SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
ENDAH PUTRI DEWANTI
NIM. 1112046100147
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS PRIBADI
Nama : Endah Putri Dewanti
Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Juli 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Komplek BLKI B5 No. 23, Jelupang, Serpong Utara
Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 2012 – 2016 : Strata 1 (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Perbankan
Syariah
Tahun 2009 – 2012 : SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan
Tahun 2006 – 2009 : SMP Negeri 1 Serpong
Tahun 2000 – 2006 : SD Negeri Pelita Dua
Tahun 1999 – 2000 : TK Islam Al Istiqomah
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2009 – 2011 : Anggota Penari Saman Saturala SMAN 7 Kota Tangsel
Tahun 2012 – 2013 : Anggota HMPS Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum
Tahun 2012 – 2013 : Kader HMI Komfaksy
PENGALAMAN KERJA
1. Magang di Bank Indonesia Institute sebagai fasilitator di Divisi Pelaksanaan
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh metode pemisahan terhadap return on asset bank umum syariah hasil pemisahan di Indonesia pada periode 2011-2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan publikasi triwulanan. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan regresi data panel. Objek yang diteliti adalah empat bank umum syariah hasil pemisahan, yaitu BNI Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF),
Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPOdan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Hasil analisis menunjukkan bahwa metode pemisahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan. Hasil ini menunjukkan bahwa unit usaha syariah yang hendak melakukan pemisahan dapat memilih salah satu dari dua metode pemisahan tergantung kebutuhan dan kondisi internal unit usaha syariah serta kebijakan dari bank umum konvensional. Untuk melakukan pemisahan tidak dapat dilakukan dengan cara terburu-buru, harus direncanakan dan dipersiapkan dengan matang.
vii ABSTRACT
The purpose of this research is to know and analyze the effect of spin-off methode to return on asset of Islamic banks resulted from spin-off in the periode 2011 until 2016. The methode used in this research is quantitative methode using secondary data from quarterly published financial statements. This research used panel regression with random effect model. The objects used in this study were four Islamic banks resulted from spin-off, they are BNI Syariah, BJB Syariah BRI Syariah and Bank Bukopin Syariah. The variabel in this research is spin-off methode which is used as dummy variabel, Non Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO and Financing to Deposit Ratio (FDR).
The result showed that spin-off methode doesn’t have a significant effect
on the Return On Asset (ROA) Islamic Banks from spin-off result. Only BOPO and Non Performing Finance (NPF) had a significant effect on Return On Asset (ROA). These result indicate that the Islamic business units that want to do the spin-off can choose one of two methodes of spin-off depends on internal condition of Islamic business unit and the internal policies of conventional commercial bank. Spin-off can not be done in a hurry, must be planned and prepared carefully.
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi rabbil’alamiin, segala puji serta syukur kepada Allah SWT
yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Pemisahan
Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan Periode
2011-2016”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
Syariah (S.E.) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan
tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapa rasa hormat dan terima
kasih dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan kepada segenap pihak
yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai
rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orangtua Ayahanda Suratmin dan Ibunda Sumiyanah, yang telah
memberikan nasihat, semangat dan doa sepanjang waktu. Terima kasih atas
kesabaran, dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Semoga
Ayah dan Ibu selalu diberi kebahagiaan, kesehatan dan selalu diberkahi Allah
SWT.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku dekan Fakultas Ekonomi dan
ix
3. Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., selaku dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya
hormati.
4. Bapak Adhitya Ginanjar, M.Si. dan Ibu Fitri Damayanti, M.Si., selaku ketua
dan sekretaris jurusan perbankan syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu mahasiswa/i passing
out.
5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Dr. Abdurrauf, M.A., selaku ketua dan
sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan
Hukum Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu
memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh mahasiswa/i prodi
Muamalat.
6. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada
penulis selama proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan.
7. Seluruh dosen dan segenap staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya konsentrasi perbankan syariah yang
telah memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis.
8. Adik-adikku Wahyu Dwi Prasetyo dan Khalisya Pratiwi, yang selalu
memberikan dorongan semangat dan doa. Semoga kelak kita semua bisa
x
9. Teman-teman PS D angakatan 2012 khususnya sahabat-sahabatku selama
kuliah Vita, Qori, Isa, Givela dan Rini serta teman-teman lainnya. Banyak sekali
kenangan-kenangan baik itu suka maupun duka yang telah kita lalui bersama
selama masa perkuliahan. Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita
semua segera mencapai kesuksesan.
10. Sahabat-sahabatku tersayang Ira, Putri, Cynthia, Dian, Aryo, Pipah, Fauzi, dan
Dinda yang selalu memberi dukungan dan menjadi tempat berbagi suka maupun
duka. Semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir hayat.
11. Teman-teman seperjuangan PS 2012 serta seluruh pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang dengan sepenuh hati telah memberikan bantuan
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
Mengakhiri kata pengantar ini, penulis mendoakan agar Allah SWT
memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala dukungan dan kebaikan kalian
dalam membantu proses penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
Jakarta, 25 Oktober 2016
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Rumusan Masalah ... 11
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11
E. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 14
1. Pengertian Perbankan Syariah ... 14
2. Pengertian Unit Usaha Syariah ... 15
3. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah ... 16
B. Tinjauan Teori Profitabilitas ... 18
1. Return On Asset (ROA) ... 20
C. Tinjauan Teori Pemisahan ... 21
1. Definisi Pemisahan ... 21
2. Jenis Pemisahan ... 22
D. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 25
E. Non Performing Finance (NPF) ... 26
F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 27
G. Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 28
xii
I. Kaitan Rasio Keuangan dengan Return On Asset (ROA) ... 31
J. Review Studi Terdahulu ... 33
K. Kerangka Konseptual ... 38
L. Hipotesis ... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41
B. Metode Penentuan Sampel ... 41
C. Jenis dan Sumber Data ... 42
D. Teknik Pengumpulan Data ... 43
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44
F. Teknik Analisis Data ... 46
1. Model Regresi Data Panel ... 48
a. Model Common Effect ... 48
b. Model Fixed Effect ... 49
c. Model Random Effect ... 50
2. Estimasi Model Regresi Data Panel ... 51
a. Uji Chow ... 51
b. Uji Hausman ... 52
3. Pengujian Statistik ... 53
a. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 53
b. Uji F Pengaruh Simultan (Uji F) ... 55
c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ... 55
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Sejarah Singkat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan ... 57
1. BRI Syariah ... 57
2. Bank Syariah Bukopin ... 58
3. BNI Syariah ... 58
4. BJB Syariah ... 59
xiii
C. Estimasi Model Regresi Data Panel ... 63
1. Uji Chow ... 63
2. Uji Hausman ... 65
D. Uji Statistik ... 67
1. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 67
2. Uji F Pengaruh Simultan (Uji F) ... 71
3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ... 72
4. Persamaan Model Regresi ... 72
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74
F. Analisis Pengaruh Metode Pemisahan terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan ... 78
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA ... 86
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan ... 4
Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Industri Perbankan Syariah ... 5
Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015 ... 7
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu ... 33
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 42
Tabel 4.1 Sejarah Singkat BUS Hasil Pemisahan ... 57
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel ROA ... 60
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel CAR ... 60
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel NPF ... 61
Tabel 4.5 Statistik Deskriprif Variabel BOPO ... 62
Tabel 4.6 Statistik Deskripstif Variabel FDR ... 62
Tabel 4.7 Hasil Common Effect Model ... 64
Tabel 4.8 Hasil Fixed Effect Model ... 64
Tabel 4.9 Hasil Uji Chow ... 65
Tabel 4.10 Hasil Random Effect Model ... 66
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi ini masyarakat dunia diresahkan dengan
perkembangan ekonomi yang selalu fluktuatif, sehingga sulit diprediksi.
Melihat kondisi tersebut, kehadiran sistem perbankan syariah terutama di
Indonesia menjadi perhatian publik belakangan ini dikarenakan sistem
perbankan syariah memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat dibandingkan
dengan bank konvensional. Hal tersebut terbukti pada saat krisis keuangan
global yang disebut Subprime Mortage di Amerika Serikat pada tahun
2008-2009 silam, bank syariah mampu menghadapinya dibandingkan bank
konvesional. Industri perbankan syariah mulai dikembangkan tidak hanya di
Indonesia melainkan juga di tingkat internasional, seperti yang terjadi di Mesir,
Malaysia, Arab Saudi, Yordania, Kuwait, dan lain-lain.
Perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah beranjak memasuki usia
yang semakin matang. Dengan usia yang semakin matang maka
langkah-langkah perbaikan dalam pengembangan industri perbankan syariah pun
mengalami berbagai proses, terutama pada peraturan dan kebijakan pemerintah.
Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan pangsa pasar
bank syariah di Indonesia, karena sampai saat ini pangsa pasar bank syariah
masih di bawah 5%. Salah satu upaya pemerintah adalah diberlakukannya UU
Syariah di Indonesia. Salah satu isu krusial dalam hukum ini adalah tentang
adanya aturan-aturan mengenai kebijakan pemisahan unit usaha syariah miliki
bank konvensional sebagai bank induknya menjadi bank syariah tersendiri.
Adapun kriteria-kriterianya sebagaimana yang tertuang dalam pasal 68 ayat 1,
yakni bahwa Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS yang nilai asetnya
telah mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank induknya atau 15
tahun setelah berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 ini yaitu tahun 2023, maka
Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS wajib melakukan pemisahan
UUS tersebut menjadi Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri.
Setelah disahkannya UU No. 21 Tahun 2008, muncul trend baru
pembentukan bank syariah yang implementasinya dapat dilakukan melalui dua
metode pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah. Pertama,
bank umum konvensional yang telah memiliki UUS mengakuisisi bank yang
relatif kecil kemudian mengkonversinya menjadi berbasis syariah kemudian
melepaskan dan menggabungkan UUS-nya dengan bank yang baru dikonversi
tersebut menjadi bank umum syariah. Kedua, bank umum konvesional
melakukan pemisahan terhadap UUS miliknya dan dijadikan bank umum
syariah tersendiri.1
Kebijakan pemisahan ini merupakan sebuah upaya pemerintah untuk
meningkatkan pangsa pasar bank syariah. Namun, sejak diberlakukannya UU
No.21/2008 hingga tahun 2015 pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia
masih belum mencapai 5%. Berdasarkan data statistik perbankan syariah
mencatat pada tahun 2009 pangsa pasar bank syariah di Indonesia sebesar
2,61%, tahun 2010 sebesar 3,24%, tahun 2011 sebesar 3,98%, tahun 2012
sebesar 4,58%, tahun 2013 sebesar 4,89%, tahun 2014 sebesar 4,85%, dan
hingga Desember 2015 pangsa pasar perbankan syariah masih sebesar 4,83%
dari total aset perbankan secara nasional.2
Sejak tahun 2008-2015 sudah ada 12 bank umum syariah yang
beroperasi di Indoensia. Sampai saat ini bank umum konvensional yang
memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) terus melakukan usaha untuk melakukan
pemisahan terhadap unit usahanya dan mungkin untuk kedepannya akan
muncul bank-bank umum syariah baru yang terbentuk melalui pemisahan.
Untuk melakukan pemisahan dibutuhkan kesiapan dari unit usaha syariah untuk
memisahkan diri dari bank induknya. Ketika unit usaha syariah tersebut telah
memisahkan diri dan menjadi bank umum syariah tersendiri, biaya-biaya
operasional yang awalnya ditanggung oleh bank induk konvensional harus
ditanggung sendiri oleh bank syariah hasil pemisahan tersebut.
2
Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan, (%)
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
BNI Syariah - - 168,85 78,02 88,46 83,85 90,03 90,41
BJB Syariah - - 103,84 84,94 92,53 81,67 95,05 100,31
BRI Syariah 215,58 89,17 96,30 96,49 88,28 87,28 97,35 94,43 Bukopin
Syariah
187,84 112,5 93,90 93,99 93,36 91,43 97,00 94,00
Sumber : Data diolah dari Laporan Keuangan Bank
Berdasarkan data pada Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa rata-rata BOPO
pada tahun pertama melakukan pemisahan nilainya di atas 100%, artinya pada
tahun pertama pemisahan unit usaha syariah dari bank induk konvensional akan
menaikkan nilai rasio BOPO. BNI Syariah pada periode pertama setelah pemisahan
yakni di kuartal II tahun 2010 meiliki nilai BOPO mencapai 304,60%, BJB Syariah
pada periode pertama setelah pemisahan di kuartal II tahun 2010 nilai BOPO
mencapai 117,04%, BRI Syariah pada periode pertama setalah pemisahan yakni
kuartal IV tahun 2008 nilai BOPO mencapai 215,58%, dan Bukopin Syariah pada
periode awal setelah pemisahan yakni dikuartal IV tahun 2008 nilai BOPO
mencapai 187,84%. Dengan tingginya nilai BOPO pada periode pertama pemisahan
menandakan bahwa sangat rendahnya tingkat efisiensi operasional bank umum
syariah hasil pemisahan pada periode pertama setelah pemisahan. Hal ini memberi
arti bahwa setelah dilakukannya pemisahan, kondisi bank syariah menjadi kurang
efisien daripada kondisi sebelum dilakukan pemisahan, yang ditandai dengan
biaya operasional yang selama ini ditanggung oleh bank induk konvensional kini
harus ditanggung sendiri oleh bank umum syariah hasil pemisahan tersebut. 3
Pada tahun 2008 sebelum dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, hanya
terdapat tiga bank umum syariah dan setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun
2008 jumlah bank umum syariah telah bertambah menjadi 12 bank, baru-baru ini
di tahun 2014 BTPN Syariah resmi beroperasi setelah melakukan proses konversi
dan pemisahan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah OJK per Juni 2015
di Indonesia sudah terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah
(UUS), dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Adapun pertumbuhan Aset,
Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan industri perbankan syariah di
Indonesia.
Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan
Industri Perbankan Syariah
2011 2012 2013 2014 2015
Aset (Miliar Rp) 145.467 195.018 242.276 272.343 296.262
Pertumbuhan 49,17% 34,06% 24,23% 12,41% 8,78%
Pembiayaan (Miliar Rp) 102.655 147.505 184.122 199.330 212.996
Pertumbuhan 50,56% 43,69% 24,82% 8,26% 6,85%
DPK (Miliar Rp) 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175
Pertumbuhan 51,80% 27,81% 24,42% 18,70% 6,11%
Sumber : Statistik OJK 2015
Pada Tabel 1.2 menunjukan bahwa pada pertumbuhan aset, tahun 2011
pertumbuhan aset mencapai 49,17% lalu pada tahun 2012 pertumbuhannya mulai
mengalami penurunan menjadi sebesar 34,06%, hal tersebut terus berlanjut hingga
3
pada tahun 2015 pertumbuhan aset semakin rendah yakni sebesar 8,78%. Pada sisi
DPK juga mengalami penurunan laju pertumbuhan, tahun 2011 pertumbuhan DPK
mencapai 50,56% dan di tahun 2012 pertumbuhannya mulai menurun menjadi
sebesar 43,69% di tahun-tahun berikutnya pun mengalami penurunan, kemudian
pada tahun 2015 pertumbuhan DPK melambat menjadi sebesar 6,85%. Sama
halnya pada sisi pembiayaan, pada tahun 2011 pembiayaan mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 51,80% namun di tahun 2012 mulai menurun menjadi sebesar
27,81% kemudian penurunan laju pertumbuhan terus terjadi sampai pada tahun
2015 pertumbuhan pembiayaan semakin rendah yakni sebesar 6,11%. Berdasarkan
data di atas, jika diihat dari jumlah aset, DPK, dan pembiayaan selalu mengalami
peningkatan setiap tahunnya, namun mulai tahun 2012 pertumbuhan baik dari sisi
aset, DPK, maupun pembiayaan mengalami penurunan laju pertumbuhan, padahal
pada tahun-tahun sebelumnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini berarti telah
terjadi penurunan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia sejak tahun 2012,
padahal seharusnya dengan adanya kebijakan pemisahan diharapkan dapat
meningkatkan kinerja perbankan syariah secara nasional.
Setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, banyak unit usaha syariah
memisahkan diri dari bank induk konvensional dan menjadi bank umum syariah
tersendiri dengan alasan ingin memajukan industri perbankan syariah di Indonesia.
Dari sembilan bank umum syariah yang berdiri pasca dikeluarkannya UU No. 21
Tahun 2008 hanya lima BUS yang melalui proses pemisahan UUS. Dua
diantaranya melakukan pemisahan murni yakni BNI Syariah dan BJB Syariah, dan
Bukopin Syariah dan BTPN Syariah pada tahun 2014. Berikut data rasio keuangan
empat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan.
Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015, (%)
2011 2012 2013 2014 2015
BNIS
ROA 1,29 1,48 1,37 1,27 1,43
NPF 2,42 1,42 1,13 1,04 1,46
BOPO 87,86 85,39 83,94 89,80 89,63
CAR 20,67 14,10 16,23 18,43 15,48
FDR 78,60 84,99 97,86 92,60 91,94
BJBS
ROA 1,23 0,67 0,91 0,72 0,25
NPF 0,41 2,10 1,16 3,87 4,45
BOPO 84,07 90,62 85,76 91,01 98,78
CAR 30,29 21,73 17,99 15,78 22,53
FDR 78,10 88,06 97,40 84,02 104,75
BRIS
ROA 0,20 1,19 1,15 0,08 0,76
NPF 2,12 1,84 3,26 3,65 3,89
BOPO 99,25 86,63 95,24 99,77 102,70
CAR 14,74 11,35 14,49 12,89 13,94
FDR 90,55 103,07 102,70 93,90 84,16
BSB
ROA 0,52 0,55 0,69 0,27 0,79
NPF 1,54 4,26 3,68 3,34 2,74
BOPO 93,86 91,59 96,73 96,77 91,99
CAR 15,29 12,78 11,10 14,80 16,31
FDR 83,66 92,29 100,29 92,89 90,56
Sumber : Laporan Keuangan Bank, 2015
Berdasarkan Tabel 1.3 merupakan kinerja keuangan Bank Umum Syariah
hasil pemisahan periode 2011-2015. BNI Syariah selama periode 2011-2015 secara
umum cenderung mengalami kenaikan kinerja, hal ini dapat dilihat pada
meningkatnya nilai ROA pada tahun 2015, dan meningkatnya tingkat efisiensi yang
ditandai dengan menurunnya nilai BOPO di tahun 2015 walau sempat mengalami
begitu secara umum dari tahun 2011-2014 nilai NPF selalu menurun. BJB Syariah
pada periode 2011-2015 cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dapat
dilihat dari menurunnya tingkat profitabiltas yang diindikasikan dari menurunnya
nilai ROA pada dua tahun terakhir. Tidak hanya itu, di tahun 2015 juga terjadi
penurunan tingkat efisiensi operasional, meningkatnya pembiayaan bermasalah,
dan menurunnya tingkat likuiditas yang ditandai dengan meningkatnya nilai BOPO
dan NPF serta menurunnya nilai FDR. Pada BRI Syariah periode 2011-2015
cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dilihat dari meningkatnya nilai
NPF dan BOPO pada tiga tahun terakhir. Serta terjadi penurunan tingkat likuiditas
yang ditandai dengan menurunnya nilai FDR. Dan pada Bukopin Syariah di periode
2011-2015 mengalami peningkatan kinerja, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya
nilai ROA di tahun 2015 dan dari sisi permodalan juga mengalami peningkatan
yang ditandai dengan meningkatnya nilai CAR pada dua tahun terakhir.
Pembiayaan bermasalah juga semakin menurun yang ditandai dengan semakin
rendahnya nilai NPF di tiga tahun terkahir.
Berdasarkan kinerja Bank Umum Syariah hasil pemisahan dalam kurun
waktu lima tahun terakhir dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan pemisahan dari
UUS menjadi BUS tidak selalu mengalami peningkatan kinerja tetapi juga terdapat
BUS hasil pemisahan yang mengalami penurunan kinerja, baik itu dengan cara
pemisahan murni maupun melalui akuisisi dan konversi. Terdapat beberapa
Nasuha4 melakukan penelitian pada tahun 2010-2011 terkait pengaruh pemisahan terhadap kinerja bank syariah, dalam studinya menunjukkan bahwa
perbedaan kinerja antara satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pemisahan
terjadi pada total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan. Hamid5 dalam penelitiannya menemukan bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif
terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia.
Hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Ramdani6
bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif terhadap jumlah laba operasional
PT Bank BNI Syariah. Al Arif7 melakukan penelitian terkait kebijakan pemisahan dan dampaknya terhadap tingkat efisiensi, dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh negatif tehadap efisiensi industri
perbankan syariah di Indonesia.
Sementara Al Arif8 dalam studinya terkait dampak pemisahan tehadap pembiayaan menemukan bahwa kebijakan pemisahan tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah hasil pemisahan. Selain itu,
Al Arif9 dalam studinya terkait tipe pemisahan dan pengaruhnya terhadap nilai aset
4Amalia Nasuha, “Pengaruh Spin-Off Terhadap Kinerja Bank Syariah”, Al-Iqtishad, Vol. IV (2), Juli 2012, h. 257
5 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic
Banking Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 123
6Andreyanto Ramdani,” Pengaruh Kebijakan Pemisahan Terhadap Laba Pada Bank BNI
Syariah”, Jurnal Etikonomi, Vol. 14 (1), April 2015, h. 26
7 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 No. 2, Mei 2015, h. 300
8M. Nur Rianto Al Arif, “The Effect of Spin-Off Policy on Financing Growth in
Indonesia Islamic Industry”, Jurnal Al-Ulum, Vol. 15 (1), Juni 2015, h. 182
9M. Nur Rianto Al Arif, “Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank
menemukan bahwa tipe pemisahan tidak berpengaruh terdahap nilai aset bank
umum syariah hasil pemisahan.
Dengan melihat berbagai hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP
RETURN ON ASSET BANK UMUM SYARIAH HASIL PEMISAHAN PERIODE 2011-2016”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1. Sejak dikeluarkannya Undang Undang No.21 Tahun 2008 tentang
kebijakan pemisahan hingga tahun 2015, pangsa pasar Industri
Perbankan Syariah belum mencapai target 5%.
2. Dalam melakukan pemisahan UUS menjadi BUS dapat meningkatkan
biaya operasional yang menyebabkan menurunnya tingkat efisiensi
operasional pada periode pertama pemisahan.
3. Mulai tahun 2012 laju pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan
pembiayaan perbankan syariah mengalami penurunan tiap tahunnya.
4. Setelah melakukan pemisahan, beberapa Bank Umum Syariah hasil
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana
pengaruh metode pemisahan terhadap Return On Asset pada Bank Umum Syariah
hasil pemisahahan?”.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh metode pemisahan terhadap Return
On Asset pada bank umum syariah hasil pemisahan.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Bagi akademisi, dapat menambah referensi dan wawasan lebih luas tentang
kebijakan pemisahan serta metode-metode pemisahan dan pengaruhnya
terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah hasil pemisahan.
b. Bagi lembaga keuangan syariah, dapat menjadi informasi dan bahan
pertimbangan sebelum melaksanakan kebijakan pemisahan apakah akan
menggunakan metode pemisahan murni atau melalui akuisisi, konversi dan
merger, serta memberikan kontribusi pemikiran untuk mengembangkan
c. Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahuan terkait proses
pengembangan perbankan syariah di Indonesia.
d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan referensi serta inspirasi
untuk bahan penelitian selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima bab utama, yaitu
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum
mengenai isi keseluruhan dari penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan mengenai landasan teori yang dipakai, yaitu mengenai
tinjaun umum tentang kebijakan pemisahan dan metode pemisahan yang meliputi ,
variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF), Biaya
Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian kuantitatif yang
digunakan, seperti studi pustaka, dan pemaparan tentang data dan metode analisis
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini berisi analisis yang dilakukan dan juga penjelasan temuan yang
didapat dari hasil penelitian tersebut, yaittu mengenai pengaruh metode pemisahan
terhadap Return On Asset (ROA).
BAB V PENUTUP
Bab ini menjelaskan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan. Pada
bab ini juga akan diuraikan mengenai keterbatasan dari penelitian dan saran-saran
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah
1. Pengertian Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah
a. Pengertian Bank Syariah
Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa prancis, dan
dari banco dalam bahasa Italia, yang artinya peti/lemari atau bangku.
Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan
benda-benda berharga. Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk
pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money changer).
Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah sebagai penyedia tempat
untuk menitipkan uang dengan aman serta sebagai penyedia uang untuk
transaksi bisnis.10
Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan
masalh riba yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank
Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. 11
Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank
Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik definisi
secara umum, yaitu bank syariah ialah lembaga keuangan yang
berfungsi sebagai perantara dalam menghimpun dana masyarakat dan
menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat sesuai
prinsip Al-Qur’an dan Hadits (syariah).
b. Pengertian Unit Usaha Syariah
Menurut PBI No. 11 Tahun 2009 tentang Unit Usaha Syariah
yang dimaksud Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS
adalah unit kerja Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Pada dasarnya sistem Unit Usaha Syariah sama seperti Bank
Umum Syariah, perbedaannya terletak pada status pendirian sistem
syariahnya. Pada Bank Umum Syariah statusnya independen dan tidak
bernaung di bawah sistem perbankan konvensional, sementara UUS
statusnya tidak independen dan masih bernaung di bawah aturan dan
sistem manajemen bank induk konvensional. Dengan demikian, dapat
kita pahami bahwa Uni Usaha Syariah merupakan unit usaha yang
dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariah dan dilakukan atau
dikelola melalui bank umum konvensional.
2. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah
a. Fungsi Perbankan Syariah
Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum
dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Accounting
and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI),
sebagai berikut12 :
1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun dana milik nasabah yang dipercayakan
kepada bank syariah.
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank
syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan
perbankan sebagaimana lazaimnya.
4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada
entitas keuangan syariah bank Islam juga wajib memiliki
kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,
mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat, serta
dana-dana sosial lainnya.
b. Tujuan Perbankan Syariah
Bank Syariah memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah :
1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat
secara islami, khususnya muamalat yang berhubungan dengan
perbankan agar terhindar dari praktik-praktik riba atau
jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur
gharar, dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam
Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap
kehidupan ekonomi rakyat.
2. Untuk menciptakansuatu keadilan di bidang ekonomi dengan
cara meratakan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi
kesenjangan yang lebar antara pemiliki modal (shahibul maal)
dengan pihak yang membutuhkan dana (mudharib).
3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan
miskin yang diarahkan pada kegiatan usaha yang produktif
menuju terciptanya kemandirian usaha.
4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya
merupakan program utama dari negara-negara yang sedang
berkembang. Upaya bank syariah dalam memberantas
kemiskinan berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol
pada sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap, seperti
program pembinaan pengusaha perodusen, pembinaan pedagang
perantara, pembinaan konsumen, pengembangan modal kerja,
dan pengembangan usaha bersama.
5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan
aktivitas bank syariah, maka akan mampun menghindari
pemanasan ekonomi akibat adanya inflasi, menghindari
persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan.
6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap
bank konvensional yang masih menerapkan sistem bunga.
B. Tinjauan Teori Profitabilitas
Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah dengan melihat tingkat
keuntungan atau laba yang diperoleh. Profitabilitas sebagai salah satu acuan
dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengukur kinerja
suatu bank.13 Hal ini disebabkan pentingnya profit usaha karena bagaimanapun
13 Tatik Maiyanti dan Mayang Sari, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah: Pendekatan Statistik Deskriptif”, Republika, diakses dari
juga bank adalah perusahaan yang berorientasi pada laba atau profit.
Pofitabilitas bank merupakan suatu kemampuan bank dalam menghasilkan laba.
Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Bank yang sehat adalah bank
yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas
standar yang diterapkan.14
Menurut Dermawan dan Djahotman15, rasio profitabilitas merupakan pengukuran kemampuan dalam memperoleh laba dengan menggunakan aset
atau modal perusahaan. Menurut Riyanto16, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.
Profitabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal
yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Chen dalam Hermuningsih17, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan
dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan
harta yang dimilikinya.
Rasio profitabilitas digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) Return on Equity
(ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba
setelah pajak dengan modal inti bank; 2) Return on Asset (ROA) adalah rasio
profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak
14 Suryani, “Analisis Pengauh Financing to Deposit atio (FDR) Terhadap Profitabilitas
Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Walisongo, Vol.19 (1), Mei 2011, h. 47-74
15 Dermawan dan Djahotman, Analisis Rasio Keuangan, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013, h. 40
16 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakata: BPFE, 2001, h. 35
17 Sri Hermuningsih, “Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal
dengan total aset bank.18 Return on Asset (ROA) memfokuskan pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dalam operasional
perusahaan sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang
diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut.19
Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih
mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih
mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang
dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat, sehingga ROA
lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.20
1. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
secara keseluruhan. Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan total aset dalam satu periode.21Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan
dalam menghasilkan suatu keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
dimlikinya. Semakin besar Return on Asset (ROA) menunjukkan kinerja
18 Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2006, h. 155
19 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002
20
Ningsukma dan Haqiqi, “Pengaruh Internal Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM), Vol.14 (1), 2016, h. 162
21Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas
yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar.22 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
ROA = Rata − Rata Total Aset x Laba Sebelum Pajak %
C. Tinjauan Teori Pemisahan
1. Definisi Pemisahan
Pemisahan diperkenalkan melalui Undang-undang No. 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No. 21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-undang Perseroan Terbatas,
pemisahan diartikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh
Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih
atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada
satu Perseroan atau lebih. Dalam Undang-undang Perbankan Syariah, kasus
pemisahan ini diartikan sebagai pemisahan usaha dari satu bank menjadi
dua badan usaha atau lebih, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pengertian pemisahan (spin-off) juga terdapat dalam Black’s Law
Dictionary, yaitu sebagai berikut :23
22 Andreani Caroline dan David Sulistyo, “Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publicdi Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Wira Ekonomu Mikroskil, Vol. 1 (2), Oktober 2011, h. 91
23
“Spin-off is a corporate divestiture in which a division of a corporation
becomes on independent company and stock of the new company is
distributed to the corporation’s shareholders.”
“Pemisahan adalah divestasi perusahaan dimana sebuah divisi dari
sebuah korporasi menjadi perusahaan independen dan saham
perusahaan yang baru didistribusikan kepada pemegang saham
korporasi.”
Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa, pemisahan adalah
dimana sebuah anak usaha/divisi milik sebuah perusahaan memisahkan diri
dari perusahaan induknya menjadi sebuah perusahaan tersendiri yang
independen serta mengakibatkan terjadinya peralihan seluruh/sebagian
aktiva dan pasivanya akibat hukum.
2. Jenis Pemisahan
Jenis pemisahan yang terdapat pada Perseroan Terbatas sesuai yang
tertera pada Pasal 135 ayat 2 dan 3, yakni terdapat dua jenis pemisahan
yaitu:
1. Pemisahan murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva
beralih karena hukum kepada 2 (dua) PT lain atau lebih yang
menerima peralihan PT yang melakukan pemisahan tersebut
berakhir karena hukum.
2. Pemisahan tidak murni, mengakibatkan sebagian aktiva dan
yang menerima peralihan dan PT yang melakukan pemisahan
tetap ada atau berakhir.
Dalam konteks perbankan, ada pula bentuk pemisahan yang dikenal
sebagai opsi yang diberikan oleh Bank Indonesia berdasarkan Pasal 41
Peraturan Bank Indonesia No. 11/10/PBI/2009 pemisahan UUS dari BUK
dapat dilakukan dengan cara:
a. Pemisahan UUS dengan Pendirian Bank Umum Syariah yang baru.
Pendirian Bank Umum Syariah hasil pemisahan dapat dilakukan oleh satu
atau lebih Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS.
b. Pemisahan UUS dengan mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS
yang telah ada. Pemisahan UUS dengan cara pengalihan hak dan kewajiban
kepada BUS yang telah ada sebagaiman dimaksud hanya dapat dilakukan
kepada BUS yang mempunyai kepemilikan dengan BUK yang memiliki
UUS.
BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan harus
memenuhi paling kurang rasio kewajiban pemenuhan modal minimum
(KPMM) minimal 8%. Dalam hal pemisahan UUS sebagaimana dimaksud
di atas mengakibatkan BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan
memiliki rasio Non Performing Financing (NPF) netto lebih dari 5%
dan/atau mengakibatkan pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana,
maka BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan tersebut wajib
Adapun trend baru pembentukan bank syariah setelah lahirnya UU
No. 21 Tahun 2008, dimana terdapat tiga metode pemisahan, yaitu:
Pertama, bank umum konvensional yang telah memiliki UUS mengakuisisi
bank yang relatif kecil kemudian mengkonversinya menjadi berbasis
syariah kemudian memisahkannya serta menggabungkan UUS yang
dimiliki dengan bank yang baru dikonversi tersebut menjadi Bank Umum
Syaiah (BUS), contohnya: BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah. Kedua,
bank umum konvensional yang belum memiliki UUS mengakuisisi bank
yang relatif kecil dan mengkonversinya menjadi Bank Umum Syariah
(BUS), contohnya: Bank Mega Syariah dan Bank Mandiri Syariah. Ketiga,
bank umum konvensional melakukan pemisahan terhadap UUS milikinya
dan dijadikan Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri, ini yang dikenal
sebagai pemisahan murni, yaitu BNI Syariah dan BJB Syariah.24 Dari ketiga metode tersebut metode pertama dan ketiga diperuntukan bagi bank umum
konvensional yang telah memiliki UUS, sedangkan metode kedua
diperuntukan bagi bank umum konvensional yang belum memiliki UUS.
Berikut peta konsep metode pemisahan :
24
D. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Rasio solvabilitas atau biasa disebut sebagai rasio permodalan.
Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko kerugian yang
mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan bank kepada pihak lain.
Capital Adequcy Ratio (CAR) adalah salah satu rasio utama
permodalan. Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk
mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko
kerugian yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan benak kepada
pihak lain.25 Persyaratan permodalan bank yang memperhitungkan bobot risiko pada aktiva produktif dapat mendorong bank untuk menurunkan portofolio
aktiva produktif yang berisiko tinggi.26 Semakin rendah risiko yang dimiliki
25Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Jakarta: UIN Press, 2013, h.90
26 Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi, h. 224
Pemisahan (Spin-Off) Metode Pemisahan Unit Usaha Syariah Menjadi Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha
Syariah
Bank Umum Konvensional yang Belum Memiliki Unit
Usaha Syariah
Melakukan Pemisahan Murni terhadap Unit Usaha Syariahnya untuk
Menjadi Bank Umum Syariah
Melakukan Akuisisi, Konversi, dan Merger
terhadap Unit Usaha Syariahnya untuk Menjadi Bank Umum
oleh aktiva produktif akan mampu meningkatkan laba bagi bank. Modal yang
cukup bagi bank dapat mengantisipasi risiko yang dihadapai.27 CAR adalah
rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank.
Bank Indonesia telah menetapkan bahwa bank wajib menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).28 Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut:
= + + − %
E. Non Performing Finance (NPF)
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank
termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang
akan muncul. Rasio yang sering digunakan adalah Non Performing Financing
(NPF) pada bank syariah. NPF adalah rasio yang mengukur tingkat
permasalahan pembiayaan yang dihadapai oleh bank syariah.29 Rasio NPF merupakan rasio antara total pembiayaan yang diberikan dengan kategori non
lancar terhadap total pembiayaan yang diberikan. Rumus menghitung rasio Non
Performing Financing (NPF) adalah sebagai berikut:
NPF = Pembiayaan KL, D, MTotal Pembiayaan x %
27
Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, h. 32
28 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal GeoEkonomi, Vol. 13 (1), Maret 2016, h. 33
Pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar terdiri dari
pembiayaan Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.
Bank dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan
aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian
bank.
F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.
BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya.30 Rasio ini sering disebut sebagai rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.31 Rasio BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
BOPO = Pendapatan Operasional x Biaya Operasional %
Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang
berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Sedangkan yang termasuk
pendapatan operasional adalah pendapatan yang merupakan bagi hasil langsung
30 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h.119
31
Kartika Wahyu Sukarno dan M. Syaichu, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Keduanya tersedia
pada laporan laba rugi.
G. Finance to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) atau dalam perbanakan konvensional
disebut Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah salah satu rasio likuiditas. FDR
merupakan perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan terhadap dana
pihak ketiga yang dihimpun dari dana masyarkat. FDR merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.32 Berikut rumus untuk menghitung FDR adalah :
= ℎ %
Total pembiayaan yang diberikan terdiri atas total pembiayaan
(mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, salam, istishna, qardh, dan
ijarah), pembiayaan lainnya dan piutang multijasa (khusus BPRS). Sedangkan
Dana Pihak Ketiga terdiri dari total dana simpanan wadian dan dana investasi
tidak terkait. Semakin tinggi rasio FDR semakin tinggi tingkat likuiditasnya.
Standar terbaik pada perbankan adalah tidak lebih dari 110%.
32Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit atio
(FDR) Terhadap Profitabilitas
H. Kaitan Pemisahan dengan Kinerja Bank
Siswantoro33 dalam artikelnya yang menganalisis tentang kinerja bank
syariah dan strategi setelah pemisahan sebagai bank syariah yang mandiri di
Indonesia, menjelaskan bahwa suntikan permodalan dari bank induk
konvensional seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dapat
meningkatkan pertumbuhan bank syariah hasil pemisahan. Namun, tetap harus
didukung dengan manajemen yang efektif pada bank umum syariah hasil
pemisahan.
Hamid34 pada hasil penelitiannya tekait dampak pemisahan terhadap profitabilitas pada industri perbankan syariah di Indonesia, memaparkan bahwa
kebijakan pemisahan yang diterapkan untuk industri perbankan syariah di
Indoensia mempunyai efek yang baik untuk meningkatkan profitabilitas yang
diukur dengan rasio Return On Asset (ROA). Sama halnya pada penelitian yang
dilakukan Al Arif35 terkait pemisahan dan dampaknya terhadap dana pihak ketiga pada industri perbankan syariah di Indonesia, hasilnya menerangkan
bahwa kebijakan pemisahan memiliki dampak yang baik untuk meningkatkan
dana pihak ketiga industri perbankan syariah di Indonesia.
33 Dodik Siswantoro, Analysis of Islamis bank’s performance and strategy after spin-off
as Islamic full-fledged scheme in Indonesia, Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol.164, 31 December 2014, h.41-48
34 M. Nur Rianto Al Arif, “Spin-off and Its Impact on The Third Party Funds of Indonesian
Islamic Banking Industry”, Economic Jurnal of Emerging Markets, April 2014, h. 50-55
35Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic Banking
Namun dari aspek efisiensi operasional Al Arif36 menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan pemisahan terhadap tingkat efisiensi
operasional yang diukur dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO) pada bank umum syariah, dimana kebijakan pemisahan
justru menurunkan tingkat efisiensi operasional pada industri perbankan syariah
di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa setelah kebijakan pemisahan jsutru
mengakibatkan industri perbankan syariah menjadi kurang efisien
dibandingkan sebelum kebijakan pemisahan tersebut dilakukan.
Berdasarkan berbagai hasil yang didapat, menunjukkan bahwa secara
umum pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah merupakan
salah satu strategi yang dapat diambil untuk mengembangkan industri
perbankan syariah di Indonesia. Dengan berubahnya unit usaha syariah menjadi
bank umum syariah yang mandiri, maka kegiatan operasionalnya akan semakin
luas dan lebih fokus pada kegiatan operasional yang berlandaskan pada prinsip
syariah. Dengan kegiatan operasional yang lebih luas dan optimal dibandingkan
saat menjadi unit usaha syariah diharapkan dapat memperluas investasi dan
jaringan, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang berdampak pada
kenaikan kinerja bank.
36 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi
I. Kaitan Rasio Keuangan Terhadap Return on Asset (ROA) 1. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan
tehadap Return on Asset (ROA) karena apabila memiliki permodalan yang kuat
maka bank dapat menutup risiko kerugian yang timbul dari pergerakan aktiva
bank dan dapat melindungi deposan yang kemudian memberikan dampak pada
meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menghimpun dananya di bank,
sehingga berdampak pula pada meningkatnya laba. Menurut Mokoagow37 dalam penelitiannya menemukan bahwa pada tahun 2011-2013 CAR
berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah di
Indonesia. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Hakiim38 menunjukkan hasil bahwa pada tahun 2010-2013 CAR tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA Industri Bank Syariah di Indonesia.
2. Non Performing Finance (NPF)
Non Performing Finance (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) karena semakin meningkat rasio NPF maka
akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah
pembiayaan bermasalah semakin besar. Hal ini akan menyebabkan bank
mengalami kerugian yang akan menurunkan perolehan laba, sehingga
37Sri Windarti Mokoagow dan Misbach Fuady, “Fakto-Faktor yang Mempengaruhi
Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, EBBANK, Vol 6 (1), Juli 2015, h. 56
38Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR
. dan BOPO
berdampak pada menurunnya ROA. Hamid39 dan Widowati40 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Sistriyani41 menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2014 NPF tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.
3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Opeasional (BOPO)
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) karena
semakin rendah BOPO menunjukkan bahwa bank tersebut semakin efisien
dalam melakukan kegiatan operasionalnya, semakin sedikit juga biaya yang
dikeluarkan oleh bank untuk kegiatan operasionalnya. Apabila biaya yang
dikeluarkan semakin rendah, maka laba yang dihasilkan oleh bank semakin
tinggi dan akan menaikkan nilai rasio ROA. Menurut penelitian yang dilakukan
Hamid42 dan Hakiim43 rasio BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia dimana rasio ROA sebagai
indikatornya.
39Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic Banking Industry”, Jurnal Al-Iqtishad, Vol.VII (1), Januari 2015, h. 123
40
Sri Ayu Widowati dan Bambang, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas
Perbankan di Indonesia”, h. 13
41 Evi Sistriyani dan Sudjarno E.S, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh
Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 41 42
Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic Banking Industry”, h. 123
4. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Return On Asset (ROA) karena apabila FDR meningkat dalam batas
tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk
pembiayaan, sehingga akan meningkatkan laba bank, dengan asumsi bank
menyalurkan dananya untuk pembiayaan yang efektif. Dengan meningkatnya
laba, maka ROA juga akan meningkat. Menurut Sukarno44 pada penelitiannya
menemukan bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
ROA bank umum di Indonesia. Berbeda pada hasil penelitian yang dilakukan
Sistriyani45 dan Hakiim46 menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.
J. Review Studi Terdahulu
Berikut beberapa review hasil penelitian terdahulu yang menganalisis
[image:47.595.116.548.337.673.2]mengenai kebijakan pemisahan (spin-off):
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu
No. Penelitian Isi Penelitian Pembeda
1. Amalia Nasuha/
Dampak
Kebijakan
Spin-off Terhadap
a. Variabel Penelitian
Independen (X): Aset,
pembiayaan, DPK, laba bersih,
Terletak pada masalah
yang diteliti, pada
penelitian ini penulis
meneliti sejauh mana
44Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor
-Faktor yang
Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”, h. 53 45
Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 40
Kinerja
Keuangan Bank
Syariah/ Jurnal
Al- Iqtishad:
Volume IV, No.2,
Juli 2012, hlm.
241-258
CAR, NPF, FDR, ROA dan
ROE.
Dependen (Y) :
Dua kategori pengelompokan
yaitu Periode satu tahun
sebelum spin-off dan satu
tahun sesudah spin-off
b. Metode Penelitian
Uji wilcoxon signed ranks test
c. Hasil Penelitian
Perbedaan kinerja antara
sebelum dan sesudah spin-off
terjadi pada tiga variabel, yaitu
Aset, Pembiayaan, dan Dana
Pihak Ketiga (DPK).
Sedangkan pada variabel laba,
CAR, FDR, ROA dan ROE
tidak menunjukkan perbedaan
kinerja antara 1 tahun sebelum
dan 1 tahun sesudah spin-off.
metode pemisahan (
spin-off) berpengaruh terhadap
kinerja keuangan Bank
Umum Syariah hasil
pemisahan yang diukur
dari ROA. Selain itu,
penulis juga menggunakan
metode regresi data panel
sebagai metode
penelitiannya.
2. Abdul Hamid/
The Impact of
Spin-off Policy Of
The Profitability
On Indonesian
Islamic Banking
Industry/ Jurnal
Al-Iqtishad,
Volume VII, No.
1, Januari 2015,
hlm. 117-126
a. Variabel Penelitian
Independen (X) :
Variabel dummy pemisahan,
NPF, Marjin deposito 1 bulan
dan BOPO.
Dependen (Y) :
Profitabilitas (ROA).
b. Metode Penelitian
Uji regresi berganda
Terletak pada objek yang
diteliti, pada skripsi ini
peneliti menggunakan 4
BUS hasil pemisahan (BNI
Syariah, BJB Syariah,
Bukopin Syariah, BRI
Syariah) sebagai objek
penelitian. Selain itu,
peneliti menggunakan uji
c. Hasil Penelitian
Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa kebijakan
spin-off berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas Industri
Perbankan Syariah. Selain itu
vairabel NPF dan BOPO juga
berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas,
sedangakan marjin deposito 1
bulan tidak berpengaruh
signifikan.
metode penelitian yang
digunakan.
3. M. Nur Rianto Al
Arif/ Keterkaitan
Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi pada Industri Perbankan Syariah di
Indonesia / Jurnal
Keuangan dan
Perbankan,
Volume 19, No.
2, Mei 2015, hlm.
295-304
a. Variabel Penelitian
Independen (X): variabel
dummy pemisahan, Dana
Pihak Ketiga (DPK),
pembiayaan, total aset, NPF,
Marjin deposito 1 bulan dan
ROA
Dependen (Y) :
Tingkat efisiensi operasional
(BOPO)
b. Metode Penelitian
Uji regresi linear berganda
c. Hasil Penelitian
Kebijakan pemisahan
berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap tingkat
efisiensi operasional (BOPO),
artinya kebijakan pemisahan
menyebabkan penurunan
Terletak pada variabel
yang digunakan, pada
skripsi ini penulis
menggunakan variabel
dummy metode
pemisahan, CAR, FDR,
BOPO dan NPF sedangkan
ROA sebagai variabel
dependennya. Selain itu
penulis menggunakan
empat BUS hasil
pemisahan sebagai objek
penelitian dengan
menggunakan regresi data
panel dalam metode
tingkat efisiensi industri
perbanakan syariah. Selain itu,
ROA dan marjin deposito juga
memiliki berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap BOPO.
Sedangkan DPK, pembiayaan,
total aset, dan NPF tidak
memiliki pengaruh yan
signifikan terhadap BOPO.
4. Andreyanto
Ramdani/
Pengaruh
Kebijakan
Pemisahan
Terhadap Laba
Pada Bank BNI
Syariah/ Jurnal
Etikonomi,
Volume 14, No.
1, April 2015,
hlm 17-34
a. Variabel Penelitian
Independen (X):Variabel
dummy pemisahan, BOPO,
dan DPK
Dependen (Y):
Jumlah laba
b. Metode Penelitian
Uji regresi linear berganda
c. Hasil Penelitian
Variabel pemisahan memiliki
pengaruh positif terhadap
jumlah laba operasional BNI
Syariah, selain itu juga
terdapat variabel BOPO yang
memiliki pengaruh negatif
terhadap jumlah laba
operasional. Sedangkan DPK
tidak berpengaruh signifikan
terhadap jumlah labab BNI
Syariah
Perbedaannya adalah pada
penelitian ini, Penulis
menggunakan ROA
sebagai variabel dependen
dan NPF, BOPO, dan
Dana Pihak Ketiga sebagai
variabel independen.
Selain itu, metode
penelitian yang digunakan
adalah regresi data panel
dengan 4 bank hasil
pemisahan sebagai objek
5. M. Nur Rianto Al
Arif/ Tipe
Pemisahan dan
Pengaruhnya
Terhadap Nilai
Aset Bank Umum
Syariah Hasil
Pemisahan/
Jurnal Kinerja,
Volume 18, No.
2, Tahun 2014,
hlm. 169-179
a. Variabel Penelitian
Independen (X) :
Variabel dummy bentuk
spin-off; laba, marjin deposito, NPF
dan BOPO
Dependen (Y) :
Nilai Aset
b. Metode Penelitian
Uji regresi data panel
c. Hasil Penelitian
Tipe pemisahan UUS menjadi
BUS tidak berpengaruh
terhadap nilai aset. Selain itu,
terdapat variabel laba, marjin
dan BOPO yang berpengaruh
terhadap nilai aset di BUS
hasil pemisahan. Sedangkan
variabel NPF tidak
berpengaruh signifikan
terhadap nilai aset BUS hasil
pemisahan.
Perbedaannya terletak
pada variabel yang
digunakan, pada penelitian
ini penulis menggunakan
variabel independen
variabel dummy metode
pemisahan, NPF, BOPO,
CAR, dan FDR sedangkan
variabel dependen yang
digunakan adalah rasio
profitabilitas (ROA)
sebagai alat ukur kinerja
K. Kerangka Konseptual
Jika dituangkan dalam bentuk skema, skema konseptual dalam penelitian ini
adalah:
Laporan Keuangan
BNI Syariah BJB Syariah BRI Syariah Bukopin Syariah
Dummy metode pemisahan
NPF BOPO
CAR FDR
ROA
Uji Chow
Uji Haussman
Fixed Effect Common effect
Random Effect
Hasil Uji Model Uji Hipotesis
L. Hipotesis
Penyusunan hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan variabel-variabel
independen yang terdiri dari:
X1 : Variabel dummy metode pemisahan
X2 : Capital Adequacy Ratio (CAR)
X3 : Non Performing Finance (NPF)
X4 : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
X5 : Financing to Deposit Ratio (FDR)
Dan variabel dependen, yaitu:
Y : Return on Asset (ROA)
Sehingga hipotesis yang diajukan adalah:
1. H0 : Variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance
(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital
Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara
parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap Return