• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISILIA BINTANG SASTRA, NIM 2113340047. BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK GUAL PORANG PADA TOR-TOR DIHAR ELAK-ELAK OLEH SANGGAR TOR-TOR ELAK-ELAK SIMALUNGUN PADA ACARA MARSOMBUH SIHOL DI DESA BAHAPAL RAYA KEC. RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISILIA BINTANG SASTRA, NIM 2113340047. BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK GUAL PORANG PADA TOR-TOR DIHAR ELAK-ELAK OLEH SANGGAR TOR-TOR ELAK-ELAK SIMALUNGUN PADA ACARA MARSOMBUH SIHOL DI DESA BAHAPAL RAYA KEC. RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN DAN FUNGSI MUSIK GUAL PORANG

PADA TOR-TOR DIHAR ELAK-ELAK OLEH SANGGAR

TOR-TOR ELAK-ELAK SIMALUNGUN PADA ACARA

MARSOMBUH SIHOL DI DESA BAHAPAL RAYA

KEC.RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

SISILIA BINTANG SASTRA

NIM. 2113340047

JURUSAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

Sisilia Bintang Sastra, NIM 2113340047. Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik Gual Porang Pada Tor Dihar Elak-Elak Oleh Sanggar Tor-Tor Elak-Elak Simalungun Pada Acara Marsombuh Sihol Di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun. Fakultas Bahasa Dan Seni. Universitas Negeri Medan. pengertian tor-tor dihar, pengertian marsombuh sihol.

Penelitian ini dilakukan di desa Bahapal Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun Pada bulan November 2015 - Januari 2016. Metode dalam penelitian ini mengggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini kepala sanggar tor-tor elak-elak Simalungun, penari dihar, pemusik gual porang, dan tamu undangan yang hadir pada acara marsombuh sihol di desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun, sedangkan sampel berjumlah 19 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, studi kepustakaan, wawancara, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk penyajian dan fungsi musik gual porang pada tor-tor dihar elak-elak. Alat musik gual porang terdiri dari sarunai sebagai pembawa melodi, gonrang sipitu-pitu terdiri dari Gonrang sebagai pangindungi adalah sebuah gonrang yang menyajikan pola ritme dasar yang diulang terus-menerus. Gonrang sebagai panirang ada 4 buah gonrang yang dibunyikan secara bergantian dan menyajikan ritme yang berbeda dengan ritme dasar. Panirang artinya pemisah. Gonrang sebagai paninting ada 2 buah gonrang yang dibunyikan mengikuti ritim, Ogung digunakan sebagai pembawa tempo mongmongan, Mongmongon dipukul lebih cepat dibandingan dengan ogung namun suaranya menyatu dengan irama. Busana yang digunakan dalam Tor-Tor Dihar Elak-Elak ini adalah pakaian polang-polang yang berwarna belang yaitu merah, putih, hitam,

suri-suri sebagai pengikat kepala. Panggual memakai pakaian bebas hanya saja

mengenakan gotong yang digunakan sebagai pengikat kepala yang berbahan batik. Penonton di sana sangat banyak, kebanyak mereka jemaat GKPS. Mereka tertarik pada pertunjukkan yang ditampilkan. Terdapat empat fungsi musik gual porang sebagai hiburan, perlambangan, kesinambungan kebudayaan, dan pengintegrasian masyarakat.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan berkat-Nya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Skripsi ini berjudul: Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik Gual Porang Pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak Oleh

Sanggar Tor-Tor Elak-Elak Simalungun Pada Acara Marsombuh Sihol

Di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun.

Dalam penyelesaian Skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik moral maupun material. Oleh karena itu, dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis menuturkan ucapan terimakasih yang tiada terhingga kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. Rektor Univertas Negeri Medan.

2. Dr. Isda Pramuniati, H.Hum. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Univertas Negeri Medan,

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd Ketua Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa Dan Seni Univertas Negeri Medan dan Pembimbing Skripsi II,

(8)

iii

motivasi, semangat dan doa yang tulus yang tiada hentinya demi kesuksesan penulis.

10. Adik Pantas Silvius Sipangkar, Adela Grace Sipangkar dan keluarga yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

11. Bapak Sahat Damanik dan anggota sanggar yang telah memberikan semangat dan memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.

12. Teman-teman terbaik ellin, S.Pd, Arimawati Pasaribu S.Pd, Ganda Sianipar, Elisabeth Munthe dan teman-teman Pendidikan Musik dan Stambuk 2011 yang telah memberikan doa, motivasi, untuk menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik dari segi kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini

Akhir kata, penulis berharap semoga Skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis dan pembaca dalam usaha peningkatan mutu pendidikan, khususnya di bidang pendidikan musik.

Medan, Maret 2016 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Landasan Teoritis ... 14

1. Observasi dan Pengamatan ... 34

2. Wawancara ... 35

3. Dokumentasi ... 36

4. Studi Kepustakaan ... 37

(10)

v

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Letak geografis Desa Bahapal Raya Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun ... 41 B. Bentuk Penyajian Musik Gual Porang... 42 C. Fungsi Musik Gual Porang Pada Acara Marsombuh Sihol... 65 D. Instrumen Musik yang digunakan Dalam Memainkan Musik Gual

Porang Pada Acara Marsombuh Sihol ... 67 E. Tanggapan masyarakat... 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Beragam perilaku dan keyakinan yang dipelajari, rasional, terintegrasi, dimiliki bersama dan secara dinamik adaptif tergantung pada interaksi sosial manusia demi eksistensi mereka. Budaya juga lahir melalui pemikiran-pemikiran, kebiasaan dan kondisi lingkungan dimana suku bangsa itu berada. Hal ini juga terjadi kepada kesenian di Sumatera Utara. Musik mereka ciptakan berdasarkan apa yang mereka pikirkan untuk menghibur diri mereka dan sebagai ungkapan perasaan mereka menjalani kehidupannya. Tari-tarian mereka buat sesuai dengan kegiatan yang mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari, pakaian mereka buat sesuai dengan lingkungan yang mereka tempati. Kebudayaan Sumatera Utara mulai terkikis oleh perkembangan zaman. Hal ini disebabkan masuknya agama pada masyarakat dan masuknya musik luar ke Indonesia yang dapat mempengaruhi kebudayaan indonesia. Indonesia termasuk negara yang tidak mampu membentengi diri dari globalisasi karena Indonesia tida mampu berdiri sendiri dalam mencukupi kebutuhannya.

(12)

2

pendatang yang mendiami wilayah Sumatera Utara. Setiap suku memiliki ciri khas masing-masing, misalnya dalam hal adat istiadat, kesenian, bahasa serta pakaian. Di Sumatera Utara ada berbagai jenis musik etnik. Musik etnik mengandung fungsi tersendiri di setiap daerahnya. misalnya: musik Gendang telu sedalanen berasal dari Batak Karo mengandung makna sebagai upacara ritual/religi pada masyarakat Karo, andung berasal dari Batak Toba mengandung makna ungkapan kesedihan dan penderitaan hidup. Gual imbou manibung berasal dari Batak Simalungun mengandung makna menyambut raja.

Simalungun termasuk salah satu dari lima kelompok etnis Batak lainnya yang terdiri dari Toba, Mandailing/angkola, Simalungun, Karo dan Pakpak/Dairi. Kabupaten Simalungun merupakan salah satu daerah yang sejuk. Wilayah Simalungun ini terbagi menjadi 2 wilayah yakni wilayah Simalungun atas dan wilayah Simalungun bawah. Wilayah Simalungun atas terletak di antara Kota Pematang Siantar dan Kabupaten Karo sedangkan wilayah Simalungun Bawah terletak antara kota Pematang Siantar dan Kabupaten Batu Bara. Berdasarkan letak geografis, dapat kita lihat bahwa umumnya di wilayah Simalungun Atas, masyarakatnya merupakan masyarakat asli suku Simalungun, sedangkan di wilayah Simalungun bawah masyarakatnya merupakan masyarakat pendatang.

(13)

3

yang dituangkan melalui gerak, baik untuk kepentingan sukacita maupun dukacita. Dahulunya tor-tor, selalu terkait dengan kepentingan ritual (berhubungan dengan hal ihwal tatacara dalam upacara keagamaan) dan spritual (bersifat kejiwaan yang berhubungan dengan rohani dan batin). Akan tetapi keberadaan tor-tor saat ini sudah dipertunjukan untuk keperluan yang beragam bahkan sebagai daya tarik wisata.

Beragam Tor-tor Simalungun ada yang berguna untuk upacara dan hiburan. Tor-tor Simalungun yang berguna untuk upacara terdiri dari: tor-tor sombah (penghormatan), tor-tor Nasiharan (kesurupan), tor-tor dihar (silat), tor-tor hundul-hundul matuan (tari mempersilakan duduk), tor-tor toruhan. Tor-tor Simalungun yang berguna untuk hiburan terdiri dari: tor-tor bolon (kerja besar), tor-tor manduda (menumbuk padi), tor-tor martonun (menenun), tor-tor sitalasari (Bunga), tor-tor Balang sahua (belalang), tor-tor bodat na haudanan (monyet kehujanan), tor-tor sirintak hotang (menarik rotan), tor-tor makail (memancing), tor-tor buyut mangan sihala (tupai makan buah kincung), tor-tor ilah bolon, tor-tor huda-huda/toping-toping (kuda-kuda/topeng-topeng).

(14)

4

disebut dengan paranormal. Orang-orang seperti itulah yang awalnya punya hak untuk melakukan Dihar.

Tor-tor Dihar memiliki sikap dasar gerakan yang tidak arogan atau tidak menunjukkan kesombongan, sesuai dengan filosofi suku Simalungun yakni “toruh maruhur” (rendah hati) sebagai cermin karakter dan sikap hidup orang simalungun yang tercermin dalam jiwa dihar ini. Dahulunya Dihar adalah ritual untuk menyambut tamu terhormat dalam acara besar yang ada di Simalungun dan Dihar juga sebagai sarana pertahanan yang digunakan untuk jaga badan atau diri.

Busana yang digunakan dalam Tor-Tor Dihar Elak-Elak ini adalah busana yang sederhana yaitu menggunakan pakaian naniholatan (pakaian adat Simalungun), dan lawannya menggenakan pakaian polang-polang

(pakaian adat Simalungun) yang berwarna belang yaitu merah, putih, hitam,

suri-suri (pakaian adat Simalungun) yang berwarna hitam dan gotong

(pakaian adat Simalungun). Naniholatan (pakaian adat Simalungun) adalah sepasang pakaian yang terdiri dari baju dan celana yang berwarna merah.

(15)

5

bas, alat petik contohnya: gitar, mandolin dan hasapi. alat pukul contohnya gonrang sipitu-pitu, mongmongan, ogung, dan drum.

Musik Simalungun terbagi menjadi: doding-doding (nyanyian) dan

gual (musik). Doding-doding terbagi menjadi doding manggei, doding

mamurou, doding pansa, doding manogu losung, hoh huda horas-horas.

Gual terbagi menjadi gual parahot, gual olob-olob, gual rinrin, gual

parahot matua, gual hundul-hundul ma tuhan, gual ilah sibarou, gual ilah

hinalang, gual hulpong-hulpong, gual porang, gual haro-haro. Biasanya gual

ini dipraktekkan menurut nomor-nomor tersebut. Kemudian baru gual lainnya diminta oleh orang yang ingin menarikan gual yang diperlukannya.

Musik gual porang sudah digunakan orang tua zaman dahulu. Alat-alat keperluan kesenian lebih mudah diperoleh rakyat yang pengawasannya turut juga dari pihak orang-orang besar. Hal ini disebabkan keuangan mengizinkan. Pada masa itu alat musik yang digunakan dalam Tor-Tor Dihar Elak-Elak: gonrang sidua-dua, satu buah sarunai, dua buah mongmongan dan dua buah ogung. Namun gonrang sidua-sidua sudah diganti dengan gonrang bolon. Ini disebabkan kemampuan dan peminat-peminatnya sudah berkurang. Gual porang juga sudah langka namun belum ada usaha dalam memajukan kesenian, hal ini hanya dilakukan perorangan. Setiap musik memiliki fungsi. Menurut Merriam (1964:219) “Ada sepuluh fungsi musik”. Namun yang digunakan dalam topik penelitian ada empat

(16)

6

Masyarakat Simalungun memiliki musik tradisional yang secara turun-temurun digunakan dan berfungsi dalam kehidupan sehari. Misalnya

taur-taur sibuat gulom (lagu Simalungun) berfungsi pada saat mandi di

sungai atau pancuran. Dari sini dapat kita lihat bahwa fungsi musik

taur-taur sibuat gulom (lagu Simalungun) sebagai komunikasi kepada orang,

yang mengisyaratkan bahwa di sungai sedang ada orang yang mandi. Masyarakat yang tahu memainkan alat musik mengajari yang tidak tahu memainkan alat musik. Memainkan alat musik dapat menyampaikan keluh kesah yang dialaminya selama hidup. Alat musik dapat juga menyampaikan kerinduannya kepada orang yang ditinggalkannya karna merantau, misalnya lagu Taur-taur (lagu simalungun) digunakan untuk menyampaikan keluh kesah yang dapat menggugah perasaan kedua belah pihak. Fungsinya sebagai komunikasi kepada kedua belah pihak.

(17)

7

pencampuran alat musik tradisional simalungun seperti gordang sidua-dua, sarunai dengan saxophone dan keyboard.

Sanggar Tor-Tor Elak-Elak Simalungun terletak di Kabupaten Simalungun Kecamatan Raya, sanggar ini sudah lama berdiri. Sebelum tahun 1994 sanggar ini bernama Magang. Namun Tahun 2010 bulan Maret sanggar ini resmi di notaris dengan nama sanggar elak-elak Simalungun. Pemuda-pemudi atau siapa saja yang mau belajar tari dan musik Simalungun dapat belajar di luar jam sekolah. Sanggar ini memiliki kegiatan melestarikan kebudayaan Simalungun berupa pelatihan tor-tor Simalungun dan membuat alat musik Simalungun. Tor-tor yang ada di sanggar elak-elak yaitu tor-tor dihar, tor-tor sitalasari, tor-tor sombah dan lain-lain, membuat serunai, gonrang, dan membuat miniatur Simalungun.

Dari uraian-uraian di atas peneliti tertarik untuk mengamati bagaimana bentuk penyajian dan fungsi musik Tor-tor Dihar Elak-Elak. Maka peneliti mengambil judul “Bentuk Penyajian dan Fungsi Musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh Sanggar tor-tor elak-elak pada acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun.

B. Identifikasi Masalah

(18)

8

Menurut Setyosari (2010:64)

“identifikasi masalah berarti mengenali masalah yaitu dengan cara mendaftar faktor-faktor yang berupa masalah. Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah masalah, tetapi juga kegiatan ini lebih dari pada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki nilai yang sangat penting atau signifikansi untuk dipecahkan”.

Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana asal-usul Tor-Tor Dihar Elak-Elak di Kabupaten Simalungun?

2. Bagaimana bentuk penyajian musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh Sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun?

3. Bagaimana keberadaan musik Gual Porang di Kabupaten Simalungun?

4. Bagaimana fungsi musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh Sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun?

(19)

9

6. Bagaimana penggunaan musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh Sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun?

7. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang musik Gual Porang pada tor-tor dihar elak-elak dalam suatu acara adat?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana dan kemampuan teoritis, maka penulis merasa perlu mengadakan pembatasan masalah untuk memudahkan pecahan masalah yang dihadapi dalam penelitian ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2011:285) “Pembatasan masalah disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum”.

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk penyajian musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak-elak Simalungun pada acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun?

(20)

10

Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun?

3. Apa saja instrumen musik yang di gunakan dalam memainkan musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun?

4. Bagaimana tanggapan masyarakat tentang musik Gual Porang pada tor-tor dihar elak-elak dalam suatu acara adat?

D. Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dicarikan jalan keluar. Perumusan masalah merupakan penjabaran dari identifikasi dan pembatasan masalah.

Dalam menentukan rumusan masalah penulis berpedoman kepada pendapat Moleong (2013:94) “perumusan masalah dilakukan dengan jalan mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang memadai dan yang mengarah pada upaya untuk memahami atau manjelaskan faktor-faktor yang berkaitan yang ada dalam masalah tersebut”.

(21)

11

oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun".

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pernyataan mengenai apa yang hendak dicapai. Umumnya suatu kegiatan penelitian senantiasa berorientasi kepada tujuan. Tanpa adanya tujuan yang jelas maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak terarah karena tidak tahu apa yang ingin dicapai dalam kegiatan tersebut, berhasil tidaknya suatu kegiatan (penelitian) yang dilaksanakan terlihat dari tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Creswell (2010:167) “Tujuan penelitian pada umumnya mencakup informasi tentang fenomena utama yang dieksplorasi dalam penelitian, partisipan penelitian, dan lokasi penelitian. Tujuan penelitian juga bisa menyatakan rancangan penelitian yang dipilih”.

Berdasarkan penjelasan dan pendapat tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

(22)

12

2. Untuk mengetahui fungsi musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh Sanggar tor-tor elak-elak Simalungun pada acara Marsombuh Sihol di desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun

3. Untuk mengetahui instrumen musik apa saja yang digunakan dalam memainkan musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun

4. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat tentang musik Gual Porang pada tor-tor dihar elak-elak dalam suatu acara adat

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya. Menurut Moleong (2013:7) “manfaat penelitian digunakan oleh peneliti

untuk meneliti sesuatu dari segi prosesnya dan meneliti sesuatu secara mendalam”.

Maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut: 1. Menambah wawasan penulis dalam rangka menuangkan gagasan

karya tulis ke dalam bentuk proposal

(23)

13

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dan menambah wawasan mengenai bentuk penyajian dan fungsi musik Gual Porang pada Tor-Tor Dihar Elak-Elak oleh sanggar tor-tor elak- elak Simalungun pada acara Marsombuh sihol di Desa Bahapal Raya Kec. Raya Kabupaten Simalungun

(24)

77 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan. Maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

1. Gual Porang adalah musik yang berasal dari Kabupaten Simalungun

2. Bentuk penyajian gual porang

Instrumen yang digunakan dalam memainkan musik Gual Porang berdasarkan sumber bunyinya sebagai Aerophon Idiophon dan membranophon. Instrumen yang digunakan gonrang bolon, satu buah sarunai, dua buah mongmongan dan dua buah ogung. gonrang bolon berada di depan dan di sampingnya serunai. Dibelakang gonrang bolon terdapat dua buah ogung dan disampingnya terdapat dua buah mongmongan. Ogung yang berukuran besar sedangkan mongmongan berukuran kecil dibandingkan ogung. alat ini di susun berdasarkan urutannya. sarunai dimainkan dengan cara ditiup. Gonrang bolon, mongmongan dan ogung dimainkan dengan cara dipukul.

(25)

78

adalah busana yang sederhana yaitu menggenakan pakaian

polang-polang (pakaian adat Simalungun) yang berwarna belang yaitu merah, putih, hitam, suri-suri (pakaian adat Simalungun) digunakan sebagai pengikat kepala. Panggual

(Pemusik) memakai pakaian bebas hanya saja mengenakan

gotong (pakaian adat Simalungun) yang digunakan sebagai

pengikat kepala yang berbahan batik.

Tempat pertunjukan gual porang dilaksanakan di desa Bahapal Raya kampung Talun Kahombu. Pertunjukan gual porang dilaksanakan setelah kegiatan Paruma parsahapan

(marhusip/ berbisik) pada acara marsombuh sihol. Penonton di sana sangat banyak, kebanyak mereka jemaat GKPS. Sewaktu gual porang berbunyi dan penari mulai berleak-leok para penonton semakin mendekat ke arah pentas. Mereka mendengarkan musik yang begitu cepat seperti pacuan kuda Dan mengamati gerakan penari yang sesuai dengan tempo gual porang yang berbunyi. Mereka tertarik pada pertunjukkan yang ditampilkan.

3. Gual Porang memiliki fungsi sebagai a. hiburan,

b. perlambangan

(26)

79

4. instrumen musik gual porang

Instrumen yang digunakan dalam memainkan musik Gual Porang berdasarkan sumber bunyinya sebagai Aerophon dan Idiophon. Instrumen yang digunakan satu buah sarunai dimainkan dengan cara di tiup sebagai pembawa melodi, gonrang bolon dimainkan dengan cara dipukul. Gonrang terbagi tiga Gonrang sebagai pangindungi adalah sebuah gonrang yang menyajikan pola ritme dasar yang diulang terus-menerus. Gonrang sebagai panirang ada 4 buah gonrang yang dibunyikan secara bergantian dan menyajikan ritme yang berbeda dengan ritme dasar. Panirang artinya pemisah. Gonrang sebagai paninting ada 2 buah gonrang yang dibunyikan mengikuti ritim mongmongan. Dua buah ogung dimainkan dengan cara di pukul, Ogung digunakan sebagai pembawa tempo. Dua buah mongmongan dimainkan dengan cara di pukul, Mongmongon dipukul lebih cepat dibandingan dengan ogung sehingga suaranya menyatu dengan irama. 5. Tanggapan masyarakat

(27)

80

mengenal budaya Simalungun. Dengan begitu mereka dapat melestarikan kebudayaannya.

B. SARAN

1. Penggunaan alat musik tradisional Batak Simalungun hendaknya dipertahankan melihat dampak positif dari fungsi musik Simalungun

2. Pesta budaya Simalungun, Festival bermain musik dan tor-tor (menari) dan pengajaran tentang musik Simalungun tetap dipertahankan, karena pengaruh atau dampak perkembangan jaman dapat mempengaruhi generasi muda untuk berpaling dari tradisi seni budayanya.

(28)

81

DAFTAR PUSTAKA

Ayu, Rika Arditha. 2014. Fungsi Musik Pengiring Dalam Seni Pertunjukan

Ketoprak Di Sungai Karang Pasir VII Kec. Stabat Kab. Langkat”. Medan

Banoe, Pono. 2003. Kamus Musik. Jakarta: Kanisius

Bungin, Prof. Dr. H. M. Burhan . 2005. Metode Penelitian Kuantitatif, Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana

Creswell, Jhon W. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung Djelantik, A. A. M. 1990. Pengantar pasar Estetika. Denpasar: STSI

Denpasar

. 2000. Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Eargle, Jhon M. 1990. Music, Sound, and Technology. America: Publication Data

Grain, Mark Mc. 1986. Music Notation. USA. Berklee Press

Haviland, William A. 1999. Understanding Music. Community Music: A Handbook.

Hutapea, Yere Angela Putri. 2013. Bentuk Koreografi Tortor Dihar Sitarlak

Di Kabupaten Simalungun. Medan

Larasati, Sri. 2014. Bentuk Lagu dan Bentuk Penyajian Kidung Dewa

Yadnya Pada Upacara Peribadatan Purnama Dan Tilem Umat Hindu Bali Di Pura Agung Raksa Bhuana Medan. Medan

Meriam, Alan P. 1964. Anthropology if Music, Evaston III: North Western University Press

Miller, Michael. 2002. “The Rule Of Music In My Life” : Quantum teaching. Moleong, Lexi J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya P, Wiwien Zulhafni. 2013. Dokumentasi Tari Berdasarkan Fungsi Di

(29)

82

Pasaribu, Ben M et al. 2004. Pluralitas Musik Etnik. Medan Politoske, Daniel T. 1988. Music. North and south American

Saragih, purba et al. 2012. Peradaban simalungun, Medan: Komite Penerbit Buku-Buku Simalungun (KPBS)

Setyobudi et al. 2007. Seni Budaya Untuk SMP Kelas IX. Jakarta: Erlangga Setyosari, H Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan

Pengembangan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sitohang, Lerin R. 2014. Bentuk dan Penyajian Musik Gondang Mangaliat

Dalam Upacara Adat Panangkok Saring Saring di Desa Sabulan Kecamatan Sitiotio Kabupaten Samosir. Medan

Soeharto. 1992. Kamus musik.. Jakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”. Bandung: Alfabetha

. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabetha

Suryabrata, Suryadi 1989. dalam

www.definisi-pengertian.com/2015/05/definisi-dan-pengertian-tanggapan-serta.html?m% yang diakses pada tanggal 17 November 2015

Zubeirsyah et al. 1985. Kamus Simalungun. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

https://www.gualdalammasyarakatSimalungun.com yang diakses pada tanggal 03 Maret 2016.

https://www.marsombuhsihol.com yang diakses pada tanggal 11 Maret 2016 https://id.wikipedia.org/wiki/ 2015/02/27/alat_musik /diakses pada 2 Agustus

2015

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dapat dikatakan pengendalian persediaan adalah menyediakan barang-barang yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai pada waktu yang ditentukan dengan biaya dan cara yang

Hasil menunjukkan total gula terlarut dan gula reduksi pada sampel SHF1 lebih tinggi dibandingkan dengan sampel yang menggunakan SHF2.. niger mampu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penurunan jumlah bakteri rongga mulut berkumur seduhan teh hitam 80 mg/ml dibandingkan teh hijau 80 mg/ml.. Untuk

Pengukuran konsentrasi gula dilakukan dengan memanfaatkan fenomena opto-electric dari material BST sebagai sensor cahaya. Semakin bertambahnya konsentrasi gula

KEYWORDS: Decision-making, imprecision management, data warehouse, multidimensional model, qualitative data processing, urban sites

[r]

[r]

Tanda umum yang digunakan untuk menentukan waktu terjadinya pubertas adalah menstruasi yang pertama kali (menarke) dan tahap perkembangan payudara mencapai Tanner stadium 2