• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 Untuk Sistem Pengaturan Buka/tutup Atap Dan Pemanas Ruangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Aplikasi Mikrokontroler AT89S51 Untuk Sistem Pengaturan Buka/tutup Atap Dan Pemanas Ruangan"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 UNTUK SISTEM

PENGATUR BUKA/TUTUP ATAP DAN PEMANAS RUANGAN

TUGAS AKHIR

ALEX P PASARIBU

062408004

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 UNTUK SISTEM

PENGATUR BUKA/TUTUP ATAP DAN PEMANAS RUANGAN

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ALEX P PASARIBU

062408004

PROGRAM STUDI D3 FISIKA INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 UNTUK

SISTEM PENGATUR BUKA / TUTUP ATAP DAN PEMANAS RUANGAN

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : ALEX P PASARIBU

NIM : 062408004

Program Studi : D-3 FISIKA INSTRUMENTASI

Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Medan, Juni 2009 Diketahui oleh :

Ketua Program Studi

D3 Fisika Instrumentasi Pembimbing

(4)

PERNYATAAN

APLIKASI MIKROKONTROLER AT89S51 UNTUK BUKA/TUTUP ATAP DAN PEMANAS RUANGAN

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa laporan tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2008

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas segala anugerah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.

Penulisan laporan proyek ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai pihak baik berupa dorongan semangat, materi dan sumbangan pikiran. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan terutama kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Eddy Marlinto, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang, selaku Ketua Departemen Fisika dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc, selaku Ketua Program Study Fisika Instrumentasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.

4. Dra. Justinon, MSi selaku sekretaris Departemen Fisika.

5. Staff dan Pegawai di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya program study Fisika Instrumentasi.

6. Teristimewa buat kedua orang tuaku yang kucintai Ayahanda E. Pasaribu dan Ibunda L. Sihombing, yang begitu banyak memberikan dukungan berupa materil, moril maupun spirituil pada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini hingga selesai

7. Abang penulis Poltak T M Pasaribu, ST , kakakku Dame N Siahaan, SSi, Sondang M V Pasaribu, SE, Betty G M Pasaribu, SE, Indah M Pasaribu, Amd, dan adik siampudan penulis Nova L.K Pasaribu yang juga banyak memberikan semangat kepada penulis dan si kecil Maruli Tua Eka Sakti. I Love You All.

8. Kepada teman seperjuangan dalam proyek Ozie Tarigan, teman teman

DEBAGOR Comunity (Ihut, Manto, Junaidi, Herman), Ucok sinaga,Willy, Essen,Sony Cheng,Ornal,Adi, teman dipelatihan PLC BLPT Daniel,Darius Carles ,Adynata,Monika ,dan mahasiswa/i Fisika Intrumentasi khususnya stambuk 2006 yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

9. Teman – teman di Perguruan Siaw Liem Sie Kungfu Naga Sakti Balige dan Ikatan Pemuda Karya DPC Toba Samosir serta rekan – rekan Alumni SMAN 2 Balige ‘04 yang turut membantu penulis.

Penulis menyadari dalam pembuatan laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan laporan Tugas Akhir ini.

(6)

ABSTRAK

`

Perkembangan elektronika sangat menglobal termasuk di Indonesia baik robotika, mekatronika, dan instrumentasi cerdas. Beberapa teknologi sudah dapat dibuat di indonesia, tetapi masih banyak teknologi yang harus didatangkan dari luar negeri sehingga harganya menjadi sangat mahal. salah satu teknologi yang sangat mahal di Indonesia adalah teknologi instrumentasi.

Dalam ruangan yang tertutup suhu adalah faktor yang sangat berpengaruh terhadap lingkungannya. Pengontrolan terhadap suhu ruangan yang bekerja secara otomatis dapat menjaga suhu dalam kondisi optimum. Dari sekian banyak teknologi Instrumentasi, teknologi Instrumentasi yang dapat mengenali suhu dan cahaya atau sering disebut dengan sensor suhu dan sensor cahaya yang sangat banyak dibutuhkan dibidang industri.

Sensor yang dipasang sebagai umpan balik (feedback) dalam system akan mengindra nilai suhu ruangan secara terus - menerus (real time). Hasil tersebut sebelum dikirimkan kepada mikrokontroler untuk diolah telah dikonversikan dahulu oleh ADC. Sensor ini mempunyai banyak sekali kegunaannya seperti untuk industri pengecatan, perumahan modern, incubator, bidang pertanian, dan lainnya.

Dalam hal ini Instrumen Pengatur Buka/Tutup Atap dan Pemanas Ruangan dirangkai dengan Mikrookontroler AT89S51 sebuah Sensor suhu LM 35 dan sebuah sensor vahaya LDR , dilengkapi dengan display Seven Segment. Mikrokontroler AT89S51 sebagai otak dari system, yang berfungsi mengolah data yang masuk dari sensor, kemudian menampilkannya pada display Display Seven Segment..

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan ii

Lembar Pernyataan iii

2.3.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 14

2.3.2 Kontruksi AT89S51 16

2.3.3 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51 19

2.4 Perangkat Lunak 22

BAB 3 RANGKAIAN PADA SISTEM PENGATUR BUKA / TUTUP

(8)

3.2.2 Fungsi Rangkaian 36

3.7 Rangkaian Relay Pengendali Pemanas (Blower) 43

3.7.1 Prinsip Kerja Rangkaian 43

3.7.2 Fungsi Rangkaian 45

3.8 Rangkaian Driver Motor Stepper 45

3.8.1 Prinsip Kerja Rangkaian 45

3.8.2 Fungsi Rangkaian 47

3.9 Rangkaian Display Seven Segment 47

3.9.1 Prinsip Kerja Rangkaian 47

3.9.2 Fungsi Rangkaian 49

BAB 4 RANGKAIAN SISTEM KESELURUHAN DAN PEMROGRAMAN 50

4.1 Rangkaian Sistem Pengatur Buka / Tutup Atap

dan Pemanas Ruangan 50

4.2 Pengujian rangkaian mikrokontroler

Atap dan Pemanas Ruangan 51

4.3 Pengujian Rangkaian ADC 52

4.4 Mekanisme Kerja dan Diagram Blok Sistem Pengatur Buka/Tutup 53 4.5 Diagram Alir (Flowchart) dan program pada pemanas ruangan

56 4.6 Diagram Alir (Flowchart) dan program pada pengatur buka /

tutup atap

59

4.7 Pengujian peralatan secara keseluruhan 61

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 74

5.1 Kesimpulan 77

5.2 Saran 78

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konfigurasi Port 3 Mikrokontroller AT89S51 20

Tabel 4.2 Pengolahan data suhu yang terukur oleh rangkaian ADC serta

(10)
(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kurun waktu singkat perkembangan teknologi melaju dengan sangat pesat.

Perkembangan teknologi ini merupakan hasil kerja keras dari rasa ingin tahu manusia

terhadap suatu hal yang pada akhirnya diharapkan akan mempermudah manusia untuk

dapat menyelesaikan beberapa perkembangan dalam waktu bersamaan dan relatif

cepat.

Perkembangan teknologi di negara maju seperti Amerika, Inggris, Jepang,

Jerman dan beberapa negara lain membuat kita terpacu untuk membuat /

menghasilkan hal sejenis, setidaknya dapat sedikit mengikuti perkembangan.

Dewasa ini manusia semakin menggemari perumahan / ruangan – ruangan

modern. Setiap orang pasti menginginkan fasilitas yang sangat memadai. Misalnya

rumah rumah modern, apabila seseorang menjadikan rumah sebagai tempat

berlindung maka ia akan mendesain rumahnya senyaman mungkin dari gangguan

(12)

Kita ingin mendapatkan kepuasan tersendiri jika rumah yang kita tinggalin

dengan fasilitas yang lengkap dan nyaman.dan dihalangi oleh cuaca yang sering

berganti secara tiba-tiba. Misalnya dengan membuat atap yang secara otomatis dapat

terbuka dan tertutup sendiri bila berada dalam kondisi tertentu, sehingga kita tidak

direpotkan oleh pergantian cuaca. Apabila kita membutuhkan suhu ruangan yang

hangat atau panas ruangan yang kita butuhkan atau pengganti pemanas yang biasa nya

memakai kayu bakar atau arang dapat dibuat dengan pemanas yang secara otomatis

dapat kita tentukan besar suhunya.

Oleh sebab itu diperlukan suatu perangkat pengaturan atap dan pemanas

ruangan yang otomatis. Perangkat pengaturan atap dan pemanas ruangan ini

dilengkapi sensor pengukuran temperatur dan tampilan yang berfungsi untuk

mengukur dan menampilkan besar nilai temperatur yang diukur. Selain itu dilengkapi

pemanas (heater) yang berfungsi sebagai pengendali temperatur yaitu sebagai

pemanas sesuai dengan temperatur yang kita butuhkan. Perangkat pengaturan atap dan

pemanas ruangan ini juga dilengkapi sensor cahaya yang akan mendeteksi intensitas

cahaya matahari yang akan mengendalikan terbuka / tertutupnya atap secara otomatis.

Sistem ini juga bukan hanya berlaku pada ruangan rumah tetapi dapat juga

diaplikasikan untuk keperluan – keperluan lainnya. Misalnya ruangan pengecatan mobil. Pengeringan (drying) adalah pemisahan sejumlah kecil air atau zat cair lain dari bahan padat, sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu

sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima. Proses pengeringan terdapat dua

(13)

Pengeringan alami dikategorikan dalamdua kelompok yaitu:

1. Pengeringan Langsung ( MetodeRadiasi )

Pengeringan langsung menggunakan energi radiasi thermal sinar matahari untuk

mengabsorbsi ( menyerap ) air dalam menjadi uap air.

2. Pengeringan Tidak Langsung ( Metode Konveksi )

Bila udara di sekitar pengecatan dalam keadaan panas dan kering, maka udara panas

dan kering tersebut akan mengabsorbsi air dalam cat. Daya absorbsi udara ini juga

dipengaruhi oleh gerak geseran udara (angin). Dimana teknik pengeringan ini pada

pengecatan mobil bagus. Keringnya cat dipengaruhi factor suhu agar didapat hasil

yang memuaskan.

Contoh lainnya seperti. ruangan pengeringan hasil pertanian dan alat pengeringan

kertas.

Mikrokontroler adalah sistem komputer yang ringkas, dapat menggantikan

fungsi komputer dalam pengendalian kerja dan disain yang jauh lebih ringkas

daripada computer. Dengan ukurannya sangat kecil, mikrokontroler dapat digunakan

pada peralatan yang bersifat bergerak (mobile), seperti pada kendaraan, peralatan

jinjing dan instrumentasi cerdas, mikrokontroler digunakan sebagai otak dari suatu

embedded system, sebuah system computer terpadu. Mikrokontroler memiliki perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program control disimpan

dalam ROM (bias Masked ROM atau Flash PEROM) yang ukurannya relative besar,

sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan sementara, hal ini

(14)

Mikrokontroler AT89S51 adalah chip mikrokontroler produksi Atmel Inc,

merupakan keluarga MCS-51 rancangan Intel. AT89S51 mempunyai fitur dasar yang

cukup lengkap untuk suatu pemrosesan input-output. Bahasa pemrograman yang

digunakan AT89S51 hampir tidak berneda jauh dengan intruksi set pada

mikroprosesor Intel yang sudah dipelajari pada perkuliahan.

1.2 Batasan Masalah

Untuk memberi batasan pada pembahasan dan penulisan tugas akhir ini, maka tugas

akhir ini dibatasi dengan batasan – batasan sebagai berikut :

1. Mikrokontroler yang digunakan adalah jenis AT89S51.

2. Menggunakan sensor temperature LM 35 dan LDR sebagai sensor cahaya.

3. Untuk menggerakkan atap ruangan digunakan motor stepper.

4. Pengukuran temperatur dilakukan oleh sensor temperature LM 35 dan

peningkatan temperatur dilakukan dengan cara menghidupkan blower

(pemanas) , apabila temperature telah mencapai harga yang diinginkan maka

blower (pemanas) akan dimatikan dengan otomatis.

5. Sensor cahaya LDR hanya melihat kondisi gelap dan kondisi terang sebagai

kondisi terbuka / tertutupnya atap.

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Untuk Menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah secara nyata dan

(15)

2. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada program

studi D3 Fisika Instrumentasi di Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

3. Studi awal dalam pembuatan instrumentasi cerdas pengatur buka/tutup atap

dan pemanas ruangan otomatis.

4. Memanfaatkan mikrokontroler AT89S51 sebagai tempat pemrosesan data

(otak) dari sebuah system.

1.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah:

1. Studi kepustakaan.

Pada metode ini, penulis mengumpulkan data dan teori yang dibutuhkan dalam

penulisan tugas akhir melalui buku – buku dan referensi lainnya yang

berkaitan dengan tugas akhir ini.

2. Lembar data (Datasheet) komponen yang digunakan pada peralatan.

Lembar data (datasheet) merupakan data – data yang dikeluarkan oleh

produsen komponen elektronika mengenai fungsi, karakteristik dan data – data

penting lainnya tentangsuatu komponen hasil produksi dari produsen

komponen elektronika yang bersangkutan.

3. Pengujian Alat.

Data yang diperoleh melalui metode ini didapat setelah alat yang dibuat diuji

dan diambil kesimpulan setelah dilakukan pengujian tersebut.

(16)

Pada metode ini, penulis melakukan konsultasi dengan besrdiskusi dan

bertanya secara langsung pada Dosen pembimbing penulis mengenai segala

permasalahan dalam penulisan tugas akhir ini.

I.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini

adalah sebagai berikut :

BAB 1. PENDAHULUAN

Meliputi latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan tugas akhir,

metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB 2. LANDASAN TEORI

Landasan teori dalam bab ini akan dijelaskan tentang teori pendukung

yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian. Teori

pendukung itu antara lain tentang mikrokontroler AT89S51 meliputi

arsitektur dan kontruksi, bahasa program yang digunakan, serta

karekteristik dari komponen-komponen pendukung.

BAB 3. RANGKAIAN PADA OTOMATISASI SISTEM PENGATURAN ATAP DAN PEMANAS RUANGAN

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai rangkaian – rangkaian yang

digunakan pada otomatisasi sistema pengaturan atap dan pemanas

(17)

BAB 4. PENGUJIAN RANGKAIAN DAN PEMROGRAMAN

Pada bab ini akan dibahas hasil analisa dari rangkaian dan sistem kerja

alat, penjelasan mengenai program-program yang digunakan untuk

mengaktifkan rangkaian, dan diagram alir dari program yang akan

diisikan ke mikrokontroler AT89S51.

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan yang

diperoleh mengenai system pengaturan atap dan pemanas ruangan

otomatis serta saran yang diberikan agar rangkaian ini dapat dibuat

lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu metode lain

(18)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sensor Suhu IC LM35

Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat

dikalibrasikan langsung , LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature sensor

seperti pada gambar 2.1

Gambar 2.1 LM 35 Basic Temperature Sensor

IC LM 35 sebagai sensor suhu yang teliti dan terkemas dalam bentuk

Integrated Circuit (IC), dimana output tegangan keluaran sangat linear berpadanan

dengan perubahan suhu. Sensor ini berfungsi sebagai pengubah dari besaran fisis suhu

ke besaran tegangan yang memiliki koefisien sebesar 10 mV /°C yang berarti bahwa

(19)

IC LM 35 ini tidak memerlukan pengkalibrasian atau penyetelan dari luar

karena ketelitiannya sampai lebih kurang seperempat derajat celcius pada temperatur

ruang. Jangka sensor mulai dari – 55°C sampai dengan 150°C, IC LM35

penggunaannya sangat mudah, difungsikan sebagai kontrol dari indikator tampilan

catu daya terbelah. IC LM 35 dapat dialiri arus 60 m A dari supplay sehingga panas

yang ditimbulkan sendiri sangat rendah kurang dari 0 ° C di dalam suhu ruangan.

Gambar 2.2 Rangkaian Pengukur Suhu

LM 35 ialah sensor temperatur paling banyak digunakan untuk praktek, karena selain

harganya cukup murah, linearitasnya juga lumayan bagus. LM35 tidak membutuhkan

kalibrasi eksternal yang menyediakan akurasi ± ¼ °C pada temperatur ruangan dan

± ¾ °C pada kisaran -55 °C to +150 °C. LM35 dimaksudkan untuk beroperasi pada

-55 °C hingga +150 °C, sedangkan LM35C pada -40 °C hingga +110 °C, dan

LM35D pada kisran 0-100°C. LM35D juga tersedia pada paket 8 kaki dan paket

TO-220. Sensor LM35 umunya akan naik sebesar 10mV setiap kenaikan 1°C (300mV

pada 30 °C).

(20)

Sensor suhu LM35 berfungsi untuk mengubah besaran fisis yang berupa suhu menjadi

besaran elektrik tegangan. Sensor ini memiliki parameter bahwa setiap kenaikan 1°C

tegangan keluarannya naik sebesar 10mV dengan batas maksimal keluaran sensor

adalah 1,5V pada suhu 150°C.

Pada perancangan kita tentukan keluaran ADC mencapai full scale pada saat

suhu 100°C, sehingga tegangan keluaran tranduser (10mV/°C x 100°C) = 1V.

Pengukuran secara langsung saat suhu ruang, keluaran LM35 adalah 0,3V

(300mV). Tengan ini diolah dengan mengunakan rangkaian penglondisi sinya agar

sesuai dangan tahapan masukan ADC. LM35 memiliki kelibihan – kelebihan sebagai

berikut:

1. Di kalibrasi langsung dalam celsius

2. Memiliki faktor skala linear + 10.0 mV/°C

3. Memiliki ketetapan 0,5°C pada suhu 25°C

4. Jangkauan maksimal suhu antara -55°C sampai 150°C

5. Cocok untuk applikasi jarak jauh

6. Harganya cukup murah

7. Bekerja pada tegangan catu daya 4 sampai 30Volt

8. Memiliki arus drain kurang dari 60 uAmp

9. Pemanasan sendiri yang lambat ( low self-heating)

10.0,08ûC diudara diam

11.Ketidak linearannya hanya sekitar ±¼°C

12.Memiliki Impedansi keluaran yang kecil yaitu 0,1 watt untuk beban 1

(21)

Sensor suhu tipe LM35 merupakan IC sensor temperatur yang akurat yang

tegangan keluarannya linear dalam satuan celcius. Jadi LM35 memilik kelebihan

dibandingkan sensor temperatur linear dalam satuan kelvin, karena tidak memerlukan

pembagian dengan konstanta tegangan yang besar dan keluarannya untuk

mendapatkan nilai dalam satuan celcius yang tepat. LM35 memiliki impedansi

keluaran yang rendah, keluaran yang linear, dan sifat ketepatan dalam pengujian

membuat proses interface untuk membaca atau mengontrol sirkuit lebuh mudah. Pin

V+ dari LM35 dihubungkan kecatu daya, pin GND dihubungkan ke Ground dan pin

Vout- yang menghasilkan tegangan analog hasil pengindera suhu dihubungkan ke vin

(+) dan ADC 0804.

2.2 LDR sebagai sensor

Fotosel atau sel foto termasuk sel fotokonduktif, LDR, dan fotoresistor. Ini adalah

resistor – resistor variable dengan jangkah nilai resistansi yang sangat lebar, yang

tergantung pada intensitas cahaya yang ada. Resistansi didalam fotosel berubah secara

terbalik dengan kekuatan cahaya yang mengenainya. Dengan kata lain, resistansi

fotosel sangat tinggi dalam kegelapan dan rendah diruang yang terang . Bahan

fotokonduktif atau LDR yang biasa digunakan adalah cadmium sulfide (Cds) atau

cadmium selenida (Cdse). Jenis bahan, ketebalan, dan lebar endapannya menentukan

nilai resistansi dan jangkauan daya peranti ini.

Jenis LDR yang digunakan adalah LDR cadmium Sulphide Photoconductive Cell VCA 54 yang memiliki karakteristik nilai hambatannya akan turun jika terdapat cahaya yang mengenai permukaannya. Dari pengujian resistansi LDR nilai

(22)

dalam data sheet resistansi LDR bisa mencapai lebih dari 1 MOhm . LDR yang memiliki hambatan tinggi saat cahaya kurang mengenainya (gelap), dalam kondisi

seperti ini LDR dapat mencapai 1 M, akan tetapi saat LDR terkena cahaya hambatan

LDR akan turun secara drastis hingga mencapai 1,5 Ohm?. Berikut ini adalah gambar

dari rangkaian sensor cahaya LDR.

Gambar 2.4a Rangkaian LDR Gambar 2.4b Bentuk Fisik LDR

Pada perancangan sensor cahaya akan diukur LDR sebagai perhitungan, dengan

diketahui harga Vcc = 5 Volt dan VR = 10 K? maka besar tegangan keluaran dari

rangkaian ini sebesar

VOutput = x VCC

Pada LDR terkena cahaya maksimum dengan nilai resistansi sebesar 1,52 Ohm

VOutput = x 5 = 0,000152 = 2,49 m Volt

Pada LDR terkena cahaya minimum dengan nilai resistansi sebesar 1 M?

(23)

2.3 Mikrokontroller AT89S51

Mikrokontroler, sebagai suatu terobosan teknologi mikrokontroler dan

mikrokomputer, hadir memenuhi kebutuhan pasar (market need) dan teknologi baru. Sebagai teknologi baru, yaitu teknologi semi konduktor dengan kandungan transistor

yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang kecil serta dapat diproduksi

secara massal (dalam jumlah banyak) sehingga harga menjadi lebih murah

(dibandingkan mikroprosesor). Sebagai kebutuhan pasar, mikrokontroler hadir untuk

memenuhi selera industri dan para konsumen akan kebutuhan dan keinginan alat-alat

bantu dan mainan yang lebih canggih serta dalam bidang pendidikan.

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu menangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolah kata, pengolah angka, dan lain sebagainya),

mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

lainnya terletak pada perbandingan RAM dan ROM-nya. Pada sistem komputer

perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program-program pengguna

disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin-rutin antar muka

perangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada

mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program

kontrol disimpan dalam ROM yang ukurannya relatif lebih besar, sedangkan RAM

digunakan sebagai tempat penyimpanan sederhana sementara, termasuk

register-register yang digunakan pada mikrokontroler yang bersangkutan.

Mikrokontroler AT89S51 merupakan salah satu keluarga dari MCS-51

keluaran Atmel. Jenis mikrokontroler ini pada prinsipnya dapat digunakan untuk

(24)

Pada prinsipnya program pada mikrokontroler dijalankan bertahap, jadi pada

program itu sendiri terdapat beberapa set instruksi dan tiap instruksi itu dijalankan

secara bertahap atau berurutan.

Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh mikrokontroler AT89S51 adalah sebagai

berikut :

1. Sebuah Central Processing Unit 8 bit 2. Osilator : internal dan rangkaian pewaktu 3. RAM internal 128 byte

4. Flash memori 4 Kbyte

5. Lima buah jalur interupsi (dua buah interupsi eksternal dan tiga buah interupsi

internal)

6. Empat buah programable port I/O yang masing-masing terdiri dari delapan buah jalur I/O

7. Sebuah port serial dengan kontrol serial full duplex UART

8. Kemampuan untuk melaksanakan operasi aritmatika dan operasi logika

9. Kecepatan dalam melaksanakan instruksi per siklus 1 mikrodetik pada

frekuensi 12 MHz.

2.3.1 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Setiap mikrokontroler memiliki arsitekturr yang berbeda. Tetapi meskipun demikian

memilikikeseragaman dalam pokok – pokok kerjanya. Pada dasarnya arsitektur

mikrokontroler dapat dilihat pada pengalamatan kode dan pengalamatan datanya,

(25)

tipe yang memisahkan alamat kode dengan alamat datanya. Keluarga MCS-51

termasuk dalam kategori yang memisahkan alamat kode maupun datanya.

Ada beberapa mode pengalamatan pada mikrokontroler :

1. Pengalamatan Langsung

Penglamatan langsung dilakukan dengan memberikan nilai kesuatu register

secara langsung dengan menggunakan tanda ”#”.

Contoh :

Mov A,#20h : isi akkumulator dengan bilangan 20 h Mov DPTR,#25h : isi register DPTR dengan bilangan 25 h Mov R1,#10h : isi register R1 dengan bilangan 10 h

2. Pengalamatan tak langsung

Pengalamatan tak langsung dilakukan untuk menunjuk ke sebuah register yang

berisi alamat memori yang digunakan dalam operasi dengan menggunakan

tanda ”@”. AT89S51 mempunyai sebuah register 16 bit (DPTR) yang dapat

digunakan untuk melakukan pengalamatan tidak langsung.

Contoh :

DEC @R1 : kurangi isi RAM yang alamatnya ditunjukkan oleh register R1

3. Pengalamatan kode

Pengalamatan kode terjadi saat operand berfungsi sebagai alamat dari intruksi

(26)

4. Pengalamatan Bit

Pengalamatan bit merupakan penunjukan alamat lokasi bit, baik yang berada

didalam RAM internal atau perangkat keras. Simbol (.) digunakan dalam

operasi ini.

Contoh :

SETB P1.5 : set bit port 1.5 aktif SETB TR1 : set bit TR1 (timer 1 aktif)

Tidak seperti sistem komputer, yang mampu manangani berbagai macam

program aplikasi (misalnya pengolah data, pengolah angka, dan lain sebagainya),

mikrokontroler hanya bisa digunakan untuk satu aplikasi tertentu saja. Perbedaan

lainnya terletak pada perbandingan RAM-nya dan ROM. Pada sistem komputer

perbandingan RAM dan ROM-nya besar, artinya program – program pengguna

disimpan dalam ruang RAM yang relatif besar, sedangkan rutin – rutin antar muka

prangkat keras disimpan dalam ruang ROM yang kecil. Sedangkan pada

mikrokontroler, perbandingan ROM dan RAM-nya yang besar artinya program

kontrol disimpan dalam ROM (bisa masked Rom atau Flash PEROM) yang

ukurannya relatif besar, sedangkan RAM digunakan sebagai tempat penyimpanan

sementara, termasuk register – register yang digunakan pada mikrokontroler yang

bersangkutan.

2.3.2 Kontruksi AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 hanya memerlukan tambahan 3 kapasitor, 1 resistor dan 1

kristal serta catu daya 5 volt. Kapasitor 10 mikro-farad dan resistor 10 kilo Ohm

(27)

AT89C4051 otomatis direset begitu rangkaian menerima catu daya. Kristal dengan

frekuensi maksimum 24MHz dan kapasitor 30 mikro-farad dipakai untuk melengkapi

rangkaian osilator pembentuk clock yang menentukan kecepatan kerja mikrokontroler.

Memori merupakan bagian yang sangat penting pada mikrokontroler.

Mikrokontroler memiliki dua macam memori yang sifatnya berbeda.

Read Only Memory (ROM) yang isinya tidak berubah meskipun IC kehilangan catu daya. Sesuai dengan keperluannya, dalam susunan MCS-51 memori

penyimpanan program ini dinamakan sebagai memori program.

Random Access Memory (RAM) isinya akan sirna begitu IC kehilangan catu daya, dipakai untuk menyimpan data pada saat program bekerja. RAM yang dipakai

untuk menyimpan data ini disebut sebagai memori data.

Ada berbagai jenis ROM. Untuk mikrokontroler dengan program yang sudah

baku dan diproduksi secara massal, program diisikan kedalam ROM pada saat IC

mikrokontroler dicetak dipabrik IC. Untuk keperluan tertentu mikrokontroler

menggunakan ROM yang dapat diisi ulang atau Programble-Eraseable ROM yang

disingkat menjadi PROM (PEROM). Dulu banyak UV-EPROM (Ultra Violet

Eraseable Programble ROM) yang kemudian dinilai mahal dan ditinggalkan setelah ada flash PEROM yang harganya jauh lebih murah.

Jenis memori yang dipakai untuk memori program AT89S51 adalah flash

PEROM, program untuk mengendalikan mikrokontroler diisikan ke memori itu lewat

(28)

Memori data yang disediakan dalam chip AT89S51 sebesar 128 kilo byte meskipun

hanya kecil saja tapi untuk banyak keperluan memori kapasitas itu sudah cukup.

AT89S51 dilengkapi UART (Universal Asyncronous Receiver/Transmiter) yang biasa dipakai untuk komunikasi data secara seri. Jalur untuk komunikasi data

seri (RXD dan TXD) diletakkan berhimpitan dengan P1.0 dan P1.1. pada kaki nomor

2 dan 3, sehingga kalau sarana input/output bekerja menurut fungsi waktu. Clock

penggerak untaian pencacah ini bisa berasal dari osilator kristal atau clock yang diumpan dari luar lewat T0 dan T1/T0 dan T1 berhimpitan dengan P3.4 dan P3.5,

sehingga P3.4 dan P3.5 tidak bisa dipakai untuk jalur input/output paralel kalau T0 dan T1 dipakai.

AT89S51 mempunyai enam sumber pembangkit interupsi, dua diantaranya

adalah sinyal interupsi yang diumpankan ke kaki INT0 dan INT1. Kedua kaki ini

berhimpitan dangan P3.2 dan P3.3 sehingga tidak bisa dipakai sebagai jalur

input/output paralel kalau INT0 dan INT1 dipakai untuk menerima sinyal interupsi.

Port1 dan 2, UART, Timer 0, Timer 1 dan sarana lainnya merupakan yang

secara fisik merupakan RAM khusus, yang ditempatkan di Special Function Register

(29)

2.3.3 Pin-Pin pada Mikrokontroler AT89S51

Deskripsi pin-pin pada Mikrokontroler AT89S51 :

Gambar 2.5 IC Mikrokontroller AT89S51

VCC (Pin 40)

Suplai tegangan

GND (Pin 20)

Ground

Port 0 (Pin 39-Pin 32)

Port 0 dapat berfungsi sebagai I/O biasa, low order multiplex address/data

ataupun penerima kode byte pada saat flash progamming Pada fungsi sebagai I/O biasa port ini dapat memberikan output sink ke delapan buah TTL input atau dapat diubah sebagai input dengan memberikan logika 1 pada port tersebut.

(30)

internal pull up.

Pada saat flash progamming diperlukan eksternal pull up, terutama pada saat verifikasi program.

Port 2 (Pin 21 – pin 28)

Port 2 berfungsi sebagai I/O biasa atau high order address, pada saat mengakses memori secara 16 bit. Pada saat mengakses memori 8 bit, port ini akan

mengeluarkan isi dari P2 special function register. Port ini mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Sebagai output, port ini dapat memberikan output sink keempat buah input TTL.

Port 3 (Pin 10 – pin 17)

Port 3 merupakan 8 bit port I/O dua arah dengan internal pullup. Port 3 juga mempunyai fungsi pin masing-masing, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.1 Konfigurasi Port 3 Mikrokontroler AT89S51

Nama Pin Fungsi

P3.0 (Pin 10) RXD (Port Input Serial)

P3.1 (Pin 11) TXD (Port Output Serial)

P3.2 (Pin 12) INT0 (Interrupt 0 Serial)

P3.3 (Pin 13) INT1 (Interrupt 1 Serial)

P3.4 (Pin 14) T0 (Input Eksternal timer 0)

P3.5 (Pin 15) T1 (Input Eksternal timer 1)

P3.6 (Pin 16) WR (Untuk menulis eksternal data memori)

(31)

RST (pin 9)

Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2 cycle.

ALE/PROG (pin 30)

Address Latch Enable adalah pulsa output untuk me-latch byte bawah dari alamat selama mengakses memori eksternal. Selain itu, sebagai pulsa input program (PROG) selama memprogram Flash.

PSEN (pin 29)

Progam store enable digunakan untuk mengakses memori progam eksternal.

EA (pin 31)

Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan progam yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Jika kondisi high, pin ini akan berfungsi untuk menjalankan progam yang ada pada memori internal. Pada saat flash progamming, pin ini akan mendapat tegangan 12 Volt.

XTAL1 (pin 19)

Input untuk clock internal.

(32)

2.4 Perangkat Lunak

2.4.1 Bahasa Assembly MCS-51

Bahasa yang digunakan untuk memprogram IC mikrokontroler AT89S51 adalah

bahasa assembly untuk MCS-51. angka 51 merupakan jumlah instruksi pada bahasa

ini hanya ada 51 instruksi. Dari 51 instruksi, yang sering digunakan orang hanya 10

instruksi. Instruksi –instruksi tersebut antara lain :

1. Instruksi MOV

Perintah ini merupakan perintah untuk mengisikan nilai ke alamat atau register

tertentu. Pengisian nilai dapat secara langsung atau tidak langsung.

Contoh pengisian nilai secara langsung

MOV R0,#20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai 20 Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah nilai.

Contoh pengisian nilai secara tidak langsung

MOV 20h,#80h ...

... MOV R0,20h

Perintah di atas berarti : isikan nilai yang terdapat pada alamat 20

Heksadesimal ke register 0 (R0).

Tanpa tanda # sebelum bilangan menunjukkan bahwa bilangan tersebut adalah

(33)

2. Instruksi DJNZ

Decreament Jump If Not Zero (DJNZ) ini merupakan perintah untuk

mengurangi nilai register tertentu dengan 1 dan lompat jika hasil

pengurangannya belum nol. Contoh ,

MOV R0,#80h Loop: ...

...

DJNZ R0,Loop ...

R0 -1, jika belum 0 lompat ke loop, jika R0 = 0 maka program akan

meneruskan ke perintah pada baris berikutnya.

3. Instruksi ACALL

Instruksi ini berfungsi untuk memanggil suatu rutin tertentu. Contoh :

...

ACALL TUNDA ...

TUNDA:

...

4. Instruksi RET

Instruksi RETURN (RET) ini merupakan perintah untuk kembali ke rutin pemanggil setelah instruksi ACALL dilaksanakan. Contoh,

ACALL TUNDA ...

TUNDA:

(34)

5. Instruksi JMP (Jump)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu. Contoh,

Loop:

... ...

JMP Loop

6. Instruksi JB (Jump if bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika high (1). Contoh,

Loop:

JB P1.0,Loop ...

7. Instruksi JNB (Jump if Not bit)

Instruksi ini merupakan perintah untuk lompat ke alamat tertentu, jika pin yang

dimaksud berlogika Low (0). Contoh,

Loop:

JNB P1.0,Loop ...

8. Instruksi CJNZ (Compare Jump If Not Equal)

Instruksi ini berfungsi untuk membandingkan nilai dalam suatu register

dengan suatu nilai tertentu. Contoh,

Loop:

...

(35)

Jika nilai R0 tidak sama dengan 20h, maka program akan lompat ke rutin

Loop. Jika nilai R0 sama dengan 20h,maka program akan melanjutkan

instruksi selanjutnya..

9. Instruksi DEC (Decreament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk mengurangi nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

DEC R0 R0 = R0 – 1

...

10.Instruksi INC (Increament)

Instruksi ini merupakan perintah untuk menambahkan nilai register yang

dimaksud dengan 1. Contoh,

MOV R0,#20h R0 = 20h

...

INC R0 R0 = R0 + 1

...

11.Dan lain sebagainya

2.4.2 Software 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Instruksi-instruksi yang merupakan bahasa assembly tersebut dituliskan pada sebuah

editor, yaitu 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE). Tampilannya seperti di bawah

(36)

Gambar 2.6 8051 Editor, Assembler, Simulator (IDE)

Setelah program selesai ditulis, kemudian di-save dan kemudian di-Assemble

(di-compile). Pada saat di-assemble akan tampil pesan peringatan dan kesalahan. Jika

masih ada kesalahan atau peringatan, itu berarti ada kesalahan dalam penulisan

perintah atau ada nama subrutin yang sama, sehingga harus diperbaiki terlebih dahulu

sampai tidak ada pesan kesalahan lagi.

Software 8051IDE ini berfungsi untuk merubah program yang kita tuliskan ke

dalam bilangan heksadesimal, proses perubahan ini terjadi pada saat peng-compile-an.

Bilangan heksadesimal inilah yang akan dikirimkan ke mikrokontroller.

2.4.3 Software Downloader

Untuk mengirimkan bilangan-bilangan heksadesimal ini ke mikrokontroller digunakan

software ISP- Flash Programmer 3.0a yang dapat didownload dari internet.

(37)

Gambar 2.7 ISP- Flash Programmer 3.a

Cara menggunakannya adalah dengan meng-klik Open File untuk mengambil

file heksadesimal dari hasil kompilasi 8051IDE, kemudian klik Write untuk

mengisikan hasil kompilasi tersebut ke mikrokontroller.

2.5 Relay

Relay adalah suatu rangkaian switch magnetik yang bekerja bila mendapat catu dan

suatu rangkaian trigger. Relay memiliki tegangan dan arus nominal yang harus

dipenuhi output rangkaian pendriver atau pengemudinya. Arus yang digunakan pada

rangkaian adalah arus DC.

Konstruksi dalam suatu relay terdiri dari lilitan kawat (coil) yang dililitkan

pada inti besi lunak. Jika lilitan kawat mendapatkan aliran arus, inti besi lunak kontak

menghasilkan medan magnet dan menarik switch kontak. Switch kontak mengalami

(38)

asalnya. Keadaan ini akan bertahan selama arus mengalir pada kumparan relay. Dan

relay akan kembali keposisi semula yaitu normaly ON atau Normaly OFF, bila tidak

ada lagi arus yang mengalir padanya, posisi normal relay tergantung pada jenis relay

yang digunakan. Dan pemakaian jenis relay tergantung pada kadaan yang diinginkan

dalam suatu rangkaian.

Menurut kerjanya relay dapat dibedakan menjadi :

a. Normaly Open (NO), saklar akan tertutup bila dialiri arus

b. Normaly Close (OFF), saklar akan terbuka bila dialiri arus

c. Change Over (CO), relay ini mempunyai saklar tunggal yang nomalnya tertutup

yang lama, bila kumparan 1 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal A,

sebaliknya bula kumparan 2 dialiri arus maka saklar akan terhubung ke terminal

B.

Analogi rangkaian relay yang digunakan pada tugas akhir ini adalah saat basis

transistor ini dialiri arus, maka transistor dalam keadaan tertutup yang dapat

menghubungkan arus dari kolektor ke emiter yang mengakibatkan relay terhubung.

Sedangkan fungsi dioda disini adalah untuk melindungi transistor dari tegangan

induksi berlebih, dimana tegangan ini dapat merusak transistor.

Jika transistor pada basis tidak ada arus maju, transistor terbuka sehingga arus

tidak mengalir dari kolektor ke emiter, relay tidak bekerja karena tidak ada arus yang

(39)

Bentuk relay yang digunakan da bentuk relay dengan rangkaian driver dapat dilihat

pada gambar2.24.

Vcc

Tr VB

Dioda

a. Simbol b. Relay dengan rangkaian driver

Gambar 2.8 Simbol Relay dan Rangkaian Driver

2.6 Motor Langkah (Stepper)

Motor langkah (stepper) banyak digunakan dalam berbagai aplikasi, dipergunakan

apabila dikehendaki jumlah putaran yang tepat atau di perlukan sebagian dari putaran

motor. Suatu contoh dapat di jumpai pada disk drive, untuk proses pembacaan

dan/atau penulisan data ke/dari cakram(disk), head baca-tulis ditempatkan pada

tempat yang tepat di atas jalur atau track pada cakram, untuk head tersebut di

hubungkan dengan sebuah motor langkah.

Aplikasi penggunaan motor langkah dapat juga di jumpai dalam bidang

industri atau untuk jenis motor langkah kecil dapat di gunakan dalam perancangan

(40)

misalnya, dalam proses pengeboran logam yang menghendaki ketepatan posisi

pengeboran, dalam hal ini di lakukan oleh sebuah robot yang memerlukan ketepatan

posisi dalam gerakan lengannya dan lain-lain.

Pada gambar 2.7 di bawah ini ditunjukkan dasar susunan sebuah motor

langkah (stepper). A

B

Gambar 2.9 Diagram Motor Langkah ( stepper )

2.7 Seven Segment

Seven segment merupakan cacah segment minimum yang dipergunakan untuk menampilkan angka 0 sampai 9 seperti yang diilustrasikan pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.10 Tampilan Seven Segment

D C U

S

A

(41)

Sejumlah karakter alphabet juga bisa disajikan menggunakan tampilan seven segment

ini.

Seven segment terdiri dari 2 konfigurasi, yaitu common anoda dan common katoda. Pada seven segment tipe common anoda, anoda dari setiap LED dihubungkan menjadi satu kemudian dihubungkan ke sumber tegangan positip dan katoda dari

masing-masing LED berfungsi sebagai input dari seven segment, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.11 Konfigurasi Seven Segmen Tipe Common Anoda

Sesuai dengan gambar di atas, maka untuk menyalakan salah satu segment,

maka katodanya harus diberi tegangan 0 volt atau logika low. Misalnya jika segmen a akan dinyalakan, maka katoda pada segment a harus diberi tegangan 0 volt atau logika

low, dengan demikian maka segment a akan menyala. Demikian juga untuk segmen lainnya.

(42)

berfungsi sebagai input dari seven segment, seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 2.12 Konfigurasi Seven Segment Tipe Common Katoda

Sesuai dengan gambar 2.6 di atas, maka untuk menyalakan salah satu segment,

maka anodanya harus diberi tegangan minimal 3 volt atau logika high. Misalnya jika segment a akan dinyalakan, maka anoda pada segment a harus diberi tegangan

minimal 3 volt atau logika high, dengan demikian maka segmen a akan menyala. Demikian juga untuk segment lainnya.

(43)

BAB 3

RANGKAIAN PADA SISTEM PENGATUR BUKA / TUTUP ATAP

DAN PEMANAS RUANGAN

3.1 Rangkaian Power Supplay (PSA) 3.1.1 Prinsip Kerja Rangkaian

Pada rangkaian ini terdapat sebuah trafo CT yang merupakan trafo stepdown yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari 220 volt AC menjadi 12 volt AC.

Kemudian 12 volt AC akan disearahkan dengan menggunakan dua buah dioda,

selanjutnya 12 volt DC akan diratakan oleh kapasitor 3300 F. Dua buah dioda

berikutnya berfungsi untuk menahan arus yang ada pada regulator agar tidak balik jika

terjadi penarikan arus sesaat dari tegangan 12 volt. Regulator tegangan 5 volt (7805)

digunakan agar keluaran yang dihasilkan tetap 5 volt walaupun terjadi perubahan pada

tegangan masukannya. LED hanya sebagai indikator apabila PSA dinyalakan.

Tegangan 12 volt DC langsung diambil dari keluaran 2 buah dioda penyearah.

Rangkaian power supplay ditunjukkan pada gambar 3.2 berikut ini :

(44)

3.1.2 Fungsi Rangkaian

Adapun fungsi dari rangkaian power supplay (PSA) adalah sebagai sumber tegangan

keseluruh rangkaian yang ada. Tegangan keluaran dari rangkaian ini terdiri dari dua,

yaitu 5 volt dan 12 volt DC. Tegangan 5 V DC digunakan kerangkaian

mikrokontroler, rangkaian ADC 0804, rangkaian keypad, rangkaian display seven segment yang terdapat pada sistem rangkaian pengaturan atap dan pemanas ruangan otomatis secara keseluruhan. Sedangkan tegangan 12 V DC digunakan untuk relay

yang terdapat pada rangkaian pengendali blower dan juga mensupplay tegangan ke

driver motor stepper.

3.2 Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC (Analog to Digital Converter) 3.2.1 Prinsip Kerja Rangkaian

Pada rangkaian ini, ADC yang digunakan adalah ADC 0804 8 bit. Untuk mengetahui

temperatur dalam ruangan, digunakan LM35 yang merupakan sensor temperatur. Pada

rangkaian input ADC dihubungkan ke sensor LM35,sehingga setiap perubahan

tegangan pada LM35 akan diolah ADC.

Agar output yang dihasilkan oleh ADC bagus, maka tegangan refrensi ADC

harus benar-benar stabil, karena perubahan tegangan refrensi pada ADC akan

merubah output ADC tersebut. Oleh sebab itu pada rangkaian ADC di atas tegangan

masukan 12 volt dimasukkan ke dalam IC regulator tegangan 9 volt ( 7809) agar

keluarannya menjadi 9 volt, kemudian keluaran 9 volt ini dimasukkan kedalam

regulator tegangan 5 volt (7805), sehingga keluarannya menjadi 5 volt. Tegangan 5

(45)

tegangan masukan turun setengahnya, yaitu dari 12 volt menjadi 6 volt, tegangan

refrensi ADC tetap 5 volt.

Output dari LM35 ini dimasukkan sebagai input ADC. Rangkaiannya seperti gambar

3.4 dibawah ini:

Gambar 3.2 Rangkaian Sensor Temperatur dan ADC

Output dari LM35 diinputkan ke pin 6 ADC yang merupakan pin input, ini

berarti setiap perubahan tegangan yang terjadi pada input ini maka akan terjadi

perubahan pada output ADC.

Keluaran dari rangkaian sensor suhu dihubungkan ke rangkaian ADC untuk

diubah datanya menjadi data biner agar dapat dikenali oleh mikrokontroler AT89S51.

Untuk mendapatkan Vref/2 digunakan dioda zener 5,1 volt, kemudian

(46)

Output dari ADC dihubungkan ke mikrokontroler, sehingga setiap perubahan

output ADC yang disebabkan oleh perubahan inputnya (sensor temperatur LM 35)

akan diketahui oleh mikrokontoler.

3.2.2 Fungsi Rangkaian

Rangakaian ADC ini berfungsi untuk merubah data analog yang dihasilkan oleh

sensor temperatur menjadi data digital. Sebagaimana yang telah kita ketahui, bahwa

data yang dapat diolah oleh mikrokontroler adalah data dalam bentuk digital,

sedangkan data keluaran yang dihasilkan oleh sensor temperatur LM35 adalah dalam

bentuk analog. Oleh sebab itu data hasil pengukuran temperatur oleh LM 35 terlebih

dahulu diubah dalam bentuk digital, setelah itu output dari ADC dihubungkan ke

mikrokontroler. Sehingga mikrokontroler dapat mengetahui temperatur yang terdapat

didalam rungan. Dengan demikian pemanasan ruangan dapat dilakukan dengan

otomatis.

3.3 Rangkaian Keypad

3.3.1 Prinsip Kerja Rangkaian

Rangkaian keypad yang digunakan adalah rangkaian keypad yang telah ada dipasaran.

Keypad ini terdiri dari 16 tombol yang hubungan antara tombol – tombolnya seperti tampak pada gambar 3.7. Rangkaian ini di hubungkan ke port 2 mikrokontroler

(47)

Kemudian data yang diketikkan pada keypad akan diterima oleh

mikrokontroler AT89S51 untuk kemudian diolah dan ditampilkan pada display seven

segment. Rangkaian keypad ditunjukkan pada gambar berikut ini :

Gambar 3.3 Rangkaian Keypad

3.3.2 Fungsi Rangkaian

Adapun fungsi rangkaian keypad adalah sebagai tombol untuk memasukkan nilai

temperature yang akan dikendalikan apabila tombol – tombol yang ada pada keypad

ditekan.

3.4 Rangkaian Sensor Cahaya 3.4.1 Prinsi Kerja Rangkaian

Untuk dapat menggerakan driver motor stepper, maka alat dilengkapi dengan sebuah

(48)

L D R

4 K 7 1 0 0 K

3 3 0 O h m

4 K 7

C 9 4 5

+ 5 V + 5 V

P 1 . 4

Gambar 3.4 Rangkaian Sensor Cahaya

LDR atau Light Dependent Resistor adalah salah satu jenis resistor yang nilai hambatannya dipengaruhi oleh cahaya yang diterima olehnya. LDR dibuat dari

Cadmium Sulfida yang peka terhadap cahaya. Seperti yang telah diketahui bahwa

cahaya memiliki dua sifat yang berbeda yaitu sebagai gelombang elektromagnetik dan

foton/partikel energi (dualisme cahaya). Saat cahaya menerangi LDR, foton akan

menabrak ikatan Cadmium Sulfida dan melepaskan elektron. Semakin besar intensitas

cahaya yang datang, semakin banyak electron yang terlepas dari ikatan. Sehingga

hambatan LDR akan turun saat cahaya meneranginya.

LDR akan mempunyai hambatan yang sangat besar saat tak ada cahaya yang

mengenainya (gelap). Dalam kondisi ini hambatan LDR mampu mencapai 1 M Ohm.

Akan tetapi saat terkena cahaya, hambatan LDR akan turun secara drastis, hingga

kira-kira 250 Ohm.

Pada saat LDR dikenai cahaya, besar tegangan yang diumpankan ke transistor

adalah:

(49)

Tegangan tersebut akan mengkatifkan transistor C945. Pada saat aktif,

kolektornya akan mendapatkan tegangan 0 Volt dari ground. Tegangan 0 volt inilah

yang merupakan sinyal low (0) yang diumpankan ke mikrokontroler AT89S51.

Pada saat tidak ada cahaya yang mengenai LDR, tegangan yang diumpankan

ke transistor adalah:

Tegangan tersebut belum dapat mengaktifkan transistor C945. Dengan

demikian tegangan kolektor-emitornya berkisar antara 4,5 V – 5 V. Tegangan inilah

yang merupakan sinyal high (1) yang diumpankan pada mikrokontroler AT 89S51.

3.4.2 Fungsi Rangkaian

Sensor cahaya dipasang pada rangkaian ini dengan tujuan untuk mendeteksi apakah

cuaca sedang cerah atau gelap. Ketika cerah, cahaya yang mengenai LDR akan sangat

berlimpah, sehingga mikrokontroler akan mendapatkan sinyal low. Selanjutnya,

mikrokontroler akan mengirim data pada rangkaian driver motor untuk segera

membuka atap.

Sebaliknya ketika cuaca mendung, cahaya yang mengenai LDR akan

berkurang. Sensor cahaya ini akan segera mengirim sinyal high pada mikrokontroler.

(50)

3.5 Rangkaian Saklar Batas 3.5.1 Prinsip Kerja Rangkaian

Ketika mikrokontroler memerintahkan motor untuk membuka atap, mikrokontroler

tidak mengetahui apakah atapsudah terbuka penuh atau belum. Hal yang sama juga

terjadi ketika mikrokontroler memerintahkan motor untuk menutup atap,

mikrokontroler tidak mengetahui apakah atap sudah tertutup rapat atau belum. Karena

itu dibutuhkan sebuah saklar batas yang dapat mengetahui kedua keadaan tersebut.

Dalam hal ini digunakan sebuah saklar batas untuk buka atap, yang berfungsi

untuk mengetahui apakah atap sudah terbuka penuh atau belum, dan sebuah saklar

batas untuk tutup pintu gerbang yang berfungsi untuk mengetahui apakah atap sudah

tertutup rapat atau belum. Rangkaian saklar batas untuk buka atap hanya terdiri dari

sebuah saklar yang dihubungkan ke ground dan ke mikrokontroler AT89S51

Rangkaiannya seperti gambar dibawah ini,

(AT89S51)

Gambar 3.5 Rangkaian Saklar batas untuk Buka / Tutup Atap

Ketika saklar batas dalam keadaan terbuka, kondisi outputnya adalah high.

Namun jika atap menyentuh saklar, maka outputnya akan terhubung ke ground, yang

menyebabkan kondisi outputnya akan berubah dari high (1), menjadi low (0).

(51)

tanda bahwa atap telah terbuka lebar, maka mikrokontroler akan memerintahkan

motor stepper untuk berhenti berputar, sehingga atap tidak terbuka lebih lebar lagi.

Saklar batas untuk tutup atap juga mempunyai rangkaian dan cara kerja yang

sama dengan rangkaian saklar batas untuk buka pintu, perbedaannya hanya terletak

pada hubungannya dengan mikrokontroler AT89S51.

3.5.2 Fungsi Rangkaian

Rangkaian ini dibuat agar mikrokontroler dapat mengetahui atap sudah terbuka penuh

atau sudah tertutup penuh. Mikrokontroler akan mengambil tindakan untuk

menghentikan putaran motor stepper.

3.6 Rangkaian Mikrokontroler AT89S51 3.6.1 Prinsip Kerja Rangkaian

Mikrokontroler ini memiliki 32 port I/O, yaitu port 0, port 1, port 2 dan port 3. Pin 32

sampai 39 adalah Port 0 yang merupakan saluran / bus I/O 8 bit. Pin 1 sampai 8 adalah

port 1. Pin 21 sampai 28 adalah port 2. Dan Pin 10 sampai 17 adalah port 3 Pin 40

dihubungkan ke sumber tegangan 5 volt. Dan pin 20 dihubungkan ke ground.

Rangkaian mikrokontroler ini menggunakan komponen kristal 12 MHz sebagai

sumber clocknya. Nilai kristal ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler

dalam mengeksekusi suatu perintah tertentu.

Pada pin 9 dihubungkan dengan sebuah kapasitor 10 uF yang dihubungkan ke

(52)

ini berfungsi agar program pada mikrokontroler dijalankan beberapa saat setelah

power aktif. Lamanya waktu antara aktifnya power pada IC mikrokontroler dan

aktifnya program adalah sebesar perkalian antara kapasitor dan resistor tersebut. Jika

dihitung maka lama waktunya adalah :

10 10 1 det

t=R x C= KΩ x μF = m ik

Jadi 1 mili detik setelah power aktif pada IC kemudian program aktif.

Rangkaian ini berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada.

Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC mikrokontroler AT89S51. Pada IC

inilah semua program diisikan, sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang

dikehendaki. Rangkaian mikrokontroler ditunjukkan pada gambar 3.3 berikut ini:

(53)

3.6.2 Fungsi Rangkaian

Rangkaian ini menggunakan AT89S51 sebagai mikrokontrolernya. Adapun fungsi

dari rangkaian ini adalah sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada dan

sebagai pusat pemrosesan data hasil pengukuran sensor temperature LM 35 dan sensor

cahaya LDR yang telah diubah menjadi data digital oleh ADC 0804.

3.7 Rangkaian Relay Pengendali Pemanas (Blower) 3.7.1 Prinsip Kerja Rangkaian

Pada rangkaian ini digunakan relay sebagai saklar penghubung atau pemutus tegangan

yang dapat menghidupkan / mematikan peralatan elektronik (dalam hal ini blower).

Pada rangkaian di bawah ini, untuk menghubungkan rangkaian dengan 220 V AC

digunakan relay. Relay merupakan salah satu komponen elektronik yang terdiri dari

lempengan logam sebagai saklar dan kumparan yang berfungsi untuk menghasilkan

medan magnet. Pada rangkaian ini digunakan relay 12 volt, ini berarti jika positif

relay (kaki 1) dihubungkan ke sumber tegangan 12 volt dan negatif relay (kaki 2)

dihubungkan ke ground, maka kumparan akan menghasilkan medan magnet, dimana

medan magnet ini akan menarik logam yang mengakibatkan saklar (kaki 3) terhubung

ke kaki 4. Dengan demikian, jika kita gunakan kaki 3 dan kaki 4 pada relay sebagai

saklar untuk menghidupkan/mematikan lampu maka kita dapat menghidupkan/

mematikan blower dengan cara mengaktifkan atau menon-aktifkan relay.

(54)

Blower

Gambar 3.7 Rangkaian Relay Pengendali Blower 220 volt AC

Hubungan yang digunakan adalah normally open. Prinsip kerja rangkaian ini

pada dasarnya memanfaatkan fungsi transistor sebagai saklar digital. Tegangan atau

sinyal pemicu dari transistor berasal dari mikrokontroler Port 3.6. Pada saat logika

pada port 3.6 adalah tinggi (high), maka transistor mendapat bias dari tegangan bias

dari kaki basis. Dengan adanya tegangan bias ini maka transistor akan aktif

(saturation), sehingga adanya arus yang mengalir kekumparan relay. Hal ini akan

menyebabkan saklar pada relay menjadi terbuka sehingga hubungn sumber tegangan

220 Volt terhubung ke blower. Begitu juga sebaliknya pada saat logika pada P3.6

adalah rendah (low) maka relay tedak dialiri arus. Hal ini akan menyebabkan saklar

pada relay terputus, sehingga sumber tegangan 220 Volt dengan blower terputus dan

blower tidak menyala.

Untuk mencegah kerusakan pada transistor tersebut sebuah dioda harus

dihubungkan ke relay tersebut. Dioda dihubungkan secara terbalik sehingga secara

(55)

dinon-aktifkan, pada saat ini arus akan terus mengalir melalui kumparan dan arus ini akan

dialirkan ke dioda. Tanpa adanya dioda arus sesaat yang besar itu akan mengalir ke

transistor, yang mengakibatkan kerusakan pada transistor.

Rangkaian ini juga dilengkapi dengan LED indicator, dimana LED indikator ini akan

menyala, jika relay aktif dan sebaliknya, LED indikator ini akan mati jika relay tidak

aktif. LED indikator ini dikendalikan oleh sebuah transistor jenis PNP, dimana basis

transistor ini mendapatkan input dari kolektor transistor C945. Transistor tipe PNP

akan aktif jika mendapat tegangan 0 volt pada basisnya.

3.7.2 Fungsi rangkaian

Rangkaian relay pengendali blower berfungsi untuk memutuskan atau

menghubungkan sumber tegangan 220 V AC dengan blower (pemanas). Adapun

fungsi blower (pemanas) adalah untuk meningkatkan temperature apabila temperature

yang terukur oleh sensor temperature LM35 lebih kecil dari temperatur yang

diinginkan.

3.8Rangkaian Driver Motor Stepper 3.8.1 Prinsip Kerja Rangkaian

Mikrokontroler tidak dapat langsung mengendalikan putaran dari motor stepper,

karena itu dibutuhkan driver sebagai perantara antara mikrokontroler dan motor

stepper, sehingga perputaran dari motor stepper dapat dikendalikan oleh

mikrokontroler. Rangkaian driver motor stepper ditunjukkan pada gambar 3.9 berikut

(56)

Gambar 3.8 Rangkaian Driver Motor Stepper

Driver ini berfungsi untuk memutar motor stepper searah dengan jarum jam

atau berlawanan arah dengan jarum jam. Rangkaian ini akan dikendalikan oleh

mikrokontroler AT89S51. Jadi dengan memberikan sinyal high secara bergantian ke

input dari rangkaian motor stepper tersebut, maka pergerakan motor stepper sudah

dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51. Rangkaian driver motor stepper ini

terdiri dari empat masukan dan empat keluaran, dimana masing – masing masukan

dihubungkan dengan mikrokontroler AT89S51 dan keluarannya dihubungkan ke

motor stepper. Rangkaian ini akan bekerja memutar motor stepper jika diberi sinyal

high (1) secara bergantian pada kempat masukannya.

Rangkaian ini terdiri dari 4 buah transistor NPN TIP 122. Masing – masing

transistor dihubungkan ke P0.0, P0.1, P0.2 dan P0.3 pada mikrokontroler AT89S51.

basis dari masing – masing transistor diberi tahanan 1 Kohm untuk membatasi arus

yang masuk ketransistor. Kolektor dihubungkan dengan kumparan yang terdapat pada

(57)

emitter dihubungkan ke ground. Jika P0.0 diberi logika high (1), yang berarti basis

pada transistor TIP 122 mendapat tegangan 5 volt, maka transistor akan aktif. Hal ini

akan mnyebabkan terhubungnya kolektor dengan emitor, sehingga kolektor

mendapatkan tegangan 0 volt dari ground. Hal ini akan menyebabkan arus akan

mengalir dari sumber tegangan 12 volt ke kumparan, sehingga kumparan akan

menghasilkan medan magnet. Medan magnet ini akan menarik logam yang ada pada

motor, sehingga motor mengarah pada kumparan yang memiliki medan magnet

tersebut. Seterusnya jika logika high diberikan secara bergantian pada input driver

motor stepper, maka motor stepper akan berputar sesuai dengan arah ylogika high (1)

yang diberikan pada inputnya.

Untuk memutar dengan arah yang berlawanan dengan arah sebelumnya maka

logika high (1) pada input driver motor stepper harus diberikan secara bergantian

dengan arah yang berlawanan dengan sebelumnya.

3.8.2 Fungsi Rangkaian

Rangkaian Driver Motor Stepper berfungsi untuk mengendalikan putaran motor

stepper searah atau berlawanan dengan arah putaran jarum jam, karena

mikrokontroler tidak dapat langsung mengendalikan motorstepper. Sehingga putaran

motor stepper dapat diatur yang secara otomatis menggerakkan atap (mengatur

terbuka / tertutupnya atap ruangan).

3.9Rangkaian Display Seven Segment 3.9.1 Prinsip Kerja Rangkaian

Pada rangkaian ini menggunakan 3 buah seven segment common anoda sebagai

(58)

Rangkaian display seven segment ditunjukkan pada gambar 3.5 berikut ini :

Gambar 3.9 Rangkaian Display Seven Segment

IC ini akan merubah 8 bit data serial yang masuk menjadi keluaran 8 bit data

paralel. Rangkaian ini dihubungkan dengan P3.0 dan P3.1 AT89S51. P3.0 merupakan

fasilitas khusus pengiriman data serial yang disediakan oleh mikrokontroler AT89S51.

Sedangkan P3.1 merupakan sinyal clock untuk pengiriman data serial.

Dengan menghubungkan P3.0 dengan IC serial to paralel (IC 4094), maka

data serial yang dikirim akan diubah menjadi data paralel. Kemudian IC 4094 ini

dihubungkan dengan seven segment agar data tersebut dapat ditampilkan dalam

bentuk angka. Seven segment yang digunakan adalah tipe common anoda (aktif low),

ini berarti segmen akan menyala jika diberi data low (0) dan segment akan mati jika

(59)

3.9.2 Fungsi Rangkaian

Rangkaian ini digunakan untuk menampilkan nilai suhu yang dideteksi oleh sensor

temperature LM35. Adapun nilai yang ditampilkan adalah dalam bentuk decimal 3

digit, karena pada rangkaian ini menggunakan 3 buah display seven segment.

Tabel 3.1 Pengolahan data suhu yang terukur oleh rangkaian ADC serta tampilan hasil

pengolahan data pada display seven segment

(60)

BAB 4

RANGKAIAN SISTEM KESELURUHAN DAN PEMROGRAMAN

4.1 Rangkaian Sistem Pengatur Buka / Tutup Atap dan Pemanas Ruangan

Peralatan elektronika merupakan gabungan dari beberapa jenis rangkaian dengan

fungsi dan karakteristik yang berbeda – beda yang tersusun menjadi satu kesatuan.

Walaupun tiap rangkaian memiliki tiap rangkaian memiliki fingsi dan karakterisitik

yang berbeda – beda tetapi dalam mekanisme kerja semua rangkaian – rangkaian

tersebut saling melakukan kerja yang terintegrasi. Sehingga kerja yang dihasilkan juga

sesuai dengan yang diharapkan.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab 3 sebelumnya, bahwa terdapat beberapa

rangkaian dengan prinsip kerja dan fungsi yang berbeda – beda untuk tiap jenis

rangkaian. Rangkaian – rangkaian tersebut selanjutnya dihubungkan sedemikian rupa

antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan mekanisme kerja yang diharapkan.

Pada rangkaian sistem pengatur buka / tutup atap dan pemanas ruangan ini adalah

gabungan dari beberapa rangkaian yang terintegrasi. Adapun rangkaian – rangkaian

(61)

AT89S51. Mengenai prinsip kerja dan fungsi dari masing – masing rangkaian telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Gambar Rangkaian keseluruhan terlampir.

4.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller AT89S51

Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller AT89S51 telah bekerja dengan

baik, maka dilakukan pengujian.Pengujian bagian ini dilakukan dengan memberikan

program sederhana pada mikrokontroller AT89S51. Programnya adalah sebagai

berikut:

Loop: Setb P3.7 Acall tunda Clr P3.7 Acall tunda Sjmp Loop Tunda:

Mov r7,#255

Tnd: Mov r6,#255 Djnz r6,$

Djnz r7,tnd Ret

Program di atas bertujuan untuk menghidupkan LED yang terhubung ke P3.7 selama

± 0,13 detik kemudian mematikannya selama ± 0,13 detik secara terus menerus.

Perintah Setb P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika high yang menyebabkan LED

mati. Acall tunda akan menyebabkan LED ini mati selama beberapa saat. Perintah Clr

P3.7 akan menjadikan P3.7 berlogika low yang menyebabkan LED akan nyala.

(62)

Perintah Sjmp Loop akan menjadikan program tersebut berulang, sehingga akan

tampak LED tersebut tampak berkedip.

4.3 Pengujian Rangkaian ADC

Pengujian pada bagian rangkaian ADC ini dapat dilakukan dengan

menghubungkan rangkaian ADC ini dengan rangkaian mikrokontroler. Selanjutnya

rangkaian mikrokontroler dihubungkan dengan rangkaian display seven segment.

Mikrokontroler diisi dengan program untuk membaca nilai yang ada pada rangkaian

ADC, kemudian hasil pembacaannya ditampilkan pada display seven segment.

Programnya adalah sebagai berikut :

mov a,p2 mov b,#100 div ab mov 70h,a mov a,b mov b,#10 div ab mov 71h,a mov 72h,b

Dengan program di atas, maka akan tampil nilai temperatur yang dideteksi oleh sensor

(63)

4.4 Mekanisme Kerja dan Diagram Blok Sistem Pengatur Buka/Tutup Atap dan Pemanas Ruangan

Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancang.

Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram blok dari

sistem yang dirancang adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 4.2. berikut ini:

ADC

Desain sistem rangkaian terdiri dari:

1. Sensor suhu (LM35) berfungsi untuk mengukur suhu ruangan kemudian output sensor ini akan diinputkan ke ADC0804.

2. ADC0804 berfungsi untuk merubah tegangan analog dari sensor suhu menjadi data digital 8 bit, sehingga data tersebut dapat diolah oleh mikrokontroler AT89S51.

3. Keypad 4 x 4 berfungsi untuk memasukkan nilai temperatur yang akan dipertahankan di dalam ruangan, kemudian data dari keypad ini dikirim

kemikrokontroler AT89S51. Selanjutnya nikrokontroler AT89S51 akan

membandingkan data hasilpengukuran sensor LM 35 yang telah diubah kedalam

(64)

pengendalian temperatur dapat dilakukan sesuai dengan besar temperature yang

diinginkan.

4. Display berfungsi untuk menampilkan hasil pembacaan suhu pada sensor suhu (LM35) yang berada dalam ruangan

5. Mikrokontroler AT89S51 berfungsi untuk mengolah data digital yang dikirimkan oleh ADC0804, selanjutnya mikrokontroller akan menampilkan nilai suhu yang

terukur pada seven segment kemudian membandingkannya data dalam ruangan

dengan temperature yang kita inginkan melalui data masukan dari keypad untuk

kemudian mengambil tindakan (menghidupkan/mematikan blower).

6. Relay berfungsi sebagai perantara antara mikrokontroler yang memiliki tegangan 12 volt DC dengan blower yang memiliki tegangan 220 volt AC, sehingga blower

dapat dikendalikan oleh mikrokontroler AT89S51.

Apabila temperatur dalam ruangan lebih kecil dari yang kita inginkan, maka

mikrokontroler AT89S51 akan mengirimkan data high (1) ke rangkaian driver

relay, sehingga saklar dalam relay akan terhubung dan arus akan mengalir yang

menyebabkan pemanas ( blower ) hidup. Apabila temperatur ruangan telah

mencapai temperatur yang diinginkan sesuai dengan data masukan dari keypad,

maka pemanas (blower) akan mati secara otomatis.

7. Blower berfungsi untuk memanaskan ruangan yang akan dikendalikan oleh mikrokontroler setelah mendapatkan data dari sensor suhu (LM35).

8. Sensor cahaya (LDR) berfungsi untuk mendeteksi ada tidaknya cahaya sinar matahari yang kemudian output sensor ini diinputkan ke penguat sinyal. Penguat

sinyal berfungsi untuk memperkuat sinyal dari sensor cahaya menjadi logika 1

(65)

9. Driver stepper berfungsi untuk menggerakan motor stepper yang telah diolah data dari mikrokontroler.

(66)

4.5 Diagram Alir (Flowchart) dan program pada pemanas ruangan

1. Diagram Alir (Flowchart)

Gambar 4.2 Diagram Alir (Flowchart) Rangkaian Pemanas Ruangan

Start

Gambar

Tabel 4.2 Pengolahan data suhu yang terukur oleh rangkaian ADC serta
Gambar 2.1  LM 35 Basic Temperature Sensor
Gambar 2.2  Rangkaian  Pengukur Suhu
Gambar  2.5  IC Mikrokontroller AT89S51
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta ridho-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH

Evaluasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan penting dilaksanakan untuk mengupayakan pelayanan yang lebih baik, termasuk pelayanan kefarmasian di Pusat Kesehatan

BAB IV ANALISA PENYELAMATAN DAN PEMBINAAN KREDIT.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan kaldu nabati berflavour analog daging instan dengan teknologi pengeringan, mengetahui pengaruh jenis dan waktu

 Seorang masinis, tukang kayu, dokter gigi, dan dokter bedah memerlukan kemampuan pandang 3 dimensi, karena memerlukan pengertian tentang bentuk dan posisi objek di dalam

Terima kasih untuk (Alm) ayahanda yang selalu membuat saya termotivasi hingga akhirnya saya menjadi sarjana, terima kasih atas limpahan kasih sayang serta cinta kasih

Hubungan Antara Kemampuan Membaca dan Kemampuan Menerjemahkan Teks Berbahasa Jerman Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu..

Secara hipotetis dapat dikatakan bahwa tidak mungkin suatu sistem religi dari sekelompok masyarakat tertentu dapat musnah, karena religi adalah inti dari kebudayaan (covert