• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA (Periode 1998 – 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA (Periode 1998 – 2012)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA (Periode 1998

2012)

Oleh : Aullia Apriyatman

Pelaksanaan pembangunan hanya dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh tersedianya modal pembangnan. Hal yang menjadi masalah dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia adalah kondisi tidak mencukupinya modal pembangunan. Pemerintah Indonesia berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan melakukan kebijakan utang baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Defisit anggaran pemerintah selalu menjadi alasan utama penarikan pinjaman dari luar negeri, untuk mencapai dan menciptakan masyarakat adil dan makmur dengan melalui pembangunan nasional.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Pendapatan Nasional, dan Defisit Anggaran terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan regresi linier berganda, karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel independen terhadap depeden. Metode yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data time series 1998 – 2012. Dalam penelitian ini, pengolahan data menggunakan program komputer yaitu dengan menggunakan program E-Views 4.1.

Secara keseluruhan, Pendapatan Nasional (PN), Pengeluaran Pemerintah (PP), dan Defisit Anggaran (DA) mempengaruhi Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 69.50 %, secara parsial variabel Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap Utang Luar Negeri (ULN), dan Pengeluaran Pemerintah (PP), dan Defisit Anggaran (DA) masing - masing mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap variabel Utang Luar Negeri (ULN). Variabel yang memiliki kontribusi terbesar terhadap Utang Luar Negeri adalah Defisit Anggaran (DA).

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS THAT AFFECTING FOREIGN DEBT OF THE INDONESIAN GOVERNMENT ( Period 1998 - 2012 )

by :

Aullia Apriyatman

Implementation of national development can only work properly if supported by the availability of capital development. Its become a problem in the implementation of Indonesian development is inadequate conditions of capital construction. The Indonesian government tried to solve the problem by doing good debt policies from abroad and within the country. Government budget deficit has always been the main reason for the withdrawal of foreign loans, to achieve and create a just and prosperous society through national development.

This study aims to determine the effect of government expenditure, national income, and Government Budget Deficit towards Indonesian Foreign debt. The analysis used in this research is multiple linear regression, because the research was designed to investigate the effect of independent variables on depeden. The method used was Ordinary Least Square ( OLS ). The data used are time series data from 1998 to 2012. In this study, the processing of data using a computer program called E - Views 4.1.

Overall, National Income ( PN ), Government Expenditure ( PP ), and the Budget Deficit ( DA ) affect the Foreign Debt ( ULN ) of 69.50 %, in partial national income has a negative and significant impact on the Foreign Debt ( ULN ), and Government Expenditure ( PP ), and the Budget Deficit ( DA ) respectively - each affects positively and significantly to the variable Foreign Debt ( ULN ). The variable that has the largest contribution to the foreign debt is Budget Deficit ( DA ).

(3)

ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA (Periode 1998

2012)

Oleh

AULLIA APRIYATMAN

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 31 Maret 1990, Anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Djoni Masar S.E dan Almh. Ibu Ellytasari.

Selama ini penulis telah mengenyam pendidikan lebih dari 12 tahun, diawali dari Pendidikan Taman Kanak - kanak (TK) RA. Daya Bandar Lampung diselesaikan tahun 1996. Kemudian melanjutkan ketingkat Sekolah Dasar (SD) di SDN 1 Labuhan Ratu Bandar Lampung diselesaikan tahun 2002, Sekolah Lanjutan

Tingkat Pertama (SLTP) di SLTP N 21 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005, dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di SMK Surya Dharma 2 Bandar

Lampung diselesaikan pada tahun 2008.

(8)

MOTO

Penjilat

penjilat (Yes Men) adalah musuh kita, kawan

kawan sejati

kita adalah mereka yang mau menunjukkan kekurangan

kekurangan

kita. (Confucius)

Mengalah dalam kesabaran merupakan kemenangan dan kesuksesan

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur dan bangga, ku persembahkan karya yang sangat berarti ini

kepada :

Allah SWT dan Orangtuaku tercinta yang tak pernah henti - hentinya memberikan

dukungan dan motivasi kepadaku untuk tetap semangat di setiap hari - hariku.

Terima kasih untuk Doa yang tiada henti dan kasih sayang Kalian kepadaku.

Khususnya Ibuku Tercinta Almh. Ellytasari

Abangku Ahmad Shuffie Riadus dan Adik - adikku tersayang Abdul Ghaffar,

Firda Nur Islami, yang selalu memberikan semangat, dukungan dan Doa untuk

keberhasilanku..

(10)

SANWACANA

Bismillahirohmannirohim, puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA (Periode 1998 – 2012)”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., sebagai Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. I Wayan Suparta S.E, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing. 5. Bapak Dr. Hi. Toto Gunarto, S.E., M.Si, sebagai Dosen Penguji.

6. Bapak Dr. I Wayan Suparta S.E., M.Si. sebagai Dosen Pembimbing Akademik.

(11)

Mar, Bu Suyatni, Mas Kuswara, Pakde Samiran, Mba Mimi, Mba Ina, Mba Atun dan Pakde Heriyanto) yang telah membantu kelancaran proses penyusunan skripsiku.

9. Keluargaku, Papa, Mama, Ahmad Shuffi Riadus, Abdul Ghaffar, dan Firda Nur Islami untuk doa, semangat, dukungan dan kepercayaan demi kesusksesanku.

10.Sahabatku yang telah memberikan semangat, fikiran maupun materi dll, Yuda codet, Reno, Fandi, Santo, Nico, Ade, Mang Ican, Bang Nai, Sudir, Amer Suri, Aang, Wawan, Herman, Davi.

11.Team futsal Stare Insieme, Fikri, Jisung, Reza, Idiyus, Riko, Isa, Alpin, Dwi, Andi.

12.Seluruh Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Angkatan 2008 dari NPM 0811021002 – 0851021048. Spesial untuk sahabat-sahabatku, Edo, Indra Pratama H, Elza, Denny, Iduy, Dioda, Oci, Indra Achmady, Saut, Dendi, Ratih, Cnul, Eva, Angga, Tama, Adit, Agil, Aldi, Ica, Eva, Ajo, Nanda, Nasir, Komeng, Irva, Prima, Mizan, Febri.

(12)

Ogy, Gogor dan angkatan 2010, Tut Wuri Handayani, Desta, Agus, Sinta, Fischa, Dina dan angkatan yang lainnya yang tidak dapat disebutkan satu- persatu saya ucapkan terima kasih.

15.Teman – teman KKN Ambarawa dan seluruh warga Ambarawa, Kabupaten Pringsewu : Ditto, Fajrin, Alfis, Arya, Indra, Kamil, Teguh, Ette, Iid, Karin, Dewi, Mitha, Siti. Terimakasih untuk kebersamaan, dukungan yang telah kalian berikan.

16.Semua orang yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT, memberikan balasan setimpal atas kebaikan yang dilakukan. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca lain pada umumnya. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam penulisan ini.

Bandar lampung, Mei 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ... i

DAFTAR TABEL ... ... ... v

DAFTAR GAMBAR ... ... ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 16

C. Tujuan Penelitian ... ... 16

D. Kerangka Pemikiran ... ... 17

E. Hipotesis ... ... 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... ... 21

1. Utang Luar Negeri ... ... 21

1.1. Sejarah dan Perkembangan tang Luar Negeri ... ... 21

1.2. Definisi Utang Luar Negeri ... ... 22

1.3. Pembiayaan Utang Luar Negeri ... ... 26

1.4. Jenis – Jenis Pinjaman ... ... 27

(14)

1.6. Strategi Pengelolaan Utang ... ... 32

2. Pengeluaran Pemerintah ... ... 33

2.1. Definisi Pengeluaran Pemerintah ... ... 33

2.2. Hubungan Pengeluaran Pemerintah Dengan Utang Luar Negeri Pemerintah ... 34

3. Pendapatan Nasional ... ... 34

3.1. Definisi Pendapatan Nasional ... ... 34

(15)

2.3. Uji Heterokedastisitas ... ... 58

2.4. Uji Normalitas ... ... 59

3. Uji Hipotesis ... ... 60

3.1. Uji t-statistik ... ... 60

3.2. Uji F-statistik ... ... 62

4. Koefisien Determinasi ... ... 62

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... ... 64

1. Uji Stationary ... ... 64

2. Hasil Perhitungan ... ... 66

3. Penguji Hipotesis ... ... 67

3.1. Uji t-statistik ... ... 67

3.2. Uji F-statistik ... ... 68

4. Koefisien Determinasi ... ... 69

5. Uji Asumsi Klasik ... ... 69

5.1. Uji Autokorelasi ... ... 69

5.2. Uji Multikolinearitas ... ... 70

5.3. Uji Heteroskedastisita ... ... 71

5.4. Uji Normalitas ... ... 72

B. Pembahasan ... ... 73

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 77

(16)
(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perkembangan Jumlah Utang Luar Negeri dan Pertumbuhan Jumlah

Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia Tahun 1998 – 2012 ... ... 9 2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Pengeluaran

Pemerintah Tahun 1998 – 2012 ... ... 11 3. Perkembangan Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Pendapatan

Nasional Tahun 1998 – 2012 ... ... 12 4. Perkembangan Defisit Anggaran dan Pertumbuhan Defisit

Anggaran Tahun 1998 – 2012 ... ... 14 5. Ringkasan Penelitian “Utang Luar Negeri Pemerintah : Kajian Dari Sisi Permintaan Dan Pengaruhnya Terhadap PDRB Indonesia Periode 1980 – 2002” ... ... 47 6. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruh

Utang Luar Negeri” ... ... 48 7. Ringkasan Penelitian “Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan

“Ekonomi ... ... 49 8. Ringkasan Penelitian “Defisit Anggaran Negara Terhadap Utang Luar

(18)

Pembangunan” ... ... 50

10. Hasil Uji Stasionaritas Pada Orde Level (I(1)) ... ... 65

11. Hasil Regresi Data pada Taraf signifikansi α = 5% ... ... 66

12. Hasil Uji t pada tingkat kepercayaan 95% ... ... 67

13. Hasil Uji F pada tingkat kepercayaan 95 ... ... 68

14. Hasil Uji Multikolinearitas dengan menggunakan Uji Korelasi Parsial ... ... 71

(19)

DAFTAR GAMBAR

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(21)

yang berlangsung dengan cepat dan kelemahan fundamental mikroekonomi yang tercermin dari kerentanan (fragility) sektor keuangan nasional, khususnya sektor perbankan, dan masih banyak faktor-faktor lainnya yang berperan menciptakan krisis di Indonesia (Syahril, 2003:4).

Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, yang didahului oleh krisis moneter di Asia Tenggara, telah banyak merusakkan sendi – sendi perekonomian negara yang telah banyak dibangun selama PJP I dan awal PJP II. Penyebab utama terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, juga sebagian negara-negara di ASEAN, adalah ketimpangan neraca pembayaran internasional. Defisit current account ditutup dengan surplus

capital account, terutama dengan modal yang bersifat jangka pendek (portofolio invesment), yang relatif fluktuatif. Sehingga, apabila terjadi rush akan mengancam posisi cadangan devisa negara, akhirnya akan mengakibatkan terjadinya krisis nilai tukar mata uang nasional terhadap valuta asing. Hal inilah yang menyebabkan beban utang luar negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah, bertambah berat bila dihitung berdasarkan mata uang rupiah (Adwin, 2000:93 dalam Sihombing).

(22)

Rp4.650/US$ dan cenderung terus memburuk hingga mencatat nilai terlemah pada bulan Juni 1998 (Rp14.900/US$). Merosotnya nilai Rupiah tersebut memukul sektor swasta yang memiliki pinjaman luar negeri, terutama dunia usaha bukan perbankan. Akibatnya banyak perusahaan tidak mampu membayar kredit yang dipinjam, termasuk kredit kepada perbankan nasional. Akibat kesulitan yang dialami perusahaan yang bergerak di sektor riil merambat ke dunia perbankan yang pada akhirnya memerlukan penyelamatan dengan menimbulkan beban pada APBN berupa Surat Utang Pemerintah kepada Bank Indonesia dan penerbitan obligasi untuk rekapitalisasi perbankan.

(23)

pemulihan kembali tersedianya pembiayaan bagi perdagangan (trade financing); dan (d) meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga utama perekonomian, khususnya dalam menghadapi krisis dan keadaan darurat (Direktorat Keuangan Negara Dan Analisis Moneter ).

(24)

gap) (Sadono Sukirno, 372). Sementara itu, dalam kebijakan fiskal, Pemerintah berketetapan untuk meringankan beban kelompok-kelompok masyarakat yang paling

rawan terhadap dampak krisis, khususnya masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah.

Untuk itu APBN sejauh mungkin diupayakan untuk dapat menampung program-program

jaring pengaman nasional (social safety net). Meningkatnya alokasi anggaran untuk

program JPS tersebut menyebabkan meningkatnya defisit anggaran meningkat. Untuk

menutup defisit tersebut, diperlukan tambahan pinjaman luar negeri sehingga

meningkatkan stok pinjaman luar negeri. Di Indonesia hal ini juga membuat terjadinya krisis kepercayaan masyarakat terhadap Rupiah sehingga masyarakat menyerbu Dollar untuk mengamankan kekayaanya. Dengan adanya krisis ekonomi tersebut kinerja perbankan Indonesia terus menunjukkan perkembangan yang memburuk. Krisis ini ditandai oleh penurunan pendapatan pemerintah Indonesia dan peningkatan tajam dalam pengeluaran pemerintah untuk melakukan dampak sosial. Akibatnya, pemerintah Indonesia terbelit beban utang yang berat untuk menutupi defisit anggaran negara. Utang pemerintah meningkat menjadi tiga sampai empat kali lipat utang dan hampir tiga perempat dari mereka adalah domestik untuk restrukturisasi bank (Boediono, 2009 dalam Kuncoro 2007).

(25)
(26)

pengembalian yang tentu akan mengurangi berbagai sumber keuangan negara. Utang memiliki pengaruh kuat dalam proses perencaan pembangunan di negara – negara berkembang, sehingga hampir tidak ada negara berkembang yang hanya mengandalkan proses pembangunannya pada sumber – sumber daya domestik. Artinya, porsi bantuan luar negeri tidak dilakukan sebagai faktor pelengkap lagi (complementary factor) tetapi telah menjadi sumber utama dalam pembiayaan pembangunan. Utang luar negeri telah memberikan sumbangan yang cukup besar bagi pembangunan di Indonesia. Bahkan utang luar negeri telah menjadi sumber utama untuk menutupi defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan memberikan kontribusi yang berarti bagi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Meskipun utang luar negeri (foreign debt) sangat membantu mentupi kekurangan biaya pembangunan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) namun persoalan pembayaran cicilan dan bunga menjadi beban yang terus ditanggung oleh negara (Sihombing, 2007).

(27)

Negeri (PN) sebesar 0,71 menunjukkanbahwa dengan naiknya Pengeluaran Dalam Negeri (PN) sebesar 10 persen, akan menaikan tingkat Utang Luar Negeri (ULN) sebesar 7,1.

Menurut I Wayan Gayun Widharma, I Made Kembar Sri Bhudi dan A A I N Marhaeni, Defisit Anggaran tidak berpengaruh signifikan terhadap utang luar negeri pemerintah melalui pengeluaran pembangunan, Hal ini terjadi karena besarnya deficit anggaran pemerintah tidak disebabkan oleh peningkatan pengeluaran pemerintah namun disebabkan oleh kebijakan subsidi BBM, dan Defisit anggaran berpengaruh signifikan terhadap utang luar Negeri melalui kurs dolar. Besarnya pengaruh defisit anggaran terhadap utang luar negeri pemerintah melalui kurs dolar adalah sebesar 9,6 persen.

Menurut penelitian Dungdang P Hutapea 2007, Defisit anggaran Pemerintah memiliki hubungan negative dengan volume penyerapan Utang Luar Negeri dalam jangka panjang, namun tidak berpengaruh dalam jangka pendek. Tingkat Pertumbuhan ekonomi berhubungan negative pada jangka pendek. Inflasi berhubungan positif tapi tidak signifikan pada jangka panjang dan berhubungan negative dan signifikan pada jangka pendek. LIBOR berhubungan negative dalam jangka panjang dan positif dalam jangka pendek. Kondisi kestabilan polotik berhubungan dalam jangka pendek.

(28)

longgar (loose budget policy), yang intinya berupa kenaikan rasio anggaran negara terhadap pendapatan nasional yang berupa kenaikan defisit anggaran atau penurunan surplus anggaran (Anggito Abimanyu, 2003 dalam Pamuji).

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Utang Luar Negeri dan Pertumbuhan Jumlah Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia Tahun 1998 – 2012

Tahun Jumlah Utang Luar Negeri

Sumber : Direktorat Jendral Pengelolaan Utang 2012

(29)
(30)

Tabel 2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah Tahun 1998 – 2012

Tahun Pengeluaran Pemerintah

(dalam Trilliun Rupiah) Pertumbuhan Pemerintah

(31)

Tabel 3. Perkembangan Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Pendapatan

(32)

setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara (Wikipedia).

(33)

Tabel 4. Perkembangan Defisit Anggaran dan Pertumbuhan Defisit

Berdasarkan data pada tabel 4. terlihat perkembangan dari defisit anggaran yang terjadi di Indonesia dalam periode 1998 – 2012. Defisit anggaran yang terjadi mengalami fluktuasi yang cukup tajam dari tahun ke tahun. Kenaikan jumlah defisit ysng paling tajam terlihat di tahun 2000, 2001, 2005, 2008, dan 2012. Rata – rata pertumbuhan defisit yang terjadi selama 1998 – 2012 adala sebesar 11, 64 %.

(34)

two gap model dimana negara-negara penerima bantuan khususnya negara – negara berkembang mengalami kekurangan dalam mengakumulasi tabungan domestik sehingga tabungan – tabungan yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan akan tingkat investasi yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan ekonomi. Sekian waktu lamanya pandangan bahwa sumber pembiayaan dari luar negeri merupakan alternatif yang paling tepat dalam membiayai kekurangan modal pembangunan, menjadikan masalah ini menjadikan argumen oleh setiap pengambil kebijaksanaan disebagian besar negara-negara berkembang dan terbelakang. Cara ini dipandang sebagai alternatif yang paling mudah ditempuh oleh negara bersangkutan dalam usahanya memperoleh dana yang relatif besar dan terjaminnya secara kontinyu sumber dana yang dimaksud Harahap, 2008).

Dan pada sisi lain adalah kekurangan yang dialami oleh negara – negara yang bersangkutan dalam memenuhi nilai tukar asing (foreign exchange) untuk membiayai kebutuhan impor. Dengan demikian untuk menutupi kedua kekurangan tersebut maka andalannya adalah bantuan luar negeri (Sihombing, 2010).

(35)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis membuat beberapa perumusan masalah. Adapun perumusan masalah yang diteliti adalah :

1. Bagaimana pengaruh pengeluaran Pemerintah terhadap utang luar negeri Pemerintah Indonesia?

2. Bagaimana pengaruh pendapatan nasional terhadap utang luar negeri Pemerintah Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh defisit anggaran terhadap utang luar negeri Pemerintah Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran Pemerintah terhadap utang luar negeri Pemerintah Indonesia

2. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan nasional terhadap utang luar Pemerintah negeri Indonesia

(36)

D. Kerangka Pemikiran

(37)

memiliki pengaruh kuat dalam proses perencaan pembangunan di negara – negara berkembang, sehingga hampir tidak ada negara berkembang yang hanya mengandalkan proses pembangunannya pada sumber – sumber daya domestik. Artinya, porsi bantuan luar negeri tidak dilakukan sebagai faktor pelengkap lagi (complementary factor) tetapi telah menjadi sumber utama dalam pembiayaan pembangunan (Basri, 2003).

Defisit anggaran yang terjadi karena penerimaan pemerintah yang belum mampu untuk membiayai kegiatan perekonomian negara membutuhkan stimulus agar kegiatan perekonomian juga mempuanyai andil dalam perkembangan utang luar negeri. Suatu anggaran pemerintah dikatakan defisit apabila terdapat kesenjangan antara tabungan pemerintah dengan pengeluaran pembangunan, di mana pengeluaran pembangunan lebih besar dari pada tabungan pemerintah. Defisit anggaran ini menjadi isu penting untuk dikaji karena dalam siklus bisnis defisit anggaran menjadi pembahasan yang cukup serius dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Namun yang menjadi perhatian penting dari defisit anggaran ini adalah, pemenuhan pembiayaan dari anggaran yang defisit tersebut. Jika secara teori defisit anggaran dilakukan dengan penambahan uang (printing money) dan pembiayaan dengan utang (debt).

(38)

membayar cicilan pokok utang, serta adanya kemungkinan untuk tidak menambah jumlah utang, karena peningkatan dari jumlah pendapatan tersebut.

Gambar. 1 Kerangka Pemikiran

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian dan masih dikaji kebenarannya dengan menggunakan data yang mempunyai hubungan. Dari permasalahan yang ada, maka hipotesisnya adalah sebagai berikut :

1. Diduga Pengeluaran Pemerintah (Domestic Expenditure) mempunyai pengaruh positif terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia.

2. Diduga Pendapatan Nasional mempunyai pengaruh negatif terhadap Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia.

Pengeluaran Pemerintah ( + )

Pendapatan Nasional ( - )

Defisit Anggaran ( + )

(39)
(40)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Utang Luar Negeri

1.1. Sejarah dan Perkembangan utang Luar Negeri

Fenomena mengalirnya modal dari luar unruk membiayai pembangunan oleh negara berkembang telah dimulai sebelum tahun 1914, dimana dalam kurun waktu antara 1870 hingga 924, Krugman et.al (1999) mengatakan negara - negara berkembang telah menyerap dana dari inggris rata – rata 5 % dari Gross National Product (GNP), Perancis 2 % dan Jerman 3% dari GNP nya.

Dalam perkembangan lebih lanjut, pertumbuhan utang negara – negara berkembang semakin membengkak dalam kurun waktu antara 1973 hingga tahun 1974, yang kemudian disusul dalam kurun waktu kedua antara tahun 1979 hingga 1982. Sebagai gambaran, menurut IMF pada tahun 1982 saja, pinjaman yang dilakukan oleh negara – negara berkembang meroket mendekati US$ 600 miliar.

Aliran modal yang berasal dari luar negeri dapat disebut sebagai utang luar negeri apabila memiliki ciri – ciri pokok, yaitu:

(41)

2. Dana tersebut diberikan kepada negara penerima atau peminjam dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku di pasaran internasional.

Dilihat dari kewajiban pengembaliannya, utang luar negeri dapat dibedakan menjadi pemberian (grant) dan pinjaman luar negeri (loan). kedua bentuk ini meskipun berbeda dalam hal syarat-syarat pengembalian, tetapi memiliki keterkaitan yang erat antara bentuk pemberian dan pinjaman.

Sebagian besar negara kreditur memberikan dana secara cuma – Cuma ke negara debitur apabila negara yang bersangkutan telah memiliki ikatan yang lama dan kuat dalam hal pinjam meminjam dana. Bahkan terkadang pertimbangan pemberian dana oleh negara kreditur didasarkan pada alasan keamanan dan politik. selain itu, pemberian tersebut tidak semata – mata dalam bentuk uang, melainkan dalam bentuk barang dan pemberian tenaga ahli tertentu.

Sukirno (2002) mengatakan, ditinjau dari sudut manfaat, ada dua peran utama bantuan luar negeri (utang luar negeri), yaitu:

1. Untuk mengatasi kekurangan mata uang asing. 2. Untuk mengatasi masalah kekurangan tabungan

Kedua masalah tersebut biasa disebut dengan masalah jurang ganda (the two problems), yaitu jurang tabungan (saving gap) dan jurang mata uang asing (fireign exchange gap).

1.2. Definisi Utang Luar Negeri

(42)

oleh pemerintah pusat, terdiri dari utang bilateral, multilateral, fasilitas kredit ekspor, komersial, leasing dan Surat Berharga Negara (SBN) yang diterbitkan diluar negeri dan dalam negeri yang dimiliki oleh bukan penduduk. Dalam pidato Presiden 16 Agustus 1979 ditekankan lagi bahwa bantuan/utang luar negeri adalah jalan pintas untuk mempercepat pembangunan agar supaya bangsa Indonesia tidak terjerat dalam masalah – masalah kekurangan modal yang menjadikan kita terus menerus sebagai negara dengan penduduk yang termiskin. Utang pada dasarnya adalah salah satu alternatif yang dilakukan karena berbagai alasan yang rasional. Dalam alasan-alasan yang rasional itu ada muatan urgensi dan ada pula muatan ekspansi. Muatan urgensi tersebut maksudnya adalah utang mungkin dipilih sebagai sumber pembiayaan karena derajat urgensi kebutuhan yang membutuhkan penyelesaian segera.

Sedangkan muatan ekspansi berarti utang dianggap sebagai alternatif pembiayaan yang melalui berbagai perhitungan teknis dan ekonomis dianggap dapat memberikan keuntungan. Ditinjau dari kajian teoritis, masalah utang luar negeri dapat diterangkan melalui pendekatan pendapatan nasional. Sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan, utang luar negeri dibutuhkan untuk menutupi 3 (tiga) defisit, yaitu kesenjangan tabungan investasi, defisit anggaran dan defisit transaksi berjalan. Hubungan ketiga defisit ini dijelaskan Basri (2004) dengan menggunakan kerangka teori three gap model yang diperoleh dari persamaan identitas pendapatan nasional, yaitu:

a. Sisi Pengeluaran

(43)

Dimana:

Y = Produk Domestik Bruto C = Total Konsumsi Masyarakat I = Investasi Swasta

G = Pengeluaran Pemerintah X = Ekspor Barang dan Jasa M = Impor Barang dan Jasa

b. Sisi Pendapatan

Y = C + S + T ……….(2)

Dimana:

C = Total Konsumsi Masyarakat S = Tabungan Pemerintah

T = Penerimaan Pajak Pemerintah

Jika kedua sisi identitas pendapatan nasional digabung, maka akan diperoleh: (M-X) = (I-S) + (G –T) ………(3)

Dimana:

(M-X) = Defisit Transaksi Berjalan (I-S) = Kesenjangan Tabungan Investasi (G – T) = Defisit Anggaran Pemerintah

Hubungan antara kebutuhan utang luar negeri dan ketiga defisit tersebut diperlihatkandengan menggunakan persamaan identitas neraca pembayaran yaitu:

(44)

Dimana:

Dt = Utang pada tahun 1

(M-X)t = Defisit transaksi berjalan pada tahun 1

Dst = Pembayaran beban utang (bunga + amortisasi) pada tahun 1 NFLt = Arus masuk bersih modal swasta pada tahun 1.

Rt = Cadangan otoritas moneter tahun 1.

NOLT = Arus masuk modal bersih jangka pendek seperti capital flight dan lain-lain pada tahun 1.

Persamaan ini menunjukkan bahwa Utang Luar Negeri (sisi kiri) digunakan untuk membiayai defisit transaksi berjalan, pembayaran utang, cadangan otoritas moneter dan kebutuhan modal serta pergerakan arus modal serta pergerakan arus modal jangka pendek seperti capital flight. Bila (3) disubstitusikan pada (4), maka akan diperoleh persamaan:

Dt = (I-s)t + (G-T)t + DSt + NFLt + Rt –NOLT …….(5)

(45)

cicilan utang dan bunganya. Hal ini bisa dimengerti karena bunga dan cicilan utang merupakan kewajiban pelunasan pembayaran utang yang harus dibayar setiap tahun dalam bentuk devisa.

Beban langsung dari utang luar negeri sudah merupakan suatu hal yang jelas. Selama jangka waktu tertentu, beban uang langsung dapat diukur dengan suatu jumlah pembayaran tertentu dalam bentuk uang baik dalam hal pembayaran bunga maupun cicilan utang terhadap negara kreditur. Sedangkan beban rill langsung yang diderita negara peminjam berupa kerugian dalam bentuk kesejahteraan ekonomi yang hilang karena adanya pembayaran-pembayaran dalam bentuk uang.

1.3. Pembiayaan Utang Luar Negeri

(46)

baik sebagai cicilan bagi pinjaman luar negeri maupun pelunasan (redemption) bagi SBN di pasar dalam negeri.

1.4. Jenis – Jenis Pinjaman

Pinjaman terdiri dari pinjaman luar negeri dan pinjaman dalam negeri : a. Pinjaman Luar Negeri

World Bank, Asian Development Bank, Islamic Development Bank dan kreditor bilateral (Jepang, Jerman, Perancis dll), serta Kredit Ekspor.

 Pinjaman Program : Untuk budget support dan pencairannya dikaitkan dengan pemenuhan Policy Matrix di bidang kegiatan untuk mencapai MDGs (pengentasan kemiskinan, pendidikan, pemberantasan korupsi), pemberdayaan masyarakat, policy terkait dengan climate change dan infrastruktur.

 Pinjaman proyek : Untuk pembiayaan proyek infrastruktur di berbagai sektor (perhubungan, energi, dll); proyek-proyek dalam rangka pengentasan kemiskinan (PNPM).

b. Pinjaman Dalam Negeri

Peraturan Pemerintah (PP) No.54 Tahun 2008 Tentang Tata Cara Pengadaan dan Penerusan Pinjaman Dalam Negeri oleh Pemerintah ;

(47)

Untuk membiayai kegiatan dalam rangka pemberdayaan industri dalam negeri dan pembangunan infrastruktur untuk pelayanan umum; kegiatan investasi yang menghasilkan penerimaan.

Surat Berharga Negara (SBN) dalam Rupiah dan valuta asing, tradable & non-tradable, fixed & variable :

1. Surat Utang Negara (SUN)

Surat Perbendaharaan Negara (SPN/T-Bills): SUN, Obligasi Negara Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara dalam Rupiah dan valuta asing dengan berbagai struktur, misalnya Ijarah, Musyarakah, Istisna dll. SBSN jangka pendek (Islamic T-Bills); SBSN Ritail (Sukri); SBSN jangka panjang (IFR/Ijarah Fixed Rate; Global Sukuk; SDHI/Sukuk Dana Haji Indonesia).

Dari perspektif negara donor setidaknya ada dua hal penting yang dianggap memotivasi dan melandasi bantuan luar negeri ke negara-negara debitor. Kedua hal tersebut adalah motivasi politik (political motivation) dan motivasi ekonomi

(economi motivation), dimana keduanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat yang satu dengan yang lainnya (Basri, 2003 : 101).

Sedangkan motivasi ekonomi sebagai landasan kedua yang digunakan dalam memberikan bantuan, setidak-tidaknya tercermin dari 4 argumen penting :

(48)

mengakumulasi tabungan domestik sehingga tabungan-tabungan yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan akan tingkat investasi yang dibutuhkan dalam proses memicu pertumbuhan ekonomi. Dan pada sisi lain adalah kekurangan yang dialami oleh negara-negara yang bersangkutan dalam memenuhi nilai tukar asing (foreign exchange) untuk membiayai kebutuhan impor. Dengan demikian untuk menutupi kedua kekurangan tersebut maka andalannya adalah bantuan luar negeri.

2. Kedua adalah memfasilitasi dan mempercepat proses pembangunan dengan cara meningkatkan pertambahan tabungan domestik sebagai akibat dari pertumbuhan yang lebih tinggi (growth and saving). Karena tinggunya pertumbuhan di negara-negara berkembang akan turut meningkatlkan atau berkorelasi positif terhadap kenaikan keuntungan yang bisa dinikmati di negara-negara maju.

3. Ketiga adalah technical assistance, yang merupakan pendamping dari bantuan keuangan yang bentuknya adalah transfer sumber daya manusia tingkat tinggi kepada negara-negara penerima bantuan. Hali ini harus dilakukan untuk menjamin bajhwa aliran dana yang masuk dapat digunakan dengan sangat efisien dalam proses memicu kenaikan pertum buhan ekonomi.

(49)

and pull factor) adala dua kata yang menentukan terjadinya perpindahan modal ke negara-negara berkembang. Faktor-faktor ini tentu saja perpaduan antar motif ekonomi dan politik yang menjadi pertimbangan utama bagi investor yang rasional.

1.5. Pengelolaan Utang Luar Negeri

Masalah mengeni utang memang sudah selayaknya mendapat pengelolaan yang tepat, karena jika terdapat kesalahaan dalam pengelolaan utang tersebut, maka akan ada peningkatan nilai nominal utang yang semakin tak terkendali. Secara keseluruhan, kenaikan nilai nominal utang tersebut disebabkan oleh:

a. adanya defisit APBN setiap tahun;

b. kebutuhan pelunasan utang jatuh tempo (refinancing);

c. perubahan nilai tukar rupiah yang menyebabkan perubahan nilai nominal utang luar negeri dalam rupiah;

d. pengeluaran pembiayaan untuk pendanaan risiko fiskal dan partisipasi pemerintah dalam menunjang program pembangunan infrastruktur; dan e. berkurangnya sumber pembiayaan APBN dari non utang, misalnya privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan hasil pengelolaan aset (Buku Strategi Pengelolaan Utang).

(50)

komunikasi pemangku kepentingan (stakeholder) termasuk pengembangan pasar, pelaksanaan eksekusi, pengadaan/penerbitan utang, penatausahaan, pembayaran kewajiban dan evaluasi pelaksanaan utang. Dalam pengelolaan utang, indikator yang digunakan di Indonesia secara umum adalah :

1. Debt to GDP ratio (rasio utang terhadap GDP) 2. Debt to export ratio

3. Debt service ratio

Pengelolaan utang yang dilakukan ini tidak lepas dari tujuan – tujuan yang hendak dicapai oleh pemerintah. Tujuan umum pengelolaan utang negara dapat dibagi per periode waktu yaitu:

1. Tujuan jangka panjang

a. Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko terkendali, sehingga kesinambungan fiskal dapat terpelihara.

b. Mendukung upaya untuk menciptakan pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid.

2. Tujuan jangka pendek

(51)

penetapan akhir besarnya tingkat pinjaman (hutang) untuk menutup defisit APBN.

1.6. Strategi Pengelolaan Utang

Strategi dasar untuk mengurangi beban utang pemerintah secara bertahap tergantung kepada kemampuan memelihara lingkungan ekonomi makro yang kondusif, dicapainya kemajuan di bidang konsolidasi fiskal, dan diwujudkannya pemulihan asset. Keseluruhan faktor-faktor tersebut secara bersama akan berpengaruh besar dalam menstimulasi investasi dan aliran modal yang mendorong produktivitas baru, mengurangi suku bunga riil, dan meningkatkan pertumbuhan, dan pada gilirannya terpenuhinya persyaratan yang diperlukan dalam upaya mengurangi rasio utang. Dalam rangka itu, dan untuk mencapai fiskal yang berdaya tahan secara berkelanjutan, maka setidaknya diperlukan lima kebijakan segara dilaksanakan (Depkeu 2002 : 54), sebagai berikut :

1. Konsolidasi lebih lanjut anggaran negara 2. Memperluas basis pendapatan

3. Mengutamakan pengeluaran penting dan menghindari pengeluaran yang tidak perlu

(52)

Strategi pengelolaan utang agar diarahkan pada pencapaian tujuan dari pengelolaan utang yaitu meminimalkan biaya utang dengan tingkat risiko yang semakin terkendali.

1. Strategi pengelolaan utang pemerintah dalam jangka panjang saat ini lebih difokuskan pada perolehan sumber pembiayaan untuk mendanai program-program pembangunan prioritas dan belum banyak memberikan perhatian pada pengelolaan biaya dan risiko.

2. Pengelolaan utang pemerintah terkait dengan penetapan jumlah utang yang aman bagi perekonomian dan batas maksimum bagi pembayaran utang pemerintah dengan menciptakan kerangka hukum yang kuat.

3. Pembentukan intregated debt management office. Saat ini, pengelolaan utang pemerintah ditangani secara parsial oleh beberapa institusi yaitu Departemen Keuangan, Bank Indonesia, Kantor Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, dan Bappenas.

2. Pengeluaran Pemerintah

2.1. Definisi Pengeluaran pemerintah

(53)

pembangunan yang terdiri dari sejumlah sektor. Namun tidak seluruh sektor dalam pengeluaran pembangunan dapat dikategorikan sebagai pengeluaran bidang sosial atau pembangunan manusia.

2.2. Hubungan pengeluaran pemerintah dengan utang luar negeri pemerintah

Dalam pengeluaran pemerintah perlu dilakukan Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara, melalui: (a) penghapusan subsidi secara bertahap, terutama untargeted subsidy; (b) menekan biaya restrukturisasi perbankan melalui perpercepatan penuntasan proses restrukturisasi perbankan; (c) mengendalikan peningkatan anggaran untuk belanja pegawai; (d) membatasi pengeluaran pembangunan pada kegiatan yang produktif, penting dan mendesak. Program tersebut menjadi perlu dilakukan karena, supaya terdapan pengaturan yang baik pada pos pengeluaran, agar tidak terjadi penggelembungan biaya, yang tidak dapat dipenuhi sehingga membutuhkan bantuan dari utang luar negeri.

3. Pendapatan Nasional

3.1. Definisi Pendapatan Nasional

(54)

nasional merupakan gambaran awal seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Maka semakin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya. Kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu negara, dimana alat ukur yang dipakai untuk mengukur kemakmuran adalah output nasional perkapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan, jika angka output pendapatan semakin besar maka tingkat kemakmuran dianggap semakin tinggi. Ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah masalah struktural yang mendasar yang dihadapi suatu perekonomian. Jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Selain perhitungan pendapatan nasional, perhitungan pendapatan suatu daerah (region) diperlukan guna mengetahui perbedaan pembangunan yang dilaksanakan antara suatu daerah dengan daerah lainnya.

(55)

tahun. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu periode waktu tertentu.

3.2. Hubungan Pendapatan Pemerintah Dengan Utang Luar Negeri Pemerintah Pendapatan Nasional adalah jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksikan barang dan jasa oleh suatu negara dalam tahun tertentu. Pendapatan Nasional dapat dibedakan menjadi dua yaitu Pendapatan Domestik Bruto (Pendapatan Nasional) dan Pendapatan Nasional Bruto (PNB). Pendapatan domestik bruto adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam suatu tahun tertentu. Sedangkan Pendapatan Nasional bruto adalah nilai dari semua barang jadi dan jasa yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi domestik dalam negeri dalam suatu periode tertentu. Pendapatan Nasional secara agregatif menunjukkan kemampuan suatu negara dalam menghasilkan pendapatan/ balas jasa kepada faktorfaktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi daerah tersebut. Dengan kata lain Pendapatan Nasional menunjukkan gambaran Production Orginated.

(56)

4. Defisit Anggaran

4.1. Definisi Defisit Anggaran

Dalam menyusun APBN, perencanaan alokasi belanja negara diarahkan untuk mendorong alokasi sumber-sumber ekonomi agar dapat digunakan secara produktif, yaitu terjadinya realokasi faktor-faktor produksi yang akan digunakan secra lebih efisien dan efektif untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi khususnya dalam stabilitas perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah perlu menyusun langkah-langkah peningkatan kualitas belanja negara dengan mengutamakan belanja modal sebagai pendukung pendanaan bagi kegiatan pembangunan, mengefisienkan pendanaan bagi kegiatan-kegiatan yang bersifat konsumtif, dan menghindari peningkatan pengeluaran wajib. Belanja modal difokuskan untuk mendukung program infrastruktur, mendukung target pertumbuhan ekonomi, dan perbaikan kesejahteraan rakyat, infrastruktur pertanian, dan infrastruktur energi serta komunikasi (Lestari, 2011).

(57)

pemerintah untuk menghitung seberapa besar penerimaan dan pengeluaran pemerintah, serta kemungkinan defisit/surplus bila perekonomian beroperasi pada tingkat produksi potensial. Akan tetapi, sebagian besar dari anggaran bersifat siklikal atau pasif dimana ditentukan oleh keadaan siklus ekonomi, untuk menghitung dampak daripada siklus ekonomi terhadap anggaran atau mengukur perubahan dalam penerimaan, pengeluaran, dan defisit/surplus yang timbul oleh karena perekonomian tidak beroperasi pada output potensialnya. Anggaran yang bersifat siklikal ini merupakan selisih antara anggaran aktual dan anggaran struktural (Samuelson dan Nordhaus, 1997).

Defisit anggaran negara adalah selisih antara penerimaan negara dan pengeluarannya yang cenderung negatif, artinya bahwa pengeluaran negara lebih besar dari penerimaannya. Para ahli ekonomi cenderung menghitung defisit anggaran negara itu bukan dari angka absolut, tetapi mengukur dari rasio defisit anggaran negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Apabila kita menghitung defisit anggaran negara sebagai persentase dari PDB, maka akan mendapat gambaran berapa persen suatu negara dapat menghimpun dana untuk menutup defisit tersebut. Kecuali itu, dengan menghitung besarnya persentase defisit nggaran negara terhadap PDB juga menggambarkan berapa tingkat defisit itu sudah membahayakan keadaan perekonomian (Kunarjo, 2000).

(58)

(i) defisit konvensional; (ii) defisit moneter; (iii) defisit operasional; dan (iv) defisit primer.

1. Defisit Konvensional, yaitu defisit yang dihitung berdasarkan selisih antara total belanja dengan total pendapatan termasuk hibah.

2. Defisit Moneter, merupakan selisih antara total belanja pemerintah (di luar pembayaran pokok hutang) dengan total pendapatan (di luar penerimaan hutang).

3. Defisit Operasional, merupakan defisit moneter yang diukur dalam nilai riil dan bukan nilai nominal

4. Defisit Primer, merupakan selisih antara belanja ( di luar pembayaran pokok dan bunga hutang) dengan total pendapatan. Dalam keadaan defisit tentunya diperlukan tambahan dana agar kegiatan yang telah direncanakan tetap dapat dilaksanakan. Dana tersebut biasa berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Upaya untuk menutup defisit disebut sebagai pembiayaan defisit (deficit financing). Upaya ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk misalnya (i) hutang; (ii) menjual asset milik negara; dan (iii) memperoleh hibah.

4.2. Sebab-Sebab Defisit Anggaran

Menurut Barro (1989) ada beberapa sebab terjadinya defisit anggaran, yaitu:

a. Mempercepat pertumbuhan ekonomi

(59)

pilihan dengan meminjam ke luar negeri untuk menghindari pembebanan warga negara apabila kekurangan itu ditutup melalui penarikan pajak. Negara memang di bebani tanggung jawab yang besar dalam meningkatkan kesejahteraan warga negaranya.

b. Pemerataan pendapatan masyarakat

Pengeluaran ekstra juga diperlukan dalam rangka menunjang pemerataan diseluruh wilayah, sehingga pemerintah mengeluarkan biaya yang besar untuk pemerataan pendapatan tersebut. Misalnya pengeluaran subsidi transportasi ke wilayah yang miskin dan terpencil, agar masyarakat di wilayah itu dapat menikmati hasil pembangunan yang tidak jauh berbeda dengan wilayah yang lebih maju.

c. Melemahnya nilai tukar

(60)

d. Pengeluaran akibat krisis ekonomi

Krisis ekonomi akan menyebabkan meningkatnya pengangguran, sedangkan penerimaan pajak akan menurun akibat menurunnya sektorsektor ekonomi sebagai dampak krisis itu, padahal negara harus bertanggung jawab untuk menaikkan daya beli masyarakat yang tergolong miskin. Dalam hal ini Negara terpaksa mengeluarkan dana ekstra untuk program-program kemiskinan dan pemberdayaan masyarakat terutama di wilayah pedesaan yang miskin itu.

e. Realisasi yang menyimpang dari rencana.

Apabila realisasi penerimaan negara meleset dibanding dengan yang telah direncanakan, atau dengan kata lain rencana penerimaan negara tidak dapat mencapai sasaran seperti apa yang direncanakan, maka berarti beberapa kegiatan proyek atau program harus dipotong. Pemotongan proyek itu tidak begitu mudah, karena bagaimanapun juga untuk mencapai kinerja pembangunan, suatu proyek tidak bisa berdiri sendiri, tetapi ada kaitannya dengan proyek lain. Kalau hal ini terjadi, negara harus menutup kekurangan, agar kinerja pembangunan dapat tercapai sesuai dengan rencana semula.

f. Pengeluran karena inflasi.

(61)

menurun. Apabila terjadi inflasi, dengan adanya kenaikan harga-harga itu berarti biaya pembangunan program juga akan meningkat, sedangkan anggaran tetap sama. Semuanya ini akan berakibat pada menurunnya kuantitas dan kualitas program, sehingga anggaran negara perlu direvisi. Akibatnya, Negara terpaksa mengeluarkan dana dalam rangka menambah standar harga itu.

Apabila terjadi defisit dalam anggaran, misalnya, ini menunjukkan semakin kecil peranan dan kemandirian pemerintah dalam pembiayaan pembangunan. Dalam pengertian lain, sebuah anggaran juga dapat menggambarkan strategi pembangunan yang ditempuh oleh pemerintah. Peningkatan belanja pemerintah yang belum diikuti dengan peningkatan penerimaan negara akan mendorong peningkatan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

(62)

nilai uang dalam ekonomi. Dengan perkataan lain, masyarakat perlu menambah uang untuk pengeluarannya. Dengan demikian pembiayaan defisit anggaran oleh pemerintah dengan cara menambahkan uang dalam ekonomi dapat meningkatkan jumlah penerimaan pemerintah. Sumber peningkatan jumlah penerimaan pemerintah dari penambahan uang ini dapat dikatakan sebagai seigniorage (Jaka Sriyana, 2005). 4.3. Pembiayaan Defisit Anggaran

Sisi penerimaan :

(1) Meminjam dari perbankan dalam negeri. Dengan meminjam dari perbankan dalam negeri berarti terjadi penciptaan uang, sehingga uang yang beredar dalam masyarakat (money supply) meningkat. Dampak terhadap pertambahnya penawaran uang yang tidak diimbangi dengan jumlah barang yang diproduksi, akan mengakibatkan kenaikan harga-harga umum atau inflasi.

(63)

(3) Meminjam dari luar negeri. Karena alasan yang tersebut pada nomor (2), negara cenderung meminjam ke luar negeri. Dengan meminjam dari luar negeri itu, sebagian masyarakat ada yang mengkritik, karena pinjaman luar negeri berarti akan membebani anak cucu kita di kemudian hari. Tetapi sebagian masyarakat tidak setuju pendapat itu, karena dengan meminjam modal sekarang, dan digunakan untuk proyek-proyek yang produktif dan efisien seperti pembangunan sarana dan prasarana ekonomi, generasi penerus telah mempunyai pondasi yang kuat untuk membangun proyek-proyek lain yang telah tersedia pondasinya, yaitu berupa sarana dan prasarananya. Sedangkan pembayaran cicilannya dapat diambil dari perpajakan yang akan ditarik dari perusahaanperusahaan yang telah mantap hasil dari pinjaman sebelumnya.

(4) Meningkatkan penerimaan pajak. Dengan meningkatkan penerimaan pajak, baik pajak langsung maupun pajak tidak langsung.

(64)

penciptaan kesempatan kerja, penciptaan devisa. Negara cenderung untuk memilih menutup defisit dengan cara meminjam ke luar negeri dibanding dengan menambah pajak, dengan alasan : (a). dengan meminjam ke luar negeri, penerimaan pajak bisa diprioritaskan untuk keperluan lain yang lebih produktif; (b). pemungutan pajak sangat memberatkan masyarakat yang pendapatannya sudah sangat rendah; (c). meminjam ke luar negeri dapat meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana yang mempunyai dampak tumbuhnya investasi swasta dan yang berakibat pada peningkatan penerimaan pajak.

Sisi pengeluaran :

(65)
(66)

B. Tinjauan Empiris

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis mencoba mempelajari hasil-hasil penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Tabel 5. Ringkasan Penelitian “Utang Luar Negeri Pemerintah : Kajian Dari Sisi Permintaan Dan Pengaruhnya Terhadap PDRB Indonesia Periode 1980 – 2002”

Judul Utang Luar Negeri Pemerintah : Kajian Dari Sisi Permintaan Dan Pengaruhnya Terhadap PDRB Indonesia Periode 1980 – 2002

Penulis 5. Syaparudin Heri Hermawan (2005)

Variabel GFD = Permintaan hutang luar negeri pemerintah DAP = Defisit anggaran pemerintah

EMP = Tenaga kerja yang bekerja (employment).

Kesimpulan 1. Variabel-variabel DAP, DSI, DTB, PCHLN dan PDB secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap GFD. 2. Variabel-variabel GFD, DS, FDI dan EMP secara simultan

berpengaruh signifikan PDB.

(67)

Tabel 6. Ringkasan Penelitian “Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri.”

Judul Analisis Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Utang Luar Negeri Indonesia.

Penulis 1. Mahindun Dhiani Melda Harapa (2007) Variabel Utang Luar Negeri (ULN)

Pendapatan (PDB

Pengeluaran Dalam Negeri (PDN) Defisit Anggaran (DA)

Kesimpulan 1. Secara simultan Pendapatan (PDB), Pengeluaran Dalam Negeri (PDN),Defisit Anggaran (DA) dan Utang Luar Negeri tahun sebelumnya (ULNt-1) memberi kontribusi terhadap Utang Luar Negeri (ULN)

(68)

Tabel 7. Ringkasan Penelitian “Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi”

Judul Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Penulis 2. Desmawati Sihombing (2010)

Variabel Utang Luar Negeri (ULN) Pertumbuhan Ekonomi (Y)

Kesimpulan 1. Dari hasil estimasi Granger Causality Test, hubungan antara kedua variabelyaitu iutang luar negeri dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan 2 arahatau feedback, artinya kedua variabel tersebut saling mempengaruhi satu samalainnya. 2. Berdasarkan hasil uji kointegrasi menunjukkan bahwa kedua variabel utangluar negeri dan pertumbuhan ekonomu memiliki hubungan stasioner padatingkat second difference yang berarti bahwa terdapat hubungan jangkapanjang antara utang luar negeri dan pertmbuhan ekonomi Indonesia.

3. Utang luar negeri memiliki pengaruh positif terhadap

(69)

Tabel 8. Ringkasan Penelitian “Defisit Anggaran Negara Terhadap Utang Luar Negeri”

Judul Defisit Anggaran Negara Terhadap Utang Luar Negeri. Penulis 3. Kunarjo (2001)

Variabel Utang Luar Negeri (ULN) Defisit Anggaran (DA)

Kesimpulan Defisit anggaran negara nampaknya pemecahannya mudah, yaitu dengan menambah penerimaan dan/atau mengurangi pengeluaran. Sulitnya penambahan penerimaan (pajak) mana yang dinaikkan, atau wilayah pengeluaran mana yang

diturunkan. Sulitnya karena semua itu mempunyai dampak pada politik. Pengurangan defisit anggaran akan mampu mengurangi porsi ketergantungan terhadap utang luar negeri.

Tabel 9. Ringkasan Penelitian “Utang Luar Negeri Terhadap Pembiayaan Pembangunan”

Judul Utang Luar Negeri terhadap Pembiayaan Pembangunan Penulis Rowland B. F. Pasaribu (2004)

Variabel Utang Luar Negeri (ULN) Pembiayaan Pembangunan (PP)

Kesimpulan 1. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, yang didahului oleh krisis moneter di Asia Tenggara, telah banyak merusakkan sendi-sendi perekonomian negara yang telah dibangun selama PJP I dan awal PJP II.

(70)

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai sumber lainnya yang relevan seperti jurnal,skripsi, tesis, internet, buku dan hasil-hasil penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun jenis data yang digunakan adalah jenis data rangkaian waktu (time series) yang disusun ke dalam bentuk data tahunan dalam periode 1998 hingga tahun 2012 sehingga penelitian ini merupakan hasil penggunaan data seri selama periode tersebut.

B. Batasan Variabel

(71)

Nasional dan Defisit Anggaran. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Utang Luar Negeri.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Utang Luar Negeri Pemerintah

Berdasarkan Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 utang pemerintah adalah merupakan jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat dan/atau kewajiban pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perjanjian, atau berdasarkan sebab lain yang sah. Menurut Sachs (1981,1982), negara yang mempunyai masalah dalam pelunasan ULN-nya cenderung untuk tidak menunda membayar utuangnya karena pilihan menunda akan menghadapi risiko gangguan dalam perdagangan internasioanal dan arus modal masuk. Oleh karne itu, kenaikan dalam pelunasan utang (LS) cenderung menaikan ULN. Jadi, mengikuti Alun (1992), Persamaan ULN menjadi:

ULN = c1Y + c2A + c3G + c4LS Dimana:

ULN : Utang Luar Negeri c1Y : Pendapatan Nasional c2A : Defisit Anggaran

(72)

2. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran pemerintah (government expenditure) adalah belanja sektor pemerintah termasuk pembelian barang dan jasa dan pembayaran subsidi. Pengaluaran pemerintah digunakan untuk melakukan fungsi-fungsi penting pemreintahan, seperti pertahanan nasional dan pendidikan. Pengeluaran tersebut dibiayai baik dari pajak maupun pinjaman. dengan satuan ukur yaitu

Y = C + I + G + (X – M) Dimana :

Y : pertumbuhan ekonomi

C : Total Konsumsi Masyarakat

I : Investasi

G : Pengeluaran Pemerintah X-M : Ekspor, Impor

3. Pendapatan Nasional.

Jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu Negara selama satu tahun. Dalam perhitungannya, termasuk juga hasil produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi diwilayah yang bersangkutan. Dengan satuan ukur yaitu

Y = C + I + G + (X – M) Dimana :

Y : pertumbuhan ekonomi

(73)

I : Investasi

G : Pengeluaran Pemerintah X-M : Ekspor, Impor

4. Defisit Anggaran

Defisit Anggaran terjadi jika jumlah yang dibelanjakan pemerintah lebill besar daripada pemasukannya selama periode tertentu. dengan satuan ukur yaitu:

D/S = YG(t) – CG(s) Dimana:

D/S : Defisit/Surflus

YG : Pendapatan Pemerintah

CG : Belanja/Pengeluaran Pemerintah

t : Pajak

s : Subsidi

C. Alat dan Model Analisis

(74)

ULN = α + β1 PP + β2 PN + β3 DA + εt

Keterangan :

α = Tetapan ( Konstanta )

1, 2, 3 = Nilai koefisien regresi parsial

ULN = Utang Luar Negeri Pemerintah.

PP = Pengeluaran Pemerintah

PN = Pendapatan Nasional

DA = Defisit Anggaran

t = Kesalahan pengganggu (error tream )

D. Pengolahan Data

Dalam penelitian ini, pengolahan data menggunakan program komputer yaitu dengan menggunakan program E-Views 4.1.

E. Metode Analisis 1. Uji Stasioneritas

(75)

sehingga menyebabkan hasil regresi meragukan atau disebut regresi lancung

(spurious regression). Regresi lancung adalah situasi dimana hasil regresi menunjukkan koefisien regresi yang signifikan secara statistik namun hubungan antara variabel di dalam model tidak saling berhubungan (Agus Widarjono, 2007: 339). Metode yang digunakan untuk menguji masalah stasioner data adalah uji akar-akar unit (unit root test). Penentuan orde integrasi dilakukan dengan uji unit root

untuk mengetahui sampai berapa kali diferensiasi harus dilakukan agar series menjadi

stasionary. Metode pengujian unit root, yang sering digunakan adalah Dickley-Fuller (DF) unit root test dan Phillips-Perron unit root test.

Prosedur pengujian stationary data adalah sebagai berikut :

a. Melakukan uji terhadap level series. Jika hasil uji unit root menunjukkan terdapat

unit root, berarti data tidak stationary.

b. Selanjutnya adalah melakukan uji unit root terhadap first difference dari series. c. Jika hasilnya tidak ada unit root, berarti pada level first difference, series sudah

stationary atau semua series terintegrasi pada orde I(1).

d. Jika setelah di-first difference-kan series belum stationary maka perlu dilakukan

second difference.

2. Uji Asumsi Klasik

(76)

BLUE), yaitu data yang terdistribusi dengan normal, tidak terdapat multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Untuk mengetahui apakah persyaratan BLUE ini dipenuhi atau tidak, dapat diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik.

2.1. Uji Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Masalah autokorelasi biasanya muncul pada data time series. Autokorelasi adalah sebuah kasus khusus dari korelasi. Kalau “korelasi” menunjukkan hubungan antara dua atau lebih variabel-variabel yang berbeda, maka autokorelasi menunjukkan hubungan antara nilai-nilai yang berurutan dari variabel yang sama. Autokorelasi dalam sampel runtun waktu (time-series sample) menunjukkan kecenderungan sekuler atau perubahan jangka panjang sepanjang waktu. Autokrelasi juga bisa diakibatkan oleh adanya bias spesifikasi, misalnya karena dikeluarkannya variabel-variabel yang benar dari persamaan regresi atau karena asumsi yang salah mengenai bentuk fungsional model regresi (Gunawan, 1994: 214). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi, dapat dilakukan uji dengan menggunakan uji Durbin-Watson Statistik atau dengan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.

Masalah Autokorelasi dapat dilihat dari Nilai obs*R-square (χ2 hitung) atau nilai probabilitasnya. Apabila nilai Nilai obs*R-square (χ2hitung) lebih kecil dari χ2 tabel atau nilai probabilitasnya lebih besar dari α = 0,05 berarti tidak terdapat gejala

(77)

2.2. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah keadaan jika suatu variabel bebas berkorelasi dengan satu atau lebih variabel bebas yang lainnya, dalam hal ini berkorelasi sempurna atau mendekati sempurna yaitu koefisien korelasinya satu atau mendekati satu. Dengan adanya multikolinearitas maka standar kesalahan masing-masing koefisien yang diduga akan sangat besar sehingga pengaruh masing-masing variabel bebas tidak dapat dideteksi. Ada atau tidaknya gejala multikolinearitas dilakukan dengan pendeteksian atas nilai R2 dan signifikansi dari variabel yang digunakan. Apabila didapatkan R2 yang tinggi sementara terdapat sebagian besar atau semua variabel yang secara parsial tidak signifikan, maka diduga terjadi multikolinearitas pada model tersebut. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dalam model regresi dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial (Damodar N. Gujarati, 2006: 69).

2.3. Uji Heterokedastisitas

Heteroskedastisitas memiliki arti bahwa varians error term tidak sama untuk setiap pengamatan. Jika varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Jika varians-nya berbeda, disebut Heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas akan mengakibatkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien.

(78)

tetap dari X1, X2, ..., Xp. Jika asumsi ini tidak dipenuhi maka dugaan OLS tidak lagi bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), karena akan menghasilkan dugaan dengan galat baku yang tidak akurat. Untuk uji asumsi heteroskedastisitas dapat dilihat melalui uji White. Uji White ini dapat menjelaskan apabila nilai probabilitas obs*R-square lebih kecil dari α (5%) maka data bersifat heteroskedastisitas. Sebaliknya, bila nilai probabilitas obs*R-square lebih besar dari α (5%) maka data bersifat tidak heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2007: 140).

Ho : tidak ada masalah heteroskedastisitas Ha : ada masalah heteroskedastisitas Kriteria pengujiannya adalah :

Ho ditolak dan Ha diterima, jika nilai (n x R2) < nilai chi square

Ho diterima dan Ha ditolak, jika nilai (n x R2) > nilai chi square

Jika Ho ditolak, berarti terdapat heteroskedastisitas. Jika Ho diterima, berarti terdapat heteroskedastisitas.

2.4. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal, seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.

(79)

Salah satu cara untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal, jika distribusi data residual normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.

2) Analisis Statistik

Uji Jaque-Barbera (JB), uji ini dilakukan dengan membuat hipotesis terhadap analisis hasil analisa:

Ho : Data residual berdistribusi normal Ha : Data residual tidak berdistribusi normal

Apabila nilai probability > 0,05 maka dapat disimpulkan data residual terdistribusi dengan normal (Agus Widarjono, 2007: 54)

3. Uji Hipotesis 3.1. Uji t-Statistik

(80)

atau α = 0,05). Derajat bebas yang digunakan adalah df = n – k – 1, dimana n = jumlah observasi dan k = jumlah variabel bebas yang digunakan.

Hipotesis yang digunakan adalah : (i) Untuk Variabel Pendapatan Nasional Ho : β1 = 0 : tidak berpengaruh

Ha : β1 < 0 : berpengaruh negatif

Apabila : t hitung < t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak t hitung > t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima

jika Ho diterima, berarti Pendapatan Nasional tidak berpengaruh terhadap rasio utang Utang Luar Negeri. Jika Ho ditolak, berarti Pendapatan Nasional berpengaruh negatif terhadap Utang Luar Negeri.

(ii) Untuk Variabel Pengeluaran Pemerintah Ho : β2 = 0 : tidak berpengaruh

Ha : β2 > 0 : berpengaruh positif

Apabila : t hitung < t tabel : Ho diterima dan Ha ditolak t hitung > t tabel : Ho ditolak dan Ha diterima

jika Ho diterima, berarti Pengeluaran Pemerintah tidak berpengaruh terhadap Utang Luar Negeri. Jika Ho ditolak, berarti Pengeluaran Pemerintah berpengaruh positif terhadap Utang Luar Negeri .

(iii) Untuk Variabel Defisit Anggaran Ho : β2 = 0 : tidak berpengaruh

Ha : β2 > 0 : berpengaruh positif

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Jumlah Utang Luar Negeri dan Pertumbuhan Jumlah
Tabel 2. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan              Pengeluaran Pemerintah Tahun 1998 – 2012
Tabel 3. Perkembangan Pendapatan Nasional dan Pertumbuhan Pendapatan              Nasional Tahun 1998 – 2012
Tabel 4. Perkembangan Defisit Anggaran dan Pertumbuhan Defisit              Anggaran Tahun 1998 – 2012
+6

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan Syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Dzat yang menciptakan langit dan bumi beserta segala isinya dan pemilik dari segala ilmu pengetahuan, karena berkat

Dari Grafik BPC II diketahui bahwa residual klorin yang paling baik adalah pada konsentrasi kaporit 1134,75 mg/L, sehingga penambahan kaporit dalam bentuk kristal

Pada dasarnya sengketa Tata Usaha Negara terjadi karena adanya seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara,

Berdasarkan hasil uji statistik yang sudah dilakukan dimana dapat diketahui ada perbedaan yang bermakna antara MOL kulit nanas dengan waktu terjadinya kompos dengan

Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan tidak ada pengaruh dari berbagai konsentrasi larutan tape singkong sebagai atraktan pada alat perangkap nyamuk dari botol

Diantara beberapa karya Adam Smith diatas, “An Inquiry into The Nature and Causes of The Wealth of Nations” atau lebih sering disingkat dengan “The Wealth of Nations” yang

Salah satunya dengan mengambil hasil pemikiran Adam Smith (Teori Klasik), yang berbicara mengenai : mekanisme pasar, teori nilai, teori pembagian

Kasryno, et al (1993) memandang diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat kaitannya dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di