• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAINAGE INFRASTRUCTURE MANAGEMENT IN URBAN AREAS (Case Study in Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DRAINAGE INFRASTRUCTURE MANAGEMENT IN URBAN AREAS (Case Study in Bandar Lampung)"

Copied!
155
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

DRAINAGE INFRASTRUCTURE MANAGEMENT IN URBAN AREAS

(Case Study in Bandar Lampung)

by

Ruli Pramudia

Drainage infrastructure needed to control excess surface water such as rain water, domestic wastewater and industrial wastewater. In 2012 some areas in the city of Bandar Lampung experienced water logging or flooding disaster. Water logging or flooding in the city of Bandar Lampung is one of the important issues that must be solved. Especially many of drainage channels that are not functioning properly and the buildup of waste in drainage channels, and therefore the government requires a more optimal drainage infrastructure management to tackle water logging or flooding problems in the city of Bandar Lampung.

The method used in this study is a type of descriptive study with a qualitative approach. Data collection techniques in this study are in-depth interviews, documentation and observation. The results showed that the drainage infrastructure management in Bandar Lampung conducted by the Public Works Department of The City of Bandar Lampung is good enough. This conclusion can be seen in its implementation, namely: First, fix damaged drainage channels, to supervise the people who can make damage and blockage of the drainage channels, make improvements in the operation and maintenance of infrastructure management drainage in Bandar Lampung ; Second, in carrying out its duties the Department of Public Works in cooperation with other government agencies of The City of Bandar Lampung, such as the Department of Hygiene and Landscape Gardening and Regional Agency of Environmental Management and Prevention ( BPPLHD ); Third motivate employees and conduct coordination meetings between employees aimed to provide duties and functions to employees; Fourth , field officers to supervise / monitor directly the operation and maintenance of drainage infrastructure in Bandar Lampung.

(2)

ABSTRAK

PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR DRAINASE DI KAWASAN PERKOTAAN

(Studi Kasus di Kota Bandar Lmpung)

Oleh

RULI PRAMUDIA

Infrastruktur drainase diperlukan untuk mengendalikan kelebihan air permukaan berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri. Pada tahun 2012 beberapa kawasan di Kota Bandar Lampung mengalami bencana genangan air atau banjir. Terjadinya genangan air atau banjir di Kota Bandar Lampung merupakan salah satu permasalahan penting yang harus diatasi. Terutama banyaknya saluran drainase yang tidak berfungsi dengan baik dan penumpukan sampah pada saluran drainase, maka dari itu pihak pemerintah membutuhkan pengelolaan infrastruktur drainase yang lebih optimal untuk mengatasi permasalah genangan air atau banjir di Kota Bandar Lampung.

Metode yang digunakan adalah tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara wawancara mendalam, dokumentasi serta observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan infrastruktur drainase Kota Bandar Lampung yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung sudah cukup baik. Kesimpulan ini dapat dilihat dalam pelaksanaannya yaitu; Pertama,

memperbaiki saluran drainase yang sudah rusak, melakukan pengawasan terhadap masyarakat yang dapat membuat kerusakan dan penyumbatan pada saluran drainase, melakukan peningkatan operasi dan pemeliharaan dalam pengelolaan infrastruktur draianse di Kota Bandar Lampung. ; Kedua, dalam melaksanakan tugasnya Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung bekerjasama dengan instansi pemerintah lainnya, seperti Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung dan Badan Pedanggulangan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPPLHD); Ketiga memberikan motivasi kepada pegawainya dan melakukan rapat koordinasi antara pegawai yang bertujuan untuk memberikan tugas pokok dan fungsi kepada pegawai; Keempat, petugas lapangan melakukan pengawasan/memonitor langsung operasi dan pemeliharaan infrastruktur drainase Kota Bandar Lampung.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Ruli Pramudia. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19 Juli 1990, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Rusdi Bastari dan Ibu Roslina.

Pendidikan yang ditempuh oleh penulis yaitu dimulai dari Sekolah Dasar di SDN 3 Way Urang Kalianda, Lampung Selatan dan diselesaikan pada tahun 2002. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Kalianda, Lampung Selatan dan diselesaikan pada tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Kalianda, Lampung Selatan dan penulis selesaikan pada tahun 2008.

(7)

Anggota Bidang pada tahun 2009-2010 dan selanjutnya menjabat sebagai Kepala Bidang Minat dan Bakat pada tahun 2010-2011. Penulis juga pernah aktif di organisasi eksternal kampus yaitu di Ikatan Mahasiswa Muslim Tulang Bawang (IKAMM-Tuba) dibidang Hubungan Luar pada tahun 2009-2011. Selain itu, Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Margo Mulyo Kecamatan Gunung Terang Kabupaten Tulang Bawang Barat selama 40 hari pada Tahun 2012.

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah

yang maha pengasih lagi maha penyayang

Kupersembahkan karya ini kepada:

Ayahku RUSDI BASTARI dan Ibuku ROSLINA yang sangat

kucintai serta Adikku Erin Setia Hadi yang telah memberikan

dukungan dan semangat untukku

Terimakasih atas segala cinta, pengorbanan, serta do’a yang selalu

diberikan dan tak akan mungkin bisa terbalaskan hingga aku berakhir

di dunia ini.

Seluruh keluarga besarku yang sesnantiasa memberikan dorongan

kepadaku

Sahabat-sahabatku

Keluarga Besar Ilmu Administrasi Negara Universitas Lampung

(9)

MOTO

People should not be afraid of their goverments. Goverments should be

afraid of their people."

(V for Vendetta)

Terlentang, jatuh, perih, kesal

Ibu pertiwi engkau pegangan janji pusaka dan sakti Tanah tumpah darahku makmur dan suci

Hancur badan tetap berjalan

Jiwa besar dan suci membawa aku padamu Padamu Indonesia makmur dan suci

(BJ Habibie)

KETIKA KITA SEDANG „LELAH‟ INGATLAH, “KESUKSESAN

MEMANG SULIT…! TETAPI HIDUP MU AKAN LEBIH SULIT BILA

(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Infrastruktur drainase di kawasan perkotaan (studi kasus di Kota Bandar Lampung)”. Penulisasn skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ilmu Admninstrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Selama penyusunan skripsi ini penulis menyadari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, baik keluarga, dosen, maupun teman-teman. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Orangtuaku, Bapak Rusdi Bastari dan Ibu Roslina, terima kasih atas segala dukungan, do’a, arahan, dan wejangannya dalam proses penyusunan karya

ini. Terima kasih atas segala rasa cinta dan kasih sayang yang telah kalian berikan dari Ruli kecil sampai dewasa, dan kesabaran dalam mendidikku. Semoga kalian berdua selalu bahagia dunia akhirat, diberikan rezeki yang berlimpah, dan selalu dalam perlindungan Allah SWT. Amin.

2. Adikku Erin Setia Hadi yang sedang melanjutkan kuliah, semoga kamu bisa lebih baik dari abang,terima kasih atas semangatnya.

(11)

4. Bapak Syamsul Ma’ arif, S.IP, M.si. selaku pembimbing utama yang telah memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan tenaga selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini hingga akhir.

5. Bapak Dr. Bambang Utoyo, M.Si. selaku pembahas dan penguji yang telah membantu perbaikan melalui kritik, saran, serta masukan yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini hingga akhir.

6. Bapak Dr. Dedy Hermawan, S.Sos, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara.

7. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

8. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan Staf Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah mewariskan ilmunya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan serta membimbing penulis selama menempuh studi.

(12)

Rioga(Oge) cepet lagi wisuda, Tendi(om) calon pejabat pesawaran, Fahmi(ex-Gub) gemukin lagi badan itu, Adi(jawa) anak band banget, Torik-Nelson ini hantunya ane 09 suka ilang suka muncul sendiri, Apriza, Andri(iwo), Bahri(panjang), Deki, Waya, teman-teman yang baik, dan wanita-wanita Alasserobban Ane 09, Yessy(bendum), Intan(bebek), Dewi(piping), Fitri(uni), Ristra, Dina, Deril(bude), aisyah, Irma, anggi, eka, nova, gustia, layla(lele),rahma, Dewi (Dedew), kiki, nurul, nina, septi, riyanti, listi, tasya, olieng, terimaksih sudah diberikan keluarga-keluarga yang baik seperti kalian.

(13)

memberi warna selama di HIMAGARA tercinta. Terima kasih atas pelajaran hidup, spirit dan bantuannya selama ini. HIDUP HIMAGARA!!! 11. Teman-teman lintas jurusan di Fisip Unila ( Riski Sos 09, Dodi Sos 09,Dirga Sos 09,viki pusdokinfo, dan seluruh teman-teman lintas jurusan yang tidak dapat ditulis satu persatu.trimksih atas warna difisip yang begitu indah. “Fisip Itu Orange” beda warna beda, latar belakang untuk

fisip kita satu “ORANGE” HIDUP FISIP….!!!!

12. Seluruh keluarga besar Ilmu Administrasi Negara FISIP Unila dan Seluruh Civitas Akademika Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang ikut membantu mempermudah dalam penyelesaian Skripsi ini.

13. Seluruh pihak yang membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan namanya satu persatu. Terima kasih atas dukungannya.

Akhir kata semoga segala kebaikan dan bantuan yang diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari Allah SWT dan peneliti meminta maaf apabila ada kesalahan tanpa sengaja dan yang pernah tersakiti dalam kehidupan peneliti. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk kehidupan dan generasi-generasi selanjutnya.

Bandar Lampung, 18 Februari 2014

Peneliti,

Ruli Pramudia

(14)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR BAGAN ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latara Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Managemen Infrastruktur Drainase ... 12

B. Pengelolaan Sumber daya Air ... 18

C. Ketersediaan Infrastruktur Drainase ... 23

D. Pengelolaan Infrastruktur Drainase ... 28

E. Kegagalan Pengelolaan Infrastruktur Drainase ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe dan Pendekatan Penelitian ... 36

B. Fokus Penelitian ... 37

C. Lokasi Penelitian ... 38

D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 38

E. Tekhnik Pengolahan Data ... 42

F. Tekhnik Analisis Data ... 43

(15)

ii

BAB IV GAMBARAN UMUM

A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 48

1. Demografi ... 51

2. Sumber Daya Alam (Resources Base) ... 52

3. Posisi Bandar Lampung Dalam Konteks Kawasan ... 53

4. Pembagian Wilayah Kota ... 54

5. Pengelolaan Drainase Kota ... 65

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pola Tata Kelola Infrastruktur Drainase ... 66

1. Pola Perencanaan (Planning) ... 65

2. Pola Pengorganisasian (Organizing) ... 72

3. Pola Penggerakan (Actuating) ... 78

4. Pola Pengawasan (Controling) ... 82

B. Problematika Pengelolaan Infrastruktur Drainase ... 85

1. Problematika Internal ... 86

1.1 Problematika Saat Pola Perencanaan (Planning) ... 86

1.2 Problematika Saat Pola Pengorganisasian (Organizing) ... 88

1.3 Problematika Saat Pola Penggerakan (Actuating) ... 91

1.4 Problematika Saat Pola Pengawasan (Controling) ... 93

2. Problematika eksternal ... 95

2.1 Alih Fungsi Lahan ... 95

2.2 Peningkatan Jumlah Sampah/Limbah ... 98

2.3 Kerusakan Konstruksi ... 106

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA

(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daerah Rawan Banjir Kota Bandar Lampung ... 7

Tabel 1.2 Data Genangan Air Kota Bandar Lampung ... 8

Tabel 3.1 Data Informan Yang Terkait Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Dokumen yang diperoleh oleh Peneliti ... 42

Tabel 4.1 Nama, Luas Wilayah per-Kecamatan dan Jumlah Kelurahan Kota Bandar Lampung ... 49

Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat ini dan Proyeksinya 5 Tahun ... 52

Tabel 5.1 Jumlah Rencana Anggaran Pengelolaan Infrastruktur Drainase ... 68

Tabel 5.2 Titik Rawan Banjir Kota Bandar Lampung ... 70

Tabel 5.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Jenjang Pendidikan ... 76

Tabel 5.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Golongan ... 76

Tabel 5.5 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Berdasarkan Jabatan ... 77

Tabel 5.6 Agenda Rapar Koordinasi ... 80

Tabel 5.7 Laporan Pengawan di Lapangan ... 84

Tabel 5.8 Alih Fungsi Lahan di Kota Bandar Lampung ... 96

Tabel 5.9 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Saat ini dan proyeksinya 5 tahun ... 97

Tabel 5.10 Volume Sampah Kota Bandar Lampung Tahun 2011... 99

(17)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kondisi Saluran yang Dipenuhi oleh Sampah ... 43

Gambar 3.2 Perubahan Bentuk Saluran Drainase yang Semula Terbuka Menjadi Tertutup ... 43

Gambar 4.1 Luas Genangan di Wilayah Kota Bandar Lampung ... 63

Gambar 4.2 Peta Lokasi Genagang di Kota Bandar Lampung ... 64

(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan sumberdaya alam yang sangat vital bagi semua manusia dan setiap mahluk hidup. Tanpa air, maka tidak akan ada suatu kehidupan di muka bumi ini. Selama ini air seperti halnya udara telah dianggap oleh manusia sebagai barang yang wajar, selalu ada, dan tersedia setiap saat. Namun, pendapat tersebut pada saat ini mulai dipertanyakan kebenarannya. Kenyataannya, manusia baru menyadari betapa pentingnya peranan air pada saat kemarau panjang atau banjir. Kesadaran tersebut mendorong manusia untuk berusaha untuk mengendalikan ketersediaannya.

(84)

2

Indonesia memasuki era desentralisasi sejak ditetapkannya Undang Nomor 22 Tahun 1999, kemudian disempurnakan menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menjelaskan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. pemerintah daerah diberikan kewenanggan untuk mengelola daerahnya sendiri baik itu dalam hal manajemen pemerintahannya maupun dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini menjadikan peluang bagi daerah untuk menyelesaikan masalah lokal secara lebih akuntabel, sekaligus membuka tantangan baru bagi pemerintah daerah.

Undang-undang tersebut kemudian memberikan pandangan baru dalam pembangunan bangsa menuju era otonomi, yaitu dengan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memajukan potensi sesuai karakteristik daerahnya masing-masing. pemerintah daerah diberikan kewenanggan untuk mengelola daerahnya sendiri baik itu dalam hal manajemen pemerintahannya maupun dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini menjadikan peluang bagi daerah untuk menyelesaikan masalah lokal secara lebih akuntabel, sekaligus membuka tantangan baru bagi pemerintah daerah.

(85)

3

dalam desentralisasi di Indonesia secara lengkap dan jelas tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang menjelaskan bahwa pemerintah daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab mengenai urusan-urusan baik mengenai politik kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan maupun mengenai segi-segi pembiayaannya di daerah. Nasib sumber daya alam dan lingkungan, kini tergantung pada kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal dan kemauan untuk memenuhi standar dan peraturan nasional. Salah satu pengelolaan lingkungan yang menjadi fokus pemerintah pusat dan daerah adalah pengelolaan sumber daya air, karena semua mahluk hidup membutuhkan air untuk keberlangsungan hidupnya.

(86)

4

kebudayaan; statistik; kearsipan; dan perpustakaan. Sejalan dengan pemberian kewenangan yang lebih luas yang diberikan kepada daerah, secara tidak langsung tanggung jawab pemerintah daerah akan pelayanan terhadap masyarakat juga semakin besar. Dengan tanggung jawab yang semakin besar pemerintah daerah diharapkan mampu untuk mengembangkan strategi yang tepat untuk menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik, Termasuk membangun infrastruktur. Nasib sumber daya alam dan lingkungan, kini tergantung pada kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal dan kemauan untuk memenuhi standar dan peraturan nasional. Salah satu pengelolaan lingkungan yang menjadi fokus pemerintah pusat dan daerah adalah pengelolaan sumber daya air dan beserta pembangunan infrastruktur fisik.

Infrastruktur sebagai fasilitas fisik suatu kota atau negara mencakup bangunan, fasilitas-fasilitas dasar, peralatan-peralatan, dan instalasi-instalasi yang dibangun dan dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu sistem tatanan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat. Infrastruktur merupakan aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga mampu memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Menurut Kementerian Permukiman dan Prasarana Wilayah, infrastruktur merupakan bangunan dasar yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia yang hidup bersama-sama dalam suatu ruang yang terbatas. Agar manusia dapat bermukim dengan nyaman dan dapat bergerak dengan mudah dalam segala waktu dan cuaca, sehingga dapat hidup dengan sehat dan dapat berinteraksi satu dengan lainnya dalam mempertahankan kehidupannya.

(87)

5

umum, infrasturktur berperan penting sebagai alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik. Apabila infrastruktur tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana. Hal inilah yang menyebabkan pengelolaan infrastruktur harus dilakukan secara hati-hati, terencana, transparan, dan bertanggung jawab. 1

Salah satu infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi pengelolaan sumber daya air di kawasan perkotaan adalah drainase. Sistem drainase merupakan salah satu infrastruktur yang penting dalam pengembangan wilayah perkotaan, agar kota dapat terlihat lebih indah, bersih, tertata dan bebas dari genangan banjir. Drainase didefinisikan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara gravitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air sehingga genangan air dapat dihindarkan. Saat ini, hanya 52,83% rumah tangga yang mempunyai akses ke saluran drainase, 14,49% mempunyai sistem drainase dalam keadaan tergenang air atau alirannya lambat dengan kapasitas aliran yang kurang memadai, dan 32,68% tidak mempunyai saluran drainase. Sistem drainase perkotaan yang tidak baik akan merugikan kota dan masyarakat, karena mengganggu lingkungan, menghambat transportasi, mengganggu kesehatan dan memberikan dampak buruk bagi sosial dan ekonomi.2 Dalam kontek inilah drainase perkotaan diperlukan untuk mengendalikan kelebihan air permukaan berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri agar tidak merugikan masyarakat dan dapat

1

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan,Andi.Yogyakarta.Hal 8

2

(88)

6

memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan drainase perkotaan harus terpadu dengan pembangunan prasarana sanitasi, prasarana sampah, dan pengendali banjir kota lainnya.

Pada daerah perkotaan, pertumbuhan kota dan perkembangan industri menimbulkan dampak yang cukup besar pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh cukup besar terhadap sistem drainase perkotaan. Pertumbuhan kota dewasa ini ditandai dengan peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan lahan yang ada. Pengurangan jumlah areal terbuka sebagai areal resapan air akan mengakibatkan air hujan yang jatuh di daerah tersebut tidak dapat terinfiltrasi, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah air limpasan (runoff). Di tengah kondisi di mana kemampuan saluran drainase sebagai penampung air limpasan sangat terbatas, hal ini memacu terjadinya banjir yang semakin parah. Banjir di Indonesia menimbulkan kerusakan sebesar dua pertiga dari bencana alam yang pernah terjadi.3 Oleh sebab itu setiap perkembangan kota harus diikuti dengan perbaikan sistem drainase, tidak cukup hanya pada lokasi yang dikembangkan, melainkan harus meliputi daerah sekitarnya juga.

Salah satu daerah yang sedang menghadapi permasalah drainase adalah Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung memiliki topografi sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m. Daerah dengan topografi perbukitan hingga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta

3

(89)

7

perbukitan Batu Serampok disebelah Timur.Dilihat dari ketinggian yang dimiliki, Kecamatan Kedaton dan Rajabasa merupakan wilayah dengan ketinggian paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya yaitu berada pada ketinggian maksimum 700 meter diatas permukaan laut (mdpl). Sedangkan Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan Panjang memiliki ketinggian masing-masing hanya sekitar 2–5 mdpl atau kecamatan dengan ketinggian paling rendah/minimum dari seluruh wilayah di Kota Bandar Lampung.4

Dengan ketinggian tersebut, dapat dipastikan bahwa kawasan-kawasan di Kota Bandar Lampung seharusnya tidak mengalami genangan air atau banjir meskipun curah hujan tinggi. Namun fakta empirik yang terjadi justru sebaliknya, kawasan-kawasan di Kota Bandar Lampung mengalami genangan air atau banjir pada saat musim hujan dengan curah hujan yang tinggi. Bahkan selama ini genangan atau banjir tersebut justru terjadi di daerah yang berada di dataran tinggi. Fakta ini diperkuat oleh laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung yang memetakan adanya 52 titik rawan banjir

yang tersebar di sejumlah kecamatan dan kelurahan.

Tabel 1.1

Daerah Rawan Banjir Kota Bandar Lampung

No Kecamatan Kelurahan

1 Kecamatan Telukbetung Barat Negeriolok Gading, Kuripan, dan Kelurahan Bakung

2 Telukbetung Timur Sukamaju, Kotakarang Raya, dan Kelurahan Perwata.

3 Tanjungkarang Pusat Kelapatiga, Kaliawi, Palapa, dan Kelurahan Tanjungkarang

4 Rajabasa Gedongmeneng, Rajabasa, Rajabasa Raya

4

(90)

8

5 Sukabumi Sukabumi, Sukabumi Indah, Campang Raya. Sedangkan untuk di Kecamatan Way Halim, yang rawan banjir ada di Kelurahan Jagabaya II dan Jagabaya III

Sumber: BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kota Bandar Lampung 2013

Kota Bandar Lampung sebagai ibukota Provinsi Lampung, sudah sepantasnya menjadi barometer dan tolak ukur pembangunan bagi wilayah-wilayah lain di Provinsi Lampung. Namun, banjir dan genangan air di beberapa kawasan Kota Bandar Lampung hingga kini merupakan suatu permasalahan rutin yang tak kunjung terselesaikan. Berkurangnya daerah resapan, pendangkalan sungai, dan penumpukan sampah pada saluran adalah beberapa hal yang paling sering dituding sebagai sumber permasalahan tersebut, di samping adanya kebijakan pemerintah kota mengenai masalah drainase yang dinilai tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Oleh sebab itu, pembenahan infrastruktur drainase sangat mendesak dilakukan guna mendukung dinamika dan pola pembangunan di wilayah ini.

Tabel 1.2

Data Genangan air Kota Bandar Lampung

No Lokasi Luas (Ha) Tinggi Genangan (cm) Lama (jam)

1 Jl. Antasari 0,61 0,5 3

2 Jl. Kartini 0,31 0,40 2

3 Kampung Baru, Kampung Kaarang Anyar, dan Kampung

Suka Baru 7,5 1 48

4 Jalan Cut Nyak dien 0,65 0,30 2

5 Jalan Z.A Pagaralam 2 1 4

(91)

9

Sistem drainase Kota Bandar Lampung mengikuti pola sistem drainase alam, karena sistem drainase merupakan main drain dari zona drainase yang ada. Sedangkan pembagian wilayah pembebanan drainase disesuaikan dengan arah aliran drainase yang ada. Seiring dengan berubahnya fungsi kawasan di Kota Bandar Lampung yang merupakan kawasan resapan air menjadi kawasan pemukiman dan kawasan bisnis, hal ini mengakibatkan sistem drainase menjadi tidak terawat, mengalami penyempitan saluran, pendangkalan, dan penumpukan sampah, sehingga daya tampung drainase primer menjadi terlampaui. Masalah ini mendesak untuk segera diatasi mengingat drainase bukan hanya untuk mengalirkan debit air pada saluran drainase tersebut, akan tetapi juga mengendalikan kelebihan air permukaan agar tidak mengganggu aktivitas masyarakat dan dapat membawa manfaat bagi kepentingan masyarakat.5

Pembagian wilayah pembebanan drainase di kota Bandar Lampung dibuat sesuai dengan arah aliran drainase yang ada zona drainase dibagi atas : (1) Zona Tanjung Karang, meliputi draianse yang ada diwilayah Tanjung Karang yang mengalirkan airnya pada sungai Way Kuripan, Way Kupang, Way Kunyit dan Way Bakung. (2) Zona Teluk Betung, merupakan zona drainase terbesar di Kota Bandar Lampung yang meliputi beberapa drainase utama yang mengalirkan airnya ke sungai-sungai Way Kuala sebagai main drain, dan anak-anak sungainya yaitu : Way Kemiling, Way Pemanggilan, Way Langkapura, Way Kedaton, Way Balau, Way Halim, Way Durian Payung, Way Simpur, Way Awi, Way Penengahan, dan Way Kedamaian. (3) Zona Panjang, Meliputi drainase yang mengalirkan airnya pada sungai-sungai : Way Lunik, Way Kanan, Way Lunik Kiri, Way Pidada, Way

5

(92)

10

Galih Panjang, dan Way Serengsem. Merupakan zona drainase pada daerah datar pada bagian hilirnya sehingga menimbulkan banjir. (4) Zona Kandis, yang meliputi daerah-daerah di wilayah Kedaton dan sebagian Sukarame wilayah Barat, pada zona ini drainase utama akan membuang air pada sungai Way Kandis 1, Way Kandis 2, dan Way Kandis 3.6

Melihat kondisi yang telah diuraikan di atas, penting dilakukan penelitian mengenai pengelolaan drainase di Kota Bandar Lampung agar permasalahan genangan dan banjir yang sering terjadi pada saat musim hujan turun dapat teratasi. Untuk itu penulis akan melakukan penelitian terhadap drainase dengan prioritas daerah atau kawasan yang pada musim hujan mengalami banjir yang merupakan suatu langkah yang diperlukan untuk pemecahan masalah genangan dan banjir dalam kaitannya terhadap sistem saluran drainase secara keseluruhan.

B. Rumusan Masalah

Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pola tata kelola infrastruktur drainase Kota Bandar Lampung dalam menanggulangi masalah genangan air atau banjir ?

2. Apasajakah problematika yang dihadapi dalam tata kelola infrastruktur drainase Kota Bandar Lampung ?

6

(93)

11

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mendeskripsikan pola tata kelola drainase dalam mengatasi permasalahan banjir dan genangan air di Kota Bandar Lampung.

2. Dapat menjelaskan problematika dalam pengelolaan drainase kota Bandar Lampung.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah keilmuan Administrasi Negara terutama tentang kajian dalam bidang manajemen publik, khususnya tentang Manajemen pengelolaan infrasturktur drainase Kota Bandar Lampung.

(94)

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Manajemen

Menajemen dan pengelolaan memiliki tujuan yang sama yaitu tercapainya tujuan organisasi atau lembaga. Ini dikatakan bahwa manajemen dan pengelolaan merupakan istilah yang memiliki tujuan yang sama. Menurut Terry manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya. Manajemen merupakan suatu bentuk kegiatan, atau disebut ”managing”, sedangkan

pelaksananya disebut dengan ”manager” atau pengelola. Manajemen juga adalah

suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan, dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.1

Dinas pekerjaan umum merupakan suatu unit organisasi yang berada di bawah pemerintah daerah/kota dalam hal ini walikota. dalam melaksanakan tugas

1

(95)

13

pokok dan fungsi yang diembannya sudah barang tentu menggunakan fungsi-fungsi manajemen. Manajemen diartikan sebagai upaya untuk mencapai tujuan dengan menggunakan berbagai sarana dan prasarana serta sumber daya manusia. Manajemen dipraktekkan dalam bisnis, rumah sakit, universitas, badan pemerintah dan tipe aktivitas lain yang terorganisasi.

Menurut Massie istilah manajemen secara umum diartikan sebagai kelompok khusus orang-orang yang tugasnya mengarahkan daya upaya dan aktivitas orang lain pada sasaran yang sama. Secara singkat, manajemen yaitu menjalankan sesuatu melalui orang lain. Manajemen juga diartikan sebagai proses yang mengarahkan langkah-langkah kelompok menuju tujuan yang sama.2 Menurut G.R Terry bahwa manajemen merupakan suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan mengendalikan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.3 Menurut Tead manajemen adalah proses dan perangkat yang mengarahkan serta membimbing kegiatan-kegiatan suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.4 Lain halnya menurut Siagian mendefinisikan manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan-kegiatan orang lain.5

2

Massie, L.J. 1985. Dasar-dasar Manajemen Edisi Ketiga. Erlangga, Jakarta. Hal 4

3

(96)

14

Ada persamaan-persamaan yang dapat disimpulkan dalam berbagai definisi manajemen di atas, sebagaimana dikemukakan oleh Lubis sebagai beriku: (1) Manajemen selalu diterapkan dalam hubungan dengan usaha suatu kelompok manusia dan tidak terhadap suatu usaha satu orang tertentu. (2) Dalam pengertian manajemen selalu terkandung adanya suatu tujuan tertentu yang akan dicapai oleh kelompok yang bersangkutan.6 Dari pengertian-pengertian tentang manajemen di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses, suatu kegiatan, suatu usaha, yang dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui kerja sama dengan orang lain.

Dalam proses pelaksanaannya, menurut Hasibuan,manajemen mempunyai tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakan. Tugas-tugas khusus tersebut biasa disebut fungsi-fungsi manajemen. untuk mengatasi permasalahan pengelolaan Drainase di Kota Bandar Lampung dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan oleh George R Terry yaitu POAC (Planning,

Organizing, Actuating,dan Controlling). Pengertian Fungsi-fungsi Manajemen

yang dikemukakan oleh George R Terry sebagai berikut:

1. Planning (perencanaan)

Menurut Siagian, planning dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiaran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang, yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa, dalam rangka mencapai tujuan yang akan ditentukan.7 Sedangkan menurut G.R Terry, planning merupakan pemilihan dan penghubungan fakta-fakta serta

6

Lubis, Ibrahim. 1986. Op.Cit. Hal 25

7

Sutardi. Andry dan Engkoem Damini. 1988. Pokok-Pokok Ilmu Administrasi dan Manajemen.

(97)

15

pembuatan dan penggunaan perkiraan-perkiraan/asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan.8 Menurut hasibuan planning adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan, dengan memilih yang terbaik dari alternatif-alternatif yang ada.9 Dari uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa planning adalah proses pengambilan keputusan pendahuluan atau yang di rencanakan pada masa mendatang yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar lampung yang berkaitan dengan langkah-langkah dalam perencanaan drainase. Dengan adanya perencanaan yang matang dalam mengelola drainase, maka permasalahan mengennai genangan atau banjir dapat teratasi.

2. Organizing (pengorganisasian)

Fungsi pengorganisasian berkaitan erat dengan fungsi perrencanaan, karena pengorganisasian pun harus direncanakan. Menurut Siagian, pengorganisasian adalah keseluruhan proses pengelompokan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas, tanggung jawab, dan wewengan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu organisasi yang dapat digerakan sebagai suatu kesatuan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.10 Sedangkan menurut G.R Terry,

organizing merupakan kegiatan penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan

macam-macam kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang-orang (pegawai) terhadap kegiatan ini, penyediaan faktor-faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukan hubungan wewenang yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam hubungannya dengan pelaksanaan setiap

8

Sukarna, Drs. 2011. Dasar-dasar Manajemen. Bandung : Mandar Maju Hal 10

9

Hasibuan, S.P.M. 2011 Op.Cit Hal 40

10

(98)

16

kegiatan yang diiharapkan.11 Menurut Hasibuan pengorganisasian adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktifitas tersebut.12 Dari uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada setiap anggota yang terlibat dalam melaksanakan program kerjanya, agar dapat berjalan yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung. Dengan pengorganisasian yang maksimal maka dalam mengelola Drainase dapat berjalan dengan maksimal.

3. Actuating (penggerakan)

Actuating menurut Siagian dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses

kegiatan yang harus dilakukan untuk membina dan mendorong semangat bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan.13 Sedangkan menurut G.R Terry dalam bukunya

Principles of Management memberi definisi actuating ialah membangkitkan dan

mendorong semua anggota kelompok agar supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.14 Menurut Hasibuan actuating adalah mengarahkan semua bawahan, agar mau berkerja sama

11

Sukarna, Drs. 2011.Op.Cit.Hal 38

12

Hasibuan, S.P.M. 2011 Op.Cit Hal 40

13

Siagian, Sondang, P. 2008.Op.Cit.Hal 106

14

(99)

17

dan berkerja efektif untuk mencapai tujuan.15 Dari uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa actuating adalah suatu proses dimana kepala Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung dituntut agar anggota Dinas Pekerjaan Umum Kota Bandar Lampung dapat berperan aktif dalam mengelola Drainase secara Optimal.

4. Controlling (pengawasan)

Menurut Siagian controlling (pengawasan) ialah proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan atau sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.16 Sedangkan menurut G.R Terry dalam buku

Principles of Management mengemukakan Controlling dapat dirumuskan sebagai

proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan bilamana perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.17 Menurut Harold Koontz controlling adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan dapat terselenggara.18

Dari uraian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa controlling adalah proses seorang manajener melakukan penilaian terhadap apa yang telah dilaksanakan oleh pegawainya. Fungsi controlling bukan hanya untuk mencari kesalahan-kesalahan, tetapi untuk mencari kebenaran dari pelaksanaan tugas atau kebenaran dari hasil suatu rencana dan berusaha untuk menghindarkan terjadinya

15

Hasibuan, S.P.M. 2011 Op.Cit Hal 41

16

Sutardi. Andry dan Engkoem Damini. 1988 Op.Cit. Hal 78

17

Sukarna, Drs. 2011.Op.Cit.Hal 110

18

(100)

18

penyimpangan-penyimpangan atau penyelewengan-penyelewengandari rencana yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengawasan dapat dilakukan secara internal atau dari dalam organisasi, eksternal atau pengawasan dari luar organisasi, ataupun pengawasan represif yaitu pengawasan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan.

(101)

19

jalur yang salah, maka manajer harus membetulkannya. Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengelolaan drainase.

B. Pengelolaan Sumber Daya Air

Paradigma Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia bergeser dari semula sentralisasi menjadi desentralisasi. Pergeseran itu ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang disempurnakan menjadi Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Berdasarkan Undamg-undang tersebut ditegaskan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Undang-undang tersebut kemudian memberikan pandangan baru dalam pembangunan bangsa menuju era otonomi, yaitu dengan memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memajukan potensi sesuai karakteristik daerahnya masing-masing. pemerintah daerah diberikan kewenanggan untuk mengelola daerahnya sendiri baik itu dalam hal manajemen pemerintahannya maupun dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini menjadikan peluang bagi daerah untuk menyelesaikan masalah lokal secara lebih akuntabel, sekaligus membuka tantangan baru bagi pemerintah daerah.

(102)

urusan-20

urusan baik mengenai politik kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan maupun mengenai segi-segi pembiayaannya di daerah. Nasib sumber daya alam dan lingkungan kini tergantung pada kepemimpinan lokal, kapasitas lembaga lokal, dan kemauan untuk memenuhi standar dan peraturan nasional.19

Salah satu pengelolaan lingkungan yang menjadi fokus pemerintah pusat dan daerah adalah pengelolaan sumber daya air. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air pengelolaan air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air, pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air. Menurut Grigg20 Pengelolaan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non struktural untuk mengendalikan sistem sumberdaya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan atau manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan.Tindakan-tindakan struktural (structural

measures) untuk pengelolaan air adalah fasilitas-fasilitas terbangung (constructed

facilities) yang digunakan untuk mengendalikan aliran air baik dari sisi kuantitas

maupun kualitas. Tindakan-tindakan non struktural untuk pengelolaan air adalah program-program atau aktifitas-aktifitas yang tidak membutuhkan fasilitas-fasilitas terbangun.

Pengelolaan air dan sumber daya air pada dasarnya mencakup upaya serta kegiatan pengembangan dan pemanfaatan dan pelestarian sumber daya air berupa menyalurkan air yang tersedia dalam konteks ruang dan waktu, dan komponen mutu dan komponen volume pada suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhan pokok kehidupan mahluk hidup. Dengan demikian pengelolaan air dan sumber

19

Wasistiono, Sadu. 2010. Desentralisasi dan Revitalisasi Lokal.Hal 57

20

(103)

21

air yang berkelanjutan merupakan suatu sistem agar alam atau lingkungan hidup dapat menjadi akrab serta menyenangkan. Pembangunan pengairan dituntut menunjang beberapa sektor perekonomian yang pesat dan air sebagai sumber daya harus dikelola lebih profesionaldan bersungguh-sungguh baik dalam pemanfaatannya maupun dalam pelestarian fungsi dan keberadaannya. Menurut Kodoatie dan Sjarief21 ada 3 aspek utama dan 2 aspek pendukung dalam pengelolaan sumber daya air : (1) Aspek utama yang meliputi (a) Konservasi sumber daya air, (b) Pendayagunaan sumber daya air, (c) Pengendalian daya rusak air; dan (2) aspek pendukung yang meliputi (a) Sistem informasi sumber daya air, (b) Pemberdayaan masyarakat.

Pengelolaan sumber daya air terpadu memerlukan kerangka konsepsional karena: (1) Semua pihak menyadari bahwa masalah sumber daya air adalah kompleks, (2) Wilayah sumber daya air dapat berupa bagian dari pengembangan wilayah baik perkotaan (urban) dan pedesaan (rural) serta dapat juga merupakan bagian regional administrative (pusat, provinsi, kabupaten atau kota), (3) Adanya relasi antara Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dengan pola pengelolaan sumber daya air dan rencana pengelolaan sumber daya air, (4) Pembagian sumber daya air menjadi aliran permukaan tanah dan air tanah untuk aliran permukaan pembagian bisa dilihat dari daerah aliran sungai (batas hidrologi) dan bisa dilihat dari batas administrasi (provinsi, kabupaten atau kota), demikian pula dengan air tanah walaupun penentuan wilayahnya lebih sulit dibandingkan dengan aliran permukaan, (5) Pengelolaan sumber daya air dapat dibagi dengan melihat alam

(natural) atau buatan manusia (man made), (6) Sistem sumber daya air dapat

21

(104)

22

dilihat sebagai bagian dari infrastruktur khususnya infrastuktur keairan, dimana pengelolaannya bisa dilihat dari fungsinya: irigasi, drainase, sumber air, (7) Pengelolaannya harus dipandang sebagai sesuatu yang integrated, comprehensive,

and interdependency.22

Sumberdaya air harus dikelola secara menyeluruh, terpadu, dan berwawasan lingkungan dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Menyeluruh mencakup semua bidang pengelolaan yang meliputi konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak air, serta meliputi satu sistem wilayah pengelolaan secara utuh yang mencakup semua proses perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan dan evaluasi. Terpadu merupakan pengelolaan yang dilaksanakan dengan melibatkan semua pemilik kepentingan antarsektor dan antarwilayah administrasi. Berwawasan lingkungan hidup adalah pengelolaan yang memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan. Berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya air yang tidak hanya ditujukan untuk kepentingan generasi sekarang tetapi juga termasuk untuk kepentingan generasi yang akan datang.23

Global Water Partnership (GWP) menawarkan suatu kerangka konsep keterpaduan yang menarik untuk Pengelolaan Sumber Air Terpadu dengan memperhatikan tiga elemen utamanya yaitu: (1) Lingkungan yang mendukung

(The enabling environment) adalah kerangka umum dari kebijakan nasional,

legislasi, regulasi, financial dan informasi untuk pengelolaan sumber daya air oleh

stakeholder yang berfungsi merangkai dan membuat peraturan serta kebijakan,

22

Kodoatie dan Sjarief. 2010.Op.Cit.Hal 352

23Ibid

(105)

23

sehingga dapat disebut rules of the games. (2) Peran-peran institusi (institusional

roles) merupakan fungsi dari berbagai tingkatan administrasi dan stakeholder.

Perannya mendefinisikan para pelaku. (3) Alat-alat manajemen (management

instruments) merupakan instrument operasional untuk regulasi yang efektif,

monitoring dan penegakan hukum yang memungkinkan pengambilan keputusan untuk membuat pilihan yang informative di antara aksi-aksi alternatif. Berdasarkan kebijakan yang telah disetujui, sumberdaya yang bersedia, dampak lingkungan dan kosekuensi sosial dan budaya.24

Dari beberapa pendapat dapat di simpulkan pengelolaan sumber daya air merupakan kegiatan secara keseluruhan yang berkaitan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengevaluasiaan keberlangsungan sumberdaya air demi kebutuhan mahluk hidup di dunia ini. Menurut Grigg25 salah satu pendukung dasar untuk suksesnya pengelolaan sumberdaya air adalah infrastruktur yang memadai. Infrastruktur merujuk pada pembangunan fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik. Hal ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup social dan ekonomi. Oleh sebab itu, dibutuhkan infrastruktur keairan agar pengelolaan sumberdaya air dapat di kelola dengan baik.

C. Penyediaan Infrastruktur Keairan

Sejalan dengan proses pembaharuan di berbagai bidang pembangunan, telah dilaksanakan perubahan mendasar dalam hal pola dan pengembangan infrastruktur. Beberapa peraturan perundang-undangan telah dilakukan reformasi

24

Ibid .Hal 352

25

(106)

24

yang menyeluruh dalam penyediaan infrastruktur, baik pada tatanan sektoral maupun lintas sektor. Upaya-upaya yang telah dilakukan, antara lain: pertama, perubahan peran pemerintah menjadi fasilitator atau enabler, melalui pemberian bimbingan teknis dan nonteknis secara terus-menerus kepada masyarakat untuk dapat merencanakan, membangun dan mengelola sendiri infrasturktur. Kedua,

penekanan pada keberlanjutan (sustainability) pelayanan melalui investasi infrasturuktur yang efisien dan efektif agar dapat memberikan manfaat dan pelayanan kepada masyarakat. Ketiga, penerapan pendekatan tanggap kebutuhan

(demand responsive approach) dengan lebih meningkatkan partisipasi masyarakat

dalam pengambilan keputusan, baik dalam pemilihan sistem yang dibangun, pola pendanaan, maupun tata cara pengelolaannya. Pemerintah juga mendorong partisipasi swasta, masyarakat, dan pemerintah daerah dalam pelayanan dan penyelenggaraan.26

Pesatnya pembangunan serta tingginya laju pertumbuhan penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan lahan untuk permukiman dan perindustrian serta pembangunan infrastruktur. Sejalan dengan semakin meningkatnya pembangunan pada berbagai bidang, maka kebutuhan untuk memanfaatkan sumber daya air juga meningkat, baik dalam kunatitas maupun dalam mutu kualitasnya. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan sumber daya air dan prasarana keairan antara lain sebagai berikut: (1) Kerusakan lahan didaerah tangkapan yang disebabkan oleh tata cara pengelolaan lahan yang kurang benar, misalnya kerusakan lingkungan akibat perambahan

26

(107)

25

hutan, (2) Berkurangnya lahan yang dapat menyerap air akibat adanya pembangunan pemukiman penduduk maupun sarana dan prasarananya yang lain tanpa diimbangi dengan resapan imbuhan ke dalam rumah, (3) Semakin padatnya penduduk dan terbatasnya sara pengolahan limbah domestik mengakibatkan limbah yang dihasilkan dibuang begitu saja kesungai atau diresapkan dalam tanha dengan jumlah yang besar sehingga melampaui kemampuan sungai atau tanah, dan (4) Kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam menjaga lingkungan, seperti membuang limbah kedalam sungai. Hal ini harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur keairan yang memadai27.

Menurut Collins infrastruktur sangat dibutuhkan bagi masyarakat, disebabkan karena infrastruktur merupakan pendukung fungsi-fungsi sistem sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Infrastruktur juga dimanfaatkan sebagai fasilitas dasar yang dibangun dan dibutuhkan untuk sistem tatanan kehidupan sosial dan ekonommi. Sedangkan Grigg mengatakan bahwa infrastruktur merupakan aset yang dirancang untuk memberikan pelayanan publik yang penting.28 Dapat disimpulkan infrastruktur merupakan aset yang dibangun dan dibutuhkan sistem sosial dan ekonomi untuk memberikan pelayanan publik yang penting. Oleh karena itu dibutuhkan pembagunan prasarana keairan dalam upaya menanggulangi permasalah-permasalah tersebut antara lain: (1) Meningkatkan kemampuan prasarana keiran untuk menignkatkan persedian air guna memenuhi kebutuhan perkotaan yang berkembang sangat pesat, (2) Pengendalian kunatitas dan kualitas air, (3) mengembangkan kelembagaan keairan

27

Kodoatie dkk. 2002. Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Otonomi Daerah. Yogyakarta; Andi. Hal 94

28

(108)

26

untuk meningkatkan keterpaduan sumber daya air melalui koordinasi nyata serta meningkatkan peran swasta, (4) peningkatan peran serta masyarakat melalui penigkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam memperlakuka prasarana keairan yang telah dibangun terutama yang menyangkut opersi dan pemeliharaan.29 Infrastruktur adalah merupakan seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik sebagai alat peralatan pembantu maupun alat peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Berdasarkan pengertian di atas, maka infrasturktur, menurut Moenir pada dasarnya memiliki fungsi utama sebagai berikut : (1) Mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan sehingga dapat menghemat waktu, (2) Meningkatkan produktifitas, baik barang dan jasa, (3) Hasil kerja lebih berkualitas dan terjamin, (4) Lebih memudahkan atau sederhana dalam gerak para pengguna atau pelaku, (5) Ketepatan sususan stabilitas pekerja lebih terjamin, (6) Menimbulkan rasa kenyamanan bagi orang-orang yang berkepentingan, (7) Menimbulkan rasa puas pada orang-orang yang berkepentingan yang mempergunakannya.30

(109)

27

menyediakan transportasi, pengairan, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.

Infrastruktur keairan merupakan komponen bangunan sumber daya air yang dibuat oleh manusia untuk suatu tujuan tertentu. Komponen-komponen itu antara lain meliputi: (1) Waduk: bangunan penyimpan air, (2) Embung: merupak waduk-waduk kecil, (3) Bendungan: berfungsi membendung lairan air sehingga ada perbedaan ketinggian dari hulu ke hilir, (4) Checkdam: bangunan pengendali sedimen, (5) Sistem drainase: berfungsi untuk membuang air, baik di perkotaan maupun di pedesaan, (6) Sistem irigasi: berfungsi untuk mengairi areal irigasi, (7) Jaringan air bersih, (8) Talang, (9) Siphon, (10), Tanggul pengendali banjir, (11) Saluran pintu ari, (12) Sistem pengendali banjir, dan (13) Sistem buangan l.imbah cair.32

Pembangunan infrastruktur keairan membutuhkan peran pemegang kunci dari sejumlah pihak yaitu: (1) Pemerintah, (2) swasta, dan (3) masyarakat. Ketiga pihak tersebut dalam semua tingkatan dan sektor harus berpartisipasi, berbicara, berdialog, dan berkomunikasi satu sama lainnya untuk dapat: (1) Memusatkan koordinasi di level tertinggi sampai ke level yang terendah mulai dari pusa, provinsi, kabupaten/kota, (2) Membuat badan koordinasi di level wilayah teknis (wilayah sungai ataupun daerah aliran sungai), (3) Memindahkan tanggung jawab di tingkat lebih rendah, (4) Mengembangkan sember daya manusia dan kapasitas institusi.33

32

Robert J. Kodoatie dan Roestam Sjarief. 2008.Op Cit.Hal 91

33

(110)

28

Selain itu pembangunan infrastruktur keairan juga perlu didukung dengan upaya peningkatan swadaya masyarakat secara bertahap dengan pola kemitaraan yang akan mendorong semakin besarnya peran swadaya masyarakat dan mengurangi peran pemerintah dan akhirnya dapat dibiayai sepenuhnya oleh masyarakat sebagai pemanfaat, agar masyarakat mendapat tanggung jawab yang besar terhadap pengelolaannya. Peran serta masyarakat tidak hanya pada pengadaan infrastruktur saja, namun juga melalui efesiensi penggunaan air irigasi, pembuatan sumur-sumur resapan di setiap rumah, dan pembuatan penampungan air hujan.34

Pemerintah dan para pihak lain dalam melakukan pengelolaan sumber daya air dan infrastruktur keairan di wilayahnya mempunyai kewajiban baik secara ekonomi, secara sosial maupun secara lingkungan. Secara ekonomi maka faktor keuntungan lebih dominan untuk dikaji sebagai pendapantan daerah. Namun secara sosial pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengelolan sistem infrastruktur terutama jika secara ekonomi tidak menguntungkan. Begitu pula secara lingkungan pengelolaan harus dapat menjamin tidak adanya kerusakan lingkungan.35

D. Pengelolaan Infrastruktur Drainase

Pengalaman dalam pembangunan infrastruktur yang dikelola pemerintah membutuhkan pengelolaan yang sangat baik. Istilah pengelolaan sering diartikan oleh berbagi pihak sebagai manajemen. Hal ini dikarenakan, baik pengelolaan

34 Kodoatie dkk. 2002.Op Cit

.Hal 60

35

(111)

29

maupun manejemen memiliki prinsip-prinsip yang hampir sama, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan dan evaluasi. Menurut Endarmoko “pengelolaan merupakan sinonim dari manajemen dan dalam bahasa Inggris adalah management yang berarti seni memimpin (conducting), mengarahkan (directing), melaksanakan dan mengatur.”36 Menurut Hanafi pengelolaan atau manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi dengan menggunakan sumber daya organisasi.37 Sedangkan menurut Hasibuan manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.38

Manajemen bila dipahami dalam konteks manajemen publik merupakan barang dan jasa yang dihasilkan bukan dalam bentuk profit atau keuntungan melainkan dalam bentuk pelayanan publik. Berdasarkan berbagai definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaan adalah berdasarkan beberapa hal yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan atau manajemen adalah seni dalam upaya menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain serta mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki demi tercapainya tujuan, dengan memperhatikan beberapa prinsip mulai dari perencanaa, pengorganisasian, pelaksanaan, hingga pengawasan.

(112)

30

jelek dan tidak memenuhi keinginan masyarakat dan akhirnya ditolak oleh masyarakat. Untuk menghindari terjadinya pertentangan tujuan antara kehendak pemerintah dan kehendak mayarakat, sekaligus juga bertujuan untuk menghilangkan kesan bahwa infrasturktur yang dibangun semata-mata milik pemerintah. Dalam pembangunan infrastruktur perlu melibatkan publik pada setiap tahap kegiatan pembangunan, mulai dari perumusan gagasan, perencanaan, pelaksanaan, sampai operasi dan pemeliharaan. untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, nyata dan legitimate sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berlangsung secara berkesinambungan, berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

(113)

31

lingkungan bebas dari penyakit, (3) Drainase juga dipakai untuk pembuangan air rumah tangga.39

Menurut Kodoatie dan Sjarief, drainase merupakan saluran yang dipergunakan sebagai aliran Air hujan yang jatuh di suatu kawasan tertentu kemudian dialirkan atau dibuang, caranya dengan pembuatan saluran yang dapat menampung air hujan yang mengalir di permukaan tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang lebih besar. Sistem yang paling kecil juga dihubungkan denga saluran rumah tangga dan sistem saluran bangunan infrastruktur lainnya, sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran tersebut perlu diolah ( treatment ).40

Sedangkan menurut Suripin drainase digunakan sebagai pembuangan air permukaan, baik secara gravitasi maupun dengan pompa dengan tujuan untuk mencegah terjadinya genangan, menjaga dan menurunkan permukaan air agar genangan air dapat dihindarkan. Drainase perkotaan berfungsi mengendalikan kelebihan air permukaan, sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Kelebihan air tersebut dapat berupa air hujan, air limbah domestik maupun air limbah industri.41

Dari beberapa pendapat yang diatas dapat ditarik kesimpulan, sistem drainase merupakan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga tidak merugikan masyarakat dan dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Menurut Suripin42 sistem drainase dibedakan menjadi dua macam: (1)

39

Mawardi, Muhjidin. 2012. Rekayasa Konservasi Tanah dan Air. Yogyakarta: Bursa Ilmu. Hal 276

40

Kodoatie dan Sjarief. 2008. Op Cit Andi. Hal 318

41

Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi.Yogyakarta. Hal 5

42

(114)

32

Sistem drainase utama yaitu sistem saluran yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan, biasanya sistem ini menampung aliran berskala besar dan luas, (2) Sistem drainase lokal yaitu sistem saluran dan bangunan drainase yang menampung dan mengalirkan air dari daerah tangkapan hujan dimana sebagian besar di wilayah kota.

Pelaksanaan pengelolaan drainase merupakan salah satu bentuk kewenangan pemerintah daerah. Drainase harus dikelola secara berkelanjutan karena pengelolaan drainase merupakan upaya mengelola hubungan timbal balik antara sumber daya alam dengan sumber daya manusia. Pengelolaan Drainase secara berkelanjutan merupakan pengelolaan sumber daya alam yang terdiri dari tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, penggerakan, operasi dan pemeliharaan. Pengelolaan drainase dan segala aktivitasnya dimaksudkan untuk mewujudkan kemanfaatan sumber daya alam bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekosistem lingkungan serta kesejahteraan masyarakat.

Pengelolaan drainase memiliki tujuan untuk memanfaatkan sumberdaya alam secara berkelanjutan sehingga tidak membahayakan lingkungan lokal, regional, nasional bahkan global. Menurut Suripin43 pengelolaan drainase mengalami beberapa masalah. Permasalahan yang paling menonjol dan menentukan keberhasilan pengelolaan drainase di Indonesia adalah sebagai berikut: (1) Kurangnya Pengawasan, (2) Kurangnya perbaikan, (3) Drainase biasanya kumuh, bukan tempat yang menarik sehingga perhatian (secara psikologis) jadi kurang, (4) Terbatasnya dana untuk pemeliharaan, (5) Kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut memelihara, (6) Tingginya limbah sampah.

43Ibid.

(115)

33

Manusia dan semua mahluk hidup lainnya membutuhkan air. Air merupakan material yang membuat kehidupan terjadi di muka bumi. Sehingga dibutuhkan suatu pengelolaan demi terjaganya pasokan akan air dibumi ini. Sumberdaya air dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas. Kualitas manajemen suatu kota dapat dilihat dari kualitas sistem drainase yang ada. Drainase yang baik dapat membebaskan kota dari genangan air dan banjir. masalah Genangan air dan banjir menyebabkan lingkunganmenjadi kotor dan jorok, menjadi sarang nyamuk, dan sumber penyakit lainnya, sehingga dapat menurunkan kualitas lingkungan, dan kesehatan masyarakat.

E. Problematika Pengelolaan Infrastruktur Drainase

Gambar

Tabel 5.1 Analisa X.ruqian Akibat Genanqan
Tabel 1.1 Daerah Rawan Banjir Kota Bandar Lampung
Tabel 1.2
Tabel 3.1 Data Informan Yang Terkait Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh eksternal berupa latar belakang keluarga dan pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu bentuk pembelajaran sosial yang didapat oleh siswa dimana

Pada saat Cetat Laporan pendapatan sewa

Karena semakin tinggi suhu, maka frekuensi gerakan operculum juga akan besar sebagai bentuk adaptasi terhadap lingkungan dengan temperatur yang tinggi, juga pada suhu yang

Tingkat kekeliruan&etidaktepahn dalam perumusan hipotesis, penen- tuan sampel, penggunium analisis statistika/statistik uji atau rzmcangan, dan penginterpretasian

Conclusion. Dari hasil penelitian diperoleh temuan bahwa: 1). Latar belakang kesulitan belajar anak mata pelajaran pendidikan agama Islam belajar siswa kelas VII

In the short-term FDF study, starch concentrations of tap- roots, leaves, and stems of swamp tupelo increased within 1 week of the first flooding period and decreased within 1 week

Steroids, synthetic drugs that encourage the development of striated muscles, are associated to testosterone.. Since their invention in 1930, more than 100 known steroids have

Bata ini berbeda dengan bata tempel lain yang terbuat dari tanah lempung, dimana bata ini terbuat dari beton Agar tidak terlihat seperti beton maka tampilannya dibuat