• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Metode Pemisahan Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan Periode 2011-2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Metode Pemisahan Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan Periode 2011-2016"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

ENDAH PUTRI DEWANTI

NIM. 1112046100147

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI

Nama : Endah Putri Dewanti

Tempat/Tgl. Lahir : Tangerang, 01 Juli 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Komplek BLKI B5 No. 23, Jelupang, Serpong Utara

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 2012 – 2016 : Strata 1 (S1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Perbankan

Syariah

Tahun 2009 – 2012 : SMA Negeri 7 Kota Tangerang Selatan

Tahun 2006 – 2009 : SMP Negeri 1 Serpong

Tahun 2000 – 2006 : SD Negeri Pelita Dua

Tahun 1999 – 2000 : TK Islam Al Istiqomah

PENGALAMAN ORGANISASI

Tahun 2009 – 2011 : Anggota Penari Saman Saturala SMAN 7 Kota Tangsel

Tahun 2012 – 2013 : Anggota HMPS Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum

Tahun 2012 – 2013 : Kader HMI Komfaksy

PENGALAMAN KERJA

1. Magang di Bank Indonesia Institute sebagai fasilitator di Divisi Pelaksanaan

(6)

vi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh metode pemisahan terhadap return on asset bank umum syariah hasil pemisahan di Indonesia pada periode 2011-2016. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan publikasi triwulanan. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan regresi data panel. Objek yang diteliti adalah empat bank umum syariah hasil pemisahan, yaitu BNI Syariah, BJB Syariah, BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah.Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF),

Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPOdan Financing to Deposit Ratio (FDR).

Hasil analisis menunjukkan bahwa metode pemisahan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return On Asset (ROA) bank umum syariah hasil pemisahan. Hasil ini menunjukkan bahwa unit usaha syariah yang hendak melakukan pemisahan dapat memilih salah satu dari dua metode pemisahan tergantung kebutuhan dan kondisi internal unit usaha syariah serta kebijakan dari bank umum konvensional. Untuk melakukan pemisahan tidak dapat dilakukan dengan cara terburu-buru, harus direncanakan dan dipersiapkan dengan matang.

(7)

vii ABSTRACT

The purpose of this research is to know and analyze the effect of spin-off methode to return on asset of Islamic banks resulted from spin-off in the periode 2011 until 2016. The methode used in this research is quantitative methode using secondary data from quarterly published financial statements. This research used panel regression with random effect model. The objects used in this study were four Islamic banks resulted from spin-off, they are BNI Syariah, BJB Syariah BRI Syariah and Bank Bukopin Syariah. The variabel in this research is spin-off methode which is used as dummy variabel, Non Performing Finance (NPF), Capital Adequacy Ratio (CAR), BOPO and Financing to Deposit Ratio (FDR).

The result showed that spin-off methode doesn’t have a significant effect

on the Return On Asset (ROA) Islamic Banks from spin-off result. Only BOPO and Non Performing Finance (NPF) had a significant effect on Return On Asset (ROA). These result indicate that the Islamic business units that want to do the spin-off can choose one of two methodes of spin-off depends on internal condition of Islamic business unit and the internal policies of conventional commercial bank. Spin-off can not be done in a hurry, must be planned and prepared carefully.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi rabbil’alamiin, segala puji serta syukur kepada Allah SWT

yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Metode Pemisahan

Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan Periode

2011-2016”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk menyelesaikan studi strata 1 (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

Syariah (S.E.) pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan

tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Ucapa rasa hormat dan terima

kasih dari lubuk hati yang paling dalam penulis sampaikan kepada segenap pihak

yang telah membantu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai

rasa syukur penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orangtua Ayahanda Suratmin dan Ibunda Sumiyanah, yang telah

memberikan nasihat, semangat dan doa sepanjang waktu. Terima kasih atas

kesabaran, dukungan dan kasih sayang yang diberikan selama ini. Semoga

Ayah dan Ibu selalu diberi kebahagiaan, kesehatan dan selalu diberkahi Allah

SWT.

2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku dekan Fakultas Ekonomi dan

(9)

ix

3. Bapak Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D., selaku dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang saya

hormati.

4. Bapak Adhitya Ginanjar, M.Si. dan Ibu Fitri Damayanti, M.Si., selaku ketua

dan sekretaris jurusan perbankan syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu mahasiswa/i passing

out.

5. Bapak AM. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Dr. Abdurrauf, M.A., selaku ketua dan

sekretaris program studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan

Hukum Univeristas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu

memberikan arahan dan bimbingan kepada seluruh mahasiswa/i prodi

Muamalat.

6. Bapak M. Nur Rianto Al Arif, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada

penulis selama proses penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

7. Seluruh dosen dan segenap staff akademik Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya konsentrasi perbankan syariah yang

telah memberikan ilmu dan pembelajaran kepada penulis.

8. Adik-adikku Wahyu Dwi Prasetyo dan Khalisya Pratiwi, yang selalu

memberikan dorongan semangat dan doa. Semoga kelak kita semua bisa

(10)

x

9. Teman-teman PS D angakatan 2012 khususnya sahabat-sahabatku selama

kuliah Vita, Qori, Isa, Givela dan Rini serta teman-teman lainnya. Banyak sekali

kenangan-kenangan baik itu suka maupun duka yang telah kita lalui bersama

selama masa perkuliahan. Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita

semua segera mencapai kesuksesan.

10. Sahabat-sahabatku tersayang Ira, Putri, Cynthia, Dian, Aryo, Pipah, Fauzi, dan

Dinda yang selalu memberi dukungan dan menjadi tempat berbagi suka maupun

duka. Semoga persahabatan kita tetap terjalin hingga akhir hayat.

11. Teman-teman seperjuangan PS 2012 serta seluruh pihak yang tidak dapat

disebutkan satu persatu yang dengan sepenuh hati telah memberikan bantuan

baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Mengakhiri kata pengantar ini, penulis mendoakan agar Allah SWT

memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala dukungan dan kebaikan kalian

dalam membantu proses penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.

Jakarta, 25 Oktober 2016

(11)

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

E. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah ... 14

1. Pengertian Perbankan Syariah ... 14

2. Pengertian Unit Usaha Syariah ... 15

3. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah ... 16

B. Tinjauan Teori Profitabilitas ... 18

1. Return On Asset (ROA) ... 20

C. Tinjauan Teori Pemisahan ... 21

1. Definisi Pemisahan ... 21

2. Jenis Pemisahan ... 22

D. Capital Adequacy Ratio (CAR) ... 25

E. Non Performing Finance (NPF) ... 26

F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) ... 27

G. Financing to Deposit Ratio (FDR) ... 28

(12)

xii

I. Kaitan Rasio Keuangan dengan Return On Asset (ROA) ... 31

J. Review Studi Terdahulu ... 33

K. Kerangka Konseptual ... 38

L. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 41

B. Metode Penentuan Sampel ... 41

C. Jenis dan Sumber Data ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 43

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 44

F. Teknik Analisis Data ... 46

1. Model Regresi Data Panel ... 48

a. Model Common Effect ... 48

b. Model Fixed Effect ... 49

c. Model Random Effect ... 50

2. Estimasi Model Regresi Data Panel ... 51

a. Uji Chow ... 51

b. Uji Hausman ... 52

3. Pengujian Statistik ... 53

a. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 53

b. Uji F Pengaruh Simultan (Uji F) ... 55

c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ... 55

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Sejarah Singkat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan ... 57

1. BRI Syariah ... 57

2. Bank Syariah Bukopin ... 58

3. BNI Syariah ... 58

4. BJB Syariah ... 59

(13)

xiii

C. Estimasi Model Regresi Data Panel ... 63

1. Uji Chow ... 63

2. Uji Hausman ... 65

D. Uji Statistik ... 67

1. Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ... 67

2. Uji F Pengaruh Simultan (Uji F) ... 71

3. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square) ... 72

4. Persamaan Model Regresi ... 72

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 74

F. Analisis Pengaruh Metode Pemisahan terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan ... 4

Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK dan Pembiayaan Industri Perbankan Syariah ... 5

Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015 ... 7

Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu ... 33

Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Sejarah Singkat BUS Hasil Pemisahan ... 57

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Variabel ROA ... 60

Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Variabel CAR ... 60

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel NPF ... 61

Tabel 4.5 Statistik Deskriprif Variabel BOPO ... 62

Tabel 4.6 Statistik Deskripstif Variabel FDR ... 62

Tabel 4.7 Hasil Common Effect Model ... 64

Tabel 4.8 Hasil Fixed Effect Model ... 64

Tabel 4.9 Hasil Uji Chow ... 65

Tabel 4.10 Hasil Random Effect Model ... 66

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi ini masyarakat dunia diresahkan dengan

perkembangan ekonomi yang selalu fluktuatif, sehingga sulit diprediksi.

Melihat kondisi tersebut, kehadiran sistem perbankan syariah terutama di

Indonesia menjadi perhatian publik belakangan ini dikarenakan sistem

perbankan syariah memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat dibandingkan

dengan bank konvensional. Hal tersebut terbukti pada saat krisis keuangan

global yang disebut Subprime Mortage di Amerika Serikat pada tahun

2008-2009 silam, bank syariah mampu menghadapinya dibandingkan bank

konvesional. Industri perbankan syariah mulai dikembangkan tidak hanya di

Indonesia melainkan juga di tingkat internasional, seperti yang terjadi di Mesir,

Malaysia, Arab Saudi, Yordania, Kuwait, dan lain-lain.

Perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah beranjak memasuki usia

yang semakin matang. Dengan usia yang semakin matang maka

langkah-langkah perbaikan dalam pengembangan industri perbankan syariah pun

mengalami berbagai proses, terutama pada peraturan dan kebijakan pemerintah.

Hal ini dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan pangsa pasar

bank syariah di Indonesia, karena sampai saat ini pangsa pasar bank syariah

masih di bawah 5%. Salah satu upaya pemerintah adalah diberlakukannya UU

(16)

Syariah di Indonesia. Salah satu isu krusial dalam hukum ini adalah tentang

adanya aturan-aturan mengenai kebijakan pemisahan unit usaha syariah miliki

bank konvensional sebagai bank induknya menjadi bank syariah tersendiri.

Adapun kriteria-kriterianya sebagaimana yang tertuang dalam pasal 68 ayat 1,

yakni bahwa Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS yang nilai asetnya

telah mencapai paling sedikit 50% dari total nilai aset bank induknya atau 15

tahun setelah berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 ini yaitu tahun 2023, maka

Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS wajib melakukan pemisahan

UUS tersebut menjadi Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri.

Setelah disahkannya UU No. 21 Tahun 2008, muncul trend baru

pembentukan bank syariah yang implementasinya dapat dilakukan melalui dua

metode pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah. Pertama,

bank umum konvensional yang telah memiliki UUS mengakuisisi bank yang

relatif kecil kemudian mengkonversinya menjadi berbasis syariah kemudian

melepaskan dan menggabungkan UUS-nya dengan bank yang baru dikonversi

tersebut menjadi bank umum syariah. Kedua, bank umum konvesional

melakukan pemisahan terhadap UUS miliknya dan dijadikan bank umum

syariah tersendiri.1

(17)

Kebijakan pemisahan ini merupakan sebuah upaya pemerintah untuk

meningkatkan pangsa pasar bank syariah. Namun, sejak diberlakukannya UU

No.21/2008 hingga tahun 2015 pangsa pasar perbankan syariah di Indonesia

masih belum mencapai 5%. Berdasarkan data statistik perbankan syariah

mencatat pada tahun 2009 pangsa pasar bank syariah di Indonesia sebesar

2,61%, tahun 2010 sebesar 3,24%, tahun 2011 sebesar 3,98%, tahun 2012

sebesar 4,58%, tahun 2013 sebesar 4,89%, tahun 2014 sebesar 4,85%, dan

hingga Desember 2015 pangsa pasar perbankan syariah masih sebesar 4,83%

dari total aset perbankan secara nasional.2

Sejak tahun 2008-2015 sudah ada 12 bank umum syariah yang

beroperasi di Indoensia. Sampai saat ini bank umum konvensional yang

memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) terus melakukan usaha untuk melakukan

pemisahan terhadap unit usahanya dan mungkin untuk kedepannya akan

muncul bank-bank umum syariah baru yang terbentuk melalui pemisahan.

Untuk melakukan pemisahan dibutuhkan kesiapan dari unit usaha syariah untuk

memisahkan diri dari bank induknya. Ketika unit usaha syariah tersebut telah

memisahkan diri dan menjadi bank umum syariah tersendiri, biaya-biaya

operasional yang awalnya ditanggung oleh bank induk konvensional harus

ditanggung sendiri oleh bank syariah hasil pemisahan tersebut.

2

(18)

Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan, (%)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

BNI Syariah - - 168,85 78,02 88,46 83,85 90,03 90,41

BJB Syariah - - 103,84 84,94 92,53 81,67 95,05 100,31

BRI Syariah 215,58 89,17 96,30 96,49 88,28 87,28 97,35 94,43 Bukopin

Syariah

187,84 112,5 93,90 93,99 93,36 91,43 97,00 94,00

Sumber : Data diolah dari Laporan Keuangan Bank

Berdasarkan data pada Tabel 1.1 memperlihatkan bahwa rata-rata BOPO

pada tahun pertama melakukan pemisahan nilainya di atas 100%, artinya pada

tahun pertama pemisahan unit usaha syariah dari bank induk konvensional akan

menaikkan nilai rasio BOPO. BNI Syariah pada periode pertama setelah pemisahan

yakni di kuartal II tahun 2010 meiliki nilai BOPO mencapai 304,60%, BJB Syariah

pada periode pertama setelah pemisahan di kuartal II tahun 2010 nilai BOPO

mencapai 117,04%, BRI Syariah pada periode pertama setalah pemisahan yakni

kuartal IV tahun 2008 nilai BOPO mencapai 215,58%, dan Bukopin Syariah pada

periode awal setelah pemisahan yakni dikuartal IV tahun 2008 nilai BOPO

mencapai 187,84%. Dengan tingginya nilai BOPO pada periode pertama pemisahan

menandakan bahwa sangat rendahnya tingkat efisiensi operasional bank umum

syariah hasil pemisahan pada periode pertama setelah pemisahan. Hal ini memberi

arti bahwa setelah dilakukannya pemisahan, kondisi bank syariah menjadi kurang

efisien daripada kondisi sebelum dilakukan pemisahan, yang ditandai dengan

(19)

biaya operasional yang selama ini ditanggung oleh bank induk konvensional kini

harus ditanggung sendiri oleh bank umum syariah hasil pemisahan tersebut. 3

Pada tahun 2008 sebelum dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, hanya

terdapat tiga bank umum syariah dan setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun

2008 jumlah bank umum syariah telah bertambah menjadi 12 bank, baru-baru ini

di tahun 2014 BTPN Syariah resmi beroperasi setelah melakukan proses konversi

dan pemisahan. Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah OJK per Juni 2015

di Indonesia sudah terdapat 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 Unit Usaha Syariah

(UUS), dan 161 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Adapun pertumbuhan Aset,

Dana Pihak Ketiga (DPK), dan pembiayaan industri perbankan syariah di

Indonesia.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan

Industri Perbankan Syariah

2011 2012 2013 2014 2015

Aset (Miliar Rp) 145.467 195.018 242.276 272.343 296.262

Pertumbuhan 49,17% 34,06% 24,23% 12,41% 8,78%

Pembiayaan (Miliar Rp) 102.655 147.505 184.122 199.330 212.996

Pertumbuhan 50,56% 43,69% 24,82% 8,26% 6,85%

DPK (Miliar Rp) 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175

Pertumbuhan 51,80% 27,81% 24,42% 18,70% 6,11%

Sumber : Statistik OJK 2015

Pada Tabel 1.2 menunjukan bahwa pada pertumbuhan aset, tahun 2011

pertumbuhan aset mencapai 49,17% lalu pada tahun 2012 pertumbuhannya mulai

mengalami penurunan menjadi sebesar 34,06%, hal tersebut terus berlanjut hingga

3

(20)

pada tahun 2015 pertumbuhan aset semakin rendah yakni sebesar 8,78%. Pada sisi

DPK juga mengalami penurunan laju pertumbuhan, tahun 2011 pertumbuhan DPK

mencapai 50,56% dan di tahun 2012 pertumbuhannya mulai menurun menjadi

sebesar 43,69% di tahun-tahun berikutnya pun mengalami penurunan, kemudian

pada tahun 2015 pertumbuhan DPK melambat menjadi sebesar 6,85%. Sama

halnya pada sisi pembiayaan, pada tahun 2011 pembiayaan mengalami peningkatan

pertumbuhan sebesar 51,80% namun di tahun 2012 mulai menurun menjadi sebesar

27,81% kemudian penurunan laju pertumbuhan terus terjadi sampai pada tahun

2015 pertumbuhan pembiayaan semakin rendah yakni sebesar 6,11%. Berdasarkan

data di atas, jika diihat dari jumlah aset, DPK, dan pembiayaan selalu mengalami

peningkatan setiap tahunnya, namun mulai tahun 2012 pertumbuhan baik dari sisi

aset, DPK, maupun pembiayaan mengalami penurunan laju pertumbuhan, padahal

pada tahun-tahun sebelumnya selalu mengalami peningkatan. Hal ini berarti telah

terjadi penurunan kinerja industri perbankan syariah di Indonesia sejak tahun 2012,

padahal seharusnya dengan adanya kebijakan pemisahan diharapkan dapat

meningkatkan kinerja perbankan syariah secara nasional.

Setelah dikeluarkannya UU No. 21 Tahun 2008, banyak unit usaha syariah

memisahkan diri dari bank induk konvensional dan menjadi bank umum syariah

tersendiri dengan alasan ingin memajukan industri perbankan syariah di Indonesia.

Dari sembilan bank umum syariah yang berdiri pasca dikeluarkannya UU No. 21

Tahun 2008 hanya lima BUS yang melalui proses pemisahan UUS. Dua

diantaranya melakukan pemisahan murni yakni BNI Syariah dan BJB Syariah, dan

(21)

Bukopin Syariah dan BTPN Syariah pada tahun 2014. Berikut data rasio keuangan

empat Bank Umum Syariah Hasil Pemisahan.

Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015, (%)

2011 2012 2013 2014 2015

BNIS

ROA 1,29 1,48 1,37 1,27 1,43

NPF 2,42 1,42 1,13 1,04 1,46

BOPO 87,86 85,39 83,94 89,80 89,63

CAR 20,67 14,10 16,23 18,43 15,48

FDR 78,60 84,99 97,86 92,60 91,94

BJBS

ROA 1,23 0,67 0,91 0,72 0,25

NPF 0,41 2,10 1,16 3,87 4,45

BOPO 84,07 90,62 85,76 91,01 98,78

CAR 30,29 21,73 17,99 15,78 22,53

FDR 78,10 88,06 97,40 84,02 104,75

BRIS

ROA 0,20 1,19 1,15 0,08 0,76

NPF 2,12 1,84 3,26 3,65 3,89

BOPO 99,25 86,63 95,24 99,77 102,70

CAR 14,74 11,35 14,49 12,89 13,94

FDR 90,55 103,07 102,70 93,90 84,16

BSB

ROA 0,52 0,55 0,69 0,27 0,79

NPF 1,54 4,26 3,68 3,34 2,74

BOPO 93,86 91,59 96,73 96,77 91,99

CAR 15,29 12,78 11,10 14,80 16,31

FDR 83,66 92,29 100,29 92,89 90,56

Sumber : Laporan Keuangan Bank, 2015

Berdasarkan Tabel 1.3 merupakan kinerja keuangan Bank Umum Syariah

hasil pemisahan periode 2011-2015. BNI Syariah selama periode 2011-2015 secara

umum cenderung mengalami kenaikan kinerja, hal ini dapat dilihat pada

meningkatnya nilai ROA pada tahun 2015, dan meningkatnya tingkat efisiensi yang

ditandai dengan menurunnya nilai BOPO di tahun 2015 walau sempat mengalami

(22)

begitu secara umum dari tahun 2011-2014 nilai NPF selalu menurun. BJB Syariah

pada periode 2011-2015 cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dapat

dilihat dari menurunnya tingkat profitabiltas yang diindikasikan dari menurunnya

nilai ROA pada dua tahun terakhir. Tidak hanya itu, di tahun 2015 juga terjadi

penurunan tingkat efisiensi operasional, meningkatnya pembiayaan bermasalah,

dan menurunnya tingkat likuiditas yang ditandai dengan meningkatnya nilai BOPO

dan NPF serta menurunnya nilai FDR. Pada BRI Syariah periode 2011-2015

cenderung mengalami penurunan kinerja, hal ini dilihat dari meningkatnya nilai

NPF dan BOPO pada tiga tahun terakhir. Serta terjadi penurunan tingkat likuiditas

yang ditandai dengan menurunnya nilai FDR. Dan pada Bukopin Syariah di periode

2011-2015 mengalami peningkatan kinerja, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya

nilai ROA di tahun 2015 dan dari sisi permodalan juga mengalami peningkatan

yang ditandai dengan meningkatnya nilai CAR pada dua tahun terakhir.

Pembiayaan bermasalah juga semakin menurun yang ditandai dengan semakin

rendahnya nilai NPF di tiga tahun terkahir.

Berdasarkan kinerja Bank Umum Syariah hasil pemisahan dalam kurun

waktu lima tahun terakhir dapat dijelaskan bahwa dalam melakukan pemisahan dari

UUS menjadi BUS tidak selalu mengalami peningkatan kinerja tetapi juga terdapat

BUS hasil pemisahan yang mengalami penurunan kinerja, baik itu dengan cara

pemisahan murni maupun melalui akuisisi dan konversi. Terdapat beberapa

(23)

Nasuha4 melakukan penelitian pada tahun 2010-2011 terkait pengaruh pemisahan terhadap kinerja bank syariah, dalam studinya menunjukkan bahwa

perbedaan kinerja antara satu tahun sebelum dan satu tahun sesudah pemisahan

terjadi pada total aset, dana pihak ketiga, dan pembiayaan. Hamid5 dalam penelitiannya menemukan bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif

terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia.

Hal yang sama juga ditunjukkan pada penelitian yang dilakukan Ramdani6

bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh positif terhadap jumlah laba operasional

PT Bank BNI Syariah. Al Arif7 melakukan penelitian terkait kebijakan pemisahan dan dampaknya terhadap tingkat efisiensi, dalam penelitiannya menunjukkan

bahwa kebijakan pemisahan berpengaruh negatif tehadap efisiensi industri

perbankan syariah di Indonesia.

Sementara Al Arif8 dalam studinya terkait dampak pemisahan tehadap pembiayaan menemukan bahwa kebijakan pemisahan tidak memiliki pengaruh

terhadap pertumbuhan pembiayaan bank umum syariah hasil pemisahan. Selain itu,

Al Arif9 dalam studinya terkait tipe pemisahan dan pengaruhnya terhadap nilai aset

4Amalia Nasuha, “Pengaruh Spin-Off Terhadap Kinerja Bank Syariah”, Al-Iqtishad, Vol. IV (2), Juli 2012, h. 257

5 Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic

Banking Industry”Al-Iqtishad, Vol.7(1), h. 123

6Andreyanto Ramdani,” Pengaruh Kebijakan Pemisahan Terhadap Laba Pada Bank BNI

Syariah”, Jurnal Etikonomi, Vol. 14 (1), April 2015, h. 26

7 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi

pada Industri Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.19 No. 2, Mei 2015, h. 300

8M. Nur Rianto Al Arif, “The Effect of Spin-Off Policy on Financing Growth in

Indonesia Islamic Industry”, Jurnal Al-Ulum, Vol. 15 (1), Juni 2015, h. 182

9M. Nur Rianto Al Arif, “Tipe Pemisahan dan Pengaruhnya Terhadap Nilai Aset Bank

(24)

menemukan bahwa tipe pemisahan tidak berpengaruh terdahap nilai aset bank

umum syariah hasil pemisahan.

Dengan melihat berbagai hal di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “PENGARUH METODE PEMISAHAN TERHADAP

RETURN ON ASSET BANK UMUM SYARIAH HASIL PEMISAHAN PERIODE 2011-2016”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah yang dapat

diidentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Sejak dikeluarkannya Undang Undang No.21 Tahun 2008 tentang

kebijakan pemisahan hingga tahun 2015, pangsa pasar Industri

Perbankan Syariah belum mencapai target 5%.

2. Dalam melakukan pemisahan UUS menjadi BUS dapat meningkatkan

biaya operasional yang menyebabkan menurunnya tingkat efisiensi

operasional pada periode pertama pemisahan.

3. Mulai tahun 2012 laju pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan

pembiayaan perbankan syariah mengalami penurunan tiap tahunnya.

4. Setelah melakukan pemisahan, beberapa Bank Umum Syariah hasil

(25)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana

pengaruh metode pemisahan terhadap Return On Asset pada Bank Umum Syariah

hasil pemisahahan?”.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh metode pemisahan terhadap Return

On Asset pada bank umum syariah hasil pemisahan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi akademisi, dapat menambah referensi dan wawasan lebih luas tentang

kebijakan pemisahan serta metode-metode pemisahan dan pengaruhnya

terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah hasil pemisahan.

b. Bagi lembaga keuangan syariah, dapat menjadi informasi dan bahan

pertimbangan sebelum melaksanakan kebijakan pemisahan apakah akan

menggunakan metode pemisahan murni atau melalui akuisisi, konversi dan

merger, serta memberikan kontribusi pemikiran untuk mengembangkan

(26)

c. Bagi masyarakat, dapat menambah pengetahuan terkait proses

pengembangan perbankan syariah di Indonesia.

d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai informasi dan referensi serta inspirasi

untuk bahan penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan pada penelitian ini terdiri dari lima bab utama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan

rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan

sistematika penulisan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran umum

mengenai isi keseluruhan dari penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menguraikan mengenai landasan teori yang dipakai, yaitu mengenai

tinjaun umum tentang kebijakan pemisahan dan metode pemisahan yang meliputi ,

variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance (NPF), Biaya

Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan

Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Return On Asset (ROA).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai metode penelitian kuantitatif yang

digunakan, seperti studi pustaka, dan pemaparan tentang data dan metode analisis

(27)

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi analisis yang dilakukan dan juga penjelasan temuan yang

didapat dari hasil penelitian tersebut, yaittu mengenai pengaruh metode pemisahan

terhadap Return On Asset (ROA).

BAB V PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan atas penelitian yang telah dilakukan. Pada

bab ini juga akan diuraikan mengenai keterbatasan dari penelitian dan saran-saran

(28)

14

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Perbankan Syariah dan Unit Usaha Syariah

1. Pengertian Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah

a. Pengertian Bank Syariah

Kata bank berasal dari kata banque dalam bahasa prancis, dan

dari banco dalam bahasa Italia, yang artinya peti/lemari atau bangku.

Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat menyimpan

benda-benda berharga. Pada abad ke-12 kata banco di Italia merujuk

pada meja, counter atau tempat usaha penukaran uang (money changer).

Dengan demikian, fungsi dasar bank adalah sebagai penyedia tempat

untuk menitipkan uang dengan aman serta sebagai penyedia uang untuk

transaksi bisnis.10

Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan

masalh riba yang beroperasi dengan tidak mengandalkan bunga. Bank

Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas

(29)

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan

prinsip-prinsip syariah. 11

Menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya

berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank

Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditarik definisi

secara umum, yaitu bank syariah ialah lembaga keuangan yang

berfungsi sebagai perantara dalam menghimpun dana masyarakat dan

menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan kepada masyarakat sesuai

prinsip Al-Qur’an dan Hadits (syariah).

b. Pengertian Unit Usaha Syariah

Menurut PBI No. 11 Tahun 2009 tentang Unit Usaha Syariah

yang dimaksud Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS

adalah unit kerja Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai

kantor induk dari kantor yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan

prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang

berkedudukan di luar negeri yang berfungsi sebagai kantor induk dari

kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah.

(30)

Pada dasarnya sistem Unit Usaha Syariah sama seperti Bank

Umum Syariah, perbedaannya terletak pada status pendirian sistem

syariahnya. Pada Bank Umum Syariah statusnya independen dan tidak

bernaung di bawah sistem perbankan konvensional, sementara UUS

statusnya tidak independen dan masih bernaung di bawah aturan dan

sistem manajemen bank induk konvensional. Dengan demikian, dapat

kita pahami bahwa Uni Usaha Syariah merupakan unit usaha yang

dilakukan berlandaskan prinsip-prinsip syariah dan dilakukan atau

dikelola melalui bank umum konvensional.

2. Fungsi dan Tujuan Perbankan Syariah

a. Fungsi Perbankan Syariah

Fungsi dan peran bank syariah yang diantaranya tercantum

dalam pembukaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Accounting

and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI),

sebagai berikut12 :

1. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana

nasabah.

2. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang

dimilikinya maupun dana milik nasabah yang dipercayakan

kepada bank syariah.

(31)

3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank

syariah dapat melakukan kegiatan-kegiatan jasa-jasa layanan

perbankan sebagaimana lazaimnya.

4. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang melekat pada

entitas keuangan syariah bank Islam juga wajib memiliki

kewajiban untuk mengeluarkan dan mengelola (menghimpun,

mengadministrasikan, dan mendistribusikan) zakat, serta

dana-dana sosial lainnya.

b. Tujuan Perbankan Syariah

Bank Syariah memiliki beberapa tujuan diantaranya adalah :

1. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk ber-muamalat

secara islami, khususnya muamalat yang berhubungan dengan

perbankan agar terhindar dari praktik-praktik riba atau

jenis-jenis usaha atau perdagangan lain yang mengandung unsur

gharar, dimana jenis-jenis usaha tersebut selain dilarang dalam

Islam, juga telah menimbulkan dampak negatif terhadap

kehidupan ekonomi rakyat.

2. Untuk menciptakansuatu keadilan di bidang ekonomi dengan

cara meratakan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi

kesenjangan yang lebar antara pemiliki modal (shahibul maal)

dengan pihak yang membutuhkan dana (mudharib).

3. Untuk meningkatkan kualitas hidup umat dengan jalan

(32)

miskin yang diarahkan pada kegiatan usaha yang produktif

menuju terciptanya kemandirian usaha.

4. Untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya

merupakan program utama dari negara-negara yang sedang

berkembang. Upaya bank syariah dalam memberantas

kemiskinan berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol

pada sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap, seperti

program pembinaan pengusaha perodusen, pembinaan pedagang

perantara, pembinaan konsumen, pengembangan modal kerja,

dan pengembangan usaha bersama.

5. Untuk menjaga stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan

aktivitas bank syariah, maka akan mampun menghindari

pemanasan ekonomi akibat adanya inflasi, menghindari

persaingan yang tidak sehat antar lembaga keuangan.

6. Untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap

bank konvensional yang masih menerapkan sistem bunga.

B. Tinjauan Teori Profitabilitas

Salah satu ukuran kinerja perusahaan adalah dengan melihat tingkat

keuntungan atau laba yang diperoleh. Profitabilitas sebagai salah satu acuan

dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu penting untuk mengukur kinerja

suatu bank.13 Hal ini disebabkan pentingnya profit usaha karena bagaimanapun

13 Tatik Maiyanti dan Mayang Sari, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas Bank Syariah: Pendekatan Statistik Deskriptif”, Republika, diakses dari

(33)

juga bank adalah perusahaan yang berorientasi pada laba atau profit.

Pofitabilitas bank merupakan suatu kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

Kemampuan ini dilakukan dalam suatu periode. Bank yang sehat adalah bank

yang diukur secara profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas

standar yang diterapkan.14

Menurut Dermawan dan Djahotman15, rasio profitabilitas merupakan pengukuran kemampuan dalam memperoleh laba dengan menggunakan aset

atau modal perusahaan. Menurut Riyanto16, profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Profitabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal

yang menghasilkan laba tersebut. Menurut Chen dalam Hermuningsih17, profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan

harta yang dimilikinya.

Rasio profitabilitas digolongkan menjadi dua, yaitu: 1) Return on Equity

(ROE) adalah rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba

setelah pajak dengan modal inti bank; 2) Return on Asset (ROA) adalah rasio

profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak

14 Suryani, “Analisis Pengauh Financing to Deposit atio (FDR) Terhadap Profitabilitas

Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Walisongo, Vol.19 (1), Mei 2011, h. 47-74

15 Dermawan dan Djahotman, Analisis Rasio Keuangan, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013, h. 40

16 Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Yogyakata: BPFE, 2001, h. 35

17 Sri Hermuningsih, “Pengaruh Profitabilitas, Growth Opportunity, Struktur Modal

(34)

dengan total aset bank.18 Return on Asset (ROA) memfokuskan pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dalam operasional

perusahaan sedangkan Return on Equity (ROE) hanya mengukur return yang

diperoleh dari investasi pemilik perusahaan dalam bisnis tersebut.19

Dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, Bank Indonesia lebih

mementingkan penilaian ROA daripada ROE karena Bank Indonesia lebih

mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang

dananya sebagian besar berasal dari dana simpanan masyarakat, sehingga ROA

lebih mewakili dalam mengukur tingkat profitabilitas perbankan.20

1. Return On Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan

secara keseluruhan. Return on Asset (ROA) merupakan perbandingan antara

laba sebelum pajak dengan total aset dalam satu periode.21Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efisiensi dan efektivitas perusahaan

dalam menghasilkan suatu keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang

dimlikinya. Semakin besar Return on Asset (ROA) menunjukkan kinerja

18 Slamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2006, h. 155

19 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002

20

Ningsukma dan Haqiqi, Pengaruh Internal Capital Adequacy Ratio (CAR), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Biaya Operasional Per Pendapatan Operasional (BOPO) dalam Peningkatan Profitabilitas Industri Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM), Vol.14 (1), 2016, h. 162

21Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas

(35)

yang semakin baik, karena tingkat pengembalian semakin besar.22 Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

ROA = Rata − Rata Total Aset x Laba Sebelum Pajak %

C. Tinjauan Teori Pemisahan

1. Definisi Pemisahan

Pemisahan diperkenalkan melalui Undang-undang No. 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas dan Undang-undang No. 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. Dalam Undang-undang Perseroan Terbatas,

pemisahan diartikan sebagai perbuatan hukum yang dilakukan oleh

Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan

pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada satu Perseroan atau lebih

atau sebagian aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada

satu Perseroan atau lebih. Dalam Undang-undang Perbankan Syariah, kasus

pemisahan ini diartikan sebagai pemisahan usaha dari satu bank menjadi

dua badan usaha atau lebih, sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pengertian pemisahan (spin-off) juga terdapat dalam Black’s Law

Dictionary, yaitu sebagai berikut :23

22 Andreani Caroline dan David Sulistyo, “Hubungan Efisiensi Operasional Dengan Kinerja Profitabilitas pada Sektor Perbankan yang Go Publicdi Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Wira Ekonomu Mikroskil, Vol. 1 (2), Oktober 2011, h. 91

23

(36)

“Spin-off is a corporate divestiture in which a division of a corporation

becomes on independent company and stock of the new company is

distributed to the corporation’s shareholders.”

“Pemisahan adalah divestasi perusahaan dimana sebuah divisi dari

sebuah korporasi menjadi perusahaan independen dan saham

perusahaan yang baru didistribusikan kepada pemegang saham

korporasi.”

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa, pemisahan adalah

dimana sebuah anak usaha/divisi milik sebuah perusahaan memisahkan diri

dari perusahaan induknya menjadi sebuah perusahaan tersendiri yang

independen serta mengakibatkan terjadinya peralihan seluruh/sebagian

aktiva dan pasivanya akibat hukum.

2. Jenis Pemisahan

Jenis pemisahan yang terdapat pada Perseroan Terbatas sesuai yang

tertera pada Pasal 135 ayat 2 dan 3, yakni terdapat dua jenis pemisahan

yaitu:

1. Pemisahan murni mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva

beralih karena hukum kepada 2 (dua) PT lain atau lebih yang

menerima peralihan PT yang melakukan pemisahan tersebut

berakhir karena hukum.

2. Pemisahan tidak murni, mengakibatkan sebagian aktiva dan

(37)

yang menerima peralihan dan PT yang melakukan pemisahan

tetap ada atau berakhir.

Dalam konteks perbankan, ada pula bentuk pemisahan yang dikenal

sebagai opsi yang diberikan oleh Bank Indonesia berdasarkan Pasal 41

Peraturan Bank Indonesia No. 11/10/PBI/2009 pemisahan UUS dari BUK

dapat dilakukan dengan cara:

a. Pemisahan UUS dengan Pendirian Bank Umum Syariah yang baru.

Pendirian Bank Umum Syariah hasil pemisahan dapat dilakukan oleh satu

atau lebih Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS.

b. Pemisahan UUS dengan mengalihkan hak dan kewajiban UUS kepada BUS

yang telah ada. Pemisahan UUS dengan cara pengalihan hak dan kewajiban

kepada BUS yang telah ada sebagaiman dimaksud hanya dapat dilakukan

kepada BUS yang mempunyai kepemilikan dengan BUK yang memiliki

UUS.

BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan harus

memenuhi paling kurang rasio kewajiban pemenuhan modal minimum

(KPMM) minimal 8%. Dalam hal pemisahan UUS sebagaimana dimaksud

di atas mengakibatkan BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan

memiliki rasio Non Performing Financing (NPF) netto lebih dari 5%

dan/atau mengakibatkan pelampauan Batas Maksimum Penyaluran Dana,

maka BUS hasil pemisahan atau BUS penerima pemisahan tersebut wajib

(38)

Adapun trend baru pembentukan bank syariah setelah lahirnya UU

No. 21 Tahun 2008, dimana terdapat tiga metode pemisahan, yaitu:

Pertama, bank umum konvensional yang telah memiliki UUS mengakuisisi

bank yang relatif kecil kemudian mengkonversinya menjadi berbasis

syariah kemudian memisahkannya serta menggabungkan UUS yang

dimiliki dengan bank yang baru dikonversi tersebut menjadi Bank Umum

Syaiah (BUS), contohnya: BRI Syariah dan Bank Bukopin Syariah. Kedua,

bank umum konvensional yang belum memiliki UUS mengakuisisi bank

yang relatif kecil dan mengkonversinya menjadi Bank Umum Syariah

(BUS), contohnya: Bank Mega Syariah dan Bank Mandiri Syariah. Ketiga,

bank umum konvensional melakukan pemisahan terhadap UUS milikinya

dan dijadikan Bank Umum Syariah (BUS) tersendiri, ini yang dikenal

sebagai pemisahan murni, yaitu BNI Syariah dan BJB Syariah.24 Dari ketiga metode tersebut metode pertama dan ketiga diperuntukan bagi bank umum

konvensional yang telah memiliki UUS, sedangkan metode kedua

diperuntukan bagi bank umum konvensional yang belum memiliki UUS.

Berikut peta konsep metode pemisahan :

24

(39)

D. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Rasio solvabilitas atau biasa disebut sebagai rasio permodalan.

Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko kerugian yang

mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan bank kepada pihak lain.

Capital Adequcy Ratio (CAR) adalah salah satu rasio utama

permodalan. Perhitungan aspek permodalan bank dimaksudkan untuk

mengetahui seberapa besar kemampuan bank tersebut untuk menanggung risiko

kerugian yang mungkin timbul dari pembiayaan yang diberikan benak kepada

pihak lain.25 Persyaratan permodalan bank yang memperhitungkan bobot risiko pada aktiva produktif dapat mendorong bank untuk menurunkan portofolio

aktiva produktif yang berisiko tinggi.26 Semakin rendah risiko yang dimiliki

25Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Jakarta: UIN Press, 2013, h.90

26 Taswan, Manajemen Perbankan: Konsep, Teknik & Aplikasi, h. 224

Pemisahan (Spin-Off) Metode Pemisahan Unit Usaha Syariah Menjadi Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha

Syariah

Bank Umum Konvensional yang Belum Memiliki Unit

Usaha Syariah

Melakukan Pemisahan Murni terhadap Unit Usaha Syariahnya untuk

Menjadi Bank Umum Syariah

Melakukan Akuisisi, Konversi, dan Merger

terhadap Unit Usaha Syariahnya untuk Menjadi Bank Umum

(40)

oleh aktiva produktif akan mampu meningkatkan laba bagi bank. Modal yang

cukup bagi bank dapat mengantisipasi risiko yang dihadapai.27 CAR adalah

rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimiliki oleh bank.

Bank Indonesia telah menetapkan bahwa bank wajib menyediakan modal

minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).28 Rumus untuk menghitung CAR adalah sebagai berikut:

= + + − %

E. Non Performing Finance (NPF)

Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank

termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang

akan muncul. Rasio yang sering digunakan adalah Non Performing Financing

(NPF) pada bank syariah. NPF adalah rasio yang mengukur tingkat

permasalahan pembiayaan yang dihadapai oleh bank syariah.29 Rasio NPF merupakan rasio antara total pembiayaan yang diberikan dengan kategori non

lancar terhadap total pembiayaan yang diberikan. Rumus menghitung rasio Non

Performing Financing (NPF) adalah sebagai berikut:

NPF = Pembiayaan KL, D, MTotal Pembiayaan x %

27

Bambang Rianto Rustam, Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia, Jakarta: Salemba Empat, h. 32

28 Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh

Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal GeoEkonomi, Vol. 13 (1), Maret 2016, h. 33

(41)

Pembiayaan yang diberikan dengan kategori non lancar terdiri dari

pembiayaan Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M). Semakin

tinggi rasio ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk.

Bank dengan NPF yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan

aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian

bank.

F. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional.

BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank

dalam melakukan kegiatan operasinya.30 Rasio ini sering disebut sebagai rasio efisiensi yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.31 Rasio BOPO dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

BOPO = Pendapatan Operasional x Biaya Operasional %

Yang termasuk beban operasional adalah semua jenis biaya yang

berkaitan langsung dengan kegiatan usaha bank. Sedangkan yang termasuk

pendapatan operasional adalah pendapatan yang merupakan bagi hasil langsung

30 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h.119

31

Kartika Wahyu Sukarno dan M. Syaichu, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

(42)

dari kegiatan usaha bank yang benar-benar telah diterima. Keduanya tersedia

pada laporan laba rugi.

G. Finance to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau dalam perbanakan konvensional

disebut Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah salah satu rasio likuiditas. FDR

merupakan perbandingan antara pembiayaan yang disalurkan terhadap dana

pihak ketiga yang dihimpun dari dana masyarkat. FDR merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali

penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan

yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.32 Berikut rumus untuk menghitung FDR adalah :

= %

Total pembiayaan yang diberikan terdiri atas total pembiayaan

(mudharabah dan musyarakah), piutang (murabahah, salam, istishna, qardh, dan

ijarah), pembiayaan lainnya dan piutang multijasa (khusus BPRS). Sedangkan

Dana Pihak Ketiga terdiri dari total dana simpanan wadian dan dana investasi

tidak terkait. Semakin tinggi rasio FDR semakin tinggi tingkat likuiditasnya.

Standar terbaik pada perbankan adalah tidak lebih dari 110%.

32Suryani, “Analisis Pengaruh Financing to Deposit atio

(FDR) Terhadap Profitabilitas

(43)

H. Kaitan Pemisahan dengan Kinerja Bank

Siswantoro33 dalam artikelnya yang menganalisis tentang kinerja bank

syariah dan strategi setelah pemisahan sebagai bank syariah yang mandiri di

Indonesia, menjelaskan bahwa suntikan permodalan dari bank induk

konvensional seharusnya dapat dimanfaatkan secara optimal untuk dapat

meningkatkan pertumbuhan bank syariah hasil pemisahan. Namun, tetap harus

didukung dengan manajemen yang efektif pada bank umum syariah hasil

pemisahan.

Hamid34 pada hasil penelitiannya tekait dampak pemisahan terhadap profitabilitas pada industri perbankan syariah di Indonesia, memaparkan bahwa

kebijakan pemisahan yang diterapkan untuk industri perbankan syariah di

Indoensia mempunyai efek yang baik untuk meningkatkan profitabilitas yang

diukur dengan rasio Return On Asset (ROA). Sama halnya pada penelitian yang

dilakukan Al Arif35 terkait pemisahan dan dampaknya terhadap dana pihak ketiga pada industri perbankan syariah di Indonesia, hasilnya menerangkan

bahwa kebijakan pemisahan memiliki dampak yang baik untuk meningkatkan

dana pihak ketiga industri perbankan syariah di Indonesia.

33 Dodik Siswantoro, Analysis of Islamis bank’s performance and strategy after spin-off

as Islamic full-fledged scheme in Indonesia, Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol.164, 31 December 2014, h.41-48

34 M. Nur Rianto Al Arif, “Spin-off and Its Impact on The Third Party Funds of Indonesian

Islamic Banking Industry”, Economic Jurnal of Emerging Markets, April 2014, h. 50-55

35Abdul Hamid, “The Impact of Spin-off Policy to the Profitability on Indonesia Islamic Banking

(44)

Namun dari aspek efisiensi operasional Al Arif36 menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan pemisahan terhadap tingkat efisiensi

operasional yang diukur dengan rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional (BOPO) pada bank umum syariah, dimana kebijakan pemisahan

justru menurunkan tingkat efisiensi operasional pada industri perbankan syariah

di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa setelah kebijakan pemisahan jsutru

mengakibatkan industri perbankan syariah menjadi kurang efisien

dibandingkan sebelum kebijakan pemisahan tersebut dilakukan.

Berdasarkan berbagai hasil yang didapat, menunjukkan bahwa secara

umum pemisahan unit usaha syariah menjadi bank umum syariah merupakan

salah satu strategi yang dapat diambil untuk mengembangkan industri

perbankan syariah di Indonesia. Dengan berubahnya unit usaha syariah menjadi

bank umum syariah yang mandiri, maka kegiatan operasionalnya akan semakin

luas dan lebih fokus pada kegiatan operasional yang berlandaskan pada prinsip

syariah. Dengan kegiatan operasional yang lebih luas dan optimal dibandingkan

saat menjadi unit usaha syariah diharapkan dapat memperluas investasi dan

jaringan, sehingga akan meningkatkan pendapatan yang berdampak pada

kenaikan kinerja bank.

36 M. Nur Rianto Al Arif, “Keterkaitan Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi

(45)

I. Kaitan Rasio Keuangan Terhadap Return on Asset (ROA) 1. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif dan signifikan

tehadap Return on Asset (ROA) karena apabila memiliki permodalan yang kuat

maka bank dapat menutup risiko kerugian yang timbul dari pergerakan aktiva

bank dan dapat melindungi deposan yang kemudian memberikan dampak pada

meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menghimpun dananya di bank,

sehingga berdampak pula pada meningkatnya laba. Menurut Mokoagow37 dalam penelitiannya menemukan bahwa pada tahun 2011-2013 CAR

berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah di

Indonesia. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Hakiim38 menunjukkan hasil bahwa pada tahun 2010-2013 CAR tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap ROA Industri Bank Syariah di Indonesia.

2. Non Performing Finance (NPF)

Non Performing Finance (NPF) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Return On Asset (ROA) karena semakin meningkat rasio NPF maka

akan semakin buruk kualitas pembiayaan bank yang menyebabkan jumlah

pembiayaan bermasalah semakin besar. Hal ini akan menyebabkan bank

mengalami kerugian yang akan menurunkan perolehan laba, sehingga

37Sri Windarti Mokoagow dan Misbach Fuady, “Fakto-Faktor yang Mempengaruhi

Profitabilitas Bank Umum Syariah di Indonesia”, EBBANK, Vol 6 (1), Juli 2015, h. 56

38Ningsukma Hakiim dan Haqiqi Rafsanjani, “Pengaruh Internal CAR, FDR

. dan BOPO

(46)

berdampak pada menurunnya ROA. Hamid39 dan Widowati40 dalam penelitiannya menunjukkan bahwa NPF berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap ROA. Namun, pada penelitian yang dilakukan oleh Sistriyani41 menunjukkan bahwa pada tahun 2010-2014 NPF tidak berpengaruh signifikan

terhadap ROA Bank Syariah di Indonesia.

3. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Opeasional (BOPO)

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return On Asset (ROA) karena

semakin rendah BOPO menunjukkan bahwa bank tersebut semakin efisien

dalam melakukan kegiatan operasionalnya, semakin sedikit juga biaya yang

dikeluarkan oleh bank untuk kegiatan operasionalnya. Apabila biaya yang

dikeluarkan semakin rendah, maka laba yang dihasilkan oleh bank semakin

tinggi dan akan menaikkan nilai rasio ROA. Menurut penelitian yang dilakukan

Hamid42 dan Hakiim43 rasio BOPO berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas industri perbankan syariah di Indonesia dimana rasio ROA sebagai

indikatornya.

39Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic Banking Industry”, Jurnal Al-Iqtishad, Vol.VII (1), Januari 2015, h. 123

40

Sri Ayu Widowati dan Bambang, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas

Perbankan di Indonesia”, h. 13

41 Evi Sistriyani dan Sudjarno E.S, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh

Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 41 42

Abdul Hamid, “The Impact Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian Islamic Banking Industry”, h. 123

(47)

4. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap Return On Asset (ROA) karena apabila FDR meningkat dalam batas

tertentu maka akan semakin banyak dana yang disalurkan dalam bentuk

pembiayaan, sehingga akan meningkatkan laba bank, dengan asumsi bank

menyalurkan dananya untuk pembiayaan yang efektif. Dengan meningkatnya

laba, maka ROA juga akan meningkat. Menurut Sukarno44 pada penelitiannya

menemukan bahwa LDR memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

ROA bank umum di Indonesia. Berbeda pada hasil penelitian yang dilakukan

Sistriyani45 dan Hakiim46 menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh

signifikan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

J. Review Studi Terdahulu

Berikut beberapa review hasil penelitian terdahulu yang menganalisis

[image:47.595.116.548.337.673.2]

mengenai kebijakan pemisahan (spin-off):

Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu

No. Penelitian Isi Penelitian Pembeda

1. Amalia Nasuha/

Dampak

Kebijakan

Spin-off Terhadap

a. Variabel Penelitian

Independen (X): Aset,

pembiayaan, DPK, laba bersih,

Terletak pada masalah

yang diteliti, pada

penelitian ini penulis

meneliti sejauh mana

44Kartika Wahyu Sukarno dan Muhamad Syaichu, “Analisis Faktor

-Faktor yang

Mempengaruhi Kinerja Bank Umum di Indonesia”, h. 53 45

Evi Sistiyarini dan Sudjarno, “Faktor Internal dan Eksternal yang Berpengaruh Terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia”, h. 40

(48)

Kinerja

Keuangan Bank

Syariah/ Jurnal

Al- Iqtishad:

Volume IV, No.2,

Juli 2012, hlm.

241-258

CAR, NPF, FDR, ROA dan

ROE.

Dependen (Y) :

Dua kategori pengelompokan

yaitu Periode satu tahun

sebelum spin-off dan satu

tahun sesudah spin-off

b. Metode Penelitian

Uji wilcoxon signed ranks test

c. Hasil Penelitian

Perbedaan kinerja antara

sebelum dan sesudah spin-off

terjadi pada tiga variabel, yaitu

Aset, Pembiayaan, dan Dana

Pihak Ketiga (DPK).

Sedangkan pada variabel laba,

CAR, FDR, ROA dan ROE

tidak menunjukkan perbedaan

kinerja antara 1 tahun sebelum

dan 1 tahun sesudah spin-off.

metode pemisahan (

spin-off) berpengaruh terhadap

kinerja keuangan Bank

Umum Syariah hasil

pemisahan yang diukur

dari ROA. Selain itu,

penulis juga menggunakan

metode regresi data panel

sebagai metode

penelitiannya.

2. Abdul Hamid/

The Impact of

Spin-off Policy Of

The Profitability

On Indonesian

Islamic Banking

Industry/ Jurnal

Al-Iqtishad,

Volume VII, No.

1, Januari 2015,

hlm. 117-126

a. Variabel Penelitian

Independen (X) :

Variabel dummy pemisahan,

NPF, Marjin deposito 1 bulan

dan BOPO.

Dependen (Y) :

Profitabilitas (ROA).

b. Metode Penelitian

Uji regresi berganda

Terletak pada objek yang

diteliti, pada skripsi ini

peneliti menggunakan 4

BUS hasil pemisahan (BNI

Syariah, BJB Syariah,

Bukopin Syariah, BRI

Syariah) sebagai objek

penelitian. Selain itu,

peneliti menggunakan uji

(49)

c. Hasil Penelitian

Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kebijakan

spin-off berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas Industri

Perbankan Syariah. Selain itu

vairabel NPF dan BOPO juga

berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas,

sedangakan marjin deposito 1

bulan tidak berpengaruh

signifikan.

metode penelitian yang

digunakan.

3. M. Nur Rianto Al

Arif/ Keterkaitan

Kebijakan Pemisahan terhadap Tingkat Efisiensi pada Industri Perbankan Syariah di

Indonesia / Jurnal

Keuangan dan

Perbankan,

Volume 19, No.

2, Mei 2015, hlm.

295-304

a. Variabel Penelitian

Independen (X): variabel

dummy pemisahan, Dana

Pihak Ketiga (DPK),

pembiayaan, total aset, NPF,

Marjin deposito 1 bulan dan

ROA

Dependen (Y) :

Tingkat efisiensi operasional

(BOPO)

b. Metode Penelitian

Uji regresi linear berganda

c. Hasil Penelitian

Kebijakan pemisahan

berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap tingkat

efisiensi operasional (BOPO),

artinya kebijakan pemisahan

menyebabkan penurunan

Terletak pada variabel

yang digunakan, pada

skripsi ini penulis

menggunakan variabel

dummy metode

pemisahan, CAR, FDR,

BOPO dan NPF sedangkan

ROA sebagai variabel

dependennya. Selain itu

penulis menggunakan

empat BUS hasil

pemisahan sebagai objek

penelitian dengan

menggunakan regresi data

panel dalam metode

(50)

tingkat efisiensi industri

perbanakan syariah. Selain itu,

ROA dan marjin deposito juga

memiliki berpengaruh negatif

dan signifikan terhadap BOPO.

Sedangkan DPK, pembiayaan,

total aset, dan NPF tidak

memiliki pengaruh yan

signifikan terhadap BOPO.

4. Andreyanto

Ramdani/

Pengaruh

Kebijakan

Pemisahan

Terhadap Laba

Pada Bank BNI

Syariah/ Jurnal

Etikonomi,

Volume 14, No.

1, April 2015,

hlm 17-34

a. Variabel Penelitian

Independen (X):Variabel

dummy pemisahan, BOPO,

dan DPK

Dependen (Y):

Jumlah laba

b. Metode Penelitian

Uji regresi linear berganda

c. Hasil Penelitian

Variabel pemisahan memiliki

pengaruh positif terhadap

jumlah laba operasional BNI

Syariah, selain itu juga

terdapat variabel BOPO yang

memiliki pengaruh negatif

terhadap jumlah laba

operasional. Sedangkan DPK

tidak berpengaruh signifikan

terhadap jumlah labab BNI

Syariah

Perbedaannya adalah pada

penelitian ini, Penulis

menggunakan ROA

sebagai variabel dependen

dan NPF, BOPO, dan

Dana Pihak Ketiga sebagai

variabel independen.

Selain itu, metode

penelitian yang digunakan

adalah regresi data panel

dengan 4 bank hasil

pemisahan sebagai objek

(51)

5. M. Nur Rianto Al

Arif/ Tipe

Pemisahan dan

Pengaruhnya

Terhadap Nilai

Aset Bank Umum

Syariah Hasil

Pemisahan/

Jurnal Kinerja,

Volume 18, No.

2, Tahun 2014,

hlm. 169-179

a. Variabel Penelitian

Independen (X) :

Variabel dummy bentuk

spin-off; laba, marjin deposito, NPF

dan BOPO

Dependen (Y) :

Nilai Aset

b. Metode Penelitian

Uji regresi data panel

c. Hasil Penelitian

Tipe pemisahan UUS menjadi

BUS tidak berpengaruh

terhadap nilai aset. Selain itu,

terdapat variabel laba, marjin

dan BOPO yang berpengaruh

terhadap nilai aset di BUS

hasil pemisahan. Sedangkan

variabel NPF tidak

berpengaruh signifikan

terhadap nilai aset BUS hasil

pemisahan.

Perbedaannya terletak

pada variabel yang

digunakan, pada penelitian

ini penulis menggunakan

variabel independen

variabel dummy metode

pemisahan, NPF, BOPO,

CAR, dan FDR sedangkan

variabel dependen yang

digunakan adalah rasio

profitabilitas (ROA)

sebagai alat ukur kinerja

(52)

K. Kerangka Konseptual

Jika dituangkan dalam bentuk skema, skema konseptual dalam penelitian ini

adalah:

Laporan Keuangan

BNI Syariah BJB Syariah BRI Syariah Bukopin Syariah

Dummy metode pemisahan

NPF BOPO

CAR FDR

ROA

Uji Chow

Uji Haussman

Fixed Effect Common effect

Random Effect

Hasil Uji Model Uji Hipotesis

(53)

L. Hipotesis

Penyusunan hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan variabel-variabel

independen yang terdiri dari:

X1 : Variabel dummy metode pemisahan

X2 : Capital Adequacy Ratio (CAR)

X3 : Non Performing Finance (NPF)

X4 : Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

X5 : Financing to Deposit Ratio (FDR)

Dan variabel dependen, yaitu:

Y : Return on Asset (ROA)

Sehingga hipotesis yang diajukan adalah:

1. H0 : Variabel dummy metode pemisahan, Non Performing Finance

(NPF), Biaya Operasional Pendapatan Opersional (BOPO), Capital

Adequacy Ratio (CAR), dan Financing to Deposit Ratio (FDR) secara

parsial tidak mempunyai pengaruh terhadap Return

Gambar

Tabel 1.1 Rata-rata BOPO BUS Hasil Pemisahan Setelah Pemisahan, (%)
Tabel 1.2 Pertumbuhan Aset, DPK, dan Pembiayaan
Tabel 1.3 Rasio Keuangan BUS Hasil Pemisahan Tahun 2011-2015, (%)
Tabel 2.1 Review Studi Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

menandakan bahwa t-el ah t.er jadi proses pengambilan oksigen oleh mikroorganisme. Pengambilan oksigen in~ sebagian dipergunakan unl-uk membenl-uk sel baru. Hal ini

c. Profil Lokasi Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Walikota

4.4.1.4 Perbandingan Kuat Tarik Belah Rerata Beton Normal dan Beton Polimer Termodifikasi Alami Amylum Serta Bahan Tambah Madu Pada Umur 28 Hari

Maka sukalah saya menyarankan kepimpinan BKSU untuk turut memberi komitmen berterusan terhadap inisiatif sokongan seperti acara pada petang ini yang menyumbang

• Menentukan besarnya emisi karbondioksida (CO 2 ) dan methana (CH4) yang dihasilkan dari penggunaan tangki septik di Surabaya Bagian Utara.

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Hal ini dimaksud agar konsumen dapat memperoleh hasil yang optimal atas

Namun hal itu tidak berhasil untuk menarik masyarakat dalam penggunaan terminal B kabupaten Pidie Jaya karena kurangnya sarana dan fasilitas bagi sopir maupun calon

Kesimpulan dari pokok bahasan yang telah diuraikan adalah Tuntutan Jaksa Penuntut Umum dalam perkara pidana Putusan Nomor : 545/Pid.B/2012/PN.Jr yang menuntut terdakwa