• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Tempat Pelelangan Ikan Ka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Tempat Pelelangan Ikan Ka"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM TEMPAT PELELANGAN IKAN KABUPATEN JEPARA

Bayu Atletiko Yanida Putera Dipubikasikan pada 10 April 2015 A. PENDAHULUAN

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan salah satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu faktor yang menggerakkan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan (Wiyono, 2005). Menurut sejarahnya tempat pelelangan ikan telah dikenal sejak tahun 1922, didirikan dan diselenggarakan oleh koperasi perikanan terutama di pulau jawa, dengan tujuan untuk melindungi elaya dari per ai a harga ya g dilakuka oleh akul , e a tu elaya e dapatka harga ya g layak dan juga membantu nelayan dalam mengembangkan usahanya.

Pada dasarnya sistem dari Pelelangan Ikan adalah suatu pasar dengan sistem perantara (dalam hal ini adalah tukang tawar) melewati penawaran umum dan yang berhak mendapatkan ikan yang dilelang adalah penawar tertinggi. Sampai dengan diberlakukannya otonomi daerah, nelayan masih merupakan komunitas masyarakat miskin dan lemah keadaan ekonominya.

Perda Kab. Jepara No. 1 Tahun 2010

Pengelolaan TPI dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : a. Memperlancar peyelengaaraan lelang;

b. Mengusahakan dan menjaga setabilitas harga ikan; c. Pendataan pengelolaan sumberdaya ikan;

d. Meningkatkan kesejahteraan nelayan; e. Meningkatkan pendapatan daerah. Pasal 4

(1) TPI dapat didirikan oleh Pemerintah Daerah, orang pribadi atau badan.

(2) Pendirian TPI oleh orang pribadi atau Badan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapat izin dari Bupati.

(3) Setiap Pendirian TPI sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) harus dilengkapi fasilitas sebagai berikut : a. dermaga dan kolam penampungan kapal yang memadai;

b. gedung TPI dan kantor pengelola dengan segala perlengkapannya;

c. tenaga kerja sekurang-kurangnya untuk juru timbang/juru lelang, juru bayar dan tenaga adminstrasi

Pasal 7

(1) Semua hasil penangkapan ikan harus dijual secara lelang dan dicatatkan pada petugas di TPI.

(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah untuk ikan yang

(2)

KETENTUAN PIDANA

Pasal 10

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 6, dan Pasal 7 diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan atau denda paling banyak Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.

B. ANALISIS

Pengelolaan Tempat Pelelengan Ikan di kabupaten Jepara dilaksanakan Guna memberikan pelayanan yang memadai terhadap masyarakat sehingga terwujud peningkatan kesejahteraan bagi nelayan. Maka dari itu, diberikan kesempatan kepada Koperasi Unit Desa (KUD) untuk berpartisipasi dalam pengelolaan tempat pelelangan ikan yang ada di Kabupaten Jepara.

Tempat pelelangan ikan yang ada di Kabupaten Jepara saat ini di kelola oleh KUD Eko Karyo Mino untuk wilayah Jepara bagian tengah, utara dan karimun jawa serta KUD Dwi Karyo Mino untuk wilayah Jepara bagian selatan. Dalam melakukan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan di kabupaten Jepara, pengelola berada di bawah pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan.

Pengorganisasian

Pengelolaan tempat pelelangan ikan di Kabupaten Jepara ialah pelimpahan atas wewenang dari pemerintah provinsi kepada Pemerintah Kabupaten Jepara. Pengorganisasian pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan pemerintah Kabupaten Jepara melalui Dinas Kelautan dan Perikanan membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berfungsi sebagai koordinator pembinaaan, pengendalian, pengawasan, monitoring, serta evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Unit Pelaksana Teknis yang dipimpin oleh Kepala UPT membawahi Kasubag TU dan Staf. Kepala UPT tersebut berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan.

Salah satu bentuk adanya pengorganisasian dari pemerintah daerah adalah menugaskan pegawai Dinas untuk bekerja di Tempat Pelelangan Ikan yang berada di Kabupaten Jepara. Hal ini bertujuan untuk melakukan pengendalian dan pengawasan serta memperingatkan jika ada pelanggaran - pelanggaran yang dilakukan oleh pihak pengelola tempat pelelangan ikan.

Dalam pembagian kerja, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan juga menunjuk / mengangkat dan memberhentikan Kepala Tempat Pelelangan Ikan. Kepala TPI berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Dinas yang dianggap mampu, jujur dan profesional dalam penyelenggaraan pelelangan ikan. Dalam tugas sehari-hari, kepala Tempat Pelelangan Ikan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Melalui Kepala UPT pengelola Tempat Pelelangan Ikan. Tugas dari Kepala Tempat Pelelangan Ikan adalah sebagai berikut :

1. Menyusun program dan rencana pelaksanaan pelelangan ikan 2. Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pelelangan ikan 3. Melaksanakan koordinasi dengan pengelola tempat pelelangan ikan 4. Bertanggung jawab atas pungutan dan penyetoran retribusi dan

(3)

Kendala Dalam Pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan

Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara menghadapi banyak kendala dalam pengelolaan Tempat Pelelangan Ikan. Kendala utama adalah banyaknya tempat pelelangan ikan yang ada di Kabupaten Jepara, sehingga menjadikan Pemerintah c.q. Dinas Kelautan dan Perikanan belum bisa mengimplementasikan Peraturan Daerah Kabupten. Hal ini diperparah dengan kurangnya SDM dari anggota Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang menjadikan banyak pegawai merangkap tugas. Misalnya, staf di UPT pengelola Tempat Pelelangan Ikan merangkap sebagai Kepala Tempat Pelelangan Ikan, sehingga dalam menjalankan pekerjaannya kurang efektif dan efisien.

Faktor lain yang signifikan adalah banyak pekerja Tempat Pelelangan Ikan di Kabupaten Jepara dibayar dengan gaji dibawah Upah Minimum Regional. Ini disebabkan karena Tempat Pelelangan Ikan tempat karyawan tersebut bekerja hanya mendapatkan sedikit penghasilan, dan pihak pengelola masih belum bisa mensubsidi silang antara karyawan di salah satu TPI dengan pegawai TPI lainnya. Setelah ditelusuri, belum terlaksananya subsidi silang ini adalah imbas dari masih rendahnya partisipasi nelayan untuk menjual ikan hasil tangkapannya ke tempat pelelangan.

Rendahnya animo nelayan untuk menjual ikan di tempat pelelangan ternyata disebabkan kondisi belum seluruh Tempat Pelelangan Ikan yang ada di Kabupaten Jepara melakukan pelelangan dengan sistem penawaran secara bebas dengan penawar tertinggi sebagai pemenang. Banyak pembeli / penadah yang tidak memiliki kartu tanda pengenal pembeli. Kondisi ini diperparah dengan tidak ditaatinya aturan bagi para peserta lelang untuk menyetor uang jaminan yang besarnya proporsional nilai ikan yang akan dibeli. Hal ini menyebabkan pembayaran kepada nelayan tertunda, sehingga menjadikan nelayan harus menjual ikannya kepada bakul (pengepul) di luar tempat pelelangan yang membayar dengan kontan.

C. REKOMENDASI

1. Pemerintah Daerah sebaiknya melibatkan tokoh yang mempunyai pengaruh kepada masyarakat banyak, misalnya ketua kelompok nelayan untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan sosialisasi Tempat Pelelangan Ikan sesuai Perda No. 1 tahun 2010. Tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatnya minat nelayan untuk menjual ikan tangkapannya di tempat pelelangan sekaligus meningkatkan kualitas pengelolaan TPI agar nelayan tidak dirugikan dalam proses lelang, sebagaimana yang telah disampaikan pada pembahasan sebelumnya.

2. Dilakukan peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagi Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) yang terlibat dalam pengelolaan dan pengawasan Tempat Pelelangan Ikan di Kabupaten Jepara. Saran ini bertujuan agar tidak terjadi lagi rangkap tugas pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan yang diperbantukan sebagai pengawas di tempat pelelangan.

3. Penguatan instrumen hukum pelelangan ikan. Dalam Perda Kab. Jepara No. 1 tahun 2010 tidak disebutkan mengenai ketentuan lelang maupun besaran proporsi uang jaminan bagi pembeli lelang. Dala Pasal 9 ha ya dise utka Tata ara pelela ga diatur le ih la jut oleh Bupati.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan tentang perancangan media interaktif Logika Pemograman untuk menarik minat belajar siswa menggunakan aplikasi Adobe

Grafik laju konsumsi bahan bakar (Lt/jam). Dari Gambar 8 grafik perbandingan konsumsi bahan bakar diatas dapat diketahui bahwa jumlah bahan bakar Premium yang dikonsumsi

Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui sejauh mana tingkat adopsi dan alasan-alasan petani mengadopsi varietas unggul bawang merah Bima Brebes, (2) mengetahui kontribusi

Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti dalam penggunaan media audio visual video, peneliti dan guru bersama sama merancang pembelajaran dengan

Dari pengujian terhadap perusahaan-perusahaan manufakturing yang terdaftar di Bursa efek Jakarta disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi BAB pada responden yang dilakukan pijat oketani dan oksitosin paling rendah setelah dilakukan pijat oketani dan

dalam pelemahan sinyal jika nilai att < 1, maka terjadi konstanta pelemahan sinyal yang sering muncul pada sistem transmisi, dan konstanta pelemahan ini dihasilkan