• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMATAN SIFAT FISIK UBI JALAR (ASAL GISTING KABUPATEN TANGGAMUS DAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) PADA DUA METODE PENYIMPANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAMATAN SIFAT FISIK UBI JALAR (ASAL GISTING KABUPATEN TANGGAMUS DAN JATI AGUNG KABUPATEN LAMPUNG SELATAN) PADA DUA METODE PENYIMPANAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAMATAN SIFAT FISIK UBI JALAR (ASAL GISTING KABUPATEN TANGGAMUS DAN JATI AGUNG KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN) PADA DUA METODE PENYIMPANAN

Oleh

ANISA NARULLITA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada

Jurusan Teknik Pertanian

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGAMATAN SIFAT FISIK UBI JALAR (ASAL GISTING KABUPATEN TANGGAMUS DAN JATI AGUNG KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN) PADA DUA METODE PENYIMPANAN

Oleh

ANISA NARULLITA

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati sifat fisik dua asal ubi jalar pada dua variasi kondisi penyimpanan: suhu 30-32°C dengan kelembaban 58–70% dan suhu 25-26°C dengan kelembaban 80-95%. Ubi jalar yang digunakan sebagai sampel uji adalah ubi jalar asal Gisting dengan umur panen 6-7 bulan dan ubi jalar asal Marga dengan umur panen 3-4 bulan. Parameter kualitas: susut bobot, kadar air, jumlah dan panjang tunas, dan total padatan terlarut, diamati selama 8 minggu penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama penyimpanan, suhu dan kelembaban udara penyimpanan menunjukkan data yang relatif stabil. Penyimpanan dingin (25-26°C; RH 85-90%) mampu menekan susut bobot dan meningkatkan total padatan terlarut (⁰Brix) pada kedua sampel ubi jalar. Kedua asal ubi jalar tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dalam penurunan kadar air selama penyimpanan. Semakin banyaknya jumlah, tinggi mata tunas, semakin meningkat susut bobot pada ubi jalar. Ubi jalar dari Gisting lebih lama disimpan dibandingkan ubi jalar dari Marga dilihat dari batas susut bobot normal.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jenis umbi-umbian banyak terdapat di Indonesia. Salah satu jenis umbi yang dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi dengan masa panen 3 – 4 bulan dan dapat berproduksi lebih dari 30 ton/ha, tergantung dari varietas, sifat tanah dan pemeliharaannya (DPTP Jabar, 2012). Pada tahun 2011, produksi ubi jalar di Indonesia mencapai 2.196.033 ton/tahun. Khususnya di Lampung, produksi ubi jalar mencapai 47.239 ton/tahun (BPS, 2011).

Ubi jalar merupakan salah satu tanaman rakyat yang dihasilkan di banyak negara-negara berkembang. Posisinya menduduki peringkat kesembilan di antara tanaman terpenting lainnya (Sarwono, 2005). Di Indonesia, biasanya ubi jalar disajikan sebagai makanan penyelang atau hidangan ringan. Ubi jalar biasanya dinikmati dengan secangkir kopi panas atau dikonsumsi setelah direbus, digoreng, atau dikukus (Sarwono, 2005).

(9)

2

bahwa ubi jalar memiliki potensi kalori sebesar 215 kal/ha/hari sedangkan padi dan jagung berturut – turut hanya 176 kal/ha/hari dan 110 kal/ha/hari. Ubi jalar juga mengandung berbagai vitamin dan mineral serta kandungan gizi lain seperti protein dan lemak. Karena itulah ubi jalar merupakan satu komoditas pertanian penghasil karbohidrat yang penting sebagai cadangan pangan bila produksi padi dan jagung tidak mencukupi lagi. Di daerah yang memiliki produksi ubi jalar tinggi, ubi jalar dapat dijadikan bahan pangan alternatif untuk menggantikan beras dan jagung (Juanda dan Cahyono, 2000). Sebagaimana jenis tanaman pangan lain menurut Setiawati dkk (1994), kendala utama dalam penggunaan ubi jalar sebagai bahan baku industri makanan yaitu tidak tersedianya ubi sepanjang tahun.

Dari kandungan gizi dan manfaatnya, ubi jalar memiliki potensi yang dapat dipertimbangkan sebagai komoditas pertanian yang tinggi di pasaran. Rukmana (1997) menyebutkan bahwa ubi jalar memiliki potensi ekonomi dan sosial yang cukup tinggi sebagai bahan makanan yang efisien pada masa mendatang, sebagai bahan pakan ternak, dan bahan baku berbagai industri. Tidak hanya di pasar dalam negeri, pemanfaatan ubi jalar juga tinggi di negara lain, seperti Jepang, Korea, dan Amerika. Rukmana (1997) menyatakan bahwa ubi jalar amat potensial dianjurkan sebagai komoditas ekspor nonmigas.

(10)

(seperti getah), atau terjadinya perubahan warna coklat dari jaringan rusak atau induksi gas etilen yang dapat memacu proses kemunduran mutu produk. Kerusakan fisik memacu kerusakan fisiologis maupun patologis atau serangan mikroorganisme pembusuk. Kerusakan fisik juga dapat terjadi pada seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen, selama pemanenan, penanganan, grading, pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan akhirnya sampai ke tangan konsumen (Imade, 2001).

Upaya untuk mempertahankan mutu ubi jalar adalah dengan menekan kehilangan air dari dalam umbi. Suhu, kelembaban relatif udara, pergerakan udara, dan tekanan udara adalah empat komponen lingkungan yang berpengaruh terhadap laju kehilangan air pada komoditi. Jika suhu tinggi, kelembaban relatif udara rendah, pergerakan udara yang cepat atau penurunan tekanan udara akan meningkatkan laju respirasi dan transpirasi produk (Imade, 2006). Respirasi menghasilkan CO2 yang menyebabkan terjadinya peningkatan suhu dan meningkatkan uap air. Sehingga proses kemunduran mutu seperti kehilangan air, pelayuan, dan pertumbuhan mikroorganisme akan semakin meningkat. Kehilangan air atau transpirasi selama penyimpanan berpengaruh terhadap penampakan yang diakibatkan oleh pelayuan atau pengeriputan sehingga produk menjadi kurang menarik, dengan tekstur yang jelek dan mutu menurun. Setiawati dkk (1994) menyatakan bahwa tunas pada ubi jalar akan tumbuh setelah penyimpanan selama 1 minggu tanpa perlakuan khusus.

(11)

4

terbentuknya lapisan gabus peridermis di bawah bagian yang rusak (Thompson and Scheuerman, 1993). Pencapaian kondisi lingkungan penyimpanan yang optimum merupakan satu masalah utama di daerah tropis karena suhu yang tinggi dan kelembaban udara rendah. Untuk mempertahankan mutu atau mempertahankan kandungan ubi jalar seperti dalam keadaan segar perlu dikembangkan suatu teknologi penyimpanan yang dapat memperlambat atau mengurangi pengaruh faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya penurunan mutu selama penyimpanan. Oleh karena itu perlu dilakukan penyimpanan pada kondisi suhu dan kelembaban udara yang berbeda sehingga dapat dilihat pengaruhnya terhadap mutu fisik ubi.

B. Rumusan Masalah

(12)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, tujuan dari penelitian ini adalah mengamati sifat fisik ubi jalar (asal Gisting dan Marga) pada dua metode penyimpanan (ruang dan suhu dingin).

D. Manfaat Penelitian

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ubi Jalar

Ubi jalar (Ipomoea batatas) atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika Bagian Tengah. Ubi jalar menyebar ke seluruh dunia terutama negara-negara beriklim tropika, diperkirakan pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol dianggap berjasa menyebarkan ubi jalar ke kawasan Asia terutama Filipina, Jepang dan Indonesia (Rukmana, 1997).

(14)

dan bermutu baik adalah bulat lonjong agak panjang dan tidak banyak lekukan dengan bobot antara 200 g – 250 g per ubi (Rukmana, 1997).

Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27°C berkelembaban udara 50% – 60% dan lama penyinaran 11-12 jam per hari dengan curah hujan 750 mm – 1500 mm per tahun. Produksi dan pertumbuhan yang optimal untuk usaha petani ubi jalar yang cocok adalah pada saat musim kemarau (kering). Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut. Ubi jalar masih dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) tetapi umur panen menjadi panjang dan hasil yang didapat rendah (Rukmana, 1997).

B. Jenis-Jenis Ubi Jalar

(15)

8

Gambar 1. Ubi jalar Oranye

(16)

C. Ubi Jalar Asal Marga dan Asal Gisting

Ubi jalar dapat tumbuh pada dataran rendah maupun dataran tinggi. Salah satu

faktor utama yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman ubi jalar adalah

temperatur, kelembaban udara, curah hujan, penyinaran matahari, keadaan angin,

keadaan tanah, letak geografi tanah, tofografi tanah dan sifat tanah (Juanda dan

Cahyono, 2000). Namun, hasil ubi jalar di dataran rendah (< 500 m dpl) lebih

tinggi dari pada di dataran tinggi (> 900 m dpl). Suhu udara yang dingin di

dataran tinggi menyebabkan pertumbuhan tanaman ubi jalar kurang optimal (Rauf

dan Lestari, 2009).

Penelitian ini menggunakan dua asal ubi jalar. Dalam hal ini petani yang saya datangi tidak mengetahui dengan jelas varietas ubi jalar yang digunakan. Petani hanya menyebutkan ubi jalar yang mereka tanam dengan sebutan ubi jalar kuning (mantang kuning) asli lokal daerah Gisting dan Marga. Untuk membedakannya, dalam penelitian ini saya menyebutkan kedua sampel ubi jalar tersebut dengan sebutan ubi jalar Marga dan ubi jalar Gisting. Ubi jalar Marga tumbuh di dataran rendah sementara ubi jalar Gisting tumbuh di dataran tinggi. Ubi jalar yang digunakan ini sama - sama merupakan ubi jalar berdaging kuning tua atau orange. Kulit ubi jalar asal Marga kulit berwarna merah sedangkan kulit ubi jalar asal Gisting berwarna kuning kecoklatan. Umur panen asal Marga 3 – 4 bulan lebih pendek dibandingkan ubi jalar asal Gisting 6 – 7 bulan.

(17)

10

sangat pendek. Warna kulit umbi merah dan warna umbinya kuning tua atau orange. Rasa enak, manis, kandungan bahan kering 28 %, kandungan pati 32,48 %, kandungan gula 5,23 %, kandungan protein 1,91 %, vitamin C 21,52 mg/100 gr, kandungan beta karoten 381 mkg/100 g, agak tahan hama boleng, dan penyakit kudis. Varietas Sari ini beradaptasi luas dan berkembang di daerah sentra produksi ubi jalar di Malang dan Mojokerto, Jawa Timur serta di Karanganyar, Jawa Tengah. Umbi dari varietas Sari cocok digunakan untuk campuran industri saos tomat. Umur panen 3,5-4,0 bulan (DPTP Jabar, 2012).

Ubi jalar asal Gisting memiliki panjang tangkai dan berdaun pendek serta bentuk umbi elip membulat ciri – ciri memiliki kesamaan dengan varietas Lokal Papua. Varietas Lokal Papua kandungan nutrisi pada ubi jalar ini adalah abu 0,73 %, protein 2,12 %, serat 4,93 %, gula total 4,87 %, beta karoten 533,8 mg/100 g, bahan kering umbi 32,8 %. Potensi hasil ubi jalar ini antara 30 ton/ha dengan umur panen 6 bulan. Warna kulit kuning kecoklatan, umbi kuning tua, bentuk elip membulat dianjurkan pada lahan sawah dan tegalan di daerah pegunungan dengan minimal ketinggian tempat 1000 m dpl (DPTP Jabar, 2012).

D. Komposisi Kimia Ubi Jalar Segar

(18)

mengandung β-karoten yang tinggi. Ubi jalar yang umbinya berwarna kuning atau putih memiliki kandungan β-karoten lebih rendah. Dari kandungan gizinya yang cukup lengkap ubi jalar dapat melengkapi kebutuhan gizi bagi kesehatan tubuh. Zat yang terkandung di dalam ubi jalar dapat mencegah berbagai penyakit, mengahasilkan energi, membangun sel – sel dalam tubuh, serta meningkatkan proses metabolisme tubuh.

(19)

12

Tabel 1. Komposisi zat gizi ubi jalar dan beberapa bahan pangan per 100 g bahan

Zat Gizi Padi Ubi Jalar Kentang Kedelai

(20)

maka risiko adanya serangan hama boleng cukup tinggi. Di samping itu, penundaan waktu panen tersebut tidak akan dapat meningkatkan hasil panennya (Sarwono, 2005).

(21)

14

F. Fisiologi Ubi Jalar

(22)

produk, mengurangi ketersediaan O2 atau meningkatkan konsentrasi CO2, dan menjaga kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara sekitar produk tersebut. C6H12O6 + O2 ---> CO2 + H2O + energi + panas

Transpirasi adalah proses fisik dimana uap air lepas dari jaringan tanaman berevaporasi ke lingkungan sekitar. Peranan dari transpirasi adalah melepaskan air keluar struktur tanaman untuk mengatur suhu bahan tetap normal melalui proses pendinginan evaporatif. Proses fisiologis ini menggunakan energi dari respirasi untuk merubah air menjadi uap air. Di dalam proses perubahan dari cair menjadi gas dibutuhkan energi. Transpirasi, secara prinsip terjadi pada daun melalui struktur yang dinamakan stomata. Sebagai proses tipikal yang terjadi pada jaringan hidup, transpirasi dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis produk (Imade, 2006). Laju kehilangan air ini dipengaruhi oleh bentuk dan struktur lapisan. Kondisi fisik morfologis produk juga berpengaruh terhadap transpirasi atau penguapan air dari produk itu sendiri. Kehilangan berat sebanyak 5% untuk produk sayuran dan 10% untuk buah atau umbi – umbian akibat transpirasi akan mengakibatkan berkurangnya nilai komersial secara berarti (Imade, 2006).

(23)

16

G. Suhu dan Kelembaban Udara (RH)

Pengendalian suhu dan kelembaban udara adalah cara yang paling penting untuk menjaga mutu produk hortikultura pascapanen. Pada suhu di atas 30°C aktivitas

enzim pada buah dan sayur – sayuran akan mengalami penurunan. Suhu 35°C

beberapa enzim masih akan tetap aktif tetapi, pada suhu 40°C sebagian besar

enzim mengalami inaktif. Perlakuan suhu di atas 35°C akan mengakibatkan

metabolisme tidak normal dan merusak integritas struktur membran dengan kerusakan organisasi selular dan mempercepat kerusakan produk. Sebaliknya penurunan suhu menyebabkan penurunan laju perubahan beberapa parameter seperti respirasi, perubahan tekstur atau kehilangan vitamin C (Hartanto, 2002).

Pengelolaan suhu dapat dibagi menjadi dua fase. Pertama adalah fase pendinginan untuk melepaskan panas lapang dan kedua adalah menjaga produk pada suhu optimum selama pendistribusiannya. Kebanyakan produk, terutama yang mempunyai laju respirasi sangat tinggi, memerlukan pendinginan segera setelah panen untuk memaksimumkan retensi mutu dan masa simpan (Imade, 2006). Suhu optimal akan bervariasi untuk masing-masing jenis produk. Umumnya semakin rendah suhu semakin menimbulkan kerusakan berpengaruh terhadap: laju respirasi, laju kehilangan air, aktivitas patologi, aktivitas insekta, pertumbuhan dan perkembangan pasca panen, dan produksi etilen.

(24)

suatu keseimbangan. Keseimbangan terjadi apabila jumlah molekul air yang masuk dan meninggalkan pada fase uap yang sama (Hartanto, 2002).

Penyimpanan ubi jalar sebaiknya disimpan dalam suhu rendah dan kelembaban udara tinggi yaitu 27°C-30°C dan 85 % - 95 % selama 4 – 7 hari untuk merangsang terbentuknya lapisan gabus peridermis di bawah bagian yang rusak (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Tetapi kelembaban udara yang tinggi dapat merangsang proses pembusukan terutama jika terjadi perubahan atau variasi dalam ruangan (Komar dkk, 2001).

Gambar 2. Bagian kulit dan daging ubi (Bauwkamp, 1985 dalam Mumpuni, 2006). Keterangan :

Ep = epidermis (kulit ari)

co = cortex (lapisan kulit getah) lac = lacuna

ca = cambium (lapisan gabus/kambium) par = parenkim

en = endodermis xy, ph = xylem, phloem

(25)

18

(26)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan September - November 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Peralatan yang digunakan adalah hygrometer / thermometer, timbangan digital, timbangan mekanik, refraktometer (Atago model PR 201α), kotak plastik, oven listrik (Venticell), karung goni, kipas angin, timer, stopwatch, penggaris, spons pembersih, pisau stainless, pemarut ubi jalar, desikator, mangkuk, cawan, nampan plastik, tisu dan kamera.

2. Bahan

(27)

20

Way Tebu Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus dan ubi jalar Marga dari Kampung Marga Agung Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan masing – masing sebanyak 114 buah.

Gambar 1. Ubi jalar Gisting dan ubi jalar Marga

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan perbedaan dua parameter penyimpanan yaitu tingkat suhu dan kelembaban udara ruang (laboratorium) serta suhu dan kelembaban dingin dengan dua asal yang berbeda. Masing - masing variasi perlakuan dilakukan 3 kali sebagai ulangan yaitu:

R1 : Penyimpanan ubi jalar asal Gisting di dalam kotak plastik dengan suhu dan RH ruang (30°C dan 58% - 70%).

R2 : Penyimpanan ubi jalar asal Marga di dalam kotak plastik dengan suhu dan RH ruang (30°C dan 58% - 70%).

C1 : Penyimpanan ubi jalar asal Gisting di dalam kotak plastik dengan suhu dan RH dingin (25°C dan 85% - 90%)

(28)

D. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Tahap persiapan

a. Menyiapkan ubi jalar 114 buah masing – masing sampel yang dipanen secara langsung dari lahan pertanian.

b. Mendiamkan ubi jalar dalam ruang terbuka selama 1 hari untuk menyesuaikan suhu ubi jalar terhadap lingkungan.

c. Menyiapkan kotak plastik dengan ukuran panjang 48 cm, lebar 36 cm, dan tinggi 16,7 cm digunakan untuk penyimpanan ubi jalar.

d. Menyiapkan kotak plastik untuk penyimpanan ubi jalar dengan suhu dan kelembaban udara ruang (30°C, 58% – 70%).

(29)

22

Berikut ini adalah ilustrasi gambar penyimpanan ubi jalar dalam plastik (kotak):

Gambar 2. Model penyusunan ubi jalar selama penyimpanan kondisi lingkungan. a

b 48cm

36 cm

16,7 cm

a b 48 cm

36 cm

(30)

Gambar 3.Model pengkondisian lingkungan penyimpanan ubi jalar dengan karung goni.

Keterangan : a. Kotak plastik b. Ubi jalar

c. Tutup kotak (karung goni) d. Alas (karung goni)

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian ada beberapa tahapan yaitu :

a. Tahap pertama yang dilakukan dalam penyimpanan ubi jalar adalah memilih ubi jalar yang segar dengan kondisi baik (tidak terluka, memar, tidak bertunas, dan tidak terserang hama penyakit).

a

b c

(31)

24

b. Melakukan trimming dan grading pada ubi jalar untuk menghilangkan bagian ubi jalar yang tidak diperlukan dan pemilihan ubi jalar yang benar–benar sesuai kriteria.

c. Menimbang ubi jalar dan memberi label ubi jalar.

d. Memasukan ubi jalar ke dalam kotak plastik masing– masing perlakuan mengisi 10 buah ubi jalar untuk pengamatan tunas dan susut bobot masing – masing 3 ulangan, 3 buah ulangan ubi jalar yang dirusak (destruktif) per minggu dalam setiap perlakuan untuk pengamatan TPT (total padatan terlarut) dan kadar air selama 8 minggu.

e. Membiarkan ubi jalar di dalam wadah kotak plastik dengan suhu dan RH ruang (30°C, 58% - 70%) masing – masing dengan dua asal ubi jalar yang berbeda.

f. Mengkondisikan ubi jalar di dalam wadah kotak plastik dengan suhu dan RH dingin (25-26°C; 80 % - 95% ) masing – masing dengan dua asal ubi jalar yang berbeda.

g. Mengecek suhu dan RH setiap hari serta pengamatan penurunan bobot dan tunas setiap satu minggu selama tiga kali.

(32)

Diagram alir tahap penyimpanan ubi jalar dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 4. Diagram alir pengamatan ubi jalar. Membuang akar (trimming) dan mengelompokan

ubi jalar (grading)

Menimbang dan memberi label pada ubi jalar.

Menaruh ubi jalar di dalam kotak dengan suhu 25°C dan RH 85 % – 90% masing – masing asal ubi jalar.

Memilih atau menyortir ubi jalar masing – masing asal ubi jalar.

Mulai

Selesai

Membiarkan ubi jalar dalam suhu dan RH ruang masing –

masing asal ubi jalar.

Pengamatan dan pengambilan data

(33)

26

3. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi: suhu dan RH, penurunan bobot ubi jalar (bobot ubi jalar sebelum penyimpanan dan bobot ubi jalar hingga hari ke- n), Total Padatan Terlarut (% Brix), pertumbuhan tunas serta kadar air. Pengamatan dihentikan ketika kondisi ubi jalar berumur 8 minggu dalam tempat penyimpanan.

a. Suhu dan Kelembaban Udara (RH)

Pengukuran suhu dan kelembaban udara dilakukan dengan menggunakan thermometer / hygrometer. Suhu dan RH lingkungan penyimpanan dikondisikan dan diamati setiap satu jam sekali dalam sehari, yaitu antara pukul 09.00 sampai dengan pukul 17.00 sore. Pengukuran suhu dan RH di dalam kotak plastik yang ditumpuk dilakukan pada bagian tengah. Ini dilakukan untuk mewakili suhu dan RH bagian atas dan bawah. Pengukuran suhu dan RH dilakukan setiap hari.

b. Susut Bobot Ubi Jalar

(34)

dilakukan berdasarkan persen (%) bobot hari ke-n dibandingkan dengan bobot hari ke-0. Berikut adalah rumus untuk perhitungan susut bobot.

x 100% ... (1)

Keterangan :

SB = Susut bobot (%)

w0 = Bobot bahan pada hari ke-0 (g) wn = Bobot bahan pada hari ke- (g)

c. Total Padatan Terlarut (TPT)

Total padatan terlarut diukur dengan menggunakan refractometer (Atago model PR 201α) dengan skala pengukuran 0 – 60 % (⁰Brix) satu kali dalam seminggu.

Sampel ubi jalar diparut dan diambil cairannya, kemudian diletakkan di atas lensa refractometer untuk dilakukan pembacaan hasil. Total Padatan Terlarut (TPT) ubi

jalar akan langsung dibaca oleh alat. Setelah selesai menguji, lensa dibersihkan dengan menggunakan aquades dan dikalibrasi setiap kali dilakukan pembacaan hasil. Setiap sampel diukur sebanyak tiga kali sebagai ulangan.

d. Tunas

(35)

28

dengan jumlah sampel 10 buah setiap ulangan dan 3 ulangan untuk setiap perlakuan. Penentuan tunas jika panjang tunas berukuran 0,5 cm ini dilakukan untuk memastikan benar – benar tunas atau bukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengukur panjang tunas. Pada sampel juga dilakukan penghitungan berapa banyak yang sudah bertunas dan banyak mata tunas yang terdapat pada ubi setiap buahnya.

e. Kadar Air

(36)

4. Analisis data

(37)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Selama penyimpanan suhu dan kelembaban udara baik penyimpanan dingin ataupun ruang menunjukan data yang relatif stabil. Penyimpanan dingin (25-26°C; RH 85-90%) mampu menekan susut bobot dan total padatan terlarut (⁰Brix) meningkat pada kedua jenis ubi jalar. Namun demikian penurunan kadar air bahan tidak berbeda nyata pada kedua sampel ubi jalar pada penyimpanan dingin dan ruang.

2. Semakin banyaknya jumlah, tinggi dan mata yang bertunas, susut bobot pada ubi jalar semakin meningkat. Ubi jalar asal Gisting lebih lama disimpan dibandingkan ubi jalar asal Marga dilihat dari batas susut bobot normal.

B. Saran

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto,T. T. dan N. Indarto. 2004. Budi daya dan analisis usaha tani ubi jalar- kentang. Absolut. Yogyakarta. 124 hlm.

Asgar, A. dan L. Marpaung. 1998. Pengaruh Umur Panen dan Lama Penyimpanan Terhadap Kualitas Umur Kentang Goreng. J. Hortikultura. 8(3): 1208-1216. BMKG. 2013. Prakiraan Cuaca Propinsi Lampung. Deputi Bidang Meteorologi

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jakarta.

BPS. 2011. Data Stasistik Produksi Ubi Jalar Indonesia. Jakarta: Statistik Indonesia.

DPTP Jabar. 2012. Petunjuk Teknis Pengelolaan Produksi Ubi Jalar. Jawa Barat. Bandung. 65 hlm.

Edmunds, B., M. Boyette., C. Clark., D. Ferrin., T. Smith., and G. Holmes. 1989.

Postharvest Handling of Sweetpotatoes. State University. U.S. Pp

56.

Hartanto, R. 2002. Diktat Fisiologi Pasca Panen Buah dan Sayur – Sayuran. Teknik Pertanian. Universitas Lampung. Lampung. 50 hlm.

Imade, S. U. 2001. Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran Segar.

Makalah dibawakan pada “Forum Konsultasi Teknologi” Teknologi

Pertanian. Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 21 November 2001.13 hlm. Imade, S. U. 2006. Peranan Teknologi Pascapanen Untuk Fresh Produce

Retailing. Makalah Dipresentasikan pada Seminar Nasional “Pentingnya Teknologi Pascapanen dalam Meningkatkan Daya Saing Produk

Hortikultura Indonesia”. Teknologi Pertanian. Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 28 Agustus 2006. 15 hlm.

(39)

48

Komar, N. dan S. Rakhmadiono., K. Lina. 2001. Teknik Penyimpanan Bawang Merah Pasca Panen di Jawa Timur. Jurnal Teknologi Pertanian. 2(2): 79-95.

Mumpuni. C. E. 2006. Kendali Stabilitas Beta Karoten Selama Proses Produksi Tepung Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). (Skripsi). IPB. Bogor. 76 hlm. Onggo, T. M. 2006. Perubahan Komposisi Pati dan Gula Dua Jenis Ubi Jalar

Nirkum “Cilembu” Selama Penyimpanan. Jurnal Bionatura. 8(2): 161-170. Pantastico, E. B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 887 hlm.

Priyanto, G. dan S. Yunaldo., B. Hamzah. 2006. Perubahan Mutu Chips ”Bulartaka" Selama Penyimpanan dalam Kaitannya dengan Tingkat

Sustitusi Bubur Ubi Jalar Terhadap Tapioka. Jurnal Agribisnis dan Industry Pertanian. 5(2): 113-121.

Rauf, A. W. dan Lestari, M. S. 2009. Pemanfaatan Komoditas Pangan Lokal Sebagai Sumber Pangan Alternatif di Papua. Jurnal Litbang Pertanian. 28(2): 54-62.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia 1: Prinsip Produksi dan Gizi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. 320 hlm.

Rukmana, R. 1997. Ubi jalar: budi daya dan pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 68 hlm.

Sartika, R. dan R. Poerwanto. 2009. Pengaruh Suhu dan Kelembaban Udara Terhadap Shelf-Life dan Karakteristik Buah Manggis (Garcinia mangostana L.) Selama Penyimpanan. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB. Bogor. 6 hlm.

Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar: Cara Budi Daya yang Tepat, Efisien dan Ekonomis. Penebar Swadaya, Jakarta. 84 hlm.

Setiawati, J., Sudaryono., A. Setyono. 1994. Study Penyimpanan Ubi Jalar Segar. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang. Malang. 5 hlm.

Gambar

Gambar 1.  Ubi jalar Oranye
Tabel 1. Komposisi zat gizi ubi jalar dan beberapa bahan pangan per 100 g bahan
Gambar 2.  Bagian kulit dan daging ubi (Bauwkamp, 1985 dalam Mumpuni, 2006).
Gambar 1.  Ubi jalar Gisting dan ubi jalar Marga
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widajanto (2018) yang menyatakan bahwa nilai tukar US dolar terhadap Rupiah berpengaruh positif dan

(2) Untuk Badan Hukum : Salinan akte pendirian +1 lembar fotokopi, keterangan domisili, surat kuasa bermaterai cukup dan ditandatangani oleh Pimpinan serta dibubuhi cap

Secara simultan apakah terdapat pengaruh experiential marketing dan lokasi terhadap customer satisfaction pada Old Home 67 Cafe Sungailiat. 1.3

Sedangkan kami akan meningkatkan promosi dan memperbanyak persediaan spare part, sehingga diharapkan banyak konsumen yang puas akan servis kami, dengan harga mahasiswa..

Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat yang berbicara tentang praktik manusiawi, atau tentang tindakan atau perilaku manusia sebagai manusia. Etika bertujuan untuk

untuk menyelesaikan soal, sehingga menuliskan berbegai jenis pecahan. 1) Nilai pembilang dijumlahkan dan nilai penyebut juga dijumlahkan. 2) Nilai penyebut dijumlahkan

1) Aktivitas guru masih terdapat kelemahan yang telah dilakukan oleh guru,.. diantaranya adalah guru memilih di antara 5 sampai 10 kata kunci, tetapi tidak

Berdasarkan hasil Evaluasi Penawaran yang telah dilakukan oleh Pokja Pengadaan Barang / Jasa Satker.. BLKI Kendari, terhadap Dokumen Penawaran saudara untuk pekerjaan “Pengadaan