• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP EKUITAS MEREK PADA MOBIL TOYOTA AVANZA DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP EKUITAS MEREK PADA MOBIL TOYOTA AVANZA DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP EKUITAS MEREK PADA MOBIL TOYOTA AVANZA DI BANDAR LAMPUNG

ABSTRAK

Oleh

Andri Arizki Tama

Objek penelitian ini adalah para konsumen dari Toyota Avanza di Bandar

Lampung. Responden harus memiliki kriteria tertentu, yaitu responden yang

dipilih merupakan orang-orang yang pernah memiliki dan menggunakan mobil

Toyota Avanza di Bandar Lampung.

Manfaat dari penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran informasi yang

berguna bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan dan strategi pemasaran yang

berkaitan dengan atribut produk, kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi

merek, dan loyalitas merek.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh atribut produk

terhadap ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung.

Permasalahan dalam penelitian ini apakah atribut produk mempengaruhi ekuitas

merek pada konsumen mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung.

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini dengan teknik nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih dengan cermat, dan pertimbangan sesusai dengan kriteria, sehingga relevan

(2)

Andri Arizki Tama

Dalam penelitian ini, hipotesis yang menyatakan atribut produk memiliki

pengaruh terhadap ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung

dapat diterima.

Hal tersebut didukung oleh hasil uji koefisien regresi yang menunjukkan

kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, dan estetika memiliki pengaruh yang

signifikan, sedangkan hiburan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung. Hasil uji koefisien

determinasi menunjukkan adjusted R2sebesar 0,804 hal ini menunjukkan variabel atribut produk berpengaruh terhadap ekuitas merek sebesar 80,4%. Variabel

estetika memiliki pengaruh terbesar dengan nilai koefisien regresi sebesar 0,368,

sedangkan variabel hiburan memiliki pengaruh terendah dengan nilai koefisien

regresi sebesar 0,013. Saran untuk Toyota Avanza dengan melihat hasil uji

tersebut , maka Toyota Avanza dapat mempertahankan kinerja dari variabel

estetika, persepsi manfaat, dan kemudahan penggunaan. Hal ini dikarenakan

ketiga variabel ini berdampak paling baik dari variabel lainnya. Kemudian Toyota

Avanza perlu meningkatkan kinerja untuk variabel hiburan karena variabel ini

berpengaruh paling rendah dibandingkan ketiga variabel sebelumnya.

(3)

PENGARUH ATRIBUT PRODUK TERHADAP EKUITAS MEREK PADA MOBIL TOYOTA AVANZA

DI BANDAR LAMPUNG

Oleh

Andri Arizki Tama

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI& BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 16 Desember 1991,

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Amrul Hasan,

S.H (Alm) dan Ibu Paswani, S.Pd.

Pendidikan formal yang telah dicapai oleh peneliti :

1. Pendidikan Taman Kanak-Kanak (TKK) Pertiwi Pahoman Bandar Lampung

(1997 – 1998)

2. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) II Teladan Rawa Laut Bandar Lampung

(1998 – 2004)

3. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1Bandar Lampung

(2004 – 2007)

4. Pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandar Lampung

(2007 – 2010)

5. Pada tahun 2010 peneliti terdaftar sebagai mahasiswa program Strata 1 (S1)

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

(8)

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk insan yang tiada pernah berhenti berdoa dan berusaha untuk selalu mendukung hidupku; membimbingku untuk menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya; saksi ikhtiarku berjuang menuju masa depan yang

lebih cerah:

Ibunda Paswani binti M.Nur

(9)

MOTO

Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari

Tuhan dan aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku pada

waktu yang telah Ia tetapkan.

Anda tidak bisa mengubah orang lain, Anda harus menjadi perubahan yang Anda

harapkan dari orang lain.

(10)

SANWACANA

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan

hidayah-Nya penelitian dan skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Atribut Produk Terhadap Ekuitas Merek Pada

Mobil Toyota Avanza Di Bandar Lampung” adalah salah satu syarat untuk

memperolah gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Ibu Yuningsih, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Hj. Mahrinasari MS, S.E., M.Sc., selaku pembimbing utama atas

kesediannya memberikan bimbingan, motivasi, kritik, dan saran dalam

proses penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Dorothy Rouly H. Panjaitan, S.E., M.Si., selaku pembimbing

pendamping atas kesediannya memberikan bimbingan, motivasi, nasihat,

(11)

6. Ibu Hj. Aida Sari, S.E., M.Si., selaku penguji terimakasih untuk kritik dan

saran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Dariyus, S.E., selaku Pembimbing Akademik (PA) terimakasih

untuk setiap motivasi, kritik, dan sarannya serta kesediannya membimbing

selama proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

8. Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung.

9. Para staf dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lampung.

10.Kedua orangtuaku yang luar biasa, selalu menjadi motivasi dalam

hidupku, terimakasih untuk dukungan, semangat, doa, serta semua yang

telah diberikan untukku.

11.Adik-adikku Muhammad Iqbal dan Intan Permata Sari, terimakasih atas

semangat yang selalu diberikan untukku.

12.Untuk sahabat-sahabat terhebatku Anita Sari, Dinni Fatrisya, Nursintari,

Amelia, I Gede Gethas, Andri Bramanto, Felix Abrahm, Fedrik Anderson,

I kadek adi, Daniel Valentinus, A Fadiel, Ali Hapidin terimakasih kepada

kalian yang telah memberikan semangat, dukungan dan bantuannya dalam

proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

13.Seluruh teman-teman Manajemen 2010 terimakasih untuk kebersamaan

yang tidak akan pernah terlupakan selama perkuliahan.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah

(12)

Akhir kata peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

akan tetapi peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Aamiin Yaa Rabbal „ Alamiin.

Bandar Lampung, 2 April 2015 Peneliti,

(13)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori... 12

2.1.1. Kajian Tentang pemasaran ... 12

2.1.2. Kajian Tentang Prilaku Konsumen ... 13

2.1.3 Kajian Atribut Produk Hedonic Dan Utilitarian ... 13

2.1.4 Kajian Tentang Merek (Brand) ... 16

2.1.5 Kajian Tentang Ekuitas Merek ( Brand Equity) ... 17

2.2. Hubungan Antar Variabel ... 23

2.3. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Ekuitas Merek ... 25

2.3.1 Atribut Produk (X) ... 25

2.3.2 Ekuitas Merek (Y) ... 27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Penentuan Populasi dan Sampel ... 34

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 34

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 35

3.5. Instrumen dan Skala Pengukuran ... 39

3.6. Uji Instrumen... 39

3.6.1. Uji Validitas ... 39

3.6.2. Uji Reabilitas ... 40

3.7. Metode Analisis Data ... 40

3.7.1. Transformasi Data Ordinal ke Data Interval ... 40

(14)

ii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan... 42

4.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 44

4.2.1 Uji Validitas ... 44

4.2.2 Uji Reliabilitas ... 46

4.3. Karakteristik Responden ... 47

4.4. Distribusi Tanggapan Responden... 49

4.4.1 Tanggapan Atribut Produk (X) ... 49

4.4.1.1 Hasil Tanggapan Responden Tentang Kemudahan Penggunaan (X1) ... 49

4.4.1.2 Hasil Tanggapan Responden Tentang Persepsi Manfaat (X2) ... 51

4.4.1.3 Hasil Tanggapan Responden Tentang Hiburan (X3) ... 52

4.4.1.4 Hasil Tanggapan Responden Tentang Estetika (X4) ... 54

4.4.2 Hasil Jawaban Responden Tentang Ekuitas Merek (Y) .... 55

4.5. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 56

4.5.1. Uji Hipotesis ... 57

4.6 Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 64

(15)

iii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Pasar Mobil Di Indonesia Tahun 2013 ... 4

1.2. Spesifikasi Beberapa Merek Mobil Di Kelas low MPV ... 5

1.3. Persaingan Mobil low MPV pada tahun 2009 - 2013 ... 8

1.4. Data Penjualan Mobil low MPV periode Januari – April 2014 ... 9

2.1. Referensi Penelitian Terdahulu ... 31

3.1. Operasional Variabel ... 36

4.1. Hasil Uji Validitas ... 45

4.2. Hasil Uji Reliabilitas ... 46

4.3. Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin ... 47

4.4. Persentase Berdasarkan Usia ... 47

4.5. Persentase Berdasarkan Tingkat Pengeluaran Responden ... 48

4.6. Persentase Berdasarkan Pekerjaan Responden ... 48

4.7. Hasil Jawaban responden tentang Kemudahan Penggunaan (X1) ... 49

4.8. Hasil Jawaban Responden Tentang Persepsi Manfaat (X2) ... 51

4.9. Hasil Jawaban Responden Tentang Hiburan (X3) ... 52

4.10. Hasil Jawaban Responden Tentang Estetika (X4) ... 54

4.11. Hasil Jawaban Responden Tentang Ekuitas Merek (Y) ... 55

4.12. Analisis Determinasi (R 2 ) ... 56

4.13. Regresi Linier Berganda ... 57

(16)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner

Lampiran 2 Data 30 Responden Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Lampiran 4 Hasil Uji Reabilitas Lampiran 5 Data 100 Responden Lampiran 6 Frekuensi

(17)

iv

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi telah membawa perubahan yang sangat pesat diberbagai bidang,

baik itu bidang kesehatan, teknologi, dan otomotif. Perkembangan tersebut dapat

dilihat dari perubahan trend otomotif yang terjadi di Indonesia. Jumlah populasi mobil yang terus bertambah membuat jalanan semakin penuh. Hal tersebut

diakibatkan karena kurangnya sarana prasarana transportasi umum di kota-kota

besar Indonesia. Dengan demikian banyak orang yang memilih membeli

kendaraan pribadi dibandingkan menggunakan sarana transportasi umum. Mobil

saat ini dapat dikatakan sebagai kebutuhan wajib bagi masyarakat perkotaan.

Industri automotif di Indonesia mulai menggeliat sejak dekade 70-an. Awalnya,

sedan menjadi trend dan pilihan konsumen di Tanah Air. Situasi ini memang tidak jauh berbeda dengan perkembangan automotif dunia. Hanya saja, situasi ekonomi

dan daya beli konsumen Indonesia saat itu belum tinggi, hingga sedan hanya

dinikmati kalangan tertentu saja. Kondisi ini mencetuskan ide dari pemerintah,

guna mengembangkan kendaraan dengan harga terjangkau, dengan pilihan

kendaraan serbaguna yang lebih bersifat keperluan utama (sumber:

(19)

2

Masuk ke era 80-an, dimana masih didukung dengan industri karoseri,

bermunculan mobil-mobil penumpang berbasis kendaraan niaga. Tercatat ada

Toyota Kijang, Daihatsu Zebra atau Suzuki Futura. Kendaraan inilah yang

kemudian menjadi cikal bakal pengembangan segmen MPV (Multi Purpose Vehicle) di Indonesia. Waktu yang terus berjalan dan kebutuhan konsumen yang terus berkembang, membuat seleksi alam ikut bermain. Hanya sedikit yang bisa

bertahan, dan satu diantaranya adalah Toyota Kijang, di mana Kijang mampu

tampil sebagai ikon kendaraan keluarga dengan mendominasi pasar sampai 70

persen di segmen MPV.

Hal tersebut menimbulkan persaingan antara produsen mobil di Indonesia.

Produsen mobil berlomba-lomba untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Jika

dilihat dari segi ekonomi masyarakat Indonesia yang kebanyakan tergolong

masyarakat yang sederhana maka kebanyakan masyarakat membutuhkan

kendaraan untuk aktivitas sehari-hari dengan harga yang murah dan kapasitas

daya tampung penumpang yang cukup banyak. Kebutuhan akan mobil yang

demikian dapat dipenuhi oleh jenis mobil MPV, karena MPV adalah mobil yang

difungsikan untuk mengangkut keluarga dengan dimensi dan ukuran yang lebih

besar dibandingkan dengan mobil sedan, mobil MPV merupakan mobil serbaguna

yang memiliki tempat duduk untuk 7 orang serta bagasi. Umumnya tempat duduk

baris tengah dan belakang pada MPV dapat dilipat atau dilepas agar dapat memuat

barang lebih banyak. MPV juga disebut bus kecil, mobil van kecil, dan mobil 7

(20)

3

Permintaan pasar yang cukup banyak pada jenis mobil yang dapat menampung

penumpang dan barang yang banyak membuat PT Astra Internasional Tbk

kemudian meluncurkan mobil jenis low MPV membuat solusi kebutuhan

masyarakat yang daya beli terjangkau dan kapasitas besar adalah Toyota Avanza.

Toyota Avanza produksi awal pada tahun 2003. Nama “Avanza” berasal dari

bahasa italia avanzato, yang berarti “peningkatan”. Pada akhir tahun 2006, diluncurkan New Avanza-Xenia dengan perubahan atribut produk yang dari

waktu ke waktu mengalami pengembangan seperti aksesoris, peningkatan

performa serta mesin baru berteknologi pengaturan katup variabel VVT-i yang

melengkapi semua versi (facelift). Atribut produk mempengaruhi desain pada kondisi perubahan avanza.

Pada akhir tahun 2006 juga diluncurkan New Avanza S (1.5 S VVT-i) yang

merupakan versi terlengkap dengan mesin berkapasitas 1.500 cc VVT-i, sensor

parkir belakang, teknologi pengereman ABS serta pelek aluminium 15". Mesin

1.500 cc VVT-i yang digunakan oleh Toyota Avanza memiliki spesifikasi yang

sama persis dengan Toyota Rush. New Avanza S tersedia dalam dua pilihan

(21)

4

Tabel 1.1 Pasar Mobil di Indonesia Tahun 2013

Jenis Mobil Penjualan (unit) Pangsa Pasar (%)

MPV 348.670 45,5%

SUV 85.289 11,1%

Komersial 83.984 10,9%

Hatcback 77.295 10,1%

Sedan 33.146 4,3%

Dll 138.874 18,1%

Sumber: http://www.kompas.com/2014

Tabel 1.1 menunjukkan pangsa pasar mobil Indonesia. Dapat dilihat bahwa

persaingan didominasi oleh mobil serba guna alias MPV (Multi Purpose Vehicle). Total MPV untuk semua segmen tahun lalu penjualannya mencapai 348.670 atau

memperoleh porsi 45,5%, pangsa pasar kedua adalah SUV dengan total penjualan

85.289 unit atau 11,1%, berikutnya kendaraan komersial, yaitu truk 2-ton

(CV2T,4 dan 6 roda) dengan penjualan 83.984 unit 10,9%, sedangkan mobil

kompak atau hatcback, 77.295 unit 10,1%, khusus sedan, (sebagian besar taksi)

terjual 33.146 unit. atau 4,3%. Sesuai data terakhir yang diperoleh

www.kompas.com pada tahun 2014 dari anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO).

MPV dibagi oleh GAIKINDO dalam empat segmen, yaitu bawah (low), menengah (medium), atas (high) dan mewah (luxury). Kelompok bawah (low) sangat mendominasi, 265.012 unit terdiri dari Toyota Avanza, Daihatsu Xenia dan

(22)

5

MPV low ini, harganya rata-rata Rp. 200 juta atau berkisar 150 juta, umumnya

menggunakan mesin 1.300-1500 cc. MPV medium dengan total penjualan 75.774

unit dan segmen MPV atas terjual 1.217 unit. Dari penjelasan di atas terlihat

bahwa saat ini mobil segmen low MPV sedang diminati konsumen.

Tabel 1.2 Spesifikasi Beberapa Merk Mobil Yang Memiliki Kelas Low MPV

No Merek Produk

Spesifikasi

Panjang

mobil Jarak roda Mesin

1 TOYOTA AVANZA 4.140 mm 2.665 mm 1.300cc dan

1500cc

2 HONDA MOBILIO 4.390 mm 2.650 mm 1.500cc

3 SUZUKI ERTIGA 4.265 mm 2.740 mm 1.400cc

Sumber: http://autotekno.sindonews.com/2014

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa spesifikasi dari tiap mobil hampir sama. Hal

tersebut memicu para pengusaha, khususnya produsen untuk menghasilkan

produk dengan desain atribut produk yang menarik, selain kualitas terbaik dan

harga yang cukup bersaing. Kualitas produk mobil MPV pada merek Toyota

seperti harga yang terjangkau. Sehingga konsumen lebih bebas untuk menentukan

dan memilih produk-produk yang mereka inginkan. Faktor yang menjadi

pertimbangan bagi konsumen dalam memilih produk yaitu faktor apa saja yang

ada dalam produk mobil seperti desain produk yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, harga yang terjangkau, dan mesin yang berteknologi terbaru. Kualitas

cukup besar tidak menyusahkan konsumen dalam memilih faktor untuk

(23)

6

Perubahan kebiasaan berbelanja sebagai bentuk mencari suatu kesenangan adalah

merupakan suatu motif berbelanja baru. Motivasi merupakan konsepsi yang

dinamis yang terus-menerus berubah sebagai reaksi terhadap berbagai

pengalaman hidup. Kebutuhan dan sasaran terus-menerus bertumbuh dan berubah

sebagai jawaban terhadap keadaan fisik, lingkungan, pengalaman, dan interaksi

individu dengan orang lain. Ketika individu mencapai tujuannya mereka terus

memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti . Beberapa alasan mengapa

kebutuhan tidak pernah berhenti adalah sebagai berikut:

1. Banyak kebutuhan yang tidak terpuaskan sepenuhnya. Kebutuhan tersebut

terus mendorong tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai atau

mempertahankan kepuasan.

2. Setelah kebutuhan terpuaskan kebutuhan baru dan yang urutannya lebih tinggi

timbul yang menyebabkan tekanan dan mendorong kegiatan.

3. Orang-orang yang berhasil mencapai tujuan mereka mmenetapkan tujuan baru

dan lebih tinggi untuk diri mereka. Ketiga alasan itulah yang menyebabkan

kebutuhan tidak pernah berhenti dan motif untuk memuaskannya tidak pernah

berhenti tetapi terus berjalan dan dinamis

Setiap orang memiliki kebutuhan yang ingin dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat

bersifat utilitarian, yaitu keinginan untuk mencapai suatu manfaat yang bersifat

fungsional atau praktis, atau bersifat hedonik, yaitu suatu kebutuhan yang

melibatkan respon yang bersifat emosional. Oleh karena adanya kebutuhan yang

ingin dipenuhi, maka konsumen akan mempunyai motivasi sebagai suatu proses

(24)

7

Konsumen yang ingin memenuhi kebutuhan yang bersifat utilitarian akan terfokus

pada tujuan konsumsi, seperti berbelanja untuk mencari barang yang dibutuhkan.

Sedangkan konsumen yang ingin memenuhi kebutuhan yang bersifat hedonik

akan mengkonsumsi barang atau jasa untuk memberi rasa senang dan percaya diri.

Konsumen juga dapat memenuhi kebutuhan yang bersifat utilitarian maupun

hedonik tersebut secara bersamaan melalui suatu kegiatan konsumsi, seperti

halnya dalam memilih mobil yang akan dibahas dalam penelitian ini.

Ekuitas merek menurut Kotler dan Amstrong (2003:350) ekuitas merupakan nilai

suatu merek berdasarkan seberapa kuat nilai merek tersebut memiliki loyalitas

merek, kesadaran konsumen akan merek tersebut, kualitas yang dipersepsikan,

asosiasi merek, dan berbagai aset lainnya seperti paten, merek dagang dan

hubungan jaringan distribusi. Kekuatan merek terletak pada kemampuannya

menarik pelanggan untuk membeli produknya. Karena merek secara tidak sadar

melibatkan prestice, keyakinan, harapan, dan kebanggaan dari para konsumen. Dengan melibatkan merek sebagai salah satu bagian dari modal keunggulan

bersaing, selain unsur kualitas dan harga adalah kebijakan yang tepat apabila

dikombinasikan dengan tepat ketiganya maka akan terjadi sinergitas yang

menguntungkan diantara ketiganya.

Memang merek dapat dijadikan sebagai atribut kompetitif, namun tidak semua

merek dapat melakukannya. Hanya merek-merek tertentu yang mempunyai brand value tinggi yang dapat melakukannya. Dengan kata lain suatu merek dapat dikatakan berkualitas apabila mampu memberikan nilai tambah pada suatu produk

(25)

8

untuk secara konsisten memberikan tampilan, manfaat dan jasa tertentu pada

pembeli. Merek-merek terbaik memberikan mutu, tetapi merek lebih dari sekedar

simbol.Perusahaan yang dapat mengkombinasikan unsur kualitas, merek dan

harga dengan maka akan menguntungkan dan terjadi sinergitas diantara ketiganya

Tabel 1.3. Persaingan mobil low MPV pada tahun 2009 - 2013

Merek mobil Tahun (dalam unit)

2009 2010 2011 2012 2013

Toyota Avanza 100.065 141.799 162.367 157.189 213.458

Daihatsu Xenia 43.049 65.091 66.835 61.532 57.727

Suzuki Ertiga - - - 26.196 52.291

Sumber: http://oto.detik.com/2014

Tabel 1.3 menunjukkan persaingan mobil dikelas low MPV. Toyota avanza

selama 5 tahun terakhir semenjak tahun 2009 sampai 2013 masih memimpin pasar

untuk dikelas mobil low MPV . Toyota Avanza mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2013 yaitu 213.458 unit dari penjualan sebelumnya yaitu 157.189 unit

pada tahun 2012, peningkatan tersebut sebesar 56.269 unit. Sedangkan pesaingnya

yaitu Daihatsu Xenia mengalami penurunan di 3 tahun terakhir. Pada tahun 2012

mengalami penurunan sebesar 5.303 unit dan tahun berikutnya sebesar 3.805 unit.

Pada tahun 2012 muncul pesaing baru untuk kelas mobil low MPV yaitu Suzuki Ertiga. Tahun pertama Suzuki Ertiga berhasil menjual 26.196 unit, diikuti hasil

(26)

9

Low MPV adalah mobil yang lebih mengutamakan kemampuannya untuk

digunakan sebagai alat bantu bisnis, jadi lebih ke arah performanya dibandingkan

desain eksterior maupun interiornya.

Berikut ini adalah penjualan mobil low MPV mulai dari bulan Januari sampai

April 2014:

Tabel 1.4. Data Penjualan Mobil Low MPV Periode Januari – April 2014

Merek mobil Januari Februari Maret April

Toyota Avanza 16.312 unit 15.708 unit 16.315 unit 14.118 unit

Honda Mobilio 1.508 unit 6.241 unit 10.592 unit 7.526 unit

Suzuki Ertiga 5.378 unit 3.216 unit 3.475 unit 4.079 unit

Daihatsu Xenia 4.636 unit 5.137 unit 3.640 unit 3.543 unit

Sumber: http://www.avanzaxenia.net/2014

Berdasarkan Tabel 1.4. ditampilkan data penjualan dari beberapa merek mobil

yang memiliki kelas yang sama yaitu Low-MPV dimana Toyota Avanza

menempati posisi pertama dibandingkan dengan merek lainnya. Data penjualan

mobil Toyota Avanza selama empat bulan terakhir di tahun 2014 berfluktuasi.

Pada bulan Januari, Toyota Avanza mencapai angka 16.312 unit, tetapi pada bulan

berikutnya yaitu bulan Februari mengalami penurunan yaitu hanya sebanyak

15.708 unit. Untuk bulan berikutnya yaitu bulan Maret, Toyota Avanza kembali

mengalami kenaikan penjualan yaitu sebesar 16.315 unit dan mengalami

penurunan kembali pada bulan April yaitu sebanyak 14.118 unit. Hal ini

(27)

10

relatif bersaing, seperti Honda Mobilio dan Suzuki Ertiga. Dengan adanya

penurunan penjualan ini, maka perlu diwaspadai karena penurunan tersebut dapat

mengindikasikan bahwa adanya penurunan keputusan pembelian konsumen pada

produk Toyota Avanza.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan mengenai pengaruh atribut

produk terhadap ekuitas merek, maka penelitian ini mengambil judul: “Pengaruh

Atribut Produk Terhadap Ekuitas Merek Pada Mobil Toyota Avanza Di Bandar Lampung”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasi beberapa hal yaitu :

Mobil Toyota Avanza memiliki angka penjualan tertinggi diantara mobil lainnya

yang memiliki kelas Low-MPV pada periode Januari – April 2014.

Sehingga berdasarkan uraian di atas, maka permasalahannya dapat dirumuskan

sebagai berikut :

 Apakah atribut produk mempengaruhi ekuitas merek pada konsumen mobil

Toyota Avanza di Bandar Lampung?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang hendak

dicapai adalah :

 Untuk menganalisis pengaruh atribut produk terhadap ekuitas merek pada

(28)

11

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a) Dapat memberikan gambaran dan informasi yang berguna bagi perusahaan

dalam melakukan kebijakan dan strategi pemasaran yang berkaitan dengan

Atribut Produk, kesadaran merek, persepsi kualitas, asosiasi merek, dan

loyalitas merek.

(29)

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Kajian Teori

2.1.1 Kajian Tentang Pemasaran

Menurut Kotler dan Keller (2009:5), “Pemasaran (marketing) adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi

ide, barang, dan jasa untuk menciptakan nilai tukar yang memuaskan tujuan

individu dan organisasi”.

Menurut Kotler dan Armstrong (2008:62) terdapat empat kelompok variabel yang

disebut dengan bauran pemasaran yang sering dikenal dengan 4P yaitu:

- Produk (product)

Produk berarti kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada

pasar sasaran.

- Harga (price)

Harga adalah jumlah uang yang harus dibayar pelanggan untuk memperoleh

produk.

- Tempat (place)

Tempat meliputi kegiatan perusahaan yang membuat produk tersedia bagi

(30)

13

- Promosi(promotion)

Promosi berarti aktivitas yang menyampaikan manfaat produk dan

membujuk pelanggan membelinya.

2.1.2 Kajian Tentang Perilaku Konsumen

Mowen (2001:5) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai kajian tentang satuan

pembeli (buying units) dan proses pertukaran (exchange processes) yang terlibat dalam mencari (acquaring), memakai (consuming) dan menghentikan pemakaian (disposing) barang, jasa dan pengalaman dan ide. Perilaku konsumen juga

dipengaruhi oleh lingkungan yang terus-menerus berubah. Sedangkan menurut

Solomon (2000), perilaku konsumen adalah studi yang meliputi proses ketika

individu atau kelompok tertentu membeli, menggunakan atau mengatur produk,

jasa, ide atau pengalaman untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat.

Menurut Kotler (2001:177), inti perilaku konsumen adalah bagaimana konsumen

memberikan jawaban atau membuat keputusan terhadap berbagai rangsangan

pemasaran yang dapat diatur oleh perusahaan. Perusahaan yang benar-benar

memahami bagaimana konsumen memberikan jawaban terhadap ciri-ciri produk

yang berbeda, harganya, daya tarik periklanan dan lain-lain akan meraih

keuntungan lebih banyak daripada para pesaingnya.

2.1.3 Kajian Atribut Produk Hedonik Dan Utilitarian

Motivasi pembelian dan konsumsi diklasifikasikan dalam bentuk dua jenis yaitu

motif hedonik dan Utilitarian. Motif belanja hedonik didasarkan pada emosi,

perasaan nyaman, gembira, bersuka. Sedangkan motif belanja utilitarian

(31)

14

utilitarian akan berakibat pada kesetiaan pembelanja kepada produsen yang

menyajikan tawaran yang mampu menyesuaikan dengan dorongan atau motif

hedonik atau motif utilitarian pembelanja. Bila dilihat dari sisi hedonik maka

seseorang akan termotivasi untuk berbelanja karena mereka mengincar

kesenangan dari waktu luang, dan rekreasi, atau peran emosional dari suasana hati

dan kenikmatan.

Seperti dikutip oleh Sheng dan Teo dalam penelitian Product attributes and brand equity in the mobile domain: The mediating role of customer experience (2012). Atribut Produk terbagi dalam dua kategori yaitu:

1. Nilai kegunaan (utilitarian)

Motif utilitarian adalah evaluasi yang menilai kualitas barang dagangan,

kualitas layanan, harga yang ditetapkan dan efisiensi belanja

Motif utilitarian dibagi menjadi:

a) Kemudahan Penggunaan (Ease of Use)

Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan oleh Davis dalam Ayyagari (2006: 198) sebagai suatu tingkatan dimana

seseorang percaya bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah

dipahami. Konsep ini mencakup kejelasan tujuan penggunaan teknologi

informasi dan kemudahan penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan

keinginan pengguna. Beberapa indikator persepsi kemudahan penggunaan

menurut Sun dan Zhang (2006: 644), antara lain meliputi mudah untuk

(32)

15

b) Persepsi manfaat (perceived usefulness) sebagaimana dikemukakan oleh

Davis dalam Ayyagari (2006: 198) merupakan suatu tingkatan dimana

seseorang percaya bahwa penggunaan suatu teknologi informasi tertentu akan

meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Manfaat sistem bagi pemakainya

berkaitan dengan produktifitas, kinerja tugas atau efektifitas dan kegunaan

tugas secara menyeluruh.Menurut Sun dan Zhang (2006: 644), dimensi

kemanfaatan dapat berupa pekerjaan lebih mudah (makes job easier),

bermanfaat (usefull), meningkatkan produktifitas (increase productivity),

mendorong efektivitas (enchance efectiveness), dan meningkatkan kinerja

pekerjaan (improve job performance).

2. Nilai hedonik ( hedonic)

Hedonik mengacu pada sensasi, berupa kenikmatan dan kesenangan, yang

diperoleh konsumen dari keseluruhan pengalaman membeli yang terkait

dengan berbelanja. Nilai ini terkait dengan perasaan, fantasi dan kesenangan

konsumen. Nilai hedonik juga bersifat lebih subjektif dan pribadi bagi

konsumen dibandingkan nilai kegunaan. Selain itu, lebih berorientasi pada

kesenangan dibanding penyelesaian tugas (utilitarian orientation). Orientasi berbelanja hedonik adalah tujuan dan keinginan pribadi konsumen sehingga

bersifat abstrak dan subjektif. Komponen utama yang membentuk manfaat

hedonik adalah hiburan (entertainment) dan pencarian (exploration) yang dirasakan konsumen saat berbelanja. Aspek hiburan mencakup reaksi

konsumen terhadap estetika berbelanja, yaitu berada dalam toko memberi

(33)

16

2.1.4 Kajian Tentang Merek (Brand)

Menurut Kotler dan Keller (2006: 256) Brand adalah nama, istilah, tanda, simbol, desain, atau kombinasi yang dapat dijadikan sebagai identitas produk atau jasa

yang membedakan satu atau kumpulan penjual dari kompetitornya. Brand menurut Kotler (2003: 418-419) dapat dibedakan menjadi enam tingkatan

pengertian, yaitu :

- Atribut

Brand akan mengingatkan orang pada atribut-atribut tertentu. - Manfaat

Suatu brand lebih dari serangkai atribut. Pelanggan tidak membeli atribut tetapi membeli manfaat dan atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat

fungsional dan emosional.

- Nilai

Brand mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai pembeli. Produsen harus mengenali secara spesifik kelompok pembeli dengan nilainya sesuai dengan

manfaat yang diberikan brand tersebut. - Budaya

Brand mewakili budaya tertentu. - Kepribadian

(34)

17

- Pemakai

Brand juga menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.

Menurut Soehadi (2005: 6) merek (brand) adalah kombinasi dari atribut-atribut, dikomunikasikan melalui nama atau simbol, yang dapat mempengaruhi proses

pemilihan suatu produk / layanan di benak konsumen. Merek (brand) akan bernilai jika konsumen mempunyai pengalaman positif terhadapnya.

Sedangkan menurut Simamora (2001: 149) Merek adalah nama, tanda, istilah,

simbol, desain atau kombinasinya yang ditujukan untuk mengidentifikasi dan

mendiferensiasi (membedakan) barang atau layanan suatu penjual dari barang atau

layanan penjual lain.

2.1.5 Kajian Tentang Ekuitas Merek (Brand Equity)

Menurut Aaker (1996:8) Sekumpulan aset yang terkait dengan nama merek dan

simbol, sehingga dapat menambah nilai yang ada dalam produk atau jasa tersebut.

Aset yang terdapat dalam merek tersebut meliputi: Brand awareness, perceived quality, brand association, and brand loyalty). Brand equity diukur dengan brand awareness, perceived quality, brand association, brand loyalty yang merupakan unsur-unsur dari brand equity (Rangkuty, 2004).

Berikut ini adalah dimensi dari brand equity:

A. Loyalitas Merek (Brand Loyalty)

(35)

18

Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan

seorang pelanggan pada sebuah merek. Apabila loyalitas merek meningkat,

maka kerentaan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat

dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari brand equity yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang akan datang karena loyalitas merek

secara langsung dapat diartikan sebagai penjualan di masa depan. Loyalitas

merek dapat dijelaskan bahwa:

a. Tingkat loyalitas yang paling dasar adalah pembeli tidak loyal atau sama

sekali tidak tertarik pada merek-merek apapun yang ditawarkan. Dengan

demikian merek memainkan peran yang kecil dalam keputusan pembelian.

Pada umumnya, jenis konsumen seperti ini suka berpindah-pindah merek

atau disebut tipe konsumen switcher atau price buyer (konsumen lebih memperhatikan harga di dalam melakukan pembelian).

b. Tingkat kedua adalah para pembeli merasa puas dengan produk yang ia

gunakan atau minimal ia tidak mengalami kekecewaan. Pada dasarnya,

tidak terdapat dimensi ketidakpuasan yang cukup memadai untuk

mendorang suatu perubahan, terutama apabila pergantian ke merek lain

memerlukan suatu tambahan biaya. Para pembeli tipe ini dapat disebut

pembeli tipe kebiasaan (habitual buyer).

c. Tingkat ketiga berisi orang-orang yang puas, namun mereka memikul

biaya peralihan (switching cost), baik dalam waktu, uang atau resiko sehubungan dengan upaya untuk melakukan pergantian ke merek lain.

(36)

19

adanya suatu pengorbaan apabila melakukan penggantian ke merek lain.

Para pembeli tipe ini disebut satisfied buyer.

d. Tingkat keempat adalah konsumen benar-benar menyukai merek tersebut.

Pilihan mereka terhadap suatu merek dilandasi pada suatu asosiasi, seperti

simbol, rangkaian pengalaman dalam menggunakannya, atau kesan

kualitas yang tinggi. Para pembeli pada tingkat ini disebut sahabat merek,

karena terdapat perasaan emosional dalam menyukai merek.

e. Tingkat teratas adalah para pelanggan yang setia. Mereka memiliki suatu

kebanggaan dalam menemukan atau menjadi pengguna suatu merek.

Merek tersebut sangat penting bagi mereka, baik dari segi fungsinya,

maupun sebagai ekspresi mengenai siapa mereka sebenarnya (commited buyers).

Terdapat empat keuntungan loyalitas merek, yaitu:

1. Perusahaan yang memiliki basis pelanggan yang mempunyai loyalitas

merek yang tinggi dapat mengurangi biaya pemasaran perusahaan

karena biaya untuk mempertahankan pelanggan jauh lebih murah

dibandingkan mendapatkan pelanggan baru.

2. Loyalitas merek yang tinggi dapat meningkatkan perdagangan.

Loyalitas yang kuat akan meyakinkan pihak pengecer untuk memajang

di rak-raknya, karena mereka mengetahui bahwa para pelanggan akan

mencantumkan merek-merek tersebut dalam daftar belanjanya.

3. Dapat menarik minat pelanggan baru karena mereka memiliki

keyakinan bahwa membeli produk bermerek terkenal minimal dapat

(37)

20

Loyalitas merek memberikan waktu, semacam ruang bernafas, pada suatu

perusahaan untuk cepat merespon gerakan-gerakan pesaing. Jika salah satu

pesaing mengembangkan produk yang unggul, seorang pengikut setia akan

memberi waktu pada perusahaan tersebut agar memperbaharui produknya

dengan cara menyesuaikan atau menetralisasikannya.

B. Kesadaran Merek (Brand Awareness)

Kesadaran merek adalah kemampuan seorang pelanggan untuk mengenali atau

mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori

produk tertentu. (Aaker 1996:90).

Unsur- unsur kesadaran merek:

1. Tidak menyadari merek(Unaware brand)

Merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek,

dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.

2. Pengenalan merek (Brand recognition)

Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seorang

pembeli memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.

3. Pengingatan kembali terhadap merek (Brand recall)

Pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan

seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.

Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan.

4. Puncak pikiran (Top of mind)

Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan

pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek

(38)

21

Dengan kata lain merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai

merek yang ada dalam benak konsumen.

Upaya meraih kesadaran merek, baik dalam tingkat pengenalan maupun

pengingatan kembali, melibatkan dua kegiatan, yaitu: berusaha

memperoleh identitas merek dan berusaha mengaitkannya dengan kelas

produk tertentu.

C. Asosiasi Merek (Brand Association)

Pengertian Asosiasi Merek(Brand Association) menurut Aaker

(1996:160), adalah segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai

merek. Asosiasi itu tidak hanya eksis, namun juga memiliki suatu tingkat

kekuatan. Keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi

pada banyak pengalaman atau penampakan untuk

mengkomunikasikannya. Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat

dirangkai sehingga membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak konsumen.

Secara sederhana, pengertian brand image adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen. Konsumen terbiasa

menggunakan merek tertentu cenderung memiliki konsisten terhadap

brand image atau hal ini disebut juga dengan kepribadian merek (brand personality).

Asosiasi merek dapat menciptakan suatu nilai bagi perusahaan dan para

pelanggan, karena ia dapat membantu proses penyusunan informasi untuk

(39)

22

Terdapat lima keuntungan asosiasi merek, yaitu:

1. Dapat membantu proses penyusunan informasi. Asosiasi-asosiasi yang

terdapat pada suatu merek, dapat membantu mengikhtisarkan

sekumpulan fakta dan spesifikasi yang dapat dengan mudah dikenal

oleh pelanggan.

2. Perbedaan. Suatu asosiasi dapat memberikan landasan yang sangat

penting bagi usaha pembedaan. Asosiasi-asosiasi merek dapat

memainkan peran yang sangat penting dalam membedakan satu merek

dari merek yang lain.

3. Alasan untuk membeli. Pada umumnya, asosiasi merek sangat

membantu para konsumen untuk mengambil keputusan untuk membeli

produk tersebut atau tidak.

4. Penciptaan sikap atau perasaan positif. Asosiasi merek dapat

merangsang perasaan positif yang pada gilirannya akan berdampak

positif terhadap produk yang bersangkutan.

5. Landasan untuk perluasan. Asosiasi merek dapat menghasilkan

landasan bagi suatu perluasan merek, yaitu dengan menciptakan rasa

kesesuaian antara suatu merek dan sebuah produk baru.

Selanjutnya apabila para konsumen beranggapan bahwa merek tertentu

secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat

secara terus menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek

(40)

23

D. Kesan Kualitas (Perceived Quality)

Pengertian kesan kualitas (perceived quality) menurut Aaker (1996:24), adalah presepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan

suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud yang diharapkan.

Terdapat lima keuntungan kesan kualitas, antara lain:

1. Alasan membeli. Kesan kualitas sebuah merek memberikan alasan

yang penting untuk membeli. Hal ini mempengaruhi merek-merek

mana yang harus dipertimbangkan, dan selanjutnya mempengaruhi

merek apa yang akan dipilih.

2. Diferensiasi. Artinya, suatu karakteristik penting dari merek adalah

posisinya dalam dimensi kesan kualitas.

3. Harga optimum. Keuntungan ketiga ini memberikan pilihan-pilihan di

dalam menetapkan harga optimum (premium price).

4. Meningkatkan minat para distributor. Hal ini sangat membantu

perluasan distribusi.

5. Perluasan merek. Kesan kualitas dapat dieksploitasi dengan cara

mengenalkan berbagai perluasan merek, yaitu dengan menggunakan

merek tertentu untuk masuk ke dalam kategori produk baru.

2.2. Hubungan Antar Variabel

Hubungan antar variabel yang terdapat pada penelitian ini terbagi dalam 4 bagian

yaitu:

1. Menurut Sun dan Zhang (2006: 644), indikator kemudahan penggunaan

(41)

24

understandable) dan menambah ketrampilan para pengguna (become skillful). Hubungan antar variabel kemudahan penggunaan dengan ekuitas merek ialah

apabila mobil Toyota Avanza memenuhi kriteria kebutuhan konsumen pada

setiap indikator kemudahan penggunaan maka dapat mempengaruhi variabel

ekuitas merek.

2. Menurut Sun dan Zhang (2006: 644), indikator persepsi manfaat dapat berupa

pekerjaan lebih mudah (makes job easier), bermanfaat (usefull), meningkatkan produktifitas (increase productivity), mendorong efektivitas (enchance

efectiveness), dan meningkatkan kinerja pekerjaan (improve job performance). Hubungan antar variabel persepsi manfaat dengan ekuitas merek ialah apabila

mobil Toyota Avanza memenuhi kriteria kebutuhan konsumen pada setiap

indikator persepsi manfaat maka dapat mempengaruhi variabel ekuitas merek.

3. Indikator pada variabel hiburan terbagi 4 yaitu, hiburan dapat menciptakan

rasa nyaman, hiburan dapat meningkatkan kepuasan pada produk, hiburan bisa

membuat perasaan menjadi senang, dan fitur hiburan yang mudah digunakan.

Hubungan antar variabel hiburan dengan ekuitas merek ialah apabila mobil

Toyota Avanza memenuhi kriteria kebutuhan konsumen pada setiap indikator

hiburan maka dapat mempengaruhi variabel ekuitas merek.

4. Indikator pada estetika terbagi menjadi 4 yaitu, desain produk menarik, desain

produk disukai, desain produk cocok untuk di lingkungan sekitar, dan desain

dapat membuat konsumen menjadi bangga. Hubungan antar variabel estetika

dengan ekuitas merek ialah apabila mobil Toyota Avanza memenuhi kriteria

kebutuhan konsumen pada setiap indikator estetika maka dapat mempengaruhi

(42)

25

2.3. Pengaruh Atribut Produk Terhadap Ekuitas Merek

2.3.1. Atribut Produk (X)

Dalam kondisi persaingan usaha yang semakin ketat, perusahaan perlu

menciptakan asosiasi yang dapat meningkatkan citra positif mereknya di

masyarakat. Perusahaan yang mempunyai atribut produk yang kuat dapat

memperoleh keunggulan dalam memilih alternatif bersaing pada penetapan harga

dan spesifikasi produk. Atribut produk yang positif juga dapat menciptakan

keunggulan kinerja dan profitabilitas perusahaan, laba jangka panjang dan potensi

pertumbuhan. Atribut produk merupakan hal yang penting karena dapat

mempengaruhi para konsumen dalam mengambil keputusan untuk melakukan

pembelian. Respon konsumen terhadap merek Toyota tergantung dari berbagai

hal misalnya kualitas produk dan harga yang berkaitan dengan merek tersebut.

Agar mendapat perhatian, perusahaan perlu mengaitkan atribut produk dengan

ekuitas merek.

Faktor penunjang keberhasilan suatu perusahaan dalam memasarkan produknya

tidak terlepas dari atribut produknya. Menurut Kotler dan Armstrong (2007 : 206),

atribut produk merupakan pengembangan suatu produk atau jasa yang melibatkan

penentuan manfaat yang akan diberikan. Dengan demikian atribut suatu produk

tentu akan berubah-ubah sesuai dengan kecerdikan produsen melihat keinginan

konsumennya. Suatu produk yang memiliki kualitas yang baik, fitur yang sesuai

dengan kebutuhan, dan desain yang menarik tentu akan memberikan kepuasan

pada pelanggan.

(43)

26

Atribut Produk terbagi dalam dua kategori yaitu:

1. Utilitarian

2. Hedonik

Seperti dikutip oleh Sheng dan Teo dalam penelitian Product attributes and brand equity in the mobile domain: The mediating role of

customer experience (2012)

Nilai kegunaan (utilitarian) adalah evaluasi yang menilai kualitas barang

dagangan, kualitas layanan, harga yang ditetapkan dan efisiensi belanja

Motif utilitarian dibagi menjadi:

a) Kemudahan Penggunaan (Ease of Use)

Persepsi kemudahan penggunaan (perceived ease of use) didefinisikan oleh Davis dalam Ayyagari (2006: 198) sebagai suatu tingkatan dimana seseorang

percaya bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah dipahami. Konsep ini

mencakup kejelasan tujuan penggunaan teknologi informasi dan kemudahan

penggunaan sistem untuk tujuan sesuai dengan keinginan pengguna. Beberapa

indikator persepsi kemudahan penggunaan menurut Sun dan Zhang (2006:

644), antara lain meliputi mudah untuk dipelajari (ease to learn), mudah untuk digunakan (easy to use), jelas dan mudah dipahami (clear and

understandable) dan menambah ketrampilan para pengguna (become skillful). b) Persepsi manfaat (perceived usefulness) sebagaimana dikemukakan oleh Davis

dalam Ayyagari (2006: 198) merupakan suatu tingkatan dimana seseorang

percaya bahwa penggunaan suatu teknologi informasi tertentu akan

meningkatkan prestasi kerja orang tersebut. Manfaat sistem bagi pemakainya

berkaitan dengan produktifitas, kinerja tugas atau efektifitas dan kegunaan

(44)

27

kemanfaatan dapat berupa pekerjaan lebih mudah (makes job easier), bermanfaat (usefull), meningkatkan produktifitas (increase productivity), mendorong efektivitas (enchance efectiveness), dan meningkatkan kinerja pekerjaan (improve job performance).

Nilai hedonik ( hedonic) mengacu pada sensasi, berupa kenikmatan dan kesenangan, yang diperoleh konsumen dari keseluruhan pengalaman membeli

yang terkait dengan berbelanja. Nilai ini terkait dengan perasaan, fantasi dan

kesenangan konsumen. Nilai hedonik juga bersifat lebih subjektif dan pribadi bagi

konsumen dibandingkan nilai kegunaan. Selain itu, lebih berorientasi pada

kesenangan dibanding penyelesaian tugas (utilitarian orientation). Orientasi berbelanja hedonik adalah tujuan dan keinginan pribadi konsumen sehingga

bersifat abstrak dan subjektif. Komponen utama yang membentuk manfaat

hedonik adalah hiburan (entertainment) dan pencarian (exploration) yang dirasakan konsumen saat berbelanja. Aspek hiburan mencakup reaksi konsumen

terhadap estetika berbelanja, yaitu produk yang memberi emosi yang positif bagi

konsumen.

2.3.2. Ekuitas Merek (Y)

Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan keterpercayaan merek yang terkait

dengan merek tertentu, nama dan atau simbol, yang mampu menambah atau

mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik bagi

(45)

28

Berikut ini pendapat ahli mengenai pengertian atau definisi ekuitas merek :

Ekuitas merek menurut Aaker, David A. (1997:22) Ekuitas merek adalah

seperangkat aset dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama

dan simbol yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah

barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan. Ekuitas

merek merupakan aset yang dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan,

memproses, dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek

tersebut. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam

mengambil keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam

penggunaan atau kedekatan asosiasi dengan berbagai karakteristik merek.

Menurut Aaker (1997: 25), yaitu bahwa terdapat lima indikator atau dimensi

utama pada ekuitas merek. Kelima indikator tersebut adalah kesadaran merek

(brand awareness), asosiasi merek (brand associations), mutu yang dirasakan (perceivedquality), loyalitas merek (brand loyalty) dan aset-aset lain yang berkaitan dengan merek (other brand-related assets).

Pada prakteknya, hanya empat dari kelima indikator tersebut yang digunakan pada

penelitian-penelitian mengenai kebutuhan kosumen ekuitas merek, yaitu

kesadaran merek, asosiasi merek, kesan kualitas dan loyalitas merek. Hal ini

dikarenakan aset-aset lain yang berkaitan dengan merek (seperti hak paten dan

saluran distribusi), tidak berhubungan secara langsung dengan konsumen.

Elemen- elemen ekuitas merek:

(46)

29

sebagai suatu ukuran keterkaitan pelanggan kepada sebuah merek. Ukuran ini

mampu memberikan gambaran tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan

beralih ke merek lain yang ditawarkan oleh kompetitor, terutama jika pada

merek tersebut didapati adanya perubahan, baik menyangkut harga ataupun

atribut lainnya

2. Kesadaran merek

kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat merek

itu kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari katagori produk

tertentu.

3. Asosiasi merek

segala hal yang berkaitan dengan ingatan mengenai suatu merek.

Kesan-kesan yang terkait pada merek akan semakin meningkat dengan semakin

banyaknya penampakan merek tersebut dalam strategi komunikasi. Fungsi

brand association menjadi pijakan bagi konsumen dalam memutuskan pembelian suatu produk.

4. Kesan Kualitas

merupakan persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan

suatu produk atau jasa layanan yang sama dnegan maksud yang

diharapkannya. Persepsi kualitas adalah salah satu kunci dimensi ekuitas

merek.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama

menguji pengaruh variabel atribut produk terhadap ekuitas merek. Dasar

(47)

30

pada jurnal yang diteliti oleh Sheng dan Teo dalam penelitian Product attributes and brand equity in the mobile domain: The mediating role of customer

experience (2012). Namun, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah terletak pada variabel dimana penelitian terdahulu

menggunakan atribut produk dengan ekuitas merek pada variabel X, sedangkan

indikator pada penelitian ini menggunakan atribut produk sebagai variabel X dan

ekuitas merek sebagai variabel Y. Selain itu perbedaan lain dalam penelitian ini

terletak pada objek penelitian dan jenis produk yang diteliti. Pada penelitian

terdahulu produk yang diteliti yaitu handphone sedangkan pada penelitian ini produk yang diteliti adalah mobil.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh atribut produk pada

ekuitas merek, dengan demikian model penelitian pada riset ini adalah :

[image:47.595.107.530.445.568.2]

2.5. Hipotesis \

Gambar 1.1 Model Penelitian

Oleh karena itu hipotesis dalam penelitian ini adalah Atribut Produk Mempengaruhi Ekuitas Merek Pada Mobil Toyota Avanza Di Bandar Lampung.

Atribut Produk

Nilai Kegunaan: 1. Kemudahan Penggunaan 2. Persepsi Manfaat

Nilai Hedonik: 1. Hiburan 2. Estetika

(Davis, diadopsi oleh Sheng dan Theo: Vol.32, 2012)

(48)
[image:48.842.82.806.111.460.2]

31

Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu

No. Judul

Data Peneliti

Tujuan Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Nama Tahun

Terbit

1. Integrating Product and Corporate Brand Equity into Total Brand Equity Measurement (Vol.3, No.1)

- Hamed M.

Shamma

-Salah S. Hassan

2011 - Untuk mengisi

kesenjangan dalam

literatur dengan

mengusulkan

pendekatan holistik

terhadap total ekuitas

merek yang

mengintegrasikan

Produk Brand Equity ( PBE ) dan Corporate Brand Equity ( CBE ) ke Jumlah Brand Equity ( TBE ) penilaian.

Analisis regresi - Jurnal ini menawarkan konsep

baru untuk total ekuitas merek

yang meliputi pelanggan dan

non pelanggan perspektif

dalam penilaian total ekuitas

merek.

- Dengan mengintegrasikan

PBE dan CBE , pendekatan

holistik yang dikembangkan

menilai persepsi pelanggan

dan stakeholder persepsi

tentang merek .

(49)
[image:49.842.85.810.109.383.2]

32

Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu (lanjutan)

No. Judul

Data Peneliti

Tujuan Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Nama Tahun

Terbit

2. Consumer-based Brand Equity in the Service Shop (Vol.4, No.4)

- Teck Ming Tan

- Tze Wei Liew

- Lee Soon Siong

William

- Ong Bee Fang

Michelle

- Su-Mae Tan

2012 untuk memvalidasi

pengukurankualitas

layanan menggunakan

kerangka – tipologi

tertentu, dan untuk

menyelidiki hubungan

antara dimensiekuitas

merek.

- Analisis

korelasi

- kualitas pelayanan

merupakan pendorong

penting dari ekuitas merek

berbasis konsumen dalam

toko layanan , efek kausal

yang secara signifikan lebih

besar daripada kualitas

produk dalam format

menguntungkan konsumen

respon terhadap merek .

(50)
[image:50.842.84.806.95.504.2]

33

Tabel 2.1. Kajian Penelitian Terdahulu (lanjutan)

No. Judul

Data Peneliti

Tujuan Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian

Nama Tahun

Terbit

3. Customer-Based Brand Equity: A Literature Review (Vol.2, No.1)

- Chieng Fayrene

Y.L.

- Goi Chai Lee

2011 membahas tentang definisi

dan dimensi ekuitas merek

dengan menggambar

bersama helai dari

berbagai literatur dan

membuat studi empiris

- Model Aaker - konseptual

Kerangka berkembang sangat

berguna untuk memeriksa

kontribusi dari asosiasi merek

, kesadaran merek ,

dirasakan nilai dan loyalitas

merek terhadap ekuitas

merek.

4. Product Attributes And Brand Equity In The Mobile Domain: The Mediating Role Of Customer

Experience

(international Journal of

Information Management 32 (2012) 139– 146)

- Margaret L.

Sheng

- Thompson S.H.

Teo

2012 menunjukkan efek

diferensial dari produk

atribut pada ekuitas merek

ponsel , penelitian ini

memberikan pemahaman

yang lebih halus antara

produk atribut ,

pengalaman pelanggan ,

dan ekuitas merek ponsel

- Likert - bahwa dengan menghadap

mediasi peran pengalaman

pelanggan , penelitian

sebelumnya mungkin telah

memberikan pandangan yang

terlalu optimisdari nilai

atribut produk ekuitas merek

ponsel.

(51)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Penentuan Populasi Dan Sampel

Sampel adalah sebagian dari subjek penelitian populasi yang diteliti

(Sugiyono,2005:56). Dalam penelitian ini yang akan dijadikan populasi adalah

konsumen dari Toyota Avanza di Bandar Lampung. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah teknik nonprobability sampling dengan pendekatan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih dengan cermat, dan pertimbangan sesuai dengan kriteria, sehingga relevan dengan rancangan penelitian. Pemilihan

sampel bertujuan ini dilakukan karena mungkin saja peneliti telah memahami

bahwa informasi yang dibutuhkan dapat diperoleh dari satu kelompok sasaran

tertentu yang mampu memberikan informasi yang dikehendaki karena mereka

memang memiliki informasi seperti itu dan mereka memenuhi kriteria yang

ditentukan oleh peneliti. Responden harus memiliki kriteria tertentu, yaitu

responden yang dipilih merupakan orang-orang yang pernah memiliki dan

menggunakan mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung.

3.2. Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini akan menggunakan jenis data kuantitatif, yaitu data yang berbentuk

(52)

35

representatif, penulis mengambil data berbagai sumber yang mendukung

penelitian ini

1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal langsung dari objek penelitian, yaitu

berupa kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden untuk

memperoleh respon tentang efek terhadap ekuitas.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran literatur yang

berdasarkan dari buku teks dan artikel ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal

internasional.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

Kuisioner

Kuisioner merupakan suatu daftar pertanyaan yang telah disusun penulis untuk

selanjutnya diajukan kepada responden/sampel yang terpilih untuk diisi.

Dalam penelitian ini kuisioner yang diberikan kepada responden bersifat

tertutup, dimana responden hanya memilih alternatif jawaban yang tersedia

dalam kuisioner.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Terdapat dua variable umumnya pada penelitian yaitu:

a) Variabel bebas (variable independent)

(53)

36

b) Variabel Terikat (Variable Dependent)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, dalam hal ini adalah

[image:53.595.63.524.187.752.2]

Ekuitas Merek.

Tabel 3.1. Operasional Variabel

Variabel Definisi Variabel Indikator Item

Pengukuran Skala

Atribut Produk (X) Utilitarian sumber: Davis, diadopsi oleh Sheng dan Theo (2012) Kemudahan Penggunaan ( ease of me) (X1) Evaluasi yang menilai kualitas barang dagangan, kualitas layanan, harga yang ditetapkan dan efisiensi belanja. Suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah dipahami.

a) Kemudahan dalam penggunaan produk

b) Pengoperasian sesuai dengan keinginan konsumen

c) Fungsi dan kestabilan produk

(54)
[image:54.595.61.526.108.750.2]

37

Tabel 3.1. Operasional Variabel (lanjutan)

Variabel Definisi Variabel Indikator Item

Pengukuran Skala

Persepsi Manfaat (perceived usefulness) (X2) Suatu tingkatan dimana seseorang percaya bahwa penggunaan suatu teknologi informasi tertentu akan meningkatkan prestasi kerja orang tersebut.

a) Penggunaan produk membuat

konsumen efisien

b) Produk meningkatkan performa konsumen

c) Produk membuat kinerja konsumen lebih efektif a) Produk dapat membuat konsumen merasa efisien b) performa yang meningkat karena produk tersebut. c) Kinerja yang efektif karena produk tersebut Likert Hedonik sumber: Davis, diadopsi oleh Sheng dan Theo (2012) Hiburan (entertaintm ent) (X3) Hedonik mengacu pada sensasi, berupa kenikmatan dan kesenangan, yang diperoleh konsumen dari keseluruhan pengalaman membeli yang terkait dengan berbelanja.

Segala sesuatu, baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda maupun prilaku yang dapat menjadi penghibur

a) Hiburan dapat menciptakan rasa nyaman

b) Hiburan dapat meningkatkan kepuasan pada produk

c) Hiburan bisa membuat perasaan menjadi senang

(55)

38

Tabel 3.1. Operasional Variabel (lanjutan)

Variabel Definisi Variabel Indikator Item

Pengukuran Skala

d) Fitur hiburan yang mudah digunakan d) Fitur-fitur hiburan produk yang mudah digunakan estetika (aesthetics) (X4) Aspek estetika mencakup reaksi konsumen terhadap estetika berbelanja, yaitu berada dalam toko memberi emosi yang positif bagi konsumen

a) Desain produk menarik

b) Desain produk disukai

c) Desain produk cocok untuk di lingkungan sekitar

d) Desain dapat membuat

konsumen menjadi bangga

a) desain dengan tampilan menarik

b) Desain disukai dengan konsumen c) Konsumen senang dengan keberadaan produk d) Perasaan bangga konsumen karena produk tersebut. Likert Ekuitas Merek (Y) Sekumpulan asset yang terkait dengan nama merek dan simbol, sehingga dapat menambah nilai yang ada dalam produk atau jasa tersebut

a) Loyal terhadap merek (loyal)

b) Sadar terhadap merek produk (brand awareness)

c) Karakteristik produk langsung muncul di pikiran (perceived quality)

(56)

39

3.5. Instrumen dan Skala Pengukuran

Pengukuran instrumen penelitian akan memeerjelas dan mempermudah

pemecahan masalah penelitian dan analisis serta interprestasi data. Berdasarkan

sistem pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan skala Ordinal dengan pengukuran skala Likert yaitu:

Jawaban sangat sangat setuju (SSS) bobot nilai 7

Jawaban sangat setuju (SS) bobot nilai 6

Jawaban setuju (S) bobot nilai 5

Jawaban netral (N) bobot nilai 4

Jawaban tidak setuju (TS) bobot nilai 3

Jawaban sangat tidak setuju (STS) bobot nilai 2

Jawaban sangat sangat tidak setuju (SSTS) bobot nilai 1

3.6. Uji Instrumen

Setelah data terkumpul, maka data akan diolah untuk mengetahui valid dan

reliabelnya instrumen penelitian.

3.6.1. Uji Validitas

Sugiyono (2004 : 124) mengungkapkan bahwa analisis item dilakukan dengan

menghitung korelasi antar skor butir instrumen dengan skor total atau dengan

mencari daya pembeda skor setiap item dari kelompok yang memberikan jawaban

tinggi dan jawaban rendah. Hasil penelitian akan dikatakan valid apabila terdapat

kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi

(57)

40

dan dengan demikian juga sebaliknya, bila r hitung ≤ r tabel maka dinyatakan

tidak valid, r hitung bisa dilihat dari taraf signifikan 0,05 (5%).

3.6.2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2004 : 137) Menyatakan bahwa “reliabilitas” berkenaan

dengan derajat konsistensi data dalam interval waktu tertentu”. Reliabilitas

instrumen menunjukkan tingkat keterandalan suatu alat ukur. Dimana tingkat

reliabilitas memperlihatkan sejauh mana alat ukur dapat diandalkan dan dipercay.

Butir pertanyaan yang sudah valid dalam uji validitas ditentukan reliabilitasnya.

Bila r alpha positif atau lebih besar dari r tabel maka pertanyaan reliabel dan

sebaliknya bila r alpha negatif atau lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan tidak

reliabel.

3.7. Metode Analisis Data

3.7.1.Transformasi Data Likert ke Data Interval

Sebelum melakukan analisis regresi berganda, terlebih dahulu akan dilakukan

pengolahan data dengan mengubah data ordinal menjadi data interval. Metode

suksesif interval berfungsi untuk mengubah data ordinal menjadi data interval.

3.7.2. Uji Hipotesis a. Regresi Berganda

Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan teknik analisis regresi

berganda untuk mengetahui kuatnya pengaruh variabel bebas (X1, X2, X3,

X4) secara terpisah maupun bersama sama dengan variabel terikat.

Adapun rumusnya menurut Sugiyono (2008 : 279) sebagai berikut :

(58)

41

Keterangan:

Y = Variabel (Ekuitas Merek)

a = Bilangan konstanta sebagai titik potong

b1, b2 = Koefisien regresi

X1 = Variabel (Kemudahan Penggunaan)

X2 = Variabel (Persepsi Manfaat)

X3 = Variabel (Hiburan)

X4 = Variabel (Estetika)

e = Error item (variabel lain tidak dijelaskan).

Dalam penelitian ini, analisis data yang akan digunakan adalah analisis

statistik inferensial dengan menggunakan program SPSS seri 20 for windows.

b. Uji t

Uji t akan digunakan untuk melihat signifikasi dari pengaruh variabel bebas

secara individual (parsial) terhadap variabel terikat.

c. Uji F

Uji F akan digunakan untuk menguji variabel-variabel bebas secara

bersama-sama terhadap variabel terikat .

d. Koefisien Determinasi (R2)

Semakin tinggi R2, semakin penting suatu variabel karena dalam penelitian ini

terdiri dari beberapa variabel, maka akan digunakan koefisien determinasi

untuk mengukur besar sumbangan dari variabel bebas terhadap variabel

terikat. Semakin besar koefisien determinasi terkoreksi atau model regresi,

(59)

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis, maka disimpulkan bahwa “Atribut Produk Berpengaruh

Terhadap ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung. Hal ini

didasarkan pada:

1. Analisis regresi linear berganda yang dilakukan telah menunjukkan nilai

koefesien determinasi (R2) untuk ekuitas merek adalah 0.804 Hal ini berarti

sebesar 80,4% perubahan variabel ekuitas merek dapat dijelaskan oleh

perubahan variabel kemudahan penggunaan, persepsi manfaat, hiburan,

estetika secara bersama-sama. Sedangkan sisanya sebesar 19,96% dijelaskan

dengan variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini, seperti: merek,

harga, jaminan, pelayanan produk.

2. Jika dilihat secara parsial sub variabel pada atribut produk berpengaruh

terhadap ekuitas merek dengan tingkat pengaruh yang berbeda pada

masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

- Variabel estetika merupakan variabel yang paling mempengaruhi ekuitas

merek pada mobil Toyota Avanza di Bandar Lampung dengan nilai

koefisien regresi sebesar 36,8%. Sebagian besar responden menyatakan

(60)

63

produk pada variabel ini yang masih direspon negatif dalam kategori tidak

setuju dan sangat tidak setuju. Hal ini dikarenakan sebagian responden

menganggap bahwa mobil Toyota Avanza tidak cocok untuk keluarga di

Indonesia melainkan lebih cocok untuk transportasi niaga dan jasa.

- Variabel persepsi manfaat merupakan variabel kedua yang mempunyai

pengaruh terbesar terhadap ekuitas merek pada mobil Toyota Avanza di

Bandar Lampung dengan nilai koefisien regresi sebesar 31,3%.. Besar

pengaruh variabel persepsi manfaat disumbang oleh pernyataan bahwa

Toyota Avanza dapat meningkatkan mobilitas sehari-hari, Namun masih

ada sebagian responden yang merespon negatif dengan menjawab tidak

setuju dan sangat tidak setuju.

- Variabel kemudahan penggunaan merupakan variabel terbesar ketiga yang

memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien regresi

sebesar 28.3% terhadap ekuitas merek Toyota Avanza di Bandar

Lampung. Besar pengaruh variabel kemudahan penggunaan disumbang

oleh sebagian besar responden yang menyatakan bahwa Toyota Avanza

mudah dikendarai 63 responden. Namun masih ada responden yang

merespon negatif sebanyak 32 responden.

- Sedangkan Variabel hiburan tidak memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan terhadap ekuitas merek Toyota Avanza di Bandar Lampung

dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,3%. , Hal ini terjadi karena fitur

hiburan pada mobil Toyota Avanza bagi sebagian responden yang bekerja

(61)

64

Mereka beranggapan bahwa mobil Toyota Avanza bukan untuk keluarga,

melainkan untuk berniaga.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka dapat

dikemukakan beberapa saran yang dapat dipertimbangkan se

Gambar

Tabel 1.1 Pasar Mobil di Indonesia Tahun 2013
Tabel 1.2 Spesifikasi Beberapa Merk Mobil Yang Memiliki Kelas Low MPV
Tabel 1.3. Persaingan mobil low MPV pada tahun 2009 - 2013
Tabel 1.4. Data Penjualan Mobil Low MPV Periode Januari – April 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menyebut asma ALLAH Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang selalu melimpahkan rahmat kepada kami sehingga penulis dapat menyusun tugas akhir yang berjudul

mungkin seorang perempuan hamil tanpa adanya pertemuan antara ovum dan spermatozoa baik melalu hubungan seksual (coitus) maupun melalui cara lainberdasarkan perkembangan

Hasil penelitian menunjukan penyemprotan larutan susu sapi memberikan pengaruh yang nyata terhadap intensitas serangan penyakit, kejadian penyakit dan jumlah buah

[r]

membayar kemasan hasil gula yang diproses pabrik gula sesuai dengan kontrak kemitraan yang telah disepakati. Harga kemasan sebesar Rp. Biaya angkut dikeluarkan

[r]

a) Standar dan sasaran dari kebijakan. Adanya standar dan sasaran yang jelas yang mengatur tahapan-tahapan Revitalisasi Kawasan Kota Lama melalui Buku Grand Design Kota Lama

Analisis dilakukan untuk menemukan sektor unggulan di Kota Binjai. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei melalui metode pengumpulan data primer yang