• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL

MARKETING INVESTASI EMAS

Oleh

Dewa Gede Sumantri

Modus kejahatan akan selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat. Perkembangan di bidang ekonomi dan teknologi misalnya sangat berdampak besar terhadap kejahatan dalam masyarakat. Salah satu modus yang berkembang adalah upaya menghimpun dana guna mendapatkan keuntungan dengan melalui investasi atau penanaman modal yang diimingi dengan keutungan yang sangat menggiurkan atau dengan bunga di luar batas kewajaran. Namun dalam realitanya, usaha tersebut tidak lain hanyalah memutarkan dana yang sudah dihimpun dari masyarakat atau investor untuk membayarkan keuntungan dan cicilan uang yang sudah diterima. Penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas dikategorikan oleh KUHP sebagai sebuah kejahatan yang termuat dalam buku kedua. Dalam skripsi ini akan dibahas beberapa masalah yakni bagaimana penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas? dan faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas?

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Responden penelitian terdiri dari anggota Kepolisian Daerah Lampung, Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung, Hakim Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang dan Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung bagian Pidana. Prosedur penumpulan data dilakukan dengan studi pustaka (library research) dan studi lapangan (field

research). Analisa data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif.

(2)

Dewa Gede Sumantri

hukumnya adalah (a) faktor hukumnya sendiri yang dalam hal ini undang-undang yang sanksinya terlalu ringan dan tidak menimbulkan efek jera yang tidak seimbang dengan jumlah korban dan kerugian yang ditimbulkan, (b) penegak hukum yang kurang pengetahuan, serta sarana dan prasarana penunjang yang belum maksimal sehingga masih banyak kasus yang belum dapat ditangani (c) faktor masyarakat, yaitu keengganan korban untuk melaporkan ke pihak yang berwajib juga menjadi faktor utama penghambat dalam penegakan hukumnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran penulis adalah hendaknya aparat penegak hukum khususnya kepolisian untuk dapat mengadakan sosialisasi atau himbauan kepada masyarat secara rutin agar jumlah penipuan terhadap masyarakat dengan modus operandi investasi dapat diminimalisir semaksimal mungkin, selain itu hakim hendaknya memberikan hukuman secara maksimal kepada pelaku penipuan, agar efek jera benar-benar dapat diwujudkan kepada para pelaku, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudkan secara nyata, terutama dalam mengungkapkan tindak pidana penipuan dengan modus operandi MLM investasi emas.

(3)

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP

PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI

MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS

Oleh

Dewa Gede Sumantri

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP

PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI

MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS

(Skripsi)

Oleh

Dewa Gede Sumantri

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pagelaran, Pringsewu pada tanggal 25

Juni 1990, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, yang

merupakan buah cinta dari pasangan Bapak Dewa Gede

Susantre dan Ibu Yuni Susantre.

Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Kristen Sekampung Udik diselesaikan

tahun 1997, Sekolah Dasar (SD) Diselesaikan di SD Negeri 1 Sidorejo, Lampung

Timur pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1

Sribhawono pada tahun 2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMK

Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2009.

Tahun 2009, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui jalur SNMPTN, dan guna memperdalam dan mematangkan

ilmu hukum yang telah diperoleh, penulis mengkonsentrasikan diri pada bagian

Hukum Pidana dengan minat Praktisi Hukum. Selama menjadi mahasiswa penulis

pernah menjadi Ketua UKM Pencak Silat PPS BETAKO Merpati Putih dan

menjadi Ketua Dewan Saka Bhayangkara Polsek Kedaton Pada tahun 2012.

Penulis mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kampung Bengkulu Rejo,

(9)

PERSEMBAHAN

Om Avignam Astu Nama Sidham

Puji syukur kupanjatkan kepada Ida Sang hyang Widhi Yang menjadi segalanya bagiku

Dengan segala kerendahan hati dan sejuta kasih kupersembahkan karya kecilku yang teramat sederhana ini kepada :

Ayah dan Ibuku tercinta yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh kesabaran dan kasih sayang, juga membentuk karakterku, dan menempaku untuk kuat dan tegar dalam menjalani kehidupan, serta selalu berdoa disetiap waktu demi kesuksesanku,

Anakmu tersayang.

Istri dan Anakku tercinta, Ni Dewa Ayu Komang Juliartini dan Dewa Gede Yoga Wardhana yang menjadi motivasi terbesarku untuk menjalankan hidup ini, dan berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian,

Aji sayang kalian.

Adik-adikku terkasih, Dewa Ayu Rini dan Dewa Gede Teguh Adiatma yang selalu membuat tawa dan canda yang senantiasa memberi warna

(10)

MOTO

Hidup adalah pilihan, oleh karena itu

Lakukan hal yang terbaik untuk orang-orang kita cintai (Pengalaman Hidup Penulis)

Lakukan apa yang kamu bisa dan belajar apa yang belum kamu ketahui (Tim Rajawali Lampung)

Jadilah diri sendiri

Jangan pedulikan orang-orang negatif disekitar kita Buktikan bahwa kita bukan orang yang biasa

(Louis Tendean)

Tetap konsisten atas apa yang telah kita mulai

Hingga Selesai

(11)

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas

Asung Kertha Wara Nugraha-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul ”ANALISIS PENEGAKAN HUKUM PIDANA

TERHADAP PELAKU PENIPUAN DENGAN MODUS OPERANDI MULTI LEVEL MARKETING INVESTASI EMAS” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.H., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Lampung;

2. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana

dan Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku Sekretaris Jurusan Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung;

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Akademik

Penulis;

4. Bapak Dr. Eddy Rifa’i, S.H., M.H., selaku pembimbing I yang telah

banyak memberi pengarahan dan bimbingan yang membantu penulis

(12)

5. Ibu Diah Gustiniati M, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang juga telah

banyak memberi masukan, saran dan bimbingan yang membantu penulis

hngga dapat menyesaikan skripsi ini;

6. Ibu Firganefi, S.H., M.H., selaku pembahas I dan Bapak Budi Rizki Husin,

S.H., M.H., selaku pembahas II dalam skripsi ini yang telah banyak

memberikan saran, masukan serta kritik yang membangun untuk

memperbaiki demi kesempurnaan skripsi ini;

7. Bapak Sudirman Mechsan, S.H.,M.Hum Alm, serta seluruh Dosen

Fakultas hukum Universitas Lampung;

8. Seluruh Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung;

9. Ayah dan ibu di Sidorejo Lampung Timur, anakmu selalu mengingat apa

yang menjadi nasehat ayah dan ibu dan tidak lupa anakmu menghaturkan

jutaan terimakasih, karena apa yang ayah dan ibu lakukan demi kemajuan

dan kesuksesan anakmu. Tidak akan pernah terbalas sepanjang hidup

anakmu serta doakan selalu anakmu dalam setiap perjalanan hidupku;

10.Istri dan anakku, Biang Mang Cantik dan Ode Yoga terimakasih atas apa

yang telah kalian berikan selama ini, Aji selalu sayang dengan kalian

sampai kapanpun;

11.Adik-adikku Dayu dan Teguh jangan pernah letih dan bosan dalam

menuntut ilmu pengetahuan dan semoga kelak kalian menjadi orang yang

sukses dalam hidup, svaha;

12.Untuk Kakek dan nenek dari pihak ibu yang telah tiada, pakde wardi yang

telah berpulang kerahmat tuhan. Pakde, Bude dan Aji-aji serta Biang Ayu,

(13)

tidak langsung, dan juga tidak lupa untuk kakak dan adik-adik sepupuku

yang tercinta serta keluarga besar;

13.Sahabat-sahabatku: FH 09 ( Gede agus, Bina, Maliki, Timotius, Junaidi,

Liberty, Dono, Riki riau dll);

14.Tim Rajawali Lampung ( Riwanto, Supriyadi, Caca, Bayu, Neri, Hendrix,

nanik dll);

15.Seluruh anggota PPS BETAKO Merpati Putih UNILA;

16.Almamaterku tercinta;

17.Seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan dorongan

dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi kita semua. Svaha.

Bandar Lampung, Desember 2014

Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 6

D. Keranka Teori dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Penegakan Hukum ... 15

B. Pelaku Tindak Pidana ... 20

C. Pengertian Tindak Pidana Penipuan ... 22

D. Pengertian Multi Level Marketing ... 32

E. Pengertian Investasi dan Emas ... 34

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 36

B. Sumber dan Jenis Data ... 37

C. Penentuan Populasi dan Sampel ... 38

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 39

E. Analisis Data ... 40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 41

B. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Penipuan dengan Modus Operandi Multi Level Marketing Investasi Emas ... 43

(15)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai macam kebutuhan. Menurut

sifatnya kebutuhan manusia digolongkan kedalam tiga bagian, yaitu kebutuhan

primer sebagai kebutuhan dasar, kebutuhan sekunder sebagai kebutuhan

penunjang dari kebutuhan primer, dan kebutuhan tersier sebagai kebutuhan

pelengkap dari kebutuhan primer dan sekunder. Untuk memenuhi berbagai

kebutuhan tersebut memerlukan biaya yang relatif besar, sehingga seseorang

harus bekerja untuk memperoleh penghasilan.

Pesatnya kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

menimbulkan persaingan yang sangat ketat di masyarakat dalam memperoleh

pekerjaan. Kemajuan IPTEK mendorong adanya persaingan dalam mencari

pekerjaan seperti hukum rimba dimana “yang kuatlah yang akan bertahan”,

sehingga terjadi ketidak seimbangan antara jumlah lapangan pekerjaan dengan

jumlah pencari kerja yang sangat banyak sehingga masih banyak orang yang

belum mandapatkan pekerjaan.

Jumlah lapangan pekerjaan yang kurang pada saat ini membuat pemerintah

berupaya untuk memberikan lapangan pekerjaan semaksimal mungkin, termasuk

(17)

2

solusi dari kurangnya lapangan pekerjaan tersebut. Salah satu sumbangsih

masyarakat dalam rangka mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia ini

adalah dengan menciptakan lapangan pekerjaan seperti Usaha Kecil Menengah

(UKM).1 Pertumbuhan UKM dewasa ini menandai bangkitnya kesadaran

masyarakat untuk mampu mandiri dalam berbisnis.

Aktivitas bisnis sebagai kegiatan manusia atau masyarakat mempunyai tujuan

utama untuk memperoleh keuntungan (profit). Perbuatan ini tergolong dalam

aktivitas di bidang keperdataan karena termasuk dalam kepentingan individu.

Namun, kadangkala dalam upaya untuk mencapai keuntungan tersebut seringkali

dilakukan dengan modus atau cara yang tidak jujur dan menimbulkan kerugian

bagi banyak pihak lainnya. Seringkali memang perbuatan tersebut dibungkus

dalam bentuk hubungan hukum keperdataan, sehingga kalau terjadi kerugian bagi

pihan lain, penyelesaiannya dianggap harus melalui proses keperdataan juga dan

tidak termasuk kedalam hukum pidana. Di samping karena perbuatan itu memang

secara formal dilakukan dalam hubungan hukum keperdataan, perbuatan terebut

juga belum diatur atau secara tegas dalam hukum pidana.2

Penyelesaian melalui keperdataan itu sendiri bersifat voluntary3 atau tergantung

dari pada pihak yang dirugikan, juga membutuhkan waktu dan proses yang lebih

lama, menimbulkan ketidakpuasan pada sebagian pihak. Semetara itu pihak yang

dirugikan juga sering merasa bahwa upaya hukum yang dilakukan juga nantinya

1

UKM diatur dalam Pasal 13 Undang-Undang No. 25/2007 tentang Pananaman Modal. 2

https://donarsrikustyowati.blogspot.com/2013/02/phi-hukum-acara-perdata_5.html?m= 3Voluntary

(18)

3

tidak akan memuaskan hasilnya dan akan dapat merugikan diri sendiri seperti

malu.4

Salah satu bentuk perkembangan di bidang bisnis yang berkembang dalam

tahun-tahun belakangan adalah pemasaran secara langsung oleh pihak-pihak yang

menjadi anggota (member) dalam jalur pemasaran tersebut. Pemasaran melalui

cara ini sering disebut dengan Multi Level Marketing (MLM).5 Mekanisme bisnis

atau pemasaran seperti ini sebenarnya adalah proses yang wajar dan sudah

berkembang di banyak negara di dunia sepanjang bisnis ini memasarkan sebuah

produk, khususnya barang yang jelas, sehingga hubungan hukum yang terjadi

jelas dalam bentuk perjanjian jual beli.

Dari waktu ke waktu, praktek multi level marketing tidak hanya dalam bentuk

penawaran suatu produk barang, melainkan meluas ke dalam bentuk produk jasa

bahkan investasi. Dengan demikian hubungan hukum tidak lagi hanya dalam

bentuk transaksi jual beli melainkan dapat termasuk ke dalam bidang hukum lain

seperti investasi, atau mungkin bidang perbankan.

Perkembangan industri bisnis investasi terutama dalam investasi emas di

Indonesia memberi dampak positif bagi kemajuan perekonomian nasional dan

tidak sedikit orang yang sudah mendapatkan keuntungan yang besar dari

berinvestasi emas ini.6 Hal ini juga yang menjadi ladang penghasilan oleh

4

Lihat pula http://f-j-f-j.blogspot.com/2011/10/resume-hukum-acara-perdata.html 5

Multi LevelMarketing (direct selling) atau penjualan langsung. merupakan sistem penjualan dari sebuah perusahaan yang dilakukan tanpa banyak perantara. Misal, sebuah produk yang dihasilkan dari Perusahaan A langsung dikirim ke distributor langsung, kemudian langsung ke tangan konsumen. Lihat http://aipunyasendiri.blogspot.com/2012/02/sejarah-asal-mula-bisnis-jaringan-mlm.html

6

(19)

4

orang yang tidak bertanggungjawab untuk mendapatkan keuntungan dengan

melakukan penipuan dengan modus operandi bisnis multi level marketing

investasi emas. Salah satu contoh kasus penipuan dengan modus operandi multi

level marketing investasi emas terjadi pada 22 November 2012 di Lampung,

dimana ratusan nasabah Eastcape Mining Corporation (ECMC) mengalami

kerugian hingga miliaran rupiah. Jumlah investornya sendiri mencapai empat ribu

orang dan yang melaporkan ke polisi hanya puluhan orang saja. Sebagian investor

yang menjadi korban enggan melaporkan ke polisi karena selain malu telah

tertipu, juga masih berharap mendapatkan bagian keuntungan ujar Majid Yasin

salah satu korban. Dan hingga kini kasusnya pun hilang begitu saja dari

pemberitaan.7 Para korban maupun masyarakat yang hanya mengetahui

berita-berita terungkapnya kasus penipuan dengan modus operandi MLM investasi emas

umunya tidak mengetahui perbedaan antara bisnis investasi murni dengan bisnis

berkedok investasi, sehingga cenderung menyamarkan keduanya.8

Bisnis dengan modus operandi MLM investasi emas di Indonesia hingga saat ini

belum secara tegas dilarang dalam suatu undang-undang yang khusus sehingga

penanggulangannya tidak berjalan dengan efektif. Penanggulangannya hanya

sebatas memidanakan para pelaku apabila korban mengadukannya kepihak yang

berwenang, sama sekali belum menyentuh sisi preventifnya. Penipuan itu sendiri

diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada Pasal 3789 yang hanya

7

http://www.postkotanews.com/2012/11/22/mlm-investasi-emas-di-lampung-rugikan-nasabah-miliaran-rupiah/?wpmp_switcher=desktop diakses pada 25 September 2014

8

http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/20011/07/21/46236/money_game_pukul_bisni s_mlm_murni/#TzUom71Ea 1 diakses tanggal 14 Agustus 2014

9Pasal 378 “ Barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendi

(20)

5

menerangkan tentang penipuan secara umum, belum tersentuh pada tindak pidana

berkedok investasi. Disamping itu sosialisasi pemerintah dalam mengedukasi

masyarakat tentang seluk-beluk dan bahaya bisnis dengan modus multi level

marketing investasi emas juga sangat minim. Kedua hal inilah yang menjadi

pemicu maraknya praktek bisnis dengan modus operandi MLM investasi emas di

Indonesia.10

Perkembangan kehidupan masyarakat khususnya di bidang ekonomi dan bisnis

melahirkan berbagai bentuk perilaku yang dapat merugikan masyarakat itu

sendiri. Perkembangan perilaku tersebut juga melahirkan berbagai bentuk atau

modus kejahatan seperti penipuan dengan modus operandi multi level marketing

investasi emas. Sebagian perbuatan tersebut sudah diatur dalam hukum pidana dan

sebagian masih berada dalam wilayah abu-abu atau grey area, artinya dalam

kasus ini dianggap sebagai perbuatan hukum perdata semata walaupun

sebenarnya perbutan tersebut telah menimbulkan kerugian bagi sebagian

masyarakat. Dalam kajian kriminologi, keadaan ini telah melahirkan proses yang

disebut dengan kriminalisasi, sedangkan dalam ilmu hukum pidana keadaan ini

telah menimbulkan hukum pidana khusus.11

atau supaya member hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

10

Edy Zaques (editor), :mengapa orang ‘mau jadi korban’ Money Game atau Skema

Piramid?”INFO APLI edisi XXXIV (Okt-Des, 2006) hlm. 11.

11

(21)

6

B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup

1. Perumusan masalah

Berdasarkan gambaran latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimanakah penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan

modus operandi multi level marketing investasi emas ?

b. Apakah yang menjadi faktor penghambat dalam penegakan hukum pidana

terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing

investasi emas ?

2. Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini dalam bidang

hukum pidana membahas mengenai hukum pidana materiil dan pidana formil

dalam bidang hukum acara pidana. Ruang lingkup substansi dibatasi pada

penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi

level marketing investasi emas, dan hal-hal penghambat penegakan hukum

pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing

investasi emas, yang dilakukan di Bandar Lampung pada bulan Oktober 2014.

C. Tujuan dan Manfaat penulisan

Adapun tujuan dan manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui upaya penegakan hukum pidana terhadap pelaku

(22)

7

b. Faktor – faktor penghambat penegakan hukum pidana terhadap pelaku

penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas.

2. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Teoritis

1) Memberikan gambaran mengenai penegakan hukum pidana terhadap

pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi

emas.

2) Memberikan gambaran mengenai faktor-faktor penghambat penegakan

hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi multi

level marketing investasi emas.

3) Menambah wawasan dan khasanah bacaan bagi setiap orang yang

berkenan membaca tulisan ini.

b. Manfaat Praktis

1) Sebagai bahan sumbangan bagi pengembangan ilmu hukum,

khususnya dibidang hukum materiil.

2) Sebagai bahan pertimbangan maupun referensi bagi aparat penegak

hukum, khususnys diwilayah hukum Bandar Lampung dalam

menjalankan tugas dan wewenangnya.

(23)

8

D. Kerangka Teori dan Konseptual

1. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya adalah abstraksi dari hasil

pemikiran atau kerangka acuan yang ada, yang pada dasarnya untuk mengadakan

identifikasi terhadap dimensi yang dianggap tidak relevan oleh penulis.

Penegakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan

kejahatan (Politik Kriminal), dengan tujuan akhir adalah perlindungan masyarakat

untuk mencapai kesejahteraan. Dengan demikian penegakan hukum pidana yang

merupakan bagian hukum pidana perlu ditanggulangi dengan penegakan hukum

pidana berupa penyempurnaan peraturan perundang-undangan dengan penerapan

dan pelaksanaan hukum pidana dan meningkatkan peran serta masyarakat untuk

berpartisipasi dalam menanggulangi tindak pidana.

Penegakan hukum pidana dibagi menjadi dua yaitu penegakan hukum dalam arti

luas dan penegakan hukum dalam arti sempit. Penegakan hukum dalam arti luas

adalah penegakan seluruh norma tatanan hidup dalam bermasyarakat, sedangkan

dalam arti sempit penegakan hukum diartikan sebagai proses peradilan. Secara

konsepsional, inti dari arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan

hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantab dan

rangkaian tindak penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara

(24)

9

Sistem peradilan pidana melibatkan penegakan hukum pidana dalam bentuk yang

bersifat:

1. Penegakan hukum preventif, usaha pencegahan kejahatan agar pelaku

kejahatan tidak melakukan kejahatan.

2. Penegakan hukum represif, suatu tindakan yang dilakukan aparat penegak

hukum dalam menangani suatu kejahatan.

3. Penegakan hukum kuratif, suatu penanggulangan kejahatan yang lebih

menitikberatkan pada pencegahan tindakan terhadap orang yang

melakukan kejahatan.12

Penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas termasuk

perbuatan melawan hukum, dan melawan hukum di Indonesia sendiri ada dalam

hukum pidana dan hukum perdata. Dalam konteks hukum pidana, “melawan

hukum” (Wederrechtejilk) dibedakan menjadi:

1. Wederrechtejilk Formil, yaitu apabila suatu perbuatan dilarang dan diancam

dengan hukuman oleh undang-undang.

2. Wederrechtejilk Materiil, yaitu sesuatu perbuatan walaupun tidak dengan tegas

dilarang dan diancam dengan hukuman oleh undang-undang, melainkan juga

asas-asas umum yang terdapat didalam lapangan hukum (algemen beginsel).13

Perbuatan melawan hukum (Onrechtmatige daad) dalam konteks perdata diatur

dalam Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek (BW), dalam buku III BW, pada bagian

12

Saputra, Sandi. Analisis Penegakan Hukum Pidana Terhadap tindak pidana penganiayaan oleh anak (studi perkara No. 286/PID/B/2011/PN.TK).Universitas Lampung. Bandar Lampung. 2012 Hlm. 7-8

13

(25)

10

“Tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan demi undang-undang”, yang

berbunyi:

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain,

mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti

kerugian tersebut”.

Meskipun terdapat kesamaan pengertian perbuatan melawan hukum dari segi

hukum perdata dan hukum pidana, namun penentuannorma dalam hukum pidana

harus lebih teliti daripada hukum perdata. Pembatasan melawan hukum dalam

hukum pidana terkait pula dengan asas legalitas yang termuat dalam Pasal 1 ayat 1

KUHPidana, bahwa suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan

kekuatan perundang-undangan pidana yang telah ada.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penegakan hukum menurut Soerjono

Soekanto adalah:

a. Faktor hukum itu sendiri, adanya ketentuan hukum yang akomodatif, yaitu

ketentuan hukum yang ada harus mampu memecahkan masalah yang

terjadi;

b. Faktor penegak hukum, adanya penegak hukum yang tangguh, terampil

dan bermoral dalam hal penegakan hukum;

c. Faktor sarana dan prasarana yang menunjang proses penegakan hukum;

d. Faktor masyarakat yaitu faktor lingkungan dimana hukum tersebut

(26)

11

e. Faktor kebudayaan sebagai hasil karya cipta rasa didasarkan pada karsa

manusia di dalam pergaulan hidup.14

2. Konseptual

Kerangka Konseptual merupakan kerangka yang menghubungkan atau

menggambarkan konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan dari arti yang

berkaitan dengan istilah-istilah, sehingga tidak ada kesalahpahaman tentang arti

kata yang dimaksud. Hal ini juga bertujuan untuk membatasi pengertian dan ruang

lingkup kata-kata itu.15

Konseptual ini menguraikan pengertian-pengertian yang berhubungan erat dengan

penulisan skripsi ini. Uraian ini ditujukan untuk memberikan kesatuan

pemahaman, yaitu:

a. Penegakan hukum dalam arti luas yaitu penegakan seluruh norma tatanan

kehidupan bermasyarakat sedangkan dalam arti sempit penegakan

penegakan hukum diartikan sebagai praktek peradilan. Penegakan hukum

dapat ditempuh dengan cara penerapan hukum pidana (criminal law

aplication), pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment),

mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan

pemidanaan lewat investasi emas.

b. Pelaku tindak pidana menurut undang-undang (KUHP) pelaku menurut

KUHP dirumuskan dalam Pasal 55 ayat 1 yaitu: dipidana sebagai tindak

14

Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2011. hlm. 8

15

(27)

12

pidana: mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, yang turut

serta melakukan, dan mereka yangsenga menganjurkan orang lain supaya

melakukan perbuatan.16

c. Tindak pidana penipuan merupakan salah satu kegiatan kejahatan terhadap

benda. Didalam KUHP tindak pidana ini diatur dalam Bab XXV dan

terbentang antara Pasal 378 sampai dengan Pasal 395 KUHP.17

d. Multi level marketing atau MLM adalah sistem penjualan yang

memanfaatkan konsumen sebagai tenaga penyalur secara langsung. Harga

barang yang ditawarkan di tingkat konsumen adalah harga produksi

ditambah komisi yang menjadi hak konsumen karena secara tidak

langsung telah membantu kelancaran distribusi.18

e. Investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau

pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan

keuntungan dimasa yang akan datang.19 Sedangkan emas adalah logam

mulia yang memiliki nilai jual yang tinggi, berwarna kuning yang dapat

ditempa dan dibentuk, biasa dibuat perhiasan seperti cincin, dan kalung

gelang dll. 20

Didik J. Rachbini, 2008, Arsitektur Hukum Investasi Indonesia (Analisis Ekonomi Politik)

PT Indeks, Jakarta. Hlm. 11 20

(28)

13

Berdasarkan pengertian beberapa istilah diatas penegakan hukum pidana terhadap

pelaku penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas

adalah suatu proses penyelesaian kasus hukum yang dalam hal ini adalah kasus

penipuan dengan modus operandi multi level marketing investasi emas.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka

disajikanlah sistematika penulisan sebagai berikut :

I. Pendahuluan

Bab ini merupakan pendahuluan yang akan menguraikan tentang latar belakang

permasalahan, ruang lingkup penelitian, tujuan dan manfaat penulisan, kerangka

teori serta konseptual dan sistematika penelitian.

II. Tinjauan pustaka

Bab ini merupakan pengantar yang berisikan tentang pengertian-pengertian umum

tentang analisis, penegakan hukum, multi level marketing, investasi, emas

kemudian dasar penuntutan bagi pelaku yang melakukan penipuan berkedok mlm

investasi emas.

III. Metode Penelitian

Pada bagian ini berisi tentang penjelasan metode penelitian atau cara-cara yang

dipergunakan dalam pengumpulan informasi sebelum dirangkum untuk penulisan

skripsi yang meliputi pendekatan masalah, sumber data, jenis data, populasi,

(29)

14

IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil analisis tentang bagaimanakah proses penegakan hukum

terhadap pelaku tindak pidana penipuan berkedok multi level marketing investasi

emas, serta mengetahui kebijakan dari pihak kepolisisan dalam mengatur bentuk

pertanggung jawaban pidana bagi pelaku yang melakukan penipuan berkedok

multi level marketing investasi emas.

V. Penutup

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah hasil akhir dari

pembahasan dan saran diberikan berdasarkan hasil penelitian yang merupakan

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan hal yang sangat esensial, ada suatu negara hukum

yang mengutamakan berlakunya hukum negara berdasarkan undang-undang (state

law) guna dapat terwujud tujuan hukum, yaitu keadilan dalam kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Ini berarti seluruh kegiatan berkenaan dengan

upaya melaksanakan, memelihara, dan mempertahankan hukum positif sehingga

hukum tidak kehilangan makna dan fungsinya sebagai pedoman dalam mematuhi

norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yaitu

perlidungan kepentingan manusia, baik secara perorangan maupun seluruh warga

masyarakat. Penegakan hukum sangat dibutuhkan mengingat masih terjadinya

peningkatan pelanggaran hukum dikalangan masyarakat.1

Satjipto Rahardjo memberikan definisi penegakan hukum sebagai suatu proses

untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataan.

Keinginan-keinginan hukum disini tidak lain adalah pikiran-pikiran badan pembuat

undang-undang yang dirumuskan dalam perturan-peraturan hukum itu.2

1

Teguh Sulistia dan Aria Zurnetti, Hukum Pidana (Horizon Baru Pasca Reformasi) Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012. hlm 197

2

(31)

16

Soerjono Soekamto menyatakan bahwa penegakan hukum adalah kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah mantab

dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk

menciptakan, memelihara dan mempertahankan perdamaian pergaulan hidup.

Penegakan hukum merupakan sistem yang menyangkut penyerasian antara nilai

dari kaidah serta perilaku manusia, kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi

pedoman atau patokan bagi perilaku atau tindakan yang dianggap pantas atau

seharusnya. Perilaku atau sikap tindak itu persetujuan untuk menciptakan,

memelihara, dan juga untuk mempertahankan perdamaian yang telah terbentuk.3

Kualitas penegakan hukum yang dituntut masyarakat saat ini bukan sekedar

kualitas material/substansial. Oleh karena itu, strategi sasaran pembangunan dan

penegakan hukum harus ditunjukkan pada kualitas substantif seperti terungkap

dalam beberapa isu sentral yang muncul di dalam masyarakat saat ini, yaitu antara

lain :

1) Adanya perlindungan hukum;

2) Tegaknya nilai kebenaran, kejujuran, keadilan dan kepercayaan sesame;

3) Tidak adanya penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan;

4) Terwujudnya kekuasaan kehakiman atau penegakan hukum yang merdeka,

dan tegaknya kode etik atau kode profesi;

5) Bersih dari praktek “favoritisme” (pilih-piih), korupsi, kolusi dan

nepotisme (KKN), dan mafia peradilan;

6) Adanya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

3

(32)

17

Kualitas substantif yang terungkap dalam berbagai isu sentral diatas, jelas lebih

menekankan kepada aspek immaterial/nonfisik dari pembangunan masyarakat

atau nasional.

Upaya penegakan hukum seperti halnya pada penipuan berkedok MLM investasi

emas dapat ditempuh dengan menggunakan sarana hukum pidana (penal) maupun

dengan menggunakan sarana pendekatan preventif (non penal). Pencegahan dan

Penanggulangan Kejahatan (PPK) harus dilakukan dengan “pendekatan integral”.

1. Penal / Represif

Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan (PPK) dengan sarana “penal”

merupakan “Penal Policy” atau “penal-law” yang fungsionalisasi/

operasionalisasinya melalui beberapa tahap :

1) Formulasi (kebijakan legislatif)

2) Aplikasi (kebijakan yudikatif / yudicial)

3) Eksekusi (kebijakan eksekutif / administratif)

Dengan adanya tahap “formulasi”, maka upaya pencegahan dan penanggulangan

kejahatan bukan hanya tugas milik aparat penegak hukum, tetapi juga tugas aparat

pembuat hukum (aparat legislatif). Bahkan kebijakan legislatif merupakan tahap

paling strategis dari upaya pencegahan dan penanggulangan kejahatan melalui

“penal policy”. Oleh karena itu, kesalahan/kelemahan kebijakan legislatif

merupakan kesalahan strategis yang dapat menjadi penghambat upaya pencegahan

dan penanggulangan kejahatan pada tahap aplikasi dan eksekusi politik kriminal

(33)

18

maupun non-penal, haruslah memperhatikan dan mengarah pada tercapainya

tujuan dari kebijakan sosial itu dengan menunjang tujuan (goal) “social welfre”

dan “ social defence”.4

Inti dari upaya represif yaitu kebijakan dalam menanggulangi tindak pidana

dengan menggunakan hukum pidana atau undang-undang, yang menitikberatkan

pada penumpasan tindak pidana sesudah tindak pidana itu terjadi. Yang dimaksud

dengan upaya represif adalah segala tindakan yang dilakukan oleh aparat penegak

hukum sesudah terjadinya tindak pidana seperti penyidikan, penyidikan lanjutan,

penuntutan dan seterusnya sampai dilaksanakan putusan pidananya.

2. Non-Penal / Preventif

Dilihat dari sudut pandang politik kriminal, kebijakan paling strategis adalah

melalui sarana “non-penal”, karena lebih bersifat preventif dan karena kebijakan

“penal” mempunyai keterbatasan/kelemahan (yaitu bersifat fragmentaris/ simplis/

tidak struktural-fungsional; simptomatik/ tidak kausatif/ tidak eliminstif;

individualistic. Lebih bersifat represif/ tidak preventif; harus didukung oleh

infrastruktur dengan biaya tinggi).

Kebijakan kriminal dalam menggunakan upaya represif terdapat dua masalah

sentral masalah penuntutan yang meliputi:

1. Perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana

2. Perbuatan apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si

pelanggar.

4

(34)

19

Sedangkan untuk menghadapi masalah sentral yang pertama yang sering disebut

masalah kriminalisasi, harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Penggunaan hukum pidana harus memperhatikan tujuan pembangunan

nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, merata

antara material dan spiritual berdasarkan Pancasila.

b. Perbuatan yang diusahakan untuk dicegah atau ditanggulangi dengan

hukum pidana harus merupakan perbuatan yang tidak dikehendaki, yaitu

perbuatan yang mendatangkan kerugian atas warga masyarakat.

c. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan prinsip biaya dan

hasil (cost and benefit principle).

d. Penggunaan hukum pidana harus pula memperhatikan kapasitas atau

kemampuan kerja dalam badan-badan penegak hukum.5

Pada dasarnya penegakan preventif adalah upaya yang dilakukan untuk menjaga

kemungkinan akan terjadinya tindak pidana, merupakan upaya pencegahan,

penangkalan, dan pengadilan sebelum tindak pidana itu terjadi, maka sasaran

utamanya adalah mengenai faktor kondustif antara lain berpusat pada

masalah-masalah atau kondisi-kondisi sosial secara langsung atau tidak langsung dapat

menimbulkan tindak pidana. Tujuan utama dari upaya preventif adalah

memperbaiki kondisi sosial tertentu.

Upaya penanggulangan yang dilakukan dengan upaya preventif yang bertujuan

untuk mencegah terjadinya tindak pidana yang timbul. Upaya ini meliputi

5

(35)

20

peningkatan kondisi tata ekonomi, sosial, politik dan budaya yang semakin

meningkat. Secara umum pencegahan tindak pidana dapat dilakukan dengan

menggunakan dua metode, yaitu:

1. Moralistik, yaitu upaya pencegahan tindak pidana dengan cara menyebarluaskan dikalangan masyarakat sarana-sarana untuk

memperteguh moral dan mental seseorang agar terhindar dari nafsu ingin

berbuat jahat.

2. Abolisionistik, yaitu usaha mencegah timbulnya tindak pidana dengan meniadakan tindak pidana yang meliputi faktor-faktor yang terkenal

sebagai penyebab timbulnya tindak pidana.

B. Pelaku Tindak Pidana

Pengertian pelaku menurut undang-undang (KUHP) dirumuskan dalam Pasal 55

ayat (1) yaitu, dipidana sebagai tindak pidana: mereka yang melakukan, yang

menyuruh melakukan, yang turut serta melakukan, dan mereka yang sengaja

menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan.

Terhadap kalimat: dipidana sebagai pelaku itu timbulah perbedaan pendapat

dikalangan para penulis hukum pidana, yaitu apakah yang disebut Pasal 55 ayat

(1) KUHP itu adalah pelaku (dader) atau hanya disamakan sebagai pelaku ( alls

dader) dalam hal ini ada 2 (dua) pendapat, yaitu:

1. Pendapat yang luas (ekstentif) pendapat ini memandang sebagai pelaku

(dader) adalah setiap setiap orang yang menimbulkan akibat yang

(36)

21

memenuhi syarat bagi yang terwujudnya akibat yang berupa tindak pidana

jadi menurut pendapat ini, meraka semua yang disebut dalam Pasal 55 ayat

(1) KUHP itu adalah pelaku(dader). penganutnya adalah :M.v. T, Pompe,

Hazewinkel suringa, Van Hanttum, dan Moeljatno.

2. Pendapat yang sempit (resktriktif) pendapat ini memandang (dader) adalah

hanyalah orang yang melakukan sendiri rumusan tindak pidana. jadi

menurut pendapat ini, si pelaku (dader) itu hanyalah yang disebut pertama

(mereka yang melakukan perbuatan) Pasal 55 ayat (1) KUHP, yaitu yang

personal (persoonlijk) dan materiil melakukan tindak pidana, dan mereka

yang disebut Pasal 55 ayat (1) KUHP bukan pelaku (deder), melainkan

hanya disamakan saja (ask dader) penganutnya adalah : H.R. Simons, van

hamel, dan jonkersmereka.6

Beberapa pendapat yang melakukan tindak pidana (zij die het feit plgeen)

terhadap perkataan ini terdapat beberapa pendapat :

1. Simons, mengartikan bahwa yang dimaksudkan dengan (zij die het feit

plgeen) ialah apabila seseorang melakukan sendiri suatu tindak pidana,

artinya tidak ada temannya (alleendaderschaft).

2. Noyon, mengartikan bahwa yang dimaksud dengan (zij die het feit plgeen)

ialah apabila beberapa orang (lebih dari seorang) bersama-sama

(37)

22

C. Pengertian Tindak Pidana Penipuan

1. Pengertian Tindak Pidana

Kebijakan penanggulangan kejahatan atau penegakan hukum secara politik

kriminal dapat meliputi ruang lingkup yang luas, sebagaimana teori G. Peter

Hoefngels yang dituliskan dan digambarkan kembali oleh Barda Nawawi Arief

mengenai criminal policy.8

a. Menurut Pompe pengertian tindak pidana menjadi 2 (dua) definisi, yaitu :

1. Definisi menurut teori adalah suatu pelanggaran terhadap norma, yang

dilakukan karena kesalahan sipelanggar dan diancam dengan pidana untuk

mempertahankan tata hukum dan menyelamatkan kesejahteraan umum.

2. Devinisi menurut hukum positif adalah suatu kejadian / feit yang oleh

peraturan undang-undang dirumuskan sebagai perbuatan yang dapat

dihukum.9

b. Menurut Moeljanto perbuatan pidana (tindak pidana) adalah perbuatan yang

dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi)

yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan

tersebut.10

Berdasarkan pengertian tindak pidana yang dikemukakan oleh para pakar diatas,

dapat diketahui bahwa pada tataran teoristis tidak adanya kesatuan pendapat

8

Arief, Barda Nawawi, 2002. Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Masalah hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. Citra Aditya Bakti, Bandung. hlm. 16

9

Andrisman, Tri.Hukum Pidana (Asas-Asas dan Dasar Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia) Penerbit Universitas Lampung. Bandar lampung. 2011 : 70

10

(38)

23

diantara para pakar hukum dalam memberikan definisi tentang tindak pidana.

Dalam memberikan definisi mengenai pengertian tindak pidana terlihat terbagi

dalam 2 (dua) pandangan/aliran, baik aliran Monistis maupun aliran Dualistis

yang saling bertolak belakang.

Isi tindak pidana tidak hanya berbicara tentang pengertian dan istilah tindak

pidana tersebut, melainkan unsur-unsur dari tindak pidana tidak dapat dipisahkan

dari tindak pidana terebut. Adapun unsur-unsur tindak pidana yang dikemukakan

oleh para pakar itu pun terdapat perbedaan pandangan, baik dari pandangan/aliran

Monistis dan pandangan Dualistis.

Menurut aliran Monistis, apabila ada orang yang melakukan tindak pidana maka

sudah dapat di pidana. Sedangkan aliran Dualistis dalam memberikan pengertian

tindak pidana memisahkan antara perbuatan pidana dan pertanggungjawaban

pidana. Sehingga berpengaruh dalam merumuskan unsur-unsur tindak pidana.

Menurut pakar hukum Simon, seorang penganut aliran Monistis dalam

merumuskan unsur-unsur tindak pidana sebagai berikut :

1. Perbuatan hukum (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat atau

membiarkan);

2. Diancam dengan pidana;

3. Melawan hukum;

4. Dilakukan dengan kesalahan;

5. Orang yang mampu bertanggungjawab.11

11

(39)

24

Menurut Moeljatno, seorang penganut aliran Dualistis merumuskan unsur-unsur

perbuatan pidana / tindak pidana sebagai berikut :

a. Perbuatan (manusia)

b. Memeuhi rumusan dalam undang-undang (syarat forrnil)

c. Bersifat melawan hukum (syarat materil)

Berdasarkan beberapa pendapat diatas penulis berpendapat bahwa apapun

tindakan yang dianggap melanggar aturan hukum yang berlaku di dalam

kehidupan masyarakat, maka setelah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh

Undang-undang, maka secara sah pelaku tindak pidana dapat diancam dengan

pidana tertentu. Penjelasan dalam rumusan pasal-pasal, Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUHP) jelas tercantum tindak pidana adalah semua bentuk

perbuatan yang memenuhi perumusan ketentuan KUHP.

2. Pengertian Penipuan

Penipuan adalah kejahatan yang termasuk dalam golongan yang ditujukan

terhadap hak milik dan lain-lain hak yang timbul dari hak milik atau dalam bahasa

belanda disebut "misdrijven tegen de eigendom en de daaruit voortloeiende

zakelijk rechten". Kejahatan ini diatur Pasal 378 sampai dengan Pasal 394 Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Sebagaimana dirumuskan Pasal 378 KUHP, penipuan berarti perbuatan dengan

maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum

(40)

25

dapat menyebabkan orang lain dengan mudah menyerahkan barang, uang atau

kekayaannya.

Penipuan memiliki 2 (dua) pengertian, yaitu :

1. Penipuan dalam arti luas, yaitu semua kejahatan yang yang dirumuskan

dalam bab XXV KUHP.

2. Penipuan dalam arti sempit, yaitu bentuk penipuan yang dirumuskan

dalam Pasal 378 (bentuk pokok) dan Pasal 379 (bentuk khusus), atau biasa

dengan sebutan oplichting.

Ketentuan Pasal 378 ini merumuskan tentang pengertian penipuan (oplichting) itu

sendiri. Rumusan ini adalah bentuk pokoknya, dan ada penipuan dalam arti sempit

dalam bentuk khusus yang meringankan. Karena adanya unsur khusus yang

bersifat meringankan sehingga diancam pidana sebagai penipuan ringan yakni

dalam Pasal 379.12 Sedangkan penipuan dalam arti sempit tidak ada dalam bentuk

diperberat. Rumusan penipuan tersebut terdiri dari unsur-unsur objektif yang

meliputi perbuatan (menggerakkan), yang digerakkan (orang), perbuatan itu

ditujukan pada orang lain (menyerahkan benda, memberi hutang, dan

menghapuskan piutang), dan cara melakukan perbuatan menggerakkan dengan

memakai nama palsu, memakai tipu muslihat, memakai martabat palsu, dan

memakai rangkaian kebohongan. Selanjutnya adalah unsur-unsur subjektif yang

12Pasal 379

(41)

26

meliputi maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan maksud

melawan hukum.

a. Unsur Subjektif Penipuan

Rumusan penipuan terdiri dari unsur-unsur objektif yang meliputi perbuatan

(menggerakkan), yang digerakkan (orang), perbuatan itu ditujukan pada orang lain

(menyerahkan benda, memberi hutang, dan menghapuskan piutang), dan cara

melakukan perbuatan menggerakkan dengan memakai nama palsu, memakai tipu

muslihat, memakai martabat palsu, dan memakai rangkaian kebohongan. Dan

selain dari pada unsur-unsur objektif, maka dalam sebuah penipuan juga terdapat

unsur-unsur subjektif dalam sebuah kejahatan penipuan meliputi maksud untuk

menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan maksud melawan hukum. Berikut

merupakan penjelasan singkat terkait unsur subjektif dalam sebuah penipuan,

yakni sebagai berikut :

1. Maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, dalam hal ini

maksud si pelaku dalam melakukan perbuatan menggerakkan harus

ditujukan pada menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yakni berupa

unsur kesalahan dalam penipuan. Terhadap sebuah kesengajaan harus

ditujukan pada menguntungkan diri, juga ditujukan pada unsur lain di

belakangnya, seperti unsur melawan hukum, menggerakkan, menggunakan

nama palsu dan lain sebagainya. Kesengajaan dalam maksud ini harus

sudah ada dalam diri si pelaku, sebelum atau setidak-tidaknya pada saat

(42)

27

kekayaan dari yang sudah ada. Menambah kekayaan ini baik bagi diri

sendiri maupun bagi orang lain.

2. Dengan melawan hukum, dalam hal ini unsur maksud sebagaimana yang

diterangkan di atas, juga ditujukan pada unsur melawan hukum. Maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melakukan perbuatan

menggerakkan haruslah berupa maksud yang melawan hukum. Unsur

maksud dalam rumusan penipuan ditempatkan sebelum unsur melawan

hukum, yang artinya unsur maksud itu juga harus ditujukan pada unsur

melawan hukum. Oleh karena itu, melawan hukum di sini adalah berupa

unsur subjektif. Dalam hal ini sebelum melakukan atau setidak-tidaknya

ketika memulai perbuatan menggerakkan, pelaku telah memiliki kesadaran

dalam dirinya bahwa menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan

melakukan perbuatan itu adalah melawan hukum. Melawan hukum di sini

tidak semata-mata diartikan sekedar dilarang oleh undang-undang atau

melawan hukum formil, melainkan harus diartikan yang lebih luas yakni

juga bertentangan dengan apa yang dikehendaki masyarakat, suatu celaan

masyarakat. Karena unsur melawan hukum ini dicantumkan dalam

rumusan tindak pidana, maka menjadi wajib dibuktikan dalam

persidangan. Perlu dibuktikan disini adalah si pelaku mengerti maksud

menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan menggerakkan orang

lain dengan cara tertentu dan seterusnya dalam rumusan penipuan sebagai

(43)

28

b. Unsur Objektif Penipuan

Pasal 378 KUHP tentang penipuan merumuskan, yakni barang siapa dengan

maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan

hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu; dengan tipu muslihat

ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk

menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun

menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling

lama empat tahun. Rumusan penipuan tersebut terdiri dari unsur-unsur objektif

sebagai berikut :

1. Perbuatan menggerakkan (Bewegen). Kata bewegen dapat juga diartikan

dengan istilah membujuk atau menggerakkan hati. Dalam KUHP sendiri

tidak memberikan keterangan apapun tentang istilah bewegen.

Menggerakkan dapat didefinisikan sebagai perbuatan mempengaruhi atau

menanamkan pengaruh pada orang lain, karena objek yang dipengaruhi

yakni kehendak seseorang. Perbuatan menggerakkan juga merupakan

perbuatan yang abstrak, dan akan terlihat bentuknya secara konkrit bila

dihubungkan dengan cara melakukannya, dan cara melakukannya inilah

sesungguhnya yang lebih berbentuk, yang bisa dilakukan dengan

perbuatan-perbuatan yang benar dan dengan perbuatan yang tidak benar.

Karena di dalam sebuah penipuan, menggerakkan diartikan dengan

cara-cara yang di dalamnya mengandung ketidakbenaran, palsu dan bersifat

(44)

29

2. Sesuatu yang digerakkan adalah orang. Pada umumnya orang yang

menyerahkan benda, orang yang memberi hutang dan orang yang

menghapuskan piutang sebagai korban penipuan adalah orang yang

digerakkan itu sendiri. Tetapi hal itu bukan merupakan keharusan, karena

dalam rumusan Pasal 378 KUHP tidak sedikitpun menunjukkan bahwa

orang yang menyerahkan benda, memberi hutang maupun menghapuskan

piutang adalah harus orang yang digerakkan. Orang yang menyerahkan

benda, memberi hutang maupun menghapuskan piutang bisa juga oleh

selain yang digerakkan, asalkan orang lain atau pihak ketiga menyerahkan

benda itu atas perintah atau kehendak orang yang digerakkan.

3. Tujuan perbuatan. Tujuan perbuatan dalam sebuah penipuan dibagi

menjadi 2 (dua) unsur, yakni :

a. Menyerahkan benda, dalam hal ini pengertian benda dalam penipuan memiliki arti yang sama dengan benda dalam pencurian

dan penggelapan, yakni sebagai benda yang berwujud dan bergerak

b. Memberi hutang dan menghapuskan piutang, dalam hal ini perkataan hutang tidak sama artinya dengan hutang piutang,

(45)

30

c. Upaya - upaya penipuan.

Upaya penipuan dapat dibagi menjadi 2 (dua) unsur, yakni :

1) Dengan menggunakan nama palsu (valsche naam), dalam hal ini terdapat 2 (dua) pengertian nama palsu, antara lain:

Pertama, diartikan sebagai suatu nama bukan namanya sendiri

melainkan nama orang lain (misalnya menggunakan nama seorang

teman).

Kedua, diartikan sebagai suatu nama yang tidak diketahui secara pasti

pemiliknya atau tidak ada pemiliknya (misalnya orang yang bernama

A menggunakan nama samaran B). Nama B tidak ada pemiliknya atau

tidak diketahui secara pasti ada tidaknya orang tersebut. Dalam hal ini

kita harus berpegang pada nama yang dikenal oleh masyarakat luas.

Misalkan A dikenal di masyarakat dengan nama C, maka A

mengenalkan diri dengan nama C itu adalah menggunakan nama

palsu. Kemudian bagaimana bila seseorang menggunakan nama orang

lain yang sama dengan namanya sendiri, tetapi orang yang

dimaksudkan itu berbeda. Misalnya seorang supir bernama A

mengenalkan diri sebagai seorang pegawai bank yang juga bernama

A, si A yang terakhir benar-benar ada dan diketahuinya sebagai

seorang pegawai bank. Di sini tidak menggunakan nama palsu, akan

(46)

31

2) Menggunakan martabat atau kedudukan palsu (valsche hoedanigheid), dalam hal ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan sebagai terjemahan dari perkataan valsche hoedanigheid

yakni, keadaan palsu, martabat palsu, sifat palsu, dan kedudukan

palsu. Adapun yang dimaksud dengan kedudukan palsu itu adalah

suatu kedudukan yang disebut atau digunakan seseorang, kedudukan

mana menciptakan atau memiliki hak-hak tertentu, padahal

sesungguhnya ia tidak mempunyai hak tertentu itu. Jadi kedudukan

palsu ini jauh lebih luas pengertiannya dari pada sekedar mengaku

mempunyai suatu jabatan tertentu, seperti dosen, jaksa, kepala,

notaris, dan lain sebagainya. Sudah cukup ada kedudukan palsu

misalnya seseorang mengaku seorang pewaris, yang dengan demikian

menerima bagian tertentu dari boedel waris, atau sebagai seorang wali,

ayah atau ibu, kuasa, dan lain sebagainya

3) Menggunakan tipu muslihat (listige kunstgreoen) dan rangkaian kebohongan (zamenweefsel van verdichtsels), dalam hal ini kedua cara menggerakkan orang lain ini sama-sama bersifat menipu atau

isinya tidak benar atau palsu, namun dapat menimbulkan kepercayaan

atau kesan bagi orang lain bahwa semua itu seolah-olah benar adanya.

Namun terdapat perbedaan, yakni pada tipu muslihat berupa

perbuatan, sedangkan pada rangkaian kebohongan berupa ucapan atau

perkataan. Tipu muslihat diartikan sebagai suatu perbuatan yang

(47)

32

tentang kebenaran perbuatan itu, yang sesungguhnya tidak benar.

Karenanya orang bisa menjadi percaya dan tertarik atau tergerak

hatinya.

D. Pengertian Multi Level Marketing

Multi Level Marketing atau MLM adalah sistem penjualan yang memanfaatkan

konsumen sebagai tenaga penyalur secara langsung. Harga barang yang

ditawarkan di tingkat konsumen adalah harga produksi ditambah komisi yang

menjadi hak konsumen karena secara tidak langsung telah membantu kelancaran

distribusi.13

Seiring dengan berjalannya waktu, perjalanan bisnis MLM pun terus berkembang

di Indonesia. Meskipun belum mencapai puncak kejayaan seperti di negara-negara

lain, paling tidak MLM sudah berjalan di Indonesia. Itu artinya ada orang-orang

Indonesia yang wellcome terhadap bisnis MLM.

Bisnis MLM itu sendiri banyak ragamnya, dari produk sampai sistem yang

berbeda-beda. Berdasarkan perbedaan-perbedaan tersebutlah ada bisnis MLM

yang HALAL ada juga yang tidak. Berikut penulis kutip arikel dari MUI yang

dipublikasikan dalam situs resminya.

Hidayat menjelaskan ada katagori MLM yang berada di Indonesia yaitu yang

sudah berbasis syariah dan konvensional. Khusus untuk konvensional yang sudah

diverifikasi atau menjadi anggota Asosiasi Perusahaan Penjualan Langsung

13

(48)

33

Indonesia (APPLI) hanya ada 89 perusahaan, "Diluar yang 89 itu sebenarnya

sudah ada 15 perusahaan yang mengajukan tapi kita tolak," katanya.

Dikatakannya juga untuk mendapatkan MLM bersertifikasi syariah sangat ketat,

setidaknya ada 12 prinsip yang harus dipenuhi oleh MLM yang mengajukan ke

DSN dan lulus mendapatkan sertifikat.

Dalam menentukan kriteria sebuah MLM halal atau tidak MUI Kota Bandung

merilis juga fatwa MLM (Multi Level Marketing). MLM halal selama memenuhi

prinsip-prinsip di bawah ini :

1. Tabadul al-manafi' (tukar-menukar barang yang bernilai manfa'at);

2. An taradlin (kerelaan dari kedua pihak yang bertransaksi dengan tidak ada paksaan);

3. Adamu al-gharar (tidak berspekulasi yang tidak jelas / tidak transparan); 4. Adamu Maysyir (tidak ada untung-untungan atau judi seperti ba 'i

al-hashat yi: melempar barang dengan batu kerikil dan yang terkena lemparan itu harus dibeli, atau seperti membeli tanah seluas lemparan kerikil dengan harga yang telah disepakati, dan ba 'i al-lams yi: barang yang sudah disentuh harus dibeli);

5. Adamu Riba (tidak ada sistem bunga-berbunga);

6. Adamu al-gasysy (tidak ada tipu muslihat), seperti al-tathfif (curang dalam menimbang atau menakar);

7. Adamu al-najasy (tidak melakukan najasy yaitu menawar barang hanya sekedar untuk mempengaruhi calon pembeli lain sehingga harganya menjadi tinggi);

(49)

34

E. Pengertian Investasi dan Emas

1. Investasi

Ada banyak pendapat yang dikemukakan oleh berbagai pihak terhadap pengertian

tentang investasi. Secara umum investasi adalah meliputi pertambahan

barang-barang dan jasa dalam masyarakat, seperi pertambahan mesin-mesin baru,

pembuatan jalan baru, pembukaan tanah baru dan sebagainya. Investasi juga

diartikan sebagai pengeluaran yang dlakukan oleh para pengusaha untuk membeli

barang-barang modal dan membina industri-industri.

Dalam perhitungan pendapatan nasional dan statistik, investasi meliputi hal yang

lebih luas lagi, meliputi hal-hal: “seluruh nilai pembelian pengusaha atas barang

-barang modal danpembelanjaan untuk mendirikan industri-industri, pengeluaran

masyarakat untuk mendirikan rumah-rumah dan tempat tinggal, pertambahan

dalam nilai stok barang-barang berupa bahan mentah, barang yang belum selesai

diproses dan barang jadi.

Reilly & Brown berpendapat bahwa investasi adalah komitmen untuk

meningkatkan aset saat ini untuk beberapa periode waktu kemasa depan guna

mendapatkan penghasilan yang mampu mengkompensasikan pengorbanan

investor berupa:15

1. Keterikatan aset pada waktu tertentu

2. Tingkat inflasi

3. Ketidaktentuan penghasilan dimasa mendatang.

15

Didik J. Rachbini, 2008, Arsitektur Hukum Investasi Indonesia (Analisis Ekonomi Politik)

(50)

35

2. Pengertian Emas

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, emas adalah logam mulia berwarna

kuning yang dapat ditempa dan dibentuk, biasa dibuat perhiasan seperti cincin,

dan kalung.16 Pengertian yang tidak jauh berbeda dikemukakan W.J.S.

Poerwadarminta, emas adalah logam yang mahal harganya, warnanya kuning dan

biasa dibuat perhiasan (cincin, gelang dan sebagainya). Dalam Kamus Indonesia

Inggris, emas sama dengan gold, dan dalam Kamus Indonesia Arab, disebut

zahab.

Emas yang demikian banyaknya diperuntukkan bagi manusia, tapi bersamaan

dengan itu ada kelompok manusia yang diharamkan memakainya yaitu kaum pria.

Padahal pria pun banyak yang menyukai memakai emas, karena emas

mengandung keindahan dan merupakan lambang kemewahan.17

16

Tim Penyusun, 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka, Jakarta. 17

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pada penelitian ini penulis melakukan dua pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan Yuridis Normaif

Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang penulis lakukan dalam

bentuk usaha untuk mencari kebenaran dengan melihat asas-asas yang

terdapat dalam berbagai peraturan undang-undang, yang berkaitan dengan

penegakan hukum pidana terhadap pelaku penipuan dengan modus operandi

multi level marketing investasi emas.

2. Pendekatan Yuridis Empiris

Pendekatan yuridis empiris yaitu menelaah hukum sebagai pola perilaku yang

ditujukan pada penerapan peraturan hukum. Pendekatan yuridis empiris ini

dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi-informasi dilapangan yang

ditujukan kepada penerapan hukum, yang berkaitan dengan penegakan

hukum pidana terhadap pelaku penipuan dngan modus operandi multi level

marketing investasi emas.1

1

(52)

37

Penggunaan kedua macam pendekatan tersebut dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran yang jelas dan benar terhadap permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian skripsi ini.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data penelitian ini berasal dari data lapangan dan data kepustakaan.

Sedangkan jenis data terdiri atas data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh penulis dari hasil studi dan penelitian

dilapangan. Data primer ini didapat dari banyaknya pelanggaran pidana yang

terjadi dalam bentuk penipuan dengan modus operandi MLM investasi emas

di Indonesia. Data primer akan diambil dari hasil wawancara yang dilakukan

kepada pihak Kepolisian Daerah Lampung, Kejaksaan Negeri Bandar

Lampung, dan Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang untuk mencari

masukan-masukan, saran-saran dan tanggapan atas masalah tersebut.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan pustaka yang terdiri

dari:

a. Bahan hukum primer antara lain :

1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

(53)

38

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer saperti undang-undang, literatur-literatur,

makalah-makalah, dan lain-lain yang berhubungan atau berkaitan dengan

permasalaan yang sedang diteliti.

c. Bahan hukum tersier atau non hukum,berupa buku-buku, jurnal,

kamus-kamus dan disiplin ilmu lainnya yang memberikan penjelasan yang

mempunyai relevansi dengan objek permasalahan yang akan diteliti.2

C. Penentuan Populasi dan Sampel

1. Penentuan Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan

diduga. Menurut Barda Nawawi populasi adalah jumlah keseluruhan objek

penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,

gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang

memiliki karakteristik didalam suatu penelitian.3

2. Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan

cara-cara tertentu. Penentuan sampel dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode

pengambilan sampel berupa Proportional Purposive Sampling.4

2

Ali, Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 57. 3

Arief, Barda Nawawi. 2001. Masalah Kebijakan hukum dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan. (PT. Citra Aditya Bakti : Bandung) hlm. 141

4Proportional Purposive Sampling

(54)

39

Adapun responden dalam penelitian ini adalah :

a. Polisi pada Dirkrimum Polda Lampung : 1 orang

b. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung : 1 orang

c. Hakim pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang : 1 orang

d. Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 orang

Jumlah : 4 orang

D. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini dapat

dijelaskan sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh data sekunder, penulis melakukannya dengan cara

membaca, mencatat atau mengutip dari perundang-undangan yang berlaku

serta literatur-literatur dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

penulisan skripsi ini.

b. Studi Lapangan

Untuk memperoleh data primer, penulis melakukan dengan studi lapangan

yang merupakan unsur mutlak yang diperlukan dan ditempuh dengan cara

melakukan wawancara untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang

permasalahan yang penulis kaji. Wawancara ditujukan kepada pihak

Kepolisian Daerah Lampung, Kejaksaan Negeri Bandar Lampung,

Pengadilan Negeri Kelas 1A Tanjung Karang dan Dosen Fakultas Hukum

(55)

40

2. Metode Pengolahan data

Setelah data yang dikehendaki terkumpul, baik dari studi kepustakaan maupun

dari lapangan, maka data diproses melalui pengolahan data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a. Seleksi data : seleksi data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperlukan sudah mencakup atau belum dan data tersebut berhubungan

atau tidak berhubungan dengan pokok permasalahan yang dibahas.

b. Klasifikasi data : dari data yang telah diperoleh kemudian disusun menurut

klasifikasi yang telah ditentukan.

c. Penyusunan data : dimaksudkan untuk mendapatkan data dalam susunan

yang sistematis dan logis serta berdasarkan kerangka pikir. Dalam tahap

ini data dapat dimaksudkan ke dalam tabel apabila diperlukan.

E. Analisis Data

Untuk memberikan jawaban terhadap permasalahan yang ada maka data tersebut

perlu dianalisis. Pada penelitian ini data dianalisis secara deskriptif kualitatif.

Cara analisis ini adalah dengan memberikan uraian atau menjabarkannya dengan

kalimat-kalimat, kemudian disusun suatu kesimpulan secara induktif terhadap

gejala dan kenyataan yang ditemukan. Atas dasar kesimpulan metode penelitian

yuridis normatif dan yuridis empiris tersebut lalu disusun saran-saran sebagai

Referensi

Dokumen terkait

Kepolisian sebagai penegak hukum dalam upaya memberantas tindak pidana perjudian di Indonesia perlu bekerjasama dengan masyarakat demi Penyuluhan hukum tersebut memberikan

Berdasarkan kesimpulan maka yang menjadi saran penulis jika dilihat dari segi penegakan hukum tindak pidana pencurian dalam keluarga yaitu hendaknya keluarga dapat

Untuk menanggulangi terjadinya tindak pidana pencurian ikan (illegal fishing) di Indonesia, pemerintah hendaknya membentuk forum koordinasi penegak hukum untuk menyamakan

Legalitas bisnis MLM di Indonesia agar dapat diakui masyarakat perlu didukung dengan penegakan hukum pidana dalam menanggulangi praktek bisnis berkedok MLM, serta peran

Profesi sebagai polisi dalam dunia hukum tidak dapat dipisahkan dengan etika profesi polisi sebagai aparat penegak hukum dan aparat negara terkait dengan fungsi dari

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebab atas segala rahmat dan karunia- Nya,Penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul PENEGAKAN HUKUM TERHADAP

memunculkan gagasan-gagasan serta ide-ide yang berguna, sehingga aparat penegak hukum juga dapat bekerja sama dalam menggabungkan antara gagasan dengan kinerja

Penerapan Sanksi Terhadap 1 Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan Di Kabupaten Bintan oleh Kepolisian Resor Bintan Berdasarkan dari penelitian yang penulis lakukan di Wilayah Hukum Polres