• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD PADA SISWAKELAS IV SD MUHAMMADIYAH WARINGINSARI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STAD PADA SISWAKELAS IV SD MUHAMMADIYAH WARINGINSARI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

WARINGINSARI KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN

2013/2014

Oleh

NANANG RISWANTORO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE

STAD PADA SISWAKELAS IV SD MUHAMMADIYAH WARINGINSARI KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

NANANG RISWANTORO

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran cooperative tipe STAD. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian tindakan kelas (PTK).

Penelitian ini dilaksanakan sebanyak tiga siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Data dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa pada setiap akhir siklus. Aspek yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa tentang bertanya, menjawab pertanyaan, dan diskusi pada mata pelajaran IPA.

Aktivitas penelitian pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Waringinsari setiap siklus mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar IPA siswa 53,33% dengan persentase ketuntasan 60%, siswa yang mencapai KKM 12 siswa dan yang tidak mencapai KKM 8 siswa. Pada siklus II nilai rata-rata aktivitas belajar IPA siswa 65,00% dengan persentase ketuntasan 80%, siswa yang mencapai KKM 16 siswa dan yang tidak mencapai KKM 4 siswa. Pada siklus III nilai rata-rata aktivitas belajar IPA siswa 75,83 dengan persentase ketuntasan 90%, siswa yang mencapai KKM 18 siswa dan yang tidak mencapai KKM 2 siswa. Dari ketiga siklus yang diterapkan, terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. Peningkatan nilai rata-rata aktivitas dari siklus I ke siklus III 36,67%, dan peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM 6 siswa. Berdasarkan indikator keberhasilan pada siklus III, bahwa model pembelajaran cooperative tipe STAD yang diterapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas IV SD Muhammadiyah Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu.

(3)
(4)
(5)
(6)

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 4

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Rumusan Masalah ... 5

1.5 Tujuan Penelitian ... 5

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar ... 7

2.1.1 Teori Nativisme ... 7

2.1.2 Teori Empirisme ... 7

2.1.3 Teori Konvergensi ... 9

2.2 Pengertian Belajar ... 11

2.3 Aktivitas Belajar ... 13

2.4 Hasil Belajar ... 15

2.4.1 Ranah Kognitif ... 16

2.4.2 Ranah Afektif ... 16

2.4.3 Ranah Psikomotor ... 17

2.5 Model-Model Pembelajaran ... 17

2.5.1 Model Pembelajaran Inquiry dan Discovery ... 18

2.5.2 Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching Learning) 18

2.5.3 Model Pembelajaran Interaktif ... 18

2.5.4 Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

2.6 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 19

2.6.1 Hakikat Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD... 19

2.6.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe STAD ... 21

2.7 Pembelajaran IPA ... 25

2.8 Hasil Penelitian yang Relevan ... 26

2.9 Kerangka Pikir ... 28

2.10 Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Setting Penelitian ... 30

(7)

3.3.1 Observasi ... 31

3.3.2 Tes ... 32

3.4 Alat Pengumpulan Data ... 32

3.5 Jenis Data ... 32

3.6 Teknik Analisis Data ... 32

3.7 Prosedur Penelitian ... 34

3.7.1 Langkah-langkah Kegiatan Siklus I... 34

3.7.2 Langkah-langkah Kegiatan Siklus II ... 35

3.7.3 Langkah-langkah Kegiatan Siklus III ... 36

3.8 Pelaksanaan Tindakan ... 40

3.9 Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas ... 42

3.10 Indikator Keberhasilan... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Latar Lokasi Sekolah dan Karakteristik Guru ... 45

4.2 Penetapan Kelas dan nWaktu Penelitian ... 45

4.3 Persiapan Perangkat Pembelajaran ... 46

4.4 Tahap Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ... 46

4.4.1 Siklus I ... 46

4.4.2 Rekomendasi untuk Siklus II ... 51

4.4.3 Siklus II ... 51

4.4.4 Rekomendasi untuk Siklus III ... 56

4.4.5 Siklus III ... 57

4.5 Pembahasan ... 61

4.5.1 Perkembangan Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Model Pembelajaran Tipe STAD ... 62

4.5.1.1 Pembelajaran Siklus I ... 63

4.5.1.2 Pembelajaran Siklus II ... 64

4.5.1.3 Pembelajaran Siklus III ... 65

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 67

5.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(8)

Tabel Halaman

4.1 Jadwal Pertemuan Penelitian Mata Pelajaran IPA Kelas IV ... 46

4.2 Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ... 48

4.3 Pencapaian KKM oleh Siswa pada Siklus I ... 49

4.4 Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 53

4.5 Pencapaian KKM oleh Siswa pada Siklus II... 54

4.6 Persentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus III ... 59

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1.1 Grafik Klasikal Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Tipe STAD

pada Siklus I ... 63

1.2 Grafik Klasikal Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Tipe STAD

pada II ... 64

1.3 Grafik Klasikal Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Tipe STAD

pada III ... 65

1.4 Grafik Nilai Rata-Rata Aktivitas Belajar IPA Menggunakan Tipe

STAD pada Setiap Siklus II ... 66

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting terutama di negara

berkembang seperti Indonesia, upaya peningkatan kualitas pendidikan di

Indonesia secara terus-menerus telah dilakukan secara konvensional maupun

inovatif, seperti pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan

kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya. Walaupun

berbagai upaya itu telah dilakukan namun hingga kini mutu pendidikan belum

menunjukkan peningkatan yang berarti, baik pada jenjang pendidikan dasar,

menengah, maupun pada jenjang pendidikan tinggi.

Proses pembelajaran di Sekolah Dasar, harus dapat memberikan peluang kepada

anak untuk mengembangkan berbagai kemampuannya secara optimal, seperti

kemampuan berpikir, bereksplorasi dan bereksperimen demikian juga mampu

untuk bertanya dan berpendapat. Proses belajar yang tidak mengakomodasi

kebutuhan berbagai aspek perkembangan kemampuan anak, memberikan

pengalaman belajar yang kurang bermakna akibatnya anak menjadi tidak kreatif,

kurang inisiatif, dan tidak termotivasi untuk belajar aktif.

Pembelajaran dikatakan baik jika memungkinkan siswa aktif melibatkan diri

dalam keseluruhan proses pembelajaran baik secara mental maupun fisik.

(11)

dapat dipersiapkan untuk menghadapi tiga tugas kehidupan, pertama untuk dapat

hidup (to make a living), kedua untuk mengembangkan kehidupan bermakna (to

lead a meaning ful life), ketiga untuk memuliakan kehidupan (to ennable life)

(Bukhori, 2001: 5).

Pelajaran IPA berkaitan erat dengan kehidupan langsung anak baik di rumah,

sekolah, dan masyarakat serta mampu memberikan pembelajaran yang baik

sehingga pembelajaran yang diketahui anak, aktivitas yang diselenggarakan,

informasi faktual yang diberikan serta keterampilan yang dilatih harus sesuai

dengan realitas hidup dan konteks fungsional di mana siswa hidup.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan menekankan pada pembelajaran

kontekstual, pengalaman belajar yang tidak hanya pada ranah efektif dan

psikomotorik yang bertujuan membekali siswa dengan pengetahuan yang secara

fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain. Melihat

pentingnya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia perlu dilakukan penataan

pendidikan yang menyangkut inovasi pembelajaran dan penerapan metode

pembelajaran di kelas, yang mampu meningkatkan mutu proses dan hasil belajar

siswa.

Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar merupakan proses pendidikan yang

berhubungan dengan keseharian siswa sehingga siswa mampu mengerti dan

memahami kehidupan dirinya sebagai makhluk sosial dan tampil hidup di

lingkungan. Pembelajaran IPA berkaitan erat dengan kehidupan anak baik di

rumah, di sekolah maupun di masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut,

(12)

belajar-mengajar berjalan lebih bermakna, karena dengan adanya penggunaan model

pembelajaran tipe STAD ini hasil belajar akan meningkat. Dengan demikian akan

terjadi peningkatan aktifitas atau pencapaian kompetensi belajar. Strategi

pembelajaran ini tidak mengaharuskan siswa menghafal, tetapi sebuah strategi

yang mendorong siswa untuk menemukan pengetahuan dibenak mereka sendiri.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan

mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat

yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda.

Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

pengalaman belajarnya, kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam

seluruh proses pendidikan di sekolah. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian

tujuan pendidikan salah satunya tergantung pada proses belajar yang dialami

siswa selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, suasana belajar yang

dikembangkan oleh guru mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap

keberhasilan belajar siswa.

Hasil diskusi dan observasi dengan teman sejawat kelas IV diketahui bahwa siswa

yang memperoleh nilai 65 sebesar 68,75%. Nilai tersebut belum mencapai

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diterapkan yaitu 75% siswa telah

mencapai nilai 65. Dari data tersebut, terlihat bahwa siswa masih mengalami

kesulitan dalam memahami materi mengidentifikasi sifat dan perubahan wujud

benda, karena selama ini proses pembelajaran IPA di SD Muhammadyah

Waringinsari belum menggunakan proses pembelajaran dengan model

(13)

Berdasarkan uraian di atas maka agar hasil belajar IPA kelas IV di SD

Muhammadyah Sukoharjo dapat lebih baik dari sebelumnya, perlu dilakukan

penelitian mengenai meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa kelas IV SD Muhammadyah

Waringinsari.

1.2 Identifikasi Masalah

Pada prinsipnya tujuan kegiatan belajar mengajar adalah siswa dapat menguasai

bahan-bahan pelajaran sesuai dengan tujuan. Seorang guru sudah berupaya mulai

dari menyusun RPP, penggunaan metode dan pelaksanaan evaluasi. Kenyataan

yang ada menunjukan bahwa prestasi pada mata pelajaran IPA masih di bawah

maksimum.

Penyebab prestasi belajar mata pelajaran IPA menurun karena faktor-faktor ini:

1. Aktivitas belajar rendah disebabkan model pembelajaran yang dilaksanakan

lebih dominan pada guru, sehingga kurang memberi kesempatan pada siswa

untuk diskusi saat belajar.

2. Minat belajar kurang dikarenakan pembelajaran kurang menarik.

3. Hasil belajar rendah sebab kurangnya aktivitas dan minat belajar siswa.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, penelitian ini akan membahas masalah upaya

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui

penerapan model pembelajaran kooperatife tipe STAD di SD Muhammadiyah

(14)

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian diatas adalah rendahnya hasil belajar IPA kelas IV SD

Muhammadyah Waringinsari. Adapun permasalahannya adalah :

1. Bagaimanakah aktivitas siswa selama pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Apakah dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

hasil belajar siswa?

3. Bagaimana kinerja guru dalam pembelajaran IPA menggunakan kooperatif

STAD?

1.5 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui peningkatan Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

menggunakan Kooperatif STAD.

2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui pembelajaran

menggunakan Kooperatif STAD.

3. Mengetahui peningkatan kinerja guru dalam pembelajaran IPA menggunakan

kooperatif STAD.

1.6 Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

1. Meningkatkan kreativitas peserta didik dalam mengikuti proses

(15)

2. Dapat memperluas pengetahuan tentang model pembelajaran tipe

STAD.

b. Manfaat Praktis

1. Agar guru terampil menggunakan berbagai macam model pembelajaran

yang ada.

2. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran

IPA di kelas IV SD Muhammadyah Waringinsari Kecamatan Sukoharjo

(16)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan kemampuan akademik, dan juga

pengembangan emosional, interaksi sosial dan perkembangan kepribadian. Belajar

adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dalam lingkungan.

2.1.1 Teori Nativisme

Nativisme merupakan kata dasar dari bahasa Latin, “natus” artinya lahir atau

“nativus” artimya kelahiran (pembawaan). Nativisme merupakan sebuah doktrin

yang berpengaruh besar terhadap teori pemikiran psikologis. Teori nativisme ini

dipelopori oleh Arthur Schopenhauer tahun 1788-1860 (Dimyati, 2002: 34),

seorang filosof Jerman ini mengemukakan bahwa perkembangan manusia itu

telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (faktor pembawaan)

baik karena berasal dari keturunan orang tuanya, nenek moyangnya maupun

karena ditakdirkan demikian. Pembawaan itulah yang menentukan hasil

perkembangannya. Manakala pembawaannya itu baik, baik pula anak itu kelak

begitu pula sebaliknya.

Potensi-potensi yang dimiliki seseorang adalah potensi hereditas (bawaan) bukan

(17)

manusia. Teori ini juga termasuk dalam filsafat idealism yang mengemukakan

bahwa perkembangan seorang hanya ditentukan oleh keturunan yaitu faktor alam

yang bersifat kodrati.

Menurut nativisme, pendidikan tidak dapat mengubah sifat-sifat pembawaan.

Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh sama sekali dan tidak berkuasa

dalam perkembangan seorang anak. Dalam ilmu pendidikan teori nativisme ini

dikenal sebagai pandangan pesemisme paedagogis. Teori ini disebut pula dengan

Biologisme, karena mementingkan kehidupan individu saja, tanpa memperhatikan

pengaruh-pengaruh dari luar. Perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh:

a. Faktor genetik (keturunan)

b. Faktor Kemampuan (bakat)

c. Faktor Pertumbuhan

2.1.2 Teori Empirisme

Nama asli teori ini adalah “The school of British Empiricism” (teori empirisme

Inggris). Pelopor teori ini adalah John Locke (1632-1704). teori ini

mengemukakan bahwa manusia dilahirkan seperti kertas kosong (putih) yang

belum ditulis (teori tabularasa). Jadi sejak dilahirkan anak itu tidak mempunyai

bakat dan pembawaan apa-apa dan anak dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini

kekuatan apa pada pendidik, pendidikan dan lingkungannya yang berkuasa atas

pembentukan anak.

Teori empirisme ini merupakan kebalikan dari teori nativisme karena menganggap

(18)

pengaruhnya dalam upaya pendidikan. Semuanya ditentukan oleh faktor

lingkungan yaitu pendidikan. Teori ini disebut juga dengan Sosiologisme, karena

sepenuhnya mementingkan atau menekankan pengaruh dari luar. Dalam ilmu

pendidikan teori ini dikenal sebagai pandangan optimisme paedagogis.

2.1.3 Teori Konvergensi

Teori ini pada intinya merupakan perpaduan antara pandangan nativisme dan

empirisme, yang keduanya dipandang sangat berat sebelah. Teori ini

menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan lingkungan sebagai

faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia. Faktor pembawaan tidak

berarti apa-apa tanpa faktor pengalaman (lingkungan). Demikian pula sebaliknya,

faktor pengalaman tanpa faktor pembawaan tidak akan mampu mengembangkan

manusia yang sesuai harapan.

Perkembangan yang sehat akan berkembang jika kombinsai dari fasilitas yang

diberikan oleh lingkungan dan potensialitas kodrati seseorang bisa mendorong

berfungsinya segenap kemampuannya. Dan kondisi sosial menjadi sangat tidak

sehat apabila segala pengaruh lingkungan merusak, bahkan melumpuhkan potensi

psiko-fisiknya.

Dengan demikian, keadaan ini dapat dinyatakan bahwa faktor pembawaan

maupun pengaruh lingkungan yang berdiri sendiri tidak dapat menentukan secara

mutlak dan bukan satu-satunya faktor yang menentukan pribadi atau struktur

kejiwaan seseorang.

1) Tujuan Teori Nativisme, Empirisme dan Konvergensi dalam proses

(19)

Tujuan teori Nativisme, yaitu:

a. Mampu memunculkan bakat yang dimiliki

b. Mendorong seseorang mewujudkan diri yang berkompetensi

c. Mendorong seseorang dalam menetukan pilihan

d. Mendorong seseorang untuk mengembangkan potensi dari dalam dirinya

e. Mendorong manusia mengenali bakat minat yang dimiliki

Tujuan teori Empirisme, yaitu:

a. Sebagai faktor penentu bagi perkembangan seseorang yang bersumber dari

berbagai sistem pendidikan.

b. Mendorong seseorang dalam penguasaan terhadap bidang pengetahuan.

c. Agar pendidikan seseorang menjadi relevan dan efektif yang berorientasi

pada pemberdayaan pendidikan dan pengalaman anak didik itu sendiri.

Sedangkan tujuan teori belajar konvergensi adalah gabungan antara tujuan teori

nativisme dan tujuan dari teori empirisme.

2) Aplikasi dalam kehidupan

Berdasarkan teori nativisme, untuk mendukung teori tersebut di era sekarang

banyak dibuka pelatihan dan kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat

yang dibawa sejak lahir itu dilatih dan dikembangkan agar setiap individu

manusia mampu mengolah potensi diri. Sehingga potensi yang ada dalam diri

manusia tidak sia-sia karena tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan.

Sedangkan yang terjadi dari realisasi paradigma empirisme, salah satunya

adalah munculnya reduksi terus-terusan atau bahkan penghilangan dimensi dan

(20)

faktor ekstern manusia, merupakan faktor penentu, maka upaya yang

dilaksanakan akan terus-terusan berorientasi pada pemberdayaan aspek luar

diri manusia itu sendiri. Reduksi dan bahkan penghilangan dimensi dan

peranan internal manusia, justru akan mendorong dan mengarahkan manusia

yang menjadi anak-didik ke arah “sekularisasi” kehidupan dari aspek-aspek

rohani, terutama naluri keagamaan.

Dari bermacam-macam istilah teori perkembangan seperti tersebut di atas, teori

konvergensi merupakan teori yang dapat diterima oleh para ahli pada

umumnya. Sehingga teori ini merupakan salah satu hukum perkembangan

individu di samping adanya hukum-hukum perkembangan yang lain.

Jadi, baik faktor pembawaan (gen) dan lingkungan itu diperlukan bagi

seseorang meski hanya sekedar ada di dunia. Faktor bawaan dan lingkungan

bekerja sama untuk menghasilkan kecerdasan temperamen, tinggi badan, berat

badan, kecakapan membaca, dan sebagainya. Tanpa gen, tidak akan ada

perkembangan, tanpa lingkungan tidak ada pula perkembangan karena

pengaruh lingkungan tergantung pada karakteristik genetik bawaan, jadi dapat

kita katakan bahwa ke-2 faktor di atas saling berinteraksi.

2.2 Pengertian Belajar

Slameto (Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999) Belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman

(21)

Surya, Oemar Hamalik (2001: 28) mendefinisikan belajar sebagai proses

perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Proses belajar tidak hanya terjadi pada waktu tertentu, tetapi berlangsung seumur

hidup. Seperti yang diungkapkan oleh Sadiman (1996: 45) bahwa belajar dapat

diartikan sebagai proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang

berlangsung seumur hidup. Sedangkan menurut R. Gagne (Djamarah, Syaiful

Bahri, Psikologi Belajar; Rineka Cipta; 1999: 22) Belajar adalah suatu proses

untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan dan

tingkah laku.

Menurut pendekatan kontekstual belajar itu tidak menghafal akan tetapi

mengalami dan harus mengkonstruksi pengetahuan (Nanang Hanafiah, Cucu

Suhana, 2009).

Menurut Surakhmad (1987:16) belajar berarti mengalami dan menghayati sesuatu

yang akan menimbulkan respon-respon tertentu dari pihak siswa. Pengalaman

berupa pelajaran akan menghasilkan perubahan (pematangan dan pendewasaan)

pola tingkah laku, perubahan sistem nilai, mendapat perbendaharaan

konsep-konsep serta menambah kekayaan informasi. Perubahan tersebut sebagai hasil

pengalaman siswa dalam interaksi dengan lingkungannya. Setelah mengikuti

proses belajar-mengajar, perubahan pengetahuan, sikap atau pengalaman yang

dialami siswa dapat diketahui berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh guru.

Belajar adalah suatu aktivitas yang melibatkan bukan hanya penguasaan

kemampuan akademik, tapi juga pengembangan emosional, interaksi sosial dan

(22)

Sedangkan pengertian belajar menurut Hamalik (2004: 27) adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the

modification or strengthening of behavior through experiencing) artinya belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar

bukan hanya mengingat. akan tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami.

Menurut Gredler (1998: 132) ada lima golongan ragam belajar yaitu informasi

verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.

Kelima macam ragam belajar tersebut diperoleh dengan cara yang berlainan.

Artinya masing-masing memerlukan keterampilan prasyarat yang berbeda dan

perangkat serta langkah yang berbeda.

Berdasarkan pendapat pada ahli di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa

belajar merupakan proses internalisasi pengetahuan dan perubahan perilaku

menjadi lebih baik sebagai hasil pengalaman dalam berinteraksi dengan

lingkungan. Jadi untuk dapat berubah menjadi lebih baik, individu harus

mengalami sendiri dan berinteraksi langsung dengan lingkungan

2.3 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar

yang dilakukan seseorang yang meng-akibatkan perubahan dalam dirinya, berupa

perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit

(23)

Aktivitas belajar merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan proses

belajar siswa, karena pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat “Learning by

doing”(Sardiman, 1992).

Aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan

suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai (WS. Winkel, 1983).Setiap orang

yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak

mungkin terjadi.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud

aktivitas belajar adalah kegiatan yang dialami oleh, dan dari siswa yang

menghasilkan perubahan perilaku yang dikehendaki, sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai.

Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar

yang dilakukan seseorang yang meng-akibatkan perubahan dalam dirinya, berupa

perubahan pengetahuan atau ke- mahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit

banyaknya perubahan”. Aktivitas belajar merupakan faktor yang sangat

menentukan keberhasilan proses belajar siswa, karena pada prinsipnya belajar itu

adalah berbuat“Learning by doing”(Sardiman, 1992).

Aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan belajar siswa yang menghasilkan

suatu perubahan yaitu hasil belajar yang dicapai (WS. Winkel, 1983).Setiap orang

yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktivitas, maka proses belajar tidak

mungkin terjadi.

Dari pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud

(24)

menghasilkan perubahan perilaku yang dikehendaki, sesuai dengan tujuan

pembelajaran yang harus dicapai.

2.4 Hasil Belajar

Pada pembelajaran selalu berpengaruh pada proses dan hasil, pendapat Djamarah

(1994: 24) menyatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang

kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang menyangkut

pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah penilaian.

Dimyati dan Mulyono (2002: 3) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil

dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak

mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil

belajar merupakan puncak proses belajar. sedangkan pada umumnya setelah

belajar seseorang akan memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.

Dimyati dan Mugiono (1994) dalam http://pgrilampura.co.cc/?p=37 menyatakan

bahwa hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak mengajar atau

tindak belajar. Keberhasilan siswa sekolah mengikuti satuan pembelajaran tertentu

kita sebut dengan keberhasilan belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung,

kita dapat mengetahui apakah siswa telah memahami konsep tertentu, apakah

siswa dapat melakukan suatu, apakah siswa memiliki keterampilan atau

kemahiran tertentu. Keberhasilan-keberhasilan siswa di atas merupakan

keberhasilan hasil belajar. Hasil belajar siswa juga tergantung pada apa yang telah

diketahui oleh siswa yang berupa konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang

(25)

Berdasarkan uraian para ahli di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa

hasil belajar diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid dalam mempelajari

materi pelajaran yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes

mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar sangat dipengaruhi

oleh proses belajar yang dialami siswa secara langsung di dalam lingkungan

belajarnya.

Hasil belajar berhubungan dengan penguasaan kompetensi dan diartikan sangat

beragam oleh banyak ahli. Keragaman tersebut terjadi akibat dari perbedaan sudut

pandang. Menurut Bebjamin S. bloom mengemukakan 3 dasar kompetensi yaitu:

2.4.1 Ranah Kognitif

Ranah kognitif merupakan salah satu aspek dari hasil belajar yang harus dinilai.

Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya

kemampuan menghafal, memahami, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan

kemampuan mengevaluasi. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah

kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada di

tengah masyarakat. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan

mentransfer pengetahuan ke berbagai situasi dengan konteksnya. Hampir semua

mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena di dalamnya

diperlukan kemampuan berfikir untuk memahaminya.

2.4.2 Ranah Afektif

Ranah afektif merupakan satu aspek dari hasil belajar yang harus dinilai. Ranah

(26)

Ranah afektif menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak

memiliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan studi

secara optimal, sedangkan seseorang yang berminat terhadap suatu mata pelajaran

diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Ranah afektif yang

dinilai adalah tingkat minat siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan setelah

proses pembelajaran tersebut telah dilakukan.

2.4.3 Ranah Psikomotor

Ranah psikomotor merupakan salah satu aspek hasil belajar yang harus dinilai.

Ranah psikomotor yaitu kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Ranah

psikomotor yang dinilai berdasarkan keterampilan yang dilakukan oleh siswa

adalah cara membaca dan pengumuman. Salah itu diamati juga aktivitas.

2.5 Model-Model Pembelajaran

Model pembelajaran sangat beraneka ragam. Dengan mempertimbangkan apakah

suatu model pembelajaran cocok untuk mengajarkan materi pembelajaran tertentu,

guru dapat memilih model pembelajaran yang efektif untuk mengantarkan siswa

mencapai tujuan. Model pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa

aktif dalam upaya memperoleh kemampuan hasil belajar.

Model pembelajaran dipilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada

siswa sebagaimana terjadi dalam pembelajaran dengan pendekatan imposisi.

Agar dapat menerapkan suatu metode pembelajaran yang relevan dengan situasi

tertentu perlu dipahami keadaan model pembelajaran tersebut, baik ketepatan

(27)

2.5.1 Model PembelajaranInquirydanDiscovery

Metodeinquirydandiscoverypada dasarnya dua metode pembelajaran yang

saling berkaitan satu dengan yang lain.Inquiryartinya penyelidikan, sedangkan

Discoveryadalah penemuan. Dengan melalui penyelidikan siswa akhirnya dapat

memperoleh suatu penemuan, Sumiati & Asra (2011: 103). Metode pembelajaran

ini berkembang dari ide John Dewey (1913) yang terkenal dengan“Problem

Solving Methodatau metode pemecahan masalah.

2.5.2 Model PembelajaranCTL(Contextual Teaching and Learning)

Pendekatan CTL ( Contextual Teaching and Learning) (Rusman. 2011: 47)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

diajarakannya dengan situasi nyata siswa dan mendorong siswa membuat

hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dengan penerapannya dalam

kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan anggota masyarakat, dengan

melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif yakni: konstruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat

belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection),

penilaian sebenarnya (authentic assessment).

2.5.3 Model Pembelajaran Interaktif

Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan belajar yang merujuk pada

pandangan konstruktivis. Model belajar ini merupakan salah satu alternative

model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk berani mengungkapkan

(28)

dipelajarinya. Model pembelajaran interaktif memberikan struktur pengajaran

yang melibatkan pengumpulan dan pertimbangan atas pertanyaan-pertanyaan

siswa. Siswa diajak untuk berpikir tentang konsep yang akan dipelajari, kemudian

direfleksikan melalui keingintahuannya dan diwujudkkan dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan siswa. Pertanyaan-pertanyaan itu kemudian dijawab

sendiri oleh siswa melalui penyelidikan. Guru tidak terlibat terlalu jauh dalam

menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa tetapi menjawab pertanyaan siswa dengan

pertanyaan, sehingga siswa akan menemukan sendiri jawaban atas pertanyaannya.

2.5.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar mengajar yang

menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja, membantu di antara

sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok. Pada

pembelajaran kooperatif keberhasilan belajar tidak hanya tergantung dari guru dan

kemampuan individu secara utuh, tetapi juga dari pihak yang terlibat dalam

pembelajaran itu.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk memilih model

pembelajaran kooperatif, karena model pembelajaran ini mempunyai peran untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam kelompok dan individual.

2.6 Model Pembelajaran KooperatifSTAD

2.6.1 Hakikat Pembelajaran KooperatifSTAD

Menurut Eggen dan Kauchak dalam Wardani (2007: 32) menjelaskan bahwa

(29)

mengajar yang dirancang untuk mencapai suatu pembelajaran. Pedoman tersebut

memuat tanggung jawab guru dalam merencanakan, melaksanakan dan

mengevaluasi kegiatan pembelajaran.

Salah satu tujuan dari penggunaan model pembelajaran adalah untuk

meningkatkan kemampuan siswa selama belajar, dengan pemilihan metode,

strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran yang diharapkan adanya perubahan

dari menghafal kearah berfikir dan pemahaman.

Salah satu tipe pembelajaran kooperatif adalah tipeSTAD, model pembelajaran ini

dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John

Hoflceus, dan merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana

diterapkan dimana siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari

empat sampai enam orang yang bersifat heterogen, guru yang menggunakan

STAD mengacu kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik

baru kepada belajar kelompok yang menyajikan informasi akademik baru kepada

siswa menggunakan presentasi verbal atau teks ( Ibrahim dkk, 2000: 10 ).

Dalam pembelajaran selalu berpengaruh pada proses dan hasil, pendapat

Djamarah (1994: 24) menyatakan bahwa hasil belajar adalah penilaian pendidikan

tentang kemajuan siswa dalam segala hal yang dipelajari di sekolah yang

menyangkut pengetahuan atau kecakapan/keterampilan yang dinyatakan sesudah

penilaian.

Menurut Kunandar (2007: 364), dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD para

siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-6

(30)

kemudian saling membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau

diskusi antar sesama anggota kelompok. Secara individu/kelompok tiap minggu

atau dua minggu dilakukan evaluasi oleh guru untuk mengetahui penguasaan

konsep siswa. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya

terhadap bahan ajar, dan kepada siswa secara individu atau kelompok yang meraih

prestasi tinggi akan diberi penghargaan.

STAD merupakan model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan

kelompok kecil. Adapun langkah-langkah pembelajaran model STAD adalah: (a)

Peserta didik dibagi kedalam kelompok kecil 4-5 orang secara heterogen menurut

prestasi, jenis kelamin, ras, atau suku. (b) Guru memjelaskan proses pembelajaran

model tipe STAD yang akan dilaksanakan. (c) Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran dan memotivasi peserta didik (d) Guru menyajikan bahan pelajaran

dan peserta didik bekerja dalam tim. (e) Guru membimbingkan peserta didik

dalam proses pembelajaran. (f) Siswa bekerja secara berkelompok dengan

bimbingan guru. (g) Setiap kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya ke

depan secara bergantian dan kelompok lain menanggapinya. (h) Memberikan

penghargaan kepada peserta didik. (Dasna: 2006: 35)

2.6.2 Langkah-Langkah Pembelajaran KooperatifSTAD

Berikut ini tahapan pel aks anaan pem bel aj aran kooperati fe ti pe

STAD menurut Eggen dal am Dasna (2006: 74):

1) Pembelajaran(Instruction)

Materi yang disampaikan pada saat pembelajaran biasa menggunakan

(31)

dipakai untuk menetapkan tujuan, penjelasan, dan pemodelan kemampuan atau

penerapan konsep, prinsip, penyamarataan, peraturan-peraturan dan

penyediaan buku praktik. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang akan

memperhatikan dengan baik selama pembelajaran karena akan membantu

siswa dalam tes.

2) Membentuk Kelompok(Transition to Teams)

Guru umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakn 4 hingga 5 siswa dengan karakteristik yang heterogen.

3) Belajar Kelompok dan Pengawasan(Team Study and Monitoring)

Selama murid bekerja dalam kelompok, guru harus mengawasi murid untuk

memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik. Salah satu tujuan

pembelajaran kooperatif adalah mengajar murid untuk bekerja sama. Model

pembelajaran kooperatif tipeSTADsatu kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang

anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas

keberhasilan anggota kelompok mereka. Setiap kelompok harus membantu

satu sama lain dan bertanggung jawab agar setiap anggota kelompoknya

benar-benar memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan individu

mempengaruhi keberhasilan kelompoknya.

4) Kuis/Tes

Kuis/tes diberikan setelah melaksanakan 1 atau 2 kali pertemuan. Saat kuis/tes

siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal

secara individu. Kuis/tes dikerjakan setiap individu.

(32)

Poin peningkatan individu adalah memberikan kepada siswa sasaran yang

dapat dicapai jika mereka bekerja lebih giat dan memperhatikan prestasi yang

lebih baik jika dibandingkan dengan yang dicapai sebelumnya. Hasil tes setiap

siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes

terlebih dahulu (skor tes awal dan skor tes akhir). Selisih skor siswa tersebut

kemudian diberi poin berdasarkan tabel skor perkembangan di bawah ini

sehingga diperoleh skor individu. Skor individu setiap anggota kelompok

memberi sumbangan kepada skor kelompok.

6) Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok.

Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok

tersebut.

Sedangkan menurut Slavin dkk langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe

STADsebagai berikut Dasna (2006:76):

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi

dasar yang akan dicapai. Guru dapat menggunakan berbagai pilihan dalam

menyampaikan materi pembelajaran ini kepada siswa.

2) Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu sehingga

akan diperoleh nilai awal kemampuan siswa.

3) Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5

kelompok mempunyai kemampuan akademik yang berbeda-beda (tinggi,

sedang, dan rendah). Jika mungkin anggota kelompok berasal dari budaya

(33)

4) Guru memberikan tugas kepada kelompok berkaitan dengan materi yang

telah diberikan, mendiskusikannya secara bersama-sama, saling membantu

antar anggota lain, serta membahas jawaban tugas tang diberikan guru.

Tujuan utamanya adalah memastikan bahwa setiap kelompok dapat

menguasai konsep dan materi. Bahan tugas untuk kelompok dipersiapkan

oleh guru agar kompetensi dasar yang diharapkan dapat dicapai.

5) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individu.

6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan dan

meberi penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.

7) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan

nilai peningkatan hasil belajar individual dari nilai awal ke nilai kuis

berikutnya.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah-langkah

pembelajaran kooperatif adalah:

a. Pembentukan kelompok yang terdiri dari 4-5 orang.

b. Penyajian materi pembelajaran.

c. Pemberian tugas pada kelompok.

d. Pemberian kuis/pertanyaan individu .

e. Evaluasi/penskoran dan penghargaan.

f. Kesimpulan

Dalam praktiknya model pembelajaran kooperatif tipe STAD tergolong baru

diterapkan pada kelas IV SD Muhammadiyah Waringinsari Kabupaten

Pringsewu, sehingga ada beberapa hal yang perlu diamati dalam aktivitas

(34)

a. Tentang belajar bertanggung jawab

b. Cara siswa menjalin kerja sama antara teman sejawat dimana siswa akan

menjalin komunikasi, berbagai ide dan pendapat serta saling mendiskusikan

masalah masalah dengan siswa lainnya.

c. Keterlibatan dan tanggung jawab setiap siswa akan membuat siswa lebih

memahami konsep-konsep yang sulit dan meningkatkan daya nalar siswa.

2.7 Pembelajaran IPA

IPA merupakan ilmu universal (Buchori. 2001) yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan

memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat dibidang teknologi

informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan IPA dibidang

pengetahuan alam, teknologi, lingkungan masyarakat. Menguasai/ menciptakan

teknologi dimasa depan diperlukan penguasaan IPA yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari

sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,

analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta mampu bekerja sama. Kompetensi

tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,

mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti, dan kooperatif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA disusun sebagai landasan

(35)

pemecahan masalah dan mengkomunikasikan idea atau gagasan dengan

menggunakan percobaan, pengamatan, dan media lain.

Dalam penyampaian pelajaran IPA hendaknya dimulai dengan pengenalan

masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan

masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai

konsep IPA. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat

peraga, atau media lainnya.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memiliki tujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan: (l) Memahami konsep IPA, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada

pola dan sifat, melakukan manipulasi IPA dalam membuat generalisasi,

menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan IPA. (3)

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan mamahami masalah,

merancang model IPA, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang

diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap

menghargai kegunaan IPA dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian, dan minat dalam mempelajari IPA, serta sikap ulet dan percaya diri

(36)

2.8 Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan yang berhubungan

dengan model pembelajaran kooperatif tipeSTAD yaitu:

Tasiyem (2011) penelitiannya dilakukan pada tahun 2011 mahasiswa Universitas

Lampung dengan judul “ Peningkatan Aktivitas Belajar Belajar IPA Melalui

Model Pembelajaran Cooperattive Learning Tipe Student Achievement Division

(STAD) Pada siswa Kelas V SD Negeri 5 Gadingrejo Kabupaten Pringsewu

Tahun Pelajaran 2011/2012” tujuan penelitian ini untuk meningkatkan aktivitas

belajar IPA melalui pembelajaran Cooperative tipe Student Team Achievement

Division (STAD) kelas V SD Negeri 5 Gadingrejo. Metode dalam penelitian ini

dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan

Kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

penggunaan metode Cooperative tipe STAD efektif untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa.

Sedangkan Wartini (2012) penelitian yang dilakukan Wartini pada tahun 2012

mahasiswa Universitas Lampung dengan judul: “Upaya Meningkatkan Aktivitas

dan Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Pada Pelajaran IPS Pada

Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Lematang Tahun Pelajaran 2011/2012” tujuan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan akivitas dan hasil belajar IPS melalui

model pembelajaran kooperatif, serta untuk mengetahui keadaan hasil belajar

pada pembelajaran melalui model kooperatif. Penelitian ini dilakukan

menggunakan prosedur penelitian 3 siklus. Data penelitian ini diperoleh dengan

(37)

Memanfaatkan pembelajaran Kooperatif ModelSTAD

Pengumpulan aktivitas siswa selama pembelajaran dilakukan menggunakan

lembar observasi aktivitas siswa dan data hasil belajar siswa diperoleh dari

penilaian hasil tes pada setiap silus yang mewakili tiap-tiap indikator.

2.9 Kerangka Pikir Penelitian

KONDISI AWAL Guru/peneliti: Belum memanfaatkan pembelajaran Kooperatif model STAD Siswa/ yang diteliti: Aktivitas dan hasil belajar rendah. TINDAKAN SIKLUS I Memanfaatkan model pembelajaran yang didemontrasikan guru, siswa melihat. KONDISI AKHIR Melalui pemanfaatan pembelajaran Kooperatif model STADmeningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. SIKLUS II Memanfaatkan model pembelajaranSTAD yang dieksperimenkan oleh siswa,guru fasilitator.

Dalam mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) siswa kelas IV SD

Muhammadiyah Waringinsari Kecamatan Sukoharjo, siswa cenderung kurang

aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan pendekatan

pembelajaran yang dipergunakan guru kurang sesuai dengan materi yang

disampaikan kepada siswa. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang lebih baik

memerlukan dukungan dari semua komponen yang ada. Karena metode

pembelajaran yang digunakan guru masih sangat bersifat tradisional yaitu

(38)

materi pokok belum maksimal maka digulirkan pembelajaran kooperatif. Melalui

pembelajaran kooperatif menjadikan siswa kelas IV SD Muhammadiyah

Waringinsari Kecamatan Sukoharjo dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa.

2.10 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas

sebagai berikut:

1. Jika pembelajaran IPA di kelas IV semester genap pada SD Muhammadiyah

Waringinsari Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun pembelajaran

2012/2013 menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, maka

aktivitas belajar siswa dapat meningkat.

2. Jika pembelajaran IPA di kelas IV semester genap pada SD Muhammadiyah

Waringinsari Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun pembelajaran

2012/2013 menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, maka

hasil belajar siswa dapat meningkat.

3. Jika pembelajaran IPA di kelas IV semester genap pada SD Muhammadiyah

Waringinsari Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu tahun pembelajaran

2012/2013 menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, maka

(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Muhammadyah Waringinsari

Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat

penelitian didasarkan atas pertimbangan peneliti yang bertugas sebagai guru kelas

di SD Muhammadyah Waringinsari dapat efisien, efektif, dan bermanfaat.

3.1.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester 1 (ganjil) dari bulan Juni sampai dengan

bulan Agustus tahun 2013. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) sesuai

dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai mencapai

indikator yang ditentukan.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV pada tahun pelajaran 2012/2013 yang

berjumlah 20 siswa. Terdiri dari 8 putra dan 12 putri. Penelitian ini menggunakan

motode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan penekanan terhadap proses

pembelajaran siswa kelas IV SD Muhammadiyah. Pemilihan metode ini

(40)

memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme guru dalam pembelajaran di

kelas dengan melihat berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil belajar

yang terjadi pada siswa (Hopkins, 1993:34).

Menggunakan metode tersebut guru mencoba menemukan kelemahan dan

kelebihan dari tindakan yang dilakukannya, dan berusaha memperbaiki kelemahan

dan mengulangi untuk menyempurnakan tindakan yang dianggap sudah baik.

Dengan demikian, data dikumpulkan dari praktek sendiri, bukan dari sumber yang

lain. Pengumpulan data adalah guru yang terlibat dalam kegiatan praktek sehingga

guru mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai guru dan sebagai peneliti. Guru

bukan hanya sebagai pelaksana pembelajaran, tetapi berperan secara aktif dari

tahap perencanaan sehingga pada tahap evaluasi dan refleksi hasil tindakan.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi catatan lapangan, dan tes.

3.3.1 Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan pengajar dan aktivitas siswa

selama penelitian sebagai upaya untuk mengetahui kesesuaian perencanaan

tindakan dengan tindakan. Data diperoleh dengan menggunakan lembar observasi

aktivitas siswa dengan menggunakan tanda "". Lembar observasi digunakan

untuk mengamati aktivitas belajar siswa yang meliputi :

a. Memperhatikan penjelasan guru.

b. Siswa bertanya dan menjawab pertanyaan dari guru.

(41)

d. Berdiskusi antar siswa dalam kelompok

e. Mempresentasikan hasil diskusi atau menanggapi diskusi kelas.

3.3.2 Tes

Tes yang diberikan adalah tes awal dan tes pada setiap akhir siklus. Tes awal

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang

telah dikuasai oleh siswa. Hasilnya akan digunakan untuk menentukan

keanggotaan kelompok. Tes tiap akhir siklus dilakukaan untuk menentukan poin

peningkatan individu yang rnenentukan status suatu kelompok dalam pemberian

penghargaan. Tes ini juga dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa dari setiap siklusnya.

3.4 Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian tindakan kelas ini akan digunakan lembar observasi (terlampir)

dan tes hasil belajar siswa.

3.5 Jenis Data

Data yang didapatkan dalam penelitian tindakan kelas ini dikelompokkan menjadi

2 yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

3.6 Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh pada setiap tahapan tindakan penelitian dianalisis

dengan menggunakan data kualitatif dan data kuantitatif Analisis data dilakukan

(42)

data aktivitas dan hasil belajar siswa. Untuk menganalisis data siswa yang aktif

setiap pertemuan dilakukan perhitungan sebagai berikut.

Menentukan siswa aktif dilakukan dengan mendata melalui lembar observasi

aktivitas pada setiap pertemuan. Pengamatan dilakukan setiap 10 menit dari 90

menit waktu pembelajaran. 10 menit pertama dilakukan pengamatan terhadap

aktivitas ke-1. 10 menit kedua dilakukan pengamatan terhadap aktivitas ke-2.

Empat puluh menit berikutnya dilakukan pengamatan terhadap aktivitas ke-3 dan

ke-4. Sedangkan 30 menit berikutnya dilakukan pengamatan terhadap aktivitas

ke-5. Siswa dikatakan aktif jika siswa melakukan minimal 4 aktivitas.

Menghitung presentase siswa aktif dengan rumus:

A = x 100%

Keterangan:

A = Presentase aktivitas siswa

Na = Jumlah siswa yang aktif

N = Jumlah siswa hadir

Menghitung presentase siswa tuntas belajar pada setiap siklus dengan rumus:

Yj= x100%

Keterangan :

Yj = Presentase ketuntasan belajar pada siklus ke j

Pj = Jumlah siswa yang memperoleh nilai >65 pada siklus ke j

(43)

3.7 Prosedur Penelitian

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam

perencanaan. Proses mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario

pembelajaran yang telah dibuat.

Penelitian tindakan kelas terdiri dari 3 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai

dengan perubahan yang ingin dicapai. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini

menggunakan model yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : (a) perencanaan,

(b) pelaksanaan tindakan, (c) evaluasi atau pengamatan, dan (d) refleksi untuk

setiap siklusnya (Kemmis dalam Wiraatmadja 2006: 66). Langkah-langkah pada

setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut.

3.7.1 Langkah-langkah Kegiatan Siklus I

A. Tahap Perencanaan(Planning)

a) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok

yang diajarkan (RPP terlampir).

b) Mempersiapkan kelengkapan yang digunakan dalam proses belajar

mengajar seperti Silabus, RPP, dan Media Pembelajaran.

c) Menyusun instrument penelitian yang berupa lembar observasi dan alat tes

yang terdiri dari soal tes awal dan soal tes formatif.

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan(Acting)

a) Pelaksanaan tes awal untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap mata

pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia.

b) Membagi siswa ke dalam kelompok.

(44)

d) Melakukan bimbingan terhadap kegiatan siswa.

e) Observasi dilakukan oleh teman sejawat peneliti terhadap aktivitas siswa

dan terhadap proses pembelajaran.

f) Melakukan tes formatif.

g) Mengoreksi dan mendokumentasikan hasil evaluasi.

C. Tahap Observasi(Observating)

Pada tahap ini guru bekerja sama dengan teman sejawat untuk melakukan

observasi terhadap aktivitas siswa dan proses pembelajaran yang dilakukan.

D. Tahap Refleksi(Reflecting)

Setelah proses pembelajaran dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk menemukan

kekurangan-kekurangan dari pembelajaran yang telah dilakukan. Kekurangan tersebut

menyangkut aktivitas guru dalam melakukan pembelajaran sehingga

kekurangan ini dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya.

3.7.2 Langkah-langkah Kegiatan Siklus II

A. Tahap Perencanaan(Planning)

a) Membuat jadwal perencanaan tindakan untuk menentukan materi pokok

yang diajarkan (RPP terlampir).

b) Mempesiapkan kelengkapan yang digunakan dalam proses belajar mengajar

seperti Silabus, RPP, dan Media Pembelajaran.

c) Menyusun instrument penelitian yang berupa lembar observasi dan alat tes.

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan(Acting)

a) Melakukan observasi untuk mengkondisikan siswa terhadap materi

(45)

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

c) Membagi siswa ke dalam kelompok.

d) Melakukan pembelajaran melalui kerja kelompok tipeSTAD.

e) Melakukan bimbingan terhadap kegiatan siswa.

f) Observasi dilakukan oleh teman sejawat peneliti terhadap aktivitas siswa

dan terhadap proses pembelajaran.

g) Melakukan tes formatif.

h) Mengoreksi dan mendokumentasikan hasil tes evaluasi.

C. Tahap Observasi(Observating)

Pada tahap ini guru bekerja sama dengan teman sejawat untuk melakukan

observasi terhadap aktivitas siswa dan proses pembelajaran yang dilakukan.

D. Tahap Refleksi(Reflecting)

Setelah proses pembelajaran dilaksanakan maka selanjutnya adalah melakukan

refleksi. Refleksi ini bertujuan untuk menemukan kekurangan-kekurangan dari

pembelajaran yang telah dilakukan serta membandingkan hasil yang diperoleh

pada siklus II dengan data yang diperoleh pada siklus.

3.7.3 Langkah-langkah Kegiatan Siklus III

A. Tahap Perencanaan(Planning)

Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah sebagai berikut.

a. Mendiskusikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan guru

mitra dalam setiap siklus berdasarkan silabus.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai

langkah-langkah menggunakan alat peraga.

(46)

d. Membuat LKS (Lembar Kerja Siswa).

e. Membuat kisi-kisi dan membuat soal tes evaluasi siswa sebagai alat evaluasi

untuk mengetahui hasil belajar.

f. Membuat instrumen penilaian kinerja guru (IPKG).

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan(Acting)

Kegiatan yang dilaksanakan adalah mengelola proses pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga. Tahapan kegiatan mengikuti urutan kegiatan yang

terdapat dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), antara lain

dijabarkan sebagai berikut.

a. Pendahuluan (5 menit)

1) Berdoa, dilanjutkan dengan mengabsen siswa.

2) Apersepsi menanyakan pelajaran yang lalu.

3) Mempersiapkan materi ajar dan alat peraga.

4) Memotivasi siswa.

b. Kegiatan Inti (55 menit)

1) Ekeplorasi(10 menit)

a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang rangka manusia dan

fungsinya.

b) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang cara pemeliharaan

rangka manusia.

c) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang penyakit dan kelainan

yang umumnya terjadi pada rangka.

2) Elaborasi(40 menit)

(47)

b) Siswa mengerjakan soal secara berkelompok dengan bimbingan guru.

c) Masing-masing kelompok mendiskusikan soal yang dibagikan guru.

d) Wakil kelompok secara bergantian mempersentasikan hasil

diskusinya, yang lain menanggapinya.

3) Konfirmasi(5 menit)

a) Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

b) Siswa dibimbing guru dan teman sejawat untuk menyimpulkan hasil

diskusi.

c) Guru meminta siswa mengerjakan tugas secara individu yang sudah

disiapkan.

c. Penutup (5 menit)

1) Evaluasi

2) Refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa.

C. Tahap Observasi(Observating)

Observasi dilaksanakan terhadap aktivitas siswa, guru, dan hasil belajar siswa.

a. Aktivitas Siswa

Indikator aktivitas siswa pada pembelajaran IPA tentang mendeskripsikan

hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya adalah

sebagai berikut.

1) Kemampuan bertanya

2) Kemampuan menjawab pertanyaan.

3) Kemampuan berdiskusi

b. Aktivitas Kinerja Guru

(48)

a) Mempersiapkan siswa untuk belajar.

b) Melakukan kegiatan apersepsi.

3) Kegiatan Inti Pembelajaran

a) Penguasaan materi pembelajaran

b) Pendekatan atau strategi pembelajaran

c) Pemanfaatan media pembelajaran

d) Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa.

e) Penilaian proses dan hasil belajar.

f) Penggunaan bahasa.

2) Kegiatan Penutup

a) Malakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan

siswa.

b) Melaksanakan remedial.

c. Hasil Belajar Siswa

Pengumpulan data dilakukan selama kegiatan penelitian berlangsung

dengan evaluasi atau tes berbentuk objektif tes dan esai. Evaluasi ini

digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui hasil belajar IPA sebelum dan sesudah menggunakan model

pembelajaran cooperative learning tipe Student Team Achievement

Divisions (STAD)pada siswa kelas IV SD Muhammadiyah Waringinsari.

Data dikumpulkan melalui tes awal berbentuk objektif tes dan esai pada

setiap akhir siklus. Tes awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dikuasai nya. Hasilnya akan

(49)

dilakukaan untuk menentukan poin peningkatan individu yang menentukan

status suatu kelompok dalam pemberian penghargaan. Tes dimaksudkan

untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklusnya.

Pada tahap ini dilaksanakan proses evaluasi dari pelaksanaan tindakan yang

telah dilakukan berupa tes tertulis guna mengetahui hasil belajar siswa

terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada masing-masing

siklus, untuk setiap pertemuannya dilakukan evaluasi berupa penilaian.

Evaluasi hasil belajar siswa diperoleh melalui tes kemampuan hasil belajar

setiap akhir siklus.

D. Tahap Refleksi(Reflecting)

Pada tahap refleksi analisis data mengenai proses masalah, dan hambatan yang

dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan

tindakan yang dilaksankan. Pada penelitian ini, hasil yang didapat pada tiap

tahap evaluasi pada setiap siklus dikumpulkan, dianalisis dan dibuat

kesimpulan sementara. Hasil analisis dari data tiap siklus digunakan untuk

merefleksi diri, apakah dengan tindakan yang telah dilakukan dapat

meningkatkan dan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang digunakan pada

tahap ini digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan siklus berikutnya.

3.8 Pelaksanaan Tindakan

A. Tahap Pra Tindakan

Tahap pratindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut.

a. Menentukan tes awal atau pendahuluan yang skornya digunakan sebagai

(50)

b. Skor tes awal kemidian diurutkan dari skor terendah, setelah itu

dilakukan pembentukan kelompok yang beranggotakan 5-6 orang

dengan beberapa pengaturan sehingga terbentuk kelompok yang

heterogen baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin.

c. Mengumpulkan seluruh siswa dan menjelaskan maksud serta

langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan menjelaskan ketentuan-ketentuan yang harus

diperhatikan dalam suatu kelompok.

Adapun ketentuan-ketentuan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Pada saat pembelajaran, setiap anggota kelompok duduk membentuk

lingkaran dan saling berhadap sesuai dengan kelompoknya. Setiap

kelompok anggotanya berjumlah 5-6 siswa.

b. Pada proses pembelajaran, setiap anggota kelompok berdiskusi tentang

materi yang diberikan dalam proses pembelajaran dengan berpedoman

pada lembar kerja yang telah disediakan. Anggota kelompok yang

memiliki kemampuan lebih akan menjadi tutor dalam kelompoknya.

c. Hasil kerja kelompok dicatat dan hasil tersebut dikornunikasikan pada

kelompoknya baik secara lisan maupun tulisan.

d. Setiap anggota kelompok harus berani menyampaikan pendapat,

gagasan, dan pertanyaan serta mendengarkan dengan baik penjelasan

temannya pada saat belajar dalam kelompok.

B. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajarar. yang telah disusun

(51)

dalam skenario pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara garis besar

dapat dilihat pada skema sebagai berikut.

Tahap Pelaksanaan Tindakan

[image:51.595.159.457.161.550.2]

4. Refleksi (Reflecting) 1. Perencanaan (Planning) SIKLUS I 3.Pengamatan (Observating) 2. Tindakan (Acting) 4. Refleksi (Reflecting 1. Perencanaan (Planning) SIKLUS II 2. Tindakan (Acting) 3. Pengamatan (Observating) 4. Refleksi (Reflecting 2. Perencanaan (Planning) SIKLUS III 2. Tindakan (Acting) 3. Pengamatan (Observating) dst.

Gambar 3.1 Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi (Kemmis dalam Wiraatmadja 2006: 66)

3.9 Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

A. Perencanaan(Planning)

Menyusun rancangan pembelajaran dan menyusunlembar kegiatan yang akan

diberikan kepada siswa saat belajar kelompok, mempersiapkan model,

(52)

B. Pelaksanaan(Acting)

Kegiatan ini berupa penerapan kegiatan pembelajaran yang telah disusun

dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam

skenario pembelajaran. Adapun urutan kegiatan secara garis besar adalah:

a. Mengawali pelajaran dengan pendahuluan yaitu memberikan motivasi dan

persepsi.

b. Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 4-6 siswa.

c. Didalam kelompok siswa belajar sesuatu yang baru dengan cara belajar

kelompok, menemukan dan mengkontruksi pengetahuan dan keterampilan

yang diperolehnya dengan diskusi.

d. Mengembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya.

e. Menggunakan model untuk menjelaskan konsep-konsep dalam IPA.

f. Melakukan kegiatan refleksi yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu:

kerja sama siswa dalam kelompok, cara berdiskusi, latihan siswa dan tes

pada kelas.

C. Observasi/Pengamatan(Observating)

Pengamatan dilakukan terhadap siswa, yang meliputi kegiatan yang dilakukan

siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

D. Refleksi(Reflecting)

Refleksi adalah kegiatan menganalisis, memahami dan membuat kesimpulan

setelah proses belajar-mengajar berlangsung. Refleksi dilakukan dengan

menganalisis hasil belajar dan pengamatan, serta menemukan kemajuan dan

(53)

3.10 Indikator Keberhasilan

Kriteria keberhasilan didasarkan kepada pencapaian peserta didik untuk

membangu kemampuan dan pengetahuan difasilitasi guru. Sehingga dengan mata

pelajaran IPA, siswa dapat mempelajari dan memahami lebih mendalam tentang

diri sendiri dan alam sekitar, serta mampu mengembangkan lebih lanjut dengan

menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari secara ilmiah. Selain itu juga

diharapkan siswa mempunyai pengalaman belajar yang cukup bermanfaat untuk

diri dan lingkungannya. Indikator keberhasilan dalam penelitian ini secara umum

yaitu:

a. Presentase jumlah siswa yang aktif mencapai sekurang-kurangnya 75%.

b. Presentase jumlah siswa yang tuntas mencapai KKM 75%.

c. Apabila dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dilaksanakan dengan memperhatikan langkah-langkah

secara tepat, maka akan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa

kelas IV SD Muhammadiyah Waringansari Kabupaten Pringsewu Tahun

(54)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian tindakan kelas siswa kelas IV SD

Muhammadiyah Waringinsari Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu T.P.

2012/2013, dapat disimpulkan sebagai berikut.

a. Penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas siswa

pada pembelajara IPA di SD Muhammadiyah Waringinsari Kabupaten

Pringsewu. Model pembelajaran tipe STAD dapat memotivasi siswa lebih

kreatif, aktif, dan berani dalam mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Hasil

penelitan pada siklus I, nilai rata-rata aktivitas siswa 53,33% Pada siklus II,

nilai rata-rata aktivitas siswa 65%. Dengan demikian nilai rata-rata aktivitas

siswa mengalami peningkatan 11,67%. Pada siklus III nilai rata-rata aktivitas

siswa 75,83%. Dengan demikian nilai rata-rata aktivitas belajar siklus II ke

siklus III juga mengalami peningkatan sebesar 10,83%.

b. Penerapan model pembelajaran tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar

siswa pada pembelajara IPA di SD Muhammadiyah Waringinsari Kabupaten

Pringsewu. Model pembelajaran tipe STAD dapat memotivasi siswa lebih

kreatif, aktif, dan berani dalam mengungkapkan pikiran dan pendapatnya. Pada

siklus I hasil belajar siswa yang mencapai KKM 8 siswa (40%) Pada siklus

(55)

Pada siklus III hasil belajar siswa yang mencapai KKM 18 siswa (90%).

Dengan demikian nilai rata-rata hasil belajar siswa siklus II ke siklus III

mengalami peningkatan sebesar 40 %.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas pada pembelajaran IPA yang

dilakukan, peneliti menyarankan sebagai berikut.

a. Untuk Guru

1) Model pembelajaran tipe STAD dapat dijadikan alternatif oleh guru untuk

memotivasi siswa berlatih dan belajar bekerja sama dalam kelompok diskusi.

2) Guru harus lebih bisa menggali pengetahuan awal siswa dalam memberikan

analogi atau perumpamaan sebelum mulai pembelajaran, sehingga siswa akan

lebih siap untuk memulai pembelajaran.

b. Untuk Sekolah

a. Sekolah sebaiknya memperbanyak workshop atau musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP) untuk menunjang proses pembelajaran umumnya, dan

khususnya pembelajaran IPA.

b. Membantu guru dalam pengadaan media pembelajaran, khususnya media

pembelajaran IPA.

c. Untuk Siswa

1) Siswa harus instropeksi diri dan harus lebih banyak melakukan pelatihan

untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki.

2) Siswa harus terlatih untuk pembelajaran IPA baik di sekolah maupun di luar

sekolah.

Gambar

Gambar 3.1 Hubungan Perencanaan, Tindakan, Pengamatan, dan Refleksi(Kemmis dalam Wiraatmadja 2006: 66)

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui tingkat kelayakan investasi yang dirancang baik dari aspek pasar, aspek hukum, aspek sosial budaya, aspek manajemen, aspek finansial maupun

All music ensemble types discussed in the analysis that follows are multipurpose in character. None is solely connected with Muslim ceremonial contexts and this prob-

Sababaraha panganut lalaki pribumi Bonokeling marengan tradisional masak rupa masakan di imah pangadilan Bonokeling komunitas adat adat, kampung Pekuncen, Kacamatan

Bagi para pengusaha kecil dan menengah yang memiliki keterbatasan dalam modal usaha untuk promosi dan menjual produk dapat memanfaatkan teknologi e-Commece ini, karena tidak

Jenis ayam lokal yang umum dipelihara pemilik ayam kabupaten Bogor dan Wonosobo yaitu ayam kampung, pelung, bangkok, gaga’, birma, arab, dan kate.. Preferensi masyarakat terhadap

Peradangan ringan ditandai dengan adanya infiltrasi sel radang neutrofil sedikit dan deskuamasi epitel hingga peradangan berat yang ditandai dengan penebalan mukosa

Ekstraksi ciri dengan fitur dan penggabungan fitur FFT dengan memiliki akurasi yang sama, tetapi dari grafik hasil akurasi pada Gambar 20 dapat dilihat

Hasil identifikasi matriks faktor strategi internal (IFAS) dengan jumlah skor 2,85 dan matriks faktor strategis eksternal (EFAS) dengan jumlah skor 2,70, dapat menjadi indikasi