• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1 UBIKAYU Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA BETINA CMM 25-27, CMM 97-6, KLENTENG, MENTIK URANG, MULYO, DAN UJ-3 DI SEKINCAU LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1 UBIKAYU Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA BETINA CMM 25-27, CMM 97-6, KLENTENG, MENTIK URANG, MULYO, DAN UJ-3 DI SEKINCAU LAMPUNG BARAT"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1 UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA BETINA CMM 25-27,

CMM 97-6, KLENTENG, MENTIK URANG, MULYO, DAN UJ-3 DI SEKINCAU LAMPUNG BARAT

Apri Tursdaday Hutapea

Produksi ubikayu belum dapat memenuhi kebutuhan pangan maupun industri sehingga perlu ditingkatkan produksinya. Klon unggul dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan produksi ubikayu. Klon unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai tengah dan keragaman karakter agronomi klon-klon F1 ubikayu keturunan tetua betina CMM 25-27, CMM 97-6, Malang-6, Klenteng, Mulyo, Mentik Urang dan UJ-3 yang ditanam dengan menggunakan stek. Data dianalisis secara deskriptif meliputi variabel kualitatif, nilai maksimum, minimum, rata-rata, simpangan baku, dan kisaran untuk karakter kuantitatif.

(2)

Pada variabel batang atas, keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM 25-27, Klenteng, dan UJ-3 memiliki keragaman yang luas sedangkan Malang-6, Mulyo dan Mentik urang (MU) memiliki keragaman sedang. Pada variabel batang bawah keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM 25-27, Klenteng, Malang-6, Mentik urang (MU), dan UJ-3 memiliki keragamam luas sedangkan Mulyo memiliki keragaman yang sempit. Pada variabel tangkai atas dan tangkai bawah, keturunan tetua betina CMM 97-6, Malang-6, dan Mulyo memiliki keragaman luas.

Keturunan tetua betina CMM 25-27, Klenteng, dan Mentik urang (MU) memiliki keragaman sedang sedangkan UJ-3 memiliki keragaman sempit.

Pada karakter kuantitatif keturunan tetua betina F1 CMM 97-6, Malang-6, CMM 25-27, Klenteng, Mentik Urang, dan UJ-3 memliki keragaman yang luas

sedangkan Mulyo memiliki keragaman yang sempit kecuali pada panjang tangkai dan diameter batang memiliki keragaman luas. Berdasarkan seleksi didapatkan 12 klon F1 harapan berdasarkan karakter vegetatif yaitu tinggi tanaman (CMM 25-27-145), diameter batang (Mulyo-1), panjang tangkai (CMM 25-25-27-145), Lebar lobus daun (Mulyo-1), panjang lobus daun (UJ-3-143), dan jumlah daun (Klenteng 43).

(3)
(4)

EVALUASI KARAKTER AGRONOMI KLON-KLON F1 UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) KETURUNAN TETUA BETINA CMM 25-27,

CMM 97-6, KLENTENG, MENTIK URANG, MULYO, DAN UJ-3 DI SEKINCAU LAMPUNG BARAT

(Skripsi)

APRI TURSDADAY HUTAPEA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak penanaman klon-klon F1 ... 17

2. Warna pucuk ... 19

3. Warna permukaan tangkai bagian atas dan bawah. ... 20

4. Warna batang atas dan bawah. ... 21

5. Cara mengukur panjang dan lebar lobus daun. ... 22

6. Box and wisker plot sebaran tinggi tanaman F1 keturunan tetua betina klon CMM 97-6. Klon yang diamati sebanyak 9 klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 34

7. Box and wisker plot sebaran panjang tangkai daun F1 keturunan tetua betina klon CMM 97-6. Klon yang diamati sebanyak 9 klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 34

8. Box and wisker plot sebaran panjang lobus daun F1 keturunan tetua betina klon CMM 97-6. Klon yang diamati sebanyak 9 klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanman. ... 35

9. Box and wisker plot sebaran lebar lobus daun F1 keturunan tetua betina klon CMM 97-6. Klon yang diamati sebanyak 9 klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 36

10.Box and wisker plot sebaran jumlah daun F1 keturunan tetua betina klon CMM 97-6. Klon yang diamati sebanyak 9 klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 36

(6)

xvi 12.Box and wisker plot sebaran tinggi tanaman F1 keturunan tetua

betina klon CMM 25-27. Klon yang diamati sebanyak 25 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 38 13.Box and wisker plot sebaran panjang lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon CMM 25-27. Klon yang diamati sebanyak 25

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 39 14.Box and wisker plot sebaran panjang tangkai daun F1 keturunan

tetua betina klon CMM 25-27. Klon yang diamati sebanyak 25

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 40 15.Box and wisker plot sebaran lebar lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon CMM 25-27. Klon yang diamati sebanyak 25

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 41 16.Box and wisker plot sebaran jumlah daun F1 keturunan tetua

betina klon CMM 25-27. Klon yang diamati sebanyak 25 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 42 17.Box and wisker plot sebaran diameter batang F1 keturunan tetua

betina klon CMM 25-27. Klon yang diamati sebanyak 25 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 43 18.Box and wisker plot sebaran tinggi tanaman F1 keturunan tetua

betina klon Klenteng. Klon yang diamati sebanyak 13 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 44 19.Box and wisker plot sebaran panjang tangkai daun F1 keturunan

tetua betina klon Klenteng. Klon yang diamati sebanyak 13

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 45 20.Box and wisker plot sebaran panjang lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Klenteng. Klon yang diamati sebanyak 13

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 45 21.Box and wisker plot sebaran lebar lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Klenteng. Klon yang diamati sebanyak 13

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 46 22.Box and wisker plot sebaran jumlah daun F1 keturunan tetua

betina klon Klenteng. Klon yang diamati sebanyak 13 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 47 23.Box and wisker plot sebaran diameter batang F1 keturunan tetua

betina klon Klenteng. Klon yang diamati sebanyak 13 klon, tiap

(7)

xvii 24.Box and wisker plot sebaran tinggi tanaman F1 keturunan tetua

betina klon Malang-6. Klon yang diamati sebanyak 7 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 49 25.Box and wisker plot sebaran panjang tangkai daun F1 keturunan

tetua betina klon Malang-6. Klon yang diamati sebanyak 7 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 50 26.Box and wisker plot sebaran panjang lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Malang-6. Klon yang diamati sebanyak 7 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 50 27.Box and wisker plot sebaran lebar lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Malang-6. Klon yang diamati sebanyak 7 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 51 28.Box and wisker plot sebaran jumlah daun F1 keturunan tetua

betina klon Malang-6. Klon yang diamati sebanyak 7 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 52 29.Box and wisker plot sebaran diameter batang F1 keturunan tetua

betina klon Malang-6. Klon yang diamati sebanyak 7 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 52 30.Box and wisker plot sebaran tinggi tanaman F1 keturunan tetua

betina klon Mentik urang. Klon yang diamati sebanyak 10 klon ,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 54 31.Box and wisker plot sebaran panjang tangkai daun F1 keturunan

tetua betina klon Mentik urang. Klon yang diamati sebanyak 10

klon , tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 55 32.Box and wisker plot sebaran panjang lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Mentik urang. Klon yang diamati sebanyak 10

klon , tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 55 33.Box and wisker plot sebaran lebar lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Mentik urang. Klon yang diamati sebanyak 10

klon , tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 56 34.Box and wisker plot sebaran jumlah daun F1 keturunan tetua

betina klon Mentik urang. Klon yang diamati sebanyak 10 klon ,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 57 35.Box and wisker plot sebaran diameter batang F1 keturunan tetua

betina klon Mentik urang. Klon yang diamati sebanyak 10 klon ,

(8)

xviii 36.Box and wisker plot sebaran tinggi tanaman F1 keturunan tetua

betina klon Mulyo. Klon yang diamati sebanyak 3 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 59 37.Box and wisker plot sebaran panjang tangkai daun F1 keturunan

tetua betina klon Mulyo. Klon yang diamati sebanyak 3 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 60 38.Box and wisker plot sebaran panjang lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Mulyo. Klon yang diamati sebanyak 3 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 61 39.Box and wisker plot sebaran lebar lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Mulyo. Klon yang diamati sebanyak 3 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 61 40.Box and wisker plot sebaran jumlah daun F1 keturunan tetua

betina klon Mulyo. Klon yang diamati sebanyak 3 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 62 41.Box and wisker plot sebaran diameter batang F1 keturunan

tetua betina klon Mulyo. Klon yang diamati sebanyak 3 klon,

tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 62 42.Box and wisker plot sebaran tinggi tanaman F1 keturunan tetua

betina klon Thailand. Klon yang diamati sebanyak 19 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 64 43.Box and wisker plot sebaran panjang tangkai daun F1 keturunan

tetua betina klon Thailand. Klon yang diamati sebanyak 19

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 65 44.Box and wisker plot sebaran panjang lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Thailand. Klon yang diamati sebanyak 19

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 65 45.Box and wisker plot sebaran lebar lobus daun F1 keturunan

tetua betina klon Thailand. Klon yang diamati sebanyak 19

klon, tiap klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 66 46.Box and wisker plot sebaran jumlah daun F1 keturunan tetua

betina klon Thailand. Klon yang diamati sebanyak 19 klon, tiap

klon merupakan rata-rata 2 atau 3 tanaman. ... 67 47.Box and wisker plot sebaran diameter batang F1 keturunan tetua

betina klon Thailand. Klon yang diamati sebanyak 19 klon, tiap

(9)

xi

2.3. Tahap-tahap perakitan klon unggul ubikayu ... 9

III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

3.2. Bahan danAlat ... 12

3.3. Metode Penelitian ... 15

3.4. Pelaksanaan Penelitian... 16

3.4.1. Penanaman ... 16

3.4.2. Perawatan dan pemeliharaan ... 18

3.4.3. variabel pengamatan ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 24

4.1.1 keragaman kualitatif warna batang atas, batang bawah, tangkai daun, pucuk dan jumlah lobus ... 32

4.1.2 keragaman kuantitatif panjang tangkai, panjang lobus daun, lebar lobus daun, diameter batang, tinggi tanaman, dan jumlah daun ... 30

(10)

xii 4.1.4 Duabelas peringkat teratas klon-klon F1 terpilih

berdasarkan karater vegetatif ... 71 4.2 Pembahasan ... 75 V. KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rencana dasar pemuliaan ubikayu yang digunakan untuk tiap-tiap ekosistem yang menjadi prioritas. Di sebelah kanan merupakan system baru yang digunakan sekarang dalam pelaksanaanya. Tahap seleksi selanjutnya dibuat mengikuti

sistem lama ... 11 2. Klon-klon F1 dari tetua betina CMM 25-27, CMM 97-6,

Klenteng, Malang-6, Mulyo, Mentik urang, dan UJ-3 ... 13 3. Persentase fenotipe rekombinan dan parental pada warna batang

Atas klon-klon keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM 25-27,

Klenteng, Malang-6, Mentik urang, Mulyo dan UJ-3 ... 25 4. Persentase fenotipe rekombinan dan parental pada warna batang

bawah klon-klon keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM

25-27, Klenteng, Malang-6, Mentik urang, Mulyo dan UJ-3 ... 27 5. Persentase fenotipe rekombinan dan parental pada warna

tangkai atas klon-klon keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM

25-27, Klenteng, Malang-6, Mentik urang, Mulyo dan UJ-3 ... 28 6. Persentase fenotipe rekombinan dan parental pada warna

tangkai bawah klon-klon keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM 25-27, Klenteng, Malang-6, Mentik urang, Mulyo dan

UJ-3 ... 29 7. Persentase fenotipe rekombinan dan parental pada warna pucuk

klon-klon keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM 25-27,

Klenteng, Malang-6, Mentik urang, Mulyo dan UJ-3 ... 30 8. Persentase fenotipe rekombinan dan parental jumlah lobus

klon-klon ubikayu keturunan tetua betina CMM 25-27, CMM

97-6, Klenteng, Mentik urang (MU). ... 31 9. Persentase fenotipe rekombinan dan parental jumlah lobus

(12)

xiv 10. Karakter tinggi tanaman (TT), panjang tangkai (PT), lebar lobus

daun (LLD), panjang lobus daun (PLD), jumlah daun (JD), diameter batang (DB) pada umur 32 MST keturunan F1 tetua

CMM 97-6 ... 33 11. Karakter tinggi tanaman (TT), panjang tangkai (PT), lebar lobus

daun (LLD), panjang lobus daun (PLD), jumlah daun (JD), diameter batang (DB) pada umur 32 MST keturunan F1 tetua

CMM 25-27 ... 38 12. Karakter tinggi tanaman (TT), panjang tangkai (PT), lebar lobus

daun (LLD), panjang lobus daun (PLD), jumlah daun (JD), diameter batang (DB) pada umur 32 MST keturunan F1 tetua

Klenteng ... 43 13. Karakter tinggi tanaman (TT), panjang tangkai (PT), lebar lobus

daun (LLD), panjang lobus daun (PLD), jumlah daun (JD), diameter batang (DB) pada umur 32 MST keturunan F1 tetua

Malang-6. ... 48 14. Karakter tinggi tanaman (TT), panjang tangkai (PT), lebar lobus

daun (LLD), panjang lobus daun (PLD), jumlah daun (JD), diameter batang (DB) pada umur 32 MST keturunan F1 tetua

Mentik urang. ... 53 15. Karakter tinggi tanaman (TT), panjang tangkai (PT), lebar lobus

daun (LLD), panjang lobus daun (PLD), jumlah daun (JD), diameter batang (DB) pada umur 32 MST keturunan F1 tetua

Mulyo. ... 58 16. Karakter tinggi tanaman (TT), panjang tangkai (PT), lebar lobus

daun (LLD), panjang lobus daun (PLD), jumlah daun (JD), diameter batang (DB) pada umur 32 MST keturunan F1 tetua

UJ-3. ... 59 17. Rata-rata jumlah polong kumulatif ubikayu yang dipanen dari

tanaman klon-klon berumur 7 bulan di dataran tinggi Sekincau,

Lampung barat. ... 69 18. Deskripsi enam klon ubikayu yang terbaik. ... 72

19. Dua belas peringkat teratas klon-klon F1 terpilih variabel tinggi tanaman, diameter batang, panjang batang, panjang tangkai, dan

lebar daun. ... 73

20. Dua belas peringkat teratas klon-klon F1 terpilih variabel tinggi

(13)
(14)
(15)
(16)

Sakit dalam perjuangan itu hanya sementara, semenit, sejam, sehari, atau setahun. Namun jika menyerah, rasa sakit itu akan terassa selamanya

(17)

Aku Persembahkan karyaku ini kepada

Kedua orangtuaku

Bapak (W.M. Hutapea, S.Pd.) dan Mama (B. Nahulae)

Atas cucuran keringat dan air mata, kasih sayang tiada henti, serta doa yang tulus hingga mengantarkan aku ke jenjang perguruan tinggi

Saudara kandungku

Abang (Nirwan Hutapea, S.H.), kakak (Eva Yanti O. Hutapea, S.Si.), adik-adikku (Novalina F. Hutapea, Vera Agustina H. Hutapea) yang selalu memberi dukungan

selama penulis menyelesaikan skripsi

Sahabatku yang setia disaat suka maupun duka Terimakasih atas perhatian, kasih sayang, motivasi dan doa

yang telah diberikan selama ini.

(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Pamatang Kecamatan Jorlang Hataran Kabupaten

Simalungun Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 04 April 1991 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Wander Manson Hutapea dan Ibu Berliana Nahulae. Penulis mengikuti pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri I Jorlang Hataran, Kabupaten Simalungun pada tahun 1997 sampai tahun 2000 dan

diselesaikan di SD Negeri 4 Sidamanik, Kabupaten Simalungun pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan Pendidikan Menengah Pertama di SMPN I Sidamanik 2005. Pada tahun 2008, penulis menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas di SMAN I Sidamanik.

Pada tahun 2009, Penulis diterima sebagai mahasiswa Lampung sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Fisiologi Tanaman, Teknik Pertanian Organik, Agama Kristen Protestan, dan Pemuliaan Tanaman. Penulis pernah aktif sebagai pengurus Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS-MATA) pada tahun 2010-2011, Ketua POMPERTA (Persekutuan Oikumene

(19)

pada tahun 2011-2013. Pada Bulan Januari – Februari 2012, penulis pernah mengikuti Praktik Umum (PU) di PT. Perkebunan Nusantara VII, Pagar Alam,

Propinsi Sumatera Bagian Selatan yang berjudul “ Teknik Budidaya Tanaman The”.

(20)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Kasih-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Evaluasi Karakter Agronomi Klon-Klon F1 Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina CMM 25-27, CMM 97-6, Klenteng, Malang-6, Mentik Urang, Mulyo dan UJ-3 Di Sekincau Lampung Barat. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan, pemikiran serta doa yang selalu mengiringi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimah kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., sebagai Pembimbing Pertama yang telah memberikan saran, motivasi, dan mengarahkan saya dengan penuh kesabaran hingga akhirnya skripsi ini selesai

2. Bapak Dr. Ir. Erwin Yuliadi, M.Sc., sebagai Pembimbing Kedua yang selalu semangat dan teliti dalam mengoreksi skripsi saya serta sabar dalam

membimbing.

3. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., sebagai Pembahas yang telah memberikan saran, motivasi, dan mengarahkan saya dengan penuh kesabaran hingga akhirnya skripsi ini selesai

(21)

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Agroteknologi yang telah mendidik dan mengajar selama penulis menempuh pendidikan di Jurusan Agroteknologi. 6. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan

Agroteknologi

7. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abas Zakaria, M.S., Selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

8. Kepada kedua orang tua (Bapak Wander Manson Hutapea, S.Pd., dan

Mama Berliana Nahulae), yang senantiasa mendoakan dan memberi motivasi dan dukungan baik moril dan materil kepada penulis. Terima kasih buat abang, kakak dan adik-adik ku, Nirwan Hutapea S.H., Eva Y. Octavia Hutapea S.Si., Novalina F. Hutapea, dan Vera Agustina H. Hutapea yang selalu mendoakan dan memberi motivasi.

9. Terimakasih kepada bapak Priono dkk., Gimtar Aritonang, Fernando Iskandar Damanik S.P., Freddy Gurning yang telah membantu dalam penelitian.

10.Terima kasih juga buat teman-teman angkatan 2009, keluarga besar

POMPERTA, PMK-L, FORMATIN dan semua saudara-saudara yang tidak dapat saya sebutkan satu-per satu. Terima kasih atas doa, semangat, keceriaan, kebersamaan, dan tahun-tahun terbaiknya.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bandar Lampung, Januari 2015 Penulis ,

(22)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) termasuk tumbuhan berbatang lunak atau getas (mudah patah) dan bisa mencapai ketinggian 1- 4 meter (Arief, 2007). Ubikayu merupakan komoditas tanaman pangan yang penting sebagai penghasil karbohidrat dan bahan baku industri makanan, kimia, dan pakan ternak. Ubikayu memiliki beberapa keunggulan yaitu a) sudah dikenal dan dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada musim paceklik, b) masyarakat khususnya di pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengkonsumsinya dalam bentuk gatot dan tiwul, c) nilai

kandungan gizinya cukup tinggi, dan d) mudah beradaptasi dengan lingkungan (Direktorat Budidaya Kacang‐kacangan dan Umbi‐umbian, 2007).

(23)

2

Pada tahun 2011, total luas lahan yang ditanami singkong di Provinsi Lampung adalah 368.096 ha dengan total produksi 9.193.676 ton yang berarti produktivitas lahan sekitar 24,976 ton/ha. Luas lahan yang ditanami singkong dari tahun 2007 sampai 2011 terus meningkat.

Menurut Sundari (2010), permintaan ubikayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri sehingga persaingan untuk memperoleh bahan baku meningkat juga. Untuk mencukupi kebutuhan pangandan industri maka perlu meningkatkan produksi. Untuk meningkatkan produksi ubikayu dapat menggunakan klon unggul sebagai alternatif untuk meningkatkan produksi ubikayu. Untuk mendapatkan klon unggul dapat diperoleh dengan pemuliaan tanaman. Menurut Allard (1995), pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian dan untuk mendapatkan klon unggul. Klon unggul memiliki keunggulan produksi dan mutu hasil, tanggap terhadap pemupukan, toleran terhadap hama penyakit utama, umur genjah, tahan terhadap kerebahan, dan tahan terhadap cekaman lingkungan (Notowijoyo, 2005 dalam Suminar, 2012), sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tanaman ubikayu dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

(24)

3

Putri (2012) di Kelurahan Gedong Meneng, Recamatan Rajabasa. Hasil evaluasi Aldiansyah (2012), Simatupang (2012), Putri (2012) dan Suminar (2012)

kemudian dilanjutkan dievaluasi di Sekincau, Lampung Barat.

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut: Apakah terdapat keragaman karakter agronomi klon ubikayu dari beberapa klon-klon F1 ubikayu keturunan tetua betina CMM 25-27, CMM 97-6, Malang-6, Klenteng, Mulyo, Mentik Urang, dan UJ-3 yang ditanam secara stek batang?

1.2 Tujuan Penelitian

(25)

4

1.3 Landasan Teori

Berdasarkan data BPS Lampung (2012), total luas lahan yang ditanami singkong di Provinsi Lampung adalah 368.096 ha dengan total produksi 9.193.676 ton yang berarti produktivitas lahan sekitar 24,976ton/ha. Menurut Sundari (2010),

Permintaan ubikayu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan maupun industri sehingga persaingan untuk memperoleh bahan baku meningkat juga. Untuk mencukupi kebutuhan pangan dan industri maka perlu meningkatkan produksi. Untuk meningkatkan produksi ubikayu dapat menggunakan klon unggul sebagai alternatif untuk meningkatkan produksi ubikayu.

Menurut Allard (1995), pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk meningkatkan produksi hasil pertanian dan untuk mendapatkan Klon unggul sehinnga dapat meninggkatkan produksi ubikayu, dengan

(26)

5

Tanaman ubikayu merupakan tanaman yang secara alamiah menyerbuk silang dan seleksi pada umumnya dilaksanakan pada generasi F1 sehingga klon-klon ubikayu secara genetik bersifat heterozigot. Oleh karena itu, keragaman dari tiap klon ubikayu harus luas. Makin luas tingkat keragaman tanaman ubikayu dalam populasi, maka akan semakin besar efektifitas seleksi untuk memilih karakter yang sesuai dengan keinginan (Suminar, 2012).

1.4 Kerangka Pemikiran

(27)

6

Semakin luas tingkat keragaman tanaman ubikayu dalam populasi, maka akan semakin besar efektifitas seleksi. Hal ini dikarenakan tanaman ubikayu merupakan tanaman yang secara alamiah menyerbuk silang dan seleksi pada umumnya dilaksanakan pada generasi F1 sehingga klon-klon ubikayu secara genetik bersifat heterozigot.

1.5 Hipotesis

(28)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani ubikayu: taksonomi dan morfologi

Dalam sistematika tumbuhan, ubikayu termasuk ke dalam kelas Dicotyledoneae. Ubikayu berada dalam famili Euphorbiaceae yang mempunyai sekitar 7.200 spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Arhichlamydeae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Sub Famili : Manihotae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz

(29)

8

2.2 Syarat Tumbuh

Ubikayu merupakan tanaman yang toleran terhadap kekeringan, namun akan memberikan produksi yang tinggi pada kelembaban tanah yang berlangsung lama (Poespodarsono, 2010). Tanaman ini tumbuh optimal pada ketinggian antara 10-700m dpl. Tanah yang sesuai adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak liat dan juga tidak poros. Selain itu kaya akan unsur hara. Jenis tanah yang sesuai adalah tanah alluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol. Ubikayu dapat beradapatasi dengan baik pada tingkat kejenuhan di bawah 80% di daerah yang memiliki tanah asam kering yang berakitan dengan tingkat Al yang tinggi. Pada tanah alkali, tanaman ini sangat peka terhadap perubahan pH dan konsentrasi garam. Makin tinggi daerah penanaman dari permukaan laut akan makin lambat pertumbuhan tanaman ubikayu sehingga umur panennya makin lama (Rukmana, 2000)

Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubikayu antara 1500 - 2500 mm/tahun. Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubikayu antara 60 - 65%. Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ubikayu sekitar 10◦C. Jika suhunya < 10◦C ,

pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang

(30)

9

2.3 Tahap-tahap Perakitan Klon Unggul Ubikayu

Pada umumnya proses kegiatan pemuliaan diawali dengan (i) usaha koleksi plasma nutfah sebagai sumber keragaman, (ii) identifikasi dan karakterisasi, (iii) induksi keragaman, misalnya melalui persilangan ataupun dengan transfer gen, yang diikuti dengan (iv) proses seleksi, (v) pengujian dan evaluasi, (vi) pelepasan, distribusi dan komersialisasi varietas (Carsono, 2008).

Menurut Zuraida (2010), keragaman fenotipe tanaman akan terlihat apabila tanaman dengan kondisi genetik yang sama ditanam pada lingkungan yang berbeda. Seleksi akan efektif apabila keragamanya luas dan akan menjadi tidak efektif apabila keragamannya sempit. Oleh karena itu, keragaman genetik merupakan faktor penting dalam pengembangan suatu varietas baru. Keragaman genetik sangat menentukan keberhasilan seleksi, apabila keragaman genetik luas maka seleksi dapat dilaksanakan. Sedangkan apabila keragaman sempit maka seleksi tidak dapat dilaksanakan karena populasi tersebut relatif seragam (Baihaki, 2000 ; Suhartini dan Hadiatmi, 2010).

(31)

10

Tahap-tahap perakitan klon unggul ubikayu meliputi penciptaan atau perluasan keragaman genetik populasi awal, evaluasi karakter agronomi dan seleksi

kecambah dan tanaman yang tumbuh dari biji botani, evaluasi dan seleksi klon, uji daya hasil pendahuluan, dan uji daya hasil lanjutan (Sinthuprama dkk., 1987 ; Soenarjo dkk., 1987). Menurut Ceballos dkk., (2007) tahap-tahap perakitan ubikayu yang baru dapat dilihat pada Tabel 1. Klon unggul ubikayu pada umumnya diperbanyak secara vegetatif menggunakan stek. Sebagian besar menyerbuk silang dan seleksi dilaksanakan pada generasi F1, klon-klon ubikayu secara genetik bersifat sangat heterozigot.

Perbaikan tanaman pada dasarnya tergantung dari penyusun suatu populasi yang terdiri dari individu-individu dengan genetik berbeda. Seleksi pada umumnya dilakukan untuk memilih tanaman sebagai tetua/ parental, dan mencegah tanaman lain yang berpenampilan kurang baik sebagai tetua. Strategi perbaikan populasi ini terdiri dari dua pekerjaan yang berlawanan, yaitu: a). pengumpulan atau mempertahankan keragaman di dalam populasi, dan b). seleksi yang mengarah pada pengurangan keragaman (Sudarka dkk., 2009). Benih/biji botani yang dipanen dari varietas unggul dapat merupakan biji F2 yang secara genetik sangat beragam. Pada umumnya ubikayu diperbanyak secara vegetatif dengan stek sehingga seleksi dapat dilakukan pada generasi awal yaitu F1 (CIAT, 2005). Menurut Poespodarsono (2010), daya adapatasi suatu klon ubikayu berkaitan dengan kemampuan klon untuk menunjukkan potensi maksimalanya apabila persyaratan tumbuh mendukung. Sedang stabilitas berkaitan dengan kemampuan tanaman untuk menunjukkan kestabilan hasilnya pada berbagai macam

(32)

11

Tabel 1. Rencana dasar pemuliaan ubikayu yang digunakan untuk tiap-tiap ekosistem yang menjadi prioritas. Di sebelah kanan merupakan sistem baru yang digunakan sekarang dalam pelaksanaanya. Tahap seleksi selanjutnya dibuat mengikuti sistem lama.

Waktu1 Tahap (sistem lama) Tahap (sistem baru) Waktu1 0

Uji daya hasil pendahuluan (100-200)

(1tahun)

20 tanaman/ 1-2 lokasi/ 1 ulangan

Ui daya hasil lanjutan -- (30-60) (2 tahun) 25 plants/ 2-3lokasi/ 3 ulangan

Persilangan dari berbagai genotipe tetua terseleksi

F1 (3000-5000) (10 bulan)

1 tanaman/ 1 lokasi/ 1ulangan

Evaluasi klon (1000-1500) (1 tahun)

6-8 tanaman/ 1 lokasi/ 1 ulangan

Uji daya hasil pendahuluan (100-200)

(1 tahun)

20 tanaman/ 1-2 lokasi/ 1 ulangan

Uji daya hasil lanjutan (30-60)

SUMBER PLASMA NUTFAH ELIT

Koleksi plasma nutfah Klon lokal Blok persilangan Bagian dalam penelitian

(33)

12

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun Balai Benih Induk Hortikultura Provinsi Lampung, desa Sekincau, Lampung Barat mulai dari bulan April 2012 sampai Maret 2013.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah klon-klon ubikayu (Tabel 2), pupuk Urea 100kg/ha, SP36 100 kg/ha, KCl 150 kg/ha. Alat yang digunakan adalah cangkul, koret, gembor, plastik es, mistar, jangka sorong, meteran dan alat tulis. Penelitian ini melanjutkan evaluasi klon-klon F1 ubikayu dari hasil evaluasi tanaman stek penelitian Simatupang (2012), Putri (2012) dan Suminar (2012) (Tabel 2).

Penelitian ini mengevaluasi 3 klon F1 keturunan Mulyo, 25 klon F1 keturunan CMM 25-27, 9 klon F1 keturunan CMM 97-6, 6 klon F1 keturunan Malang -6, 13 klon F1 keturunan Klenteng, 20 klon F1 keturunan UJ-3, dan 10 klon F1

(34)

13

Tabel 2. Klon-klon F1 dari tetua betina CMM 25-27, CMM 97-6, Klenteng, Malang-6, Mulyo, Mentik urang, dan UJ-3.

No Indentitas klon F1

(35)

14

Tabel 2. Lanjutan No Indentitas klon

F1

Nama tetua betina Asal / Lokasi persilangan

(36)

15

3.3 Metode Penelitian

Stek klon-klon yang dievaluasi (Tabel 2) ditanam sesuai dengan denah Gambar 1 dengan menanam tanaman ubikayu melalui stek batang. Pengamatan karakter dilakukan setelah tanaman berumur 6-9 bulan setelah tanam. Penelitian dilakukan tanpa ulangan. Data dianalisis mengunakan metode statistik deskriftif meliputi rataan, simpangan baku, ragam, nilai minimum, nilai maksimum, selang dan nilai tengah. Software The SAS System for Windows 9.0 digunakan untuk menyatakan sebaran data melalui Box and Whisker Plot. Jika nilai kisaran sampel pada kuartil I dan IV > 50% dari nilai kisaran dapat disimpulkan bahwa keragaman suatu variabel dikatakan luas. Tingkat keragaman fenotipe dibagi menjadi tiga kelas yaitu keragaman luas jika persentase fenotipe rekombinan > 67%, keragaman sedang jika 33% ≤ presentase fenotipe rekombinan ≤ 67%, dan keragaman sempit jika persentase tipe rekombinan ≤ 33%

Rata-rata populasi dihitung dengan rumus:

x

N

i i

N

1

 : rata-rata hitung populasi N : ukuran Populasi

(37)

16

Ragam populasi dihitung dengan persamaan:

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penanaman

(38)
(39)

18

3.4.2 Perawatan dan pemeliharaan

Ubikayu termasuk merupakan tanaman yang tahan kekeringan

sehingga penyiraman dilakukan hanya setiap 3 hari sekali apabila tidak ada hujan. Apabila lahan sudah terdapat gulma, maka dilakukan penyiangan. Apabila gulma tidak dapat dikendalikan dengan manual maka pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan pestisida. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali. Pada saat penanaman diberikan pupuk Urea 100kg/ha, SP36 100 kg/ha, KCl 150 kg/ha dan satu bulan setelahnya diberikan pupuk Urea dengan dosis 100 kg/ha.

3.4.3..Variabel yang diamati

Variabel yang diamati terdiri atas karakter kualitatif dan kuantitatif. Karakter kualitatif meliputi warna pucuk daun, warna permukaan tangkai bagian atas, warna permukaan tangkai bagian bawah, warna batang atas, warna batang bawah, jumlah cabang, dan jumlah lobus. Karakter kuantitatif meliputi tinggi tanaman, diameter batang, panjang tangkai, panjang lobus, lebar lobus, jumlah daun.

(40)

19

3.4.3.1 Warna pucuk daun

Pengamatan dilakukan dengan melihat warna pucuk kemudian disesuaikan dengan pilihan warna pada daftar deskriptor data karakter ubikayu . Pilihan warna pucuk daun adalah hijau muda, hijau, hijau kecoklatan, coklat muda, coklat, dan merah.

Gambar 2. Warna pucuk (a) Hijau muda (b) Hijau (c) Hijau kecoklatan (d) Coklat muda (e) Coklat (f)Merah

3.4.3.2 Warna permukaan tangkai daun atas

Pengamatan dilakukan dengan melihat warna tangkai daun bagian permukaan atas kemudian disesuaikan dengan pilihan warna pada daftar deskriptor data karakter ubikayu. Pilihan warna permukaan tangkai daun atas adalah hijau, hijau kemerahan, merah, merah kehijauan.

a b

d e

c

(41)

20

3.4.3.3 Warna permukaan tangkai daun bawah

Pengamatan dilakukan dengan melihat warna tangkai daun bagian permukaan bawah kemudian disesuaikan dengan pilihan warna pada daftar deskriptor data karakter ubikayu. Pilihan warna permukaan tangkai daun bawah adalah hijau, hijau kemerahan, merah, merah kehijauan.

Gambar 3. Warna permukaan tangkai bagian atas dan bawah (a) hijau, (b) hijau kemerahan,

(c) merah, dan (d) merah kehijauan 3.4.3.4. Warna batang atas

Pengamatan warna batang atas dilakukan dengan melihat batang yang paling atas kemudian disesuaikan dengan pilihan warna pada daftar deskriptor data karakter ubikayu. Pilihan warna batang atas adalah hijau, hijau tua, merah, gading, hijau kemerahan, dan abu-abu.

(42)

21

3.4.3.5. Warna batang bawah

Pengamatan warna batang bawah dilakukan dengan melihat bagian batang bawah kemudian disesuaikan dengan pilihan warna pada daftar deskriptor data karakter ubikayu. Pilihan warna batang bawah adalah hijau, hijau tua, merah, gading, hijau kemerahan, dan abu-abu

Gambar 4. Warna batang atas dan bawah

(a) hijau, (b) hijau tua, (c) hijau kemerahan, (d) gading, (e) merah, dan (f) abu-abu

3.4.3.6 Tinggi tanaman

Tinggi diukur dari permukaan tanah sampai pucuk daun.

3.4.3.7. Diameter batang

Pengukuran diameter batang dilakukan pada batang bawah dan batang atas kemudian dirata-ratakan. Pengukuran diameter batang dilakukan menggunakan alat jangka sorong.

b c d

(43)

22

3.4.3.8. Jumlah tingkat percabangan

Jumlah cabang dihitung dari cabang yang tumbuh dari batang utama.

3.4.3.9. Panjang tangkai daun

Pengukuran panjang tangkai dilakukan dari pangkal hingga ujung tangkai daun.

3.4.3.10. Panjang lobus daun

Pengukuran panjang lobus daun dimulai dari pangkal lobus daun sampai dengan ujung lobus daun. Panjang lobus daun yang diamati yaitu lobus yang terletak di tengah.

3.4.3.11. Lebar lobus daun

Pengukuran lebar lobus daun dilakukan dengan

mempertemukan ujung lobus daun dengan pangkal lobus daun sehingga diperoleh garis tengah, kemudian diukur menggunakan penggaris.

(44)

23

3.4.3.12. Jumlah daun per tanaman

Untuk menghitung jumlah daun maka dapat dilakukan dengan menghitung jumlah tangkai daun yang masih menempel pada batang tanaman ditambah daun pucuk yang sudah mekar.

3.4.3.13. Jumlah lobus daun

Pengukuran jumlah lobus daun dilakukan dengan menghitung jumlah lobus pada daun yang menjari.

3.4.3.14. Jumlah polong

(45)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah

1. Karakter warna pucuk menunjukan keragaman luas pada keturunan tetua betina CMM 25-27, Malang-6, Klenteng, Mentik urang (MU), dan UJ-3; sedangkan CMM 97-6 memiliki keragaman yang sedang dan keturunan Mulyo memiliki keragaman yang sempit.

Pada variabel batang atas, keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM 25-27, Klenteng, dan UJ-3 memiliki keragaman yang luas sedangkan Malang-6, Mulyo dan Mentik urang (MU) memiliki keragaman sedang. Pada variabel batang bawah keturunan tetua betina CMM 97-6, CMM 25-27, Klenteng, Malang-6, Mentik urang (MU), dan UJ-3 memiliki keragamam luas sedangkan Mulyo memiliki keragaman yang sempit.

(46)

83

2. Pada karakter kuantitatif keturunan tetua betina F1 CMM 97-6, Malang-6, CMM 25-27, Klenteng, Mentik Urang, dan UJ-3 memliki keragaman yang Luas sedangkan Mulyo memiliki keragaman yang sempit kecuali pada panjang tangkai dan diameter batang memiliki keragaman luas.

3. Berdasarkan seleksi didapatkan 12 klon F1 harapan berdasarkan karakter vegetatif yaitu tinggi tanaman (CMM 25-27-145), diameter batang (Mulyo-1), panjang tangkai (CMM 25-27-145), Lebar lobus dau (Mulyo-1), panjang lobus daun (UJ-3-143), dan jumlah daun (Klenteng 43)

5. 2. Saran

Untuk mendukukng usaha tani ubikayu yang lebih baik, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap klon-klon pilihan berdasarkan karakter vegetatif dengan menambahkan karakterisasi tentang bobot ubi per tanaman, bobot total

(47)

84

PUSTAKA ACUAN

Aldiansyah. 2012. Evaluasi Karakter Vegetatif Klon-klon Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan. Skripsi. Bandar Lampung: Universitas Lampung. 101 hlm.

Allard. R. W. 1995. Pemuliaan Tanaman. Diterjemahkan oleh Manna. Diedit oleh Mulyani, Mul. PT Rineka Cipta, Jakarta. 336 hal.

Arief, R W. 2007. Ketela Pohon atau Ubikayu.Wisma Hijau. Bogor

Baihaki, A. 2000. Teknik Rancang dan Analisis Penelitian dan Pemuliaan. Bandung : Diktat Kuliah Universitas Padjajaran. 91 hlm.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. 2011. Daftar Deskriptor Data Karakter Ubikayu.

http://biogen.litbang.deptan.go.id/plasmanutfah/engines/character_pdf.

Balai Penelitian kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 2011. Daftar Deskriptor Data Karakter Ubikayu.

http://biogen.litbang.deptan.go.id/plasmanutfah/engines/character_pdf.

Balitbangtan. 2008. Deskripsi varietas Ubikayu. www.deptan.go.id. Diakes 30 Oktober 2012

BPS. 2012. Produksi singkong di Indonesia. www.bps.go.id. Diakses tanggal 30 Oktober 2012.

Carsono. 2008. Peran Pemuliaan Tanaman dalam Meningkatkan Produksi Pertanian di Indonesia. UNPAD. Jatinangor

Ceballos, H., J. C. Perez, F. Calle, G. Jaramillo, J. I. Lenis, N. Morante, and J. Lopez. 2007. A New Evaluation Scheme For Cassava Breeding At CIAT. In Proceedings 7th Regional Workshop held in Bangkok, Thailand.

www.ciat.cgiar.org. Diakses bulan Oktober 2012. 125-135.

(48)

85

Departemen Pertanian. 2008. Pusat Data dan Informasi

Pertanian.http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame. Diakses tanggal 30 Oktober 2012.

Direktorat Budidaya Kacang‐kacangan dan Umbi‐umbian. 2007. Vandemikum ubikayu.http://pse.litbang.deptan.go.id.pdf . Diakses tanggal 30 oktober 2012.

Ekanayake IJ, Osiru DSO, Porto MCM. 1997. Morphology of cassava. http://www.iita.org/cms/details/trn_mat/ir961.html. 01 Desember 2012.

Kasno, A.1993. Pengembangan varietas kacang tanah.Dalam A. Kasno, A. Winarto, dan Sunardi edisi Kacang Tanah. Balai Penelitian Tanaman

Pangan Malang. 31 – 65

Kurniawan, H., I.H. Somantri, T. S. Silitonga, S. G. Budiarti, Hadiatmi, Asadi, S.A Rais, N. Zuraida, T. Suhartini, N. Dewi, dan M. Setyowati. 2004.

Katalog Data Paspor Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Bogor: BB-Biogen. 265 hlm.

Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Rineka Cipta. 77 hlm.

Mc. Kenzie, K.S., C.N Bollich, J.N. Rutger and K.A.K Moldenhauer. 1987. Rice. Pp 487-531. In W.R. Fehr (ed). Principles of Cultivar Development. Vol.2. Crop spesies. Lowa State University Press Ames, lowa USA

Minantyorini, N. Zuraida, dan A. Dimyati. 1993. Penampilan Sifat-sifat Utama pada Seleksi Lanjut Klon-klon Ubikayu. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan. Bogor : Balittan. 11 - 15

Notowijoyo, S. I. T. 2005. Kamus Pertanian. Semarang: CV Aneka Ilmu. 514 hlm Poespodarsono.1992. Pemuliaan Ubikayu. Dalam A.Kasno, M.Dahlan dan

Hasnam (Eds). Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman I Perhimpunan Pemuliaan Tanaman Indonesia Komda Jawa Timur. 27-28 Agustus di Malang Jatim.

Putri, I Diana. 2012. Evaluasi Karakter Agronomi Klon-klon F1 Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina UJ-3, CMM 25-27, Dan Mentik Urang. J. Agrotek Tropika 1(1) : 1-7

Rachmadi, M. 2000. Pengantar Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif. Laboratorium Pemuliaan Tanaman Universitas Padjajaran. Bandung. 159 hlm.

(49)

86

Saleh, N., S. W. Indiati, dan M. Rahayu. 2009. Ubikayu Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan Bab Pengendalian Hama dan Penyakit Utama Tanaman Ubikayu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 168 - 189.

Satoto dan B. Suprihatno. 1996. Stabilitas hasil sepuluh hibrida padi tanaman galur mandul jantan IR54752 A. Zuriat 8(1):27-32

Sholihin. 1997. Pembentukan Populasi F1 pada Tanaman Ubikayu Sebagai Unit Seleksi Klon Unggul. Edisi Khusus Balitkabi (9). 371 - 380.

Simatupang, D. 2012. Evaluasi Karakter Generatif Klon-klon Ubikayu (Manihot esculenta Crantz) di Desa Muara Putih Kecamatan Natar, Lampung

Selatan. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. 83 hlm.

Siregar, A. 2008. Pemuliaan Tanaman. http// pemuliaan-tanaman.html.Diakses pada 30 Oktober 2012, pukul 20.00

Siregar, E. B. M. 2002. Proses-proses Awal Ekspresi Gen pada Tanaman. USU DigitalLibraryhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/895/1/hutan-edy2.pdf. Diakses 29 Agustus 2012.

Sithuprama, S. C. Tiraporn, dan W. Watananonta. 1987. Cassava Breeding in Thailand. Proceedings of a Regional Workshop Held in Rayong : CIAT : 9 - 19.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press: Yogyakarta. 412 hlm.

Soenarjo, R., S. Poespodarsono, dan J. H. Nugroho. 1987. Cassava Breeding In Indonesia. Proceedings of a Regional Workshop Held in Rayong : CIAT : 27 - 33.

Sudarka W. 2009. Pemuliaan tanaman. Universitas udayana. Denpasar. Suhartini, T. dan Hadiatmi. 2010. Keragaman Karakter Morfologi Tanaman Ganyong. Buletin Plasma Nutfah 16 (2) : 118 - 125.

Suminar, R. 2012. Keragaman Karakter Agronomi Klon-klon F1 Ubikayu

(Manihot esculenta Crantz) Keturunan Tetua Betina UJ-3, CMM 25-27, dan Malang 6. Skripsi. Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Unila. Bandar Lampung. 95 hlm.

(50)

87

Suryadi, luthfy, Y. Kusandriani, dan Gunawan. 2003. Karakterisasi dan deskripsi plasma nutfah kacang panjang. Buletin plasma Nutfah 19 (1) : 1-11 Suryadi, luthfy, K. Yenni, dan gunawan . 2004. Karakterisasi dan deskripsi

plasma nutfah tomat lokal dan inrtoduksi. Buletin plasma Nutfah 10(1) : 72-75

Tribadi. 2010. Variasi Morfologi Dan Pola Pita Protein Ubikayu.Universitas Negeri Solo. Solo

Walpole, R. E. 1995. Pengantar Statistika. Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta. 515 hlm.

Wargiono, J., Sholihin, T. Sundari, dan Kartika. 2009. Ubikayu Inovasi Teknologi dan Kebijakan Pengembangan Bab Fisiologi, Morfologi, dan Pemuliaan Tanaman Ubikayu. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 49-93

Wijayanto, T. 2007. Karakteristik Sifat-sifat Agronomi Beberapa Nomor Koleksi Sumberdaya Genetik Jagung Sulawesi. Jurnal Penelitian dan Informasi Pertanian Agrin. 11(2) : 75 - 83

Zuraida, N. 2010. Karakterisasi Beberapa Sifat Kualitatif dan Kuantitatif

Gambar

Gambar
Tabel 1.  Rencana dasar pemuliaan ubikayu yang digunakan untuk tiap-tiap                 ekosistem yang menjadi prioritas
Tabel 2. Klon-klon F1 dari tetua betina CMM 25-27, CMM 97-6, Klenteng, Malang-6, Mulyo, Mentik urang, dan UJ-3
Tabel 2. Lanjutan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Varietas yang masih memunculkan warna polong hijau dan ditemukan tipe simpang yang lain menandakan bahwa dalam proses rejuvinasi sangat perlu dilakukan kegiatan

Berhadapan dengan kedua kelompok ini, civil society memainkan peran sebagai pengontrol yang memperadabkan atau sekurang-kurangnya mempengaruhi keputusan- keputusan yang

Por lo general, mientras menor cantidad de compradores existan, mayor será su capacidad de negociación, ya que al no haber tanta demanda de productos, éstos pueden reclamar por

[r]

Nilai rata-rata hasil observasi motivasi siswa dan hasil tes evaluasi prestasi belajar matematika siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan dari siklus II ke

Dalam pekerjaan bekisting ada berbagai macam teknik pekerjaan yang bila ditinjau dari beberapa faktor maka hal ini akan mempengaruhi kenaikan harga pekerjaan pada tiap lantai..

Faktor penyebab rendahnya keterpilihan perempuan dalam pemilihan legislatif pada tahun 2014 di Kabupaten Kepulauan Selayar Dapil 2 (Kec. Bontosikuyu) yaitu faktor

Dari pendapatan tersebut, perseroan memperkirakan laba bersih sebesar Rp 138,46 miliar pada Mei 2015 atau mencapai 116% dari proyeksi Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP)