PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE BAMBOO DANCING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA
SISWA DI KELAS X TKJ SMK N 2 SEI RAMPAH T . A 2015 - 2016
Oleh : Riski Setia Ayu NIM. 4121111023
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat
dan Kasih Karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada
penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu dan
rencana yang diharapkan.
Skripsi berjudul ” Penerapan Model Pemebelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di Kelas X TKJ SMK N 2 Sei Rampah Tahun Ajaran 2015/2016 ”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Unimed.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor Universitas Negeri
Medan
2. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd selaku Dekan FMIPA Universitas Negeri
Medan
3. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si selaku Ketua Jurusan Matematika
4. Bapak Drs.Zul Amry, M.Si, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika
5. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penelitian
sampai dengan selesainya skripsi ini.
6. Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr.Edy Surya, M.Si dan bapak
Prof.Dr Mukhtar, M.Pd yang telah banyak memberikan masukan dan
saran-saran mulai dari perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi
ini.
7. Bapak Prof. Dr Edy Syahputra, M.Pd selaku pembimbing Akademik
8. Kepada seluruh bapak ibu Dosen beserta staf pegawai jurusan Matematika
v
9. Kepala Sekolah SMK N 2 Sei Rampah Bapak Suparto S.Pd dan Ibu Riana
S.Si guru Matematika SMK N 2 Sei Rampah yang telah banyak membantu
selama penelitian ini.
10.Teristimewa untuk kedua orangtuaku Kasiwan dan Jumisri serta
saudara-saudara Mustika Sari, Nurmeni, Abdan Syakur dan Hafiz Hadiansyah,
terimakasih atas dukungan, kerja keras, kasih sayang dan doa-doa yang
diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi saya ini.
11.Sahabat-sahabatku yang tak terlupakan Dwi Ayu, Whyta Leli P.Damanik,
Putri Rahmi, Diamony, Febriayanti, Nanda Aulia Putri, dan Uje terimakasih
untuk dukungan dan semangatnya.
12.Teman-teman seperjuanganku Pendidikan Matematika kelas C 2012.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Harapan dari penulis agar
kiranya skripsi ini bermanfaat memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, Agustus 2016
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Identifikasi Masalah 9
1.3Batasan Masalah 9
1.4Rumusan Masalah 10
1.5Tujuan Penelitian 10
1.6Manfaat Penelitian 11
1.7Defenisi Operasional 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13
2.1 Kerangka Teoritis 13
2.1.1 Komunikasi Matematika 13
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif 20
2.1.3 Model Pembelajaran Bamboo Dancing 22
2.1.4 Teori Belajar Pendukung Model Bamboo Dancing 25
2.1.5 Program Linier 28
2.1.5.1 Konsep Dasar Program Linier 28
2.1.5.2 Pertidaksamaan Linier Dua Variabel 29
vii
2.1.5.4 Model Matematika Program Linier 34
2.1.5.5 Menentukan Fungsi Objektif dan Kendala 35
2.1.5.5 Model Matematika Dari Masalah Program Linier 36
2.1.5.5 Menentukan Nilai Optimum Dari Fungsi Tujuan 38
2.2 Kerangka Konseptual 41
2.3 Penelitian yang Relevan 42
BAB III METODE PENELITIAN 43
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 43
3.1.1 Lokasi Penelitian 43
3.1.2 Waktu Penelitian 43
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 43
3.2.1 Subjek Penelitian 43
3.2.2 Objek Penelitian 43
3.3 Jenis Penelitian 43
3.4 Prosedur Penelitian 44
3.5 Alat Pengumpul Data 48
3.5.1 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika 48
3.5.2 Observasi 50
3.6 Teknik Analisis Data 50
3.6.1 Reduksi Data 50
3.6.2 Paparan Data 51
3.6.3 Penarikan Kesimpulan 53
3.6.3 Kriteria Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematika 53 3.6.5 Indikator Keberhasilan Penelitian 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 55
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 55
4.1.1.1 Permasalahan I 55
4.1.1.2 Tahap Perencanaan Tindakan I 58
viii
4.1.1.4 Tahap Observasi I 62
4.1.1.5 Analisis Data I 65
4.1.1.5.1 Paparan Data 65
4.1.1.5.1.1 Analisis Data Tindakan Guru 65
4.1.1.5.1.2 Aanalisi Data Hasil Observasi
Siswa 66
4.1.1.5.1.3 Analisis Data Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika I 67
4.1.1.6 Refleksi I 70
4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 73
4.1.2.1 Permasalahan II 73
4.1.2.2 Tahap Perencanaan Tindakan II 74
4.1.2.3 Tahap Pelaksanaan Tindakan II 76
4.1.2.4 Tahap Observasi II 78
4.1.2.5 Analisis Data II 81
4.1.2.5.1 Paparan Data 81
4.1.2.5.1.1 Analisis Data Tindakan Guru 81
4.1.2.5.1.2 Aanalisi Data Hasil Observasi
Siswa 82
4.1.2.5.1.3 Analisis Data Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika I 83
4.1.2.6 Refleksi II 86
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 88
4.3 Temuan Penelitian 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 93
5.1 Kesimpulan 93
5.2 Saran 94
ix
[image:8.595.78.530.109.675.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Beberapa jawaban siswa pada tes kemampuan awal 4
2.1 Bagan Komunikasi 13
2.2 Bagan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing 23
2.3 Grafik Daerah Penyelesaian Pertidaksamaan Linier 30
2.4 Grafik dari pertidaksamaan 32 2.5 Grafik Daerah pertidaksamaan linier dua variabel 33
2.6 Grafik Daerah Sistem Pertidaksamaan linier dua variabel 33
2.7 Grafik Daerah Sistem Pertidaksamaan linier dua variabel 40
4.1 Diagram Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 56
4.2 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Per
Indikator Pada Tes Awal 57
4.3 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada
Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 68
4.4 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Per
Indikator Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 70
4.5 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Pada Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 84
4.6 Diagram Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Per
x
[image:9.595.82.537.108.677.2]DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 21
2.2 Bentuk Program Linier 29
2.3 Bentuk–Bentuk Pertidaksamaan dan Daerah yang Memenuhi 34
2.4 Bentuk Program Linier 36
2.5 Bentuk Program Linier 36
2.6 Bentuk Program Linier 40
3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 48
3.2 Penilaian Komunikasi 50
3.3 Kategori Kemampuan Komunikasi Matematika 51
3.4 Kriteria Hasil Observasi 53
4.1 Deskripsi Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Siswa 55
4.2 Deskripsi Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika
Siswa Per Indikator 56
4.3 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika I 68
4.4 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I
Siswa Per Indikator 69
4.5 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika II 84
4.15 Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II
Siswa Per Indikator 85
4.16 Perbandingan Rata – Rata Nilai Kemampuan Komunikasi
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 98
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 104
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 111
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 118
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I ( LAS I) 125
Lampiran 6 Alternatif Penyelesaian LAS I 128
Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa II ( LAS II) 139
Lampiran 8 Alternatif Penyelesaian LAS II 135
Lampiran 9 Lembar Aktivitas Siswa III ( LAS III) 139
Lampiran 10 Alternatif Penyelesaian LAS III 143
Lampiran 11 Lembar Aktivitas Siswa IV ( LAS IV) 147
Lampiran 12 Alternatif Penyelesaian LAS IV 153
Lampiran 13 Kisi – Kisi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika 158
Lampiran 14 Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika 159
Lampiran 15 Alternatif Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika 160
Lampiran 16 Validasi Tes Awal Kemampuan Komunikasi Matematika 181
Lampiran 17 Kisi – Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 164
Lampiran 18 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 165
Lampiran 19 Alternatif Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 166
Lampiran 20 Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 170
Lampiran 21 Kisi – Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 173
Lampiran 22 Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 174
Lampiran 23 Alternatif Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 176
Lampiran 24 Validasi Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 183
Lampiran 25 Pedoman Penskoran Tes Komunikasi Matematika I 186
Lampiran 26 Pedoman Penskoran Tes Komunikasi Matematika II 187
Lampiran 27 Lembar Observasi Guru Siklus I 188
xii
Lampiran 29 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 194
Lampiran 30 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 196
Lampiran 31 Analisis Hasil Tes Awal Kemampuan Komunikasi
Matematika 198
Lampiran 32 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 202
Lampiran 33 Analisis Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 204
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan
tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan
suatu proses pembelajaran sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai
dengan proses yang telah dilalui. Pendidikan adalah salah satu bentuk
perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.
Seperti yang diungkapkan Trianto (2014:1) bahwa pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi
pusat perhatian diberbagai kalangan. Matematika merupakan disiplin ilmu
yang memiliki peranan penting dalam menunjang kemajuan IPTEK, sehingga
matematika juga perlu diajarkan melalui proses pembelajaran. Hal ini sejalan
dengan pendapat Ansari (2009:1) bahwa:
“Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memudahkan kita untuk berkomunikasi dan memperoleh berbagai informasi dengan cepat dari berbagai belahan dunia, namun disisi lain untuk mempelajari keseluruhan informasi mengenai IPTEK tersebut diperlukan kemampuan yang memadai bahkan lebih agar cara mendapatkannya, memilih yang sesuai dengan budaya kita, bahkan mengolah kembali informasi tersebut menjadi suatu kenyataan. Untuk merealisasikan kenyataan diatas, perlu ada SDM yang handal dan mampu bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi (high order thinking) yaitu berfikir logis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama secara proaktif. Cara berfikir ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika”.
Hal ini juga sejalan dengan pendapat Hudojo (2005:37) yang
mengatakan bahwa Matematika adalah salah satu alat untuk mengembangkan
2
sehari–hari maupun dalam menghadapi kemajuan IPTEK sehingga matematika
perlu dibekalkan pada setiap peserta didik sejak SD, bahkan sejak TK.
Dalam era industrialisasi, bangsa Indonesia membulatkan tekadnya
untuk mengembangkan budaya belajar yang menjadi prasyarat berkembangnya
budaya ilmu pengetahuan dan tegnologi(IPTEK). Persoalan belajar sebagai
budaya yang akan dikembangkan tidak bisa dipisahkan dengan yang belajar
maupun yang membelajarkan. Sementara dalam pengembangannya budaya
belajar di Indonesia belum maksimal sehingga kemampuan matematika masih
sangat rendah yang mengakibatkan Indonesia masih tertinggal kualitas
pendidikannya dengan negara lain. Menurut Mullis (dalam Ansari, 2009:1) hal
tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator hasil belajar, antara lain dalam
Ujian Nasional (UN), temuan sejumlah penelitian, dan kontes internasional
matematika seperti yang dilaporkan oleh The Third International Mathematics
and Science Study.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi matematika
khususnya komunikasi matematika siswa, salah satunya seperti proses
pembelajaran dimana pembelajaran masih didominasi guru yang dilaksanakan
secara konvensional seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (dalam
Ansari, 2009:2) bahwa:
“merosotnya pemahaman matematika siswa dikelas antara lain: (a)dalam mengajar guru sering mencocokkan pada siswa bagaimana menyelesaikan soal;(b)siswa belajar dengan cara mendengar dan menonton guru maelakukan matematik, kemudian guru mencoba memecahkannya sendiri;(c)pada saat mengajar matematika, guru langsung menjelaskan tofik yang akan dipelajari dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan”.
Kemudian menurut Slameto (2013:65) bahwa:“ Guru biasa mengajar
dengan metode ceramah. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja”. Hal tersebut membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat mereka karena suasana kelas yang
didominasi oleh guru. Akibatnya, tidak dapat diketahui kemampuan
komunikasi matematika siswa dalam penyampaian pemikiran tentang gagasan
3
akhirnya salah satu pembelajaran matematika terabaikan dan proses
komunikasi pada saat pembelajaran hanya bersifat satu arah, sehingga
pembelajaran yang bersifat konvensional tidak menstimulasi siswa untuk
menggunakan kemampuan komunikasi mereka secara tertulis maupun lisan.
Dari tes kemampuan awal yang dilakukan penulis pada tanggal 15
Desember 2015 dengan pokok bahasan Pertidaksamaan dan Persamaan Linier
Dua Variabel sebagai materi prasyarat pada Program Linier di SMK N 2 Sei
Rampah di kelas X TKJ tahun ajaran 2015/2016, penulis menemukan beberapa
fakta. Diberikan beberapa soal untuk mengukur komunikasi matematika siswa
4
Gambar 1 . 1. Beberapa jawaban siswa pada tes kemampuan awal Dari gambar 1.1 terlihat bahwa siswa tidak mampu menjelaskan
mengapa dikatakan pertidaksamaansamaan linier dua variabel, tidak mampu
membuat grafik dari sutau persamaan dan tidak mampu menyatakan
permasalahan matematika kedalam model matematika. Untuk siswa yang tidak
mampu menjelaskan mengapa dikatakan pertidaksamaan linier dua variabel,
terdapat 29 siswa dari 46 siswa kelas X TKJ(63,04%). Untuk siswa yang tidak
mampu membuat grafik dari sutau persamaan terdapat 36 siswa dari 46 siswa
kelas X TKJ(78,26%). Untuk siswa yang tidak mampu menyatakan
permasalahan matematika kedalam model matematika terdapat 28 siswa dari
46 siswa kelas X TKJ(60,87%).
Untuk persentase kemampuan secara klasikal, diperoleh hasil bahwa 5
orang siswa memiliki kemampuan komunikasi dalam kategori sedang
%), 7 orang pada kategori rendah ( , dan 34 orang dalam kategori sangat rendah . Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa
kemampuan komunikasi matematika kelas X TKJ masih rendah karena hanya
5 orang (10,87% ) yang memiliki kemampuan komunikasi dalam
kategori sedang. Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto(2011:241)bahwa jika
persentase kemampuan komunikasi matematika siswa maka kelas
belum memiliki kemampuan komunikasi matematika dengan kriteria baik.
Dari hasil observasi yang dilakukan dan hasil pengamatan selama ppl,
pembelajaran yang dilakukan masih berorientasi pada pembelajaran
5
dilanjutkan dengan pemberian contoh dan soal untuk latihan. Selain itu
pembelajaran kooperatif belum pernah diterapkan dalam kegiatan belajar
mengajar di SMK N 2 Sei Rampah. Hasil ujian matematika juga selalu rendah.
Hal ini juga diungkapan salah seorang guru matematika yang bernama Riana
S. Si saat observasi pada tanggal 15 Desember 2015 di SMK N 2 Sei Rampah,
beliau mengatakan bahwa :
“Pembelajaran kooperatif belum pernah diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar karena belum paham mengenai model–model pembelajaran yang ada. Hasil ujian matematika siswa juga masih rendah, khususnya pada pokok bahasan Program Linier. Siswa selalu mengalami kesulitan dalam menentukan daerah himpunan penyelesaian dan menentukan model matematika Program Linier. Selain itu, siswa juga sulit untuk mengungkapkan ide atau memberikan penjelasan dari suatu permasalahan yang ada”.
Pada saat observasi wawancara juga dilakukan dengan beberapa siswa
di kelas X TKJ. Salah seorang siswa kelas X TKJ yang bernama Nina Rizki
saat observasi pada tanggal 15 Desember 2015 di SMK N 2 Sei Rampah
memberikan pendapat bahwa :
“Pelajaran matematika itu sangat sulit dan membosankan. Matematika merupakan mata pelajaran yang kurang disukai karena banyak berhitung dan harus menghapal rumus. Guru mengajarkan matematika selalu monoton dan jarang memberikan kesempatan siswa untuk aktif bertanya karena guru hanya mencatat pelajaran dipapan tulis kemudian mengerjakan latihan sehingga kami masih kurang paham dengan pelajaran yang diberikan”.
Berdasarkan keterangan diatas diperoleh suatu kesimpulan bahwa:
kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah;pembelajaran
kooperatif belum pernah dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar;model
pembelajaran yang diterapkan masih berorientasi pada pembelajaran
konvensional;hasil ujian matematika masih rendah khususnya pada pokok
bahasan Program Linier;matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap
sulit dan membosankan;guru mengajarkan matematika selalu monoton dan
6
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Menurut Begle
(dalam Hudojo, 2012:38) Sasaran atau obyek penelaahan matematika adalah
fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Dalam pembelajaran matematika, seorang
siswa yang sudah memiliki kemampuan pemahaman matematika dituntut
untuk bisa mengkomunikasikannya agar pemahamannya tersebut bisa
dimengerti oleh orang lain. Komunikasi matematik baik sebagai aktivitas
sosial (talking) maupun sebagai alat bantu berpikir (writing) adalah
kemampuan yang mendapat rekomendasi para pakar agar terus
ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Shield dan Swinso (dalam Ansari,
2009:4) mengemukakan bahwa menulis dalam matematika dapat membantu
merealisasikan satu tujuan pembelajran, yaitu pemahaman siswa terhadap
materi yang sedang dipelajari. Bahkan Within dan Whitin (dalam Ansari,
2009:5) menyebutkan pengembangan kemampuan personal siswa mengenai
talking dan writing merupakan tujuan yang sangat penting dalam memasuki
abad ke-21. Kemudian menurut Broody (dalam Ansari, 2009:4) yang
menyebutkan bahwa:
“ Sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa. Pertama, mathematics as languange, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berfikir (a tool to aid thinking), alat untuk menemukan pola, meneyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua mathematics learning as social activity, artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa. Hal ini merupakan bagian terpenting untuk memepercepat pemahaman matematika siswa”.
Jadi, komunikasi matematika perlu dikembangkan dalam proses
pembelajaran. Tetapi pada kenyataannya disekolah masih banyak ditemukan
siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematika yang rendah
khususnya di kelas X TKJ SMK N 2 Sei Rampah. Salah satu upaya untuk
7
model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu
kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja sama secara
berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Menurut para ahli pembelajaran
kooperatif dapat meningkatakan kinerja siswa dalam tugas–tugas akademik,
unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan membantu
siswa mengembangkan kemampuan komunikasinya. Seperti menurut Johnson
& Johnson (dalam Trianto, 2014:109) tujuan pokok pembelajaran kooperatif
adalah memaksimalkan belajar siswa untuk meningkatkan prestasi akademik
dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.
Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Bamboo
Dancing. Menurut Istarani(2012:198) langkah–langkah Model pembelajaran
Bamboo Dancing adalah:
“ Guru membagi kelas menjadi 2 atau 4 kelompok besar. Jika dalam satu kelas terdapat 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri dari 20 orang. Kemudian diatur sedemikian rupa pada tiap kelompok besar yaitu 10 orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Dengan demikian didalam tiap – tiap kelompok besar mereka saling berpasangan. Pasangan ini disebut pasangan awal. Setelah itu dibagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas.Usai diskusi, 20 orang dari tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap – tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap – tiap peserta didik kembali ke pasangan awal”.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing
dalam pembelajaran matematika, khususnya pada pokok bahasan Program
Linier akan melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dalam pembelajaran
sehingga peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam
memahami ide–ide matematika baik secara lisan maupun tulisan dapat lebih
mudah dan terarah. Dengan demikian kompetensi yang diharapkan dengan
mempelajari Program Linier akan tercapai. Hal ini sejalan dengan yang
dikatakan Huda (2014:250) bahwa salah satu keunggulan model kooperatif
8
untuk saling berbagi informasi dengan singkat dan teratur serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan komunikasi.
Sejalan dengan uraian diatas, salah satu penelitian yang menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing memberikan
pengaruh yang baik terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa yaitu
penelitian yang dilakukan Elfina pada tahun 2014 terhadap SMP Harapan 2
Medan. Judul penelitin ini adalah Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Bamboo Dancing Terhadap Komunikasi Matematika Siswa
Pada Pokok Bahasan Teorema Phytagoras Kelas VIII SMP Harapan 2 Medan.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi
matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing lebih baik daripada kemampuan komunikasi
matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran ekspositori pada
pokok bahasan teorema Phytagoras kelas VIII Harapan 2 Medan. Hal ini dapat
dilihat dari hasil pengujian hipotesis dimana
(Elfina, 2014:62).
Dari uraian diatas terlihat bahwa ada hal – hal yang sulit
dikomunikasikan pada materi Program Linier. Mencermati kembali Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006) siswa
dituntut aktif dalam pembelajaran sehingga siswa secara tidak langsung harus
dapat mengkomunikasikan pengetahuan baik secara tulisan maupun lisan.
Menurut Cob (dalam Umar, 2012:4) dengan mengkomunikasikan pengetahuan
yang dimiliki siswa, dapat terjadi renegoisasi antar siswa, guru hanya berperan sebagai “filter”. Dengan demikian, Program Linier perlu dibahas untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menerapkan
model Bamboo Dancing sebagai salah satu solusinya. Dengan menerapkan
model Bamboo Dancing diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa pada materi program linier.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk mencoba
9
dalam pembelajaran matematika. Penelitian yang dilakukan dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Bamboo Dancing Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di Kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei Rampah Tahun Ajaran 2015–2016.”
1.2. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, masalah yang dapat teridentifikasi yaitu :
1. Pengembangan budaya belajar diIndonesia belum maksimal sehingga
kemampuan matematika masih sangat rendah yang mengakibatkan
Indonesia masih tertinggal kualitas pendidikannya dengan negara lain.
2. Kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X TKJ SMK N 2 Sei
Rampah masih rendah.
3. Penggunaan model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas X TKJ
SMK N 2 Sei Rampah masih berorientasi pada pembelajaran konvensional
sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran.
4. Siswa kelas X TKJ SMK N 2 Sei Rampah masih menganggap bahwa
matematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan.
5. Proses pembelajaran yang diterapkan oleh guru kelas X TKJ SMK N 2 Sei
Rampah masih kurang memberikan kesempatan siswa untuk aktif bertanya
sehingga siswa tersebut masih kurang paham dengan pelajaran yang
diberikan.
1.3. Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi masalah,
agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap masalah
yang ingin dicari penyelesaiannya. Berkaitan dengan lokasi penelitian,
penelitian ini terbatas pada kelas X TKJ di SMK N 2 Sei Rampah dan meneliti
permasalahan yaitu : Kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X TKJ
di SMK N 2 Sei Rampah pada materi Program Linier masih rendah, sehingga
menjadi kendala dalam proses pembelajaran matematika dan penggunaan
10
dilaksanakan oleh guru SMK N 2 Sei Rampah. Hal ini dapat dilihat dari
kebanyakan guru melakukan proses pembelajaran dengan cara konvensional
yang sejalan dengan hasil wawancara dengan salah seorang guru
matematikanya.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas yang menjadi rumusan masalah adalah :
1. Bagaimana strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo
Dancing untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa
pada pokok bahasan program linier di kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei
Rampah ?
2. Bagaimana aktifitas belajar siswa ketika diterapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Bamboo Dancing pada pokok bahasan program linier di
kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei Rampah ?
3. Bagaimana peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa setelah
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing pada
pokok bahasan Program Linier di kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei Rampah?
1.5. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing dalam meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa pada pokok bahasan program linier di kelas X TKJ SMK
Negeri 2 Sei Rampah.
2. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa ketika diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing pada pokok bahasan
program linier di kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei Rampah.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa
setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing
pada pokok bahasan Program Linier di kelas X TKJ SMK Negeri 2 Sei
11
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Bagi calon guru dapat menjadi masukan untuk menerapkan model
pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika dan sebagai bahan
acuan untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi guru khususnya guru bidang studi matematika dapat menjadi bahan
masukan untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing sebagai salah satu alternatif pemilihan metode dalam
proses belajar mengajar disekolah.
3. Bagi kepala sekolah dapat menjadi informasi untuk memberikan arahan
kepada guru–guru agar sesuai gaya mengajarnya dengan modal pengetahuan
yang dimiliki siswa.
4. Bagi siswa, dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran matematika
untuk meningkatkan aktivitas, prestasi, dan kemampuan komunikasi
matematika siswa.
1.7. Defenisi Operasional
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiaran mengenai beberapa istilah
yang digunakan, maka dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang
dimaksud yaitu:
1. Tari Bambu merupakan strategi kooperatif yang dikembangkan oleh
Anita Lie dari strategi Inside Outside Circle. Dinamakan tari bambu
karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip
seperti dua potong bambu yang digunakan dalam Tari Bambu Filipina
yang juga populer di beberapa daerah di Indonesia. Dalam model ini
tiap–tiap kelompok yang berdiri berjajar saling berhadapan itu
bergeser posisi mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap – tiap
peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi
yang berbeda, demikian seterusnya. Pergeseran arah jarum jam
12
2. komunikasi matematika adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
seorang siswa dalam mempresentasikan, membaca dan menulis
permasalahan/solusi matematika kedalam gambar, tabel dan secara
aljabar serta mampu menyatakan suatu konsep dan solusi matematika
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada bab IV maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Strategi penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing
adalah :
a. Mengelompokkan siswa berdasarkan hasil tes kemampuan komunikasi
matematika I.
b. Memaksimalkan diskusi kelompok dengan pengawasan yang lebih pada
kelompok yang belum maksimal dalam proses diskusi.
c. Memberikan LAS kepada siswa yang dikerjakan secara berpasangan
dengan pasangan awalnya.
d. Memberi nilai tambah dan hadiah bagi siswa yang aktif.
2. Aktivitas siswa ketika diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe
Bamboo Dancing adalah :
a. Perhatian siswa ketika guru memberi penjelasan mengalami perubahan
kearah yang lebih baik. Tidak ada lagi siswa yang berbicara dibelakang
karena guru tidak lagi terfokus pada papan tulis saat menjelaskan.
b. Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami perubahan kearah yang
lebih baik. Sudah banyak siswa yang berani untuk bertanya karena guru
memberikan nilai tambah dan hadiah bagi semua siswa yang aktif.
c. Keaktifan siswa dalam mengerjakan LAS mengalami perubahan kearah
yang lebih baik. Banyak siswa yang mengerjakan LAS dengan baik
karena mereka telah aktif dalam diskusi kelompoknya dan LAS
dikerjakan secara berpasangan.
d. Diskusi dalam kelompok mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
Siswa aktif berdiskusi dalam kelompoknya karena satu anggota
94
e. Perhatian siswa ketika kelompok penyaji mempresentasikan hasil
diskusinya mengalami perubahan kearah yang lebih baik. Siswa
memperhatikan dengan baik karena kelompok penyaji atau guru
menunjuk siswa secara bebas yang akan memberikan tanggapan.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Bamboo Dancing dapat
meningkatkan kemampuan komunkasi matematika siswa. Hal ini dapat
dilihat dari :
a. Nilai rata – rata tes kemampuan awal secara keseluruhan 48,91 setelah
diberikan tindakan pada tes kemampuan komunikasi matematika I
menjadi 64,95 dan pada tes kemampuan komunikasi matematika II
menjadi 81,16.
b. Persentase kemampuan komunikasi siswa pada tes kemampuan awal
dengan kategori minimal sedang (nilainya ≤ 65) secara
keseluruhan % yaitu sebanyak 10 orang setelah diberikan tindakan
pada tes kemampuan komunikasi matematika I menjadi 63,04% yaitu
sebanyak 29 orang dan pada tes kemampuan komunikasi matematika II
menjadi 86,96% yaitu sebanyak 40 orang.
5.2 Saran
Adapun saran – saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah:
1. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini disarankan agar peneliti membagi berdasarkan
kemampuan heterogen anak.
2. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini supaya memperhatikan kelemahan-kelemahan
yang ada dalam penelitian ini yaitu siswa yang dibentuk dalam kelompok
jangan terlalu banyak agar setiap kelompok diskusi tersebut ikut terlibat
sehingga akan membuat siswa jadi lebih aktif dalam pembelajara dan
95
3. Kepada peneliti yang berminat melakukan penelitian dengan objek yang
sama dengan penelitian ini disarankan agar peneliti memberikan LAS yang
96
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, B., (2009), Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi, PeNA, Banda Aceh.
Asmani, Jamal M., (2011), Tips Pintar PTK: Penelitian Tindakan Kelas, Laksana, Yogyakarta
Asmin, dan Mansyur, A., (2014), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa, Medan.
Elfina, H., (2014), Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Koopertif Tipe Bamboo Dancing Terhadap Komunikasi Matematis Siswa pada Pokok Bahasan Teorema Phytagoras Kelas VIII Harapan 2 Medan., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.
Fauzi, A., (2014), Peningkataan Kemampuan Bernalar Matematika Melalui Pendekatan Kooperatif Tipe Bamboo Dancing Dengan Bantuan LKS Bagi Siswa Kelas VIII B SMP Tawangsari, Univertsitas Muhammadiah, Surakarta.
Huda, M., (2014), Model-model Pengajaran dan Pembelajaran Isu-isu Metodis dan Paradigmati, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika, UM Press, Malang.
Husna, Ikhsan, M., dan Fatimah, S., (2013), Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematik Siswa SMP Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS), dalam Jurnal Peluang Vol 1 No 2, ISSN 2302-5158 .
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovati, CV ISCOM, Medan.
Kunandar, (2012), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Purwanto, Ngalim, (2014), Prisip – Pinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Rosda, Jakarta.
Riyanto,T., (2002), Pembelajaran Sebagai Suatu Bimbingan Pribadi, Grasindo, Jakarta.
Rusman, (2011), Model – Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
97
Trianto, (2011), Pembelajaran Sebagai Proses Bimbingan Pribadi, Grasindo, Jakarta.
Trianto, (2014), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana, Jakarta.
Umar, W., (2012), Membangun Kemampuan Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika, dalam Jurnal Vol 1 No 1.
Universitas Negeri Medan, (2015), Buku Petunjuk Program Pengalaman Lapangan Terpadu Program S1 Pendidikan, Unimed.