PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP EKUITAS MEREK PADA MOBIL TOYOTA AVANZA DI BANDAR LAMPUNG
ABSTRAK
Oleh
Andri Arizki Tama
Objek penelitian ini adalah para konsumen dari Toyota Avanza di Bandar
Lampung. Responden harus memiliki kriteria tertentu, yaitu responden yang
dipilih merupakan orang-orang yang pernah memiliki dan menggunakan mobil
Toyota Avanza di Bandar Lampung.
Manfaat dari penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran informasi yang
berguna bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan dan strategi pemasaran yang
berkaitan dengan atribut produk, kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi
merek, dan loyalitas merek.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh atribut produk
terhadap ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung.
Permasalahan dalam penelitian ini apakah atribut produk mempengaruhi ekuitas
merek pada konsumen mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung.
Metodologi yang digunakan pada penelitian ini dengan teknik nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih dengan cermat, dan pertimbangan sesusai dengan kriteria, sehingga relevan
Andri Arizki Tama
Dalam penelitian ini, hipotesis yang menyatakan atribut produk memiliki
pengaruh terhadap ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung
dapat diterima.
Hal tersebut didukung oleh hasil uji koefisien regresi yang menunjukkan
kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, dan estetika memiliki pengaruh yang
signifikan, sedangkan hiburan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung. Hasil uji koefisien
determinasi menunjukkan adjusted R2sebesar 0,804 hal ini menunjukkan variabel atribut produk berpengaruh terhadap ekuitas merek sebesar 80,4%. Variabel
estetika memiliki pengaruh terbesar dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,368,
sedangkan variabel hiburan memiliki pengaruh terendah dengan nilai koefisien
regresi sebesar 0,013. Saran untuk Toyota Avanza dengan melihat hasil uji
tersebut , maka Toyota Avanza dapat mempertahankan kinerja dari variabel
estetika, persepsi manfaat, dan kemudahan penggunaan. Hal ini dikarenakan
ketiga variabel ini berdampak paling baik dari variabel lainnya. Kemudian Toyota
Avanza perlu meningkatkan kinerja untuk variabel hiburan karena variabel ini
berpengaruh paling rendah dibandingkan ketiga variabel sebelumnya.
PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP EKUITAS MEREK PADA MOBIL TOYOTA AVANZA
DI BANDAR LAMPUNG
Oleh
Andri Arizki Tama
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI& BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 16 Desember 1991,
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Amrul Hasan,
S.H (Alm) dan Ibu Paswani, S.Pd.
Pendidikan formal yang telah dicapai oleh peneliti :
1. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TKK) Pertiwi Pahoman Bandar Lampung
(1997 – 1998)
2. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) II Teladan Rawa Laut Bandar Lampung
(1998 – 2004)
3. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1Bandar Lampung
(2004 – 2007)
4. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandar Lampung
(2007 – 2010)
5. Pada tahun 2010 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa program Strata 1 (S1)
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk insan yang tiada pernah berhenti berdoa dan berusaha untuk selalu mendukung hidupku; membimbingku untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya; saksi ikhtiarku berjuang menuju masa depan yang
lebih cerah:
Ibunda Paswani binti M.Nur
MOTO
Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari
Tuhan dan aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku pada
waktu yang telah Ia tetapkan.
Anda tidak bisa mengubah orang lain, Anda harus menjadi perubahan yang Anda
harapkan dari orang lain.
SANWACANA
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan
hidayah-Nya penelitian dan skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Ekuitas Merek Pada
Mobil Toyota Avanza Di Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk
memperolah gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuningsih, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Hj. Mahrinasari MS, S.E., M.Sc., selaku pembimbing utama atas
kesediannya memberikan bimbingan, motivasi, kritik, dan saran dalam
proses penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Dr. Dorothy Rouly H. Panjaitan, S.E., M.Si., selaku pembimbing
pendamping atas kesediannya memberikan bimbingan, motivasi, nasihat,
6. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si., selaku penguji terimakasih untuk kritik dan
saran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak Dariyus, S.E., selaku Pembimbing Akademik (PA) terimakasih
untuk setiap motivasi, kritik, dan sarannya serta kesediannya membimbing
selama proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
8. Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
9. Para staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
10.Kedua orangtuaku yang luar biasa, selalu menjadi motivasi dalam
hidupku, terimakasih untuk dukungan, semangat, doa, serta semua yang
telah diberikan untukku.
11.Adik-adikku Muhammad Iqbal dan Intan Permata Sari, terimakasih atas
semangat yang selalu diberikan untukku.
12.Untuk sahabat-sahabat terhebatku Anita Sari, Dinni Fatrisya, Nursintari,
Amelia, I Gede Gethas, Andri Bramanto, Felix Abrahm, Fedrik Anderson,
I kadek adi, Daniel Valentinus, A Fadiel, Ali Hapidin terimakasih kepada
kalian yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuannya dalam
proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
13.Seluruh teman-teman Manajemen 2010 terimakasih untuk kebersamaan
yang tidak akan pernah terlupakan selama perkuliahan.
14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
Akhir kata peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamiin Yaa Rabbal „ Alamiin.
Bandar Lampung, 2 April 2015 Peneliti,
i DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 10
1.3. Tujuan Penelitian ... 10
1.4. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori... 12
2.1.1. Kajian Tentang pemasaran ... 12
2.1.2. Kajian Tentang Prilaku Konsumen ... 13
2.1.3 Kajian Atribut Produk Hedonic Dan Utilitarian ... 13
2.1.4 Kajian Tentang Merek (Brand) ... 16
2.1.5 Kajian Tentang Ekuitas Merek ( Brand Equity) ... 17
2.2. Hubungan Antar Variabel ... 23
2.3. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Ekuitas Merek ... 25
2.3.1 Atribut Produk (X) ... 25
2.3.2 Ekuitas Merek (Y) ... 27
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Populasi dan Sampel ... 34
3.2. Jenis dan Sumber Data ... 34
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35
3.5. Instrumen dan Skala Pengukuran ... 39
3.6. Uji Instrumen... 39
3.6.1. Uji Validitas ... 39
3.6.2. Uji Reabilitas ... 40
3.7. Metode Analisis Data ... 40
3.7.1. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval ... 40
ii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Perusahaan... 42
4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44
4.2.1 Uji Validitas ... 44
4.2.2 Uji Reliabilitas ... 46
4.3. Karakteristik Responden ... 47
4.4. Distribusi Tanggapan Responden... 49
4.4.1 Tanggapan Atribut Produk (X) ... 49
4.4.1.1 Hasil Tanggapan Responden Tentang Kemudahan Penggunaan (X1) ... 49
4.4.1.2 Hasil Tanggapan Responden Tentang Persepsi Manfaat (X2) ... 51
4.4.1.3 Hasil Tanggapan Responden Tentang Hiburan (X3) ... 52
4.4.1.4 Hasil Tanggapan Responden Tentang Estetika (X4) ... 54
4.4.2 Hasil Jawaban Responden Tentang Ekuitas Merek (Y) .... 55
4.5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 56
4.5.1. Uji Hipotesis ... 57
4.6 Pembahasan ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 62
5.2 Saran ... 64
iii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
1.1 Pasar Mobil Di Indonesia Tahun 2013 ... 4
1.2. Spesifikasi Beberapa Merek Mobil Di Kelas low MPV ... 5
1.3. Persaingan Mobil low MPV pada tahun 2009 - 2013 ... 8
1.4. Data Penjualan Mobil low MPV periode Januari – April 2014 ... 9
2.1. Referensi Penelitian Terdahulu ... 31
3.1. Operasional Variabel ... 36
4.1. Hasil Uji Validitas ... 45
4.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 46
4.3. Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47
4.4. Persentase Berdasarkan Usia ... 47
4.5. Persentase Berdasarkan Tingkat Pengeluaran Responden ... 48
4.6. Persentase Berdasarkan Pekerjaan Responden ... 48
4.7. Hasil Jawaban responden tentang Kemudahan Penggunaan (X1) ... 49
4.8. Hasil Jawaban Responden Tentang Persepsi Manfaat (X2) ... 51
4.9. Hasil Jawaban Responden Tentang Hiburan (X3) ... 52
4.10. Hasil Jawaban Responden Tentang Estetika (X4) ... 54
4.11. Hasil Jawaban Responden Tentang Ekuitas Merek (Y) ... 55
4.12. Analisis Determinasi (R 2 ) ... 56
4.13. Regresi Linier Berganda ... 57
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner
Lampiran 2 Data 30 Responden Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Lampiran 4 Hasil Uji Reabilitas Lampiran 5 Data 100 Responden Lampiran 6 Frekuensi
iv
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Halaman
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Era globalisasi telah membawa perubahan yang sangat pesat diberbagai bidang,
baik itu bidang kesehatan, teknologi, dan otomotif. Perkembangan tersebut dapat
dilihat dari perubahan trend otomotif yang terjadi di Indonesia. Jumlah populasi mobil yang terus bertambah membuat jalanan semakin penuh. Hal tersebut
diakibatkan karena kurangnya sarana prasarana transportasi umum di kota-kota
besar Indonesia. Dengan demikian banyak orang yang memilih membeli
kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan sarana transportasi umum. Mobil
saat ini dapat dikatakan sebagai kebutuhan wajib bagi masyarakat perkotaan.
Industri automotif di Indonesia mulai menggeliat sejak dekade 70-an. Awalnya,
sedan menjadi trend dan pilihan konsumen di Tanah Air. Situasi ini memang tidak jauh berbeda dengan perkembangan automotif dunia. Hanya saja, situasi ekonomi
dan daya beli konsumen Indonesia saat itu belum tinggi, hingga sedan hanya
dinikmati kalangan tertentu saja. Kondisi ini mencetuskan ide dari pemerintah,
guna mengembangkan kendaraan dengan harga terjangkau, dengan pilihan
kendaraan serbaguna yang lebih bersifat keperluan utama (sumber:
2
Masuk ke era 80-an, dimana masih didukung dengan industri karoseri,
bermunculan mobil-mobil penumpang berbasis kendaraan niaga. Tercatat ada
Toyota Kijang, Daihatsu Zebra atau Suzuki Futura. Kendaraan inilah yang
kemudian menjadi cikal bakal pengembangan segmen MPV (Multi Purpose Vehicle) di Indonesia. Waktu yang terus berjalan dan kebutuhan konsumen yang terus berkembang, membuat seleksi alam ikut bermain. Hanya sedikit yang bisa
bertahan, dan satu diantaranya adalah Toyota Kijang, di mana Kijang mampu
tampil sebagai ikon kendaraan keluarga dengan mendominasi pasar sampai 70
persen di segmen MPV.
Hal tersebut menimbulkan persaingan antara produsen mobil di Indonesia.
Produsen mobil berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Jika
dilihat dari segi ekonomi masyarakat Indonesia yang kebanyakan tergolong
masyarakat yang sederhana maka kebanyakan masyarakat membutuhkan
kendaraan untuk aktivitas sehari-hari dengan harga yang murah dan kapasitas
daya tampung penumpang yang cukup banyak. Kebutuhan akan mobil yang
demikian dapat dipenuhi oleh jenis mobil MPV, karena MPV adalah mobil yang
difungsikan untuk mengangkut keluarga dengan dimensi dan ukuran yang lebih
besar dibandingkan dengan mobil sedan, mobil MPV merupakan mobil serbaguna
yang memiliki tempat duduk untuk 7 orang serta bagasi. Umumnya tempat duduk
baris tengah dan belakang pada MPV dapat dilipat atau dilepas agar dapat memuat
barang lebih banyak. MPV juga disebut bus kecil, mobil van kecil, dan mobil 7
3
Permintaan pasar yang cukup banyak pada jenis mobil yang dapat menampung
penumpang dan barang yang banyak membuat PT Astra Internasional Tbk
kemudian meluncurkan mobil jenis low MPV membuat solusi kebutuhan
masyarakat yang daya beli terjangkau dan kapasitas besar adalah Toyota Avanza.
Toyota Avanza produksi awal pada tahun 2003. Nama “Avanza” berasal dari
bahasa italia avanzato, yang berarti “peningkatan”. Pada akhir tahun 2006, diluncurkan New Avanza-Xenia dengan perubahan atribut produk yang dari
waktu ke waktu mengalami pengembangan seperti aksesoris, peningkatan
performa serta mesin baru berteknologi pengaturan katup variabel VVT-i yang
melengkapi semua versi (facelift). Atribut produk mempengaruhi desain pada kondisi perubahan avanza.
Pada akhir tahun 2006 juga diluncurkan New Avanza S (1.5 S VVT-i) yang
merupakan versi terlengkap dengan mesin berkapasitas 1.500 cc VVT-i, sensor
parkir belakang, teknologi pengereman ABS serta pelek aluminium 15". Mesin
1.500 cc VVT-i yang digunakan oleh Toyota Avanza memiliki spesifikasi yang
sama persis dengan Toyota Rush. New Avanza S tersedia dalam dua pilihan
4
Tabel 1.1 Pasar Mobil di Indonesia Tahun 2013
Jenis Mobil Penjualan (unit) Pangsa Pasar (%)
MPV 348.670 45,5%
SUV 85.289 11,1%
Komersial 83.984 10,9%
Hatcback 77.295 10,1%
Sedan 33.146 4,3%
Dll 138.874 18,1%
Sumber: http://www.kompas.com/2014
Tabel 1.1 menunjukkan pangsa pasar mobil Indonesia. Dapat dilihat bahwa
persaingan didominasi oleh mobil serba guna alias MPV (Multi Purpose Vehicle). Total MPV untuk semua segmen tahun lalu penjualannya mencapai 348.670 atau
memperoleh porsi 45,5%, pangsa pasar kedua adalah SUV dengan total penjualan
85.289 unit atau 11,1%, berikutnya kendaraan komersial, yaitu truk 2-ton
(CV2T,4 dan 6 roda) dengan penjualan 83.984 unit 10,9%, sedangkan mobil
kompak atau hatcback, 77.295 unit 10,1%, khusus sedan, (sebagian besar taksi)
terjual 33.146 unit. atau 4,3%. Sesuai data terakhir yang diperoleh
www.kompas.com pada tahun 2014 dari anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO).
MPV dibagi oleh GAIKINDO dalam empat segmen, yaitu bawah (low), menengah (medium), atas (high) dan mewah (luxury). Kelompok bawah (low) sangat mendominasi, 265.012 unit terdiri dari Toyota Avanza, Daihatsu Xenia dan
5
MPV low ini, harganya rata-rata Rp. 200 juta atau berkisar 150 juta, umumnya
menggunakan mesin 1.300-1500 cc. MPV medium dengan total penjualan 75.774
unit dan segmen MPV atas terjual 1.217 unit. Dari penjelasan di atas terlihat
bahwa saat ini mobil segmen low MPV sedang diminati konsumen.
Tabel 1.2 Spesifikasi Beberapa Merk Mobil Yang Memiliki Kelas Low MPV
No Merek Produk
Spesifikasi
Panjang
mobil Jarak roda Mesin
1 TOYOTA AVANZA 4.140 mm 2.665 mm 1.300cc dan
1500cc
2 HONDA MOBILIO 4.390 mm 2.650 mm 1.500cc
3 SUZUKI ERTIGA 4.265 mm 2.740 mm 1.400cc
Sumber: http://autotekno.sindonews.com/2014
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa spesifikasi dari tiap mobil hampir sama. Hal
tersebut memicu para pengusaha, khususnya produsen untuk menghasilkan
produk dengan desain atribut produk yang menarik, selain kualitas terbaik dan
harga yang cukup bersaing. Kualitas produk mobil MPV pada merek Toyota
seperti harga yang terjangkau. Sehingga konsumen lebih bebas untuk menentukan
dan memilih produk-produk yang mereka inginkan. Faktor yang menjadi
pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk yaitu faktor apa saja yang
ada dalam produk mobil seperti desain produk yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, harga yang terjangkau, dan mesin yang berteknologi terbaru. Kualitas
cukup besar tidak menyusahkan konsumen dalam memilih faktor untuk
6
Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah
merupakan suatu motif berbelanja baru. Motivasi merupakan konsepsi yang
dinamis yang terus-menerus berubah sebagai reaksi terhadap berbagai
pengalaman hidup. Kebutuhan dan sasaran terus-menerus bertumbuh dan berubah
sebagai jawaban terhadap keadaan fisik, lingkungan, pengalaman, dan interaksi
individu dengan orang lain. Ketika individu mencapai tujuannya mereka terus
memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti . Beberapa alasan mengapa
kebutuhan tidak pernah berhenti adalah sebagai berikut:
1. Banyak kebutuhan yang tidak terpuaskan sepenuhnya. Kebutuhan tersebut
terus mendorong tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai atau
mempertahankan kepuasan.
2. Setelah kebutuhan terpuaskan kebutuhan baru dan yang urutannya lebih tinggi
timbul yang menyebabkan tekanan dan mendorong kegiatan.
3. Orang-orang yang berhasil mencapai tujuan mereka mmenetapkan tujuan baru
dan lebih tinggi untuk diri mereka. Ketiga alasan itulah yang menyebabkan
kebutuhan tidak pernah berhenti dan motif untuk memuaskannya tidak pernah
berhenti tetapi terus berjalan dan dinamis
Setiap orang memiliki kebutuhan yang ingin dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat
bersifat utilitarian, yaitu keinginan untuk mencapai suatu manfaat yang bersifat
fungsional atau praktis, atau bersifat hedonik, yaitu suatu kebutuhan yang
melibatkan respon yang bersifat emosional. Oleh karena adanya kebutuhan yang
ingin dipenuhi, maka konsumen akan mempunyai motivasi sebagai suatu proses
7
Konsumen yang ingin memenuhi kebutuhan yang bersifat utilitarian akan terfokus
pada tujuan konsumsi, seperti berbelanja untuk mencari barang yang dibutuhkan.
Sedangkan konsumen yang ingin memenuhi kebutuhan yang bersifat hedonik
akan mengkonsumsi barang atau jasa untuk memberi rasa senang dan percaya diri.
Konsumen juga dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat utilitarian maupun
hedonik tersebut secara bersamaan melalui suatu kegiatan konsumsi, seperti
halnya dalam memilih mobil yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Ekuitas merek menurut Kotler dan Amstrong (2003:350) ekuitas merupakan nilai
suatu merek berdasarkan seberapa kuat nilai merek tersebut memiliki loyalitas
merek, kesadaran konsumen akan merek tersebut, kualitas yang dipersepsikan,
asosiasi merek, dan berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan
hubungan jaringan distribusi. Kekuatan merek terletak pada kemampuannya
menarik pelanggan untuk membeli produknya. Karena merek secara tidak sadar
melibatkan prestice, keyakinan, harapan, dan kebanggaan dari para konsumen. Dengan melibatkan merek sebagai salah satu bagian dari modal keunggulan
bersaing, selain unsur kualitas dan harga adalah kebijakan yang tepat apabila
dikombinasikan dengan tepat ketiganya maka akan terjadi sinergitas yang
menguntungkan diantara ketiganya.
Memang merek dapat dijadikan sebagai atribut kompetitif, namun tidak semua
merek dapat melakukannya. Hanya merek-merek tertentu yang mempunyai brand value tinggi yang dapat melakukannya. Dengan kata lain suatu merek dapat dikatakan berkualitas apabila mampu memberikan nilai tambah pada suatu produk
8
untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada
pembeli. Merek-merek terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar
simbol.Perusahaan yang dapat mengkombinasikan unsur kualitas, merek dan
harga dengan maka akan menguntungkan dan terjadi sinergitas diantara ketiganya
Tabel 1.3. Persaingan mobil low MPV pada tahun 2009 - 2013
Merek mobil Tahun (dalam unit)
2009 2010 2011 2012 2013
Toyota Avanza 100.065 141.799 162.367 157.189 213.458
Daihatsu Xenia 43.049 65.091 66.835 61.532 57.727
Suzuki Ertiga - - - 26.196 52.291
Sumber: http://oto.detik.com/2014
Tabel 1.3 menunjukkan persaingan mobil dikelas low MPV. Toyota avanza
selama 5 tahun terakhir semenjak tahun 2009 sampai 2013 masih memimpin pasar
untuk dikelas mobil low MPV . Toyota Avanza mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2013 yaitu 213.458 unit dari penjualan sebelumnya yaitu 157.189 unit
pada tahun 2012, peningkatan tersebut sebesar 56.269 unit. Sedangkan pesaingnya
yaitu Daihatsu Xenia mengalami penurunan di 3 tahun terakhir. Pada tahun 2012
mengalami penurunan sebesar 5.303 unit dan tahun berikutnya sebesar 3.805 unit.
Pada tahun 2012 muncul pesaing baru untuk kelas mobil low MPV yaitu Suzuki Ertiga. Tahun pertama Suzuki Ertiga berhasil menjual 26.196 unit, diikuti hasil
9
Low MPV adalah mobil yang lebih mengutamakan kemampuannya untuk
digunakan sebagai alat bantu bisnis, jadi lebih ke arah performanya dibandingkan
desain eksterior maupun interiornya.
Berikut ini adalah penjualan mobil low MPV mulai dari bulan Januari sampai
April 2014:
Tabel 1.4. Data Penjualan Mobil Low MPV Periode Januari – April 2014
Merek mobil Januari Februari Maret April
Toyota Avanza 16.312 unit 15.708 unit 16.315 unit 14.118 unit
Honda Mobilio 1.508 unit 6.241 unit 10.592 unit 7.526 unit
Suzuki Ertiga 5.378 unit 3.216 unit 3.475 unit 4.079 unit
Daihatsu Xenia 4.636 unit 5.137 unit 3.640 unit 3.543 unit
Sumber: http://www.avanzaxenia.net/2014
Berdasarkan Tabel 1.4. ditampilkan data penjualan dari beberapa merek mobil
yang memiliki kelas yang sama yaitu Low-MPV dimana Toyota Avanza
menempati posisi pertama dibandingkan dengan merek lainnya. Data penjualan
mobil Toyota Avanza selama empat bulan terakhir di tahun 2014 berfluktuasi.
Pada bulan Januari, Toyota Avanza mencapai angka 16.312 unit, tetapi pada bulan
berikutnya yaitu bulan Februari mengalami penurunan yaitu hanya sebanyak
15.708 unit. Untuk bulan berikutnya yaitu bulan Maret, Toyota Avanza kembali
mengalami kenaikan penjualan yaitu sebesar 16.315 unit dan mengalami
penurunan kembali pada bulan April yaitu sebanyak 14.118 unit. Hal ini
10
relatif bersaing, seperti Honda Mobilio dan Suzuki Ertiga. Dengan adanya
penurunan penjualan ini, maka perlu diwaspadai karena penurunan tersebut dapat
mengindikasikan bahwa adanya penurunan keputusan pembelian konsumen pada
produk Toyota Avanza.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan mengenai pengaruh atribut
produk terhadap ekuitas merek, maka penelitian ini mengambil judul: “Pengaruh
Atribut Produk Terhadap Ekuitas Merek Pada Mobil Toyota Avanza Di Bandar Lampung”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat
diidentifikasi beberapa hal yaitu :
Mobil Toyota Avanza memiliki angka penjualan tertinggi diantara mobil lainnya
yang memiliki kelas Low-MPV pada periode Januari – April 2014.
Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Apakah atribut produk mempengaruhi ekuitas merek pada konsumen mobil
Toyota Avanza di Bandar Lampung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak
dicapai adalah :
Untuk menganalisis pengaruh atribut produk terhadap ekuitas merek pada
11
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Dapat memberikan gambaran dan informasi yang berguna bagi perusahaan
dalam melakukan kebijakan dan strategi pemasaran yang berkaitan dengan
Atribut Produk, kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan
loyalitas merek.
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1Kajian Teori
2.1.1 Kajian Tentang Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2009:5), “Pemasaran (marketing) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi
ide, barang, dan jasa untuk menciptakan nilai tukar yang memuaskan tujuan
individu dan organisasi”.
Menurut Kotler dan Armstrong (2008:62) terdapat empat kelompok variabel yang
disebut dengan bauran pemasaran yang sering dikenal dengan 4P yaitu:
- Produk (product)
Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada
pasar sasaran.
- Harga (price)
Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh
produk.
- Tempat (place)
Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi
13
- Promosi(promotion)
Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan
membujuk pelanggan membelinya.
2.1.2 Kajian Tentang Perilaku Konsumen
Mowen (2001:5) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai kajian tentang satuan
pembeli (buying units) dan proses pertukaran (exchange processes) yang terlibat dalam mencari (acquaring), memakai (consuming) dan menghentikan pemakaian (disposing) barang, jasa dan pengalaman dan ide. Perilaku konsumen juga
dipengaruhi oleh lingkungan yang terus-menerus berubah. Sedangkan menurut
Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika
individu atau kelompok tertentu membeli, menggunakan atau mengatur produk,
jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat.
Menurut Kotler (2001:177), inti perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen
memberikan jawaban atau membuat keputusan terhadap berbagai rangsangan
pemasaran yang dapat diatur oleh perusahaan. Perusahaan yang benar-benar
memahami bagaimana konsumen memberikan jawaban terhadap ciri-ciri produk
yang berbeda, harganya, daya tarik periklanan dan lain-lain akan meraih
keuntungan lebih banyak daripada para pesaingnya.
2.1.3 Kajian Atribut Produk Hedonik Dan Utilitarian
Motivasi pembelian dan konsumsi diklasifikasikan dalam bentuk dua jenis yaitu
motif hedonik dan Utilitarian. Motif belanja hedonik didasarkan pada emosi,
perasaan nyaman, gembira, bersuka. Sedangkan motif belanja utilitarian
14
utilitarian akan berakibat pada kesetiaan pembelanja kepada produsen yang
menyajikan tawaran yang mampu menyesuaikan dengan dorongan atau motif
hedonik atau motif utilitarian pembelanja. Bila dilihat dari sisi hedonik maka
seseorang akan termotivasi untuk berbelanja karena mereka mengincar
kesenangan dari waktu luang, dan rekreasi, atau peran emosional dari suasana hati
dan kenikmatan.
Seperti dikutip oleh Sheng dan Teo dalam penelitian Product attributes and brand equity in the mobile domain: The mediating role of customer experience (2012). Atribut Produk terbagi dalam dua kategori yaitu:
1. Nilai kegunaan (utilitarian)
Motif utilitarian adalah evaluasi yang menilai kualitas barang dagangan,
kualitas layanan, harga yang ditetapkan dan efisiensi belanja
Motif utilitarian dibagi menjadi:
a) Kemudahan Penggunaan (Ease of Use)
Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan oleh Davis dalam Ayyagari (2006: 198) sebagai suatu tingkatan dimana
seseorang percaya bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah
dipahami. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan teknologi
informasi dan kemudahan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan
keinginan pengguna. Beberapa indikator persepsi kemudahan penggunaan
menurut Sun dan Zhang (2006: 644), antara lain meliputi mudah untuk
15
b) Persepsi manfaat (perceived usefulness) sebagaimana dikemukakan oleh
Davis dalam Ayyagari (2006: 198) merupakan suatu tingkatan dimana
seseorang percaya bahwa penggunaan suatu teknologi informasi tertentu akan
meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Manfaat sistem bagi pemakainya
berkaitan dengan produktifitas, kinerja tugas atau efektifitas dan kegunaan
tugas secara menyeluruh.Menurut Sun dan Zhang (2006: 644), dimensi
kemanfaatan dapat berupa pekerjaan lebih mudah (makes job easier),
bermanfaat (usefull), meningkatkan produktifitas (increase productivity),
mendorong efektivitas (enchance efectiveness), dan meningkatkan kinerja
pekerjaan (improve job performance).
2. Nilai hedonik ( hedonic)
Hedonik mengacu pada sensasi, berupa kenikmatan dan kesenangan, yang
diperoleh konsumen dari keseluruhan pengalaman membeli yang terkait
dengan berbelanja. Nilai ini terkait dengan perasaan, fantasi dan kesenangan
konsumen. Nilai hedonik juga bersifat lebih subjektif dan pribadi bagi
konsumen dibandingkan nilai kegunaan. Selain itu, lebih berorientasi pada
kesenangan dibanding penyelesaian tugas (utilitarian orientation). Orientasi berbelanja hedonik adalah tujuan dan keinginan pribadi konsumen sehingga
bersifat abstrak dan subjektif. Komponen utama yang membentuk manfaat
hedonik adalah hiburan (entertainment) dan pencarian (exploration) yang dirasakan konsumen saat berbelanja. Aspek hiburan mencakup reaksi
konsumen terhadap estetika berbelanja, yaitu berada dalam toko memberi
16
2.1.4 Kajian Tentang Merek (Brand)
Menurut Kotler dan Keller (2006: 256) Brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi yang dapat dijadikan sebagai identitas produk atau jasa
yang membedakan satu atau kumpulan penjual dari kompetitornya. Brand menurut Kotler (2003: 418-419) dapat dibedakan menjadi enam tingkatan
pengertian, yaitu :
- Atribut
Brand akan mengingatkan orang pada atribut-atribut tertentu. - Manfaat
Suatu brand lebih dari serangkai atribut. Pelanggan tidak membeli atribut tetapi membeli manfaat dan atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat
fungsional dan emosional.
- Nilai
Brand mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Produsen harus mengenali secara spesifik kelompok pembeli dengan nilainya sesuai dengan
manfaat yang diberikan brand tersebut. - Budaya
Brand mewakili budaya tertentu. - Kepribadian
17
- Pemakai
Brand juga menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.
Menurut Soehadi (2005: 6) merek (brand) adalah kombinasi dari atribut-atribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi proses
pemilihan suatu produk / layanan di benak konsumen. Merek (brand) akan bernilai jika konsumen mempunyai pengalaman positif terhadapnya.
Sedangkan menurut Simamora (2001: 149) Merek adalah nama, tanda, istilah,
simbol, desain atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan
mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang atau
layanan penjual lain.
2.1.5 Kajian Tentang Ekuitas Merek (Brand Equity)
Menurut Aaker (1996:8) Sekumpulan aset yang terkait dengan nama merek dan
simbol, sehingga dapat menambah nilai yang ada dalam produk atau jasa tersebut.
Aset yang terdapat dalam merek tersebut meliputi: Brand awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalty). Brand equity diukur dengan brand awareness, perceived quality, brand association, brand loyalty yang merupakan unsur-unsur dari brand equity (Rangkuty, 2004).
Berikut ini adalah dimensi dari brand equity:
A. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)
18
Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan
seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat,
maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat
dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang karena loyalitas merek
secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan. Loyalitas
merek dapat dijelaskan bahwa:
a. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama
sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan
demikian merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian.
Pada umumnya, jenis konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek
atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).
b. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang ia
gunakan atau minimal ia tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya,
tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk
mendorang suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain
memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut
pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).
c. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul
biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain.
19
adanya suatu pengorbaan apabila melakukan penggantian ke merek lain.
Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.
d. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut.
Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti
simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan
kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek,
karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek.
e. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu
kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu merek.
Merek tersebut sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsinya,
maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya (commited buyers).
Terdapat empat keuntungan loyalitas merek, yaitu:
1. Perusahaan yang memiliki basis pelanggan yang mempunyai loyalitas
merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan
karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah
dibandingkan mendapatkan pelanggan baru.
2. Loyalitas merek yang tinggi dapat meningkatkan perdagangan.
Loyalitas yang kuat akan meyakinkan pihak pengecer untuk memajang
di rak-raknya, karena mereka mengetahui bahwa para pelanggan akan
mencantumkan merek-merek tersebut dalam daftar belanjanya.
3. Dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki
keyakinan bahwa membeli produk bermerek terkenal minimal dapat
20
Loyalitas merek memberikan waktu, semacam ruang bernafas, pada suatu
perusahaan untuk cepat merespon gerakan-gerakan pesaing. Jika salah satu
pesaing mengembangkan produk yang unggul, seorang pengikut setia akan
memberi waktu pada perusahaan tersebut agar memperbaharui produknya
dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya.
B. Kesadaran Merek (Brand Awareness)
Kesadaran merek adalah kemampuan seorang pelanggan untuk mengenali atau
mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori
produk tertentu. (Aaker 1996:90).
Unsur- unsur kesadaran merek:
1. Tidak menyadari merek(Unaware brand)
Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek,
dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.
2. Pengenalan merek (Brand recognition)
Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang
pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.
3. Pengingatan kembali terhadap merek (Brand recall)
Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan
seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.
Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan.
4. Puncak pikiran (Top of mind)
Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan
pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek
21
Dengan kata lain merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai
merek yang ada dalam benak konsumen.
Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun
pengingatan kembali, melibatkan dua kegiatan, yaitu: berusaha
memperoleh identitas merek dan berusaha mengaitkannya dengan kelas
produk tertentu.
C. Asosiasi Merek (Brand Association)
Pengertian Asosiasi Merek(Brand Association) menurut Aaker
(1996:160), adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai
merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat
kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi
pada banyak pengalaman atau penampakan untuk
mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat
dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen.
Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen terbiasa
menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsisten terhadap
brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality).
Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para
pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk
22
Terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:
1. Dapat membantu proses penyusunan informasi. Asosiasi-asosiasi yang
terdapat pada suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan
sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal
oleh pelanggan.
2. Perbedaan. Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat
penting bagi usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat
memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan satu merek
dari merek yang lain.
3. Alasan untuk membeli. Pada umumnya, asosiasi merek sangat
membantu para konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli
produk tersebut atau tidak.
4. Penciptaan sikap atau perasaan positif. Asosiasi merek dapat
merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan berdampak
positif terhadap produk yang bersangkutan.
5. Landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan
landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa
kesesuaian antara suatu merek dan sebuah produk baru.
Selanjutnya apabila para konsumen beranggapan bahwa merek tertentu
secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat
secara terus menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek
23
D. Kesan Kualitas (Perceived Quality)
Pengertian kesan kualitas (perceived quality) menurut Aaker (1996:24), adalah presepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.
Terdapat lima keuntungan kesan kualitas, antara lain:
1. Alasan membeli. Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan
yang penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek
mana yang harus dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi
merek apa yang akan dipilih.
2. Diferensiasi. Artinya, suatu karakteristik penting dari merek adalah
posisinya dalam dimensi kesan kualitas.
3. Harga optimum. Keuntungan ketiga ini memberikan pilihan-pilihan di
dalam menetapkan harga optimum (premium price).
4. Meningkatkan minat para distributor. Hal ini sangat membantu
perluasan distribusi.
5. Perluasan merek. Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara
mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan
merek tertentu untuk masuk ke dalam kategori produk baru.
2.2. Hubungan Antar Variabel
Hubungan antar variabel yang terdapat pada penelitian ini terbagi dalam 4 bagian
yaitu:
1. Menurut Sun dan Zhang (2006: 644), indikator kemudahan penggunaan
24
understandable) dan menambah ketrampilan para pengguna (become skillful). Hubungan antar variabel kemudahan penggunaan dengan ekuitas merek ialah
apabila mobil Toyota Avanza memenuhi kriteria kebutuhan konsumen pada
setiap indikator kemudahan penggunaan maka dapat mempengaruhi variabel
ekuitas merek.
2. Menurut Sun dan Zhang (2006: 644), indikator persepsi manfaat dapat berupa
pekerjaan lebih mudah (makes job easier), bermanfaat (usefull), meningkatkan produktifitas (increase productivity), mendorong efektivitas (enchance
efectiveness), dan meningkatkan kinerja pekerjaan (improve job performance). Hubungan antar variabel persepsi manfaat dengan ekuitas merek ialah apabila
mobil Toyota Avanza memenuhi kriteria kebutuhan konsumen pada setiap
indikator persepsi manfaat maka dapat mempengaruhi variabel ekuitas merek.
3. Indikator pada variabel hiburan terbagi 4 yaitu, hiburan dapat menciptakan
rasa nyaman, hiburan dapat meningkatkan kepuasan pada produk, hiburan bisa
membuat perasaan menjadi senang, dan fitur hiburan yang mudah digunakan.
Hubungan antar variabel hiburan dengan ekuitas merek ialah apabila mobil
Toyota Avanza memenuhi kriteria kebutuhan konsumen pada setiap indikator
hiburan maka dapat mempengaruhi variabel ekuitas merek.
4. Indikator pada estetika terbagi menjadi 4 yaitu, desain produk menarik, desain
produk disukai, desain produk cocok untuk di lingkungan sekitar, dan desain
dapat membuat konsumen menjadi bangga. Hubungan antar variabel estetika
dengan ekuitas merek ialah apabila mobil Toyota Avanza memenuhi kriteria
kebutuhan konsumen pada setiap indikator estetika maka dapat mempengaruhi
25
2.3. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Ekuitas Merek
2.3.1. Atribut Produk (X)
Dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan perlu
menciptakan asosiasi yang dapat meningkatkan citra positif mereknya di
masyarakat. Perusahaan yang mempunyai atribut produk yang kuat dapat
memperoleh keunggulan dalam memilih alternatif bersaing pada penetapan harga
dan spesifikasi produk. Atribut produk yang positif juga dapat menciptakan
keunggulan kinerja dan profitabilitas perusahaan, laba jangka panjang dan potensi
pertumbuhan. Atribut produk merupakan hal yang penting karena dapat
mempengaruhi para konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan
pembelian. Respon konsumen terhadap merek Toyota tergantung dari berbagai
hal misalnya kualitas produk dan harga yang berkaitan dengan merek tersebut.
Agar mendapat perhatian, perusahaan perlu mengaitkan atribut produk dengan
ekuitas merek.
Faktor penunjang keberhasilan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya
tidak terlepas dari atribut produknya. Menurut Kotler dan Armstrong (2007 : 206),
atribut produk merupakan pengembangan suatu produk atau jasa yang melibatkan
penentuan manfaat yang akan diberikan. Dengan demikian atribut suatu produk
tentu akan berubah-ubah sesuai dengan kecerdikan produsen melihat keinginan
konsumennya. Suatu produk yang memiliki kualitas yang baik, fitur yang sesuai
dengan kebutuhan, dan desain yang menarik tentu akan memberikan kepuasan
pada pelanggan.
26
Atribut Produk terbagi dalam dua kategori yaitu:
1. Utilitarian
2. Hedonik
Seperti dikutip oleh Sheng dan Teo dalam penelitian Product attributes and brand equity in the mobile domain: The mediating role of
customer experience (2012)
Nilai kegunaan (utilitarian) adalah evaluasi yang menilai kualitas barang
dagangan, kualitas layanan, harga yang ditetapkan dan efisiensi belanja
Motif utilitarian dibagi menjadi:
a) Kemudahan Penggunaan (Ease of Use)
Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan oleh Davis dalam Ayyagari (2006: 198) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang
percaya bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah dipahami. Konsep ini
mencakup kejelasan tujuan penggunaan teknologi informasi dan kemudahan
penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan keinginan pengguna. Beberapa
indikator persepsi kemudahan penggunaan menurut Sun dan Zhang (2006:
644), antara lain meliputi mudah untuk dipelajari (ease to learn), mudah untuk digunakan (easy to use), jelas dan mudah dipahami (clear and
understandable) dan menambah ketrampilan para pengguna (become skillful). b) Persepsi manfaat (perceived usefulness) sebagaimana dikemukakan oleh Davis
dalam Ayyagari (2006: 198) merupakan suatu tingkatan dimana seseorang
percaya bahwa penggunaan suatu teknologi informasi tertentu akan
meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Manfaat sistem bagi pemakainya
berkaitan dengan produktifitas, kinerja tugas atau efektifitas dan kegunaan
27
kemanfaatan dapat berupa pekerjaan lebih mudah (makes job easier), bermanfaat (usefull), meningkatkan produktifitas (increase productivity), mendorong efektivitas (enchance efectiveness), dan meningkatkan kinerja pekerjaan (improve job performance).
Nilai hedonik ( hedonic) mengacu pada sensasi, berupa kenikmatan dan kesenangan, yang diperoleh konsumen dari keseluruhan pengalaman membeli
yang terkait dengan berbelanja. Nilai ini terkait dengan perasaan, fantasi dan
kesenangan konsumen. Nilai hedonik juga bersifat lebih subjektif dan pribadi bagi
konsumen dibandingkan nilai kegunaan. Selain itu, lebih berorientasi pada
kesenangan dibanding penyelesaian tugas (utilitarian orientation). Orientasi berbelanja hedonik adalah tujuan dan keinginan pribadi konsumen sehingga
bersifat abstrak dan subjektif. Komponen utama yang membentuk manfaat
hedonik adalah hiburan (entertainment) dan pencarian (exploration) yang dirasakan konsumen saat berbelanja. Aspek hiburan mencakup reaksi konsumen
terhadap estetika berbelanja, yaitu produk yang memberi emosi yang positif bagi
konsumen.
2.3.2. Ekuitas Merek (Y)
Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang terkait
dengan merek tertentu, nama dan atau simbol, yang mampu menambah atau
mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi
28
Berikut ini pendapat ahli mengenai pengertian atau definisi ekuitas merek :
Ekuitas merek menurut Aaker, David A. (1997:22) Ekuitas merek adalah
seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama
dan simbol yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah
barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Ekuitas
merek merupakan aset yang dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan,
memproses, dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek
tersebut. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
mengambil keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam
penggunaan atau kedekatan asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.
Menurut Aaker (1997: 25), yaitu bahwa terdapat lima indikator atau dimensi
utama pada ekuitas merek. Kelima indikator tersebut adalah kesadaran merek
(brand awareness), asosiasi merek (brand associations), mutu yang dirasakan (perceivedquality), loyalitas merek (brand loyalty) dan aset-aset lain yang berkaitan dengan merek (other brand-related assets).
Pada prakteknya, hanya empat dari kelima indikator tersebut yang digunakan pada
penelitian-penelitian mengenai kebutuhan kosumen ekuitas merek, yaitu
kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas dan loyalitas merek. Hal ini
dikarenakan aset-aset lain yang berkaitan dengan merek (seperti hak paten dan
saluran distribusi), tidak berhubungan secara langsung dengan konsumen.
Elemen- elemen ekuitas merek:
29
sebagai suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini
mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan
beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika pada
merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun
atribut lainnya
2. Kesadaran merek
kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat merek
itu kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari katagori produk
tertentu.
3. Asosiasi merek
segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai suatu merek.
Kesan-kesan yang terkait pada merek akan semakin meningkat dengan semakin
banyaknya penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasi. Fungsi
brand association menjadi pijakan bagi konsumen dalam memutuskan pembelian suatu produk.
4. Kesan Kualitas
merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan
suatu produk atau jasa layanan yang sama dnegan maksud yang
diharapkannya. Persepsi kualitas adalah salah satu kunci dimensi ekuitas
merek.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama
menguji pengaruh variabel atribut produk terhadap ekuitas merek. Dasar
30
pada jurnal yang diteliti oleh Sheng dan Teo dalam penelitian Product attributes and brand equity in the mobile domain: The mediating role of customer
experience (2012). Namun, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel dimana penelitian terdahulu
menggunakan atribut produk dengan ekuitas merek pada variabel X, sedangkan
indikator pada penelitian ini menggunakan atribut produk sebagai variabel X dan
ekuitas merek sebagai variabel Y. Selain itu perbedaan lain dalam penelitian ini
terletak pada objek penelitian dan jenis produk yang diteliti. Pada penelitian
terdahulu produk yang diteliti yaitu handphone sedangkan pada penelitian ini produk yang diteliti adalah mobil.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh atribut produk pada
ekuitas merek, dengan demikian model penelitian pada riset ini adalah :
[image:47.595.107.530.445.568.2]2.5. Hipotesis \
Gambar 1.1 Model Penelitian
Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah Atribut Produk Mempengaruhi Ekuitas Merek Pada Mobil Toyota Avanza Di Bandar Lampung.
Atribut Produk
Nilai Kegunaan: 1. Kemudahan Penggunaan 2. Persepsi Manfaat
Nilai Hedonik: 1. Hiburan 2. Estetika
(Davis, diadopsi oleh Sheng dan Theo: Vol.32, 2012)
31
Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu
No. Judul
Data Peneliti
Tujuan Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Nama Tahun
Terbit
1. Integrating Product and Corporate Brand Equity into Total Brand Equity Measurement (Vol.3, No.1)
- Hamed M.
Shamma
-Salah S. Hassan
2011 - Untuk mengisi
kesenjangan dalam
literatur dengan
mengusulkan
pendekatan holistik
terhadap total ekuitas
merek yang
mengintegrasikan
Produk Brand Equity ( PBE ) dan Corporate Brand Equity ( CBE ) ke Jumlah Brand Equity ( TBE ) penilaian.
Analisis regresi - Jurnal ini menawarkan konsep
baru untuk total ekuitas merek
yang meliputi pelanggan dan
non pelanggan perspektif
dalam penilaian total ekuitas
merek.
- Dengan mengintegrasikan
PBE dan CBE , pendekatan
holistik yang dikembangkan
menilai persepsi pelanggan
dan stakeholder persepsi
tentang merek .
32
Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No. Judul
Data Peneliti
Tujuan Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Nama Tahun
Terbit
2. Consumer-based Brand Equity in the Service Shop (Vol.4, No.4)
- Teck Ming Tan
- Tze Wei Liew
- Lee Soon Siong
William
- Ong Bee Fang
Michelle
- Su-Mae Tan
2012 untuk memvalidasi
pengukurankualitas
layanan menggunakan
kerangka – tipologi
tertentu, dan untuk
menyelidiki hubungan
antara dimensiekuitas
merek.
- Analisis
korelasi
- kualitas pelayanan
merupakan pendorong
penting dari ekuitas merek
berbasis konsumen dalam
toko layanan , efek kausal
yang secara signifikan lebih
besar daripada kualitas
produk dalam format
menguntungkan konsumen
respon terhadap merek .
33
Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No. Judul
Data Peneliti
Tujuan Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian
Nama Tahun
Terbit
3. Customer-Based Brand Equity: A Literature Review (Vol.2, No.1)
- Chieng Fayrene
Y.L.
- Goi Chai Lee
2011 membahas tentang definisi
dan dimensi ekuitas merek
dengan menggambar
bersama helai dari
berbagai literatur dan
membuat studi empiris
- Model Aaker - konseptual
Kerangka berkembang sangat
berguna untuk memeriksa
kontribusi dari asosiasi merek
, kesadaran merek ,
dirasakan nilai dan loyalitas
merek terhadap ekuitas
merek.
4. Product Attributes And Brand Equity In The Mobile Domain: The Mediating Role Of Customer
Experience
(international Journal of
Information Management 32 (2012) 139– 146)
- Margaret L.
Sheng
- Thompson S.H.
Teo
2012 menunjukkan efek
diferensial dari produk
atribut pada ekuitas merek
ponsel , penelitian ini
memberikan pemahaman
yang lebih halus antara
produk atribut ,
pengalaman pelanggan ,
dan ekuitas merek ponsel
- Likert - bahwa dengan menghadap
mediasi peran pengalaman
pelanggan , penelitian
sebelumnya mungkin telah
memberikan pandangan yang
terlalu optimisdari nilai
atribut produk ekuitas merek
ponsel.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Penentuan Populasi Dan Sampel
Sampel adalah sebagian dari subjek penelitian populasi yang diteliti
(Sugiyono,2005:56). Dalam penelitian ini yang akan dijadikan populasi adalah
konsumen dari Toyota Avanza di Bandar Lampung. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih dengan cermat, dan pertimbangan sesuai dengan kriteria, sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Pemilihan
sampel bertujuan ini dilakukan karena mungkin saja peneliti telah memahami
bahwa informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari satu kelompok sasaran
tertentu yang mampu memberikan informasi yang dikehendaki karena mereka
memang memiliki informasi seperti itu dan mereka memenuhi kriteria yang
ditentukan oleh peneliti. Responden harus memiliki kriteria tertentu, yaitu
responden yang dipilih merupakan orang-orang yang pernah memiliki dan
menggunakan mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung.
3.2. Jenis Dan Sumber Data
Penelitian ini akan menggunakan jenis data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk
35
representatif, penulis mengambil data berbagai sumber yang mendukung
penelitian ini
1. Data Primer
Data primer adalah data yang berasal langsung dari objek penelitian, yaitu
berupa kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden untuk
memperoleh respon tentang efek terhadap ekuitas.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran literatur yang
berdasarkan dari buku teks dan artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal
internasional.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
Kuisioner
Kuisioner merupakan suatu daftar pertanyaan yang telah disusun penulis untuk
selanjutnya diajukan kepada responden/sampel yang terpilih untuk diisi.
Dalam penelitian ini kuisioner yang diberikan kepada responden bersifat
tertutup, dimana responden hanya memilih alternatif jawaban yang tersedia
dalam kuisioner.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat dua variable umumnya pada penelitian yaitu:
a) Variabel bebas (variable independent)
36
b) Variabel Terikat (Variable Dependent)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, dalam hal ini adalah
[image:53.595.63.524.187.752.2]Ekuitas Merek.
Tabel 3.1. Operasional Variabel
Variabel Definisi Variabel Indikator Item
Pengukuran Skala
Atribut Produk (X) Utilitarian sumber: Davis, diadopsi oleh Sheng dan Theo (2012) Kemudahan Penggunaan ( ease of me) (X1) Evaluasi yang menilai kualitas barang dagangan, kualitas layanan, harga yang ditetapkan dan efisiensi belanja. Suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah dipahami.
a) Kemudahan dalam penggunaan produk
b) Pengoperasian sesuai dengan keinginan konsumen
c) Fungsi dan kestabilan produk
37
Tabel 3.1. Operasional Variabel (lanjutan)
Variabel Definisi Variabel Indikator Item
Pengukuran Skala
Persepsi Manfaat (perceived usefulness) (X2) Suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu teknologi informasi tertentu akan meningkatkan prestasi kerja orang tersebut.
a) Penggunaan produk membuat
konsumen efisien
b) Produk meningkatkan performa konsumen
c) Produk membuat kinerja konsumen lebih efektif a) Produk dapat membuat konsumen merasa efisien b) performa yang meningkat karena produk tersebut. c) Kinerja yang efektif karena produk tersebut Likert Hedonik sumber: Davis, diadopsi oleh Sheng dan Theo (2012) Hiburan (entertaintm ent) (X3) Hedonik mengacu pada sensasi, berupa kenikmatan dan kesenangan, yang diperoleh konsumen dari keseluruhan pengalaman membeli yang terkait dengan berbelanja.
Segala sesuatu, baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda maupun prilaku yang dapat menjadi penghibur
a) Hiburan dapat menciptakan rasa nyaman
b) Hiburan dapat meningkatkan kepuasan pada produk
c) Hiburan bisa membuat perasaan menjadi senang
38
Tabel 3.1. Operasional Variabel (lanjutan)
Variabel Definisi Variabel Indikator Item
Pengukuran Skala
d) Fitur hiburan yang mudah digunakan d) Fitur-fitur hiburan produk yang mudah digunakan estetika (aesthetics) (X4) Aspek estetika mencakup reaksi konsumen terhadap estetika berbelanja, yaitu berada dalam toko memberi emosi yang positif bagi konsumen
a) Desain produk menarik
b) Desain produk disukai
c) Desain produk cocok untuk di lingkungan sekitar
d) Desain dapat membuat
konsumen menjadi bangga
a) desain dengan tampilan menarik
b) Desain disukai dengan konsumen c) Konsumen senang dengan keberadaan produk d) Perasaan bangga konsumen karena produk tersebut. Likert Ekuitas Merek (Y) Sekumpulan asset yang terkait dengan nama merek dan simbol, sehingga dapat menambah nilai yang ada dalam produk atau jasa tersebut
a) Loyal terhadap merek (loyal)
b) Sadar terhadap merek produk (brand awareness)
c) Karakteristik produk langsung muncul di pikiran (perceived quality)
39
3.5. Instrumen dan Skala Pengukuran
Pengukuran instrumen penelitian akan memeerjelas dan mempermudah
pemecahan masalah penelitian dan analisis serta interprestasi data. Berdasarkan
sistem pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan skala Ordinal dengan pengukuran skala Likert yaitu:
Jawaban sangat sangat setuju (SSS) bobot nilai 7
Jawaban sangat setuju (SS) bobot nilai 6
Jawaban setuju (S) bobot nilai 5
Jawaban netral (N) bobot nilai 4
Jawaban tidak setuju (TS) bobot nilai 3
Jawaban sangat tidak setuju (STS) bobot nilai 2
Jawaban sangat sangat tidak setuju (SSTS) bobot nilai 1
3.6. Uji Instrumen
Setelah data terkumpul, maka data akan diolah untuk mengetahui valid dan
reliabelnya instrumen penelitian.
3.6.1. Uji Validitas
Sugiyono (2004 : 124) mengungkapkan bahwa analisis item dilakukan dengan
menghitung korelasi antar skor butir instrumen dengan skor total atau dengan
mencari daya pembeda skor setiap item dari kelompok yang memberikan jawaban
tinggi dan jawaban rendah. Hasil penelitian akan dikatakan valid apabila terdapat
kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi
40
dan dengan demikian juga sebaliknya, bila r hitung ≤ r tabel maka dinyatakan
tidak valid, r hitung bisa dilihat dari taraf signifikan 0,05 (5%).
3.6.2. Uji Reliabilitas
Menurut Sugiyono (2004 : 137) Menyatakan bahwa “reliabilitas” berkenaan
dengan derajat konsistensi data dalam interval waktu tertentu”. Reliabilitas
instrumen menunjukkan tingkat keterandalan suatu alat ukur. Dimana tingkat
reliabilitas memperlihatkan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan dan dipercay.
Butir pertanyaan yang sudah valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya.
Bila r alpha positif atau lebih besar dari r tabel maka pertanyaan reliabel dan
sebaliknya bila r alpha negatif atau lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan tidak
reliabel.
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1.Transformasi Data Likert ke Data Interval
Sebelum melakukan analisis regresi berganda, terlebih dahulu akan dilakukan
pengolahan data dengan mengubah data ordinal menjadi data interval. Metode
suksesif interval berfungsi untuk mengubah data ordinal menjadi data interval.
3.7.2. Uji Hipotesis a. Regresi Berganda
Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik analisis regresi
berganda untuk mengetahui kuatnya pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3,
X4) secara terpisah maupun bersama sama dengan variabel terikat.
Adapun rumusnya menurut Sugiyono (2008 : 279) sebagai berikut :
41
Keterangan:
Y = Variabel (Ekuitas Merek)
a = Bilangan konstanta sebagai titik potong
b1, b2 = Koefisien regresi
X1 = Variabel (Kemudahan Penggunaan)
X2 = Variabel (Persepsi Manfaat)
X3 = Variabel (Hiburan)
X4 = Variabel (Estetika)
e = Error item (variabel lain tidak dijelaskan).
Dalam penelitian ini, analisis data yang akan digunakan adalah analisis
statistik inferensial dengan menggunakan program SPSS seri 20 for windows.
b. Uji t
Uji t akan digunakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel bebas
secara individual (parsial) terhadap variabel terikat.
c. Uji F
Uji F akan digunakan untuk menguji variabel-variabel bebas secara
bersama-sama terhadap variabel terikat .
d. Koefisien Determinasi (R2)
Semakin tinggi R2, semakin penting suatu variabel karena dalam penelitian ini
terdiri dari beberapa variabel, maka akan digunakan koefisien determinasi
untuk mengukur besar sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel
terikat. Semakin besar koefisien determinasi terkoreksi atau model regresi,
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis, maka disimpulkan bahwa “Atribut Produk Berpengaruh
Terhadap ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung. Hal ini
didasarkan pada:
1. Analisis regresi linear berganda yang dilakukan telah menunjukkan nilai
koefesien determinasi (R2) untuk ekuitas merek adalah 0.804 Hal ini berarti
sebesar 80,4% perubahan variabel ekuitas merek dapat dijelaskan oleh
perubahan variabel kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, hiburan,
estetika secara bersama-sama. Sedangkan sisanya sebesar 19,96% dijelaskan
dengan variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini, seperti: merek,
harga, jaminan, pelayanan produk.
2. Jika dilihat secara parsial sub variabel pada atribut produk berpengaruh
terhadap ekuitas merek dengan tingkat pengaruh yang berbeda pada
masing-masing variabel adalah sebagai berikut:
- Variabel estetika merupakan variabel yang paling mempengaruhi ekuitas
merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung dengan nilai
koefisien regresi sebesar 36,8%. Sebagian besar responden menyatakan
63
produk pada variabel ini yang masih direspon negatif dalam kategori tidak
setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini dikarenakan sebagian responden
menganggap bahwa mobil Toyota Avanza tidak cocok untuk keluarga di
Indonesia melainkan lebih cocok untuk transportasi niaga dan jasa.
- Variabel persepsi manfaat merupakan variabel kedua yang mempunyai
pengaruh terbesar terhadap ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di
Bandar Lampung dengan nilai koefisien regresi sebesar 31,3%.. Besar
pengaruh variabel persepsi manfaat disumbang oleh pernyataan bahwa
Toyota Avanza dapat meningkatkan mobilitas sehari-hari, Namun masih
ada sebagian responden yang merespon negatif dengan menjawab tidak
setuju dan sangat tidak setuju.
- Variabel kemudahan penggunaan merupakan variabel terbesar ketiga yang
memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien regresi
sebesar 28.3% terhadap ekuitas merek Toyota Avanza di Bandar
Lampung. Besar pengaruh variabel kemudahan penggunaan disumbang
oleh sebagian besar responden yang menyatakan bahwa Toyota Avanza
mudah dikendarai 63 responden. Namun masih ada responden yang
merespon negatif sebanyak 32 responden.
- Sedangkan Variabel hiburan tidak memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap ekuitas merek Toyota Avanza di Bandar Lampung
dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,3%. , Hal ini terjadi karena fitur
hiburan pada mobil Toyota Avanza bagi sebagian responden yang bekerja
64
Mereka beranggapan bahwa mobil Toyota Avanza bukan untuk keluarga,
melainkan untuk berniaga.
5.2Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat
dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan se