• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMA TUGASKU SEHARI-HARI KELAS II DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SDN 3 BULUKARTO KECAMATAN GADING REJO PRINGSEWU TP 2014/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMA TUGASKU SEHARI-HARI KELAS II DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SDN 3 BULUKARTO KECAMATAN GADING REJO PRINGSEWU TP 2014/2015"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMA TUGASKU SEHARI-HARI KELAS II DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SDN 3 BULUKARTO

KECAMATAN GADING REJO PRINGSEWU TP 2014/2015

Oleh

SAARAH

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada tema tugasku sehari-hari melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Examples non Examples di SDN 3 Bulukarto Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu.

Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan siswa, kinerja guru pada proses pembelajaran, untuk mengetahui hasil belajar menggunakan tes. Teknik analisis data menggunakan teknik kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif Tipe Examples non Examples dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tema tugasku sehari-hari. Hal ini ditunjukan data di mana pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai 67 kategori baik. Pada siklus II aktivitas belajar siswa dengan nilai 80 kategori sangat baik. Ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I 60% dari 20 orang siswa, dan meningkat 30% menjadi 90% pada siklus II.

(2)
(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEMA TUGASKU SEHARI-HARI KELAS II DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE EXAMPLES NON EXAMPLES SDN 3 BULUKARTO

KECAMATAN GADING REJO PRINGSEWU TP 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

SAARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1Kerangka Pikir………... 21

3.1Prosedur Penelitian Tindakan kelas……… 24

4.1Grafik Sikap Siswa Siklus I………... 38

4.2Grafik Kinerja Siswa Siklus I……… 40

4.3Grafik Hasil Belajar Siklus I……….. 41

4.4Grafik Kinerja Guru Siklus I………. 44

4.5 Grafik Sikap Siswa Siklus II……… 48

4.6Grafik Kinerja Siswa Siklus II……… 50

4.7Grafik Hasil Belajar Siklus II……… 51

4.8Grafik Kinerja Guru Siklus II……….. . 54

4.9Grafik Rekapitulasi Sikap Siswa ..……… 57

4.10Grafik Rekapitulasi Kinerja Siswa ………...……… 58

4.11Grafik Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa………. 59

4.12Grafik Rekapitulasi Kinerja Guru ……… 60

(5)

DAFTAR ISI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Negeri 3 Bulukarto……… 34

B. Hasil Penelitian Siklus I………. 35

C. Hasil Penelitian Siklus II………... 45

(6)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………. 62

B. Saran………... 63

DAFTAR PUSTAKA ……….. 64

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Ijin Penelitian dari Dekan FKIP……….. 66

2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian……….. 67

3. Pemetaan Kopetensi Dasar……….. 68

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………..……… 69

5. LKS Siklus I ……… 75

6. Lembar Evaluasi Siklus I………. 76

7. Lembar Kunci Jawaban Siklus I……….……….. 77

8. Lembar Penilaian Sikap Siklus I……… 78

9. Lembar Kinerja Siswa Siklus I………. 79

10. Lembar IPKG……… 80

11. Lembar Hasil Belajar……… 82

12. Pemetaan Kopetensi Dasar………. 83

13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………..………..…. 84

14. LKS Siklus II………. 91

15. Lembar Evaluasi Siklus II………. 92

16. Lembar Kunci Jawaban Siklus II………….………. 93

17. Penilaian Sikap Siswa Siklus II……… 94

18. Lembar Kinerja Siswa Siklus II……….. . 95

19. Kinerja Guru Siklus II ……….………... 96

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Hasil Ulangan Tema 2 bermain di Lingkunganku

Semester I Siswa Kelas II………. 2

2.1Langkah-langkah Pembelajaran Saitifik……… 13

2.2Langkah-langkah Pembelajara Kooperatif……… 14

3.1Lembar Penilaian Sikap………. 28

3.2Kriteria Penilaian……… 29

3.3Lembar Observasi Kinerja Siswa……… 29

3.4Kinerja Guru……….. 30

3.5Hasil Belajar……….. 31

3.6Ketuntasan Hasil Belajar ……….,…. ... 33

4.1Nama Kepala Sekolah……….. .. 34

4.2Jumlah Siswa di SDN 3 Bulukarto………. .. 35

4.3Hasil Pengamatan Sikap Siswa Siklus I………... 37

4.4Hasil Pengamatan Kinerja Siswa Siklus I……… 39

4.5Hasil Belajar Siswa Siklus I……… 41

4.6Kinerja Guru Siklus I ……… 42

4.7Hasil Pengamatan Sikap Siswa Siklus II ………….………….………... 47

4.8Hasil Pengamatan Kinerja Siswa Siklus II……….. 48

4.9Hasil Belajar Siswa Siklus II……… 50

4.10Kinerja Guru Siklus II……….……… 52

4.11Rekapitulasi Sikap Belajar Siswa……… 56

4.12Rekapitulasi Kinerja Siswa……….. 57

4.13Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa……… 59

(9)
(10)

Moto

Katakanlah kepada Allah jika kamu

mempunyai masalah

dan

Katakanlah kepada masalah jika kamu

(11)

PERSEMBAHAN

Bismillaahir rahmaanir rahiim

Dengan segenap cinta aku persembahkan karya sederhana

ini untuk:

Ibunda dan Ayahandaku yang selalu membimbing dan

mendoakan keberhasilanku.

Suamiku tercinta yang selalu mendampingi dan memberi

motivasi demi keberhasilanku.

Anakku tersayang, Yudha Pratama, Yunita Verawati, dan

Destiana Safitri, yang selalu sabar menunggu kedatanganku

dari kuliah, Mama sayang kalian

Teman-teman sejawat yang tidak dapat kusebutkan satu

persatu, terima kasih atas perhatian yang diberikan.

Almamaterku, Universitas Lampung

Terima kasih atas segala dukungan serta doa restu yang

telah diberikan, sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

(12)

RIWAYAT HIDUP

(13)

SANWACANA

Bismillahir Rahmaanir Rahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya, sehingga skripsi yang berjudul “Peningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Tema Tugasku Sehari-hari Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples non Examples Kelas II Sekolah Dasar Negeri 3 Bulukarto Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu TP 2014/2015” diselesaikan.

Sudah selayaknya penulis sampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman., M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberi kelancaran administrasi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S.1 PGSD Universitas Lampung dan selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

(14)

5. Bapak dan Ibu dosen beserta Staf Universitas Lampung yang telah memberi ilmu pengetahuan selama penulis menuntut ilmu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

6. Semua Dewan Guru SDN 3 Bulukarto Gading Rejo Pringsewu, atas kerja sama dan bantuannya.

7. Ria Rachman, terima kasih atas bantuanya

8. Teman-teman seangkatan yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan motivasinya.

Pringsewu, Nopember 2014

(15)
(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian manusia. Proses pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu saat saja akan tetapi berlangsung secara berkelanjutan tanpa dibatasi adanya usia yang biasanya disebut dengan istilah pendidikan seumur hidup. Pendidikan menjadi suatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing dengan sesamanya.

Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Dalam konteks ini guru mempunyai peran yang sangat besar, karena gurulah yang ada dibaris paling depan dalam pelaksanaan pendidikan, guru berhadapan langsung dengan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

(17)

2

Berdasarkan hasil observasi di SDN 3 Bulukarto, diperoleh data hasil belajar siswa tema tugasku sehari-hari dengan rata-rata kelas 62, sedangkan KKM yang telah ditentukan 66. Siswa yang memperoleh nilai ≥66 hanya 6 siswa atau 30%,

sedangkan 14 siswa atau 70% belum mencapai KKM. Data hasil belajar siswa dapat di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 Hasil Ulangan Tema 2 Bermain di Lingkunganku Semester I Siswa

Ada beberapa faktor penyebab rendahnya nilai hasil belajar diantaranya guru lebih banyak memberikan materi pelajaran melalui metode ceramah, sedangkan siswa hanya pasif dan mendengarkan, sehingga pembelajaran terkesan membosankan dan membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Kurang bervariasinya guru dalam menggunakan metode dan model, pembelajaran membuat siswa tidak memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

(18)

3

Berdasarkan uraian dan permasalahan di atas, peneliti selaku guru kelas II mencoba melakukan perbaikan dengan cara Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar tema tugasku sehari-hari siswa kelas II SDN 3 Bulukarto Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas teridentifikasi masalah data penelitian ini adalah

1. Guru lebih banyak memberikan materi pembelajaran melalui metode ceramah, sehingga siswa pasif.

2. Kurangnya perhatian siswa pada pelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

3. Kurang bervariasinya guru dalam menerapkan model dan metoda pembelajaran.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah yang diajukan adalah: 1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif Tipe examples non examples kelas II SDN 3 Bulukarto TahunPelajaran 2014/2015.

2. Bagaimana kinerja guru setelah penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe examples non examples kelas II SDN 3 Bulukarto TahunPelajaran 2014/2015.

D. Tujuan Penelitian

(19)

4

1. Untuk meningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples di SDN 3 Buluk Karto. 2. Untuk memperbaiki kinerja guru melalui model pembelajaran kooperatif tipe

examples non examples. E. Manfaat Penelitian a. Bagi Siswa

1. Menjadikan suasana pembelajaran yang menyenangkan. 2. Siswa dapat bersosialisasi dengan teman dalam kelompok. 3. Melatih kemandirian.

4. Pekerjaan menjadi lebih mudah karena dikerjakan bersama.

b. Bagi Guru

Memberikan pengalaman kepada guru, tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar, sehingga professional guru meningkat

c. Bagi Sekolah

Memberikan kontribusi dari sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas kelulusan.

d. Bagi Peneliti

(20)

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Teori Belajar dan Pembelajaran 1. Teori Belajar

Menurut Sudjana (dalam Rusman, 2011: 1) Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.

Menurut Hamalik (2011: 41) belajar mengutamakan aspek pemahaman (insight) terhadap situasi problematik. Belajar menitik beratkan pada situasi sekarang, dalam situasi tersebut menemukan dirinya. Belajar dimulai dari keseluruhan dan bagian-bagian hanya bermakna dalam keseluruhan itu.

Menurut Rusman (2011: 161) hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku pada akhir kegiatan pembelajaran. Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah lakuakhir belajar tersebut dievaluasi.

Menurut beberapa pendapat di atas disimpulkan belajar adalah proses perubahan yang berkesinambungan atau kontinu dalam prilaku sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Macam-macam Teori Belajar a. Teori Belajar Konstruktivisme

(21)

6

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekeja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide (Trianto. 2009: 28).

b. Teori Belajar Kognitivisme

Menurut Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis. Menurut Piaget perkembangan kognitif sebagian besar bergantung pada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya.

Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget. a. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak

sekedar pada hasilnya.

b. Memerhatikan peranan pelik dari inisiaif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam pembelajaran.

c. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.

(22)

7

waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir formal. (Trianto. 2009: 18).

c. Teori Belajar Behaviorisme

Behaviorisme atau aliran perilaku adalah filosofi dalam psikologi yang berdasarkan pada proposisi bahwa semua yang dilakukan organisme termasuk tindakan, pikiran, atau perasaan dapat dan harus dianggap sebagai perilaku. Teori behaviorisme beranggapan bahwa semua teori harus memiliki dasar yang diamati tapi tidak ada beda antara proses yang dapat diamati secara umum (tindakan) dengan proses yang diamati secara pribadi (pikiran dan perasaan) (Trianto. 2009: 15)

3. Pengertian Pembelajaran

Menurut Rusman (2011: 1) pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen tersebut harus diperhatikan guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan.

Menurut Warsita (2008: 85) pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Pembelajaran adalah sebagai proses pengondisian kearah prilaku spontan yang dicapai melalui program pelatihan dengan imbalan dan hukuman.

(23)

8

edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (sumber belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.

Menurut beberapa pendapat di atas disimpulkan pembelajaran adalah komunikasi antara pembelajar, pengajar yang melibatkan seluruh indera agar memunculkan kreativitas.

B. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang dilaksanakan secara sengaja. Kata aktivitas berasal dari kata activity yang artinya kegiatan belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas baik aktivitas fisik maupun psikis.

Menurut Ahmadrohani (2004: 6) aktivitas fisik ialah peserta didik giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Sedangkan menurut Slameto (2003: 2) aktivitas belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi lingkungannya. Lebih lanjut Sriyono (2011: 14) keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian atau kegiatan secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya.

(24)

9

siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

C. Hasil Belajar

Di dalam kata pengutipan pengertian hasil belajar menurut para ahli di antaranya adalah menurut:

Menurut Bloom dalam Suprijono (2011: 7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah reciving (sikap menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized.

Menurut Dimyati dan Mujjiono (2002: 2) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Sedangkan menurut Hamalik, (2010: 81) hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok, setelah siswa menyelesaikan semua kegiatan yang

dilakukan untuk mengukur kemampuan kognitif atau ranah yang mencakup kegiatan

mental atau otak, kemampuan afektif atau ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai,

dan psikomotor yang merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar.

(25)

10

Menurut pendapat di atas disimpulkan hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada individu yang belajar, bukan hanya perubahan mengenai pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk kecakapan, kebiasaan, pengertian, penguasaan, dan penghargaan dalam diri seseorang yang belajar yang tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya, karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

D. Pembelajaran Tematik Terpadu SD

1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu SD

Pembelajaran tematik terpadu (PTP) pertama kali dikembangkan pada tahun 1970-an. Belakangan PTP diyakini sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif karena mampu mewadahi dan menyentu secara terpadu dimensi emosi, fisik, dan akademik peserta didik di dalam kelas atau di lingkungan sekolah. PTP pertama kali dikembangkan untuk anak-anak berbakat dan bertalenta, anak-anak cerdas, program perluasan belajar, dan peserta didik yang belajar cepat. Unifah Rosyidi (2014: 15)

Pembelajaran tematik terpadu diartikan sebagai pembelajaran yang mengutamakan tema untuk beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman kepada siswa.

(26)

11

Menurut Daryanto (2013: 31) pembelajaran tematik terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengkaitkan atau memadukan beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema.

Menurut Tim Pusat Kurikulum (2006: 32) pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengkaitkan dari beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberi pengalaman bermakna bagi siswa. Pembelajaran tematik terpadu lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran secara aktif.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengkaitkan beberapa mata pelajaran yang dikemas menjadi satu tema.

2. Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu SD

Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran tematik terpadu SD antara lain:

1. Mudah memusatkan perhatian pada suatu tema atau topik tertentu

2. Mempelajarai pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pembelajaran dalam tema yang sama

(27)

12

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik 5. Lebih semangat belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata 6. Lebih merasakan manfaat dan dan makna belajar

7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran disajikan secara terpadu 8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi. (Unifa Rosyidi, 2014: 16)

3. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu a. Berpusat pada anak

b. Memberi pengalaman langsung pada anak

c. Pemisahan antarmuatan pelajaran tidak beritu jelas

d. Menyajikan konsep dari beberapa pelajaran dalam satu proses pembelajaran e. Bersifat luwes

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai minat dan kebutuhan 4. Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik

a. Pengertian Pembelajaran Saintifik

(28)

13

dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata dan bermakna bagi peserta didik.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik

Menurut Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik Langkah-langkah

Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Kompetensi yang Dikembangkan Mengamati Membaca, mendengarkan,

menyimak, melihat

Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi

Menanya Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapat pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar disiplin, taat aturan, kerja keras

Mengkomunikasi kan

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya.

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,

(29)

14

singkat dan jelas dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

E. Pembelajaran Kooperatif 1. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran sistem pengajaran yang memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran kelompok dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.

Menurut Salvin dalam Trianto (2009: 59) pembelajaran kooperatif, siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 4-5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru.

Zamroni (2000: 4) mengemukakan bahwa manfaat penerapan belajar kooperatif adalah mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Di samping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa. Kunci dari pembelajaran kooperatif adalah kerja sama dalam bentuk interaksi, mencapai tujuan lewat kerja dalam kelompok. Menurut Slavin dalam Trianto (2009: 60) Konsep utama dari belajar kooperatif adalah sebagai berikut.

(30)

15

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individu semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan orang lain. 3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu

kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri, hal ini memastikan bahwa setiap siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.

Sedangkan menurut Arends dalam Trianto (2009: 62) menyatakan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut.

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam: dan

(31)

16

2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demontrasi atau lewat bacaan. Fase 3

mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agarmelakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

(32)

17

3. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran sistem pengajaran yang memberi kesempatan peserta didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang berstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran kelompok dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama antara siswa dan saling ketergantungan dalam struktur pencapaian tugas, tujuan, dan penghargaan.

Model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif. untuk memvalidasi model pembelajaran diperlukan ahli dan praktisi. Sedangkan untuk kepraktisan dan keefektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Trianto (2001: 20)

Pada prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, namun terdapat beberapa variasi model tersebut, diantaranya: TPS, Jigsaw, TGT, NHT dan STAD.

a. Jigsaw

Jigsaw dikembangkan oleh Slavin (Roy Killen, 1966) secara umum dalam pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw siswa dikelompokan secara heterogen dalam kemampuan. Siswa diberi materi yang baru atau pendalaman dari materi sebelumnya untuk dipelajari. Masing-masing anggota kelompok secara acak ditugaskan untuk menjadi ahli dari kelompok yang berbeda (Yamin, 2005: 34)

(33)

18

Model pembelajaran TGT dapat digunakan dalam berbagai macam mata pelajaran, dari ilmu eksak ataupun ilmu sosial. Model pembelajaran TGT sangat cocok untuk mengajar tujuan pembelajaran yang dirumuskan dengan tajam dengan satu jawaban yang benar.

Model pembelajaran TGT atau Pertandingan Permainan Tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward. Model pembelajaran ini adalah siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk tim mereka (Trianto, 2010: 83)

c. Numbered Head Together (NHT)

Model pembelajaran NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang dicakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman terhadap isi pelajaran tersebut. NHT melibatkan banyak siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan pertama kali oleh Spenser Kagen. NHT merupakan model pembelajaran penomoran berpikir bersama, yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional (Trianto, 2010: 82)

(34)

19

sama saling membantu dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. 4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples non Examples

Menurut Ibrahin, (2000: 3) model pembelajaran kooperatif Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group investigation yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil.

Menurut Rochyandi, (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe example non example adalah tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial.

Menurut Suyatno (2009: 73) examples non examples merupakan model pembelajaran dengan mempersiapkan gambar, diagram atau table sesuai materi bahan ajar dan kompetensi dengan petunjuk guru siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi, persentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi.

(35)

20

5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples non Examples

Menurut Johnson-Johnson (dalam Taniredja. 2011: 55) Pembelajaran kooperatif Tipe Examples non Examples menggunakan langkah-langkah sebagai berikut. 1. Guru menulis topik dan tujuan pembelajaran

2. Siswa dibagi dalam kelompok

3. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkannya melalui LCD atau OHP

4. Masing-masing kelompok diminta untuk membuat rangkuman tentang macam-macam gambar yang ditunjukkan oleh guru melalui LCD

5. Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan hasil rangkumannya, sementara kelompok lain sebagai penyangga dan penanya.

6. Siswa melakukan diskusi

7. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi.

6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples non Examples

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples non Examples 1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar

2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar 3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya

Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples non Examples 1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.

(36)

21

F. Penilaian Autentik

Penilaian autentik adalah suatu istilah yang diciptakan untuk menjelaskan berbagai metode penilaian alternatif yang memungkinkan siswa dapat mendemonstrasikan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilan dengan cara mensimulasikan situasi yang dapat ditemui di dalam dunia nyata diluar lingkungan sekolah. Hymes (dalam Unifah Rosyidi, 2014: 33)

Menurut Ormiston (dalam Unifah Rosyidi, 2014: 34) penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian, yaitu:

1. Pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhudungan dengan hasil jangka panjang seperti kesuksesan di tempat kerja.

2. Penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterampilan yang luas dan kinerja yang kompleks.

3. Analisis proses digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.

Berdasarkan pendapat di atas penilaian autentik adalah penilaian proses dan hasil belajar peserta didik mulai dari mereka yang memiliki kelainan tertentu, mendemonstrasikan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugas dan menyelesaikan masalah, mengekspresikan pengetahuan dan keterampilan.

G. Penelitian yang Relevan

(37)

22

H. Kerangka Pikir

Dari uraian-uraian di atas, dengan demikian kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

I. Hipotesis

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: “Jika pembelajaran tematik menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples diterapkan dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas II SDN 3 Bulukarto Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu Tahun Pelajaran 2014/2015.

Kurikulum 2013 Hasil Belajar Siswa Rendah

Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non Examples dan Pendekatan Saintifik

(38)

23

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah PTK. Metode merupakan hal yang penting untuk menentukan keberhasilan suatu penelitian yang menyangkut proses, pengumpulan data hingga penulisan laporan penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat dia mengajar dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran Arikunto (2010: 135).

Dalam konteks pendidikan, PTK merupakan tindakan perbaikan guru dalam mengorganisasi pembelajaran di dalam kelas. Prosedur penelitian mengambil 4 langkah, yaitu: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Arikunto (2010: 137).

B. Setting Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN 3 Bulukarto Kecamata Gading Rejo Kabupaten Pringsewu selama 3 bulan pada semester ganjil pada bulan September-Nopember Tahun Pelajaran 2014/2015.

(39)

24

Rencana penelitian ini dua siklus setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun perencanaan penelitian digambarkan di bawah ini.

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Arikunto (2009: 137)

1. Langkah-langkah Penelitian Siklus 1 a. Perencanaan

(40)

25

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe examples non examples sebagai berikut.

1. Kegiatan awal

a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan persepsi

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran tema 3 tugasku sehari-hari, sub tema tugasku sehari-hari di rumah, pembelajaran 1

2. Kegiatan inti

a. Siswa dibagi dalam kelompok

b. Guru menempelkan gambar suasana di rumah Siti dihari Minggu di papan tulis

c. Membagi siswa kedalam kelompok tiap kelompok 5 orang.

b. Masing-masing kelompok diminta untuk membuat rangkuman tentang macam-macam gambar yang ditunjukkan oleh guru di papan tulis.

c. Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan hasil rangkumannya, sementara kelompok lain sebagai penyangga dan penanya.

d. Siswa melakukan diskusi

e. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi.

3. Kegiatan akhir

a. Refleksi, membuat rangkuman, dan kesimpulan b. Penilaian tes dan penilaian sikap

(41)

26

c. Observasi 1. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap siswa dan guru (peneliti) pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi sikap siswa, dan Instrumen Penilaian Kinerja Guru.

2. Tes Formatif

Tes formatif pada penelitian ini menggunakan isian untuk mengetahui hasil belajar dalam penelitian.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan oleh guru dan siswa untuk menemukan kekurangan dan kelebihan pada saat pembelajaran. Dalam kegiatan refleksi, dilakukan diskusi mengenai masalah yang menjadi kendala saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kemudian disusun rencana tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Membuat kesimpulan setelah proses pembelajaran berlangsung, mengenai temuan di lapangan antara lain: sikap siswa, kinerja guru dan hasil tes siswa, dan membuat rencana untuk tindak lanjut pada siklus berikutnya.

2. Langkah-langkah Penelitian Siklus 2 a. Perencanaan 2

(42)

27

kepada siswa saat belajar kelompok, mempersiapkan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples

b. Pelaksanaan 2

Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe examples non examples sebagai berikut.

1. Kegiatan awal

a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan memberikan motivasi dan persepsi

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan materi yang akan diajarkan. 2. Kegiatan inti

a. Siswa dibagi dalam kelompok

b. Guru menempelkan gambar di papan tulis

c. Membagi siswa kedalam kelompok tiap kelompok 5 orang.

d. Masing-masing kelompok diminta untuk membuat rangkuman tentang macam- macam gambar yang ditunjukkan oleh guru di papan tulis.

e. Masing-masing kelompok diminta mempresentasikan hasil rangkumannya, sementara kelompok lain sebagai penyangga dan penanya.

f. Siswa melakukan diskusi

g. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi. 3. Kegiatan akhir

a. Guru dan siswa bertanya jawab seputar materi.

b. Guru memberikan kesimpulan materi yang telah dibahas dan memberikan tugas rumah (PR).

(43)

28

c. Observasi 1. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap siswa dan guru (peneliti) pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa, dan lembar kinerja guru.

2. Tes Formatif

Tes formatif pada penelitian ini menggunakan soal isian d. Refleksi

Refleksi dilakukan bersama dengan observer. Dalam kegiatan refleksi, dilakukan diskusi mengenai masalah yang menjadi kendala saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran, kemudian disusun rencana tindakan untuk mengatasi masala tersebut. Membuat kesimpulan setelah proses pembelajaran berlangsung, mengenai temuan di lapangan antara lain: sikap siswa, kinerja guru dan hasil tes siswa, dan membuat rencana untuk tindak lanjut pada siklus berikutnya.

D. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti adalah aktivitas dan hasil belajar siswa kelas II SDN 3 Buluk Karto Kecamatan Gading Rejo Kabupaten Pringsewu.

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

a. Aktivitas Sikap Siswa

(44)

29

pada lembar observasi dengan hasil pengamatan. Adapun lembar observasi sebagai berikut.

Tabel 3. 1 Lembar Penilaian Sikap Siswa No

Tabel 3.2 Kreteria Penilaian Sikap Siswa

No Skor Kreteria

(45)

30

Tabel 3.3 Lembar Observasi Kinerja Siswa

No Nama Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria 4 Tabel 3.4 Kinerja Guru

No Aspek yang Diamati

Skor

1 2 3 4 I Pra-Pembelajaran

1. Kesiapan ruangan, alat, dan media pembelajaran 2. Memeriksa kesiapan siswa

II Membuka Pembelajaran 1. Memberi pre-test

2.Menyampaikan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan kegiatan serta memotivasi siswa

3. memberi motivasi

III Kegiatan Inti Pembelajaran A.Penguasaan Materi

1. Menunjukan penguasaan materi pembelajaran

2. Mengkaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan

3. Menyampaikan materi sesuai dengan hirarki belajar B Model Pembelajaran Kooperatif Tipe examples non examples

1. Pembagian Kelompok 4-5 orang

2. Pemberian tugas pada masing-masing kelompok 3. Membimbing siswa berdiskusi

4. Siswa memberi jawaban yang telah didiskusikan dalam kelompok

5.Membimbing siswa memberi tanggapan

6. Siswa diarahkan guru untuk menyimpulkan jawaban setiap pertanyaan

(46)

31

1. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran

2. Pesan yang dimuat dalam media jelas 3. Media rancangan guru

4. Relevan dengan pesan yang akan disampaikan 5. Melibatkan siswa dalam penggunaan media 6.Terbaca dan mudah dipahami

2. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi atau menyampaikan informasi melalui media

3. Membantu siswa dalam membentuk sikap cermat dan kritis

E Penilaian

1. Memantau kemajuan belajar

2.Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi IV Penutup

1. Menyimpulkan bersama siswa

2. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa

3. menyusun rangkuman dengan melibatkan siswa 4.Melaksanakan tindak lanjut

Jumlah Skor IPKG Nilai

2. Tes

Tes merupakan penilaian dalam bentuk pertanyaan baik lisan, tertulis, maupun unjuk kerja. Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Tes diberikan pada akhir pertemuan setiap siklus dalam bentuk soal tes formatif.

Tabel 3.5 Hasil Belajar

(47)

32

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini data yang akan dianalisis adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Analisis data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan sikap siswa dan kinerja guru berdasarkan aspek-aspek yang diamati dengan cara memberi skala penilaian rentang 1-4 pada lembar panduan observasi, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus:

Σ skor yang dicapai

Na= X 100

skor maksimal keterangan:

Na = nilai yang diperoleh siswa

Σ skor yang dicapai = jumlah skor yang diperoleh dari setiap tes Σ skor maksimas = skor ideal yang dicapai siswa

100 = bilangan tetap

b. Analisis data kuantitatif yang diperoleh dari post tes siswa dilakukan disetiap siklus.post tes yang digunakan tes isian dan uraian. Rumus menghitung nilai post tes siswa sebagai berikut.

∑ Jumlah Jawaban Benar

Na= X 100

Σ Jumlah Soal keterangan:

Na = nilai yang diperoleh siswa

Σ skor yang dicapai = jumlah skor yang diperoleh dari setiap tes Σ skor maksimas = skor ideal yang dicapai siswa

(48)

33

Selanjutnya peneliti mencari nilai rata-rata kelas dan menghitung siswa yang mencapai kompetensi yang telah ditentukan yaitu konversi nilai akhir minimal. Untuk menghitung persentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa digunakan rumus:

Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 66

Ketuntasan = x 100

Jumlah siswa

Tabel 3.6 Ketuntasan Hasil Belajar Nilai Kompetensi Keterangan

≥ 66 Tuntas

< 65 Tidak Tuntas

G. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dalam penelitian ini berhasil jika terpenuhi sebagai berikut:

1. Siswa dikatakan berhasil belajar jika ketuntasan siswa mencapai 75% dengan nilai ≥66

(49)

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian dapat disimpulkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe examples non examples adalah sebagai berikut.

1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe examples non examples menunjukan peningkatan yang signifikan baik individu maupun kelompok. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar kognitif pada siklus I dengan rata-rata hasil belajar 66,5 dan pada siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi 79,5 atau naik 13 poin. Hasil belajar sikap siswa dengan nilai 67 kategori baik dan pada siklus II dengan nilai 80 kategori sangat baik atau naik 13%.

(50)

63

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan, peneliti mengemukakan saran sebagai berikut.

1. Bagi Siswa

Siswa diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran di kelas, sebab dengan aktivitas yang tinggi akan meningkatkan hasil belajar.

2. Bagi Guru

Dalam setiap kegiatan pembelajaran hendaknya para guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe examples non examples untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Bagi sekolah memberi motivasi guru untuk mengembangkan model pembelajaran supaya lebih kreatif dan tidak terpaku pada satu metode saja.

4. Bagi Peneliti

(51)

64

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi, 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta.

_______________, 2010. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Reneka Cipta. Ahmadrohani. 2004 Aktivitas Belajar.http://translate.google.co.id

Daryanto. 2013. Pembelajaran Tematik Terpadu Terintergrasi Kurikulum 2013. Gaya Media. Malang

Dimyati, Mujjiono. 2002. Aktivitas Belajar dan hasil belajar. http://translate.google.co.id

Gultom, Syahwal. 2014. Materi Pelatihan Guru Kurikulum 2013. Kemendikbut. Jakarta

Hamalik Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Bandung Ibrahim,2000, Model-model Pembelajaran, Kencana. Surabaya.

Prabowo. 2000. Pembelajaran Tematik Terpadu. Gaya Media. Malang Rochyandi. 2004. Pembelajaran Inovatif. Buana Pustaka. Surabaya. Rusman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta Slameto. 2003. Pengertian Aktivitas Belajar. Rineka Cipta. Jakarta Sudjana. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Bumi Aksara, Bandung Suprijono, Sriyono. 2011. Aktivitas Belajar dan hasil belajar.

http://translate.google.co.id

Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Buana Pustaka. Surabaya. Taniredja, Tukiran. 2011. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif.

Bandung Alfa Beta

Tim Pusat Kurikulum. 2006. Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Buana Pustaka. Surabaya

______, 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif Buana Pustaka. Surabaya

(52)

65

Wardani. 2008. Metode Penelitian. Universitas Terbuka. Jakarta

Warsita. 2004. Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Yrama Widya. Bandung Yamin. 2005. Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. Alfabeta.

Bandung.

Zainal, Aqib. 2014. Model-model Media dan Strategi Pembelajaran Inovatif. Yrama Widya. Bandung

Gambar

Gambar
Tabel
Tabel 1.1 Hasil Ulangan Tema 2 Bermain di Lingkunganku Semester I Siswa Kelas II
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Produk makanan dengan penambahan kalsium karbonat umumnya memiliki penerimaan panelis yang lebih rendah dari segi rasa dibanding dengan trikalsium fosfat (Gerstner,

Ho = βi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel independen (ekspor, penerimaan.. pajak, dan nilai tukar) terhadap variabel

DAFTAR HADIR PESERTA

Pembelajaran dikatakan efektif jika: (1) kemampuan literasi matematika siswa pada soal berorientasi PISA mencapai ketuntasan belajar, yaitu rata-rata skor

102 Modul Paket Keahlian Pemasaran - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mempunyai fungsi korektif karena pembelajaran ini dilakukan dalam rangka perbaikan dalam

pernafasan melalui mulut, refluks esophagus , merokok, dan voice abuse (Mulder, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut diketahui bahwa asap rokok dan merokok merupakan

Aprilyan (2011), dalam penelitiannya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir mahasiswa akuntansi menunjukkan bahwa dari 8 (tujuh) faktor yang

1) PPK-SKPD menerima SPP-LS yang diajukan oleh Bendahara Pengeluaran. 2) PPK-SKPD mencatat SPP-LS yang diterima ke dalam register SPP-LS. 3) PPK-SKPD memverifikasi kesahihan