• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN BANTUAN MEDIA POWERPOINT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN BANTUAN MEDIA POWERPOINT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA DENGAN BANTUAN MEDIA POWERPOINT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN PADA

MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT

Oleh :

Jhohannes Oktafianus Nainggolan 4112111012

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

SISWA DENGAN BANTUAN MEDIA POWERPOINT DI KELAS VII SMP NEGERI 4 MEDAN PADA

MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT

Jhohannes Oktafianus Nainggolan (4113111031) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD pada materi bangun datar segiempat.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing-masing dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-7 SMP Negeri 4 Medan tahun ajaran 2015/2016 berjumlah 36 orang. Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 4 Medan tahun ajaran 2015/2016.

Pengambilan data dilakukan dengan tes awal, tes hasil belajar pada akhir siklus, lembar observasi untuk tiap kali pertemuan dan lembar aktivitas siswa (LAS). Hasil belajar matematika siswa mengalami peningkatan. Hal ini dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar matematika siswa dari tes awal, siklus I, dan siklus II, yakni dari 58,89 (58.89%) dengan tingkat kemampuan sangat rendah di tes awal menjadi 70,79 (70,79 %) dengan tingkat kemampuan sedang di siklus I dan menjadi 80,16 (80,16%) dengan tingkat kemampuan tinggi di siklus II. Adapun dengan perhitungan tingkat ketuntasan belajar Kelompok pada Lembar Aktivitas Siswa di siklus I diperoleh nilai rata-rata kelompok 75 (75%) dengan jumlah kelompok yang tuntas adalah 4 kelompok dari 6 kelompok menjadi nilai 81,67 (81,67%) dengan jumlah kelompok yang tuntas adalah 5 kelompok dari 6 kelompok atau 81,67% dengan kriteria ketuntasan tinggi pada siklus II.

Kelebihan penerapan model pembelajaran ini adalah dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan hasil belajar melalui kegiatan berdiskusi, siswa menjadi berani dalam mengeluarkan pendapat dan tampil di depan kelas menuliskan hasil pekerjaannya, serta siswa lebih termotivasi lagi ketika pekerjaan siswa diberikan penghargaan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 4 Medan.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat rahmat dan cintaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Bantuan Media Powerpoint di Kelas VII SMP Negeri 4 Medan pada Materi Bangun Datar Segiempat”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor beserta staf – stafnya di Universitas Negeri Medan. Ucapan terima ksih juga disampaikan kepada Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd., selaku Dekan beserta staf-stafnya di FMIPA Universitas Negeri Medan. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga diucapkan kepada Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika dan pegawai di Jurusan Matematika yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan berkas-berkas untuk wisuda.

Ucapan terima kasih juga diucapkan Ibu Dra N. Manurung, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Akademik. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Drs W.L. Sihombing, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd., Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd dan Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd. selaku dosen pemberi saran dan penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini dan kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pagawai Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Medan.

(6)

v

materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan sampai dengan selesai. Terima kasih juga disampaikan kepada abanganda Pdp. Petrus Indra Nainggolan, S.Pd. yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil serta semangat

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nurhalimah Sibuea, S.Pd, M.Pd. selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Medan, Ibu Warni, S.Pd. selaku guru bidang studi matematika SMP Negeri 4 Medan dan guru-guru yang telah memberikan izin, bantuan dan informasi bagi penulis selama melakukan penelitian.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat selama perkuliahan Ismail, Didi, Agung, Fajar, Rio, Nisak, Eka, Rukiah, Risda, Layla, Intan, Chrisna, Jeje dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan, khususnya Dik C Mat’ 11 yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis. Tidak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Pdt. Lindawaty Nadeak, S.Th., M.Min., Ps. Josua Roni Sinaga, S.Pt., M.A., Pdp. Rachellya Panjaitan S.Pd., sebagai orangtua rohani di GKKI Bukit Sion yang tak lepas membimbing penulis untuk tetap mengandalkan Tuhan dalam penulisan skripsi ini. Kepada rekan – rekan sepelayanan, khususnya di Zion Youth Fire, Bang Anggi, kak Indrawaty, Irman, Gustaria, Melati, dan yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu yang turut membantu serta memberi motivasi secara spiritual, emosi dan juga semangat. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan khususnya kepada Desi Muliani Ginting yang tak henti - hentinya memberi kasih sayang dan semangat walaupun dalam keadaan susah atau senang sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para guru matematika dalam menambah khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis

(7)

vi

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Riwayat Hidup iii

Daftar Isi iv

Daftar Gambar vi

Daftar Tabel vii

Daftar Grafik vii

Daftar Lampiran ix

Abstrak x

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 9

1.3. Batasan Masalah 9

1.4. Rumusan Masalah 9

1.5. Tujuan Penelitian 10

1.6. Manfaat Penelitian 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis 11

2.1.1. Pengertian Belajar 12

2.1.2. Hakikat Matematika 12

2.1.3. Hasil Belajar 13

2.1.3.1. Pengertian Hasil Belajar 13 2.1.3.2. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar 14

2.1.4. Pembelajaran Matematika 16

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 17 2.1.5.1. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 17 2.1.5.2. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD 20

2.1.6. Media Pembelajaran Matematika 21 2.1.6.1. Tujuan Media Pembelajaran Matematika 22

2.1.7. Microsoft. Powerpoint 23

2.1.7.1. Microsoft Powerpoint Sebagai Media Pembelajaran 23

2.1.8. Bangun Datar Segiempat 25

(8)

vii

2.1.8.2. Jajargenjang 29

2.1.8.3. Belah Ketupat 32

2.2. Kerangka Konseptual 35

2.3. Hipotesis Tindakan 36

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 37

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 37

3.2.1. Subjek Penelitian 37

3.2.2. Objek Penelitian 37

3.3. Jenis Penelitian 37

3.4. Prosedur dan Rancangan Penelitian 38

3.4.1. Siklus I 38

3.4.2. Siklus II 40

3.5. Alat Pengumpulan Data 43

3.5.1. Tes Hasil Belajar 43

3.5.2. Observasi 43

3.6. Teknik Analisis Data 44

3.6.1. Reduksi Data 44

3.6.2. Paparan Data 44

3.6.3. Penarikan Kesimpulan 47

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 48

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 48 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 58 4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 72 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 74

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Masalah Nyata I 4

Gambar 1.2 Masalah Nyata II 5

Gambar 2.1 Kebun Bunga 25

Gambar 2.2a Persegi Panjang 27

Gambar 2.2b Persegi 27

Gambar 2.3 Model Persegi Panjang 27

Gambar 2.4 Ilustrasi Sifat Persegi Panjang 27

Gambar 2.5 Ilustrasi Persegi Panjang 28

Gambar 2.6 Kue 29

Gambar 2.7 Ilustrasi Kue 30

Gambar 2.8 Bangun Jajargenjang 31

Gambar 2.9 Peta Perjalanan Pedagang 32

Gambar 2.10 Belahketupat ABCD, segitiga BDA, dan segitiga BDC 34

Gambar 2.11 Layang – layang ABCD 35

Gambar 3.1 Alur dalam Penelitian Tindakan Kelas 47 Gambar 4.1 Siswa belum mampu mengerjakan soal dalam bentuk aljabar 55 Gambar 4.2 Siswa masih belum mampu menginterpretasikan bentuk soal cerita 56

(kontekstual) ke dalam model matematika

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perhitungan Perkembangan Skor Individu 19

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok 20

Tabel 3.1 Tingkat penguasaan setiap indikator 50

Tabel 3.2 Kelas Interval 51

Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 54

Tabel 4.2 Deskripsi Hasil Observasi Guru pada Siklus I 57

Tabel 4.3 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Hasil

Belajar Matematika Siklus I 58

Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Kelompok pada lembar aktivitas

pada Siklus I 60

Tabel 4.5 Hasil Penelitian dan Kriteria Keberhasilan siklus I 62

Tabel 4.6. Catatan Observasi dan Tindakan Pemecahan Masalah 63

Tabel 4.7 Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 66 Tabel 4.8 Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Hasil Belajar

Matematika Siklus II 67

Tabel 4.9 Deskripsi Tingkat Kemampuan Kelompok pada

lembar aktivitas pada Siklus II 68

Tabel 4.10 Perubahan Sebelum dan Sesudah Tindakan 69

Tabel 4.11 Deskripsi Hasil Rata-Rata Hasil Belajar Tes 70

Tabel 4.12 Deskripsi Hasil Rata-Rata Lembar Aktifitas Siswa (LAS) Tiap Siklus 71

Tabel 4.13 Perbandingan Hasil Penelitian 73

(11)

x

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Kerja Kelompok Lembar Aktivitas I dan II siklus I 60 Grafik 4.2 Tingkat Hasil Belajar Siswa Matematika Kelompok pada

Lembar Aktivitas Siswa siklus II 69 Grafik 4.3 Hasil Rata-Rata Hasil Belajar Matematika Siswa 70 Grafik 4.4 Hasil Belajar matematika siswa siklus I dan II 73 Grafik 4.5 Tingkat hasil belajar siswa pada LAS siklus I dan II

Grafik 4.6 Tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran

pada siklus I dan II 74

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (siklus I) Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (siklus I) Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (siklus II) Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (siklus II) Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa 1

Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa 2 Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa 3 Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa 4 Lampiran 9 Kisi – kisi Tes Awal

Lampiran 10 Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar I Lampiran 11 Kisi – Kisi Tes Hasil Belajar II Lampiran 12 Lembar Validasi Soal Tes Awal

Lampiran 13 Lembar Validasi Soal Tes Hasil Belajar I Lampiran 14 Lembar Validasi Soal Tes Hasil Belajar II Lampiran 15 Tes Awal

Lampiran 16 Tes Hasil Belajar I Lampiran 17 Tes Hasil Belajar II

Lampiran 18 Alternatif Jawaban Tes Awal

Lampiran 19 Alternatif Jawaban Tes Hasil Belajar I Lampiran 20 Alternatif Jawaban Tes Hasil Belajar II Lampiran 21 Tabulasi Nilai Tes Awal

Lampiran 22 Tabulasi Nilai Tes Hasil Belajar Siklus I Lampiran 23 Tabulasi Nilai Tes Hasil Belajar Siklus II Lampiran 24 Tabulasi Nilai Lembar Aktifitas Siswa Siklus I Lampiran 25 Tabulasi Nilai Lembar Aktifitas Siswa Siklus II Lampiran 26 Pedoman Penskoran Tes Awal

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa pada setiap jenjang pendidikan dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa bidang studi matematika penting dalam pendidikan, dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan. banyak alasan yang menjadikan mata pelajaran matematika perlu dipelajari oleh siswa. Menurut Cornelius (dalam Abdurrahman 2012 : 204) mengemukakan:

“Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.”

Lebih lanjut Cockroft (dalam Abdurrahman 2012 : 204) mengemukakan bahwa: “Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunkan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.”

Dari pemaparan di atas dapat disimpulakan bahwa matematika sangat penting peranannya. Namun tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar matematika siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada bidang studi matematika kurang menggembirakan. Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa ke Pemerintah, khususnya Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya pendidikan matematika, baik melalui peningkatan kualitas guru matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan prestasi belajar siswa melalui peningkatan standar minimal nilai

(14)

2

Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun ternyata prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil TIMSS

(Trend in International Mathematics and Science Study)

http://litbang.kemdikbud.go.id/, Survei Internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa SMP Kelas VII, yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masi dibawah skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 2003, Indonesia berada di peringkat ke-35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor rata-rata internasional 467. Hasil studi TIMSS 2007, Indonesia berada di peringkat ke-36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Dan hasil terbaru, yaitu hasil studi 2011, indonesia berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386, sedangkan skor rata-rata internasional 500. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN misal Singapura dan Malaysia, Posisi Indonesia masih dibawah negara-negara tersebut. Hasil studi TIMSS 2003, Singapura dan Malaysia berada di peringkat 1 dan 10 dengan skor rata-rata 605 dan 508. Hasil studi 2007, singapura dan Malaysia berada si peringkat 3 dan 20 dengan skor rata-rata 593 dan 474. Hasil studi TIMSS 2011, Singapura dan Malaysia berada di peringkat 2 dan 26 dengan skor rata-rata 611 dan 440.

Tanpa disadari matematika begitu penting dalam kehidupan, karena dengan belajar matematika, seseorang dapat memiliki keterampilan yang tinggi dalam hal abstraksi, analisis permasalahan, dan penalaran logika sehingga mampu menciptakan teknologi untuk kesejahteraan manusia. Akan tetapi, pada umumnya di sekolah sering dijumpai siswa-siswa yang mengalami kendala dalam belajar matematika. Kendala- kendala yang dihadapi seperti dalam hal pemahaman, ketelitian, visualisasi, dan ketepatan dalam menghitung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lerner dalam Abdurrahman (2009:259):

(15)

3

Hambatan-hambatan ini menciptakan persepsi buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan rasa malas untuk mempelajarainya, hingga akhirnya menyebabkan nilai matematika anak rendah. Pernyataan itu selaras dengan yang diungkapkan oleh Ruseffendi dalam Suleman (2013:3) “Pelajaran matematika dan ilmu pasti tersebut bagi anak-anak pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi kalau bukan yang paling dibenci”. Surya (2012: 2) mengungkapkan:

“Kenyataan di sekolah hasil belajar matematika rendah karena sebagian besar siswa kurang antusias menerimanya. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau malu untuk mengemukakan pendapat tidak jarang siswa merasa kurang mampu dalam mempelajari matematika sebab matematika dianggap sulit, menakutkan, bahkan sebagian akan dari mereka ada yang membencinya sehingga matematika dianggap momok oleh mereka. Hal ini menyebabkan siswa menjadi takut atau fobia terhadap matematika. Ketakutan yang muncul dari dalam diri siswa tidak hanya disebabkan oleh siswa itu sendiri, tetapi juga didukung oleh ketidakmampuan guru menciptakan situasi dan kondisi yang membawa siswa tertarik pada matematika.”

Hasil belajar matematika siswa yang rendah mengindikasikan ada sesuatu yang salah dan belum optimal dalam pembelajaran matematika di sekolah. Dahlan (dalam Surya, 2012) menyatakan bahwa guru sebagai salah satu dari pusat proses belajar mengajar di kelas masih memandang bahwa belajar adalah suatu proses transfer ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) dari pengajar kepada peserta didik. Hal ini akan membuat siswa menjadi pasif.

Sejalan dengan hal tersebut, hasil wawancara penulis dengan Bapak Ishak Ritonga, S.Pd selaku salah satu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 4 Medan, mengatakan bahwa:

“Kebanyakan siswa di sini sulit menerima pelajaran matematika, banyak siswa yang malas dan takut belajar matematika dikarenakan berkaitan dengan perhitungan, penggunaan rumus yang begitu rumit dan membutuhkan tingkat analisis pada soal – soal tertentu. Siswa sangat sulit menerima pelajaran matematika bahkan menyelesaikan soal yang sesuai dengan contoh yang diberikan siswa masih sulit mengerjakannya”.

(16)

4

oleh siswa. Berikut diambil beberapa masalah umum yang dialami oleh siswa yang diambil dari beberapa sampel siswa SMP N 4 Medan.

Masalah I

dari permasalahan I di atas jelas terlihat bahwa siswa belum mampu membuat pemodelan matematika dari soal. Siswa masih memiliki masalah dalam pemahaman konsep sehingga tidak mampu membuat apa yang diketahui dan ditanyakan. Yang tentunya akan membuat hasil perhitungan menjadi salah

Masalah II

(17)

5

Dari permsalahan II di atas, siswa juga terlihat belum bisa memahami konsep bangun layang – layang sehingga siswa tidak mampu mendefenisikan apa yang diketahui dan ditanyakan

Trianto (2011 : 5) menyebutkan secara empiris berdasarkan analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pola pengajaran terlalu banyak didominasi oleh guru, khususnya dalam transformasi pengetahuan kepada anak didik. Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai sumber yang mempunyai pengetahuan. Selain itu hambatan maupun kekurangan yang sering didapatkan diantaranya kurang tepatnya guru dalam memilih strategi pembelajaran dalam menyampaikan materi, dimana guru sering menggunakan strategi yang sama dan tidak bervariasi. Hal ini mengakibatkan siswa merasa jenuh dan acuh pada pelajaran matematika serta keinginannya untuk lebih mendalami matematika terbuang jauh sehingga nantinya hasil belajar matematika siswa rendah. Disamping itu penggunaan buku ajar matematika belum tertata dengan baik, cenderung hanya memperhatikan struktur perkembangan kognitif anak. Masih banyak ditemukan buku matematika yang belum didesain semenarik mungkin dengan menggunakan fitur – fitur yang menarik dan berwarna serta belum ditemukan berbagai contoh melalui gambar, poster atau karikatur yang beraneka ragam. Untuk itu guru harus dapat menjelaskan dan memberikan contoh konkrit bukan abstrak kepada siswa.

Menurut Trianto (2011: 90) “Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru”. Situasi baru ini bisa

(18)

6

saja dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pendidik perlu mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa, karena belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari bukan sekedar mengetahuiya.

Guru sebagai pengajar mata pelajaran matematika di sekolah, tentu saja tidak bisa dipersalahkan secara sepihak jika masih ada siswa yang bersikap negatif terhadap matematika. Untuk mengantisipasi kondisi yang demikian, model pembelajaran di kelas perlu direformasi. Tugas dan peran guru bukan lagi sebagai pemberi informasi tetapi sebagai pendorong siswa belajar agar dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan melalui berbagai aktivitas seperti pemecahan masalah, penalaran dan berkomunikasi sebagai wahana pelatihan berpikir kritis dan kreatif. Dan guru juga diharapkan dapat memampukan siswa menguasai konsep dan memecahkan masalah dengan berfikir kritis, logis, sistematis, dan terstruktur. Hudojo (2005:127) mengatakan bahwa keterampilan memecahkan masalah harus dimiliki siswa. Keterampilan tersebut akan dimiliki para siswa bila guru mengajarkan bagaimana memecahkan masalah yang efektif kepada siswa-siswanya. Beberapa hal tersebut di atas mengarahkan pada kesimpulan bahwa diperlukan sebuah pembelajaran yang lebih memberdayakan siswa, yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi pembelajaran yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri agar siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah matematika.

Rendahnya hasil belajar matematika juga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Rendahnya prestasi belajar matematika dapat disebabkan oleh faktor kemampuan guru dalam menerapkan model atau strategi pembelajaran yang kurang tepat, misalnya proses pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru sementara siswa lebih cenderung pasif. Akibatnya siswa tidak mempunyai kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya.

(19)

7

Dalam rangka mengingkatkan hasil belajar matematika, siswa harus dilibatkan secara aktif dalam belajar baik secara mental, fisik, maupun sosial, sehingga memberikan pengalaman bagi siswa, dapat mempelajari matematika lebih mudah, lebih cepat, lebih bermakna, efektif, dan menyenangkan. Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator di dalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidak terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam hal ini, diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siswa dapat memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh prestasi belajar yang optimal. Penulis memilih model pembelajaran Kooperatif tipe STAD, karena menurut penulis model ini sangat cocok dengan kondisi kelas yang cenderung monoton dan menjadikan matematika adalah yang sulit dan membosankan.

(20)

8

tingkat berpikir yang lebih tinggi sehingga pada akhirnya membentuk intelegensi matematika siswa yang akan berpengaruh pada pencapaian hasil belajar siswa yang meningkat.

Salah satu alat bantu agar siswa dapat memahami materi yang disampaikan adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang dapat disaksikan secara langsung bagaimana aplikasinya dalam tindakan nyatanya (dalam hal ini berbentuk audio visual). Untuk mendukung suasana kelas agar tidak membosankan, penulis menggunakan media visual microsoft powerpoint. Media powerpoint dapat menyajikan suatu data secara riil yang berbentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi, baik dalam bentuk gambar, audio, maupun video yang memvisualisasikan pemahaman materi yang akan dipaparkan oleh penulis ataupun guru bidang studi.

Pada topik bangun datar segiempat, kesulitan siswa dalam belajar adalah bagaimana memahami bahasa atau kalimat yang diapakai dalam permasalahan kontekstual. Kebanyakan siswa merasa bosan dan jenuh ketika mengerjakan soal dan pemahaman materi, karena mereka hanya terpaku dalam menghitung luas dan keliling, panjang dan lebar serta diagonal dari setiap bangun datar segiempat tanpa mengetahui dan memahami permasalahannya dalam bentuk aplikasi sehari – hari. Siswa juga masih lemah dalam operasi dasar bilangan, yaitu perkalian, pembagian, pengurangan, dan pembagian. Diharapkan siswa dapat memahami permasalahan secara riil melalui penulis yang menerapkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan menggunakan bantuan media powerpiont.

(21)

9

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diperoleh beberapa identifikasi masalah maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan.

2. Pola pengajaran terlalu banyak di dominasi oleh guru. 3. Siswa masih berlaku pasif dalam kegiatan pembelajran.

4. Penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dan bervariasi. 5. Kurangnya pemilihan media ataupun alat peraga untuk setiap materi yang

akan diajarkan.

6. Pembelajaran matematika jarang dikaitkan dengan masalah kontekstual. 7. Siswa masih mengalami kesulitan untuk dalam menyelesaikan persoalan

matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari.

1.3. Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan penulis dan luasnya cakupan identifikasi masalah, maka masalah yang teridentifikasi pada penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 4 Medan dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan bantuan media visual Microsoft Powerpoint pada materi luas dan keliling bangun datar segiempat

1.4. Rumusan Masalah

(22)

10

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah : Keefektifan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan bantuan media powerpoint pada materi bangun datar segiempat di kelas VII SMP Negeri 4 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai berikut:

1. Bagi siswa diharapkan dapat memberikan kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru dan dapat mengingkatkan hasil belajar matematika serta membuat interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran matematika.

2. Bagi guru dapat menjadi gambaran tentang bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kaitannya dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa. Dan guru dapat mengelola bagaimana cara mengajar matematika serta sebagai bahan pertimbangan untuk lebih meningkatkan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Bagi sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan menyetujui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD.

4. Bagi penulis sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dalam menjalankan tugas sebagai pengajar kelak dan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang lebih baik.

5. Sebagai bahan informasi bagi pembaca atau peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis.

(23)

7

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah Berdasarkan analisis data, diperoleh bahwa langkah-langkah pemecahan masalah matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada tes hasil belajar siklus I diperoleh nilai rata-rata 70,79 sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 80,16. Dari segi ketuntasan belajar siswa pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 24 orang siswa (66,67%) sedangkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pada siklus II sebanyak 31 orang siswa (86,11%), serta peningkatan rata-rata nilai LAS dari siklus I yaitu 75 menjadi 81,67.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model yang digunakan untuk meningkatkan pembelajaran pada penelitian ini. Tetapi ada beberapa hal yang menjadi kelemahan pembelajaran ini. Yang pertama adalah ada sekitar 3 (8%) orang yang memiliki sifat tertutup (lebih banyak diam) dan memiliki kemampuan minimal sedang, mereka cenderung tidak mau berdiskusi dengan yang lainnya tetapi mereka senang belajar sendiri tanpa ada gangguan teman yang lainnya. Dan juga terdapat 6 orang siswa (17%) memiliki kemampuan yang sangat rendah, sehingga membuat mereka cenderung tidak meiliki motivasi untuk belajar dan acuh tidak acuh terhadap pelajaran yang dipaparkan. Tetapi secara keseluruhan ada 27 orang siswa (75%) yang mengalami pengingkatan hasil belajar disebabkan oleh pembelajan yang mereka terima

Hal ini membuktikan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Begitu juga dengan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan guru. Pada siklus I, bobot nilai yang diperoleh guru adalah 2,55 dan pada siklus II meningkat menjadi 3,23 dengan kategori sangat baik.

(24)

7

. Berdasarkan analisis penelitian diperoleh bahwa model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun datar segiempat di kelas VII-4 SMP Negeri 4 Medan.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Kepada guru, khususnya guru matematika SMP Negeri 4 Medan, menggunakan model pembelajaran kooperatif ipe STAD ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa, disarankan kepada guru matematika lebih menekankan pada memberikan penghargaan kepada setiap siswa dalam mengerjakan setiap kuis (evaluasi). Selain itu disarankan untuk lebih memotivasi siswa agar dapat bertanya dan mengemukakan pendapat atau ide-idenya serta membuat suatu media agar siswa tertarik untuk belajar.

2. Kepada siswa SMP Negeri 4 Medan disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh perangkat pembelajaran sebagai acuan, dan siswa akan lebih efektif karena guru lebih melibatkan siswa dalam pembelajaran.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono., 2012, Anak Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi, dkk., 2012, Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta.

Dimyanti, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarata : Rineka Cipta

Ekosuprapto. 2009. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran

Matematika. [Online]. Tersedia di http://ekosuprapto.wordpress.com/2009 /04/18/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-pembelajaran-matematika/. (Diakes 10 Agustus 2015)

Erman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Edisi revisi.

Bandung : JICA-UPI.

Hudojo, Herman. 2005. Pengembangan kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Malang : UM Press IKIP Malang.

Indriana. 2011. Ragam alat bantu dan media pengajaran. Jogjakarta: Diva Press.

Ndukyati. 2010. PTK dengan model STAD. [Online]. Tersedia di

https://ndukyati.wordpress.com/2012/10/08/ptk-dengan-model-stad/. (Diakses 20 Oktober 2015 )

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.

Soejadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indoenesia. Jakarta : Dirjen Dikti

Depdiknas

Sule a , A dul Rizal. , Upaya Me i gkatka Pe aha a Ko sep

Pe ju laha di SDN 3 Tapa Kabupate Bo e Bola go, Skripsi Kualitatif, FIP,

U i ersitas Negeri Goro talo, Goro talo. http://ki .u g.a .id/i dex.

php/KIMFIP/arti le/do load/ / diakses Septe er .

Surya, E. (2012). Upaya Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah Dengan

Strategi Konflik Kognitif. Jurnal Tematik: Universitas Negeri Medan. Vol 001 No 08, April 2012, ISSN: 1979-0633, hal 1-14

Tanti. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Instruction Dan Make

(26)

Trianto., (2011), Mendesain Model Pembeajaran Inovatif-Progresif, Penerbit Kencana, Jakarta.

Rusman. 2012. Model – Model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

/Guru, Edisi Kedua. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Gambar

Grafik 4.1   Hasil Kerja Kelompok Lembar Aktivitas I dan II siklus I
Gambar 1.1. Masalah Nyata I
Gambar 1.1. Masalah Nyata II

Referensi

Dokumen terkait

2 (a) Haji merupakan rukun Islam ke lima yang wajib ditunaikan oleh umat Islam sekali seumur hidup. (i) Nyatakan dua

Pada dasarnya bahasa memiliki fungsi-fungsi tertentu yang digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri, sebagai

Untuk jenis surat perjanjian tertentu, persyaratan lainnya bisa berlaku spesifik. Syarat perjanjian biasanya memuat tentang kewajiban-kewajiban yang harus dipatuhi

[r]

• Notice Periode Required by current employer • Earliest date available to commence work. Date

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar dengan motivasi ibu untuk memberikan imunisasi kepada bayi di posyandu

[r]

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi fisik, penggunaan lahan dan pola perkembangan permukiman di wilayah hutan bakau desa Ratatotok Timur dan Ratatotok Muara