1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusian yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.1Kalimat
“Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam dasar negara Pancasila pada sila
pertama merupakanmanifestasi dari kalimat tauhid yang diterima
agama-agama di Indonesia.2
Perumusan Pancasila sebagai dasar negara merupakan proses
panjang dan melelahkan, yang dirumuskan oleh Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang dibidani oleh
tokoh-tokoh nasional dan tokoh-tokoh-tokoh-tokoh Islam pula. Rumusan Pancasila diterima
sebagai dasar negara, mengalami beberapa dokumen penetapannya ialah:
1. Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter), 22 Juli 1945.
2. Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-Undang Dasar, 18 Agustus 1945
1
Pandji Setijo, Pendidikan Pancasila Perspektif sejarah Perjuangan Bangsa, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2011), hlm. 86.
2
3. Rumusan Ketiga: Muqaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat,
27 Desember 1949.
4. Rumusan Keempat: Muqaddimah Undang-Undang Dasar Sementara,
15 Agustus 1950.
5. Rumusan Kelima: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama
(Dekrit Presiden) 5 Juli 1959.3
Prinsip Ketuhanan Pancasila mengandung makna bahwa bangsa
Indonesia harus bertuhan. Dalam suatu pidato Jenderal Nasution
menyatakan,
“Manusia yang tidak beragama adalah bukan manusia yang
memiliki rasa rasio. Dengan rasa maka dipancarkan estetica susila dan norma yang bersumber dalam jiwa nanusia. Rasa-rasa ini dalam hidup nyata satu sama lain dikehendaki harmonisasi hal mana hanya akan dapat selaras bila didasari norma-norma dan etika dari keagamaan yang sifatnya universal dapat diterima. Sila Ketuhanan Pancasila menuntut bahwa manusia setiap manusia Indonesia hendaknya bertuhan minimal dia menghargai dan
berusaha kearah bertuhan.”4
Prinsip Ketuhanan Pancasila ini sangat bertentangan dengan ideologi
komunis yang tidak mengakui adanya Tuhan. Mengutip pasal 13 Program
Partai Komunis Rusia, bahwa “tiap-tiap anggota Partai Komunis tidak
3
Tohir Bawazir, Jalan Tengah Demokrassi antara Fundamentalisme dan Sekularisme, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2015), hlm. 121-122.
4
boleh beragama dan harus mengambil bagian dengan giat untuk
menghentikannya.”5
Paham komunis merupakan salah satu tantangan bagi pancasila
yang mana ajaran komunis berasaskan materialisme yang mengandung
kepercayaan bahwa Tuhan atau bidang adikodrati (super natural realm)
tidak ada.6Paham atau Ideologi komunis masuk ke Indonesia pada tahun
1913, diperkenalkan oleh Hendricus Josephus Franciscus Maria Sneevliet.
Ia adalah bekas Ketua Sekretariat Buruh Nasionaldan bekas pimpinan
Partai Revolusioner Sosialis di salah satu provinsi di negeri Belanda.
Mula-mula ia bekerja di Surabaya sebagai staf redaksi warta perdagangan
SoerabajascheHandelsblad milik sindikat perusahaan-perusahaan gula
Jawa Timur. Tidak lama kemudian ia pindah ke Semarang bekerja sebagai
sekretaris pada sebuah maskapai dagang.7
Paham dan ideologi komunis terus berkembang hingga penganut
paham ini membentuk sebuah partai di Indonesia yaitu Partai Komunis
Indonesia (PKI) pada tanggal 23 Mei 1920.8 Beberapa tahun setelah itu
tepat pada tahun 1926 dan 1927 mereka melakukan secara lokal di Jawa
Tengah, Jawa Barat dan Sumatra Barat. Pemberontakan berdarah yang
sangat kejam terjadi pada tahun 1948, kaum Komunis melakukan kudeta
5
Wasul Nuri, Skripsi; Perseteruan Partai Masyumi Dengan Partai Komunis Indonesia 1945-1960, (Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 15.
6
A.M. Romly, Agama Menentang Komunisme, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997), hlm. 41.
7Saleh As‟ad Djamhari.
et.al, Komunisme di Indonesia Jilid 1, (Jakarta: Pusjarah TNI, 2009), hlm. 19.
8
dan berupaya mendirikan Soviet Madiun. Tokoh-tokoh masyarakat yang
bertentangan dengan komunisme ini dibunuh dengan sadis, rakyat dibantai
secara masal.9Benturan antara PKI dan Islam bahkan terus terjadi hingga
akhir 1966.10
Di awal tahun 1950-an PKI sibuk melakukan kampanye
membersihkan dengan menyatakan bahwa PKI dalam peristiwa Madiun
tidak bersalah tetapi PKI hanyalah korban dari satu konspirasi.11 Seiring
berjalannya waktu dan terus propaganda pembersihan partai, posisi PKI
semakin lama semakin kuat. Alam demokrasi saat itu benar-benar
memberikan kesempatan besar bagi PKI untuk menguatkan eksistensinya.
Apalagi setelah PKI berhasil menjadi empat besar dalam perolehan suara
pada pemilu 1955. Perkembangan PKI sangat menakjubkan. Antara bulan
Maret dan November 1954 jumlah anggota PKI meningkat tiga kali dari
165.206 menjadi 500.000 dan pada akhir 1955 mencapai 1000.000
orang.12 Pada saat itu PKI juga sebagai partai paling kaya diantara partai
politik lainya. Dengan penerimaan dari iuran anggota, pemungutan dana
dan sumber-sumber lainnya. Oplah surat kabar PKI, Harian Rakyat
meningkat lebih dari tiga kali lipat antara bulan Februari 1954 (15.000
eksemplar) dan Januari 1956 (55.000 eksemplar). Surat kabar tersebut
9
Alfian Tanjung, Menangkal Kebangkitan PKI, (Jakarta: Taruna Muslim Press, 2012), hlm.12.
10Lihat Abdul Mun‟im DZ. Benturan NU-PKI 1948-1965, (Depok: Langgar Swadaya,
2014).
11
Alex Dinuth, Kewaspadaan Nasional dan Bahaya Laten Komunis, (Jakarta: Internusa, 1997), hlm. 364.
12
memiliki oplah terbesar diantara surat kabar manapun yang berafiliasi
pada partai politik.13
Ketika terjadi isyu pro dan kontra kembali ke UUD 1945, PKI
memilih mendukung kembali ke UUD 1945. Pada bulan September 1960
PKI menyatakan menerima UUD Negara Republik Indonesia yang di
dalamnya memuat dasar-dasar negara yaituKetuhananYang Maha Esa,
Kebangsaan, Kedaulatan Rakyat, Perikemanusiaan dan keadilan sosial.14
Dewasa ini muncul usaha-usaha sejumlah kelompok yang ingin
memutarbalikkan fakta sejarah tentang komunisme dan menutup mata dari
ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat Sementara Republik Indonesia
(MPRS-RI) Nomor XXV/MPRS/1966 tentang larangan menyebarkan atau
mengembangkan paham komunisme. Komunisme digambarkan ulang
sebagai “ideologi baik” yang memperjuangkan kepentingan rakyat. TNI
dan Nahdhotul Ulama (NU), yang berhasil mematahkan aksi-aksi anarkis
PKI tahun 1965, sebaliknya justru dituduh sebagai pelaku kejahatan HAM
dan bertanggung jawab atas korban-korban yang jatuh dari pihak PKI.
Mereka bahkan dianggap sebagai alat negara-negara kapitalis untuk
membersihkan komunis.15 Padahal perlawanan besar-besar terhadap PKI
ketika itu merupakan respon rakyat Indonesia, khususnya umat Islam atas
rangkaian tindakan anarkis PKI semenjak pemberontakan 1926,
13
Ibid.
14Saleh As‟ad Djamhari.
et.al, Komunisme di Indonesia Jilid IV, (Jakarta: Pusjarah TNI, 2009), hlm. 28.
15
pemberontakan 1948 hingga pemberontakan 1965. Dengan kata lain,
pembersihan PKI tahun 1965-1966 adalah akibat dari ulah anarkis mereka
sendiri.16
Latar belakang di ataslah yang menjadi titik awal gagasan penulis
untuk meneliti komunisme. Meski organisasi komunis telah dibubarkan
dan negara komunis pun dibubarkan, pahamnya tidak berarti hilang
bersama bubarnya Partai Kominis Indonesia atau bubarnya Uni Soviet.
Maka, berkenaan dengan itu penulis memberikan judul penelitian ini
“Kedudukan Paham Komunisme dalam Pancasila”, hal ini menjadi
penting sebagai usaha menangkal bahaya paham komunis guna menjaga
keutuhan Pancasila dan NKRI dari paham luar yang bersebrangan.
B. Perumusan dan Pembatasan Masalah
Berkenaan dengan penelitian yang penulis beri judul “Kedudukan Paham Komunisme dalam Pancasila” perlu diketahui bahwa Pancasila
yang diinterpretasikan dengan sudut pandang Islam dan tidak menutup
kemungkinan dengan sudut kebangsaan guna memperjelas maksud.
Adapun Rumusan masalah yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini guna menemukan jawaban terhadap permasalahan yang akan
diteliti dengan pertanyaan sebagai berikut;
16Abdul Mun‟im DZ,
1. Apakah paham komunisme mempunyai ruang dalam pancasila?
2. Bagaimana dampak implemetasi paham komunisme?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan dalam perumusan masalah dengan
haarapan penelitian ini mempunyai dua manfaat; pertama, secara
akademis penelitian ini diharapkan mampu melengkapi khazanah kajian
pemikiran dan peradaban Islam sebagai bahan pengayaan kurikulum
sejarah kebudayaan Islam.
Kedua, secara praktis penelitian ini bermanfaat untuk para tokoh
masyarakat agar dapat waspada terhadap paham komunis, khusunya di
Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Sejauh pengetahuan penulis, karya ilmiyah yang membahas
pancasila dan komunisme cukup banyak. Di antara buku yang membahas
tentang komunis adalah buku yang ditulis oleh Alfian Tanjung asal Jakarta
yang telah menempuh pendidikan S2 di UNJ berjudul “Menangkal
NKRI”. Buku yang mengalami tiga kali cetak pada tahun 2012 dengan
sudut pandang pergerakan ini memperjelas pelbagai indikasi kebangkitan
dan upaya-upaya memenangkan ideologi komunis di Indonesia di balik
jargon-jargonHAM, demokrasi dan kebebasan.
Berikutnya, buku yang ditulis A.M. Romly seorang pegawai
Departemen Agama berjudul “ Agama Menentang Komunisme”. Buku
yang mengalami dua kali cetak (1997 dan 1998) dengan sudut pandang
agama ini mengungkap fakta dan data tentang kekejaman komunis di
dunia, khususnya Indonesia terhadap kaum beragama. Juga diungkapkan
langkah-langkah kaum komunis yang dengan mengatasnamakan
perjuangan untuk rakyat, ternyata telah mengkhianati perjuangan bangsa
Indonesia dalam menentang penjajahan dan mewujudkan kemerdekaan.
Adapun buku yang membahas tentang Pancasila adalah buku yang
ditulis Dr. Adian Husaini berjudul “Pancasila Bukan Untuk Menindas Hak
Konstitusional Umat Islam” yang dicetak tahun 2012. Buku tersebut berkesimpulan bahwa pancasila adalah dasar negara yang merupakan
kesepakatan bersama para pendiri bangsa, termasuk di antaranya para
tokoh Islam. Bukan hal aneh kermudian jika dasar negara ini diwarnai oleh
pandangan dunia Islam. Oleh karena itu penafsiran Pancasila dengan
perspektif Islam adalah hal yang absah dan memiliki argumentasi yang
kuat. Mempertentangkan Pancasila dengan Islam ataupun sebaliknya jelas
merupakan cara pandang keliru yang dangkal dan ahistoris. Berdasarkan
alasan yang kuat untuk menolak hak konstitusional umat Islam
menerapakan syari‟ah dengan mengatasnamakan Pancasila. Begitu pula
tidak ada alasan kuat untuk menolak keabsahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia(NKRI) sebagai wadah penegakan syari‟ah.
Selanjutnya disertasi yang berjudul Sejarah Pemikiran Tentang
Pancasila yang ditulis oleh Pranarka yang kemudian diterbitkan menjadi
buku tahun 1985. Buku ini mengeksplorasi penelitian ilmiyah mengenai
Pancasila dalam kerangkasuatu sejarah pemikiran yang terdiri dari dua
aspek, yaitu: aspek heuristik, dan aspek interpretasi atau heumeneutik.
Melihat hasil tinjauan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
judul penelitian “Kedudukan Paham Komunisme dalam Pancasila” merupakan penelitian baru yang layak untuk dikaji dan diteliti.
E. Kerangka Teori
1. Komunisme dan Sosialisme
Komunisme, berasal dari bahasa Latin “communis” artinya “milik bersama”. Istilah tersebut, menurut Hoffmeister menunjukan kepada
kepemilikan pribadi terhadap barang-barang yang material dan non
material.17
HOS Tjokroaminoto mengemukan bahwa yang harus disebut
“komunisme” ialah segala stelsel yang menyerang bentuk milik
perseorangan, dan untuk menggantinya ditetapkan semacam aturan
communio bonorum, yaitu barang-barang tadi hendaknya menjadi milik
bersama. Cita-cita atau pikiran communio bonorum itu senantiasa bertalian
dengan perkataan komunisme, dan stelsel commnio (memiliki/mempunyai
bersama) itulah yang menjadi ciri bagi rupa-rupa bagiannya komunisme.18
Sebagaimana istilah komunisme, istilah sosialisme juga berasal
dari bahasa Latin. HOS Tjokroaminoto mengemukakan bahwa sosialisme
berasal dari kata socius yang dalam bahasa Indonesia berarti teman dan
pada bahasa Arab shahabat atau „asyrat. Jadi dalam sosialisme tersirat cita
-cita pertemanan, persahabatan, mushahabah, atau mu‟asyarah. Sosialisme mengutamakan paham pertemanan atau persahabatan sebagai unsur
pengikat di dalam pergaualan masyarakat. Sosialisme menghendaki cara
hidup: satu buat semua, dan semua buat satu, yaitu suatu cara hidup yang
memperlihatkan kapada kita, bahwa kita sekalian memikul pertanggung
jawaban atas perbuatan kita bersama.19
Sosialisme yang dikenal jauh sebelum Marx mulai memikirkan
revolusiproletariat. Tokoh-tokoh yang mendahului Marx oleh Franz
17
Johanes Hoffmeister dalam A. M. Romly, Agama Menentang Komunis, ... hlm. 12.
18
HOS Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, (Jakarta: CPPSRI, 1996), hlm. 11.
19
Magnis-Susenodisebut para pemikir sosialisme purba, yang oleh Marx
masih digolongkan parasosialisme utopis. Pengertian utopis yaitu orang
mengkhayalkan sebuahkomunitas dengan tatanan kehidupan bersama yang
ideal, yang meskipunbarangkali tidak dapat dilaksanakan dalam kehidupan
nyata, namun menunjukkan bagaimana seharusnya masyarakat ditata agar
semua dapat hidup dengan baik dan sejahtera.20
Sosialisme sendiri muncul di Prancis sekitar tahun 1830, begitu
jugadengan komunisme. Dua kata ini semula sama artinya, tetapi
kemudiankomunisme dipakai untuk aliran sosialis yang lebih radikal, yang
menuntutpenghapusan total hak milik pribadi serta mengharapkan keadaan
komunis itubukan dari kebaikan pemerintah, melainkan semata-semata
hasil dari perjuangankaum terhisap sendiri. Cita-cita kaum utopis seperti
penghapusan hak milikpribadi, kewajiban setiap orang untuk bekerja,
penyamaan pendapatan dan haksemua orang, pengorganisasian produksi
oleh negara sebagai sarana untukmenghapus kemiskinan dan penghisapan
orang kecil akan menjadi cita-cita utamasosialisme modern.
Secara umum sosialisme dibedakan atas kecenderungan arah
gerakanmenuju tercapainya sosialisme. Terdapat kelompok yang
menganjurkan bahwacita-cita tersebut dapat berhasil dengan jalan revolusi,
leninisme21, maoisme22dan marxisme revolusioner termasuk yang percaya
20
Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke PerselisihanRevisionisme, ...hlm. 16.
21
pada jalan ini. Kemudiankelompok yang percaya pada sistem reform,
fabianisme23 dan marxis reformis. Sindikalisme24 dan varian marxisme
lain merupakan kelompok yang percayabahwa kedua jalan tersebut
mungkin untuk dilakukan.25
2. Prinsip-Prinsip Ideologi Komunisme
Sebagai ideologi politik, komunisme mempunyai prinsip-prinsip
yang menjadi landasan bagi pengimplementasian ideologi ini dalam
kehidupan bermasyarakat. Adapaun prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai
berikut:
praksis. Lenin mencoba mengukuhkan kembali semangat marxisme sebagai filsafat akademis yangberorientasi praksis. Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, Kajian Sejarah Pemikiran Negara, Masyarakat dan Kekuasaan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm. 364.
22
Maoisme atau pemikiran Mao Zedong adalah varian dari marxisme-leninisme. Beberapa kelompok Maois percaya bahwa teori-teori Mao telah memberikan tambahan berarti kepada dasar-dasar kanon karxis. Maoisme dan turunannya dengan kuat mendukung Uni Soviet, serta menganggap Joseph Stalin sebagai pemimpin sosialis sejati terakhir Uni Soviet. Mao memusatkan perhatian pada kaum buruh-tani sebagai kekuatan revolusioner yang utama, yang menurutnya dapat dipimpin oleh kaum proletar. Mao juga percaya kekuasaan politik adalah berasal dari moncong senjata, kontrol yang ketat dan sentralisasi perlu untuk mejaga wilayah revolusi dari ancaman luar. Maoisme, diunduh dari http://id.wikipedia.org/wiki/Maoisme, pada tanggal 20 Desember 2015.
23
Fabianisme yaitu suatu bentuk dari teori sosialisme yang menghendaki suatu transisi konstitusional dan pengalihan bertahap pemilikan dan sarana produksi kepada negara. Tidak akan dilakukan teknik-teknik revolusioner dan lebih ditekankan pada metode pendidikan. Aliran ini mencoba cara yang praktis untuk memanfaatkan semua sarana legislatif untuk pengaturan jam kerja, kesehatan, upah dan kondisi kerja yang lain. Sri Agus, Sosialisme Sebagai Ideologi Politik, diunduh dari http://perpustakaan.uns.ac.id/jurnal/upload_file/86-fullteks.doc (socialism), pada tanggal 20 Desember 2015.
24
Sindikalisme merupakan aliran radikal dan dianggap perkawinan silang antara Marxisme dan Anarkisme. Sindikalisme memakai prinsip aksi langsung melalui pemboikotan, sabotase, pemberontakan dan pemogokan umum, ia ingin memasukkan langsung perjuangan kelas ke dalam bidang ekonomi. Menolak adanya negara dan karena itu, juga tidak menyetujui perjuangan kaum sosialis di dalam parlemen melalui sebuah partai buruh. Mereka ingin menyerahkan industri kepada serikat-serikat buruh, dan ditetapkan dari bawah oleh kaum buruh sendiri. Sindikalisme mengembangkan semangat juang tinggi, menekankan usaha pribadi buruh dan peran elite pejuang. Franz Magnis-Suseno, Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, ...hlm. 243-244.
25
Pertama, ideologi komunisme adalah sistem politik, ekonomi,
sosial, budaya yang berlandaskan pada ajaran marxisme-leninisme. Marx
memang secara nyata telah melahirkan ideologi komunisme. Namun letak
permasalahannya Marx hanya menjadi pemikir bagi ideologi ini tanpa
pernah mempraktekannya. Sedangkan lenin selain dia memberikan
sumbangsih bagi pemikiran komunisme, dia juga pernah mempraktekan
langsung ideologi komunisme tersebut saat dia memimpin Soviet. Dan saat
masa kepemimpinannya lah komunisme mencapai keadidayaannya. Jika
Marx berpendapat bahwa diktator proletariat adalah kepemimpinan oleh
seluruh kaum proletar, maka bagi lenin diktator proletariat harus diisi oleh
wakil-wakil kelas yang termaju saja yang mampu merepresentasikan
anggotannya saja.
Kedua, ideologi komunisme (khususnya pemikiran Marx) memiliki
kekuatan pada ekspresinya memberikan harapan. Artinya sifat dari
pemikiran Marx adalah meramalkan/memprediksikan sesuatu yang akan
terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Bentuk pemikiran Marx yang
mefokuskan perhatiannya pada perkembangan masyarakat sedikit tidaknya
telah menaruh harapan akan lahirnya sebuah mayarakat yang adil dan
makmur yang termanifestasi dalam masyarakat komunis. Filsafat Marx
yang komunis telah menyadarkan “janji” penyelamatan sosial.26
Ketiga, orang orang komunis percaya pada historikal materialis,
sebab mereka memandang soal soal spiritual sebagai efek sampingan
26
akibat dari keadaan perkembangan materi termasuk ekonomi. Oleh karena
itu, mereka tidak memusatkan kepada hal yang bersifat pembangunan
spiritual termasuk pembangunan akhlak orang bertuhan.27Ideologi
komunisme tidak mempercayai Tuhan, agama dilarang tegak karena hanya
dianggap sebagai candu bagi manusia dan masyarakat. Marx jugag
menyebutkan bahwa agama hanya akan menjadi pemicu perbedaan kelas
sosial. Jadi agama hanya akan jadi penghalang bagi terwujudnya
masyarakat komunis.
Keempat, karena cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
dengan menghalalkan segala cara, baik itu kekerasan radikal, revolusioner
dan perjuangan kelas, dengan sendirinya etika tingkah laku didasarkan atas
kekerasan serta cenderung tidak mengakui pernyataan hak asasi manusia.28
Kelima, cita cita perjuangan ideologi ini adalah terciptanya
masyarakat tanpa kelas yang pada akhirnya tidak membutuhkan lagi
negara sebagai institusi sosial. Konsep yang digunakan adalah dengan
menggunakan prinsip sama rata, sama rasa. Ideologi komunis itu sendiri
memumpanyai sifat internasional dibidang politik, ekonomi, sosial dan
kebudayaan.29
Keenam, untuk menggantikan peran negara sebagai lembaga yang
membuat kebijakan maka di bentuklah politbiro. Politbiro hanya di kuasai
oleh segelintir orang. Oleh sebab itu kebijakan ekonomi dan pemerintahan
27
Alfian, Politik Kebudayaan dan Manusia Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1982), hlm. 45.
28
Firdaus Syam, Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke 3, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), hlm. 291.
29
hanya dikendalikan oleh segelintir orang saja. Sehingga didalam cita cita
diktator proletariat yang ingin dicapai dalam masyarakat komunis tetap
saja dibutuhkan lembaga yang menjadi bertugas untuk menkordinasi
segala sendi kehidupan masyarakat komunis tersebut.30
Penjelasan mengenai prinsip-prinsip ideologi komunis ini
digunakan untuk melihat bagaimana sebenarnya hal-hal pokok yang
menjadi acuan dari komunisme tersebut. Hal inilah yang kemudian dapat
dijadikan bahan untuk menggali lebih dalam tentang paham komunisme.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiyah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.31 Jadi, ia
merupakan langkah-langkah yang berkaitan dengan apa yang akan
dibahas. Uaraian tentang metode penelitian perlu perlu menegaskan jenis
penelitiannya (kualitatif dan kuantitatif), dan menyampaikan secara rinci
prosedur dan proses penelitian untuk menjamin keterulangan hasil
penelitian.32
30
Ibid..
31
Sugioyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 3.
32
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian
literer kualitatif, yaitu sebuah penelitian yang menjadikan teks dan literatur
perpustakaan menjadi sumber data.33 Maka dalam hal ini peneliti
memusatkanpenelitian terhadapdokumen-dokumen atau tulisan-tulisan
yang berkaitan tentang pancasila dan komunisme.
2. Pendekatan
Dalam penelitian ini, digunakan dua pendekatan, yaitu; pendekatan
historis dan pendekatan filosofis. Pendekatan historis mencatat
peristiwa-peristiwa yang telah tterjadi meliputi tempat, waktu, obyek, latar belakang
dan pelaku dari peristiwa tersebut. Pendekatan ini mengungkap
sosio-historis suatu peristiwa terjadi, pemikiran muncul, dan aksi yang
dilakukan.34 Sedangkan pendekatan filosofis digunakan untuk meneliti
pemikiran tokoh dan mengungkapkan dibalik hakekat segala sesuatu yang
nampak.35
3. Sumber Penelitian
Sumber data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah data yang
bersifat primer dan sekunder.
33
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), hlm.14.
34
Sudarno Shobron.et.al, Pedoman Penulisan Tesis, (Surakarta: Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014), hlm. 13.
35
a. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber-sumber yang memberikan yang
memberikan data langsung dari tangan pertama atau data yang diperoleh
langsung dari sumbernya, diamanati dan dicatat untuk pertama kalinya.36
Untuk sumber data primer penulis menggunakan buku yang berjudul
Manifesto of the Communist Party terbitan Progress Publishers tahun
1997 dan buku Marx-Engels on Religion terbitan Foreign Language
Publishing House tahun 1957 yang keduanya karangan Karl Marx dan
Frederick Engels.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri
pengumpulannya oleh peneliti atau berasal dari tangan kedua, ketiga, dan
seterusnya artinya melewati satu atau lebih pihak yang bukan peneliti
sendiri.37 Data-data sekunder dalam penulisan ini literatur-literatur yang
berupa buku atau tulisan, seperti; makalah, jurnal, artikel dan buku-buku
yang membahas pancasila dan komunisme.
4. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu rumusan pada kategori dan uraian
36
Surakhman dan Winarno, Penelitian Ilmiyah, Dasar, Metode, Teknik, (Bandung: Tarsito, 1982), hlm. 134.
37
dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja yang disarankan untuk menganalisis data.38 Data yang diperoleh akan
dianalisis secara berututan dan interaksionis yang terdiri dari tiga tahap
yaitu: 1) Reduksi data, 2) Penyajian data, 3) Penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Pertama, setelah pengumpulan data selesai dilakukan, langkah
selanjutnya adalah reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data
terpilah-pilah. Kedua, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk
narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada
tahap ke dua dengan mengambil kesimpulan.
Metode berfikir yang digunakan adalah metode berfikir induktif
dan deduktif. Metode deduktif adalah suatu penarikan kesimpulan yang
dimulai dari pernyataan khusus menuju pada pernyataan yang sifatnya
umum.39Adapun metode induktif adalah cara penarikan kesimpulan
yangdimulai dari pernyataan umum menuju pada pernyataan yang sifatnya
khusus.40
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang penulis susun untuk menulis laporan
penelitian ini terbagi menjadi lima bab, yang masing-masing bab
38
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, ... hlm. 112.
39
Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,1992), hlm. 159.
40
mempunyai sub-bab tersendiri. Bab pertama merupakan pendahuluan yang
didalamnya berisikan penjelasan yang berkaitan dengan masalah yang
akan dibahas dalam bab-bab selanjutnya.
Bab kedua membahas kedudukan Pancasila yang terdiri dari empat
sub bab dengan satu bab membahas Islam dan Pancasila guna meengaitkan
judul dengan fak yang diambil. Dari sini bisa dijadikan bahan atau modal
dalam menimbang dan mendudukkan paham komunisme.
Bab ketiga membahas hakikat komunisme dan pandangan
komunisme terhadap agama sebagai penekanan bahwa komunisme
merupakan ideologi yang anti agama. Bab tiga ini merupakan objek kajian
dalam penelitian. Dan pembahasan ini akan lebih jauh dibahas di bab
empat.
Bab keempat membahas dan mengkaji kandungan ajaran komunis
guna mendudukan paham komunis dan pembuktian apakah paham
komunis mempunyai ruang dalam Pancasila. Di bab ini juga dipaparkan
tentang kekejaman dan kebiadaban komunis.
Bab kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan