• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK FREKUENSI PEMBERIAN AIR SUSU IBU + SUSU FORMULA BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK FREKUENSI PEMBERIAN AIR SUSU IBU + SUSU FORMULA BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEK FREKUENSI PEMBERIAN AIR SUSU IBU + SUSU FORMULA BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH ABDUL MOELOEK

Oleh

CHRISTOPHER ALEXANDER MANUKILEY

Pemenuhan nutrisi enteral untuk bayi BBLR dapat diberikan Air Susu Ibu (ASI) maupun nutrisi alternatif yaitu Susu Formula BBLR. Terdapat perbedaan kandungan nutrisi dan perbedaan pola pertumbuhan antara keduanya. Pemberian nutrisi BBLR di RSUD Abdul Moeloek menggunakan kombinasi antara ASI dan Susu Formula BBLR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap kenaikan berat badan bayi BBLR di RSUD Abdul Moeloek.

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Perinatologi RSUD Abdul Moeloek, Bandar Lampung, pada bulan September-Desember 2015. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 15 bayi BBLR dengan kriteria inklusi yaitu Bayi BBLR usia 0-7 hari dengan berat 1000 - ≤2500 gram. Kriteria eksklusi yaitu tidak ada kelainan kongenital. Pengambilan data frekuensi pemberian minum dilakukan kepada orangtua bayi, pengukuran berat badan diukur oleh peneliti. Hasil penelitian dianalisa dan diuji hubungan dengan uji Pearson.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata rata pemberian ASI + susu formula BBLR sebanyak 7 kali per hari setelah bayi pulang dari rumah sakit, bayi BBLR paska rawat inap, rata rata mengalami kenaikkan sebesar 258 gr per minggu. Terdapat korelasi bermakna bersifat positif (p=<0,001, r=0,886) antara frekuensi pemberian minum total dan kenaikkan berat badan bayi BBLR.

(2)

EFEK FREKUENSI PEMBERIAN AIR SUSU IBU + SUSU FORMULA BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

OLEH

CHRISTOPHER ALEXANDER MANUKILEY

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Jurusan Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PROVIDING FREQUENCY OF BREAST MILK + LOW BIRTH WEIGHT MILK FORMULA TO THE WEIGHT GAINING OF LOW

BIRTH WEIGHT INFANTS IN ABDUL MOELOEK LOCAL HOSPITAL

By

CHRISTOPHER ALEXANDER MANUKILEY

Enteral nutrition for Low Birth Weight (LBW) infants can be given breast milk as well as nutritional alternative that is LBW milk formula. There are differences in the content of nutrients and growth patterns. Nutrition for LBW in Abdul Moeloek local hospital is using a combination of breast milk and LBW milk formula. This study aims to determine the effect of providing frequency of Breast Milk + Low Birth Weight milk formula to the weight gaining of Low Birth Weight infants in Abdul Moeloek Local Hospital.

This research was conducted at Perinatology division, Abdul Moeloek local hospital, Bandar Lampung, in the month of September to December 2015. The study design was observational analytic with cross sectional approach. Samples numbered 15 LBW infants with inclusion criteria that LBW infants aged 0-7 days with a weight of 1000 - ≤2500 grams. The exclusion criteria that no congenital anomalies. Frequency data of drinking is done to the baby's parents, measurement of body weight were measured by researchers. Results were analyzed and tested relationship with Pearson test.

The results showed that the average breastfeeding + LBW milk formula is 7 times per day after hospitalization, the weight gaining is 258 grams per week. There is a significant positive correlation (p = < 0.001, r = 0.886 ) between the frequency of drinking and weight gaining of LWB infants.

The conclusion from this study is the more providing frequency of drinking milk + formula, the greater in weight gain.

(4)

EFEK FREKUENSI PEMBERIAN AIR SUSU IBU + SUSU FORMULA BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP KENAIKAN BERAT BADAN BAYI BERAT BADAN LAHIR

RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDUL MOELOEK

(Skripsi)

Oleh

CHRISTOPHER ALEXANDER MANUKILEY

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(6)
(7)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Hasil Penelitian ... 36

4.2 Pembahasan ... 41

4.3 Kelemahan Penelitian ... 46

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rekomendasi WHO untuk optimal feeding pada BBLR ... 16

2. Definisi Operasional variabel bebas dan variabel terikat ... 31

3. Uji Normalitas Data Shapiro-Wilk ... 37

4. Tabel Univariat Karakteristik Subyek Penelitian ... 38

5. Tabel Kenaikkan Berat Badan Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

(9)
(10)
(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 26 Desember 1994, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Ir. Stefanus Manukiley dan Ibu Ir. Maria Imawati.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Xaverius Way Halim, Bandar Lampung diselesaikan tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Xaverius 3 Way Halim, Bandar Lampung pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Fransiskus I Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tahun 2009, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 2 Bandar Lampung pada tahun 2012.

(12)

SANWACANA

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahakan Roh Kudus-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi dengan judul “Efek Frekuensi Pemberian Air Susu Ibu + Susu Formula

Berat Badan Lahir Rendah Terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi Berat Lahir

Rendah Di Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin selaku Rektor Universitas Lampung; 2. dr. Muhartono, M.Kes., Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung;

3. Dr. dr. Prambudi Rukmono, Sp.A(K) selaku Pembimbing Utama atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

(13)

5. Dr. dr. Jhons Fatriyadi Suwandi, M.Kes. selaku Penguji utama pada Ujian Skripsi atas waktu, ilmu, dan saran-saran yang telah diberikan;

6. dr. Betta Kurniawan, M.Kes selaku pembimbing akademik terimakasih atas bimbingan, pesan dan nasehat yang telah diberikan selama ini;

7. Papa (Ir. Stefanus Manukiley) dan Mama (Ir. Maria Imawati) yang selalu mendoakan setiap waktu, menguatkan dan memberikan motivasi yang luar biasa. Terimakasih untuk kesabaran, keikhlasannya, kasih sayang, dan segala sesuatu yang telah diberikan kepadaku hingga saat ini.

8. Kedua adik (Ellen Callista Angelica dan Esther Nadine Clarisa) yang selalu mendoakan, memberi semangat dan dukungan yang tiada henti hingga saat ini.

9. Bapak Mulyono selaku Kepala Ruang divisi Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek yang sangat membantu dalam pelaksanaan penelitian;

10.Seluruh staf ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek;

11.Seluruh staf Dosen FK Universitas Lampung atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis untuk menambah wawasan yang menjadi landasan untuk mencapai cita-cita;

12.Seluruh staf dan karyawan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung; 13.Sahabat-sahabat luar biasa Radian Pandhika, Stefhani Gista Luvika,

(14)

14.Guru Sekolah Minggu Departemen Anak Mall Kartini Kak Maria, Kak Laura, Iman, Yoel, Kak Desi, Priska yang telah memberikan doa, motivasi dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

15.Teman teman sepelayanan Permako Medis Radian, Gaby, Ika, Ivon, Ruth, Edgar, Grace, Christine, Dea, Febe, Josua, Julia, Karen, Bang Patrick, Rian, Widya, Yosua yang selalu semangat melayani dan mendukung dalam doa. 16.Teman-teman asdos Patologi Klinik Hana, Indri, Allysa, Ika, Nisrina, Suci

Ine, Ivan, Veva, Agam yang telah bekerjasama selama menjadi asdos, saling memberi semangat dalam melaksanakan penelitian. Terimakasih atas kebersamaan dan diskusi yang bermanfaat selama ini.

(15)
(16)

Persembahan

Let Your Favor In Me

Ibrani 13:5b “Aku sekali

-kali tidak akan membiarkan

engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan

engkau”

In the name of Jesus

Kupersembahkan semua ini untuk:

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Target Milleneum Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990 yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian perinatal di Indonesia menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 sebanyak 26 bayi per 1000 kehamilan. Penyebab tersebut antara lain karena gangguan perinatal dan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR dan prematur merupakan penyebab kematian neonatal yang tinggi yaitu sebesar 30,3%. Neonatal dengan BBLR beresiko mengalami kematian 6,5 kali lebih besar daripada bayi yang lahir dengan berat badan normal. Bayi BBLR memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan normal ketika dilahirkan, khususnya kematian pada masa perinatal (Sistiarani, 2008).

(18)

2

Kelahiran bayi BBLR pada provinsi Lampung di tahun 2012 didapatkan 1,97% untuk bayi laki laki dan 1,58% untuk bayi perempuan dan total persentase semua bayi BBLR sebanyak 1,78%. Kota Bandar Lampung didapatkan bayi BBLR untuk laki laki sebanyak 122 bayi (1,44%) dari 8.454 bayi laki laki dan untuk perempuan sebanyak 73 bayi (0,81%) dari 8.976 bayi perempuan sehingga mempunyai persentase total 1,119% dari seluruh bayi yang lahir (Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, 2012).

Pemenuhan nutrisi enteral untuk bayi BBLR dapat diberikan Air Susu Ibu (ASI). Pemberian ASI ini memiliki kandungan kalori 735 kkal/L atau 21,73 kkal/oz (Behrman et al., 1999). Pemberian ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan dengan jumlah kandungan yang tepat dan menyediakan antibodi untuk infeksi dan mengandung hormon hormon yang memacu pertumbuhan sehingga ASI merupakan peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangan bayi (Susanti et al., 2010).

Bayi BBLR dapat diberikan nutrisi enteral alternatif yaitu susu formula BBLR, susu ini memiliki kandungan kalori paling tinggi yaitu 811,4 kkal/L atau 24 kkal/oz. Susu ini diperuntukkan untuk bayi berat lahir rendah. Susu jenis ini, diharapkan adanya peningkatan berat badan yang lebih cepat (Casper et al., 2014).

(19)

3

mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran, berat, volume, dan lain-lain) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak. Antropometri banyak digunakan untuk mengukur status gizi anak. Prosedur yang digunakan sangat sederhana dan aman, relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, menghasilkan data yang tepat dan akurat serta dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi dimasa lampau. Parameter yang sering digunakan yaitu umur, berat badan, dan tinggi (Soepomo, 2013).

Rerata kenaikan berat badan pada pemberian ASI adalah 19,32 gr/hari sedangkan pada pemberian susu formula BBLR adalah 24,54 gr/hari (Boyd et al., 2007). Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Moeloek Bandar Lampung, penatalaksanaan bayi BBLR diberikan ASI kombinasi dengan susu formula BBLR sehingga peneliti tertarik untuk mempelajari efek frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap kenaikan berat badan bayi BBLR di RSUD Abdul Moeloek.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalah penelitian ini adalah:

“Bagaimana efek frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap

(20)

4

1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui efek frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap kenaikan berat badan bayi BBLR di RSUD Abdul Moeloek. 1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pertumbuhan bayi BBLR pada penggunaan ASI + susu formula BBLR.

b. Mengetahui gambaran frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR kepada bayi BBLR.

c. Mengetahui efek frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap kenaikan berat badan bayi BBLR.

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Keilmuan

Penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu kedokteran, khususnya di bidang Ilmu Kesehatan Anak maupun bidang Kesehatan Ibu dan Anak mengenai nutrisi pada bayi BBLR.

1.4.2 Aplikatif

 Bagi peneliti : peneliti dapat menerapkan ilmu yang telah di dapat

pada perkuliahan selama di kampus dan mengetahui efek frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap kenaikan berat badan bayi BBLR.

(21)

5

menjadi sarana untuk melatih mahasiswa lain dalam melakukan penelitian berdasarkan ilmu yang telah didapatkan selama perkuliahan khususnya mengenai pemberian nutrisi pada bayi BBLR.

 Bagi masyarakat : hasil penelitian diharapkan dapat menambah

informasi mengenai penggunaan susu ASI + formula BBLR terhadap bayi BBLR, khususnya orangtua yang mempunyai bayi BBLR.

 Bagi peneliti lain : hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah

Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang saat lahir beratnya kurang dari 2500 gram (Saifuddin, 2001). Berat saat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Acuan lain dalam pengukuran BBLR juga terdapat pada Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) gizi. Menurut Depkes, dalam pedoman tersebut BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram diukur pada saat lahir atau sampai hari ke tujuh setelah lahir (Putra, 2012).

BBLR dapat dikelompokkan sesuai dengan penyebab dan derajatnya. Pengelompokan BBLR berhubungan prognosis harapan hidup, kemungkinan kesakitan, penatalaksanaan selanjutnya dan sangat berhubungan pula dengan pertumbuhan serta perkembangan bayi tersebut di masa depan. Tahun 1961 WHO mengubah istilah bayi prematur (premature baby) menjadi bayi berat badan lahir rendah dan sekaligus mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤2500 gram menjadi <2500 gram. Bayi BBLR dibagi lagi menjadi 3 kelompok

berdasarkan derajat:

(23)

7

b) Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1499 gram.

c) Berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) dengan berat lahir <1000 gram (Putra, 2012).

Menurut Fortney dan Whitehorne, untuk mengidentifikasi ibu – ibu hamil yang akan melahirkan BBLR sangat sulit karena hasil kehamilan ditentukan oleh banyak faktor yang saling berinteraksi, yang kesemuanya memberikan andil terhadap hasil kehamilan. Identifikasi dengan menggunakan peralatan yang lengkap sekalipun hanya dapat diprediksi sebesar 65% ibu – ibu hamil yang benar – benar melahirkan BBLR (Amalia et al., 2012).

Bayi BBLR dapat berakibat jangka panjang terhadap tumbuh kembang anak di masa yang akan datang. Dampak dari bayi lahir dengan berat badan rendah ini adalah pertumbuhannya akan lambat, kecenderungan memiliki penampilan intelektual yang lebih rendah daripada bayi yang berat lahirnya normal. Bayi BBLR dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Little et al., 2011).

(24)

8

yang termasuk strategi makan dapat mempengaruhi perkembangan dan fungsi otak (Mercier et al., 2010; Larroque et al., 2008; Marlow et al., 2005).

Faktor – faktor resiko yang mempengaruhi terhadap kejadian BBLR, antara lain adalah karakteristik sosial demografi ibu (umur kurang dari 20 tahun dan umur lebih dari 34 tahun, ras kulit hitam, status sosial ekonomi yang kurang, status perkawinan yang tidah sah, tingkat pendidikan yang rendah). Risiko medis ibu sebelum hamil juga berperan terhadap kejadian BBLR (paritas, berat badan dan tinggi badan, pernah melahirkan BBLR, jarak kelahiran). Status kesehatan reproduksi ibu berisiko terhadap BBLR (status gizi ibu, infeksi dan penyakit selama kehamilan, riwayat kehamilan dan komplikasi kehamilan). Status pelayanan antenatal (frekuensi dan kualitas pelayanan antenatal, tenaga kesehatan tempat periksa hamil, umur kandungan saat pertama kali pemeriksaan kehamilan) juga dapat beresiko untuk melahirkan BBLR (Little

et al., 2011; Prabamurti et al., 2008).

(25)

9

rendah ataupun kalo berhasil mencapai berat normal maka waktu yang diperlukan akan semakin panjang (Prabamurti et al., 2008).

2.1.1 BBLR sesuai masa kehamilan (prematur)

BBLR sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi saat lahir beratnya kurang dari 2500 gram yang disebabkan karena lahir prematur atau belum mencapai usia kehamilan 38 minggu. BBLR tipe ini disebut sesuai masa kehamilan karena pertumbuhan berat bayi dengan umur kehamilan sesuai (normal), tidak terjadi distress atau gangguan pertumbuhan. Umur kehamilan tersebut berat bayi belum mencapai 2500 gram, organ penting seperti paru-paru belum matang sehingga meningkatkan risiko kematian, kelainan dan kesakitan terutama pada tahun pertama kehidupannya (Putra, 2012; Manuaba, 1998).

Penyebab kelahiran prematur dapat berasal dari faktor ibu seperti

toksemia gravidarum, kelainan bentuk uterus, tumor dan ibu yang menderita penyakit serta trauma masa kehamilan sedangkan penyebab yang berasal dari faktor janin seperti kehamilan ganda,

hidramnion, ketuban pecah dini, cacat bawaan, infeksi rubella dan toksoplasmosis (Putra, 2012).

2.1.2 BBLR kecil masa kehamilan (KMK)

(26)

10

bayi kurang bulan (preterm), cukup bulan (aterm), lewat bulan (postterm). Bayi ini disebut juga dengan sebutan Small for Gestational Age (SGA) atau Small for Date Age (SDA). Hal ini dikarenakan janin mengalami gangguan pertumbuhan di dalam uterus (Intra Uterine Growth Retardation) sehingga pertumbuhan janin mengalami hambatan (distress) (Putra, 2012; Manuaba, 1998).

BBLR KMK dibagi menjadi 2 jenis. Proportionate Intra Uterine Growth Retardation (PIUGR), yaitu janin yang menderita gangguan pertumbuhan cukup lama mulai berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum lahir. Gangguan pertumbuhan yang lama tersebut menyebabkan berat badan, panjang kepala dan lingkar kepala dalam proporsi yang seimbang tetapi seluruh ukuran antopometri tersebut berada di bawah masa gestasi yang sebenarnya.

(27)

11

Berdasarkan data The National Institute of Child Health and Development

(NICHD) baru-baru ini, tingkat dilaporkan menjadi 46%, 33%, 14%, 6%, dan 22%, masing-masing, untuk bayi dengan berat lahir dari 501-750 gram, 751-1000 gram, 1001-1250 gram, 1251-1500 gram dan >1500 gram (Fanaroff et al., 2007).

2.2 Tumbuh Kembang Bayi 0-2 Bulan

Pertumbuhan fisik, pendewasaan, pencapaian kemampuan, dan reorganisasi psikologis terjadi secara cepat selama tahun pertama. Parameter pertumbuhan dan kisaran normal berdasarkan berat, panjang, dan lingkaran kepala (Behrman

et al., 1999). Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007).

(28)

12

berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah. Pertumbuhan bagian bawah akan bertambah secara teratur dalam tahap selanjutnya (Nursalam et al., 2005).

Gerakan seringkali tidak terkontrol, kecuali pandangan mata, pergerakan kepala dan penghisapan, senyum terjadi tanpa keinginan sendiri, menangis terjadi dalam responsnya terhadap rangsangan yang mungkin jelas kelihatan tetapi sering kali tidak jelas. Pendewasaan Saraf menyebabkan penggabungan periode periode tidur menjadi blok blok yang makin lama makin panjang. Bayi bayi yang mempunyai orang tua yang secara konsisten memberikan rangsangan pada siang hari, akan mengkonsentrasikan tidurnya pada malam hari (Behrman et al., 1999).

2.3 Nutrisi Bayi Berat Lahir Rendah

Peningkatan berat badan merupakan proses yang sangat penting dalam tata laksana BBLR disamping pencegahan terjadinya penyulit. Proses peningkatan berat badan bayi tidak terjadi segera dan otomatis melainkan terjadi secara bertahap sesuai dengan umur bayi. Peningkatan berat yang adekuat akan sangat membantu pertumbuhan dan perkembangan bayi secara normal dimasa depan sehingga akan sama dengan perkembangan bayi yang tidak BBLR (Putra, 2012).

(29)

13

bulan pertama kehidupan. Peningkatan berat badan yang baik pada BBLR tidak hanya dinilai dari pencapaian berat lahir normal tetapi juga peningkatan sesuai umur dalam minggu terutama dalam periode bayi muda (1 hari sampai 2 bulan). Peningkatan berat setelah umur 2 bulan dinilai dari berat badan (BB) menurut umur per bulan sesuai dengan grafik garis pertumbuhan pada KMS (Kemenkes RI, 2011).

Pemantauan peningkatan berat bayi muda khususnya yang lahir dengan BBLR dapat mengikuti grafik monitoring berat badan menurut umur yang terdapat dalam buku manajemen terpadu bayi muda (MTBM). Grafik tersebut peningkatan berat badan dipantau perminggu selama 10 minggu. Grafik monitoring pada bayi muda juga dibedakan berdasarkan jenis kelamin seperti pada grafik pertumbuhan pada KMS. Peningkatan rata-rata berat badan per minggu pada BBLR laki-laki diharapkan minimal sebesar 250 gram sedangkan pada BBLR perempuan minimal sebesar 200 gram per minggu. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7 hari pertama. Bayi dengan berat lahir >1500 gram dapat kehilangan berat sampai 10%, itu berarti beratnya bisa turun 150 sampai 250 gram. Penurunan berat pada minggu pertama kehidupan masih dianggap normal karena terjadi akibat penyesuaian lingkungan dan asupan bayi dari dalam keluar kandungan (Suradi, 2008).

(30)

14

akan terpakai yang menyebabkan berat bayi turun. Bayi akan mengalami peningkatan setelah didahului dengan penurunan. Tahap ini asupan makanan dari air susu ibu sudah terpenuhi. (Putra, 2012).

Nutrisi enteral lebih disukai untuk Total Parenteral Nutrition (TPN) karena menghindari komplikasi yang berhubungan dengan kateterisasi pembuluh darah, sepsis, efek samping dari TPN, dan puasa. Early Parenteral Nutrition

pada bayi ini penting dan harus digunakan sebagai tambahan untuk nutrisi enteral. Tujuan dalam memberi makan bayi BBLR adalah untuk mencapai makanan enteral penuh dalam waktu sesingkat mungkin dengan mempertahankan pertumbuhan dan nutrisi yang optimal dan menghindari konsekuensi yang tidak menguntungkan dari kemajuan pemberian makan (Dutta et al., 2015a).

Waktu untuk mencapai target Full Feed: (Dutta et al., 2015b) 1. Saran

Memiliki tujuan untuk full enteral feeding (~150 – 180 mL/kg/hari), kira kira 2 minggu untuk bayi 1000g pada waktu lahir dan kira kira 1 minggu untuk bayi 1000-1500g dengan menerapkan protokol

(31)

15

2. Dasar Pemikiran

Pencapaian yang cepat dari full enteral feeding akan menyebabkan pelepasan yang lebih awal dari kateter pembuluh darah dan berkurangnya kejadian sepsis serta komplikasi yang berkaitan dengan kateter.

Waktu untuk memulai, volume, serta durasi :

1. Disarankan volume minimal dari pemberian susu (10-15 mL/kg/day). Hal ini dilakuakan pada 24 jam pertama kehidupan. Jika pada 24-48 jam, tidak ada ASI maupun susu donor, pertimbangkan susu formula. 2. Pengenalan lebih dini pada pemberian makan awal dibandingkan

(32)

16

Tabel 1. Rekomendasi WHO untuk optimal feeding pada BBLR

No. Rekomendasi Tipe dari Rekomendasi

Kualitas Bukti

2 ASI Donor (ASI ibu sendiri tidak tersedia ) Kuat Situasional Tinggi 3 Susu Formula (ASI dan ASI Donor tidak

tersedia) Lemah Situasional Rendah

4 Susu Formula diberikan dari discharge

sampai 6 bulan Lemah Situasional Rendah

5 Jika diberi ASI atau ASI Donor, sebaiknya tidak rutin diberikan bovine milk-based + Human Milk Fortifier.

Lemah Situasional Rendah

6 Jika berat gagal dicapai setelah pemberian ASI, diberikan Human Milk Fortifier. Sebaiknya dicampurkan dengan ASI bukan dengan bovine based.

Lemah Situasional Rendah

b. Suplemen 1 Vitamin D (400 i.u. – 1000 i.u. per hari)

untuk BBLSR sampai 6 bulan. Lemah

Sangat Rendah 2 Kalsium (120-140 mg/kg per hari) dan Fosfor

(60-90 mg/kg per hari) untuk BBLSR yang diberi ASI atau ASI donor selama 1 bulan pertama kehidupan

Lemah Rendah

3 Besi (2-4 mg/kg per hari) untuk BBLSR yang diberi ASI atau ASI donor dari 2 minggu sampai 6 bulan.

Lemah Rendah

4 Vitamin A oral tidak direkomendasikan untuk

BBLR Lemah Rendah

5 Zinc oral tidak direkomendasikan untuk

BBLR Lemah Sedang

Kapan dan bagaimana memulai pemberian makan ? 1 BBLR yang mampu menyusu ASI diletakkan

di dada secepatnya ketika klinis stabil Kuat Rendah 2 BBLSR diberikan enteral feed 10 ml/kg,

sebaiknya dari ASI dari hari pertama Lemah Situasional Rendah Durasi yang optimal untuk menyusui eksklusif

1 BBLR seharusnya menyusu eksklusif sampai

6 bulan Kuat Rendah

Bagaimana pemberian nutrisi ? 1 BBLR yang butuh nutrisi oral alternatif

diberikan dengan cup atau sendok Kuat Sedang 2 BBLSR membutuhkan intragastric tube

feeding secara bolus intermitten Lemah Rendah 3 BBLSR membutuhkan intragastric tube

feeding diletakkan di oral atau nasal Lemah

Sangat Rendah Berapa sering untuk memberi dan bagaimana menaikkan daily feed volumes?

1 Jika BBLR mendapatkan nutrisi alternatif, diberikan sesuai dengan tanda lapar bayi kecuali bayi tetap tidur selama 3 jam setelah makan terakhir

Lemah Situasional Sedang

2 BBLSR membutuhkan intragastric tube

(33)

17

2.3.1 ASI

ASI merupakan makanan pertama yang paling baik bagi awal kehidupan bayi karena ASI mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan dengan menyediakan antibodi atau zat kekebalan untuk melawan infeksi dan juga mengandung hormon untuk memacu pertumbuhan (Behrman et al., 1999). Pemberian ASI yang adekuat merupakan dasar tercapainya peningkatan berat badan. Pemberian ASI pada BBLR dilakukan on demand (sesering mungkin setiap bayi mau disusui) atau paling lambat setiap 2 jam (Putra, 2012).

Pemberian ASI merupakan peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan hidup bayi. ASI mengandung kalori 747 kkal/L, zat besi 0,50 mg/L, protein 10,6 g/L, seng 1,18 mg/L, karbohidrat 71 g/L, lemak 45,4 g/L, kolesterol 139 mg/L (Behrman et al., 1999). Bayi BBLR yang diberi ASI akan mengalami kenaikkan berat badan dengan rata rata 135,3 gr/minggu pada 1 bulan pertama. Bayi BBLR yang berumur 1-2 bulan mengalami kenaikan berat badan dengan rata rata 225,3 gr/minggu (Boyd et al., 2007).

(34)

18

tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi, antara lain: Taurin, Laktosa, DHA, AA, Omega-3, dan Omega-6. United Nations Children’s Fund (UNICEF) menyebutkan bukti ilmiah yang

dipublikasikan oleh jurnal Pediatrik pada tahun 2006 (Lewis, 2004).

Terbukti bahwa bayi yang diberi susu formula memiliki resiko meninggal pada bulan pertama. Bayi yang diberi ASI ekslusif peluang kematian 25 kali lebih tinggi pada bayi yang diberi susu formula. Bertambahnya jumlah kasus kurang gizi pada anak-anak berusia di bawah 2 tahun yang sempat melanda beberapa wilayah Indonesia dapat diminimalisasi melalui pemberian ASI secara eksklusif. (Susanto et al., 2015).

Jenis - jenis ASI yaitu kolostrum yang keluar pada beberapa hari pertama kelahiran, berwarna kuning kental yang sangat kaya protein dan zat kekebalan tubuh atau immunoglobulin (IgG, IgA, dan IgM), mengandung lebih sedikit lemak dan karbohidrat. Karbohidrat terbanyak dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung bahan larut yang rendah yang terdiri atas 3,8% lemak 0,9% protein 7% laktosa dan 0,2% bahan-bahan lain. ASI mengandung protein yaitu Whey, adalah protein halus, lembut, serta mudah di cerna. Kasein adalah protein yang kasar, bergumpal, dan sukar dicerna usus bayi. ASI memiliki perbandingan Whey dan kasein yang sesuai untuk bayi.

(35)

19

dalam proses menyelinisasi, yaitu pembentukan selaput khusus dalam saraf otak yang dapat mempercepat alur kerja saraf. ASI mengandung zat yang tidak terdapat dalam susu sapi dan tidak dapat di buat duplikasi atau tiruannya dalam susu formula, yaitu faktor

bifidus. Zat ini penting untuk merangsang bertumbuhan bakteri

Lactobacillus bifidus yang membantu melindungi usus bayi dari peradangan atau penyakit akibat infeksi beberapa jenis bakteri merungikan, seperti E.coli. ASI mengandung pengangkut zat besi dalam darah yang disebut laktoferin, membiarkan bakteri usus baik untuk bekerja, misalnya menghasilkan vitamin dalam usus, sedangkan bakteri usus baik untuk bekerja, misalnya menghasilkan vitamin dalam usus, sedangkan bakteri jahat (yang menyebabkan penyakit) akan di hancurkan. ASI juga mengandung lisosom, yaitu antibiotik alami dalam ASI yang dapat menghancurkan bakteri barbahaya. Zat-zat aktif ini, selain kolostrum, membuat kekebalan tubuh bayi menjadi tinggi (Rahmawati & Afrida, 2014).

Tanda-tanda keadekuatan pemberian ASI meliputi: a) Buang air kecil minimal 6 kali dalam 24 jam b) Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI

c) Peningkatan berat badan setelah 7 hari pertama minimal 20 gram setiap hari

(36)

20

Penggunaan ASI telah menunjukkan penurunan isidensi dari NEC dibandingkan dengan formula. Perlindungan terhadap NEC juga telah disebutkan karena berkaitan dengan peningkatan imunitas dan perlindungan terhadap infeksi. Kandungan kunci dari ASI seperti

lactoferrin dan cytokines yang berperan utama dalam penyakit intestinal. Lactoferin adalah salah satu dari protein utama pada ASI, yang mempunyai antimikroba, pengurang besi, dan sudah menunjukkan hasil dalam pengurangan insidensi dari sepsis onset lama pada neonatus yang mempunyai berat kurang dari 1000g.

Lactoferrin yang digabungkan dengan probiotik Lactobacillus rhamnosus GG, juga menunjukkan adanya pengurangan dari NEC. Efek utama dari lactoferrin yang berkaitan dengan pengikatan besi melibatkan proses pada reseptor-mediated pada iron-bound di sel epitel intestinal (Reeves et al., 2013).

(37)

21

Tahun 2006 WHO mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan di seluruh dunia yang manyatakan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Sesudah itu, bayi dapat diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap disusui hingga usianya mencapai 2 tahun. Berdasarkan prevalensi ASI eksklusif dari Data SDKI (1997-2007) menunjukkan adanya penurunan dari tahun ke tahun yaitu dari 40,2% (1997) menjadi 39,5% (2003) dan terus menurun pada tahun 2007 yaitu sebanyak 32%, sedangkan penggunaan susu formula terjadi peningkatan tiga kalinya dari 10,8 % menjadi 32,5% (Susanto et al., 2015).

Keunggulan ASI dibanding Susu Formula BBLR antara lain: (Perinasia, 2004)

1. Air Susu Ibu mengandung zat makanan yang dibutuhkan bayi dalam jumlah yang cukup dengan susunan zat gizi yang sesuai untuk bayi.

2. Air Susu Ibu sedikit sekali berhubungan dengan udara luar, sehingga Air Susu Ibu bersih dan kecil kemungkinan tercemar oleh kuman.

3. Air Susu Ibu selalu segar dan temperatur Air Susu Ibu sesuai dengan temperatur tubuh bayi.

(38)

22

pencernaan karena tahan terhadap asam dan enzim proteolitik saluran pencernaan dan membuat lapisan pada mukosanya sehingga mencegah bakteri patogen dan enterovirus masuk ke mukosa usus.

5. Air Susu Ibu tidak menimbulkan alergi.

6. Kolostrum (susu awal) adalah Air Susu Ibu yang keluar pada hari-hari pertama setelah kelahiran bayi, bewarna kekuning-kuningan, dan lebih kental, karena banyak mengandung vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk melindungi bayi dari penyakit infeksi .

2.3.2 Susu Formula BBLR

Susu formula BBLR adalah susu formula yang lebih bernutrisi daripada susu biasa yang diberikan untuk bayi BBLR atau prematur tergantung seberapa matur dan kondisi medis (BabyCentre Medical Advisory Board, 2012). Dalam berbagai kasus, susu formula BBLR selalu dijadikan alternatif jika ibu memilih untuk tidak mau maupun tidak mampu memberikan ASI (Colaizy et al., 2012).

(39)

23

kejadian abnormalitas biokimia dibandingkan dengan human milk-based dikarenakan adanya insufisiensi dari protein dan mineral (Cristofalo et al., 2013). Bayi BBLR yang diberi Susu Formula BBLR akan mengalami kenaikkan berat badan dengan rata rata 171,8 gr/minggu pada 1 bulan pertama. Bayi BBLR yang berumur 1-2 bulan mengalami kenaikan berat badan dengan rata rata 242,4 gr/minggu (Boyd et al., 2007).

Pemberian susu formula yang terlalu dini dapat meningkatkan angka kesakitan (morbiditas). Survei Kesehatan Nasional (SURKESNAS) tahun 2001 menunjukkan adanya angka kesakitan gangguan perinatal 34,7%, infeksi saluran pernapasan akut 27,6%, diare 9,4%, sistem pencernaan 4,3%, syaraf 3,7% dan infeksi lain 1% (Susanto

(40)

24

Perbedaan kasus infeksi pada penggunaan human milk-based dan formula BBLR, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Kasus ini menunjukkan banyaknya kasus infeksi ditemukan lebih rendah pada penggunaan human milk-based. Penggunaan susu formula juga menunjukkan adanya jangka waktu yang lebih lama dalam perawatan di rumah sakit serta adanya kasus perawatan kembali dirumah sakit yang lebih banyak jika dibandingkan dengan

human milk-based (Colaizy et al., 2012).

2.4 Cara Pengukuran Pertumbuhan Bayi

Untuk mengukur pertumbuhan bayi dapati dilakukan dengan pemeriksaan antropometri. Antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Keunggulan antropometri antara lain alat yang digunakan mudah didapatkan dan digunakan, pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif, biaya relatif murah, hasilnya mudah disimpulkan, dan secara ilmiah diakui keberadaannya.

Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: 1. Umur

(41)

25

menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat.

2. Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonates). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat digunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi. Berat badan merupakan pilihan utama karena parameter yang paling baik, mudah dipakai, mudah dimengerti, memberikan gambaran status gizi sekarang.

3. Tinggi badan

(42)

26

2.5 Kerangka Teori

Tatalaksanana BBLR saat lahir yaitu harus mendapat Pelayanan Neonatal Esensial yang terdiri atas: 1. Persalinan yang bersih dan aman; 2. Stabilisasi suhu; 3. Inisiasi pernapasan spontan; 4. Pemberian ASI dini dan eksklusif; 5. Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi. Perawatan BBLR setelah lahir adalah sebagai berikut: 1. Tanyakan tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan; 2. Timbang berat bayi (dalam keadaan telanjang) dan bernapas baik; 3. Lakukan pemeriksaan fisik; 4. Jaga bayi tetap hangat; 5. Mendorong ibu untuk meneteki atau memerah kolostrum; 6. Periksa tanda vital setiap 30-60 menit selama 6 jam; 7. Jika suhu aksila turun di bawah 36,5oC, anjurkan ibu untuk melakukan perawatan metode kanguru kontinyu (Amalia et al., 2012).

Masa neonatus pemberian nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling besar dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam kehidupan; untuk mencapai tumbuh kembang optimal. BBLR yang direfleksikan per kilogram berat badan hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga BBLR membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bayi BBLR dengan berat lahir kurang dari 1500 g, memerlukan nutrisi parenteral segera sesudah lahir (Nasar, 2004).

(43)

27

Gambar 1. Kerangka Teori (Amalia et al., 2012; Potter & Perry, 2005) Perawatan di Inkubator

- Suhu

- Kelembapan

- Oksigen

- Pantau jantung

& pernapasan

- Pemberian

antibiotika

Pemberian nutrisi

ASI

Kenaikan Berat Badan Susu formula

BBLR

Faktor lainnya:

- Keluarga

- Kesehatan Lingkungan

- Istirahat

- Aktivitas

(44)

28

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

2.7.1. Hipotesis Null (H0)

Tidak terdapat hubungan positif antara frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap kenaikan berat badan bayi BBLR.

2.7.2. Hipotesis Kerja (H1)

Terdapat hubungan positif antara frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap kenaikan berat badan bayi BBLR.

Frekuensi ASI + Susu Formula BBLR

(Variabel Independen)

Kenaikan Berat Badan

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

cross sectional yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel variabelnya dilakukan hanya satu kali, pada satu saat (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di ruang Perawatan Neonatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek pada bulan September - Desember 2015.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi BBLR di ruang Perawatan Neonatologi Rumah Sakit Abdul Moeloek Tahun 2015 3.3.2. Sampel yang digunakan berjumlah 15 bayi diambil dengan rumus :

� = [ , ��[ + � / − � ]]� + �

2

(46)

30

Keterangan :

n = Besarnya sampel

Zα (10% satu arah) = Deviat baku alfa (1,28) Zβ(20%) = Deviat baku beta (0,84)

r = Korelasi minimal yang dianggap bermakna (0,6) Dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

� = [ , ��[ + , / − , ]], 8 + ,8 2+ � = 13 bayi

Dengan estimasi Drop Out, sebesar 10%

�′ = − %� �′ = 15 bayi

3.3.3. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Consecutive Sampling.

Consecutive Sampling adalah teknik pengambilan sampel jenis non-probability sampling, semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismael, 2011).

3.3.4. Kriteria Inklusi dan Ekslusi a. Kriteria Inklusi :

Bayi BBLR usia 0-7 hari dengan berat 1000 - ≤2500 gram. b. Kriteria Eksklusi :

(47)

31

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah frekuensi pemberian ASI + Susu formula BBLR.

3.4.2. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kenaikan berat badan.

3.5 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional variabel bebas dan variabel terikat

No Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Skala ukur

Antropometri Timbangan Skala Numerik Ratio

2 Frekuensi pemberian ASI + Susu Formula BBLR adalah rerata kekerapan pemberian minuman alamiah untuk semua bayi (Behrman et al., 1999) dan dikombinasikan dengan susu formula yang

(48)

32

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. 3.6.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari sumber pertamanya. Data primer diperoleh dengan melakukan pemeriksaan berat badan secara langsung dengan menggunakan timbangan kepada subyek penelitian yaitu bayi BBLR yang terpilih menjadi subyek penelitian.

3.6.2. Data Sekunder

(49)

33

3.7 Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

Pemilihan subyek penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2015 di ruang perawatan Neonatologi RSUD Abdul Moeloek. Subyek penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi-eksklusi, diberikan informasi tentang penelitian dan mengisi lembar informed consent kepada orangtua. Pengambilan data frekuensi pemberian minum dilakukan setiap 3 hari setelah subyek penelitian

full feed. Minggu keempat, dilakukan pengukuran berat badan pada subyek penelitan. Data yang sudah diperoleh akan diolah dengan program statistik.

(50)

34

3.8 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah timbangan bayi, lembar isian data pemberian ASI + susu formula BBLR. Timbangan bayi terlebih dahulu dikalibrasi di UPTD Balai Metrologi Lampung sebelum digunakan. Tabel dibuat berdasarkan variabel yang diukur dan terdapat pada kerangka konsep penelitian yaitu untuk mengetahui efek frekuensi pemberian ASI + susu formula BBLR terhadap kenaikan berat badan bayi BBLR di RSUD Abdul Moeloek. Informed consent diberikan bersamaan dengan tabel tersebut yang menjelaskan tujuan dilakukan penelitian.

3.9 Pengolahan dan Analisis Data 3.8.1. Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diolah menggunakan program statistik. Kemudian, proses pengolahan data menggunakan program komputer ini terdiri dari beberapa langkah :

a. Editing, untuk melakukan pengecekan hasil pemeriksaan antropometri apakah nilai pengukuran sudah tepat dan didapatkan pada alat yang dipastikan telah dikalibrasi.

b. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis.

c. Data entry, memasukkan data ke dalam komputer.

(51)

35

3.8.2. Analisis Data

Analisis data terdiri dari : a. Univariat

Analisa yang digunakan dengan menggunakan secara deskriptif untuk melihat distribusi variabel-variabel yang diteliti, baik variabel bebas maupun variabel terikat.

b. Bivariat

Data dilakukan uji normalitas Shapiro-Wilk (sampel <50) untuk melihat sebaran data, jika normal dilakukan pengecekan asumsi linearitas. Jika data diasumsikan linear maka dilakukan analisa bivariat yaitu analisa yang digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara variabel terikat dan variabel bebas. Analisa bivariat yang digunakan adalah uji pearson. Jika sebaran data tidak normal dapat dilakukan transformasi data atau menggunakan alternatif uji spearman dengan syarat asumsi data linear. Kekuatan korelasi secara statistik dibagi menjadi: 1. Sangat lemah (0,0-<0,2); 2. Lemah (0,2-<0,4); 3. Sedang (0,4-<0,6); 4. Kuat (0,6-<0,8); 5. Sangat kuat (0,8-1) (Dahlan, 2014).

3.10 Etika Penelitian

(52)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan penelitian mengenai Efek Frekuensi Pemberian Air Susu Ibu + Susu Formula Berat Badan Lahir Rendah Terhadap Kenaikan Berat Badan Bayi Berat Badan Lahir Rendah Di RSUD Abdul Moeloek yang dilakukan pada bulan September – Desember 2015, maka dapat diperoleh kesimpulan:

1. Orangtua pasien bayi BBLR yang di rawat di RSUD Abdul Moeloek, rata rata memberikan minum sebanyak 7 kali per hari setelah bayi pulang dari rumah sakit.

2. Bayi BBLR paska rawat inap, rata rata mengalami kenaikkan sebesar 1033 gr selama 28 hari di rumah atau 258 gr per minggu. 3. Terdapat korelasi bermakna bersifat positif antara frekuensi

pemberian minum ASI + susu formula BBLR dan kenaikkan berat badan bayi BBLR.

5.2.Saran

(53)

48

atau nutrisi yang benar untuk bayi BBLR sebaiknya minimal dari 8 kali atau sesuai dengan keiinginan bayi.

2. Bagi masyarakat, khususnya orang tua bayi BBLR dapat memperhatikan faktor faktor penyebab kelahiran BBLR sehingga mengurangi resiko kelahiran BBLR.

(54)
(55)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, L., Ningtiyasari, N. & Sari, A.D.A.(2012). Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD dr. Iskak Tulungagung.

Jurnal ilmiah ilmu kebidanan, 1, p.56.

BabyCentre Medical Advisory Board.(2012). Nutrition for premature babies. Available at: http://www.babycentre.co.uk/a555457/nutrition-for-premature-babies [Accessed March 29, 2015].

Behrman, R.E., Kleigman, R.M. & Arvin, A.M.(1999). Ilmu kesehatan anak Nelson

15th ed. A. S. Wahab, ed., Jakarta: EGC.

Boyd, C. a, Quigley, M. a & Brocklehurst, P.(2007). Donor breast milk versus infant formula for preterm infants: systematic review and meta-analysis.

Archives of disease in childhood. Fetal and neonatal edition, 92(box 1), pp.F169–F175.

Casper, C., Carnielli, V.P., Hascoet, J.-M., Lapillonne, A., Maggio, L., Timdahl, K., et al.(2014). rhBSSL Improves Growth and LCPUFA Absorption in Preterm Infants Fed Formula or Pasteurized Breast Milk. Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition, 59(1), pp.61–69.

Colaizy, T., Bell, E., Carlo, W., Kennedy, K. & Johnson, K.(2012).

Neurodevelopmental Effects of Donor Human Milk vs . Preterm Formula in ELBW infants The MILK trial,

Cristofalo, E.A., Schanler, R.J., Blanco, C.L., Sullivan, S., Trawoeger, R., Kiechl-kohlendorfer, U., et al.(2013). Randomized Trial of Exclusive Human Milk versus Preterm Formula Diets in Extremely Premature Infants. The Journal of Pediatrics, 163(6), pp.1592–1595.e1.

Dahlan, M.S.(2014). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan 6th ed., Jakarta: Epidemiologi Indonesia.

Dinas Kesehatan Provinsi Lampung.(2012). Profil kesehatan provinsi lampung tahun 2012.

Dutta, S., Singh, B., Chessell, L., Wilson, J., Janes, M., McDonald, K., et al.(2015a). Guidelines for Feeding Very Low Birth Weight Infants. Nutrients, 7, pp.423–442.

(56)

Fanaroff, A., Stoll, B. & Wright, L.(2007). Trends in neonatal morbidity and mortality for very low birth weight infants. Am J Obstet Gynecol, 196(147), pp.1–8.

Gibertoni, D., Corvaglia, L., Vandini, S., Rucci, P., Savini, S., Alessandroni, R., et al.(2015). Positive Effect of Human Milk Feeding during NICU Hospitalization on 24 Month Neurodevelopment of Very Low Birth Weight Infants: An Italian Cohort Study. Plos One, 10, p.e0116552.

Hendrickse, W., Spencer, S., Roberton, D. & Hull, D.(1984). The calorie intake and weight gain of low birth weight infants fed on fresh breast milk or a special formula milk. Eur J Pediatr., 143(1).

Jaya, P.(2014). Hubungan Teknik Menyusui dan Pijat Bayi dengan Peningkatan Berat Badan pada Bayi. Universitas Sebelas Maret.

Kemdikbud.(2015). KBBI. Available at: http://kbbi.web.id/ [Accessed August 25, 2015].

Kemenkes RI.(2011). Manajemen bayi berat lahir rendah untuk bidan dan perawat, Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI.

Larroque, B., Ancel, P.-Y., Marret, S., Marchand, L. & André, M.(2008). Neurodevelopmental disabilities and special care of 5-year-old children born before 33 weeks of gestation (the EPIPAGE study): a longitudinal cohort study. Lancet, 371, pp.813–820.

Lewis, S.(2004). Makanan pertamaku, Jakarta: Erlangga.

Little, G. a., Keenan, W.J., Niermeyer, S., Singhal, N. & Lawn, J.E.(2011). Neonatal Nursing and Helping Babies Breathe: An Effective Intervention to Decrease Global Neonatal Mortality. Newborn and Infant Nursing Reviews, 11(2), pp.82–87.

Manuaba, I.B.G.(1998). Ilmu kebidanan dan penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan, Jakarta: Rineka Cipta.

Marlow, N., D, W. & Bracewell, M.(2005). Neurological and developmental disability at six years of age after extremely preterm birth. N Engl J Med, 352, pp.9–19.

Mercier, C., Dunn, M., Ferrelli, K., Howard, D. & Soll, R.(2010). Neurodevelopmental outcome of extremely low birth weight infants from the Vermont Oxford network: 1998–2003. Neonatology, 97, pp.329–338.

Nasar, S.S.(2004). Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah. Sari pediatri, 5(4), pp.165–170.

Notoatmodjo, S.(2007). Ilmu kesehatan masyarakat: prinsip-prinsip dasar, Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, Susilaningrum, R. & Utami, S.(2005). Asuhan keperawatan bayi dan anak untuk perawat dan bidan, Jakarta: Salemba Medika.

(57)

Perinasia.(2004). Menuju persalinan aman dan bayi lahir sehat 2nd ed., Jakarta. Potter, P.A. & Perry, A.G.(2005). Buku ajar fundamental keperawatan, Jakarta:

EGC.

Prabamurti, P.N., Purnami, C.T. & Widagdo, L.(2008). Analisis Faktor Risiko Status Kematian Neonatal di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes Tahun 2006. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, 3(1), pp.1–9.

Putra, I.W.G.A.E.(2012). Pengaruh perawatan metode kanguru terhadap pencapaian berat normal pada bayi berat lahir rendah di kabupaten temanggung tahun 2011. Universitas Indonesia.

Quigley, M. & McGuire, W.(2014). Formula versus donor breast milk for feeding preterm or low birth weight infants,

Rahmawati & Afrida.(2014). Pemberian ASI ekslusif pada bayi (0-6 bulan).

Journal of pediatric nursing, 1(2), pp.70–75.

Reeves, A. a, Johnson, M.C., Vasquez, M.M., Maheshwari, A. & Blanco, C.L.(2013). TGF-β2, a protective intestinal cytokine, is abundant in maternal human milk and human-derived fortifiers but not in donor human milk.

Breastfeeding medicine : the official journal of the Academy of Breastfeeding Medicine, 8(6), pp.496–502.

Rosidi, A. & Syamsianah, A.(2012). Optimalisasi Perkembangan Motorik Kasar dan Ukuran Antripometri Anak Balita di Postandu “Balitaku Sayang” Kelurahan Jangli Kecamatan Tembalang Kota Semarang,

Saifuddin, A.(2001). Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.

Santrock, J.W.(2003). Adolescence, Jakarta: Erlangga.

Sastroasmoro, S. & Ismael, S.(2011). Dasar-dasar metodologi penelitian klinis, Jakarta: Sagung Seto.

Setyowati, T., Soesanto, S.S., Budiarso, L.R., Kristanti, K., Djaja, S. & Ma’roef, S.(1996). Faktor - faktor yang mempengaruhi bayi lahir dengan berat badan rendah (analisis lanjut SDKI, 1994). Buletin Penelitian Kesehatan, 24.

Sistiarani, C.(2008). Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang berisiko terhadap kejadian berta badan lahir rendah (BBLR) studi pada ibu yang periksa hamil ke tenaga kesehatan dan melahirkan di RSUD Banyumas tahun 2008. Universitas Diponegoro.

Soepomo, P.(2013). Model penentuan status gizi balita di puskesmas. Jurnal sarjana teknik informatika, 1, pp.367–373.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B. & Fajar, I.(2001). Penilaian status gizi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suradi, R.(2008). Perawatan bayi berat lahir rendah dengan metode kanguru.

Health Technology Assessment Indonesia.

(58)

Susanto, H., Wilar, R. & Lestari, H.(2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian susu formula pada bayi yang dirawat di ruang nifas RSUP. Jurnal e-clinic, 3.

Tudehope, D., Mitchell, F. & Cowley, D.(1986). A comparative study of a premature infant formula and preterm breast milk for low birthweight infants.

Aust Paediatr J., 22(3).

Utari, A.P., Roosita, K. & Damanik, M.R.M.(2013). Pengetahuan gizi, keluhan kesehatan, kondisi psikologis, dan pola pemberian asi ibu postpartum. Jurnal Gizi dan Pangan, 8(November), pp.187–192.

Gambar

Tabel 1. Rekomendasi WHO untuk optimal feeding pada BBLR
Gambar 1. Kerangka Teori (Amalia et al., 2012; Potter & Perry, 2005)
Tabel  Skala
Gambar 3. Alur Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Cipta Br Ginting : Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Di RSU..., 2004.. Cipta Br Ginting : Karakteristik Ibu Yang Melahirkan Bayi Berat Badan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kenaikan berat badan ibu dan anemia pada ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah di Rumah Sakit

Berbeda hal nya pada bayi berat badan lahir rendah yang tidak dilakukan perawatan metode kanguru, dimana bayi- bayi tersebut diberikan ASI dengan terpancang waktu

Simpulan Penelitian: Terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil sebagai perokok pasif dengan bayi berat badan lahir rendah.. Ibu hamil yang terkena paparan

Menurut Jumiarni, dkk (1995:73) berat bayi lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari2500 gram, kelompok BBLR

Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan berat badan bayi baru lahir sehat yang diberikan kombinasi ASI dan susu formula

Beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap kejadian bayi lahir khususnya bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dilihat dari karakteristik sosial ekonomi (pendidikan

Bayi berat badan lahir rendah ( BBLR ) adalah : bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gramc. Dahulu neonatus dengan berat badan