• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed,"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Persediaan

Persediaan didefinisikan sebagai bahan baku, barang dalam proses dan perakitan, dan barang jadi yang ada dalam sistem produksi pada suatu waktu tertentu. (Elsayed, 1994, p63).

Menurut Sipper, Daniel, dan Bulfin (1998, p206) persediaan adalah sejumlah komoditas atau barang dagangan yang dikontrol oleh perusahaan, disimpan selama beberapa waktu untuk memenuhi permintaan yang akan datang.

Menurut Yunarto (2005, p1) persediaan adalah item atau material yang dipakai oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk menjalankan bisnisnya. Jika perusahaan tersebut memproduksi suatu barang atau jasa maka material tersebut digunakan untuk mendukung atau menyediakan kebutuhan produksi. Definisi dari persediaan yang lain secara umum adalah sebagai berikut:

1. Suatu item yang disimpan untuk memenuhi kebutuhan yang akan datang. 2. Suatu item yang harus ditentukan kapan harus dibutuhkan.

3. Suatu item yang harus ditentukan berapa banyak yang harus dibutuhkan. 4. Suatu item dengan seberapa jauh harus di-maintain.

Persediaan bagi perusahaan biasa digunakan untuk mengantisipasi permintaan pelanggan. Begitu juga dalam industri manufacturing, persediaan digunakan dalam aktivitas produksi untuk memenuhi permintaan pelanggan yang kadang kala tidak dapat

(2)

diprediksi, sehingga stok persediaan dalam kegiatan produksi harus dijaga. (Yunarto, 2005, p2).

Hal yang tidak dapat diprediksi bukan saja terjadi atas pelanggan yang menginginkan barang dari perusahaan, namun hal ini juga dapat terjadi pada supplier yang akan men-supply barang ke perusahaan. Coba bayangkan jika ada permintaan yang cukup besar dari pelanggan namun supplier perusahaan sedang bermasalah. Oleh sebab itu diperlukan persediaan untuk mengantisipasi hal tersebut.

Adapun fungsi penting lainnya dari persediaan adalah (www.stekpi.ac.id/skin/download10/bab_9MO.pdf, juni 2006) :

1. Untuk memberikan stock agar dapat memenuhi permintaan yang akan terjadi. 2. Untuk menyeimbangkan produksi dengan distribusi.

3. Untuk memperoleh keuntungan dari potongan kuantitas, karena membeli dalam jumlah banyak biasanya ada diskon.

4. Menghindari fluktuasi harga yang meningkat.

5. Menyediakan persediaan cadangan untuk kondisi permintaan yang tidak menentu. 6. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan

pasokan, mutu, atau ketidaktepatan pengiriman. 7. Menjaga kelangsungan proses produksi.

2.2. Pengendalian Persediaan

Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Setiap perusahaan perlu mengadakan persediaan untuk dapat menjamin kelangsungan hidup usahanya. Untuk mengadakan persediaan ini diperlukan

(3)

sejumlah modal. Persediaan yang terlalu besar maupun terlalu kecil dapat menimbulkan masalah-masalah yang rumit.

Kekurangan persediaan bahan mentah akan mengakibatkan adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang dagangan akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan akan mengakibatkan perusahaan kehilangan mereka. Kelebihan persediaan akan mengakibatkan terlalu banyak modal yang tertanam, menimbulkan biaya ekstra, serta resiko barang menjadi rusak.

Dapat dikatakan bahwa manajemen persediaan yang efektif akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan harus dapat mempertahankan persediaan yang optimal sehingga dapat menjamin kelancaran usahanya dengan cara menentukan jumlah persediaan yang tepat sehingga menghasilkan biaya yang serendah-rendahnya. (Subagyo, 1995, p199).

Tetapi perlu dijelaskan disini bahwa dengan adanya pengedalian persediaan tidaklah berarti dapat meleyapkan sama sekali resiko yang timbul akibat adanya persedian yang terlalu besar atau terlalu kecil, melainkan hanya berusaha mengurangi resiko tersebut sampai sekecil mungkin. Jadi dapat dikatakan pengendalian persediaan adalah menyediakan barang-barang yang dibutuhkan dalam jumlah yang sesuai pada waktu yang ditentukan dengan biaya dan cara yang paling ekonomis dan menguntungkan.

2.3. Optimalisasi

Menurut Nash & Sofer (1996, p3) optimasi adalah sarana untuk mengekspresikan model matematika yang bertujuan untuk memecahkan masalah dengan

(4)

cara yang terbaik. Jika digunakan untuk tujuan bisnis, artinya memaksimalkan keuntungan dan efisiensi serta meminimalkan kerugian, biaya dan resiko.

Menurut Parker (1997, p174) optimalisasi adalah proses memaksimalkan atau meminimalkan fungsi yang diberikan terhadap beberapa jenis batasan.

Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, optimalisasi diartikan sebagai proses, cara untuk menjadikan paling baik, paling tinggi, paling menguntungkan, dan sebagainya. Hasil dari optimalisasi disebut hasil yang optimal.

2.4. Komponen - Komponen Biaya Persediaan

Pengendalian persediaan bertujuan untuk menghasilkan jumlah biaya yang minimal. Jadi jelas bahwa komponen biaya merupakan faktor yang penting. Untuk itu akan ditinjau beberapa macam biaya yang mempengaruhi persediaan.

1. Biaya pembelian atau produksi (Siagian, 1987, p17)

Biaya pembelian adalah harga pembelian atau produksi yang memperlihatkan dua jenis biaya, yaitu:

a. Kalau harga pembelian adalah tetap, maka biaya per satuan, c, adalah juga tetap tanpa melihat jumlah yang dibeli.

b. Kalau diskon tersedia, maka harga per satuan adalah variabel tergantung pada jumlah pembelian.

2. Biaya pemesanan (ordering cost)

Merupakan semua pengeluaran yang timbul untuk melakukan satu kali penambahan persediaan. Besarnya biaya pemesanan dapat dihitung dengan mengetahui prosedur

(5)

pemesanannya yang biasanya meliputi biaya pemeriksaan, biaya pemesanan, biaya penerimaan dan pemeriksaan untuk menjamin lancarnya arus barang.

Secara spesifik, biaya pemesanan ini terdiri dari (Ballou, 1999, p413-414) : a. Biaya manufakturing atau harga dari produk untuk beragam ukuran pesanan. b. Biaya penyiapan proses produksi.

c. Biaya pemrosesan pesanan oleh departemen keuangan dan pembelian.

d. Biaya pengiriman pesanan tersebut ke supply point, biasanya melalui surat atau alat elektronik lainnya.

e. Biaya pendistribusian pesanan jika biaya transportasi tidak dimasukkan dalam penetapan harga pembelian.

f. Biaya penanganan material atau proses-proses lainnya terhadap produk selama perjalanan ke lokasi penerimaan.

Pada umumnya jumlah ordering cost akan turun atau naik sesuai dengan jumlah pesanan. Hal ini berarti bahwa, bila barang dipesan dalam jumlah banyak untuk persediaan, maka pesanan pun tidak terlalu sering, sehingga mengurangi biaya pemesanan. Akan tetapi, hal ini akan menimbulkan kasus baru yaitu bertambahnya biaya penyimpanan. (Siagian, 1987, p18)

3. Biaya penyimpanan (Carrying cost / Holding cost)

Merupakan semua pengeluaran yang timbul akibat memiliki persediaan. Biaya ini tergantung pada jumlah barang yang disimpan dan lama barang tersebut disimpan. Karena itu biaya penyimpanan seringkali dinyatakan per satuan nilai persediaan. (Starr, 1981, p11). Biaya ini meliputi:

(6)

a. Biaya modal yang tertanam dalam persediaan. Biaya ini muncul karena sejumlah uang yang ditanam dalam persediaan, tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain yang menguntungkan. Misalnya bila uang tersebut disimpan di bank maka akan memperoleh bunga.

b. Biaya penyimpanan (Storage cost). Merupakan biaya yang timbul akibat gudang dipakai untuk persediaan sehingga tidak dapat dipakai untuk keperluan lain seperti misalnya disewakan. Biaya penyimpanan juga mencakup biaya lain seperti biaya penjagaan dan biaya operasi gudang.

c. Biaya yang timbul akibat barang yang disimpan menjadi rusak atau ketinggalan jaman. (deterioration cost)

d. Asuransi dan pajak. Hal ini dikenakan pada barang yang disimpan sebagai persedian, karena barang tersebut termasuk harta perusahaan.

4. Biaya kekurangan persediaan (Out of Stock Cost)

Biaya ini timbul akibat permintaan suatu barang yang tidak dapat dipenuhi karena tidak ada persediaan yang cukup. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya peningkatan laju pemakaian barang atau mundurnya waktu tenggang akibat suatu hal. Biaya ini meliputi:

a. Biaya untuk melakukan tindakan penanggulangan berupa pemesanan darurat yang biasanya menimbulkan biaya-biaya tambahan, perbaikan-perbaikan atau tindakan-tindakan lain yang ditujukan untuk segera mengatasi kejadian ini. b. Biaya yang timbul karena kehilangan kesempatan untuk memperoleh

(7)

Biaya jenis ini umumnya mendapat perhatian serius karena dampak yang ditimbulkan walaupun tidak segera terasa namun sifatnya merusak dan berlangsung secara lambat laun. (Siagian, 1987, p18)

Keseluruhan biaya diatas bila dijumlahkan akan menghasilkan total biaya persediaan. Disini perlu dicari model yang tepat agar total biaya yang dihasilkan dapat seminimal mungkin, seperti dijelaskan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1 Total Biaya Minimum (Sumber : Yunarto, 2005, p33)

2.5. Model Persediaan

Secara umum model persediaan dapat dibagi menjadi beberapa model, yang dibedakan menurut permintaan barang. (Taha, 1997, p111). Ada yang bersifat

deterministic, yaitu kebutuhan barang diketahui dengan pasti, atau probabilistic, yaitu

(8)

Model-model persediaan tersebut antara lain (Elsayed, 1994, p69):

1. Model persediaan static deterministic, yaitu model persediaan yang komponen permintaannya bersifat deterministic (jumlah permintaan pada horizon waktu pengamatan diketahui) dan independent terhadap waktu.

2. Model persediaan dynamic deterministic, yaitu model persediaan yang komponen permintaannya bersifat deterministic tetapi dependent terhadap waktu.

3. Model persediaan static probabilistic, yaitu model persediaan yang komponen permintaannya merupakan variabel acak dengan suatu distribusi tetapi independent terhadap waktu.

4. Model persediaan dynamic probabilistic, yaitu model persediaan yang komponen permintaannya merupakan variabel acak dengan suatu distribusi dan dependent terhadap waktu.

Permintaan static deterministic jarang terjadi dalam kehidupan nyata. Karena itu situasi ini dapat dipandang sebagai kasus penyederhanaan. Misalnya, walaupun permintaan akan barang sehari-hari, seperti roti dapat bervariasi dari satu hari ke hari berikutnya, variasi tersebut kemungkinan terlalu kecil dan dapat diabaikan dengan hasil bahwa asumsi permintaan statis kemungkinan tidak terlalu jauh dari kenyataan. (Taha, 1997, p111).

2.6. Dynamic Probabilistic Inventory Model

Merupakan model persediaan dinamis dengan distribusi kemungkinan kebutuhan diketahui. Model ini digunakan bila diketahui data kebutuhan barang di masa lalu yang bervariasi sehingga distribusi kemungkinan kebutuhan barang dapat diketahui.

(9)

Untuk Dynamic Probabilistic Inventory Model dikenal adanya persediaan cadangan yang ditujukan untuk meredam fluktuasi kebutuhan selama waktu tenggang. Karena jumlah kebutuhan bervariasi maka terdapat kemungkinan kekurangan persediaan bila ternyata kebutuhan menyimpang dari yang diperkirakan. Hal ini dapat dijelaskan seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Dynamic Probabilistic Inventory Model (Sumber : Yunarto, 2005, p36)

Supaya menghasilkan perhitungan yang lebih sesuai dengan kondisi perusahaan, maka digunakan sistem pemesanan Q System yaitu sistem pemesanan dengan ukuran order tetap, tetapi interval pemesanan tidak tetap.

Total biaya persediaan yang dibutuhkan dapat dihitung dengan menjumlahkan komponen-komponen biaya persediaan sebagai berikut (Starr, 1981, p122-124) :

1. Biaya pemesanan

(10)

X = jumlah kebutuhan barang per tahun = 52 . D D = jumlah kebutuhan barang per minggu =

n Dti

t = periode pemesanan rata-rata

q = jumlah pemesanan yang optimal = t . D Frekuensi pemesanan =

q x

maka biaya pemesanan =

q x .Cr = t Cr . 52

2. Biaya penyimpanan (holding cost) Cc = Biaya simpan dalam % C = Harga barang per unit

Persediaan rata-rata untuk setiap siklus =

2 q

maka biaya penyimpanan = .C.Cc 2 q = 104 Cc . C . x . t

3. Biaya penyimpanan untuk persediaan cadangan (buffer stock) Disini kebutuhan dihitung dengan distribusi normal.

deviasi standard dalam unit s =

(

Dtn 1D

)

2 i

-∑

Lt = waktu tenggang dalam minggu

Kebutuhan rata-rata selama waktu tenggang R = Lt . D Deviasi standard kebutuhan selama waktu tenggang σ = s Lt

(11)

Gambar 2.3 Distribusi normal kebutuhan selama waktu tenggang

Luas daerah yang diarsir menyatakan persentase kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan selama waktu tenggang. Bila besar resiko = α, maka jumlah persediaan ditunjukkan oleh Zα dan besarnya dapat dihitung dengan menggunakan tabel statistik distribusi normal.

Jadi jumlah persediaan cadangan W = Zα

maka biaya penyimpanan = W.C.Cc

disini dapat diketahui titik pemesanan kembali p = R+W 4. Biaya akibat kekurangan persediaan (out of stock)

k = biaya kekurangan persediaan

persentase kemungkinan terjadinya kekurangan persediaan =

∞ + W R dy ) y ( f

maka biaya akibat kekurangan persediaan =

∞ W + R dy ) y ( f k . q x =

∞ W + R dy ) y ( f t K . 52

Sehingga total biaya menjadi: TC = t Cr . 52 + 104 Cc . C . x . t + W.C.Cc +

∞ W + R dy ) y ( f t K . 52

(12)

TC merupakan fungsi 2 variabel. Fungsi ini akan mencapai nilai ekstrim jika: 0 t TC = ∂ ∂ dan 0 W TC = ∂ ∂ untuk 0 t TC = ∂ ∂ maka 2 t Cr . 52 - + x104.C.Cc - ( 2( )) t W + R F 1 k . 52 = 0 104 Cc . C . x = 2 t Cr . 52 + ( 2( )) t W + R F 1 k . 52 -104 Cc . C . x =

[

Cr k

(

1 F

(

R W

)

)

]

t 52 2 + − + ( ) ( ) [ ] Cc . C . x 52 W + R F 1 k + Cr 104 = t2 - ...(1) untuk 0 W TC = ∂ ∂ maka Cc . C - f(R+W) t k . 52 = 0 Cc . C = f(R+W) t k . 52 t = ( ) Cc . C W + R f . K . 52 ...(2)

persamaan (1)dan (2) tidak dapat segera dipecahkan tetapi harus disubstitusi sebagai berikut: ( ) ( ) [ ] Cc . C . x 52 W + R F 1 k + Cr 104 = t2 -( ) 2 2 2 2 2 Cc . C W + R f . K . 52 [ ( ( ))] Cc . C . x 52 W + R F 1 k + Cr 104 = -2 ) W R ( f + [ ( ( ))] 2 222 K . 52 . Cc . C . x Cc . C . 52 W + R F 1 k + Cr 104 =

(13)

-( )2 [ (2 ( ))] k . x W + R F 1 k + Cr Cc . C . 2 = W + R f - ...(3)

Dengan mengasumsikan F(R+W) = 1 yang artinya

∞ + W R dy ) y ( f = 0 (kekurangan

persediaan diharapkan sekecil mungkin) maka f(R+W) adalah distribusi kemungkinan kebutuhan selama waktu tenggang, yang merupakan distribusi Normal (R, σ2). Ordinat

ini dapat dicari dengan menggunakan tabel normal statistik, dengan dimisalkan ordinat tersebut adalah g(w) dalam distribusi Normal Baku (0,1)

2 w 2 1 exp 2 1 = ) w ( g π 2 2 (X R) 2 1 exp 2 1 = ) x ( f -σ π σ

Gambar 2.4 Hubungan ordinat antara distribusi Normal (R, σ2)

dengan distribusi Normal Baku (0,1) f(R+W) diketahui sama dengan 1g(w)

σ ...(4)

Dari (3) dan (4) maka g(w), yaitu ordinat pada tabel normal statistik yang menyatakan besarnya terjadi kemungkinan kekurangan persediaan, dapat dicari dengan cara

) W + R ( f . = ) w ( g σ 2 2 2 = .f(R+W) ) w ( g σ ( ) ( ) [ ] 2 2 2 k . x W + R F 1 k + Cr Cc . C . 2 . = ) w ( g σ

(14)

-karena telah diasumsikan bahwa F(R+W)=1 maka persamaan tersebut menjadi g(w)2 = 2 2 K . x Cr . Cc . C . 2 . σ g(w) = 2 2 K . x Cr . Cc . C . 2 . σ

Setelah diperoleh nilai g(w) maka melalui distribusi Normal dapat diperoleh nilai w. Kemudian dari persamaan (4) dapat diperoleh nilai f (R+W).

Dan dari persamaan (2) dapat diperoleh periode pemesanan optimal, t dan besarnya ukuran pemesanan yang optimal yaitu q = t . D

Persediaan cadangan dapat diperoleh dengan cara W = σ Z. α dimana Zα merupakan absis dari ordinat g(w).

Titik pemesanan kembali p = R+W atau p = Lt . D + W Setelah itu dapat dihitung besar biaya totalnya, yaitu TC = t Cr . 52 + 104 Cc . C . x . t + W.C.Cc +

∞ W + R dy ) y ( f t K . 52

2.7. Persediaan Cadangan (Buffer Stock)

Fungsi dari adanya persedian cadangan pada suatu industri adalah untuk menjaga agar produksi tidak terhenti karena kehabisan bahan sampai bahan yang dipesan datang lagi. Untuk itu diperlukan model yang tepat agar persediaan cadangan tidak habis. Namun masih ada resiko habisnya persediaan tersebut, antara lain disebabkan oleh peningkatan laju pemakaian barang maupun mundurnya waktu tenggang karena suatu hal.

(15)

Untuk menjamin kelancaran produksi, maka resiko habisnya persediaan perlu dihindari sampai batas-batas yang tidak merugikan perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu perlu disediakan sejumlah persediaan cadangan. Persediaan cadangan tidak dapat terlalu sedikit, sebab dengan demikian resiko persediaan untuk habis akan menjadi besar. Namun tentu saja jumlah barang yang disediakan sebagai persediaan cadangan tersebut tidak dapat terlalu banyak, sebab dengan demikian juga akan merugikan perusahaan. Jadi disini perlu dihitung jumlah persediaan cadangan yang tepat. (Yunarto, 2005, p14)

2.8. Waktu Tunggu (Lead Time)

Waktu tunggu adalah tenggang waktu yang diperlukan antara saat pemesanan barang dilakukan sampai saat barang itu tiba di gudang. (Elsayed, 1994, p65). Waktu tunggu juga merupakan bagian dari komponen perhitungan yang mempengaruhi proses perencanaan persediaan.

2.9. Integrasi Numerik

Masalah integrasi numerik adalah masalah untuk menentukan hasil

b

af(x)dx

secara numerik. Masalah ini timbul karena fungsi yang diberikan tidak dapat diintegrasikan secara analitik atau f(x) hanya diketahui pada sejumlah titik yang terbatas.

2.9.1. Aturan Simpson

Aturan Simpson merupakan salah satu metode yang dikenal untuk menyelesaikan masalah integrasi numerik. Gambar 2.8 menjelaskan ide tentang

(16)

perhitungan luas area dibawah parabola dengan tiga titik, menggunakan aturan simpson.

(http://www.mti.ugm.ac.id/~adji/courses/resources/lectures/numeris/Rumusan%20I ntegrasi%20Newton%20Cotes.ppt, januari 2007).

Gambar 2.5 Gambar Aturan Simpson (Sumber : Chapra, 2006, p596) Bentuk umum dari aturan simpson adalah

b af(x)dx≈ 3 h { ) +f(b) 2 b + a ( f 4 + ) a ( f } Dimana h = 2 a b

Aturan simpson dapat ditingkatkan performanya dengan membagi interval integrasi kedalam sejumlah segment dengan lebar yang sama, seperti pada gambar 2.9. Dimana segment tersebut harus berjumlah genap. (Chapra, 2006, p599).

Gambar 2.6 Gambar Aturan Komposisi Simpson (Sumber : Chapra, 2006, p599)

(17)

Sehingga bentuk umum dari aturan komposisi simpson menjadi

2.10. Klasifikasi ABC

Persediaan melibatkan sejumlah besar barang dengan harga yang bervariasi dari yang relatif tidak mahal sampai barang-barang yang sangat mahal. Karena persediaan sebenarnya merupakan modal yang menganggur, maka pengendalian persediaan sangat penting dilakukan terhadap barang-barang yang berperan besar dalam penggunaan modal. (Taha, 1997, p108)

Pengalaman menunjukan bahwa hanya sejumlah kecil barang-barang persediaan yang menanggung sebagian besar dari modal. Barang-barang seperti itulah yang harus dikenakan pengendalian persediaan yang ketat.

Jadi barang dalam suatu persediaan akan diklasifikasikan menurut besarnya modal yang ditanam pada barang tersebut. Yang dimaksud dengan modal yang ditanam itu adalah jumlah kebutuhan barang (x) dikalikan dengan harga satuannya (c). Dalam hal ini bila (c.x) makin besar, maka penghematan yang didapat akibat pengendalian persediaan akan lebih besar dari pada barang-barang yang memiliki nilai (c.x) lebih kecil.

Pada gambar 2.7 diberikan perbandingan antara jumlah kebutuhan barang dengan modal yang ditanam, yang dikenal sebagai sistem klasifikasi ”ABC”.

( )

( )

( )

( )

4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 1 43 42 1 Average height n j i 0 Width x x 3n x f + x f 2 + x f 4 + x f a b dx ) x ( f 1 n 1,3,5 = i 2 n 2,4,6 = j n 0

- -≈

(18)

Gambar 2.7 Sistem Klasifikasi ABC (Sumber : Taha, 1997, p109)

Gagasan dari prosedur ini adalah menentukan barang yang berkontribusi 80% dari nilai uang total. Barang-barang ini diklasifikasikan sebagai kelompok A, dan umumnya terdiri dari 20% jumlah keseluruhan barang. Kelompok B terdiri dari barang-barang dengan persentase 15% dari nilai uang total. Barang-barang-barang ini biasanya berjumlah 25% dari semua barang. Sementara barang-barang sisanya adalah kelompok C, yang jumlahnya meliputi 55% dari jumlah keseluruhan barang dengan persentase 5% dari nilai uang total.

Barang-barang kelompok A mewakili sejumlah kecil barang-barang yang mahal dan harus dikenakan pengendalian persediaan yang sangat ketat. Pengontrolan keadaan barang dilakukan paling intensif dan teliti, untuk itu dibutuhkan pengawas yang berpengalaman. Selain itu pencatatan dilakukan paling teliti dari waktu ke waktu karena harus selalu diketahui jumlahnya secara pasti.

(19)

Barang-barang kelompok B berada di urutan berikutnya di mana pengendalian persediaan yang cukup ketat dapat diberikan.

Yang terakhir, barang-barang kelompok C harus diberikan prioritas terendah dalam penerapan setiap bentuk pengendalian persediaan. Selain itu pencataan barang cukup dilakukan secara periodik.

Dari semua barang yang diperlukan dalam pembangunan perumahan, disini hanya akan dibahas barang yang mempunyai nilai paling kritis, yaitu barang-barang yang termasuk pada kelompok A.

2.11. Pengenalan Borland Delphi 7.0

Borland Delphi atau yang biasa disebut Delphi saja, merupakan sarana pemrograman aplikasi visual. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa pemrograman Pascal. Delphi merupakan generasi penerus dari Turbo Pascal. Turbo Pascal yang diluncurkan pada tahun 1983 dirancang untuk dijalankan pada sistem operasi DOS (yang merupakan sistem operasi yang paling banyak digunakan pada saat itu). Sedangkan Delphi yang diluncurkan pertama kali tahun 1995 dirancang untuk beroperasi di bawah sistem operasi Windows.

Delphi memiliki sarana yang tangguh untuk pembuatan aplikasi, mulai dari sarana untuk pembuatan form, menu, toolbar, hingga kemampuan untuk menangani pengelolaan basis data yang besar. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki Delphi antara lain karena pada Delphi, form dan komponen-komponennya dapat dipakai ulang dan dikembangkan, mampu mengakses VBX, tersedia template aplikasi dan template form, memiliki lingkungan pengembangan visual yang dapat diatur sesuai kebutuhan,

(20)

menghasilkan file terkompilasi yang berjalan lebih cepat, serta kemampuan mengakses data dari bermacam-macam format.

Delphi menerapkan konsep aplikasi yang digerakan oleh event (even driven). Pemrograman event driven mencoba melengkapi kekurangan pemrograman prosedural dengan kerangka yang membedakan antara antarmuka pemakai dengan proses tertentu dalam aplikasi. Dengan adanya sarana pemrograman visual yang event driven, para pembuat aplikasi sangat terbantu ketika menyediakan sarana antarmuka bagi pemakai. Dengan demikian, harapannya ia akan lebih terkonsentrasi pada penanganan masalah aplikasinya, bukan antarmukanya. (Wahana Komputer, 2003, p1-3).

2.12. Perancangan Perangkat Lunak

Perangkat lunak adalah (1) perintah (program komputer) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan. (2) struktur data yang memungkinkan program memanipulasi informasi secara proporsional, dan (3) dokumen yang menggambarkan operasi dan kegunaan program. (Pressman, 2005, p36).

Menurut Sommerville (2001, p6), perancangan perangkat lunak adalah disiplin perancangan yang berhubungan dengan semua aspek dari produksi perangkat lunak dari tahap awal spesifikasi sistem sampai dengan pemeliharaan setelah sistem dalam tahap berjalan.

2.12.1. Daur Hidup Perangkat Lunak

Salah satu model perancangan perangkat lunak adalah dengan menggunakan model air terjun (waterfall model). Menurut Sommerville (2001, p45), tahap-tahap

(21)

utama dalam model air terjun, seperti dalam gambar 2.8, yang menggambarkan aktivitas dasar pengembangan perangkat lunak adalah sebagai berikut:

1. Analisis dan penentuan kebutuhan

Tugas, kendala dan tujuan sistem ditentukan melalui konsultasi dengan pemakai sistem. Kemudian ditentukan cara yang dapat dipahami, baik oleh user maupun pengembang.

2. Desain sistem dan perangkat lunak.

Proses desain sistem terbagi dalam kebutuhan perangkat keras dan perangkat lunak. hal ini menentukan arsitektur perangkat lunak secara keseluruhan. Desain perangkat lunak mewakili fungsi sistem perangkat lunak dalam suatu bentuk yang dapat ditransformasikan ke dalam satu atau lebih program yang dapat dieksekusi.

3. Implementasi dan pengujian unit.

Dalam tahap ini, desain perangkat lunak direalisasikan dalam suatu himpunan program atau unit-unit program. Pengujian unit mencakup kegiatan verifikasi terhadap suatu unit sehingga memenuhi syarat spesifikasinya.

4. Integrasi dan pengujian sistem.

Unit program secara individual diintegrasikan dan diuji sebagai satu sistem yang lengkap untuk memastikan bahwa kebutuhan perangkat lunak telah terpenuhi. Setelah pengujian, sistem perangkat lunak disampaikan kepada pengguna.

5. Pengoperasian dan pemeliharaan.

Secara normal, walaupun tidak selalu diperlukan, tahap ini merupakan bagian siklus hidup yang terpanjang. Sistem telah terpasang dan sedang dalam penggunaan. Pemeliharaan mencakup perbaikan kesalahan yang tidak ditemukan dalam

(22)

tahap-tahap sebelumnya, meningkatkan implementasi unit-unit sistem dan mempertinggi pelayanan sistem yang disebabkan oleh ditemukannya kebutuhan baru.

Gambar 2.8 Daur Hidup Perangkat Lunak (Sumber: Sommerville, 2001, p45)

Gambar

Gambar 2.1 Total Biaya Minimum   (Sumber : Yunarto, 2005, p33)
Gambar 2.2 Dynamic Probabilistic Inventory Model  (Sumber : Yunarto, 2005, p36)
Gambar 2.3 Distribusi normal kebutuhan selama waktu tenggang
Gambar 2.4 Hubungan ordinat antara distribusi Normal (R,  σ 2 )   dengan distribusi Normal Baku (0,1)
+4

Referensi

Dokumen terkait

 Apabila tugas yang memenuhi ceklis modul dikumpulkan lebih dari 30 menit sesudahnya, maka hasil produk adalah B (setara dengan nilai 61-70). Pengumpulan Modul 3

Perbedaannya hanya terletak pada proses interaksi antarpribadi yang lebih luas dalam dinamika kelompok pada bimbingan kelompok.” (Prayitno 1995:78).. Teknik dalam

e. Penentuan dan pemilihan alat untuk kegiatan keterampilan, agar siswa bisa menjelaskan dan memahami manfaat alat dan kegunaanya dalam kegiatan keterampilan. Pengoperasian

Dalam hal ini SIG mempunyai manfaat yang dapat digunakan untuk menganalisis dalam proses penentuan lokasi bandara yang sesuai dengan parameter yang telah ditentukan, yaitu

Pertemuan terakhir dilakukan dalam kelas besar dengan diskusi panel untuk melaporkan hasil diskusi masing-masing kelompok dan menanyakan hal-hal yang belum

Jika buffer piece memiliki edge yang sudah benar dan semua edge belum pada posisinya, tukar buffer dengan edge lain yang belum pada posisinya.. Tahap ini membawa

Total bunga yang harus dibayar selama 3 tahun = Rp 2.520.000,- dan total pembayaran selama 3 tahun Rp 7.520.000,-.Jadi walaupun bunga bulanannya rendah tetapi karena

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kepadatan tanah berpengaruh nyata terhadap hantaran hidrolik, nilai resistensi tanah baik sebelum penanaman