan menjadi lebih efektif dan efesien jika kontroler dapat diprogram untuk menerima noisy dan input yang tidak teliti. Berikut ini adalah Gambar 2.1 mengenai logika fuzzy secara umum.

Aturan/ Kaidah-Kaidah

Fuzzifikasi Penalaran Defuzzifikasi Output

Input

Gambar 2.1 Proses Inferensi Fuzzy

2.2.2 Himpunan fuzzy

Himpunan fuzzy memiliki fungsi keanggotaan µA(x) yang berada pada nilai antrar

[0,1]. Pada dasarnya himpunan klasik hanya memiliki dua fungsi keanggotaan yaitu 0 dan 1, sedangkan pada himpunan fuzzy memiliki fungsi keanggotaan yang kontiniu dengan range [0,1].

2.2.3 Fungsi Keanggotaan

(24)

a. Kurva Trapesium

Kurva trapesium mempunyai bentuk seperti segitiga, tetapi hanya beberapa titik yang memiliki nilai keanggotaan 1 seperti terlihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Representasi Kurva Trapesium

Fungsi keanggotaannya adalah :

(2.1)

b. Kurva bahu

(25)

Gambar 2.3 Representasi Kurva Bahu

2.2.4 Fuzzy Inference System (FIS)

Dalam penelitian ini akan digunakan metode penalaran dengan menggunakan metode mamdani. Metode ini ditemukan oleh Ebrahim Mamdani pada tahun 1975. Pada penalaran mamdani implikasi menggunakan fungsi minimum dan fungsi agregasi menggunakan nilai maximum. Sehingga metode mamdani dikenal dengan metode max-min. Ada 4 tahapan untuk mendapatkan output dalam mamdani yaitu:

1. Pembentukan Himpunan Fuzzy

Pembentukan himpunan fuzzy dalam mamdani, variabel input maupun variabel output dibagi menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy.

2. Aplikasi Fungsi Implikasi

Fungsi implikasi yang digunakan dalam mamdani adalah fungsi min.

3. Komposisi aturan

Ada 3 metode yang digunakan dalam melakukan inferensi sistem fuzzy yaitu: a. Metode max

Pada metode ini penarikan solusi himpunan fuzzy dilakukan dengan mengambil nilai maksimum aturan, kemudian menggunakannya untuk memodifikasi daerah fuzzy dan mengaplikasikan ke output dengan operator OR.Secara umum dapat dituliskan :

(26)

µsf[xi] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i; µkf[xi] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i;

b. Metode additive

Pada metode ini solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan me Secara umum dituliskan :

µsf[xi] = min (1, µsf[xi] + µkf[xi]) dengan :

µsf[xi] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i; µkf[xi] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i; lakukan bounded-sum terhadap semua output daerah fuzzy.

c. Metode probabilitas OR.

Pada metode ini solusi himpunan fuzzy diperoleh dengan melakukan product terhadap semua daerah output fuzzy. Secara umum dituliskan :

µsf[xi] = (µsf[xi] + µkf[xi]) - (µsf[xi] * µkf[xi]) dengan :

µsf[xi] = nilai keanggotaan solusi fuzzy sampai aturan ke-i; µkf[xi] = nilai keanggotaan konsekuen fuzzy aturan ke-i;

4. Penegasan (defuzzy)

Input dalam proses defuzzy adalah suatu himpunan yang diperoleh dari komposisi aturan fuzzy, sedangkan output yang dihasilkan merupakan suatu bilangan pada domain himpunan fuzzy. Metode defuzzy yang bisa dipakai pada komposisi aturan mamdani:

a. Metode Centroid

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat (z*) daerah fuzzy.

b. Metode Bisektor

(27)

c. Metode Mean of Maximum (MOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai rata-rata domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

d. Metode Largest of Maximum (LOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terbesar dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

e. Metode Smallest of Maximum (SOM)

Pada metode ini, solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil nilai terkecil dari domain yang memiliki nilai keanggotaan maksimum.

2.2.5. Proses Inferensi Fuzzy

Sistem inferensi fuzzy Metode Mamdani dikenal juga dengan nama metode Min-Max, yaitu dengan mencari nilai minimum dari setiap aturan dan nilai maksimum dari gabungan konsekuensi setiap aturan tersebut. Metode Mamdani cocok digunakan apabila input diterima dari manusia bukan mesin. Metode ini juga lebih diterima oleh banyak pihak dari pada metode Tsukamoto dan Takagi. Sugeno. Bagan Fuzzy mamdani Inference System dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Proses Inferensi Fuzzy Mamdani

Berdasarkan Gambar 2.4 diatas untuk memperoleh output fuzzy mamdani harus melalui 6 tahapan diantaranya :

1. Menentukan pembentukan aturan fuzzy

(28)

3. Menggabungkan input yang sudah difuzzyfikasi dengan aturan fuzzy untuk memperoleh rule strength

4. Mencari consequence dari aturan dengan menggabungkan rule strength dengan output fungsi keanggotaan.

5. Menggabungkan consequence dengan metode max untuk memperoleh output distribution

6. Defuzzifikasi output distribution

2.3 Teknik Pengukuran Skala Psikologi

Teknik pengukuran skala psikologi terdiri dari karakteristik skala psikologi, tingkat pengukuran skala psikologi, skala likert, serta reliabilitas dan validitas pengukuran.

2.3.1 Karakteristik Skala Psikologi

Skala psikologi digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian tertentu. Skala psikologi memiliki karakteristik khusus yang dapat membedakannya dari berbagai alat pengumpulan data yang lain seperti angket (questionnaire), daftar isian, inventori, dan lain-lainnya. Didalam percapakan sehari-hari istilah skala sering dikaitkan dengan istilah tes. Namun dalam pengembangan instrumen ukur, umumnya istilah tes digunakan untuk penyebutan alat ukur kemampuan kognitif sedangkan istilah skala lebih banyak dipakai untuk menamakan alat ukur aspek afektif. Berikut adalah karakteristik skala sebagi alat ukur psikologi (Azwar, 2010):

1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

(29)

3. Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar dan salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula.

2.3.2 Tingkat Pengukuran Skala Psikologi

Ada beberapa bentuk skala yang dapat digunakan dalam penelitian. Konseptualisasi skala tersebut didasarkan pada tiga karakteristik sebagai berikut:

1. Urutan bilangan, yaitu sebuah bilangan lebih besar, lebih kecil, atau sama dengan bilangan lain.

2. Urutan perbedaan antara bilangan, yaitu perbedaan antara sepasang bilangan bisa lebih besar, lebih kecil atau sama besar dengan perbedaan sepasang bilangan lainnya.

3. Titik awal yang unik yang menunjukkan bilangan 0.

Tabel 2.1 menjelaskan kombinasi ketiga karakteristik tersebut yang mencakup urutan, perbedaan, titik awal, membentuk 4 klasifikasi skala pengukuran:

Tabel 2.1 Karakteristik Skala

No Tipe Skala Karakteristik Skala Operasi Empiris Dasar

1 Nominal Tidak ada urutan, atau titik awal Penentuan kesamaan 2 Ordinal Ada urutan tetapi tidak ada

perbedaan dan titik awal

Penentuan lebih besar atau lebih kecil

3 Interval Ada urutan dan perbedaan tetapi tidak ada titik awal

Penentuan kesamaan interval atau perbedaan 4 Rasio Ada urutan, perbedaan, dan titik awal Penentuan kesamaan rasio

2.3.3 Skala Likert

(30)

Skala likert adalah metode pengukuran sikap yang banyak digunakan dalam penelitian sosial karena kesederhanaanya. Skala likert sangat bermanfaat untuk mebandingkan skor sikap seseorang dengan distribusi skala dari sekelompok orang lain, serta untuk melihat perkembangan atau perubahan sikap sebelum dan sesudah eksperimen atau kegiatan. Tahap-tahap perancangan skala liker adalah sebagai berikut:

1. Menentukan secara tegas sikap terhadap topik yang diukur.

2. Menentukan secara tegas dimensi yang menyusun sikap tersebut. Dimensi pada dasarnya merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yang menurut likert terdiri dari dimensi kognitif (tahu atau tidak tahu), afektif (perasaan terhadap sesuatu), dan konatif (kecenderungan untuk bertingkah laku).

3. Susun pernyataan-pernyataan atau item yang merupakan alat pengukur dimensi yang menyusun sikap yang akan diukur sesuai dengan indikator. Banyaknya indikator biasanya antara 30-40 item untuk sebuah sikap tertentu. Item-item yang disusun tersebut harus terdiri dari item positif dan item negatif. AItem positif adalah pernyataan yang memberikan isyarat mendukung topik yang sedang diukur, sedangkan aitem negatif melawan topik yang sedang diukur. Item positif dan item negatif harus ditempatkan secara acak.

4. Setiap aitem diberi pilihan respon yang bersifat tertutup. Banyaknya pilihan respon biasanya 3,5,7,9 dan 11.

2.3.4 Reliabilitas dan Validitas Pengukuran

(31)

Konsep reliabilitas alat ukur dan hasil ukur memiliki perbedaan didalam penggunaannya. Konsep reliabilitas sebagai alat ukur berkaitan dengan masalah error pengukuran. Error yang terjadi pada pengukuran dilihat pada sejauhmana inkonsistensi hasil pengukuran bila dilakukan pengukuran berulang-ulang pada subjek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas sebagai hasil ukur berkaitan pada kesalahan dalam pengambilan sampel dan menyebabkan inkonsistensi hasil ukur jika pengukuran dilakukan secara berulang-ulang pada kelompok individu yang berbeda.

Validitas dalam pengertiannya yang paling umum adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurnya. Validitas memiliki kaitan yang erat dengan tujuan ukur, sehingga setiap skala hanya dapat menghasilkan data yang valid untuk satu tujuan ukur pula. Validitas merupakan karakteristik utama yang harus dimiliki oleh setiap skala. Untuk membuat perancangan skala yang valid, maka harus diperhatikan faktor – faktor yang dapat melemahkannya (Azwar, 2010), diantaranya:

1. Identifikasi kawasan ukur yang tidak cukup jelas

Untuk mengukur “sesuatu” maka sesuatu itu harus dikenali terlebih dahulu dengan baik. Apabila atribut psikologi sebagai tujuan ukur tidak diidentifikasikan dengan benar maka perancangan skala hanya memiliki gambaran yang kabur mengenai apa yang sebenarnya hendak diukurnya dan pada akhirnya aitem-aitem yang dihasilkan tidak mampu mengungkapkan respon yang diinginkan.

2. Operasionalisasi konsep yang tidak tepat

Kejelasan konsep mengenai atribut yang hendak diukur memungkinkan perumusan indikator-indikator perilaku yang menunjukkan ada tidaknya atribut yang bersangkutan. Rumusan indikator perilaku berangkat dari operasional konsep teoritik mengenai komponen-komponen atau dimensi-dimensi atribut yang bersangkutan menjadi rumusan yang terukur. Apabila perumusan ini tidak cukup operasional, atau masih menimbulkan penafsiran ganda mengenai bentuk perilaku yang diinginkan, atau sama sekali tidak mencerminkan konsep yang diukur, maka akan melahirkan aitem-aitem yang tidak valid.

(32)

Aitem-aitem yang maksudnya sukar dimengerti oleh pihak responden karena terlalu atau kalimatnya tidak benar secara tata bahasa, yang mendorong responden untuk memilih jawaban tertentu saja, yang memancing reaksi negatif dari responden, yang mengandung muatan social desirability tinggi, dan yang memiliki cacat semacamnya dihasilkan dari proses penulisan aitem yang mengabaikan kaidah-kaidah standar. Aitem-aitem seperti itu tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan.

4. Administrasi skala yang tidak berhati-hati

Skala yang isinya telah dirancang dengan baik dan aitem-aitemnya sudah ditulis dengan cara yang benar namun disajikan atau diadministrasikan pada responden dengan sembarangan tidak dapat menghasilkan data yang tidak valid mengenai responden.

5. Pemberian skor yang tidak cermat

Sekalipun disediakan kunci skoring, kadang-kadang terjadi kesalahan dari pihak pemberi skor karena cara penggunaan kunci yang keliru atau karena salah dalam penjumlahan skor. Pada beberapa skala yang menggunakan konversi skor, dapat terjadi kesalahan sewaktu mengubah skor mentah menjadi skor derivasi karena salah lihat pada tabel konversi.

6. Interpretasi yang keliru

Penafsiran hasil ukur skala merupakan bagian dari proses diagnosis psikolog yang teramat penting. Bagaimana pun baiknya fungsi ukur skala apabila diinterpretasikan secara tidak benar tentu akan sia-sia. Kesimpulan mengenai individu atau kelompok individu akan tidak tepat.

2.4Kecerdasan Emosi Anak Usia Dini

2.4.1 Pengertian Kecerdasan Emosi

(33)

Anak yang tidak diberi ruang untuk berkembang secara emosi dapat tumbuh menjadi pribadi yang sulit. Hal tersebut dapat terbawa terus hingga memasuki masa dewasanya. Pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan fisik yang harmonis menjadi cikal bakal pribadi anak yang sehat. Sehingga saat mereka dewasa nanti mereka menjadi pribadi yang dibutuhkan dalam masyarakat.

Orang tua sangat berperan penting dalam mengontrol emosi anak mereka. Orang tua dapat mengajari anak cara mengolah emosi dan membina hubungan sosial dengan orang lain, agar anak menjadi lebih mampu untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul selama proses perkembangannya menuju manusia dewasa. Dan dengan bekal ini pula, anak nantinya dapat mengatasi berbagai tantangan emosional dalam kehidupan modern.

Dalam bidang psikologi anak, para peneliti telah membuktikan bahwa kesuksesan anak disekolah bergantung pada tingkat kecerdasan emosi yang dimilikinya. Anak yang memiliki tingkat kecerdasan emosi yang tinggi, mereka akan terlihat bahagia, percaya diri, populer, dan lebih sukses di sekolahnya. Karena mereka mampu menguasai gejolak

3. Lebih cakap untuk menjalankan jaringan informal/nonverbal (memiliki tiga variasi yaitu jaringan komunikasi, jaringan keahlian, dan jaringan kepercayaan). 4. Mampu mengendalikan dorongan lain.

5. Cukup luwes untuk menemukan cara/alternatif agar sasaran tetap tercapai atau untuk mengubah sasaran jika sasaran semula sulit dijangkau.

6. Tetap memiliki kepercayaan yang tinggi bahwa segala sesuatu akan beres ketika menghadapi tahap sulit.

7. Memiliki empati yang tinggi.

8. Mempunyai keberanian untuk memecahkan tugas yang berat menjadi tugas kecil yang mudah ditangani.

(34)

Syamsu Yusuf (dalam Nugraha dan Rachmawati, 2004) menjabarkan kelima aspek emosi ini dalam pemetaan yang sistematis berdasarkan aspek/unsur dan ciri – ciri kecerdasan emosi, yang ditunjukkan dalam Tabel 2.2

Tabel 2.2 Aspek emosi dan karakteristik perilakunya

Aspek Karakteristik Perilaku

1. Kesadaran diri a. Mengenal dan merasakan emosi diri sendiri b. Memahami penyebab perasaan yang timbul c. Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan

2. Mengelola emosi a. Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola amanah secara baik

b. Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat c. Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri

sendiri dan orang lain

d. Memiliki perasaan yang positif tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga

e. Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa (stres)

f. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan

3. Memanfaatkan emosi secara produktif

a. Memiliki rasa tanggung jawab

b. Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan

c. Mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat implusif 4. Empati a. Mampu menerima sudut pandang orang lain

b. Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain c. Mampu mendengarkan orang lain

5. Membina hubungan

a. Memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menganalisis hubungan dengan orang lain

b. Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain

c. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain d. Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul dengan

teman sebaya

e. Memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian terhadap orang lain

(35)

h. Bersikap demokratis dalam bergaul dengan orang lain

Menurut W.T. Grant Consortium (dalam Goleman, 1995), kecerdasan emosional meliputi mengidentifikasi dan memberi nama perasaan-perasaan, mengungkapkan perasaan, menilai intensitas perasaan, mengelola perasaan, menunda pemuasan, mengendalikan dorongan hati, mengurangi stress, dan mengetahui perbedaan antara perasaan dan tindakan.

Berdasarkan berbagai uraian tentang kecerdasan emosi, dapat dirangkum aspek emosi yang mengacu pada pendapat Goleman dan Salovey-Mayer, dalam 5 ciri yaitu: 1. Kemampuan mengenali emosi diri.

2. Kemampuan mengelola dan mengekspresikan emosi. 3. Kemampuan memotivasi diri.

4. Kemampuan mengenali emosi orang lain/empati. 5. Kemampuan membina hubungan dengan orang lain.

Pemahaman mengenai karakteristik emosi anak akan sangat membatu orang tua dan pendidik dalam memberikan stimulasi atau rangsangan emosi yang tepat bagi anak. Keterbatasan pemahaman emosi anak sering kali menimbulkan ketidaktepatan orang dewasa dalam merespons emosi anak. Kondisi ini dapat mengakibatkan munculnya permasalahan baru dalam aspek emosi.

(36)

2.4.2 Faktor faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak

Kecerdasan emosional dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya (Goleman, 1995):

1. Faktor otak

Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan walaupun individu mempunyai kecenderungan emosi ketika lahir, tetapi rangkaian otak mereka tidak akan kaku pada tingkat tertentu, sehingga mereka dapat mempelajari keterampilan emosional dan sosial baru yang akan menciptakan jalur – jalur baru seta pola biokimia yang lebih adaptif. Arsitektur otak memberi tempat istimewa bagi amigdala sebagai penjaga emosi, penjaga yang mampu membajak otak. Amigdala berfungsi sebagai semacam gedung ingatan emosional. Demikian makna emosional itu sendiri hidup tanpa amigdala merupakan kehidupan tanpa makna pribadi sama sekali.

2. Lingkungan keluarga

Khusunya orang tua memegang peranan penting terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak. Lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak untuk mempelajari emosi. Dari keluargalah seorang anak mengenal emosi dan yang paling utama adalah bagaimana cara orang tua mengasuh dan memperlakukan anak dan itu merupakan tahap awal yang diterima oleh anak dalam mengenal kehidupan ini.

3. Lingkungan sekolah

Guru memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi anak melalui teknik, gaya kepemimpinan dan metode mengajarnya sehingga kecerdasan emosi berkembang secara maksimal. Lingkungan sekolah mengajarkan anak sebagai individu untuk mengembangkan keintelektual dan besosial dengan sebayanya, sehingga anak dapat berekspresi secara bebas tanpa terlalu banyak diatur dan diawasi secara ketat.

4. Lingkungan dan dukungan sosial

(37)

2.4.3 Stimulasi Kecerdasan Emosi

Pada umumnya perkembangan fisik dan kemampuan kognitif anak menjadi perhatian yang sangat besar bagi orang tua dan pendidik, sehingga perhatian terhadap kecerdasan emosi anak menjadi kurang diperhatikan. Diperlukan keseriusan dalam mengasah kecerdasan emosi anak dan menempatkannya sebagai prioritas utama dalam tugas pengasuhan. Dengan pola asuh yang tepat akan tercapai tujuan orang tua dan pendidik dalam membentuk kecerdasan emosi anak yang tinggi.

Pemberian rangsangan-rangsangan yang sesuai dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak, sehingga anak dapat mempelajari keterampilan-keterampilan emosi dan sosial yang baru. Beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua (Mashar,2011), diantaranya:

1. Orang tua perlu memeriksa kembali cara pengasuhan yang selama ini dilakukan, jika perlu besedia bertindak dengan cara – cara yang berlawanan dengan kebiasaan cara pengasuhan selama ini, seperti :

a. Tidak terlalu melindungi.

b. Membiarkan anak mengalami kekecawaan. c. Tidak terlalu cepat membantu.

d. Mendukung anak untuk mengatasi masalah. e. Menunjukkan empati.

f. Menetapkan aturan-aturan tegas dan konsisten.

2. Memberi perhatian pada tahap-tahap perkembangan kecerdasan emosi.

3. Melatih anak untuk mengenali emosi dan mengelolanya dengan baik.

(38)

Sehingga pemberian stimulasi kecerdasan emosi kepada anak merupakan peran penting yang harus dilakukan orang tua.

2.5Teori Prakiraan

Secara umum pengertian prakiraan adalah tafsiran. Namun dengan menggunakan teknik-teknik tertentu maka peramalan bukan hanya sekedar tafsiran. Ada beberapa definisi tentang peramalan, diantaranya:

a. Prakiraan atau forecasting diartikan sebag ai penggunaan teknik-teknik statistik dalam bentuk gambaran masa depan berdasarkan pengolahan angka-angka historis (Buffa, 1996).

b. Prakiraan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen (Makridakis, 1999)

c. Prakiraan adalah prediksi, rencana, atau estimasi kejadian masa depan yang tidak pasti. Selain itu peramalan juga dapat diartikan sebagai penggunaan teknik-teknik statistik dalam membentuk gambaran masa depan berdasarkan pengolahan angka-angka historis.

Metode prakiraan merupakan cara memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa depan secara sistematis dan pragmatis atas dasar data yang relevan pada masa yang lalu, sehingga dengan demikian metode peramalan diharapkan dapat memberikan objektivitas yang lebih besar. Selain itu m etode peramalan dapat memberikan cara pengerjaan yang teratur dan terarah, dengan demikian dapat dimungkinkannya penggunaan teknik penganalisaan yang lebih maju. Dengan penggunaan teknik-teknik tersebut maka diharapkan dapat memberikan tingkat kepercayaan dan keyakinan yang lebih besar, karena dapat diuji penyimpangan atau deviasi yang terjadi secara ilmiah (Makridakis, 1999).

2.4.4 Jenis-jenis Prakiraan

Berdasarkan sifatnya, peramalan dibedakan atas dua macam yaitu:

(39)

Prakiraan kualitatif adalah prakiraan yang didasarkan atas pendapat suatu pihak, dan datanya tidak bisa direpresentasikan secara tegas menjadi suatu angka atau nilai. Hasil prakiraan yang dibuat sangat bergantung pada orang yang menyusunnya. Hal ini penting karena hasil p rakiraan tersebut ditentukan berdasarkan pemikiran yang instuisi, pendapat dan pengetahuan serta pengalaman penyusunnya.

b. Prakiraan Kuantitatif

Prakiraan kuantitatif adalah prakiraan yang didasarkan atas data kuantitatif masa lalu (data historis) dan dapat dibuat dalam bentuk angka yang biasa disebut sebagai data time ser ies (Jumingan, 2009).

Hasil prakiraan yang dibuat sangat bergantung pada metode yang dipergunakan dalam prakiraan tersebut. Baik tidaknya metode yang dipergunakan ditentukan oleh perbedaan atau penyimpangan antara hasil prakiraan dengan kenyataan yang terjadi. Semakin penyimpangan antara hasil prakiraan dengan kenyataan yang akan terjadi maka semakin baik pula metode yang digunakan.

Jangka waktu perkiraan terbagi atas tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Jangka waktu prakiraan dapat dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu (Heizer, 1996): Prakiraan jangka pendek, peramalan untuk jangka waktu kurang dari tiga bulan.

2. Prakiraan jangka menengah, peramalan untuk jangka waktu antara tiga bulan sampai tiga tahun.

3. Prakiraan jangka panjang, peramalan untuk jangka waktu lebih dari tiga tahun.

2.4.5 Pengukuran Prakiraan

(40)

sesuai atau tidaknya teknik prakiraan yang digunakan. Sehingga dapat dipilih dan ditentukan teknik prakiraan yang lebih sesuai dengan cara menentukan batas toleransi peramalan atas penyimpangan yang terjadi.

Pada prinsipnya, pengawasan prakiraan dilakukan dengan membandingkan hasil prakiraan dengan kenyataan yang terjadi. Penggunaan teknik prakiraan yang menghasilkan penyimpangan terkecil adalah teknik prakiraan yang paling sesuai untuk digunakan. Besarnya er r or peramalan dihitung dengan mengurangi data riil dengan besarnya ramalan.

Error (E) = Xt - Ft Keterangan:

Xt = Data riil periode ke-t Ft = Ramalan periode ke-t

Dalam menghitung error peramalan digunakan MAPE (Mea ns Absolute P er centa ge Er r or) Mean Absolute P er centa ge Er r or (MAPE) merupakan nilai tengah kesalahan persentase absolute dari suatu peramalan.

MAPE =

Keterangan:

Xt = Nilai data periode ke-t Ft = Ramalan periode ke-t n = Banyaknya data

(41)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Bab ini secara garis besar membahas analisis teknikal dalam perancangan sistem pakar untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia dini berbasis android yang akan dibangun.

3.1 Objek Penelitian

Penelitian di fokuskan pada anak usia dini berkisar dari 2-5 tahun sebagai subjek dari penelitian agar dapat menerapkan sistem pakar untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia dini.

3.2 Metode Pengembangan Sistem

Dalam pengembangan sistem ini akan digunakan metode System Development Life Cycle (SDLC) atau siklus pengembangan sistem (Jeffery L. Whitten, Metode Desain dan Analisa Sistem, 2004). SDLC merupakan suatu bentuk untuk menggambarkan tahap utama dan langkah-langkah dalam proses pengembangan sistem. Dalam Sistem untuk mengukur kecerdasan emosional (EQ) anak usia dini, peneliti akan menggunakan beberapa tahap diantaranya tahapan perancangan, tahap analisis, tahap perancangan sistem, pengujian sistem dan pembuatan laporan.

3.2.1 Tahap perencanaan

(42)

1. Menentukan objektif dari program yang akan difokuskan pada masalah-masalah yang spesifik untuk diselesaikan, yaitu bagaimana menghitung tingkat kecerdasan emosional (EQ) anak usia dini dengan memformulasikan model yang akan digunakan yaitu dengan sistem pakar.

2. Lingkup penelitian menentukan kriteria-kriteria yang digunakan yaitu kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produkitf, empati dan membina hubungan sebagai variabel untuk menentukan indikator-indikator yang digunakan dalam pembentukan angket.

3. Menentukan kebutuhan pemrosesan ataupun langkah-langkah yang dibutuhkan untuk menghasilkan data output yaitu dengan menggunakan metode fuzzy mamdani untuk memproses data yang telah diperoleh.

3.2.2 Tahap analisis

Analisis sistem mempunyai tujuan untuk menentukan hal-hal secara detail yang akan dikerjakan oleh sistem. Pada tahap ini peneliti akan terlebih dahulu melakukan identifikasi dan perincian apa saja yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem dan membuat perencanaan yang berkaitan dengan proyek sistem. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam tahap analisis sistem adalah:

a. Studi kelayakan (Intelligent)

Di dalam studi kelayakan akan ditentukan sasaran dan melakukan pencarian prosedur, pengumpulan data, identifikasi masalah, identifikasi kepemilikan masalah, hingga akhirnya terbentuk sebuah pernyataan masalah. Kepemilikan masalah berkaitan dengan apa yang akan dibangun oleh sistem pakar dan apa tugas dari bagian tersebut sehingga model tersebut bisa relevan dengan kebutuhan si pemilik masalah. Pada penelitian ini studi kelayakan yang dilakukan adalah pertama, identifikasi masalah yaitu mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi oleh anak usia dini, masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah tingkat kecerdasan emosional (EQ) anak usia dini. Kedua, pencarian

prosedur yaitu dalam penelitian ini prosedur yang dicari adalah prosedur Decision

(43)

b. Teknik Pengumpulan data

Untuk membangun sistem pakar dibutuhkan pengumpulan data, dalam penelitian ini data-data yang dikumpulkan adalah data mengenai karakteristik/ciri dari kecerdasan emosional (EQ) diantaranya kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produkitf, empati dan membina hubungan. Adapun metode yang digunakan dalam teknik pengumpulan data, yaitu:

1. Metode Observasi

Menurut Riduwan (2002) metode observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil. Pada metode observasi ini peneliti mengamati secara langsung kegiatan pada lingkungan TK.

2. Metode Angket

Menurut Hasan (2002) angket (kuesioner) adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan tanggapan (respon) atas-atau, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah skala. Skala akan digunakan untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional (EQ) anak usia dini. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Untuk mengukur nilai EQ ada lima aspek yang harus dihitung diantaranya :

Tabel 3.1 Tabel Aspek Emosi

No Aspek Emosi Batas Nilai

1. Kesadaran Diri 7-35

2. Mengelola Emosi 7-35

3. Memanfaatkan Emosi Secara Produktif 7-35

4. Empati 7-35

(44)

Kelima aspek ini akan dihitung menggunakan skala likert, sehinggga setiap variabel mempunyai nilai sendiri. Nilai setiap variabel akan diproses kembali dengan menggunakan metode fuzzy untuk memperoleh output berupa nilai EQ.

3. Studi Pustaka

Tahap pengumpulan data dengan membaca literatur dari buku, data-data teoritis dari internet dan catatan-catatan kuliah yang berkaitan dengan penulisan laporan tugas akhir ini dengan maksud untuk digunakan sebagai landasan teoritis sekaligus sebagai pendukung dan penunjang penyusunan tugas akhir.

c. Analisis Kebutuhan

Pada tahap ini dilakukan identifikasi dan analisis yang akan digunakan seperti:

1.IDE Eclipse merupakan produk open source yang digunakan untuk penyelesaian program android.

2.Android SDK merupakan alat bantu dan API dalam mengembangkan aplikasi pada platform android yang menggunakan bahasa java.

3.ADT merupakan plugins di eclipse yang harus diinstall sehingga android SDK yang sudah kita miliki dapat dihubungkan dengan IDE Eclipse.

4.MySQL Database merupakan salah satu software yang embedded, memiliki kelebihan dalam penggunaan memory yang sedikit sehingga mempercepat kerja sistem.

3.3 Tahap Perancangan Sistem

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan aplikasi dengan menggunakan data yang ada dan mengimplementasikan model sesuai dengan keinginan user. Pemodelan sistem ini akan menggunakan database yang didukung dengan pembuatan context diagram, sequence diagram, use case diagaram, dan flowchart, untuk mempermudah proses selanjutnya.

(45)

Gambar 3.1 Arsitektur Aplikasi

3.3.1 Use Case Diagram

Use case merupakan deskripsi fungsi sebuah sistem dari perspektif pengguna. Use case dari sistem ini dapat dilihat pada Gambar 3.2.

(46)

1. Skenario Use Case User

Dibawah ini adalah skenario use case yang akan menjelaskan apa saja yang terjadi didalam sistem dan penjelasannya.

a. Mendaftar sebagai User

Tabel 3.2 Skenario Use Case Registrasi

UseCase Mendaftar sebagai User.

Deskripsi Kegiatan Pendaftaran memasukkan detail si pengguna sistem ke dalam daftar. Sehingga user dapat melakukan login untuk dapat megakses fitur aplikasi ini.

Pre-Condition User menekan tombol register pada

menu utama.

Actor Action System Respon

1. User mengisi semua field. 2. Sistem akan memvalidasi apakah semua field sudah diisi.

3. User menekan tombol registrasi 4. Sistem akan memasukkan data user baru ke dalam database.

b. Login ke dalam sistem 1

Tabel 3.3 Skenario use case login

UseCase Login ke dalam sistem

Deskripsi Kegiatan login ke dalam sistem untuk mengakses fitur aplikasi EQ anak.

Pre-Condition User harus mendaftar data user

(47)

c. Menjawab Pertanyaan

Tabel 3.4 Menjawab Pertanyaan

UseCase Menjawab pertanyaan.

Deskripsi Kegiatan yang dilakukan user dimana sistem akan memberikan sejumlah pertanyaan yang kemudian user diharapkan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Pre-Condition Setelah user melakukan login dengan

akun yang valid.

Actor Action System Respon

1. Menekan tombol “Login” 2. Sistem akan memberikan sejumlah pertanyaan yang akan diisi oleh

Tabel 3.5 Skenario Lihat Hasil Pengukuran

UseCase Melihat hasil pengukuran.

Deskripsi Kegiatan ini akan menampilkan hasil diagnosa yang telah dikalkulasi oleh sistem.

Pre-Condition Setelah user menjawab semua

pertanyaan yang telah diberikan.

Actor Action System Respon

1. User menekan tombol “hitung”. 2. Sistem akan menampilkan hasil diagnosa yang telah dikalkulasi oleh sistem sebelumnya

berdasarkan dari jawaban user. 3. User akan memilih untuk

menekan tombol kembali

(48)

2. Skenario Use Case admin a. Login Admin

Tabel 3.6 Skenario login admin

UseCase Login ke dalam sistem

Deskripsi Kegiatan login ke dalam sistem untuk mengakses fitur admin.

Pre-Condition Admin harus mendaftar data admin

sebelum melakukan login. belum. Jika sudah maka admin akan menuju ke halaman admin. Namun jika belum, maka admin akan diminta memasukkan login field lagi.

b. Update Pertanyaan dan Bobot

Tabel 3.7 Skenario Update Pertanyaan dan Bobot

UseCase Update pertanyaan dan bobot.

Deskripsi Kegiatan ini memberikan akses kepada admin untuk melakukan perubahan pertanyaan dan nilai bobotnya.

Pre-Condition Admin harus memilih menu update

pertanyaan didalam fitur admin. semua field sudah terisi atau belum. Jika sudah maka sistem akan

(49)

c. Lihat History Pasien

Tabel 3.8 Skenario lihat history pasien

UseCase Lihat history pasien

Deskripsi Kegiatan menampilkan semua data user yang pernah menggunakan aplikasi ini. Data yang ditampilkan mulai dari nama, dan nilai yang diperoleh.

Pre-Condition Admin memilih menu history pasien

didalam fitur admin.

Actor Action System Respon

1. Admin menekan tombol history pasien.

2. Sistem akan menampilkan semua data pengguna yang telah menggunakan aplikasi.

3. Admin menekan tombol kembali.

4. Sistem akan mengarahkan admin ke halaman utama admin.

3.3.2 Context Diagram

Dalam Context Diagram dibawah ini akan dijelaskan gambaran secara umum tentang komponen-komponen sistem yang diperlukan secara terinci. Berikut diagram arus datanya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

(50)

Keterangan dari konteks diagram aplikasi untuk mengukur tingkat kecerdasan emosi anak usia dini, dapat dilihat sebagai berikut:

1. User

User login dengan cara memasukkan username dan password, lalu sistem akan menampilkan halaman pertanyaan, disini user dapat memasukkan jawaban respon dari pernyataan tiap angket, dan melihat total skor hasil jawaban angket yang di inputkan. Tetapi user disini dibatasi dengan satu kali melakukan pengisian angket. 2. Admin

Admin akan login dengan memasukkan username dan password dan masuk ke halaman admin, admin dapat memasukkan semua data pertanyaan, dan juga dapat menambahkan atau menghapus username, dan data-data pertanyaan pada sistem.

3.3.3 Sequence Diagram Model Skenario User :

1. Registrasi user

(51)

2. Login user

Gambar 3.5 Sequence Diagram Login

3. Menampilkan Pertanyaan

(52)

4. Lihat Hasil

Gambar 3.7 Sequence Diagram Lihat Hasil

Skenario Admin :

1. Login Admin

(53)

2. Update Pertanyaan dan Bobot

Gambar 3.9 Sequence Diagram Update Pertanyaan dan Bobot

3. Lihat History Pasien

(54)

3.4 Metode Fuzzy

Dalam aplikasi kecerdasan emosi anak, logika fuzzy digunakan untuk mengubah nilai input variabel yang berupa kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produkitf, empati dan membina hubungan menjadi nilai output berupa hasil EQ. Kemudian disesuaikan dengan range keanggotaan pada variabel nilai EQ sehingga diperoleh status EQ-nya. Dalam penentuan nilai EQ digunakan metode Mamdani atau sering juga dikenal dengan nama Metode Min-Max. dalam metode ini, pada setiap aturan yang berbentuk implikasi (sebab-akibat) anteseden yang berbentuk konjungsi (AND) mempunyai nilai kenggotaan berbentuk minimum (Min), sedangkan konsekuen gabungannya berbentuk maksimum (Max). untuk mendapatkan output, diperlukan empat tahapan yaitu:

3.4.1 Pembentukan himpunan fuzzy

Variabel input dan output dalam metode mamdani dibagi menjadi satu atau lebih himpunan fuzzy. Dalam penentuan nilai EQ digunakan lima variabel yaitu kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati dan membina hubungan. Serta satu variabel output yaitu nilai EQ. Hasil dari pengukuran EQ sangat bergantung pada kelima variabel tersebut. Penetuan variabel dan domain yang digunakan dalam penelitian ini, terlihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Semesta Pembicaraan untuk Setiap Variabel Fuzzy.

Fungsi Nama Variabel Semesta Pembicaraan

Input Kesadaran diri [7,35]

Mengelola Emosi [7,35]

Memanfaat Emosi Secara Produktif [7,35]

Empati [7,35]

Membina Hubungan [10,50]

Output Emotional Quetiont [38,190]

(55)

Tabel 3.10 Himpunan Fuzzy Variabel Himpunan Domain

Kesadaran Diri Rendah [7,25] (7;15;25) Sedang [15,35] (15;25;35) Tinggi [25,35] (25;35;40) Mengelola Emosi Rendah [7,25] (7;15;25)

Sedang [15,35] (15;25;35) Membina Hubungan Rendah [10,36] (10;22;36) Sedang [22,50] (22;36;50) Tinggi [36,50] (36;50;55) Emotional Qutient Rendah [38,138] (38;88;138)

Sedang [88,190] (88;138;190) Tinggi [138,190] (138;190;200)

Himpunan fuzzy beserta fungsi keanggotaan dari variabel kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati, membina hubungan dan EQ direpresentasikan sebagai berikut :

a. Himpunan Fuzzy variabel kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif dan empati.

(56)

Gambar 3.11 Himpunan FuzzyKesadaran Diri, Mengelola Emosi, Memanfaatkan Emosi Secara Produktif, dan Empati

Pada variabel kesadaran diri, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif dan empati didefinisikan menjadi tiga himpunan fuzzy, yaitu Rendah, Sedang, dan Tinggi.

1. Himpunan Fuzzy Rendah

Himpunan fuzzy rendah memiliki domain [7,25], dengan derajat keanggotaan Rendah tertinggi (=1) terletak pada nilai 15. Apabila keempat variabel tersebut semakin kurang dari 15, maka kondisi keempat variabel tersebut semakin mendekati Sangat Rendah, dan keluar dari semesta pembicaraan penelitian. Namun apabila keempat variabel tersebut melebihi 15, maka keempat variabel tersebut sudah mendekati Sedang. Himpunan fuzzy Rendah direpresentasikan dengan fungsi keanggotaan segitiga dengan derajat keanggotaan semakin tinggi apabila keempat variabel tersebut semakin mendekati 15. Dengan fungsi keanggotaan sebagai berikut:

µ Rendah = 0 c ≤ 7 atau c ≥ 25 c – 7 / 8 7≤ c ≤ 15

25 – c / 10 15 ≤ c ≤ 25

1

0

7 15 25 35

(57)

2. Himpunan Fuzzy Sedang

Himpunan fuzzy sedang memiliki domain [15,35], dengan derajat kenggotaan Sedang tertinggi (=1) terletak pada nilai 25. Apabila keempat variabel tersebut semakin kurang dari 25 dan mendekati 15, maka keempat variabel tersebut sudah mendekati Rendah, sehingga derajat keanggotaanya pada himpunan Sedang akan semakin berkurang sedangkan derajat keanggotaannya pada himpunan Rendah semakin bertambah. Namun apabila keempat variabel tersebut semakin melebihi 25, maka keempat variabel tersebut semakin mendekati Tinggi. Himpunan fuzzy Sedang direpresentasikan dengan fungsi keanggotaan segitiga dengan derajat keanggotaan semakin tinggi apabila keempat variabel tersebut mendekati 25. Dengan fungsi keanggotaan sebagai berikut :

µ Sedang = 0 c ≤ 15 atau c ≥ 35 c - 15 / 10 15 ≤ c ≤ 25 35 – c / 10 25 ≤ c ≤ 35

3.Himpunan Fuzzy Tinggi

Himpunan fuzzy Tinggi memiliki domain [25,35], dengan derajat keanggotaan Tinggi tertinggi (=1) terletak pada nilai 35. Apabila keempat variabel tersebut semakin melebihi dari 35, maka kondisi keempat variabel tersebut semakin mendekati Sangat Tinggi, dan keluar dari semesta pembicaraan penelitian. Namun apabila keempat variabel tersebut semakin kurang dari 35 dan mendekati 25, maka keempat variabel tersebut sudah mendekati Sedang. Himpunan fuzzy Tinggi direpresentasikan dengan fungsi keanggotaan segitiga dengan derajat keanggotaan semakin tinggi apabila keempat variabel tersebut semakin mendekati 35. Dengan fungsi keanggotaan sebagai berikut :

µ Tinggi = 1 c ≥ 35

c - 25 / 10 25 ≤ c ≤ 35

Gambar

Gambar 3.2 Use Case Diagram
Gambar 3.4 Sequence Diagram Registrasi
Gambar 3.5 Sequence Diagram Login
Gambar 3.8 Sequence Diagram Login Admin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan

Berdasarkan paparan di atas, maka disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seorang siswa dapat berupa emosi diri sendiri,

Skala Kecerdasan Emosi yang disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi

Tesis: “PENGARUH PEMBELAJARAN GERAK DAN LAGU DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN MUSIKAL DAN KECERDASAN KINESTIK ANAK USIA DINI (Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak

Salovey dan Mayer menempatkan kecerdasan emosional dalam yang.. a) kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri,. b) kemampuan mengelola emosi dan mengekspresikan emosi

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori bahwa kecerdasan emosi yang memadai, akan membantu guru untuk mengelola emosi diri sendiri hingga mengenali dan memahami

Kecerdasan personal meliputi kecerdasan intrapersonal dan interpersonal (sosial). Kemudian Goleman menekankan kecerdasan sosial pada kesadaran sosial dan kemampuan sosial pada

Dengan menggunakan metode logika fuzzy mamdani dalam Sistem Pendukung Keputusan ( SPK ), maka ditentukan variabel input yang berasal dari nilai hasil tes berupa