• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Keterpakaian Koleksi Literatur Anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Keterpakaian Koleksi Literatur Anak di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Afrien, Deni. 2012. Perpustakaan Umum dan Khusus.Url:

http;//sintagieso.files.wordpress.com/.../perpustakaan-khusus-dan- umum.docx (Akses 5 Mei 2015).

Akbar, Andi. 2013. Jenis-jenis Layanan di Perpustakaan.Url:

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

---. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: Asdi Mahasatya

Azhari, Akyas. 2004. Psikologi Umum dan Perkembangan.Bandung: Teraju Mizan Publika

Endraswara, Suwardi. 2002. Metode Pengajaran Presiasi Sastra. Yogyakarta: Radhita Buana

Franz, Kurt dan Bernhard Meier. 1994. Membina Minat Baca. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fransiska, Detria. 2014. Evaluasi Keterpakaian Koleksi(Studi Evaluatif tentang

Keterpakaian Koleksi Buku pada Perpustakaan Akademi Angkatan Laut Surabaya.Url

Handayani, dkk. 2007. Studi Korelasi M otivasi Pengguna dan Pemanfaatan Koleksi

CD-ROM di UPT Pusat Perpustakaan UII Yogyakarta. Jurnal Berkala Ilmu

Perpustakaan dan Informasi.Vol III no. 7. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hamidi.(2005). Metode Penelitian Kualitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal

dan laporan Penelitian.Malang: Universitas Muhammadiyah Malang

Hasiana, Nirma. 2009. Pelayanan Perpustakaan Literatur.

Url:http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127133-RB13N198p

Pelayanan%20perpustakaan-Literatur.pdf (Akses pada 11 Desember 2015)

Hermawan, Rachman. 2006. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan

(2)

IFLA.“Guidelines for Children’s Libraries Services

(Diakses 18 Agustus 2015)

Jalaluddin.2000 Mempersiapkan Anak Saleh (Telaah Pendidikan Terhadap Sunnah

Rasul Allah SAW).Jakarta: Raja Grafindo Persada

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Jakarta : Balai Pustaka.

Kurniawan, Heru. 2009. Sastra Anak: Dalam Kajian Strukturalisme, Sosiologi,

Semiotika, hingga Penulisan Kreatif. Yogyakarta: Graha Ilmu

Lasa, HS.2005. Manajemen Perpustakaan.Yogyakarta : Gama Media.

Lancaster, FW. 1993. If You Want To Evolution Your Library. Ed. 2.Illinois : Thomson – shore.

Mustafa, Hasan. 2000. Teknik Pengambilan

Sampel 2015)

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Tahapan Perkembangan Anak Dan Pemilihan Bacaan

Sastra Anak. Yogjakarta:FBS Universitas Negeri Yogyakarta.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak : Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Perpustakaan Nasional RI. Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah. Ed. I.

Jilid I.1992. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Perpustakaan Nasional RI. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. 2006. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Puryanto, Edi. 2008. Konsumsi Anak dalam Teks Sastra di Sekolah. Makalah dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XIX HISKI

Reitz, Joan M. 2002. ODLIS: Online Dictionary of Library and Information

science.pdf (Diunduh pada 11 Juni 2015)

(3)

Santoso, Hari. 2011. Peran Buku Bacaan dan Lingkungan Dalam Menunjang

Perkembangan Bahasa Anak.Malang : UPT Perpustakaan Universitas Negeri

Malang

Sarumpaet, Riris K.1976. Bacaan Anak-anak. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya

---. 2010. Pedoman Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Siregar, Ridwan. 2004. Perpustakaan : Energi Pengembangan Bangsa. Medan: USU Press

---. 2011. Perencanaan Lokasi Perpustakaan Umum. Medan : USU Press

Sjahrial-Pamuntjak, Rusina. 2000. Pedoman Penyelenggara Perpustakaan. Jakarta: Djambatan

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sumekar, Sri. 2000. Layanan Anak di 5 Perum Kotamadya DKI Jakarta: Suatu

Kajian Manajemen. Depok: Program Pasca Sarjana UI

Sutarno, N.S. 2006. Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: CV. Sagung Seto

Tarigan, Henry Guntur. 1995. Dasar-dasar Psikosastra.Bandung : Angkasa

Wahidin, Dadan. 2009. Hakikat Sastra Anak.

Yulfimar, Evi. 2003. Evaluasi Pemanfaatan Koleksi Bidang Kedokteran pada

Perpustakaan USU.Medan: USU Press.

Yusuf. 2003. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: P2LPTK

Yusuf, Taslimah. 1996. Manajemen Perpustakaan Umum. Jakarta. Universitas Terbuka. Depdikbud.

Zulkarnaen, Sani. 2007. Pemanfaatan Koleksi Buku. Url :

(4)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah merupakan teknik yang digunakan penulis didalam

melakukan penelitian untuk memperoleh hasil penelitian yang benar atau mendekati

kebenaran, proses penelitian harus dilakukan dengan teknik-teknik tertentu sehingga

metode dapat dipilih dan ditentukan dari berbagai macam teori ilmiah yang

membahas tentang metode penelitian.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Menurut

Sugiyono (2010, 29) “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya yang berlaku untuk umum”.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.Sehingga penelitian ini

menggambarkan suatu fakta-fakta dan sifat-sifat hubungan antarfenomena terhadap

suatu peristiwa. Pada penelitian ini, peneliti hanya memaparkan secara apa adanya

data yang telah diperoleh dari unit analisis.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi

(BPAD) provinsi Sumatera Utara kota Medan, beralamat di Jalan Brigjend Katamso

(5)

3.3 Unit Analisis

Unit analisis dapat diartikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan

fokus/komponen yang diteliti.Menurut Hamidi (2005, 75) menyatakan bahwa unit

analisis adalah satuan yang diteliti yang bisa berupa individu, kelompok, benda atau

suatu latar peristiwa sosial seperti misalnya aktivitas individu atau kelompok sebagai

subjek penelitian.

Unit analisis penelitian ini adalah koleksi literatur anak di Badan

Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) provinsi Sumatera Utara dengan

jumlah 574 judul dan 4.820 eksemplar .

Tabel 3.1. Rincian Koleksi Literatur Anak

No Klasifikasi Jumlah Judul Eksemplar

1. 000 29 257

2. 100 26 112

3. 200 70 283

4. 300 54 675

5. 400 53 413

6. 500 84 828

7. 600 29 189

8. 700 79 785

9. 800 120 986

10. 900 30 292

Jumlah 574 4.820

3.4 Populasi

Jumlah dari keseluruhan variabel disebut populasi yang merupakan subjek

dengan kriteria tertentu dan berguna dalam perolehan data penelitian yang

(6)

populasi penelitian.Menurut Arikunto (2010, 173).“Populasi adalah keseluruhan

subjek penelitian”.Populasi pada penelitian ini adalah jumlah koleksi literatur anak di

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara

denganjumlah 574 judul dan 4.820 eksemplar.

3.5 Sampel

Sampel diambil dalam penelitian sebagai bahan pertimbangan efisiensi dan

mengarah pada sentralisasi permasalahan dengan memfokuskan pada sebagian dari

populasinya. Dalam penelitian pengambilan sampel yang tepat merupakan langkah

awal dari keberhasilan penelitian, karena dalam pemilihan sampel yang dilakukan

dengan tidak benar akan menghasilkan temuan yang kurang memenuhi sasarannya.

Menurut Sugiyono (2013,118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Mengingat populasi pepustakaan

yang besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,

misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti menetapkan

sampel dari banyak populasi.

Untuk mengetahui banyaknya jumlah sampel penelitian, peneliti

menggunakan rumus Slovin yaitu :

�= �

�+�.�� Keterangan:

n = Ukuran sampel

N= Ukuran populasi

(7)

Sesuai dengan rumus di atas, maka sampel penelitian ini adalah :

� = N

1 + N. e2

� = 4.820

1 + 4.820. (0,1)2

� = 4.820 1 + 48,2

� =4.820 49,2

� = 97,96

� = 98 eksemplar

Berdasarkan rumus Slovin diperoleh sampel sebesar 98 eksemplar.Karena

populasi penelitian berstrata secara tidak homogen maka teknik pengambilan sampel

adalah menggunakan Proportionate Statified Random Sampling. Menurut Sugiyono

(2013,118) “Proportionate Statified Random Sampling digunakan bila populasi

mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proposional”.

Maka untuk menentukan sampel yang berimbang dengan besarnya strata digunakan

rumus sampling fraction perstratum yaitu :

Keterangan:

= Sampling fraction stratum i

besarnya sub sampel per stratum yaitu:

��=��.�

(8)

Tabel 3.2. Penentuan Sampel Berdasarkan Strata

No. Nomor Kelas Jumlah Populasi Sampel

1. 000 257

257

4.820�98 = 5,22 5

2. 100 112

112

4.820�98 = 2,27 2

3. 200 283

283

4.820�98 = 5,75 6

4. 300 675

675

4.820�98 = 13,72 14

5. 400 413

413

4.820�98 = 8,39 8

6. 500 828

828

4.820�98 = 16,83 17

7 600 189 189

4.820�98 = 3,84 4

8. 700 785 4.820785 �98 = 15,96 16

9. 800 986

986

4.820�98 = 20,04 20

10. 900 292

292

4.820�98 = 5,93 6

Jumlah 4.820 98

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian adalah:

a. Data primer, data yang diperoleh langsung dari riwayat sirkulasi koleksi

literatur anak.

b. Data sekunder, data yang mendukung data primer yang bersumber dari

(9)

3.7 Instrumen Penelitian

Untuk dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan, dalam suatu penelitian

dibutuhkan alat /instrumen penelitian. Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010,

101) adalah alat bantu yang dipilih dan digunakannya menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya”. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel

masalah yang diteliti.

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah riwayat

sirkulasi.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dilakukan, karena

pada umumnya data yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk keperluan

penelitian. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk sampel

koleksi adalah mencatat buku yang sudah menjadi sampel. Bagian yang dicatat

meliputi:

a. Tahun Terbit

Mengelompokkan semua sampel koleksi berdasarkan tahun terbitnya, dari

tahun terbitterendah, tertinggi serta yang tidak memiliki tahun terbit.

b. Tahun Pinjam Buku

Peneliti mengelompokkan sampel koleksi berdasarkan tahun pinjam buku,

(10)

3.9 Alat Bantu Penelitian

Daftar riwayat sirkulasidari berbagai indikator.Untuk membangun dafatr

riwayat sirkulasisebagi alat/instrumen penelitian yang sistematis diperlukan

kisi-kisi.Menurut Arikunto (2006, 162), kisi-kisi adalah sebuah tabel yang menunjukkan

hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan hal-hal yang disebutkan

dalam kolom”.Kisi-kisi ini dibuat untuk mengontrol dan memudahkan

pengkoreksian. Kisi-kisi riwayat sirkulasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Alat Bantu Penelitian

No

.

Keterpakaian

No. Kelas Judul Peminjaman Tahun Terbit Jumlah Koleksi

(Eksemplar)

1

2

3.10 Teknik Analisis Data

Buku yang di analisis keterpakaiannya berjumlah 98 Judul. Adapun teknik yang

penulis lakukan dalam analisis data sebuah koleksi yaitu:

a. Mengambil langsung buku di rak koleksi untuk melihat tingkat keterpakaian

koleksi berdasarkan slip peminjaman.

b. Mengelompokkan sampel koleksi dengan judul dan nomor klasifikasi buku,

tahun terbit dan eksemplar buku.

Untuk menafsirkan besarnya persentase yang didapat dari hasil data, penulis

(11)

0 % Tidak ada satupun

1-25 % Sebagian Kecil

26-49% Hampir Setengah

50% Setengah

51-75% Sebagian Besar

76-99% Pada Umumnya

100% Seluruhnya

c. Kemudian semua data diolah dalam bentuk penyajian tabel dan grafik.

(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keterpakaian koleksi adalah mendayagunakan sumber informasi yang

terdapat di perpustakaan dan jasa informasi yang tersedia. Keterpakaian koleksi

perpustakaan adalah proses, cara dan perbuatan memanfaatkan koleksi perpustakaan.

Berdasarkan metode keterpakaian koleksi yang digunakan, peneliti

menganilisis keterpakaian koleksi berdasarkan 3 indikator yaitu intensitas

penggunaan, frekuensi penggunaan, dan jumlah koleksi yang digunakan.

4.1 Intensitas Penggunaan

Untuk mengetahui intensitas penggunaan literatur anak dapat dilihat pada

tabel berikut :

Tabel 4.1 :Intensitas penggunaan

Keterangan: D : Dipakai TD:Tidak Dipakai

No. Kelas Jumlah Sampel D % TD % JLH

(%)

000 5 3 3,1 2 2,0 5,1

100 2 1 1,0 1 1,0 2,04

200 6 5 5,1 1 1,0 6,12

300 14 12 12,3 2 2,0 14,28

400 8 5 5,1 3 3,1 8,16

500 17 13 13,3 4 4,1 17,34

600 4 3 3,1 1 1,0 4,08

700 16 11 11,2 5 5,1 16,32

800 20 15 15,3 5 5,1 20,4

900 6 5 5,1 1 1,0 6,12

(13)

Dari data pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari 98 judul buku yang

menjadi sampel dalam penelitian ini, ternyata 73 judul (74,6%) telah dipakai oleh

pengguna layanan anak di BPAD dan buku yang tidak dipakai berjumlah 25 judul

(25,4%). Dari uraian persentase buku yang dipakai oleh pengguna sebanyak 74,6 %

dapat disimpulkan, bahwa kategori persentasenya adalah sebagian besar judul koleksi

literatur anak dipakai oleh pengguna. Hal tersebut disebabkan karena koleksi yang

digunakan sudah sesuai dengan kebutuhan pengguna, sedangkan koleksi yang belum

atau tidak digunakan disebabkan karena koleksinya tidak sesuai dengan kebutuhan

pengguna yang pada umumnya adalah anak-anak.

4.2 Frekuensi Penggunaan

Dari data yang diperoleh, maka untuk mengetahui seberapa sering pengguna

membutuhkan dan menggunakan koleksi literatur anak yang ada di layanan anak pada

kelas 000-900 dapat dilihat pada grafik berikut:

4.2.1 Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 000 Keterpakaian buku pada nomor kelas 000 dengan penggunaan 15 kali

(14)

Gambar 1. Peminjaman Buku Kelas 000

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 000 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 tidak ada peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 2 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 terdapat 8 kali peminjaman

d. Pada tahun 2014 terdapat 3 kali peminjaman

e. Pada tahun 2015 terdapat 2 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 000

terbanyak pada tahun 2013.

2. Judul buku yang tidak dimanfaatkan

Untuk buku kelas 000 yang tidak dipinjam sebanyak 2 buku. 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(15)

4.2.2. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 100

Keterpakaian buku pada nomor kelas 100 dengan penggunaan 3 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 2. Peminjaman Buku Kelas 100

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 100 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 tidak ada peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 2 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 terdapat 1 kali peminjaman

d. Pada tahun 2014 tidak ada peminjaman

e. Pada tahun 2015 tidak ada peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 100

terbanyak pada tahun 2012.

2. Judul buku yang tidak dipinjam 0

0,5 1 1,5 2 2,5

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(16)

Untuk buku kelas 100 yang tidak dipinjam sebanyak 1 buku.

4.2.3. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 200 Keterpakaian buku pada nomor kelas 200 dengan penggunaan 22 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3. Peminjaman Buku Kelas 200

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 200 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 terdapat 1 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 7 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 terdapat 3 kali peminjaman

d. Pada tahun 2014 terdapat 7 kali peminjaman

e. Pada tahun 2015 terdapat 4 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 200 0

1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(17)

terbanyak pada tahun 2012 dan 2014 dengan jumlah peminjaman sama.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 200 yang tidak dipinjam sebanyak 1 buku.

4.2.4. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 300

Keterpakaian buku pada nomor kelas 300 dengan penggunaan 24 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4. Peminjaman Buku Kelas 300

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 300 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 terdapat 2 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 6 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 terdapat 7 kali peminjaman

d. Pada tahun 2014 terdapat 6 kali peminjaman 0

1 2 3 4 5 6 7 8

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(18)

e. Pada tahun 2015 terdapat 3 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 300

terbanyak pada tahun 2013.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 300 yang tidak dipinjam sebanyak 2 buku.

4.2.5. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 400 Keterpakaian buku pada nomor kelas 400 dengan penggunaan 18 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 5. Peminjaman Buku Kelas 400

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 400 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 terdapat 3 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 8 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 terdapat 4 kali peminjaman 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(19)

d. Pada tahun 2014 terdapat 3 kali peminjaman

e. Pada tahun 2015 tidak ada peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 400

terbanyak pada tahun 2012.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 400 yang tidak dipinjam sebanyak 3 buku.

4.2.6. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 500 Keterpakaian buku pada nomor kelas 500 dengan penggunaan 27 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 6. Peminjaman Buku Kelas 500

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 500 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 terdapat 7 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 2 kali peminjaman 0

2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(20)

c. Pada tahun 2013 terdapat 10 kali peminjaman

d. Pada tahun 2014 terdapat 4 kali peminjaman

e. Pada tahun 2015 terdapat 4 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 500

terbanyak pada tahun 2013.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 500 yang tidak dipinjam sebanyak 4 buku.

4.2.7. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 600 Keterpakaian buku pada nomor kelas 600 dengan penggunaan 6 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 7. Peminjaman Buku Kelas 600

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 600 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 terdapat 2 kali peminjaman 0

0,5 1 1,5 2 2,5

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(21)

b. Pada tahun 2012 terdapat 2 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 tidak ada peminjaman

d. Pada tahun 2014 tidak ada peminjaman

e. Pada tahun 2015 terdapat 2 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 600

terbanyak pada tahun 2011, 2012, dan 2015 yaitu dengan jumlah peminjaman

sama.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 600 yang tidak dipinjam sebanyak 1 buku.

4.2.8. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 700 Keterpakaian buku pada nomor kelas 700 dengan penggunaan 22 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 8. Peminjaman Buku Kelas 700

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai. 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(22)

Buku pada kelas 700 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 terdapat 5 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 8 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 terdapat 2 kali peminjaman

d. Pada tahun 2014 terdapat 3 kali peminjaman

e. Pada tahun 2015 terdapat 4 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 700

terbanyak pada tahun 2012.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 700 yang tidak dipinjam sebanyak 5 buku.

4.2.9. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 800 Keterpakaian buku pada nomor kelas 800 dengan penggunaan 29 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 9. Peminjaman Buku Kelas 800 0

2 4 6 8 10 12

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(23)

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 800 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 terdapat 5 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 8 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 terdapat 3 kali peminjaman

d. Pada tahun 2014 terdapat 2 kali peminjaman

e. Pada tahun 2015 terdapat 11 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 800

terbanyak pada tahun 2015.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 800 yang tidak dipinjam sebanyak 5 buku.

4.2.10. Frekuensi Penggunaan Koleksi Literatur Anak Pada Nomor Kelas 900 Keterpakaian buku pada nomor kelas 900 dengan penggunaan 12 kali

peminjaman dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 10. Peminjaman Buku Kelas 900 0

1 2 3 4 5

2011 2012 2013 2014 2015 TD

(24)

Berdasarkan grafik pada gambar di atas dapat diketahui:

1. Judul buku yang dipinjam/dipakai.

Buku pada kelas 900 yang dipinjam adalah sebagai berikut:

a. Pada tahun 2011 terdapat 2 kali peminjaman

b. Pada tahun 2012 terdapat 4 kali peminjaman

c. Pada tahun 2013 terdapat 3 kali peminjaman

d. Pada tahun 2014 terdapat 1 kali peminjaman

e. Pada tahun 2015 terdapat 2 kali peminjaman

Uraian di atas menunjukkan bahwa peminjaman koleksi buku kelas 900

terbanyak pada tahun 2012.

2. Judul buku yang tidak dipinjam

Untuk buku kelas 900 yang tidak dipinjam sebanyak 1 buku.

4.3 Jumlah Yang Digunakan

Berdasarkan riwayat sirkulasi layanan anak di BPAD, peneliti menganilisis

jumlah koleksi berdasarkan tahun terbit 2010 ke atas sampai 2004 ke bawah dan

memaparkan koleksi yang tidak di pinjam oleh pengguna.

4.3.1 Koleksi Buku Literatur Anak Berdasarkan Tahun Terbit

Untuk mengetahui keberadaan koleksi buku literatur anak di Badan

Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara pada kelas

000-900.Berikut hasil analisis berdasarkan tahun terbit 2010 ke atas sampai 2004 ke

(25)

Tabel 4.2: Koleksi Literatur Anak Berdasarkan Tahun Terbit

Tahun

Terbit

Nomor Kelas

Jml %

000 100 200 300 400 500 600 700 800 900

≥ 2010 2 1 4 9 2 3 1 6 8 2 38 38,8

2005-

2009

1 1 1 2 4 6 3 7 6 4 35 35,7

2004-ke

bawah

1 0 0 3 2 6 0 2 5 0 19 19,4

Tanpa

Tahun

1 0 1 0 0 2 0 1 1 0 6 6,1

Jumlah 5 2 6 14 8 17 4 16 20 6 98 100

Dari data pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa buku yang terbit tahun 2010

keatas memiliki koleksi sebanyak 38 (38,8%) judul, buku yang terbit tahun

2005-2009 terdapat 35 (35,7%) judul, buku yang terbit tahun 2004-ke bawah terdapat 19

(19,4%) judul, sedangkan buku yang tampa tahun terbit terdapat sebanyak 6 (6,1%)

judul.

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa buku yang terbit tahun 2010

keatas adalah buku yang terbanyak tersedia di layanan anak BPAD yaitu 38 judul dan

buku yangterbit tahun 2004 ke bawah merupakan buku yang tersedia paling sedikit di

perpustakaan BPAD yaitu 19 judul. Hal ini menunjukkan bahwa koleksi literatur

anak di perpustakaanlebih banyak menyediakan koleksi terbaru atau koleksi yang ada

(26)

4.3.2 Koleksi Literatur Anak Berdasarkan Tahun Peminjaman

Keterpakaian koleksiliteratur anakdapat dilihat dari tahun peminjaman

berdasarkan koleksi di rak. Berikut hasil keterpakaian koleksi literatur anak

berdasarkan tahun peminjamandapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3 : Koleksi Literatur Anak Berdasarkan Koleksi Yang Ada di Rak

Tahun

Pinjam

Nomor Kelas

Jml %

000 100 200 300 400 500 600 700 800 900

2011 0 0 1 2 3 7 2 5 5 2 27 13,3

2012 2 2 7 6 8 2 2 8 8 4 49 24,1

2013 8 1 3 7 4 10 0 2 3 3 41 20,2

2014 3 0 7 6 3 4 0 3 2 1 29 14,3

2015 2 0 4 3 0 4 2 4 11 2 32 15,8

Jumlah 15 3 22 24 18 27 6 22 29 12 178 87,7

TD 2 1 1 2 3 4 1 5 5 1 25 12,3

Jumlah 17 4 23 26 21 31 7 27 34 13 203 100

Dari data pada Tabel 4.3 dapat disimpulkan, bahwa jumlah buku yang

dipakai tahun 2011 sebanyak 27(13,3%) kali peminjaman, pada tahun 2012 adalah

sebanyak 49 (24,1%) kali peminjaman, pada tahun 2013 adalah sebanyak 41 (20,2%)

kali peminjaman, pada tahun 2014 adalah sebanyak 29(14,3%) kali peminjaman dan

pada tahun 2015 digunakan sebanyak 32 kali peminjaman (15,8%), sedangkan

keseluruhan buku yang dimanfaatkan pada tahun berbeda adalah 178 kali

(27)

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keterpakaian paling banyak

terdapat pada tahun 2012 yaitu 49 kali peminjaman, sedangkan jumlah keterpakaian

yang paling sedikit pada tahun 2011 yaitu hanya sebanyak 27 kali peminjaman dan

koleksi yang tidak dipakai berjumlah 25 buku. Dari data diatas dapat dilihat adanya

ketidakseimbangan peminjamannya dengan tahun yang lainnya. Hal ini mungkin

terjadi karena pada tahun 2012 lebih banyak pengunjung yang datang ke

perpustakaan dan pada tahun 2011 sangat sedikit digunakan oleh pengguna karena

(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengumpulan dan analisis data dalam rangka penelitian

tentang analisis keterpakaian koleksi literatur anak yang dilakukan pada layanan anak

diBadan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara,

dapat disimpulkan bahwa:

1. Intensitas penggunaan koleksi yang dipakai berjumlah 73 judul buku. Hal

ini disebabkan karena koleksi literatur anak yang digunakan memiliki

tingkat relevansi tinggi atau sudah memenuhi kebutuhan pengguna,

sedangkan koleksi tidak digunakan berjumlah 25 judul buku karena

koleksi tersebut kurang diminati dan tidak memenuhi kebutuhan para

pengguna yang umumnya adalah anak-anak.

2. Frekuensi penggunaan pada koleksi literatur anak yang paling banyak

berdasarkan nomor kelas adalah pada notasi 800, berdasarkan tahun

peminjaman yaitu pada tahun 2012 sebanyak 49 kali peminjaman,

sedangkan jumlah keterpakaian yang paling sedikit pada tahun 2011

sebanyak 27 kali peminjaman dan koleksi literatur anak yang tidak

dimanfaatkan berjumlah 25 buku.

3. Jumlah koleksi literatur anak berdasarkan tahun terbit 2004-kebawah

(29)

tidak memiliki tahun terbit sebanyak 6 judul buku. Dari data tersebut

dapat diketahui adanya peningkatan dan kemuktahiran koleksi, sehingga

jumlah koleksi yang digunakan juga semakin meningkat, karena koleksi

tersebut berpengaruh dalam membantu proses belajar ataupun memenuhi

kebutuhan pengguna, maka dapat disimpulkan sebagian besar judul

koleksi literatur anak dipakai oleh pengguna.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis mengemukakan

beberapa saran demi kemajuan dan kesuksesan perpustakaan terutama pada layanan

anak di BPAD untuk masa yang akan datang yaitu:

1. Perpustakaan perlu mempertimbangkan kebijakan pengadaan koleksi

literatur anak terhadap banyaknya eksemplar untuk setiap judul buku,

karena banyak judul buku yang memiliki eksemplar banyak tetapi kurang

dimanfaatkan oleh pengguna.

2. Perpustakaan sebaiknya menambah duplikat dari buku yang tingkat

keterpakaiaan koleksinya yang tinggi dan buku-buku yang kurang terpakai

sebaiknya dipromosikan dan dibuatkan daftarnya, agar buku-buku dapat

bermanfaat kembali oleh pengguna.

3. Perpustakaanpada layanan anak di BPAD perlu melakukan penyiangan

(weeding) terhadap koleksi perpustakaan agar pemanfaatan koleksi buku

(30)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang bertugas mengumpulkan,

menyimpan, mengatur dan menyajikan bahan pustakanya untuk masyarakat

umum.Perpustakaan Umum juga dapat diartikan sebagai lembaga pendidikan bagi

masyarakat umum dengan menyediakan berbagai macam informasi ilmu

pengetahuan, budaya dan teknologi untuk meningkatkan dan memperoleh

pengetahuan bagi masyarakat luas.

Hermawan dan Zen (2006, 30) menyatakan bahwa, “Perpustakaan umum

adalah perpustakaan yang melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan

latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan dan sebagainya.”

Pendapat lain dikemukakan oleh Siregar (2011, 38) Perpustakaan umum

didefenisikan, “sebagai suatu organisasi yang didirikan, didukung dan didanai oleh

masyarakat baik melalui pemerintah lokal, regional maupun nasional atau melalui

berbagai bentuk organisasi masyarakat”.

Selain kedua pendapat di atas Sjahrial-Pamuntjak (2000,3) menyatakan bahwa

(31)

membayar iuran sekedarnya sebagai tanda kenggotaan dari perpustakaan tersebut.

Sedangkan Sutarno (2006, 37) menyatakan bahwa

perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai universitas rakyat, karena perpustakaan umum menyediakan semua jenis koleksi bahan pustaka dari berbagai displin ilmu, dan penggunaanya oleh seluruh lapisan masyarakat dan memberikan kesempatan dan akses layanan bagi semua orang untuk memanfaatkannya.

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa perpustakaan umum adalah

lembaga pendidikan yang melayani seluruh lapisan masyarakat dengan menyediakan

berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi dan budaya sebgai sumber belajar

oleh pengguna disuatu daerah tertentu sebagai sarana penunjang pengembangan

pendidikan masyarakat pada umumnya. Perpustakaan ini didanai oleh umum serta

jasa yang diberikan kepada pengguna bersifat cuma-cuma artinya tidak perlu

membayar.

2.2 Literatur Anak

Sebagaimana halnya para orang dewasa, anak-anak juga memiliki rasa ingin

tahu untuk mengenal dunia di sekelilingnya. Pemenuhan rasa ingin tahu seorang anak

dapat dipenuhi lewat berbagai cara, dan salah satunya adalah lewat bacaan. Bahan

bacaan untuk anak-anak tersedia sangat beragam mulai cerita lucu, dongeng, fiksi,

puisi, komik dan buku pelajaran.Hal itu tidak berbeda dengan kebutuhan informasi

oleh orang dewasa yang juga dapat diperoleh lewat berbagai bahan bacaan. Orang

dewasa hanya tinggal memilih bahan bacaan dan informasi apa yang diinginkannya.

(32)

memperkaya pengetahuan, sedang yang membedakan adalah buku atau informasi apa

yang dibutuhkan.

Nurgiyantoro (2010, 2) menyatakan bahwa

Literatur/sastra yaitu berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas.

Untuk memperjelas pengertian literatur anak, penulis mengutip beberapa

pendapat tentang literatur bacaan anak-anak.

Menurut Hunt yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2010, 8) mengemukakan

bahwa literatur anak dapat didefinisikan sebagai “buku bacaan yang dibaca oleh,

yang secara khusus cocok untuk, dan yang secara khusus pula memuaskan

sekelompok anggota yang kini disebut sebagai anak-anak”.

Sedangkan menurut Puryanto (2008, 2)

literatur anak merupakan literatur yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Literatur tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi literatur untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya.

Selain pendapat di atas, Davis yang dikutip oleh Sarumpet (2010, 2)

menyatakan bahwa “literatur anak adalah bacaan yang dikomsumsi anak-anak dengan

bimbingan dan pengarahan anggota-anggota dewasa suatu masyarakat, sedang

(33)

Pendapat lain dinyatakan oleh Nugiyantoro (2010, 6) literatur anak adalah

sastra yang secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan dipahami oleh anak,

yang berangkat dari fakta konkret dan mudah diimajinasikan.

Bahan bacaan anak usia balita lebih ditekankan pada gambar (picture books)

tanpa teks. Anak balita banyak tertarik pada gambar dan warna-warnayang menyolok.

Setelah usia sekolah dasar anak diperkenalkan dengan huruf danangka. Oleh karena

itu koleksi untuk anak usia ini adalah buku-buku yang banyakgambar dan

berwarna-warni, namun sudah mulai ada sedikit teks.Franz (1994, 26) menyatakan literatur

anak adalah “semua teks yang disusun oleh orang dewasa bagi anak anak dan

Literatur anak adalah semua jenis teks yang diterima oleh anak anak dalam bentuk

cerita bergambar, rekaman pita, tape recorder atau dari televisi dan pita video.”

Kurniawan (2009, 22) juga berpendapat bahwa “literatur anak adalah sastra

yang mengacu kepada dunia anak, kehidupannya, alur cerita-ceritanya dan bahasa

yang digunakan.”

Defenisi lain menurut Huck, dkk yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2010, 7)

menekankan bahwa: “children’s books are books that have the child’s eye at the

center. Buku anak atau literature anak adalah buku yang menempatkan sudut pandang

anak sebagai pusat dari cerita.Pendapat ini juga didukung oleh Tarigan (1995, 5)

mengungkapkan bahwa “literatur anak adalah literatur atau sastra yang

mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, yang dapat dilihat dan

(34)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa literatur anak adalah literatur atau

bacaan yang dikonsumsi oleh anak-anak, namun disusun oleh orang dewasa.Baik

dalam bentuk tertulis, tergambar, tercetak atau tidak tercetak.Pengungkapan bahasa

yang digunakan adalah bahasa yang khas, lebih bernuansa keindahan dan

mencerminkan perasaan dan pengalaman anak-anak masa kini, serta menempatkan

sudut pandang anak sebagai pusat dari cerita. Literatur atau bacaan anak perlu

disesuaikan dengan dunia anak- anak saat ini dan sesuai dengan usia mereka.

Sehingga dapat ditanggapi, dipahami dan mudah diimajinasikan.

2.2.1 Jenis-jenis Literatur Anak

Seperti halnya karya sastra secara umum, jenis literatur anak juga terdapat

bentuk prosa, puisi, dan drama.Jenis prosa dan puisi sastra anak adalah yang paling

banyak ditulis orang.Sedangkan karya jenis drama anak sangat jarang ditulis, bukan

berarti tidak ada.

Wahidin (2009. 1) menyatakan Hakikat dan sifat literatur anak dapat

dikelompokkan menjadi tiga jenis yang dilihat dari kehadiran tokohnya, yaitu :

1. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda mati, seperti batu, sungai, air, lautan, sepatu,dan kue, dimana ilustrasinya benda tersebut dapat berbicara,bertingkah laku dan berperasaan layaknya seperti manusia.

2. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari alam benda hidup, seperti dunia tumbuh-tumbuhan dan dunia binatang.

3. Jenis yang mengetengahkan tokoh utama yang berasal dari dunia manusia itu sendiri.

Sedangkan Nurgiyantoro (2005, 14) menyatakan bahwa literatur anak

(35)

1. Realisme, yaitu cerita yang merepresentasikan berbagai peristiwa, aksi dan interaksi, yang seolah-olah memang benar, dan penyelesaiannya pun masuk akal dan dapat dipercaya (plausibel) .

2. Fiksi formula, yaitu cerita yang memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis yang lain.

3. Fantasi, yaitu cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima, dikembangkan lewat imajinasi yang lazim.

4. Sastra tradisional, yaitu cerita yang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya dan dikisahkan secara turun-temurun secara lisan.

5. Puisi, yaitu sebuah sastra yang didalamnya terdapat pendayagunaan berbagai unsur bahasauntuk mencapai efek keindahan.

6. Nonfiksi, yaitu bacaan yang ditulis secara artistik sehingga jika dibaca oleh anak, anak akan memperoleh pemahaman dan sekaligus kesenangan. 7. Fiksi, yaitu menampilkan cerita khayal yang tidak menunjuk pada

kebenaran faktual, ditulis relatif baru, pengarang jelas, boleh ditulis oleh siapa saja, tetapi memang ditujukan untuk anak dan dengan sudut pandang anak.

8. Komik, yaitu cerita bergambar dengan sedikit tulisan, bahkan kadang-kadang ada gambar yang tanpa tulisan karena gambar-gambar itu sudah “berbicara sendiri”.

Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa jenis koleksi literatur anak

dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yang dilihat dari kehadiran tokohnya dan

memiliki beberapa jenis genre yaitu realisme, fiksi formula, fantasi, sastra tradisional,

puisi, nonfiksi, dan komik.

2.2.2 Fungsi Literatur Anak

Ditinjau dari segi fungsi pragmatignya, sastra/literatur anak berfungsi sebagai

pendidikan dan hiburan. Menurut Davis yang dikutip oleh Sarumpaet (1976, 23)

mengemukakan pengertian literatur atau sastra anak secara popular adalah

(36)

Fungsi pendidikan pada sastra anak memberi banyak informasi tentang

sesuatu hal, pengetahuan, kreativitas atau keterampilan anak, serta memberi

pendidikan moral pada anak.

Suwardi Endraswara (2002, 24) menyatakan bahwa literatur anak juga

berfungsi sebagai:

1. Membentuk kepribadian,

2. Menuntun kecerdasan emosi anak. Perkembangan emosi anak akan

dibentuk melalui karya sastra yang dibacanya.

Sehubungan dengan hal di atas Mussen & Kagan yang dikutip oleh Tarigan

(1995, 7) menyatakan bahwa

terdapat nilai psikologis yang penting dalam sastra atau literatur anak. Literatur anak dapat berguna untuk mengembangkan kognitif anak karena pengalaman-pengalaman sastra merupakan sarana merangsang penalaran anak-anak.Bahasa berhubungan erat dengan penalaran dan merupakan penunjang pikiran anak-anak. Semakin terampil seorang anak berbahasa, semakin sistematis pula penalaran atau cara berpikir anak.

Selanjutnya Tarigan (1995, 8) mengungkapkan bahwa literatur anak

mengandung nilai bagi anak-anak yaitu nilai intrinsik dan nilai ekstrinsik.

1. Nilai Intrinsik

a. Memberi kesenangan, kegembiraan dan kenikmatan, b. Memupuk dan mengembangkan imajinasi,

c. Member pengalaman-pengalaman baru,

d. Mengembangkan wawasan menjadi perilaku insani, e. Memperkenalkan kesemestaan pengalaman, dan f. Memberi harta warisan sastra dari generasi terdahulu. 2. Nilai Ekstrinsik

a. Perkembangan bahasa, b. Perkembangan kognitif,

(37)

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa literatur anak mampu

mengembangkan, merangsang dan mengendalikan kepribadian serta penalaran anak,

baik melalui cerita, tokoh, maupun bahasa yang tersaji dalam bacaan anak.Literatur

anak juga berfungsi sebagai pendidikan dan hiburan sesuai dengan nilai intrinsik dan

ekstrinsik yang terkandung didalamnya.

2.2.3 Ciri Literatur Anak

Literatur anak secara umum memiliki sejumlah ciri yang dapat

membedakannya dengan literatur atau sastra remaja atau dewasa. Puryanto (2008, 7)

menyatakan secara garis besar, ciri dan syarat literatur anak adalah:

1. Cerita anak mengandung tema yang mendidik, alurnya lurus dan tidak berbelit-belit, menggunakan setting yang ada disekitar atau ada di dunia anak, tokoh dan penokohan mengandung peneladanan yang baik, gaya bahasanya mudah dipahami tapi mampu mengembangkan bahasa anak, sudut pandang orang yang tepat, dan imajinasi masih dalam jangkauan anak.

2. Puisi anak mengandung tema yang menyentuh, ritme yang meriangkan anak, tidak terlau panjang, ada ritme dan bunyi yang serasi dan indah, serta isinya bias menambah wawasan pikian anak.

Sedangkan Sarumpaet (1976, 29-32) menyatakan bahwa ada 3 ciri yang

menandai cerita anak itu berbeda dengan literatur orang dewasa, yaitu:

1. Unsur pantangan, yaitu unsur yang secara khusus berkenaan dengan tema dan amanat. Secara umum menghindari persoalan-persoalan yang menyangkut seks, cinta yang erotis, dendam yang menimbulkan kebencian, kekejaman, prasangka buruk, jahat, dan kematian.

2. Penyajian dengan gaya secara langsung, yaitu sajian cerita merupakan deskripsi .Secara singkat dan langsung menuju sasaran. Menampilkan dialog dan perilaku yang jelas yang mengarah pada tokoh utama,sehingga tahu sifat tokoh baik dan jelek.

(38)

umum, ketrampilan khusus maupun untuk pertumbuhan anak. Fungsi terapan dalam sastra anak ditunjukkan oleh unsur intrinsik pada teks karya sastra.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa literatur anak adalah literatur atau

sastra anak yang dikonsumsi oleh anak-anak, namun disusun oleh orang

dewasa.Bentuk penyampaiannya khas dengan sudut pandang anak sebagai pusat

penceritaan, sehingga mudah dipahami dan diimajinasikan oleh anak-anak.Litertur

anak memiliki berbagai jenis yaitu dilihat dari tokoh atau penokohannya dan dari

bentuk genre literatur anak. Kriteria literatur anak dapat dilihat dari usia dan

perkembangan anak. Ada beberapa faktor pendukung kriteria literatur anak yaitu

informasi dan edukatif.Literatur anak juga memiliki berbagai macam fungsi dan

didalamnya terkandung nilai intrinsik dan ekstrinsik. Literatur anak memiliki ciri

yaitu isi yang terkandung harus mendidik, menyentuh, memiliki unsur pantangan,

penyajian dengan gaya secara langsung dan memiliki fungsi terapan.

2.3 Layanan Anak

Perpustakaan menyediakan berbagai layanan yang sesuai dengan kebutuhan

pengguna.Jumlah jenis atau macam layanan pengguna perpustakaan sebenarnya

cukup banyak. Pada umumnya pelayanan yang diselenggarakan perpustakaan umum

adalah pelayanan sirkulasi, pelayanan referensi, pelayanan audiovisual, pelayanan

terbitan berseri, pelayanan anak, pelayanan deposit (Akbar 2013, 1). Dari beberapa

(39)

Berbagai kegiatan dipersiapkan untuk melayani kebutuhan anak-anak dalam

memenuhi rasa keingintahuan mereka akan informasi, jadi bahan pustaka harus sesuai

dengan kebutuhan anak-anak.

Perpustakaan sebaiknya menjadi tempat yang terbuka, atraktif, menantang dan

tidak menakutkan untuk semua anak. Pelayanan anak sama pentingnya dengan

pelayanan untuk orang dewasa. Joan M. Reitz (2002, 131) menyatakan bahwa

Library services intended for children up to the age of 12-13, including juvenile collection development, lapsit services, storytelling, assistance with homework assignments, and summer reading programs, usually provided by a children’s librarian in the children’s room of a public library.

Pendapat di atas dapat diartikan sebagai berikut:

Layanan anak adalah pelayanan perpustakaan yang ditunjukan untuk anak

sampai anak berumur 12- 13 tahun, didalamnya termasuk pengembangan koleksi

anak muda, lapsit services, mendongeng, membantu pengajaran dalam mengerjakan

tugas atau pekerjaan rumah, program summer reading, biasanya disediakan oleh

pustakawan anak di ruang anak yang ada di perpustakaan.

Sedangkan dalam buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan

Umum (2006, 41) dinyatakan bahwa

layanan anak-anak adalah salah satu kegiatan layanan Perpustakaan Umum menyediakan jasa untuk anak-anak. Anak-anak yang menjadi sasaran adalah anak-anak pra-sekolah sampai usia 12-13 tahun. Perpustakaan dalam memberikan layanan bagi mereka, terutama diarahkan untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat dan kebiasaan membaca serta memberikan sarana rekreasi yang mendidik. Sasaran atau target pemustaka layanan anak di perpustakaan umum menurut IFLA Guidelines for Children’sLibraries

Services adalah bayi dan balita, anak anak pra-sekolah, murid sekolah sampai

(40)

keluarga yang terkait, pemerhati anak dan orang dewasa lainnya yang berkerja dengan anak-anak, buku dan media.

Sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan umum yaitu memberikan

pelayanan kepada pengguna/anak melalui pendayagunaan koleksi bahan pustaka

untuk keperluan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, dan rekreasi, maka salah

satu layanan yang diselenggarakan oleh perpustakaan umum adalah layanan anak.

Menurut Hasiana (2009, 10-14) terdapat 4 unsur dalam suatu layanan anak, yaitu :

1. Koleksi

Bahan pustaka untuk anak lebih ditekankan pada gambar (picture book) tanpa teks.Anak-anak banyak tertarik pada gambar dan warna-warna yangmenyolok dan dengan buku bergambar yang deberi sedikit teks. Bahan pustaka untuk anak tentu saja berbeda dengan orang dewasa. Yang dimaksud dengan bahan pustaka untuk anak ialah beragam materi yang tersedia untuk anak, baik materi berbentuk buku maupun non-buku (kaset, CD,VCD, DVD, film, games computer, dan lai-lain). Beberapa macam buku untuk anak antara lain bacaan fiksi dan nonfiksi, board

books, sajak anak, buku alphabet, buku berhitung, buku bergambar, easy books, bacaan untuk pemula, buku cerita bergambar dan buku cerita.

Berdasarkan isi kandungannya, materi untuk anak dibedakan menjadi dua,

yakni fiksi dan non-fiksi.

a. Fiksi untuk anak adalah semua bentuk prosa naratif yang mengandung unsur rekaan yang ditujukan (dalam beberapa materi bahkan diciptakan oleh anak) untuk anak dengan mengikuti kriteria-kriteria tertentu. Namun dapat juga karya tersebut, mungkin pada awalnya ditujukan untuk orang dewasa tetapi karena dapat memenuhi kriteriakriteria karya fiksi untuk anak maka karya tersebut juga dapat dibaca oleh anak. Contoh karya fiksi yaitu seperti novel, buku cerita rakyat, komik dan lain-lain.

(41)

2 Fasilitas

Masa anak-anak merupakan masa terpenting karena dimasa inilah seorang anak mulai peka menerima informasi di sekitarnya.Pentingnya masa anak-anak ini perlu diisi dengan berbagai kegiatan yang menarik minat mereka sehingga dapat meningkatkan kemampuan mereka.Suatu perpustakaan perlu dilengkapin dengan berbagai fasilitas dalam mendukung kegiatan yang berlangsung di dalamnya.Fasilitas yang mendukung dalam pemberian pelayanan anak antara lain meja baca, dan belajar, papan tulis, computer, karpet, mainan, ruang bermain, peralatan dan perlengkapan belajar.

3 Jasa yang diberikan

Perpustakaan bukan hanya tempat membaca, namun dalam suatu perpustakaan juga tersedia berbagai jasa yang diberikan. Jasa perpustakaan anak antara lain :

1. Peminjaman

Jasa ini hampir ada disetiap perpustakaan. Salah satu tujuan datang ke perpustakaan adalah untuk membaca buku dan apabila perlu buku tersebut akan dipinjam untuk dibaca di rumah atau di tempat lain. Peminjaman dapat dilakukan apabila peminjaman telah menjadi anggota suatu perpustakaan.Membaca merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan oleh ppengguna suatu perpustakaan.Mungkin ia memiliki tujuan dalam membaca buku.

2. Jasa bimbingan pembaca

Jasa ini berkaitan dengan bimbingan bacaan bagi perorangan mengenai apa yang baik dibaca. Tujuan bimbingan pembaca ini adalah menemukan apa yang sesuai bagi pengguna untuk kepentingan pendidikan atau hiburan mereka

3. Menjawab pertanyaan (referens)

Penyediaan jasa referens merupkan salah satu layanan penting yang ada dalam suatu perpustakaan.Layanan menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh pengguna perpustakaan.Layanan refrens menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh pengguna perpustakaan.

4. Pinjam antar perpustakaan

Pinjam antar perpustakaan adalah transaksi peminjaman materi perpustakaan yang melibatkan dua perpustakaan. Pinjam antar perpustakaan sejenis dilakukan untuk mengatasi kebosanan akan koleksi buku yang itu-itu saja.

5. Layanan belajar

Salah satu fungsi perpustakaan adalah belajar.Pengguna dapat memanfaatkan fasilitas yang ada dalam suatu perpustakaan untuk mendukung belajar atau tugas mereka.

(42)

Pustakawan perpustakaan dapat bercerita atau mendongeng sebagai hiburan untuk anak. Mendongeng terkadang dilakukan dengan alat bantu seperti papan cerita atau boneka.

4 Pustakawan/ staf layanan anak

Bukan hanya koleksi yang berperan dalam suatu perpustakaan, namun staf perpustakaan juga tak kalah pentingnya. Agar kegiatan perpustakaan berjalan dengan efekti dan efisien, diperlukan staf perpustakaan yang mengerti akan kebutuhan penggunanya.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa layanan anak adalah kegiatan untuk

memberikan/ menawarkan koleksi yang dimiliki perpustakaan kepada pengguna yaitu

anak – anak sampai umur 12-13 tahun, agar dapat memperkenalkan perpustakaan,

meningkatkan minat baca sejak dini dan membantu mereka dalam mengerjakan tugas

atau pekerjaan rumah. Suatu layanan anak memiliki 4 unsur yaitu koleksi, fasilitas,

jasa yang diberikan dan pustakawan/ staf layanan anak.

2.3.1 Tujuan Layanan Anak

Menyediakan koleksi dan memberikan layanan yang baik yang sesuai

kebutuhan anak, akan membuat anak-anak betah berada diruangan anak untuk

membaca. Pelayanan yang diberikan antara lain koleksi, mendongeng, membimbing

kesenangan membaca, mendidik untuk belajar mandiri, membaca bersama, dan

sebagainya.

Sebagai salah satu layanan perpustakaan, layanan anak memiliki tujuan

tertentu. Menurut Anwar yang dikutip oleh Yusuf (2003, 175) tujuan utama dari

layanan anak-anak adalah :

(43)

2. Memberikan bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan pustaka lainya yang sesuai dengan usianya.

3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca (sebagai hobi) dan mendidik anak belajar mandiri.

4. Mempergunaan sumber yang ada di perpustakaan untuk menunjang belajar seumur hidup.

5. Membantu anak untuk mengembangkan kecakapannya dan menambah pengetahuan sosialnya.

6. Berfungsi sebagai suatu kegiataan social masyarakat untuk menyejahterakan anak-anak.

Sedangkan dalam IFLA Guidelines for Children’s Libraries Services, layanan

anak bertujuan untuk :

a. To facilitate the right of every child to 1. information

2. functional, visual, digital and media literacy 3. cultural development

4. reader development 5. lifelong learning

6. creative programs in leisure time

b. To provide children with open access to all resources and media c. To provide various activities for children, parents and caregivers d. To facilitate families’ entry into the community

e. To empower children and to advocate for their freedom and safety f. To encourage children to become confident and competent people g. To strive for a peaceful world.

Uraian di atas dapat diartikan sebagai berikut :

a. Memfasilitasi hak setiap anak untuk :

1. Informasi

2. Tugas fungsional, visual, literasi digital dan media

3. Pengembangan kebudayaan

4. Pengembangan pembaca

(44)

6. Program kreatif pada waktu senggang

b. Menyediakan akses terbuka untuk semua sumber daya dan media bagi

anak

c. Menyediakan berbagai macam aktifitas untuk anak, orangtua serta

pemerhati anak

d. Memfasilitasi jalan masuk keluarga ke komunitas

e. Memberikan kekuasaan untuk anak dan mendukung kebebasan serta

keamanan mereka

f. Mendorong anak-anak agar menjadi individu yang percaya diri dan

berkompetensi

g. Memperjuangkan sebuah perdamaian dunia

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan dari layanan anak

memberikan informasi yang dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan dari anak – anak

dan membantu dalam menambah wawasan serta ilmu pengetahuan dalam berbagai

hal sehingga dapat dipergunakan dengan sebaik – baiknya

2.3.2 Fungsi Layanan Anak

Layanan anak merupakan salah satu layanan yang diselenggarakan oleh

perpustakaan umum.Layanan anak diadakan di perpustakaan umum karena pada

dasarnya perpustakaan umum melayani semua lapisan masyarakat.Layanan anak

merupakan upaya dari perpustakaan umum untuk menjaring pembaca

(45)

Untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, perpustakaan umum

harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Sesuai dengan fungsi perpustakaan

umum, layanan anak juga memiliki fungsi yang sama.

Menurut Yusuf (1996, 21) fungsi perpustakaan umum dapat dijabarkan

sebagai berikut :

1. Fungsi Edukatif

Perpustakaan Umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara mandiri. Budaya mandiri dapat membentuk masyarakat yang belajar seumur hidup dan gemar membaca 2. Fungsi Informatif

Perpustakaan Umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan buku-buku referensi, bacaan ilmiah populer berupa buku dan majalah ilmiah serta data-data penting lainnya yang perlukan pembaca.

3. Fungsi Kultural

Perpustakaan Umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk tercetak/terekam.Perpustakaan merupakan tempat penyimpanan dan terkumpulnya berbagai karya budaya manusia yang setiap waktu dapat diikuti perkembangannya melalui koleksi perpustakaan.

4. Fungsi Rekreasi

Perpustakaan Umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan dewasa.Bacaan fiksi dapat menambah pengalaman atau menumbuhkan imajinasi pembacanya dan banyak digemari oleh anak-anak dan dewasa.

Sehubungan dengan fungsi tersebut di atas Siregar (2004, 76) menjelaskan

peran utama perpustakaan umum yang ditugaskan pemerintah negara kepada suatu

perpustakaan umum yaitu :

(46)

2. Membantu orang dewasa untuk “belajar sepanjang hayat” dan belajar kembali untuk perubahan atau peningkatan karir.

3. Memelihara dan mempromosikan kebudayaan.

Dari penjelasan di atas maka dapat diketahui fungsi layanan anak sama seperti

fungsi perpustakaan umum, yaitu tediri dari fungsi edukatif, informatif, kultural, dan

rekreasi. Dan layanan anak yang diselenggarakan perpustakaan umum berperan untuk

mengajarkan, membantu, memelihara dan mempromosikan kebudayaan pada wilayah

tertentu serta sebagai sarana simpan karya manusia.Peran tersebut termasuk unik

karena tidak dapat dipenuhi oleh lembaga jenis lainnya.

2.3.3 Tugas Layanan Anak

Penyelenggaraan layanan anak bukan hanya untuk mengumpulkan dan

menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya penyelenggaraan layanan

anak diharapkan dapat membantu anak-anak dan pengguna lain dalam menyelesaikan

tugas-tugas dalam proses belajar-mengajar. Oleh sebab itu, segala bahan pustaka

yang dimiliki layanan anak harus dapat menunjang proses belajar mengajar sesuai

dengan tugas layanan anak yang sudah ditetepkan.

Menurut Bowler yang dikutip oleh Sumekar (2000, 24) tugas utama layanan

anak diperpustakaan adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan koleksi berbagai macam bahan pustaka yang disajikan secara menarik dan mudah digunakan oleh anak- anak.

2. Memberi bimbingan kepada anak-anak dalam memilih buku dan bahan pustaka lainnya.

3. Membina, mengembangkan, dan memelihara kesenangan membaca sebagai suatu hobi dan mendidik untuk belajar mandiri.

(47)

5. Menunjang pendidikan seumur hidup dengan menggunaka semua sumber ada di perpustakaan.

6. Membantu anak dalam mengembangkan kecakapannya dan menambah pengetahuannya.

7. Membantu anak dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sekolah.

Sedangkan menurut Yusuf (1996, 18 ) tugas layanan anak adalah sebagai

berikut :

1. Untuk melayani kebutuhan bahan pustaka anak.

2. Menyediakan bahan pustaka yang dapat menumbuhkan kegairahan anak untuk belajar dan membaca sedini mungkin.

3. Mendorong anak untuk terampil memilih bacaan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan formal, nonformal, dan informal .

4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa layanan anak mempunyai

tugas dalam pemenuhan informasi bagi penggunanya yaitu anak-anak dan pengguna

lain dalam memenuhi kebutuhan mereka akan informasi untuk keperluan pendidikan

maupun keperluan pribadi.

2.3.4 Jenis – Jenis Layanan Anak

Jenis layanan anak merupakan layanan yang diberikan suatu perpustakaan

kepada pengguna perpustakaan khususnya anak – anak.Akbar (2013, 9) menyebutkan

jenis-jenis layanan anak yang disediakan oleh perpustakaan antara lain:

1. Layanan membaca

Selain meminjamkan bahan pustaka anak- anak, perpustakaan umum menyediakan layanan anak- anak Balita dan anak sampai usia 12 tahun. Merka diarahkan untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat baca dan gemar belajar serta rekreasi yang mendidik.

2. Bimbingan membaca

(48)

kepada buku secara bertahap yaitu dengan memberikan buku bergambar tanpa teks.Setelah mengenal huruf mereka diberi buku bergambar dengan teks sederhana dan mudah dibaca.Setelah lancer membaca maka mereka diberi buku dengan teks yang lebih banyak daripada gambar sampai kepada buku yang hanya terdiri dari teks saja.Untuk acara bimbingan membaca ini perlu dilakukan secara terencana dengan jadwal yang teratur sehingga tidak menggangu ham pelajaran sekolah.

3. Layanan referens anak

Layanan kepada anak- anak perlu juga dilengkapi dengan layanan referena.Anak- anak perlu diperkenalkan kepada buku- buku referens sejak dini. Bahan refrens untuk anak- anak mencakup ensiklopedia, kamus, atlas dan lain- lain. Pustakawan yang bertugas di bagian referens anak- anak dapat memberi bimbingan bagaimana mencari informasi, cara menggunakan buku referens dan menjawab pertanyaan anak- anak.

4. Acara mendongeng

Layanan mendongeng ini biasanya sangat digemari anak- anak terutama usia balita dan usia awal sekolah dasar. Pada usia ini anak-anak memiliki resa ingin tahu. Karena itu sangat tepat bila pada usia ini diperkenalkan buku- buku yang sesuai dengan imajinasi anak- anak. Buku tersebut dapat dibacakan oleh pustakwan dengan cara seperti mendongeng. Pustakawan ( dapat bekerja sama dengan guru TK dan SD) harus menggunakan koleksi dan alat peraga yang ada di perpustakaan dalam mendongeng. Pembawa cerita harus mempunyai pengetahuan tentang bacaan anak- anak yang akan disampaikan. Waktu untuk melaksanakan acara mendongeng harus disesuaikan dengan waktu berkunjung aka keperpustakaan, biasanya waktu libur.Jadwal acara mendongeng tersebut harus diumumkan di bagian pelayanan sehingga anak- anak mengetahui untuk berkunjung apabila ingin mendengarkan dongeng tersebut.

5. Pertunjukan atau pemutaran film

(49)

Di dalam Panduan Penyelenggaraan Perpustakaan Daerah (1992, 38-39)

disebutkan bahwa jenis layanan yang bisa diberikan untuk anak di perpustakaan

umum antara lain yaitu :

a) Peminjaman Buku b) Bimbingan Membaca c) Layanan Rujukan

d) Mendongeng (story telling) e) Pertunjukkan Film

f) Pertunjukkan Boneka g) Mainan Anak

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa jenis layanan anak

memberikan pelayanan yang bervariasi, antara lain peminjaman buku, membimbing

kesenangan membaca, layanan rujukan, mendongeng, pertujukan film, dan

sebagainya. Memilih buku bacaan untuk anak- anak bukanlah tugas yang mudah.

Kreteria bacaan anak-anak harus sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasannya.

2.4 Kategori Anak

Semua anak melewati tahapan intelektual dalam proses yang sama walau

tidak harus dalam umur yang sama. Tiap tahapan mempunyai karakteristik yang

membedakannya dengan tahapan yang lain, dan hal itu berkaitan dengan respon anak

terhadap bacaan. Ada beberapa pembagian kategori anak.

Menurut Pieget yang dikutip oleh Nurgiyantoro (2005, 200) perkembangan

kategori anak dapat dibagi ke dalam empat tahapan yaitu:

“Pertama: tahap sensori-motor (the sensory-motor period, 0–2 tahun).

(50)

atau hubungan-hubungan berdasarkan sesuatu yang dapat diraih atau dapat berkontak langsung. Anak mulai dapat memahami hubungannya dengan orang lain, mengembangkan pemahaman objek secara permanen.

Kedua: tahap praoperasional (the preoperational period, 2–7 tahun). Dalam

tahap ini anak mulai dapat “mengoperasikan” sesuatu yang sudah mencerminkan aktivitas mental dan tidak lagi semata-mata bersifat fisik.

Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah (i) buku-buku yang menampilkan gambar-gambar sederhana sebagai ilustrasi yang menarik, (ii) buku-buku bergambar yang memberi kesempatan anak untuk memanipulasikannya, (iii) buku-buku yang memberi ke-sempatan anak untuk mengenali objek-objek dan situasi tertentu yang bermakna baginya, dan (iv) buku-buku cerita yang menampilkan tokoh dan alur yang mencerminkan tingkah laku dan perasaan anak.

Ketiga: tahap operasional konkret (the concrete operational, 7–11 tahun).

Pada tahap ini anak mulai dapat memahami logika secara stabil. Kemungkinan implikasi terhadap buku bacaan sastra yang sesuai dengan karakteristik pada tahap perkembangan intelektual di atas antara lain adalah buku-buku bacaan yang memiliki karakteristik sebagai berikut. (i) Buku-buku bacaan narasi atau eksplanasi yang mengandung urutan logis dari yang sederhana ke yang lebih kompleks. (ii) Buku-buku bacaan yang menampilkan cerita yang sederhana baik yang menyangkut masalah yang dikisahkan, cara pengisahan, maupun jumlah tokoh yang dilibatkan. (iii) Buku-buku bacaan yang menampilkan berbagai objek gambar secara bervariasi, bahkan mungkin yang dalam bentuk diagram dan model sederhana. (iv) Buku-buku bacaan narasi yang menampilkan narator yang mengisahkan cerita, atau cerita yang dapat membawa anak untuk memproyeksikan dirinya ke waktu atau tempat lain. Dalam masa ini anak sudah dapat terlibat memikirkan dan memecahkan persoalan yang dihadapi tokoh protagonis atau memprediksikan kelanjutan cerita.

Keempat: tahap operasi formal (the formal operational, 11 atau 12 tahun ke atas). Pada tahap ini, tahap awal adolesen, anak sudah mampu berpikir

(51)

Sedangkan Azhari (2004, 173) menyatakan bahwa

perkembangan pada umunya didasarkan pada perubahan-perubahan yang terjadi pada tiga hal antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan psikologis dan periodisasi berdasarka dedaktis.

1. Periodisasi berdasarkan perubahan biologis

Periodisasi ini bisa dilihat dari pembagian yang dilakukan Aristoteles yang menggambarkan perkembangan anak sejak lahir sampai mencapai dewasa dalam tiga periode, sebagai berikut:

a. Fase kecil (0 sampai 7 tahun: masa bermain)

b. Fase anak sekolah (7 sampai 14 tahun: masa anak sekolah rendah) c. Fase remaja (14 sampai 21 tahun: masa peralihan)

2. Periodisasi berdasarkan psikologis

Tokoh yang menggunakan periodisasi ini adalah Oswald Kroch.Gejala psikologis yang dijadikan dasar pembagiannya adalah masa-masa kegoncangan. Menurut Kroch, kegoncangan yang ia istilahkan dengan

trotz, dialami manusia selama dua kali, yakni;

a) pada tahun ketiga, keempat kadang-kadang permulaan tehun kelima, dan b) pada permulaan masa pubertas.

3. Periodisasi berdasarkan dedaktis

Dasar dedaktis yang dipergunakan dalam pembagian masa perkembangan ini adalah berhubungan dengan masalah materi apa yang harus diberikan dan bagaimana mengajarkan materi itu kepada anak.Tokoh pencetus pembagian periode ini adalah John Amos Comenius yang terkenal konsepsinya mengenai bermacam-macam sekolah yang disesuaikan dengan perkembangan anak. Secara singkat periodesasi yang dibuat Comenius antara lain sebagai berikut:

a. Masa sekolah ibu, (untuk anak usia 0 sampai 6 tahun)

b. Masa sekolah bahasa ibu (untuk anak usia 6 sampai 12 tahun) c. Masa sekolah bahasa latin, (untuk anak usia 12 sampai 18 tahun) d. Masa sekolah tinggi, (untuk anak usia 18 sampai 24 tahun)

Pendapat lain dikemukakan oleh Jalaluddin (2000, 117-137) yang membagi

perkembangan kedalam beberapa tahap yaitu:

1. Anak usia 0-7 tahun

(52)

tumbuh rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk belajar.

2. Anak usia 7-14 tahun

Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin dan moral (Addibhu).

3. Anak usia 14-21 tahun

Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada pada masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-perkataan kasar menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap emosional ini mendorong anak untuk bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa krisis kedua yaitu masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa pubertas.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perkembangan anak berjalan secara

bertahap melalui berbagai tahap perkembangan yaitu tahap sensori-motor (0-2 tahun),

tahap praoperasional (2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), tahap

operasi formal (11 atau 12 tahun ke atas). Setiap perkembangan juga didasarkan pada

tiga perubahan antara lain; periodisasi berdasarkan biologis, periodisasi berdasarkan

psikologis, priodisasi berdasarka dedaktis. Dalam setiap fase perkembangan ditandai

dengan bentuk kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.Sekalipun

perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini dapat

dipahami dalam hubungan keseluruhannya.

2.5 Keterpakaian Koleksi

Untuk dapat memberikan pelayanan informasi dalam rangka mencapai tujuan

perpustakaan, maka perpustakaan harus berusaha untuk menyediakan berbagai

(53)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005, 711) kata keterpakaian atau juga disebut

dengan pemanfaatan memiliki arti proses, cara, dan perbuatan memanfaatkan sesuatu

untuk kepentingan sendiri.

Handoko yang dikutip oleh Handayani (2007, 28) menyatakan bahwa dari

segi pengguna pemanfaatan bahan pustaka di perpustakaan dipengaruhi oleh faktor

internal dan eksternal yaitu:

Faktor internal meliputi:

1.Kebutuhan yang dimaksud dengan kebutuhan disini adalah kebutuhan akan informasi.

2.Motif merupakan sesuatu yang melingkupi semua penggerak, alasan atau dorongan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu

3.Minat adalah kecendurungan hati yang tinggi terhadap sesuatu

Faktor eksternal meliputi:

1.Kelengkapan koleksi banyaknya koleksi referensi yang dapat dimanfaatkan informasinya oleh mahasiswa

2.Keterampilan pustakawan dalam melayani pengguna. Keterampilan pustakawan dalam melayani mahasiswa dapat dilihat melalui kecepatan dan ketepatan mereka memberi layanan

3.Keterbatasan fasilitas dalam pencarian kembali

Sedangkan menurut Lasa (2005, 3117) “keterpakaian koleksi seperti

banyaknya peminjam dan jumlah koleksi yang dipinjam biasanya digunakan sebagai

salah satu unsur untuk mengetahui efektifitas suatu perpustakaan.”

Pada dasarnya pemanfaatan koleksi perpustakaan mencakup dua hal yaitu

menggunakan koleksi dalam ruangan perpustakaan (in library use) dan meminjam

(54)

Lan

Gambar

Tabel 3.1. Rincian Koleksi Literatur Anak
Tabel 3.3. Alat Bantu Penelitian
Tabel 4.1 :Intensitas penggunaan
Gambar 1. Peminjaman Buku Kelas 000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terus menerus berusaha untuk memperoleh umpan balik faktor internal dan eksternal (Lasa HS, 2001: 9). Dari beberapa pendapat tentang evaluasi di atas, dapat dipahami bahwa evaluasi

Para pengguna perpustakaan beralih ke pemakaian internet dalam pemenuhan kebutuhan informasi mereka, tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat nanti koleksi Audio-visual

Dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (1994 : 71) dinyatakan bahwa, “Pelayanan audiovisual adalah kegiatan meminjam bahan pustaka audiovisual kepada pengguna

Sistem pelayanan tertutup ( closed access ) adalah suatu cara peminjaman yang tidak akan memungkinkan pengguna untuk memilih dan mengambil sendiri. koleksi

BPAD Propsu memberikan motivasi semangat dalam minat baca dengan cara mengadakan kegiatan lomba membaca, lomba membaca puisi, lomba mewarnai. Layanan membaca, Pada pelayanan anak

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara ini memiliki tugas yang sangat penting dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat luas, koleksi yang

PROSES ALIH MEDIA KOLEKSI DEPOSIT PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN DOKUMENTASI SUMATERA UTARA (BPAD).. 3.1 Sejarah singkat BPAD

BPAD Provinsi Sumatera Utara merupakan lembaga teknis yang dibentuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002 dalam rangka pelaksanaan