• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI WARNA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TERAPI WARNA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI WARNA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA

REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

SKRIPSI

Oleh :

Kafiyatul Aysha 201210230311363

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

TERAPI WARNA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Kafiyatul Aysha 201210230311363

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

MUHAMMADIYAH MALANG

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul Skripsi : Terapi warna untuk mengurangi kecemasan pada remaja yang hamil

di luar nikah

2. Nama Peneliti : Kafiyatul Aysha

3. NIM : 201210230311363

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Psikologi

6. Waktu Penelitian : 16 Desember 2015 – 9 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 30 Januari 2016

Dewan Penguji

Ketua Penguji : Dr. Latipun, M.Kes ( )

Anggota Penguji : 1. Zainul Anwar, M.Psi ( )

2. Yudi Suharsono, M.Si ( )

3. Diana Savitri H., M.Psi ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Latipun, M.Kes Zainul Anwar, M.Psi

Malang, Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang,

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Kafiyatul Aysha

Nim : 201210230311363

Fakultas/ Jurusan : Psikologi

PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :

Terapi warna untuk mengurangi kecemasan pada remaja yang hamil di luar nikah

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagaian manapun kesuluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Malang, Februari 2016

Mengetahui,

Ketua Program Studi Yang menyatakan

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi atas rahmat dan hidayah- Nya, tak lupa Shalawat penulis haturkan kepada nabi junjungan umat Islam, Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang mulia sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Terapi Warna untuk Mengurangi Kecemasan

dalamMenghadapi Persalinan dari Kehamilan Pranikah Pada Remaja” sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari segala bimbingan yang bermanfaat dari berbagai pihak yang diterima oleh penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dra. Tri Dayakisni, M.Si. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dr. Latipun, M.Kes dan Zainul Anwar, M.Psi selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah memberikan banyak inspirasi, banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan bermanfaat sehingga penulis dapat menyempurnakan penelitian ini dengan maksimal.

3. Yuni Nurhamida, S.Psi., M.Si selaku ketua program Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang sekaligus dosen pembimbing PKI yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan, dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

4. Siti Maimunah, S.Psi., MM., MA., selaku dosen wali yang telah member dukungan dan serta arahan kepada penulis selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan.

5. Ayah dan Ibu, yang senantiasa memberikan dukungan baik secara moril maupun materil,

serta memberikan do’a yang begitu luar biasa untuk penulis, sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Marfu’ah selaku ibu penulis dan terapis dalam penelitian ini yang selalu membantu

penelitian ini untuk menjadi terapis dari awal sampai akhir penelitian.

7. Kakak dan adik peneliti dan selaku keluarga besar peneliti yang tiada henti memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

8. Subjek penelitian yang telah bekerjasama menjadi subjek penelitian penulis dan telah mengikuti eksperimen dari awal sampai akhir.

9. Keluarga besar Laboratorium Psikologi Ibu Siti Maimunah, S.Psi, MM, MA dan Santi Palupi, S.Psi. serta teman-teman asisten Laboratorium Psikologi yang bersedia memotivasi dan memberikan bantuan penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi. 10. Teman-teman seperjuangan penulis, kelas Psikologi G-2012 yang telah menemani

penulis memberikan warna dalam kehidupan penulis selama hampir empat tahun hingga penulis selalu termotivasi dalam mengerjakan skripsi ini.

11. Orang-orang yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata namun mampu merubah dan memberi pelajaran hidup yakni sahabat tersayang Yusi, Citra, Devi, Risya, Firly, dan Ulya yang dalam suka dan duka menemani, memberikan motivasi sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

12. Adik-adik kost jomblo yang telah menemani memberikan pencerahan dan menyemangati penulis dengan keceriaan yang tiada tara.

13. Teman-teman KKN kelompok 18 yang telah memberikan motivasi dan membantu memberikan masukan-masukan dalam pengerjaan skripsi ini.

(6)

Penulis menyadari bahwa penelelitian ini masih jauh dari sempurna, sehingga besar harapan penulis untuk dapat menerima pendapat, kritik, dan masukan guna perbaikan untuk penelitian ini kedepannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu Psikologi, serta pembaca pada umumnya.

Malang, Januari 2016 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

JUDUL SKRIPSI... 1

IDENTITAS ... 1

ABSTRAK... 1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 3

LANDASAN TEORI A. Kecemasan pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah ... 4

B. Terapi Warna ...5

C. Kecemasan pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah dan Terapi Warna... 6

HIPOTESIS ... 8

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian ... 8

B. Subjek Penelitian ... 8

C. Intervensi dan Alat ... 8

D. Prosedur dan Analisa Data Penelitian ... 9

HASIL PENELITIAN... 10

DISKUSI ... 12

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 14

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rancangan Penelitian ... 8

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian ... 10

Tabel 3. Deskriptif Uji Mann-Whitney Data Pre-Test Kelompok Kontrol dan Kelompok

Eksperimen ... 11

Tabel 4. Deskriptif Uji Wilcoxon Data Pre-Test dan Post-Test Kelompok Kontrol dan

Kelompok Eksperimen ... 11

Tabel 5. Deskriptif Uji Mann-Whitney Data Post-Test Kelompok Kontrol dan Kelompok

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skala Penelitian ... 17

Lampiran 2. Blueprint dan Pengkategorian Skala Penelitian... 19

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kecemasan ... 21

Lampiran 4. Modul Terapi Warna... 24

Lampiran 5. Data Kasar Pre-Test dan Post-Test Penelitian ... 33

Lampiran 6. Hasil Analisis Uji Mann-Whitney dan Wilcoxon Terhadap Kecemasan ... 36

Lampiran 7. Surat Keterangan Terapis ... 39

Lampiran 8. Informed Consent Subjek Penelitian ... 41

(10)

TERAPI WARNA UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA REMAJA YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

Kafiyatul Aysha

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

kafiyatulaysha@gmail.com

Dewasa ini banyak sekali kasus kehamilan yang terjadi diluar nikah pada remaja dan banyak sekali remaja yang tidak siap dengan kehamilannya. Adapun dampak dari kehamilan di luar nikah adalah remaja tersebut mengalami kecemasan, terlebih lagi ketika remaja tersebut menghadapi persalinannya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu terapi dan salah satunya adalah terapi warna. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan kecemasan antara kelompok control dan eksperimen setelah diberikan intervensi berupa terapi warna pada remaja yang hamil di luar nikah. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan

desain control group pre-test post-test dengan subjek penelitian sebanyak 10 orang. Dari

penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tingkat kecemasan dari kelompokkontrol dan eksperimen (Z = -2.619 dan p = 0.009). Kelompok eksperimen memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol. Oleh karena itu, diketahui bahwa terapi warna mampu mengurangi kecemasan pada remaja yang hamil diluar nikah.

Kata Kunci : Terapi warna, kecemasan pada remaja, kehamilan di luar nikah

Nowadays the are many cases of adolescent premarital pregnancy and they have no preparation on it. The impact of premarital pregnancy is the solicitude that is happened to adolescent, especially when they face the childbirth. Therefore, it is necessary to conduct a therapy. An appropriate therapy for this case is the color therapy. The aim of this study is to show the reader if there is an difference of anxiety between control and experimental group after intervention of color therapy for adolescents who has premarital pregnancy. This study employed experimental research design with pre-test and post-test on control group and it has 10 research subjects. From this study, the researcher got the significant difference in regard to level of anxiousness in facing childbirth from control and experimental group, the result is (Z = -2.619 and p =0.009). The experimental group has the lower level of anxiousness than control group. In consequence, the color therapy could decrease anxiousnessin facing childbirth of adolescent premarital pregnancy.

(11)

Telah diketahui dewasa ini terjadi peningkatan angka kehamilan yang terjadi diluar nikah yakni dalam data PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), sebanyak 22% dari 37.000 responden remaja yang belum menikah mengalami kehamilan diluar nikah. Tidak hanya di Indonesia, bahkan dari temuan yang dilakukan oleh Dr. Iwu D. Utomo (2013) diketahui bahwa terdapat kasus hamil di luar nikah pada remaja dengan usia 15-19 tahun di seluruh dunia setiap tahunnya. Banyak remaja Indonesia yang mengalami kasus hamil di luar nikah harus memutuskan sekolahnya. Usia remaja yang dikatakan masih sangat muda yakni 15-19 tahun bukanlah usia yang tepat untuk hamil baik secara fisik maupun mentalnya. Banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi remaja melakukan tindakan seks di luar nikah. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah media atau fasilitas internet yang bebas mengakses video porno, kurangnya pengawasan dari orang tua, rendahnya moral pada remaja sehingga banyak yang mengunduh video porno dan menyebabkan remaja mencoba melakukan seks diluar nikah dan ketika remaja tersebut hamil maka mereka terpaksa menikah untuk menutupi kehamilannya (Solihat, 2013).

Menurut Sarwono (Solihat, 2013), remaja yang hamil diluar nikah merasakan dampak psikososial seperti ketegangan mental dan kebingungan mengenai peran sosial dimana di dalam lingkungan sosialnya dia menerima penolakan. Kehamilan adalah salah satu periode yang harus dilewati oleh seorang remaja, dimana periode ini mampu menimbulkan perubahan-perubahan yang drastis baik dari segi fisik ataupun psikologis. Bagi seorang ibu yang telah siap dengan kehamilannya maka perubahan-perubahan yang terjadi tidak menjadi masalah. Namun bagi remaja yang belum siap untuk hamil maka remaja tersebut mendapati perasaan-perasaan yang mampu memberikan tekanan terhadap keadaan psikologis remaja tersebut.

Dari penelitian yang dilakukan oleh Saputro (Utomo, 2013), bahwa perasaan remaja yang hamil di luar nikah saat mengetahui bahwa dirinya hamil adalah muncul perasaan bingung apabila pacarnya tidak bertanggung jawab, takut dan merasa bersalah terhadap orang tua serta merasa malu dengan lingkungan sekitar. Adapun dampak dari kehamilan diluar nikah adalah remaja tersebut mengalami kecemasan (Solihat, 2013) dalam bentuk kesulitan untuk tidur, tidak nafsu makan, gelisah, khawatir dengan keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala terasa pusing, sering merasa bingung atas kondisi yang tengah dialami, dan kondisi emosi yang labil.

Melahirkan atau proses persalinan adalah titik puncak penantian selama sembilan bulan dimana seorang ibu hamil dilanda kehawatiran mengenai bagaimana menghadapi saat-saat proses persalinan terlebih lagi pada remaja dengan kehamilan yang tidak diinginkannya (Mansur, 2009). Kecemasan yang dialami oleh remaja tersebut berdampak buruk baik bagi dirinya maupun bayinya. Hal tersebut dikarenakan bayi yang dikandung bukanlah bayi yang diinginkan serta bayi dari hubungan diluar pernikahan (Cukrowicz, 2009).

(12)

bayinya. Dari kecemasan tersebut, proses persalinan tidak berjalan dengan baik yakni ketika proses persalinan bayi susah keluar karena sang ibu mengalami kecemasan dan ketika bayi

lahir, bayi tersebut mengalami asfeksia atau sesak nafas akibat menelan banyak air ketuban.

Oleh karena itu dibutuhkan sebuah terapi yang mampu mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinannya. Dalam berbagai penelitian mengenai warna, seperti dalam buku

Avicenna dengan judulnya “Canon of Medicine” yang menerangkan teori tentang aksi warna

terhadap tubuh manusia mampu mengubah fungsi psikologis pada manusia. Menurut Hartini

(Limantono, 2013) warna memiliki berbagai karakteristik energi yang berbeda–beda apabila

diaplikasikan pada tubuh dan warna didefinisikan sebagai suatu spektrum yang terdapat di dalam cahaya, di mana identitas dari warna ditentukan oleh panjang gelombang cahaya tersebut yang ditangkap oleh mata dan disalurkan dari syaraf mata dan diteruskan ke otak. Menurut ilmuwan dari Thomas Jefferson University Philadelphia (Limantono, 2013), terapi warna biru dapat menyingkirkan masalah depresi dan terapi warna hijau memiliki efek yang menenangkan, menyegarkan sistem syaraf, dan menyeimbangkan tubuh.

Penggunaan terapi warna menjadi salah satu terapi yang menarik untuk mengurangi kecemasan karena mudah dan praktis digunakan dan bisa dilakukan dari berbagai kalangan dari anak kecil sampai orang dewasa (Wijayanto, 2013). Selain itu, kelebihan terapi warna dibandingkan terapi yang lain bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari indera visualisasi manusia ketika menangkap warna langsung disalurkan ke otak dan manusia langsung merefleksikan warna tersebut dengan perilaku tenang atau rileks. Terlebih lagi karena proses persalinan yang membutuhkan kecepatan dalam mengurangi kecemasan agar persalinan berjalan dengan baik. Menurut Kusuma (Sawitri, 2013), terapi warna adalah terapi yang dapat menimbulkan relaksasi dan mampu mengurangi stres namun belum banyak di terapkan di Indonesia. Terapi warna adalah terapi yang memberikan unsur relaksasi, dimana dari berbagai penelitian relaksasi mampu mengurangi suatu ketegangan atau kecemasan pada individu (Rochmawati, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Curry, dkk (2005) yakni melakukan sebuah eksperimen mengenai mewarnai suatu gambar Mandala untuk mengurangi kecemasan. Dimana warna- warna ini sebagai suatu media untuk meditasi bagi orang yang mengalami kecemasan dengan metode menggunakan sebuah seni untuk melakukan terapi. Dari penelitian ini, diketahui bahwa mewarnai Mandala mampu mengurangi kecemasan pada individu. Hal ini membuktikan bahwa suatu warna memiliki efek untuk menyembuhkan gejala-gejala psikologis bagi orang yang mengalami kecemasan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sawitri, dkk (2013) mengenai terapi warna untuk mengurangi stres pada lansia di panti sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Penelitian ini menggunakan warna hijau untuk mengurangi stres pada lansia yang dikarenakan perubahan hidup dan kemunduran fisik yang dialami lansia, rasa kesepian yang disebabkan oleh

putusnya hubungan dengan orang-orang yang paling dekat dan disayangi, serta post power

(13)

penelitian tersebut juga didukung oleh teori yang menunjukkan bahwa terapi warna hijau ini

dapat mempengaruhi hipotalamus dalam mengeluarkan berbagai neurohormon sehingga dapat

mengurangi stres. Jalur utama dari mekanisme transmisi warna menuju sistem limbik dan

sistem endokrin adalahRetinohypothalamic tract yang merupakan salah satu jalur dimana

hipotalamus menghubungkan sistem saraf dengan Autonomic Nervous System (ANS) dan

sistem endokrin.

Penelitan lain yang dilakukan oleh Harini (2013) yakni terapi warna untuk mengurangi kecemasan dengan menggunakan berbagai metode dalam terapi warna dan menggunakan warna biru atau hijau untuk mengurangi kecemasan pada individu. Penelitian ini berhasil menunjukkan adanya penurunan tingkat kecemasan pada mahasiswa setelah diberikan perlakuan terapi warna dengan tingkat kecemasan yang menurun pada kelompok eksperimental dibandingkan kelompok kontrol yang pada awalnya semua responden pada kelompok eksperimental memiliki kecemasan yang berat namun akhirnya berkurang.

Dari berbagai pemaparan data diatas, peneliti menentukan judul “Terapi Warna untuk

Mengurangi Kecemasan pada Remaja yang Hamil Di Luar Nikah” berdasarkan kegunaannya

yang praktis dan cepat, bisa dilakukan di berbagai kalangan serta dari penelitian ini mampu menambah referensi mengenai terapi warna. Selain itu, peneliti menentukan terapi warna sebagai terapi untuk remaja yang hamil di luar nikah karena terapi warna adalah terapi yang mengandung teknik-teknik relaksasi yang mampu melemaskan otot sehingga remaja mampu merasakan hilangnya ketegangan sebagai salah satu respon kecemasan dengan lebih jelas (Rochmawati, 2012). Selain itu terapi warna adalah suatu terapi yang menggunakan warna untuk mengurangi kecemasan seseorang, dimana warna adalah sebuah spektrum cahaya yang

mampu meningkatkan kadar hormon serotonin yang berfungsi untuk mengontrol sejumlah

perilaku atau perasaan (mood) seseorang. Pemberian terapi warna hijau merangsang pelepasan

serotonin, sehingga peningkatan kadar serotonin dapat meningkatkan mood individu dan

dapat menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stres atau rasa cemas individu (Wijayanto, 2013).

Adapun berbagai manfaat yang bisa kita dapatkan dari penelitian ini, yakni berupa manfaat teoritis dan praktis. Manfaat teoritis yang bisa kita dapatkan yakni dalam penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan ilmu psikologi terutama pada ilmu psikologi klinis atau biopsikologi dengan fokus mengenai terapi warna untuk mengurangi kecemasan. Peneliti juga ingin menambahkan referensi mengenai terapi warna karena penelitian mengenai terapi warna dirasa masih kurang. Selain itu, manfaat praktisnya diharapkan dalam penelitian ini bisa diaplikasikan terhadap subyek yang mengalami kecemasan dari kehamilannya yang di luar nikah agar subyek mampu menghadapi persalinan dengan lancar dan bisa mengurangi kecemasan yang dialaminya.

Kecemasan pada Remaja yang Hamil Di Luar Nikah

Hall (Santrock, 2007) mengungkapkan masa remaja berlangsung dari umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita. Remaja ditandai oleh perubahan yang besar, diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis. Pencarian identitas dan membentuk hubungan baru termasuk mengekspresikan perasaan seksual.

(14)

persalinan normal dan abnormal dimana pada persalinan normal terdapat empat tahapan yakni kala I-IV.

Nevid (Agustini, 2012) mengungkapkan kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang memiliki ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk nantinya terjadi. Adapun pengertian lainnya yang mengungkapkan bahwa kecemasan adalah keadaan suasana yang ditandai dengan gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran mengenai masa depan (Pratiwi, 2013). Kecemasan pada remaja yang hamil diluar nikah bisa terwujud dalam bentuk kesulitan untuk tidur, tidak nafsu makan, gelisah, khawatir dengan keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala terasa pusing, sering merasa bingung atas kondisi yang tengah dialami, kondisi emosi yang labil.

Menurut Hamilton (Purnama, 2015), kecemasan memiliki berbagai gejala dan gejala-gejala tersebut diantaranya adalah adanya ketegangan, gelisah, gemetar, mudah terganggu dan lesu; adanya perasaan cemas karena memiliki firasat buruk, mudah tersinggung, dan takut dengan pikirannya sendiri; ketakutan-ketakutan; memiliki gangguan tidur seperti terbangun pada malam hari, tidur tidak nyenyak, susah untuk memulai tidur, dan mimpi buruk; perasaan depresi seperti hilangnya minat, kurangnya minat pada hobinya, perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan terjadi sepanjang hari, dan sedih; gangguan kecerdasan seperti mudah lupa

atau sulit berkonsentrasi, dan terjadi penurunan daya ingat; gejala somatik seperti nyeri dan

kekakuan pada otot-otot, adanya kedutan pada otot, gertakan gigi, dan suara tidak stabil;

gejala kardiovaskuler seperti nyeri di dada, takikardi, denyut nadi mengeras dan detak jantung

hilang sekejap; gejala sensorik seperti penglihatan kabur, perasaan seperti ditusuk-tusuk,

muka merah, pucat, dan lemas; gejala urogenital seperti sering kencing ataupun tidak bisa

menahan kencing, aminorea, ereksi lemah atau impotensi; gejala gastrointestinal seperti

obstipasi atau tidak bisa buang air besar, berat badan menurun, mual dan muntah, sulit menelan, nyeri lambung sebelum dan sesudah makan serta perasaan panas di perut; gejala pernafasan seperti perasaan tercekik, rasa tertekan di dada, sering menarik nafas panjang dan merasa nafas pendek; gejala vegetatif seperti mudah berkeringat, mulut kering, muka merah, bulu roma berdiri, pusing atau sakit kepala; dan yang terakhir adalah perilaku saat wawancara yakni jari-jari gemetar, gelisah, mengkerutkan dahi atau kening, tonus otot meningkat dan nafas pendek serta nafas cepat, dan muka tegang.

Oleh karena itu kecemasan pada remaja dalam menghadapi persalinan dari kehamilan di luar nikah adalah perasaan takut atau khawatir mengenai berbagai hal ketika menghadapi persalinan dikarenakan fungsi fisik dan mental yang kurang siap dari kehamilannya.

Terapi Warna

Teori colour harmony mengungkapkan bahwa mata manusia bisa menangkap tujuh juta

warna yang berbeda. Tetapi ada beberapa warna utama yang memiliki dampak pada kesehatan dan perasaan (Zein, 2013). Setiap warna memancarkan panjang gelombang energi yang berbeda dan memiliki efek yang berbeda pula, dengan menggunakan berbagai nuansa warna dapat membawa harmoni, stabilitas dan keseimbangan.Warna bisa membuat suasana hati

meningkat atau moodboster dan bisa juga membantu mencapai suasana yang ingin diciptakan.

Terapi warna yang dikenal juga dengan namachromatherapy merupakan terapi yang tercipta

(15)

sebagai electromagnetic medicine atau pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Salah satu warna yang dapat dimanfaatkan dan memiliki efek positif yaitu warna hijau. Warna didefinisikan secara obyektif atau fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, dan secara subjektif atau psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan (Harini, 2013).

Warna yang sering digunakan untuk menenangkan individu adalah warna hijau karena warna hijau berefek pada sistem saraf secara keseluruhan, terutama bermanfaat bagi sistem saraf pusat. Seperti yang telah diungkapkan oleh Vernolia (Sawitri, 2013) warna ini memiliki efek penenang, mengurangi iritasi dan kelelahan, serta dapat menenangkan gangguan emosi dan sakit kepala. Tidak hanya itu, selain warna hijau, terdapat warna biru yang juga memiliki fungsi untuk memperkuat kondisi tubuh fikiran untuk menenangkan kondisi jiwa, memulihkan stress dan menciptakan kondisi yang tenang bagi individu. Selain itu warna hijau mampu meningkatkan hormon-hormon yang bersifat antidepresan dan mengurangi hormon yang membuat individu merasa cemas.

Adapun berbagai metode terapi warna yang sering digunakan adalah (1) Pernafasan warna, pernafasan warna adalah sebuah teknik bernafas dengan cara membayangkan suatu warna dalam bernafas. Teknik ini dilakukan ketika individu menghirup dan menghembuskan nafas.; (2) Meditasi, meditasi yakni membayangkan atau berimajinasi dengan memusatkan perhatian pada objek yang bersifat visual atau yang mengandung warna-warna dan dari bayangan yang dimunculkannya mampu memberikan efek relaksasi pada tubuh.; (3) Air solarisasi, air solarisasi yakni terapi dengan media botol, gelas atau air dimana salah satu dari ketiga media itu harus diberi air dan harus memiliki warna. Warna yang dimaksudkan tidak hanya warna dari airnya sendiri namun entah dari botol ataupun gelas yang dipakai bisa dengan warna- warna tertentu dan diberikan air biasa (air putih) kemudian airnya diminum.; (4) Aurasoma, aurasoma yakni terapi dengan teknik menggunakan botol-botol kecil yang berisi dengan lapisan warna dengan minyak esensial dan ekstrak tumbuhan.; (5) Warna kain sutra, warna kain sutra yakni terapi dengan teknik menggunakan kain sutra yang dipakaikan ke tubuh orang untuk digunakan dalam waktu tertentu dan kain-kain tersebut memiliki warna-warna tertentu.

Terapi warna yang digunakan adalah meditasi warna dan juga pernafasan warna, dimana kedua metode tersebut memiliki unsur relaksasi di dalamnya. Herodes dkk (Rochmawati, 2012) mengatakan relaksasi adalah suatu teknik yang mampu mengurangi kecemasan individu melalui berbagai metode seperti pernafasan, pelemasan otot-otot, membayangkan sesuatu yang membuat individu tenang dan rileks. Tujuan dari teknik relaksasi juga untuk menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah, memperbaiki kemampuan untuk berkonsentrasi dan mengatasi stres, membangun emosi positif dan negatif.

Kecemasan pada Remaja yang Hamil di Luar Nikah dan Terapi Warna

(16)

bertambah ketika menghadapi proses persalinan terdapat kemungkinan bahwa dari kecemasan tersebut nantinya menganggu proses persalinan.

Oleh karena sebuah terapi dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan pada remaja yanghamil diluar nikah. Salah satu terapi yang dipilih oleh peneliti adalah terapi warna yang mampu mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinannya. Dalam berbagai penelitian mengenai warna, aksi warna terhadap tubuh manusia mampu mengubah fungsi psikologis

pada manusia. Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang menekankan pada

pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung energi-energi penyembuh dan terapi ini bisa dikatakan sebagai terapi pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Penggunaan terapi warna menjadi salah satu terapi yang menarik untuk mengurangi kecemasan karena mudah dan praktis digunakan dan bisa dilakukan dari berbagai kalangan dari anak kecil sampai orang dewasa (Wijayanto, 2013). Selain itu, kelebihan terapi warna dibandingkan terapi yang lain bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari indera visualisasi manusia ketika menangkap warna langsung disalurkan ke otak sehingga manusia langsung merefleksikan warna tersebut dengan perilaku tenang atau rileks. Terlebih lagi masa remaja adalah masa dimana kemampuan sensori untuk menangkap suatu obyek adalah dengan berbagai warna.

Terapi warna hijau ini dapat mempengaruhi hipotalamus dalam mengeluarkan berbagai

neurohormon sehingga dapat mengurangi stres. Jalur utama dari mekanisme transmisi warna

menuju sistem limbik dan sistem endokrin adalah Retinohypothalamic tract yang merupakan

salah satu jalur dimana hipotalamus menghubungkan sistem saraf dengan Autonomic Nervous

System (ANS) dan sistem endokrin. Warna hijau menyebabkan terjadinya peningkatan rata-

rata kadar hormon. Peningkatan terjadi pada hormon serotonin hingga 104%, oksitosin hingga

45,5%, beta endorfin hingga 33%, dan growth hormone hingga 150%. Warna hijau juga

menyebabkan terjadinya penurunan kadarnorepinefrin hingga 29%. Perubahan kadar zat

kimia saraf dan neurohormon tersebut memiliki pengaruh dalam menurunkan stres ataupun

kecemasan pada individu. Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari medial

batang otak dan berproyeksi di sebagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks

dorsalis medula spinalis dan hipotalamus. Setelah dilepaskan, serotonin mampu

mengaktifkan reseptor serotonin pre-sinaps maupun post-sinaps. Serotonin dalam kondisi

normal mempunyai peran penting untuk mengontrol tidur-bangun, perilaku makan,

pengendalian transmisi sensoris, mood, dan sejumlah perilaku. Pemberian terapi warna hijau

merangsang pelepasan serotonin, sehingga peningkatan kadar serotonin dapat meningkatkan

mood individu dan dapat menciptakan rasa bahagia dan menurunkan stres atau rasa cemas

individu. Pemberian terapi warna hijau dapat meningkatan kadaroksitosin dalam darah,

sehingga efek ansiolitik yang dikeluarkan dapat menurunkan stres. Terapi warna hijau juga

meningkatkan beta endorfin dan dapat menurunkan kadarnorepinefrin dalam darah, dan stres

atau kecemasan dapat berkurang.

(17)

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya perbedaan kecemasan antara kelompok control dan eksperimen setelah diberikan intervensi berupa terapi warna pada remaja yang hamil di luar nikah.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimenyakni dengan model yang digunakan

adalah control group pre-test and post-test design. Maksudnya adalah penelitian ini dilakukan

dengan memberikan pre-test baik kepada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen

sebelum perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dan memberikan post-test kepada

kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen untuk mengetahui pengaruh terapi warna yang diberikan kepada subjek (Suryabrata, 2008). Untuk lebih jelasnya rancangan penelitian telah dijabarkan menggunakan tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Rancangan Penelitian

Kelompok Rancangan Penelitian

Kontrol X1 → X2

Eksperimen X1 → Q → X2

Keterangan :

X1 = Pengukuran atau pemberian skala sebelum dilakukan intervensi (Pre-Test)

Q = Pemberian intervensi atau perlakuan

X2 = Pengukuran atau pemberian skala setelah dilakukan intervensi (Post-Test)

Subjek Penelitian

Pengambilan subjek menggunakan teknik purposive sampling yaitu bentuk metode pemilihan

subjek sesuai dengan karakteristik peneliti (Latipun, 2004). Karakteristik-karakteristik subjek penelitian adalah (1) perempuan dengan jumlah partisipan sebanyak 10 orang yakni lima orang sebagai kelompok kontrol dan lima orang sebagai kelompok eksperimen; (2) remaja yang berusia 12-21 tahun; (3) usia kehamilan subjek yakni dengan usia trimester tiga (6-9 bulan) pada kehamilannya; (4) kehamilan subjek adalah kehamilan di luar nikah; (5) subjek memiliki skor kecemasan dengan kategori sedang sampai berat berdasarkan skala kecemasan

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS); (6) subjek tidak sedang melakukan treatment lain selain terapi warna.

Intervensi dan Alat

(18)

peneliti dari modul terapi warna yang dibuat oleh Novita (Harini, 2013) dan telah dilakukan uji coba modul intervensi dengan 10 partisipan dalam uji coba modul. Terapi dilakukan selama empat hari dan dilakukan sebanyak empat sesi dengan menggunakan dua metode terapi yang berbeda. Hari pertama sampai dengan hari kedua menggunakan suatu metode terapi pernafasan warna yakni membayangkan warna hijau dan biru masuk ke dalam tubuh subjek dan membuat subjek merasa nyaman atau rileks. Pada hari ketiga sampai keempat menggunakan metode terapi meditasi warna yakni dengan membayangkan subjek berada di tempat yang terdapat suatu warna tertentu yakni dengan warna dominan hijau dan biru agar subjek merasa rileks dan nyaman. Terapi dilakukan di tempat praktek swasta terapis atau bidan dikarenakan lokasi yang strategis dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuat janji dengan subjek dan jumlah keseluruhan subjek eksperimen adalah lima orang. Selain itu, terapi warna akan dilakukan secara personal atau individual dengan waktu yang akan disesuaikan dengan subjek namun tetap dengan jangka waktu terapi selama empat hari.

Sedangkan kecemasan pada remaja dalam menghadapi persalinan dari kehamilan di luar nikah adalah respon subjek terhadap perasaan takut atau khawatir mengenai berbagai hal ketika menghadapi persalinan dikarenakan fungsi fisik dan mental yang kurang siap dari

kehamilannya. Instrumen yang digunakan adalah skala kecemasan yaitu Hamilton Anxiety

Rating Scale (HARS) yang sudah dilakukan perombakan dan sudah disesuaikan dengan

subjek penelitian. Telah dilakukan try out pada skala sehingga skala memiliki reliabilitas

dengan nilai alpha Cronbach sebesar 0,896. Secara keseluruhan skala memiliki 21 item yang terdiri dari beberapa aspek seperti ketegangan dengan jumlah item sebanyak satu item, perasaan cemas karena memiliki firasat buruk dengan jumlah item sebanyak dua item, ketakutan-ketakutan dengan jumlah item sebanyak dua item, gangguan tidur dengan jumlah item sebanyak dua item, perasaan depresi dengan jumlah item sebanyak dua item, gangguan

kecerdasan dengan jumlah item sebanyak dua item, gejala somatik dengan jumlah item

sebanyak dua item, gejala kardiovaskuler dengan jumlah item sebanyak satu item, gejala

sensorik dengan jumlah item sebanyak satu item, gejala urogenital dengan jumlah item

sebanyak tiga item, gejala gastrointestinal dengan jumlah item sebanyak dua item, gejala

pernafasan dengan jumlah item sebanyak dua item, gejala vegetatif dengan jumlah item sebanyak satu item, dan gejala otonom dengan jumlah item sebanyak satu item. Skala ini memiliki penilaian terkait dengan gejala-gejala kecemasan yakni dengan pemberian nilai 0-4. Nilai 0 menandakan bahwa partisipan tidak pernah merasakan gejala-gejala kecemasan tersebut, nilai 1 menandakan bahwa partisipan merasakan gejala-gejala kecemasan tersebut hanya sesekali, nilai 2 menandakan bahwa partisipan terkadang merasakan gejala-gejala kecemasan tersebut, nilai 3 menandakan bahwa partisipan sering merasakan gejala-gejala kecemasan tersebut, dan nilai 4 menandakan bahwa partisipan selalu merasakan gejala-gejala

kecemasan tersebut. Salah satu contoh item pada skala ini adalah “Terbangun pada malam

hari”.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Tahap awal penelitian adalah menentukan subjek penelitian sesuai dengan kriteria dari subjek penelitian dan subjek harus memberikan persetujuan untuk bisa menjadi subjek penelitian tanpa ada keterpaksaan dari pihak manapun (keinginan diri sendiri). Tidak lupa peneliti harus

membentuk rapport yang baik terhadap subjek penelitian, ketika subjek menyatakan

kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian, maka subjek akan diberikan skala kecemasan

sebagai pre-test untuk mengetahui kecemasan yang dialami oleh subjek dan menjadi data

(19)

berdasarkan kecemasan yang dialaminya. Selain itu subjek penelitian juga telah diperiksa sehingga tidak ada satu pun subjek penelitian yang mengalami buta warna (normal).

Langkah selanjutnya adalah melakukan eksperimen atau memberikan perlakuan kepada subjek penelitian ketika subjek mau menghadapi persalinan (kehamilan pada trimester tiga). Eksperimen dilakukan selama 4 hari dengan memberikan dua metode terapi warna yakni meditasi warna dan pernafasan warna. Pada hari I-II dilakukan terapi warna dengan metode pernafasan warna dengan menggunakan warna hijau dan biru. Pada hari III-IV dilakukan terapi warna dengan metode meditasi warna dengan menggunakan warna hijau dan biru. Terapi dilakukan oleh terapis yakni bidan yang telah memiliki kemampuan dibidangnya dan memiliki keterampilan dalam melakukan terapi warna sesuai dengan keinginan peneliti dan telah melakukan uji modul terapi warna yang dibuat oleh peneliti.

Setelah eksperimen berakhir, peneliti kemudian memberikan skala post-test yakni sekitar 1-2

hari setelah subjek diberikan intervensi dan pemberian post-test dilakukan di rumah masing-

masing subjek. Post-test dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan ketika subjek diberikan perlakuan.

Ketika data telah didapatkan maka dilakukan analisis data, dimana teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan program SPSS dengan analisis non-parametrik yakni uji

Wilcoxon dan Mann-Withney untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan pada saat pre-

test dan post-test subjek penelitian.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dilakukan uji analisis kuantitatif kepada 10 subjek

dengan pemilihan subjek menggunakan metode purposive sampling yakni remaja perempuan

yang hamil dengan usia kandungan pada trimester tiga dan kehamilannya adalah kehamilan diluar nikah, selain itu subjek memiliki kecemasan dengan kategori sedang sampai berat. Untuk lebih jelasnya deskripsi subjek telah dijabarkan menggunakan tabel 2 di bawah ini :

Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian

Usia

Kategori Kelompok Kontrol Kelompok Eksperimen

16 tahun 1 (20%) 0 (0%)

17 tahun 1 (20%) 0 (0%)

18 tahun 0 (0%) 2 (40%)

19 tahun 1 (20%) 3 (60%)

20 tahun 1 (20%) 0 (0%)

21 tahun 1 (20%) 0 (0%)

Usia Kehamilan

7-8 bulan 4 (80%) 2 (40%)

8-9 bulan 1 (20%) 3 (60%)

Tingkat Kecemasan

Sedang 0 (0%) 1 (20%)

(20)

Diketahui bahwa pada kelompok kontrol semua subjek berada pada kategori kecemasan berat, sedangkan pada kelompok eksperimen empat subjek berada pada kategori berat. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki tingkat kecemasan dengan kategori

berat pada saat pre-test.

Dari deskripsi data penelitian, maka langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan

analisis menggunakan uji Mann-Whitney untuk mengetahui kesetaraan skor rata-rata

kecemasan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan.

Tabel 3. Deskriptif Uji Mann-Whitney Data Pre-Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Kelompok N Z P

Kontrol 5 -0.841 0.401

Eksperimen 5

Dari hasil uji analisis Mann-Whitney diambil keputusan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan pada skor kecemasan pada kedua kelompok (Z = -0.841, p = 0.401). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam kondisi setara sebelum diberikan perlakuan. Setelah diketahui kondisi kedua kelompok setara,

dilakukan uji analisis lebih lanjut pada menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui

perbedaan skor pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

Tabel 4. Deskriptif Uji Wilcoxon Data Pre-Test dan Post-Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Kelompok N Rerata Skor

Pre-Test

Kecemasan

Post-Test Z P

Kontrol 5 57.8 61.2 -0.276 0.783

Eksperimen 5 58 45.8 -2.032 0.042

Dari uji analisis Wilcoxon dapat diambil kesimpulan bahwa pada kelompok kontrol tidak

terdapat perbedaan yang signifikan pada skor kecemasan (Z = -0.276, p = 0.783). Sedangkan pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan yang signifikan pada skor kecemasan (Z = - 2.032, p = 0.042).

Setelah uji analisis Wilcoxon, maka dilakukan kembali uji analisis Mann-Whitney untuk

mengetahui perbedaan skor kecemasan pada kelompok kontrol dan eksperimen setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan.

Tabel 5. Deskriptif Uji Mann-Whitney Data Post-Test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

Kelompok N Z P

Kontrol 5 -2.619 0.009

(21)

Dari uji analisis Mann-Whitney dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan skor kecemasan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan (Z = -2.619, p = 0.09). Dengan demikian skor kecemasan pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan terapi warna lebih rendah dibandingkan pada kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil analisis kuantitatif yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima, yakni adanya perbedaan kecemasan antara kelompok control dan eksperimen setelah diberikan intervensi berupa terapi warna pada remaja yang hamil di luar nikah dengan penurunan kecemasan pada kelompok eksperimen.

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, yakni terapi warna untuk mengurangi kecemasan dalam menghadapi persalinan diketahui bahwa terdapat penurunan tingkat kecemasan pada subjek eksperimen yang diberikan perlakuan yakni terapi warna. Hal tersebut

dibuktikan dengan uji analisis Mann-Whitney terhadap skor pre-test yakni kondisi kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen adalah setara. Kemudian setelah dilakukan penelitian,

dilakukan uji analisis Wilcoxon dan diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada

skor kecemasan dari pre-test dan post-test pada kelompok kontrol dan eksperimen. Setelah

eksperimen dilakukan dilakukan lagi uji analisis Mann-Whitney terhadap skor post-test

sehingga diketahui bahwa kondisi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan adalah tidak setara. Sebelum diberikan perlakuan, semua subjek pada kelompok eksperimen memiliki rata-rata kecemasan dengan kategori berat. Namun setelah perlakuan diberikan, diketahui bahwa semua subjek memiliki kecemasan dengan kategori sedang dan hal tersebut membuktikan bahwa terapi warna mampu mengurangi kecemasan pada subjek.

Individu dikatakan sebagai remaja ketika berusia 12-21 tahun bagi perempuan (Hall dalam Santrock, 2007), dimana ketika individu memasuki tahapan remaja maka individu tersebut akan mencari identitas dirinya dan terkadang mengalami kebingungan akan peran sosialnya. Bagi sebagian remaja yang mampu mencari identitas diri dengan baik maka individu tersebut nantinya memahami bagaimana peran sosialnya. Namun bagi sebagian remaja perempuan yang tidak mampu mencari identitas dirinya maka individu tersebut bisa melakukan tindakan- tindakan diluar norma sosialnya. Dengan berbagai fasilitas yang diberikan pada zaman ini, maka bukan mustahil para remaja mampu melakukan tindakan asusila dan pada akhirnya terjadilah kehamilan diluar nikah. Remaja yang hamil diluar nikah pasti akan mengalami kebingungan peran sosial dan tidak semua lingkungan mampu menerima remaja tersebut. Dari pernyataan tersebut diketahui bahwa remaja yang hamil diluar nikah mengalami kecemasan dalam berbagai bentuk seperti kesulitan untuk tidur, tidak nafsu makan, gelisah, khawatir dengan keadaannya, mual, malas beraktivitas, kepala terasa pusing, sering merasa bingung atas kondisi yang tengah dialami, kondisi emosi yang labil.

(22)

dilakukan menggunakan dua metode yakni pernafasan warna dan meditasi warna dengan menggunakan warna hijau dan biru untuk mengurangi kecemasan pada subjek. Pada dasarnya, metode terapi warna yang diberikan kepada subjek penelitian memiliki unsur relaksasi. Penelitian yang dilakukan oleh Condrad (2007) dan Ali (2010) yakni mengenai relaksasi tubuh yang mampu mengurangi kecemasan individu dengan berbagai teknik seperti pernafasan, pelemasan otot-otot, membayangkan sesuatu yang membuat individu tenang dan rileks. Oleh karena itu dalam terapi warna dimana kedua metode yang digunakan (meditasi warna dan pernafasan warna) mampu mengurangi kecemasan pada subjek penelitian.

Tidak hanya karena terapi warna mengandung unsur relaksasi, namun dalam metode terapi warna yang menggunakan dua warna yakni hijau yang memiliki efek penenang, mengurangi iritasi dan kelelahan, meningkatkan hormon-hormon yang bersifat antidepresan dan mengurangi hormon yang membuat individu merasa cemas, serta dapat menenangkan gangguan emosi dan sakit kepala, dan warna biru untuk memperkuat kondisi tubuh fikiran untuk menenangkan kondisi jiwa, memulihkan stress dan menciptakan kondisi yang tenang bagi individu (Vernolia dalam Sawitri, 2013). Ketika penelitian dilakukan pun semua subjek memberikan reaksi yang sama ketika terapis memberikan terapi warna dengan dua metode terapi.

Dari perlakuan yang diberikan kepada subjek penelitian dengan memberikan terapi berupa pernafasan warna dan meditasi warna dengan menggunakan warna hijau dan biru diperoleh gambaran bahwa sebelum dilakukan perlakuan, hampir semua subjek masih susah untuk berbicara lancar, wajah pucat dan otot-otot tubuhnya tegang. Namun ketika terapi dilakukan diketahui subjek mampu merenggangkan otot-ototnya yang tegang dan mampu mengikuti

instruksi dengan baik, wajah tidak pucat seperti sebelumnya. Tidak hanya itu, dari feedback

yang dilakukan hampir semua subjek mengatakan bahwa dirinya merasa lebih tenang dan rileks setelah diberikan terapi.

Dengan melakukan penelitian ini, didapatkan hasil bahwasanya terapi warna juga mampu mereduksi kecemasan dalam menghadapi persalinan dari kehamilan diluar nikah pada remaja. Sebelumnya juga telah dilakukan penelitian yang dilakukan oleh Harini (2013) yakni mereduksi kecemasan menggunakan terapi warna namun subjek penelitiannya adalah mahasiswa yang memiliki tingkat kecemasan sedang sampai berat dan hasil yang diperoleh adalah bahwa terapi warna yang dilakukan berhasil mereduksi kecemasan subjek penelitian yakni mahasiswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan subjek yang lebih spesifik lagi yakni remaja yang hamil diluar nikah dengan usia kehamilan pada trimester tiga. Hipotesis yang diajukan pada penelitian yang dilakukan juga dapat diterima karena hasil uji Mann-Whitney dan Wilcoxon pun menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan juga kelompok eksperimen setelah kelompok eksperimen diberikan perlakuan (Z = -2.619, p = 0.009). Dengan demikian maka diketahui bahwa terapi warna adalah salah satu cara untuk mereduksi kecemasan yang tidak hanya dialami oleh orang pada umumnya, namun terapi warna mampu mereduksi kecemasan dalam menghadapi persalinan pada remaja yang hamil diluar nikah.

(23)

meskipun peneliti memiliki data bahwa subjek memang mengalami kehamilan diluar nikah, namun peneliti mencoba untuk mendekati subjek agar bisa terbuka mengenai kehamilannya sehingga meyakinkan subjek untuk terbuka mengenai kehamilannya membutuhkan waktu yang lama dan juga dengan persyaratan selama proses intervensi tidak diperbolehkan mengambil dokumentasi dalam bentuk apapun. Hambatan lainnya terkadang terdapat beberapa subjek yang kurang mampu bekerja sama dengan peneliti dan sering datang terlambat dari jadwal yang dijanjikan dan pada akhirnya mengganggu jalannya kegiatan terapi pada subjek pada jadwal selanjutnya. Subjekpun terkadang tidak mengikuti jadwal yang disepakati bersama sehingga peneliti juga harus mampu menyesuaikan jadwal dengan subjek dan juga terapis untuk bisa bersama-sama melaksanakan terapi. Selain itu pada modul seharusnya terapi warna dilakukan selama empat hari berturut-turut, namun karena ada beberapa subjek yang kurang bisa bekerja sama pada akhirnya tetap melakukan empat sesi namun tidak bisa dilakukan selama empat hari berturut-turut.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan mengenai tingkat kecemasan dalam menghadapi persalinan dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen yakni dengan nilai p < 0.05 (p = 0.009). Penelitian ini membuktikan bahwa pemberian terapi warna mampu mereduksi kecemasan dalam menghadapi persalinan dari kehamilan di luar nikah pada remaja.

Adapun implikasi dari penelitian ini adalah penelitian ini mampu memberikan wacana baru baik dari dunia psikologi maupun kesehatan dalam mengurangi kecemasan pada remaja yang hamil diluar nikah menggunakan suatu metode baru yakni menggunakan terapi warna sehingga bisa mengurangi kecemasan bagi para remaja yang hamil diluar nikah. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian dengan variabel yang sama yakni terapi warna, usahakan memberikan variasi terhadap terapi warna karena masih kurang sekali referensi di Indonesia mengenai terapi warna seperti memberikan tambahan variabel penelitian lain ataupun menggunakan subjek penelitian yang berbeda dari penelitian yang sudah dilakukan.

REFERENSI

Agustini, A. (2013). Kecemasan calon ibu baru pada pernikahan dini. Retrieved October 14,

2014, from dijilib.uin-suka.ac.id

Ali, U. (2010). The effectiveness of relaxation therapy in the reduction of anxiety related

symptoms (a case study). International Journal of Psychological Studies, 2(2), 202 –

208.

Arindra, D. (2012). Kecemasan menghadapi persalinan anak pertama pada ibu dewasa awal. Accessed on October 14, from www.gunadarma.ac.id

Cukrowicz, K.C., Smith, P.N., Hohmeister, H.C., & Joiner, T.E. (2009). The moderation of an early intervention program for anxiety and depression by specific psychological

symptoms. Journal of Clinical Psychology, 65(4), 337 – 351, doi:10.1002/jclp.20560

Curry, N.A., & Kasser, T. (2005). Can coloring mandalas reduce anciety?. Art Therapy:

Journal of the American Art Therapy Association, 22(2), 81 – 85.

Condrad, A., & Walton T. R. (2007). Muscle relaxation therapy for anxiety disorders: it

(24)

Darmawan, D. (2014). Metodologipenelitiankuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Gennari, P. J. (2013). Adolescent pregnancy in developing countries. International Journal of

Childbirth Education 28, 57 – 69.

Harini, N. (2013). Terapi warna untuk mengurangi kecemasan. Jurnal Ilmiah Psikologi

Terapan, 1(2), 291 – 303.

Khomsatun, Trisnawati, Y., & Pantiawati, I. (2012). Hubungan pengetahuan remaja putri menikah dini tentang kehamilan dengan kecemasan menghadapi kehamilan di

kecamatan Pulosari kabupaten Pemalang. JurnalIlmiah Kebidanan, 3, 1 – 12.

Kusuma, E. (2010). Pengertian gelombang dan aplikasi. Retrieved on April, 2015, from

http://ichsan09.blog.uns.ac.id/files/2010/11/pengertian-gelombang-dan-aplikasi.pdf

Latipun. (2004). Psikologi eksperimen. Malang: UMM Press

Limantono, & Nova, M. (2013). Preferensi manula terhadap jenis lampu, suhu warna lampu

dan warna dinding pada ruang tidur (studi kasus Panti Wredha Hanna Yogyakarta).

Retrieved May 12, 2015, from e-journal.uajy.ac.id

Mansur, H. (2009). Psikologi ibu dan anak untuk kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Noor, J. (2011). Metodologi penelitian. Jakarta: Kencana

Pratiwi, & Alvian, T. (2013). Coping remaja perempuan yang hamil diluar nikah. Retrieved

October 14, 2015, from www.psikologi.ub.ac.id

Purnama, B.W.R. (2015). Pengaruh guide imagery untuk mengurangi kecemasan dalam

menghadapi persalinan. Skripsi. Malang.

Rochmawati, D.H. (2012). Teknik relaksasi otot progresif untuk menurunkan kecemasan.

Retrieved October 20, 2015, from www.uin-semarang.ac.id

Sawitri, Devi, P.S., & Nurhesti, K.A. (2013). Pengaruh terapi warna hijau terhadap stres pada

lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana Seraya Denpasar. Jurnal Online Udayana,

42(2), 14 – 23

Santrock, J. W. (2007). Life-span development: perkembangan masa hidup, jilid 1, edisi

ketigabelas. Jakarta: Erlangga

Solihat, & Intan, S. (2013). Penyesuaian diri remaja yang hamil di luar nikah (studi kasus

pada dua remaja yang hamil di luar nikah di kota Bandung).Jurnal Sosiologi dan

Pengaplikasian, 1(3), 1 – 13

Sudiyanti, E. (2003). Keefektifan relaksasi untuk mengurangi kecemasan pada ibu hamil.

Jurnal Kebidanan, 23(03), 67 – 80

Suryabrata, S. (2008). Metodologi penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Utomo, I.D., & Utomo, A. (2013). Adolescent pregnancy in Indonesia. JournalStudyof World

Population Day, 2, 23 – 34

Wijayanto, & Vera, A. (2013). Perancangan interior pusat terapi anak autis dan indigo

berdasar pendekatan psikologi interior di Surabaya. Jurnal Intra, 1(2), 1 – 12.

Zein, A.O., Tamara, & Khaerunnisa. (2013). Hubungan warna dengan tingkat stres

(25)
(26)

Lampiran 1.

(27)

INSTRUMEN PENELITIAN

Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan yang menyatakan gejala umum yang terjadi pada orang yang hamil. Berilah penilaian terhadap pertanyaan tersebut yakni dengan penilaian

antara 0-4 yang menandakan keadaan diri anda saat ini kemudian berilah tanda (√) pada

kolom penilaian yang tersedia. Pilihan jawaban sebagai berikut :

0=Tidak Pernah 1=Jarang 2=Kadang-Kadang 3=Sering 4=Selalu

NO PERNYATAAN 0 1 2 3 4

1 Tidak bisa istirahat tenang

2 Gelisah

3 Takut melakukan gerakan yang banyak

4 Sulit untuk tidur

5 Terbangun pada malam hari

6 Sulit berkonsentrasi

7 Perhatian sering teralihkan

8 Hilangnya minat

9 Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

10 Sakit dan nyeri di otot-otot

11 Gerakan kaku

12 Muka merah atau pucat

13 Dada berdebar

14 Rasa tertekan atau sempit di dada

15 Nafas pendek/sesak

16 Sulit menelan

17 Perut terasa kembung

18 Keputihan berlebihan

19 Gairah seksual menurun

20 Tidak menikmati hubungan seksual dengan suami

(28)

Lampiran 2.

Blueprint

dan Pengkategorian Skala

(29)

Indikator Kecemasan Bobot No Item Jumlah Item

Ketegangan 4,8% 1 1

Ketakutan 9,5% 2,3 2

Gangguan tidur 9,5% 4,5 2

Gangguan kecerdasan 9,5% 6,7 2

Perasaan depresi 9,5% 8,9 2

Gejala somatik 9,5% 10,11 2

Gejala sensorik 4,8% 12 1

Gejala kardiovaskuler 4,8% 13 1

Gejala pernafasan 9,5% 14,15 2

Gejala gastrointestinal 9,5% 16,17 2

Gejala urogenital 14,3% 18,19,20 3

Gejala otonom 4,8% 21 1

TOTAL 100 % 21

Setiap item dijumlahkan berdasarkan penilaian yang diberikan oleh subyek yakni 0 hingga 4, dengan rentangan skor 0-88. Terdapat klasifikasi kecemasan berdasarkan skor yang diperoleh yakni :

NO KLASIFIKASI SKOR

1 Ringan < 28

2 Sedang 28-56

(30)

Lampiran 3.

(31)
(32)
(33)

Lampiran 4.

(34)

A. PENGANTAR

“Modul Terapi Warna”

Sebuah terapi dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan pada remaja dalam menghadapi persalinan dari kehamilan diluar nikah. Salah satu terapi yang memiliki efek untuk mengurangi kecemasan adalah terapi warna. Dalam berbagai penelitian mengenai warna, aksi warna terhadap tubuh manusia mampu mengubah fungsi psikologis pada manusia.

Terapi warna atau chromatherapy adalah sebuah terapi yang menekankan pada

pokok bahasan yakni warna tertentu mengandung energi-energi penyembuh dan terapi ini bisa dikatakan sebagai terapi pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Penggunaan terapi warna menjadi salah satu terapi yang menarik untuk mengurangi kecemasan karena mudah dan praktis digunakan dan bisa dilakukan dari berbagai kalangan dari anak kecil sampai orang dewasa (Wijayanto, 2013). Selain itu, kelebihan terapi warna dibandingkan terapi yang lain bahwa dari warna tersebut syaraf-syaraf dari indera visualisasi manusia ketika menangkap warna akan langsung disalurkan ke otak sehingga manusia langsung merefleksikan warna tersebut dengan perilaku tenang atau rileks. Terlebih lagi masa remaja adalah masa dimana kemampuan sensori untuk menangkap suatu obyek adalah dengan berbagai warna.

Terapi warna merupakan terapi yang tercipta karena didasarkan pada pernyataan bahwa setiap warna tertentu mengandung energi-energi penyembuh. Di dalam bidang

kedokteran, menurut Kusuma (2010) terapi warna digolongkan sebagai electromagnetic

medicine atau pengobatan dengan gelombang elektromagnetik. Salah satu warna yang dapat dimanfaatkan dan memiliki efek positif yaitu warna hijau. Warna didefinisikan secara obyektif atau fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan, dan secara subyektif atau psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan (Harini, 2013). Oleh karena itu diharapkan terapi warna mampu mengurangi kecemasan pada remaja dalam menghadapi persalinan dari kehamilan di luar nikah. Terapi warna yang akan digunakan adalah meditasi warna dan juga pernafasan warna, dimana kedua metode tersebut memiliki unsur relaksasi di dalamnya.

B. TUJUAN

Tujuan dilakukan eksperimen adalah untuk mengurangi kecemasan pada remaja dalam mengahadapi persalinan dari kehamilan di luar nikah. Selain itu eksperimen dilakukan untuk menyelesaikan tugas akhir dalam meraih gelar sarjana psikologi.

C. WAKTU DAN TEMPAT

Pelaksanaan intervensi akan dilakukan selama 6 hari (2 hari untuk pre-test dan post-

test, 4 hari untuk pemberian terapi warna) dan juga intervensi akan dilakukan di rumah

masing-masing subyek dengan jadwal sebagai berikut :

Hari Ke Intervensi Tempat

1 Pre-Test Fleksibel

2 Pernafasan Warna Bidan Praktek Swasta

3 Pernafasan Warna Bidan Praktek Swasta

4 Meditasi Warna Bidan Praktek Swasta

5 Meditasi Warna Bidan Praktek Swasta

(35)

D. MANFAAT

Ada dua manfaat dari penelitian yang dilakukan yakni : a. Manfaat Teoritis

Mampu mengembangkan ilmu psikologi terutama pada ilmu psikologi klinis dengan fokus mengenai terapi warna untuk mengurangi kecemasan, serta menambahkan referensi mengenai terapi warna karena penelitian mengenai terapi warna dirasa masih kurang.

b. Manfaat Praktis

Mampu diaplikasikan terhadap subyek yang mengalami kecemasan dari kehamilannya yang di luar nikah agar subyek mampu menghadapi persalinan dengan lancar dan bisa mengurangi kecemasan yang dialaminya.

E. SASARAN PENELITIAN

Sasaran penelitian yakni : 1. Perempuan

2. Remaja yang berusia 12-21 tahun

3. Subyek akan menghadapi persalinannya yakni dengan usia trimester pada kehamilannya

4. Kehamilan subyek adalah kehamilan di luar nikah

5. Subyek memiliki skor kecemasan dengan kategori sedang sampai berat berdasarkan

skala kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

6. Subyek tidak sedang melakukan treatment lain selain terapi warna.

F. TABEL PELAKSANAAN TERAPI

(36)
(37)

 Kegiatan : Pernafasan Warna

 Waktu : 30 menit

 Tempat : Rumah subyek

 Alat dan Bahan : kursi

G. DESKRIPSI PELAKSANAAN

1. Terdapat 3 tahapan dalam melakukan eksperimen yakni :

a. Pra Pelaksaan Eksperimen (Pre-Test)

b. Pelaksanaan Eksperimen

c. Pasca Pelaksanaan Eksperimen (Post-Test)

2. Tujuan Ekperimen

3. Peralatan yang Dibutuhkan a. Alat tulis

b. Skala kecemasan

c. Informed Consent

d. Kursi atau tempat duduk yang nyaman untuk subyek

Adapun tahapan-tahapan tersebut akan dijabarkan di bawah ini :

a. Pra Pelaksaan Eksperimen (Pre-Test)

 Waktu : 20 menit

 Tempat : Fleksibel

 Alat dan Bahan : Alat tulis, skala kecemasan, dan informed consent

 Tujuan :

Untuk menentukan subyek penelitian dan mengetahui data awal mengenai tingkat kecemasan yang dialami oleh subyek penelitian.

 Prosedur :

1. Menyiapkan alat dan bahan

2. Menemui subyek penelitian yakni remaja yang hamil diluar nikah dan akan menghadapi persalinan.

3. Memperkenalkan diri kepada subyek

4. Membangun kesan atau rapport yang baik dengan subyek agar subyek mampu

bekerjasama dengan peneliti dalam mengambil data.

5. Meminta kesediaan subyek untuk mengikuti kegiatan dari penelitian dengan

menandatangani informedconsent yang diberikan oleh peneliti sehingga subyek

mampu bekerjasama dan dengan keinginan sendiri menjadi subyek penelitian.

6. Setelah menandatangani informedconsent, peneliti akan membacakan berbagai

pernyataan dari skala kecemasan HARS kepada subyek untuk mengetahui kecemasan yang dialami oleh subyek dalam menghadapi persalinan.

7. Setelah memperoleh data, maka peneliti akan melakukan skoring dan mengklasifikasikan tingkat kecemasan yang dimiliki oleh subyek. Apabila subyek memiliki tingkat kecemasan sedang sampai dengan berat maka subyek bisa menjadi subyek penelitian.

8. Pra pelaksanaan eksperimen dilakukan sampai peneliti mendapatkan jumlah subyek sesuai dengan target eksperimen yakni sebesar 3 orang yang mau berpartisipasi dalam eksperimen yang akan dilakukan.

9. Setelah pra pelaksanaan eksperimen selesai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan eksperimen atau memberikan perlakuan kepada subyek penelitian.

(38)

 Terapis : Bidan

 Tujuan :

Untuk mengurangi ketegangan atau ketakutan yang dialami subyek dalam menghadapi persalinan dan memulihkan keadaan emosional subyek agar kecemasan yang dialami berkurang sehingga subyek merasa lebih tenang, nyaman, dan lebih rileks dalam menghadapi persalinannya.

 Prosedur :

1. Peneliti melakukan perkenalan kembali dan membangun kepercayaan kepada subyek agar subyek merasa tenang dan mau bekerjasama dengan peneliti. 2. Peneliti menjelaskan kepada subyek bahwa yang akan melakukan terapi

bukanlah peneliti tetapi orang lain (bidan) sehingga subyek lebih tenang karena terapis juga sekaligus orang yang akan menolong persalinan subyek. Selain itu peneliti menjelaskan bahwa peneliti akan melakukan observasi atau mengamati jalannya terapi.

3. Peneliti menanyakan kepada subyek apakah subyek sudah siap dalam melakukan terapi yang akan diberikan.

4. Jika subyek siap maka peneliti menyerahkan terapi kepada terapis dan terapis akan memberikan terapi pernafasan warna.

5. Terapis membicarakan topik-topik ringan agar subyek tidak merasa tegang. 6. Terapis menanyakan kesiapan subyek dalam mengikuti terapi dan tidak lupa

membangun kepercayaan bahwa terapi yang akan dilakukan akan berguna untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh subyek.

7. Setelah subyek siap maka terapis akan memulai terapi dengan memberikan instruksi untuk duduk di kursi dengan posisi yang paling nyaman menurut subyek dan diharapkan kaki subyek menyentuh lantai namun bila tidak mampu menyentuh lantai maka subyek diminta untuk membayangkan bahwa kakinya telah menyentuh lantai.

8. Subyek diminta untuk memejamkan mata dan subyek diminta untuk membayangkan bahwa dirinya diselimuti oleh warna hijau yang segar dan begitu sejuk.

9. Subyek diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya selama beberapa kali.

10. Setelah subyek merasa lebih rileks maka subyek diminta untuk meletakkan tangan kanan di atas pusar dan tangan kiri di dada.

11. Terapis memberikan instruksi dengan mengatakan “Perlahan-lahan hembuskan

nafas anda dan rasakan udara turun dari dada anda dan warna hijau sedang mengalir ke badan anda dari atas dan keluar melalui kaki anda sehingga badan anda tertutupi oleh warna hijau yang sejuk dan memberikan kesegaran kepada tubuh anda. Lakukan lagi sebanyak tiga kali dan tetap bayangkan bahwa warna

hijau mengalir di tubuh anda dari atas sampai keluar melalui kaki”

12. Ketika subyek merasa lebih rileks maka terapis meminta subyek untuk kembali membuka matanya secara perlahan dengan menghitung mundur dari angka 5 sampai dengan angka 1.

13. Subyek diminta untuk beristirahat sejenak selama 5 menit kemudian melanjutkan kembali terapi.

(39)

15. Subyek diminta untuk memejamkan mata dan subyek diminta untuk membayangkan bahwa dirinya diselimuti oleh warna biru yang tenang seperti air laut yang tenang.

16. Subyek diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya selama beberapa kali.

17. Setelah subyek merasa lebih rileks maka subyek diminta untuk meletakkan tangan kanan di atas pusar dan tangan kiri di dada.

18. Terapis memberikan instruksi dengan mengatakan “Perlahan-lahan hembuskan

nafas anda dan rasakan udara turun dari dada anda dan warna biru sedang mengalir ke badan anda dari atas dan keluar melalui kaki anda sehingga badan anda tertutupi oleh warna biru yang tenang dan memberikan kenyamanan kepada tubuh anda. Lakukan lagi sebanyak tiga kali dan tetap bayangkan

bahwa warna biru mengalir di tubuh anda dari atas sampai keluar melalui kaki”

19. Ketika subyek merasa lebih rileks maka terapis meminta subyek untukkembali membuka matanya secara perlahan dengan menghitung mundur dari angka 5 sampai dengan angka 1.

c. Pelaksanaan Ekperimen Hari Ke 3-4

 Kegiatan : Meditasi Warna

Untuk mengurangi ketegangan atau ketakutan yang dialami subyek dalam menghadapi persalinan dan memulihkan keadaan emosional subyek agar kecemasan yang dialami berkurang sehingga subyek merasa lebih tenang, nyaman, dan lebih rileks dalam menghadapi persalinannya.

 Prosedur :

1. Peneliti melakukan perkenalan kembali dan membangun kepercayaan kepada subyek agar subyek merasa tenang dan mau bekerjasama dengan peneliti. 2. Peneliti menjelaskan kepada subyek bahwa yang akan melakukan terapi

bukanlah peneliti tetapi orang lain (bidan) sehingga subyek lebih tenang karena terapis juga sekaligus orang yang akan menolong persalinan subyek. Selain itu peneliti menjelaskan bahwa peneliti akan melakukan observasi atau mengamati jalannya terapi.

3. Peneliti menanyakan kepada subyek apakah subyek sudah siap dalam melakukan terapi yang akan diberikan.

4. Jika subyek siap maka peneliti menyerahkan terapi kepada terapis dan terapis akan memberikan terapi

5. Terapis membicarakan topik-topik ringan agar subyek tidak merasa tegang. 6. Terapis menanyakan kesiapan subyek dalam mengikuti terapi dan tidak lupa

membangun kepercayaan bahwa terapi yang akan dilakukan akan berguna untuk mengurangi kecemasan yang dialami oleh subyek.

Gambar

Tabel 5. Deskriptif Uji Kelompok Eksperimen .............................................................................................
tabel 1 di bawah ini :
Tabel 2. Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 4.  Deskriptif Uji Wilcoxon Data Pre-Test dan Post-Test Kelompok Kontrol dan

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara etika kepemimpinan dan komitmen afektif untuk perubahan organisasi dimoderasi oleh disposisi

Perusahaan penyedia jasa pelatihan membutuhkan informasi tentang kualitas pelayanan jasa dan persepsi nilai yang dirasakan oleh pengguna jasa dalam kaitannya dengan

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Sodium Starch Glycolate dapat digunakan sebagai superdisintegran dalam Fast Disintegrating Tablet antasida dan berpengaruh

a) Persepsi individu mengenai diri sendiri; seseorang termotivasi atau tidak untuk melakukan sesuatu banyak tergantung pada proses kognitif berupa persepsi. Persepsi

Berdasarkan hasil analisis parameter mutu berupa kadar air, kadar serat, kadar abu total, kadar abu tidak larut air, dan kadar abu tidak larut asam pada berbagai

Kesalahan pada bagian pajak di Kantor Pos terjadi karena terlalu banyaknya berkas atau SSP yang harus di evaluasi dan dikirim ke KPP dalam waktu yang cukup singkat

———- 1 ——-- 2 ——— 3 LINUX LINUX BELAJAR CEPAT 30 MENIT 30 MENIT EDISI PEMULA EDISI PEMULA. Penerbit: JS Publishing

A recognized cable type in the ANSI/TIA/EIA-568-B Standard is screened twisted-pair (ScTP) cabling, a hybrid of STP and UTP cable.. ScTP cable contains four pairs of 24 AWG,