• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Kebijakan Tentang Larangan Gelandangan Dan Pengemisan Serta Praktek Tuna Susila Di Kota Medan Jangka Waktu 2015 (Studi Tentang Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Kebijakan Tentang Larangan Gelandangan Dan Pengemisan Serta Praktek Tuna Susila Di Kota Medan Jangka Waktu 2015 (Studi Tentang Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003)"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

AbidinZainal, Sad. 2004. Ed. Rev. Kebijakan Publik. Jakarta : Yayasan Pancur Siwah Arikunto, Suharsimi, 2005. Ed. Rev. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Arrasjid, Chainur. 1980. Gelandangan dalamPengertian Hukum-Pidana. Medan : Fakultas Hukum

Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

N.Dunn, William. 2003. Ed. 2. Cet. kelima. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Moekijat. 1995. Analisis Kebijakan Publik. Bandung : Mandar Maju

Parsons, Wayne. 2005. Ed.Kutipan. Public Policy Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan.Jakarta :Prenade Media

Suryabrata, Sumadi, 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada Yudoyono, Bambang. 2001. Otonomi Daerah. Jakarta :Pustaka Sinar Harapan.

Undang-undang dan Peraturan :

Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003 tentang Larangan Gelandangan dan Pengemisan serta Praktetk Tuna Asusila

Undang UndangDasar 1945 pasal 34 Tentang Perlindungan Fakir Miskin dan orang-orang terlantar

Undang-undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

SumberInternet :

(2)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Medan

1. Letak Geografis

Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah 26.510 hektare (265,10 km²) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan kota/kabupaten lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif besar. Secara geografis kota Medan terletak pada 3° 30' – 3° 43' Lintang Utara dan 98° 35' - 98° 44' Bujur Timur. Untuk itu topografi kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif kota Medan berbatasan dengan:

- Sebelah Utara : Selat Malaka

- Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang

- Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang

(3)

Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya. Di samping itu sebagai daerah pinggiran jalur pelayaran Selat Malaka, Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

2. Pemerintahan

Pemerintah daerah kota medan adalah walikota medan beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Secara garis besar struktur organisasi pemerintah kota medan dapat digambarkan sebagai berikut:

(4)

Sumber : Website Pemerintah Kota Medan (www.pemkomedan.go.id) diakses

pada 18 maret 2016 pukul 00.31 WIB

Administrasi pemrintahan kota medan pada saat ini terdiri atas 21 kecamatan dengan 151 kelurahan yang terbagi dalam 2001 lingkungan. Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima (5) sifat, yaitu:

(1) Pemberian pelayanan,

(2) Fungsi pengaturan (penetapan perda), (3) Fungsi pembangunan,

(4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan pemerintah provinsi /pusat),

(5) Fungsi koordinasi dan perencanaan pembangunan kota. 3. Demografi

Menurut data yang diperoleh dari badan pusat statistic (BPS) provinsi sumatera utara, laju pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat.Pada tahun 2011, penduduk kota Medan mencapai 2.117.224 jiwa. Dibanding hasil Sensus Penduduk 2010, terjadi pertambahan penduduk sebesar 19.614 jiwa (0,94%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 , kepadatan penduduk mencapai 7.987 jiwa/, dan pada tahun 2014 yang lalu juga mengalami peningkatan, sehingga menjadi 2.191.140 jiwa.

(5)

Kabupaten/Kota Luas Wilayah Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk (km2) (jiwa) (jiwa/km2) Kabupaten

01. N i a s 1 842,51 135 319 73

02. Mandailing Natal 6 134,00 426 382 70 03. Tapanuli Selatan 6 030,47 273 132 45 04. Tapanuli Tengah 2 188,00 342 902 157 05. Tapanuli Utara 3 791,64 290 864 77

06. Toba Samosir 2 328,89 178 568 77

07. Labuhanbatu 2 156,02 453 630 210

08. A s a h a n 3 702,21 699 720 189

09. Simalungun 4 369,00 844 033 193

10. D a i r i 1 927,80 277 575 144

11. K a r o 2 127,00 382 622 180

12. Deli Serdang 2 241,68 1 984 598 885 13. L a n g k a t 6 262,00 1 005 965 161 14. Nias Selatan 1 825,20 305 010 167 15. Humbang

Hasundutan 2 335,33 181 026 78

16. Pakpak Bharat 1 218,30 44 520 37

17. Samosir 2 069,05 123 065 59

18. Serdang Bedagai 1 900,22 606 367 319

19. Batu Bara 922,2 396 479 430

20. Padang Lawas

Utara 3 918,05 247 286 63

21. Padang Lawas 3 892,74 251 927 65

22. Labuhanbatu

Selatan 3 596,00 307 171 85

23. Labuhanbatu

Utara 3 570,98 347 465 97

24. Nias Utara 1 202,78 132 735 110

25. Nias Barat 473,73 84 419 178

Kota

71. S i b o l g a 41,31 86 166 2 086

72. Tanjungbalai 107,83 164 675 1 527

73. Pematangsiantar 55,66 245 104 4 404

74. Tebing Tinggi 31 154 804 4 994

75. M e d a n 265 2 191 140 8 268

76. B i n j a i 59,19 261 490 4 418

(6)

78. Gunungsitoli 280,78 134 196 478 Sumatera Utara 72 981,23 13 766 851 189

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara

B. Gambaran Umum Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan 1. Sejarah Berdirinya Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja Kota Medan

(7)

2. Visi dan Misi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

Visi dan Misi Strategi Kantor Dinas Sosial Kota Medan adalah :“ Perluasan, Perlingdungan Kerja dan Pengentasan Kemiskinan dalam Masyarakat Menuju Medan Kota Sejahtera”.

Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut maka misi dari dinas sosial dan tenaga kerja kota medan adalah:

a. Meningkatakan penempatan tenaga kerja dan memperluas kesempatan kerja;

b. Meningkatan hunungan industrial yang standar/ideal;

c. Meningkatakan pengawasan dan perlingunan ketenagakerjaan; d. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia; e. Meningkatkan kualitas pengelolaan lembaga-lembaga sosial; f. Mengingkatakan penagann masalah-masalah kesejajteraan sosial; g. Meningkatkan rasa nilai-nilai kejuangan dan kesetiakawanan sosial;

h. Meningkatakan pengawasan terhadap pelaksanaan undian dan pengambilan/pengumpulan uang.

3. Struktur Organisasi Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja

(8)

Bagan2:S

Sumber: L

Untuk me Kota Med Tabel 5 :

No .

1 S. A NIP 2 Drs. NIP 3 ILY NIP 4 JUL NIP 5 TIM NIP 6 AMY NIP 7 Drs. NIP Struktur Or LAKIP DISO elaksanakan dan saat ini d

Daftar Had Na ARMANSYA . 19660727 I. SEK ALEKSAN . 19601209 ASAK . 19620408 LIA, SE . 19640704 MBUL ANT . 19790908 Y PRATIW . 19851017 ALI CHAD . 19580717 rganisasi D OSNAKER K

n tugas poko didukung SD dirDinas S ama / Nip

AH LUBIS 199303 1 0 KRETARIA NDER, M.A 199003 1 0 199303 1 0 198408 2 0 ONIUS, SH 200502 1 0 WI,SE

201001 2 0 D

198003 1 0

Dinas Sosial

Kota Medan

ok dan fung DM sebany osial dan T

, SH 003 AT AP 002 005 001 H 009 027 006

l Dan Tena

n

gsinya, Din yak 98 orang Tenaga Ker

PANGKA T/GOL. IV / b

IV / b

III / b III / b III / b III / b IV / b

aga Kerja K

as Sosial da g yang terdi rja Kota M

(9)

8 REBEKKA SITINJAK NIP. 19641130 198603 2 006

III / b Staf 9 RENTHA MARIAITO L. TOBING,

S.SOS

NIP. 19880408 201001 2 014

III / b Staf

10 JIMMY MANURUNG, SE NIP. 19790405 200904 1 005

III / b Staf 11 MIAFITRI DAMANIK SE

NIP. 19840615 201001 2 039

III / b Staf 12 IBNU FAHREEZA, SE

NIP. 19870426 201001 1 011

III / a Staf 13 ERLINDA KRISTINA SIAGIAN,

SE

NIP. 19880405 201001 2 019

III / a Staf

14 EDIANTO

NIP. 19580627 198003 1 004

II / c Staf 15 LOLITANORA GIRSANG

NIP. 19781211 201001 2 009

II / d Staf

16 NOVITA SARI GINTING NIP. 19840109 201001 2 023

II / d Staf 17 SUPRIADI

NIP. 19800602 201401 1 002

I / c Staf II. BIDANG BINA SOSIAL

18 Drs. SAHDIN SAGALA, M.AP NIP. 19630313 199112 1 001

IV / a KABID BINA SOSIAL 19 ROSDIANA FLORENCE, SH

NIP. 19621027 199203 2 001

III / d Kasi Bantuan Sosial

20 SIDUHU HAREFA, SH NIP. 19580911 198303 1 006

III / d Kasi Bimbingan Sosial 21 Hj. SYAFRIA ARITONANG

NIP. 19580908 198503 2 004

III / c Kasi Kepahlawanan 22 SYAIFUL BAHRI, SH

NIP. 19590804 198003 1 006

IV / b Staf 23 Dra. CUT SAHARA

NIP. 19610910 198202 2 003

III / d Staf 24 AZMAN

NIP. 19580513 198101 1 001

III / b Staf 25 ARIHTA SEMBIRING

NIP. 19591122 198003 2 003

III / b Staf 26 MURNI HUTAURUK

NIP. 19591024 198103 2 001

III / b Staf

27 SONDANG JUWITA S S.Psi, M.Psi NIP. 19830219 200604 2 014

III / b Staf 28 TRISNO MULYONO

HUTAGALUNG, SH

(10)

NIP. 19840310 200903 1 010 III. BIDANG PELAYANAN

SOSIAL 29 ZAILUN , SH, M.AP

NIP. 19600820 198602 1 001

IV / a KABID PELAYANAN SOSIAL

30 DAMERIA, S.Sos

NIP. 19581215 198403 1 003

III / d Kasi Undian dan Pengumpulan Uang 31 DELI MARPAUNG, SH

NIP. 19660517 198903 2 006

III / d Kasi Rehabilitasi 32 RIDHA VALENTA YETTA, SE

NIP. 19640412 199203 2 004

III / d Kasi Pembinaan Daerah Kumuh dan

Penanggulangan Bencana

33 RITAWATY, SH, M.AP NIP. 19620805 198606 2 001

IV / b Staf

34 LAMO MAYJEN LBN. TOBING NIP. 19380708 200801 1 001

II / b Staf 35 BINSAR PANDAPOTAN

HASIBUAN

NIP. 19820425 200804 1 003

II / d Staf

IV. BIDANG PENTAKER 36 SYAFUL ALAMSYAH, SE

NIP. 19620412 199203 1 008

IV / a KABID PENTAKER 37 EDDY SEMBIRING COLIA, SE

NIP. 19621231 199103 1 061

III / d Kasi PTKDN 38 LEPPI, SE

NIP. 19610316 199203 1 003

III / d Kasi PTKLN

39 GEMPITA SEKARWATI, SE NIP. 19610616 199203 2 002

III / d Kasi Informasi Pasar Kerja

40 SONDANG AGUSTINA RAMBE, SH

NIP. 19600817 198603 2 003

III / d Staf

41 ELIOSA BR PINEM, SP NIP. 19701211 199803 2 003

III / c Pengantar Kerja 42 MINDO BERTUA SITUMEANG

NIP. 19580306 198102 2 001

III / b Pengantar Kerja 43 ASRAH YETTY

NIP. 19620114 198204 2 001

III / b Staf 44 SAHBANI

NIP. 19630322 198203 1 003

III / b Pengantar Kerja 45 LOUIS STEFANI SRIRATU, SE

NIP. 19860916 201001 2 026

III / b Staf 46 BAIKUNI W. A PASARIBU, SE

NIP. 19770125 201001 2 009

III / a Staf

(11)

NIP. 19700525 200801 2 022 48 MARDIYANI, SE

NIP. 19790322 200801 2 008

III / a Staf

V. BIDANG HUBIN SYAKER 49 AMIN YAHYA, SH

NIP. 19600806 198903 1 003

IV / b KABID HUBIN SYAKER 50 Drs. AFRIZAL M.AP

NIP. 19660717 198603 1 001

IV / a Kasi Perselisihan Hubungan Industrial (PHK)

51 BANCI ELIDA GINTING, SH NIP. 19590105 198703 2 003

III / d Kasi Persyaratan Kerja dan Pengupahan 52 EFFENDI SITUMORANG, SH

NIP. 19631230 199203 1 004

III / d Kasi Organisasi

Pekerja, Pengusaha dan Purna kerja

53 Drs. ALBON HAMONANGAN NIP. 19591120 198603 1 005

III / d Mediator 54 Drs. OSLEN SIMARMATA

NIP. 19610805 199103 1 003

III / d Mediator 55 RETINA SAMOSIR, SE

NIP. 19650302 199203 2 003

III / d Mediator 56 Drs. BRISTON

NIP. 19600220 198102 1 001

III / d Mediator

57 HEBRON GULTOM, SH NIP. 19630410 198601 1 001

III / c Mediator 58 URAIDA, SE

NIP. 19680808 198903 2 044

III / c Staf 59 NURIANTINA, SP

NIP. 19710201 199803 2 002

III / c Mediator 60 JONES PARAPAT, SH

NIP. 19861016 201101 1 005

III / b Staf 61 KAMISWAR

NIP. 19590110 198703 1 005

III / a Staf 62 RUSTI HUTAJULU, AMd

NIP. 19770219 201101 2 003

II / c Staf

VI. BIDANG PENGAWASAN 63 BINSAR ROBERT TAMBUNAN,

SH

NIP. 19601005 199303 1 002

IV / a KABID

PENGAWASAN 64 Drs. JUITA GINTING

NIP. 19601205 198603 1 005

IV / a Kasi Pengawasan Jamsostek

65 Dra. AKHRIDA

NIP. 19600214 198503 2 001

III / d Kasi Pengawasan Norma Kerja 66 Ir. ROSMALINA DEWI

NIP. 19580806 199102 2 001

III / d Kasi Pengawasan K3

(12)

NIP. 19611205 198603 1 014 68 FRIDOLF JOHN RUMAPEA

NIP. 19600626 199203 1 003

III / d Staf

69 KONGOWATI, SH

NIP. 19630824 198603 2 003

III / d Pengawas Ketenagakerjaan 70 RENTAULI SILALAHI S.Sos

NIP. 19681125 199803 2 002

III / c Pengawas Ketenagakerjaan 71 EFFENDI SIAGIAN, SH

NIP. 19580909 198703 1 006

III / c Staf 72 MASNA JUITA HARAHAP

NIP. 19660704 198612 2 001

III / b Staf 73 DENNY ROSAWATI

SIHOMBING, SE

NIP. 19731103 199803 2 002

III / b Staf

74 CUT YUNITA N, SST NIP. 19840628 201001 2 021

III / b Staf 75 WAGIMAN

NIP. 19591001 198101 1 001

III / b Staf 76 RAJANI LINDUNG SIANTURI,

ST

NIP. 19761010 201001 1 022

III / b Staf

77 DIES EKAPRASETYA PUTRA, ST NIP. 19810321 201001 1 015

III / b Staf 78 UJI DIPPOS LUMBAN SIANTAR,

ST

NIP. 19820730 201001 1 015

III / b Staf

79 SANDRO H SIREGAR, SH NIP. 19830729 201001 1 013

III / b Staf 80 NELLY APRIANI, ST

NIP. 19800405 200904 2 007

III / b Staf 81 MASCO ROSNELLI BR GINTING,

SH

NIP. 19860417 201001 2 002

III / b Staf

82 SUCI ANGGRAEINY PASARIBU, S.S.T.

NIP. 19830614 201001 2 036

III / b Staf

83 ERWIN DALIMUNTHE S.Kom NIP. 19800315 201001 1 020

III / a Staf

VII. BIDANG PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS NAKER 84 DRS. ALI NAFIAH, MT

NIP. 19660307 198603 1 005

IV / a KABID LATTAS

85 IR. RAHMALINA

NIP. 19610308 198603 2 006

III / d Kasi Instruktur dan Lembaga

(13)

NIP. 19600716 198503 2 001 87 SAMSUL KAMAL

NIP. 19600218 198612 1 002

III / b Staf

88 M. RAIS

NIP. 19600128 198303 1 006

III / b Staf 89 ESTER SIANTURI, SE

NIP. 19880215 201001 2 014

III / a Staf 90 MISDAR

NIP. 19620203 198603 1 005

II / c Staf 91 USMAN

NIP. 19621105 198703 1 003

II / b Staf

4. Tugas Pokok dan Fungsi

Peraturan Walikota Medan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, sesuai dengan Struktur organisasinya, unsur-unsur yang melaksanakan penyelenggaraan pelayanan bidang sosial dan ketenagakerjaan beserta rincian tugas pokok dan fungsi masing-masing, sebagai berikut :

1. Dinas

Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang Sosial dan Tenaga Kerja berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan Dinas menyelenggarakan fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang sosial dan ketenagakerjaan

b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang sosial dan ketenagakerjaan

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang sosial dan ketenagakerjaan d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan

(14)

Sekretarian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan penyusunan program Sekretariat menyelenggaran fungsi :

a. Penyusunan rencana, program, dan kegiatan kesekretariatan b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

c. Pelaksanaandan penyelenggaran pelayanan administrasi kesekretariatan Dinas yang meliputi administrasi umum, kepegawaian, keuangan, dan kerumahtanggan Dinas

d. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan

e. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan tugas-tugas Dinas f. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian g. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kesekretariatan

h. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Dinas Sosial dan Tenaga Kerja terdiri dari 6 (enam) bidang, yaitu : a. Bidang Bina Sosial

Bidang Bina Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup bantuan sosial, bimbingan sosial, dan kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial Bidang Bina Sosial menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan program dan rencana kegiatan Bidang Bina Sosial;

(15)

3. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaran bina sosial sesuai standar yang ditetapkan;

4. Fasilitasi bagi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)

5. Pelaksanaan pembinaan dan pelestraikan nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan, dan kesetiakawanan sosial;

6. Pemberdayaan Organisasi Sosial, Karang Taruna, Pekerja Sosial, Taruna Siaga Bencana, dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial Lainnya;

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang bina sosial;

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas seuai dengan tugas dan fungsinya.

b. Bidang Pelayanan Sosial

Bidang Pelayanan Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup undian dan penympulan uang, tehabilitasi, pembinaan daerah kumuh dan penanggulangan bencana. Bidang Pelayanan Sosial menyelenggarakan fungsi :

1. Penyusunan program dan rencana kegiatan Bidang Pelayanan Sosial; 2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup undian dan pengumpulan uang,

(16)

3. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan pembinaan daerah kumuh dan penanggulangan bencana sesuai denga urursan pemerintah kota

4. Pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), penanggulangan bencana dan penanganan daerah kumuh

5. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan kegiatan undian dan pengumpulan dana sosial

6. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan peloporan lingkup bidang bina sosial

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja

Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup penempatan tenaga kerja dalam negri, penempatan tenaga kerja luar negri, dan informasi pasar kerja. Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja menyelenggarakan fungsi:

1. Penyususnan program dan rencana kegiatan bidang Bidang Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja

2. Penyususnan petunjuk teknis lingkup penempatan tenaga kerja dalam negri, luar negri dan informasi pasar kerja

(17)

4. Pemberian informasi ketenaga kerjaan

5. Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya libgkup penggunaan tenaga kerja asing sesuai dengan urusan pemerintah kota 6. Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian lingkup

penempatan tenaga kerja dan informasi pasar kerja

7. Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang pembinaan dan penempatan tenaga kerja

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai tugas dan fungsinya

d. Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup organisasi pekerja, pengusaha pendidikan dan purna kerja, persyaratan kerja dan pengupahan serta perselisihan hubungan industrial / PHK. Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja menyelenggarakan fungsi:

1. Penyususnan program dan rencana kegiatan Bidang Hubungan Industrial Syarat-Syarat Kerja dan Purna Kerja

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup hubungan industrial, syarat-syarat kerja dan purna kerja

3. Pelaksanaa pembinaanhubungan industrial, persyaratan kerja, organisasi kerja, dan pengusaha

(18)

5. Penelitian, pengesahan, pendaftaran, Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP), Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Perusahaan Penyedia Jasa Pekerja (PPJP), Pengerahan Pelaksana Pekerja Kepada Perusahaan Lain (PPPKPL)

6. Pelaksana proses penetapan Upah Minimum Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektor Kota (UMSK)

7. Pelaksana monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang hubungan industrial syarat syarat kerja dan purna kerja

8. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

e. Bidang pengawasan Ketenagakerjaan

Bidang pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup pengawasan norma kerja, pengawasan, keselamatan dan kesehatan kerja serta pengawasan JAMSOSTEK. Bidang pengawasan Ketenagakerjaan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan program dan rencana kegiatan bidang pengawasan ketenagakerjaan

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengawasan ketenagakerjaan 3. Pelaksana pengawasan dan penyidikan terhadap pelanggaran

(19)

4. Pelaksana pengawasan atas perusahaan perusahaan penyedia jasa tenaga kerja buruh

5. Pelaksana proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup penggunaan alat alat k-3 antara lain sesuai dengan urusan pemerintahan kota.

6. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengawasan ketenagakerjaan

7. Pelasanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala dinas sesuai denga tugas dan fungsinya

f. Bidang Pelatihan dan Produktivitas

Bidang Pelatihan dan Produktivitas mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas dinas lingkup instruktur dan lembaga, sertifikasi, bimbingan dan produktivitas tenaga kerja dan pemagangan. Bidang Pelatihan dan Produktivitas menyelenggarakan fungsi:

1. Penyususnan program dan rencana kegiatan Bidang Pelatihan dan Produktifitas

2. Penyusunan petunjuk teknis lingkup pelatihan dan produktivitas 3. Penyelenggaraan pelatihan terhadap pencari kerja dan menyiapkan

standarisasi, test, kualifikasi dan memberikan perijinan kepada lembaga pelatihan kerja swasta

(20)

5. Pelaksanaan pembinaan terhadap pelaksanaan pelatihan / kursus yang dilakukan oleh lembaga latihan swasta, pemerintah dan perusahaan di bidang ketenagakerjaa

6. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan lingkup bidang pengawasan ketenagakerjaan

7. Pelasanaan tugas lainnya yang diberikan oleh kepala dinas sesuai denga tugas dan fungsinya

4. Sekretariat terdiri dari 3 sub bagian , yaitu: a. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup administrasi umum. Sub bagian umum menyelenggaran fungsi:

1. Penyusunan rencana kegiatan sub bagian umum

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengolahan administrasi umum 3. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengolahan tata

naskah dinas, penataan kearsipan, perlengkapan dan penyelenggaraan kerumahtanggan dinas

4. Pengelolaan administrasi kepegawaian

5. Penyiapan bahan pembinaan dan pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan dan kepegawaian

6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

(21)

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya

b. Sub Bangian Keuangan

Sub bagian keuangan mempunya tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan. Sub bagian keuangan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyususnan rencana kegiatan sub bagian keuangan

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi keuangan

3. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan dan verifikasi

4. Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan

5. Penyusunan laporan keuangan dina

6. Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

8. Pelasanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Sekretaris dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

(22)

Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Sub bagian penyusunan program mempunyai fungsi;

1. Penyusunan rencana kegiatan sub bagian penyusunan program 2. Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana

dan program dinas

3. Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program dinas 4. Penyiapan bahan pembinaan pengawasan dan pengendalian

5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

6. Pelasanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Sekretaris dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya

5. Dinas sosial dan tenaga kerja terdiri dari 18 jabatan, yaitu: a. Seksi Bantu Sosial

Seksi Bantu Sosial mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang bina sosial lingkup bantuan sosial. Seksi bantuan sosial menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program, kegiatan seksi bantu sosial 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bantuan sosial 3. Pengumpulan dan pengelolaan data lingkup bantuan sosial

(23)

5. Penyiapan bahan fasilitas bagi para penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) dan potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS)

6. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan pengawasa dn pengendalian lingkup bantuan sosial sesuai dengan urusan pemerintah kota

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelapporan pelasanaan tugas

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

b. Seksi Bimbingan Sosial

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Sosial lingkup bimbingan sosial, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksudkan di atas, Seksi Bimbingan Sosial menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Bimbngan Sosial, 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bimbingan sosial, 3. Pengumpulan dan pengelolaan data lingkup bimbingan sosial,

4. Penyiapan bahan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan bimbingan sosial,

(24)

6. Penyiapan bahan monitoring, evaliasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

7. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang Sesuai dengan tugas dan fungsinya.

c. Seksi Kepahlawanan Keperintisan dan Penanggulangan Bencana, Mempunyai tugs pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Sosial lingkup kepahlawanan, keperintisan dan kesetiakawanan sosial, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Kepahlawanan Keparintisan, dan Kesetiakawanan Sosial menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial,

3. Pengumpulan dan pengelolaan data lingkup Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial,

4. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dalam penyelenggaraan upaya pembinaan jiwa Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial,

5. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan , pelestarian, nilai-nilai Kepahlawanan, Keperintisan dan Kesetiakawanan Sosial sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

(25)

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

d. Seksi undian dan Pengumpulan Uang,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Sosiao lingkup undian dan pengumpulan uang, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Undian dan Pengumpulan Uang menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Undian dan Pengumpulan Uang,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup undian dan pengumpulan uang

3. Pengumpulan dan pengolaan data lingkup undian dan pengumpulan uang,

4. Penyiapan bahan pelaksanaan koordinasi kegiatan undian dan pengumpulan dana sosial sesuai dengan urusan pemerintahan kota, 5. Pelaksanaan proses perijinan, pelayanan lainnya, lingkup kegiatan undian dan pengumpulan dana sosial sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

6. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan, pengawasan kegiatan undian dan pengumpulan dana sosial sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

(26)

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

e. Seksi Rehabilitasi,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Sosial lingkup rehabilitasi, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksudkn di atas, Seksi Rehabilitasi menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Rehabilitasi, 2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup rehabilitasi sosial, 3. Pengumpulan dan pengelolaan data lingkup rehabilitasi sosial, 4. Penyiapan bahan pelksanaan koordonasi dan kerjasama dalam

penyelenggaraan rehabilitasi sosial,

5. Penyiapan bahanpelaksanaan rehabilitasi sosial bagi para penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

6. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan, pengendalian standar rehabilitasi sosial sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluiasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

f. Seksi Penempaten Tenaga Kerja Dalam Negeri

(27)

dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Penempatan Tenaga Kerja Dalam Negeri,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penempatn tenaga kerja dalam negeri,

3. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup penempatn tenaga kerja dalam negeri,

4. Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup penggunaan tenaga kerja warga Negara asing sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

5. Penyiapan bahan pelaksanaan Penempatn Tenaga Kerja Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) dan Antar Kerka Lokal (AKL), 6. Penyiapan bahan monitoring dan evaluasi penggunan tenaga kerja

warga Negara asing,

7. Pendaftaran dan fasilitas pembentukan Tenaga Kerja Mandiri (TKM),

8. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan, pengawasan lingkup penempatan tenaga kerja dalam negeri,

9. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pengolahan pelaksanaan tugas,

(28)

g. Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagai tugas Bidang Pembianan dan Penempatan Tenaga Kerja lingkup penempatan tenaga kerja luar negeri, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimanksud di atas, Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penempatan tenaga kerja luar negeri,

3. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup penempatan tenaga kerja luar negeri,

4. Pelaksanaan proses perijinan asrama penampungan Calon Tenaga Kerja Indonesia (CTKI), rekomendasi pembuatan paspor CTKI sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

5. Penyiapan bahan pelaksanaan pengawasan rekrutmen CTKI sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

6. Penyiapan bahan monitoring dan evaluasi penggunaan tenaga kerja warga Negara asing,

7. Pendaftaran dan fasilitas pembentukan Tenaga Kerja Mandiri (TKM),

(29)

9. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, pelaporan pelaksanaan tugas,

10.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan olehKepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

11.penyiapan

h. Seksi Informasi Pasar Kerja

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pembinaan dan penempatan Tenaga Kerja lingkup informasi pasar kerja, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Informasi Pasar Kerja menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Informasi Pasar Kerja,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup Informasi Pasar Kerja, 3. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup Informasi Pasar Kerja, 4. Pelaksanaan proses penerbitan Kartu Pencati Kerja (AK.1)

5. Pelaksanaan p[roses perijinan Pendirian Lembaga /LPTKS/BKK sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

6. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan, penyebarluasan Informasi Pasar Kerja,

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

(30)

i. Seksi Organisasi Pekerja Pengusaha Pendidikan dan Purna Kerja, Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Hubungan Industrial Syarat-syarat Kerja dan Purna Kerja lingkup organisasi pekerja, perusaha pendidikan dan purna kerja, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas, Seksi Organisasi Pekerja Pengusaha Pendidikan dan Purna Kerja menyelenggarakan fungsi:

1. penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Organisasi Pekerja Pengusaha Pendidikan dan Purna Kerja,

2. penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup organisasi pekerja, perusahaan pendidikan dan purna kerja,

3. pengumpulan dan pengolahan data lingkup organisasi pekerja, pengusaha pendidikan dan purna kerja,

4. penyiapan bahan pelaksanan siding-sidang Lembaga Kerjasama Tripartit,

5. penyiapan bahan pelaksanan pembinaan organisasi pekerja dan pengusaha,

6. penyiapan bahan pelaksanaan, pembinaan, pembentuk lembaga kerjasama bipartite dalam pembentukan lembaga kerjasama bipartite dan tripartit,

7. penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

(31)

j. Seksi Persyaratan Kerja dan Pengupahan,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Hubungan Industrial Syarat-sayarat Kerja dan Purna Kerja lingkup persayatan kerja dan pengupahan, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas, Seksi Persayaratan Kerja dan Pengupahan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Persyaratan Kerja dan Pengupahan,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup persyaratan kerja dan pengupahan,

3. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup persyaratan kerja dan pengupahan,

4. Penyiapan bahan penelitian kebutuhan hidup minimum, indeks Harga Konsumen,

5. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan kegiatan penelitian, proses pengesahan dan Pendaftaran Kesepakatan Kerja Waktu Tertentu (PKKWT), Perjanjian Kerja (PK), Peraturan Perusahaan (PP), Perjanjian Kerja Bersama (PKB), Perusahaan penyedian Jasa Pekerja (PPJP), dan Pengerahaan Peleksana Pekerja Pada Perusahaan Lain,

(32)

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

8. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Kerja sesuai dengan tugas dan ffungsinya.

k. Seksi Perselisihan Hubungan Industrial / PHK,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Hubungan Industrial syarat-sayarat Kerja dan Purna Kerja lingkup persrlisihan hubungan industrial /PHK, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksudkan di atas, Seksi Perselisihan Hubungan Industrial / PHK menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Perselisihan Hubungan Industrial / PHK,

2. Penyusuhan bahan petunjuk teknis lingkup perselisihan hubungan industrial / PHK

3. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan dan pembinaan diperusahaan untuk mencegah terjadinya perselisihan hubungan industrial,

4. Penyiapan bahan dan data penyelesaian kasus Perselisihan Hunbungan Industrian dan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), 5. Penyiapan bahan dan data pelaksanan penyelesaian unjuk rasa/

pemogikan oleh pekerja ataupun Serikat Pekerja / Serkat Buruh, 6. Penyiapan bahan dan data dalam membantu menyelesaikan

(33)

7. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

8. Pelaksanaan tuga lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

l. Seksi Pengawasan Norma Kerja,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan lingkup pengawasan norma kerja, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Pengawasan Norma Kerja menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pengawasan Norma Kerja,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup penhawasan norma kerja,

3. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup pengawasan norma kerja,

4. Pelaksanaan proses ijin dan pengawasan Penyimpangan Waktu Kerja, ijin mempekerjakan pekerja wanita pada malam hari sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

5. Penyiapan bahan dan data peleksanaan pembinaan, pengawasan norma kerja di perusahaan,

(34)

7. Pelaksanan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

m. Seksi Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengawasan Ketenagakerjaan lingkup pengawasan Keselamatan dan kesehatan kerja, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan kerja,

2. Penyususnan bahan petunjuk teknis lingkup pengawasan, keselamatan, dan kesehatan kerja,

3. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup pengawas dan keselamatan kerja,

4. Penyiapan bahan dan data pelaksanan pengawasan terhadap lingkungan kerja atas hal-hal proses produksi yan dapat menimbulkan bahaya baik kepada perusahaan maupun pekerja, 5. bahan dan data pelaksanan pengawasan terhadap kebutuhan

alat-alat pemekaian perlindung diri yang wajib dipersiapkan dalam melaksanakan pekerjaan,

(35)

7. Pelaksanaan proses perijinan dan pengawasan penyimpangan waktu kerja, ijin mempekerjakan Pekerja Wanita pada malam hari sesuai dengan urusan pemerintahan kota,

8. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan pembinaan, pengawasan norma kerja di perusahaan,

9. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

n. Seksi Pengawasan JAMSOSTEK,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang PengawasanKetenagakerjaan lingkup pengawasan JAMSOSTEK, dalam meleksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Pengawasan JAMSOSTEK menyelenggarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana program dan kegiatan Seksi Pengawasan JAMSOSTEK,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengawasan jamsostek, 3. Pengumpulan dan pengolahan data lingkup pengawasan

jamsostek,

(36)

5. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan terhadap perusahaan-perusahaan yang belum melaksanakan Program Jamsostek di perusahaan,

6. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan pembinaan terhadap perusahaan-perusahaan untuk melaksanakan program perlindungan tenaga kerja dengan berkoordinasi ke instansi terkait, 7. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan pembinaan, pengawasan

norma kerja di perusahaan,

8. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

9. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsi.

o. Seksi Instruktur dan Lembaga,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Penelitian dan Produktivitas lingkup instruktur dan lembaga, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Instruktur dan Lembaga menyelenggarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program dan kegiatan Seksi Instruktur dan lembaga,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pelatihan instruktur dan lembaga pelatihan,

(37)

4. Penyiapan bahan dan data dalam melaksanakan penyelenggaraan pelatihan, pembinaan lembaga pelatihan kerja,

5. Penyiapan bahan monitoring,evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

6. Pelaksanan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

p. Seksi Sertifikasi,

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Produktivitas lingkup sertifikasi tenaga kerja, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi sertifikasi menyelengarakan fungsi:

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Sertifikasi,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup sertifikasi lembaga pelatihan,

3. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan identifikasi kebutuhan pelatihan,

4. Penyiapan bahan dan data dalam pelaksanaan akreditasi lembaga pelatihan, dan proses legalisasi sertifikat,

5. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(38)

Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelatihan dan Produktivitas lingkup bimbingan produktivitas tenaga kerja dan pemagangan, dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di atas, Seksi Bombingan Produktivitas Tenaga Kerja dan Pemagangan menyelengarakan fungsi :

1. Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Bimbingan Produktivitas Tenaga Kerja dan pemagangan,

2. Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup bimbingan peroduktifitas tenaga kerja,

3. Pegumpulan dan pengolahan data lingkup lembaga penyelenggaraan magang,

4. Penyiapan bahan dan data peleksanaan proses pembuatan kontrak pemagangan,

5. Penyiapan bahan dan data pelaksanaan magang / training ke luar negeri,

6. Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas,

7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. Jabatan fungsional

Pada dinas sosial dan tenaga kerja kota medan terdapat 3 (tiga) jabatan fungsional, yaitu:

(39)

b. Jabatan fungsional ketenagakerjaan

c. Jabatan fungsioanal mediator hubungan industrial

(40)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini, penulis menyajikan data-data yang diperoleh selama penelitian di Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dan Kantor SATPOL PP kota medan, serta penelitian ke lapangan khsusunya di beberapa tempat yang terdapat gelandangan dan pengemis. Penulis juga menyajikan hasil wawancara dengan para informan sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pelaksanaan kebijakan tentang larangan gelandangan dan pengemisan serta praktek tuna susila di kota medan, serta mengetahui kendala-kendala yang dialami dalam pelaksanaannya. Penelitian ini menggunakan enam indikator evaluasi kebijakan yakni efektifitas,efisiensi, kecukupan, perataan, responsivitas serta ketepatan. Peneliti akan menguraikan indikator-indikator tersebut sesuai dengan wawancara yang dilakukan kepada setiap informan penelitian dan observasi langsung ke lapangan (data primer) serta data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen atau penelitian kepustakaan dengan cara memaparkannya kembali. Berikut ini peneliti menyajikan karakteristik informan dan hasil temuan penelitian yang telah dikumpulkan.

A. Identitas Umum Informan

(41)

pemerintah kota Medan jangka waktu 2015 (peraturan daerah kota medan nomor 6 tahun 2003) yaitu :

1. Kepala seksi (kasi) rehabilitasi yaitu Ibu Deli Marpaung, SH, sebagai informan kunci,

2. Staff bagian pelayanan sosial yaitu Bapak Lamo Mayjen Lumban Tobing dan kepala bagian operasional satpol pp, Bapak Danu Damanik, S.Sos sebagai informan utama,

3. Masyarakat sekitar padang bulan pasar 1 yang dipilih secara acak dan dua orang pengamen di simpang lampu lalu lintas jalan iskandar muda kota medan, sebagai informan tambahan.

B. Data Primer (Deskripsi Hasil Wawancara Tentang Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Perda Nomor 6 Tahun 2003 Dan Hasil Observasi Langsung Ke Lapangan)

(42)

1. Efektivitas

Yang dimaksud efektivitas dari sebuah kebijakan adalah berkenaan dengan apakah hasil yang diinginkan dari sebuah kebijakan telah tercapai. Atau dengan kata lain apabila suatu kebijakan yang telah dikeluarkan pemerintah tepat pada sasaran dan tujuan yang diinginkan. Adapun keinginan pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan ini supaya nilai-nilai yang diinginkan sampai kepada publik.Agar masalah – masalah yang ada dilingkungan masyarakat dapat diatasi dengan baik.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dapat dilihat bahwa pemerintah/pihak dinas sosial dan tenaga kerja sudah melakukan koordinasi yang baik terhadap beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan maupun penegakan, seperti satpol pp kota medan, polresta, dan dinas sosial dan tenaga kerja provinsi sumatera utara. Namun, dalam pelaksanaan perda ini, dinsosnaker kota medan, khususnya di bidang pelayanan sosial dan rehabilitasi sedikit kebingungan ketika melakukan razia dan penertiban, karena menurut mereka perda ini sudah tua (tahun 2003) dan memerlukan revisi karena tidak semua sesuai dengan apa yang ada dilapangan, khususnya tentang penertiban WTS (wanita tuna susila). Sebuah kasus, ketika WTS ditertibkan, wanitanya akan ditangkap namun laki laki yang bersama wanita itu akan dilepas begitu saja. Setelah WTS

ditertibkan, didata, dan di interogasi ternyata ia merupakan korban dari

perdagangan manusia dan di dalam perda ini belum ada pengaturan tentang hal

(43)

seperti di salon/spa, tempat karaoke, dll. Sementara butuh izin hukum yang jelas

untuk melakukan razia tersebut dan hal ini belum terdapat di perda ini.

2. Efisiensi

Di dalam efisiensi dari sebuah kebijakan melihat berapa sumber daya yang digunakan untuk penerapan sebuah kebijakan. Untuk mengetahui seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan dalam pengimplementasian kebijakan. Jadi dapat disimpulkan yang dimaksud efisiensi adalah jumlah yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas yang dikehendaki. Untuk efisiensi kebijakan dapat diukur dengan indikator yang ada dalam pengimplementasian kebijakan antara lain sumber daya manusia, fasilitas, dan finansial. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, pihak-pihak yang terlibat dalam melaksanakan kebijakan perda ini sudah cukup baik dan memadai

dalam menjalankan perda ini. Dinas sosial dan tenaga kerja kota medan

bekerjasama dengan satpl pp (sebagai penegak perda) serta polresta setempat.

Sebelum menjalankan perda ini mereka yang terlibat juga telah menerima

pelatihan terlebih dahulu. Koordinasi yang terjalin cukup jelas karena perda ini

ditangani langsung oleh seksi rehabilitasi yang tupoksinya sendiri yaitu

menangani penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Namun saat ini,

fasilitas menjadi salah satu masalah utama dalam menjalankan perda ini, karena

hingga saat ini kota medan belum mempunyai panti rehabilitasi sendiri, sehingga

gelandangan dan pengemis serta pelaku tindak asusila yang sudah dirazia, akan

dialihkan kepada dinas sosial dan tenaga kerja provinsi untuk di titip dan serta di

(44)

tersebut yang berada di kota binjai. Untuk sumber daya finansial sendiri, pada

tahun 2015 yang lalu, dana tidak terkucur, sehingga program-program yang telah dibuat tidak dapat berjalan, sehingga pada tahun 2015 yang lalu, program dinsosnaker kota medan yang berjalan hanyalah program pembinaan dan penertiban (razia) saja.

3. Kecukupan

Kecukupan disini adalah berkaitan dengan tingkat efektivitas dari sebuah kebijakan. Apakah efektivitas ini dapat memuaskan kebutuhan , nilai atau kesempatan yang menimbulkan adanya masalah dalam kebijakan ini. Untuk itulah di dalam suatu kebijakan harus ada alternatif – alternatif yang akan dilakukan bila kebijakan ini telah diimplementasikan.

(45)

4. Perataan

Perataan dalam kebijakan publik dapat dikatakan mempunyai arti dengan keadilan yang diberikan dan diperoleh sasaran kebijakan publik, erat hubungannya dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat.Kebijakan yang berorientasi pada perataan adalah kebijakan yang akibatnya atau usaha secara adil didistribusikan.Suatu program tertentu mungkin dapat efektif, efisien, dan mencukupi apabila biaya-manfaat merata.Kunci dari perataan yaitu keadilan atau kewajaran.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, informan mengatakan bahwa pelaksanaa perda ini sudah merata di setiap tempat di kota medan dimana terdapat gelandangan dan pengemis serta PSK. Terkhususnya hasil wawancara dengan kabid operasional dan pembinaan SATPOL PP mengatakan bahwa tidak hanya ketika disosnaker berkoordinasi dengan mereka maka mereka mengadakan razia dan pembinaan, tapi setiap saat ketika mereka berpatroli dan mereka melihat gepeng tersebut beraksi, maka mereka akan menertibkannya dan membawa mereka ke kantor utk dinasihati dan diberi peringatan.

5. Responsivitas

(46)

terlebih dahulu memprediksi pengaruh yang akan terjadi jika suatu kebijakan akan dilaksanakan, juga tanggapan masyarakat setelah dampak kebijakan sudah mulai dapat dirasakan dalam bentuk yang positif berupa dukungan ataupun wujud yang negatif berupa penolakan. Kriteria responsivitas adalah penting karena analisis yang dapat memuaskan semua kriteria lainnya (efektivitas, efisiensi, kecukupan, kesamaan) masih gagal jika belum menanggapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.Oleh karena itu, kriteria responsivitas cerminan nyata kebutuhan, preferensi, dan nilai dari kelompok-kelompok tertentu terhadap kriteria efektivitas, efisiensi, kecukupan, dan kesamaan.

Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan , respon masyarakat atau gepeng terhadap kebijakan penertiban gepeng dalam hal ini peraturan daerah nomor 6 tahun 2003 tentang ketertiban sosial adalah sebagian besar mereka tidak tahu bahwa ada larangan tentang gelandangan dan pengemis serta praktek tuna susila kota medan. Mereka berpendapat bahwa pemerintah kurang mensosialisasikan tentang perda ini, sehingga mereka kebingungan dalam memilih sebuah tindakan, apakah pro atau kontra dengan kegitan menggelandang dan mengemis tersebut, apakah pro atau kontra terhadap pihak-pihak yang melakukan razia dan penertiban tersebut khususnya terhadap SATPOL PP sebagai pihak yang paling sering melakukan razia dan penertiban tersebut.

(47)

terkekang/tidak bebas. Mereka merasa bahwa SATPOL PP sangat kasar dan jahat, karena mereka dihukum dan disuruh membersihkan toilet bahkan ada masa mereka dipukul.

6. Ketepatan

Ketepatan merujuk pada nilai atau harga dari tujuan program dan pada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan tersebut.Kriteria yang dipakai untuk menseleksi sejumlah alternatif untuk dijadikan rekomendasi dengan menilai apakah hasil dari alternatif yang direkomendasikan tersebut merupakan pilihan tujuan yang layak. Kriteria kelayakan dihubungkan dengan rasionalitas substantif, karena kriteria ini menyangkut substansi tujuan bukan cara atau instrumen untuk merealisasikan tujuan tersebut. Artinya ketepatan dapat diisi oleh indikator keberhasilan kebijakan lainnya (bila ada). Misalnya dampak lain yang tidak mampu diprediksi sebelumnya baik dampak tak terduga secara positif maupun negatif atau dimungkinkan alternatif lain yang dirasakan lebih baik dari suatu pelaksanaan kebijakan sehingga kebijakan bisa lebih dapat bergerak secara lebih dinamis.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, informan kunci dan informan utama mengatakan bahwa perda ini sebagian besar sudah tepat

C. Data Sekunder

(48)

Tuna Susila di Kota Medan, LAKIP DISOSNAKER 2012, daftar nama Pegawai Negeri Sipil (PNS) DISOSNAKER kota medan, data-data hasil penertiban gelandangan, pengemis, psk dan pasangan diluar nikah oleh Disosnaker kota medan.

Selain data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan tersebut, peneliti juga memperoleh data dari lokasi penelitian seperti gedung Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, gedung lembaga konsultasi kesejahteraan keluarga Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, gudang bencana, mobil dapur umum Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, mobil k3, 5 mobil dinas ( 2 mobil bak), ruang kerja bidang bina sosial Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, ruang tata usaha Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, loket umum penerimaan surat dan loket khusus untuk pengurusan kartu pencari kerja Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, bagan struktur organisasi Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, data tersebut merupakan penggambaran ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan.

(49)

struktur o Tenaga, se Ba Me Sumber: D Da pegawai d pendidikan

organisasi d eperti dibaw

agan3 : Str edan

DISOSNAKE

ata lainnya y dinas sosial

n, berupa ta

dapat diliha wah ini:

ruktur Org

ER kota Me

yang didapa dan tenaga abel berikut at mengena ganisasi Di edan 2012

at oleh pene kerja kota m :

ai jabatan p

inas Sosial

eliti adalah m medan berd

pegawai D

l dan Tena

mengenai k dasarkan jab

Dinas Sosial

aga Kerja

klasifikasi ju batan dan tin

l dan

Kota

(50)
[image:50.595.109.516.150.572.2]

Tabel 6 :Klasifikasi pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

No Keterangan Jumlah pegawai Persentase (%)

A Berdasarkan Jabatan:

1 Kepala Dinas 0 orang 0,00

2 Sekretaris/kepala bidang 7 orang 7,45 3 Kepala sub bagian/kepala seksi 21 orang 22,34

4 Pejabat fungsional 27 orang 28,72

5 Staf 39 orang 41,39

Jumlah 94 orang 100.0

B Berdasarkan Pendidikan:

1 Strata-2 6 orang 6,38

2 Strata-1/Diploma 4 55 orang 58,52

3 Diploma-3/Diploma-2/Diploma-1 3 orang 3,19

4 SLTA/Sederajat 27 orang 28,72

5 SLTP/Sederajat 3 orang 3,19

Jumlah 94 orang 100,0

Sumber: Lakip DISOSNAKER kota Medan 2012

(51)
[image:51.595.109.377.243.374.2]

Berikut data hasil penertiban dari disosnaker berkoordinasi dengan SATPOL PP, kepolisian, serta disosnaker provinsi, yaitu :

Tabel 7 : Data hasil penertiban gelandangan, pengemis, pekerja seks komersial (PSK) dan pasangan diluar nikah oleh DISOSNAKER kota medan

Tahun Gelandangan dan

Pengemis

PSK 2012

2013 2014 2015

133 Orang 124 Orang 105 Orang 88 Orang

70 Orang 64 Orang 56 Orang 67 Orang Sumber : Kabid Pelayanan Sosial 2015

Berikut data hasil penertiban oleh SATPOL PP kota medan, yaitu : Tabel 8 : Data hasil penertiban gelandangan, pengemis, pekerja seks

komersial (PSK) dan pasangan diluar nikah oleh satuan polisi pamong praja (SATPOL PP) kota medan

Tahun Gelandangan dan

Pengemis

PSK 2013

2014 2015

251 Orang 247 Orang 268 Orang

85 Orang 68 Orang 73 Orang

[image:51.595.110.456.504.609.2]
(52)

D. Faktor – Faktor Yang Menghambat Pelaksanaan Kebijakan Tentang Larangan Gelandangan Dan Pengemisan Serta Praktek Tuna Susila (Perda Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003)

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap setiap informan penelitian, dapat dilihat apa-apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam implementasi perda ini khususnya di tahun 2015 yang lalu, antara lain :

1. Program-program tidak terlaksana karena dana tidak cair (sumberdaya finansial),

2. Tidak ada koperasi yang menampung para gelandangan dan pengemis yang sudah dibina. Seperti modal untuk pembuatan kerajinan tangan, dll. Sehingga modal terbatas dan tenaga kerja yang dibina tidak mampu bersaing dengan usaha-usaha modern maupun tenaga-tenaga kerja yang sudah telaten,

3. Belum adanya panti rehabilitasi kota medan (sumber daya fasilitas),

4. Saat ini ada rumah singgah yang telah mulai dibangun di jalan setia budi kota medan, namun karena dananya kurang, pembanguna tersebut berhenti (sumber daya finansial dan fasilitas),

(53)

6. Peraturan daerah ini kurang revisi dan sudah tua, sehingga mengurangi kinerja lapangan pihak-pihak yang terlibat dalam pengimplementasian. 7. Mental maupun budaya malas dan budaya bebas dari para gelandangan

(54)

BAB V

ANALISIS DATA

Dalam bab ini, seluruh data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisa sesuai dengan rumusan masalah yang dikaji penulis dan indikator-indikator yang digunakan yaitu enam indikator-indikator yakni efektifitas, efisiensi, kecukupan, responsivitas, perataan serta ketepatan. Data-data tersebut merupakan data yang telah diperoleh melalui hasil wawancara serta observasi langsung sebagai data primer dan juga data-data dari studi kepustakaan seta dokumentasi sebagai data sekunder. Dari hasil analisis ini, akan diperoleh kesimpulan mengenai evaluasi keberhasilan pelaksanaan kebijakan tentang larangan gelandangan dan pengemisan serta praktek tuna susila di kota Medan jangka waktu 2015 (Studi Peraturan Daerah Kota Medan No 6 Tahun 2003).

A. Analisis Evaluasi Keberhasilan Pelaksanaan Kebijakan Tentang Larangan Gelandangan Dan Pengemisan Serta Praktek Tuna Susila Di Kota Medan Jangka Waktu 2015

1. Efektivitas

(55)

baik terhadap beberapa pihak yang terlibat dalam pelaksanaan maupun penegakan perda ini, seperti satpol pp kota medan, polresta, dan dinas sosial dan tenaga kerja provinsi sumatera utara. Hasil wawancara dengan kepala bagian operasional dan pembinaan SATPOL PP sendiri mengatakan bahwa DISOSNAKER rutin untuk melakukan koordinasi, sesuai dengan program yang telah dirancangkan dan sesuai dana yang telah ditetapkan. Namun, dalam pelaksanaannya, disosnaker kota medan, khususnya di bidang pelayanan sosial dan rehabilitasi sedikit kebingungan ketika melakukan razia dan penertiban, karena menurut mereka perda ini sudah tua (tahun 2003) dan memerlukan revisi karena tidak semua sesuai dengan apa yang ada dilapangan, khususnya tentang penertiban WTS (wanita tuna susila). Sebuah kasus, ketika WTS ditertibkan, wanitanya akan ditangkap namun laki laki yang bersama wanita itu akan dilepas begitu saja. Setelah WTS ditertibkan,

didata, dan di interogasi ternyata ia merupakan korban dari perdagangan manusia

dan di dalam perda ini belum ada pengaturan tentang hal tersebut. Yang menjadi

masalah juga tempat-tempat WTS tersebut beroperasi, seperti di salon/spa, tempat

karaoke, dll. Sementara butuh izin hukum yang jelas untuk melakukan razia

tersebut dan hal ini belum terdapat di perda ini.

(56)

dilapangan. Ada beberapa kelompok masyarakat yang dengan sengaja mem-back-up gelandangan dan pengemis tersebut, dan ada juga kelompok masyarakat yang

mendukung razia tersebut dasarnya bukan karena perda tersebut, tapi karena gelandangan dan pengamen tersebut dianggap mengganggu saja. Kurangnya sosialisasi (komunikasi) kepada masyarakat kota medan membuat perda ini tidak berjalan dengan efektif, ditambah lagi dengan sumber daya finansial (dana) tahun 2015 lalu tidak terkucur karena beberapa kegiatan pemerintahan seperti pemilihan walikota, dll,”ujar bapak Lamo Mayjen.” Sebagai penegak perda ini, SATPOL turut mengambil bagian dalam menertibkan, merazia, bahkan memberika pelatihan kepada gelandangan dan pengemis yang ditangkap. SATPOL PP melakukan razia setiap saat, artinya setiap melakukan patrol, ketika mereka melihat gepeng dan PSK beraksi maka mereka langsung menangkap. Mereka kemudian dibawa ke kantor/pos SATPOL PP, dinasihati dan ditegur, kemudian dibuatkan sebuah surat yang berisi perjanjian utk tidak melakukan tindak tersebut. Namun yang terjadi, gepeng tersebut tetap saja melakukan aksinya, kemudian untuk menimbulkan efek jera, SATPOL PP tersebut menghukum mereka dengan cara menyuruh mereka jalan jongkok dan bahkan membersihkan toilet di kantor tersebut. Ada masa dimana gepeng tersebut kelaparan dan belum makan seharian, maka kabid operasional dan pembinaan mengambil keputusan sendiri yaitu memberi mereka makan dan biayanya dari kantong pribadi.

2. Efisiensi

(57)

sewa hotel untuk diadakannya program pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pendidikan dan pembinaan adalah pemberian nasihat, arahan, serta penegasan kepada gelandangan, pengemis dan juga pelaku tindak asusila, dengan harapan mereka bisa mengerti bahaya dan kerugian menggelandangan dan mengemis untuk mereka sendiri dan juga terhadap masyarakat. Namun, mengapa pengadaan program ini dibuat di hotel ? mengapa tidak menyewa sebuah tempat yang lebih sederhana ? hal ini menjadi perhatian peneliti juga. Keterbatasan sumber daya finansian khususnya di tahun 2015 yang lalu juga menjadi faktor penyebab ketidakefisienan pelaksanaan perda ini, karena tahun 2015 yang lalu, dana untuk program pelaksanaan perda ini tidak terkucur karena ada beberapa kegiatan pemerintahan seperti pemilihan walikota medan. Hal ini menyebabkan program-program yang telah ditetapkan tidak sepenuhnya berjalan dengan baik.

(58)
[image:58.595.116.475.218.558.2]

kepolisian yang sangat memadai. Namun, setiap indikator harus saling melengkapi agar pelaksanaanya berjalan dengan baik.

Gambar 1 : Gedung Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

(59)
[image:59.595.114.407.150.342.2]

Gambar 2 : Kendaraan KantorDinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan

Sumber : Dokumentasi 2016

3. Kecukupan

(60)

mental atau pemalas yang tidak sejalan dengan ajaran agama, sedangkan tuna susila merupakan tindakan yang bertentangan dengan norma-norma sosial dan keagamaan. Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa hasil pelaksanaan perda ini pada tahun 2015 yang lalu belum bisa mencapai tujuan utamanya.

4. Perataan

(61)

Maka untuk mengatasi hal ini, maka gepeng dan PSK tersebut diserahkan kepada disosnaker provinsi dimana mereka sudah memiliki panti rehabilitasi yaitu panti pungi yang ada di kota binjai. Begitu juga dengan SATPOL PP sebagai penegak perda, merasa kebingungan setelah melakukan razia dan penertiban, mau dibawa kemana gepeng dan PSK tersebut. Kerap kali, ketika gepeng dan PSK dirazia, kemudian mereka dibawa ke panti pungi, namun dari pihak disosnaker provinsi sendiri tidak konsisten melakukan pelatihan keterampilan sehingga ujung-ujungnya gepeng dan PSK tersebut lepas lagi, sementara sudah berapa banyak tenaga, biaya yang dikeluarkan untuk menertibkan. Sehingga dari kasus ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa indikator perataan belum tercapai dengan baik di kota medan, karena beberapa faktor penghambat pelaksanaan perda ini.

5. Responsivitas

Adapun yang menjadi tolak ukur kelima dalam mengevaluasi sebuah program ialah dengan melihat responsivitas, yaitu apakah hasil kebijakan mampu memuat preferensi/nilai kelompok sasaran dan dapat memuaskan mereka. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan beberapa tanggapan dan respon masyarakat terhadapat pelaksanaan perda ini, dan juga respon dari pelakunya sendiri yaitu respon dari beberapa pengamen di traffic light jalan iskandar muda kota medan. Dari hasil wawancara, peneliti menganalisis bahwa indikator responsivitas masih jauh dari yang diharapkan.

(62)

nilai keagamaan. Hal ini menimbulkan sebuah pro dan kontra dikalangan masyarakat, dan menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan pelaksanaan perda ini. Ada beberapa masyarakat yang mengadu ke disosnaker kota medan yaitu masyarakat yang berada disekitar jalan amplas kota medan. Mereka mengadu bukan karena mereka mengetahu perda ini, tapi karena mereka menjadi korban kejahatan gepeng tersebut. Ada seorang pengemis yang menggores mobilnya ketika tidak diberi uang, sehingga sangat merugikan pengemudi tersebut. Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat mengurangi keberhasilan pelaksanaan perda ini, khususnya yang tercantum dalam pasal 2 ayat 5 Barang siapa mengetahui, melihat, ada perbuatan menggelandang dan mengemis, berkewajiban melaporkan kepada pihak yang berwenang. Sehingga, kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat seharusnya bisa terjalin dengan baik jika sosialisasi dilakukan dengan baik.

6. Ketepatan

(63)

1. Masyarakat menjadi lebih tenang dalam berkendaraan, seperti kasus di daerah amplas kota medan (penggoresan mobil ketika pengemis tidak diberi uang).

2. Sesuai dengan perda kota medan nomor 6 tahun 2003 yang menimbang bahwa kegiatan yang dilakukan dengan berbagai cara, untuk menimbulkan belas kasihan orang lain, ini merupakan penyakit mental atau pemalas yang tidak sejalan dengan ajaran agama, sedangkan tuna susila merupakan tindakan yang bertentangan dengan norma-norma sosial dan keagamaan dan sangat membahayakan kehidupan generasi muda serta dapat menyebabkan penyebaran virus AIDS / HIV dan viruspenyakit lainnya yang semakin meluas, maka dengan adanya perda ini, dapat mengurangi gepeng dan PSK dan hal-hal negatif yang ditimbulkannya

(64)

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dari hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai evaluasikeberhasilan pelaksanaan kebijakan tentang larangan gelandangan dan pengemisan serta praktek tuna asusila di kota medan jangka waktu 2015 (Studi Peraturan Daerah No 6 Tahun 2003 ). Kesimpulan-kesimpulan yang dimaksud meliputi:

1. Efektivitas

Berdasarkan indikator efektivitas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perda ini pada tahun 2015 yang lalu belum efektif karena beberapa faktor penghambat yang ada, seperti komunikasi (kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap masyarakat tentang adanya perda ini), sumber daya finansial (dana tidak terkucur pada tahun 2015 yang lalu) dan fasilitas yang kurang memadai (sampai sekarang tidak ada panti untuk rehabilitasi), perda ini juga sudah cukup tua seiring dengan perubahan zaman (khususnya tentang anak jalanan dan PSK) namun sampai saat ini belum ada revisi, serta adanya faktor eksternal yaitu penyakit moral yaitu kemalasan dari gepeng dan PSK di kota medan.

2. Efisiensi

(65)

hotel yang seharusnya bisa saja dibuat disebuah tempat yang lebih sederhana. Banyak program yang tidak terlaksana karena dana yang tidak turun yang menurut informan disbebabkan oleh beberapa kegiatana pemerintahan seperti pemilihan walikota medan pada tanggal 9 desember 2015 yang lalu, sehingga yang boleh terlaksana hanyak penertiban dan pembinaan saja. Salah satu bukti nyata adalah rumah singgah yang berada di jalan setia budi yang sampai saat ini belum selesai dibangun.

3. Kecukupan

Berdasarkan indikator kecukupan, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaannya belum begitu mampu mengatasi masalah utamanya dan belum begitu mampu mencapai tujuan utamanya.Hasil yang dicapai oleh disosnaker belum bisa mengatasi masalah gepeng dan PSK di kota medan, dapat dilihat dari angka/jumlah gepeng dan PSK yang masih tinggi dari tahun ke tahun. Hal ini juga disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghalang baik secara internal maupun eksternal.

4. Perataan

(66)

gepeng dan PSK dilakukan razia, terkhusus SATPOL PP yang senantiasa setiap berpatroli, ketika mereka menemukan gepeng dan PSK maka mereka akan merazia dan menertibkannya.

5. Responsivitas

Dilihat dari indikator responsivitas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan perda ini masih kurang, karena sebagian besar masyarakat menganggap bahwa pemerintah tidak mensosialisaskan perda ini, sehingga masyarakat tidak mengetahui adanya perda ini, tidak mengetahui bahwa kegiatan menggelandang dan mengemis itu dilarang, yang mereka tahu hanya tentang PSK yang dilarang karena tidak sesuai dengan nilai-nilai keagamaan. Hal ini menimbulkan sebuah pro dan kontra dikalangan masyarakat, dan menjadi salah satu faktor penghambat keberhasilan pelaksanaan perda ini. Namun, sebagian masyarakat merasa terpenuhi kebutuhannya khususnya kebutuhan akan rasa aman, dan sebagian gepeng dan PSK juga merasa dilindungi, sebagai contoh anak jalanan yang berada dibawah umur yang dimasukkan ke panti dan disekolahkan.

6. Ketepatan

(67)

pelaksanannya sudah sangat baik, banyak kendala dan faktor penghambat sehingga perda ini tidak sepenuhnya tercapai manfaat dan tujuan utamanya. Khususnya di tahun 2015 yang lalu, banyak sekali program yang tidak terjadi disebabkan dana yang tidak turun, sehingga program yang boleh terjadi hanyalah penertiban dan pembinaan seadanya terhadap gepeng dan PSK.Seperti yang terdapat pada Pasal 4 perda itu sendiri yaitu pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap gelandangan dan pengemis serta tuna asusila berupa kegiatan yang berbentuk dan mencakup keterampilan-keterampilan sertakeahlian lainnya. Hal ini disebabkan tidak adanya dana dan juga tempat rehabilitasi di kota medan.\

B. Saran

Adapun saran dari peneliti mengenai evaluasikeberhasilan pelaksanaan kebijakan tentang larangan gelandangan dan pengemisan serta praktek tuna asusila di kota medan jangka waktu 2015 (Studi Peraturan Daerah No 6 Tahun 2003 ) adalah sebagai berikut :

(68)

2. Sebaiknya pemerintah (DPRD) melakukan revisi perda tersebut seiring dengan perubahan zaman dan perubahan kebutuhan.

3. Perlu adanya kebijakan khusus tentang anak jalanan khusunya anak yang masih dibawah umur, jadi

Gambar

Tabel 5 : Daftar HaddirDinas Sosial dan TTenaga Kerrja Kota MMedan
Tabel 6 :Klasifikasi pegawai Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan
Tabel 7 : Data hasil penertiban gelandangan, pengemis, pekerja seks
Gambar 1 : Gedung Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan. Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 22 Tahun

Peraturan Walikota Medan Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana Kota

Wawancara dengan Syarif Armansyah Lubis, selaku Kepala Dinas Sosial Kota Medan, tanggal 12 Mei 2015.. Wawancara dengan Syarif Armansyah Lubis, selaku Kepala Dinas Sosial Kota

Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan para staf dan pegawai yang.. telah banyak membantu mempermudah penulis dalam

6 Tahun 2003 Tentang Larangan Gelandangan dan Pengemis di Kota Medan dilakukan oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan secara umum sudah berjalan dengan baik hanya saja

Solahuddin, 2008.Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Acara & Perdata (KUH, KUHAP, KUHAPdt,) Jakarta: Visi Media.. Solichin

Universitas

Peraturan Walikota Medan Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota Medan, maka Tugas Pokok dan Fungsi sesuai