• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN

Oleh MASNASURI

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di SD Negeri 2 Tempelrejo Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes, menggunakan lembar observasi siswa, kinerja guru pada proses pembelajaran, sedangkan untuk mengetahui hasil belajar menggunakan tes.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS. Hal ini ditunjukan data pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan skor rata-rata 58%. Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa dengan skor rata-rata 82,5%. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, dengan nilai 69, sedangkan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa dengan nilai 79, naik 10 poin.

(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD SISWA KELAS IV SDN 2 TEMPELREJO KEDONDONG PESAWARAN

Oleh

MASNASURI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

PADA

Program Studi PGSD Strata 1 Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

(7)
(8)

PERSEMBAHAN

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan, dengan kerendahan hati, skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Kedua orang tuaku

2. Suamiku tercinta Yunizar, terima kasih atas doa restunya 3. Ketiga buah hatiku

4. Teman-teman sejawat yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasinya.

5. Semua keluarga besar serta teman-temanku 6. Almamaterku tercinta Universitas Lampung

Terima kasih atas segala dukungan serta doa restu yang telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

(9)

SANWACANA

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Tempelrejo Kedondong Pesawaran” telah dapat diselesaikan.

Sudah selayaknya penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, Selaku Dekan beserta jajaran Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

(10)

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd , selaku dosen pembimbing yang telah membimbing sampai skripsi ini terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Akademik FKIP PGSD Universitas Lampung.

6. Ibu Novia Aida, M.Pd selaku Kepala SDN 2 Tempelrejo Kabupaten Pesawaran yang telah memberi ijin penelitian.

7. Ibu Hasni, S.Pd selaku teman sejawat yang membantu memberi masukan dalam pelaksanan penelitian

8. Siswa-siswi kelas IV SDN 2 Tempelrejo yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan melaksanakan penelitian

9. Seluruh Dewan Guru SDN 2 Tempelrejo Kabupaten Pesawaran, terima kasih atas kerjasama dan bantuannya.

Pesawaran, Mei 2014

(11)

DAFTAR ISI A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB IILANDASAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 6

B. Belajar ... 8

1. Pengertian Belajar ... 8

2. Teori Belajar... 9

3. Aktivitas Belajar... 10

4. Hasil Belajar ... 11

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 13

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif... 13

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif ... 14

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 16

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 17

6. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif STAD . 20 D. Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Model Penelitian ... 21

B. Setting Penelitian dan Karakteristik………… ... 22

1. Subjek ... 22

2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

C. Rencana Tindakan ... 22

a. Perencanaan... 23

b. Pelaksanaan ... 24

c. Pengamatan ... 25

(12)

D. Teknik Pengumpulan Data ... 27

E. Teknik Analisis Data ... 30

F. Indikator Keberhasilan ... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 31

B. Siklus I ... 31

1. Perencanaan Pembelajaran ... 31

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 31

3. Pengamatan Pembelajaran ... 34

4. Refleksi ... 40

C. Hasil Penelitian Siklus II ... 40

1. Perencanaan Pembelajaran ... 40

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 41

3. Pengamatan Pembelajaran ... 43

4. Refleksi ... 48

D. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Rerata Hasil Ulangan PKn Kelas IV ... 2

2.1Fase-fase Pembelajaran Model Kooperatif STAD ... 19

3.1Lembar Aktivitas Siswa ... 28

4.1 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ... 35

4.2 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 36

4.3 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 37

1.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 38

4.5 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 44

4.6 Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ... 45

1.7 Hasil Observasi Kinerja Guru Siklus I ... 46

4.8 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 47

1.8 Rekapitulasi Kinerja Guru ... 51

4.10 Rekapitulasi Aktivitas Siswa... 52

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1Alur Siklus Penelitian ... 23

4.1Grafik Aktivitas Siswa Siklus I ... 37

4.2Grafik Hasil Belajar Siklus I ... 39

4.3Grafik Aktivitas Siswa Siklus II ... 46

4.4Grafik Hasil Belajar Siklus II ... 48

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha yang disengaja dan terencana untuk perkembangan

siswa, agar bermanfaat bagi kepentingan hidupnya baik sebagai individu maupun

dalam masyarakat.

Dalam perkembangan hidup manusia, ada dua hal yang menyebabkan manusia

mengalami peningkatan kemampuan, yakni kematangan dan belajar. Keduanya

sering terjadi bersama-sama dalam kehidupan manusia. Perubahan yang

disebabkan kematangan disebut pertumbuhan atau growth, sedangkan perubahan

disebabkan belajar disebut perkembangan atau development. Aqib (2014: 2).

Salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menggunakan

pembelajaran aktif dimana peserta didik melakukan sebagian besar pekerjaan

yang dilakukannya dengan menggunakan otak untuk mempelajari berbagai

masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif merupakan

langkah cepat, menyenangkan , mendukung dan menarik hati dalam belajar.

Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu jadi keinginan guru adalah, bagaimana

(16)

2

tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Hal ini

disebabkan karena anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala

keunikannya, tetapi mereka juga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang

yang berbeda baik intelektual, psikologis, dan biologis.

Berdasarkan hasil pengamatan pada kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Tempelrejo

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran dan pengalaman selama ini, siswa

kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Siswa tidak begitu tertarik dengan

pelajaran IPS karena selama ini pelajaran IPS dianggap sebagai pelajaran

menghapal saja, kurang menekankan aspek penalaran, selain itu IPS dianggap

sebagai pelajaran yang membosankan sehingga siswa tidak tertarik untuk belajar.

Dari 20 orang siswa hanya 6 orang atau 30% yang mencapai KKM yaitu 65,

sedangkan nilai rata-rata kelas 57,50. Untuk lebih jelas nilai formatif siswa dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Hasil Ulangan IPS Semester Ganjil Siswa Kelas IV

No Rentang Nilai Banyaknya

Siswa

Persentase (%) Kreteria

1 65 6 30% Tuntas

2 40-64 14 70% Belum Tuntas

Jumlah 20 orang 100,00

Sumber: Nilai IPS Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa 70% siswa belum tuntas belajar atau

belum mencapai KKM yang ditentukan. Sedangkan nilai rata-rata kelas baru

mencapai 57,50. Oleh karena itu hasil belajar masih perlu diperbaiki atau

(17)

3

Salah satu alternatif untuk memperbaiki hasil belajar tersebut adalah melalui

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, agar pembelajaran lebih

komprensif dan dapat mengkaitkan teori dengan kenyataan yang ada di

lingkungan sekitarnya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat lebih aktif dalam

pembelajaran, sehingga hasil belajar dapat meningkat. Pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah pembelajaran kooperatif, dimana siswa ditempatkan dalam tim

belajar yang beranggotakan 4-5 orang yang dibentuk secara heterogen menurut

tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. (Trianto. 2010: 68).

Zubaedah (2012: 34) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa melalui model

pembelajran kooperatif tipe STAD aktivitas dan hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan.

Sehubungan dengan hal tersebut peneliti akan memperbaiki pembelajaran melalui

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Peningkatan aktivitas dan hasil

belajar IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa

kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Tempelrejo Kedondong Pesawaran”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat diidentifikasikan

sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran selama ini bersifat pasif dan membosankan.

(18)

4

3. Hasil pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 2 Tempelrejo belum mencapai

KKM 65.

4. Belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah penerapan model pembelajran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan aktivitas belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2

Tempelrejo Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun

Pelajaran 2013/2014?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Tempelrejo

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun Pelajaran

2013/2014?

D. Tujuan Penelitian

1. Meningkatkan aktivitas belajar IPS dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 2

Tempelrejo Kecamatan Kedondong Tahun Pelajaran 2013/2014.

2. Meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Tempelrejo

(19)

5

E. Manfaat Penelitian Bagi

1. Bagi Siswa

a. Memberikan pengalaman kepada siswa dengan belajar menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Meningkatkan aktivitas siswa, sehingga hasil belajar IPS meningkat.

c. Melatih siswa dalam berinteraksi dengan teman.

2. Manfaat bagi guru

a. Memberikan masukan kepada guru tentang penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar

siswa.

b. Sebagai acuan guru dalam usaha meningkatkan profesionalisme guru.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Meningkatkan tanggung jawab dalam peningkatan kualitas pembelajaran

dan kualitas kelulusan.

b. Memberikan masukan yang baik untuk mengadakan pembaharuan dalam

rangka memajukan program sekolah.

4. Manfaat bagi peneliti

Sebagai bahan masukan sekaligus sebagai pengetahuan untuk meningkatkan

(20)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ilmu Pengetahuan Sosial

Sapriya (2008: 9) menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu ilmu

sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan

secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Ilmu Pengetahuan Sosial atau social studies merupakan pengetahuan mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Di Indonesia pelajaran

ilmu pengetahuan sosial disesuaikan dengan berbagai prespektif sosial yang

berkembang di masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan

dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan

siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang

ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi

yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali

pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.

Ilmu Pengetahuan Sosial membahas hubungan antara manusia dengan

(21)

7

dan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai

dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya. (Solihatin, 2011: 14).

Norma Mackenzie (1975) mengemukakan bahwa IPS adalah semua bidang ilmu

yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain

adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota

masyarakat. (Ischak, 2007: 131)

Sama halnya tujuan dalam bidang-bidang yang lain, tujuan pembelajaran IPS

bertumpu pada tujuan yang lebih tinggi. Secara hirarki tujuan pendidikan nasional

pada tataran operasional dijabarkan dalam tujuan instruksional tiap jenis dan

jenjang pendidikan. Selanjutnya pencapaian tujuan institusional ini secara praktis

dijabarkan dalam tujuan kurikuler atau tujuan mata pelajaran pada setiap bidang

studi dalam kurikulum.

Tujuan kurikuler IPS antara lain

1. Membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan masyarakat.

2. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis pemecahan masalah.

3. Membekali peserta didik dengan kemampuan komunikasi dengan sesame

warga masyarakat.

4. Membekali peserta didik dengan kesadaran, sikap mental yang positif, dan keterampilan terhadap lingkungan hidup yang menjadi bagian kehidupan yang tak terpisahkan.

5. Membekali peserta didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan

(22)

8

Berdasarkan pendapat di atas Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang

membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya, dalam konteks

sosialnya atau dengan kata lain ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota

masyarakat.

B. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalm kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, dengan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan berkat latihan dan pengalaman.

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. (Djamarah. 2006: 11).

William Burton (dalam Hamalik. 2008: 31) mengatakan bahwa proses belajar ialah mengalami, berbuat, mereaksi, dan melampaui (under going) serangkaian kegiatan belajar di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing tanpa tekanan dan paksaan, yang menghasilkan perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan yang dapat berubah-ubah Prawiradilaga (2008: 136) mengartikan pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri atas tujuan, kajian isi/materi ajar, strategi pembelajaran (metode, media, waktu, sistem penyampaian) serta asesmen belajar.

Dimyati dan Mudjiono (2002) belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses. Belajar adalah proses yang berporos pada siswa, karena siswa yang mengalami, melakukan, dan beraktivitas belajar. Pembelajaran adalah proses yang berporos pada guru, karena dalam pembelajaran pihak gurulah yang berperan dalam merancang serta menentukan langkah-langkah belajar yang teratur dan terarah secara sistematis dengan memperhatikan berbagai aspek

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

(23)

9

beraktivitas, yang berporos pada guru, dengan menentukan langkah-langkah

belajar yang teratur dan terarah secara sistematis.

2. Teori Belajar

a. Teori belajar kognitif Piaget

Piaget memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman interaksi mereka. Menurut Piaget setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru lahir sampai menginjak usia dewasa menalami empat tingkat perkembangan kognitif. Yaitu sensorimotor dari lahir sampai 2 tahun, praoperasional 2-7 tahun, operasi konkret 7-11 tahun dan operasi formal 11 tahun sampai dewasa (Trianto. 2009: 29)

b. Teori Belajar Gagne

Seperti yang dikutip oleh Mariana (1999: 25) menyatakan untuk terjadinya belajar pada diri siswa diperlukan kondisi belajar, baik kondisi internal maupun kondisi eksternal. Kondisi internal merupakan peningkatan memori siswa sebagai hasil belajar terdahulu. Memori siswa yang terdahulu merupakan komponen kemampuan yang baru dan ditempatkannya bersama-sama. Kondisi eksternal meliputi aspek atau benda yang dirancang atau ditata dalam suatu pembelajaran (Trianto. 2009: 27)

c. Teori Belajar Ausubel

David Ausubel merupakan salah satu tokoh ahli psikologi kognitif yang

berpendapat bahwa keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh

kebermakaan bahan ajar yang dipelajari. Suatu bahan ajar, informasi, atau

pengalaman baru seseorang akan bermakna jika pengetahuan yang baru dikenal

itu dapat disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya

(24)

10

Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa teori belajar adalah

perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif

membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui

pengalaman-pengalaman interaksi mereka baik kondisi internal maupun kondisi eksternal yang

ditentukan oleh kebermakaan bahan ajar yang dipelajari.

3. Aktivitas Belajar

Aktivitas digunakan pada semua jenis metode mengajar, baik metode dalam kelas

maupun di luar kelas. Hanya saja penggunaan dilaksanakan dalam bentuk yang

berlainan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan disesuaikan pula pada

orientasi sekolah menggunakan jenis kegiatan itu.

Dierich (dalam Hamalik, 2011: 177) membagi aktivitas belajar dalam 8 kelompok, yaitu:

1. Kegiatan-kegiatan visual: membaca, melihat gambar-gambar, mengamati

eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan, yaitu: mengungkapkan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan diskusi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu: mendengarkan penyajian bahan,

mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu: menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu: menggambar, membuat grafik,

diagram, peta, dan pola.

6. Kegiata-kegiatan metrik, yaitu: melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu: merenungkan, mengingat, memecahkan

masalah, menganalisis, faktor-faktor, membuat keputusan.

(25)

11

Menurut Sriyono (2000: 14), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan aktivitas adalah semua

kegiatan yang mengarah pada kebutuhan. Kebutuhan itu meliputi jasmani,

rohani, dan sosial, yang menimbulkan dorongan untuk berbuat.

4. Hasil Belajar

Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil,

setiap guru memiliki pandangan masing-masing. Untuk mengetahui tercapai

tidaknya hasil belajar guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai

menyajikan satu bahasan kepada siswa. Penilaaian formatif ini untuk mengetahui

sejauh mana siswa telah menguasai materi pembelajaran.

(26)

12

Arikunto (2009: 133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah

mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat

diamati, dan dapat diukur.

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman

belajarnya. Individu yang belajar akan memperoleh hasil dari apa yang telah

dipelajari selama proses belajar itu. Hasil belajar yaitu suatu perubahan yang

terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai

pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian,

penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar yang tersimpan

dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena

hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin

mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

(27)

13

Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai

penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik antar siswa

melalui aktivitas kelompok. Aktivitas terpusat pada siswa dalam bentuk diskusi,

kerjasama, saling membantu, dan mendukung dalam memecahkan masalah.

Trianto (2009: 61).

Menurut Ibrahim (2009: 9) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang

secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang saling mencerdaskan,

saling menyayangi dan saling tenggang rasa antar sesama siswa sebagai latihan

untuk hidup dalam masyarakat nyata. Sehingga sumber belajar bukan hanya dari

guru dan buku ajar tetapi juga dari sesama teman.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur

pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.

2. Ciri-ciri Pembelajaran kooperatif

Ciri-ciri Pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.

1. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah.

3. Bila memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin berbeda-beda.

(28)

14

Menurut Kunandar (2007: 364) ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah

siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang,

tiap kelompok belajar menggunakan lembar kerja akademik, kemudian saling

membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar

sesama anggota kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pembelajaran

kooperatif adalah siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, tiap kelompok belajar

menggunakan lembar kerja, kemudian saling membantu untuk menguasai bahan

ajar melalui tanya jawab atau diskusi antar sesama anggota kelompok.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa variasi model pembelajaran kooperatif, diantaranya: Jigsaw,

TGT, NHT dan STAD.

a. Jigsaw

Jigsaw dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1966) secara umum dalam

pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw siswa dikelompokan secara

heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari

materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara

acak ditugaskan untuk menjadi ahli dari kelompok yang berbeda (Yamin, 2005:

(29)

15

b. Teams Games Tournamen (TGT)

Model pembelajaran TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata

pelajaran, dari ilmu eksak ataupun ilmu sosial. Model pembelajaran TGT sangat

cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam

dengan satu jawaban yang benar.

Model pembelajaran TGT atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan

secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Model pembelajaran ini

adalah siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh tambahan poin untuk tim mereka (Trianto, 2010: 83)

c. Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi

yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman terhadap isi

pelajaran tersebut. NHT melibatkan banyak siswa dalam menelaah bahan yang

tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi

pelajaran tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen.

NHT merupakan model pembelajaran penomoran berpikir bersama, yang

dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif

(30)

16

d. STAD

Menurut Ibrahim dkk (2000: 10) model pembelajaran kooperatif tipe STAD,

merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dimana siswa

dibagi dalam kelompok kecil yang tiap kelompok terdiri dari 4-5 orang siswa.

yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku.

(Trianto, 2010: 66)

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan

teman-temannya (1995) di Universitas John Hopkin, merupakan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana. Siswa ditempatkan dalam tim belajar

beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya,

jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam

tim untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran

tersebut. Model Pembelajaran Koperatif tipe STAD merupakan pendekatan

Cooperative Learning yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara

siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

Slavin (Nur dalam Trianto, 2009: 68) menyatakan bahwa pada STAD siswa

ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku.

Berdasarkan pendapat di atas model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

(31)

17

campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan

pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa seluruh

anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut.

5. Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD, ada

beberapa persiapan-persiapan antara lain:

a. Perangkat pembelajaran

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD perlu dipersiapkan perangkat

pembelajaran antara lain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar

Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya.

b. Membentuk Kelompok Kooperatif

Siswa dibentuk kelompok secara heterogen dan kemampuan antara satu kelompok

dengan kelompok lain relatif homogen. Apabila memungkinkan kelompok

kooperatif perlu memerhatikan ras, agama, jenis kelamin, dan latar belakang

sosial. Apabila dalam kelas terdiri-dari satu jenis kelamin, maka pembentukan

kelompok dapat didasarkan pada prestasi belajar.

c. Menentukan Skor Awal

Skor awal yang dapat digunakan adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal

(32)

18

d. Pengaturan Tempat Duduk

Mengaturan kelas dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran

kooperatif apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan

kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

e. Kerja Kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD,

terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk

mengenal individu dalam kelompok (Trianto, 2009: 69)

Terdapat enam langkah utama dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Model Kooperatif tipe STAD

No Fase Kegiatan Guru

1. Fase 1

Menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa.

Menyampaikan semua tujuan

pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar aktif.

2. Fase 2

Menyajikan dan menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

3. Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok bekerja dan belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

4. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

(33)

19

5. Fase 5

Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan pada setiap kelompok dan mempersentasikannya..

6. Fase 6

Memberi penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Ibrahim, dkk (dalam Trianto, 2009: 71)

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

pembelajaran kooperatif tipe STAD memerlukan kerja sama antara siswa dan

saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.

Belajar kooperatif tipe STAD dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok

yang terdiri dari 4-5 orang yang heterogen untuk saling membantu antar anggota

kelompok dalam penyelesaian tugas bersama.

5. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

1). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan

bertanya dan membahas suatu masalah.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan

penyelidikan mengenai suatu masalah.

3) Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan

berdiskusi.

4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa

menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang

(34)

20

b. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan

mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat

yang berbeda dan gaya-gaya mengajar berbeda (Adesanjaya, 2011: 68).

D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori di atas, hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai

berikut: “jika pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD, diterapkan dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat,

maka akan terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa kelas IV

Sekolah Dasar Negeri 2 Tempelrejo Kecamatan Kedondong Kabupaten

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Motode Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas

yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat dia

mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan

praksis pembelajaran. Arikunto (2010: 135).

Karya ilmiah adalah suatu karangan yang disusun secara sistematis dan bersifat

ilmiah. Sistematis berarti bahwa karangan atau karya tulis tersebut disusun

menurut aturan tertentu sehingga kaitan antar bagian-bagian tersebut sangat jelas

dan padu. Bersifat ilmiah, berarti bahwa karya tulis tersebut menyajikan suatu

diskripsi, gagasan, argumentasi atau pemecahan masalah yang didasarkan pada

berbagai bukti empirik atau kajian teoritis. Wardani (2008: 1.5)

B. Setting Penelitian Dan Karakteristik

1. Subjek

Subyek penelitain ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 1 Suka

Maju yang berjumlah seluruh siswa 20 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki

(36)

22

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Tempelrejo

Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran pada semester genap Tahun

Pelajaran 2013/2014 selama 3 bulan yaitu April-Juni 2014.

C. Rencana Tindakan

Perencanaan tindakan dilakukan sebanyak dua kali (siklus). Setiap siklus terdiri

dari dua kali pertemuan. Setiap pertemuan meliputi kegiatan: perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun siklus tindakan dapat digambarkan

sebagai berikut.

Siklus I

Siklus II

Dan seterusnya

Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan(Arikunto.2010:137) Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan

(37)

23

Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang dilaksanakan, yaitu:

a. Membuat silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa, alat dan bahan pembelajaran.

b. Membuat panduan observasi aktivitas siswa dan kinerja guru.

c. Membuat soal-soal tes yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan.

Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran

yang meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

a. Kegiatan awal

Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan

apersepsi

Siswa memperhatikan penjelasan guru.

b. Kegiatan inti

1) Menjelaskan materi.

2) Guru menjelaskan perkembangan teknologi produksi, konsumsi dan

trasportasi

3) Siswa memperhatikan penjelasan guru.

(38)

24

5) Membagikan lembar kerja kelompok.

6) Siswa berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LKS.

7) Setelah selesai, guru memanggil perwakilan dari kelompok untuk

mempersentasikan hasil diskusinya.

8) Kelompok yang lain diminta menanggapi

9) Setelah semua kelompok mempersentasikan hasil diskusi, siswa diminta

kembali ke tempat duduk masing-masing.

10) Memberikan evaluasi.

c. Kegiatan akhir

1) Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi.

2) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah dibahas dan memberikan

tugas rumah (PR).

3) Siswa dan guru mengahkiri pelajaran dengan doa.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap guru dan siswa, saat proses pembelajaran

berlangsung dengan memberi tanda cheklis ( ) pada lembar observasi yang telah

disediakan. Pengamatan dilakukan oleh observer. Objek pengamatan adalah

(39)

25

4. Refleksi

Kegiatan refleksi adalah kegiatan membuat kesimpulan setelah proses

belajar-mengajar berlangsung.

Siklus II

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ada beberapa hal yang akan dilaksanakan, yaitu:

a. Membuat silabus, RPP, Lembar Kerja Siswa, alat dan bahan pembelajaran.

b. Membuat panduan observasi aktivitas siswa dan kinerja guru.

c. Membuat soal-soal tes yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah disusun dalam perencanaan.

Prosesnya mengikuti urutan kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran

yang meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

a. Kegiatan awal

Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan

apersepsi.

(40)

26

c. Kegiatan inti

1. Menjelaskan materi.

2. Guru menjelaskan bentuk-bentuk kegiatan sosial di masyarakat

3. Siswa memperhatikan penjelasan guru.

4. Membentuk kelompok belajar kooperatif STAD tiap kelompok terdiri dari

4-5 orang siswa.

5. Membagikan lembar kerja kelompok.

6. Siswa berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LKS

7. Setelah selesai, guru memanggil perwakilan dari kelompok untuk

mempersentasikan hasil diskusinya.

8. Kelompok yang lain diminta menanggapi

9. Setelah semua kelompok mempersentasikan hasil diskusi, siswa diminta

kembali ke tempat duduk masing-masing.

10. Memberikan evaluasi.

c. Kegiatan akhir

1) Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi.

2) Guru memberikan kesimpulan materi yang telah dibahas dan memberikan

tugas rumah (PR).

3) Siswa dan guru mengahkiri pelajaran dengan doa.

3. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap guru dan siswa, saat proses pembelajaran

(41)

27

disediakan. Pengamatan dilakukan oleh observer. Objek pengamatan adalah

aktivitas siswa dan guru.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi adalah kegiatan membuat kesimpulan setelah proses

belajar-mengajar berlangsung.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data dikumpulkan melalui observasi dan tes.

1. Observasi

Mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran. Pedoman pengamatan

yang diisi oleh guru selama pembelajaran berlangsung saat melakukan aktivitas

dengan cara memberi ceklis ( ). Lembar aktivitas siswa meliputi: (a)

Memperhatikan penjelasan guru, (b) Mengerjakan tugas (c) bekerja sama dalam

kelompok (d) berani bertanya dan mengemukakan pendapat (e)

mempersentasikan hasil diskusi. Lembar observasi siswa adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Lembar Aktivitas Siswa

No Nama Aspek Jumlah Nilai

A B C D E

1 A. Riski

2 Ayu

3 Arin

(42)

28

Keterangan

A. Memperhatikan penjelasan guru

B. Mengerjakan tugas

C. Bekerja sama dalam kelompok

D. Berani bertanya dan mengemukakan pendapat

E. Mempersentasikan hasil diskusi.

Keberhasilan Aktivitas

Siswa Aktif

Nilai x 100

Siswa

Table 3.2 Penilaian aktivitas siswa

Nomor Cheklis ( ) Kriteria

Tabel 3.3 Skor Maksimal Kinerja Guru

No Aspek yang Diamati Skor Maksimal

1 Prapembelajaran 8

2 Membuka pelajaran 12

3 Kegiatan inti pembelajaran 88

4 Penutup 16

(43)

29

Nilai tersebut akan dikategorikan dalam kategori keberhasilan guru dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebagai berikut.

Tabel 3.4 Kategori Keberhasilan Kinerja Guru

No Rentang Nilai Kategori

mengetahui sejauh mana penguasaan siswa terhadap konsep yang telah dikuasai

oleh siswa, yang hasilnya untuk menentukan keanggotaan kelompok. Tes akhir

siklus dilakukan untuk menentukan peningkatan hasil belajar siswa.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data digunakan rumus sebagai berikut:

1. Penilaian Aktivitas Siswa dan guru dinyatakan dengan rumus

Jumlah skor Perolehan

X 100 Skor Maksimal

2. Tes yang diberikan berbentuk isian yang dinyatakan dengan rumus

Jumlah Jawaban Benar

(44)

30

F. Indikator

Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika:

1. Siswa dikatakan aktif jika 80% dari seluruh jumlah siswa dapat mengikuti

semua aspek kegiatan.

2. Ada peningkatan aktivitas dan hasil belajar dari siklus ke siklus berikutnya.

3. Siswa dikatakan tuntas jika minimal 75% siswa mencapai nilai rata-rata di

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, adalah sebagai berikut.

1. Proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD aktivitas siswa meningkat hal ini dibuktikan dengan

adanya peningkatan aktivitas belajar dari siklus I ke siklus II. Aktivitas siswa

siklus I dengan rata-rata 58% siswa aktif dan pada siklus II aktivitas siswa

meningkat menjadi 82,5%.

2. Hasil belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD menunjukan peningkatan yang signifikan baik individu maupun

kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPS pada siklus I dengan

rata-rata 69 dan pada siklus II menjadi 79.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa

(46)

55

1. Bagi Guru

Hendaknya rekan-rekan guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD, sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa.

2. Bagi Peneliti

Bagi para peneliti berikutnya, disarankan lebih mengembangkan lagi penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD, sebagai salah satu bahan penelitian

dalam konteks pembelajaran di Sekolah Dasar, (SD/MI) khususnya mata pelajaran

IPS di kelas IV.

3. Bagi Lembaga

Kepada lembaga sekolah, hendaknya memfasilitasi adanya media-media

pembelajaran dalam menunjang pembelajaran sebagai upaya meningkatkan mutu

pendidikan dan kualitas kelulusan sekolah itu sendiri.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zaenal. 2014. Model-model Pembelajaran. Yrama Widya. Jakarta Andesanjaya. 2011. Model-model Pembelajaran. Nimas Multimas. Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarata

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. http://belajar

psikologi.com/macam-macam-teori-pembelajaran

Djamarah. S.B. 2006. Metode Pembelajaran. Rineka. Jakarta.

Etin, Solihatin. 2011. Analisias Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta Gagne. 2008. Macam-macam Teori Belajar.

http://belajar psikologi.com/macam-macam-teori-pembelajaran

Hamalik, Oemar. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung. Hamalik, Oemar. 2008. Hasil Belajar. Bumi Aksara. Bandung.

Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Bandung. Hamid, Hasan. 1990. Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara Jakarta Ibrahim, Muslim.2009. Pembelajaran kooperatif. Usaha Nasional.Trimulyo Ibrahim,2000, Model-model Pembelajaran, Kencana. Surabaya.

Ischak. 2007. Definisi Ilmu Pengetahuan

Sosialhttp://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-IPS-pengertian.html

Kunandar.2007. Model Pembelajarn STAD. Rineka Cipta. Yogyakarta.

(48)

57

Martorella. 1987. Pendidikan IPS SD. http://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-IPS-pengertian.html

Norma, Mackenzie. 1975. Definisi Ilmu Pengetahuan

Sosialhttp://dedi26.blogspot.com/2013/02/apa-itu-IPS-pengertian.html

Prawiradilaga. 2008. http://belajar psikologi.com/macam-macam-teori-pembelajaran

Rumiati. 2008. Belajar dan pembelajarn. Rineka Cipta. Yogyakarta Rusman. 2008. Pengertian Pembelajaran. Rineka Cipta. Yogyakarta. Sapriya. 2008. Pengertian IPS. http://edukasi.kompasiana.com

Sriyono, 2000, Aktivitas Belajar

http://edukasi.kompasiana.com/2004/04/11/aktivitas-belajar

Trianto. 2009.Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Surabaya. Wardani. 2008. Metode Penelitian. Universitas Terbuka. Jakarta

Winataputra. 2008.Pengertian Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta Yamin. 2005. Model-model Pembelajaran Kooperatif. Nimas Multimas. Jakarta Zubaedah. 2012. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model

Gambar

Tabel 1.1  Hasil Ulangan IPS Semester Ganjil Siswa Kelas IV
Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Model Kooperatif tipe STAD
Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan (Arikunto.2010:137)
Tabel 3. 1 Lembar Aktivitas Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lebih lanjut dikatakan kadar serum VEGF ini berkorelasi dengan tingkat keparahan dari penyakit yang dinilai dengan perhitungan skor PASI.. Publikasi seputar VEGF dalam

Psoriasis adalah suatu penyakit inflamasi kulit kronis yang di mediasi oleh sistem imunitas sel T dan dikarakteristikkan sebagai perubahan pada pertumbuhan dan

Dari hasil penelitihan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, adanya hubungan yang signifikan antara manajemen kelas dengan tingkat prestasi belajar siswa pada mata

Jenis ayam lokal yang umum dipelihara pemilik ayam kabupaten Bogor dan Wonosobo yaitu ayam kampung, pelung, bangkok, gaga’, birma, arab, dan kate.. Preferensi masyarakat terhadap

Berdasarkan penelitian tersebut diperoleh hasil: Pertama, implementasi regulasi yang ada bagi profesi pelaut sebagai subjek hak atas perumahan untuk mendapatkan rumah

Rikrik Gemi Setelah dilakukan perhitungan terhadap harga pokok produksi dengan menggunakan metode Konvensional dan metode Activity Based Costing (ABC) maka dapat diambil

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Jika kendala diatas tidak dapat dipecahkan maka akan menghambat kelancaran kegiatan pada bagian keuangan.Pengaturan gaji membutuhkan suatu sistem, dimana sistem penggajian