• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan Hutan Alam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan Hutan Alam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS

EVALUASI PENERAPAN PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM

MUHDI, S.HUT., M.SI NIP. 132296512

DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, kami panjatkan kehadlirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.

Karya tulis ini berjudul : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu dengan teknik

Reduced Impact Logging dalam Pengelolaan Hutan Alam.

Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Kritik dan saran untuk penyempurnaan karya tulis inisangat penulis harapkan.

Medan, April 2008

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...ii

PENDAHULUAN ...1

METODE PENELITIAN...2

HASIL DAN PEMBAHASAN...4

KESIMPULAN ...7 DAFTAR PUSTAKA

(4)

PENDAHULUAN

Butler (2007) menyatakan bahwa meskipun banyak perusahaan hak pengusahaan hutan (HPH) mengaku melaksanakan pemanenan kayu yang

berkelanjutan, pada kenyataannya belum dilakukan. HPH yang pada mulanya dimaksudkan untuk mempertahankan lahan hutan sebagai hutan produksi permanen, menjadi penyebab utama degradasi hutan. Dalam survei pada lahan hutan seluas 47

juta hektar yang berada di areal HPH aktif atau yang habis masa konsesinya, sekitar 30 % mengalami degradasi.

Selama ini pengelolaan hutan alam terutama pemanenan kayunya masih tidak dilakukan secara profesional, sehingga keseluruhan sistem silvikultur yang diterapkan mengalami kegagalan. Hal ini antara lain dikarenakan dalam penerapan silvikultur,

belum mengintegrasikan sistem pemanenan kayu dengan sistem silvikultur. Selain itu teknik perencanaan serta pelaksanaan pemanenan kayu yang baik dan benar masih

belum dipergunakan dalam pemanenan kayu di hutan alam Indonesia (Elias, 2002). Beberapa penelitian (Ramos, et. al, 2006; Muhdi, et.al, 2005; dan Davis, 2000) memperlihatkan bahwa pemanenan kayu CTH yang dilaksanakan selama ini

dilakukan tanpa perencanaan yang baik, teknik pelaksanaan yang buruk dan lemahnya pengawasan yang menyebabkan menyebabkan kerusakan lingkungan yang

besar. Hasil penelitian lain (Keong, et.al, 2006; dan Durst, P.B and T. Enters. 2001) menunjukkan bahwa kerusakan lingkungan akibat pemanenan kayu yang berwawasan lingkungan mampu mengurangi kerusakan. Pemanenan kayu berwawasan lingkungan

(5)

pemanenan yang terkendali dan pengawasan yang ketat selama kegiatan pemanenan kayu.

Indikator pengelolaan yang lestari adalah dampak kerusakan yang ditimbulkan selama kegiatan pemanenan kayu yang rendah. Pemanenan kayu yang ramah lingkungan (Reduced Impact Logging/RIL) yang menjadi indiator yang paling

penting dalam pengelolaan hutan yang lestari adalah kerusakan tegakan tinggal yang rendah berupa tersedianya tegakan tinggal berjenis komersial yang cukup dan sehat.

METODE PENELITIAN Desain Petak Penelitian

Petak penelitian terdiri dari petak pemanenan kayu dengan teknik CTH dan

petak pemanenan kayu dengan teknik RIL. Petak penelitian ini masing-masing seluas 10 – 15 ha yang di dalamnya dibuat 3 (tiga) plot permanen/pengukuran dengan ukuran masing-masing 100 m x 100 m (1 ha).

Plot-plot permanen/pengukuran diletakkan secara sistematis pada kedua petak penelitian sedemikian rupa sehingga mewakili tempat-tempat sebagai berikut : (1) Di

lokasi tempat pengumpulan kayu (TPN), (2) Di lokasi jalan sarad utama dan (3) Di lokasi jalan sarad cabang. Desain penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Teknik Pelaksanaan Pemanenan Kayu Konvensional (CTH)

5 Pelaksanaannya dilaksanakan langsung oleh regu tebang dan sarad sesuai dengan yang diterapkan oleh perusahaan selama ini. Pemanenan kayu ini meliputi

operasi penebangan dan penyaradan kayu.

(6)

Teknik Pelaksanaan Pemanenan Kayu Berdampak Rendah (RIL)

Regu tebang dan regu sarad merupakan regu yang sama dengan pemanenan

kayu CTH, demikian pula peralatan pemanenan kayu yang digunakan. Sebelum pelaksanaan RIL dibuat perencanaan pemanenan kayu yang intensif meliputi : penentuan arah rebah, jaringan jalan sarad di atas peta dan lapangan (Elias, 1998).

Regu tebang dan regu sarad sebelum melakukan kegiatan pemanenan kayu diberi pengarahan dan bereifing terlebih dahulu, serta pada saat pelaksanaan disupervisi.

Desain plot-plot permanen/pengukuran dapat dilihat pada Gambar 1. J a l a n a n g k u t a n

Plot permanen dengan luasan 10 –15 ha

[image:6.612.114.490.294.533.2]

Peletakan plot contoh pengukuran dengan ukuran 100 m x 100 m (1) Tpn (2) (3) (1) (2) (3) Petak CTH Petak RIL Jalan sarad

Gambar 1. Desain plot-plot permanen/pengukuran

Pengumpulan Data

(7)

yang ada. Pengumpulan data primer dilakukan melalu kegiatan pengamatan dan inventarisasi langsung di hutan pada plot permanen/pengukuran yang telah dibuat.

Inventarisasi tegakan dilakukan sebelum penebangan pada plot ukuran 100 m x 100 m (1 ha) pada petak penelitian teknik CTH dan teknik RIL untuk melihat potensi tegakan sebelum kegiatan pemanenan kayu. Dari plot ukuran 100 m x 100 m diukur

dan dihitung semua jenis vegetasi tingkat tiang dan pohon secara continous strip sampling (Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan, 1993).

Data kerusakan tegakan yang disebabkan oleh pemanenan kayu, dikumpulkan melalui pengamatan sesudah penebangan dan penyaradan kayu antara lain : nama jenis pohon, diameter dan tipe kerusakan.

(8)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Tegakan

Potensi tegakan kedua petak pemanenan kayu tersebut maka kelompok jenis

non komersial mendominasi kelompok jenis lain dengan persentase rata-rata sebesar 39,27 %, kemudian kelompok jenis komersial non Dipterocarpaceae 34,56 % dan

kelompok jenis komersial Dipterocarpaceae 26,17 %. Demikian pula dengan sebaran diameter 10 – 19 cm mendominasi jumlah tegakan tingkat tiang dan pohon dengan persentase rata-rata 40,12 %, kelas diameter 20-29 cm sebesar 39,33 %, kelas

diameter 30-39 cm sebesar 42,92 %, kelas diameter 40-49 cm sebesar 33,98 %.

Tingkat Kerusakan Tegakan Tinggal

Tingkat kerusakan berat dalam penebangan RIL dan CTH sebagian besar diakibatkan oleh tipe kerusakan roboh, patah batang dan patah tajuk/pucuk. Tipe

kerusakan berupa patah batang dalam tingkat kerusakan berat keadaan pohonnya sudah tidak ada harapan untuk hidup atau mati dalam jangka waktu yang tidak lama.

Batang mengalami patah dari 15 % hingga 75 % dari tingi bebas cabang bahkan terdapat beberapa pohon yang hampir rata dengan tanah disertai ujung batang hancur. Besarnya tingkat kerusakan pada pemanenan kayu teknik RIL dan CTH

(9)

Pemanenan kayu dengan menggunakan peralatan berat seperti traktor Buldozer menimbulkan kerusakan tegakan dan keterbukaan tanah lebih besar dibandingkan

pemakaian sistem kabel atau menggunakan helikopter. Investasi dalam pemanenan kayu cukup besar berkisar 60 % – 70 % dari biaya pengusahaan hutan. Namun alat ini lebih mudah dan fleksibel pemakaiannya untuk memproduksi kayu dalam jumlah

besar.

Pemanenan kayu teknik RIL menunjukkan persentase kerusakan rata-rata per

hektar sebesar 15,88 %. Persentase kerusakan ini termasuk dalam tingkat kerusakan ringan (< 25 %), yang terdiri dari kerusakan tegakan akibat penebangan 5,32 % dan penyaradan 10,48 % yang termasuk dalam kriteria rusak ringan (< 25 %).

Dengan demikian pemanenan kayu teknik RIL menimbulkan kerusakan tegakan pada tingkat kerusakan ringan (< 25 %), sedangkan pemanenan kayu CTH

menimbulkan kerusakan tegakan pada tingkat kerusakan sedang (25 % - 50 %). Dengan melakukan sedikit penandaan arah rebah pohon yang ditebang pada pemanenan kayu RIL memperoleh hasil yang lebih baik dalam melindungi

keanekaragaman hayati dari pada hasil yang diperoleh pada pemanenan kayu CTH (Davis, 2000).

9 Jumlah tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon rata-rata setelah pemanenan kayu teknik CTH sebesar 287,4 pohon/ha (70,44 %) dengan volume 165,26 m3 (63,00 %). Sedangkan pemanenan kayu teknik RIL sebesar 358,8 pohon/ha (83,13 %)

dengan volume 163,24 m3/ha (71,91 %). Tegakan tinggal di atas berasal dari berbagai sebaran diameter, bahkan terdapat beberapa pohon berdiameter 60 cm ke atas yang

tidak dipanen karena gerowong, kayu keras dan terdapat beberapa jenis tidak ada

(10)

pasaran kayu, pohon yang dilindungi dan pohon yang tidak bisa ditebang karena alasan keamanan baik bagi penebang maupun bagi kayu yang ditebang dan tegakan

tinggal.

Intensitas penebangan di hutan alam tropika di Asia dan Pasifik lebih tinggi di banding di wilayah lain (Putz et. al., 2000). Keong, et. al. (2006) menyatakan bahwa

di Malaysia kerusakan serius pada tegakan tinggal terjadi akibat pemanenan kayu CTH yakni sebesar 27 % - 36 %, sedangkan dengan RIL sebesar 12,3 %.

Elias (2006) mendapatkan hasil bahwa tingkat kerusakan tegakan tinggal yang disebabkan oleh pemanenan kayu CTH berkisar antara 28-45%, dimana kerusakan yang paling sering ditemukan adalah kerusakan berat (sekitar 80%). Hal ini didukung

oleh penelitian yang dilakukan oleh Sularso (1996) yang menyatakan bahwa di Kalimantan Timur kerusakan tegakan tinggal akibat pemanenan kayu CTH dan RIL

(11)

KESIMPULAN

1. Kerusakan tegakan tinggal tingkat tiang dan pohon rata-rata per hektar akibat pemanenan kayu teknik CTH dan RIL masing-masing sebesar 133,0 pohon (33,15 %) dan 83,3 pohon (19,53 %). Berdasarkan tingkat keparahannya, maka keruskan yang terjadi pada petak pemanenan kayu konvensioal termasuk tingkat kerusakan sedang (25-50 %) dan pemanenan kayu RIL termasuk dalam tingkat keerusakan ringan (< 25 %).

2. Kerusakan permudaan tingkat semai dan pancang per hektar yang terjadi akibat pemanenan kayu CTH masing-masing sebesar 8466,7 batang semai (34,42 %) dan 1226,7 batang pancang (35,13 %) dan akibat pemanenan kayu RIL 3800 batang semai (23,17 %) dan 682,7 batang pancang (21,72 %).

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Butler, R.A. 2007. Reduced Impact Logging : Sustainable Logging and Improved Forest Management. Tropical Forest. Mongabay.Com. (Diakses 25 April 2008).

Davis, A.J. 2000. Does Reduced-Impact Logging Help Preserve Biodiversity in Tropical Rainforests? A Case Study from Borneo using Dung Beetles (Coleoptera: Scarabaeoidea) as Indicators.Environmental Entomology, Vol. 29, No.3, June 2000 : 467-475.

Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1993. Pedoman dan Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada Hutan Alam Daratan. Jakarta.

Durst, P.B dan T. Enters. 2001. Illegal Logging and the Adoption of Reduced Impact Logging. Makalah Dipresentasikan pada Konferensi Penguatan Hukum Kehutanan dan Pemerintahan Regional Asia Pasifik, 11-13 September 2001. Denpasar.

Elias. 2006. Financial analysis of RIL Implementation in the forest concession area of PT Suka Jaya Makmur, West Kalimantan and It’s future implementation option. Proceeding in the ITTO - MoF Regional Workshop on RIL implementation in Indonesia with Reference to Asia-Pacific Region: Review and Experiences, held in Bogor, Indonesia, February 15 -16, 2006 .

Elias. 2002. Reduced-Impact Logging. Book 1 & 2. IPB Press. Bogor.

Elias. 1998. Forest Harvesting Case Study : Reduced Impact Logging in the Tropical Natural Forest in Indonesia. FAO. Rome.

Holmes. 2000. Potret Keadaan Hutan Indonesia. Forest Watch Indonesia dan Washington D C Global Forest Watch. Bogor. Indonesia.

Keong, G.B., Shaari, A.A.N., dan Ahmad, Z. 2006. The logfisher – Its development and application in a new ground-based reduced impact logging system in Peninsular, Malaysia. Proceeding in the ITTO - MoF Regional Workshop on RIL implementation in Indonesia with Reference to Asia-Pacific Region: Review and Experiences, held in Bogor, Indonesia, February 15 -16, 2006 . Muhdi, Elias dan Sjafii Manan. 2005. Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu

dengan Teknik Pemanenan Kayu Berdampak Rendah di Kalimantan Barat. Jurnal Ilmiah AGRISOL Vol 4 (1) 2005:1-7.

(13)

Muhdi : Evaluasi Penerapan Pemanenan Kayu Dengan Teknik Reduced Impact Logging Dalam Pengelolaan…, 2008 13

Ramos, C.A., O. Carvalho and B.D. Amaral. 2006. Short-term effects of reduced-impact logging on eastern Amazon fauna. Forest Ecology and Management, Vol. 232, No. 1-3, Agustus 2006 : 26-35.

Sularso, H. 1996. Analisis Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat Pemanenan Kayu Terkendali dan Konvesnional Pada Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI). Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Tidak Diterbitkan.

Gambar

Gambar 1. Desain plot-plot permanen/pengukuran

Referensi

Dokumen terkait

Suruhanjaya Pilihan Raya, mengikut kehendak- kehendak Fasal (2) Perkara 113 Perlembagaan Persekutuan, telah mengkaji semula pembahagian Negeri Sarawak kepada Bahagian-Bahagian

pertangungjawaban tepat waktu adalah sejauh mana manfaat dana ZIS yang diberikan donatur dan muzakky bagi kaum dhuafa. Donatur dan muzakky perlu mengerti penggunaan dana

individu yang dimiliki hubungan kausal atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan, efektif atau berkinerja prima atau superior ditempat kerja atau pada

Dengan ini kami mengundang perusahaan saudara untuk megikuti Klarifikasi Penawaran Paket Pekerjaan PENGADAAN PERALATAN PENDIDIKAN SMP yang Insya Allah akan diadakan pada

Kesimpulan peneliti yang di dapat dari penelitian ini adalah ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pembelajaran ceramah bervariasi dan model

Paper ini mengkaji pengembangan pariwisata Tanjung Lesung Banten agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Penelitian ini bertujuan untuk1) mengkaji kondisi eksisting

[r]

Sehingga peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “ Corporate Social Responsibility (CSR) Memoderasi Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan Terhadap