• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut UU NO 31 Tahun 2000

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Desain Industri dalam Industri Kerajinan Tangan Usaha Kecil Menengah (UKM) Menurut UU NO 31 Tahun 2000"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Atan, Handju, dan Armillah Widawati. Pengetahuan Seni Ukir Indonesia. Jakarta: Mutiara,1981.

Bahesti. Kepemilikan dalam Seni Ukir, terjemahan Lukman Hakim dan Ahsin M, Cet. 1.Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992.

Dharmawan, NK Supasti. ”Perlindungan Hukum Atas Karya-Karya Intelektual Di Bidang Hak Cipta Dan Desain Industri.” Denpasar Bali : Makalah Seminar HKI, 2003.

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia bekerjasama dengan Japan International Coorporation Agency, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, 2006.

Djumhana, M dan R. Djubaidillah. Hak Milik Intelektual (Sejarah Teori dan Prakteknya di Indonesi) Bandung: PT. Citrra Aditya Bakti, 2004.

Gambiro, Ita. Desain Produk Indonesia. Jakarta: CV Gramada Offset, 1992. Hart, H.L.A. The Concept of Law. London: London University Press, 1972.

Heskett, Jhon. Desain Industri. terjemahan Chandra Johan. Jakarta: Rajawali, 1968.

Juwana, Hikmahanto. Politik Hukum UU Bidang Ekonomi di Indonesia dalam gagasan dan pemikiran Tentang Pembaharuan Hukum Nasional Vol.II. Jakarta:Tim Pakar Hukum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, 2003.

Lindsey, Tim, dkk. Hak Kekayaan Intelektual:Suatu Pengantar. Bandung: Alumni, 2000.

Margono, Sayud dan Amir Angkasa. Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis. Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002.

Maulana, Insan Budi. Pelangi HAKI dan Anti Monopoli. PSH FH UII, Yogyakarta: 2000.

(2)

Purba, A.Zen Umar. Trips,UU Hak Cipta dan Penegakan Hukum,dalam Gagasan dan Pemikiran tentang Pembaharuan Hukum Nasional Vol II. Jakarta:Tim pakar Hukum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI,2003 Rasjid, Lili dan Wyasa Putra. Hukum Sebagai Suatu Sistem. Bandung:PT. Remaja

Rosdakarya,1993.

Riswandi, Budi Agus dan M.Syamsudin. Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,2004.

Saidin, Ok. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual. Cetakan Ketiga, Jakarta :Raja Grafindo Persada, 2003.

Saleh, Ismail. Masalah Perlindungan Milik Intelektual Hukum dan Ekonomi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990

Sinungan, Ansor. Perlindungan Desain Industri Tantangan dan Hambatan dalam praktiknya di Indonesia. Bandung: PT.Alumni, 2011.

S. P, Soedarso. Sejarah Perkembangan Seni Rupa Indonesia. Yogyakarta: Saku Dayar Sana, 1990.

Simanjuntak. “Peran Industri di Indonesia.” Makalah Seminar Kerjasama FH UNUD,Klinik Haki Jakarta JICA, Denpasar:2000.

Surya, Bonny. Peran desain bagi ekspor Indonesia. Bandung:1999.

Suwarna. Modul Sejarah Seni Rupa Indonesia. Yogyakarta: Program Semique Dirjen Dikti, FBS, UNY, 2003.

Usman, Rachmadi. Hukum Hak Kekayaan Intelektual: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya di Indonesia. Bandung: Alumni, 2003.

Warassih, Esmi. Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis. Semarang:PT.Suryandaru Utama, 2005.

(3)

Tesis

Wirawan, I ketut. ”Budaya Hukum dan Disfungsi UUHC kasus masyarakat Seniman Bali.” Tesis Program Pascasarjana Ilmu Hukum Undip,Semarang: 2000.

Sri Hadiningrum, “Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya Perlindungan Desain Industri”, (Tesis, Ilmu Hukum, Pascasarjana, USU, 2008).

Skripsi

Rahayu, Sri. “ Kriteria Syarat Subjektif Pendaftaran Desain Industri.” Skripsi, Program Sarjana Ilmu Hukum Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta: 2004.

Koto, Desy Rizki. ”Penerapan Prinsip Itikad Baik Dalam Penyelesaian Sengketa Desain Industri.” Skripsi, Program Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2006.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Republik Indonesia. Undang-Undang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Tentang Desain Industri.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Usaha Kecil. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 Tentang Hak Cipta. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

WEBSITE

Akang kasep, “Pembajakan Hambatan Industri Kreatif di Indonesia.”

if.html/, (diakses tanggal 10 Mei 2013.)

(4)

Arie Abimanyu, “Desain Industri.” /2010/06/desain-industri.html , (diakses tanggal 23 mei 2013 )

Bisnis UKM, http://bisnisukm.com/pentingnya-hki-bagi-ukm.html, (diakses tanggal 24 mei 2013 )

Chairunnisa, “Pentingnya HKI dalam UKM” blogspot.com /2012/05/pentingnya-hki-bagi-ukm.html,(diakses pada tanggal 24 Mei 2013.)

Institut teknologi bandung, “Desain Industri” http://ipr.itb.ac.id/?page_id=181 (diakses tanggal 23 mei 2013.)

Electronic book , DJHKI, http://119.252.174.20/media-hki/?book=tampil-menarik-pengantar-desain-industri-bagi-ukm (diakses tanggal 24 Mei 2013.)

(diakses tanggal 23 mei 2013.)

http://maindakon.blogspot.com/2010/03/tugas-seni-22-feb-2010-tentang-seni.html (diakses 15Mei 2013.)

Hasiholan, Yan, “Hak Kekayaan intelektual”,

.com /2012/05/10/hak-kekayaan-intelektual/ . (diakses tanggal 09 juli 2013.)

Universitas islam Indonesia, “Relevansi hak kekayaan intelektual dengan usaha kecil menengah”, http://pusathki.uii.ac.id/artikel/artikel/relevansi-hak- kekayaan-intelektual-untuk-usaha-kecil-menengah-ukm.html (diakses tanggal 05 juni 2013).

Wikipedia, “kekayaan intelektual”, Kekayaan_intelektual (diakses tanggal 05 juli 2013).

Wirajaya, Asep Yudha, “Perlindungan Hak Kekayaan Intelektual Untuk Seni

dan Budaya Tradisional”,

juli 2013.)

Yohast, Debora Putri, “ Perkembangan Hukum Desain Industri di Indonesi

Indonesia.html (diakses pada tanggal 10 juli 2013.)

Hukum Online

disain-industri-oleh-ukm-masih-minim

(5)

Kerajinan Tangan, http://indonesiacraftproduct.blogspot.com/, diakses pada tanggal 17 juli 2013.

(6)

BAB III

PERLINDUNGAN HUKUM DALAM INDUSTRI KERAJINAN TANGAN PRODUKSI USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

A. Ruang Lingkup Kerajinan Tangan

Seni mencakup pengertian yang sangat luas, masing-masing definisi memiliki tolak ukur yang berbeda. Definisi yang dikemukakan cenderung menitikberatkan pada sisi teoritis (berdasarkan teori) dan filosofis (berdasarkan pengetahuan). Banyak sekali pengertian/ definisi mengenai seni. Beberapa pendapat menyatakan bahwa seni berasal dari “SANI” yang artinya“Jiwa Yang Luhur/Ketulusan jiwa”. Dan menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan bahwa seni merupakan “ART” (artivisial) yang artinya barang atau karya dari sebuah kegiatan.62

Seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan, dalam artian bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan.63

Cabang kesenian kerajinan tangan ini pada dasarnya memprioritaskan kepada keterampilan tangan dalam bentuk benda hasil kerajinan. Hal kerajinan tangan mencakup unsur-unsur bordir, renda, seni lipat,seni dekoratif, serta seni yang menekankan keterampilan tangan. Kerajinan tangan adalah hal yang

62

Soedarso, S.P, Sejarah Perkembangan Seni Rupa Indonesia (Yogyakarta: Saku Dayar Sana, 1990), hlm. 3.

63

(7)

berkaitan dengan buat dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya terbuat dari berbagai bahan. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni maupun barang pakai. Biasanya istilah ini diterapkan untuk cara tradisional dalam membuat barang-barang.Kerajinan tangan bisa terbuat dari barang - barang bekas seperti botol bekas, kardus, dan plastik makanan. Arti yang lain ialah usaha yang berterusan penuh semangat ketekunan, kecekalan, kegigihan, dedikasi dan berdaya maju dalam melakukan sesuatu perkara.

Kerajinan tangan bisa disebut juga suatu kegiatan dalam menciptakan suatu bentuk produk yang dominan menggunakan tangan manusia, yang sangat minim dalam penggunaan mesin atau alat otomatis. Hal yang lumrah dalam pembuatan kerajinan tangan adalah mengangkat suatu nilai dari bahan atau barang yang tidak layak pakai (barang bekas), sehingga memiliki fungsi untuk kehidupan dan tentunya bernilai ekonomis. Dalam kerajinan tangan, kapasitas produksi terukur dari jumlah orang yang terlibat didalamnya. Selain itu adanya pengaruh ketersedaan bahan baku utama dan pendukung, karena bahan bekas ketersediannya tidak bisa diprediksi, kecuali dalam pembuatan kerajinan tangan tersebut menggunakan lebih banyak bahan baru.64

Produk kerajinan tangan pelaku UKM ditampilkan dalam pameran, antara lain pameran yang cukup kredible adalah INACRAFT yang diadakan setiap tahunnya untuk mengenalkan produk-produk Indonesia. Pameran INACRAFT inilah ajang yang tepat untuk mendapatkan produk kerajinan tangan dari seluruh

64 Kerajinan Tangan, http://indonesiacraftproduct.blogspot.com/, diakses pada tanggal 17

(8)

pelosok negeri Indonesia, karena di pameran ini banyak disuguhkan produk kerajinan tangan yang menarik dan unik. Inacraft adalah pameran kerajinan terbesar Indonesia yang diadakan setahun sekali di JCC Jakarta tiap bulan April.65

HKI adalah hak kebendaan, hak atas sesuatu benda yang bersumber dari hasil kerja otak, hasil kerja rasio. Hasil dari pekerjaan rasio manusia yang menalar. Hasil kerjanya itu berupa benda immaterial (benda tidak berwujud).

Presiden secara khusus membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk mengelola potensi bangsa yang diharapkan ikut mendorong pertumbuhan ekonomi negara. Salah satu sektor terpenting dari ekonomi kreatif adalah kerajinan. Dewan kerajinan nasional (DEKRANAS) mengatakan bahwa dalam pameran tersebut banyak pelaku UKM yang mengikuti kegiatan tersebut untuk menjual produk kerajinan tanganya dan memperkenalkan kekhasan kerajinan tangan di Indonesia. Dimana Inacraft sudah menjadi ikon pemasaran produk-produk kerajinan tangan yang kreatif . Dalam website DEKRANAS membahas mengenai produk- produk kerajinan tangan yang dihasilkan oleh pelaku UKM. Dalam websitenya juga terdapat konsultasi yang diberikan oleh pihak DEKRANAS terhadap pelaku UKM yang berkaitan dengan pemasaran produk kerajinan tangan produk UKM tersebut. DEKRANAS memberikan tanggapan atas pertanyaan yang muncul dari para pelaku UKM.

66

65 Lidya Fitrian, “INACRAFT”,

http://emak2blogger.web.id/2012/04/19/inacraft-pameran-kerajinan-tahunan-terbesar-indonesia/ diakses pada tanggal 17 juli 2013.

66

Saidin, Op. Cit, hal. 9 .

(9)

dua dimensi, mempunyai nilai estetis, dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi dan mampu menghasilkan produk atau komoditas industri atau kerajinan tangan. Selain itu karya desain industri tersebut harus baru dan desain industri tersebut tidak sama dengan pengungkapan yang telah ada sebelumnya. Perlindungan desain industri diperoleh melalui sistem pendaftaran, dalam hal ini berarti pendesain yaitu seorang atau beberapa orang yang menghasilkan karya desain industri baru akan memperoleh perlindungan hukum atas karyanya atau akan memperoleh hak desain industri bila pihaknya telah mendaftarkan karya desainnya tersebut pada Direktorat Jenderal HKI.

Obyek / lingkup desain industri adalah hasil karya intelektual yang berupa kreasi tentang bentuk, berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi, mempunyai nilai estetis, dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi dan mampu menghasilkan produk atau komoditas industri atau kerajinan tangan. Sedangkan subyek dari desain industri adalah pendesain atau pihak lain yang menerima hak desain dari pendesain.67

Elemen desain industri juga sering bersinggungan dengan elemen dalam karya hak cipta , terutama dengan lingkup hak cipta dalam Pasal 12 huruf f yaitu obyek hak cipta yang berupa seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan. Elemen seni ukir, seni pahat dan seni patung dalam hak cipta sering bersinggungan dengan elemen desain industri terutama dalam karya desain industri yang berupa kerajinan tangan.

67

(10)

Meskipun elemen-elemen antara karya desain industri mungkin saja bersinggungan dengan elemen-elemen karya hak cipta, namun sebagaimana telah dikemukakan tetap dapat dibedakan antara keduanya. Hak cipta obyek perlindungannya lebih pada karya tentang seni, sedangkan desain industri penekanannya pada karya tentang bentuk (appearance) yang mempunyai nilai estetika dan dibuat untuk menghasilkan komoditas industri/mass production.68

Menurut WIPO (World Intellectual Property Organization) produk kerajinan tangan termasuk didalamnya variasi barang yang terbuat dari bermacam-macam bahan. Keragaman bahan ini membuat agak sulit memberi definisi yang memuaskan dari bahan, teknik produksi, dan fungsi produk kerajinan tangan. Enam bahan utama produk kerajinan tangan dapat berupa serat tumbuhan, kulit, besi, tanah liat, kain, dan kayu. Bahan lainnya adalah variasi hewan, bahan tumbuhan atau mineral. Selain itu, bahan-bahan dapat meliputi pula batu, kaca, gading, tulang, tanduk, cangkang, kerang, atau mutiara. Para pembuat Kerajinan Tangan yang mengalami perkembangan pada saat ini juga sudah diproduksi masa dalam bentuk tiga dimensi dan dua dimensi, memiliki nilai estetika dan dapat diwujudkan dalam bentuk tiga dimensi dan mampu diproduksi secara massal seperti yang terdapat pada souverni-souvernir. Maka lebih cocok jika desain industri yang melindungi kerajinan tangan, seperti yang diketahui desain industri mengandung system first to file yang memberi perlindungan eksklusif berkaitan dengan hak moral dan ekonomi pada pendaftar pertama.

68

NK Supasti Dharmawan, Perlindungan Hukum Atas Karya-Karya Intelektual Di

(11)

kerajinan tangan yang biasanya disebut pengrajin, menganggap diri mereka sebagai orang bisnis, sehingga mereka tentu saja berproduksi dengan motif ekonomi. Di lain pihak, konsumen ekspor dan pengekspor biasanya memandang para pengrajin ini sebagai sumber produksi biaya rendah.

Ada banyak macam perlindungan hukum terhadap kreasi pengerajin pada dunia industri, perlindungan hukum bisa masuk didalam kategori perlindungan HKI dalam berbagai macam maupun ruang lingkup. Bahkan satu produk bisa dilindungi oleh berbagai hak yang tercakup dalam HKI. Cakupan HKI yang cocok melindungi karya seni dalam kerajinan tangan adalah desain industri karena para pelaku UKM memproduksi kerajinan tangan secara massal.

Hak desain industri merupakan hak khusus yang diberikan oleh negara kepada pendesain atau pemegang hak desain industri atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu untuk melaksanakan sendiri kreasi tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Dengan memperhatikan hal di atas, berarti hak desain industri tidak muncul seketika sesaat desain itu selesai dikerjakan dan prinsip itu tidak sama dengan “hak cipta” yang memberikan hak kepada penciptanya sesaat suatu ciptaan “selesai diwujudkan atau dilahirkan”. Dan pencipta atau pemegang hak cipta memiliki hak untuk memperbanyak atau mengumumkan hasil karyanya yang khas dan bersifat orisinal.69

Jika hak cipta “muncul atau “lahir” seketika ciptaan itu selesai dibuat, diwujudkan, diperdengarkan, atau diumumkan pertama kali, dalam sistem desain

69 Republik Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta Nomor 12 Tahun 1997, Pasal 1 dan

(12)

industri, karena hak desain industri diberikan oleh Negara, maka terjadinya hak desain industri baru diperoleh setelah desain industri itu didaftarakan permintaannya kepada negara melalui Ditjen HKI, dan telah memenuhi persyaratan perundang-udangan yang berlaku, serta diterima pendaftarannya.

B. Keberadaan Desain Industri dalam Usaha Kecil Menegah (UKM)

Pemberdayaan terhadap UKM dapat dilihat dalam Pasal 5 UU UMKM, bertujuan:

1. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan;

2. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UKM menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan

3. meningkatkan peran UKM dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 5 UU UMKM tersebut, terlihat betapa pentingnya harapan yang diberikan pembuat undang-undang dalam rangka memberdayakan UKM guna memperkukuh struktur perekonomian nasional.70

70 Republik Indonesia, Undang-Undang No.20 Tahun 2008, Pasal 5.

Kriteria terhadap UKM dapat dilihat dalam Pasal 6 UU UKM yaitu : (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut:

(13)

b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

(2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut:

a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar

lima ratus juta rupiah).71

Sudah sejak dahulu UKM mengambil peranan aktif dalam perekonomian di Indonesia. Pada saat krisis ekonomi melanda Indonesia sekitar tahun 1997, UKM tetap bertahan bahkan peranannya semakin meningkat dan terlihat sangat jelas dalam perekonomian Indonesia. Pada saat itu bentuk usaha inilah yang paling cepat pulih dari krisis ekonomi dibandingkan dengan usaha-usaha skala besar yang banyak terpuruk pada saat itu.72

71

Republik Indonesia, Undang-Undang No.20 Tahun 2008, Pasal 6.

72Chairunnisa, “Pentingnya HKI dalam UKM”,

http://belajarhukumbisnis.blogspot.com/2012/05/pentingnya-hki-bagi-ukm.html.(diakses pada tanggal 24 Mei 2013).

Dari sekian banyak UKM yang berkembang di Indonesia dan tidak hanya terbatas pada bidang-bidang usaha yang telah disebutkan sebelumnya tersebut, keberadaan UKM tidak terlepas dari keterkaitannya dengan HKI.

(14)

HKI. Hal demikian karena akar hukum Indonesia bersifat komunal, gotong-royong dan hak mengenal perlindungan karya intelektual yang mengedepankan sifat individual. Hal ini terlihat dari beberapa pandangan dari pada pencipta desainer yang tidak begitu memperdulikan bila karyanya ditiru orang lain dan tidak merasa dirugikan, bahkan orang tersebut merasa bangga bila karyanya mendapat perhatian berpendapat bahwa karya ciptaannya sebagai karya batiniah yang universal dan dapat dinikmati siapapun dan kapanpun.

Setiap produk industri sesederhana apa pun selalu diproduksi melalui suatu proses perencanaan termasuk pembuatan desainya. Pembuatan sebuah desain dari suatu produk bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. curahan akal, imajinasi, biaya, inspirasi, waktu dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk hingga menjadi sukses pada saat pemasaran, perlu mendapatkan perlindungan hukum. Di Indonesia, UKM merupakan salah satu kelompok usaha yang telah menjadi tulang punggung perekonomian bangsa. Alasan lain mengapa produk-produk UKM menjadi target perlindungan desain industri, karena UKM merupakan kelompok usaha yang jumlahnya mencapai lebih dari 90% dari pelaku bisnis di Indonesia. Keberhasilan perlindungan desain industri terhadap produk UKM ini sangat berpengaruh terhadap pemerataan pendapat sehingga mengurangi angka kemiskinan.73

Undang-Undang Desain Industri disusun dengan maksud untuk salah satunya, memberdayakan UKM. Secara umum struktur dan materi dari Undang-Undang ini memuat tentang ketentuan umum, asas, prinsip dan tujuan

(15)

pemberdayaan, kriteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha, pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, dan koordinasi pemberdayaan, sanksi administratif dan ketentuan pidana. Dari ketentuan-ketentuan Undang-Undang Desain Industri tersebut, dapat disimak gambaran yang jelas bahwa terdapat hubungan-hubungan yang erat antara UKM dengan sistem perlindungan desain industri dalam upaya pemerintah meningkatkan pengembangan desain industri di Indonesia. Hal ini untuk kemudian dijadikan alur berpikir yang menjiwai norma-norma perlindungan hukum khususnya desain industri yang pada akhirnya memberikan pandangan yang menyeluruh dan terintergrasi terhadap identifikasi permasalahan efektivitas perlindungan desain industri dan sekaligus memberikan solusi terhadap permasalahan yang ditemukan.74

Dalam pembahasan tentang korelasi tujuan hukum Undang-Undang Desain Industri dengan peran UKM, hubungan antar HKI dan UKM merupakan dimensi lain yang telah menjadi pembicaraan baik di tingkat nasional maupun internasional. Dimana kesadaran UKM tentang HKI merupakan isu penting, sehingga UKM telah memiliki posisi yang semakin penting dalam penentuan strategi dan kebijakan terkait HKI.75

Berbicara mengenai potensi UKM, pembahasan mendasar terhadap keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif merupakan elemen fundamental terhadap eksistensi UKM itu sendiri. Sebenarnya UKM di Indonesia memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan tersebut sudah sepantasnya mendapatkan perhatian dan perlindungan khusus dalam rangka

74 Ibid., hlm.275.

75 A.Zen Umar Purba, “Pokok-Pokok Kebijakan Pembangunan Sistem Haki Nasional”,

(16)

bersaing di gelanggang perdagangan global yang sangat keras saat ini. Keikutsertaan pemerintah pun sangat besar untuk melakukan pembinaan terhadap UKM. Namun patut disayangkan bahwa pelaku UKM di Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan perlindungan desain industri terhadap produk-produk yang mereka pasarkan baik di dalam maupun diluar negeri.untuk memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global, upaya produktivitas nasional melalui inovasi, penguasaan penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek menuju ekonomi berbasis pengetahuan serta kemandirian dan ketahanan bangsa harus dilaksanakan secara berkelanjutan.76

Melihat betapa pentingnya masalah UKM dalam meningkatkan perekonomian bangsa-bangsa, World Intellectual Property Organization (WIPO) telah mengupayakan kegiatan-kegiatan guna membantu negara-negara anggotanya untuk dapat berkompetisi baik dalam tingkat nasional maupun internasional agar bisa mengakses kebutuhan-kebutuhan UKM selain itu, penyebaran informasi untuk kegunaan praktis serta mempertemukan dengan para mitra bisnis maupun institusi-institusi yang tepat dalam bentuk kerjasama guna meningkatkan dan memperkuat komponen-komponen HKI merupakan kunci keberhasilan dari program WIPO di bidang UKM.77

Dengan uraian tersebut,terlihat peranan HKI termasuk desain industri adalah sangat besar dalam memajukan perusahaan baik dalam rangka melakukan diferensiasi produk, pemasaran, citra produk, target khusus dari konsumen, memiliki eksklusivitas atas produk-produk yang dihasilkan dan lain-lain yang

(17)

dapat meningkatkan kemajuan perusahaan.78

Namun di Indonesia, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, ternyata perlindungan desain industri berdasarkan Undang-Undang Desain Industri, belum dimanfaatkan secara maksimal oleh kelompok UKM. Pelaku UKM kurang menganggap penting desain industri dimana desain industri merupakan perlindungan terhadap produk mereka sehingga akan timbul masalah. Padahal, seandainya kelompok UKM memahami dan memiliki kesadaran tinggi tentang pentingnya perlindungan desain industri dengan mendaftarakan produk mereka Menciptakan desain industri yang dapat memberikan daya tarik bagi konsumen, tampilan bentuk dari suatu produk, bagi UKM harus memperhatikan bahwa desain industri didalamnya mempunyai kekuatan nilai komersial sehingga dapat meningkatkan pemasaran. Disini bahwa peranan sistem HKI bagi

Keberadaan desain industri dalam UKM adalah sebagai salah satu bentuk perlindungan hukum terhadap pelaku UKM dalam industri UKM, terkait adanya hak eksklusif yang diberikan oleh negara berupa hak ekonomi selain juga merupakan sarana pengembangan produk bermanfaat bagi UKM, karena desain industri merupakan aset, untuk meningkatkan keuntungan, produk UKM mudah dikenal oleh pelanggan baik dalam negeri maupun luar negeri, selanjutnya desain industri juga sebagai alat monopoli serta desain industri merupakan sumber pemasukan/devisa negara atau sebagai aset penting dalam ekonomi modern yang mengandalkan pengetahuan.

(18)

melalui pendaftaran desain industri, kelompok UKM tersebut akan mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih besar.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh para pengrajin sebelum mereka memasarkan produk kerajinan tangan tersebut. Pertama, mereka harus sadar bahwa merekalah pemilik HKI atas produk kerajinan tangan yang mereka produksi. Terkadang hal tersebut agak sulit didefinisikan karena terkadang desain atas produk kerajinan tangan yang mereka buat atau produksi biasanya merupakan desain komunal dan bukan kreasi pribadi. Walaupun tentu banyak juga para pengrajin ini yang menciptakan desain sendiri. Apabila desain tersebut adalah desain komunal atau turun-temurun, tentu saja pemilik HKI atas desain tersebut adalah masyarakat daerah tersebut.79

Menurut Dirjen HKI dari hampir 8000 pemohon yang masuk, ternyata hanya 49 pemohon saja yang berasal dari UKM, sebenarnya angka 8000 pemohon itu sangat menggembirakan, jika saja diikuti jumlah pemohon dari UKM yang meningkat pula. Mengingat, proses pendaftaran tersebut baru saja dibuka sejak dua tahun lalu, tepatnya 16 Juni 2003 dan rata-rata per hari terdapat 30 permohonan yang masuk.80

79

Desain untuk dunia Industri, http://industrydesign.blogspot.com/2010/11/perlindungan-hak-untuk-produk-kerajinan.html diakses pada tanggal 6 juli 2013.

80 Hukum Online,

http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol8770/walau-didiskon-pendaftaran-disain-industri-oleh-ukm-masih-minim diakses tanggal 16 juli 2013.

(19)

C. Bentuk-Bentuk Perlindungan Hukum Desain Industri Dalam Industri

Kerajinan Tangan Produksi Usaha Kecil Menengah (UKM)

Dalam Pasal 1 Undang-Undang Desain Industri dikatakan bahwa desain industri adalah suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan. Dimana dalam hal ini kerajinan tangan termasuk kategori yang disebutkan dalam Pasal 1 Undang-Undang Desain Industri.

Kerajinan tangan diatur dalam kekayaan intelektual, karena itu kerajinan tangan produksi UKM wajib dihormati. Desain industri tidak boleh digunakan oleh orang lain (orang yang tidak berhak) tanpa izin pemiliknya, kecuali apabila ditentukan lain oleh undang-undang. Perlindungan hukum berlaku bagi UKM yang sudah terdaftar dalam desain industri dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran dengan perlindungan hukum berlangsung selama jangka waktu yang ditentukan menurut bidang dan klasifikasinya. Penggunaan desain industri orang lain tanpa izin pemiliknya, atau pemalsuan, peniruan desain industri orang lain merupakan suatu pelanggaran hukum.

(20)

ingin memproduksinya tentunya harus dengan seijin pemegang hak-nya, disinilah letak nilai ekonomi dari produk yang telah dilindungi HKI.81

Agar desain industri, dalam hal ini kerajinan tangan dapat dilindungi hukum adalah dengan cara pendaftaran. Pendaftaran desain industri (desain tekstil untuk desain motif batik) menimbulkan hak eksklusif, yaitu hak khusus yang hanya diberikan oleh negara untuk jangka waktu tertentu kepada Pemegang Hak desain industri untuk melaksanakan sendiri hak desain industri yang dimilikinya, Perlindungan hukum desain industri merupakan upaya yang telah diatur oleh undang-undang guna mencegah terjadinya pelanggaran oleh orang yang tidak berhak. Jika terjadi pelanggaran, maka pelanggar tersebut harus diproses secara hukum dan bila terbukti melakukan pelanggaran maka dia akan dijatuhi hukuman sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Desain Industri yang dilanggar itu. Undang-Undang Desain Industri mengatur jenis perbuatan pelanggaran serta ancaman hukumannya, baik secara perdata maupun secara pidana.

Dengan mengingat hal diatas dan kaitanya dengan perlindungan hukum tentang desain industri yaitu untuk menjamin perlindungan hak-hak pendesain dan menetapkan hak dan kewajibannya serta menjaga agar pihak yang tidak berhak tidak menyalahgunakan hak desain industri tersebut. Yang menjadi landasan bagi perlindungan yang efektif terhadap berbagai bentuk kecurangan terhadap Produk UKM yang dalam skripsi ini adalah produk kerajinan tangan yang sudah diberi hak desain industri yang telah dikenal secara luas.

81 “Bisnis UKM”, http://bisnisukm.com/pentingnya-hki-bagi-ukm.html (diakses tanggal

(21)

atau memberikan persetujuan /izin kepada pihak lain untuk melaksanakan haknya atas desain tersebut. Dengan demikian orang lain yang tidak berhak dilarang menggunakan/membuat/memakai/menjual desain industri tersebut tanpa persetujuan dari pemegang hak desain industri.82 Pemegang hak desain industri memberikan persetujuan (izin) kepada pihak lain untuk melaksanakan (menggunakan) haknya atas desain tersebut dapat melalui pewarisan, hibah, wasiat, perjanjian tertulis, atau sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh Undang-undang83

Negara-negara anggota WTO memberikan perlindungan terhadap desain industri yang mandiri dan kreatif dengan persyaratan bahwa hak desain industri yang diberikan perlindungan adalah baru. Negara anggota dapat menolah bahwa desain tersebut tidak baru atau orisinal jika desain yang dimaksud tidak memiliki perbedaan yang signifikan apabila dibandingkan dengan desain atau kombinasi dari beberapa desain yang telah ada. Lebih lanjut, dinyatakan bahwa negara anggota dapat memperluas perlindungan terhadap desain industri.

.

Perlindungan hukum di bidang HKI tersebut tidak terlepas dari adanya keinginan negara-negara maju untuk memperbaiki situasi dan kondisi karena semakin banyakya perusahaan-perusahaan terutama di negara-negara berkembang yang melakukan tindakan peniruan barang-barang yang mengakibatkan kerugian dan terganggunya kepentingan pembuat maupun pemakai produk.

84

Untuk Indonesia, sistem perlindungan desain industri yang diterapkan dalam Undang-Undang Desain Industri secara eksplisit hanya mensyaratkan

(22)

kebaruan saja tanpa persyaratan keaslian atau originality seperti yang tercantum dalam Pasal 2 Undang-Undang Desain Industri.

Walaupun secara tidak jelas Undang-Undang Desain Industri hanya mensyaratkan kebaruan untuk diberi hak desain industri, dalam praktiknya secara tak langsung ternyata Indonesia telah menggunakan juga persyaratan orisinalitas. Hal ini terlihat dari adanya pemberian hak desain industri tanpa melalui mekanisme proses pemeriksaan substantif apabila tidak ada keberatan dari pihak lain.85

Pada tataran hubungan perdagangan internasional, komoditi kerajinan tangan yang dihasilkan sangat rawan dijiplak oleh para pesaing yang berasal dari luar negeri. Kondisi demikian sangat mungkin terjadi akibat tidak adanya kepemilikan individual hak cipta terhadap produk kerajinan tangan yang diperdagangkan tersebut. Secara lebih dalam bisa dilihat bahwa tidak adanya kepemilikan hak cipta ini sangat wajar karena produk tersebut dihasilkan dengan menggunakan dasar pengetahuan tradisional yang sudah dimiliki masyarakat secara turun temurun dan bersifat terbuka. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang bisa secara sepihak mengaku bahwa hak cipta produk tersebut adalah milik individu tertentu.

Dalam kondisi yang demikian, seharusnya negara dalam hal ini pemerintah, mengambil porsi yang lebih banyak untuk berperan sebagai pelindung pengusaha kerajinan tersebut dari serbuan orang-orang asing yang secara sadar dan sengaja melakukan pelanggaran hukum tentang hak cipta.

(23)

Dengan demikian, meskipun karya atau produk yang dihasilkan oleh pengusaha kerajinan tersebut tidak bisa dimiliki hak ciptanya secara individu tetapi produk tersebut tidak dapat diambil alih oleh orang asing karena negara sudah mengambil alih hak cipta produk tersebut. Bila terjadi penjiplakan yang dilakukan oleh negara lain, pemerintah Indonesia bisa mengajukan tuntutan hukum kepada yang melakukan pelanggaran tersebut. Pada prakteknya, negara atau pemerintah belum melakukan tugas seperti yang telah diamanatkan.86

1. Perlindungan hukum preventif

Adanya 2 mMacam perlindungan hukum dalam kaitanya dengan desain industri:

Dalam perlindungan hukum preventif dalam kaitanya dengan desain industri adalah dengan melakukan proses pendaftaran untuk mendapatkan perlindungan hukum. Perlindungan hukum yang didapat adalah hak desain industri yang diterima oleh pelaku UKM. Syarat untuk mendapatkan hak desain industri adalah dengan melakukan pendaftaran desain industri. Pendaftaran merupakan syarat mutlak bagi pelaku UKM untuk melindungi produknya karena hak desain industri melekat pada pendaftaran desain industri. Pelaku UKM mendapatkan perlindungan dari desain industri berupa perlindungan dari penyimpangan yang dilakukan terhadap kerajinan tangan produksi UKM. Hak desain industri yang diperoleh pelaku UKM dapat juga melarang orang lain yang tanpa persetujuanya menggunakan hak desain industri tersebut.

86

(24)

2. Perlindungan hukum represif

Perlindungan hukum represif dalam kaitanya dengan desain industri adalah dengan penyelesaian sengketa dalam desain industri apabila timbul sengketa, Kemudian diatur juga mengenai ketentuan pidana, pembatalan desain industri, dan pengalihan. Dalam Pasal 46 diatur bahwa pemegang hak desain industri atau penerima lisensi dapat menggugat siapa pun yang dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9,

berupa :

a. gugatan ganti rugi; dan/atau

b. penghentian semua perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9. Dan apabila timbul penyimpangan terhadap produk UKM maka perlindungan yang didapat adalah ketentuan pidana terhadap pelaku penyimpangan tersebut yang diatur dalam Pasal 54, berupa :

(1) Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Barangsiapa dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 23 atau Pasal 32 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 45.000.000,00 (empat puluh lima juta rupiah).

(25)

Jadi perlindungan terhadap produk tersebut terutama terdapat dalam pendaftaran yang memberikan hak eksklusif berupa hak desain industri yang didapat oleh pelaku UKM dan apabila ditemukan penyimpangan para pelaku penyimpangan akan mendapatkan perlakuan tegas berupa ketentuan pidana,

D. Dampak Perlindungan Hukum Dalam Industri Kerajinan Tangan

Produksi Usaha Kecil Menegah (UKM)

Perlindungan hukum tentang desain industri yaitu untuk menjamin perlindungan hak-hak pendesain dan menetapkan hak dan kewajibannya serta menjaga agar pihak yang tidak berhak tidak menyalahgunakan hak desain industri tersebut. Yang menjadi landasan bagi perlindungan yang efektif terhadap berbagai bentuk kecurangan dengan cara membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang itu yang sudah diberi hak desain industri yang telah dikenal secara luas. Adapun prinsip pengaturannya adalah pengakuan kepemilikan atas karya intelektual yang memberikan kesan estetis dan dapat diproduksi secara berulang-ulang serta dapat menghasilkan suatu barang dalam bentuk tertentu yaitu berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Dengan demikian desain industri dalam dunia industri dan perdagangan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dan disinilah desain industri harus lebih dipacu dan lebih ditingkatkan agar dapat menghadapi persaingan yang ada dalam dunia industri dan perdagangan.87

87 Arie Abimanyu, “Desain

(26)

Dengan adanya perlindungan desain industri para pelaku UKM mendapat hak eksklusif berupa hak desain industri sehingga melindungi produk yang dihasilkan dan timbulnya hak ekonomi bagi pelaku UKM karena desain industri menambah nilai bagi produksi UKM tersebut.

Dampak pendaftaran desain industri tebagi dalam 3 kelompok antara lain : 1. Pelaku UKM

Sebaiknya setiap pelaku UKM menyadari pentingnya desain industri terhadap produk kerajinan tangan itu sendiri sehingga memperoleh nilai ekonomi yang jauh lebih tinggi. Desain industri menentukan nilai sebuah produk, oleh karena itu dengan kesadaran pelaku UKM terhadap pendaftaran desain industri terhadap kerajinan tangan yang dihasilkan akan mendapat banyak keuntungan salah satunya adalah hak ekonomi yang didapat oleh pelaku UKM. Desain industri memberikan hak pada pelaku UKM untuk menjual, mengekspor, dan mengedarkan barang karena pelaku UKM yang mendaftarkan produknya maka pelaku UKM akan mendapatkan hak atas desain industri tersebut. Desain industri dapat mendorong rasa kebanggaan terhadap diri seseorang atau suatu masyarakat, bahkan bangsa, yang akan mendorong semangat untuk meningkatkan kualitas dari ciptaan yang mereka hasilkan. Sebagai contoh, Indonesia tentu merasa bangga sebagai bangsa Indonesia jika misalnya kain Ulos digunakan di berbagai negara, walaupun Indonesia sendiri bukan bagian dari suku Batak.

2. Industri

(27)

berulang-ulang serta dapat menghasilkan suatu barang dalam bentuk tertentu yaitu berbentuk dua dimensi atau tiga dimensi. Dengan demikian desain industri dalam dunia industri dan perdagangan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dan disinilah desain industri harus lebih dipacu dan lebih ditingkatkan agar dapat menghadapi persaingan yang ada dalam dunia industri dan perdagangan.

Desain industri terhadap kerajinan tangan yang dihasilkan UKM berperan menentukan nilai dari produk UKM yang dipasarkan itu sendiri. Sedemikian pentingnya nilai sebuah desain produk, sehingga tidak jarang konsumen melupakan kualitas, merek dan harga produk yang dipasarkan. Dampak dari suatu perlindungan desain industri akan memberi keuntungan bagi produk UKM, dimana produk yang dibahas adalah kerajinan tangan. Kerajinan tangan UKM bernilai ekonomi dan karena pelaku UKM kadang tidak mengetahui pentingnya desain industri, sehingga setiap produk yang berupa kerajinan tangan yang dihasilkan UKM tersebut rentan terhadap peniruan, banyaknya produk UKM yang berdaya saing namun karena modal yang kurang dan tidak mengetahui akan pentingnya desain industri sehingga produk UKM kadang kalah saing dengan industri besar. Dengan adanya perlindungan hukum desain industri makan akan tercipta industri yang kreatif dan berdaya saing tinggi dalam menghadapi dunia perdagangan.

3. Pemerintah

(28)

adalah dengan memenfaatkan peranan desain industri yang merupakan HKI. Keanekaragaman budaya yang dipadukan dengan upaya untuk ikut serta dalam globalisasi.88

88

Ismail Saleh, Masalah Perlindungan Milik Intelektual Hukum dan Ekonomi (Jakarta :Gramedia Pustaka Utama, 1990), hlm.4.

(29)

BAB IV

PERAN PENDAFTARAN DESAIN INDUSTRI DALAM INDUSTRI KERAJINAN TANGAN PRODUKSI USAHA KECIL MENENGAH (UKM)

A. Peran Pendaftaran Desain Industri Dalam Industri Kerajinan Tangan Produksi Usaha Kecil Menegah (UKM)

Desain industri memberi nilai tambah pada suatu produk. Desain industri akan membuat suatu produk menjadi lebih menarik dan memikat bagi konsumen dan hal itu merupakan nilai jual yang unik. Jadi, melindungi desain industri perlu dipertimbangkan sebagai bagian penting dari strategi usaha/bisnis dari suatu UKM. Pendaftaran desain industri di Ditjen HKI oleh UKM membuat UKM tersebut mempunyai hak eksklusif yang dapat mencegah pihak lain untuk memalsu dan menirunya.

Di samping itu, pendaftaran desain industri dapat meningkatkan dan menambah pemasukan melalui cara-cara sebagai berikut:

1. Posisi jual pemilik desain menjadi lebih kuat karena dapat mencegah pesaing memproduksi barang dengan desain serupa.

2. Produk dengan desain yang terdaftar yang sukses akan meningkatkan nilai perusahaan.

(30)

Pendaftaran desain industri mendorong berlangsungnya praktek persaingan sehat dan perdagangan yang jujur yang selanjutnya akan mendorong diproduksinya beragam produk yang secara estetika lebih menarik.89

Berdasarkan pada ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Desain Industri ditegaskan bahwa hak eksklusif yang dimiliki oleh pemegang hak desain industri mencakup pada, pertama, hak untuk melaksanakan hak desain industri yang dimilikinya; dan kedua, hak untuk melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, mengimpor, mengekspor, dan/atau mengedarkan barang yang diberi hak desain industri. Hal yang harus diketahui meskipun pemegang hak desain industri mempunyai hak eksklusif bukanlah berarti tidak ada pembatasan. Sesungguhnya ada pembatasan yang diberikan oleh Undang-Undang Desain Industri. Pembatasan itu terletak pada desain industri yang telah terdaftar tersebut dipakai untuk kepentingan penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak desain industri.90

Desain industri berperanan penting dalam perkembangan sektor industri, karena melalui desain industri dapat dihasilkan penemuan baru, teknologi canggih, kualitas tinggi, maupun standar mutu. Semakin tinggi tingkat kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, tentunya akan makin maju perkembangan desain industri dan makin cepat perkembangan sektor industri. Disamping itu juga desain industri merupakan basis perdagangan karena menjadi dasar perkembangan perdagangan yang menggunakan merek terkenal

2013

(31)

sebagai goodwill, lambang kualitas dan standar mutu, sarana menembus pasar, baik domestik maupun internasional.

Begitu pentingnya UKM dalam pembangunan sektor industri, sudah seharusnya desain industri perlu dilindungi oleh hukum. Dasar pertimbangan Desain perlu dilindungi oleh hukum adalah karena:

Alasan yang bersifat non-ekonomis. Perlindungan hukum akan memacu mereka yang menghasilkan karya-karya intelektual tersebut untuk terus melakukan kreatifitas intelektual. Hal ini akan meningkatkan self actualization pada diri manusia. Bagi masyarakat hal ini akan berguna untuk meningkatkan perkembangan hidup mereka. Alasan yang bersifat ekonomis. Untuk melindungi mereka yang melahirkan karya intelektual tersebut berarti yang melahirkan karya tersebut mendapat keuntungan materiil dari karya karyanya. Di pihak lain melindungi pelaku UKM dari adanya peniruan, pembajakan, penjiplakan mampu perbuatan curang lainnya yang dilakukan oleh orang lain atas karya-karya mereka yang berhak.

Hampir di setiap negara, suatu desain industri harus didaftarkan agar dapat dilindungi oleh Undang-Undang Desain Industri. Peraturan umum agar dapat didaftarkan adalah desain harus baru dan asli. Biasanya, kata baru diartikan sebagai tidak ada desain yang identik atau mirip yang pernah ada sebelumnya. Begitu desain sudah didaftarkan, sertifikat pendaftaran akan dikeluarkan oleh Kantor Direktorat Jenderal HKI dengan jangka waktu perlindungan 10 tahun.

(32)

perlindungan desain industri dan hak cipta dapat muncul bersamaan. Di negara-negara lain, ada yang menerapkan secara mutually exclusive: bila pemilik desain sudah memilih satu jenis perlindungan, maka dia tidak dapat lagi menggunakan perlindungan yang lain.91

Pasal itu pada pokoknya mencantumkan tentang:

Pendaftaran desain industri sangat diwajibkan atas seorang pendesain. Menurut Jumhana alasan diwajibkannya pihak yang mendapatkan pengalihan desain/hak untuk mendaftarkan pengalihan tersebut, disebabkan : “ Sifat dari hak desain itu sendiri yang pemanfaatnya di batasi dengan jangka waktu tertentu serta sangat berkaitan dengan instansi Negara yang mengelola hak administrasi di bidang hak atas kekayaan intelektual termaksud”.

Ketentuan mengenai desain industri tercantum dalam Part II, Section 4 TRIPS Agreement yaitu: tentang Standards Concerning The Avability, Scope And Use The Intelektual Property Right yang terdiri atas Pasal 25 dan Pasal 26. kedua

92

91 Institut teknologi bandung, “Desain Industri” http://ipr.itb.ac.id/?page_id=181 ,diakses

tanggal 23 mei 2013 .

92 Ita Gambiro, Desain Produk Indonesia ( Jakarta: CV Gramada Offset,1992), Hlm. 14.

1. Desain industri yang dapat dilindungi adalah desain industri yang baru (New) atas original (orginal);

2. Hak desain industri yang mencakup membuat, menjual atau mengimpor dan termasuk juga mencegah pihak lain yang melakukan hal itu tanpa izin pemegang hak, dan

(33)

Meski begitu, perlindungan atas HKI ini tidak muncul begitu saja. Agar suatu karya memperoleh perlindungan hukum harus didaftarkan terlebih dahulu. Pendaftaran, pemohon dianggap sebagai pemegang hak yang memiliki kewenangan untuk mengeksploitasi atau mengambil nilai ekonomis dari

karya yang bersangkutan.93

Jika pelaku usaha tersebut telah mendaftarkan desain industrinya tersebut. Sebagai pemegang hak, mereka memiliki kewenangan sepenuhnya atas desain industrinya bersangkutan, jika terjadi pembajakan pihaknya juga dapat menempuh jalur hukum dengan melakukan penuntutan ke Pengadilan Niaga setempat.94 Pada HKI terdapat adanya dua hak khusus, yaitu hak ekonomi (economic right) dan hak moral (moral right), disamping adanya fungsi sosial95

93

Republik Indonesia,Undang- Undang No.31 Tahun 2000 tentang desain industri, Pasal 9 Ayat 1.

94 Ranti Fauzi Mayana,Op.,Cit..hlm.17.

95 Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual (Bandung

: PT Citra Aditya Bakti, 2001), hlm. 120.

(34)

meninggal dunia. Maksud fungsi sosial dalam hal ini adalah bahwa disamping hak atas kekayaan intelektual untuk kepentingan pribadi pemiliknya, juga untuk kepentingan umum.

Berkaitan dengan desain industri dan merek dagang pada kerajinan tangan produk UKM, maka hak ekonomi pada merek dagang, yaitu hak memperoleh keuntungan ekonomi dari hak penggunaan sendiri maupun penggunaan melalui lisensi merek dagang tersebut96. Hal yang sama juga berlaku pada desain industri97. Hak ekonomi ini dapat dialihkan melalui lisensi. Hak moral, yaitu hak untuk menghormati karya kerajinan tangan dan pencantuman nama desain dalam Daftar Umum Desain Industri dan Berita Resmi Desain Industri98. Hak moral hanya terdapat pada desain industri, selain juga hak cipta, dan tidak pada merek dagang. Berbeda dengan hak ekonomi, untuk hak moral tidak dapat dialihkan karena hak moral merupakan hak yang melekat pada pendesain. Sedangkan fungsi sosial maksudnya adalah bahwa pada penggunaan merek dagang dan desain industri tidak boleh bertentangan dengan ketertiban umum, moralitas agama, atau kesusilaan serta penggunaannya tidak saja untuk kesejahteraan pemiliknya tapi juga untuk kesejahteraan masyarakat umumnya. Khusus untuk desain, salah satu mekanisme yang dapat dijadikan perwujudan fungsi sosial, yaitu “compulsory licensing”.99

96 Republik Indonesia, UU No. 15 Tahun 2001, Pasal 3. 97

Republik Indonesia, UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri, Pasal 9 ayat (1).

98 Republik Indonesia , UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri,

Penjelasan Pasal 8.

99 Muhammad Djumhana, Op.Cit, hlm. 50.

(35)

lain. Ini berarti kepentingan umum dapat membatasi hak individu, sehingga terwujud keseimbangan kepentingan individu dengan kepentingan masyarakat, dimana ada kesempatan bagi masyarakat dalam batas dan syarat tertentu untuk ikut serta memanfaatkan desain terdaftar.

Hak desain industri tercipta karena pendaftaran dan hak eksklusif atas suatu desain akan diperoleh karena pendaftaran. Pendaftaran adalah mutlak untuk terjadinya suatu hak desain industri. Tanpa pendaftaran, tidak akan ada hak atas desain industri, juga tidak akan ada perlindungan hukum.

Perlindungan yang diberikan oleh desain industri yang sudah didaftar lebih kuat karena perlindungan tersebut mencakup pelanggaran yang tidak disengaja dan memberikan sertifikat pendaftaran yang merupakan bukti penting jika terjadi pelanggaran, hal tersebut memang membutuhkan usaha lebih (finansial dan administrasi) karena adanya pendaftaran dan jangka waktu perlindungannya juga tidak terlalu lama.

Perlindungan HKI dilakukan pada dasarnya didasarkan pada beberapa alasan pembenar. Alasan pembenar ini didasarkan pada suatu pendekatan teoritik. Beberapa alasan pembenar terhadap perlunya perlindungan HKI diantaranya.100

Dalam beberapa kasus, khususnya jika desain tersebut tidak didaftarkan, biasanya sangat dianjurkan untuk membuat dokumen atau catatan yang baik mengenai setiap tahap perkembangan desain. Menandatangani dan memberi tanggal pada setiap sketsa, dan menyimpan arsip/dokumen dari desain tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa pendaftaran desain industri sangat penting artinya

100

(36)

bagi kehidupan masyarakat dan kepentingan nasional maka Negara dapat mewajibkan pemilik desain/ hak desain tersebut didaftarkan.101

Hasil akhir yang diharapkan atas dilindunginya produk kerajinan tangan Indonesia adalah semakin memperkenalkan produk kerajinan tangan Indonesia sebagai buatan para pengrajin Indonesia serta meningkatkan kemakmuran para pengrajinnya dan meningkatkan komoditi ekspor. Diharapkan tidak terjadi lagi Hal pertama yang dapat dilakukan apabila para pengrajin menemukan pelanggaran atau pemalsuan atas produk kerajinan tangan mereka, maka para pengrajin tersebut selaku pemilik HKI dapat mengajukan surat peringatan kepada pelaku pelanggaran atau pemalsuan bahwa mereka telah melakukan pelanggaran atas produk kerajinan tangan dan diharapkan agar pelaku pelanggaran atau pemalsuan tersebut menghentikan perbuatan itu. Langkah kedua adalah para pengrajin pemilik HKI dapat meminta pengadilan menerbitkan surat perintah kepada pelaku pelanggaran atau pemalsuan untuk menghentikan perbuatan mereka. Langkah ini terkadang lebih membuat takut para pelaku pelanggaran atau pemalsuan. Langkah ketiga yang dapat dilakukan oleh para pengrajin yaitu dengan mengajukan kepada pengadilan. Membawa pelanggaran atau pemalsuan kepada pengadilan dapat disarankan apabila para pelaku pengrajin memiliki bukti yang kuat bahwa merekalah pemilik sah HKI atas produk kerajinan tangan yang dipalsukan tersebut. Selain itu, para pengrajin tersebut dapat membuktikan bahwa merekalah pemilik HKI yang sah.

101 “Electronic book DJHKI”,

(37)

produk kerajinan tangan asli Indonesia, tetapi dipasarkan oleh para pemalsu atau pembajak.

(38)

B. Hambatan Dalam Pendaftaran Desain Industri terhadap Kerajinan Tangan Produksi Usaha Kecil Menegah(UKM)

Pendaftaran desain industri merupakan hal yang penting dalam mendapat perlindungan. Pelaku UKM membutuhkan pendaftaran untuk melindungi produk kerajinan tangan yang dihasilkan UKM dari segala penyimpangan. UKM sebagai mayoritas pelaku ekonomi di Indonesia, sebenarnya merupakan kelompok yang sangat potensial untuk memanfaatkan sistem perlindungan HKI khususnya perlindungan di bidang desain industri. Pada kelompok UKM inilah terletak kekuatan ekonomi bangsa. UKM sebagaimana telah diuraikan sebelumnya memiliki keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif atas produk-produk mereka sehingga mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri terutama untuk produk kerajinan maupun hasil kerajinan budaya lainya. Namun Dalam pendaftaran desain industri banyak hambatan-hambatan yang dialami oleh banyak pihak. Hambatan yang dialami para pihak antara lain :

1. Pelaku UKM

Dalam faktanya di lapangan menunjukkan bahwa pelaku UKM di Indonesia belum memanfaatkan sepenuhnya perlindungan HKI dalam Undang-Undang Desain Industri.102

102 Ansori Sinunga,Op.,Cit.,hlm.453.

(39)

Pelaku UKM belum tersentuh secara utuh akan informasi dan sosialisasi tentang perlindungan HKI. Pelaku UKM masih menganggap bahwa pendaftaran desain industri bukanlah merupakan pemberian hak, akan tetapi dianggap sebagai suatu tambahan beban yang dianggap memberatkan, memakan waktu lama dan biaya yang mahal. Kelompok UKM berpendapat bahwa tanpa pendaftaran desain industri, mereka masih tetap dapat menjalankan usahanya. Justru yang banyak memanfaatkan pendaftaran desain industri tersebut adalah mereka yang berasal dari kelompok usaha menengah dan besar karena mereka sudah memahami akan pentingnya perlindungan HKI termasuk desain industri dalam dunia bisnis.103

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurangnya mengetahui mengenai pentingnya pendaftaran desain indsutri bagi pelaku UKM

Dengan desain yang semakin menarik maka nilai sebuah produk ikut terdongkrak. Namun, ironisnya desain yang di daftar masih sangat sedikit dibandingkan begitu banyak jumlah produk yang dikeluarkan dalam industri.

Industri maupun masyarakat, harus berjaga-jaga dengan pembajakan desain. Terlebih, banyaknya industri terutama UKM yang tidak peduli dengan hak ini. Karena itu, pendesain kerap tidak mempunyai hak atas kerativitas yang dihasilkannya.

Pada umumnya, permasalahan yang dihadapi oleh UKM, antara lain meliputi:

a. Faktor Internal

104

103

Perlindungan Hukum terhadap Desain Industri,http://tataxcupu88.wordpress.com /2010/05/12/perlindungan-hukum-terhadap-desain-industri-masih-kurang/,diakses tanggal 23 Mei 2013.

104 Ibid.

(40)

1) Mentalitas Pengusaha UKM

2) Hal penting yang seringkali pula terlupakan dalam setiap pembahasan mengenai UKM, yaitu semangat entrepreneurship para pengusaha UKM itu sendiri. Semangat yang dimaksud disini, antara lain kesediaan terus berinovasi, ulet tanpa menyerah, mau berkorban serta semangat ingin mengambil risiko. Suasana pedesaan yang menjadi latar belakang dari UKM seringkali memiliki andil juga dalam membentuk kinerja. Para pelaku UKM kurang menyadari pentingnya pendaftaran desain industri. b. Faktor Eksternal

Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif Upaya pemberdayaan UKM dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi perkembangannya dalam hal kontribusinya terhadap penciptaan produk domestik brutto (PDB), penyerapan tenaga kerja, ekspor dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi usaha kecil dan menengah melalui pembentukan modal tetap brutto (investasi). Keseluruhan indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan dalam penyusunan kebijakan pemberdayaan UKM serta menjadi indikator keberhasilan pelaksanaan kebijakan yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

1) Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha

(41)

UKM kesulitan dalam memperoleh tempat untuk menjalankan usahanya yang disebabkan karena mahalnya harga sewa atau tempat yang ada kurang strategis.

2) Sifat Produk dengan Ketahanan Pendek

Sebagian besar produk industri kecil memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk dan kerajinan-kerajian dengan ketahanan yang pendek. Dengan kata lain, produk-produk yang dihasilkan UKM Indonesia mudah rusak dan tidak tahan lama.

3) Terbatasnya Akses Pasar

Terbatasnya akses pasar dalam mendistribusikan produk kerajinan tangan akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional.

4) Terbatasnya Akses Informasi

Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah tidak mampunya produk dan jasa sebagai hasil dari UKM untuk menembus pasar ekspor. Namun, di sisi lain, terdapat pula produk atau jasa yang berpotensial untuk bertarung di pasar internasional karena tidak memiliki jalur ataupun akses terhadap pasar tersebut, pada akhirnya hanya beredar di pasar domestik105

(42)

Hambatan yang paling berpengaruh adalah ekonomi, dimana UKM memiliki modal yang tidak begitu besar sedangkan pendaftaran tersebut membutuhkan biaya yang banyak, yang mana hambatan ini kemudian ditambah dengan adanya hambatan dari pemerintah yang kurang memberikan informasi yang jelas bagi pelaku ukm. Sehingga banyak produk ukm yang masih belum didaftarkan.

Bagi UKM, mendaftarkan HKI manjadi beban tersendiri karena mereka harus mengeluarkan sejumlah uang. Ketidakpahaman mengenai manfaat HKI itu disebabkan oleh kurangnya sosialisasi. Apabila saja kelompok usaha UKM paham akan manfaat pendaftaran terhadap HKI, mereka pasti berbondong-bondong untuk mendaftarkan. Mereka baru sadar setelah desain industri mereka dibajak oleh orang.

Hal ini didukung dengan Pendapat Sri Hadiningrum, bahwa ditemukan alasan yang menyebabkan rendahnya minat pendesain / pengerajin untuk mendaftarkan desain Industri atas produk kerajinan tangan yang dihasilkan. 106 1. Ketidaktahuan mereka akan pentingnya pendaftaran atas desain industri dan

jugk ketidaktahuan kemana dan bagaimana proses penelaahan pendaftaran diajukan.

2. Wesel pendaftaran desain relatif mahal.

3. Keengganan para pengusaha furniture berurusan dengan birokrasi pemerintah serta prosedur berbelit-belit yang membutuhkan waktu yang cukup panjang/lama.

106 Sri Hadiningrum, “Persepsi Pengusaha Furniture Di Kota Medan Terhadap Pentingnya

(43)

4. Kebanyakan desain yang mereka buat adalah tiruan dari mereka lihat di majalah atau berdasarkan pesanan konsumen.

5. Adanya rasa sungkan terhadap sesama pengerajin untuk melarang peniruan desainnya.

Perlindungan hukum yang memadai terhadap desain industri dimaksudkan untuk merangsang aktifitas kreatif dari pendesain / pengusaha untuk menciptakan desain baru negara. Namun disayangkan bahwa, kenyataannya masih banyak pendesain Indonesia yang belum mengerti pentingnya melindungi karya mereka dari pemalsuan sampai /atau penjiplakan yang jelas-jelas merugikan hak ekonomi mereka.

Menurut BT Naibaho, persoalan ketidakperdulian terhadap 'masyarakat HKI adalah karena masalah pentingnya HKI belum tenar dikalangan masyarakat. Jangankan masyarakat umum, dikalangan pejabat dan intelektual masih banyak yang belum mengerti. 107

Adanya sektor komunal yang menganggap hak pribadi sebagai hak bersama turut pula mendorong maraknya penjiplakan. Masih banyak pula pendesain Indonesia yang tidak berkeberatan adanya pemalsuan bahkan tidak berniat untuk menuntut pelakunya, justru mereka merasa bangga bahwa mereka beranggapan bahwa desain tersebut merupakan desain yang amat bagus. Hal ini merefleksikan tingkat pemahaman terhadap perlindungan desain yang tidak begitu memadai di satu sisi dan pola sektor kepemilikan bersama, akan tetapi ada juga sebagian pendesain yang ingin menuntut, tetapi tidak mengetahui caranya, selain

(44)

itu adanya prosedur yang berbelit-belit memakan waktu dan yang terlalu lama dan wesel yang tidak sedikit.

2. Industri

Lemahnya jaringan usaha dan kemampuan penetrasi pasar UKM yang pada umumnya merupakan unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi pasar yang rendah, ditambah lagi produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang telah mempunyai jaringan yang sudah solid serta didukung dengan teknologi yang dapat menjangkau internasional dan promosi yang baik.

Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun internasional. Selain akses pembiayaan, UKM juga menemui kesulitan dalam hal akses terhadap informasi. Minimnya informasi yang diketahui oleh UKM, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kompetisi dari produk ataupun jasa dari unit usaha UKM dengan produk lain dalam hal kualitas. Efek dari hal ini adalah pelaku UKM tidak mengetahui secara jelas manfaat dari pendaftaran desain industri.108

a. Peningkatan sosialisasi secara menyeluruh kepada setiap pelaku UKM karena dengan semakin banyaknya informasi tentang pentingnya perlindungan HKI,sehingga semakin mudah untuk melakukan peubahan 3. Pemerintah

108 Perlindungan Hukum terhadap Desain

(45)

pola pikir pelaku UKM, dimana mereka akan lebih sadar akan perlunya perlindungan desain industri terhadap hasil produk yang dihasilkan sehingga memberikan mafaat ekonomi yang lebih besar kepada mereka. Perhatian pemerintah lebih pada mendorong lahirnya kreativitas. Kretaivitas ini diharapkan akan meningkatkan nilai jual sehingga semakin kompetitif. Akan tetapi tanpa dorongan dari pemerintah hal ini mustahil. Di negara maju, kesadaran perlunya mendaftarkan hak desain industri sangat luar biasa berbanding terbalik dengan Indonesia. Dengan adanya sosialisasi yang menyeluruh dari pemerintah dan instansi yang terkait terhadap pelaku UKM maka akan memberikan indikasi bahwa semakin lama,semakin timbul kesadaran kelompok UKM untuk memanfaatkan pendaftaran guna mendapatkan perlindungan hukum. Hal ini merupakan sesuatu yang positif karena dengan adanya keinginan pelaku UKM untuk mendapatkan perlindungan hukum.

b. Kurangnya Transparansi, kurangnya transparansi antara generasi awal pembangun UKM tersebut terhadap generasi selanjutnya. Banyak informasi dan jaringan yang disembunyikan dan tidak diberitahukan kepada pihak yang selanjutnya menjalankan usaha tersebut sehingga hal ini menimbulkan kesulitan bagi generasi penerus dalam mengembangkan usahanya.109

Salah satu kendala dalam, melakukan pembangunan ekonomi di Indonesia adalah faktor penegakan hukum yang masih perlu dikembangkan dan ditegakkan

(46)

guna mengimbangi kebutuhan dan kemajuan masyarakat. Penegakan hukum di kepemilikan HKI, khusunya desain Industri, kendala terbesarnya justru berada pada masyarakat Indonesia sendiri yang masih menganggap HKI bukan sebagai suatu hak privat yang membutuhkan perlindungan. Dalam website DEKRANAS tidak ada sama sekali menjelaskan pentingnya perlindungan desain industri yang didapat dari pendaftaran desain industri. Dimana DEKRANAS sebagai lembaga yang mengurus mengenai kerajinan tangan produksi UKM seharusnya peduli terhadap perlindungan produk tersebut, namun tindakan tersebut tidak dilakukan sehingga lembaga ini menambah daftar panjang dalam memberi hambatan bagi pelaku UKM dalam mendapatkan perlindungan. Pada pameran INACRAFT tidak ada dilakukan sosialisasi baik dari pemerintah maupun dari lembaga DEKRANAS sebagai pihak yang berperan dalam mengenalkan produk UKM, selain itu Dirjen HKI pun tidak melakukan sosialisasi kepada pelaku UKM dalam melindungi produknya.

4.Undang-Undang Desain Industri

Perlindungan hukum terhadap desain industri seolah tenggelam dalam hingar bingar kampanye anti pembajakan. Bagi kebanyakan orang istilah desain industri masih asing. Terbitnya undang-undang mengenai desain industri memang tergolong baru (Undang-Undang Desain Industri berlaku sejak 20 Desember 2000). Pendaftarannya sendiri baru dimulai pada 16 Juni 2001. Tak heran, bila desain industri kalah beken dibandingkan hak cipta, paten atau merek.

(47)

Oleh karena itu, dapat dipastikan kelemahan yang muncul dalam muatan materi akan berpengaruh terhadap optimalisasi perlindungan hukum terhadap desain industri dan adanya hambatan dalam proses pendaftaran.

Ada beberapa alasan yang dapat dijadikanya dasar sehingga kelemahan dalam muatan materi Undang-Undang Desain Industri itu muncul. pertama barangkali dalam penyususan Undang-Undang Desain Industri itu sendiri banyak sekali kepentingan yang berkembang, sehingga dalam situasi dan kondisi demikian perumusan Undang-Undang Desain Industri menjadi syarat dengan kepentingan yang berkembang. Kedua, boleh jadi ketika perumusan muatan materi dari Undang-Undang Desain Industri terjadi kekurangcermatan dari para pembentuk undang-undang. Berdasarkan kepada hal demikian itu,maka di sini akan diuraikan beberapa kelemahan hukum dalam Undang-Undang Desain Industri. Fokus kajian akan diorientasikan pada muatan materi Undang-Undang Desain Industri.

Hambatan pendaftaran desain industri ini terletak pada; pertama, ketentuan Pasal 1 yang menjelaskan bahwa unsur desain industri itu harus mengandung kesan estetika; kedua, adanya ketidakadilan hukum antara ketentuan Pasal 26 dan Pasal 29 Undang-Undang Desain Industri.110

110 Budi Agus Riswandi dan M.Syamsudin,Op.,Cit.,hlm.50.

(48)

undang-undang. Di sini dapat dinyatakan untuk mengatakan suatu kreasi mempunyai kesan estetis sangat subjektif. Pada kenyataanya pernyataan ini dapat dibenarkan, apalagi undang-undang juga tidak memberikan penegasan siapa yang mempunyai hak untuk menentukan suatu kreasi mempunyai kesan estetis atau tidak adalah dilakukan oleh pihak Direktorat Jendral HKI.

Keadaan ini kalau diperhatikan lebih jauh sungguh sangat mengkhawatirkan bagi efektifnya penegakan hukum Undang-Undang Desain Industri. Perlu diketahui, tanpa disadari dengan rumusan norma seperti ini sebenarnya telah memberikan peluang terjadinya praktik korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN)

Dalam hubunganya dengan pendaftraran desain industri dalam Undang- Undang Desain Industri kurangnya kejelaskan maksud dari unsur kebaharuan. Sedangkan dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Desain Industri bahwa hak desain industri diberikan untuk desain industri yang baru. Pelaku UKM akan merasa bingung dengan pendaftaran desain industri sehingga menyulitkan proses pendaftaran trsebut.

(49)

proses penyelesaian pendaftaran desain industri membutuhkan waktu cukup lama yaitu antara 1 sampai dengan 1,5 tahun, sementara itu trend pasar hanya dalam hitungan bulan (6 – 12 bulan). Kondisi tersebut menyebabkan fungsi perlindungan hak atas desain industri menjadi tidak efektif karena pada saat proses didaftarkan sudah rentan pembajakan, sementara itu setelah sertifikat keluar, desain tersebut sudah tidak up to date lagi sehingga sudah tidak mempunyai nilai ekonomis untuk diproduksi. Hal seperti inilah yang menyebabkan para desainer malas untuk mendaftarkan desainnya. Dimana terdapat kelemahan dalam peraturan itu sendiri maka akan menyebabkan hambatan dalam pendaftaran bagi pelaku UKM yang ingin mendaftarakan produknya untuk mendapatkan perlindungan atas produknya.

C. Pembangunan Budaya Hukum Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Pendaftaran Desain Industri

Pada saat ini, manusia mengalami perpindahan era dan peradaban yang baru. Dulu kita bergeser dari era pertanian lalu era industrilisasi. Perkembangan teknologi dan informasi dan komunikasi (infokom) serta globalisasi ekonomi telah mendorong perkembangan manusia yang dituntut untuk berkembang secara kreatif. Perkembangan industri telah menciptakan pola kerja, pola produksi dan pola distribusi yang murah dan efisien. Perkembangan teknologi telah membuat manusia jadi semakin produktif.

(50)

intelektual. industri kreatif adalah bagian yang tidak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Pada saat ini mem kreatif merupakan industri dengan sumber yang terbarukan karena berfokus pada penciptaan daya kreasi. Menurut departemen perdagangan republik Indonesia pengertian industri kreatif didefinisikan sebagai “Industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.”

Permasalahan perlindungan hukum terhadap desain industri dalam praktek bisnis di bidang kerajinan menjadi masalah tersendiri. Kondisi demikian disebabkan oleh banyak faktor yang ada di masyarakat, diantaranya faktor yuridis dan ekonomis. Secara yuridis dapat dikatakan bahwa terdapat banyak desain yang dimiliki oleh pendesain sekaligus pelaku usaha yang tidak didaftarkan, sehingga mengakibatkan perlindungan hukum tidak optimal. Sebagai contoh adalah masyarakat dari pelaku UKM belum sepenuhnya memahami tentang pentingnya perlindungan hukum desain industri yang dihasilkan oleh UKM. Sementara itu secara ekonomi ada kendala dari segi finansial pemilik desain untuk membiayai pendaftaran desain mereka. Sebagai contoh adalah UKM menganggap bahwa pendaftaran desain industri memerlukan biaya yang mahal, proses pendaftarannya tidak mudah dan memakan waktu yang lama.111

Budaya hukum mengacu kepada bagian-bagian dari budaya pada umumnya yang berupa kebiasaan, pendapat, cara-cara berperilaku dan berpikir

111

(51)

yang mendukung atau menghindari hukum. Atau dengan kata lain, budaya hukum merupakan sikap dan nilai-nilai dari individu-individu dan kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai kepentingan-kepentingan (interest) yang kemudian diproses menjadi tuntutan-untutan (demands) berkaitan dengan hukum. Kepentingan dan tuntutan tersebut merupakan kekuatan sosial yang sangat menentukan berjalan atau tidaknya sistem hukum. Pendapat Lawrence M. Friedman bahwa peraturanperaturan hukum bisa tegak tergantung pada budaya hukum dan budaya masyarakat tergantung pada budaya masyarakat anggota-anggotanya, yang dipengaruhi oleh tradisi, latar belakang pendidikan, lingkungan budaya, posisi atau kedudukan dan kepentingan ekonomi. Budaya masyarakat disini adalah keseluruhan dari sikap-sikap warga masyarakat yang bersifat umum dan nilai yang ada dalam masyarakat akan menentukan bagaimana hukum itu berlaku dalam masyarakat dan hukum yang diterima dan diperlukan oleh masyarakat ataupun oleh komunitas tertentu.112

Menurut Lawrence M. Friedman budaya hukum dibedakan menjadi dua macam. Pertama internal legal culture, yakni kultur hukumnya para lawyer’s dan judged’s dan external legal culture, yakni kultur hukum masyarakat pada umumnya. Semua kekuatan sosial akan mempengaruhi bekerjanya hukum dalam masyarakat. Sikap masyarakat, salah satunya tidak melaksanakan produk hukum karena masyarakat mempunyai budaya hukum sendiri. Hukum sebagai sistem

112

Referensi

Dokumen terkait

Salah seorang pelaku usaha kecil di Pusat Industri Kecil, yang spesialnya adalah membuat sepatu dengan model-model yang beranekaragam serta berbagai jenis dari

Faktor-faktor yang menjadi penghambat untuk mendapatkan perlindungan hukum yaitu rendahnya pemahaman terhadap Undang-undang Desain Industri Nomor 31 Tahun 2000,

1) Anggota wajib memberikan perlindungan terhadap karya cipta yang berupa desain produk industri yang baru atau asli. Anggota dapat menentukan bahwa suatu desain industri tidak

Judul Skripsi : Sistem Pengendalian Kualitas Produk Pada Usaha kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Mebel Bambu Di Desa Wisata Sendari (Studi Kasus pada

15 Perlindungan hukum desain Indistri Secara substantif, dalam Undang-Undang Desain Industri terdiri dari 57 pasal tersebut mengatur beberapa hal penting berkaitan

“konsep” yang diterapkan pada produk, barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan dan tidak melekat menjadi satu dengan barangnya. “Pemegang Hak Desain Industri” yang

Judul Skripsi : Sistem Pengendalian Kualitas Produk Pada Usaha kecil dan Menengah (UKM) Kerajinan Mebel Bambu Di Desa Wisata Sendari (Studi Kasus pada

Gambaran Industri Kecil dan Menengah (trffi) Kerajinan Perak Koto Gadang sebagai salah satu Kerajinan unggulan sumatera Barat. 2