• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Karakteristik Dan Pengelolaan Tanah Sawah Yang Tekena Bencana Tsunami Stelah 2,5 Tahun"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN TANAH SAWAH

YANG TERKENA BENCANA TSUNAMI

SETELAH 2.5 TAHUN

TESIS

Oleh

MUSLIMAH

057004017/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN TANAH SAWAH

YANG TERKENA BENCANA TSUNAMI

SETELAH 2.5 TAHUN

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Sains Pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUSLIMAH

057004017/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Penelitian : KARAKTERISTIK DAN PENGELOLAAN TANAH SAWAH YANG TERKENA BENCANA TSUNAMI SETELAH 2,5 TAHUN

Nama Mahasiswa : MUSLIMAH Nomor Pokok : 057004017

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Ligkungan

Menyetujui :

KOMISI PEMBIMBING

Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc., Ph.D K e t u a

Ir. Mukhlis, MSi Ir. Guslim, MS

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur

(4)

Tanggal Lulus : 25 Agustus 2007

Telah diuji pada

Tanggal 25 Agustus 2007

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc., Ph.D Anggota : 1. Ir. Mukhlis, MSi

2.

Ir. Guslim, MS

(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tanah sawah yang terkena tsunami dan teknik pengelolaannya. Sampel tanah sawah diambil di Desa Tanjung Seulamat, Kecamatan Darusasalam Kabupaten Aceh Besar.

Metode Statistik yang digunakan adalah Metode Statistik Sidik Ragam menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non Faktorial dengan empat ulangan. Ada empat perlakuan yang diteliti yaitu tanah sawah yang tidak terkena tsunami (T0), tanah yang terkena Tsunami pada jarak 500 M (X1), tanah yang terkena Tsunami pada jarak 1000 M (X2) dan tanah yang terkena Tsunami pada jarak 1500 M (X3) dari batas daerah yang terkena tsunami. Data yang diperoleh dari Sidik Ragam diuji lanjut dengan menggunakan Uji Jarak Duncan.

Parameter yang diamati berupa Daya Hantar Listrik (DHL), pH H20, N-total, P-tersedia, K,Na,Ca,Mg Tukar, KTK, Kejenuhan Basa, serta Vegetasi disekitar tanah yang terkena Tsunami.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah sawah yang terkena Tsunami masih dapat ditanami dengan tanaman padi dan Tsunami di lahan persawahan tidak berpotensi merusak lahan.

Tsunami memberikan pengaruh terhadap pH tanah, DHL, dan nitrogen tanah, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap parameter P-tersedia tanah, kalium, natrium, kalsium, magnesium dapat ditukar, KTK tanah dan kejenuhan basa tanah setelah 2,5 tahun.

(6)

ABSTRACT

This study is aimed at finding out the characteristict of Paddy Soil hit by Tsunami and the technique of its management. The samples of Paddy Soil was taken in the Village of Tanjung Seulamat, Syiah Kuala Subdistrict Aceh Besar District. The ANOVA statistics method with Group Random Non is Factorial Design repead 4 times as employed in this study. Four variables of characteristics where studied such as Paddy Soil which was not hit by Tsunami (X0), the land within the distance of 500 meters from the border of the area hit by Tsunami (X1), the land within the distance of 1000 meters from the border of the area hit by Tsunami (X2), the land within the distance of 1500 meters from the border of the area hit by Tsunami (X3). The data obtained through ANOVA was further tested by mean of Duncan Distant Test.

The parameter observed were electric conductivity, pH H2O, total N, available P, K, Na, Ca, exchange Mg, KTK, base saturation as well as fagatation found around the area of sample collection.

The result showed that Paddy Soil hit by Tsunami admit of to be cultivated and Tsunami do not functions to destroy farm.

The distance from the area hit by the Tsunami has a significant influence on pH of thw soil, in the two layers observed on the soil in the depth of 0-20 cm. The distance mentioned above has a significant influence on the soil nitrogen in the depth of 0-20 cm but in the depth of 20-40 cm but the distance does not have a significant influence on the soil conductivity and soil nitrogen. The distance from the area hit by Tsunami does not have a sicnificant influent on soil available P, kalium, natrium, calsium, exchangeable magnesium, soil KTK and base saturation after 2.5 years.

(7)

RIWAYAT HIDUP

MUSLIMAH, dilahirkan di Langsa, Aceh Timur pada tanggal 04 April 1971 sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Ayah bernama M.Sabi

(Almarhum) dan Ibu Nur aini. Menikah dengan Ir. El wizan tanggal 09 Juli 1998 dan mempunyai putra/putri :

- AL Ma’arief, 30-07-1999 - Alya Zahra, 24-10-2001 - AL Akhyar, 18-02-2004

RIWAYAT PENDIDIKAN :

- Tahun 1978, memasuki Sekolah Dasar dan lulus 1984 dari SD Negeri No. 5 Langsa.

- Tahun 1984, memasuki Sekolah Menengah Pertama dan lulus tahun 1987 dari SMP Negeri 1 Langsa.

- Tahun 1987, memasuki Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Langsa dan lulus tahun 1990.

- Tahun 1990 memasuki Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam (MIPA) dan lulus sarjana tahun 1995 dalam Bidang Ilmu Kimia universitas Syiah Kuala.

RIWAYAT PEKERJAAN

(8)

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tanah merupakan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, namun mudah mengalami kerusakan atau degradasi. Kerusakan itu sering menimbulkan mudharat dan bahkan kehancuran, karena ternyata sumberdaya alam tersebut tidak dapat lagi dipergunakan atau tidak dapat lagi mendukung kehidupan dan aktifitasnya. Kerusakan tanah dan lahan dapat terjadi oleh :

1. Kehilangan unsur hara dan bahan organik didaerah perakaran 2. Terkumpulnya garam di daerah perakaran (salinasi)

3. Penjenuhan tanah oleh air (waterlogging), dan 4. Erosi

Kerusakan–kerusakan seperti ini biasanya sangat sukar untuk diperbaiki dan andaikata masih dapat diperbaiki akan diperlukan modal dan biaya yang sangat mahal (Boiran, 2004).

(9)

Pada saat terjadinya Tsunami bukan hanya air laut yang masuk ke dalam sawah, tetapi juga batu, tanah liat, debu dan mayat, belum lagi hilangnya lapisan top soil tanah akibat gelombang laut dan pembersihan puing-puing pasca Tsunami. Sawah merupakan andalan utama sebagai sumber penghasilan masyarakat, tertutup air laut yang meninggalkan genangan air kotor cukup dalam dengan tumpukan sampah dan mayat yang berserakan. Masuknya endapan air laut ke dalam areal persawahan pasca Tsunami telah mengganggu keseimbangan unsur hara tanah yang dibutuhkan tanaman padi (Mercy Corps, 2006).

Berdasarkan hal tersebut diatas penelitian ini berusaha untuk menentukan karakteristik tanah sawah yang terkena dampak Tsunami.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang diteliti :

1. Tanah sawah yang terkena Tsunami mengalami gangguan keseimbangan unsur hara tanah.

2. Tanah sawah yang terkena Tsunami berpengaruh terhadap karakteristik tanah.

3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

(10)

4. Hipotesis

1 Tsunami di lahan persawahan berpotensi merusak lahan.

2 Tanah sawah pasca Tsunami kemungkinan tidak memenuhi syarat untuk penanaman padi berikutnya.

5. Manfaat Penelitian

1. Untuk mendapatkan data karakteristik tanah sawah yang terkena dampak Tsunami dan teknik pengelolaannya.

(11)

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Tanah Sawah

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya tanah hutan, tanah perkebunan, tanah perkebunan dan sebagainya. Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang diairi kemudian disawahkan, atau dari tanah rawa-rawa yang “dikeringkan” dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk, 2004).

Menurut Lahuddin dan Muklis (2006) tanah sawah (Paddy Soil) Merupakan tanah yang dikelola sedemikian rupa untuk budidaya tanaman padi sawah, dimana pada umumnya dilakukan penggenangan selama atau sebahagian dari masa pertumbuhan padi. Tergolong sebagai tanah tergenang (wetland Soil), namun agak berbeda dari tanah rawa (Mars Soils) atau tanah terendam (Waterlogged Soils) ataupun tanah subaquatic (Subaquatic Soils) dalam hal pengelolaannya karena tidak terus menerus digenangi, disebut juga sebagai Wetland Rice Soils.

(12)

akan terjadi sekresi O2 oleh akar tanaman padi yang menimbulkan kenampakan yang khas pada tanah sawah.

Pengelolaan tanah ini meliputi (i) perataan lahan dan pembuatan pematang, (ii) pelumpuran, tanah dicangkul dan dihaluskan dalam jenuh air, (iii) penggenangan tanah dengan air setinggi 5–10 cm selama 4–5 bulan, (iv) drainase air dan pengeringan lahan pada saat panen dan (v) penggenangan kembali setelah interval waktu sekitar beberapa minggu hingga 8 bulan.

2. Karakteristik Tanah Sawah

Karakteristik tanah dapat diamati seperti tebal horizon, tekstur, kadar bahan organik, reaksi tanah, jenis lempung, kandungan hara tanaman dan kemampuan mengikat air. Tanah mempunyai karakteristik yang berbeda bagi masing-masing horizon dalam profil tanah. Kualitas tanah merupakan hasil interaksi antara karakteristik tanah, penggunaan tanah dan keadaan lingkungan. Petani tidak dapat mengubah karakteristik tanah tetapi menyesuaikan prakteknya dengan kemampuan tanah (Darmawijaya, 1997).

Menurut Greenland (1997) karakteristik utama tanah sawah yang menentukan keberlanjutan sistem budidaya padi sawah sebagai berikut :

(13)

2. Kondisi permukaan tanah sawah memungkinkan hara tercuci lebih cenderung tertampung kembali ke lahan bawahnya daripada keluar dari sistem tanah

3. Fosfor lebih mudah tersedia bagi padi sawah.

4. Populasi aktif mikroorganisme penambat nitrogen mempertahankan oksigen organik.

Menurut (Prasetyo dkk, 2004) Faktor penting dalam proses pembentukan profil tanah sawah adalah genangan air permukaan dan penggenangan serta pengeringan yang bergantian. Proses pembentukan tanah sawah meliputi berbagai proses, yaitu (a) Proses utama berupa pengaruh kondisi reduksi-oksidasi (redoks) yang bergantian, (b) penambahan dan pemindahan bahan kimia atau partikel tanah dan (c) perubahan sifat fisik, kimia dan marfologi tanah, akibat penggenangan pada tanah kering yang disawahkan, atau perbaikan drainase pada tanah rawa yang disawahkan.

Tanah yang baik untuk areal persawahan adalah tanah yang mampu memberikan kondisi tumbuh tanaman padi. Kondisi yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi sangat ditentukan oleh beberapa faktor yaitu topografi, porositas tanah yang rendah, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia (Suparyono dan Setyono, 1997).

2.1. Karakteristi Fisik Tanah Sawah

(14)

jenis tanah untuk budidaya padi sawah. Secara fisik, tanah dicirikan oleh terbentuknya lapisan oksidatif atau aerobik diatas lapisan reduktif atau anaerobik dibawahnya sebagai akibat penggenangan (Patrick dan Redy, 1978).

Sifat fisik tanah sangat menentukan kesesuaian suatu lahan dijadikan lahan sawah. Identifikasi dan karakterisasi sifat fisik tanah mineral memberikan informasi untuk penilaian kesesuaian lahan terutama dalam hubungannya dengan efisiensi penggunaan air. Jika lahan akan disawahkan, sifat tanah yang sangat penting untuk dinilai adalah tekstur, struktur, drainase dan permeabilitas dan tinggi muka air tanah. Sifat – sifat tersebut berhubungan erat dengan pelumpuran dan efisiensi penggunaan air irigasi (Sys, 1985).

Tanah sawah beririgasi umumnya diolah dengan cara pelumpuran (pudding). Pengaruh pelumpuran terhadap sifat fisik tanah menjadi sangat spesifik pada lahan sawah dan sekaligus memberikan indikasi perbedaan perubahan sifat fisik tanah antara tanah yang disawahkan dengan tanah yang tidak disawahkan (Prasetyo dkk, 2004).

(15)

menyebabkan banyak butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Apabila pengelolaan tanah sempurna dilahan sawah bertujuan untuk menyiapkan media tumbuh dan mengendalikan gulma maka efisiensinya perlu dipertanyakan (Utomo dan Nazaruddin, 1966).

Suatu jenis tanah hydrosol lainnya yang penting dinegara kita adalah “Paddy Soil”. Meskipun demikian sebahagian besar para ahli masih meragukan atau sama sekali tidak menyetujui untuk menempatkan jenis tanah ini sebagi jenis tersendiri, karena sifatnya yang berbeda-beda dan hanya merupakan perkembangan dari jenis-jenis tanah. Jenis tanah ini akibat persawahan dengan menggenangi tanah sawah untuk waktu yang agak lama selama pertumbuhan padi, sehingga terjadi proses pemindahan senyawa besi dan mangan dari lapisan atas dan diendapkan di lapisan bawah, pendataran permukaan tanah yang miring dan air irigasi pada permukaan tanah. Sifat fisik tanah akibat pembentukan padas akan menghambat drainase dan dalamnya akar tanaman tetapi tidak menghambat akar ke samping (Darmawijaya, 1997 ).

2.2. Karakteristik Kimia Tanah Sawah

(16)

anaerob yang menggunakan sumber energi dari senyawa teroksidasi yang mudah direduksi yang berperan sebagai elektron seperti ion NO3-, SO43-, Fe3+ dan Mn4+ (Prasetyo dkk, 2004).

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi lahan sawah adalah cuaca reduksi yang menyebabkan drainase buruk, pH rendah dan ketersediaan bahan organik untuk diserap, adanya sejumlah mangan dan senyawa besi dan kemampuan perkolasi ke bawah, Hal ini menyebabkan terbentuknya tanah permukaan yang banyak mengandung lapisan debu dan berwarna cerah/muda yang tebalnya sejajar dengan permukaan tanah sawah setelah di teras. Sebagai contoh Koenings (1957) melaporkan suatu susunan horizon morfologi tanah sawah di Jawa Barat yaitu:

- Top soil sedalam 0 sampai 15 cm pH 5,3 - Sub soil sedalam 60 cm pH 5,5

- Fe layer sedalam 22 sampai 26 cm pH 5 - Mn layer sedalam 26 sampai 40 cm pH 5,1

(17)

Menurut Conrad (1989) peningkatan pH akan mengakibatkan produksi CH4 serta degradasi bahan organik dan sebaliknya. Hasil penelitian Darman (2003) menunjukkan bahwa peningkatan pH setelah digenangi selama 45 hari, menyebabkan meningkatnya P-tersedia. Hal ini disebabkan karena kelarutan phospat meningkat, ini berarti semakin besar phospat yang tersedia di dalam tanah. Setelah itu dengan pemberian bahan organik juga menunjukkan bahwa ketersediaan P mengalami peningkatan setelah digenangi selama 45 hari, sedangkan Al dan Fe dalam larutan tanah mengalami penurunan setelah digenangi.

Ketersediaan Nitrogen dalam keadaan tergenang lebih tinggi dari pada keadaan tidak tergenang. Ketersediaan ini meningkat dengan semakin tingginya kadar Nitrogen, pH dan suhu tanah. Keadaan yang unik dalam keadaan tergenang menyebabkan modifikasi yang besar dari proses transformasi nitrogen. Lapukan bahan organik yang dapat melepaskan ion amonium dalam larutan tanah berjalan lebih lambat dalam keadaan tergenang daripada tidak tergenang. Sebahagian besar nitrogen anorganik pada tanah tergenang larut dalam air atau diadsorpsi oleh komplek pertukaran. Nitrogen anorganik dalam keadaan tergenang dalam bentuk nitrat cepat hilang karena denitrifikasi, pencucian dan diserap oleh tanaman. Urea dihidrolisis sama cepatnya pada tanah tergenang maupun aerobik (Ismunandji dkk, 1988).

(18)

pelepasan K dalam tanah dipengaruhi oleh faktor tanah diantaranya adalah jumlah lempung, jumlah dan aktifitas Fe, Al, Ca, Mn, pH tanah dan status oksidasi reduksi tanah (Sanchez, 1976)

Kimia tanah sawah sangat penting hubungannya dengan teknologi pemupukan yang efesien. Aplikasi pupuk baik jenis, takaran, waktu maupun cara pemupukan harus mempertimbangkan sifat kimia tersebut. Sebagai contoh adalah teknologi nitrogen, dimana jenis, waktu dan cara pemupukannya harus memperhatikan perubahan perilaku hara N dalam tanah sawah agar pemupukan lebih efisien. Sumber pupuk N disarankan dalam bentuk amonium NH4+ dimasukkan ke dalam lapisan reduksi dan diberikan 2-3 kali (Prasetyo, dkk, 2004).

2.3. Potensi Tanah Sawah di Nanggroe Aceh Darussalam

Menurut (Rahman, 2005) Propinsi Aceh mempunyai 5.5 juta hektar lahan dengan jumlah penduduk sekitar 4.3 juta (data sebelum Tsunami). Jenis tanah yang utama didapat didaerah ini adalah inceptisol (66,25%) diikuti ultisol (11.7%), dan entisol (8.3%). Entisol dibentuk dari sedimen laut yang terutama didapat di pantai barat dan timur Aceh.

(19)

3. Tanaman Padi Sawah

Tanaman padi termasuk golongan tanaman setahun/semusim. Bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang berdiri pada ruas-ruas batang yang mempunyai malai yang terdapat pada ujung batang.

Padi (Oriza sativa) tumbuh baik didaerah tropis, untuk padi sawah ketersediaan air sangat penting maka tanah sawah harus memiliki kemampuan menahan air yang tinggi seperti tanah lempung.

Syarat tumbuh tanaman padi : 1. Iklim

• Curah hujan yang baik 200 mm/bulan atau lebih, dan untuk pertahun 1500-2000 mm.

• Temperatur (suhu) antara > 23 0C.

• Tinggi tempat antara 0-650 meter dpl dengan suhu 22,5 oC – 26,5 o

C dan juga masih bias antara 650 – 1500 m dpl dengan suhu 18,7 o

C – 22,5oC.

• Sinar matahari diperlukan untuk fotosintesis.

• Angin diperlukan untuk penyerbukan dan pembuahan. 2. Keadaan Tanah

• Tekstur tanah yang diperlukan pada padi sawah dituntut adanya lumpur.

(20)

4. Tsunami

Tsunami adalah istilah bahasa Jepang yang artinya kurang lebih “gelombang pelabuhan“. Fenomena tsunami tersebut sering terjadi di Jepang dan ribuan orang Jepang telah tewas akibat gelombang ini. Sebuah gempa bumi bisa menciptakan Tsunami bila kekuatannya cukup besar dan ada gerakan tiba-tiba dibumi yang menyebabkan pergeseran air dalam jumlah besar. Tsunami bukanlah gelombang tunggal ataupun gelombang pasang melainkan rangkaian gelombang, sehingga disebut juga kereta gelombang paling awal pada suatu Tsunami bukanlah yang paling menghancurkan. Gelombang Tsunami bisa panjang (mencapai 100 Kilometer) dan bisa menyapu selama satu jam tanpa henti. Gelombang ini bisa melintasi seluruh lautan tanpa banyak kehilangan tenaga. Tsunami di Aceh telah bergerak hingga hampir 5.000 kilometer mencapai Afrika dan datang dengan kekuatan tinggi (Mercy corps, 2006).

(21)

keadaan tersebut masalahnya sangat komplek dan membutuhkan dana yang besar (Bapenas, 2005).

Perkiraan kerusakan akibat tsunami terhadap pertanian di Indonesia : 1. Lahan Pertanian (padi + palawija)

Perkiraan kerusakan untuk areal partanian 37.500 ha - Pantai Timur 8.300 ha

- Pantai Barat 29.200 ha

( Aceh Besar, Banda Aceh, dan Sabang termasuk dalam pantai barat) 2. Perikanan

Perkiraan kerusakan untuk areal akuakultur Payau 36.597 ha 3. Perkebunan

Kelapa, Kacang Mede, Pinang, Coklat, Kopi. 4. Ternak

- Ruminansia : 208.000 ekor - Unggas : 1. 450.000 ekor

Sumber : Survei bersama didaerah yang terkena tsunami oleh Departemen Pertanian, Departemen Kelautan dan Perikanan dan FAO (Januari, 2005). (FAO, 2005).

4.1. Kontaminasi Garam (Proses Salinasi)

(22)

bersifat lepas tersebut. Untuk mengatasinya tanah harus diperkuat kemantapannya sehingga dapat menahan air hujan atau pengairan dilapisan olah sehingga menempati kedudukan garam, untuk itu kapur dapat dipakai sebagai pemantap susunan tanah tersebut ( Kuswandi, 1993).

Menurut ( Boiran, 2004) Perkembangan lanjut tanah yang dipergaruhi oleh kadar garam terutama NaCl memperberat kerusakan tanah karena tanah yang demikian tidak dapat lagi dibudidayakan dengan tanaman yang peka terhadap tingginya salinitas tanah. Usaha desalinasi tanah juga sangat mahal karena memerlukan bahan amelioran dan pencucian garam yang terdapat dalam tanah.

Ion-ion dalam air menghantarkan aliran listrik, maka dipergunakan cara yang tepat yaitu Daya Hantar Listrik (DHL) atau electrical conduktivity, untuk menaksirkan kandungan total garam terlarut didalam suatu tanah. Cara penetapannnya adalah dengan menggunakan sejumlah tanah yang telah diketahui beratnya kemudian dimasukkan kedalam gelas beker dibuat pasta tanah dengan menambah sedikit air demi sedikit. Air yang kemudian dikeluarkan dari pasta tanah dengan menggunakan saringan dengan tekanan (by pressure and suction) dan filtratnya digunakan untuk mengukur DHL-nya dengan satuan milimhos per sentimeter. Bila hasil pengukuran DHL didapat lebih kecil dari 4 milimhos per sentimeter, maka tanah tersebut masih masuk ke dalam kelompok tanah normal .

(23)

Tabel 1. Pengaruh Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) terhadap Kinerja Tanaman Nilai Daya Hantar Listrik

DHL)

Pemilihan nilai kritis untuk DHL pada 4 mmho/cm dilaporkan tidak didasarkan atas kemungkinan tingkat kerusakan tanaman akibat kadar garam. Nilai DHL 4 mmho/cm bermula dari scofield tahun 1942, yang menganggap tanah bersifat salin pada DHL 4 mmho/cm atau lebih tinggi. Pada nilai DHL > 4 mmho/cm, produksi banyak jenis tanaman terbatas. Pada DHL antara 2 dan 4 mmho/cm, hanya tanaman-tanaman yang sangat rentan yang akan terpengaruh, sedang pada nilai-nilai < 2 mmho/cm pengaruh salinitas kecil dapat diabaikan (Tan, 1998).

(24)

sekitar 7,2 dS/m, dan kegagalan atau penurunan hasil bisa mencapai ±100% apabila DHL mencapai sekitar 12 dS/m. (Dobermann and Fairhurst, 2000).

Gambar 1. Diagram untuk klasifikasi air irigasi (Data dari USDA Agricultural Handbook, 60, 1954) (Foth, 1993).

(25)

(contohnya tanah) ketempat yang kadar garamnya tinggi (contohnya bahagian dari sel-sel akar). Jika konsentrasi garam didalam tanah tinggi, pergerakan air dari tanah ke akar akan lambat. Jika konsentrasi dalam tanah lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam sel-sel akar, tanah akan menyerap air dari akar dan tanaman akan layu dan mati. Ini merupakan prinsip dasar bagaimana salinasi mempengaruhi produksi tanaman tidak hanya disebabkan oleh daya osmosis, tetapi juga oleh sodium (Na+) dan (Cl-) pada konsentrasi yang meracuni tanaman. Dengan demikian tingginya nilai pH (ukuran untuk kesetimbangan asam/basa) yang disebabkan oleh konsentrasi sodium yang tinggi akan berakibat pada kekurangan unsur mikro. Salinitas tanah adalah masalah yang umum dijumpai didaerah-daerah dengan curah hujan rendah. Jika dikombinasikan dengan drainase dan kondisi irigasi yang buruk, dapat menyebabkan hilangnya kesuburan tanah secara permanen. Tipe salinitas seperti ini merupakan penyebab krisis kemanusian yang diakibatkan oleh kekeringan. Sementara salinitas yang muncul sebagai akibat dari bencana alam yang terjadi dalam waktu singkat, sampai saat ini hanya terbatas diakibatkan oleh tsunami.

Hal yang menguntungkan di Aceh curah hujan yang tinggi yang tidak bisa dijumpai disebahagian daerah yang tanahnya bergaram.

Tsunami akan mempengaruhi produksi beras melalui :

1. Hilangnya tanaman secara langsung, berkurangnya pangan dan hilangnya pangan dalam penyimpanan.

2. Hilangnya stok benih

(26)

4. Kurangnya tenaga kerja dan peralatan dalam hal pembibitan, pemindahan tanaman dan pengelolaan gulma

5. Kurangnya informasi mengenai padi dan praktek produksi lain yang diperlukan.

(Elpido, 2006)

4.2. Endapan Liat dan Debu

Selama terjadinya tsunami air laut membawa garam kepermukaan tanah, akan tetapi sebahagian besar garam pada lahan dalam waktu yang relatif singkat telah tercuci oleh air hujan yang sering terjadi. Hasil survei yang dilakukan FAO ditemukan lapisan-lapisan liat atau debu hasil gelombang tsunami justru mengandung residu garam yang tinggi. Lapisan liat atau debu tersebut sangat mudah diidentifikasi dari retakan-retakan yang menyebar diseluruh permukaan tanah. Sebahagian besar tempat setelah digali sampai kurang lebih sedalam 20 cm dijumpai lapisan keabuan yang masih jelas.

(27)

III. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Seulamat Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar Nanggroe Aceh Darussalam dan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penelitian dimulai pada bulan April – Juli 2007.

2. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : Peta lokasi penelitian skala 1 : 200.000, sampel tanah yang diambil dari lokasi penelitian, serta bahan-bahan kimia untuk analisa tanah di laboratorium.

Adapun alat yang digunakan adalah : Klinometer, kompas, bor tanah, cangkul, meteran, pisau, kertas label, kantong plastik, karet gelang,goni plastik, alat tulis/spidol dan buku tulis serta alat-alat laboratorium lainnya untuk keperluan analisis.

3. Rancangan Penelitian

(28)

Metode statistik yang dilakukan adalah Metode Statistik Sidik Ragam dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non Faktorial dan Perlakuan yang menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata serta sangat nyata diuji Jarak Duncan dan Analisa Regresi (Gomez dan Gomes, 1995)

Perlakuan pada sampel meliputi 4 tempat daerah : 1. Tanah Sawah yang tidak terkena tsunami (Xo)

2. Tanah Sawah yang kena tsunami pada jarak 500 m dari batas daerah yang tidak terkena Tsunami (X1)

3. Tanah Sawah yang kena tsunami pada jarak 1000 m dari batas daerah yang tidak terkena Tsunami (X2)

4. Tanah Sawah yang kena tsunami pada jarak 1500 m dari batas daerah yang tidak terkena Tsunami (X3)

Setiap perlakuan diulang sebanyak 4(empat) ulanganan.

4. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini kegiatan yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahap yaitu:

a. Persiapan :

(29)

b. Kegiatan di Lapangan

Pekerjaan dimulai dengan survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan orientasi lapangan penelitian.

Setelah survey pendahuluan dilanjutkan dengan pelaksanaan survey utama dengan tujuan utamanya adalah mengambilan contoh tanah yang akan dianalisis. Pelaksanaan pengambilan contoh tanah tersebut menggunakan metoda acak tersebar pada jarak tertentu sesuai dengan luasan yang telah ditentukan dengan metode komposit dan tetap berpedoman kepada peta dasar. Pengambilan contoh tanah dilakukan menggunakan Bor tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm untuk masing-masing titik sampel.

Contoh tanah diambil secara acak pada tiga tempat, setelah didapatkan contoh tanah, selanjutnya ketiga contoh tanah tersebut dilakukan pencampuran dan diaduk didalam plastik khusus sampai dianggap sudah tercampur merata. Perlakuan ini dilakukan sebanyak empat kali ulangan dengan jarak 300 m pada masing-masing kedalaman dan daerah pengambilan sampel. Contoh tanah tersebut dibawa ke tempat yang teduh untuk ditebarkan agar menjadi kering udara, kemudian diambil ± 1 kg pada setiap contoh tanah untuk dianalisis sifat fisika dan kimianya.

Selama kegiatan pengambilan contoh tanah tersebut juga dilakukan pengamatan dan pencatatan lingkungan areal penelitian seperti Penggunaan lahan c. Analisis laboratorium

(30)

5. Parameter yang diamati

Sampel tanah yang diambil di daerah penelitian dianalisis di laboratorium yang meliputi sifat fisika dan kimia. Dengan parameter yang diamati :

1. Sifat Fisik Tanah

a. Penetapan Daya Hantar Listrik (DHL) dengan menggunakan EC meter 2. Sifat Kimia Tanah

a. pH H20 metode Elektrometri. a. N- total tersedia Kjeldhal. b. P- tersedia metode Bray II.

c. K- tukar metode eksrak NH40Ac 1N pH 7. d. Ca- tukar metode eksrak NH40Ac 1N pH 7. e. Mg – Tukar metode eksrak NH40Ac 1N pH 7.

(31)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Karakteristik Tanah Sawah yang Tidak Terkena Bencana Tsunami dan yang

Terkena Bencana Tsunami

1. Sifat Fisika Tanah

a. Daya Hantar Listrik Tanah (DHL)

Data dan sidik ragam DHL tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6-9. Hasil analisis statistik terhadap data DHL tanah menunjukkan bahwa pengaruh jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami berpengaruh nyata pada kedalaman 0-20 cm dan berpengaruh sangat nyata pada kedalaman 20-40 cm terhadap DHL Tanah.

Tabel 3. Rata-rata Daya Hantar Listrik Tanah Sawah akibat Bencana Tsunami. Kedalaman Lapisan (cm)

(32)

Dari Tabel 3 dapat diketahui jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami pada jarak X3 menunjukkan DHL tanah tertinggi pada kedalaman 0- 20 cm dan berbeda nyata pada jarak X0 dan pada jarak X1, tetapi berbeda tidak nyata pada jarak X2 . Pada kedalaman 20-40 cm DHL tanah tertinggi juga terdapat pada jarak X3 dan berbeda sangat nyata dengan jarak X0, X1 dan X2.

Hubungan Tsunami terhadap DHL tanah pada kedalam 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Gambar 4

20-40 cm = 159.33+0.3742X,r = 0.91 1200

Jarak (m) pada Kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm

Gambar 5. Hubungan antara DHL Tanah dengan Jarak dari Daerah yang Tidak Terkena Tsunami

(33)

= 250.12 + 0.514X dan = 159.33+0.3742X dengan masing-masing nilai r = 0.96 dan 0.91.

Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa DHL tanah dengan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami bersifat linier positif dimana semakin jauh dari daratan DHL tanah semakin meningkat.

b. ESP Tanah

Data dan sidik ragam ESP ( exchangeable sodium percentage) tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 42- 45. Hasil analisis statistik terhadap data ESP tanah menunjukkan bahwa pengaruh jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami berpengaruh tidak nyata pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm terhadap ESP tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

(34)

Dari Tabel 4 dapat diketahui bahwa kadar ESP tanah sawah yang terkena Tsunami lebih rendah tetapi berbeda tidak nyata dibandingkan dengan ESP tanah sawah yang tidak terkena Tsunami pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm.

2. Sifat Kimia Tanah

a. Kemasaman Tanah (pH H2O)

Data dan sidik ragam pH tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 2-5. Hasil analisis statistik terhadap data pH tanah menunjukkan bahwa pengaruh jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami berpengaruh sangat nyata pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm terhadap pH tanah. pH tanah sawah yang terkena Tsunami meningkat sangat nyata dibandingkan dengan pH tanah sawah yang tidak terkena Tsunami pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm. Uji beda rataan antar perlakuan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata pH Tanah akibat Bencana Tsunami Kedalaman Lapisan (cm)

(35)

Berdasarkan hasil analisa regresi dapat diketahui bahwa hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap pH tanah dinyatakan dengan masing-masing persamaan regresi kwadratik dan linier yaitu = 6.7705 – 0.0001T + 0.0007T2 dan = 6.954 + 0.0004T dengan masing-masing nilai R2 = 1.00 dan 0.93. Hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap pH tanah pada kedalam 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Gambar 6.

20-40 cm

Jarak (m) pada Kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm

Gambar 6. Hubungan antara pH Tanah dengan Jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami

(36)

b. N Total Tanah

Data dan sidik ragam N total tanah pada kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm dapat dilihat pada Tabel Lampiran 10-13. Hasil analisis statistik terhadap data N total tanah menunjukkan bahwa pengaruh jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami berpengaruh nyata pada kedalaman 0-20 cm, tetapi pada kedalaman 20-40 cm berpengaruh tidak nyata terhadap N total tanah. Kadar N total tanah sawah yang terkena Tsunami menurun dengan nyata pada jarak 1500 m pada kedalaman 0-20 cm tetapi pada kedalaman 20-40 cm menurun secara tidak nyata dibandingkan dengan N total tanah sawah yang tidak terkena Tsunami. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata N Total Tanah akibat Bencana Tsunami Kedalaman Lapisan (cm)

Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama pada kolom yang sama berbeda nyata (Uji Duncan 5%) dan yang huruf besar berbeda sangat nyata(Uji Duncan 1%).

** = sangat nyata dan tn = tidak nyata

(37)

0-20 cm menunjukkan N total tanah tertinggi dan berbeda sangat nyata dengan jarak X3.. Pada kedalaman 20-40 cm N total tanah tertinggi juga dijumpai pada jarak X2, tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan lainnya.

Berdasarkan hasil analisa regresi dapat diketahui bahwa hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap N total tanah pada kedalaman 0-20 cm dinyatakan dengan persamaan regresi kwadratik yaitu

= 0.1105 + 0.00003X – 0.00000003X

2 dengan nilai R2 = 0.99.

Hubungan jarak dari daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami terhadap N total tanah pada kedalam 0-20 cm dapat dilihat pada

Gambar 7.

0.15

0.1

0.05

0

Y max =0.118% pada T =500 m

,

R

R2= 0,99 = 0.1105+ 0.00003X-0.00000003X2

N Total Tanah (%)

1500

0 500 1000

(38)

Gambar 7. Hubungan antara N Total Tanah dengan Jarak dari Daerah yang Tidak Terkena Tsunami

Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa hubungan N total tanah pada daerah yang tidak terkena Tsunami dengan yang terkena Tsunami bersifat kwadratik. Nitrogen tanah tertinggi diperoleh pada jarak 500 m yaitu sebesar 0.118%.

c. P- tersedia Tanah, Kalium, Natrium, Kalsium, Magnesium Dapat ditukar Kapasitas Tukar Kation Tanah dan Kejenuhan Basa semuanya berbeda tidak nyata.

3. Vegetasi di sekitar tanah sawah yang terkena Tsunami

Pada lokasi penelitian sawah yang terkena Tsunami saat ini hanya ditumbuhi oleh rerumputan. Sawah ini belum pernah tersentuh oleh perlakuan apapun, tidak seperti sawah terkena Tsunami lainnya.

Jenis – jenis yang ada di sawah yang terkena Tsunami adalah : 1. Commelina diffusa Burm. F

2. Emilia Sconchifolia

3. Sporobolus diander

4. Echinochloa crus galili (L)

5. Fimbristylis Miliacea

6. Echinochaloa Glabrescens

(39)

Pembahasan

1. Sifat Físika

Daya hantar listrik tanah meningkat sangat nyata pada tanah sawah yang terkena Tsunami dibanding dengan tanah sawah yang tidak terkena Tsunami. Hal ini diduga adanya peningkatan kation kation basa di dalam tanah, dan kation basa tersebut dapat bereaksi dengan Cl – dan SO42- membentuk senyawa garam, sehingga daya hantar lisrtrik tanah meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian Afrida E, 1998 dan pendapat Jacson,1958 dalam Sutarta, 1990, bahwa dengan penambahan garam NaCl Dan KCl ke dalam tanah dapat meningkatkan daya hantar listrik tanah secara nyata dibanding tanpa pemberian NaCl dan KCl menurut Hakim, N, dkk, 1986, bila daya hantar listrik tanah berkisar 750 – 2250 µmhos/cm tergolong tinggi dan pada jarak bahwa daya hantar listrik tanah pada jarak 1500 m dari tanah sawah yang tidak Tsunami tergolong sangat tinggi , tetapi dari titik nol sampai dengan jarak 1000 m tergolong sedang.

DHL tanah yang tinggi dapat mengakibatkan laju permiabilitas tanah menurun akibat rusaknya struktur tanah dan plasmolisis sehingga bila ditanamani dengan padi sawah diduga akan mengalami gangguan pertumbuhan (Elpido, S., 2006).

(40)

Bahasa salinasi dianggap rendah jika air irigasi yang digunakan mempunyai 0,75 mmho/cm (Tan,1998).

Dengan curah hujan yang tinggi di Propoinsi Aceh (1.600 mm per tahun di Banda Aceh, 2.000 di Aceh Timur dan 3.500 mm di Aceh Barat), hasilnya cukup positif. Bagaimanapun juga, pastikan bahwa air tersbut benar-benar melewati zona perakaran untuk melaksanakan fungsinya. Sebagai tambahan beberapa wilayah dipantai timur pada kenyatannya cukup kering pada kenyataannya cukup kering, sehingga dibutuhkan pendekatan yang lebih teliti (Mercy Corps, 2006)

Drainase yang baik sama pentingnya dengan air bersih untuk mencuci secara efektif garam dari suatu lahan. Kecuali jika daya serap alami tanah dan kondisi drainase yang baik memungkinkan terjadinya perlokasi air dan drainase dari lahan, pencucian mungkin merupakan satu satunya cara yang berhasil walaupun tidak seluruhnya, sekalipun dengan menggunakan air berkualitas baik. Secara ideal, membersihkan endapan Lumpur debu pada saluran drainase merupakan faktor penting lainnya dari proses rehabilitasi. Memperbaiki kondisi drainase permukaan dengan cara menggali saluran dari lahan sawah adalah adalah alternative yang efektif. Pengelontaran secara tepat, dengan atau tanpa pencampuran juga dapat dipertimbangkan untuk kondisi-kondisi tertentu . Untuk tanaman-tanaman lahan kering bernilai ekonomi yang ditanam dalam kondisi basah, pembangunan dengan sangat direkomendasikan untuk menjamin kondisi yang paling baik cocok bagi akar tanaman (Elpido, S., 2006).

(41)

dipertukarkan sehingga secara ESP juga tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan nilai ESP sangat ditentukan oleh besarnya nilai kation-kation yang dapat dipertukarkan.

2. Sifat Kimia

Setelah data diolah secara statistik dapat diketahui bahwa tanah sawah yang terkena sunami berpengaruh sangat nyata meningkatkan pH tanah dibandingkan dengan tanah sawah yang tidak terkena Tsunami. Adanya peningkatan pH tanah hal ini diduga bahwa dengan terjadinya Tsunami maka terjadi peningkatan kation - kation basa terutama Na, K, Mg yang bersumber dari air laut dimana kation basa tersebut terakumulasi di dalam tanah dan membentuk senyawa-senyawa basa sehingga pH tanah meningkat.

Menurut (Hakim, dkk., 1986) bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah macam kation yang terjerap dalam koloid tanah, bila tanah tersebut mengandung natrium lebih tinggi akan menyebabkan nilai pH tanah lebih tinggi walaupun kejenuhan basa tanahnya sama. Hal ini disebabkan oleh koloid yang kaya Na sukar mendisosiasikan ion hidrogen sehingga sumbangan ion hidrogen rendah sekali dalam larutan tanah. pH tanah menentukan mudahnya unsur hara diserap tanaman pada pH tanah mendekati netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air.

(42)

nyata terhadap kadar nitrogen total tanah. Adanya penurunan kadar nitrogen total tanah hal ini disebabkan bahwa tanah sawah yang terkena Tsunami terjadi peningkatan kadar garam tanah sehingga vegetasi yang tumbuh di lahan tersebut terbatas akibatnya penambahan bahan organik tanah sangat sedikit yang mengakibatkan nitrogen dalam tanah menurun. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjowigeno, (1986) bahwa salah satu sumber unsur hara nitrogen adalah dari bahan organik tanah yang telah mengalami proses dekomposisi secara sempurna. Hasil rata-rata kadar nitrogen total tanah juga termasuk rendah bila dibanding dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor.

Fungsi Nitrogen adalah memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman untuk pertumbuhan protein. Tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N, berwarna lebih hijau dan segar. Sebaliknya yang kekurangan N tanaman akan menjadi kerdil karena pertumbuhan terhambat, daun-daun akan berwarna kuning dan keguguran..

P-tersedia tanah menurun secara tidak nyata pada kedalaman 0-20 cm akibat Tsunami dibanding dengan tanah sawah yang tidak kena Tsunami, tetapi pada kedalaman 20-40 terjadi peningkatan P-tersedia tanah tetap juga secara tidak nyata. Tidak adanya pengaruh Tsunami terhadap P-tersedia tanah hal ini diduga bahwa air laut yang masuk ke dalam tanah tidak banyak mengandung hara fosfor, tetapi bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor rata-rata ketersediaan P-tanah tinggi di semua jenis tanah yang diamati.

(43)

lebih dekat kepantai lebih tinggi kandungan kaliumnya yang kemungkinan besar berasal dari rembesan air laut yang lebih besar dibanding dengan yang lebih jauh dari tepi pantai. Hal ini sejalan dengan Hakim, dkk., (1986) bahwa salah satu sumber unsur hara kalium adalah air laut, dimana air laut tersebut mengandung lebih kurang 0.04 % K2O. Rata-rata kalium dapat ditukar juga tergolong rendah bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor

Tsunami berbeda tidak nyata terhadap magnesium dapat ditukar, hal ini diduga bahwa kadar garam yang berasal dari air laut yang terbawa kandungan magnesiumnya rendah sehingga tidak mempengaruhi ketersediaan magnesium tanah, tetapi bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor rata-rata magnesium yang dapat dipertukarkan disemua jenis tanah yang diamati tergolong tinggi hal ini diduga pada dasarnya tanah tersebut mengandung magnesium yang tinggi yang mungkin berasal dari mineral primer tanah seperti biotit, dolomit dal lain-lain.

Kalsium dapat ditukar berpengaruh tidak nyata akibat Tsunami. Hal ini diduga bahwa kadar garam yang berasal dari laut tidak mempengaruhi kalsium tukar hal ini disebabkan sumber utama kalsium adalah dari mineral tanah seperti kalsit dan dolomit melalui proses pelapukan.

(44)

tinggi. Rata-rata natrium tukar tanah termasuk sedang bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor.

Kapasitas tukar kation tanah dan kejenuhan basa berpengaruh tidak nyata akibat Tsunami. Hal ini diduga bahwa KTK tanah dipengruhi oleh reaksi tanah, tekstur tanah, jenis mineral liat, bahan organik tanah dan pengapuran Hal ini juga didukung oleh Foth, H.D., (1988 ) bahwa semakin tinggi pH tanah KTK tanah akan semakin meningkat demikian juga kadar bahan organik tanah dan pengapuran tanah juga akan meningkatkan KTK tanah, dan rata-rata KTK tanah yang diamati termasuk kriteria sedang bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor . Rata-rata kejenuhan basa tergolong rendah bila kita bandingkan dengan kriteria kesuburan tanah menurut LPP Bogor hal ini diduga rendahnya kation tukar seperti K, Na dan Ca sehingga walaupun Mg tukar tinggi kalau kation yang lain rendah maka akan mempengaruhi rata-rata kejenuhan basa tanah.

Bila dilihat parameter rata-rata kesuburan tanah secara keseluruhan termasuk dalam kriteria rendah kecuali P-tersedia dan Mg tukar,baik pada tanah sawah yang terkena Tsunami maupun yang tidak untuk itu perlu penambahan unsur hara N, K dan Ca baik melalui pupuk buatan mapun pupuk organik agar terjadi peningkatan ketersediaan unsur hara bagi tanaman padi, karena unsur hara tersebut merupakan unsur hara makro yang diperlukan dalam jumlah relatif banyak bagi tanaman.

(45)

70 %urea yang hilang melalui proses volatilisasi amonia (NH3), nitrifikasi – denitrifikasi, imobilisasi N oleh jasad mikro, pencucian dan fiksasi NH4 oleh tanah. Diantara mekanisme trsebut yang terbesar adalah volatisasi amonia (NH3+) karena sumber N utama pada padi sawah adalah urea. Efisiensi pemupukan nitrogen ditingkatkan dengan membenamkan pupuk urea ke lapisan reduksi untuk menekan kehilangan N (Wetselaar et al., 1984).

Pengelolaan hara tanah dioptimalkan dengan menggunakan pupuk organik dan hayati disamping pupuk anorganik. Pupuk organik dapat diaplikasikan dalam bentuk bahan segar atau yang sudah dikomposkan. Pemakaian pupuk organik segar memerlukan jumlah yang sangat banyak, sulit penempatannya, memerlukan waktu dekomposisi yang lama. Namun demikian hal ini justru bermanfaat untuk konservasi tanah dan air, karena dapat melindungi permukaan tanah dari percikan air hujan. Pengomposan bahan organik dari sisa tanaman dan kotoran ternak akan memperkecil volume bahan dasar dan mematangkan pupuk sehimgga hara segera tersedia bagi tanaman (Setyorini, dkk., 2004).

4. Vegetasi di sekitar tanah sawah yang terkena Tsunami

Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, tanah sawah yang terkena Tsunami hanya ditumbuhi dengan gulma. Gulma adalah tumbuh-tumbuhan (tidak termasuk jamur) yang tumbuh pada tempat yang tidak diinginkan sehingga menimbulkan kerugian bagi tujuan manusia.

(46)

faktor-faktor kebutuhan hidup, mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim, mempunyai daya berkembang biak yang besar baik secara generatif atau vegetatif atau kedua-duanya, alat perkembang-biakanya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang (Swaminatan, 1983).

Jenis yang banyak dijumpai adalah Commelina diffusa Burm. F,

(47)

V. KESIMPULAN

DAN

SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Tanah sawah yang terkena Tsunami masih dapat ditanami dengan tanaman padi dan Tsunami di lahan persawahan tidak berpotensi merusak lahan

2. Tsunami memberi pengaruh sangat nyata terhadap pH tanah di kedua lapisan yang diamati dan juga terhadap DHL tanah pada kedalaman 0-20 cm memberi pengaruh nyata tetapi pada kedalam 20-40 keduannya tidak memberikan pengaruh.

3. Tsunami memberi pengaruh tidak nyata terhadap parameter P-tersedia tanah, kalium, natrium, kalsium dan magnesium dapat ditukar, KTK tanah, KB tanah dan kejenuhan basa.

4. Faktor pembatas dalam budidaya tanaman padi pada tanah sawah akibat Tsunami adalah DHL tanah yang tergolong tinggi pada jarak 1500 m dari tanah sawah yang tidak terkena Tsunami, tetapi pada parameter yang lainnya berbeda tidak nyata dengan tanah sawah yang tidak terkena Tsunami

(48)

2. Saran

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S, 1993. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Prasetyo, B.H., Ningsih, J.S., Subagyono, K. dan Simanungkalit, R.D.M. 2004. Mineralogi, Kimia, Fisika dan Biologi Tanah. Di dalam : Agus, F., Adimiharja, A., Hardjowigeno, S., Muzakkir, A., Hartatik, W., 2004.

Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrolimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

[Bapenas] Badan Pengawasan Nasional. 2005. www. Bapenas.go.id

Boiran . 2004. Proses Degradasi Lingkungan. Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas, Darussalam Nanggoe Aceh Darussalam.

Conrad.R. 1989. Control of Methane Production Interestoril Ecosystem. In Andrea MO, New York. 472 Hal

Cyio, M.B. 2003. Studi Perubahan Karakteristik Kimia Ultisol Palolo Akibat Lama dan Tinggi Genangan. Agroland. 10(3):222-228.

Darma, S. 2003. Pengaruh penggenangan dan pemberian bahan organik terhadap potensial redoks, pH, Status Fe, P dan AL dalam Larutan Tanah pada Ultisol Kulawi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Agroland. 10(2):119-125.

Darmawijaya.M.I. 1997. Klasifikasi Tanah. UGM Press, Yokyakarta. 411 Hal Dobermann A, Fairhurst T. 2000. Rice. Nutrient disorders & nutrient

managemen. Handbook series. Potash & Phospate Institude of Canada

(PPIC) dan Internatioanal Rice Research Institude. Hal 191.

FAO, 2004. Srategy and Program Planning Framework for Rehabilitation and Reconstruction of the Agriculture Sector in the Tsunami Affected Areas of North Sumatera, Indonesia. 19pp.

FAO, 2005. A Framework for Reclamation Action Plan for Affected Soils. FAO, Rome.

(50)

Gomez, K,A,. and Gomez, A.A,. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. UI Press.

Hakim, N., Lubis,A.M., Nugroho,S.G., Diha, M.A., Honh, G.B., Bailey, H.H, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. 488 hal.

Harjowigeno, 1996. Ilmu Tanah. Institut Pertanian Bogor.

Ismunandji.M.S., Partoharjo.M.Syam dan Widjono.A. 1998. Padi. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. BPPTP Bogor. 186 Hal. Indranada, H.K.,1989. Pengelolaan Kesuburan Tanah. PT Bina Aksara.

Jakarta. 88 hal.

[IRRI] 2006. Tsunami and Rice/ How Do You MeasureSoil Salinity. http : // Knowledgebank : irri.org htm

Kasinius, 1990. Budidaya Tanaman Padi. Penerbit Kasinius. Cetakan Pertama, Yokyakarta.

Kuswandi, 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Penerbit Kasinius Yokyakarta. Liu Zhi – Juang. 1985. Oxidation-Reductin Potensial in Physical Chemistry of

Paddy Soil. Edited by Yu Tian-Ren. Science Press-Beijing.208 Hal. Mercy Corps,2006. 20 Hal Untuk Diketahui tentang dampak laut pada lahan

pertanian dipropinsi NAD. Hhttp.// aceh mercy corps. Org IndeX. Phpl optien – com – content & task = view & id= itemid = 988 jang = id.

Musa, L, Muklis, 2006. Kimia Tanah. Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Noto Hadi Prawiro, T, 1998. Tanah dan Lingkungan. Penerbit Dirjen DIKTI Depdikbud, Jakarta.

Nursyamsi.D., Hasanuddin. A., Suryadi.M.E. 2000. Laporan Penelitian Pengaruh Pengelolaan Hara dan Drainase terputus Terhadap Fe 3+ dan Pertumbuhan Tanaman Padi Pada Lahan Sawah Baru di Tanah Ultisol Bandar Abung Lampung. Agroklimat. Bogor. 47-58.

(51)

Prasetyo, B.H., Ningsih, J.S., Subagyono, K. dan Simanungkalit, R.D.M. 2004. Mineralogi, Kimia, Fisika dan Biologi Tanah. Di dalam : Agus, F., Adimiharja, A., Hardjowigeno, S., Muzakkir, A., Hartatik, W., 2004.

Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrolimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Rahman, A, 2005. Bagaimana Sumber Daya Lahan di NAD PascaTsunami, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrolimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Sanchez.P.A. 1976. Properties and Management of Soil in The Tropics. 1 st Edition. Terjemahan Amir Hamzah dan Pengelolaan dalam Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. 1993. Penerbit ITB. Bandung. 279 Hal.

Setyorini, D., Widowati, L.R., dan Rochayati, S., Teknologi Pengelolaan Hara Lahan Sawah Intensifikasi. Di dalam : Agus, F., Adimiharja, A., Hardjowigeno, S., Muzakkir, A., Hartatik, W., 2004. Tanah Sawah dan Teknologi Pengelolaannya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agrolimat, Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.

Suparyono, 1997. Budidaya Padi. Mengatasi Permasalahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Soflantila,E. 2005. Merayakan Panen Perdana. http:// Indonesia mercycorps. Org/indek.php?option =com.content&task=nw&id=38 &

itemid=38lang=id

Swaminatan, 1983. Permasalahan Lapangan tentang Padi di Daerah Tropika. Penerjemah ; Untung, K., Lanya, H., dan Rusyadi, Y. Lembaga Penelitian Padi International. Los Banos Laguna Philippines.

Sys, C. 1985. Evaluation of the physical Enviroment for Rice Cultivation .p.31-44. In IRRI (1985) Soil Physics and Rice. International Rice Research Institute. Los Banos, Laguna, Philippines.

Tan K. H, 1998. Dasar-Dasar Kimia Tanah. UGM Press. Yokyakarta. Usman, U., 1983. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Karet

Sumatera Utara dan Aceh. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Tanjung Morawa.

(52)

[WALHI} Wahana Lingkungan Hidup Aceh, 2006. Status dan Sebaran Logam Berat di Lokasi Bencana Tsunami di Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam.

Wetselaar, R., Sri Mulyani, Hadiwahjono, J. Prawirasumantri and A.M.

Damdam.1984. Deep Point-Placed Urea in a Flooded Soils Research Result in West Java. Proceedings of wokshop on Urea

Yuwono, N.W. dan Rosmarkan, A, 2006. Ilmu Kesuburan Tanah. Kasinius Yokyakarta. 224 hal.

Gambar

Tabel 1. Pengaruh Nilai Daya Hantar Listrik (DHL) terhadap Kinerja Tanaman
Gambar 1. Diagram untuk klasifikasi air irigasi (Data dari USDA Agricultural  Handbook, 60, 1954) (Foth,  1993)
Gambar 5.  Hubungan antara DHL Tanah  dengan Jarak dari Daerah yang Tidak
Tabel 5.   Rata-rata pH Tanah  akibat Bencana Tsunami
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pemimpin Redaksi: membantu presiden direktur dalam urusan perusahaan, dan terutama bertanggung jawab penuh atas seluruh isi pemberitaan yang dibantu oleh wakil

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

6.8 Walau apapun yang dinyatakan di sini adalah sebaliknya, sekiranya terdapat baki tersedia yang tidak mencukupi di dalam Akaun untuk membayar sebarang Transaksi yang

M eteorologi mengenal sistem skala dalam melakukan sebuah analisis. Skala global merupakan skala meteorologi yang paling luas. Skala global dapat mempengaruhi fenomena meteorologi

Adalah statistik yang menggunakan dan mengolah sumber data dari pelayanan kesehatan di rumah sakit untuk menghasilkan informasi, fakta, dan pengetahuan berkaitan

Oleh karena itu orang yang tidak mampu tersebut dapat mengajukan perkara secara Cuma-Cuma (Prodeo) dengan mendapatkan izin untuk dibebaskan pembayaran ongkos

Nilai di dalam suatu modul program Pascal sifatnya adalah lokal, artinya hanya dapat digunakan pada modul atau unit program yang bersangkutan saja, tidak dapat digunakan pada modul

endofit diformulasi dengan beberapa limbah berpengaruh terhadap jumlah anakan total, panjang malai, berat 100 butir gabah bernas dan bobot kering tanaman, namun